• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimbingan dan konseling Islam dengan menggunakan solution-focused brief therapy dalam menangani masalah stres seorang wanita mualaf atas penolakan dakwahnya di kampung Sesok, Mukah, Sarawak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bimbingan dan konseling Islam dengan menggunakan solution-focused brief therapy dalam menangani masalah stres seorang wanita mualaf atas penolakan dakwahnya di kampung Sesok, Mukah, Sarawak."

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY DALAM MENANGANI MASALAH STRES PADA

SEORANG WANITA MUALAF ATAS PENOLAKAN DAKWAHNYA DI KAMPUNG SESOK, MUKAH, SARAWAK.

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar

Sarjana Sosial Islam (S.Sos)

Disusun Oleh:

Idlan Farid Bin Noor Iskandar B43212060

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Idlan Farid Bin Noor Iskandar (B43212060). Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Menggunakan Solution-Focused Brief Therapy Dalam Menangani Masalah Stres Pada Seorang Wanita Mualaf Atas Penolakan Dakwahnya Di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak.

Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Solution-Focused Brief Therapy dalam menangani Stres Seorang Wanita Mualaf atas penolakan dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak?, (2) Bagaimana hasil pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Solution-Focused Brief Therapy dalam menangani Stres Seorang Wanita Mualaf atas penolakan dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisa deskriptif komparatif. Analisa data menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan sebelum dan sesudah proses bimbingan dan konseling Islam menggunakan Solution-Focused Brief Therapy dalam menangani stres.

Dalam proses konseling yang terjadi menggunakan teknik Problem-Free Talk dan Miracle Question, dimana dengan pendekatan ini, diharapkan agar konseli dapat menyadari potensi yang ia miliki serta memanfaatkan sumber kekuatan dan potensi untuk mengatasi masalah stres yang ia hadapi. Adapun konselor berperan sebagai penanya soalan yang dapat menimbulkan kesadaran kepada konseli. Setelah dilakukannya proses konseling dengan menggunakan Solution-Focused Brief Therapy , konseli akan menyadari potensi dan mampu memanfaatkan kelebihan yang ada serta merancana jalan solusi yang bisa digunakan untuk mengurangi masalah yang memunculkan stres pada diri.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Solution-Focused Brief Therapy dalam menangani stres akibat penolakan dakwah yang terjadi kepada seorang wanita mualaf di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak telah berhasil karena 90% dari gejala yang dialami sudah mulai ada perubahan yang lebih baik dan dapat dilihat melalui terusnya berjalan usaha Pondok Komuniti yang diusahakan oleh konseli.

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii

F. Metode Penelitian... 15

G.Teknik Pengumpulan Data... 22

H.Teknik Menganalisis Data... 25

I. Teknik Keabsahan Data... 26

J. Sistemika Pembahasan... 27

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Teoritik... 30

1. Bimbingan dan Konseling Islam... 30

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam... 30

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam... 35

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam... 37

d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam... 38

e. Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling Islam... 40

f. Unsur-unsur dalam Proses Bimbingan dan Konseling Islam... 41

2. Solution-Focused Brief Therapy... 44

a. Pengertian Solution-Focused Brief Therapy... 44

b. Tujuan Solution-Focused Brief Therapy... 48

c. Hakekat Manusia... 48

d. Teknik-teknik Solution-Focused Brief Therapy... 49

e. Peran Konselor Solution-Focused Brief Therapy... 53

f. Mekanisme Perubahan... 56

g. Keunikan Solution-Focused Brief Therapy... 58

(8)

3. Stres... 62

a. Pengertian Stres... 62

b. Tipe-tipe stres... 65

c. Faktor-Faktor Penyebab Stres... 65

d. Kemampuan Individu Menahan Stres... 68

e. Reaksi-reaksi Psikologis, Perilaku dan Fisiologis Akibat Stres... 71

f. Cara Mengendalikan Stres... 75

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan... 79

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian... 82

1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 82

a. Letak Geografis Kampung Sesok... 82

b. Kondisi Sosial Ekonomi Kampung Sesok... 84

c. Kondisi Sosial Budaya Kampung Sesok... 84

d. Kondisi Keagamaan Kampung Sesok... 85

2. Deskripsi Konselor... 86

a. Biodata Konselor... 86

b. Riwayat Pendidikan... 87

c. Pengalaman Konselor... 87

d. Kepribadian Konselor... 87

3. Deskripsi Konseli... 88

a. Kepribadian Konseli... 88

b. Latar Belakang Ekonomi... 89

c. Latar Belakang Sosial Budaya... 89

d. Latar Belakang Konseli... 90

4. Deskripsi Masalah Konseli... 91

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 96

1. Deskripsi Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Singkat Berfokus Solusi dalam menangani stres seorang wanita mualaf atas penolakan dakwahnya... 96

a. Identifikasi Masalah... 98

b. Diagnosa... 105

c. Prognosa... 112

d. Treatment/Terapi... 113

e. Evaluasi dan Follow-up... 136

(9)

BAB IV : ANALISIS DATA

A. Analisis Proses Solution-Focused Brief Therapy untuk Mengatasi masalah stres seorang wanita mualaf atas penolakan dakwahnya di Kampung Sesok,

Mukah, Sarawak... 142 B. Analisis Hasil Akhir Solution-Focused Brief Therapy untuk

Mengatasi masalah stres seorang wanita mualaf atas penolakan dakwahnya di Kampung Sesok,

Mukah, Sarawak... 149

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan... 153 B. Saran... 154

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Individu di dalam kamus Echols & Shadaly adalah kata benda dari

individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Selain faktor

lingkungan dan pembawaan, ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya

perbedaan individual orang dewasa yaitu faktor pengalaman. Pengalaman

di sini maksudnya adalah penerimaan orang dewasa terhadap pengaruh

lingkungan tersebut.1 Lebih lanjut Rogers mengemukakan bahwa konsep

ini dalam proses perkembangan orang dewasa terus berlangsung dalam

organisme orang dewasa. Semakin lama semakin di sadari adanya individu

orang dewasa sehingga terbentuk menjadi pengalaman yang di milikinya.2

Saat proses pembentukan pengalaman yang dimiliki orang dewasa.

Sesungguhnya orang dewasa menilai diri dan lingkungannya. Bahkan

membandingkan dirinya dengan lingkungannya. Orang dewasa

mempunyai pengalaman diri yang berbeda, yang berakar pada pengalaman

masa sebelumnya. Tidak ada dua orang dewasa yang sama pengalaman

dirinya meskipun orang dewasa tersebut memiliki kesamaan dalam hal

faktor pembawaan dan lingkungannya. Jadi, adanya perbedaan individual

pada orang dewasa yang memiliki kesamaan pembawaan dan lingkungan

disebabkan oleh faktor pengalaman dirinya.

1

J. M. Echols dan H. Shadaly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1975), hal. 103.

2

(11)

2

Berkenaan dengan penerimaan orang dewasa terhadap lingkungan,

Freud mengemukakan bahwa reaksi orang dewasa berbeda satu sama lain.

Perbedaan ini disebabkan oleh berbedanya kekuatan daya pendorong The

Id dan daya kendali dari Super Ego, serta sejauh mana besarnya

dorongan-dorongan kompleks terdesak. Lebih lanjut Freud menyatakan bahwa

permunculan dorongan-dorongan yang tadinya ditekan di bawah sadar itu

tidak selalu dalam tingkah laku seksual, melainkan dapat dalam bentuk

lain seperti misalnya cepat marah, suka memberontak, suka mengkritik,

dan sebagainya. Atau dapat pula bentuk tingkah laku yang netral seperti

suka pesiar, aktif dalam olahraga, berpakaian bagus, dan

sebagainya.Pendek kata semua kegiatan atau tingkah laku individu,

diarahkan untuk mendapatkan rasa puas dan kenikmatan. Bereaksi atau

tidaknya secara cepat atau lambat orang dewasa bereaksi terhadap sesuatu

perangsang tergantung pada penilaian subyektif orang dewasa, sejauh

mana suatu perangsang itu dapat memenuhi dorongan-dorongan akan rasa

nikmat.3

Menurut Alfred Adler perbedaan individual orang dewasa yang

satu dengan orang dewasa yang lainnya dalam bereaksi bergantung pada

perbedaan hasrat dan cita-cita.4 Adapun kecepatan merespon orang dewasa

terhadap perangsang bergantung pada kesesuaian antara perangsang

dengan cita-cita dan hasrat. Jadi jelas dalam hal ini bahwa orang dewasa

3

B. Hurlock Elizabet, Psikologi perkembangan Edisi 5, Jakarta: Erlangga, 2003), hal. 65.

4

(12)

3

adalah perespon subjektif dan bukan perespon objektif terhadap

perangsang.

Orang dewasa justru merasakan sebagai pribadi yang sudah

mencapai kematangan dalam aspek psikologi maupun fisik akan

membuktikan dengan melakukan sebuah pekerjaan yang bisa memenuhi

kebutuhan primer dan kemudian kebutuhan sekundernya. Seorang dewasa

yang telah mencapai kapasitas kognitif yang matang pasti telah

merencanakan kehidupannya dengan baik dari fase hingga ke fase

berikutnya dan kebanyakkan dari mereka yang telah lulus tingkat

universitas akan mengembangkan karir untuk meraih puncak prestasi

dalam kehidupan. Pekerjaan yang diingini juga merupakan salah satu

bentuk dari terealisasinya sebuah impian. Terealisasinya impian dengan

pekerjaan yang diingini merupakan salah satu kunci kepada kebahagiaan

seseorang.

Kebanyakan orang yang sudah mencapai tahap dewasa akan

mencari pekerjaan demi memenuhi kebutuhan diri sendiri dan salah satu

sebab yang lain adalah untuk mejalankan tanggungjawab dalam menafkahi

keluarga. Namun demikian, banyak di antara mereka yang bekerja sambil

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan ada juga yang melakukan

dua pekerjaan dalam satu masa karena tuntutan seiring perkembangan

zaman dan munculnya masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan

dan lingkungan sosial. Pekerjaan memberikan seseorang peluang untuk

(13)

4

dihormati dan jika pekerjaan dilakukan dengan baik maka ia bisa

mendapat perhatian dari orang lain.5

Pekerjaan yang dilakukan apabila tidak mendapat dukungan dari

segi sosial, spritiual dan emosional akan memicu kepada masalah jiwa

seperti ketegangan dan stress. American Psychological Association telah

mengeluarkan sebuah statistik stres akibat pekerjaan pada tahun 2011 dan

mendapati bahwa 1 dari 3 pekerja menyatakan bahwa mereka merasakan

stres dan tegang akibat bekerja pada siang hari. Seterusnya dari sudut

angket statistik tersebut menyatakan bahwa 49% pekerja yang

mempunyai gaji yang rendah mudah untuk mengalami stres, 43% tidak

merasa puas terhadap aktivitas kerja dan hidup seharian, 48% merasakan

tidak dihargai dalam pekerjaan yang dilakukan dan 40% pekerja yang

melakukan kerja berat merupakan pengidap stres tingkat tinggi.6

Pekerjaan atau keinginan seorang manusia apabila terhalang atas

faktor-faktor tertentu akan menyebabkan seseorang akan mengalami

ketidakpuasan hidup dan akan memberi efek negatif kepada rutin harian

seseorang. Di dalam ilmu psikologi, ini dinamakan dengan Cognitive

Dissonance yang bisa didefinisikan dengan kehidupan realiti tidak sesuai

seperti apa yang diharapkan. Orang yang mengalami masalah terkaitan

5

Marc J. Shbracq dkk, The Handbook of Work and Health Psychology, (United states of America, John Wiley Ltd, 2003), hal. 15

6American Psychological Association, “Stress in the workplace”,

diakses dari

(14)

5

Cognitive Dissonance juga akan berada dalam masalah psikologi seperti

ketegangan jiwa atau stres.7

Stres merupakan alih kata dari bahasa Latin yaitu „Stingere’ yang

berarti keras (stictus) yang kemudian dikenali dengan istilah stres. Stres

terkait rapat dengan kesukaran, ketegangan dan ketidakbebasan. Bagi

seorang individu yang sudah mempunyai karir, stres biasanya muncul

karena sedikit dukungan dan banyaknya halangan yang harus dihadapi. Ia

adalah hal paling biasa dan sering terjadi kepada orang dewasa yang sudah

bekerja.8

Pemaparan di atas bisa disimpulkan kepada stres bisa terjadi

apabila seseorang dibebankan dengan tugas yang banyak saat melakukan

kerja karena sedikitnya dukungan dan timbul masalah psikologi seperti

Cognitive Dissonance. Penelitian ini mengangkat sebuah masalah yang

berkaitan dengan masalah stres yang dialami oleh seorang wanita di

Kampung Sesok, Mukah, Sarawak, Malaysia. Konseli tersebut bernama

Nur Asysyuura Matil Abdullah, Nur (nama samaran). Konseli merupakan

seorang wanita yang sudah mempunyai anak dan merupakan mantan

akauntan yang kini bertugas sebagai pengajar di pusat kelas les. Konseli

merupakan seorang mualaf yang sudah memeluk agama Islam sejak masih

kuliah.

7

Olpin Hesson, Stress Management for Life, (United States of America, Cengage Learning, 2016), hal. 137

8

(15)

6

Kasus yang terjadi pada konseli ini bermula dari saat dia

mengambil keputusan untuk meninggalkan karirnya sebagai seorang

akauntan dan ingin fokus sepenuhnya untuk mengislamkan keluarganya di

desanya. Dia telah melakukan usaha dakwah dengan memperkenalkan

agama Islam kepada keluarganya. Konseli tidak pernah menggunakan

metode dakwah yang bersifat memaksa atau berupa imbalan untuk orang

yang memeluk agama Islam. Dia juga sebelumnya mempunyai impian

bersama ayahnya untuk mendirikan sebuah pondok mengajari anak-anak

kelas les yang kemudian telah pun didirikan olehnya dinamakan Pondok

Tuisyen Komunitas Percuma. Usahanya telah mendapat perhatian dan

dukungan dari sebuah pihak politik sehingga sebagian pihak politik yang

lain memfitnahnya karena takut orang seperti Nur bisa menjadi orang yang

berpengaruh dalam masyarakat. Setelah itu, Nur difitnah dengan tuduhan

menyebarkan agama Islam secara paksa, menyebarkan ajaran sesat dan

bersifat terorisme, usahanya berdakwah kepada keluarga dan mengajar

anak-anak les di Pondok Tuisyen Komuniti seringkali dihalang sehingga

Nur mengalami stres yang berat dan terkadang harus memberhentikan sesi

mengajar di Pondok Tuisyen Komunitas Percuma sehingga keadaan

mengizinkan untuk Nur mengajar lagi. Hal ini telah membuatkan usaha

dakwah yang dilakukan oleh klien terganggu karena Nur diperlakukan

sedemikian sehingga ada yang berusaha untuk mengusir Nur dari desanya.

Manusia terkadang tidak mampu untuk menyesuaikan dirinya

(16)

7

kehilangan harapan serta kekuatan untuk meneruskan kehidupan. Sebagian

orang pula, mampu bertindak sebaliknya yakni bukan saja bisa beradaptasi

dengan kesulitan dalam kehidupannya bahkan mampu mengendali stres,

trauma dan kehilangan yang besar.9

Penjelasan dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa akibat

difitnah dan terhalangnya pekerjaan sehingga segala aktivitas konseli

terhalang telah mengganggu usaha dakwah kepada keluarganya yang

selama ini merupakan impian Nur Asysyuura telah menjadikannya seorang

yang sering mengalami stres dan depresi akut. Selain itu, hal tersebut juga

telah menyebabkan konseli beberapa kali berpikiran negatif dan ingin

menghentikan dari terus mengajar di pondok kelas les yang didirikan

olehnya.

Maka dari itu, peneliti ingin mengangkat masalah ini sebagai objek

penelitian dengan judul Bimbingan Konseling Islam dengan

Solution-Focused Brief Therapy dalam Menangani Stres Seorang Wanita Mualaf

atas Penolakan Dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak,

Malaysia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Solution

Focused Brief Therapy dalam menangani Stres Seorang Wanita

Mualaf atas Penolakan Dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah,

Sarawak?

9

(17)

8

2. Bagaimana hasil dari pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan

Solution Focused Brief Therapy dalam Menangani Stres Seorang

Wanita Muallaf atas Penolakan Dakwahnya di Kampung Sesok,

Mukah, Sarawak?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan stres seorang

Wanita Muallaf di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak, Malaysia.

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam

dengan Solution Focused Brief Therapy dalam Menangani Stres yang

dihadapi oleh seorang Wanita Muallaf di Kampung Sesok, Mukah,

Sarawak.

3. Untuk mengetahui hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Solution

Focused Brief Therapy dalam menangani Stres Wanita Muallaf atas

Penolakan Dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

1. Manfaat dari segi teoritis

a. Dengan dilaksanakan penelitian ini, maka diharapkan agar ia

berguna bagi pengembangan Solution Focused Brief Therapy

untuk Menangani Muallaf yang mengalami Stres atas Penolakan

Kegiatan Dakwahnya dari segi ilmiah maupun secara teoritis di

(18)

9

b. Sebagai sumber dan referensi bagi Jurusan Bimbingan dan

Konseling Islam khususnya dan bagi mahasiswa umumnya tentang

penanganan stres wanita Muallaf dengan menggunakan

pendekatan konseling.

2. Manfaat dari segi praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu muallaf yang

menghadapi stres.

b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai salah satu teknik pendekatan menggunakan terapi

Solution Focused Brief Therapy yang efektif dalam menangani

stres yang dihadapi oleh muallaf.

E. Definisi Konsep

Dalam pembahasan ini, peneliti membatasi dari sejumlah konsep

agar mudah dipahami dan agar memperoleh kejelasan dari judul yang akan

diangkat yaitu Bimbingan Konseling Islam dengan Solution Focused Brief

Therapy Dalam Menangani Stres Seorang Wanita Muallaf Atas Penolakan

Dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak, Malaysia, maka disini

akan dikemukakan beberapa istilah yang terdapat dalam judul ini yaitu :

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Pengertian Bimbingan ialah proses bantuan dalam memberikan

informasi agar bisa dimanfaatkan oleh konseli agar mampu mengambil

keputusan yang tepat. Ia juga merupakan proses agar membantu konseli

(19)

10

konseli agar mampu memahami dirinya sendiri, mengembangkan

dirinya serta menjadi individu yang bisa mandiri.

Sedangkan konseling berarti nasehat. Ia merupakan sebuah

proses interaksi antara konselor dan konseli yang dilakukan dalam

situasi yang bersifat profesional untuk mengubah tingkah laku konseli,

agar konseli memahami dirinya dalam hubungannya dengan

masala-masalah yang dihadapinya, membantu agar ia memperoleh tujuan yang

ingin ia capai, membantu agar konseli mampu memilih

langkah-langkah yang tepat dalam pemecahan masalah serta mengetahui dan

mampu mengatasi masalahnya secara mandiri.10

Bimbingan dan Konseling Islam merupakan sebuah proses

dengan memberikan bantuan yang terarah, bersifat berterusan dan

sistematis kepada individu agar ia dapat mengembangkan potensi yang

sedia ada dimilikinya atau fitrah yakni keyakinan beragama khususnya

Islam agar individu tersebut dapat menjalani hidupnya berlandaskan

nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits atau sunnah yang

dibawa oleh Rasulullah yang dapat dilihat dari segi mental, spritual

maupun aktifitas fisik seharian sesuai tuntutan agama. Apabila

pengamalan Al-Quran dan Hadits telah mencapai tahap optimal dan

fitrah yang dimilikinya yakni Islam telah berkembang, maka, individu

tersebut akan mempunyai hubungan yang baik antara Allah, dengan

10

(20)

11

manusia dan alam semesta karena telah memahami esensi dari

peranannya di muka bumi yakni sebagai khalifah Allah dan sebagai

hamba yang mengabdikan Allah Yang Maha Esa.11

Konseling Islam merupakan sesi terapeutik berlandaskan

kesadaran beragama. Ia berbeda dari konseling yang umum karena ia

berlandaskan pemahaman agama yang dimiliki oleh konselor dan

konseli. Sifat yang dimiliki bersama ini menciptakan hubungan yang

berkonsepkan kepercayaan sesama konselor dan konseli dalam

memberikan motivasi, membangun dan mengubah konseli agar mampu

menjalani hidup sesuai tuntutan agama. Dalam konseling Islam,

konselor berperan agar mencari solusi spiritual pada konseli

berlandaskan cinta dan takut pada Allah serta tanggungjawab sebagai

hamba Allah. Nabi juga bersabda bahwa “Agama itu nasehat ” karena

ia merupakan salah satu esensi beragama dalam mengamalkan amar

ma’ruf nahi munkar dengan hikmah dan bijaksana berlandaskan Al

-Quran dan Hadits.12

Aunur Rahim Faqih mengemukakan bawha Bimbingan dan

Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar

ia mampu hidup sesuai dengan tuntutan atau petunjuk Allah

11

Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta, Amzah, 2010), hal. 23

12

(21)

12

berdasarkan Al-Quran dan Hadits, sehingga mampu mencapai

kebahagiaan hidup sama ada di dunia maupun di akhirat.13

2. Solution-Focused Brief Therapy

Solution Focused Brief Therapy atau dikenali lain sebagai Terapi

singkat berfokus solusi (SFBT) ini adalah sebuah pendekatan yang

mana ia mengobservasi bagaimana konseli melihat permasalahan yang

dihadapinya. Metode terapeutik ini tidak terlalu berfokus kepada

persoalan mengapa dan bagaimana sebuah permasalahan itu muncul

berbanding solusi itu sendiri. De Shazer menggunakan metafora sebuah

kunci yang melambangkan bagaimana terapi ini berfungsi seperti

sebuah kunci. Permasalahan konseli diibaratkan seperti pintu yang

terkunci. De Shazer dan Berg tidak mau memfokus pada bagaimana dan

mengapa pintu itu terkunci akan tetapi membantu konseli mencari kunci

penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh konseli. Konselor juga

tidak mau dibebankan dengan alasan konseli terhadap masalah tersebut

tetapi konselor ingin mencari cara untuk mengurangi ketidakpuasan dan

kesedihan maupun kegelisahan yang dialami oleh konseli saat

sekarang.14

Konselor juga berfungsi sebagai pendengar akan luahan dan

perasaan konselor terhadap masalah yang dihadapi oleh konseli. Namun

konselor tidak akan meletakkan konseli di posisi tersebut terlalu lama

13

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 5

14

(22)

13

tetapi konselor juga berfungsi untuk membuat konseli agar bisa berfikir

dan menyatakan peluang-peluang solusi yang bisa dilaksanakan untuk

mengurangi permasalahan. Batas pertemuan sesi konseling adalah

antara 5 hingga 10 karena konselor berfokus pada keinginan konseli

untuk berubah dan membantu konseli untuk terus melakukan

perubahan. Teknik-teknik yang digunakan adalah Miracle Question,

Scaling,, Exception, Problem-Free Talk dan Flagging The Minefield.

3. Stress

Secara singkat ia adalah masalah kejiwaan yakni berasa putus asa

dan tidak merasakan apa-apa apresiasi terhadap diri beserta rasa

ketidakpedulian dan hilangnya rasa minat sehingga pada kondisi yang

ekstrim, depresi bisa mengafeksi pikiran dan perasaan normal dan

mengarahkan kepada bunuh diri.15

Gangguan jiwa seperti stres terjadi akibat tidak terpenuhnya

kebutuhan dasar seperti kebutuhan jasmani (makan, minum, tidur, seks

dsb.) dan kebutuhan rohani (rasa aman, dicintai, kebebasan dll.) yang

merupakan aspek yang dibutuhkan untuk keberlansungan hidup.

Apabila seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut maka

orang tersebut akan mengalami konflik batin, frustrasi, stres dan hingga

ke tingkat lebih parah seperti keinginan membunuh diri dan depresi.16

15

Sam Atkinson, The Psychology Book, (New York, Dorling Kindersley Limited, 2012), hal. 341

16

(23)

14

Depresi menurut G. Stanley Hall disebabkan oleh kesadaran

bahwa diri tidak disukai atau diterima, mempunyai karakteristik pada

diri yang berbeda atau negatif dan putus rasa cinta. Pengkritikan pada

diri sendiri serta tidak bisa menerima sebuah hakekat atau perasaan

kehilangan maupun sedih adalah juga merupakan punca kepada depresi.

Antara punca depresi yang lain adalah apabila manusia menyalahkan

diri sendiri tentang hal buruk atau negatif yang telah terjadi.17

4. Dakwah

Dakwah adalah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang

dilakukan oleh seorang da’i (penyeru) agar bisa mengantarkan

seseorang kepada hal yang diridhai oleh Allah. Seorang manusia yang

beragama Islam dituntut dan diwajibkan untuk berdakwah. Apa yang

ditinggalkan oleh Nabi dan diikuti oleh para sahabat dan orang-orang

yang menegakkan agama Islam setelahnya merupakan sebuah tuntutan

sunnatullah atau kehendak Allah bagi Rasul, para pemimpin dan kaum

muslimin. Ini bersesuaian dengan firman Allah :

َلق

ُ

أ م َمَو َ يقجق

ۡٱَو َةٰىَرۡ ىتٱ لا ُ يق ُت ٰ ىََح ٍء ۡ ََ ٰ

ۡ

َ َل ۡمُتۡسَل ق َٰتق ۡ ٱ َ ۡهَأٓ َي ۡ ُق

ٗ ٰ َيۡغ ُط َ قكبىر قم َ ۡ

ََقإ َلق ُأ م ىم مُ ۡ قكم اٗرقثَ ىنَديق َََ َو ۗۡمُكقكبىر قكم مُكۡ ََقإ

َ يق قفٰ

َكۡ ٱ قمۡ َ ۡ ٱ َ َل َسۡأَت َََف ۖاٗ ۡفُكَو

٨

17

(24)

15

Artinya : “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itum

berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya Allah memelihara

kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Surah Al-Ma’idah: 67)18

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

yang kelak akan digunakan dan berfungsi untuk kegunaan tertentu.

Langkah-langkah dalam metode penelitian ini adalah:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan penelitian

kualitatif. Metode penelitian kualitatif atau disebut dengan metode

penelitian naturalistik dan etnographi merupakan sebuah penelitian

yang dilakukan di ruang lingkup budaya, alamiah dan berlawanan

dengan sifat eksperimental. Dalam metode peneltian kualitatif,

instrumennya peneliti itu sendiri sehingga sebelum peneliti ke

lapangan maka peneliti harus mempunyai wawasan yang luas serta

teori akan digunakan agar bisa menanya, mengobservasi, menganalisa

serta mengkonstruksi sebuah situasi sosial agar menjadi lebih jelas

dan mempunyai makna.19

18

Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah (Jakarta, Gema Insani, 2004), hal. 25-26

19

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

(25)

16

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah studi

kasus. Studi kasus adalah suatu penyelidikan yang dilakukan secara

intensif terhadap suatu individu dan ia juga bisa digunakan untuk

menyelidiki unit sosial yang kecil seperti kelompok keluarga dan juga

kelompok yang dilabelkan seperti “kelompok/gang” tertentu.20

Studi kasus menekankan tiga aspek dalam pelaksanaan

penelitian yaitu peneliti adalah pengumpul data, ianya harus bersifat

deskriptif komparatif dan mengutamakan proses berbanding hasil

yang akan diperoleh.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian peneliti adalah merupakan seorang wanita

muallaf yang bernama Nur Asysyuuura yang mengalami stres akibat

kegiatan dan penolakan dakwahnya.

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Kampung Sesok,

Mukah, Sarawak di Malaysia. Tempat tinggal peneliti dan lokasi

penelitan dianggarkan berjarak sekitar 13 kilometer. Alasan dipilihnya

lokasi ini adalah salah satunya yaitu permasalahan yang menarik

untuk diteliti karena sebelum Nur Asysyuura kembali ke desanya

setelah memeluk agama Islam, seluruh penduduk desa ini merupakan

penganut agama Kristen. Setelah kembalinya beliau ke desa, beliau

bisa mengislamkan 20 orang dari kalangan keluarga dan orang

terdekat. Kegiatan dakwahnya di desa tersebut mempunyai berbagai

20

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif

(26)

17

cara antaranya membina sebuah pondol untuk dijadikan seperti

sekolah yang mengajarkan anak-anak kecil di desa tersebut

dikarenakan sekolah terlalu jauh dari tempatnya. Antara lain adalah

Nur masih menjalani kegiatan dakwahnya di situ. Peneliti berperan

untuk meneliti atau melakukan observasi penuh terhadap konseli sama

ada dari segi emosi dan latar belakang suasana lingkungannya.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Data non-statistik akan digunakan dalam penelitian ini. Data

non-statistik akan diperoleh dalam bentuk verbal (deskripsi) dan

bukannya dalam bentuk angka. Jenis data yang akan diperoleh

dalam penelitian ini terbagi kepada dua yaitu:

1) Data primer adalah data yang lansung didapat dari subjek yang

diteliti yakni wanita muallaf yang mengalami stres di lapangan

berupa informasi dan data deskriptif.

2) Data sekunder yaitu informasi atau data yang diperoleh dari

lingkungan sunjek penelitian seperti tetangga, keluarga dan

teman konseli agar bisa mendukung dan melengkapi data yang

telah diperoleh dari sumber data primer.

b. Sumber Data

Sumber data ialah dari mana data yang akan peneliti perolehi.

Adapun yang menjadi sumber data dalam sebuah penelitian

(27)

18

1) Sumber data primer yaitu lansung didapatkan dari lapangan

yaitu konseli.

2) Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh dari

sumber kedua digunakan untuk mengukuhkan data primer

sama ada dari gambaran lokasi penelitian, kegiatan sosial di

lingkungan, keluarga dan maupun teman konseli.

4. Tahap-tahap Penelitian

Adapun persediaan yang perlu dilakukan dalam melaksanakan

penelitian adalah seperti berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap eksplorasi yaitu tahap dimana seorang peneliti

melaksanakan sebelum terjun ke lapangan dan melakukan

penelitian, antara lain yaitu: menyusun rancangan penelitian,

memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan

menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi

serta menyiapkan perlengkapan untuk melaksanakan penelitian.

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Untuk menyusun rancangan penelitian, peneliti

hendaklah terlebi dahulu membaca bahan-bahan yang terkaitan

dengan masalah penelitian yaitu depresi yang dihadapi oleh

muallaf akibat penolakan dakwahnya. Setelah memahami

(28)

19

masalah, tujuan penelitan, definisi konsep dan membuat

rancangan data-data yang diperlukan untuk penelitian.

2) Memilih Lapangan Penelitian

Dalam hal ini, peneliti sendiri pernah ke tempat

penelitian pada tahun lalu untuk membantu membina

bangunan yang dijadikan kelas pengajian untuk anak-anak di

desa tersebut. Maka, peneliti akan melakukan penelitian di

tempat tersebut yaitu di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak,

Malaysia.

3) Mengurus Perizinan

Setelah melakukan penetapan lokasi, maka peneliti

mengurus perizinan untuk melakukan penelitian di tempat

tersebut. Peneliti haruslah mengetahui orang yang berwenang

dalam memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di

lokasi penelitian tersebut.

Peneliti akan meminta izin kepada suami dan orang tua

Norasyura untuk melakukan penelitian dan melakukan proses

konseling terhadap beliau. Dengan adanya perizinan dari pihak

tersebut maka ia akan memudahkan peneliti untuk melanjutkan

(29)

20

4) Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan

Peneliti pada tahap ini adalah untuk menjajaki lapangan

dengan tujuan untuk mengenali lebih lanjut keadaan dan

apa-apa unsur yang ada di lingkungan sosial serta konseli dengan

metode wawancara dan observasi agar peneliti bisa

menyiapkan perlengkapan yang akan diperlukan untuk

melakukan penelitan dan mengumpulkan berbagai data di

lapangan.

5) Memilih dan Memafaatkan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi, kondisi serta latar

belakang dari sebuah kasus. Peneliti dalam hal ini akan

memilih Ibu Norasyura sendiri untuk menjadi informan.

6) Melengkapkan Perlengkapan Penelitian

Peneliti menyiapkan segala hal yang akan digunakan

untuk meneliti kelak seperti alat tulis, map, buku,

perlengkapan fisik, izin penelitian atau bahan-bahan yang lain

untuk mendapatkan deskripsi data lapaangan.

7) Persoalan Etika Penelitian

Etika Penelitian ialah hal yang menyangkut konseli

seperti mengetahui latar belakang budaya konseli yaitu berasal

dari agama Kristen, mempunyai tempat tinggal yang

(30)

21

serta bahasa yang digunakan agar peneliti tidak dikira sebagai

seorang yang tidak menghormati konseli.

8) Tahap Persiapan Lapangan

a) Memahami Latar Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memahami

latar penelitian terlebih dahulu serta mempersiapkan

kemampuan diri dari segi fisik dan mental.

b) Memasuki Lapangan

Seorang peneliti harus mempunyai kemampuan

untuk menjalin hubungan yang baik dengan konseli agar

tidak terjadi jurang dalam komunikasi baik secara

bersemuka maupun tidak. Ini karena bertujuan agar saat

melakukan interview maka konseli akan memberikan

respon yang baik dan mudah percaya terhadap peneliti.

c) Berperan Sambil Mengumpulkan Data

Peneliti ikut berpartisipasi atau berperan aktif dalam

penelitian tersebut yaitu dengan mengumpulkan data dan

menganalisisnya. Peneliti disini akan mewawancarai secara

lansung dengan Ibu Nur Asysyuura dalam menjalani proses

bimbingan dan konseling serta terus menghubunginya

melalui aplikasi “Whatsapp” agar bisa memotivasi dan

(31)

22

5. Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data adalah tahap paling penting sekali

dalam melakukan penelitian karena sebuah penelitian tidak bisa

dilakukan tanpa adanya data. Dalam pengumpulan data peneliti harus

mengetahui teknik-teknik yang bisa digunakan untuk memperoleh

data. Adapun teknik-teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi (pengamatan) menurut Nasution, observasi adalah

dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya bisa

bergerak atau bekerja berdasarkan data yang diperoleh melalui

observasi. Ia bertujuan agar peneliti mampu memahami konteks

data dalam keseluruhan situasi sosial, memperoleh pengalaman

lansung, bisa mengamati hal-hal yang kurang atau tidak diamati

oleh orang lain.21

b. Survei

Survei adalah salah satu metode bagian dari pengumpulan

data dalam memperoleh data sebanyak-banyaknya mengenai

faktor-faktor munculnya masalah bahkan memperoleh data,

informasi atau keterangan dari berbagai hal maupun pihak terhadap

21

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

(32)

23

apa-apa tentang diri, lingkungan sosial, kegiatan, geografis maupun

fenomena apa saja yang terdapat pada diri konseli.22

c. Wawancara

Peneliti akan menggunakan wawancara yang tidak

terstruktur dimana peneliti bebas untuk menanyakan serta

melakukan sesi wawancara tanpa adanya pedoman. Wawancara

tidak terstruktur sering digunakan untuk mendapatkan data atau

informasi awal tentang permasalahan atau isu yang terkaitan

dengan subyek penelitian. Untuk melakukan wawancara tidak

terstruktur, peneliti berperan sebagai pendengar untuk memperoleh

data yang sebanyaknya. Wawancara seperti ini haruslah dirancang

terlebih dahulu yakni dengan menghubungi konseli agar tidak

menganggu waktu dan kegiatan konseli. Dalam wawancara ini,

peneliti akan menanyakan hal-hal yang berupa garis besar dari

permasalahan yang dihadapi oleh konseli.23

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode dengan mengumpul

data mengenai hal yang berkaitan atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat khabar, majalah atau lain-lain yang

bersangkutan dengan permasalahan konseli. Metode dokumentasi

22

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta, PT Rineka Cipta, 2002), hal. 86-88

23

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

(33)

24

merupakan pelengkap dari penggunaan metode-metode

sebelumnya yaitu wawancara dan observasi.24

Data yang kelak akan diperoleh melalui metode ini

merupakan gambaran umum tentang lokasi penelitian, identitas

konseli, biografi dan masalah konseli. Untuk melakukan proses

pengumpulan data, maka peneliti bisa melakukan tabel seperti

berikut:

Tabel 1.1

Jenis Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data TPD

TPD :Teknik Pengumpulan Data

O :Observasi

W :Wawancara

D :Dokumentasi

24

(34)

25

6. Teknik Menganalisa Data

Analisis data kualitatif adalah upaya penyusunan, memilah dan

sebagai pemilihan data yang banyak diperoleh dari berbagai sumber

ketika mengumpulkan data. Namun, dalam penelitian kualitatif, tidak

ada metode khusus untuk menganalisis data sehingga sulit bagi

peneliti untuk melakukan penganalisian data. Namun dalah hal ini,

data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dokumentasi, catatan

lapangan dan bahan-bahan yang lain akan disusun secara sistematis

sehingga mudah untuk dipahami.

Penganalisian data dilakukan dengan cara menjabarkan

data-data ke dalam sebuah unit, mongorganisasikannya, menyusunnya

dalam sebuah bab atau pola agar bisa dipelajari dan mampu membuat

kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data

kualitatif haruskan dilakukan sebelum memasuki lapangan

berdasarkan data yang diperoleh. Ianya bersifat induktif sehingga data

yang diperoleh berkembang menjadi hipotesis dan dengan

penginduktifan data tersebut maka bisa membenarkan atau ditolaknya

hipotesis yang sudah dibuat berdasarkan data yang dikumpul.25

Oleh karena penelitian ini bersifat studi kasus maka analisis

data yang digunakan adalah deskriptif-komparatif yakni dengan

mengolahkannya sehingga dapat membandingkan proses Bimbingan

25

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

(35)

26

Konseling Islam dengan Solution Focused Brief Therapy secara

teoritik dengan proses Bimbingan Konseling Islam dengan Solution

Focused Brief Therapy di lapangan sehingga bisa menilai dan

mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah mendapatkan layanan

konseling.

7. Teknik Keabsahan Data

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan adalah peneliti dalam

melakukan penelitian ini berpartisipasi dalam mengumpulkan data

dibutuhkan waktu relatif yang lama demi mendapatkan kesahihan

data.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan adalah peneliti melakukan

observasi beserta interpretasi yang benar terhadap sesuatu dan ia

membutuhkan tingkat observasi yang tinggi. Antara lain adalah

dengan membaca buku, artikel dan sebagainya terkait dengan

permasalahan maupun hal yang terkait dalam penelitian yang

dilakukan.26

c. Triangulasi

Triangulasi adalah cara pengecekan data dengan

menggunakan sumber-sumber seperti sumber yaitu dari orang,

26

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

(36)

27

triangulasi teknik dimana data diperoleh melalui wawancara

didiskusi lebih lanjut dengan kuesioner, observasi dan lain-lain.

Manakala Triangulasi waktu adalah dimana waktu yang

dimanfaatkan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.27

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan skripsi ini, peneliti akan membahas 5 BAB

dengan susunan sebagai berikut:

a. Bagian Awal

Bagian Awal terdiri dari judul penelitian (Sampul), Persetujuan

Pembimbing, Pengesahan Tim Penguji, Motto, Persembahan,

Pernyataan Otentisitas Skripsi, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi dan

Daftar Tabel.

b. Bagian Inti

Bab pertama yaitu pendahuluan. Dalam bab ini meliputi : Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian yang meliputi

Pendekatan dan Jenis Penelitian, Sasaran dan Lokasi Penelitian, Jenis

dan Sumber Data, Tahap-tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,

Teknik Analisis Data, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data dan

terakhir yang termasuk dalam pendahuluan adalah Sistematika

Pembahasan.

27

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

(37)

28

Bab kedua berisi tentang kajian teoritis mengenai judul dari

penelitian yaitu “Bimbingan Konseling Islam dengan menggunakan

Solution Focused Brief Therapy dalam Menangani Stres seorang

Wanita Mualaf atas Penolakan Dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah,

Sarawak, Malaysia. Bab ini meliputi Bimbingan dan Konseling Islam,

pengertian bimbingan konseling Islam, tujuan dan fungsi bimbingan

konseling Islam, asas-asas bimbingan konseling Islam, langkah-langkah

bimbingan konseling islam dengan menggunakan Solution Focused

Brief Therapy dalam menangani stres wanita muallaf atas penolakan

dakwahnya.

Bab ketiga berisi penyajian data. Di dalam penyajian data,

meliputi tentang deskripsi umum objek penelitian yang dipaparkan

secukupnya agar pembaca mengetahui gambaran tentang objek yang

akan dikaji dan deskripsi lokasi penelitian meliputi hasil penelitian.

Pada bagian ini dipaparkan mengenai data dan fakta objek penelitian,

terutama yang terkait dengan perumusan masalah yang diajukan.

Bab keempat pula analisis data. Berisi tentang pemaparan hasil

penelitian yang diperoleh berupa analisis data dari faktor- faktor,

dampak, proses serta hasil pelaksanaan bimbingan konseling islam

dalam menangani stres seorang wanita muallaf atas penolakan

dakwahnya di Kampung Sesok, Mukah, Sarawak sehingga dapat

diperoleh apakah bimbingan konseling Islam dengan Solution Focused

(38)

29

Bab kelima adalah penutup. Penutup terbagi kepada 2 poin,

yaitu kesimpulan dan saran. Bagian Akhir berupa Daftar Pustaka,

(39)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Teoritik

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling merupakan alih bahasa dari

perkataan bahasa Inggris yaitu Guidance dan Counseling. Istilah

bimbingan juga banyak digunakan dibidang lain dalam

perencanaan keluarga, pekerjaan atau malah ekonomi yang bisa

membawa ungkapan dan maksud yang berbeda dengan bidang

konseling. Istilah bimbingan adalah sebuah istilah yang tidak asing

lagi dalam bidang konseling yaitu sebuah proses pemberian

bantuan kepada seseorang. Bimbingan juga bisa diartikan dengan

berbagai makna yang luas seperti memberikan bantuan, mengajar,

menasehati, menuntun, membimbing dan sebagainya agar orang

yang dibantu mampu mencapai tujuan seperti yang

dikehendakinya.1

Konseling juga sebagian dari bimbingan dan mempunyai

fungsi yang serupa yaitu memberikan nasehat kepada individu

yaitu merupakan sebuah kasus dimana seorang konselor bertemu

1

(40)

31

dengan klien. membantu klien untuk melihat sudut yang lebih jelas

dan bermakna melalui perspektif yang berbeda.

Bimbingan menurut W.S Winkel adalah sebuah bantuan

kepada kelompok orang agar mampu membuat pilihan-pilihan

yang bijaksana agar bisa menyesuaikan diri. Bantuan yang

diberikan adalah bantuan yang bersifat psikis dan bukan

materialistis sehingga ia mampu mengatasi masalah yang ia hadapi

pada masa akan datang.2

Menurut Frank Parson, bimbingan adalah bentuk bantuan

yang diberikan kepada seseorang agar individu tersebut mampu

memilih, mempersiapkan diri dan megemban serta mampu

mengembangkan potensi diri dalam jabatan yang dipilihnya.3

Menurut Roger, bimbingan merupakan suatu bantuan yang

diberikan oleh satu pihak yakni konselor kepada pihak yang lain

yaitu klien untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien

dengan lebih baik. Bantuan menurutnya adalah dengan memimbing

klien agar bisa menghargai, menerima dan mengaktualisasi diri.

Memberi bantuan di sini juga berarti bahwa konselor juga bersedia

2

W.S Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, (Jakarta, Gramedia, 1989), hal. 17

3

(41)

32

untuk mendengar masalah klien, kisah hidup klien serta keinginan

klien yang tidak terpenuhi dan lain-lain.4

Sementara itu, bimbingan menurut Dra.Hallen A, M.Pd

adalah sebuah pelayanan secara terus-menerus agar klien mampu

mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal dengan

memberdayakan segala bentuk media dan teknik bimbingan

bersuasanakan asuhan yang normatif agar klien mampu menjadi

individu yang mandiri serta menjadi individu yang bermanfaat bagi

dirinya sendiri maupun lingkungannya.5

Sedangkan konseling menurut Gustad adalah proses belajar

yang mana bertujuan untuk menyesuaikan klien dengan

lingkungannya. Konselor haruslah mempunyai kompetensi yang

relevan dan profesional tentang psikologi untuk membantu klien

menggunakan metode yang sesuai agar mampu mencapai target

yang mana bertujuan untuk menjadikan klien individu yang lebih

produktif dalam lingkungan serta mampu mengatasi masalah

sendiri.6

Menurut Kathryn dan David Geldard, konseling merupakan

sebuah proses memberikan bantuan kepada individu dengan

4

Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta, Kencana, 2011), hal. 2

5

Dra. Hallen. A. M.Pd, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, Quantum Teaching, 2005), hal. 8-9

6

(42)

33

menggunakan skil dan teknik tertentu yang mana setiap teknik

mempunyai tujuan tersendiri.7

Telah diungkapkan dari berbagai pengertian bimbingan dan

konseling, penulis dapat menguraikan bahwa bimbingan dan

konseling bertujuan untuk membantu individu, mencari solusi serta

memberikan kesadaran kepada klien upaya-upaya yang bisa

dilakukan untuk mengasah potensi yang dimiliki.

Sebelum mendefinisikan bimbingan dan konseling dalam

perspektif Islam, maka akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian

agama islam. Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh

Allah dan disampaikan melalui rasul-rasul yang diutus agar bisa

menjadi petunjuk dan pedoman manusia sehingga dapat keluar dari

kekafiran dan kejahilan menuju cahaya Islam. Konsep yang

diajarkan oleh Islam adalah konsep yang mampu menuntun

manusia ke arah kebaikan, kebahagiaan, ketenangan dan keridhaan

dari Allah. Agama Islam mempunyai nilai-nilai tersendiri sehingga

seorang manusia haruslah berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran

Islam sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits.8

Menurut Drs. H.M Ariffin, M.Ed, bimbingan dan konseling

Islam adalah merupakan sebuah kegiatan yang mana dilakukan

oleh seseorang dengan memberikan bantuan kepada orang lain

7

Kathryn dan David Geldard, Personal Counseling Skill, (Springfield, Charles C Thomas Publisher, 2012), hal. 5

8

(43)

34

yang mengalami kesulitan-kesulitan yang berkait dengan ruhaniah

agar individu tersebut mampu menyadari kesalahan dan

mengatasinya serta mengakui konsep penyerahan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa agar kemudian individu tersebut mampu

mengubah dirinya sehingga mampu mencapai kebahagiaan hidup

masa kini dan masa akan datang.9

Menurut Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam

adalah proses pemberian bantuan yang terarah, berkontinuitas dan

sistematis kepada setiap individu agar dapat mengembangkan

potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal

dengan mengaplikasikan nilai-nilai di dalam Al-Qur’an dan hadits

dari Rasulullah sehingga ia dapat menjalani hidup selaras dan

sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan hadits.10

Menurut Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islam

adalah bentuk usaha untuk membantu individu belajar

mengembangkan atau kembali kepada fitrah dengan

memberdayakan kemampuan iman, akal dan kemauan yang

terdapat pada dirinya sehingga dapat mempelajari nilai-nilai dalam

9

Drs. H.M Ariffin M.Ed, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta, Bulan Bintang, 1979), hal. 25

10

(44)

35

Islam agar fitrahnya berkembang dengan benar sesuai tuntutan

Allah SWT.11

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian

bantuan kepada individu agar mampu hidup bersesuaian dengan

petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.12

Beberapa definisi yang telah dijelaskan diatas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah

sebuah proses pemberian bantuan kepada individu secara

sistematis dan kontinuitas dalam upaya mengembangkan atau

mengembalikan fitrahnya agar ia mampu hidup selaras dengan

petunjuk Allah melalui penginternalisasian nilai-nilai yang terdapat

di dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah demi kebahagiaan di

dunia dan akhirat.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islam tidak

terlalu jauh bedanya dengan tujuan yang terdapat di dalam

bimbingan dan konseling versi barat, yaitu sama-sama berusaha

untuk membantu klien agar mampu menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi. Perbedaan yang terdapat pada masing-masing versi

11

Anwar Sutoyo M.Pd, Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013), hal 22

12

(45)

36

adalah tujuan akhir yang ingin dicapai yang mana bimbingan dan

konseling Islam menuntun individu agar kembali kepada Allah,

memiliki kesadaran untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah

sehingga pada akhirnya individu tersebut mampu menjadi manusia

selaras dengan tuntutan Al-Qur’an dan hadits dalam aspek agama,

pribadi dan sosial.

Tujuan bimbingan dan konseling Islam menurut Drs.

Samsul Munir Amin:

1) Agar individu melakukan perubahan, perbaikan serta

pembersihan jiwa sehingga menjadi tenang (muthma’innah)

dan mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah (mardhiyah).

2) Agar individu mampu mengubah tingkah laku kepada yang

lebih sopan dan memberikan manfaat baik pada diri sendiri,

lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan sosial dan

lainnya.

3) Agar kecerdasan emosi berkembang secara optimal sehingga

memunculkan rasa toleransi dan kasih sayang.

4) Agar kecerdasan spiritual muncul pada diri individu dan

berkembang keinginan untuk beribadah dan taat kepada Allah

di samping mematuhi segala perintah dan menjauhi segala

larangan-Nya.

5) Agar individu mempunyai potensi Ilahiah yang dengannya

(46)

37

bumi dan memberi manfaat kepada orang sekelilingnya dalam

berbagai aspek kehidupan.13

Tujuan bimbingan konseling Islam menurut Drs. H.M Arifin:

1) Agar individu mempunyai asas religious reference (sumber

pegangan agama) dalam menangani masalah yang dihadapi.

2) Agar individu mempunyai kesadaran serta kemampuan akan

ajaran agama dan bersedia untuk mengamalkannya.14

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

1) Pencegahan atau preventif yaitu konselor membantu klien

menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan. Menemukan

cara agar klien bisa menghindari atau mencegah munculnya

perkara yang tidak diingini tersebut.

2) Kuratif atau perbaikan yaitu klien dibantu konselor untuk

mengatasi atau menghilangkan kondisi yang sudah terjadi dan

tidak diingini.

3) Developmental atau perkembangan yaitu membantu klien

dalam proses perkembangan dari segi kehidupan sosial,

pribadi, emosional, kognitif, fisik dan sebagainya.

4) Penguatan atau reinforcement yaitu konselor membantu klien

menyadari apa yang dilakukan, dipikirkan dan dirasakan

13

Anwar Sutoyo M.Pd, Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013), hal 43

14

(47)

38

sehingga langkah serta perencanaan yang telah dilakukukan

oleh klien mendapat penguatan dari konselor.15

d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Prinsip-prinsip dalam bimbingan adalah tingkatan dalam

bertujuan untuk mencapai target atau objektif. Target tidak akan

mampu dicapai jika tidak memahami prinsip-prinsip dalam

bimbingan karena ia merupakan elemen yang penting dalam

tingkatan pelayanan dan operasional. Prinsip-prinsip bimbingan

terbagi kepada beberapa prinsip yaitu:

1) Bimbingan adalah suatu proses pengembangan karena banyak

pelajar tidak mengetahui kemampuan yang dimiliki serta tidak

mampu untuk mementukan hala tuju hidup sehingga

bimbingan bertujuan untuk membantu mahasiswa untuk

menggali kelebihan atau kemampuan yang ia miliki untuk

diimplementasikan dengan kebutuhan hidupnya pada masa kini

dan masa akan datang.

2) Bimbingan juga berperan untuk menilai dari sudut

pembawaan dari orang tua dan lingkungan karena individu

semuanya berbeda sehingga proses bimbingan yang diberikan

adalah berbeda dari setiap klien. Hal ini juga harus diteliti

15

(48)

39

dengan khusus terlebih dahulu sebelum memberikan bantuan

kepada klien agar hasil dari bimbingan mampu berhasil.

3) Bimbingan merupakan bantuan untuk semua orang tanpa

memilih masalah dan kehidupan klien karena untuk mengatasi

masalah tersebut, mereka memerlukan bimbingan.

4) Informasi harus disediakan secara tepat bagi konselor untuk

menilai sejauh mana kemampuan klien. Ini juga membantu

konselor untuk memilih ujian tes, minat, kemampuan mental

dan lain-lain yang sesuai untuk diberikan kepada klien.

Kompilasi data tersebut adalah merupakan salah satu dari

esensi bimbingan.

5) Bimbingan adalah merupakan sebuah usaha yang mana ia

memerlukan bantuan dari orang sekitar klien seperti ahli

keluarga, teman dan pihak yang berwenang.

6) Bimbingan merupakan suatu proses yang berterusan ini karena

kehidupan individu sentiasa meningkat dari segi

perkembangan diri sehingga masalah yang dihadapi oleh

individu juga mengalami kompleksitas dan karena itu, seorang

individu memerlukan bimbingan dalam setiap fase hidup

dijalaninya.

7) Tujuan bimbingan adalah untuk mengembangkan pemahaman

(49)

40

individu sendiri mampu menentukan hala tuju hidup yang

sesuai bagi dirinya.

8) Bimbingan haruslah dilakukan oleh ahli dalam bidang

bimbingan dan konsultasi sehingga seorang ahli itu telahpun

diuji dari segi fundamental (teoritis) dalam berbagai aspek

psikologi dan praktikal dalam konsultasi.

9) Bimbingan merupakan bagian dari proses pembelajaran dan

membantu individu membuat penyesuaian yang cocok saat

menerima arahan dan pendidikan.16

e. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam

Pelaksanaan di dalam Bimbingan dan Konseling Islam, ada

beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, antara lain:

1) Identifikasi masalah yaitu pengumpulan data secara formal

dan informal sama ada dengan teknik wawancara, observasi

dan analisis data dari gejala-gejala yang tampak pada diri

klien.17

2) Diagnosa yaitu langkah penetapan masalah setelah

mendiagnosis perilaku dan gaya hidup klien. Proses diagnosis

atau penetapan masalah dijalankan setelah mengumpul dan

meneliti data-data tentang klien.18

16

Asha K. Kinra, Guidance and Counselling, (India, Pearson Longman, 2008), hal. 6-7

17

Bradley T. Erford, Research and Evaluation in Counseling, (America, Cengage Learning, 2015), hal. 163

18

(50)

41

3) Prognosa yaitu penetapan terapi dan bantuan yang akan

diberikan kepada klien didahului dengan mempertimbangkan

aspek rasional dan pendekatan penyelesaian masalah yang

sesuai.19

4) Terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan kepada klien sama

ada bertujuan untuk meningkatkan pribadi klien, mengurangi

masalah klien dan mengembangkan fungsi manusiawi pada

diri klien.20

5) Evaluasi atau Follow Up yaitu langkah untuk melihat sejauh

mana keberhasilan proses pelayanan konseling dalam jangka

waktu yang panjang.21

f. Unsur-unsur Dalam Proses Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling mempunyai beberapa unsur atau

komponen yang berkait antara satu sama lain dan saling

berhubungan. Unsur-unsur dalam bimbingan konseling Islam pada

dasarnya adalah konselor, konseli dan masalah yang dihadapi.

1) Konselor

Konselor adalah orang yang mempunyai kompetensi

dan profesional dalam bidang konseling. Konselor adalah

individu yang membantu orang lain sama ada secara pribadi,

19

Fong Chan PhD. Dkk, Counseling Theories and Techniques for Rehabilitation and Mental Health Professionals, (New York, Springer Publishing Company, 2015), hal. 161

20

Linda Seligman, Diagnosis and Treatment Planning in Counseling, (New York, Springer Publishing Company, 2004), hal. 166

21

(51)

42

keluarga, kelompok dalam bantuan psikologi dan konselor

adalah individu yang mempunyai kelayakan yang tinggi dan

telah menjalani latihan kompetensi serta berkualifikasi untuk

menjadi seorang konselor.22

Adapun ciri-ciri yang harus dimiliki oleh seorang

konselor adalah:

a) Menghormati diri dan orang lain

b) Percaya diri

c) Mempunyai pikiran dan pandangan yang optimistik

d) Mempunyai skil mendengar, memahami dan komunikasi

yang tinggi kepada individu yang lain

e) Mempunyai akhlak dan pribadi yang sehat

f) Mempunyai nilai humor yang baik

g) Mempunyai perasaan terharu, kasih sayang dan empati

h) Menghormati perbedaan dalam semua aspek

i) Penyabar

j) Tidak menilai dan mengkritik

k) Kreativitas

l) Fleksibitilas

m) Keupayaan untuk mengganti situasi negatif kepada situasi

yang positif23

22

Ed Neukrug, The World of the Counselor, (United States of America, Cengage Learning, 2016), hal. 5

23

(52)

43

2) Klien

Klien berasal dari perkataan inggris yaitu client. Ia

juga digelar sebagai seorang konseli. Klien merupakan orang

yang bertemu dengan konselor untuk mendapatkan

perkhidmatan atau bantuan dari seorang konselor. Individu

ini sentiasa berada dalam keadaan bingung, sedih, stress dan

sebagainya serta berharap dapat mengurangkan tekanan yang

dihadapinya. Oxford advanced learner’s dictionary

mendefinisikan klien sebagai individu yang menerima

bantuan dari ahli atau konselor yang professional.24

3) Masalah

Menurut Roche (1979), masalah yang dihadapi oleh

pelajar pada zaman sekarang bisa dikelompokkan secara

sistematis seperti masalah pelajaran, vokasi (minat), sosial,

moral, kesehatan dan pribadi. Menurut Kamus Dewan Bahasa

dan Pustaka Malaysia (2002), masalah adalah sesuatu yang

membutuhkan penyelesaian atau hal yang menimbulkan

kesulitan. Maka bisa disimpulkan bahwa masalah yang

dihadapi oleh seorang klien adalah merupakan

hambatan-hambatan untuk klien melakukan sebuah pekerjaan karena

24

(53)

44

masalah tersebut telah membuat klien bingung, rugi, sakit

dan lain-lain.25

2. Solution-Focused Brief Therapy

a. Pengertian Solution-Focused Brief Therapy

Solution-Focused Brief Therapy atau dikenal sebagai Terapi

singkat berfokus solusi (SFBT) adalah sebuah pendekatan yang

mana ia mengobservasi bagaimana klien melihat permasalahan

yang dihadapinya. Metode terapeutik ini tidak terlalu berfokus

kepada persoalan mengapa dan bagaimana sebuah permasalahan itu

muncul berbanding solusi itu sendiri. De Shazer (1985, 1991, 1994)

menggunakan metafora sebuah kunci yang melambangkan

bagaimana terapi ini berfungsi seperti sebuah kunci. Permasalahan

klien diibaratkan seperti pintu yang terkunci. De Shazer dan Berg

tidak mahu memfokus pada bagaimana dan mengapa pintu itu

terkunci akan tetapi membantu klien mencari kunci penyelesaian

permasalahan yang dihadapi oleh klien. Konselor juga tidak mau

dibebankan dengan alasan klien terhadap masalah tersebut tetapi

konselor ingin mencari cara untuk mengurangi ketidakpuasan dan

kesedihan maupun kegelisahan yang dialami oleh klien saat

sekarang.26

25

Ibid, hal. 154

26

(54)

45

Terapi ini berdiri pada tahun 1980 di Brief Family Therapy

Center di Milwaukee, Winconsin, Amerika Serikat yang kemudian

dikembangkan oleh Steve De Shazer pada tahun 1988 kemudian

oleh Insoo Kim Berg bersama timnya yaitu De Jong, Miller, Cade,

Bill O’Hanlon, Lipchik dan Murphy. Pada mulanya cara penemuan

terapi ini dimulai dengan banyak menguji teknik-teknik terapeutik

untuk mencari teknik yang sesuai untuk digunakan dalam sesi

terapi. Sewaktu teknik-teknik terapi tertentu diuji sekelompok yang

lain akan menilai dari balik cermin dan berdiskusi akan

kesan-kesan teknik-teknik yang digunakan. Dari hasil ujian-ujian dan

teknik-teknik tersebut maka muncullah model Solution-Focused

Brief Therapy yang mana ia diuji dalam masalah yang luas

termasuk masalah psikiatri, kecanduan alkohol, masalah-masalah

anak muda dan masalah yang wujud di sekolah.27

Asas kepada Brief Therapy ini bisa ditelusuri sejak tahun

1965 di MRI (Mental Research Institute), Palo Alto, California,

merupakan sebuah pusat yang mengembangkan terapi dan sistem

dalam teori terapeutik. MRI pada mulanya adalah sebuah proyek

riset yang dinamakan Brief Therapy Center. Program riset ini

ditubuhkan bagi meneliti yang bisa dilakukan dalam jangka waktu

yang singkat, maksimum 10 sesi dengan memfokuskan solusi

klien. Terapi ini kemudian dikembangkan sehingga terus diuji

27

Gambar

  Tabel 1.1 Jenis Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data
  Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Kampung
Table 3.2 Kondisi Konseli Sebelum Pelaksanaan Konseling
Tabel 3.3 Definisi operasional dan indikator stres
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh data empirik mengenai bagaimana efektivitas pemberian solution focused brief therapy untuk meningkatkan derajat harga diri pada istri

PENGARUH KONSELING SINGKAT BERBASIS SOLUSI ( SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING/SFBC ) TERHADAP. MOTIVASI BERPRESTASI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Solution-Focused Brief Group Therapy (SFBGT) yang dilakukan dua kali seminggu sebanyak enam sesi, dapat dikatakan efektif untuk

Setelah diberikan tindakan siklus 1 dengan layanan konseling kelompok menggunakan solution focused brief counseling terdapat 3 siswa memiliki tingkat self- esteem yang sedang, 2 siswa