• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI UNIT DESTILASI ATMOSFERIS PENGOLAHAN MINYAK PUSDIKLAT MIGAS CEPU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI UNIT DESTILASI ATMOSFERIS PENGOLAHAN MINYAK PUSDIKLAT MIGAS CEPU"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KHUSUS

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN

RISIKO DI UNIT DESTILASI ATMOSFERIS

PENGOLAHAN MINYAK PUSDIKLAT

MIGAS CEPU

Oktavianus Roy Abrianto R.0008060

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul : Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak

Pusdiklat Migas Cepu

Oktavianus Roy Abrianto, NIM : R0008060, Tahun : 2011 Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan

Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta Pada Hari...Tanggal...20...

Pembimbing I Pembimbing II

Lusi Ismayenti, ST., M.Kes Live Setyaningsih, SKM NIP. 19720322 200812 2 001 NIP. 19850811 201101 2 020

Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

(3)

commit to user

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN

Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak

Pusdiklat Migas Cepu

dengan peneliti : Oktavianus Roy Abrianto

R0008060

Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh : PUSDIKLAT MIGAS CEPU

2011

Kepala Sub Bidang Kilang dan Utilitas Pembimbing Lapangan LK3

Ir. M. Syaiful Anam, MT Putut Prasetyo, ST, MT NIP. 19630316 199003 1 001 NIP. 19581218 198303 1 001

Mengetahui,

Kepala Bidang Program dan Kerjasama

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI UNIT DESTILASI ATMOSFERIS PENGOLAHAN MINYAK

PUSDIKLAT MIGAS CEPU

Oktavianus Roy Abrianto1, Lusi Ismayenti2, dan Live Setyaningsih’3

Tujuan : Pusdiklat Migas Cepu merupakan pusat pendidikan minyak dan gas bumi serta pengolahan minyak mentah menjadi produk jadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja dan penyakit kerja dengan mengidentifikasi bahaya yang ada, menetapkan risiko dan mengupayakan metode pengendalian yang tepat pada Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pudiklat Migas Cepu.

Metode : Kerangka penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang memberikan gambaran jelas tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. Data yang digunakan berasal dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsng ditempat kerja. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumen dan catatan perusahaan, serta studi kepustakaan. Hasil : Hasil yang diperoleh di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu diketahui bahwa tingkat bahaya tinggi adalah peledakan dan kebakaran, tingkat bahaya sedang adalah terpeleset, terjatuh, tersengat aliran listrik dan terpapar panas, dan tingkat bahaya tinggi adalah tersandung, terciprat oli kiriman, dan kebocoran minyak. Serta telah dilakukan upaya pengendalian bahaya dan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Simpulan : Perusahaan belum melaksanakan identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada Unit Destilasi Atmosferis, tetapi telah melakukan pengendalian risiko. Saran yang diberikan adalah perlu dibuat form IBPR secara berkala untuk memonitoring potensi dan faktor bahaya setiap unit pendukung dan unit proses dari proses Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. Kata Kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian Risiko

1.

Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2.

Fakultas Kesehatan Kerja, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 3.

(5)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan dengan judul ”Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu”. Tak terlupakan sujud syukur atas lindungan dan karunia Yesus Kristus dan Bunda Maria yang tak pernah sedetikpun meninggalkan hamba-Nya.

Laporan ini dibuat dalam rangka tugas akhir dan syarat dalam menyelesaikan pendidikan sebagai mahasiswa program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan sukses dan berhasi tanpa bantuan dari semua pihak baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakulatas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakulatas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (Periode Mei 2011).

3. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

4. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Periode Juni 2011).

5. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes selaku dosen pembimbing I. 6. Ibu Live Setyaningsih, SKM selaku dosen pembimbing II.

7. Bapak Kastur, S. Ag beserta staff yang telah memberikan banyak bantuannya. 8. Bapak Putut Prasetyo, ST, MT, selaku Ketua LK3 Pusdiklat Migas Cepu. 9. Bapak Wahyudi, selaku Kepala Unit Safety dan Bapak Adi Purnomo serta

Bapak Wiyanto selaku staff yang telah memberikan arahan, informasi, dan bimbingannya.

10. Bapak Suharto, Edi Suyanto, Bapak Suyanto, Bapak Zaenudin, Bapak Budi W dan rekan-rekan Fire Safety yang telah memberi bimbingan.

11. Bapak Yoga beserta staff dari Unit Lindung Lingkungan yang banyak membantu penulis memperoleh informasi.

12. Alm Bapak, Almh. Ibu, Almh. Bude, Papi, Mas Toki, Mas Yus, Mbak Evi, Mbak Dona, Mbak Siza, Mas Nono, Mbak Dian, dan para keponakan yang tercinta. Terima kasih atas restu, doa, dan dukungan yang diberikan selama ini.

13. Kepada Septian W.S, Yanuar K, dan Arie Suprayitno, teman seperjuangan, sepenanggungan, tapi tidak senasib yang telah memberi dukungan.

14. Bapak Heru Prayitno beserta keluarga. 15. Simbah Gun beserta keluarga.

16. Bapak Matturkam beserta keluarga.

17. Teman-teman mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2008.

(6)

commit to user

vi

19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan dan penyelesaian laporan ini.

Surakarta, 22 Juni 2011 Penulis,

(7)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 25

B. Kerangka Pemikiran ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Metode Penelitian... 26

B. Lokasi Penelitian ... 26

(8)

commit to user

viii

D. Sumber Data ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Pelaksanaan ... 28

G. Analisa Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan ... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Simpulan ... 75

B. Saran ... 80

(9)

commit to user DAFTAR TABEL

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

(11)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Magang/PKL di Pusdiklat Migas Cepu Lampiran 2 : Daftar Presensi Mahasiswa Magang/Praktek

Lampiran 3 : Struktur Organigram LK3

Lampiran 4 : Kebijakan Lingkungan Pusdiklat Migas

(12)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era Industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Kemajuan ini tentunya membawa dampak positif bagi kehidupan manusia, selain itu juga menambah jumlah dan ragam sumber bahaya apabila dalam pelaksanaannya tidak menggunakan sistem yang terkontrol, antara lain akan terjadi lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses, dan sifat pekerjaan yang berbahaya, serta peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan (Depnaker dan Transmigrasi RI, 2003).

Smart people learn from experience, wise people learn from

experience of others. Kalimat bijak ini jika dikaitkan dengan industri minyak,

(13)

Bahaya yang ada oleh karena unsafe act dan unsafe condition dilakukan identifikasi tidak hanya agar kecelakaan tidak terulang lagi, tetapi masih ada faktor-faktor yang mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kecelakaan tersebut. Adanya penyelidikan tambahan agar menjadi evaluasi sehingga dihasilkan langkah koreksi yang lebih sempurna dan tepat. Bahkan hampir celaka (near miss incident) harus dibuat dan didukung data yang lengkap, agar menjadi perbaikan di kemudian hari (Gunawan, 1998).

IBPR (Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko) dan Pengendalian Risiko merupakan elemen pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. IBPR dilakukan diseluruh aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (Ramli, 2009).

Selanjutnya hasil IBPR menjadi masukan untuk penyusunan obyektif dan target K3 yang akan dicapai yang dituangkan dalam program kerja. Dimana IBPR merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3. Jika IBPR tidak dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan salah arah (misguided), acak atau virtual karena tidak mampu menangani isu pokok yang ada dalam organisasi (Ramli, 2009).

(14)

commit to user

wax (lilin). Dalam proses produksinya terdapat berbagai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh faktor pekerjaan pada manusia, peralatan atau mesin dan lingkungan. Hal tersebut berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Maka dari itu perlu penetapan risiko yang signifikan untuk menentukan langkah pengendalian yang tepat.

Melalui kegiatan observasi dan survey di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu, penulis mencoba untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi bahaya yang ada, menilai risiko dan mengendalikannya melalui laporan dengan judul ”Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu” .

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bahaya apa saja yang terdapat di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu?

2. Bagaimanakah cara penilaian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu?

(15)

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui potensi bahaya dan faktor bahaya yang terdapat di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.

2. Untuk mengetahui penilaian risiko mana yang dapat menimbulkan risiko bahaya yang signifikan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Untuk mengetahui cara pengendalian yang tepat dilakukan untuk menurunkan dan menghilangkan risiko bahaya di tempat kerja.

D.Manfaat Penelitian

1. Perusahaan

Memberikan gambaran tentang potensi bahaya dan faktor bahaya yang ada di tempat kerjanya secara lebih jelas dan mengusahakan upaya pengendalian potensi bahaya dan faktor bahaya tersebut

2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya tentang identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya di tempat kerja.

(16)

commit to user 3. Penulis

a. Dapat menambah pengetahuan di bidang keselamatan kerja khususnya mengenai identifikasi faktor bahaya dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja.

b. Dapat merencanakan tindakan pengendalian secara praktis agar penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja tidak terjadi.

c. Dapat mengetahui cara penilaian terhadap dampak kegiatan di suatu tempat kerja.

d. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan saat perkuliahan.

4. Pembaca

(17)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Identifikasi Bahaya

Menurut Tarwaka (2008), potensi bahaya adalah sesuatu yang

berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit,

kecelakaan atau bahkan dapat menyebabkan kematian yang berhubungan

dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya dapat dikelompokkan

berdasarkan katagori-katagori umum atau di dalam bab lain juga disebut

sebagai energi potensi bahaya sebagai berikut :

a. Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Haza rdous Substances)

b. Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Haza rds)

c. Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazards)

d. Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazards)

e. Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazards)

f. Potensi bahaya gravitasi dan akselerasi (Gravitational and Acceleration

Hazards)

g. Potensi bahaya radiasi (Radiation Hazards)

h. Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazards)

i. Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazards)

(18)

commit to user

k. Potensi bahaya lingkungan kerja (Enviromental Hazards)

l. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa,

proses produksi, properti, image publik, dan lain-lain.

Menurut Ramli (2009), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi

atas tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada

manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.

a. Jenis bahaya, antara lain :

1) Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda

bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual

maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong,

press, tempa, pengaduk dan lain-lain.

Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti

gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan

bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan

cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong atau

terkelupas.

2) Bahaya Listrik

Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi

listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti

kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan

kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik

(19)

3) Bahaya Kimiawi

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai

dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat

bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan

kimia antara lain keracunan yang bersifat racun (toxic), iritasi,

kebakaran, peledakan, polusi dan pencemaran lingkungan.

4) Bahaya Fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :

a) Bising

b) Tekanan

c) Getaran

d) Suhu panas atau dingin

e) Cahaya atau penerangan

f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultraviolet atau infra merah.

5) Bahaya Biologis

Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber

dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan

kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Faktor bahaya ini ditemukan

dalam industri makanan, farmasi, pertanian, kimia, pertambangan,

pengolahan minyak dan gas bumi.

b. Sumber Informasi Bahaya

(20)

commit to user

pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di

lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan

bahan (material safety data sheet) dan lainnya (Ramli, 2009).

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada proses

produksi harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk

memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu, harus

ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. Sumber bahaya yang teridentifikasi

harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk

mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem (Ramli,

2009).

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan

untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai

penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin

timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008).

Langkah pertama untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya

adalah dengan mengidentifikasi atau mengenali kehadiran bahaya di tempat

kerja. (Tarwaka, 2008)

Menurut Soehatman Ramli (2009) teknik identifikasi bahaya ada

(21)

a. Teknik Pasif

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalami secara

langsung. Metoda ini sangat rawan, karena tidak semua bahan dapat

menunjukan eksistensi sehingga dapat terlihat. Sebagai contoh, di dalam

suatu pabrik bahan kimia, terdapat berbagai jenis bahan dan peralatan.

Melakukan identifikasi pasif, ibarat menyimpan bom waktu yang dapat

meledak setiap saat.

b. Teknik Semi Proaktif

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena

kita tidak perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya

bahaya. Namun kurang efektif karena :

1) Tidak semua bahaya telah diketahui

2) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan ke pihak lain

3) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian.

c. Teknik Proaktif

Teknik terbaik untuk mengidentifikasi bahaya dengan mencari

bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang

merugikan. Teknik proaktif memiliki kelebihan :

1) Bersifat preventif

2) Bersifat Peningkatan berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya

dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.

(22)

commit to user

Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan :

a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya

b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi

Kegiatan ini dilaksanakan melalui :

a. Konsultasi orang yang mempunyai pengalaman dalam bidang pekerjaan

yang mereka sukai dan menimbulkan kegiatan bahaya.

b. Pemeriksaan-pemeriksaan fisik lingkungan kerja.

c. Catatan sakit dan cidera-cidera insiden waktu yang lalu yang

mengakibatkan cidera dan sakit, menjelaskan sumber bahaya yang

potensial.

d. Informasi identifikasi bahaya memerlukan nasehat, penelitian dan

informasi dari seseorang ahli.

e. Analisa tugas dengan membagi kedalam unsur-unsurnya maka bahaya

yang berhubungan dengan tugas dapat diidentifikasikan.

f. Sistem formal analisa bahaya, misalnya Ha zop atau Hazard (Depnaker,

1996).

Kegunaan identifikasi bahaya adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bahaya-bahaya yang ada.

b. Untuk mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun frekuensi

terjadinya.

c. Untuk mengetahui lokasi bahaya.

d. Untuk menunjukkan bahwa bahaya-bahaya tersebut telah dapat

(23)

e. Untuk menunjukkan bahwa bahaya tertentu tidak akan menimbulkan

akibat kecelakaan sehingga tidak diberikan perlindungan.

f. Untuk analisa lebih lanjut (PT. Bukit Makmur, 2003).

Untuk dapat mengidentifikasi bahaya dengan baik dan dapat

menangkap sebanyak mungkin bahaya, kita harus melakukannya dengan

teknik yang benar. Di bawah ini adalah beberapa contoh teknik dalam

mengidentifikasi bahaya :

a. Berjalanlah berkeliling dan perhatikan hal-hal yang dapat menjadi

sumber kecelakaan.

b. Jangan hiraukan hal-hal yang sepele, pusatkan perhatian pada sesuatu

yang dapat menyebabkan insiden serius.

c. Tanyakan kepada pekerja mengenai pendapat mereka tentang bahaya dari

pekerjaan yang dilakukan.

d. Cermati instruksi kerja yang dibuat oleh pabrik.

e. Pelajari catatan insiden dan catatan kesehatan pekerja di tempat tersebut.

f. Pelajari hasil temuan inspeksi terdahulu.

g. Lakukan pengamatan, terutama pada sumber-sumber energi.

h. Cermati semua jenis pekerjaan yang ada di lokasi tersebut.

i. Pertimbangkan keberadaan orang lain yang tidak selalu berada di lokasi

tersebut.

j. Perkirakan semua orang yang dimungkinkan bisa terluka akibat dari

(24)

commit to user

k. Dari setiap bahaya yang teridentifikasi, perhatikan jumlah orang dan

lamanya terkena paparan bahaya tersebut ( PT. Bukit Makmur, 2003).

Kita dapat mengidentifikasi bahaya dengan melihat catatan-catatan

insiden yang pernah terjadi dan catatan hasil inspeksi terdahulu di lokasi

tersebut. Pokok-pokok yang harus dicermati dari catatan insiden, antara lain:

a. Benda yang menjadi sumber kecelakaan (palu, sling, plat besi, dump

truck, dan lain-lain).

b. Jenis kecelakaan yang terjadi (terjepit, jatuh, tabrakan, dan lain-lain).

c. Kondisi tidak standar yang menimbulkan insiden (licin, tajam, sempit,

berdebu, dan lain-lain).

d. Tindakan tidak aman yang menimbulkan insiden (tidak pakai APD, tidak

melaksanakan prosedur, dan lain-lain).

e. Bagian tubuh yang cedera (kepala, tubuh, kaki, tangan, dan lain-lain).

f. Seksi-seksi mana yang sering ditemukan penyimpangan / deviasi pada

catatan inspeksi terdahulu,

g. Jenis-jenis deviasi / penyimpangan yang ditemukan dari hasil inspeksi

terdahulu,

h. Daerah-daerah kritis mana yang sering terlepas dari pengawasan

supervisor.

Dengan bantuan catatan insiden dan inspeksi terdahulu, kita dapat

(25)

2. Penilaian Risiko

Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian

pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008).

Setiap pekerjaan perlu dilakukan penilaian risiko untuk megetahui

kemungkinan terjadi kecelakaan pada tempat kerja, sehingga dapat

menetapkan pencegahan dan pengendalian keselamatan kerja. Tingkat

resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan

keparahan (consequence/severity) dari suatu kejadian yang dapat

menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cidera dan sakit yang mungkin

timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. Hazard banyak ditemui

di tempat kerja dan harus segera dikendalikan secepat mungkin supaya tidak

terjadi kesalahan yang fatal atau risiko bahaya yang lebih besar, karena ada

beberapa diantaranya yang dapat dikendalikan dengan sedikit biaya atau

tanpa biaya. Apabila kita akan mengendalikan suatu risiko bahaya, maka

kita harus menentukan mana yang pertama kali dilakukan untuk

mengendalikanya. Untuk menentukkan prioritas hazard yang serius atau

sangat serius maka harus dilakukan penilaian risiko untuk menentukan

(26)

commit to user

Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko Sumber : Tarwaka, 2008

Hasil dari penilaian risiko akan memudahkan kita dalam melihat

tingkat kekritisan dari bahaya, sehingga kita dapat mendudukkan

bahaya-bahaya tersebut sesuai urut-urutan dari yang memiliki tingkat kekritisan

tinggi sampai yang memiliki kekritisan rendah (PT. Bukit Makmur, 2003).

Penilaian risiko terutama ditujukan untuk menyusun prioritas

pengendalian bahaya yang telah diidentifikasi. Semakin tinggi nilai risiko

yang dikandung suatu bahaya, semakin kritis sifat bahaya tersebut, dan

berarti menuntut tindakan perbaikan atau pengendalian yang sesegera

mungkin (PT. Bukit Makmur, 2003).

Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian

risiko meliputi :

a. Menentukan personil penilai

Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh

petugas lain di luar perusahaan yang berkompeten baik dalam

pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan. TINGKAT

RESIKO

KEKERAPAN

Kemungkinan terjadinya kecelakaan atau sakit : Dinilai dari frekuensi atau durasi paparan

hazard

KEPARAHAN

Tingkat keparahan kecelakaan atau sakit : Dinilai dari jumlah orang yang terpapar

hazard pada periode

(27)

Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai

dapat merupakan suatu tim yang terdiri dari beberapa orang.

b. Menentukan obyek/bagian yang akan dinilai

Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut

bagian atau departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan

sebagainya. Penentuan obyek ini sangat membantu dalam sistematika

kerja penilai.

c. Kunjungan/Inspeksi tempat kerja

Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through survey /

Inspection” yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih

detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar

dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian

kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja,

teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait.

d. Identifikasi potensi bahaya

Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi

bahaya di tempat kerja, misalnya melalui :

1) Inspeksi/survey tempat kerja rutin.

2) Informasi mengenai data kecelakaan kerja dan penyakit, absensi.

3) Laporan dari P2K3 (Panitia Pengawas Kesehatan dan Keselamatan

Kerja), supervisor atau keluhan pekerja.

(28)

commit to user

Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi

bahaya tersebut untuk memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya

terutama pada kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi suatu

risiko.

e. Mencari informasi/data potensi bahaya

Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan,

mempelajari MSDS, petunjuk teknis, standar, pengalaman atau informasi

lain yang relevan.

f. Analisis Risiko

Dalam kegiatan ini, semua jenis risiko, akibat yang bisa terjadi,

tingkat keparahan (saverity) frekuensi kejadian, cara pencegahannya,

atau rencana tindakan untuk mengatasi resiko tersebut dibahas secara

rinci dan dicatat selengkap mungkin. Ketidaksempurnaan dapat juga

terjadi, namun melalui upaya sistematik, perbaikan senantiasa akan

diperoleh.

g. Evaluasi risiko

Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat

merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian

resiko. Kualifikasi dan kuantifikasi risiko, dikembangkan dalam proses

tersebut. Konsultasi dan nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada

tahap analisis dan evaluasi risiko.

(29)

1) Menghitung peluang insiden (probability)

Dalam menentukan peluang insiden yang terjadi di tempat kerja

kita dapat menggunakan skala berdasarkan tingkat potensinya.

Tabel 1. Nilai Kemungkinan

Nilai Kemungkinan

Tingkat Uraian Contoh Rinci

5 Hampir Pasti Terjadi

Dapat terjadi setiap saat dalam kondisi normal, akan terjadi pada semua kondisi (90%) terjadi (selalu terjadi sampai 1 kali dalam seminggu)

4 Sering Terjadi Terjadi beberapa kali dalam periode waktu tertentu, (kurang dari 1 kali dalam satu minggu sampai 1 kali dalam satu bulan)

3 Dapat Terjadi Risiko dapat terjadi namun tidak sering, (kurang dari 1 kali dalam satu bulan sampai 1 kali dalam tiga bulan)

2 Kadang-kadang Kadang-kadang terjadi (kurang dari 1 kali dalam tiga bulan sampai 1 kali dalam satu tahun)

1 Jarang Sekali Dapat terjadi dalam keadaan tertentu, pada suatu kondisi khusus/luar biasa/bertahun-tahun, (kurang dari 1 kali dalam satu tahun)

Sumber : Ramli, 2009

2) Menghitung tingkat keparahan (saverity)

Tabel 2. Nilai Keparahan (Saverity)

Nilai Keparahan

Tingkat Uraian Contoh Rinci

1 Tidak Signifikan Tidak menimbulkan kerugian/ cedara pada

manusia, tidak mengganggu kesehatan, dan

berdampak pada tempat kejadian

2 Kecil Menimbulkan cedera ringan, kerugian

kecil, menimbulkan dampak serius terhadap

kelangsungan bisnis, dan berdampak pada

(30)

commit to user Sambungan

Nilai Keparahan

Tingkat Uraian Contoh Rinci

3 Sedang Cedera berat dan dirawat di rumah

sakit, tidak menimbulkan cacat tetap,

kerugian finansial sedang, berdampak

pencemaran pada lingkungan tempat

usaha.

4 Berat Menimbulkan cedera parah dan cacat

tetap dan kerugian finansial besar,

menimbulkan dampak serius terhadap

kelangsungan usaha serta berdampak

pencemaran pada lingkungan besar

perusahaan dan masyarakat disekitar.

5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan

kerugian parah bahkan menghentikan

kegiatan usaha selamanya serta

berdampak pada lingkungan sangat

besar dan masyarakat luas.

Sumber : Ramli, 2009

3) Mengkombinasikan perhitungan peluang dan konsekuensi untuk

menentukan tingkat resiko. Level atau tingkatan resiko ditentukan oleh

hubungan antara nilai hasil identifikasi peluang bahaya dan konsekuensi.

(31)

Saverity

Probability

1 2 3 4 5

5 M H H E E

4 L M H H E

3 L M M H H

2 L L M M H

1 L L L L M

Gambar 2. Risk Matrik Peringkat Risiko Sumber : Ramli, 2009

Keterangan :

E : Extreme (Sangat Tinggi) M : Medium (sedang)

H : High (tinggi) L : Low (rendah)

Berdasarkan matrik rangking tersebut kita dapat mengidentifikasi

atau menentukan tindakan yang akan kita lakukan terhadap setiap risiko.

Ketentuan tindak lanjutnya sebagai berikut :

a) Risiko rendah

Risiko dapat diterima, pengendalian tambahan tidak perlu

dilakukan. Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa

pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar.

b) Risiko sedang

Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya

pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan

(32)

commit to user c) Risiko tinggi

Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi.

Perlu pertimbangan sumber daya yang akan dialokasikan untuk

mereduksi risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan

yang masih berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan.

d) Ekstrim

Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai

risiko telah direduksi. Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi

risiko dengan sumber daya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat

dilaksanakan (Ramli, 2009).

Penilaian risiko ini bersifat subyektif. Tetapi pengelompokan angka

nilai risiko seperti diatas akan mengurangi tingkat kesubyektifan dari

penilaian ini. Dan jika penilaian risiko dilakukan oleh tim atau kelompok,

akan lebih memperkecil kesubyektifan (PT. Bukit Makmur, 2003).

Hal terpenting dalam melakukan penilaian risiko adalah berpikir logis,

artinya tidak melebih-lebihkan kekhawatiran kita akan bahaya yang kita

nilai, tetapi jangan pula menganggap sepele dari bahaya tersebut (PT. Bukit

Makmur, 2003).

Dalam penilaian risiko, ada beberapa hal yang harus kita

memperhatikan antara lain :

a) Bahaya mempunyai sifat spesifik, tergantung pada ruang/tempat, waktu,

dan massa. Sehingga satu jenis bahaya, dapat mempunyai nilai risiko

(33)

b) Besarnya angka dari risiko tidak begitu penting. Yang terpenting adalah

langkah pengendalian risiko yang kita lakukan.

c) Lakukan tindakan perbaikan segera, jika ditemukan bahaya dengan

tingkat kekritisan sangat tinggi (PT. Bukit Makmur, 2003).

3. Pengendalian Risiko

Bahaya yang sudah diidentifikasi dan dinilai, maka selanjutnya harus

dilakukan perencanaan pengendalian risiko untuk mengurangi risiko sampai

batas maksimal.

Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki

Pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengedalian risiko adalah suatu

urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin

timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Di dalam

hirarki pengendalian risiko terdapat 2 (dua) pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan ”Long Term Gain” yaitu pengendalian berorientasi jangka

panjang dan bersifat permanen dimulai dari pengendalian substitusi,

eliminasi, rekayasa teknik, isolasi atau pembatasan, administrasi dan

terakhir jatuh pada pilihan penggunaan alat pelindung diri.

b. Pendekatan ”Short Term Gain”, yaitu pengendalian berorientasi jangka

pendek dan bersifat temporari atau sementara. Pendekatan pengendalian

ini diimplementasikan selama pengendalian yag bersifat lebih permanen

belum dapat diterapkan. Pilihan pengendalian risiko ini dimulai dari

(34)

commit to user

Hirarki Pengendalian Risiko merupakan suatu urutan-urutan dalam

pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari

beberapa tingkatan secara berurutan. Salah satunya dengan membuat

rencana pengendalian antara lain :

a. Eliminasi(Elimination)

Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat

permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas

utama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau

sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang tidak dapat

diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya

melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Cara

pengendalian yang baik dilakukan adalah dengan eliminasi karena

potensi bahaya dapat ditiadakan.

b. Substitusi (Substitution)

Cara pengendalian substitusi adalah dengan menggantikan

bahan-bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan-bahan-bahan dan

peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman.

c. Rekayasa Teknik (Engineering Control)

Pengendalian rekayasa teknik termasuk merubah struktur obyek

kerja untuk mencegah seseorang terpapar potensi bahaya. Cara

pengendalian yang dilakukan adalah dengan pemberian pengaman mesin,

(35)

beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorber suara pada

dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi, dan lain-lain.

d. Isolasi (Isolation)

Cara pengendalian yang dilakukan dengan memisahkan seseorang

dari obyek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat

tertutup (control room) menggunakan remote control.

e. Pengendalian Administrasi (Admistration Control)

Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyediakan suatu

sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar

potensi bahaya yang tergantung dari perilaku pekerjanya dan

memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian

administrasi ini. Metode ini meliputi penerimaan tenaga kerja baru sesuai

jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu

istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan,

penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training

keahlian dan training K3.

f. Alat Pelindung Diri (Administration Control)

Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi antara

terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima oleh tubuh.

Menurut modul IBPR PT. Bukit Makmur (2003), dalam

menentukan pengendalian risiko atas bahaya yang kita identifikasi, harus

(36)

commit to user

Jika telah ada, apakah kontrol tersebut telah memadai atau belum?

2).Jika belum memadai, tentukan tindakan pengendalian baru untuk

menghilangkan atau menekan resiko sampai pada tingkat serendah

mungkin.

B.Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Unit Destilasi Atmosferis

Pusdiklat Migas Cepu

Potensi Bahaya dan Faktor Bahya

Identifikasi Bahaya

Penilaian Risiko

Kondisi Aman PengendalianRisiko

Tidak ada Identifikasi Bahaya

Penyakit Akibat Kerja Kecelakaan Kerja

(37)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Potensi Bahaya

Identifikasi Potensi Bahaya

Penilaian Risiko

PengendalianRisiko

(38)

commit to user

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian diskritif. Menurut

Nurbuko (2005), metode diskritif yaitu memberikan gambaran secara jelas suatu

masalah dan keadaan berdasarkan data-data yang sebenarnya, sehingga hanya

merupakan penyingkapan suatu fakta dan data yang diperoleh serta digunakan

sebagai bahan penulisan laporan.

B.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusiklat Migas yang terletak di Jl. Sorogo No. 1

Cepu 58315, Blora, Jawa Tengah dengan mengambil lokasi di Unit Destilasi

Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.

C.Obyek Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian

Obyek penelitian ini adalah manusia, peralatan atau mesin dan lingkungan

sebagai sumber bahaya.

D. Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai

(39)

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari melakukan observasi ke tempat

kerja/lapangan, wawancara tenaga kerja dan konsultasi dengan pembimbing

lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data perusahaan serta literatur lain sebagai

sumber data. Data sekunder diperoleh di Perpustakaan Diploma III Hiperkes

dan KK, Pusdiklat Migas Cepu dan AKAMIGAS Cepu.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi Lapangan

Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung ke lapangan ini

dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya, penilaian risiko, dan

pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak

Pusdiklat Migas Cepu.

2. Wawancara

Peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan karyawan

yang berwenang dan berkaitan dengan potensi bahaya, penilaian risiko, dan

pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak

(40)

commit to user 3. Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan penulis dengan membaca buku-buku

yang ada hubungannya dengan masalah identifikasi potensi bahaya,

penilaian risiko, dan pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis

Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu, laporan-laporan penelitian yang

sudah ada, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan objek

penelitian baik dari perpustakaan Pusdiklat Migas Cepu maupun

AKAMIGAS Cepu yang dapat menunjang tentang higene perusahaan,

keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen

terkendali maupun tidak terkendali yang ada di perusahaan serta

catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian.

F. Pelaksanaan

1. Persiapan

a. Pengajuan proposal magang pada tanggal 5 Oktober 2010 yang ditujukan

kepada Kepala Bidang Program dan Kerja Sama Pusdiklat Migas Cepu.

b. Mendapatkan surat jawaban resmi pada bulan Januari dari Kepala Bidang

Program dan Kerja Sama Pusdiklat Migas Cepu melalui faximilie.

c. Membaca referensi berupa buku-buku di perpustakaan Diploma III

(41)

2. Pelaksanaan

a. Observasi ke semua unit di Pusdiklat Migas Cepu.

b. Observasi ke objek yang bersangkutan dengan judul laporan yaitu khusus

di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan MinyakPusdiklat Migas Cepu.

c. Tanya jawab dengan pembimbing, staff perusahaan maupun tenaga kerja

atau operator di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat

Migas Cepu.

d. Mencari data sebagai pelengkap baik data primer maupun data sekunder.

G.Analisa Data

Dari data penelitian yang sudah diperoleh, maka penulis berusaha untuk

menganalisa hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko

dengan membandingkan data yang diperoleh dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku seperti UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja, Kepmenaker No.51/MEN/1999 tentang Faktor Fisik Tempat Kerja,

Permenaker No. Per-02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran

Automatik, Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No.

87.K/38/DDJM/1996 tentang Tata Cara Penilaian dan Pemberian tanda

Penghargaan dalam Bidang Keselamatan Kerja Pertambangan Minyak dan Gas

Bumi dan Pengusaha Sumber Daya Panas Bumi, dan Peraturan Pemerintah No.

11 tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan

(42)

commit to user

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Diskripsi Proses Pengolahan Minyak Secara Destilasi Atmosferis

Proses pengolahan minyak mentah (crude oil) di Pusdiklat Migas Cepu dengan menggunakan proses destilasi atmosferis. Minyak mentah (crude oil) merupakan campuran yang sangat kompleks dari senyawa-senyawa hidrokarbon sebagi penyusun utamanya dan sedikit unsur Belerang, Nitrogen Oksigen, Logam-logam dan garam mineral. Sebelum proses masuk ke kilang bahan/material ikutan tersebut harus dipisahkan lebih dahulu agar tidak menganggu proses dan mengurangi mutu produk yang dihasilkan.

Minyak mentah (crude oil) sebagai suatu hasil tambang dikelompokkan beberapa jenis antara lain :

a. Crude Oil Parafinis

(43)

gasoline yang memilki spesifikasi rendah, mutu kerosene dan solarnya

baik. Minyak mentah ini banyak terdapat di daerah Kewengan. b. Crude Oil Asphaltis

Crude Oil Asphaltis adalah crude oil atau minyak mentah yang susunan hidrokarbonnya sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon tertutup / cyclisss (nefthenis maupun aromatis) ditandai spesifikasi mutu gasoline lebih tinggi, mutu kerosene titik asap rendah dan residu bersifat asphaltis, cocok untuk dibuat asphalt, dan tidak mengandung lilin. Minyak mentah ini banyak terdapat di daerah Ledok.

c. Crude Oil Campuran (Mixed)

Crude oil atau minyak mentah ini merupakan campuran dari crude

oil parafinis dan asphaltis, dan juga mengandung aromatis. Sedangkan

yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan crude oil di Unit Destilasi Pusdiklat Migas Cepu berupa crude oil campuran.

Prinsip dasar destilasi atmosferis adalah pemisahan fraksi-fraksi yang dikehendaki didasarkan atas perbedaan trayek didih (boiling range) masing-masing fraksi tersebut, dan berlangsung melalui proses pemanasan, penguapan, pemisahan, pengembunan dan pendinginan. Proses berlangsung pada tekanan sedikit di atas atmosfer sehingga disebut Destilasi Atmosferis.

(44)

commit to user 1) Pompa

Pompa berfungsi untuk mengalirkan zat cair melalui sistem perpipaan dari suatu unit ke unit lain dengan jalan menambahkan energi pada zat cair tersebut. Selain memindahkan cairan, pompa juga berfungsi untuk menambahkan kecepatan alir cairan tersebut. Jenis pompa yang dipakai di Unit Kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah jenis pompa torak, pompa sentrifugal, dan pompa ulir.

2) Heat Exchanger

Heat Exchanger berfungsi sebagai pemanasan awal dari umpan

minyak mentah (crude oil) sebelum masuk ke furnace dengan jalan mengambil panas dari aliran produk residu dan solar yang akan didinginkan.

3) Furnace

Furnace berfungsi untuk memanaskan minyak mentah sampai suhu

yang ditentukan. Tipe furnace di Unit Kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah model box dengan tube terletak pada posisi horizontal. Setiap furnace mempunyai satu burner dengan menggunakan sistem natura l

draf. Minyak mentah mengalir melalu tube-tube yang berada di bagian

(45)

4) Evaporator

Evaporator berfungsi untuk memisahkan antara uap dan cairan dari

minyak mentah yang telah dipanaskan di dalam furnace. Evaporator berupa bejana tegak yang dilengkapi dengan lubang injeksi steam pada bagian dasarnya. Injeksi steam bertujuan untuk menyempurnakan proses pemisahan di dalam evaporator, sehingga fraksi ringan yang masih bercampur dengan fraksi berat diharapkan akan keluar dari dasar evaporator dan naik bersama-sama steam menuju puncak evaporator. Evaporator ini memisahkan residu dengan campuran fraksi-fraksi seperti gasoline, kerosene, dan sola r.

5) Kolom Fraksinasi

Kolom fraksinasi berfungsi untuk memisahkan masing-masing fraksi yang dikehendaki sesuai dengan jarak titik didih masing-masing fraksi tersebut.

6) Kolom stripper

Kolom stripper berfungsi untuk menguapkan kembali fraksi-fraksi ringan yang masih bercampur dengan produk. Untuk menguapkan diberikan steam dengan cara menginjeksikan pada bagian dasar stripper. 7) Cooler

Cooler berfungsi utuk mendinginkan produk panas sebelum

(46)

commit to user

b) Tipe cooling box dengan media pendingin air (6 unit) 8) Kondensor

Kondensor berfungsi untuk mengembunkan produk uap dari puncak fraksinasi. Media pendinginnya berupa air. Produk jadi dilewatkan pada bagian shell sedang air berada di bagian tube.

9) Separator

Separator berfungsi untuk memisahkan air dan gas yang tercampur di dalam produk. Terdapat 8 unit separator yang dioperasikan.

10) Tangki Penampungan

Tangki penampungan berfungsi untuk menampung produk jadi maupun residu. Untuk tangki minyak berat (PH Solar dan residu) dilengkapi dengan pemanas agar tidak membeku dengan menginjeksikan steam agar tetap cair.

Urutan jalannya proses pengolahan minyak mentah secara destilasi atmosferis di unit kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah sebagai berikut :

a) Minyak mentah dalam tangki penampungan minyak mentah dihisap dan disalurkan oleh feed pump Heat Exchanger (HE) untuk mengalami pemanasan awal sampai menjadi antara 100-1400C. Kemudian masuk ke dalam furnace untuk dilakukan pemanasan lanjut hingga mencapai suhu antara 300-3400C berdasarkan karakteristik produk. Selanjutnya masuk evaporator untuk memisahkan antara uap produk dan residu. Residunya

(47)

b) Dari top evaporator, uap minyak yang merupakan campuran dari fraksi-fraksi solvent (petrasol), kerosene, solar dan PH Solar masuk ke kolom fraksinasi C-1 untuk dipisahkan sesuai fraksi-fraksi tersebut, yaitu dari top kolom C-1 keluar produk Petrasol yang diumpankan kembali ke kolom C-2 untuk Petrasol CA yang keluar melalui top kolom C-2 dicairkan di kondensor dan didinginkan di cooler kemudian masuk separator menuju tangki penampungan produk Petrasol CA di 114, 115, 116, dan T-117

c) Dari side stream kolom C-2 dan bottom kolom C-2 diambil sebagai produk Petrasol CB, kemudian masuk separator menuju tangki penampungan Petrasol CB di T-109 dan T-110.

d) Dari side stream paling atas kolom C-1 diambil produk Petrasol CC, kemudian masuk cooler, selanjutnya separator hingga menuju tangki penampungan Petrasol CC di T-112 dan T-113.

e) Dari side strea m tengah kolom C-1, dimabil produk kerosene kemudian masuk ke stripper kerosene. Dari bottom stripper, kerosene masuk ke dalam cooler menuju separator hingga masuk ke tangki penampung kerosene di

T-106, T-124, T-125, dan T-126.

f) Dari side stream bagian bawah kolom C-1 diambil produk solar kemudian masuk hingga tangki penampung produk solar di T-111, T-120 dan T-127. g) Dari bagian bawah kolom fraksinasi C-1 keluar produk PH-Solar langsung

(48)

commit to user

Selanjutnya dipompakan ke unit Wax Plant untuk diproses dan diambil lilin atau wax.

Produk-produk utama yang dihasilkan di Unit Destilasi Atmosferis Kilang Pusdiklat Migas Cepu antara lain :

(1). Solvent ringan atau Petrasol CA ( Pertamina solvent Cepu kualitas A) (2). Solvent sedang atau Petrasol CB ( Pertamina solvent Cepu kulaitas B) (3). Naptha

(4). Solvent berat atau Petrasol CC ( Pertamina solvent Cepu kualitas C) (5). Kerosene ( minyak tanah)

(6). PH-Solar (7). Solar (8). Residu

Kapasitas dari Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu sekitar 600 m3/hari dengan pengoperasian 4 unit furnace. Untuk saat ini hanya dioperasikan 1 unit furnace dengan kapasitas sekitar 170 m3/hari sesuai dengan permintaan dari PERTAMINA EP Region Jawa Tengah (Cepu).

2. Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu

(49)

37

37 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR)

Instansi : Pusdiklat Migas Cepu Tanggal : 16 Februari 2011

Area : Pengolahan Minyak (Kilang) Sumber : Data Primer

Proses : Destilasi Atmosferis Dibuat oleh : Oktavianus Roy Abrianto

Keterangan : P (Probability) atau Kemungkinan

S (Saverity) atau Keparahan

R (Risiko)

No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan

Risiko

Pelaksanaan

1. Tangki-101 dan Tangki-102

a. Penampungan crude oil

1) Kebakaran jika adanya nyala api

3 4 12 Tinggi Pemasangan sistem peringatan di depan pagar unit seperti dilarang membuat bunga api dan proteksi kebakaran dengan pemasangan

water drenching, hydrant dan alat

pemadam tangki seperti foam chamber

(50)

38

a. Penampungan crude oil

2) Terjatuh dari atas tangki saat pengecekan

1 5 5 Rendah Pengecekan dan pembersihan lantai tangga belum rutin dilaksanakan, tetapi untuk APD saat menaiki tangga sudah sesuai dengan memakai safety shoes,

safety helmet, dan safety belt

3) Terpeleset

tumpahan minyak

4 1 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan, bila ada bocoran atau ceceran segera ditangani dan memakai APD saat bekerja seperti safety shoes, safety

helmet dan safety google, tetapi

spesifikasi dari alas karet safety

shoes belum sesuai dengan

karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpeleset 4) Kebocoran ada yang bocor, memakai APD

(safety shoes, safety helmet,

sarung tangan karet dan safety

googles) dan bila terkena minyak

terdapat tempat cuci tangan.

(51)

39

b. Pemisahan air dan

crude oil

Terpleset ceceran minyak yang tercampur air

4 1 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan, bila ada bocoran atau ceceran segera ditangani dan memakai APD

(safety shoes, safety helmet dan

safety googles) tetapi spesifikasi

dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpeleset

c. Penetralan listrik statis pada setiap tangki timbun

3 4 12 Tinggi Pemasangan penetral listrik statis yang dipasang pada tiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah terjadi listrik statis, serta terdapat water

drenching untuk mendinginkan

tangki dan alat pemadam tangki seperti foam chamber untuk menanggulangi apabila terjadi kebakaran

(52)

40

a. Menyalurkan crude oil ke HE

1) Tersengat aliran listrik oleh mesin saat

pengoperasian

1 5 5 Sedang Pemasangan instalasi listrik sudah sesuai hanya kurang rutin dalam pengecekan dan penggantian komponen secara berkala, penggunaan APD saat bekerja seperti safety shoes dan sarung tangan kulit pada saat

mengoperasikan.

2) Kebocoran crude oil pada

sambungan pipa penyalur ke HE

1 2 2 Rendah Pemeriksaan rutin pada setiap pipa penyalur crude oil dari tangki timbun sampai HE sebelum operasional.

b. Sampling point 1) Ceceran minyak

di washtafel dan penggunaan APD seperti sarung tangan karet saat bekerja.

(53)

41 saat bekerja dalam waktu yang lama, tetapi letak sampling point

dekat area terbuka sehingga bau

crude oil tidak terlalu menyengat.

3) Cipratan minyak penutup muka atau safety googles

serta sarung tangan karet saat berada di tempat yang

mengeluarkan percikan minyak, dan penyediaan tempat cuci di

control room

c. Pemisahan air dan minyak di separator ada ceceran minyak segera dibersihkan dan penggunaan APD saat bekerja seperti safety

shoes tetapi spesifikasi dari alas

karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpleset

(54)

42

c. Pemisahan air dan minyak di separator atas parit, tetapi banyak yang hilang dicuri sehingga kaki operator sering terperosok ke dalam parit terutama pada saat

shift malam

3) Cipratan minyak yang dapat mengenai mata

2 2 4 Rendah Pembukaan kran pemisah minyak dan air secara hati-hati,

penggunaan APD seperti safety

googles atau kacamata

3. Furnace a. Pompa pengisian

bahan bakar

1) Kebakaran bila ada bunga api

3 4 12 Tinggi Pengaturan tekanan pompa bahan bakar serta pemasangan alat proteksi kebakaran seperti APAR di setiap tiang penyangga.

2) Konsleting Listrik

1 5 5 Sedang Pemasangan instalasi pompa listrik sudah sesuai hanya kurang rutin dalam pengecekan dan penggantian komponen secara berkala sehingga pernah terjadi percikan api karena konsleting listrik

(55)

43 jumlahnya tidak banyak dan operator jarang menggunakan karena merasa kurang nyaman. 3) Paparan panas

saat pemantauan

pilot flare

3 2 6 Sedang Dapur pembakaran terbuat dari bau bata sebagai salah satu isolator dan menggunakan APD (sarung tangan dari kain) saat membuka tutup cerobong untuk pengecekan api pembakaran 4) Bising dari dapur

pembakaran sebesar 90 dB selama 2 jam

1 5 5 Sedang Dapur pembakaran dekat dengan ruang terbuka sehingga sekilas tidak terdengar bising,

penggunaan APD (ear plug / ear muff) bila dalam waktu yang lama (lebih dari 2 jam), tetapi operator kurang sadar dalam pemakaiannya karena merasa kurang nyaman.

(56)

44 disalurkan ke parit, tetapi sudah rusak sehingga untuk menampung tetesan dengan wadah dari besi.

6) Terpeleset ceceran air

4 1 4 Rendah Pembersihan belum rutin

dilakukan, operator menggunakan APD seperti safety shoes

c. Penggunaan gas flare

dan gas LPG sebagai

pilot fire

1) Kebakaran karena bunga api yang berlebihan

3 5 15 Tinggi Peletak tabung gas jauh dari pematik api dan penyediaan APAR pada setiap sudut dan tiang penyangga.

2) Kebocoran gas di saluran pipa

2 2 4 Rendah Pengecekan pipa rutin dilakukan tetapi perbaikan pipa yang bocor cenderung lambat serta

penggunaan APD seperti respirator gas tetapi jumlahnya tidak banyak dan jarang

dilakukan operator karena merasa kurang nyaman.

(57)

45

1) Pemanasan awal di HE

a) Kebakaran oleh karena bunga api

3 4 12 Tinggi Pemasangan APAR yang sangat mudah di jangkau dan sudah sesuai kebutuhan

b) Paparan panas dari produk maupun steam

4 2 8 Sedang Pemberian isolator pada setiap pipa, tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunan APD seperti sarung tangan dari kain.

c) Terpeset ceceran minyak di lantai

4 2 8 Sedang Pembersihan secara rutin dan penggunaan APD seperti safety shoes jauh jaraknya dan sesuai kebutuhan gas bila dalam waktu yang lama

(58)

46

tekanannya dibuang lewat relief valve tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api Evaporator memisahkan

fasa uap dan fasa cair (bagian bawah) penggunaan APD seperti safety

shoes dan safety helmet

d) Kebocoran uap minyak atau steam di

sambungan pipa

2 4 8 Sedang Proteksi dengan pengadaan APAR di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api Pemberian isolasi terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles

(59)

47 tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain.

f) Terpleset ceceran minyak atau air

2 1 2 Rendah Penggunaan APD safety shoes

dan safety helmet saat bekerja

c. Lantai 2 Terdapat kolom C-1

tekanannya dibuang lewat relief valve

b) Kebakaran oleh karena bunga api

3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles

(60)

48 tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain.

e) Tersandung sehingga terjatuh

2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD

safety shoes dan safety helmet

f) Terpleset ceceran minyak atau air

3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes

dan safety helmet saat bekerja.

d. Lantai 3 Terdapat kolom 2, C-3, C-4, dan C-5 untuk

tekanannya dibuang lewat relief valve

b) Kebakaran oleh karena bunga api

3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles

(61)

49 tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain.

e) Tersandung sehingga terjatuh

2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD

safety shoes dan safety helmet

f) Terpleset ceceran minyak atau air

3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes

dan safety helmet saat bekerja.

e. Lantai 4 Terdapat evaporator (top

coulom)

a) Ledakan karena tekanan berlebih

3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih

tekanannya dibuang lewat relief valve tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles

(62)

50 tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain.

safety shoes dan safety helmet

f) Terpleset ceceran minyak atau air

3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes

dan safety helmet saat bekerja.

f. Lantai 5 Terdapat kolom C-1A dan C-1B

tekanannya dibuang lewat relief valve tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles

(63)

51 tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain.

safety shoes dan safety helmet

f) Terpleset ceceran minyak atau air

3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes

dan safety helmet saat bekerja.

g. Lantai 6 Terdapat top kolom C1A dan C-1B

tekanannya dibuang lewat relief valve

b) Kebakaran karena timbulnya bunga api

3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR di tiap ujung tangga dan injeksi

steam untuk mencegah timbulnya

api. sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles

(64)

52 tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain.

e) Tersandung sehingga terjatuh

2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD

safety shoes dan safety helmet

f) Terpleset ceceran minyak atau air

3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes

dan safety helmet saat bekerja.

5. Kondesor

pembuangan air saat pengurasan lebih hati-hati dan penggunaan APD seperti safety shoes dan

safey helmet saat bekerja

Cooler digunakan untuk

mendinginkan produk

pengecekan serta perbaikan harus sesuai SOP/Work Permit dan memakai APD seperti safety

shoes dan safey helmet

(65)

53 depan pagar unit seperti dilarang membuat bunga api dan proteksi kebakaran dengan pemasangan

water drenching, hydrant dan alat

pemadam tangki seperti foam chamber ada yang bocor, memakai APD

(safety shoes, safety helmet,

sarung tangan karet dan safety

googles)

3) Terpeleset

tumpahan minyak

2 2 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan, bila ada bocoran atau ceceran segera ditangani dan memakai APD saat bekerja seperti safety shoes, safety

helmet dan safety google

4) Terjatuh dari atas tangki saat pengecekan

1 4 4 Rendah Pengecekan dan pembersihan lantai tangga belum rutin dilaksanakan, tetapi untuk APD saat menaiki tangga sudah sesuai dengan memakai safety shoes,

safety helmet, dan safety belt

(66)

54

b. Penetral listrik statis pada setiap tangki

3 4 12 Tinggi Pemasangan penetral listrik statis yang dipasang pada tiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah terjadi listrik statis, serta terdapat water

drenching untuk mendinginkan

tangki dan alat pemadam tangki seperti foam chamber untuk menanggulangi apabila terjadi baik hanya penataan yang kurang rapi dan belum diberikan isolasi.

2) Oli kiriman dari bolier sehingga tetapi operator dari unit masuk ke

control room tidak melepas safety

shoes sehingga lantai licin karena

(67)

commit to user B.Pembahasan

Dari hasil observasi langsung dan wawancara kepada beberapa operator didapatkan penilaian dan signifikan risiko identifikasi bahaya serta pengendalian bahaya yang telah dilakukan di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu dalam upaya peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga dapat kita ketahui bahwa :

1. Unit Tangki-101 dan Tangki-102

Terdapat proses penampungan minyak mentah (crude oil) dan pemisahan air dengan minyak mentah (crude oil).

Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa : a. Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi di proses penampungan minyak

mentah yaitu kebakaran dari timbulnya nyala api maupun loncatan listrik statis.

Bahaya kebakaran dapat menyebabkan bencana yang berakibat fatal bila terjadi. Tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga dapat meghancurkan seluruh aset instansi. Untuk itu Pusdiklat Migas Cepu melakukan tindakan pengendalian antara lain pemasangan penetral listrik statis pada setiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah timbulnya listrik statis (loncatan listrik) yang sudah sesuai dengan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 20 ayat 1 berbunyi “ Pengamanan terhadap

(68)

commit to user

56

Gas Bumi pasal 5 ayat (7) “ Semua peralatan, bangunan dan instalasi

yang dapat menimbulkan kemungkian terjadinya arus listrik yang

diakibatkan oleh petir, arus liar, muatan statis dan sebagainya, harus

dilangkapi dengan suatu sistim untuk meniadakannya” dan lebih spesifik

pada Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan pemasangan

alarm system sebagai peringatan awal, water drenching untuk

mendinginkan tangki dan terdapat alat pemadam seperti foam chamber dan hydrant. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik dan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. Pada Bab XIX pasal 34 (3), “Instalasi pemadam kebakaran yang permanen disamping dilengkapi dengan sistim pemompaan utama harus dilengkapi pula dengan sistim pemompaan tambahan yang tidak tergantung pada jaringan pusat tenaga listrik tempat pemurnian dan pengolahan”.

b. Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang tidak ada.

(69)

commit to user

Untuk pengendalian atau penurunan risiko dari bahaya terpleset ceceran minyak mentah yang tercampur air dengan cara pembersihan ketika terjadi ceceran telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas

Bumi pasal 8 ayat (1) “Tempat kerja harus bersih dan dipelihara dengan

baik” dan harus memakai APD pakaian kerja, safety shoes, safety helmet,

telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 13 yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan

Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan

dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang

jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh

masing-masing pekerja”, hanya saja spesifikasi dari alas karet safety shoes belum

sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpeleset.

Bahaya yang mempunyai nilai risiko rendah seperti kebocoran pipa saat pengisian, tersengat listrik apabila ada perbedaan potensial antara grounding dengan pipa dan terjatuh dari tangga saat pengecekan tidak

Gambar

Tabel 2. Nilai Keparahan (Saverity) .............................................................
Gambar 3. Kerangka Pemikiran ...................................................................
Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko Sumber : Tarwaka, 2008
Tabel 1. Nilai Kemungkinan Nilai Kemungkinan
+4

Referensi

Dokumen terkait

1) Identifikasi potensi bahaya. 2) Penilaian risiko sebagai akibat manifestasi potensi bahaya. 3) Penentuan cara pengendalian untuk mencegah atau mengurangi kerugian. 5)

Setelah melakukan identifikasi risiko dan penilaian risiko selanjutnya adalah melakukan pengendalian bahaya yang bertujuan untuk dapat menghilangkan bahaya yang

Faktor kandungan senyawa metabolit sekunder ini berperan penting dalam mempengaruhi aktivitas antibakteri karena golongan senyawa metabolit sekunder yang tersari jumlahnya

1.Penerapan manajemen risiko dalam proses blasting secara umum telah dilakukan sesuai dengan prosedur tentang Identifikasi Bahaya, penilaian dan pengendalian

[r]

*te yang berbeda pada laporan keuangan dinilai pada 'aktu yang berbeda, dengan hasil bah'a rasio dapat berubah dari 'aktu ke 'aktu eskipun !aktor yang endasari

Dalam proses pembangunan dan pengembangan prasarana bandar udara pada umumnya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 0% studi kelayakan $ feasibility  study% pembangunan bandar

Untuk itu, keyakinan terhadap arah kiblat masjid yang didirikan oleh wali dan meyakini sampai sekarang tentang kebenaran arah tersebut tanpa melihat disiplin