BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY DALAM MENANGANI MASALAH STRES PADA
SEORANG WANITA MUALAF ATAS PENOLAKAN DAKWAHNYA DI KAMPUNG SESOK, MUKAH, SARAWAK.
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos)
Disusun Oleh:
Idlan Farid Bin Noor Iskandar B43212060
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Idlan Farid Bin Noor Iskandar (B43212060). Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Menggunakan Solution-Focused Brief Therapy Dalam Menangani Masalah Stres Pada Seorang Wanita Mualaf Atas Penolakan Dakwahnya Di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak.
Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Solution-Focused Brief Therapy dalam menangani Stres Seorang Wanita Mualaf atas penolakan dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak?, (2) Bagaimana hasil pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Solution-Focused Brief Therapy dalam menangani Stres Seorang Wanita Mualaf atas penolakan dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisa deskriptif komparatif. Analisa data menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan sebelum dan sesudah proses bimbingan dan konseling Islam menggunakan Solution-Focused Brief Therapy dalam menangani stres.
Dalam proses konseling yang terjadi menggunakan teknik Problem-Free Talk dan Miracle Question, dimana dengan pendekatan ini, diharapkan agar konseli dapat menyadari potensi yang ia miliki serta memanfaatkan sumber kekuatan dan potensi untuk mengatasi masalah stres yang ia hadapi. Adapun konselor berperan sebagai penanya soalan yang dapat menimbulkan kesadaran kepada konseli. Setelah dilakukannya proses konseling dengan menggunakan Solution-Focused Brief Therapy , konseli akan menyadari potensi dan mampu memanfaatkan kelebihan yang ada serta merancana jalan solusi yang bisa digunakan untuk mengurangi masalah yang memunculkan stres pada diri.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Solution-Focused Brief Therapy dalam menangani stres akibat penolakan dakwah yang terjadi kepada seorang wanita mualaf di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak telah berhasil karena 90% dari gejala yang dialami sudah mulai ada perubahan yang lebih baik dan dapat dilihat melalui terusnya berjalan usaha Pondok Komuniti yang diusahakan oleh konseli.
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii
F. Metode Penelitian... 15
G.Teknik Pengumpulan Data... 22
H.Teknik Menganalisis Data... 25
I. Teknik Keabsahan Data... 26
J. Sistemika Pembahasan... 27
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Teoritik... 30
1. Bimbingan dan Konseling Islam... 30
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam... 30
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam... 35
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam... 37
d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam... 38
e. Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling Islam... 40
f. Unsur-unsur dalam Proses Bimbingan dan Konseling Islam... 41
2. Solution-Focused Brief Therapy... 44
a. Pengertian Solution-Focused Brief Therapy... 44
b. Tujuan Solution-Focused Brief Therapy... 48
c. Hakekat Manusia... 48
d. Teknik-teknik Solution-Focused Brief Therapy... 49
e. Peran Konselor Solution-Focused Brief Therapy... 53
f. Mekanisme Perubahan... 56
g. Keunikan Solution-Focused Brief Therapy... 58
3. Stres... 62
a. Pengertian Stres... 62
b. Tipe-tipe stres... 65
c. Faktor-Faktor Penyebab Stres... 65
d. Kemampuan Individu Menahan Stres... 68
e. Reaksi-reaksi Psikologis, Perilaku dan Fisiologis Akibat Stres... 71
f. Cara Mengendalikan Stres... 75
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan... 79
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian... 82
1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 82
a. Letak Geografis Kampung Sesok... 82
b. Kondisi Sosial Ekonomi Kampung Sesok... 84
c. Kondisi Sosial Budaya Kampung Sesok... 84
d. Kondisi Keagamaan Kampung Sesok... 85
2. Deskripsi Konselor... 86
a. Biodata Konselor... 86
b. Riwayat Pendidikan... 87
c. Pengalaman Konselor... 87
d. Kepribadian Konselor... 87
3. Deskripsi Konseli... 88
a. Kepribadian Konseli... 88
b. Latar Belakang Ekonomi... 89
c. Latar Belakang Sosial Budaya... 89
d. Latar Belakang Konseli... 90
4. Deskripsi Masalah Konseli... 91
B. Deskripsi Hasil Penelitian... 96
1. Deskripsi Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Singkat Berfokus Solusi dalam menangani stres seorang wanita mualaf atas penolakan dakwahnya... 96
a. Identifikasi Masalah... 98
b. Diagnosa... 105
c. Prognosa... 112
d. Treatment/Terapi... 113
e. Evaluasi dan Follow-up... 136
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Analisis Proses Solution-Focused Brief Therapy untuk Mengatasi masalah stres seorang wanita mualaf atas penolakan dakwahnya di Kampung Sesok,
Mukah, Sarawak... 142 B. Analisis Hasil Akhir Solution-Focused Brief Therapy untuk
Mengatasi masalah stres seorang wanita mualaf atas penolakan dakwahnya di Kampung Sesok,
Mukah, Sarawak... 149
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan... 153 B. Saran... 154
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Individu di dalam kamus Echols & Shadaly adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Selain faktor
lingkungan dan pembawaan, ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya
perbedaan individual orang dewasa yaitu faktor pengalaman. Pengalaman
di sini maksudnya adalah penerimaan orang dewasa terhadap pengaruh
lingkungan tersebut.1 Lebih lanjut Rogers mengemukakan bahwa konsep
ini dalam proses perkembangan orang dewasa terus berlangsung dalam
organisme orang dewasa. Semakin lama semakin di sadari adanya individu
orang dewasa sehingga terbentuk menjadi pengalaman yang di milikinya.2
Saat proses pembentukan pengalaman yang dimiliki orang dewasa.
Sesungguhnya orang dewasa menilai diri dan lingkungannya. Bahkan
membandingkan dirinya dengan lingkungannya. Orang dewasa
mempunyai pengalaman diri yang berbeda, yang berakar pada pengalaman
masa sebelumnya. Tidak ada dua orang dewasa yang sama pengalaman
dirinya meskipun orang dewasa tersebut memiliki kesamaan dalam hal
faktor pembawaan dan lingkungannya. Jadi, adanya perbedaan individual
pada orang dewasa yang memiliki kesamaan pembawaan dan lingkungan
disebabkan oleh faktor pengalaman dirinya.
1
J. M. Echols dan H. Shadaly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1975), hal. 103.
2
2
Berkenaan dengan penerimaan orang dewasa terhadap lingkungan,
Freud mengemukakan bahwa reaksi orang dewasa berbeda satu sama lain.
Perbedaan ini disebabkan oleh berbedanya kekuatan daya pendorong The
Id dan daya kendali dari Super Ego, serta sejauh mana besarnya
dorongan-dorongan kompleks terdesak. Lebih lanjut Freud menyatakan bahwa
permunculan dorongan-dorongan yang tadinya ditekan di bawah sadar itu
tidak selalu dalam tingkah laku seksual, melainkan dapat dalam bentuk
lain seperti misalnya cepat marah, suka memberontak, suka mengkritik,
dan sebagainya. Atau dapat pula bentuk tingkah laku yang netral seperti
suka pesiar, aktif dalam olahraga, berpakaian bagus, dan
sebagainya.Pendek kata semua kegiatan atau tingkah laku individu,
diarahkan untuk mendapatkan rasa puas dan kenikmatan. Bereaksi atau
tidaknya secara cepat atau lambat orang dewasa bereaksi terhadap sesuatu
perangsang tergantung pada penilaian subyektif orang dewasa, sejauh
mana suatu perangsang itu dapat memenuhi dorongan-dorongan akan rasa
nikmat.3
Menurut Alfred Adler perbedaan individual orang dewasa yang
satu dengan orang dewasa yang lainnya dalam bereaksi bergantung pada
perbedaan hasrat dan cita-cita.4 Adapun kecepatan merespon orang dewasa
terhadap perangsang bergantung pada kesesuaian antara perangsang
dengan cita-cita dan hasrat. Jadi jelas dalam hal ini bahwa orang dewasa
3
B. Hurlock Elizabet, Psikologi perkembangan Edisi 5, Jakarta: Erlangga, 2003), hal. 65.
4
3
adalah perespon subjektif dan bukan perespon objektif terhadap
perangsang.
Orang dewasa justru merasakan sebagai pribadi yang sudah
mencapai kematangan dalam aspek psikologi maupun fisik akan
membuktikan dengan melakukan sebuah pekerjaan yang bisa memenuhi
kebutuhan primer dan kemudian kebutuhan sekundernya. Seorang dewasa
yang telah mencapai kapasitas kognitif yang matang pasti telah
merencanakan kehidupannya dengan baik dari fase hingga ke fase
berikutnya dan kebanyakkan dari mereka yang telah lulus tingkat
universitas akan mengembangkan karir untuk meraih puncak prestasi
dalam kehidupan. Pekerjaan yang diingini juga merupakan salah satu
bentuk dari terealisasinya sebuah impian. Terealisasinya impian dengan
pekerjaan yang diingini merupakan salah satu kunci kepada kebahagiaan
seseorang.
Kebanyakan orang yang sudah mencapai tahap dewasa akan
mencari pekerjaan demi memenuhi kebutuhan diri sendiri dan salah satu
sebab yang lain adalah untuk mejalankan tanggungjawab dalam menafkahi
keluarga. Namun demikian, banyak di antara mereka yang bekerja sambil
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan ada juga yang melakukan
dua pekerjaan dalam satu masa karena tuntutan seiring perkembangan
zaman dan munculnya masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan
dan lingkungan sosial. Pekerjaan memberikan seseorang peluang untuk
4
dihormati dan jika pekerjaan dilakukan dengan baik maka ia bisa
mendapat perhatian dari orang lain.5
Pekerjaan yang dilakukan apabila tidak mendapat dukungan dari
segi sosial, spritiual dan emosional akan memicu kepada masalah jiwa
seperti ketegangan dan stress. American Psychological Association telah
mengeluarkan sebuah statistik stres akibat pekerjaan pada tahun 2011 dan
mendapati bahwa 1 dari 3 pekerja menyatakan bahwa mereka merasakan
stres dan tegang akibat bekerja pada siang hari. Seterusnya dari sudut
angket statistik tersebut menyatakan bahwa 49% pekerja yang
mempunyai gaji yang rendah mudah untuk mengalami stres, 43% tidak
merasa puas terhadap aktivitas kerja dan hidup seharian, 48% merasakan
tidak dihargai dalam pekerjaan yang dilakukan dan 40% pekerja yang
melakukan kerja berat merupakan pengidap stres tingkat tinggi.6
Pekerjaan atau keinginan seorang manusia apabila terhalang atas
faktor-faktor tertentu akan menyebabkan seseorang akan mengalami
ketidakpuasan hidup dan akan memberi efek negatif kepada rutin harian
seseorang. Di dalam ilmu psikologi, ini dinamakan dengan Cognitive
Dissonance yang bisa didefinisikan dengan kehidupan realiti tidak sesuai
seperti apa yang diharapkan. Orang yang mengalami masalah terkaitan
5
Marc J. Shbracq dkk, The Handbook of Work and Health Psychology, (United states of America, John Wiley Ltd, 2003), hal. 15
6American Psychological Association, “Stress in the workplace”,
diakses dari
5
Cognitive Dissonance juga akan berada dalam masalah psikologi seperti
ketegangan jiwa atau stres.7
Stres merupakan alih kata dari bahasa Latin yaitu „Stingere’ yang
berarti keras (stictus) yang kemudian dikenali dengan istilah stres. Stres
terkait rapat dengan kesukaran, ketegangan dan ketidakbebasan. Bagi
seorang individu yang sudah mempunyai karir, stres biasanya muncul
karena sedikit dukungan dan banyaknya halangan yang harus dihadapi. Ia
adalah hal paling biasa dan sering terjadi kepada orang dewasa yang sudah
bekerja.8
Pemaparan di atas bisa disimpulkan kepada stres bisa terjadi
apabila seseorang dibebankan dengan tugas yang banyak saat melakukan
kerja karena sedikitnya dukungan dan timbul masalah psikologi seperti
Cognitive Dissonance. Penelitian ini mengangkat sebuah masalah yang
berkaitan dengan masalah stres yang dialami oleh seorang wanita di
Kampung Sesok, Mukah, Sarawak, Malaysia. Konseli tersebut bernama
Nur Asysyuura Matil Abdullah, Nur (nama samaran). Konseli merupakan
seorang wanita yang sudah mempunyai anak dan merupakan mantan
akauntan yang kini bertugas sebagai pengajar di pusat kelas les. Konseli
merupakan seorang mualaf yang sudah memeluk agama Islam sejak masih
kuliah.
7
Olpin Hesson, Stress Management for Life, (United States of America, Cengage Learning, 2016), hal. 137
8
6
Kasus yang terjadi pada konseli ini bermula dari saat dia
mengambil keputusan untuk meninggalkan karirnya sebagai seorang
akauntan dan ingin fokus sepenuhnya untuk mengislamkan keluarganya di
desanya. Dia telah melakukan usaha dakwah dengan memperkenalkan
agama Islam kepada keluarganya. Konseli tidak pernah menggunakan
metode dakwah yang bersifat memaksa atau berupa imbalan untuk orang
yang memeluk agama Islam. Dia juga sebelumnya mempunyai impian
bersama ayahnya untuk mendirikan sebuah pondok mengajari anak-anak
kelas les yang kemudian telah pun didirikan olehnya dinamakan Pondok
Tuisyen Komunitas Percuma. Usahanya telah mendapat perhatian dan
dukungan dari sebuah pihak politik sehingga sebagian pihak politik yang
lain memfitnahnya karena takut orang seperti Nur bisa menjadi orang yang
berpengaruh dalam masyarakat. Setelah itu, Nur difitnah dengan tuduhan
menyebarkan agama Islam secara paksa, menyebarkan ajaran sesat dan
bersifat terorisme, usahanya berdakwah kepada keluarga dan mengajar
anak-anak les di Pondok Tuisyen Komuniti seringkali dihalang sehingga
Nur mengalami stres yang berat dan terkadang harus memberhentikan sesi
mengajar di Pondok Tuisyen Komunitas Percuma sehingga keadaan
mengizinkan untuk Nur mengajar lagi. Hal ini telah membuatkan usaha
dakwah yang dilakukan oleh klien terganggu karena Nur diperlakukan
sedemikian sehingga ada yang berusaha untuk mengusir Nur dari desanya.
Manusia terkadang tidak mampu untuk menyesuaikan dirinya
7
kehilangan harapan serta kekuatan untuk meneruskan kehidupan. Sebagian
orang pula, mampu bertindak sebaliknya yakni bukan saja bisa beradaptasi
dengan kesulitan dalam kehidupannya bahkan mampu mengendali stres,
trauma dan kehilangan yang besar.9
Penjelasan dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa akibat
difitnah dan terhalangnya pekerjaan sehingga segala aktivitas konseli
terhalang telah mengganggu usaha dakwah kepada keluarganya yang
selama ini merupakan impian Nur Asysyuura telah menjadikannya seorang
yang sering mengalami stres dan depresi akut. Selain itu, hal tersebut juga
telah menyebabkan konseli beberapa kali berpikiran negatif dan ingin
menghentikan dari terus mengajar di pondok kelas les yang didirikan
olehnya.
Maka dari itu, peneliti ingin mengangkat masalah ini sebagai objek
penelitian dengan judul Bimbingan Konseling Islam dengan
Solution-Focused Brief Therapy dalam Menangani Stres Seorang Wanita Mualaf
atas Penolakan Dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak,
Malaysia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Solution
Focused Brief Therapy dalam menangani Stres Seorang Wanita
Mualaf atas Penolakan Dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah,
Sarawak?
9
8
2. Bagaimana hasil dari pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan
Solution Focused Brief Therapy dalam Menangani Stres Seorang
Wanita Muallaf atas Penolakan Dakwahnya di Kampung Sesok,
Mukah, Sarawak?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan stres seorang
Wanita Muallaf di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak, Malaysia.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam
dengan Solution Focused Brief Therapy dalam Menangani Stres yang
dihadapi oleh seorang Wanita Muallaf di Kampung Sesok, Mukah,
Sarawak.
3. Untuk mengetahui hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Solution
Focused Brief Therapy dalam menangani Stres Wanita Muallaf atas
Penolakan Dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut:
1. Manfaat dari segi teoritis
a. Dengan dilaksanakan penelitian ini, maka diharapkan agar ia
berguna bagi pengembangan Solution Focused Brief Therapy
untuk Menangani Muallaf yang mengalami Stres atas Penolakan
Kegiatan Dakwahnya dari segi ilmiah maupun secara teoritis di
9
b. Sebagai sumber dan referensi bagi Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam khususnya dan bagi mahasiswa umumnya tentang
penanganan stres wanita Muallaf dengan menggunakan
pendekatan konseling.
2. Manfaat dari segi praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu muallaf yang
menghadapi stres.
b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai salah satu teknik pendekatan menggunakan terapi
Solution Focused Brief Therapy yang efektif dalam menangani
stres yang dihadapi oleh muallaf.
E. Definisi Konsep
Dalam pembahasan ini, peneliti membatasi dari sejumlah konsep
agar mudah dipahami dan agar memperoleh kejelasan dari judul yang akan
diangkat yaitu Bimbingan Konseling Islam dengan Solution Focused Brief
Therapy Dalam Menangani Stres Seorang Wanita Muallaf Atas Penolakan
Dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak, Malaysia, maka disini
akan dikemukakan beberapa istilah yang terdapat dalam judul ini yaitu :
1. Bimbingan dan Konseling Islam
Pengertian Bimbingan ialah proses bantuan dalam memberikan
informasi agar bisa dimanfaatkan oleh konseli agar mampu mengambil
keputusan yang tepat. Ia juga merupakan proses agar membantu konseli
10
konseli agar mampu memahami dirinya sendiri, mengembangkan
dirinya serta menjadi individu yang bisa mandiri.
Sedangkan konseling berarti nasehat. Ia merupakan sebuah
proses interaksi antara konselor dan konseli yang dilakukan dalam
situasi yang bersifat profesional untuk mengubah tingkah laku konseli,
agar konseli memahami dirinya dalam hubungannya dengan
masala-masalah yang dihadapinya, membantu agar ia memperoleh tujuan yang
ingin ia capai, membantu agar konseli mampu memilih
langkah-langkah yang tepat dalam pemecahan masalah serta mengetahui dan
mampu mengatasi masalahnya secara mandiri.10
Bimbingan dan Konseling Islam merupakan sebuah proses
dengan memberikan bantuan yang terarah, bersifat berterusan dan
sistematis kepada individu agar ia dapat mengembangkan potensi yang
sedia ada dimilikinya atau fitrah yakni keyakinan beragama khususnya
Islam agar individu tersebut dapat menjalani hidupnya berlandaskan
nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits atau sunnah yang
dibawa oleh Rasulullah ﷺyang dapat dilihat dari segi mental, spritual
maupun aktifitas fisik seharian sesuai tuntutan agama. Apabila
pengamalan Al-Quran dan Hadits telah mencapai tahap optimal dan
fitrah yang dimilikinya yakni Islam telah berkembang, maka, individu
tersebut akan mempunyai hubungan yang baik antara Allah, dengan
10
11
manusia dan alam semesta karena telah memahami esensi dari
peranannya di muka bumi yakni sebagai khalifah Allah dan sebagai
hamba yang mengabdikan Allah Yang Maha Esa.11
Konseling Islam merupakan sesi terapeutik berlandaskan
kesadaran beragama. Ia berbeda dari konseling yang umum karena ia
berlandaskan pemahaman agama yang dimiliki oleh konselor dan
konseli. Sifat yang dimiliki bersama ini menciptakan hubungan yang
berkonsepkan kepercayaan sesama konselor dan konseli dalam
memberikan motivasi, membangun dan mengubah konseli agar mampu
menjalani hidup sesuai tuntutan agama. Dalam konseling Islam,
konselor berperan agar mencari solusi spiritual pada konseli
berlandaskan cinta dan takut pada Allah serta tanggungjawab sebagai
hamba Allah. Nabi juga bersabda bahwa “Agama itu nasehat ” karena
ia merupakan salah satu esensi beragama dalam mengamalkan amar
ma’ruf nahi munkar dengan hikmah dan bijaksana berlandaskan Al
-Quran dan Hadits.12
Aunur Rahim Faqih mengemukakan bawha Bimbingan dan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar
ia mampu hidup sesuai dengan tuntutan atau petunjuk Allah
11
Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta, Amzah, 2010), hal. 23
12
12
berdasarkan Al-Quran dan Hadits, sehingga mampu mencapai
kebahagiaan hidup sama ada di dunia maupun di akhirat.13
2. Solution-Focused Brief Therapy
Solution Focused Brief Therapy atau dikenali lain sebagai Terapi
singkat berfokus solusi (SFBT) ini adalah sebuah pendekatan yang
mana ia mengobservasi bagaimana konseli melihat permasalahan yang
dihadapinya. Metode terapeutik ini tidak terlalu berfokus kepada
persoalan mengapa dan bagaimana sebuah permasalahan itu muncul
berbanding solusi itu sendiri. De Shazer menggunakan metafora sebuah
kunci yang melambangkan bagaimana terapi ini berfungsi seperti
sebuah kunci. Permasalahan konseli diibaratkan seperti pintu yang
terkunci. De Shazer dan Berg tidak mau memfokus pada bagaimana dan
mengapa pintu itu terkunci akan tetapi membantu konseli mencari kunci
penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh konseli. Konselor juga
tidak mau dibebankan dengan alasan konseli terhadap masalah tersebut
tetapi konselor ingin mencari cara untuk mengurangi ketidakpuasan dan
kesedihan maupun kegelisahan yang dialami oleh konseli saat
sekarang.14
Konselor juga berfungsi sebagai pendengar akan luahan dan
perasaan konselor terhadap masalah yang dihadapi oleh konseli. Namun
konselor tidak akan meletakkan konseli di posisi tersebut terlalu lama
13
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 5
14
13
tetapi konselor juga berfungsi untuk membuat konseli agar bisa berfikir
dan menyatakan peluang-peluang solusi yang bisa dilaksanakan untuk
mengurangi permasalahan. Batas pertemuan sesi konseling adalah
antara 5 hingga 10 karena konselor berfokus pada keinginan konseli
untuk berubah dan membantu konseli untuk terus melakukan
perubahan. Teknik-teknik yang digunakan adalah Miracle Question,
Scaling,, Exception, Problem-Free Talk dan Flagging The Minefield.
3. Stress
Secara singkat ia adalah masalah kejiwaan yakni berasa putus asa
dan tidak merasakan apa-apa apresiasi terhadap diri beserta rasa
ketidakpedulian dan hilangnya rasa minat sehingga pada kondisi yang
ekstrim, depresi bisa mengafeksi pikiran dan perasaan normal dan
mengarahkan kepada bunuh diri.15
Gangguan jiwa seperti stres terjadi akibat tidak terpenuhnya
kebutuhan dasar seperti kebutuhan jasmani (makan, minum, tidur, seks
dsb.) dan kebutuhan rohani (rasa aman, dicintai, kebebasan dll.) yang
merupakan aspek yang dibutuhkan untuk keberlansungan hidup.
Apabila seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut maka
orang tersebut akan mengalami konflik batin, frustrasi, stres dan hingga
ke tingkat lebih parah seperti keinginan membunuh diri dan depresi.16
15
Sam Atkinson, The Psychology Book, (New York, Dorling Kindersley Limited, 2012), hal. 341
16
14
Depresi menurut G. Stanley Hall disebabkan oleh kesadaran
bahwa diri tidak disukai atau diterima, mempunyai karakteristik pada
diri yang berbeda atau negatif dan putus rasa cinta. Pengkritikan pada
diri sendiri serta tidak bisa menerima sebuah hakekat atau perasaan
kehilangan maupun sedih adalah juga merupakan punca kepada depresi.
Antara punca depresi yang lain adalah apabila manusia menyalahkan
diri sendiri tentang hal buruk atau negatif yang telah terjadi.17
4. Dakwah
Dakwah adalah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang
dilakukan oleh seorang da’i (penyeru) agar bisa mengantarkan
seseorang kepada hal yang diridhai oleh Allah. Seorang manusia yang
beragama Islam dituntut dan diwajibkan untuk berdakwah. Apa yang
ditinggalkan oleh Nabi dan diikuti oleh para sahabat dan orang-orang
yang menegakkan agama Islam setelahnya merupakan sebuah tuntutan
sunnatullah atau kehendak Allah bagi Rasul, para pemimpin dan kaum
muslimin. Ini bersesuaian dengan firman Allah :
َلق
ُ
أ م َمَو َ يقجق
ۡٱَو َةٰىَرۡ ىتٱ لا ُ يق ُت ٰ ىََح ٍء ۡ ََ ٰ
ۡ
َ َل ۡمُتۡسَل ق َٰتق ۡ ٱ َ ۡهَأٓ َي ۡ ُق
ٗ ٰ َيۡغ ُط َ قكبىر قم َ ۡ
ََقإ َلق ُأ م ىم مُ ۡ قكم اٗرقثَ ىنَديق َََ َو ۗۡمُكقكبىر قكم مُكۡ ََقإ
َ يق قفٰ
َكۡ ٱ قمۡ َ ۡ ٱ َ َل َسۡأَت َََف ۖاٗ ۡفُكَو
٨
17
15
Artinya : “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itum
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya Allah memelihara
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Surah Al-Ma’idah: 67)18
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
yang kelak akan digunakan dan berfungsi untuk kegunaan tertentu.
Langkah-langkah dalam metode penelitian ini adalah:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif atau disebut dengan metode
penelitian naturalistik dan etnographi merupakan sebuah penelitian
yang dilakukan di ruang lingkup budaya, alamiah dan berlawanan
dengan sifat eksperimental. Dalam metode peneltian kualitatif,
instrumennya peneliti itu sendiri sehingga sebelum peneliti ke
lapangan maka peneliti harus mempunyai wawasan yang luas serta
teori akan digunakan agar bisa menanya, mengobservasi, menganalisa
serta mengkonstruksi sebuah situasi sosial agar menjadi lebih jelas
dan mempunyai makna.19
18
Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah (Jakarta, Gema Insani, 2004), hal. 25-26
19
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
16
Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah studi
kasus. Studi kasus adalah suatu penyelidikan yang dilakukan secara
intensif terhadap suatu individu dan ia juga bisa digunakan untuk
menyelidiki unit sosial yang kecil seperti kelompok keluarga dan juga
kelompok yang dilabelkan seperti “kelompok/gang” tertentu.20
Studi kasus menekankan tiga aspek dalam pelaksanaan
penelitian yaitu peneliti adalah pengumpul data, ianya harus bersifat
deskriptif komparatif dan mengutamakan proses berbanding hasil
yang akan diperoleh.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Subjek penelitian peneliti adalah merupakan seorang wanita
muallaf yang bernama Nur Asysyuuura yang mengalami stres akibat
kegiatan dan penolakan dakwahnya.
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Kampung Sesok,
Mukah, Sarawak di Malaysia. Tempat tinggal peneliti dan lokasi
penelitan dianggarkan berjarak sekitar 13 kilometer. Alasan dipilihnya
lokasi ini adalah salah satunya yaitu permasalahan yang menarik
untuk diteliti karena sebelum Nur Asysyuura kembali ke desanya
setelah memeluk agama Islam, seluruh penduduk desa ini merupakan
penganut agama Kristen. Setelah kembalinya beliau ke desa, beliau
bisa mengislamkan 20 orang dari kalangan keluarga dan orang
terdekat. Kegiatan dakwahnya di desa tersebut mempunyai berbagai
20
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
17
cara antaranya membina sebuah pondol untuk dijadikan seperti
sekolah yang mengajarkan anak-anak kecil di desa tersebut
dikarenakan sekolah terlalu jauh dari tempatnya. Antara lain adalah
Nur masih menjalani kegiatan dakwahnya di situ. Peneliti berperan
untuk meneliti atau melakukan observasi penuh terhadap konseli sama
ada dari segi emosi dan latar belakang suasana lingkungannya.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data non-statistik akan digunakan dalam penelitian ini. Data
non-statistik akan diperoleh dalam bentuk verbal (deskripsi) dan
bukannya dalam bentuk angka. Jenis data yang akan diperoleh
dalam penelitian ini terbagi kepada dua yaitu:
1) Data primer adalah data yang lansung didapat dari subjek yang
diteliti yakni wanita muallaf yang mengalami stres di lapangan
berupa informasi dan data deskriptif.
2) Data sekunder yaitu informasi atau data yang diperoleh dari
lingkungan sunjek penelitian seperti tetangga, keluarga dan
teman konseli agar bisa mendukung dan melengkapi data yang
telah diperoleh dari sumber data primer.
b. Sumber Data
Sumber data ialah dari mana data yang akan peneliti perolehi.
Adapun yang menjadi sumber data dalam sebuah penelitian
18
1) Sumber data primer yaitu lansung didapatkan dari lapangan
yaitu konseli.
2) Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh dari
sumber kedua digunakan untuk mengukuhkan data primer
sama ada dari gambaran lokasi penelitian, kegiatan sosial di
lingkungan, keluarga dan maupun teman konseli.
4. Tahap-tahap Penelitian
Adapun persediaan yang perlu dilakukan dalam melaksanakan
penelitian adalah seperti berikut:
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap eksplorasi yaitu tahap dimana seorang peneliti
melaksanakan sebelum terjun ke lapangan dan melakukan
penelitian, antara lain yaitu: menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan
menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi
serta menyiapkan perlengkapan untuk melaksanakan penelitian.
1) Menyusun Rancangan Penelitian
Untuk menyusun rancangan penelitian, peneliti
hendaklah terlebi dahulu membaca bahan-bahan yang terkaitan
dengan masalah penelitian yaitu depresi yang dihadapi oleh
muallaf akibat penolakan dakwahnya. Setelah memahami
19
masalah, tujuan penelitan, definisi konsep dan membuat
rancangan data-data yang diperlukan untuk penelitian.
2) Memilih Lapangan Penelitian
Dalam hal ini, peneliti sendiri pernah ke tempat
penelitian pada tahun lalu untuk membantu membina
bangunan yang dijadikan kelas pengajian untuk anak-anak di
desa tersebut. Maka, peneliti akan melakukan penelitian di
tempat tersebut yaitu di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak,
Malaysia.
3) Mengurus Perizinan
Setelah melakukan penetapan lokasi, maka peneliti
mengurus perizinan untuk melakukan penelitian di tempat
tersebut. Peneliti haruslah mengetahui orang yang berwenang
dalam memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di
lokasi penelitian tersebut.
Peneliti akan meminta izin kepada suami dan orang tua
Norasyura untuk melakukan penelitian dan melakukan proses
konseling terhadap beliau. Dengan adanya perizinan dari pihak
tersebut maka ia akan memudahkan peneliti untuk melanjutkan
20
4) Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan
Peneliti pada tahap ini adalah untuk menjajaki lapangan
dengan tujuan untuk mengenali lebih lanjut keadaan dan
apa-apa unsur yang ada di lingkungan sosial serta konseli dengan
metode wawancara dan observasi agar peneliti bisa
menyiapkan perlengkapan yang akan diperlukan untuk
melakukan penelitan dan mengumpulkan berbagai data di
lapangan.
5) Memilih dan Memafaatkan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi, kondisi serta latar
belakang dari sebuah kasus. Peneliti dalam hal ini akan
memilih Ibu Norasyura sendiri untuk menjadi informan.
6) Melengkapkan Perlengkapan Penelitian
Peneliti menyiapkan segala hal yang akan digunakan
untuk meneliti kelak seperti alat tulis, map, buku,
perlengkapan fisik, izin penelitian atau bahan-bahan yang lain
untuk mendapatkan deskripsi data lapaangan.
7) Persoalan Etika Penelitian
Etika Penelitian ialah hal yang menyangkut konseli
seperti mengetahui latar belakang budaya konseli yaitu berasal
dari agama Kristen, mempunyai tempat tinggal yang
21
serta bahasa yang digunakan agar peneliti tidak dikira sebagai
seorang yang tidak menghormati konseli.
8) Tahap Persiapan Lapangan
a) Memahami Latar Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti memahami
latar penelitian terlebih dahulu serta mempersiapkan
kemampuan diri dari segi fisik dan mental.
b) Memasuki Lapangan
Seorang peneliti harus mempunyai kemampuan
untuk menjalin hubungan yang baik dengan konseli agar
tidak terjadi jurang dalam komunikasi baik secara
bersemuka maupun tidak. Ini karena bertujuan agar saat
melakukan interview maka konseli akan memberikan
respon yang baik dan mudah percaya terhadap peneliti.
c) Berperan Sambil Mengumpulkan Data
Peneliti ikut berpartisipasi atau berperan aktif dalam
penelitian tersebut yaitu dengan mengumpulkan data dan
menganalisisnya. Peneliti disini akan mewawancarai secara
lansung dengan Ibu Nur Asysyuura dalam menjalani proses
bimbingan dan konseling serta terus menghubunginya
melalui aplikasi “Whatsapp” agar bisa memotivasi dan
22
5. Teknik Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data adalah tahap paling penting sekali
dalam melakukan penelitian karena sebuah penelitian tidak bisa
dilakukan tanpa adanya data. Dalam pengumpulan data peneliti harus
mengetahui teknik-teknik yang bisa digunakan untuk memperoleh
data. Adapun teknik-teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi (pengamatan) menurut Nasution, observasi adalah
dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya bisa
bergerak atau bekerja berdasarkan data yang diperoleh melalui
observasi. Ia bertujuan agar peneliti mampu memahami konteks
data dalam keseluruhan situasi sosial, memperoleh pengalaman
lansung, bisa mengamati hal-hal yang kurang atau tidak diamati
oleh orang lain.21
b. Survei
Survei adalah salah satu metode bagian dari pengumpulan
data dalam memperoleh data sebanyak-banyaknya mengenai
faktor-faktor munculnya masalah bahkan memperoleh data,
informasi atau keterangan dari berbagai hal maupun pihak terhadap
21
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
23
apa-apa tentang diri, lingkungan sosial, kegiatan, geografis maupun
fenomena apa saja yang terdapat pada diri konseli.22
c. Wawancara
Peneliti akan menggunakan wawancara yang tidak
terstruktur dimana peneliti bebas untuk menanyakan serta
melakukan sesi wawancara tanpa adanya pedoman. Wawancara
tidak terstruktur sering digunakan untuk mendapatkan data atau
informasi awal tentang permasalahan atau isu yang terkaitan
dengan subyek penelitian. Untuk melakukan wawancara tidak
terstruktur, peneliti berperan sebagai pendengar untuk memperoleh
data yang sebanyaknya. Wawancara seperti ini haruslah dirancang
terlebih dahulu yakni dengan menghubungi konseli agar tidak
menganggu waktu dan kegiatan konseli. Dalam wawancara ini,
peneliti akan menanyakan hal-hal yang berupa garis besar dari
permasalahan yang dihadapi oleh konseli.23
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode dengan mengumpul
data mengenai hal yang berkaitan atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat khabar, majalah atau lain-lain yang
bersangkutan dengan permasalahan konseli. Metode dokumentasi
22
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta, PT Rineka Cipta, 2002), hal. 86-88
23
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
24
merupakan pelengkap dari penggunaan metode-metode
sebelumnya yaitu wawancara dan observasi.24
Data yang kelak akan diperoleh melalui metode ini
merupakan gambaran umum tentang lokasi penelitian, identitas
konseli, biografi dan masalah konseli. Untuk melakukan proses
pengumpulan data, maka peneliti bisa melakukan tabel seperti
berikut:
Tabel 1.1
Jenis Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data Sumber Data TPD
TPD :Teknik Pengumpulan Data
O :Observasi
W :Wawancara
D :Dokumentasi
24
25
6. Teknik Menganalisa Data
Analisis data kualitatif adalah upaya penyusunan, memilah dan
sebagai pemilihan data yang banyak diperoleh dari berbagai sumber
ketika mengumpulkan data. Namun, dalam penelitian kualitatif, tidak
ada metode khusus untuk menganalisis data sehingga sulit bagi
peneliti untuk melakukan penganalisian data. Namun dalah hal ini,
data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dokumentasi, catatan
lapangan dan bahan-bahan yang lain akan disusun secara sistematis
sehingga mudah untuk dipahami.
Penganalisian data dilakukan dengan cara menjabarkan
data-data ke dalam sebuah unit, mongorganisasikannya, menyusunnya
dalam sebuah bab atau pola agar bisa dipelajari dan mampu membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data
kualitatif haruskan dilakukan sebelum memasuki lapangan
berdasarkan data yang diperoleh. Ianya bersifat induktif sehingga data
yang diperoleh berkembang menjadi hipotesis dan dengan
penginduktifan data tersebut maka bisa membenarkan atau ditolaknya
hipotesis yang sudah dibuat berdasarkan data yang dikumpul.25
Oleh karena penelitian ini bersifat studi kasus maka analisis
data yang digunakan adalah deskriptif-komparatif yakni dengan
mengolahkannya sehingga dapat membandingkan proses Bimbingan
25
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
26
Konseling Islam dengan Solution Focused Brief Therapy secara
teoritik dengan proses Bimbingan Konseling Islam dengan Solution
Focused Brief Therapy di lapangan sehingga bisa menilai dan
mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah mendapatkan layanan
konseling.
7. Teknik Keabsahan Data
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan adalah peneliti dalam
melakukan penelitian ini berpartisipasi dalam mengumpulkan data
dibutuhkan waktu relatif yang lama demi mendapatkan kesahihan
data.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan adalah peneliti melakukan
observasi beserta interpretasi yang benar terhadap sesuatu dan ia
membutuhkan tingkat observasi yang tinggi. Antara lain adalah
dengan membaca buku, artikel dan sebagainya terkait dengan
permasalahan maupun hal yang terkait dalam penelitian yang
dilakukan.26
c. Triangulasi
Triangulasi adalah cara pengecekan data dengan
menggunakan sumber-sumber seperti sumber yaitu dari orang,
26
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
27
triangulasi teknik dimana data diperoleh melalui wawancara
didiskusi lebih lanjut dengan kuesioner, observasi dan lain-lain.
Manakala Triangulasi waktu adalah dimana waktu yang
dimanfaatkan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.27
G. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan skripsi ini, peneliti akan membahas 5 BAB
dengan susunan sebagai berikut:
a. Bagian Awal
Bagian Awal terdiri dari judul penelitian (Sampul), Persetujuan
Pembimbing, Pengesahan Tim Penguji, Motto, Persembahan,
Pernyataan Otentisitas Skripsi, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi dan
Daftar Tabel.
b. Bagian Inti
Bab pertama yaitu pendahuluan. Dalam bab ini meliputi : Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian yang meliputi
Pendekatan dan Jenis Penelitian, Sasaran dan Lokasi Penelitian, Jenis
dan Sumber Data, Tahap-tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,
Teknik Analisis Data, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data dan
terakhir yang termasuk dalam pendahuluan adalah Sistematika
Pembahasan.
27
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
28
Bab kedua berisi tentang kajian teoritis mengenai judul dari
penelitian yaitu “Bimbingan Konseling Islam dengan menggunakan
Solution Focused Brief Therapy dalam Menangani Stres seorang
Wanita Mualaf atas Penolakan Dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah,
Sarawak, Malaysia. Bab ini meliputi Bimbingan dan Konseling Islam,
pengertian bimbingan konseling Islam, tujuan dan fungsi bimbingan
konseling Islam, asas-asas bimbingan konseling Islam, langkah-langkah
bimbingan konseling islam dengan menggunakan Solution Focused
Brief Therapy dalam menangani stres wanita muallaf atas penolakan
dakwahnya.
Bab ketiga berisi penyajian data. Di dalam penyajian data,
meliputi tentang deskripsi umum objek penelitian yang dipaparkan
secukupnya agar pembaca mengetahui gambaran tentang objek yang
akan dikaji dan deskripsi lokasi penelitian meliputi hasil penelitian.
Pada bagian ini dipaparkan mengenai data dan fakta objek penelitian,
terutama yang terkait dengan perumusan masalah yang diajukan.
Bab keempat pula analisis data. Berisi tentang pemaparan hasil
penelitian yang diperoleh berupa analisis data dari faktor- faktor,
dampak, proses serta hasil pelaksanaan bimbingan konseling islam
dalam menangani stres seorang wanita muallaf atas penolakan
dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak sehingga dapat
diperoleh apakah bimbingan konseling Islam dengan Solution Focused
29
Bab kelima adalah penutup. Penutup terbagi kepada 2 poin,
yaitu kesimpulan dan saran. Bagian Akhir berupa Daftar Pustaka,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritik
1. Bimbingan dan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan dan konseling merupakan alih bahasa dari
perkataan bahasa Inggris yaitu Guidance dan Counseling. Istilah
bimbingan juga banyak digunakan dibidang lain dalam
perencanaan keluarga, pekerjaan atau malah ekonomi yang bisa
membawa ungkapan dan maksud yang berbeda dengan bidang
konseling. Istilah bimbingan adalah sebuah istilah yang tidak asing
lagi dalam bidang konseling yaitu sebuah proses pemberian
bantuan kepada seseorang. Bimbingan juga bisa diartikan dengan
berbagai makna yang luas seperti memberikan bantuan, mengajar,
menasehati, menuntun, membimbing dan sebagainya agar orang
yang dibantu mampu mencapai tujuan seperti yang
dikehendakinya.1
Konseling juga sebagian dari bimbingan dan mempunyai
fungsi yang serupa yaitu memberikan nasehat kepada individu
yaitu merupakan sebuah kasus dimana seorang konselor bertemu
1
31
dengan klien. membantu klien untuk melihat sudut yang lebih jelas
dan bermakna melalui perspektif yang berbeda.
Bimbingan menurut W.S Winkel adalah sebuah bantuan
kepada kelompok orang agar mampu membuat pilihan-pilihan
yang bijaksana agar bisa menyesuaikan diri. Bantuan yang
diberikan adalah bantuan yang bersifat psikis dan bukan
materialistis sehingga ia mampu mengatasi masalah yang ia hadapi
pada masa akan datang.2
Menurut Frank Parson, bimbingan adalah bentuk bantuan
yang diberikan kepada seseorang agar individu tersebut mampu
memilih, mempersiapkan diri dan megemban serta mampu
mengembangkan potensi diri dalam jabatan yang dipilihnya.3
Menurut Roger, bimbingan merupakan suatu bantuan yang
diberikan oleh satu pihak yakni konselor kepada pihak yang lain
yaitu klien untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien
dengan lebih baik. Bantuan menurutnya adalah dengan memimbing
klien agar bisa menghargai, menerima dan mengaktualisasi diri.
Memberi bantuan di sini juga berarti bahwa konselor juga bersedia
2
W.S Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, (Jakarta, Gramedia, 1989), hal. 17
3
32
untuk mendengar masalah klien, kisah hidup klien serta keinginan
klien yang tidak terpenuhi dan lain-lain.4
Sementara itu, bimbingan menurut Dra.Hallen A, M.Pd
adalah sebuah pelayanan secara terus-menerus agar klien mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal dengan
memberdayakan segala bentuk media dan teknik bimbingan
bersuasanakan asuhan yang normatif agar klien mampu menjadi
individu yang mandiri serta menjadi individu yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri maupun lingkungannya.5
Sedangkan konseling menurut Gustad adalah proses belajar
yang mana bertujuan untuk menyesuaikan klien dengan
lingkungannya. Konselor haruslah mempunyai kompetensi yang
relevan dan profesional tentang psikologi untuk membantu klien
menggunakan metode yang sesuai agar mampu mencapai target
yang mana bertujuan untuk menjadikan klien individu yang lebih
produktif dalam lingkungan serta mampu mengatasi masalah
sendiri.6
Menurut Kathryn dan David Geldard, konseling merupakan
sebuah proses memberikan bantuan kepada individu dengan
4
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta, Kencana, 2011), hal. 2
5
Dra. Hallen. A. M.Pd, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, Quantum Teaching, 2005), hal. 8-9
6
33
menggunakan skil dan teknik tertentu yang mana setiap teknik
mempunyai tujuan tersendiri.7
Telah diungkapkan dari berbagai pengertian bimbingan dan
konseling, penulis dapat menguraikan bahwa bimbingan dan
konseling bertujuan untuk membantu individu, mencari solusi serta
memberikan kesadaran kepada klien upaya-upaya yang bisa
dilakukan untuk mengasah potensi yang dimiliki.
Sebelum mendefinisikan bimbingan dan konseling dalam
perspektif Islam, maka akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian
agama islam. Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh
Allah dan disampaikan melalui rasul-rasul yang diutus agar bisa
menjadi petunjuk dan pedoman manusia sehingga dapat keluar dari
kekafiran dan kejahilan menuju cahaya Islam. Konsep yang
diajarkan oleh Islam adalah konsep yang mampu menuntun
manusia ke arah kebaikan, kebahagiaan, ketenangan dan keridhaan
dari Allah. Agama Islam mempunyai nilai-nilai tersendiri sehingga
seorang manusia haruslah berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran
Islam sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits.8
Menurut Drs. H.M Ariffin, M.Ed, bimbingan dan konseling
Islam adalah merupakan sebuah kegiatan yang mana dilakukan
oleh seseorang dengan memberikan bantuan kepada orang lain
7
Kathryn dan David Geldard, Personal Counseling Skill, (Springfield, Charles C Thomas Publisher, 2012), hal. 5
8
34
yang mengalami kesulitan-kesulitan yang berkait dengan ruhaniah
agar individu tersebut mampu menyadari kesalahan dan
mengatasinya serta mengakui konsep penyerahan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar kemudian individu tersebut mampu
mengubah dirinya sehingga mampu mencapai kebahagiaan hidup
masa kini dan masa akan datang.9
Menurut Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam
adalah proses pemberian bantuan yang terarah, berkontinuitas dan
sistematis kepada setiap individu agar dapat mengembangkan
potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal
dengan mengaplikasikan nilai-nilai di dalam Al-Qur’an dan hadits
dari Rasulullah sehingga ia dapat menjalani hidup selaras dan
sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan hadits.10
Menurut Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islam
adalah bentuk usaha untuk membantu individu belajar
mengembangkan atau kembali kepada fitrah dengan
memberdayakan kemampuan iman, akal dan kemauan yang
terdapat pada dirinya sehingga dapat mempelajari nilai-nilai dalam
9
Drs. H.M Ariffin M.Ed, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta, Bulan Bintang, 1979), hal. 25
10
35
Islam agar fitrahnya berkembang dengan benar sesuai tuntutan
Allah SWT.11
Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian
bantuan kepada individu agar mampu hidup bersesuaian dengan
petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.12
Beberapa definisi yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah
sebuah proses pemberian bantuan kepada individu secara
sistematis dan kontinuitas dalam upaya mengembangkan atau
mengembalikan fitrahnya agar ia mampu hidup selaras dengan
petunjuk Allah melalui penginternalisasian nilai-nilai yang terdapat
di dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah ﷺdemi kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
Secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islam tidak
terlalu jauh bedanya dengan tujuan yang terdapat di dalam
bimbingan dan konseling versi barat, yaitu sama-sama berusaha
untuk membantu klien agar mampu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi. Perbedaan yang terdapat pada masing-masing versi
11
Anwar Sutoyo M.Pd, Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013), hal 22
12
36
adalah tujuan akhir yang ingin dicapai yang mana bimbingan dan
konseling Islam menuntun individu agar kembali kepada Allah,
memiliki kesadaran untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah
sehingga pada akhirnya individu tersebut mampu menjadi manusia
selaras dengan tuntutan Al-Qur’an dan hadits dalam aspek agama,
pribadi dan sosial.
Tujuan bimbingan dan konseling Islam menurut Drs.
Samsul Munir Amin:
1) Agar individu melakukan perubahan, perbaikan serta
pembersihan jiwa sehingga menjadi tenang (muthma’innah)
dan mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah (mardhiyah).
2) Agar individu mampu mengubah tingkah laku kepada yang
lebih sopan dan memberikan manfaat baik pada diri sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan sosial dan
lainnya.
3) Agar kecerdasan emosi berkembang secara optimal sehingga
memunculkan rasa toleransi dan kasih sayang.
4) Agar kecerdasan spiritual muncul pada diri individu dan
berkembang keinginan untuk beribadah dan taat kepada Allah
di samping mematuhi segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya.
5) Agar individu mempunyai potensi Ilahiah yang dengannya
37
bumi dan memberi manfaat kepada orang sekelilingnya dalam
berbagai aspek kehidupan.13
Tujuan bimbingan konseling Islam menurut Drs. H.M Arifin:
1) Agar individu mempunyai asas religious reference (sumber
pegangan agama) dalam menangani masalah yang dihadapi.
2) Agar individu mempunyai kesadaran serta kemampuan akan
ajaran agama dan bersedia untuk mengamalkannya.14
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
1) Pencegahan atau preventif yaitu konselor membantu klien
menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan. Menemukan
cara agar klien bisa menghindari atau mencegah munculnya
perkara yang tidak diingini tersebut.
2) Kuratif atau perbaikan yaitu klien dibantu konselor untuk
mengatasi atau menghilangkan kondisi yang sudah terjadi dan
tidak diingini.
3) Developmental atau perkembangan yaitu membantu klien
dalam proses perkembangan dari segi kehidupan sosial,
pribadi, emosional, kognitif, fisik dan sebagainya.
4) Penguatan atau reinforcement yaitu konselor membantu klien
menyadari apa yang dilakukan, dipikirkan dan dirasakan
13
Anwar Sutoyo M.Pd, Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013), hal 43
14
38
sehingga langkah serta perencanaan yang telah dilakukukan
oleh klien mendapat penguatan dari konselor.15
d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam
Prinsip-prinsip dalam bimbingan adalah tingkatan dalam
bertujuan untuk mencapai target atau objektif. Target tidak akan
mampu dicapai jika tidak memahami prinsip-prinsip dalam
bimbingan karena ia merupakan elemen yang penting dalam
tingkatan pelayanan dan operasional. Prinsip-prinsip bimbingan
terbagi kepada beberapa prinsip yaitu:
1) Bimbingan adalah suatu proses pengembangan karena banyak
pelajar tidak mengetahui kemampuan yang dimiliki serta tidak
mampu untuk mementukan hala tuju hidup sehingga
bimbingan bertujuan untuk membantu mahasiswa untuk
menggali kelebihan atau kemampuan yang ia miliki untuk
diimplementasikan dengan kebutuhan hidupnya pada masa kini
dan masa akan datang.
2) Bimbingan juga berperan untuk menilai dari sudut
pembawaan dari orang tua dan lingkungan karena individu
semuanya berbeda sehingga proses bimbingan yang diberikan
adalah berbeda dari setiap klien. Hal ini juga harus diteliti
15
39
dengan khusus terlebih dahulu sebelum memberikan bantuan
kepada klien agar hasil dari bimbingan mampu berhasil.
3) Bimbingan merupakan bantuan untuk semua orang tanpa
memilih masalah dan kehidupan klien karena untuk mengatasi
masalah tersebut, mereka memerlukan bimbingan.
4) Informasi harus disediakan secara tepat bagi konselor untuk
menilai sejauh mana kemampuan klien. Ini juga membantu
konselor untuk memilih ujian tes, minat, kemampuan mental
dan lain-lain yang sesuai untuk diberikan kepada klien.
Kompilasi data tersebut adalah merupakan salah satu dari
esensi bimbingan.
5) Bimbingan adalah merupakan sebuah usaha yang mana ia
memerlukan bantuan dari orang sekitar klien seperti ahli
keluarga, teman dan pihak yang berwenang.
6) Bimbingan merupakan suatu proses yang berterusan ini karena
kehidupan individu sentiasa meningkat dari segi
perkembangan diri sehingga masalah yang dihadapi oleh
individu juga mengalami kompleksitas dan karena itu, seorang
individu memerlukan bimbingan dalam setiap fase hidup
dijalaninya.
7) Tujuan bimbingan adalah untuk mengembangkan pemahaman
40
individu sendiri mampu menentukan hala tuju hidup yang
sesuai bagi dirinya.
8) Bimbingan haruslah dilakukan oleh ahli dalam bidang
bimbingan dan konsultasi sehingga seorang ahli itu telahpun
diuji dari segi fundamental (teoritis) dalam berbagai aspek
psikologi dan praktikal dalam konsultasi.
9) Bimbingan merupakan bagian dari proses pembelajaran dan
membantu individu membuat penyesuaian yang cocok saat
menerima arahan dan pendidikan.16
e. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam
Pelaksanaan di dalam Bimbingan dan Konseling Islam, ada
beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, antara lain:
1) Identifikasi masalah yaitu pengumpulan data secara formal
dan informal sama ada dengan teknik wawancara, observasi
dan analisis data dari gejala-gejala yang tampak pada diri
klien.17
2) Diagnosa yaitu langkah penetapan masalah setelah
mendiagnosis perilaku dan gaya hidup klien. Proses diagnosis
atau penetapan masalah dijalankan setelah mengumpul dan
meneliti data-data tentang klien.18
16
Asha K. Kinra, Guidance and Counselling, (India, Pearson Longman, 2008), hal. 6-7
17
Bradley T. Erford, Research and Evaluation in Counseling, (America, Cengage Learning, 2015), hal. 163
18
41
3) Prognosa yaitu penetapan terapi dan bantuan yang akan
diberikan kepada klien didahului dengan mempertimbangkan
aspek rasional dan pendekatan penyelesaian masalah yang
sesuai.19
4) Terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan kepada klien sama
ada bertujuan untuk meningkatkan pribadi klien, mengurangi
masalah klien dan mengembangkan fungsi manusiawi pada
diri klien.20
5) Evaluasi atau Follow Up yaitu langkah untuk melihat sejauh
mana keberhasilan proses pelayanan konseling dalam jangka
waktu yang panjang.21
f. Unsur-unsur Dalam Proses Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan dan Konseling mempunyai beberapa unsur atau
komponen yang berkait antara satu sama lain dan saling
berhubungan. Unsur-unsur dalam bimbingan konseling Islam pada
dasarnya adalah konselor, konseli dan masalah yang dihadapi.
1) Konselor
Konselor adalah orang yang mempunyai kompetensi
dan profesional dalam bidang konseling. Konselor adalah
individu yang membantu orang lain sama ada secara pribadi,
19
Fong Chan PhD. Dkk, Counseling Theories and Techniques for Rehabilitation and Mental Health Professionals, (New York, Springer Publishing Company, 2015), hal. 161
20
Linda Seligman, Diagnosis and Treatment Planning in Counseling, (New York, Springer Publishing Company, 2004), hal. 166
21
42
keluarga, kelompok dalam bantuan psikologi dan konselor
adalah individu yang mempunyai kelayakan yang tinggi dan
telah menjalani latihan kompetensi serta berkualifikasi untuk
menjadi seorang konselor.22
Adapun ciri-ciri yang harus dimiliki oleh seorang
konselor adalah:
a) Menghormati diri dan orang lain
b) Percaya diri
c) Mempunyai pikiran dan pandangan yang optimistik
d) Mempunyai skil mendengar, memahami dan komunikasi
yang tinggi kepada individu yang lain
e) Mempunyai akhlak dan pribadi yang sehat
f) Mempunyai nilai humor yang baik
g) Mempunyai perasaan terharu, kasih sayang dan empati
h) Menghormati perbedaan dalam semua aspek
i) Penyabar
j) Tidak menilai dan mengkritik
k) Kreativitas
l) Fleksibitilas
m) Keupayaan untuk mengganti situasi negatif kepada situasi
yang positif23
22
Ed Neukrug, The World of the Counselor, (United States of America, Cengage Learning, 2016), hal. 5
23
43
2) Klien
Klien berasal dari perkataan inggris yaitu client. Ia
juga digelar sebagai seorang konseli. Klien merupakan orang
yang bertemu dengan konselor untuk mendapatkan
perkhidmatan atau bantuan dari seorang konselor. Individu
ini sentiasa berada dalam keadaan bingung, sedih, stress dan
sebagainya serta berharap dapat mengurangkan tekanan yang
dihadapinya. Oxford advanced learner’s dictionary
mendefinisikan klien sebagai individu yang menerima
bantuan dari ahli atau konselor yang professional.24
3) Masalah
Menurut Roche (1979), masalah yang dihadapi oleh
pelajar pada zaman sekarang bisa dikelompokkan secara
sistematis seperti masalah pelajaran, vokasi (minat), sosial,
moral, kesehatan dan pribadi. Menurut Kamus Dewan Bahasa
dan Pustaka Malaysia (2002), masalah adalah sesuatu yang
membutuhkan penyelesaian atau hal yang menimbulkan
kesulitan. Maka bisa disimpulkan bahwa masalah yang
dihadapi oleh seorang klien adalah merupakan
hambatan-hambatan untuk klien melakukan sebuah pekerjaan karena
24
44
masalah tersebut telah membuat klien bingung, rugi, sakit
dan lain-lain.25
2. Solution-Focused Brief Therapy
a. Pengertian Solution-Focused Brief Therapy
Solution-Focused Brief Therapy atau dikenal sebagai Terapi
singkat berfokus solusi (SFBT) adalah sebuah pendekatan yang
mana ia mengobservasi bagaimana klien melihat permasalahan
yang dihadapinya. Metode terapeutik ini tidak terlalu berfokus
kepada persoalan mengapa dan bagaimana sebuah permasalahan itu
muncul berbanding solusi itu sendiri. De Shazer (1985, 1991, 1994)
menggunakan metafora sebuah kunci yang melambangkan
bagaimana terapi ini berfungsi seperti sebuah kunci. Permasalahan
klien diibaratkan seperti pintu yang terkunci. De Shazer dan Berg
tidak mahu memfokus pada bagaimana dan mengapa pintu itu
terkunci akan tetapi membantu klien mencari kunci penyelesaian
permasalahan yang dihadapi oleh klien. Konselor juga tidak mau
dibebankan dengan alasan klien terhadap masalah tersebut tetapi
konselor ingin mencari cara untuk mengurangi ketidakpuasan dan
kesedihan maupun kegelisahan yang dialami oleh klien saat
sekarang.26
25
Ibid, hal. 154
26
45
Terapi ini berdiri pada tahun 1980 di Brief Family Therapy
Center di Milwaukee, Winconsin, Amerika Serikat yang kemudian
dikembangkan oleh Steve De Shazer pada tahun 1988 kemudian
oleh Insoo Kim Berg bersama timnya yaitu De Jong, Miller, Cade,
Bill O’Hanlon, Lipchik dan Murphy. Pada mulanya cara penemuan
terapi ini dimulai dengan banyak menguji teknik-teknik terapeutik
untuk mencari teknik yang sesuai untuk digunakan dalam sesi
terapi. Sewaktu teknik-teknik terapi tertentu diuji sekelompok yang
lain akan menilai dari balik cermin dan berdiskusi akan
kesan-kesan teknik-teknik yang digunakan. Dari hasil ujian-ujian dan
teknik-teknik tersebut maka muncullah model Solution-Focused
Brief Therapy yang mana ia diuji dalam masalah yang luas
termasuk masalah psikiatri, kecanduan alkohol, masalah-masalah
anak muda dan masalah yang wujud di sekolah.27
Asas kepada Brief Therapy ini bisa ditelusuri sejak tahun
1965 di MRI (Mental Research Institute), Palo Alto, California,
merupakan sebuah pusat yang mengembangkan terapi dan sistem
dalam teori terapeutik. MRI pada mulanya adalah sebuah proyek
riset yang dinamakan Brief Therapy Center. Program riset ini
ditubuhkan bagi meneliti yang bisa dilakukan dalam jangka waktu
yang singkat, maksimum 10 sesi dengan memfokuskan solusi
klien. Terapi ini kemudian dikembangkan sehingga terus diuji
27