HUBUNGAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN PERSONAL HYGIENEDENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA PEKERJA
PENGANGKUT SAMPAH DI WILAYAH I KOTA MEDAN TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH:
ASTRI WAHYUNI PASARIBU 121021105
Program Studi S1 KesehatanMasyarakat
FakultasKesehatanMasyarakat
Universitas Sumatera Utara
Medan
HUBUNGAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA PEKERJA
PENGANGKUT SAMPAH DI WILAYAH I KOTA MEDAN TAHUN 2014
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH:
ASTRI WAHYUNI PASARIBU 121021105
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Medan
ABSTRAK
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan. Salah satu penyakit yang dapat terinfeksi dari sampah adalah infeksi cacing dan orang yang beresiko mengalami kejadian kecacingan adalah pekerja pengangkut sampah. Untuk itu perlu mengetahui hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di Wilayah I Kota Medan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di Wilayah I Kota Medan tahun 2014.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey berifat analitik dengan sampel sebanyak 42 responden yang dipilih dengan purposive sampling. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan kuesioner dan juga melakukan pemeriksaan kecacingan pada feses responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan alat pelindung diri dengan kejadian kecacingan (p=0.000), dan tidak ada hubungan personal hygiene dengan kejadian kecacingan (p=0.786). Diharapkan bagi Dinas Kebersihan Kota Medan agar menyesuaikan jenis dan bahan alat pelindung diri dengan kebutuhan pekerja pengangkut sampah dan juga Dinas Kebersihan Kota Medan dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dalam upaya memberikan penyuluhan kepada pekerja pengangkut sampah tentang penggunaan alat pelindung diri dan kebersihan diri pada saat bekerja sehingga mereka dapat terhindar dari penyakit.
ABSTRACT
Poor waste management can have a negative effect on health. One of the diseases that can be infected from waste is worm infection and those who are at risk of worm disease incidence are garbage workers. So we need to know the relationship of personal protective equipment and personal hygiene with worm disease incidence in the garbage workers Region I Medan.
The purpose of this study was to determine the relationship of personal protective equipment and personal hygiene with worm disease incidence garbage workers Region I Medan in 2014.
This research is analytic survey, with sample 42 respondents that selected by purposive sampling. The method used a questionnaire and interviews with intestinal worms in the stool examination respondents.
The results showed that there are association of personal protective equipment with worm disease incidence (p = 0.000), and there are no association of the personal hygiene with worm disease incidence (p = 0.786). The Sanitation Department of Medan is expected in order to adjust the type and materials of personal protective equipment to the workers and also The Sanitation Department of Medan collaboration with the Health Department of Medan in an effort to educate workers about the use of garbage personal protective equipment and do hygiene at work so that they can avoid the worm diseases incidence.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Hubungan Alat Pelindung Diri dan Personal Hygiene dengan Kejadian Kecacingan Pada Pekerja Pengangkut Sampah di Wilayah I Kota Medan Tahun 2014”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat dai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang dalam penulisannya tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, MKes, selaku Ketua Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan selaku Dosen Penasehat
Akademik selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Sumatera Utara.
3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang
4. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi
yang luar biasa.
5. Ibu Umi Salmah, SKM, MKes, selaku Dosen Penguji I
6. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji II
7. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
beserta seluruh Dosen dan staf/pegawai di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Bapak Ir. H. Endar Sutan Lubis, M.Si, selaku Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan beserta staf/pegawai yang telah memberikan
izin dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan juga
kepada pihak UPTD Terjun yang telah memberikan bantuan selama
penulis melaksanakan penelitan.
9. Ayahanda H. Rinto Pasaribu dan Ibunda Hj. Resialam Sitompul atas
cinta dan kasih sayang, do’a, perhatian, dan dukungan yang tidak
terbatas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, serta
Abang dan Kakakanda Rahmad Parulian Alamsyah Pasaribu, ST dan Rini Dina Melani, SS, Kakanda Marlina Putri Pasaribu, SSi dan Adinda Fitri Elfridha, SH untuk dukungan dan pengorbanannya.
10.Teman dan adik (Wiki Anggraini, AMKeb, Siti Rahma, AMKeb, Dina
Mustika AMKeb, Putri Devianti AMKeb, Dian Permata Nst, AMKeb,
11.Teman-teman seperjuangan di K3 (Fira, Nur, Hermin, Eva, Qoyul,
Alex, Jhon, Andi, Manda, Ponco, Imam, Roni, Frans, Sandro, Indra)
12.Semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan
dalam skripsi ini, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Dalam hal ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... x
3.3.2. Sampel ... 27 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33
4.1.2. Visi dan Misi Dinas Kebersihan Kota Medan ... 32
4.1.3. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan ... 34
4.1.4. Tujuan, Sasaram, Kebijakan dan Program Dinas Dinas Kebersihan Kota Medan ... 34
4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi ... 37
4.2. Karakteristik Responden ... 40
4.2.1. Umur ... 40
4.2.2. Jenis Kelamin ... 41
4.2.3. Lama Bekerja ... 41
4.2.4. Tingkat Pendidikan ... 41
4.3. Alat Pelindung Diri yang Dipakai Responden ... 42
4.4. Personal Hygiene Responden ... 42
4.5. Kecacingan ... 43
4.6. Analisa Bivariat ... 44
4.6.1. Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Kecacingan ... 44
4.6.2. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Kecacingan ... 45
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Pekerja Sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan ... 47
5.2. Alat Pelindung Diri dan Kejadian Kecacingan ... 50
5.3. Personal Hygiene dan Kejadian Kecacingan ... 52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 54
6.2. Saran ... 54
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Kelompok Umur di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 41
Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Lama Bekerja di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 41
Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 42
Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Alat Pelindung Diri di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 42
Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Personal Hygiene di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 43
Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Pemeriksaan Kecacinngan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 43
Tabel 4.7 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Jenis Cacing di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 44
Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Kecacingan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 44
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
Nama : Astri Wahyuni Pasaribu
Tempat : Sibolga
Tanggal Lahir : 2 Juli 1986
Suku Bangsa : Batak
Agama : Islam
Nama Ayah : H. Rinto Pasaribu
Suku Bangsa Ayah : Batak
Nama Ibu : Hj. Resialam Sitompul
Suku Bangsa Ibu : Batak
Pendidikan Formal
1. SD Inpres 084094 Sibolga / 1998
2. MTs Darur Rachmad Sibolga / 2001
3. SMA Negeri 1 Sibolga / 2004
4. Akademi Kebidanan Sehat Medan / 2008
ABSTRAK
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan. Salah satu penyakit yang dapat terinfeksi dari sampah adalah infeksi cacing dan orang yang beresiko mengalami kejadian kecacingan adalah pekerja pengangkut sampah. Untuk itu perlu mengetahui hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di Wilayah I Kota Medan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di Wilayah I Kota Medan tahun 2014.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey berifat analitik dengan sampel sebanyak 42 responden yang dipilih dengan purposive sampling. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan kuesioner dan juga melakukan pemeriksaan kecacingan pada feses responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan alat pelindung diri dengan kejadian kecacingan (p=0.000), dan tidak ada hubungan personal hygiene dengan kejadian kecacingan (p=0.786). Diharapkan bagi Dinas Kebersihan Kota Medan agar menyesuaikan jenis dan bahan alat pelindung diri dengan kebutuhan pekerja pengangkut sampah dan juga Dinas Kebersihan Kota Medan dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dalam upaya memberikan penyuluhan kepada pekerja pengangkut sampah tentang penggunaan alat pelindung diri dan kebersihan diri pada saat bekerja sehingga mereka dapat terhindar dari penyakit.
ABSTRACT
Poor waste management can have a negative effect on health. One of the diseases that can be infected from waste is worm infection and those who are at risk of worm disease incidence are garbage workers. So we need to know the relationship of personal protective equipment and personal hygiene with worm disease incidence in the garbage workers Region I Medan.
The purpose of this study was to determine the relationship of personal protective equipment and personal hygiene with worm disease incidence garbage workers Region I Medan in 2014.
This research is analytic survey, with sample 42 respondents that selected by purposive sampling. The method used a questionnaire and interviews with intestinal worms in the stool examination respondents.
The results showed that there are association of personal protective equipment with worm disease incidence (p = 0.000), and there are no association of the personal hygiene with worm disease incidence (p = 0.786). The Sanitation Department of Medan is expected in order to adjust the type and materials of personal protective equipment to the workers and also The Sanitation Department of Medan collaboration with the Health Department of Medan in an effort to educate workers about the use of garbage personal protective equipment and do hygiene at work so that they can avoid the worm diseases incidence.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian pembangunan nasional.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 152 menyatakan bahwa
Pemerintah Daerah dan masyarakat bertanggung jawab melakukan upaya
pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit menular, dilakukan untuk
melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit. Penanganan penyakit menular
dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, dan rehabilitatif bagi individu atau
masyarakat (Depkes RI, 2009).
Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan
pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan
pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia
kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi
dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Pembangunan kesehatan
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis (SKN, 2012).
Berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia untuk memenuhi
kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan dan minuman dan barang
buangan yang sudah tidak dibutuhkan oleh manusia yang disebut sampah
(Chandra, 2007).
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai
lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu
kegiatan manusia dan dibuang. Sampah erat kaitannya dengan kesehatan
masyarakat, karena dari sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai
mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri pathogen) (Notoatmodjo, 2007).
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh
negatif bagi kesehatan. Penyakit bawaan sampah sangat luas, dan dapat berupa
penyakit menular, tidak menular, dapat juga berupa kebakaran, keracunan, dan
lain-lain. Penyebabnya dapat berupa bakteri, jamur, cacing dan zat kimia (Slamet,
2009).
Salah satu penyakit yang dapat terinfeksi dari sampah adalah infeksi
cacing. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar
dan menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit cacing
adalah penyakit rakyat umum, infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh
beberapa cacing sekaligus. Diperkirakan lebih dari 60% anak-anak di Indonesia
menderita suatu infeksi cacing, rendahnya mutu sanitasi menjadi penyebabnya.
Pada anak-anak, cacingan akan berdampak pada gangguan kemampuan untuk
belajar, dan pada orang dewasa akan menurunnya produktivitas kerja. Dalam
jangka panjang, hal ini akan berakibat menurunnya produktivitas kerja dan
Permasalahan sampah dapat ditangani dengan mengelolanya secara tepat
dan benar. Dengan adanya tenaga kerja dalam mengatasi masalah tersebut
diharapkan mampu untuk memberi yang terbaik untuk menurunkan akibat-akibat
kesehatan yang ditimbulkan oleh sampah. Namun, tenaga kerja dalam hal ini juga
perlu untuk dilindungi. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang
cukup luas, antara lain perlindungan keselamatan kerja dan kesehatan. Maksud
perlindungan ini adalah agar tenaga kerja secara umum melaksanakan
pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi, karena itu keselamatan
kerja merupakan segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Penggunaan alat
pelindung diri seperti pakaian kerja yang sesuai akan mengurangi kemungkinan
terjadi kecelakaan atau luka-luka (Daryanto, 2003).
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,
personal protective equipment atau alat pelindung diri didefenisikan sebagai alat
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja, baik
yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Alat
pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai
kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang lain (Ridley,
2008).
Menurut Sri Maywati (2013) tentang Kontribusi Penggunaan Alat
Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Studi Pada Petugas
Pengangkut Sampah) di Kota Tasikmalaya menunjukkan 46% responden
Ascaris lumbricoides, yaitu sebanyak 17 responden (73,91%). Praktek selalu
menggunakan alat pelindung diri lengkap setiap bekerja hanya dilakukan oleh 14
orang (28%), dan 16 orang (32%) tidak pernah menggunakan alat pelindung diri
lengkap pada saat bekerja.
Selain penggunaan alat pelindung diri, kebersihan diri juga sangat
penting untuk pekerja dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Kebersihan diri
merupakan tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikisnya. Dalam penelitian sebelumnya oleh Farikhun
(2010) tentang Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Kecacingan pada
Pekerja pengangkut sampah di Kota Pekalongan menunjukkan bahwa kejadian
kecacingan lebih banyak terjadi pada pekerja yang hygiene perorangannya tidak
baik dan yang tidak menggunakan alat pelindung diri. Dari hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara hygiene perorangan dan
pemakaian alat pelindung diri dengan kejadian kecacingan.
Berdasarkan survey awal penulis, penanganan sampah di Kota Medan
dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan dan dibagi dalam 2 (dua) wilayah.
Setiap wilayah mempunyai petugas pengangkut sampah Bestari (becak/gerobak
sampah), Melati (penyapu jalan), supir dan kernet truk sampah. Para pekerja yang
menjadi kernet truk sampah mengangkut sampah dari di tiap tempat di wilayah
kerjanya dengan alat yang sudah disediakan berupa keranjang dan garpu. Alat
yang disediakan untuk mengumpul sampah ini jarang digunakan. Para pekerja
lebih sering menggunakan benda-benda yang ada di sekitar tempat sampah atau
dalam truk sampah. Para pekerja memulai pekerjaannya dari pagi sekali sekitar
pukul 06.00 WIB dengan waktu istirahat yang tidak dapat ditentukan sampai
semua sampah di wilayah kerjanya selesai diangkut ke truk sampah. Dalam
pengamatan penulis banyak pekerja pengangkut sampah yang tidak menggunakan
alat pelindung kaki yang tertutup (sepatu boot), sarung tangan, masker, topi,
pakaian kerja ketika berkerja dan kurang memperhatikan personal hygienenya
seperti kuku yang tidak dipotong, makan atau merokok pada saat bekerja.
Oleh karena itu pekerja pengangkut sampah sangat beresiko terkena
penyakit yang berkaitan dengan cacing. Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pemakaian alat pelindung diri dan
personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di
Kota Medan.
1.2. PerumusanMasalah
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui hubungan alat pelindung
diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut
sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene
dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di Dinas
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut
sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan,
2. Untuk mengetahui hubungan personal hygiene terhadap kejadian
kecacingan,
3. Untuk mengetahui hubungan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap
kejadian kecacingan.
1.4. Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian kecacingan
2. Ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian kecacingan
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pekerja pengangkut sampah agar
memperhatikan pemakaian alat pelindung diri dan personal hygiene agar
tidak terkena penyakit yang berhubungan dengan sampah,
2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Medan, khususnya Dinas
Kebersihan Kota Medan tentang hubungan alat pelindung diri dan personal
hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di
Dinas Kebersihan Kota Medan,
3. Sebagai bahan masukan/informasi bagi mahasiswa yang ingin melakukan
4. Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Sampah 2.1.1. Definisi Sampah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentu padat (Sarudji, 2010).
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
2.1.2. Jenis Sampah
Sampah padat dibagi menjadi beberapa kategori (Chandra, 2006), sebagai
berikut:
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalam sampah dibedakan
menjadi:
a. Sampah organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
b. Sampah in-organik, misalnya logam, pecah-belah, abu, dan
lain-lain.
2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar.
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, plastik, daun kering,
b. Sampah yang sukar terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas, dan
lain-lain.
3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk.
a. Sampah yang mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan
daging, dan sebagainya.
b. Sampah yang sukar membusuk, misalnya plastik, karet, kaleng, dan
sebagainya.
4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah
a. Garbage (sampah mudah membusuk)
Terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan
cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali
menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat
pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.
b. Rubbish, terbagi menjadi dua:
1) Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya
kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.
2) Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik,
misalnya kaca, kaleng, dan sebagainya.
c. Ashes (abu)
Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di
rumah, di kantor, maupun industri.
Sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.
e. Dead animal (bangkai binatang)
Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau
kecelakaan.
f. House hold refuse
Yaitu sampah campuran yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang
berasal dari daerah perumahan.
g. Abandoned vehicles (bangkai kendaraan)
Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api,
satelit, kapal laut, dan alat transportasi lainnya.
h. Sampah industry
Terdiri dari sampah padat yang berasal dari pertanian, perkebunan, dan
industri.
i. Demolotion wastes, berasal dari sisa-sisa pembangunan gedung.
j. Contruction wastes, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung,
seperti tanah, batu, dan kayu.
k. Santage solid
Terdiri dari benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat,
pada pintu masuk suatu pusat pengolahan limbah cair.
Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam
pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif, dan zat
yang toksis.
2.1.3. Sampah dan Kesehatan
Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dijelaskan sebagai berikut
(Sarudji, 2010):
1. Sampah sebagai sarang vektor dan binatang pengerat
Sampah terutama yang mudah membusuk (garbage) merupakan sumber
makanan lalat dan tikus. Lalat dan tikus merupakan vektor penyakit yang
mempunyai kebiasaan hidup di sekitar kegiatan manusia karena manusia
secara tidak sadar telah menyediakan makanan bagi mereka. Kontaminasi
oleh lalat atau tikus terhadap makanan disebabkan karena kebiasaan
mereka hidup di tempat yang kotor (sampah) dan juga kebiasaan
menjamah makanan manusia.
2. Sampah sebagai sumber infeksi
Sumber infeksi adalah zat atau bahan dimana hidup agen (penyebab)
penyakit sebelum agen penyakit mencapai host yang baru. Seringkali
sampah tercampur dengan kotoran manusia atau vomitus dan bahan lain
yang berasal dari penderita yang bersifat infeksius. Kontak antara manusia
dan sampah dapat langsung maupun melalui vektor penyakit.
Pembuangan sampah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
masyarakat/lingkungan seperti open dumping akan berpotensi mencemari
tanah dan air tanah di dalamnya. Hasil penguraian maupun bahan kimia
toksik yang terdapat dalam sampah akan terbawa oleh lindi (leachate)
sampai akhirnya mencapai air tanah.
4. Sampah berbahaya
Sifat sampah ada yang membahayakan kehidupan/kesehatan manusia yang
dikelompokkan dalam sampah berbahaya (hazardous waste). Ada yang
bersifat toksik seperti sampah kimia yang dihasilkan oleh kegiatan industri
kimia tertentu, sampah pestisida, dan sampah dari laboratorium kimia.
Sampah berbahaya lainnya adalah sampah infeksius, sampah eksplosif,
sampah mudah terbakar, dan sampah radioaktif.
5. Sampah mengganggu estetika
Sampah, baik bentuk atau wujud maupun baunya sudah menimbulkan
kesan tidak estetis.
2.2. Tinjauan Umum Kecacingan 2.2.1. Infeksi Kecacingan
Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang
masihbanyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapatkan
perhatian (neglected diseases). Salah satu jenis penyakit dari kelompok ini adalah
penyakit kecacingan yang diakibatkan oleh infeksi cacing kelompok Soil
Transmitted Helminth (STH), yaitu kelompok cacing yang siklus hidupnya
diseases tersebut merupakan penyakit tersembunyi atau silent diseases, dan
kurang terpantau oleh petugas kesehatan.
2.2.2. Morfologi dan Daur Hidup
1. Morfologi dan Daur Hidup Ascariasis lumbricoides (Cacing cambuk) Cacing jantan berukukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-35 cm.
Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur
100.000-200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang di buahi dan yang tidak di
buahi. Telur yang dibuahi besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron dan yang tidak di
buahi 90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang di buahi
berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk
infektif ini bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus
dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe lalu dialirkan ke
jantung kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus
dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian
naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea, larva ini menuju
laring sehingga menimbulkan rangsangan pada laring. Penderita batuk karena
rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esophagus lalu menuju ke usus
halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang
tertelan di perlukan waktu kurang lebih 2 bulan. Gejala yang muncul akibat cacing
organ yang dilalui cacing pada siklus hidupnya, maka keluhan klinis sering
berasal dari organ tersebut. Gejala penyakit berkisar dari yang ringan berupa
batuk sampai yang berat seperti sesak napas. Gejala yang disebabkan cacing
dewasa dapat bervariasi mulai dari pertumbuhan lumen usus karena banyaknya
cacing, kemudian cacing berjalan ke jaringan hati, sampai muntah cacing yang
bisa menyumbat saluran napas (Syamsu: 2001).
2. Morfologi dan Daur Hidup Trichuris trichiura (Cacing gelang)
Cacing betina kira panjangnya 5 cm, sedangkan cacing jantan
kira-kira 4 cm. Bagian anterior halus seperti cambuk panjangnya kira-kira-kira-kira dari panjang
seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina
bentuknya membulat tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu
spikulum. Cacing dewasa ini hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian
anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. Seekor cacing
betina di perkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3.000-10.000 butir telur.
Telur berukuran 50-54 x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam
penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna
kekuning- kuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur yang di buahi di keluarkan
dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3 minggu
di tanah. Telur matang yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk
infektif. Cara infeksi langsung yaitu bila secara kebetulan hospes menelan telur
matang, larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus.
Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah
pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina
meletakkan telur kira-kira 30-90 hari. Penyakit cacing cambuk biasanya tanpa
gejala (asimtomatis). Infeksi berat bisa menyebabkan anemia ringan dan diare
berdarah (bloody) sebagai konsekuensi kehilangan darah karena penghisapan oleh
cacing. Pada kasus yang jarang dapat terjadi prolaps recti. Diagnosis didapatkan
dari adanya telur atau cacing dewasa dalam tinja. Cacing trichuris hidup di sekum;
pada infeksi berat, terutama pada anak, ia tersebar diseluruh kolon dan rektum.
Cacing ini dapat mengisap darah hospesnya, sehingga menimbulkan anemia, berat
badan turun, dan kadang-kadang di sertai prolaps rektum.
3. Morfologi dan Daur Hidup Hookworms (Cacing tambang)
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan mulut yang melekat di
dinding mukosa dinding usus. Cacing betina N. americanus tiap hari
mengeluarkan telur kira-kira 9000 butir, sedangkan A.duodenale kira-kira 10.000
butir. Cacing betina berukuran panjang kurang lebih dari 1 cm, cacing jantan
kurang lebih 0,8 cm.bentuk badan N. americanus biasanya menyerupai huruf S,
sedangkan A. duodenalemenyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini
besar. Pada mulut N.americanus terdapat kitin, sedangkan pada A.duodenale ada
dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks. Telur yang
besarnya kira-kira 60x 40 mikron berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis,
di dalamnya terdapat beberapa sel. Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah
menetas dalam waktu 1- 1,5 hari keluarlah larva rhabdithiform tumbuh menjadi
larva filariform yang berukuran kira 600 mikron dan dapat hidup selama 7-8
jantung terus ke paru-paru. Larva menembus alveoli dan masuk ke bronkus lalu ke
trakea dan laring dari laring larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan
menjadi cacing dewasa (Samad: 2009).
2.2.3. Gejala Klinis Kecacingan
1. Gejala Klinis Ascaris Lumbricoides
Ascaris lumbricoides menimbulkan gejala penyakit yang disebabkan oleh:
1. Larva: menimbulkan kerusakan kecil pada paru-paru dan dapat
menyebabkan “Loeffler syndrome” dengan gejala: demam, batuk,
infiltrasi paru-paru, oedema, asthma, leukocytosis, eosinopilia.
2. Cacing dewasa: penderitanya disebut ascariasis. Penderita dengan
infeksi ringan biasanya mengalami gejala gangguan usus ringan
seperti: mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada
infeksi berat dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat
keaddaan malnutrisi. Dalam sehari setiap ekor cacing menghisap 0.14
gram karbohidrat dalam usus halus penderita.
2. Gejala Klinis Trichuris trichiura
Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan
tetapi dapat juga di kolon asendens. Pada infeksi berat, cacing ini tersebar
di seluruh kolon dan rectum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rectum,
yang mengalami prolapses akibat mengejannya penderita pada waktu
defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus,
usus. Pada tempat perletakannya dapat terjadi perdarahan. Disamping itu
cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan
anemia. Infeksi Trichuria trichiura sering disertai dengan infeksi klinis
yang jelas atau sama sekali tanpa gejala, parasit ini ditemukan pada
pemeriksaan tinja secara rutin.
3. Gejala Klinis Hookworms (Cacing Tambang)
1. Larva: bila banyak larva filaform sekaligus menembus kulit, maka
terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru
biasanya ringan.
2. Cacing dewasa: gejala tergantung pada (a) spesies dan jumlah cacing
dan (b) keadaan gizi penderita (Fe dan protein). Tiap cacing N.
americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc
sehari, sedangkan A.duodenale 0,08 – 0,34 cc. Biasanya terjadi
adenmia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat
eosinophilia. Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum
belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan
berkurang dan prestasi kerja turun.
2.2.4. Diagnosis Kecacingan
1. Diagnosis Ascaris lombricoides
Cara menegakkan diagnosis adalah dengan pemeriksaan tinja secara
langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis ascariasis. Selain
diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri melalui mulut hidung
2. Diagnosis Trichuris trichiura
Diagnosis adalah dengan menentukan telur dalam tinja.
3. Diagnosis Hookworm
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telu dari tinja segar. Dalam tinja lama mungkin ditemukan larva. Untuk membedakan Anclystoma duodenale dan
Necator americanus dapat dilakukan dengan biakan tinja misalnya dengan cara
Harada-Mori.
2.2.5. Tahapan Pekerja Terinfeksi Cacing
Para pekerja mempunyai tanggung jawab pekerjaan mulai dari kegiatan
mengumpulkan, mengangkut dan membuang sampah. Di setiap kegiatan tersebut
mereka sangat beresiko terinfeksi cacing. Mereka dapat terinfeksi cacing baik
lewat oral yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar dan melalui
penetrasi kulit. Bila pekerja kebersihan mengelola sampah tidak menggunakan
Alat Pelindung Diri seperti topi, pakaian kerja, masker, sepatu dan sarung tangan
maka kemungkinan terinfeksi cacing lebih besar daripada mereka yang
menggunakan APD secara lengkap.
Menurut Pulungan (2002) mengemukakan bahwa: “cacing Ascariasis
lumbricoides, Trichuris trichura, Ancylostoma duanale dapat menginfeksi pekerja
kebersihan yang mengelola sampah tanpa menggunakan alat pelindung diri
dengan menelan telur cacing tersebut yang melekat pada tangan yang tidak
memakai pelindungnya seperti sarung tangan. Bisa juga terinfeksi dengan cara
dengan sampahdan tidak memakai APD seperti sarung tangan dan baju lengan
panjang dan sepatu”.
2.2.6. Pencegahan dan Upaya Penanggulangan
Penanggulangan infeksi cacing usus tidak mudah karena keterkaitan
dengan masalah lingkungan. Pemberian obat-obatan hanya bersifat mengobati
tetapi tidak memutuskan mata rantai penularan. Berdasarkan gejala yang di
timbulkan, maka upaya pencegahan yang dapat di lakukan adalah sebagai berikut:
1. Penyuluhan Kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna yaitu
seperti: tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman, sebelum
melakukan persiapan makanan dan hendak makan tangan dicuci terlebih
dahulu dengan sabun, bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah)
sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air
hangat.
2. Pengobatan massal
3. Peningkatan status gizi
4. Perbaikan sanitasi lingkungan
5. Higiene perorangan serta partispasi masyarakat (Purba: 2005).
2.3. Alat Pelindung Diri
Terdapat berbagai upaya untuk menanggulangi bahaya-bahaya yang
terdapat di lingkungan kerja, yaitu: pengendalian secara teknik (engineering
control), pengendalian secara administratif (administrative control) dan
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,
personal protective equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja, baik
yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Alat pelindung diri yang efektif harus:
1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi
2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut
3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya
4. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas
5. Memiliki konstruksi yang kuat
6. Tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara
bersamaan
7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainnya (Ridley, 2008).
Ada berbagai macam alat pelindung diri, yaitu:
a. Alat pelindung kepala
Tujuan dari penggunaan alat pelindung kepala adalah untuk mencegah
bahaya terbentur oleh benda padat atau benda keras yang dapat
menyebabkan luka gores, potong atau tusuk; bahaya kejatuhan
benda-benda atau terpukul oleh benda-benda-benda-benda yang melayang atau meluncur di
udara; bahaya panas radiasi, api, dan percikan bahan-bahan kimia yang
korosif.
Alat pelindung mata menurut bentuknya dapat dikategorikan menjadi:
kacamata (spectacles), goggles (cup type/box type), tameng muka (face
screen/face shields).
c. Alat pelindung telinga
Alat pelindung telinga berfungsi sebagai penghalang (barrier) antara
sumber bising dan telinga bagiana dalam, juga melindungi telinga dari
ketulian akibat kebisingan. Secara umum, alat pelindung telinga dibedakan
menjadi sumbat telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff).
d. Pemakaian masker
Pemakaian masker untuk melindungi pernapasan dari gas tertentu
(Daryanto, 2007).
e. Alat pelindung tangan
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak
digunakan. Dalam memilih sarung tangan perlu dipertimbangkan beberapa
faktor sebagai berikut: bahaya terpapar, apakah berbentuk bahan korosif,
panas atau dingin, tajam atau kasar, dan daya tahan terhadap
bahaya-bahaya kimia.
f. Alat pelindung kaki
Alat pelindung kaki atau sepatu keselamatan kerja dipergunakan untuk
melindungi kaki dari bahayanya kejatuan benda-benda berat, percikan
cairan, dan tertusuk oleh benda-benda tajam
Pakaian pelindung atau pakaian kerja dapat berbentu Apron yang
menutupi sebagian dari tubuh, pemakaiannya yaitu mulai dari dada samoai
lutut san Overalls yang menutupi seluruh tubuh. Pakaian pellindung
digunakan untuk melindungi pemakai dari percikan bahan kimia dan cuaca
kerja yang ekstrim.
h. Sabuk dan tali pengaman
Sabuk dan tali pengaman dipergunakan untuk bekerja di tempat tinggi,
misalnya pada palka kapal, sumur atau tangki. Alat pengaman ini juga
dipergunakan pada pekerjaan mendaki, memanjat dan konstruksi
bangunan (Sarwono, 2002)
2.4. Tinjauan Umum Hygiene 2.4.1. Pengertian Hygiene
Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya
mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut,
serta membuat kondisi lingkungan sedemikikan rupa sehingga terjamin
pemeliharaan kesehatan (Aswar, 1996).
2.4.2. Personal Hygiene
Personal hygiene (kebersihan perorangan) adalah cara perawatan diri
manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat
penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan
untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Kebersihan
1. Kebersihan kulit
Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama
memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya.
Untuk memelihara kebersihan kulit kebiasaan sehat harus selalu
memperhatikan seperti:
1) Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri.
2) Mandi minimal 2x sehari
3) Mandi memakai sabun
4) Menjaga kebersihan pakaian
5) Makan yang bergizi terutama sayur dan buah
6) Menjaga kebersihan lingkungan
2. Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut menjadi
suburdan indah sehingga akan menimbulkan kesan indah dan cantik
dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut
dan kulit kepala maka diperhatikan halsebagai berikut:
1) Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut
sekurang-kurangnya 2x seminggu.
2) Mencuci rambut dengan menggunakan shampoo atau pencuci
rambut lainnya.
3) Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharan rambut sendiri.
Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan
membersihkangigi sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menjagakesehatan gigi adalah:
1) Menggosok gigi secara benar dan teratur di anjurkan setiap habis
makan.
2) Memakai sikat gigi sendiri.
3) Menghindari makan makanan yang merusak gigi
4) Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
5) Memeriksa gigi secara teratur
4. Kebersihan mata
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah:
1) Membaca ditempat yang terang
2) Makan makanan yang bergizi
3) Istirahat yang cukup dan teratur
4) Memakai peralatan sendiri seperti handuk dan sapu tangan
5) Memelihara kebersihan lingkungan
5. Kebersihan telinga
Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah:
1) Membersihkan telinga secara teratur
2) Jangan mengorek-korek telinga dengan benda tajam
6. Kebersihan tangan, kaki dan kuku
Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara. Kuku
Pekerja Pengangkut Sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan
Wilayah I
- Alat Pelindung Diri
- Personal hygiene
Kejadian Kecacingan seseorang. Kuku yang panjang dan tidak terawatt menjadi tempat
melekatnya berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan dan
mikroorganisme, diantaranya bakteri dan telur cacing.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai
berikut:
1) Membersikan tangan sebelum makan
2) Memotong kuku secara teratur
3) Membersihkan lingkungan
4) Mencuci kaki sebelum tidur
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitan survey yang bersifat analitik dengan
desain cross sectional yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu
waktu dan tidak diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu, untuk mengetahui
hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan
pada pekerja pengangkut sampah.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I. Adapun
alasan pemilihan lokasi ini adalah:
1. Masih banyak pekerja pengangkut sampah di Dinas Kebersihan Kota
Medan tidak menggunakan alat pelindung diri.
2. Kondisi lingkugan kerja pekerja pengangkut sampah yang memungkinkan
timbulnya kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah;
3.2.2. Waktu Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitan ini adalah semua pekerja pengangkut sampah
yang menjadi kernet truck di Dinas Kebersihan Kota Medan di Wilayah I
berjumlah 148 orang.
3.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling dengan jumlah sampel 42 orang. Dengan syarat pengambilan:
1. Sampel belum minum obat cacing lebih dari 6 bulan
2. Sudah bekerja minimal 1 tahun
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
1. Alat pelindung diri dikumpulkan dengan dan wawancara pada pekerja
pengangkut sampah dengan alat bantu kuesioner,
2. Personal hygiene dikumpulkan dengan wawancara pada pekerja
pangangkut sampah dengan alat bantu kuesioner,
3. Kejadian kecacingan dikumpulkan dengan cara membagikan container
tinja kepada pekerja pengangkut sampah. Tinja yang diperoleh diperiksa
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder, berupa profil Dinas Kebersihan Kota Medan; dan data
jumlah pekerja pengangkut sampah, diperoleh dari Kantor Dinas Kebersihan Kota
Medan
3.5Defenisi Operasional
1. Alat pelindung diri didefenisikan sebagai alat yang digunakan untuk
melindungi pekerja dari luka atau penyakit kerja yang diakibatkan adanya
kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja berupa bahaya biologis,
meliputi masker, alat pelindung kaki (sepatu boot), sarung tangan (sarung
tangan dari plastik) dan pakaian kerja.
2. Personal hygiene adalah kebersihan perorangan pada pekerja pengangkut
sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan, meliputi kebersihan kulit,
kebersihan tangan, kaki dan kuku,
3. Kejadian kecacingan adalah adanya telur cacing pada pekerja pengangkut
sampah dari hasil pemeriksaan di laboratorium, meliputi:
a. Terinfeksi jika tinja positif (+) mengandung telur cacing
b. Tidak terinfeksi jika tinja negative (-) mengandung telur cacing.
3.6 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran adalah mengukur personal hygiene dan pemakaian ala
pelindung diri. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert (Sugiyono,
1. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri dapat diukur dengan memberikan skor terhadap
kusioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 16 dengan
total skor sebesar 48 dengan kriteria sebagai berikut:
Untuk setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan yaitu:
a. Jawaban a= 3
b. Jawaban b= 2
c. Jawaban c= 1
berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu:
- Memenuhi syarat, bila responden memberi jawaban benar ≥ 80% atau
memiliki nilai (skor) ≥ 38 dari seluruh pertanyaan yang ada tentang
pemakaian alat pelindung diri.
- Tidak memenuhi syarat, bila responden memberikan jawaban yang
benar < 80% atau memiliki nilai (skor) < 38 dari seluruh pertanyaan
yang ada tentang pemakaian alat pelindung diri.
2. Personal Hygiene
Personal hygiene ini dapat diukur dengan menggunakan skor terhadap
kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 9 dengan
total skor sebesar 27 dengan kriteria sebagai berikut:
Untuk setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan yaitu:
a. Jawaban a= 3
b. Jawaban b= 2
berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu:
- Baik, bila responden memberi jawaban benar ≥ 80% atau memiliki
nilai (skor) ≥ 22 dari seluruh pertanyaan yang ada tentang personal
hygiene,
- Kurang baik, bila responden memberikan jawaban yang benar < 80%
atau memiliki nilai (skor) < 22 dari seluruh pertanyaan yang ada
tentang personal hygiene.
3. Kecacingan
Dengan melihat ditemukannya telur cacing pada tinja pekerja pengangkut
sampah melalui pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan
oleh analis di laboratorium.
3.7 Instrumen Penelitian
a. Kuesioner
Kuesioner yang ditujukan kepada pekerja pengangkut sampah mencakup
data identitas pekerja pengangkut sampah, daftar pertanyaan yang
menyangkut alat pelindung diri dan personal hygiene pekerja pengangkut
sampah.
b. Mikroskop
Cara pemeriksaan feses dengan pemeriksaan sediaan tipis, yaitu:
- Teteskan NaCl physiologis (0,9 %), eosin 2% atau Lugol sebanyaj 1-2
tetes di atas kaca benda,
- Ambil tinja/feses sedikit dengan sepotong lidi kemudian campur
- Tutup dengan kaca tutup,
- Pemeriksaan dibawah mikroskop lensa dengan pembesaran 100 kali dan
400 kali.
3.8 Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan mendeskripsikan masing-masing
variable yang disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Oleh karena
masing-masing variable independen dan variable dependen merupakan data
ketogrik maka kemudian dianalisa dengan menggunakan uji Chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisa data dilakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas dengan α (0,05). Ho diterima jika p>α
berarti tidak ada hubungan dan Ho ditolak jika p<α berarti ada hubungan.
Apabila uji Chi-square tidak memenuhi syarat maka dilanjutkan dengan uji
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dinas Kebersihan Kota Medan yang terletak di Jalan Pinang Baris Nomor
114. Dinas ini menangani sampah di 21 kecamatan dan 151 kelurahan serta 2000
lingkungan dengan jumlah penduduk dari waktu ke waktu terus meningkat. Dinas
Kebersihan Kota Medan mempunyai 2 (dua) wilayah kerja dan penelitian ini
dilaksanakan di Dinas Kebersihan Kota Medan untuk wilayah kerja Medan-I.
Wilayah kerja Medan-I meliputi dari 7 kecamatan yang terdiri dari 55 kelurahan
yaitu sebagai berikut :
1. Kecamatan Medan Kota, terdiri dari 13 Kelurahan
2. Kecamatan Medan Area, terdiri dari 12 Kelurahan
3. Kecamatan Medan Johor, terdiri dari 6 Kelurahan
4. Kecamatan Medan Amplas, terdiri dari 7 Kelurahan
5. Kecamatan Medan Denai, terdiri dari 6 Kelurahan
6. Kecamatan Medan Polonia, terdiri dari 5 Kelurahan
7. Kecamatan Medan Maimun, terdiri dari 6 Kelurahan
Adapun jumlah personil lapangan untuk wilayah kerja Medan-I adalah
sebagai berikut :
- Supir : 57 Orang
- Bestari (Becak/gerobak sampah) : 277 Orang
- Melati (Penyapu Jalan) : 261 Orang
Jumlah : 743 Orang
Dinas Kebersihan Kota Medan mempunyai dua tempat pembuangan akhir
sampah yaitu TPA Terjun yang berada di Medan Marelan dan TPA Namo Bintang
di Kabupaten Deli Serdang, tetapi TPA Namo Bintang untuk sementara waktu di
non aktifkan.
4.1.2. Visi dan Misi Dinas Kebersihan Kota Medan
Visi Dinas Kebersihan Kota Medan adalah: Menciptakan Medan Kota Metropolitan yang Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi Dan Indah (Bestari) Dengan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Berwawasan Lingkungan.
Adapun Misi Dinas Kebersihan Kota Medan dalam mewujudkan Visi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur yang profesional dalam
pelayanan kebersihan.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan yang berteknologi berdaya
guna dan berhasil guna.
4.1.3. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan
Bahwa sesuai dengan pasal 64 dan 65 Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kota Medan, telah diatur tugas dan fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan.
(Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan Dilampirkan)
4.1.4. Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Program Dinas Kebersihan Kota Medan
1. Tujuan dan Sasaran
Tujuan I: Meningkatkan manajemen pengelolaan Dinas Kebersihan Kota Medan dengan mengutamakan pertanggung jawaban publik dan pertisipasi aktif
masyarakat.
Sasaran:
a. Meningkatkan mutu sumber daya manusia aparatur Dinas Kebersihan
Kota Medan
b. Terwujudnya sistem laporan akuntabilitas Dinas Kebersihan Kota Medan.
c. Meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menciptakan
kebersihan lingkungan kota.
Sasaran:
a. Terwujudnya pengangkutan sampah yang tepat waktu dan
termaksimalisasinya rotasi pengangkutan timbulan sampah.
b. Meningkatnya cakupan wilayah pelayanan kebersihan dan pengangkutan
timbulan sampah.
c. Meningkatnya teknologi yang berdaya guna, berhasil guna, dan
berwawasan lingkungan dalam pengelolaan sampah dan limbah tinja.
Tujuan III: Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan.
Sasaran:
a. Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan
b. Meningkatnya kerjasama dengan mitra swasta dalam menciptakan
kebersihan kota
Tujuan IV: Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari penerimaan retribusi pelayanan kebersihan.
Sasaran:
a. Adanya dana potensial wajib retribusi sampah (WRS) pelayanan
kebersihan yang akurat dan valid.
b. Terwujudnya manajemen pengelolaan penerimaan retribusi pelayanan
kebersihan yang kondusif.
c. Meningkatnya penerimaan retribusi pelayanan kebersihan.
d. Adanya sumber daya pengelola penerimaan retribusi pelayanan kebersihan
2. Kebijakan
Untuk meningkatkan akselerasi pencapaian kinerja merujuk pada visi,
misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, telah ditetapkan
kebijakan yaitu:
1. Memperluas wilayah pelayanan dan meningkatkan kualitas pelayanan
kebersihan:
a. Melakukan evaluasi wilayah yang belum terlayani dan pengangkutan
sampah sesuai dengan trip dan jadwal waktu yang telah ditentukan
b. Pekerjaan pemaparan sampah di TPA sesuai dengan jadwal waktu
yang telah diberikan
c. Pemilahan sampah antara sampah organik dengan anorganik mulai
dari rumah tinggal yang disosialisasikan oleh kelurahan
d. Penambahan truk penghisap debu (road sweeper), truk penyedot tinja
e. Melakukan pendataan WRS baru dan melakukan intensifikasi
pemungutan retribusi sampah.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat
a. Melibatkan masyarakat dalam memilah sampah menjadi sampah
organik dan anorganik sejak awal
b. Melibatkan pengusaha, masyarakat, dalam penyuluhan pemilahan
sampah program 3R
c. Mendorong program 3R menjadi kegiatan produktif masyarakat
d. Melakukan sosialisasi pemungutan retribusi pelayanan kebersihan,
3. Meningkatkan kemampuan kelembagaan/manajemen
a. Pelatihan pengelolaan sampah domestik secara berkelanjutan
b. Menggerakkan kader kebersihan dalam penyuluhan
c. Melaksanakan sosialisasi kebersihan
d. Melaksanakan bimbingan teknis terhadap mandor operasional/mandor
pengutip.
4. Menegakkan peraturan dibidang kebersihan
Sosialisasi Peraturan Daerah dan Keputusan Walikota Medan yang
mengatur tentang kebersihan Kota dan retribusi persampahan.
5. Mencari alternatif pendataan (non pemerintah)
a. Melibatkan pihak swasta/masyarakat untuk pendanaan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam penanganan sampah, dan partisipasi pemberian
bantuan sarana persampahan
b. Menghimbau partisipasi atau bantuan dari BUMN atau BUMD untuk
mendukung upaya mewujudkan kebersihan Kota Medan melalui
dukungan pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
menciptakan kebersihan kota.
4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi
1. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Operasional
a. Tugas Pokok
b. Fungsi
1. Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang operasional
2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup operasional kebersihan
3. Pelaksanaan pembinaan, pengendalian, dan pengkoordinasian
kegiatan seksi operasional Medan I, II, dan III mulai dari
pewadahan, penyapuan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan
dan pembuangan akhir
4. Pengaturan tata cara pelayanan kebersihan yang sebaik-baiknya
bagi pemakai jasa (masyarakat) serta menyusun kegiatan
pembinaan teknik operasional pelayanan kepada penyapu jalan,
gerobak/becak sampah, dan supir/kenek truk sampah
5. Pelaksanaan kerjasama dengan instansi terkait untuk optimalisasi
tugas operasional kebersihan
6. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
operasional
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pengembangan dan Pengawasan
a. Tugas Pokok
Melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengembangan sarana,
b. Fungsi
1. Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang pengembangan
dan pengawasan
2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengembangan, sarana,
prasarana, penyuluhan dan pengawasan kebersihan
3. Pelaksanaan pembinaan, pengembangan, sarana dan prasarana
persampahan
4. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam pembinaan dan
pengembangan kebersihan
5. Pelaksanaan penyuluhan di bidang kebersihan
6. Pelaksanaan pengawasan di bidang kebersihan
7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang
pengembangan dan pengawasan
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
3. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Bina Program
a. Tugas Pokok
Melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup penyusunan program
dan pelaporan.
b. Fungsi
1. Penyusunan rencana program dan kegiatan sub bagian penyusun
2. Pengumpulan bahan petuntuk teknis lingkup penyusunan rencana dan
program dinas
3. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program dinas
4. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
tugas
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
4.2. Karakteristik Responden
4.2.1. Umur
Umur pekerja pengangkut sampah yang menjadi responden dalam
penelitian ini beragam yaitu mulai dari umur dibawah 18 tahun sampai 40 tahun.
Distribusi responden berdasarkan kelompok umut dapat dilihat pada Tabel 4.1. di
bawah ini:
Table 4.1. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Kelompok Umur di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I
No. Umur (tahun) n %
terbanyak adalah berada pada usia 23-27 tahun, yaitu sebanyak 15 orang (35.7%)
4.2.2. Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Dinas Kebersihan Kota
Medan Wilayah I dapat diketahui bahwa keseluruhan responden yang bekerja
berjenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 42 orang (100%).
4.2.3. Lama Bekerja
Distribusi responden berdasarkan lama bekeja di Dinas Kebersihan Kota
Medan Wilayah I dapat di lihat pada Tabel 4.2. di bawah ini:
Table 4.2. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Lama Bekerja di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I
No. Lama Bekerja (tahun) n %
Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak
adalah yang lama bekerja 4-6 tahun sebanyak 16 orang (38.1%) dan 5 orang
(11.9%) yang lama bekerja 10-12 tahun dan 13-15 tahun.
4.2.4. Tingkat Pendidikan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Dinas Kebersihan
Kota Medan Wilayah I dapat dilihat pada Tabel 4.3. di bawah ini:
Table 4.3. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I
No. Tingkat Pendidikan n %
1. Tamat SD 3 7.1
2. Tamat SMP 16 38.1
3 Tamat SMA 23 54.8
Berdasarkan Tabel 4.3. di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
responden terbanyak adalah tingkat pendidikan tamat SMA sebanyak 23 orang
(54.8%).
4.3. Alat Pelindung Diri yang Dipakai Responden
Alat pelindung diri yang dipakai oleh responden meliputi pakaian
pelindung, sarung tangan, alat pelindung kaki dan masker. Distribusi responden di
Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I berdasarkan pemakaian alat pelindung
diri dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:
Table 4.4. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Alat Pelindung Diri di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I
Alat Pelindung Diri n %
Dari Tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa alat pelindung diri responden
memenuhi syarat ada sebanyak 8 orang (19.0%) yang tidak memenuhi syarat ada
sebanyak 34 orang (81%).
4.4. Personal Hygiene Responden
Distribusi responden berdasarkan personal hygiene yang meliputi:
kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki dan kuku, dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Table 4.5. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Personal Hygiene di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I
Personal Hygiene n %
Dari Tabel 4.5. di atas diketahui bahwa personal hygiene responden baik
ada 41 orang (97.6%) dan kurang ada 1 orang (2.4%).
4.5 Kecacingan
Distribusi responden yang mengalami kecacingan dengan ditemukannya
telur cacing pada feses dalam pemeriksaan di laboratorium dapat dilihat pada
Tabel 4.6. di bawah ini:
Table 4.6. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Pemeriksaan Kecacingan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I
Pemeriksaan Kecacingan n %
Ditemukan telur cacing pada feses 33 78.6
Tidak ditemukan telur cacing pada feses 9 21.4
Total 42 100
Berdasarkan Tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa ada 33 responden
(78.6%) yang mengalamai kecacingan berdasarkan pemeriksaan feses di
laboratorium dan 9 responden (21.4%) yang tidak ditemukan telur cacing pada
feses.
Table 4.7. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Jenis Cacing di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I
Pemeriksaan Kecacingan n %
Ascariasis lumbricoides 23 54.8
Trichuris trichiura 10 23.8
Tidak Cacingan/Sehat 9 21.4
Berdasarkan Tabel 4.7. di atas dapat diketahui bahwa ada 23 (54.8%) jenis
cacing Ascariasis lumbricoides, 10 (23.8%) jenis cacing Trichuris trichiura, dan 9
(21.4%) tidak cacingan/sehat.
4.6 Analisa Bivariat
4.6.1 Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Kecacingan
Distribusi responden berdasarkan hubungan alat pelindung diri dengan
kejadian kecacingan dapat dilihat pada Tabel 4.8. di bawah ini:
Table 4.8. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Kecacingan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I
Alat Pelindung Diri
kecacingan. Sedangkan responden dengan kategori memenuhi syarat ada 33
responden (78.6%) dan mengalami kecacingan. Sedangkan 1 responden (2.4%)
tidak memenuhi syarat dan tidak kecacingan.
Variabel di atas tidak dapat diuji dengan menggunakan uji chi square
karena terdapat 2 dari 4 sel yang memiliki expected kurang dari 5 oleh karena itu
variabel di atas diuji dengan menggunakan uji exact fisher. Hasil uji statistik