• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY UNTUK PERILAKU AGRESIF REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY UNTUK PERILAKU AGRESIF REMAJA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

LATAR BELAKANG

Latar Belakang Permasalahan

Tindak kekerasan yang dilakukan para remaja pada tahun belakangan ini

menjadi pusat perhatian para orang tua, guru dan pemerintah. Media masa dan

elektronik banyak memberitakan bahwa tindak kekerasan remaja masih kerap kali

terjadi di indonesia. Seperti dikemukakan oleh Republika (2012, 20 Maret) bahwa

tawuran antar pelajar, perkelahian antar suporter sepak bola, geng motor, tindakan

kriminal perampokan serta pembunuhan yang dilakukan oleh remaja menjadi

berita yang memprihatinkan.

Polda Metro Jaya dalam news.detik.com (2012, 11 Mei) menyatakan bahwa

intensitas kenakalan remaja mengalami peningkatan mencapai 13,34 % jika

dibandingkan tahun sebelumnya. Tawuran antar pelajar, perkelahian antar

supporter dan kekerasan geng motor sudah menjadi seperti tradisi dan dapat

terjadi karena masalah sepele saja, bahkan dampak yang ditimbulkannya hingga

memakan korban jiwa. Banyaknya kasus kekerasan remaja ini sangat meresahkan

warga dan orangtua.

Sama halnya dengan Indonesia, di negara maju seperti di negara-negara

Eropa (Sethi, et al. 2010) dan Amerika (Wilson, 2000), perilaku agresif remaja

masih menjadi masalah yang berusaha di selesaikan. Banyak penelitian yang

mengkaji mengenai bagaimana perilaku agresif dapat berkembang serta penyebab

yang melatarbelakangi kemunculannya. Diantaranya penelitian tersebut meneliti

keterkaitan perilaku agresif dengan berbagai aspek yaitu self esteem (Esfandi, et

al. 2005), biologis (Ramirez, 2002; Simpson, 2001), penolakan lingkungan

(Twenge, 2007), serta perceraian (Esfandi, et al. 2009). Semua penelitian tersebut

merupakan usaha untuk mengetahui penyebab dan pengaruh agresifitas remaja,

sehingga dapat dicarikan solusi serta pencegahan untuk menanggulanginya.

Remaja sebenarnya tak ubahnya orang dewasa, yang juga memerlukan

pikiran jernih untuk mengambil keputusan. Hal ini dikarenakan seseorang dengan

(2)

2

keadaan emosional yang tenang untuk remaja dalam mengambil keputusan

(Kurtz, 2009 & Blencowe, 2007). Menurut para ahli, selama ini perilaku negatif

remaja seperti berkelahi, tawuran, kebut-kebutan dijalan serta perilaku perusakan

diri (self destructive behaviour) seperti penyalahgunaan zat, alkohol, dan merokok

adalah perilaku yang mereka putuskan dalam kondisi tegang dan keterlibatan

tekanan waktu dan emosional (Santrock 2007 & Jeff, 2010). Oleh karena itu

remaja memerlukan kesempatan yang lebih banyak untuk mencoba

mendiskusikan dan mempraktikan keputusan yang akan mereka buat. Salah satu

bentuk strategi dalam usaha melatih remaja mengambil keputusan dalam kondisi

tersebut adalah dengan memberikan lebih banyak peluang bagi mereka untuk

belajar mengambil keputusan dalam permainan peran serta pemecahan masalah

kelompok (Santrock, 2007).

Telah banyak dilakukan penelitian mengenai efektifitas terapi kelompok

dan konseling dalam usaha untuk menurunkan perilaku agresif pada remaja.

Terapi tersebut diantaranya adalah Cognitive Behavioral Group Therapy (Beck &

Fernandez, 1998), Anger Management Group Therapy (Charlesworth, 2008), pelatihan asertif (Chamberlain, 2009), maupun Solution Focused Brief Group Therapy (Kim, 2009; Brzezowski, 2012).

Terdapat suatu permasalahan yang dilaporkan pada studi beberapa terapi

seperti juga CBT, yaitu partisipan dengan masalah agresifitas kebanyakan datang

mengikuti terapi atas inisiatif orang lain (Brzezowski, 2012). Berdasarkan hal

tersebut, individu yang mempunyai problem pengendalian amarah atau juga

perilaku agresif biasanya mengingkari perilaku maladaptive mereka yang dapat

mengganggu orang lain. Sehingga ketika mengikuti terapi karena dipaksa oleh

orang lain, mereka mengikuti proses terapi secara tidak maksimal dan

memberikan laporan secara tidak akurat. Oleh karena itulah ketika klien menjalani

terapi dengan paksaan dari orang lain, mereka tidak akan siap untuk melakukan

perubahan bahkan mereka tidak melihat perilakunya sebagai masalah (Kassinove

& Tafrate, 2006).

Namun demikian pendekatan lain seperti terapi yang berfokus kepada

(3)

3

permasalahan tersebut (Brzezowski, 2012). Pendekatan ini dirasa lebih tepat

karena tidak memfokuskan kepada masalah klien yang menjadi pengalaman, akan

tetapi lebih kepada membuat mereka mengenal area kehidupan ketika mereka

berhasil dan tidak mengalami kesulitan (Banks, 1999; Brzezowski, 2012).

Solution Focused Brief Group Therapy (SFBGT) mengajak klien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dari yang biasa mereka

lakukan. Salah satu tekniknya adalah dengan menggali sikap atau tindakan yang

pernah ia lakukan secara berbeda (exception) terhadap respon yang ia munculkan

selama ini (Brzezowski, 2012). Tindakan yang berbeda tersebut merupakan

tindakan yang mempunyai konsekuensi positif. Dengan cara ini klien dapat

mengenali perilakunya yang lebih adaptif dengan menggali pengalaman masa

lalunya.

SFBGT juga memandang klien yang mempunyai masalah karena

ketidakmampuannya dalam memandang kemungkinan realita lain, selain yang

dipandangnya saat itu. Subjektifitas inilah yang menjadi dasar dari SFBGT,

dimana klien diajak untuk membuka kemampuannya melihat

kemungkinan-kemungkinan sebagai solusi yang akan ia terapkan dikemudian hari (Biggs, et al.

2005). Selain itu penggunakan pertanyaan ajaib (miracle question), yaitu

pertanyaan mengenai bagaimana cara mengenali keadaan diri ketika masalah yang

dialami sudah terselesaikan dan tujuan akan terpenuhi, merupakan bagian terapi

untuk mendorong klien menentukan tujuan yang lebih adaptif daripada kadaan

saat itu (Banks, 1998). Teknik berikutnya adalah dengan pertanyaan skala 1-10,

angka 1 untuk skenario yang dianggap paling buruk dan 10 untuk skenario yang

paling diharapkan. Skala ini memungkinkan klien untuk mengetahui

perkembangan dirinya menuju kearah dimana ia mencapai tujuannya (Schieffer

&Schieffer., 2000). Pemberdayaan kekuatan klien dalam menentukan goal,

membuat solusi dan pekerjaan rumah (homework) dengan cara mereka sendiri

juga dianggap dapat menghindari resistensi terhadap terapi, dibandingkan jika

diberikan oleh terapis. Hal ini karena mereka lebih mampu untuk menyesuaikan

(4)

4

Kelebihan lain dari SFBGT ini adalah memiliki lebih singkat waktu

dalam menghasilkan perubahan yang positif pada klien sebesar 70-80% daripada

teknik terapi traditional termasuk CBT ( Higgins, 2009). Selain itu terapi ini

cocok digunakan kepada klien yang religius (Gutterman& Leite, 2006), intervensi

keluarga (Macdonald, 2005), klien yang menyakiti diri (self harm) (Winship,

2007) dan dalam setting training untuk perawat (Bowler, et al. 2001).

Berdasarkan uraian diatas bahwa teknik yang dipakai dalam Solution Focused Brief Group Therapy (SFBGT) lebih menekankan pada kesadaran klien, mengakui kekuatan klien dan berfokus kepada solusi (Cunanan, et al. 2003).

Karena SFBGT menekankan pada pemberian kesempatan remaja untuk belajar

mengambil keputusan maka SFBGT dirasa cocok untuk mengurangi perilaku

agresif pada remaja.

Namun begitu, meskipun telah banyak penelitian mengenai keefektifan

SFBGT (Kim, 2009), akan tetapi model yang tepat di indonesia belumlah banyak

dilakukan penelitian. Berdasarkan alasan inilah peneliti ingin menyusun suatu

bentuk model SFBGT yang tepat dan nantinya dapat digunakan untuk

menurunkan perilaku agresif pada remaja.

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Agresif Remaja

Robert Baron mendefinisikan perilaku agresif sebagai perilaku individu

yang dimaksudkan untuk mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan

datangnya perilaku tersebut. Penjelasan mengenai definisi ini meliputi empat

faktor, yaitu tingkah laku, tujuan untuk melukai, individu yang menjadi pelaku

dan individu yang menjadi korban, serta ketidakinginan korban menerima

perilaku si pelaku (Koeswara, 1988).

Ada banyak konstruk dalam mendefinisikan agresi, diantaranya adalah

agresi instrumental (instrumental aggression) dan agresi rasa bermusuhan (hostile

(5)

MODEL

SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY

UNTUK

PERILAKU AGRESIF REMAJA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Tugas Akhir Program Magister Profesi Psikologi

Oleh :

Danang Setyo Budi Baskoro 201010440211012

PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(6)
(7)
(8)

iii

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Danang Setyo Budi Baskoro

NIM : 201010440211012

Program Studi : Magister Profesi Psikologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Tesis dengan judul :

“ MODEL SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY UNTUK PERILAKU

AGRESIF REMAJA”.

Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan oleh untuk memperoleh gelar akademik suatu Perguruan Tinggi dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik

sebagian atau keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan

disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur PLAGIASI,

saya bersedia Tesis ini digugurkan dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA

PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY

NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya

Malang, 9 Agustus 2012

Yang menyatakan,

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah atas nikmat, rahmat serta karunia yang telah diberikan Allah

SWT kepada kita semua, yang atas ijin-Nya, maka Tesis ini dapat terselesaikan. Shalawat serta

salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw.

Penyusunan tesis ini tidak lepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak,

sehingga pada akhirnya dapat terselesaikan hingga akhir. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati serta syukur kepada Allah, maka penulis ingin menyampaikan pernghargaan

serta ucapan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Latipun, M.Kes selaku Ketua Program Magister Psikologi yang telah

memberikan waktu dan tenaga untuk membantu mahasiswanya dalam menyelesaikan

tesis.

2. Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Si, Psi dan Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si, Psi. selaku dosen

pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing serta

mengarahkan dalam proses penulisan tesis ini.

3. Bapak Dr. Latipun, M.Kes dan Bapak Yudi Suharsono, M.Si, Psikolog selaku dosen

penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan kesempurnaan tesis ini.

4. Kedua orangtua penulis Ayahanda Basuki dan Ibunda Sofiah, yang telah memberikan

dukungan, semangat serta doa yang tiada henti. Tak lupa juga untuk kakakku Dian

Purwoko dan adikku Niken Larasati yang selalu ada disetiap waktu.

5. Subjek penelitian yang telah bersedia untuk bekerjasama dengan peneliti demi kelancaran

karya ilmiah ini.

6. Bapak Sukiman, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP PGRI Ambulu, Bapak Herman Budi

Novianto, S.Si beserta guru dan karyawan yang telah memberikan kesempatan kepada

peneliti untuk mengambil data di sekolah tersebut.

7. Kepada para orang tua subjek yang memberikan ijin untuk melibatkan putra-putrinya

sebagai partisipan dalam penelitian ini.

8. Para dosen dan karyawan Universitas Muhammadiyah Malang.

9. Keluarga besar Magister Profesi Psikologi angkatan 2010 yang telah bersama-sama

(10)

v

10.Terimakasih kepada semua pihak yang tidak disebutkan yang telah berperan besar,

memberikan dukungan serta bantuan dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih ada kekurangan karena

keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis membuka kesempatan yang luas bagi kritik

dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga Allah selalu memberikan nikmat,

rahmat serta karunia kepada kita semua. Amin.

Malang, 9 Agustus 2012

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………..i

LEMBAR PERNYATAAN……….iii

KATA PENGANTAR……….iv

ABSTRAKSI………vi

ABSTRACT……….vii

DAFTAR ISI………viii

DAFTAR GAMBAR………..x

DAFTAR GRAFIK……….xi

LATAR BELAKANG Latar Belakang Permasalahan……….1

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Agresif Remaja……….4

Berbagai Fakta terkait dengan Agresifitas Remaja………....5

Intervensi untuk perilaku Agresif Remaja………..7

SFBGT untuk Perilaku Agresif Remaja……….…………9

(12)

vii METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian………...13

Spesifikasi Model Intervensi……….13

Partisipan Penelitian………..14

Instrumen Pengumpulan Data………...14

Prosedur Intervensi………15

Analisis Data……….15

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan………...16

Hasil Analisis Data Kuantitatif………...18

Pembahasan………...19

Implikasi Hasil Penelitian………..21

Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi………...22

Simpulan………...22

DAFTAR PUSTAKA...23

LAMPIRAN………...28

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Hasil pre-test dan post-test………19

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Adelman. C. (1993): Kurt lewin and the origins of action research. Educational Action Research, 1(1), 7-24.

Al-garni, M.M. (2008) Comparison of three psychotherapeutic models: Critique and analysis. Journal of The Social Science, 36 (2).

Azwar. (2004). Metode penelitian. Yogyakarta : PT Pustaka pelajar offset

Banks, V. (1999). A solution focused approach to adolescent groupwork. Australian Journal of Family Therapy, 20 (2), 78-82. Diperoleh dari www.anzjft.com.

Bannink, F. P. (2007). Solution-focused brief therapy. Journal of Contemporary Psychotherapy, 37(2), 87–94. Diperoleh dari www.fredrikebannink.com

Barlet, C.P., Harris, R.J., & Bruey, C. (2008) The effect of the amount of blood in a violent video game on aggression, hostility, and arousal. Journal of Experimental Social Psychology, 44, 539–546. Diperoleh dari http://videogames.procon.org/

Baumeister, R.F., Bushman, B.J.,& Campbell, K. (2000). Self-esteem, narcissism, and aggression: Does violence result from low esteem or from tharieatened egotism. American Psychological Science, 9 (1), 26-29. Diperoleh dari http://www.jstor.org/ Beck, R & Fernandez, E. (1998). Cognitive-behavioral therapy in the treatment of anger: A

meta-analysis. Cognitive Therapy and Research ‚ 22, 63-74. Diperoleh dari www.acu.edu

Bell, J. (2004). Enhancing group counseling in youth residential treatment centres and group homes: Putting the group back in group home. A Project Master oh Counselling, Lethbridge Alberta.

Bettencourt, B.A., Talley, A.,Benjamin, A.J& Valentine, J. ( 2006) Personality and aggressive behavior under provoking and neutral conditions: A meta-analytic review. Psychological Bulletin,132 (5), 751–777. Diperoleh dari http://www.apa.org/ .

Biggs, H.C., Flett & R.A. (2005). Rehabilitation professionals and solution-focused brief therapy. Proceeding of the Inaugural Australian Counselling and Supervision Conference, pp. 12-18. Diperoleh dari http://eprints.qut.edu.au.

(16)

xi

Bowen, G.L., Wooley, M.E., Richman, J.M & Bowen, N.K. (2001). Brief intervention in school: The school success profile. Brief Treatment and Crisis Intervention, 1, 43-54.

Bowles, N., Mackintosh, C., & Torn, A. (2001). Nurses' communication skills: an evaluation of the impact of solution focused communication training. Journal of Advanced Nursing, 36, 347-354.

Brzezowski, K.M. (2012). A solution-focused group treatment approach for individuals maladaptively expressing anger. Professional dissertation, Wright State University. Diperoleh dari etd.ohiolink.edu.

Chamberlain, J.M. (2009). Disentangling aggressiveness and assertiveness within the MMPI-2 PSY-5 aggressiveness scale. Thesis, Kant State University. Diperoleh dari http://etd.ohiolink.edu/.

Charlesworth, J.R. (2008). Helping adolescent manage anger. Alexandria, VA : American Counseling Association.

Cunanan, E.D. (2003). What works when learning solution focused brief therapy: A qualitative analysis of trainees experiences. Thesis Master of Science, Virginia Polytechnic Institute and State University. Diperoleh dari http://scholar.lib.vt.edu/.

Deffenbacher, J.L., Oetting, E.R., & Digiuseppe, R.A. (2002). Principles of empirically supported interventions applied to anger management. The Counseling Psychologist, 30 (2), 262-280.

Digiuseppe, R., & Froh, J.J. (2002). What cognition predict state anger. Journal of Rational-Emotive &Cognition-Behavior Therapy, 20 (2), 133-150.

Donnellan, M.B.,Trzesniewski, K.H., Robins, R.W., Mffitt, T.E& Caspi, A. (2005). Low self esteem is related to aggression, antisocial behavior and delinquency. American Psychological Society, 16 (4). Diperoleh dari http://www.psy.miami.edu/

Dubitsky,M & Quintero, C. (2010). Disruption in the classroom: Prevention, response and restoration. Project in California State University Sacramento.

Esfandy, B., Bhardn, R& Nowsari, L.(2009). Background of inter parental conflicts and internalizing behaviour problems among adolescents. European Journal of Scientific Research, 37 (4), 599-607. Diperoleh dari http://www.eurojournals.com/

Espelage, d. L., Holt, M. K., & Henkel, R. R. (2003). Examination of peer-group contextual effect on aggression during early adolescence. Child development, 74, 200-220.

White, D.D., Galup, A. C & Galup, G.G. (2010). Indirect peer aggression in adolescence and reproductive behavior. Evolutionary Psychology, 8 (1), 49-56. Diperoleh dari

http://www.epjournal.net/

(17)

Gentile, D.A., Lynch. P.L., Linder, J.R., & Walsh, D.A (2004). The effects of violent video game habits on adolescent hostility, aggressive behaviors, and school performance. Journal of adolescence, 27, 5-24. Diperoleh dari http://www.scienceblogs.de/

Gingerich, W.J & Eisengart, S. (2000). Solution focused brief therapy: A review of the outcome research. Family Process, 39 (4): 447-498

Gutzwiller, M. (2009). The need fo research on child and adolescent group Practice for male gender role strain. Journal of Counseling Psychology, 1 (2): 4. Diperoleh dari http: //epublication.marquette.edu/gjcp/voll/iss2/4

Gutterman, J. T., & Leite, N. (2006). Solution-focused counseling for clients with religious and spiritual concerns. Counseling and Values, 51, 39-52.

http://dunia.pelajar-islam.or.id/

http://news.detik.com/

Hauser, J.C (2006). The role of parent and peers in children’s reponses to aggression at home and at school. Thesis di Bowling Green State University.

Kassinove, H.,& Tafrate, R. (2006). Anger related disorder: Basic issues, models, and diagnostic considerations. Anger Related Disorders, 1, 1-27. Diperoleh dari etd.ohiolink.edu

Kim, J.S. (2009). Examining the effectiveness of solution-focused brief therapy: A meta-analysis using random effect modeling. 19 th National Symposium on Doctoral-Research, Social Work di University of Kansas. Diperoleh dari www.socwel.ku.edu/

Ko, C., Yen, J., Liu.S., Huang, C & Yen, C. (2009) The associations between aggressive behaviors and internet addiction and online activities in adolescents. Journal of Adolescent Health, 44, 6, 598-605. Diperoleh dari http://www.jahonline.org/.

Kurtz, J. (2003). The development of an alternative group therapy curriculum to address aggression among adolescent boys. Project, California State University Sacramento. Diakses dari http://hdl.handle.net/10211.9/762.

Latipun (2004). Psikologi konseling. Malang : UMM Press.

Latipun (2010). Keberkesanan kaunseling berfokus resolusi konflik antara rakan sebaya. Disertasi Doktor, Universiti Kebangsaan Malaysia.

(18)

xiii

Linder, J.R & Gentile, D.A. (2009) Is the television rating system valid? Indirect, verbal, and physical aggression in programs viewed by fifth grade girls and associations with behavior. Journal of Applied Developmental Psychology, 30 (3), 286-297.

Lopez, E.E., Olaizola, J.H., Ferrer, B.M & Ochoa, G.M (2006). Aggressive and nonaggressive

Macdonald, A. J. (2005). Brief therapy in adult psychiatry: results fifteen years of practice. The Association for Family Therapy and Systemic Practice, 27, 65-75. Diperoleh dari

http://onlinelibrary.wiley.com/

Melanie J. Zimmer-Gembeck, M.J., Ceiger, T.C & Crick, N.R. (2005). Relational and physical aggression, prosocial behavior, and peer relations. Journal of Early Adolescence, 25 (4).

Miller, M.B., Greenwood, D & Maguire, P. (2003). Why action research?. Action Research, 1 (1), 9-28.

Mischkowski, D. (2012). Flies on the wall are less aggressive : Effect of self-distancing on aggressive affect, cognition, and behavior. Thesis for Degree Master of Arts, The Ohio State University. Diperoleh dari http://etd.ohiolink.edu/

Myszor, P (2005). Solution focused Therapy-more approach. Hypnotherapi Training Course. Diperoleh dari http://www.uncommon-knowledge.co.uk/

Newsome, W.S. (2002). The effectiveness and utility of solution focused brief therapy (SFBT) with at-risk junior high school students: A quasi-experimental study. National Symposium on Doctoral Research in Social Work 15th, Ohio State University. College of Social Work . Diperoleh dari https://kb.osu.edu/

Newsome, W.S. (2005). The impact of solution-focused brief therapy with at-risk junior high school student. Children Schools, 27 (2), 83-90.

Problem solving skills: Solution-focused strategies for student development. Journal of School Improvement, 1 (2), 76-85 Diperoleh dari http://www.ncacasi.org/

Ramirez, J. Martin (2003) Hormones and aggression in childhood and adolescence. Aggression and Violent Behavior, 8 (6), 621-644. Diperoleh dari http://eprints.ucm.es/10000/1/AVB2003.pdf

Ramirez, J. M& Andreu, R, José, M. (2006). Aggression, and some related psychological constructs (anger, hostility, and impulsivity): comments from a research project. Neuroscience and Biobehavioural Reviews, 30 (3), 276-291.

(19)

Santrock, J.W. (2007). Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Schieffer, J.L & Schieffer, D.J. (2000). Problem-solving skills: Solution focused strategies for student development. Journal of School Improvement, 1 (2), 1-8. Diperoleh dari

http://www.wellnesstherapy360.com/

Sethi, D., Hughes, K., Bellis, Mark, Mitis, F & Racioppi, F. (2010). European report on preventing violence and knife crime among young people. World Health Organization Regional Office for Europe. Diperoleh dari www.euro.who.int

Slowikowski, J. (2010). Substance use and delinquent behavior among serious adolescent offender. Juvenile justice bulletin, 1-20. Diakses dari www.ncjrs.gov/

Simpson, K. (2001). The Role of Testosterone in Aggression. McGill Journal of Medicine, 32-40. Diperoleh dari http://www.med.mcgill.ca/

Twenge, J. M., Ciarocco, N.J., Baumeister, R.F., DeWall, C.N., Bartels, J. M. (2007). Social exclusion decreases prosocial behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 92 (1), 56-66.

Wilson, J.J. (2000, September). Preventing adolescent gang involvement. Juvenile Justice Buletin. Diperoleh dari www.ncjrs.gov/

Winship, G. (2007). Single-session solution- focused brief therapy and self-harm: a pilot study. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, 14, 601-602.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Solution-Focused Brief Therapy dalam menangani stres akibat penolakan dakwah yang terjadi kepada seorang wanita mualaf di

This article outlines individual academic development work using a solution focused approach that is based on Solution Focused Brief Therapy (SFBT).. SFBT, or solution focused

SFBT ( Solution Focus Brief Therapy ) yang merupakan bentuk ringkas dari Solution Focus Therapy ( Solution Focus Therapy ) telah menjadi rujukan terapi karena

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konseling Islami solution focused brief therapy merupakan salah satu teknik dalam bimbingan konseling yang menggunakan

Abstrack. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1) Gambaran tingkat compulsive internet use siswa di SMA Negeri 3 Pangkep. 2) Efektivitas penerapan solution focused

Atas asumsi tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Keefektifan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) untuk Menurunkan Perilaku

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok dengan pendekatan solution focused brief therapy untuk efektif untuk meningkatkan self esteem dan

Berdasarkan hasil analisis data melalui paired sample t-test dapat diketahui bahwa peningkatan self acceptance anak dengan broken home melalui pendekatan solution-focused brief group