• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN STRES KERJA PERAWAT DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN STRES KERJA PERAWAT DITINJAU DARI JENIS KELAMIN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Interaksi karyawan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan unjuk kerjanya, karyawan mendapatkan imbalan yang berdampak pada motivasi dan kepuasan kerjanya. Sebagai hasil atau akibat lain dari proses bekerja, karyawan dapat mengalami stres, yang dapat berkembang menjadikan karyawan sakit, fisik dan mental, sehingga tidak dapat bekerja lagi secara optimal (Munandar, 2008).

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan. Stres yang meningkat sampai unjuk kerja mencapai titik optimalnya merupakan stres yang baik, yang menyenangkan, euastress. Dekat, sebelum mencapai titik optimalnya, peristiwanya atau situasinya dialami sebagai tantangan yang merangsang. Melewati titik optimal stres menjadi distress, peristiwanya atau situasinya dialami sebagai ancaman yang mencemaskan (Munandar, 2008).

Stres kerja yang dialami oleh karyawan dapat merugikan perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan ataupun karena banyaknya kesalahan yang berulang.

Menurut Towner dalam Sunarni dan Istanti (2007), stres adalah tekanan yang terlalu besar bagi individu. Terjadinya stress di tempat kerja hampir tidak dapat dihindari dalam banyak jenis pekerjaan. Salah satu tempat bekerja adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan dimana salah satu upaya yang dilakukan adalah mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar, seperti puskesmas. Untuk itu, sebagai pusat rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat dasar, maka pelayanan rumah sakit perlu menjaga kualitas pelayanannya terhadap masyarakat yang membutuhkan.

(2)

2

kesehatan cenderung mempunyai tingkat stres yang tinggi. Dengan tingkat stres yang tinggi, perkembangan ini secara tidak langsung mempengaruhi ritme kinerja para perawat yang dituntut untuk memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan skill, knowledge, dan kemampuan psikologis dalam menghadapi tantangan pekerjaan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien dan keluarganya.

Perawat merupakan profesi yang seringkali memunculkan stres. Tiap perawat baik laki-laki maupun perempuan dituntut untuk mampu mengatasi stres yang mereka alami (Lestarianita dan Fakhrurrozy, 2007). Perawat merupakan tenaga profesional yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. Dalam melaksanakan pekerjaannya mereka dihadapkan pada kondisi-kondisi (karakteristik organisasi) yang dapat menimbulkan stres kerja. Menurut Highley dalam Rosmawar (2009) perawat, secara alamiah merupakan profesi yang penuh dengan stres, berdasarkan hasil observasinya bahwa setiap hari perawat berhadapan dengan penderita yang kaku, duka cita dan kematian, banyak tugas-tugas perawat tidak diberi penghargaan, tidak meyenangkan dan penuh tekanan, sering diremehkan, menakutkan.

Menurut Cox dalam Rosmawar (2009), ciri-ciri situasi kerja perawat yang penuh dengan stres, antara lain: 1) bekerja dengan kebutuhan-kebutuhan yang menimbulkan ancaman: pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang tidak sesuai untuk mengatasi masalah keperawatan, 2) pekerjaan tidak sesuai dengan kebutuhan, 3) situasi dimana perawat memiliki sedikit kontrol terhadap pekerjaan berlebih, 4) situasi dimana perawat menerima sedikit dukungan dalam pekerjaan dan di luar pekerjaan.

(3)

3

perawat yang lain, dan staf medis, isu perawatan pasien, pendidikan teknis dan ketrampilan, beban kerja dan isu karir.

Stres kerja yang dialami oleh seseorang dapat disebabkan oleh banyak faktor. Hasil penelitian Kristanto dkk (2009) tentang faktor-faktor penyebab stres kerja pada ICU rumah sakit tipe C di Kota Semarang, menunjukkan bahwa terdapat 3 faktor penyebab stres kerja pada ICU rumah sakit tipe C di Kota Semarang, yakni: pertama, sikap kerja yang meliputi interaksi dengan rekan kerja, kesempatan beraspirasi, pola perilaku, interaksi dengan atasan, interaksi dengan teman di luar tempat kerja, dan waktu kerja yang menekan. Kedua, faktor dukungan sosial yang terdiri dari resiko atau bahaya, dan interaksi dengan keluarga. Ketiga, karakteristik pengalaman berupa peristiwa khusus dalam kehidupan.

Hasil penelitian Supardi (2007) mengenai analisa stres kerja pada kondisi dan beban kerja perawat dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan stres kerja. Selain itu, juga terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres kerja. Kemudian, terdapat hubungan yang bermakna pula antara kondisi kerja dengan stres kerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007.

(4)

4

Adapun faktor yang paling dominan menjadi pemicu timbulnya stres kerja pustakawan adalah beban kerja.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas maka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan stres kerja. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres kerja pada karyawan antara lain, sikap kerja, dukungan sosial, pengalaman, tipe kepribadian, kesesuaian gaji, dan beban kerja.

Selain stres kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor tersebut di atas, stres kerja juga dapat mempengaruhi berbagai macam variabel sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitian berikut ini. Hasil penelitian Anitawidanti (2010) tentang analisis hubungan antara stres kerja dengan kepuasan kerja karyawan berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa masing-masing variabel stres kerja yang meliputi peran individu dalam organisasi, tuntutan tugas, hubungan dalam organisasi, dan faktor luar organisasi memiliki hubungan positif dengan variabel kepuasan kerja, yang berarti bahwa jika stres kerja meningkat maka kepuasan kerja juga meningkat. Di samping itu, terdapat hubungan antara masing-masing variabel stres kerja yang meliputi peran individu dalam organisasi, tuntutan tugas, hubungan dalam organisasi, dan faktor luar organisasi dengan kepuasan kerja karyawan.

Hasil penelitian Nurhendar (2007) tentang pengaruh stres kerja dan semangat kerja terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada CV. Aneka Ilmu Semarang, menunjukkan bahwa variabel stres kerja dan semangat kerja mempunyai pengaruh secara signifikan bersama-sama terhadap kinerja karyawan. Stres kerja diukur dengan gejala stres yang dirasakan oleh responden seperti bosan terhadap pekerjaan, tidak sabar dan keletihan. Sedangkan kinerja diukur dengan kemampuan memenuhi target, tanggung jawab terhadap pekerjaan, penyelesaian tugas dengan baik.

(5)

5

Dari beberapa penelitian tersebut maka dapat diketahui bahwa stres kerja berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan karyawan. Artinya stres kerja antara lain berhubungan dengan kepuasan kerja, efektifitas kerja, dan kinerja karyawan.

Stres yang dialami oleh perawat pria ataupun wanita bisa menjadi berbeda karena stres tersebut ditentukan oleh masing-masing individu (dari luar organisasi) dan juga dari dalam organisasi seperti berbagai hal yang dialami oleh seorang perawat dalam proses bekerja. Hal ini ditegaskan oleh Munandar (2008) bahwa stres ditentukan pula oleh individunya sendiri. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis dan/atau dalam bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman lalu, keadaan kehidupan, dan kecakapan.

Perbedaan jenis kelamin antara perawat laki-laki dan perempuan tentu mengakibatkan keduanya memiliki perbedaan emosional dan intelektual. Menurut Hamilton dan Fagot dalam Lestarianita dan Fakhrurrozy (2007) bahwa pria cenderung menggunakan rasio atau logika, selain itu pria terkadang kurang emosional sehingga mereka lebih memilih untuk langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi atau langsung menghadapi sumber stres. Sedangkan wanita lebih cenderung menggunakan perasaan atau lebih emosional sehingga jarang menggunakan logika atau rasio yang membuat wanita cenderung untuk mengatur emosi dalam menghadapi sumber stres.

Hal ini dipertegas dengan pendapat Unger dalam Handayani dan Sugiarti (2006) bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan emosional dan intelektual. Perempuan lebih menonjol dengan karakter sifatnya yang lebih emosional, tidak agresif, mudah goyah menghadapi krisis, lebih sering menangis, dan sulit menyembunyikan emosi. Sedangkan laki-laki lebih menonjol dengan karakter sifatnya yang tidak emosional, sangat agresif, tidak mudah goyah menghadapi krisis, sedikit/jarang menangis, dan dapat menyembunyikan emosi.

(6)

6

unsur yang membedakan keduanya dalam menghadapi stres kerja yang dialami saat bekerja sebagai perawat. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang perbedaan stres kerja pada perawat ditinjau dari jenis kelamin.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: apakah ada perbedaan stres kerja pada perawat ditinjau dari jenis kelamin.

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumuan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui perbedaan stres kerja pada perawat ditinjau dari jenis kelamin.

D. Manfaat penelitian

1. Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi disiplin ilmu psikologi pada umumnya dan psikologi industri dan organisasi.

2. Praktis

(7)

PERBEDAAN STRES KERJA PERAWAT DITINJAU DARI

JENIS KELAMIN

SKRIPSI

Oleh:

Ernia Widiastara

05810104

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(8)
(9)
(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmani rahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Stres Kerja Perawat Ditinjau Dari Jenis Kelamin”. Tidak lupa sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jalan kegelapan menjuju jalan yang terang yakni agama Islam.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Djudiyah, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Tri Muji Ingarianti S.Psi, M.Psi. selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Diana Savitri S.Psi, M.Psi. selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 4. Direktur RSI Islam Madinah Kasembon, Direktur BP RB BKIA Punten Batu,

Direktur RSU Dr. Ety Asharto Batu yang telah memberikan izin dan fasilitas kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Para perawat di RSI Islam Madinah Kasembon, para perawat di RB BP BKIA Punten Batu, para perawat di RSU Dr. Ety Asharto Batu yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

6. Ayah Ramelan dan Ibu Widah serta Abah Gatot dan Ibu Rukhani yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, nasehat dan perhatian yang tidak pernah berhenti selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

(12)
(13)

iv

5. Kondisi Kerja dan Stres... 9

6. Dampak Negatif Stres Kerja ... 11

B. Tenaga Perawat 1. Pengertian Perawat ... 12

2. Hak-hak Perawat ... 12

3. Kewajiban Perawat ... 13

C. Jenis Kelamin ... 14

1. Pengertian Jenis Kelamin ... 14

2. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan ... 14

D. Perbedaan Stres Kerja Perawat Laki-laki dan Perawat Perempuan ... 16

(14)

v

F. Hipotesis………...20

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 21

B. Variabel Penelitian ... 21

1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 21

2. Definisi Operasional ... 22

C. Populasi dan Sampel ... 22

1. Populasi ... 22

2. Sampel ... 23

D. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 24

1. Jenis Data ... 24

2. Instrumen Penelitian ... 24

E. Prosedur Penelitian ... 27

1. Tahap Persiapan ... 27

2. Tahap Pelaksanaan ... 27

F. Validitas dan Realibilitas ... 28

1. Uji Validitas ... 28

2. Uji Reliabilitas... 29

G. Teknik Analisis Data ... 30

1. T-score ... 31

2. T-test... 31

(15)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Perawat Laki-laki dan Perempuan ... 23

Tabel 2. Blue Print Skala Stres Kerja ... 26

Tabel 3. Skor Pilihan Jawaban ... 26

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Item Skala Stres Kerja ... 29

Tabel 5. Realibilitas Indikator Stres Kerja ... 30

Tabel 6. Realibilitas Variabel Stres Kerja ... 30

Tabel 7. Perhitungan T-score Skala Stres Kerja ... 31

(16)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Untuk Penelitian

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anitawidanti, Hafni. 2010. Analisis hubungan antara stres kerja dengan kepuasan kerja karyawan berdasarkan gender (Studi Pada PT Transindo Surya Sarana Semarang). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Anoraga, P. 2005. Psikologi kerja. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002 Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan skala psikologi.. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. 2007. Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Davis, Keith dan John W. Newstrom. 2008. Perilaku dalam organisasi. Jakarta: Erlangga.

Fakih, Mansour. 1996. Menggeser konsep gender dan transformasi sosial. Malang: UMM Press.

Handayani dan Sugiarti (2006). Konsep dan teknik penelitian gender. Malang: UMM Press.

Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen personalia dan sumberdaya manusia. Yogyakarta: BPFE.

Kerlinger, F. N. 2006. Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Koderi, M. (1999). Bolehkah wanita menjadi imam negara. Jakarta: Gemma Insani Press.

(18)

Lestarianita, Prety dan Fakhrurrozi, M. 2007. Pengatasan stres pada pria dan wanita. Jurnal Psikologi. Vol. 1, No. 1, Desember 2007.

Mangkunegara, A. A. A. Prabu. 2008. Manajemen sumber daya manusia perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munandar, A. S. 2008. Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI-Press. Nurhendar, Siti. 2007. Pengaruh stres kerja dan semangat kerja terhadap kinerja

karyawan bagian produksi pada cv. aneka ilmu semarang. Skripsi. Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Semarang.

Poerwanti, E. 2000. Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Robbins, S. P. 2007. Perilaku organisasi. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Rosmawar. 2009. Identifikasi stres kerja dan strategi koping perawat di ruang

instalasi gawat darurat rumah sakit kota langsa. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Samosir, Zurni Z., dan Syahfitri, Iin. 2008. Faktor penyebab stres kerja pustakawan pada perpustakaan universitas sumatera utara. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. Vol. 4, No. 2, Desember 2008.

Supardi. 2007. Analisa stres kerja pada kondisi dan beban kerja perawat dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap rumkit tk 2 putri hijau kesdam I/bb medan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Sunarni, Theresia dan Istanti, Veni. 2007. Pengaruh stres kerja dan motivasi kerja

terhadap kinerja karyawan di pt. interbis sejahtera palembang. Jurnal Teknik Industri. Vol. 7, No. 2, Desember 2007.

Suryanto. 2009. Gender? apa itu? http://suryanto.blog.unair.ac.id/2009/02/11/ gender-apa-itu/

Tias, Retno Y. 2008. Hubungan antara stres kerja dengan efektifitas kerja pada perawat di ruang rawat inap rsu dr. saiful anwar malang. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk hubungan antara konsep diri dengan kenakalan remaja, dan perbedaan kanakalan remaja ditinjau dari jenis kelamin,.. Peneliti memilih metode

keras dalam penulisan yang berjudul Hubungan Motivasi Kerja Dan Budaya Organisasi Dengan Kepuasan Kerja Ditinjau Dari Jenis Kelamin Pendeta GPI Papua Klasis

Dalam penelitian Ayupp dan Nguok (2011) mayoritas karyawan merasa puas dengan tempat kerja mereka, dalam hal hubungan antara kepuasan kerja dan sumber stres ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel tipe temperamen dan jenis kelamin dalam membentuk komitmen kerja seorang karyawan dan juga

Penelitian tentang perbedaan prestasi akademik pers mahasiswa berdasarkan jenis kelamin yang menunjukkan bahwa pers mahasiswa berjenis kelamin perempuan memiliki rerata

usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin. Dalam kaitan antara sikap disiplin berlalu lintas dengan jenis kelamin, sikap dibentuk dari pengetahuan, proses

Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara kepuasan kerja dengan organizational citizenship behavior (OCB) pada perawat Rumah Sakit PB Yogyakarta, serta

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada kuat hubungan cukup antara faktor usia dengan timbulnya stres kerja, jenis kelamin memiliki kekuatan hubungan