• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA Perbedaan Kecurangan Akademik Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Bidang Ilmu Pada Mahasiswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA Perbedaan Kecurangan Akademik Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Bidang Ilmu Pada Mahasiswa."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA

Diajukan kepada Fakultas PsikologiUntuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh :

Imam Bagus Setiawan F100110036

(2)

i

PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA

PUBLIKASI ILMIAH

Yang Diajukan Oleh :

Imam Bagus Setiawan F100110036

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

(3)
(4)
(5)

PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA

Abstrak

Kecurangan (cheating) merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering muncul menyertai aktivitas proses pembelajaran dan dalam proses penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecurangan akademik berdasarkan jenis kelamin dan bidang ilmu pada mahasiswa. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik angkatan tahun 2013-2015. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan two stage cluster random, yang pertama dilakukan merandom fakultas yang telah dibagi menjadi fakultas eksak dan fakultas non-eksak, kemudian setelah didapatkan fakultas eksak dan non-eksak merandom lagi program studi yang ada didalam kedua fakultas tersebut, dan dari hasil random didapatkan fakultas eksak yaitu Fakultas Teknik program studi teknik arsitektur dan fakultas non eksak yaitu Fakultas Ekonomi program studi ekonomi bisnis, dengan cara merandom fakultas dan merandom jurusan peneliti mendapat partisipan dengan jumlah sebanyak 156 orang, dengan subjek dari fakultas teknik berjumlah 75 dan subjek dari fakultas ekonomi berjumlah 81 dengan total subjek laki-laki berjumlah 79 dan subjek perempuan berjumlah 77. Alat ukur yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari skala kecurangan akademik yang disusun oleh Kurniawan (2011) berdasarkan aspek-aspek kecurangan akademik yang dikemukakan oleh Anderman (2006). Skala kecurangan akademik terdiri atas 40 aitem, 24 aitem favorable dan 16 aitem unfavorable. Teknik analisis data yang digunakan ialah komparasi independent sample t-test.

Analisis data diperoleh hasil dari jenis kelamin, bahwa laki-laki lebih memiliki kecenderungan melakukan kecurangan akademik dibandingkan dengan perempuan. Dari bidang ilmu, mahasiswa bidang ilmu eksakta lebih memiliki kecenderungan melakukan kecurangan akademik dari pada mahasiswa bidang ilmu non eksakta.

Kata Kunci : kecurangan akademik, jenis kelamin, bidang ilmu.

Abstract

(6)

2

then having obtained the faculty of exact and non-exact random longer courses that exist in both the faculty and the results random obtained faculty inexact: the Faculty of Engineering courses in architectural engineering faculty and non inexact: the Faculty of Economics courses business economics, by way random faculty and random majors researchers got the participants with a total of 156 people, with the subject of the engineering faculty numbered 75 and the subject of faculty economy amounted to 81 with total male subjects amounted to 79 and female subjects amounted to 77. Measuring instruments used is a modification of the scale of academic cheating compiled by Kurniawan (2011) based on aspects of academic cheating proposed by Anderman (2006). The scale consists of 40 academic cheating item, item 24 favorable and 16 unfavorable item. Data analysis technique used is comparative independent sample t-test.

Based on the result of the gender, that men are more predisposed academic cheating than women. From the fields of science, the field of exact sciences student has a tendency to commit fraud on a student's academic from non-exact science.

Keywords: academic cheating, gender, field of the studies. 1. PENDAHULUAN

Kecurangan akademik bukanlah masalah baru dalam dunia pendidikan. Teixeira dan Rocha (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik adalah fenomena global yang secara frekuensi semakin meningkat. Banyaknya tindakan kecurangan akademik yang dilakukan di berbagai ranah akademik yang ada di Indonesia menunjukkan sedikit atau bahkan belum adanya pendidikan di Indonesia yang mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya dari sisi pembentukan karakter individu mahasiswa. Pendidikan tinggi juga tidak terhindar dari adanya tindakan kecurangan akademik. Beberapa bentuk kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa antara lain adalah mencontek saat ujian, menyalin jawaban teman, copy paste dari internet tanpa menyebutkan sumbernya, tidak hadir kuliah tetapi meminta tolong kepada temannya untuk tanda tangan absen, membuat contekan saat ujian, meminta bantuan teman saat

ujian, bekerjasama dengan teman saat ujian.

(7)

anak didik, baik di bangku sekolah dan perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk menyontek. Hampir 70 persen responden yang ditanya apakah pernah menyontek ketika masih sekolah atau kuliah, menjawab pernah. Bahkan hasil penelusuran yang dilakukan (Nursalam, Bani, & Munirah, 2013) ditemukan adanya tugas akhir (skripsi) mahasiswa yang mengindikasikan adanya praktik copy paste atau plagiarism dari satu skripsi dengan skripsi yang lainnya.

Kecurangan akademik muncul sebagai interaksi berbagai faktor, baik yang bersifat internal (ada di dalam diri pelaku) maupun yang bersifat eksternal (berasal

dari lingkungan). Faktor internal mencakup kemalasan, kurangnya kesadaran pekerjaan sesama siswa, kualitas rendah, pengalaman kegagalan sebelumnya dan harapan sukses yang pasti. Faktor eksternal meliputi urutan tempat duduk, ujian yang penting, tingkat kesulitan tes, tes yang tidak adil, penjadwalan dan pengawasan (Purnamasari, 2013). Ketidakjujuran akademik menurut Hendricks (2004) terjadi di dalam pembelajaran disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari diri individu (internal) maupun dari luar diri individu (eksternal). Faktor internal individu mencakup usia, jenis kelamin, prestasi akademik. Faktor eksternal meliputi perilaku teman sebaya, lingkungan ujian, dan belajar terlalu banyak. Hendricks,2004. Dari kedua pernyataan kecurangan akademik dan ketidakjujuran akademik keduanya saling memiliki keterkaitan dari faktor yang dimiliki oleh keduanya, sehingga kecurangan akademik dan ketidakjujuran akademik memiliki arti yang sama dan juga makna yang sama karena dapat dilihat dari faktor-faktor perilaku keduanya yang serupa.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan replikasi penelitian Wibowo, Herlina, dan Kristyassari (2011) dengan rumusan masalah yang muncul yaitu “ adakah perbedaan kecurangan

akademik ditinjau dari jenis kelamin dan bidang ilmu pada mahasiswa?”.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecurangan akademik berdasarkan jenis kelamin dan bidang ilmu pada mahasiswa.

(8)

4

mengambil tindakan untuk meminimalisir perilaku kecurangan akademik tersebut dan dapat digunakan sebagai dasar ataupun referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian di bidang yang sama di masa datang

Kecurangan berasal dari kata “curang” yang memiliki arti berlaku tidak

jujur. Kecurangan adalah perbuatan yang curang, (Depdiknas, 2008), Kushartanti (2009) mendefinisikan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah atau terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademik untuk menghindari kegagalan akademik.

Kecurangan akademik adalah perilaku yang dilakukan oleh pelajar secara sengaja, seperti pelanggaran terhadap aturan dalam mengerjakan tugas dan ujian, memberikan keuntungan kepada pelajar lain dalam mengerjakan tugas atau ujian dengan cara yang tidak jujur, dan pengurangan keakuratan yang diharapkan pada performansi pelajar (Cizek, 2006).

Perilaku kecurangan akademik terjadi dengan berbagai cara dalam beragam situasi yang terjadi pada kegiatan akademik. Anderman (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik terjadi paling banyak pada tugas kelas, ujian akhir dan pada ulangan harian. Menurut Anderman (2006) setidaknya perilaku kecurangan akademik terjadi dalam berbagai bentuk antara lain : penggunaan materi yang dilarang digunakan, melakukan kolaborasi yang dilarang dilakukan saat pelaksanaan ujian, plagiasi yaitu ketika seseorang secara sengaja mengakui ide, kata maupunkalimat orang lain sebagai hasil karyanya, pemalsuan merupakan secara sengaja melakukan perubahan, sebagian maupun secara keseluruhan laporan karya tulis maupun laporan praktik, misrepresentation yaitu dengan menyajikan informasi yang keliru pada pengajar dengan harapan mendapat keuntungan pada penyelesaian tugas maupun pelaksanaan ujian, tidak berkontribusi secara layak pada penyelesaian tugas yang dikerjakan secara

berkelompok dan sabotase penyelesaian tugas akademik rekan lainnya.

(9)

pernikahan dan manajemen waktu. Pada penelitian ini variabel karakteristik yang diuji meliputi gender dan program studi.

Muthmainah (2006) mendefinisikan jenis kelamin adalah suatu konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari sudut non-biologis, yaitu dari aspek sosial, budaya, maupun psikologis. McCabe dan Trevino (Fa’iezah, 2010) melaporkan bahwa

tingkat kecurangan akademik pada perempuan telah meningkat selama 30 tahun terakhir di tingkat relatif sama dengan tingkat pada laki-laki. Meskipun tingkat

kecurangannya relatif sama, sikap mereka atas kecurangan berbeda. Perempuan melakukan plagiarisme karena mencoba untuk membantu teman-teman dalam membuat tugas-tugas seperti memperbolehkan teman-teman untuk menyalin tugas-tugas mereka, tapi pada laki-laki cenderung melakukan hal itu untuk diri mereka sendiri.

Siswa pada jurusan IPA lebih banyak mempergunakan pola pikir logis dan rasional karena materi pelajaran berupa soal-soal hitungan sehingga harus lebih teliti dalam mengerjakan soal serta mengasah untuk berfikir secara akurat dengan jawaban yang pasti. Jurusan IPS mempunyai aktifitas dengan mempergunakan pola pikir analitis karena mahasiswa tersebut dituntut untuk menghafalkan materi pelajaran yang berhubungan dengan bahasa maupun sejarah budaya dan ekonomi. Sumaatmadja (2008). Wfy (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bentuk plagiat antara mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi dengan mahasiswa FISIP, di mana mahasiswa eksak yaitu Fakultas Sains dan Teknologi (FST) lebih tinggi melakukan plagiat dari pada mahasiswa non eksak yaitu FISIP, sedangkan Carpenter (2006) menemukan bahwa lebih dari 96% mahasiswa teknik terbukti bahwa mereka terlibat paling sedikit satu perilaku yang didefinisikan sebagai kecurangan akademik atau perilaku tak etis selama proses

perkuliahan.

(10)

6

akademik ditinjau dari bidang ilmu, dimana bidang ilmu eksakta lebih memiliki kecenderungan melakukan kecurangan akademik dibandingkan dengan bidang ilmu non eksak.

2. METODE PENELITIAN

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai Variabel terikat kecurangan akademik dan sebagai Variabel Bebasnya adalah

jenis kelamin dan bidang ilmu. Definisi operasional dari Kecurangan akademik adalah tindakan individu melakukan cara yang tidak sah dengan cara sengaja

untuk kepentingan diri sendiri dengan tujuan agar hal yang dikerjakan tidak mengalami kesalahan. Kecurangan akademik diukur dengan menggunakan kuesioner yang disusun oleh Kurniawan (2011) berdasarkan aspek-aspek kecurangan akademik yang dikemukakan oleh Anderman (2006) yaitu penggunaan materi yang dilarang digunakan, melakukan kolaborasi yang dilarang dilakukan saat pelaksanaan ujian, plagiasi, pemalsuan, misspresentation, absen berkontribusi dalam tugas kelompok dan sabotase.

Jenis kelamin adalah pembagian jenis seksual yang ditentukan secara biologis dan anatomis yang dinyatakan dalam jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan. Muthmainah (2006).

Bidang ilmu adalah pembagian ilmu ke dalam dua bidang yaitu IPA dan IPS atau ilmu eksak dan ilmu non eksak. Sumaatmadja (2008).

Sebagai populasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan jumlah 13 Fakultas, Dari 13 Fakultas tersebut terdapat 4 Fakultas yang mengacu pada Ilmu Eksakta dan Fakultas yang mengacu pada Ilmu noneksakta. Dengan jumlah keseluruhan mahasiswa yang masih aktif adalah 27.918 dengan jumlah mahasiswa laki-laki 12.556 dan mahasiswa perempuan 15.362.

(11)

Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling yaitu teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit-unit yang kecil, atau cluster (Nazir, 2005). Cluster random dilakukan dua kali yang disebut juga dengan two stage cluster random karena merandom fakultas dan merandom jurusan.

Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan alat ukur skala

kecurangan akademik. Skala kecurangan akademik ini merupakan hasil modifikasi dari skala kecurangan akademik yang disusun oleh Kurniawan (2011)

berdasarkan aspek-aspek kecurangan akademik yang dikemukakan oleh Anderman (2006). Skala kecurangan akademik terdiri atas 40 aitem, 24 aitem favorable dan 16 aitem unfavorable. Aspek-aspek tersebut antara lain: penggunaan materi yang dilarang digunakan, melakukan kolaborasi yang dilarang dilakukan saat pelaksanaan ujian, plagiasi yaitu ketika seseorang secara sengaja mengakui ide, kata maupunkalimat orang lain sebagai hasil karyanya, pemalsuan merupakan secara sengaja melakukan perubahan, sebagian maupun secara keseluruhan laporan karya tulis maupun laporan praktik, misrepresentation yaitu dengan menyajikan informasi yang keliru pada pengajar dengan harapan mendapat keuntungan pada penyelesaian tugas maupun pelaksanaan ujian, tidak berkontribusi secara layak pada penyelesaian tugas yang dikerjakan secara berkelompok dan sabotase penyelesaian tugas akademik rekan lainnya. Skala vignette ini menyajikan pertanyaan non-direktif dalam survei yang memungkinkan responden menentukan makna suatu situasi bagi dirinya (Finch, 1987). Melalui situasi proyektif yang bersifat hipotesis dan meminta pertisipan untuk mempisiskan dirinya dalam jejak pelaku utama, maka data sensitif dapat diperoleh secara tak langsung, tanpa melalui konfrontasi. Vignette yang disusun

berupa deskripsi singkat perilaku tokoh “dia” dalam berbagai situasi yang

mencerminkan perilaku yang sejalan maupun tidak sejalan dengan nilai-nilai yang

diukur. Kata “dia” sengaja dipilih karena bersifat netral untuk untuk semua jenis

(12)

8

mengenai dirinya terhadap situasi yang ada dalam vignette, dengan cara tersebut pernyataan yang disajikan tidak menimbulkan ancaman bagi responden sehingga meminimalkan kecenderungan untuk memberikan jawaban yang baik menurut ungkapan sosial (social desirability) Finch, (1987).

Skala kecurangan akademik ini menggunakan skala dari 6 alternatif jawaban terhadap bentuk pernyatan yaitu: Sangat Serupa (SS), Serupa (S), Sedikit

Serupa (SDS), Hampir Serupa (HS), Tidak Serupa (TS), Sangat Tidak Serupa (STS). Aitem tersebut terdiri atas dua macam aitem favorable dan aitem unfavorable. Pemberian skor untuk aitem favorable bergerak dari skor 6 sampai skor 1, dan sebaliknya untuk aitem unfavorable arah pemberian skornya bergerak dari skor 1 sampai skor 6.

Alat ukur dalam penelitian ini dikatakan valid karena memiliki corrected item-total correlation > 0,2 dengan jumlah aitem yang memiliki jumlah corrected item-total correlation > 0,2 ada 32 aitem dari total aitem skala ada 40 aitem. Sehingga dari hasil tersebut alat ukur yang telah dimodifikasi ini dapat dikatakan valid dan layang untuk digunakan utnuk memperoleh data. Reliabilitas alat ukur

ini diperoleh Cronbach’s Alpha 0,916 yang menunjukan hasil tersebut sudah >

0,60 sehingga dapat dikatakan reliabel.

(13)

Adapun persiapan sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta surat izin dari Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk dapat melaksanakan penelitian di tempat yang telah ditentukan, yaitu Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sebelum dilakukannya pengambilan data penelitian, peneliti melakukan Try out untuk menguji reliabilitas dari skala yang digunakan di Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan melibatkan 100 subjek yang telah memenuhi syarat mahasiswa aktif angkatan 2013-2015 Fakultas Farmasi UMS,

baik laki-laki maupun perempuan dengan masing-masing subjek laki-laki berjumlah 50 mahasiswa dan subjek perempuan berjumlah 50 mahasiswa. Pada uji coba alat ukur ini hanya menggunakan subjek dari Fakultas Farmasi karena peniliti ingin mendapatkan validitas dari instrumen alat ukur yang telah dimodifikasi yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga alat ukur dapat digunakan untuk melakukan pengambilan data penelitian. Hasil perhitungan uji coba alat ukur menunjukan bahwa skala Kecurangan Akademik memiliki koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,874. Hasil try out dan uji reliabilitas skala tersebut, dari 40 aitem terdapat 7 aitem yang memiliki

Cronbach’s Alpha apabila aitem tersebut dihapus maka memiliki koefisien >

0,874, sehingga aitem tersebut dianggap gugur (Uyanto,2009).

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik angkatan tahun 2013-2015 dengan masing-masing jumlah dari Fakultas Ekonomi (Ekonomi Bisnis)mahasiswa laki-laki tahun 2013 berjumlah 79, mahasiswa perempuan tahun 2013 berjumlah 115, mahasiswa laki-laki tahun 2014 berjumlah 98, mahasiswa perempuan tahun 2014 berjumlah 157, mahasiswa laki-laki tahun 2015 berjumlah 111, mahasiswa perempuan tahun 2015 berjumlah 152, dengan jumlah

(14)

10

berjumlah 88, mahasiswa perempuan tahun 2015 berjumlah 47, dengan jumlah total mahasiswa laki-laki dan perempuan Fakultas Teknik tahun angkatan 2013-2015 adalah 381 mahasiswa. Hal tersebut disebabkan karena mahasiswa ditahun angkatan ini sudah memiliki beban tugas yang sama dengan mahasiswa tingkat atas. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling yaitu teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok, atau cluster (Nazir,

2005). Cluster random dilakukan dua kali yang disebut juga dengan two stage cluster random karena merandom fakultas dan jurusan (kelas). Berdasarkan ciri-ciri tersebut peneliti mendapatkan 156 subjek yang layak diteliti dengan 81 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan 75 mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2016 Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan cara membagikan skala secara langsung beserta bolpoin untuk mengisi skala serta meminta subjek untuk mengisi skala sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan dipersilahkan mengisi angket sesuai dengan keadaan dalam diri subjek yang sebenarnya dan dikumpulkan kembali oleh subjek kepada peneliti saat itu juga.

Setelah semua skala terisi dan terkumpul, maka langkah selanjutnya ialah memberikan nilai pada skala yang telah diisi oleh subjek. Skor aitem berkisar dari 1 sampai 6. Pemberian skor dilakukan berdasarkan jawaban subjek dan memperhatikan sifat aitem favorable dan unfavorable. Skor tertinggi dari masing– masing aitem adalah 6 dan terendah bernilai 1.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Hasil

(15)

= 0,769; sig. (2-tailed) = 0,595; (p >0,05). Hasil tersebut menunjukkan sebaran data variabel kecurangan akademik terdistribusi normal.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa laki-laki (96,61) sedangkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa perempuan (88,71). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki lebih memiliki kecenderungan berperilaku kecurangan akademik yang lebih tinggi dibandingkan

dengan perempuan.

Hasil uji statistik dengan independent sample t-test diperoleh nilai t

(2,157) dengan p value 0,003 (p < 0,05) sehingga ada perbedaan perilaku kecurangan akademik ditinjau dari jenis kelamin, dimana mahasiswa laki-laki lebih memiliki kecenderungan berperilaku kecurangan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa perempuan.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi (88,41) sedangkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa Fakultas Teknik (97,36). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Teknik lebih memiliki kecenderungan berperilaku kecurangan akademik yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa Fakultas Ekonomi.

Hasil uji statistik dengan independent sample t-test diperoleh nilai t (-2,456) dengan p value 0,015 (p < 0,05) sehingga ada perbedaan perilaku kecurangan akademik ditinjau dari bidang ilmu, dimana bidang ilmu eksakta lebih memiliki kecenderungan berperilaku kecurangan akademik dibandingkan bidang ilmu non eksakta.

Kategorisasi kecurangan akademik berdasarkan jenis kelamin dibagi ke dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi dan sangat tinggi. Menurut Arikunto (2010) cara pengukuran kecurangan akademik dengan menggunakan nilai tertinggi hingga nilai terendah dibagi batas kelas yang

(16)

91,7-12

119,4; 13 orang (16,9%) tinggi dengan rentan skor 119,5-147,2; dan tidak ada yang mempunyai kecurangan akademik sangat tinggi. Sedangkan kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa laki-laki terdapat 11 orang (13,9%) mempunyai kecurangan akademik sangat rendah dengan rentan skor 36-63,8; 38 orang (48,1%) rendah dengan rentan skro 63,9-91,6; 21 orang (26,6%) sedang dengan rentan skor 91,7-119,4; 7 orang (8,9%) tinggi dengan rentan skor

119,5-147,2; dan 2 orang (2,6%) sangat tinggi dengan rentan skor 147,3-175. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa laki-laki lebih

tinggi mempunyai kecenderungan akademik karena terdapat 2 mahasiswa yang mempunyai kecenderungan akademik sangat tinggi.

Kategorisasi kecurangan akademik berdasarkan bidang ilmu dibagi ke dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi dan sangat tinggi. Menurut Arikunto (2010) cara pengukuran kecurangan akademik dengan menggunakan nilai tertinggi hingga nilai terendah dibagi batas kelas yang ditetapkan oleh peneliti yaitu sebanyak 5 kelas (sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi dan sangat tinggi). Diketahui bahwa kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi terdapat 11 orang (13,6%) mempunyai kecurangan akademik sangat rendah, 36 orang (44,4%) rendah, 37 orang (33,3%) sedang, 7 orang (8,6%) tinggi dan tidak ada yang mempunyai kecurangan akademik sangat tinggi. Sedangkan kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Teknik terdapat 5 orang (6,7%) mempunyai kecurangan akademik sangat rendah, 30 orang (40,0%) rendah, 25 orang (33,3%) sedang, 13 orang (17,3%) tinggi dan 2 orang (2,7%) sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dari Fakultas Teknik cenderung lebih tinggi mempunyai kecenderungan akademik karena terdapat 2 mahasiswa yang mempunyai kecenderungan akademik sangat tinggi.

3.2Pembahasan

(17)

menunjukkan bahwa rata-rata kecurangan akademik mahasiswa laki-laki (96,61) sedangkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa perempuan (88,71). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki lebih memiliki kecenderungan berperilaku kecurangan akademik dibandingkan dengan perempuan.

Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yaitu ada perbedaan perilaku kecurangan akademik ditinjau dari jenis kelamin, dimana

laki-laki lebih berperilaku kecurangan akademik dibandingkan dengan perempuan. Hendricks (2004) menyatakan bahwa kecurangan akademik terjadi di dalam

pembelajaran disebabkan oleh factor yang berasal baik dari dalam diri mahasiswa yaitu jenis kelamin. Mahasiswa lebih banyak melakukan kecurangan akademik daripada mahasiswi. Penjelasan utama dari pernyataan ini dapat dijelaskan oleh teori sosialisasi peran gender yakni wanita dalam bersosialisasi lebih mematuhi peraturan dari pada pria.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku kecurangan akademik ditinjau dari bidang ilmu, dimana bidang ilmu eksakta lebih memiliki kecenderungan berperilaku kecurangan akademik dibandingkan bidang ilmu non eksakta dengan nilai t (-2,456) dengan p value 0,015 (p < 0,05) dan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi (88,41) sedangkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa Fakultas Teknik (97,36). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Teknik lebih memiliki kecenderungan berperilaku kecurangan akademik dibandingkan mahasiswa Fakultas Ekonomi.

Hasil penelitian tersebut mendukung dengan penelitian Carpenter(2006) menemukan bahwa lebih dari 96% mahasiswa teknik terbukti bahwa mereka terlibat paling sedikit satu perilaku yang didefinisikan sebagai kecurangan akademik atau perilaku tak etis selama proses perkuliahan, sedangkan Wibowo dkk. (2011) dalam penelitiannya di Jepara, dengan responden 96 mahasiswa

program studi manajemen dan akuntansi menunjukkan bahwa sikap dan norma berpengaruh terhadap perilaku mencontek.

(18)

14

penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dan karakteristik yang berbeda maka perlu dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan atau menambah variabel–variabel penelitian yang belum terdapat pada penelitian ini.

Penelitian ini juga memiliki kelemahan yaitu yang pertama, pada pengungkapan aspek–aspek yang digunakan dalam penelitian ini tidak secara mendalam, mengingat bahwa alat pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan skala, sehingga peneliti selanjutnya perlu melengkapinya dengan teknik pengumpulan seperti wawancara maupun observasi. Kemudian yang

kedua, saat pengambilan data subjek tidak ditempatkan dalam satu ruangan khusus yang sama, sehingga kondisi disekitar subjek yang berbeda-beda satu dengan yang lain menjadikan keadaan psikologis subjek juga berbeda - beda, seperti ada yang mengerjakan dengan santai dan ada pula yang mengerjakan secara terburu - buru.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan perilaku kecurangan akademik ditinjau dari jenis kelamin, dimana laki-laki lebih memiliki kecenderungan melakukan kecurangan akademik dibandingkan dengan perempuan. Kemudian juga ada perbedaan perilaku kecurangan akademik ditinjau dari bidang ilmu, dimana bidang ilmu eksakta lebih memiliki kecenderungan melakukan kecurangan akademik dibandingkan bidang ilmu non eksakta.

Dari kesimpulan yang ada maka dapat disarankan bagi pihak Fakultas Teknik maka dalam upaya untuk mengurangi perilaku kecurangan akademik mahasiswa hendaknya melakukan pengawasan yang lebih ketat saat ujian sedang berlangsung serta mencatat nama atau nomor ujian mahasiswa yang terlibat dalam perilaku curang agar memberi efek jera, sedang kan bagi pihak Fakultas Ekonomi

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Anderman EM, Murdock TB. (2006). Psychology of Academic Cheating. London: Elsevier

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas.(2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Gramedia Pustaka. Indonesia.

Fiqueroa, T. (2010). The Relationship between Personality Types A and B and Academic Dishonesty of Undergraduate and Graduate Students. Dissertation, Walden University.

Gerdeman, R. D. (2000). Academic dishonesty and the community college. ERIC Digest, 1-7.

Hendriks, B. (2004). Academic Dishonesty: A Study In The Magnitude Of AndJustifications For Academic Dishonesty Among College Undergraduate AndGraduate Students. New Jersey: Rowan University

Muthmainah, S. (2006). “Studi Tentang Perbedaan Evaluasi Etis, Intensi Etis, dan Orientasi Etis Dilihat dari Gender dan Disiplin Ilmu: Potensi Rekruitment

Staf Profesional pada Kantor Akuntan Publik”. Simposium

NasionalAkuntansi IX. Padang.1-12.

Nazir, M. (2005).Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Purnamasari, D. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa. Educational Psychology Journal. 2 (1), 13 – 21.

Sumaatmadja. 2008. Konsep Pembelajaran IPA dan Non IPA. Jakarta:Kanisius

Uyanto, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

THE FRAMEWORK OF DECISION RULE ACQUISITION OF BEVERAGE PACKAGING DESIGN Identify approximaty Calculte probability Calcute positve, negaive and boundary region Analyze data

Atas penghentian pengakuan aset keuangan terhadap satu bagian saja (misalnya ketika Grup masih memiliki hak untuk membeli kembali bagian aset yang ditransfer),

berlangsung sejak pagi. Kira-kira pukul 07.00 WIB, ada beberapa orang sesepuh yang menyembelih dan mengolah kambing dan ayam. Mereka menyembelih seekor kambing atau

Subjek dengan perlakuan bermain video game kinetik simulasi tari sebagai exergame selama 8 minggu memiliki nilai akhir kelincahan yang lebih cepat dengan kategori

[r]

Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah pemanfaatan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai penggunaan media sosial path sebagai sarana pengakuan sosial di kalangan siswa- siswi kelas XI

Tampilan program bernilai 87,11% (Sangat Baik), hal tersebut ditunjukkan sesuai uraian sebagai berikut: pewarnaan yang sudah sesuai sehingga membantu dalam pemahaman konsep, tata