• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Uni Eropa-15 dalam Implementasi Protokol Kyoto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Uni Eropa-15 dalam Implementasi Protokol Kyoto"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I Pendahuluan 1.1Latar Belakang

Beberapa tahun belakang ini dari tahun 1880-an hingga saat ini, semakin banyaknya isu lingkungan hidup diangkat dalam agenda percaturan internasional. Dapat dikatakan bahwa dalam melihat isu ini, salah satunya disebabkan oleh persoalan kemerosotan lingkungan hidup sudah menyentuh kehidupan kita sehari hari, seperti memanasnya suhu air laut yang menyebabkan meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara, meningkatnya jenis dan kualitas penyakit akibat berlubangnya lapisan ozon kita.

Memasuki abad ke-21, bermunculanya kesadaran masyarakat internasional akan pentingnya penanganan lingkungan terus meningkat termasuk dalam konteks hubungan internasional. Perhatian masyarakat internasional yang sebelumnya terfokus pada isu militer dan keamanan tradisional mulai bergeser pada isu-isu yang sebelumnya menjadi isu sampingan, salah satunya adalah mengenai isu lingkungan hidup yang disebabkan karena salahnya menjaga lingkungan.

(2)

dilakukan dengan melakukan berbagai kerjasama internasional, diantaranya adalah persetujuan masyarakat internasional terhadap konvensi rangka kerja PBB tentang perubahan iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change, UNFCCC) yang dikenal dengan Protokol Kyoto yang diselenggarakan di Kyoto, Jepang pada tahun 19971.

Bila dilihat dalam pemahaman tentang makna protokol sendiri, terdapat pemahaman yang berbeda-beda di kalangan masyarakat. Namun pengertian protokol perlu mengacu pada makna dan pengertian awalnya. Dari berbagai pengertian protokol dilihat dalam hubungan internasional dan juga hukum internasional protokol adalah berupa pengaturan yang berisi norma-norma atau aturan-aturan atau kebiasaan-kebiasaan mengenai tata kerja agar suatu tujuan yang telah disepakati dapat tercapai dalam hubungan internasional antar bangsa, dan memerlukan tatanan yang dapat diterima semua pihak ataupun perjanjian ( persetujuan ) internasional yang menambah perjanjian internasional sebelumnya.2

Praktek protokol selama ini dilaksanakan berdasarkan peraturan atau norma dalam negeri maupun internasional. Adapun peraturan protokol pada tingkat nasional maupun dalam hubungan antar bangsa dan juga internasional, seperti

1

Murdiyarso Daniel. 2003. “Protokol Kyoto ( Implikasinya Bagi Negara Berkembang “). Jakarta: Buku Kompas. hal 8

(3)

Persetujuan/Konvensi Internasional yang di dalamnya mengatur tentang keprotokolan dalam kaitan hubungan antar bangsa: seperti Protokol Kyoto.3

Protokol Kyoto diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997. Proses penandatanganan terbuka dari tanggal 16 Maret 1998 hingga tahun 2007 dan telah diratifikasi oleh 174 negara. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan dapat mengurangi rata-rata suhu udara global antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050. Protokol Kyoto mulai diberlakukan semenjak 16 Februari 2005, pasca ratifikasinya oleh Rusia.4 Hingga saat ini, 191 negara telah meratifikasi Protokol Kyoto.5

Dalam UNFCCC negara dunia dibagi ke dalam dua kategori, yaitu negara-negara Annex I yang terdiri atas negara-negara-negara-negara maju, dan negara-negara-negara-negara non-Annex I yang terdiri atas negara-negara berkembang. Negara-negara Annex I yang telah meratifikasi Protokol Kyoto wajib melakukan pengawasan dan reduksi atas emisi gas rumah kacanya, sementara negara-negara non-Annex I tidak wajib melakukan reduksi tersebut, namun dapat berpartisipasi dalam penerapan Clean Development Mechanism. Hal ini sedikit berbeda dengan Protokol Kyoto yang membagi negara-negara ke dalam Annex A dan Annex B, di mana dalam hal ini negara-negara-negara-negara Annex B lah yang wajib mengurangi emisi gas rumah kacanya.6

3

Ibid 4

http://unfcc.int/kyoto_protokol/registry_system/items, diakses 3 Desember 2007 5

http://slideshare.net/ignoramus/protokol_kyoto diakses 06 februari 2011 6

(4)

Negara-negara Annex I diwajibkan untuk mengurangi emisi gas rumah kacanya sebesar 5% dari besar emisinya pada tahun 1990. Dapat dikatakan bahwa isu utama yang bersifat mengikat adalah komitmen atau target penurunan emisi negara negara maju. Di samping itu, negara-negara Anex I juga diizinkan untuk membeli emisi gas rumah kaca dari negara lain untuk mencapai pengurangan sebesar 5% tersebut. Sejak Protokol Kyoto diadopsi tahun 1997, salah satu isu yang dibahas secara berkepanjangan adalah mekanisme untuk memenuhi komitmen atau mencapai target penurunan emisi oleh negara – negara Anex I yang sekarang dikenal dengan nama Mekanisme Kyoto seperti JI ( Joint Implementation ), CDM ( Clean Development Mechanism) dan ET ( Emission Trading).

Dapat dikatakan bahwa organisasi internasional regional seperti Uni Eropa7, termasuk menerapkan ketiga mekanisme Kyoto akan tetapi mekanisme dari CDM yang dikatakan sedikit menguntungkan UE karena melalui CDM lah negara – negara berkembang juga dapat berpartisipasi, sekaligus dapat mengawasi jalanya implementasi Protokol Kyoto dan memperoleh jalan keluar dari jerat JI karena hanya menguntungkan negara maju saja. Koalisi antara negara maju dengan negara berkembang telah memungkinkan CDM diterima secara luas tanpa perdebatan yang berarti. Seperti halnya UE diizinkan untuk mendistribusikan persentase reduksi emisi gas rumah kaca yang berbeda pada tiap-tiap negara anggotanya. Dapat dilihat bahwa protokol ini memberikan keleluasaan yang cukup besar bagi negara yang telah

7

(5)

meratififikasinya untuk memenuhi kewajibannya yang berkenaan dengan protokol tersebut.

Uni Eropa merupakan salah satu organisasi regional yang terdiri dari negara-negara yang semuanya meratifikasi Protokol Kyoto pada bulan Mei 2002. Sebagai organisasi regional, Uni Eropa menarik perhatian karena terdiri atas berbagai negara dengan karakteristik yang cukup beragam, mulai dari negara maju di bagian Barat hingga negara dalam transisi ekonomi di bagian Timur yang juga terdiri dari Negara annex I dan juga non annex I yang ikut meratifikasi Protokol Kyoto. Kontribusi masing-masing negara terhadap kadar gas rumah kaca yang ada di atmosfer saat ini pun beragam. Oleh karena itu, tiap-tiap negara menggunakan pendekatan yang berbeda dalam penerapan Protokol Kyoto, dan dalam pelaksanakan Protokol Kyoto Uni Eropa telah mematok target sendiri dalam penurunan kadar emisi gas rumah kacanya, yakni sebesar 8%.

Pada tahun 2008, Komisi Eropa mengadopsi paket proposal bercakupan luas untuk melaksanakan komitmen-komitmen Dewan Eropa memerangi perubahan iklim dan memajukan energi terbaru. Langkah-langkah ini akan meningkatkan secara pemakaian energi terbaru di masing-masing Negara Anggota Uni Eropa dan menetapkan sasaran-sasaran yang wajib dicapai oleh pemerintah Negara-negara Uni Eropa. Di dalam Negara-negara yang teragabung dalam keanggotaan Uni Eropa juga mematok angka sendiri-sendiri.

(6)

penerapannya sulit untuk diwujudkan8, maka perlu dilakukan pengaturan lebih lanjut supaya target tersebut dapat diraih melalui kerjasama negara-negara anggotanya. Hal ini menarik untuk diamati, karena Uni Eropa bergerak sebagai satu kesatuan dalam meratifikasi Protokol Kyoto. Selain itu UE juga sebagai kelompok ekonomi regional ( seperti yang diindikasikan dalam pasal 4.69 ) EU yang memiliki 27 anggota dengan kondisi ekonomi yang cukup beragam seolah-olah memiliki kelompok utara yang memperoleh tambahan jatah emisi dari kelompok selatan yang kemajuan industrinya relative masih lambat. Akan tetapi Uni Eropa memiliki cara tersendiri untuk mengurangi emisi yang diturunkan beberapa negara secara bersama sama agar menjadi lebih terasa ringan. Dalam hal ini UE tidak mempermasalahkan efisiensi biayanya tetapi lebih kedalam tindakan bersama.

Sementara itu, mengenai efektifitas Protokol Kyoto hingga saat ini masih diragukan keberhasilannya. Hal tersebut mengingat bahwa tidak ada mekanisme khusus yang mengikat para anggotanya. Oleh karenanya Uni Eropa sebagai suatu komunitas dapat dilihat sebagai entitas tersendiri yang representatif untuk dijadikan objek penelitian dalam penilaian mengenai efektivitas Protokol Kyoto.

8

Seperti yg terjadi pada Portugal dan Spanyol, dimana diberi target peningkatan emisi gas rumah kaca sebesar 27% sedangkan spanyol 15%. Dan dalam pelaksanaanya kedua Negara gagal memenuhi target tersebut. http://ec.european.eu/clima/publications/docs/ets_en.pdf

9

(7)

Berdasarkan hal-hal dan fenomena yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada pokok permasalahan tersebut dengan judul: Upaya Uni Eropa-15 dalam Implementasi Protokol Kyoto.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question) berikut, yaitu:

“Bagaimana Upaya Uni Eropa-15 dalam mengimplementasikan Protokol Kyoto

dalam rangka pengurangan emisi gas rumah kaca? 1.3.Batasan Penelitian

Materi yang dibahas dalam penelitian ini, bagaimana Implikasi Protokol Kyoto di Uni Eropa dalam memerangi isu perubahan iklim dan apa saja upaya yang dilakukan anggota Uni Eropa seperti mengurangi emisi jauh diatas rata-rata, Uni Eropa menargetkan sendiri penurunan emisi yaitu 8%. Akan tetapi disini penulis hanya membahas upaya anggota Uni Eropa-15 seperti Negara Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Itali, Luksemburg, Belanda, Portugis, Spanyol, Swedia dan Inggris itu. Semua ini dikarenakan Uni Eropa-27 tidak sama dengan Uni Eropa-15 yang memiliki target secara khusus untuk mengurangi emisi seperti yang diharuskan didalam Protokol Kyoto. UE-27 tidak memiliki target khusus yang harus dicapai dalam upaya mengurangi emisinya.

1.4.Penilitian Terdahulu

(8)

Robi”ah yang isinya membahas tentang penolakan AS terhadap ratifikasi Protokol

Kyoto pada era pemerintahan George Walker Bush itu semua dikarenakan adanya kepentingan nasionalnya dan juga ekonomi. Selain itu juga seperti penelitian milik Mela Tresnawati yang membahas tentang Implementasi CDM dalam mekanisme perjanjian Protokol Kyoto bagi Indonesia dalam hal ini adanya konsekuensi dari ratifikasi Protokol Kyoto bahwa Indonesia telah mengimplementasikan Protokol Kyoto ke dalam peraturan perundang undangan nasional dan daerah.

(9)

Tabel 1.1: Hasil dan Perbedaan Penelitian Terdahulu No Judul penelitian Hasil penelitian terdahulu

1 Dewi Robi”ah10 (2010),

Penolakan AS terhadap ratifikasi Protokol Kyoto pada era pemerintahan George Walker Bush

Penelitian ini menggunakan pada era pemerintahan George Walker Bush, dimana sebagai pembuat keputusan akan memilih kebijakan luar negerinya yang dilihat dari kalkulasi untung ruginya sesuai kepentingan

Indonesia berupaya menurunkan emisi gas rumah kaca sehingga Indonesia telah menjalankan dan berhasil menerapkan CDM dalam mekanisme perjanjian Protokol internal yang melandasi latar belakang Rusia meratifikasi Protokol Kyoto telah membuat salah satu kepentingan nasional Rusia (ekonomi) akan dapat terlindungi melalui mekanisme Protokol Kyoto.

Perbedaan penelitian terdahulu diatas dengan penelitian ini adalah : 1

.

a. Perbedaan di awal adalah, dalam penelitiannya Dewi membahas adanya penolakan dari AS pada masa pemerintahan George Walker Bush, sedangkan Penulis hanya membahas upaya Uni Eropa dalam implementasi Protokol Kyoto, dengan diratifikasinya seluruh anggota Negara UE akan tetapi terdapat kebijakan masing masing tiap Negara untuk standar pengurangan emisi gas rumah kaca.

b. Lain halnya dengan Dewi, Mela dan juga Yudhit yang lebih kebanyakan menggunakan konsep kepentingan nasional tiap negaranya dan juga hukum intenasional. Disini penulis lebih condong untuk memakai konsep rezim internasional dan juga integrasi regional, sehingga dalam penyatuan anggota Negara UE yang ikut meratifikasi Protokol Kyoto dengan memakai nama organisasi UE, bisa dikatakan bahwa itu merupakan hasil akhir penyatuan politik ( yang tertinggal ) atas unit unit nasional yang terpisah itu semua demi memperbaiki citra UE yang utuh, juga menghemat energi dan

10Dewi Robi”ah. 2010. “

Penolakan AS terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto pada Era Pemerintahan George Walker Bush”. Skripsi FISIP. Universitas Muhammadiyah Malang.

11

Mela Tresnawati. 2010. “Implementasi CDM dalam Mekanisme Perjanjian Protokol Kyoto bagi Indonesia”. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang 12 Yudhit Perdanasari. 2010. “

Latar Belakang Pemerintahan Rusia meratifikasi Protokol Kyoto”. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Airlangga.

(10)

mengurangi ketergantungan terhadap minyak impor.

1.5.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan penjelasan secara sistematis dan akurat mengenai Upaya UE dalam implementasi Protokol Kyoto, sebagai salah satu cara untuk dapat melihat sejauh mana Protokol Kyoto berpengaruh terhadap keadaan kadar gas rumah kaca.

Sedangkan kegunaan penelitian adalah untuk memperluas kajian dalam ilmu studi Hubungan Internasional, yang terfokus khususnya pada aktor-aktor anggota UE dalam menangani aspek lingkungan hidup, terutama mengenai Protokol Kyoto dan implementasinya di Uni Eropa, dan peran anggota UE menjalankanya dalam interaksi Internasional sehingga diharapkan untuk dapat memberikan masukan untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama dan untuk langkah nyata dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

1.6.Kerangka Pemikiran

(11)

1.6.1.Rezim internasional

Pemahaman dan kepentingan yang berbeda terhadap eksploitasi lingkungan merupakan perdebatan abadi yang timbul pada berbagai level sosial politik. Penanganan permasalahan lingkuangan sangatlah bergantung pada political will setiap rezim pemerintahan. Setiap negara menunjukan intensitas kepedulian yang berfariasi yang bergantung pada:

1. Tekanan kelompok kelompok kepentingan pada level masyarakat sosial 2. Respon pemerintah terhadap tekanan tersebut

Ekspektasi terhadap kebijakan lingkungan yang kuat tidak selalu sejalan dengan prioritas pemerintah dari waktu ke waktu. Dapat dikatakan bahwa isu lingkungan bersifat low profile atau tidak marginal.

Di lain pihak Institusi internasional juga ada salah satu cara memfasilitasi kerja sama internasional. Namun, tidak semua institusi internasional memfasilitasi kerja sama pada tatanan global, tetapi hampir seluruh bentuk kerja sama internasional dituangkan dalam suatu bentuk institusi.13 Adapun institusi ini ada dalam berbagai bentuk, di antaranya akan dibahas di sini, yaitu rezim internasional.

Menurut Keohane yang mengatakan bahwa rezim internasional adalah seperangkat aturan-aturan yang meliputi jaringan dari peraturan-peraturan, norma-norma, dan prosedur-prosedur yang mengarahkan perilaku dan mengendalikan efek

13

(12)

yang ditimbulkannya.14 Konsep ini mendasari adanya Protokol Kyoto. Rezim terbentuk oleh negara-negara sebagai instrumen untuk mencapai tujuan tertentu. Semakin efisien rezim yang akan dibentuk, semakin besar kemungkinannya akan direalisasikan. Dimana rezim internasional diperlukan untuk mengatur kekuatan interdependensi yang lebih dari sebelumnya. Negara-Negara yang besar dan kecil berkembang dan terbelakang merupakan anggota anggota dari institusi ini dan semuany bisa dikatakan mendapatkan keuntungan dengan bekerja sama.15 Meskipun konflik selalu ada, namun rezim-rezim menyediakan acuan bagi Negara-Negara untuk menyelesaikan berbagai perbedaan mereka tanpa harus terpaksa berperang.

Dapat dikatakan bahwa dalam melihat isu yang terjadi sekarang ini terhadap masalah lingkungan, banyak Negara maupun organisasi pemerintah ataupun organisasi internasional membuat suatu aturan atau norma dan bekerja sama dalam mengatasi masalah lingkungan dengan persetujuan masyarakat internasional terhadap konvensi rangka kerja PBB tentang perubahan iklim. Dalam hal ini, banyak Negara-negara memiliki tujuan yang sama dalam menghadapi isu yang sama dan mengatasinya dengan kerja sama. Dalam mengatasi permasalahan lingkungan terlihat banyak Negara berkembang dan juga Negara maju ikut untuk meratifikasi Protokol Kyoto yang dilakukan dengan adanya kerja sama di antara beberapa Negara untuk mencapai tujuan yang sama yaitu adanya kesepakatan untuk mengurangi efek gas

14Krasner, Stephen D. 2004. “

Structural Causes and Regime Consequences: Regimes as Intervening Variables ,dalam Friedrich Kratoch will, International Organization: A reader”. New York: Harper Collins college Publisher. hal 186

15

(13)

rumah kaca yang mempunyai pengaruh buruk terhadap iklim. Sama halnya dengan Protokol Kyoto, organisasi regional seperti Uni Eropa juga ikut berperan di dalam Protokol Kyoto yang di dalam keanggotaan Uni Eropa juga terdapat Negara maju dan berkembang serta saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama dengan membuat kesepakatan tersendiri atau aturan sendiri di dalam Uni Eropa yang bertujuan untuk mengurangi efek gas rumah kaca.

1.6.2 Integrasi

Dengan menggunakan fungsionalisme, teoritis hubungan internasional telah mempelajari pengalaman eropa barat setelah perang dunia II secara detail dan menggunakan istilah integrasi. David Mitrany berpendapat bahwa integrasi merupakan hal yang diperlukan guna terciptanya tatanan dunia yang damai karena Negara-Negara tidak mampu menghadapi berbagai pengaruh modernisasi dan memecahkan permasalahan global tanpa terciptanya kerjasama dalam memecahkan permasalahan bersama16. Institusi-institusi internasional semakin dianggap penting sebagai pelengkap bagi keberadaan Negara yang semakin menurun kemampuannya untuk menhadapi berbagai masalah yang disebabkan oleh teknologi baru. Konsep dasarnya adalah fungsionalis percaya bahwa ketika tingkat kerja sama dan integrasi semakin meningkat, maka akan bertambah sulit bagi Negara-Negara untuk menarik diri dari komitmen-komitmen yang telah mereka buat karena mereka akan menyadari berbagai keuntungan yang diperoleh dengan kerja sama. Itu semua akan berpengaruh

16

(14)

terhadap masyarakat internasional, meningkatkan perdamaian dan membuat perang begitu menggangu dan merugikan sehingga tidak akan lagi dianggap sebagai sarana rasional bagi Negara Negara untuk mewujudkan berbagai tujuan dan kepentingan mereka17.

Konsep isi dipakai untuk menggambarkan suatu hasil akhir dari proses penyatuan politik ( yang tertinggal ) atas unit-unit nasional yang semula terpisah. Hasil studi semacam ini telah membentuk literatur yang banyak sekali. Mereka bertujuan menciptakan penyatuan politik di antara wilayah-wilayah yang semula bebas dan berdaulat18. Dapat dikatakan bahwa dalam melihat UE didalam Negara- Negara anggota UE yang sebelumnya bebas berdaulat dan ingin menciptakan penyatuan politik diantara Negara-Negara UE , sehingga dalam melihat isu Protokol Kyoto ini untuk tetap perlu dalam setiap Negara menerapkan pengurangan emisi gas rumah kacanya, dan masing-masing negara dianjurkan untuk mengurangi sebesar 8%. Dalam hal ini Negara-Negara UE yang tergabung atas nama UE saling bekerjasama antar anggota UE dalam meratifikasi Protokol Kyoto demi terciptanya lingkungan yang baik dan juga sedikit demi sedikit telah mendorong anggota UE untuk menerapkan kebijakan hemat energi dalam mempromosikan penggunaan energi

17Steans Jill dan pettiford Lloyd. 2009. “

Hubungan Internasional (perspektif dan tema)”. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.hal 127

18 Mas’oed

(15)

secara berkelanjutan. Sebagai entitas politik organisasi regional UE, hal ini sangat membantu memperbaiki citra kesatuan UE sebagai aktor yang utuh19.

Dalam melihat isu Protokol Kyoto yang diterapkan di UE dapat dikatakan bahwa dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan dapat dilakukan secara secara kolektif. Dengan kata lain Negara berkembang dan juga Negara maju saling bekerja sama untuk mengurangi gas emisi rumah kaca, yang didalam kesepakatan UE menjelaskan bahwa UE tidak menentukan ambang batas minimal penurunan GRK kepada setiap anggotanya. UE memberi kebebasan setiap Negara untuk menentukannya, namun target penurunan GRK UE 8% itu berlaku secara rata-rata untuk wilayah negara anggota UE.20

1.7.Metode Penelitian 1.7.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam penelitian deskriptif, metode analisis yang digunakan sebagai salah satu cara untuk menjelaskan permasalahan yang sedang dibahas. Menurut Dr. Ulber Silalahi, metodologi deskripsi ini menyajikan tentang suatu gambar yang terperinci tentang situasi khusus, setting sosial, atau hubungan.

19 Murdiyarso Daniel, 2003. “Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim”. Jakarta : Buku Kompas. hal 48

20

(16)

Penelitian deskriptif bisa digunakan baik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (tidak berhipotesis).21

Jenis penelitian ini adalah studi literatur. Pemilihan tipe penelitian ini akan berimplikasi pada metode pengumpulan data dan analisis seperti yang akan dijelaskan pada sub sub berikutnya.

1.7.2Tingkat Analisa

Dari judul di atas, upaya UE dalam implementasi Protocol Kyoto dapat diidentifikasi bahwa judul tersebut terdiri dari satu unit ekplanasi (variabel independen) dan satu unit analisa (variabel dependen). Implementasi Protokol Kyoto merupakan unit ekplanasi penelitian, dan Uni Eropa merupakan unit analisa. Dalam hubungan internasional, terdapat 3 model hubungan antara unit analisa dan unit ekplanasi, yaitu model korelasionis, induksionis, dan reduksionis. Disebut model korelasionis apabila tingkat unit eksplanasinya berada sejajar dengan unit analisanya, kedua, disebut model induksionis apabila tingkat unit ekplanasinya lebih tinggi daripada unit analisanya, sedangkan model reduksionis, apabila unit eksplansinya lebih rendah daripada unit analisanya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian induksionis, implementasi Protokol Kyoto berada pada tataran sistem, di lain pihak Uni Eropa juga berada dalam tataran system akan tetapi pada tataran system regional sehingga Protokol Kyoto yang merupakan unit eksplanasi memiliki jajaran lebih tinggi dari pada unit analisa yaitu Uni Eropa yang labih rendah.

21 Ulber Silalahi. 2009.

(17)

1.7.3.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah studi literatur, yang mana bersumber dari bahan bacaan, buku, hasil penelitian,koran dan juga dengan penelusuran internet

1.7.4.Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Induktif yaitu dengan menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan yang konkret yang dihadapi.22

Analisis dilakukan setelah data yang diperoleh dari buku, internet yang terkumpul. Penulis melakukan interpretasi dan analisis terhadap data-data tersebut yaitu data tentang kesepakatan Protokol Kyoto di Uni Eropa. Dalam analisis yang akan dilakukan dalam penelitian, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena berdasarkan data yang terkumpul.

1.7.5. Penyajian Data

Dalam penelitian ini, penyajian data penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu memaparkan gambaran umum tentang Uni Eropa dan Protokol Kyoto. Kemudian pembahasan dilanjutkan dengan menganalisis upaya Uni Eropa dalam implementasi Protokol Kyoto.

22

(18)

Bagan Alur Pemikiran

Protokol Kyoto Mekanisme yang diadopsi

Protokol Kyoto Uni Eropa

Program mengurangi emisi

Implementasi

1.ada tidaknya modifikasi

2. hasil pengurangan emisi

1.upaya yang dilakukan 2. faktor

penghambat dan pendukung 3. kebijakan

(19)

1.7.6 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu jauh dari tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka peneliti memberikan ruang lingkup penelitian. Diantaranya adalah memberikan perjalanan menuju Protokol Kyoto, kebijakan dalam Protokol Kyoto, selain itu memaparkan gambaran umum UE dan menjelaskan bagaimana kebijakan UE dalam menghadapi isu lingkungan serta memaparkan upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh UE dalam mengimplementasikan Protokol Kyoto di UE dari mulainya anggota negara UE meratifikasi Protokol Kyoto hingga saat ini.

1.7.7 Argumen Dasar

Adapun Argumen Dasar yang mendasari penelitian ini adalah dalam upaya Uni Eropa mengimplementsikan Protokol Kyoto, dimana sejauh ini UE dalam mengimplementasikan Protokol Kyoto bisa terealisasikan seperti sudah berjalanya para anggota negara UE dalam mengurangi GRK dengan standart target 8% setiap negara, selain itu dengan adanya kesepakatan bersama meratifikasi Protokol Kyoto, UE juga dapat bisa memperbaiki efisiensi energy pembangunan selain itu juga menciptakan pencitraan UE yang utuh. Akan tetapi dari Protokol Kyoto tersendiri kurang adanya sistem pengawasan yang cukup di UE agar bisa lebih berjalan efektif.

1.8Sistematika penulisan BAB I : PENDAHULUAN

(20)

1.4Penelitian Terdahulu

(21)

SKRIPSI

Upaya Uni Eropa-15 dalam Implementasi Protokol Kyoto

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

Mita Puspita Sari 07260100

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(22)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Mita Pupita Sari NIM : 07260100

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Upaya Uni Eropa dalam Implementasi Protokol Kyoto

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Kamis Tanggal : 19 Januari 2012

Tempat : Laboratorium Jurusan Hubungan Internasional

Mengesahkan, Dekan FISIP – UMM

Dr. Wahyudi M,Si

(23)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Mita Puspita Sari NIM : 07260100

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : UPAYA UNI EROPA DALAM IMPLEMENTASI PROTOKOL KYOTO.”

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional

(24)

iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI 1. Nama : Mita Puspita Sari

2. Nim : 07260100

3. Jurusan : Hubungan Internasional 4. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Jenjang Studi : Strata satu (S-1).

7. Judul Skripsi : Upaya Uni Eropa dalam Implementasi Protokol Kyoto

8. Pembimbing : 1. Victory Pradhitama M.Si 2. Rachmad K.Dwi Susilo,MA 9. Pembimbingan : Lihat Tabel.

(25)

v

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Mita Puspita Sari Tempat, tanggal lahir : Denpasar, 2 April 1990

NIM : 07260100

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul: Upaya Uni Eropa dalam Implementasi Protokol Kyoto

adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(26)

vi

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah, serta krunianya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Peneliti panjatkan pula shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau.

Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti mengenai persoalan kemerosotan lingkungan hidup dimuka bumi ini sehingga mengakibatkan perubahan iklim. Untuk itu masyarakat internasional membentuk konvensi yaitu Protokol Kyoto, kemudian disini penulis hanya membahas upaya yang telah dilakukan Uni Eropa-15 dalam implementasi Protokol Kyoto. Sehingga Uni Eropa dapat dikatakan menjadi salah satu organisasi regional pelopor ratifikasinya Protokol Kyoto terhadap negara lain untuk juga mengikuti jejaknya.

Membuat karya ilmiah ternyata tidak mudah, setelah sekian lama mengerjakan, puji syukur peneliti akhirnya dapat menyelesaikannya terutama kepada Allah SWT. Dalam menyelesaikan penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan orang-orang yang membantu peneliti dan tidak dapat disebutkan satu persatu di sini.

Wassalamualaikum Wr. Wb Malang 12, Januari 2012

(27)

vii

1.4. PenelitianTerdahulu ... 7

1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 9

1.6. Kerangka Pemikiran... 10

(28)

viii BAB II : Protocol Kyoto dan juga Uni Eropa

2.1. Perjalanan menuju Protokol Kyoto……… 20 2.1.1Sejarah Protokol Kyoto…….……….. 23 2.1.2 Kebijakan-Kebijakan dalam Pelaksanaan Protokol Kyoto… 30 2.1.3 Lembaga Pengawasan dalam Protokol Kyoto………. 35 2.2. gambaran umum tentang uni eropa……… 37 2.2.1 Sejarah Uni Eropa……… 38 2.2.2 Kebijakan Uni Eropa di Bidang Isu Lingkungan………… 41 BAB III : UPAYA dan EFEKTIFITAS UNI EROPA DALAM IMPLEMENTASI PROTOKOL KYOTO

3.1 Upaya UE dalam implementasi Protokol Kyoto... 45 3.2 Efektifitas Implementasi Protokol Kyoto di Uni Eropa………... 53 3.2.1 Pencapaian target dalam pengurangan emisi GRK di UE... 55

3.2.2 Agenda keberlanjutan Protokol Kyoto yang berimplikasi di UE 59 3.2.3 Faktor penghambat dan pendukung implementasi Protokol Kyoto di

UE……….. 61

BAB IV : PENUTUP

4.1 Kesimpulan... 65 4.2 Saran... 66 Daftar pustaka

(29)

ix

Daftar Pustaka

Buku

Ismid hadid. “ Perubahan Iklim & Pembangunan Berkelanjutan”. LP3S.

Johnny Ibrahim. “Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif”. Malang: Bayumedia Publishing.2006

Krasner, Stephen D. “Structural Causes and Regime Consequences: Regimes as Intervening Variables ,dalam Friedrich Kratoch will, International Organization:

A reader”. New York: Harper Collins college Publisher.2004

Mas’oed Mohtar. “Studi Hubungan Internasional ( tingkat analisis dan

teorisasi)”. Yogyakarta, Pusat antar Universitas Studi Sosial UGM.

Murdiyarso Daniel. “Protokol Kyoto: Implikasinya Bagi Negara Berkembang”. Jakarta: Buku Kompas.2003

Murdiyarso Daniel. “Sepuluh tahun perjalanan negoisasi konvensi perubahan

iklim”. Jakarta: Buku Kompas. 2003

Nuraeni, Sudirman Arifin (et.all). “Regionalism dalam Studi Hubungan

Internasional”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2010

Rudy, May. “Administrasi dan Organisasi Internasional (bagian II)”. Bandung : penerbit PT Rafika Aditama.1998

Steans Jill dan pettiford Lloyd.“Hubungan Internasional (perspektif dan tema)”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009

Ulber Silalahi. “ Metode Penelitian Sosial”. Bandung; PT. Refika Aditama.2009 Wyasa putra, Ida Bagus. “Hukum Lingkungan Internasional ( Perspektif Bisnis

(30)

x Internet

Annual European Union Green House Gas Inventory 1990-2008 and Inventory Report 2010 submissions to the UNFCCC Secretariat, EEA Technical Report, No. 6/2010

www.asia.groups.yahoo.com/group/29 www.berita iklim.com/category/uncategory,

http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2009/11/091123_sejarahperubah an.shtml

http:// csrrview-onlin.com

www.cifor.org/publications/pdf/MediaGuide_REDD_Indonesian.pdf

www.dte.gn.apc.org/76eik.htm

http://www.eoearth.org/article/European_Union_Emissions_Trading_Scheme_% 28EU_ETS%29

http://ec.european.eu/clima/publications/docs/ets_en.pdf http://eeas.europa.eu/environment/gdn/index_en.htm

http://www.guardian.co.uk/environment/2009/oct/ http://www.history.com/topics/european-union-eu

http://iklimkarbon.com/2010/05/04/joint-implementation-ji/ http://www.inalum.co.id/ind/index.php/perhatian-khusus/cdm

(31)

xi

www.issuu.com/epistema/working_paper_epistema.isntitute.03-2010, http:// kehutanan.risnadarweb.com

http:library@lib.unair.ac.id; library@unair.ac.id www.members:fortunecity.com/edicahy/mte.html,

http://www.peatportal.net/newsmaster.cfm?&menuid=38&action=view&retrievei d=577

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5163/1/09E01949.pdf

http://www.scribd.com/doc/50171727/16/Konvensi-PBB-mengenai-Perubahan danProtokol-Kyoto

http://slideshare.net/ignoramus/protokol_kyoto

www.scribd.com/doc/ktt-perubahan-iklim-di-baliper2007 http://sr.cdt31.org/NA_protokol pdf

www.tempo.co/hg/topik/masalah/242,www.nisaonline.net/2009/konferenso-perubahan-iklim-pbb.

www.umum.kompasiana.com/2009/dari-green-festival-sampai-ke-konferensi http://unfcc.int/kyoto_protokol/registry_system/items

http://unfccc.int/resource/docs/convkp/kpeng.html http://www.unep.org

Gambar

Tabel 1.1: Hasil dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Kelas tinggi sekolah dasar, yaitu kelas IV sampai dengan VI kira-kira umur 9 atau 10 sampai kira-kira umur 12 atau 13 tahun. 10 Kelas Tinggi di SD Negeri 1 Tanjung ini yang

bahwa untuk optimalisasi kualitas pelayanan perizinan terpadu, penyederhanaan prosedur perizinan, peningkatan peran, fungsi, tanggungjawab dan hubungan kerja antar

Firstly, the description how the material should be used according to CDA model proposed by Wodak (2009) can be used to help the teacher in teaching reading using

Membantu masyarakat untuk kembali ke keadaan yang alami. Tidak menggunakan produk yang mengandung banyak bahan pengawet. Menambah wawasan masyarakat tentang dampak positif kopi

Pada toraks terdapat protoraks terapat sayap depan dengan tekstur kasar dengan panjang 1 cm, memanjang, dan berwarna coklat dan tidak memiliki sayap

Permasalahan yang pertama adalah untuk saat ini OJRS+ belum melakukan penerapanan penggunaan system Single Sign On (SSO) sebagai auto login pada OJRS+ untuk

Tinjauan Geometrik Jalan Raya Pada Titik Titik Rawan Kecelakaan ( Blackspots ) di Kota Semarang (Studi Kasus : Jalan Prof Hamka, Gombel Lama dan Kolonel H. Imam Suparto).. 78

Kriteria yang dapat digunakan untuk menganalisis teks berita adalah struktur teks.. Kriteria analisis berita dengan KOPS adalah: konteks, opini, perspektif,