PENGARUH KEPRIBADIAN DENGAN PERILAKU
CARING PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI
MEDAN
SKRIPSI
OLEH RUMBUN SIRAIT
111121042
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
Judul : Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan
Peneliti : Rumbun Sirait
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan USU Tahun Akademik : 2013
ABSTRAK
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara perawat berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali pasien, membuat perawat mengetahui masalah pasien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskripsi korelasi dengan sampel 100 perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan metode accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa deskripsi dengan menggunakan tendensi sentral didapatkan gambaran minimum 40, maksimum 94, rata-rata perawat yang caring 61, median 61, dan modus 63. Uji Anova menunjukkan bahwa dari lima dimensi kepribadian hanya terdapat 3 dimensi kepribadian yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku caring perawat yaitu kepribadian extraversion (p=0,02), agreeableness (p=0,01), dan kepribadian conscientiousness (p=0,00). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pengambilan keputusan mengenai sumber daya perawat yaitu dengan melakukan tes kepribadian dalam merekrut pegawai baru dan dalam hal penempatan kerja. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan metode observasi dalam pengambilan data agar data yang diperoleh lebih objektif dan akurat dan menghindari subjektifitas responden.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah skipsi I. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya
bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Salbiah, S.KP. M.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
7. Setiawan, S.Kp, MNS, PHD selaku dosen yang telah melakukan uji validitas
terhadap instrumen penelitian ini.
8. Dewan Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
9. Direktur Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian .
10.Teristimewa buat orang tua ku tercinta Bapak T. Sirait dan Ibu R. Br. Gultom
serta anggota keluarga lainnya yang telah banyak memberikan doa, nasehat,
materi dan dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
penelitian ini.
11.Teman-teman mahasiswa Ekstensi pagi Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, khususnya stambuk 2011 yang telah memberikan semangat
dan masukan dalam penyusunan skripsi ini (Kak Rani, Kak Linda, Sri, Reni,
Maria, Inri, Dini, Sondang, dll ).
12.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi
ini di Fakultas Keperawatan USU.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis
semoga Skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, terkhususnya ilmu keperawatan.
Medan, Februari 2013
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
Bab II Tinjauan Pustaka ... 9
2.1 Konsep Caring ... 9
2.1.1 Defenisi Caring ... 11
2.1.2 Caring menurut Teori Watson ... 12
2.1.3 Pengukuran perilaku caring ... 15
2.2 Konsep Kepribadian ... 16
2.2.1 Defenisi kepribadian ... 16
2.2.2 Tipologi Kepribadian ... 17
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi perkembangan Kepribadian Manusia ... 26
2.2.4 Perubahan Kepribadian ... 27
2.2.5 Pengukuran Kepribadian ... 28
2.3 Penelitian Terdahulu ... 29
Bab III Kerangka Konseptual ... 34
3.1 Kerangkan Konsep ... 35
3.2 Defenisi Operasional ... 36
3.3 Hipotesa ... 38
BAB IV Metodologi Penelitian ... 39
4.1 Desain Penelitian ... 39
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39
4.3 Populasi dan Sampel penelitian ... 40
4.4 Pertimbangan Etik ... 42
4.5 Instrumen Penelitian ... 43
4.6 Uji Validitas ... 45
4.7 Uji Reliabilitas ... 45
4.8 Pengumpulan Data ... 46
BAB V Hasil dan Pembahasan ... 49
5.1 Hasil Penelitian ... 49
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 49
5.1.2 Perilaku Caring Perawat ... 50
5.1.3 Kepribadian Perawat ... 51
5.1.4 Pengaruh Antara Kepribadian Dengan Perilaku Caring .. 52
5.2 Pembahasan ... 54
5.2.1 Kepribadian Perawat ... 54
5.2.2 Perilaku Caring Perawat ... 55
5.2.3 Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring ... 57
BAB VI Kesimpulan Dan Saran ... 62
6.1 Kesimpulan ... 62
6.2 Saran ... 63
Daftar Pustaka ... 65
Lampiran – Lampiran Jadwal Defenitif Penelitian ... 68
Lembar Persetujuan Responden ... 69
Instrumen Penelitian ... 70
Hasil Analisa Data... 75
Hasil Uji Reliabilitas Kepribadian ... 77
Hasil Uji Reliabilitas Caring ... 80
Lembar Konsul ... 82
Taksasi Dana ... 83
Daftar Riwayat Hidup ... 84
Master Tabel
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 36
Tabel 4.1 Distribusi populasi perawat pelaksana ... 42
di RSUPM tabel 5.1 distribusi karakteristik responden………....50
tabel 5.2 tendensi sentral perilakucaring perawat………..51
tabel 5.3 distribusi kepribadian perawat……….52
DAFTAR SKEMA
Judul : Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan
Peneliti : Rumbun Sirait
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan USU Tahun Akademik : 2013
ABSTRAK
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara perawat berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali pasien, membuat perawat mengetahui masalah pasien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskripsi korelasi dengan sampel 100 perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan metode accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa deskripsi dengan menggunakan tendensi sentral didapatkan gambaran minimum 40, maksimum 94, rata-rata perawat yang caring 61, median 61, dan modus 63. Uji Anova menunjukkan bahwa dari lima dimensi kepribadian hanya terdapat 3 dimensi kepribadian yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku caring perawat yaitu kepribadian extraversion (p=0,02), agreeableness (p=0,01), dan kepribadian conscientiousness (p=0,00). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pengambilan keputusan mengenai sumber daya perawat yaitu dengan melakukan tes kepribadian dalam merekrut pegawai baru dan dalam hal penempatan kerja. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan metode observasi dalam pengambilan data agar data yang diperoleh lebih objektif dan akurat dan menghindari subjektifitas responden.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa globalisasi ini, arus informasi dari satu tempat ke tempat lain
semakin cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang
diinginkan tanpa terhalang waktu dan jarak. Meningkatnya akses informasi dan
pendidikan masyarakat akan mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat
secara umum dan khususnya pengetahuan tentang kesehatan. Meningkatnya
pengetahuan masyarakat akan kesehatan akan berpengaruh pula terhadap tuntutan
akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau sebagai upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya
adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Agustin, 2002).
Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang sangat kompleks, karena
bergerak dalam bidang pelayanan jasa yang melibatkan berbagai kelompok
profesi dengan berbagai latar belakang pendidikan dan kehidupannya. Kelompok
keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai
kunci dari keberhasilan asuhan keperawatan di rumah sakit (Sumijatun, 2010).
Dimana keperawatan itu sendiri adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
2004). Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu
baik buruknya mutu dan citra rumah sakit. Oleh karena itu kualitas pelayanan
keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin. Perawat
sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang
cukup besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena perawat
memiliki jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya
dan juga mempunyai kontribusi dengan kuantitas terbanyak dalam pelayanan
kesehatan (Sumijatun, 2010).
Melihat besarnya peran dan kontribusi perawat dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat seharusnya akan membuat citra perawat menjadi
baik. Namun tidak demikian dengan kenyataanya, dimana citra perawat di mata
sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini adalah buruk. Hal ini terbukti
dengan adanya keluhan pasien dan keluarga tentang perilaku perawat yang tidak
ramah, judes, dan bersikap kasar dalam melayani pasien, dan ini merupakan isu
yang berkembang di rumah sakit-rumah sakit pemerintah (Novi, 2011). Keadaan
ini disebabkan oleh nilai-nilai profesionalisme perawat yang belum sepenuhnya
diaplikasikan dalam kegiatan pelayanan keperawatan, termasuk perilaku caring
sebagai inti keperawatan (Liu, Moke & Wong, 2006).
Caring membantu pasien meningkatkan perubahan positif dalam aspek
fisik, psikologis, spiritual, dan sosial (Sujana, 2008). Misalnya, bahwa setiap
respon individu terhadap suatu masalah kesehatan adalah unik, maka dalam hal ini
perawat dituntut harus mampu memahami setiap respon yang berbeda dari pasien
terhadap penderitaan yang dialaminya dan perawat memberikan pelayanan
bahwa dalam setiap pelayanan keperawatan, perawat selalu membentuk perilaku
caring.
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara perawat
berfikir, merasa, dan mempunyai pengaruh dengan sesama. Caring memfasilitasi
kemampuan perawat untuk mengenali pasien, membuat perawat mengetahui
masalah pasien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Caring sebagai bentuk
dasar dari praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi
praktis untuk mengubah praktek keperawatan (Potter & Perry, 2009).
Perilaku caring menurut Watson harus tercermin dalam sepuluh faktor
caratif (Sujana, 2008). Kesepuluh faktor tersebut dalam (Asmadi, 2008) terdiri
dari membentuk dan bertindak berdasarkan sistem nilai yang altruistik dan
manusiawi, menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope), mengembangkan
sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain, membina pengaruh saling percaya
dan saling bantu (helping-trust), meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan
positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis
dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar-mengajar
interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan/atau
memperbaiki mental, sosiokultural, dan spiritual, membantu dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, mengembangkan faktor kekuatan
eksistensial-fenomenologis, dan dimensi spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat
dijelaskan secara utuh dan ilmiah.
Terdapat kecenderungan bahwa perawat didalam memberikan asuhan
keperawatan tidak caring pada pasien, hal ini akan berdampak pada kualitas
dalam penelitiannya melaporkan bahwa, asuhan keperawatan dilihat dari sisi sikap
caring yang dipersepsikan perawat tampak adanya kondisi kurang positif, terlihat
pada proporsi perawat yang caring dan tidak caring hampir seimbang (tidak
caring 49,1 %, dan caring 51%), hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh
Musidah (2009), distribusi perawat yag caring sebesar 49,7%, dan tidak caring
50,3%.
Perilaku caring perawat terhadap pasien banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Barnum (1998) & Melleis (1997) dikutip dari Agustin (2000), menyatakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat adalah
kepribadian. Perawat di rumah sakit tentunya mempunyai kualitas kepribadian
yang berbeda-beda. Perbedaan kualitas kepribadian perawat akan mempengaruhi
cara perawat dalam berinteraksi memberikan pelayanan keperawatan (Suryawati
dkk, 2006). Niven (2002) dalam Septiarini (2009) menyatakan bahwa kepribadian
merupakan hal penting dalam proses interaksi dalam dunia kesehatan, karena
kemampuan orang berinteraksi dengan pasien sampai batas tertentu ditentukan
oleh kepribadian dan interaksi dengan pasien membutuhkan tingkat empati
tertentu serta kemampuan melihat masalah dari sudut pandang pasien.
Gunarsa (2003) juga menyatakan hal yang sama dimana seorang perawat
dalam pekerjaannya selalu bertemu dengan beraneka ragam kepribadian orang,
yang semuanya mempunyai ciri khas masing-masing. Seorang perawat selain
harus mengenal perbedaan pada pasien, teman sejawat, supervisor, instruktor,
teman, dan keluarganya, harus juga mengetahui bahwa dirinya sendiri juga
memiliki perbedaan dan menyadari bahwa ciri-ciri khas tertentu dapat
Keberhasilan seorang perawat dalam membina pengaruh dengan orang lain
tergantung dari pemahaman tentang sifat dan ciri-ciri kepribadian perawat sendiri.
Kepribadian merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
banyak perasaan dan perilaku (Ivancevich dkk, 2007). Kepribadian merupakan
integrasi sikap/ sifat warisan maupun yang didapatkan dari lingkungan sehingga
menimbulkan kesan pada orang lain (Rismawaty, 2008).
Dalam ilmu psikologi kepribadian dapat terbagi dalam beberapa dimensi
menurut teori tertentu, namun teori kepribadian yang paling sering digunakan
untuk mengukur performa kerja adalah Big Five Personality, sehingga pada
penelitian ini menggunakan Big Five Personality yang di kembangkan oleh Costa
dan Mc Crae. Dimensi kepribadian tersebut mencakup extroversion (keterbukaan
terhadap lingkungan sosial dan fisik), emotional stability (stabilitas emosional),
agreeableness (kesetujuan), conscientiousness (pengaturan diri), dan open to
experience (keterbukaan terhadap pengalaman) (Ivancevich dkk, 2007).
Kepribadian perawat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat dengan sifat
spesifik tertentu lebih caring, sebagaimana ahli psikologi telah membuktikan.
Ivancevich dkk, (2007) mengatakan bahwa dalam suatu pekerjaan, jika seseorang
bekerja pada keadaan yang sesuai , ia akan lebih mungkin mengalami tingkat
kepuasan kerja yang lebih tinggi, sikap yang lebih positif, dan pengaruh antar
rekan kerja yang lebih baik. Perilaku caring merupakan indikator kualitas
pelayanan keperawatan, tercapainya kualitas pelayanan berpengaruh pada
kepuasan klien. Pengaruh kepribadian dengan Perilaku caring perawat dalam
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mempercepat tercapainya
perilaku caring perawat, sehingga dapat memperbaiki kualitas pelayanan
keperawatan.
Berdasarkan kajian diatas, maka peneliti menjadi tertarik melakukan
penelitian mengenai Pengaruh Kepribadian dengan Perilaku Caring Perawat di
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang telah diuraikan pada latar belakang tersebut, maka
rumusan masalah yang diteliti adalah “Apakah ada Pengaruh Antara Kepribadian
dengan Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RSU dr. Pirngadi Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
antara Kepribadian dengan Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RSU
dr. Pirngadi Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran perilaku caring perawat di RSU dr. Pirngadi Medan.
2. Mengetahui gambaran tipe kepribadian perawat di RSU dr. Pirngadi Medan.
3. Mengetahui pengaruh antara kepribadian extroversion dengan perilaku caring
perawat.
4. Mengetahui pengaruh antara kepribadian agreeableness dengan perilaku
caring perawat.
5. Mengetahui pengaruh antara kepribadian neuroticism dengan perilaku caring
perawat.
6. Mengetahui pengaruh antara kepribadian open to experience dengan perilaku
caring perawat.
7. Mengetahui pengaruh antara kepribadian conscientiousness dengan perilaku
caring perawat.
8. Menganalisis pengaruh antara kepribadian dengan Perilaku Caring Perawat Di
1.4Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat maupun memberi
sumbangan bagi pihak-pihak terkait, yang meliputi:
1. Bagi Rumah Sakit
Khususnya Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, sebagai bahan masukan
bagi rumah sakit tentang gambaran perilaku caring perawat di Ruang Rawat
Inap. Informasi tentang caring perawat dan pengaruhnya dengan kepribadian.
Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan strategi pengambilan keputusan mengenai sumber daya perawat
dan memberikan pelatihan soft skill pada perawat.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dan memperkaya hasil
penelitian yang telah ada dan dapat memberi informasi mengenai pengaruh
kepribadian dengan perilaku caring seorang perawat.
3. Bagi Peneliti
Proses penelitian merupakan pengalaman belajar yang berharga untuk lebih
memahami berbagai jenis dari kepribadian pada perawat. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya yang menggunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Konsep Caring 2.1.1 Pengertian Caring
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara perawat
berfikir, merasa, dan mempunyai pengaruh dengan sesama. Caring memfasilitasi
kemampuan perawat untuk mengenali pasien, membuat perawat mengetahui
masalah pasien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Caring sebagai bentuk
dasar dari praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi
praktis untuk mengubah praktek keperawatan (Potter & Perry, 2009).
Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses
interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran
yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi
tertentu kepada resipien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu,
menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini
dipengaruhi oleh pengaruh antara perawat dan pasien (Griffin, 1983 dikutip dari
Morrison dan Burnard, 2008).
Barnum (1998) & Melleis (1997) dikutip dari Agustin (2002), menjelaskan
makna secara lebih luas dari caring yang terdiri dari 5 (lima) konsep. Pertama
caring as human traits, yang berarti caring merupakan kebiasaan atau sifat dari
manusia berdasarkan pada kepribadian, psikologis, atau budaya. Kedua caring as
moral imperactive, yang artinya caring berpengaruh dengan aspek moral yang
sebagai manusia. Ketiga caring as affect yang dimanifestasikan dengan
emosional, empati, dan mengabdi pada pekerjaan. Keempat caring an
interpersonal interaction, yang artinya perawat dalam memberikan asuhan selalu
berinteraksi dengan pasien dan keluarganya yang merupakan esensi dari caring.
Kelima caring a therapeutic intervention, yang artinya caring merupakan terapi
keperawatan (therapeutic nursing).
Caring menurut Watson (2006a) dikutip dari Potter & Perry (2009)
merupakan sentral praktek keperawatan. Caring juga merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya terhadap pasien. Caring oleh Swanson (1991) dikutip dari Potter
& Perry (2009) di defenisikan sebagai suatu cara pemeliharaan yang berpengaruh
dengan menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki tanggung jawab.
Selanjutnya Benner (1984) dikutip dari Potter & Perry (2009) menggambarkan
inti dari praktek keperawatan yang baik adalah caring.
Milton Mayerof (1972) dikutip dari Morrison dan Burnard (2008)
menganalisis tentang makna caring dalam pengaruh manusia, menggambarkan
caring sebagai suatu proses yang memberikan kesempatan pada seseorang (baik
pemberi asuhan (carer) maupun penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi.
Aspek utama caring dalam analisis, meliputi: pengetahuan, penggantian irama
(belajar dari pengalaman), kesabaran kejujuranrasa percayakerendahan
2.1.2 Caring Menurut Teori Watson
Teori Jean Watson (Asmadi, 2008) yang telah dipublikasikan dalam
keperawatan adalah “Human Science and Human Care”. Watson percaya bahwa
fokus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari
perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah.
Dalam praktek keperawatan Watson mengemukakan 10 faktor karatif, yaitu 10
sifat dari karakter perawat yang menjelaskan bagaimana caring dimanifestasikan
sebagai esensi dan inti keperawatan. Kesepuluh faktor karatif tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Membentuk Dan Bertindak Berdasarkan Sistem Nilai Yang Altruistik Dan
Manusiawi.
Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik dapat di bangun dari
pengalaman, belajar, dan upaya-upaya mengembangkan sikap humanis.
Pengembangan dapat ditingkatkan dalam masa pendidikan. Melalui sistem
nilai ini perawat dapat merasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada
pasien dan juga penilaian terhadap pandangan diri seseorang. Menurut potter
dan Perry (2009) perawat harus memberikan kebaikan dan kasih sayang,
bersikap membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi dengan
pasien.
b. Menanamkan Keyakinan Dan Harapan (Faith-Hope).
Menggambarkan peran perawat dalam mengembangkan pengaruh perawat dan
pasien dalam mempromosikan kesehatan dengan membantu meningkatkan
perilaku pasien dalam mencari pertolongan kesehatan. Perawat memfasilitasi
mengembangkan pengaruh perawat dengan pasien secara efektif. Faktor ini
merupakan gabungan dari nilai humanistik dan altruistik, dan juga
memfasilitasi asuhan keperawatan yang holistik kepada pasien.
c. Mengembangkan Sensitivitas Untuk Diri Sendiri Dan Orang Lain.
Perawat belajar memahami perasaan pasien sehingga lebih peka, murni, dan
tampil apa adanya. Pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga harus mampu memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka.
d. Membina Pengaruh Saling Percaya Dan Saling Bantu (Helping-Trust)
Pengaruh saling percaya akan meningkatkan dan menerima perasaan positif
dan negatif. Untuk membina pengaruh saling percaya dengan pasien perawat
menunjukkan sikap empati, harmonis, jujur, terbuka dan hangat serta perawat
harus dapat berkomunikasi terapeutik yang baik.
e. Meningkatkan Dan Menerima Ekspresi Perasaan Positif Dan Negatif.
Perawat harus dapat menerima perasaan orang lain serta memahami perilaku
mereka dan juga perawat mendengarkan segala keluhan pasien. Blais (2007)
juga mengemukakan bahwa perawat harus siap untuk perasaan negatif, berbagi
perasaan duka cita, cinta, dan kesedihan yang merupakan pengalaman yang
penuh resiko.
f. Menggunakan Metode Pemecahan Masalah Yang Sistematis Dalam
Pengambilan Keputusan.
Perawat menerapkan proses keperawatan secara sistematis, memecahkan
kepada pasien. Proses keperawatan seperti halnya proses penelitian yaitu
sistematis dan terstruktur.
g. Meningkatkan Proses Belajar-Mengajar Interpersonal.
Faktor ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatan untuk
membedakan caring dan curing. Bagaimana perawat menciptakan situasi yang
nyaman dalam memberikan pendidikan kesehatan. Perawat memberi informasi
kepada pasien, perawat memfasilitasi proses ini dengan memberikan
pendidikan kesehatan yang didesain supaya dapat memampukan pasien
memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan yang mandiri,
menetapkan kebutuhan personal pasien.
h. Menyediakan Lingkungan Yang Mendukung, Melindungi, Dan/Atau
Memperbaiki Mental, Sosiokultural, Dan Spiritual.
Perawat harus menyadari bahwa lingkungan internal dan eksternal berpengaruh
terhadap kesehatan dan kondisi penyakit pasien. Konsep yang relevan dengan
lingkungan internal meliputi kepercayaan, sosial budaya, mental dan spiritual
pasien. Sementara lingkungan eksternal meliputi kenyamanan, privasi,
keamanan, kebersihan dan lingkungan yang estetik. Oleh karena itu Potter dan
Perry (2009) menekankan bahwa perawat harus dapat menciptakan
kebersamaan, keindahan, kenyamanan, kepercayaan, dan kedamaian.
i. Membantu Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia .
Perawat mmbantu memenuhi kebutuhan dasar pasien meliputi kebutuhan
biofisik, psikofisik, psikososial, dan kebutuhan interpersonal pasien. Dan
j. Mengembangkan Faktor Kekuatan Eksistensial-Fenomenologis, dan dimensi
spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh dan
ilmiah. Fenomenologis menggambarkan situasi langsung yang membuat orang
memahami fenomena tersebut. Watson menyadari bahwa hal ini memang sulit
dimengerti. Namun hal ini akan membawa perawat untuk memahami dirinya
sendiri dan orang lain. Sehingga perawat dapat membantu seseorang untuk
memahami kehidupan dan kematian dengan melibatkan kekuatan spiritual.
Clarke & Wheeler (1992) dikutip dari Basford & Slevin (2006)
memandang fenomena caring pada praktik keperawatan dalam empat kategori dan
tema yaitu bersikap suportif, berkomunikasi, tekanan, dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Watson juga mengemukakan tujuh asumsi dasar tentang caring (Asmadi,
2008) yaitu :
a. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktekkan secara interpersonal.
b. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya factor carative yang
menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.
c. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan
perkembangan individu dan keluarga.
d. Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang sebagaimana
mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nanti.
e. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan
kemungkinan perkembangan potensi dan memberi keleluasaan bagi seseorang
untuk memilih kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah
f. Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenik (menyehatkan) daripada
curing (mengobati). Praktek keperawatan mengintegrasikan pengetahuan
biofisik dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu
individu yang sakit.
g. Praktik caring merupakan pusat keperawatan.
2.1.3 Pengukuran Perilaku Caring
Pengukuran perilaku caring dengan mengacu pada pengembangan dari
carative faktor Watson (1979) dikutip dari Poter & Perry (2009) yang mencakup
membentuk sistem nilai humanistik-altruistik, menanamkan keyakinan dan
harapan, mengembangkan sensitifitas untuk diri sendiri dan orang lain, membina
pengaruh saling percaya dan saling bantu, meningkatkan dan menerima ekspresi
perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang
sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar mengajar
interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi,
memperbaiki mental dan sosiokultural, membantu dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia serta mengembangkan faktor eksistensial- fenomenologis.
2.2Konsep Kepribadian
Istilah kepribadian atau dalam bahasa inggrisnya (personality) berasal dari
bahasa Yunani Kuno proposan atau persona yang berarti ”topeng” yang biasa
digunakan dalam teater. Para pemain teater menggunakan topeng dan bertingkah
laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu
mewakili ciri karakter tertentu. Ada topeng tersenyum yang mewakili karakter
menjadi konsep awal dari personality, yaitu tingkah laku yang ditampakkan
kepada lingkungan sosial atau kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat
ditangkap oleh orang sekitarnya dalam lingkungan (Hidayat, 2009).
2.2.1 Defenisi Kepribadian
Banyak ahli yang telah merumuskan defenisi kepribadian berdasarkan
paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka
kembangkan. Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi defenisi sebanyak
ahli yang merumuskannya (Rismawaty, 2008).
Gordon W. Allport mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
kepribadian adalah organisasi yang dinamis dalam diri seseorang sebagai sistem
psikofisis yang menentukan caranya yang khas di dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan (Sumadi, 2005).
Menurut Dr. Sugyanto, kepribadian adalah totalitas ciri-ciri seseorang
yang tergambar dalam perilaku dan tak terbatas pada reaksi orang tersebut.
Sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut merupakan referensi yang membedakan dirinya dengan
orang lain (Pieter dan Lumongga, 2010).
Dalam masyarakat awam, ada beberapa istilah dalam kepribadian yang
seringkali dipertukarkan maknanya (Alwisol, 2004 dikutip dari Hidayat, 2009),
yaitu:
1. Kepribadian : Penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa
memberikan penilaian .
2. Karakter : Penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai
3. Watak : Karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang tidak
berubah.
4. Temperamen : Kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologik
(ditentukan oleh genetik orang tua).
5. Sifat : Respon yang sama terhadap kelompok stimulus yang mirip dan
berlangsung dalam kurun waktu yang lama.
6. Kebiasaan : Respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama
pula.
2.2.2 Tipologi Kepribadian
Tipologi kepribadian atau tipe-tipe kepribadian adalah konsep yang
dikembangkan untuk membagi kepribadian dalam kategori-kategori tertentu.
Beberapa rumusan mengenai tipologi kepribadian dalam (Hidayat, 2009) yang
sudah dikenal, antara lain:
1. Tipologi Konstitusional
Tipologi konstitusional merupakan tipologi yang dikembangkan atas dasar
jasmaniah. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi konstitusi adalah
bahwa keadaan tubuh, baik yang tampak berupa bentuk penampilan fisik maupun
yang tidak tampak, misalnya susunan saraf, otak, darah, dst menentukan ciri
pribadi seseorang (Hidayat, 2009). Para ahli yang mengembangkan teori ini
adalah:
A.Hipocrates Gallenus
Hippocrates dan Galenus dalam (Pieter dan Lumongga, 2010), mengemukakan
bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair
1) Melancholicus (melankolis), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya,
sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram,
pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.
2) Sanguinicus (sanguinis), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga
orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu
gembira, dan bersikap optimistis.
3) Flegmaticus (flegmatis), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang-orang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis,
pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
4) Cholericus (koleris), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini
bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri,
sifatnya garang dan agresif.
B.Kretschmer
Kretschmer (Pieter dan Lumongga, 2010), ahli penyakit jiwa
berkebangsaan Jerman, mengemukakan adanya pengaruh yang erat antara tipe
tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia membagi manusia dalam empat golongan
menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini :
1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada
lebar. Tipe watak orang yang berbentuk atletis adalah schizothyme, yang
mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme,
menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.
2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan
mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme,
menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.
3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pendek dan
kuat, perut besar. Tipe watak orang yang piknis adalah schizothyme, yang
mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme,
menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.
4) Displastis, merupakan penyimpangan dari tipe piknis, leptosome, dan atletis. Tipe watak orang yang displatis adalah cyclothym, yang mempunyai sifat-sifat
ramah, cenderung menjadi maniak depresif, mudah mengadakan kontak social
atau dunia luar, mudah bergaul, mudah mendapat teman,pergaulan
menyenangkan dan mudah merasakan suka dan duka orang lain.
C.Sheldon
Menurut teori Sheldon (Hidayat,2009), manusia bisa digolongkan menjadi
tiga macam tipe yaitu :
1) Tipe Endomorf
Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorf-nya tinggi, sedangkan
kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh
sistem digestif (yang berasal dari endoderm) memegang peranan penting.
Sheldom menyebut tipe endomorf dengan kecenderungan pada kebulatan,
keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan
kecil.
2) Tipe Mesomorf
Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorf, komponen
bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih
baik ketimbang yang lain-lain, misalnya: otot-ototnya dominan,
pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan. Orang tipe ini punya
kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk
pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara.
3) Tipe Ektomorf
Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorf ini adalah
organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang, yaitu kulit,
sistem saraf. Kecenderungan tipe ektomorf adalah pada tangan dan kaki yang
lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan
otot-otot hampir tidak tampak berkembang.
2. Tipologi Ketidak Sadaran
C.G. Jung (Sundari, 2005), seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss,
membuat pembagian tipe manusia dengan cara lain . Ia menyatakan bahwa
perhatian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut
extrovert dan kedalam dirinya yang disebut introvert. Jadi, menurut Jung tipe
manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
1) Tipe Extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar
dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat. Orang yang
tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat : berhati terbuka, lancar dalam
pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali.
Mereka mudah mempegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya.
2) Tipe Introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya.
pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka menyendiri, bahkan
sering takut kepada orang lain.
3. Tipologi berdasarkan Prilaku Organisasi
Tipe kepribadian ini meyakini bahwa pengukuran kepribadian dapat
meramalkan kinerja dan perilaku lain dalam pekerjaan. Tipe kepribadian ini
terdiri dari the big five personality, locus of control, self efficacy, dan
kreativitas (Ivancevich dkk, 2007).
A. Dimensi Kepribadian (The Big Five Personality )
Big five Personality merupakan pendekatan dalam psikologi kepribadian
yang mengelompokkan trait kepribadian dengan analisis faktor. Pelopornya
adalah Allport dan Cattell. Big five Personality adalah suatu pendekatan yang
digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang
tersusun dalam lima buah dominan kepribadian yang telah dibentuk dengan
menggunakan analisis faktor (Pervin dkk, 2010).
Kepribadian merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
banyak perasaan dan perilaku. Secara harafiah, ratusan dimensi kepribadian telah
diidentifikasikan oleh psikolog dalam 100 tahun terakhir. Akan tetapi, dalam 25
tahun terakhir telah muncul kesepakatan bahwa secara umum, kepribadian
manusia dapat digambarkan oleh lima dimensi atau faktor yang dikenal dengan .
dimensi kepribadian ”big five” (Ivancevich dkk, 2007).
Dimensi kepribadian yang dikembangkan oleh Costa dan Mc.Cray dalam
(Pervin, 2010), terdiri dari:
1) Neurotism (N), merupakan penyesuaian diri dengan ketidakstabilan emosi.
yang tidak realistik, idaman atau dorongan yang berlebihan dan respon yang
maladaptif. Adapun ciri-ciri Neurotism adalah:
a. Nilai Tinggi
Individu dengan Neurotism nilai tinggi adalah indvidu yang memiliki rasa
takut yang berlebihan, gugup, emosional, tidak aman, tidak cakap.
b. Nilai rendah
Individu dengan neurotism nilai rendah adalah individu yang memiliki rasa
tenang, rileks, tidak emosional, kukuh, aman, puas diri.
2) Extraversion (E), menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level
aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk menikmati
(kesenangan). Adapun ciri-ciri Extraversion adalah :
a. Nilai tinggi
Individu yang memiliki sifat Extraversion dengan nilai tinggi adalah
individu yang dapat bersosialisasi, aktif, senang bercakap-cakap,
berorientasi pada orang, optimis, menyukai keceriaan, dan lembut.
b. Nilai rendah
Individu yang mempunyai Extraversion dengan nilai rendah adalah individu
yang memiliki sifat pendiam, menahan diri, bijaksana, tidak gembira,
menyendiri, berorientasi pada tugas, dan menarik diri.
3) Opennes (O), menilai pencarian proaktif dan penghargaan terhadap
pengalaman untuk dirinya sendiri, toleransi bagi dan eksplorasi terhadap yang
a. Nilai tinggi
Individu yang memiliki sifat openness dengan nilai tinggi adalah individu
yang mempunyai minat yang lebih besar, ingin tahu, kreatif, original,
imajinatif, tidak tradisional.
b. Nilai rendah
Individu yang memiliki sifat openness dengan nilai rendah adalah individu
yang konvensional, membumi, sedikit minat, tidak artistik, tidak analitis.
4) Agreeableness (A), menilai kualitas orientasi interpersonal seseorang
sepanjang kontinum dari perasaan terhadap antagonisme dalam pemikiran,
perasaan dan tindakan.
a. Nilai tinggi
Individu yang digolongkan dalam sifat ini adalah individu yang mudah
percaya pada orang lain, lembut, ramah, dipercaya, membantu, memaafkan,
mudah dibujuk, terang-terangan.
b. Individu yang memiliki sifat agreableness dengan nilai rendah adalah
idividu yang kasar, klinis, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengis,
pemarah, manipulatif (suka manipulasi).
5) Conscientiousness (S), menilai tingkat organisasi, ketekunan, motivasi dalam
perilaku berarah tujuan. Berlawanan dengan orang yang bergantung kepada
orang lain dan cerewet dengan mereka yang malas dan pembangkang.
a. Nilai tinggi
Individu yang memiliki sifat conscientiousness dengan nilai tinggi adalah
individu yang dapat diandalkan, terorganisir, pekerja keras, disiplin diri,
b. Nilai rendah
Individu yang mempunyai sifat conscientiousness dengan nilai rendah
adalah individu yang tidak berjuang, tidak dapat diandalkan, malas, acuh,
sembrono, lemah niat, hedonistis.
B. Locus of control
Locus of control (pusat pengendalian) menentukan tingkatan sampai dimana
individu meyakini bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi
pada mereka. Beberapa orang merasa yakin bahwa mereka mengatur dirinya
sendiri dan memiliki tanggung jawab pribadi untuk apa yang terjadi terhadap
diri mereka. Ketika mereka berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal
tersebut disebabkan oleh usaha atau keterampilan mereka. Mereka
digolongkan sebagai internal. Yang lainnya memandang diri mereka secara
tak berdaya diatur oleh nasib, dikendalikan oleh kekuatan dari luar dimana,
kalaupun ada, mereka hanya memiliki sedikit pengaruh. Ketika mereka
berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh
keberuntungan atau karena tugas tersebut merupakan tugas yang mudah.
Mereka digolongkan sebagai eksternal .
C.Self efficacy
Self efficacy berpengaruh dengan keyakinan pribadi mengenai kompetensi dan
kemampuan diri. Secara spesifik, hal tersebut merujuk pada keyakinan
seseorang terhadap kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas secara
berhasil. Individu dengan tingkat self efficacy yang tinggi sangat yakin dalam
kemampuan kinerja mereka. Konsep self efficacy memasukkan tiga dimensi:
D.Kreativitas
Kreativitas merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk
meloloskan diri dari pemikiran kaku dan menghasilkan ide yang baru dan
berguna. Kreativitas menghasilkan inovasi dan inovasi merupakan sumber
kehidupan dari sejumlah perusahaan.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian Manusia
Sumber utama dalam perkembangan kepribadian adalah pembawaan dan
lingkungan, dimana keduanya saling berinteraksi dan akan menghasilkan suatu
struktur diri yang merupakan faktor penentu dalam kepribadian (Pieter dan
lumongga, 2010).
a. Pembawaan
Artinya bahwa pembentukan kepribadian itu merupakan hasil warisan genetis
dari kedua orang tua. Warisan genetis yang khas yaitu fungsi intelektual dari
otak yang menghasilkan suatu jaringan komunikasi yang akan menentukan
kemampuan (potensi diri) seseorang, seperti pola pikir, penalaran, fantasi,
pengalaman ataupun pemecahan masalah bagi seseorang dalam melakukan
aktivitas ataupun kegiatan perilaku seseorang.
b. Lingkungan
Artinya lingkungan juga merupakan faktor penentu dalam perkembangan dan
pembentukan kepribadian seseorang. Adapun faktor-faktor lingkungan yang
berpengaruh dengan kepribadian adalah lingkungan fisik, psikis, dan
c. Stuktur Diri
Yang paling fundamental dalam berfungsinya struktur diri yaitu asumsi-asumsi
yang dibuat individu itu sendiri mengenai dirinya sendiri dengan lingkungan.
Asumsi-asumsi itu berdasarkan hasil proses pembelajaran yang terdiri dari :
1. Asumsi realitas, yaitu pandangan seseorang mengenai segala sesuatu yang
ada di lingkungan, seperti pikiran atau pandangan mengenai dunia
sekitarnya.
2. Asumsi kemungkinan, adalah pandangan seseorang mengenai segala
sesuatu yang akan terjadi, seperti perubahan, kesempatan mengembangkan
diri, ataupun memperoleh kemajuan sosial.
3. Asumsi nilai, adalah pandangan individu tentang segala sesuatu yang
seharusnya, pandangan benar atau salah, baik atau buruk, diterima atau
ditolak masyarakat.
2.2.4 Perubahan Kepribadian
Kepribadian pada dasarnya akan mengalami perubahan sejalan dengan
perkembangan fisik dan mental. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
kepribadian (Hidayat, 2009) adalah:
1. Faktor fisik : gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat terlarang dan
gangguan organik (kecelakaan atau sakit).
2. Faktor lingkungan sosial budaya : krisis politik, ekonomi, keamanan yang
menyebabkan cemas, stress, dan masalah sosial.
3. Faktor diri sendiri : tekanan emosional (frustasi berkepanjangan), proses
2.2.5 Pengukuran Kepribadian
Ada berbagai alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur kepribadian
big five, diantaranya NEO-PI-R, HPI, PCI, NEO FFI, AB5C, CPI, Big Five factor
Maker, dll. Berbagai inventori tersebut dalam penggunaannya perlu ijin khusus
dari penciptanya. Sebagai konsekwensinya instrumen-instrumen tersebut tidak
dapat digunakan secara bebas oleh ilmuwan lain. Selain itu, juga tidak
memungkinkan orang lain untuk mengembangkan maupun merevisinya.
Mengingat hal tersebut Goldberg mempelopori adanya bank item mengenai
inventori kepribadian yang di publikasikan dalam Internasional Personality Item
Pool (IPIP) website. IPIP website merupakan suatu usaha secara internasional
untuk mengembangkan sebuah set inventori kepribadian yang berasal dari
item-item domain publik dan skala tersebut dapat digunakan untuk tujuan ilmiah
ataupun tujuan komersil (Mastuti, 2005).
Item – item dalam IPIP telah dibandingkan dengan target berbagai
inventory kepribadian yang sudah baku, diantaranya dengan Big Five faktor
Maker, NEO-PI-R, AB5C, 16 PF, CPI, MPQ, dll. Salah satu yang dibandingkan
dengan NEO-PI-R dari 30 faset yang ada item-item dalam ipip mempunyai
koefisien alpha 0,64 sampai 0,88. Sementara itu dari item NEO-PI-R yang asli
mempunyai koefisien alpha mulai 0,61 sampai 0,84. Hal ini menunjukkan bahwa
item-item dalam IPIP mempunyai reliabilitas yang cukup baik. Sementara itu
2.3 Penelitian Terdahulu
Sumbayak (2009) dengan judul skripsi ”Pengaruh Tipe Kepribadian Big
Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes
Medan”. Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dan analisis jalur satu
persamaan jalur. Sehingga dari analisis faktor diperoleh hasil bahwa variabel tipe
kepribadian big five personality yang dominan adalah Neurotism, agreeableness
dan conscientiousness. Dan di analisis lanjut dengan menggunakan metode
analisis jalur satu persamaan jalur, dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan
bahwa tipe kepribadian Neuroticsm, Agreeableness dan conscientiouness secara
bersamaan memberi pengaruh sebesar 58,6% terhadap coping stress, dan tipe
kepribadian extraversion memberi pengaruh sebesar 20,4% terhadap koping stress
(emotion focused coping).
Yana (2005) dengan judul skripsi “Pengaruh Antara tipe Kepribadian
Introvert/Ekstrovert Dengan Rasa Malu Pada Remaja Akhir Yang Mendapat
Keringanan Tidak Membayar SPP di SMA Ar.Rahman Medan”. Penelitian ini
menggunakan metode analsisis regresi linier berganda. Hasil utama penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tipe kepribadian
introvert/ekstrovert dengan rasa malu pada remaja akhir dengan nilai korelasi
0,534. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa semakin introvert
kepribadian yang dimiliki individu, maka semakin kecil rasa malu yang dialami,
sebaliknya semakin ekstrovert tipe kepribadian individu maka rasa malu yang
Gambar 2.1 Secara ringkas tentang teori kepribadian di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Tipologi Konstitusional
A.Hipocrates Gallenus
No Tipe kepribadian Karakteristik individu
1 Melankolis selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.
2 Sanguinis selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.
3 Flegmatis sifatnya lamban dan pemalas,
wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
4 Koleris bertubuh besar dan kuat, namun
penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
B. Kretschmer
No Tipe kepribadian Karakteristik Individu
1 Atletis ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar. Tipe watak orang yang berbentuk atletis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.
2 Astenis ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil. Tipe watak orang yang astenis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.
menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.
4 Displatis ramah, cenderung menjadi maniak depresif, mudah mengadakan kontak sosial atau dunia luar, mudah bergaul, mudah mendapat teman, pergaulan menyenangkan dan mudah merasakan suka dan duka orang lain.
C. Sheldon
No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu
1 Endomorf kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.
2 Mesomorf Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara.
3 Ektomorf tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot-otot hampir tidak tampak berkembang.
2. Tipologi Ketidaksadaran
No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu
1 Extrovert sifat-sifat : berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali. Mereka mudah mempegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya.
2 Introvert
3. Tipologi Berdasarkan Perilaku Organisasi
A.The Big Five Personality
1 Neurotism a. Nilai Tinggi
indvidu yang memiliki rasa takut yang berlebihan, gugup, emosional, tidak aman, tidak cakap, hypocodriacal.
b. Nilai rendah
individu yang memiliki rasa tenang, rileks, tidak emosional, kukuh, aman, puas diri.
2 Extraversion a. Nilai tinggi
individu yang dapat bersosialisasi, aktif, senang bercakap-cakap, berorientasi pada orang, optimis, menyukai keceriaan, dan lembut.
b. Nilai rendah
Individu yang memiliki sifat pendiam, menahan diri, bijaksana, tidak gembira, menyendiri, berorientasi pada tugas, dan menarik diri.
3 Opennes to experience
a. Nilai tinggi
Individu yang mempunyai minat yang lebih besar, ingin tahu, kreatif, original, imajinatif, tidak tradisional.
b. Nilai rendah
Individu yang konvensional, membumi, sedikit minat, tidak artistik, tidak analitis. 4 Agreeableness a. Nilai tinggi
Individu yang mudah percaya pada orang lain, lembut, ramah, dipercaya, membantu, memaafkan, mudah dibujuk, terang-terangan.
b. Individu yang kasar, klinis, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengis, pemarah, manipulatif (suka manipulasi).
5 Conscientiousness a. Nilai tinggi
Individu yang dapat diandalkan, terorganisir, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius, keras hati.
b. Nilai rendah
B. locus of control
No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu
1 External Individu yang memandang dirinya tak berdaya diatur oleh nasib, dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Ketika mereka bekerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh keberuntungan atau karena tugas tersebut adalah tugas yang mudah.
2 Internal Individu yang yakin bahwa mereka
mengatur dirinya sendiri dan memiliki tanggung jawab pribadi terhadap diri mereka.
C. Self Efficacy
Individu yang mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kompetensi dan
kemampuan diri sendiri.
D.Kreativitas
Kreativitas merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk
meloloskan diri dari pemikiran kaku dan menghasilkan ide yang baru dan
berguna. Kreativitas menghasilkan inovasi dan inovasi merupakan sumber
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi Pengaruh Kepribadian dengan Perilaku Caring Perawat. Dimana
Caring sebagai inti dari keperawatan merupakan perwujudan dari semua faktor
yang digunakan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien.
Caring membantu pasien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,
psikologis, spiritual, dan sosial. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
caring perawat tersebut adalah kepribadian. Berdasarkan tujuan penelitian dan
Kerangka Konsep
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Skema 3.1
Karakteristik Caratif Caring:
1. Humanistik altruistik
2. Menanamkan keyakinan dan harapan
3. Mengembangkan sensitivitas diri dan orang lain.
4. Membina pengaruh saling percaya 5. Meningkatkan dan menerima
ekspresi perasaan positif dan negatif.
6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis.
7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung.
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia .
10. Mengembangkan faktor kekuatan
eksistensial-fenomenologis. Dimensi Kepribadian:
1.Extraversion
2.Agreeableness
3.Neuroticism
4.Open to experience
3.2 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional terdiri dari 30 pernyataan positif dan 10 pernyataan
a. Extraversion b.Agreeableness
a. Extroversion Merupakan sifat terdiri dari 6 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif.
Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing
jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.
Nominal
b.Neuroticism Merupakan sifat terdiri dari 6 pernyataan
Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing
jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.
emosinya dan terdiri dari 6 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif.
Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai. terdiri dari 6 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif.
Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai. terdiri dari 6 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif.
Pilihan jawaban negatif: SS nilai 1, S nilai 2, TS nilai 3, dan STS nilai 4.
3.3 Hipotesa
1. Ada pengaruh antara kepribadian extroversion dengan perilaku caring perawat.
2. Ada pengaruh antara kepribadian agreeableness dengan perilaku caring
perawat.
3. Ada pengaruh antara kepribadian neuroticism dengan perilaku caring perawat.
4. Ada pengaruh antara kepribadian open to experience dengan dengan perilaku
caring perawat.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan (Desain) Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional karena variabel independent dan dependent diukur dan
dikumpulkan satu kali saja dalam satu kali waktu atau dalam waktu bersamaan
(Setiadi, 2007) sehingga pada penelitian ini tidak terdapat follow up. Penelitian ini
menggunakan data primer yang langsung diperoleh dari perawat. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner tentang karakteristik responden,
dimensi kepribadian dan karakteristik perilaku caring perawat.
4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai Oktober
2012 di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan (RSUP) yang terletak di jalan
Prof. HM. Yamin. SH. No 47. Alasan peneliti memilih RSUPM sebagai tempat
penelitian adalah karena RSUPM merupakan salah satu rumah sakit rujukan di
kota Medan, memiliki populasi perawat yang sangat banyak, sebagai salah satu
rumah sakit tempat pendidikan dan oleh karena mudah dijangkau oleh peneliti.
Ruangan yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah instalasi rawat inap
(IRNA) dengan pertimbangan bahwa kontak perawat klien dilakukan selama 24
jam penuh secara berkesinambungan, sehingga memungkinkan perilaku caring
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004 dikutip dari
Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah 246 perawat pelaksana yang
bertugas di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan tahun 2012.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti ( Arikunto, 2006).
Tehnik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi yang ada. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan Non-probability sampling dengan cara accidental sampling.
Accidental sampling merupakan cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan
kebetulan bertemu (Hidayat, 2007).
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawat
pelaksana di ruang rawat inap , bersedia menjadi responden, dan hadir pada saat
penelitian. Sedangkan Kriteria eksklusinya yaitu perawat yang bekerja di ruangan
intensive dan perawat yang tidak bersedia menjadi responden. Polit dan Hungler
(1993) dalam Setiadi (2007), menyatakan bahwa semakin besar sampel yang
dipergunakan maka semakin baik dan representatif hasil yang akan diperoleh.
Adapun besarnya sampel menurut rumus yang dikutip dari Nursalam
(2008) adalah sebagai berikut :
�= �.�
Keterangan :
n = Perkiraan besar sampel
N = Perkiraan besar populasi
Z = Nilai standar normal untuk a = 0,05 (1,96)
P = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 %
q = 1-P ( 100 % - p)
d = Tingkat kesalahan yang dipilih ( d = 0,01)
� = ��� (�,��)
�(�,�)(�,�)
(�,��)� (��� − �) + (�,��)� (�,�)(�,�)
= ��� (�,����)(�,��)
(�,����)(���) + (�,����)(�,��)
=���,����
�,����
=��,�
= 70 responden
Berdasarkan formula diatas jumlah sampel minimal adalah 70 responden
digenapkan menjadi 100 responden untuk menghindari non respon rate. Dari 100
responden akan diambil secara proportional tiap ruang dari 22 ruangan dengan
memakai rumus sebagai berikut:
��= ��
��
Keterangan :
ni = Jumlah sampel tiap ruang
n = Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah populasi tiap ruang
Tabel 4.1
Distribusi Populasi Perawat Pelaksana Di RSUPM No Nama Ruangan Jumlah Populasi Tiap
Ruangan (Ni)
Jumlah Sampel Tiap Ruangan (ni)
15 R. Neurologi (Melati 2)
Dalam penelitian ini, pertimbangan etik penelitian bertujuan untuk
melindungi hak-hak subyektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden
dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Penelitian ini
dilakukan setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan
Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan
pada penelitian yaitu :
1. Self Determination
Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah
bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.
2. Informed Consent
Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti
memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika
responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta
menandatangani lembar persetujuan.
3. Anonimity
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data,
tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut.
4. Confidentiality
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu
yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Instumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang ditujukan kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit
Umum dr. Pirngadi Medan.
Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan sesuai dengan tujuan
1. Data demografi, dipergunakan untuk mengidentifikasi karakteristik
responden yang terdiri dari nama (inisial), usia, jenis kelamin, dan pendidikan
dalam bentuk chek list, yang dipergunakan sebagai kuesioner pembuka.
2. Dimensi kepribadian, dipergunakan untuk mengidentifikasi dimensi
kepribadian. Pernyataan-pernyataan pada kuesioner ini merupakan modifikasi
dari Internasional Personality Item Pool (IPIP) website dan dinilai berdasarkan
skor tertinggi dari masing-masing kepribadian. Aspek dalam kepribadian big
five terdiri dari lima faktor besar yaitu extraversion, neuroticism,
agreeableenes, conscientiousness dan opennes to experience. Jumlah
pernyataan sebanyak 40 item yang terdiri dari 26 pernyataan positif dan 14
pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif pilihan jawabannya yaitu sangat
sesuai = 4, sesuai = 3, tidak sesuai = 2, sangat tidak sesuai = 1 dan untuk
pernyataan negatif penilaian bergerak dari angka 1 sampai 4. Adapun
komposisi pernyataan tiap-tiap komponen adalah extraversion 8 item no 1-8
(no 1-6 pernyataan positif dan no 7-8 pernyataan negatif), agreeableness 8 item
( no 9-14 pernyataan positif dan no 15-16 pernyataan negatif), neuroticism 8
item ( no 17-22 pernyataan negatif dan no 23-24 pernyataan positif), open to
experience 8 item ( no 25-30 pernyataan positif dan no 31-32 pernyataan
negatif), dan conscientiousness 8 item ( no 33-38 pernyataan positif dan no
39-40 pernyataan negatif). Format jawaban menggunakan skala likert. Dalam
menjawab kuesioner, responden diminta untuk men chek list pernyataan yang
sesuai dengan dirinya .
3. Karakteristik perilaku caring, dipergunakan untuk mengukur perilaku caring
mengacu pada tinjauan pustaka. Kuesioner yang digunakan berisi 19
pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yaitu sangat sering = 4, sering = 3,
kadang-kadang = 2, dan tidak pernah = 1. Dengan demikian skor yang
diperoleh paling tinggi adalah 76 dan skor terendah adalah 19. Hasil analisa
univariat untuk perilaku caring ditampilkan dalam bentuk tendensi sentral.
Dalam menjawab kuesioner, responden diminta untuk men chek list
pernyataan sesuai dengan tindakan yang sering di lakukannya.
4.6 Validitas dan Realibilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkapkan variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas dan
reliabilitas dilakukan pada 30 orang responden yang memiliki karakteristik yang
sama dengan sampel yaitu perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr.
Pirngadi Medan. Responden yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas
tersebut diluar sampel untuk penelitian. Uji validitas yang dilakukan yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan validitas isi, yaitu peneliti melakukan
validitas kepada orang yang ahli di bidang topik penelitian ini. Selain itu juga
dilakukan uji validitas dengan menggunakan rumus pearson product moment. Uji
validitas dengan pearson product moment, membandingkan antara r hitung yang
didapat dengan r tabel. Pernyataan dikatakan valid bila nilai r hitung lebih besar
dari r tabel. Hasil perhitungan dari uji validitas big five personality didapatkan
hasil bahwa terdapat 3 item yang gugur dari 40 item yang ada, sehingga
valid tanpa mengganti item yang gugur karena iten-item tersebut dirasa sudah
mewakili masing-masing indikator yang diukur. Untuk validitas instrument
perilaku caring peneliti melakukan validitas terhadap orang yang ahli
dibidangnya.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen cukup
dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data serta memberikan hasil yang
relatif sama. Uji reliabilitas menggunakan rumus cronbach alpha. Uji reliabilitas
dilakukan pada 30 orang yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel
penelitian di tempat yang sama. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai
reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Beck, 2004). Hasil uji reliabilitas untuk
kuesioner kepribadian didapatkan nilai sebesar 0,825 dan hasil uji reliabilitas
untuk kuesioner perilaku caring didapatkan nilai sebesar 0,786.
4.7 Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian kepada institusi pendidikan program S1 Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, kemudian permohonan izin tersebut di kirim ke tempat dimana
penelitian dilaksanankan yaitu Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Setelah
mendapatkan izin dari pihak rumah sakit, peneliti melakukan pengumpulan data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Responden diberi kesempatan membaca surat persetujuan sebelum
mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu di beri penjelasan dan
menandatangani informed consent sebagai tanda persetujuan menjadi responden