• Tidak ada hasil yang ditemukan

KH AHMAD DAHLAN DAN PERJUANGAN MELURUSKAN ARAH KIBLAT (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KH AHMAD DAHLAN DAN PERJUANGAN MELURUSKAN ARAH KIBLAT (2)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

22 20 SYAKBAN - 5 RAMADLAN 1431 H

3. Kiblat Dalam Shalat

Secara harfiah, berarti, ;

berarti, .Secara

spesifik, berarti,

(Ibn Mandhûr, jilid 13, 1424 H/2003 M).

Kata , dari kata kerja

yang berarti, (Luis Ma’lûf, 1986);

arah yang dituju. Kata juga berarti

(Ibn Mandhûr, jilid 11, 1424 H/ 2003 M); tempat yang dijadikan arah. Dalam konteks tulisan ini, kiblat yang dimaksud adalah, arah yang dituju di ketika seseorang melakukan shalat.

Sesuai data historis, Nabi saw ketika melakukan shalat pernah menghadap ke arah dua kiblat. Yakni, ke arah Bait al-Maq-dis dan ke arah Kakbah di Makkah. Bait al-Maqdis dijadikan sebagai kiblat sejak Nabi saw datang di Madinah hingga dua bulan sebelum peristiwa Badar. Menurut catatan al-Thabari (jilid I, 1428 H/2007 M), yang didasarkan pada riwayat Anas ibn Malik dan Ibn Abbas, Nabi saw menggu-nakan Bait al-Maqdis sebagai kiblat shalat dalam kurun waktu antara 10 hingga 16 bulan.

Menjadikan Bait al-Maqdis sebagai ki-blat shalat, menurut al-Thabari (jilid I, 1428 H/2007 M), dimaksudkan untuk melunak-kan hati orang-orang Yahudi yang menjadi mayoritas penduduk Madinah pada waktu itu supaya mereka bersimpati kepada Is-lam. Karena kiblat orang-orang Yahudi juga

Bait al-Maqdis. Dengan adanya kesama-an ini, diharapkkesama-an simpati dari orkesama-ang-orkesama-ang Yahudi itu muncul. Akan tetapi, setelah lebih

dari satu tahun berjalan, simpati itu tidak muncul. Sebaliknya, yang muncul justru kebencian.

Melihat kenyataan ini, Nabi saw kemu-dian memohon kepada Allah supaya di-kembalikan ke kiblat semula. Yakni, ke arah Kakbah yang ada di Makkah. Sebe-lum hijrah ke Madinah, kiblat shalat adalah Kakbah.

Allah mengabadikan aktivitas Nabi saw dalam upaya kembali ke kiblat semula da-lam Q.s. 2: 144 berikut:

Artinya, Sungguh kami (sering) meli-hat mukamu menengadah ke langit (Nabi Muhammad saw sering melihat ke langit berdoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau meng-hadap ke Baitullah). Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai, palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa ber-paling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

KH AHMAD DAHLAN

DAN PERJUANGAN MELURUSKAN

ARAH KIBLAT (2)

Dengan turunnya ayat tersebut, ke-inginan Nabi saw untuk berpindah kiblat ke arah Kakbah, dipebuhi oleh Allah. Kepin-dahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Kakbah di Makkah terjadi dua bulan sebelum pe-ristiwa Badar. Sejak itu hingga seterusnya, kiblat umat Islam dalam shalat adalah Kakbah yang ada di Makkah.

Apakah menjadikan Bait al-Maqdis se-bagai kiblat kemudian kembali lagi menja-dikan Kakbah sebagai kiblat suatu kekeli-ruan? Mengapa Allah tidak menjelaskan sebabnya? M.Quraish Shihab (volume I, 2007) menegaskan bahwa hal itu bukan merupakan suatu kekeliruan. Itu merupa-kan suatu isyarat bahwa perintah-perintah Allah khususnya yang berkaitan ibadah

mahdhah (murni) tidak harus dikaitkan de-ngan pengetahuan tentang sebabnya. Orang harus percaya dan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah. Namun demikian, orang Islam diperbolehkan menganalisis apa sebabnya karena di balik aturan Allah pasti ada hikmah yang me-nyertainya. Bisa juga perpindahan kiblat ke Kakbah itu terkait dengan posisi Makkah yang relatif tengah (al-wasath).

Hal ini sejalan dengan Q.s. 2 ayat 143 berikut:

KI AGENG AF. WIBISONO

ANGGOTA KOMISI FATWA MUI PUSAT / ANGGOTA DEWAN SYARIAH NASIONAL

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

(2)

23 SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 95 | 1 - 15 AGUSTUS 2010

Artinya: Dan demikian (pula) kami te-lah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan (umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan. Karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi ki-blatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membe-lot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya, Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Posisi tengah, kata M. Quraish Shihab, menyimbolkan ketidakberpihakan antara ke kiri atau ke kanan. Umat Islam dengan demikian, dapat berbuat adil. Posisi per-tengahan menjadikan umat Islam dapat dili-hat oleh siapa pun di penjuru yang berbeda dan dapat dijadikan sebagai teladan. De-ngah posisi teDe-ngah itu, umat Islam dapat menjadi saksi terhadap perbuatan yang lain.

4. Keharusan Menghadap Kiblat

Muhammadiyah, sebagaimana ulama lain, berpandangan bahwa menghadap ki-blat adalah merupakan syarat sahnya sha-lat (Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muham-madiyah, 1430 H/2009 M. Wahbah Zuhaili, I, 1422 H/2002 M. Ibn Rusyd, I, tt). Muham-madiyah juga berpandangan bahwa, umat Islam yang tidak bisa melihat Kakbah seca-ra langsung waktu melakukan shalat, cu-kup menghadapkan wajahnya ke arah Kakbah. Pandangan ini merupakan pan-dangan KH Ahmad Dahlan. Sesuai dengan catatan Kiai Syuja’, istilah jihatu al-Kakbah, dipergunakan oleh KH Ahmad Dahlan un-tuk menunjukkan bahwa umat Islam yang berada di luar Makkah dianggap sah bila

shalat menghadap ke arah Ka’bah dan bu-kan ‘ain al-Kakbah (Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 1430 H/2009 M Kiai Syuja’, 2009).

Dalil yang dipergunakan oleh Muham-madiyah adalah:

Artinya: Sungguh kami (sering) meli-hat mukamu menengadah ke langit (Nabi Muhammad saw sering melihat ke langit berdoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau meng-hadap ke Baitullah). Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

Artinya: Dan dari mana saja engkau keluar maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya itulah kebenaran dari Tuhanmu. Dan Allah tidak

lalai dari apa yang kamu kerjakan.

Dan dari mana saja engkau keluar (berada) maka hadapkanlah wajahmu (dalam shalat) ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya agar orang-orang itu tidak mempunyai alasan membantahmu (Muhammad) kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mere-ka dan takutlah kepada-Ku, dan agar Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kamu dan supaya kamu mendapat petunjuk.

Artinya, “...Rasulullah saw bersabda: Apabila kamu hendak shalat maka sem-purnakanlah wudlu kemudian menghadap kiblat lalu bertakbir...” (Bukhari, Shahih Bukhâri, juz 5, h. 2307, Maktabah Syâ-milah)

Secara harfiah, kata syathrah dalam tiga ayat tersebut, mempunyai makna arah yang dituju. Dalam konteks melaksanakan shalat, syathrah mempunyai makna suatu arah (Kakbah) yang dituju (Ibn Fâris, juz 3, 1423 H/2002 M). Al-Qurthubi memak-nakan kata Syathr tersebut dengan makna

dan (Al-Qurthubi, juz 3, tt). Sebagaimana telah disebutkan di muka bahwa kata . dan kata mem-punyai makna arah yang dituju atau tempat yang dijadikan arah yang dituju ketika sese-orang melakukan shalat. Dari kata kunci

syathrah dan penegasan Nabi saw bahwa orang yang melakukan shalat wajib meng-hadap kiblat, Muhammadiyah berke-simpulan bahwa arah kiblat shalat itu ha-rus benar-benar ke arah Kakbah. Karena itu bagi Muhammadiyah, upaya keras me-nentukan arah kiblat bagi umat Islam yang tidak dapat melihat Kakbah secara lang-sung, tidak sedang menghadapi musuh atau ketidakmampuan lain serta tidak sedang dalam perjalanan, adalah merupa-kan tuntutan dari kewajiban menghadap ke arah Kakbah sebagai yang diisyaratkan oleh dalil-dalil di atas.lBersambung

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi ketiga subjek ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Grotberg (1995: 18) bahwa individu yang yang mempunyai kemampuan dalam mencari hubungan yang

Pengisian evaluasi dalam rekam medis adalah hasil dari evaluasi perencanaan dan implementasi yang sudah dilakukan oleh masing-masing profesi dan ditanyakan

MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar

sesuai dengan kebutuhan 3.7.3 Mengurutkan langkah-langkah melakukan instalasi software aplikasi 4.7.1 Melakukan instalasi software aplikasi sesuai dengan kebutuhan 4.7.2

Jakarta, 8 Juli 2011 Direktur Jenderal,.

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat, ridho , dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Anggaran Belanja Daerah dan Penanaman Modal Asing

Pertumbuhan ekonomi dalam triwulan III dan IV/2001 diperkirakan berturut-turut menjadi sekitar 3,4% dan 3,9% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-o- y),

Namun, dari kesepakatan 3 guru PAI, untuk meningkatkan keterampilan membaca al-Qur’an yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan metode yang mengarah pada tujuan, dan