• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Alat Pelindung Diri Dan Personal Hygienedengan Kejadian Kecacingan Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Wilayah I Kota Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Alat Pelindung Diri Dan Personal Hygienedengan Kejadian Kecacingan Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Wilayah I Kota Medan Tahun 2014"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN PERSONAL HYGIENEDENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA PEKERJA

PENGANGKUT SAMPAH DI WILAYAH I KOTA MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH:

ASTRI WAHYUNI PASARIBU 121021105

Program Studi S1 KesehatanMasyarakat

FakultasKesehatanMasyarakat

Universitas Sumatera Utara

Medan

(2)

HUBUNGAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA PEKERJA

PENGANGKUT SAMPAH DI WILAYAH I KOTA MEDAN TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

ASTRI WAHYUNI PASARIBU 121021105

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Medan

(3)
(4)

ABSTRAK

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan. Salah satu penyakit yang dapat terinfeksi dari sampah adalah infeksi cacing dan orang yang beresiko mengalami kejadian kecacingan adalah pekerja pengangkut sampah. Untuk itu perlu mengetahui hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di Wilayah I Kota Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di Wilayah I Kota Medan tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey berifat analitik dengan sampel sebanyak 42 responden yang dipilih dengan purposive sampling. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan kuesioner dan juga melakukan pemeriksaan kecacingan pada feses responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan alat pelindung diri dengan kejadian kecacingan (p=0.000), dan tidak ada hubungan personal hygiene dengan kejadian kecacingan (p=0.786). Diharapkan bagi Dinas Kebersihan Kota Medan agar menyesuaikan jenis dan bahan alat pelindung diri dengan kebutuhan pekerja pengangkut sampah dan juga Dinas Kebersihan Kota Medan dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dalam upaya memberikan penyuluhan kepada pekerja pengangkut sampah tentang penggunaan alat pelindung diri dan kebersihan diri pada saat bekerja sehingga mereka dapat terhindar dari penyakit.

(5)

ABSTRACT

Poor waste management can have a negative effect on health. One of the diseases that can be infected from waste is worm infection and those who are at risk of worm disease incidence are garbage workers. So we need to know the relationship of personal protective equipment and personal hygiene with worm disease incidence in the garbage workers Region I Medan.

The purpose of this study was to determine the relationship of personal protective equipment and personal hygiene with worm disease incidence garbage workers Region I Medan in 2014.

This research is analytic survey, with sample 42 respondents that selected by purposive sampling. The method used a questionnaire and interviews with intestinal worms in the stool examination respondents.

The results showed that there are association of personal protective equipment with worm disease incidence (p = 0.000), and there are no association of the personal hygiene with worm disease incidence (p = 0.786). The Sanitation Department of Medan is expected in order to adjust the type and materials of personal protective equipment to the workers and also The Sanitation Department of Medan collaboration with the Health Department of Medan in an effort to educate workers about the use of garbage personal protective equipment and do hygiene at work so that they can avoid the worm diseases incidence.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Hubungan Alat Pelindung Diri dan Personal Hygiene dengan Kejadian Kecacingan Pada Pekerja Pengangkut Sampah di Wilayah I Kota Medan Tahun 2014”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat dai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang dalam penulisannya tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, MKes, selaku Ketua Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan selaku Dosen Penasehat

Akademik selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang

(7)

4. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi

yang luar biasa.

5. Ibu Umi Salmah, SKM, MKes, selaku Dosen Penguji I

6. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji II

7. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

beserta seluruh Dosen dan staf/pegawai di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Ir. H. Endar Sutan Lubis, M.Si, selaku Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan beserta staf/pegawai yang telah memberikan

izin dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan juga

kepada pihak UPTD Terjun yang telah memberikan bantuan selama

penulis melaksanakan penelitan.

9. Ayahanda H. Rinto Pasaribu dan Ibunda Hj. Resialam Sitompul atas

cinta dan kasih sayang, do’a, perhatian, dan dukungan yang tidak

terbatas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, serta

Abang dan Kakakanda Rahmad Parulian Alamsyah Pasaribu, ST dan Rini Dina Melani, SS, Kakanda Marlina Putri Pasaribu, SSi dan Adinda Fitri Elfridha, SH untuk dukungan dan pengorbanannya.

10.Teman dan adik (Wiki Anggraini, AMKeb, Siti Rahma, AMKeb, Dina

Mustika AMKeb, Putri Devianti AMKeb, Dian Permata Nst, AMKeb,

(8)

11.Teman-teman seperjuangan di K3 (Fira, Nur, Hermin, Eva, Qoyul,

Alex, Jhon, Andi, Manda, Ponco, Imam, Roni, Frans, Sandro, Indra)

12.Semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan

dalam skripsi ini, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Dalam hal ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh

dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca

yang bersifat membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... x

(10)

3.3.2. Sampel ... 27 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.1.2. Visi dan Misi Dinas Kebersihan Kota Medan ... 32

4.1.3. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan ... 34

4.1.4. Tujuan, Sasaram, Kebijakan dan Program Dinas Dinas Kebersihan Kota Medan ... 34

4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi ... 37

4.2. Karakteristik Responden ... 40

4.2.1. Umur ... 40

4.2.2. Jenis Kelamin ... 41

4.2.3. Lama Bekerja ... 41

4.2.4. Tingkat Pendidikan ... 41

4.3. Alat Pelindung Diri yang Dipakai Responden ... 42

4.4. Personal Hygiene Responden ... 42

4.5. Kecacingan ... 43

4.6. Analisa Bivariat ... 44

4.6.1. Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Kecacingan ... 44

4.6.2. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Kecacingan ... 45

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Pekerja Sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan ... 47

5.2. Alat Pelindung Diri dan Kejadian Kecacingan ... 50

5.3. Personal Hygiene dan Kejadian Kecacingan ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 54

6.2. Saran ... 54

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Kelompok Umur di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 41

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Lama Bekerja di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 41

Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 42

Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Alat Pelindung Diri di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 42

Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Personal Hygiene di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 43

Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Pemeriksaan Kecacinngan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 43

Tabel 4.7 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Jenis Cacing di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 44

Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Kecacingan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I ... 44

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA

Nama : Astri Wahyuni Pasaribu

Tempat : Sibolga

Tanggal Lahir : 2 Juli 1986

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Rinto Pasaribu

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Hj. Resialam Sitompul

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD Inpres 084094 Sibolga / 1998

2. MTs Darur Rachmad Sibolga / 2001

3. SMA Negeri 1 Sibolga / 2004

4. Akademi Kebidanan Sehat Medan / 2008

(13)

ABSTRAK

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan. Salah satu penyakit yang dapat terinfeksi dari sampah adalah infeksi cacing dan orang yang beresiko mengalami kejadian kecacingan adalah pekerja pengangkut sampah. Untuk itu perlu mengetahui hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di Wilayah I Kota Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di Wilayah I Kota Medan tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey berifat analitik dengan sampel sebanyak 42 responden yang dipilih dengan purposive sampling. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan kuesioner dan juga melakukan pemeriksaan kecacingan pada feses responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan alat pelindung diri dengan kejadian kecacingan (p=0.000), dan tidak ada hubungan personal hygiene dengan kejadian kecacingan (p=0.786). Diharapkan bagi Dinas Kebersihan Kota Medan agar menyesuaikan jenis dan bahan alat pelindung diri dengan kebutuhan pekerja pengangkut sampah dan juga Dinas Kebersihan Kota Medan dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dalam upaya memberikan penyuluhan kepada pekerja pengangkut sampah tentang penggunaan alat pelindung diri dan kebersihan diri pada saat bekerja sehingga mereka dapat terhindar dari penyakit.

(14)

ABSTRACT

Poor waste management can have a negative effect on health. One of the diseases that can be infected from waste is worm infection and those who are at risk of worm disease incidence are garbage workers. So we need to know the relationship of personal protective equipment and personal hygiene with worm disease incidence in the garbage workers Region I Medan.

The purpose of this study was to determine the relationship of personal protective equipment and personal hygiene with worm disease incidence garbage workers Region I Medan in 2014.

This research is analytic survey, with sample 42 respondents that selected by purposive sampling. The method used a questionnaire and interviews with intestinal worms in the stool examination respondents.

The results showed that there are association of personal protective equipment with worm disease incidence (p = 0.000), and there are no association of the personal hygiene with worm disease incidence (p = 0.786). The Sanitation Department of Medan is expected in order to adjust the type and materials of personal protective equipment to the workers and also The Sanitation Department of Medan collaboration with the Health Department of Medan in an effort to educate workers about the use of garbage personal protective equipment and do hygiene at work so that they can avoid the worm diseases incidence.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian pembangunan nasional.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 152 menyatakan bahwa

Pemerintah Daerah dan masyarakat bertanggung jawab melakukan upaya

pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit menular, dilakukan untuk

melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit. Penanganan penyakit menular

dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, dan rehabilitatif bagi individu atau

masyarakat (Depkes RI, 2009).

Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan

pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan

pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia

kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi

dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Pembangunan kesehatan

adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial dan ekonomis (SKN, 2012).

Berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia untuk memenuhi

kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan dan minuman dan barang

(16)

buangan yang sudah tidak dibutuhkan oleh manusia yang disebut sampah

(Chandra, 2007).

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai

lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu

kegiatan manusia dan dibuang. Sampah erat kaitannya dengan kesehatan

masyarakat, karena dari sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai

mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri pathogen) (Notoatmodjo, 2007).

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh

negatif bagi kesehatan. Penyakit bawaan sampah sangat luas, dan dapat berupa

penyakit menular, tidak menular, dapat juga berupa kebakaran, keracunan, dan

lain-lain. Penyebabnya dapat berupa bakteri, jamur, cacing dan zat kimia (Slamet,

2009).

Salah satu penyakit yang dapat terinfeksi dari sampah adalah infeksi

cacing. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar

dan menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit cacing

adalah penyakit rakyat umum, infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh

beberapa cacing sekaligus. Diperkirakan lebih dari 60% anak-anak di Indonesia

menderita suatu infeksi cacing, rendahnya mutu sanitasi menjadi penyebabnya.

Pada anak-anak, cacingan akan berdampak pada gangguan kemampuan untuk

belajar, dan pada orang dewasa akan menurunnya produktivitas kerja. Dalam

jangka panjang, hal ini akan berakibat menurunnya produktivitas kerja dan

(17)

Permasalahan sampah dapat ditangani dengan mengelolanya secara tepat

dan benar. Dengan adanya tenaga kerja dalam mengatasi masalah tersebut

diharapkan mampu untuk memberi yang terbaik untuk menurunkan akibat-akibat

kesehatan yang ditimbulkan oleh sampah. Namun, tenaga kerja dalam hal ini juga

perlu untuk dilindungi. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang

cukup luas, antara lain perlindungan keselamatan kerja dan kesehatan. Maksud

perlindungan ini adalah agar tenaga kerja secara umum melaksanakan

pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi, karena itu keselamatan

kerja merupakan segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Penggunaan alat

pelindung diri seperti pakaian kerja yang sesuai akan mengurangi kemungkinan

terjadi kecelakaan atau luka-luka (Daryanto, 2003).

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,

personal protective equipment atau alat pelindung diri didefenisikan sebagai alat

yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang

diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja, baik

yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Alat

pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai

kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang lain (Ridley,

2008).

Menurut Sri Maywati (2013) tentang Kontribusi Penggunaan Alat

Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Studi Pada Petugas

Pengangkut Sampah) di Kota Tasikmalaya menunjukkan 46% responden

(18)

Ascaris lumbricoides, yaitu sebanyak 17 responden (73,91%). Praktek selalu

menggunakan alat pelindung diri lengkap setiap bekerja hanya dilakukan oleh 14

orang (28%), dan 16 orang (32%) tidak pernah menggunakan alat pelindung diri

lengkap pada saat bekerja.

Selain penggunaan alat pelindung diri, kebersihan diri juga sangat

penting untuk pekerja dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Kebersihan diri

merupakan tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikisnya. Dalam penelitian sebelumnya oleh Farikhun

(2010) tentang Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Kecacingan pada

Pekerja pengangkut sampah di Kota Pekalongan menunjukkan bahwa kejadian

kecacingan lebih banyak terjadi pada pekerja yang hygiene perorangannya tidak

baik dan yang tidak menggunakan alat pelindung diri. Dari hasil uji statistik

menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara hygiene perorangan dan

pemakaian alat pelindung diri dengan kejadian kecacingan.

Berdasarkan survey awal penulis, penanganan sampah di Kota Medan

dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan dan dibagi dalam 2 (dua) wilayah.

Setiap wilayah mempunyai petugas pengangkut sampah Bestari (becak/gerobak

sampah), Melati (penyapu jalan), supir dan kernet truk sampah. Para pekerja yang

menjadi kernet truk sampah mengangkut sampah dari di tiap tempat di wilayah

kerjanya dengan alat yang sudah disediakan berupa keranjang dan garpu. Alat

yang disediakan untuk mengumpul sampah ini jarang digunakan. Para pekerja

lebih sering menggunakan benda-benda yang ada di sekitar tempat sampah atau

(19)

dalam truk sampah. Para pekerja memulai pekerjaannya dari pagi sekali sekitar

pukul 06.00 WIB dengan waktu istirahat yang tidak dapat ditentukan sampai

semua sampah di wilayah kerjanya selesai diangkut ke truk sampah. Dalam

pengamatan penulis banyak pekerja pengangkut sampah yang tidak menggunakan

alat pelindung kaki yang tertutup (sepatu boot), sarung tangan, masker, topi,

pakaian kerja ketika berkerja dan kurang memperhatikan personal hygienenya

seperti kuku yang tidak dipotong, makan atau merokok pada saat bekerja.

Oleh karena itu pekerja pengangkut sampah sangat beresiko terkena

penyakit yang berkaitan dengan cacing. Berdasarkan latar belakang di atas,

penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pemakaian alat pelindung diri dan

personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di

Kota Medan.

1.2. PerumusanMasalah

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui hubungan alat pelindung

diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut

sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene

dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di Dinas

(20)

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut

sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan,

2. Untuk mengetahui hubungan personal hygiene terhadap kejadian

kecacingan,

3. Untuk mengetahui hubungan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap

kejadian kecacingan.

1.4. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian kecacingan

2. Ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian kecacingan

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pekerja pengangkut sampah agar

memperhatikan pemakaian alat pelindung diri dan personal hygiene agar

tidak terkena penyakit yang berhubungan dengan sampah,

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Medan, khususnya Dinas

Kebersihan Kota Medan tentang hubungan alat pelindung diri dan personal

hygiene dengan kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah di

Dinas Kebersihan Kota Medan,

3. Sebagai bahan masukan/informasi bagi mahasiswa yang ingin melakukan

(21)

4. Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis untuk

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Sampah 2.1.1. Definisi Sampah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008

tentang Pengelolaan Sampah, yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan

sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentu padat (Sarudji, 2010).

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak

dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

2.1.2. Jenis Sampah

Sampah padat dibagi menjadi beberapa kategori (Chandra, 2006), sebagai

berikut:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalam sampah dibedakan

menjadi:

a. Sampah organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

b. Sampah in-organik, misalnya logam, pecah-belah, abu, dan

lain-lain.

2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar.

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, plastik, daun kering,

(23)

b. Sampah yang sukar terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas, dan

lain-lain.

3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk.

a. Sampah yang mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan

daging, dan sebagainya.

b. Sampah yang sukar membusuk, misalnya plastik, karet, kaleng, dan

sebagainya.

4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

a. Garbage (sampah mudah membusuk)

Terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan

cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali

menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat

pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.

b. Rubbish, terbagi menjadi dua:

1) Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya

kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.

2) Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik,

misalnya kaca, kaleng, dan sebagainya.

c. Ashes (abu)

Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di

rumah, di kantor, maupun industri.

(24)

Sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.

e. Dead animal (bangkai binatang)

Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau

kecelakaan.

f. House hold refuse

Yaitu sampah campuran yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang

berasal dari daerah perumahan.

g. Abandoned vehicles (bangkai kendaraan)

Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api,

satelit, kapal laut, dan alat transportasi lainnya.

h. Sampah industry

Terdiri dari sampah padat yang berasal dari pertanian, perkebunan, dan

industri.

i. Demolotion wastes, berasal dari sisa-sisa pembangunan gedung.

j. Contruction wastes, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung,

seperti tanah, batu, dan kayu.

k. Santage solid

Terdiri dari benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat,

pada pintu masuk suatu pusat pengolahan limbah cair.

(25)

Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam

pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif, dan zat

yang toksis.

2.1.3. Sampah dan Kesehatan

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dijelaskan sebagai berikut

(Sarudji, 2010):

1. Sampah sebagai sarang vektor dan binatang pengerat

Sampah terutama yang mudah membusuk (garbage) merupakan sumber

makanan lalat dan tikus. Lalat dan tikus merupakan vektor penyakit yang

mempunyai kebiasaan hidup di sekitar kegiatan manusia karena manusia

secara tidak sadar telah menyediakan makanan bagi mereka. Kontaminasi

oleh lalat atau tikus terhadap makanan disebabkan karena kebiasaan

mereka hidup di tempat yang kotor (sampah) dan juga kebiasaan

menjamah makanan manusia.

2. Sampah sebagai sumber infeksi

Sumber infeksi adalah zat atau bahan dimana hidup agen (penyebab)

penyakit sebelum agen penyakit mencapai host yang baru. Seringkali

sampah tercampur dengan kotoran manusia atau vomitus dan bahan lain

yang berasal dari penderita yang bersifat infeksius. Kontak antara manusia

dan sampah dapat langsung maupun melalui vektor penyakit.

(26)

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan

masyarakat/lingkungan seperti open dumping akan berpotensi mencemari

tanah dan air tanah di dalamnya. Hasil penguraian maupun bahan kimia

toksik yang terdapat dalam sampah akan terbawa oleh lindi (leachate)

sampai akhirnya mencapai air tanah.

4. Sampah berbahaya

Sifat sampah ada yang membahayakan kehidupan/kesehatan manusia yang

dikelompokkan dalam sampah berbahaya (hazardous waste). Ada yang

bersifat toksik seperti sampah kimia yang dihasilkan oleh kegiatan industri

kimia tertentu, sampah pestisida, dan sampah dari laboratorium kimia.

Sampah berbahaya lainnya adalah sampah infeksius, sampah eksplosif,

sampah mudah terbakar, dan sampah radioaktif.

5. Sampah mengganggu estetika

Sampah, baik bentuk atau wujud maupun baunya sudah menimbulkan

kesan tidak estetis.

2.2. Tinjauan Umum Kecacingan 2.2.1. Infeksi Kecacingan

Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang

masihbanyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapatkan

perhatian (neglected diseases). Salah satu jenis penyakit dari kelompok ini adalah

penyakit kecacingan yang diakibatkan oleh infeksi cacing kelompok Soil

Transmitted Helminth (STH), yaitu kelompok cacing yang siklus hidupnya

(27)

diseases tersebut merupakan penyakit tersembunyi atau silent diseases, dan

kurang terpantau oleh petugas kesehatan.

2.2.2. Morfologi dan Daur Hidup

1. Morfologi dan Daur Hidup Ascariasis lumbricoides (Cacing cambuk) Cacing jantan berukukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-35 cm.

Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur

100.000-200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang di buahi dan yang tidak di

buahi. Telur yang dibuahi besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron dan yang tidak di

buahi 90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang di buahi

berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk

infektif ini bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus

dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe lalu dialirkan ke

jantung kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus

dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian

naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea, larva ini menuju

laring sehingga menimbulkan rangsangan pada laring. Penderita batuk karena

rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esophagus lalu menuju ke usus

halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang

tertelan di perlukan waktu kurang lebih 2 bulan. Gejala yang muncul akibat cacing

(28)

organ yang dilalui cacing pada siklus hidupnya, maka keluhan klinis sering

berasal dari organ tersebut. Gejala penyakit berkisar dari yang ringan berupa

batuk sampai yang berat seperti sesak napas. Gejala yang disebabkan cacing

dewasa dapat bervariasi mulai dari pertumbuhan lumen usus karena banyaknya

cacing, kemudian cacing berjalan ke jaringan hati, sampai muntah cacing yang

bisa menyumbat saluran napas (Syamsu: 2001).

2. Morfologi dan Daur Hidup Trichuris trichiura (Cacing gelang)

Cacing betina kira panjangnya 5 cm, sedangkan cacing jantan

kira-kira 4 cm. Bagian anterior halus seperti cambuk panjangnya kira-kira-kira-kira dari panjang

seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina

bentuknya membulat tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu

spikulum. Cacing dewasa ini hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian

anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. Seekor cacing

betina di perkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3.000-10.000 butir telur.

Telur berukuran 50-54 x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam

penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna

kekuning- kuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur yang di buahi di keluarkan

dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3 minggu

di tanah. Telur matang yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk

infektif. Cara infeksi langsung yaitu bila secara kebetulan hospes menelan telur

matang, larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus.

Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah

(29)

pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina

meletakkan telur kira-kira 30-90 hari. Penyakit cacing cambuk biasanya tanpa

gejala (asimtomatis). Infeksi berat bisa menyebabkan anemia ringan dan diare

berdarah (bloody) sebagai konsekuensi kehilangan darah karena penghisapan oleh

cacing. Pada kasus yang jarang dapat terjadi prolaps recti. Diagnosis didapatkan

dari adanya telur atau cacing dewasa dalam tinja. Cacing trichuris hidup di sekum;

pada infeksi berat, terutama pada anak, ia tersebar diseluruh kolon dan rektum.

Cacing ini dapat mengisap darah hospesnya, sehingga menimbulkan anemia, berat

badan turun, dan kadang-kadang di sertai prolaps rektum.

3. Morfologi dan Daur Hidup Hookworms (Cacing tambang)

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan mulut yang melekat di

dinding mukosa dinding usus. Cacing betina N. americanus tiap hari

mengeluarkan telur kira-kira 9000 butir, sedangkan A.duodenale kira-kira 10.000

butir. Cacing betina berukuran panjang kurang lebih dari 1 cm, cacing jantan

kurang lebih 0,8 cm.bentuk badan N. americanus biasanya menyerupai huruf S,

sedangkan A. duodenalemenyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini

besar. Pada mulut N.americanus terdapat kitin, sedangkan pada A.duodenale ada

dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks. Telur yang

besarnya kira-kira 60x 40 mikron berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis,

di dalamnya terdapat beberapa sel. Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah

menetas dalam waktu 1- 1,5 hari keluarlah larva rhabdithiform tumbuh menjadi

larva filariform yang berukuran kira 600 mikron dan dapat hidup selama 7-8

(30)

jantung terus ke paru-paru. Larva menembus alveoli dan masuk ke bronkus lalu ke

trakea dan laring dari laring larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan

menjadi cacing dewasa (Samad: 2009).

2.2.3. Gejala Klinis Kecacingan

1. Gejala Klinis Ascaris Lumbricoides

Ascaris lumbricoides menimbulkan gejala penyakit yang disebabkan oleh:

1. Larva: menimbulkan kerusakan kecil pada paru-paru dan dapat

menyebabkan “Loeffler syndrome” dengan gejala: demam, batuk,

infiltrasi paru-paru, oedema, asthma, leukocytosis, eosinopilia.

2. Cacing dewasa: penderitanya disebut ascariasis. Penderita dengan

infeksi ringan biasanya mengalami gejala gangguan usus ringan

seperti: mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada

infeksi berat dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat

keaddaan malnutrisi. Dalam sehari setiap ekor cacing menghisap 0.14

gram karbohidrat dalam usus halus penderita.

2. Gejala Klinis Trichuris trichiura

Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan

tetapi dapat juga di kolon asendens. Pada infeksi berat, cacing ini tersebar

di seluruh kolon dan rectum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rectum,

yang mengalami prolapses akibat mengejannya penderita pada waktu

defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus,

(31)

usus. Pada tempat perletakannya dapat terjadi perdarahan. Disamping itu

cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan

anemia. Infeksi Trichuria trichiura sering disertai dengan infeksi klinis

yang jelas atau sama sekali tanpa gejala, parasit ini ditemukan pada

pemeriksaan tinja secara rutin.

3. Gejala Klinis Hookworms (Cacing Tambang)

1. Larva: bila banyak larva filaform sekaligus menembus kulit, maka

terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru

biasanya ringan.

2. Cacing dewasa: gejala tergantung pada (a) spesies dan jumlah cacing

dan (b) keadaan gizi penderita (Fe dan protein). Tiap cacing N.

americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc

sehari, sedangkan A.duodenale 0,08 – 0,34 cc. Biasanya terjadi

adenmia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat

eosinophilia. Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum

belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan

berkurang dan prestasi kerja turun.

2.2.4. Diagnosis Kecacingan

1. Diagnosis Ascaris lombricoides

Cara menegakkan diagnosis adalah dengan pemeriksaan tinja secara

langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis ascariasis. Selain

diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri melalui mulut hidung

(32)

2. Diagnosis Trichuris trichiura

Diagnosis adalah dengan menentukan telur dalam tinja.

3. Diagnosis Hookworm

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telu dari tinja segar. Dalam tinja lama mungkin ditemukan larva. Untuk membedakan Anclystoma duodenale dan

Necator americanus dapat dilakukan dengan biakan tinja misalnya dengan cara

Harada-Mori.

2.2.5. Tahapan Pekerja Terinfeksi Cacing

Para pekerja mempunyai tanggung jawab pekerjaan mulai dari kegiatan

mengumpulkan, mengangkut dan membuang sampah. Di setiap kegiatan tersebut

mereka sangat beresiko terinfeksi cacing. Mereka dapat terinfeksi cacing baik

lewat oral yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar dan melalui

penetrasi kulit. Bila pekerja kebersihan mengelola sampah tidak menggunakan

Alat Pelindung Diri seperti topi, pakaian kerja, masker, sepatu dan sarung tangan

maka kemungkinan terinfeksi cacing lebih besar daripada mereka yang

menggunakan APD secara lengkap.

Menurut Pulungan (2002) mengemukakan bahwa: “cacing Ascariasis

lumbricoides, Trichuris trichura, Ancylostoma duanale dapat menginfeksi pekerja

kebersihan yang mengelola sampah tanpa menggunakan alat pelindung diri

dengan menelan telur cacing tersebut yang melekat pada tangan yang tidak

memakai pelindungnya seperti sarung tangan. Bisa juga terinfeksi dengan cara

(33)

dengan sampahdan tidak memakai APD seperti sarung tangan dan baju lengan

panjang dan sepatu”.

2.2.6. Pencegahan dan Upaya Penanggulangan

Penanggulangan infeksi cacing usus tidak mudah karena keterkaitan

dengan masalah lingkungan. Pemberian obat-obatan hanya bersifat mengobati

tetapi tidak memutuskan mata rantai penularan. Berdasarkan gejala yang di

timbulkan, maka upaya pencegahan yang dapat di lakukan adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan Kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna yaitu

seperti: tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman, sebelum

melakukan persiapan makanan dan hendak makan tangan dicuci terlebih

dahulu dengan sabun, bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah)

sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air

hangat.

2. Pengobatan massal

3. Peningkatan status gizi

4. Perbaikan sanitasi lingkungan

5. Higiene perorangan serta partispasi masyarakat (Purba: 2005).

2.3. Alat Pelindung Diri

Terdapat berbagai upaya untuk menanggulangi bahaya-bahaya yang

terdapat di lingkungan kerja, yaitu: pengendalian secara teknik (engineering

control), pengendalian secara administratif (administrative control) dan

(34)

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,

personal protective equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat

yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang

diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja, baik

yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Alat pelindung diri yang efektif harus:

1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi

2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut

3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya

4. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas

5. Memiliki konstruksi yang kuat

6. Tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara

bersamaan

7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainnya (Ridley, 2008).

Ada berbagai macam alat pelindung diri, yaitu:

a. Alat pelindung kepala

Tujuan dari penggunaan alat pelindung kepala adalah untuk mencegah

bahaya terbentur oleh benda padat atau benda keras yang dapat

menyebabkan luka gores, potong atau tusuk; bahaya kejatuhan

benda-benda atau terpukul oleh benda-benda-benda-benda yang melayang atau meluncur di

udara; bahaya panas radiasi, api, dan percikan bahan-bahan kimia yang

korosif.

(35)

Alat pelindung mata menurut bentuknya dapat dikategorikan menjadi:

kacamata (spectacles), goggles (cup type/box type), tameng muka (face

screen/face shields).

c. Alat pelindung telinga

Alat pelindung telinga berfungsi sebagai penghalang (barrier) antara

sumber bising dan telinga bagiana dalam, juga melindungi telinga dari

ketulian akibat kebisingan. Secara umum, alat pelindung telinga dibedakan

menjadi sumbat telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff).

d. Pemakaian masker

Pemakaian masker untuk melindungi pernapasan dari gas tertentu

(Daryanto, 2007).

e. Alat pelindung tangan

Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak

digunakan. Dalam memilih sarung tangan perlu dipertimbangkan beberapa

faktor sebagai berikut: bahaya terpapar, apakah berbentuk bahan korosif,

panas atau dingin, tajam atau kasar, dan daya tahan terhadap

bahaya-bahaya kimia.

f. Alat pelindung kaki

Alat pelindung kaki atau sepatu keselamatan kerja dipergunakan untuk

melindungi kaki dari bahayanya kejatuan benda-benda berat, percikan

cairan, dan tertusuk oleh benda-benda tajam

(36)

Pakaian pelindung atau pakaian kerja dapat berbentu Apron yang

menutupi sebagian dari tubuh, pemakaiannya yaitu mulai dari dada samoai

lutut san Overalls yang menutupi seluruh tubuh. Pakaian pellindung

digunakan untuk melindungi pemakai dari percikan bahan kimia dan cuaca

kerja yang ekstrim.

h. Sabuk dan tali pengaman

Sabuk dan tali pengaman dipergunakan untuk bekerja di tempat tinggi,

misalnya pada palka kapal, sumur atau tangki. Alat pengaman ini juga

dipergunakan pada pekerjaan mendaki, memanjat dan konstruksi

bangunan (Sarwono, 2002)

2.4. Tinjauan Umum Hygiene 2.4.1. Pengertian Hygiene

Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang

mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya

mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut,

serta membuat kondisi lingkungan sedemikikan rupa sehingga terjamin

pemeliharaan kesehatan (Aswar, 1996).

2.4.2. Personal Hygiene

Personal hygiene (kebersihan perorangan) adalah cara perawatan diri

manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat

penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan

untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Kebersihan

(37)

1. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama

memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya.

Untuk memelihara kebersihan kulit kebiasaan sehat harus selalu

memperhatikan seperti:

1) Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri.

2) Mandi minimal 2x sehari

3) Mandi memakai sabun

4) Menjaga kebersihan pakaian

5) Makan yang bergizi terutama sayur dan buah

6) Menjaga kebersihan lingkungan

2. Kebersihan rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut menjadi

suburdan indah sehingga akan menimbulkan kesan indah dan cantik

dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut

dan kulit kepala maka diperhatikan halsebagai berikut:

1) Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut

sekurang-kurangnya 2x seminggu.

2) Mencuci rambut dengan menggunakan shampoo atau pencuci

rambut lainnya.

3) Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharan rambut sendiri.

(38)

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan

membersihkangigi sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menjagakesehatan gigi adalah:

1) Menggosok gigi secara benar dan teratur di anjurkan setiap habis

makan.

2) Memakai sikat gigi sendiri.

3) Menghindari makan makanan yang merusak gigi

4) Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi

5) Memeriksa gigi secara teratur

4. Kebersihan mata

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah:

1) Membaca ditempat yang terang

2) Makan makanan yang bergizi

3) Istirahat yang cukup dan teratur

4) Memakai peralatan sendiri seperti handuk dan sapu tangan

5) Memelihara kebersihan lingkungan

5. Kebersihan telinga

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah:

1) Membersihkan telinga secara teratur

2) Jangan mengorek-korek telinga dengan benda tajam

6. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara. Kuku

(39)

Pekerja Pengangkut Sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan

Wilayah I

- Alat Pelindung Diri

- Personal hygiene

Kejadian Kecacingan seseorang. Kuku yang panjang dan tidak terawatt menjadi tempat

melekatnya berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan dan

mikroorganisme, diantaranya bakteri dan telur cacing.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai

berikut:

1) Membersikan tangan sebelum makan

2) Memotong kuku secara teratur

3) Membersihkan lingkungan

4) Mencuci kaki sebelum tidur

(40)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitan survey yang bersifat analitik dengan

desain cross sectional yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu

waktu dan tidak diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu, untuk mengetahui

hubungan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan

pada pekerja pengangkut sampah.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I. Adapun

alasan pemilihan lokasi ini adalah:

1. Masih banyak pekerja pengangkut sampah di Dinas Kebersihan Kota

Medan tidak menggunakan alat pelindung diri.

2. Kondisi lingkugan kerja pekerja pengangkut sampah yang memungkinkan

timbulnya kejadian kecacingan pada pekerja pengangkut sampah;

3.2.2. Waktu Penelitian

(41)

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitan ini adalah semua pekerja pengangkut sampah

yang menjadi kernet truck di Dinas Kebersihan Kota Medan di Wilayah I

berjumlah 148 orang.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling dengan jumlah sampel 42 orang. Dengan syarat pengambilan:

1. Sampel belum minum obat cacing lebih dari 6 bulan

2. Sudah bekerja minimal 1 tahun

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

1. Alat pelindung diri dikumpulkan dengan dan wawancara pada pekerja

pengangkut sampah dengan alat bantu kuesioner,

2. Personal hygiene dikumpulkan dengan wawancara pada pekerja

pangangkut sampah dengan alat bantu kuesioner,

3. Kejadian kecacingan dikumpulkan dengan cara membagikan container

tinja kepada pekerja pengangkut sampah. Tinja yang diperoleh diperiksa

(42)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder, berupa profil Dinas Kebersihan Kota Medan; dan data

jumlah pekerja pengangkut sampah, diperoleh dari Kantor Dinas Kebersihan Kota

Medan

3.5Defenisi Operasional

1. Alat pelindung diri didefenisikan sebagai alat yang digunakan untuk

melindungi pekerja dari luka atau penyakit kerja yang diakibatkan adanya

kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja berupa bahaya biologis,

meliputi masker, alat pelindung kaki (sepatu boot), sarung tangan (sarung

tangan dari plastik) dan pakaian kerja.

2. Personal hygiene adalah kebersihan perorangan pada pekerja pengangkut

sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan, meliputi kebersihan kulit,

kebersihan tangan, kaki dan kuku,

3. Kejadian kecacingan adalah adanya telur cacing pada pekerja pengangkut

sampah dari hasil pemeriksaan di laboratorium, meliputi:

a. Terinfeksi jika tinja positif (+) mengandung telur cacing

b. Tidak terinfeksi jika tinja negative (-) mengandung telur cacing.

3.6 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengukur personal hygiene dan pemakaian ala

pelindung diri. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert (Sugiyono,

(43)

1. Alat pelindung diri

Alat pelindung diri dapat diukur dengan memberikan skor terhadap

kusioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 16 dengan

total skor sebesar 48 dengan kriteria sebagai berikut:

Untuk setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan yaitu:

a. Jawaban a= 3

b. Jawaban b= 2

c. Jawaban c= 1

berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu:

- Memenuhi syarat, bila responden memberi jawaban benar ≥ 80% atau

memiliki nilai (skor) ≥ 38 dari seluruh pertanyaan yang ada tentang

pemakaian alat pelindung diri.

- Tidak memenuhi syarat, bila responden memberikan jawaban yang

benar < 80% atau memiliki nilai (skor) < 38 dari seluruh pertanyaan

yang ada tentang pemakaian alat pelindung diri.

2. Personal Hygiene

Personal hygiene ini dapat diukur dengan menggunakan skor terhadap

kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 9 dengan

total skor sebesar 27 dengan kriteria sebagai berikut:

Untuk setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan yaitu:

a. Jawaban a= 3

b. Jawaban b= 2

(44)

berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu:

- Baik, bila responden memberi jawaban benar ≥ 80% atau memiliki

nilai (skor) ≥ 22 dari seluruh pertanyaan yang ada tentang personal

hygiene,

- Kurang baik, bila responden memberikan jawaban yang benar < 80%

atau memiliki nilai (skor) < 22 dari seluruh pertanyaan yang ada

tentang personal hygiene.

3. Kecacingan

Dengan melihat ditemukannya telur cacing pada tinja pekerja pengangkut

sampah melalui pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan

oleh analis di laboratorium.

3.7 Instrumen Penelitian

a. Kuesioner

Kuesioner yang ditujukan kepada pekerja pengangkut sampah mencakup

data identitas pekerja pengangkut sampah, daftar pertanyaan yang

menyangkut alat pelindung diri dan personal hygiene pekerja pengangkut

sampah.

b. Mikroskop

Cara pemeriksaan feses dengan pemeriksaan sediaan tipis, yaitu:

- Teteskan NaCl physiologis (0,9 %), eosin 2% atau Lugol sebanyaj 1-2

tetes di atas kaca benda,

- Ambil tinja/feses sedikit dengan sepotong lidi kemudian campur

(45)

- Tutup dengan kaca tutup,

- Pemeriksaan dibawah mikroskop lensa dengan pembesaran 100 kali dan

400 kali.

3.8 Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan mendeskripsikan masing-masing

variable yang disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Oleh karena

masing-masing variable independen dan variable dependen merupakan data

ketogrik maka kemudian dianalisa dengan menggunakan uji Chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisa data dilakukan dengan

membandingkan nilai probabilitas dengan α (0,05). Ho diterima jika p>α

berarti tidak ada hubungan dan Ho ditolak jika p<α berarti ada hubungan.

Apabila uji Chi-square tidak memenuhi syarat maka dilanjutkan dengan uji

(46)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dinas Kebersihan Kota Medan yang terletak di Jalan Pinang Baris Nomor

114. Dinas ini menangani sampah di 21 kecamatan dan 151 kelurahan serta 2000

lingkungan dengan jumlah penduduk dari waktu ke waktu terus meningkat. Dinas

Kebersihan Kota Medan mempunyai 2 (dua) wilayah kerja dan penelitian ini

dilaksanakan di Dinas Kebersihan Kota Medan untuk wilayah kerja Medan-I.

Wilayah kerja Medan-I meliputi dari 7 kecamatan yang terdiri dari 55 kelurahan

yaitu sebagai berikut :

1. Kecamatan Medan Kota, terdiri dari 13 Kelurahan

2. Kecamatan Medan Area, terdiri dari 12 Kelurahan

3. Kecamatan Medan Johor, terdiri dari 6 Kelurahan

4. Kecamatan Medan Amplas, terdiri dari 7 Kelurahan

5. Kecamatan Medan Denai, terdiri dari 6 Kelurahan

6. Kecamatan Medan Polonia, terdiri dari 5 Kelurahan

7. Kecamatan Medan Maimun, terdiri dari 6 Kelurahan

Adapun jumlah personil lapangan untuk wilayah kerja Medan-I adalah

sebagai berikut :

- Supir : 57 Orang

(47)

- Bestari (Becak/gerobak sampah) : 277 Orang

- Melati (Penyapu Jalan) : 261 Orang

Jumlah : 743 Orang

Dinas Kebersihan Kota Medan mempunyai dua tempat pembuangan akhir

sampah yaitu TPA Terjun yang berada di Medan Marelan dan TPA Namo Bintang

di Kabupaten Deli Serdang, tetapi TPA Namo Bintang untuk sementara waktu di

non aktifkan.

4.1.2. Visi dan Misi Dinas Kebersihan Kota Medan

Visi Dinas Kebersihan Kota Medan adalah: Menciptakan Medan Kota Metropolitan yang Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi Dan Indah (Bestari) Dengan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Berwawasan Lingkungan.

Adapun Misi Dinas Kebersihan Kota Medan dalam mewujudkan Visi

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur yang profesional dalam

pelayanan kebersihan.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan yang berteknologi berdaya

guna dan berhasil guna.

(48)

4.1.3. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan

Bahwa sesuai dengan pasal 64 dan 65 Peraturan Daerah Kota Medan

Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Kota Medan, telah diatur tugas dan fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan.

(Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan Dilampirkan)

4.1.4. Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Program Dinas Kebersihan Kota Medan

1. Tujuan dan Sasaran

Tujuan I: Meningkatkan manajemen pengelolaan Dinas Kebersihan Kota Medan dengan mengutamakan pertanggung jawaban publik dan pertisipasi aktif

masyarakat.

Sasaran:

a. Meningkatkan mutu sumber daya manusia aparatur Dinas Kebersihan

Kota Medan

b. Terwujudnya sistem laporan akuntabilitas Dinas Kebersihan Kota Medan.

c. Meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menciptakan

kebersihan lingkungan kota.

(49)

Sasaran:

a. Terwujudnya pengangkutan sampah yang tepat waktu dan

termaksimalisasinya rotasi pengangkutan timbulan sampah.

b. Meningkatnya cakupan wilayah pelayanan kebersihan dan pengangkutan

timbulan sampah.

c. Meningkatnya teknologi yang berdaya guna, berhasil guna, dan

berwawasan lingkungan dalam pengelolaan sampah dan limbah tinja.

Tujuan III: Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan.

Sasaran:

a. Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan

b. Meningkatnya kerjasama dengan mitra swasta dalam menciptakan

kebersihan kota

Tujuan IV: Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari penerimaan retribusi pelayanan kebersihan.

Sasaran:

a. Adanya dana potensial wajib retribusi sampah (WRS) pelayanan

kebersihan yang akurat dan valid.

b. Terwujudnya manajemen pengelolaan penerimaan retribusi pelayanan

kebersihan yang kondusif.

c. Meningkatnya penerimaan retribusi pelayanan kebersihan.

d. Adanya sumber daya pengelola penerimaan retribusi pelayanan kebersihan

(50)

2. Kebijakan

Untuk meningkatkan akselerasi pencapaian kinerja merujuk pada visi,

misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, telah ditetapkan

kebijakan yaitu:

1. Memperluas wilayah pelayanan dan meningkatkan kualitas pelayanan

kebersihan:

a. Melakukan evaluasi wilayah yang belum terlayani dan pengangkutan

sampah sesuai dengan trip dan jadwal waktu yang telah ditentukan

b. Pekerjaan pemaparan sampah di TPA sesuai dengan jadwal waktu

yang telah diberikan

c. Pemilahan sampah antara sampah organik dengan anorganik mulai

dari rumah tinggal yang disosialisasikan oleh kelurahan

d. Penambahan truk penghisap debu (road sweeper), truk penyedot tinja

e. Melakukan pendataan WRS baru dan melakukan intensifikasi

pemungutan retribusi sampah.

2. Meningkatkan peran serta masyarakat

a. Melibatkan masyarakat dalam memilah sampah menjadi sampah

organik dan anorganik sejak awal

b. Melibatkan pengusaha, masyarakat, dalam penyuluhan pemilahan

sampah program 3R

c. Mendorong program 3R menjadi kegiatan produktif masyarakat

d. Melakukan sosialisasi pemungutan retribusi pelayanan kebersihan,

(51)

3. Meningkatkan kemampuan kelembagaan/manajemen

a. Pelatihan pengelolaan sampah domestik secara berkelanjutan

b. Menggerakkan kader kebersihan dalam penyuluhan

c. Melaksanakan sosialisasi kebersihan

d. Melaksanakan bimbingan teknis terhadap mandor operasional/mandor

pengutip.

4. Menegakkan peraturan dibidang kebersihan

Sosialisasi Peraturan Daerah dan Keputusan Walikota Medan yang

mengatur tentang kebersihan Kota dan retribusi persampahan.

5. Mencari alternatif pendataan (non pemerintah)

a. Melibatkan pihak swasta/masyarakat untuk pendanaan

kegiatan-kegiatan tertentu dalam penanganan sampah, dan partisipasi pemberian

bantuan sarana persampahan

b. Menghimbau partisipasi atau bantuan dari BUMN atau BUMD untuk

mendukung upaya mewujudkan kebersihan Kota Medan melalui

dukungan pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam

menciptakan kebersihan kota.

4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi

1. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Operasional

a. Tugas Pokok

(52)

b. Fungsi

1. Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang operasional

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup operasional kebersihan

3. Pelaksanaan pembinaan, pengendalian, dan pengkoordinasian

kegiatan seksi operasional Medan I, II, dan III mulai dari

pewadahan, penyapuan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan

dan pembuangan akhir

4. Pengaturan tata cara pelayanan kebersihan yang sebaik-baiknya

bagi pemakai jasa (masyarakat) serta menyusun kegiatan

pembinaan teknik operasional pelayanan kepada penyapu jalan,

gerobak/becak sampah, dan supir/kenek truk sampah

5. Pelaksanaan kerjasama dengan instansi terkait untuk optimalisasi

tugas operasional kebersihan

6. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

operasional

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pengembangan dan Pengawasan

a. Tugas Pokok

Melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengembangan sarana,

(53)

b. Fungsi

1. Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang pengembangan

dan pengawasan

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengembangan, sarana,

prasarana, penyuluhan dan pengawasan kebersihan

3. Pelaksanaan pembinaan, pengembangan, sarana dan prasarana

persampahan

4. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam pembinaan dan

pengembangan kebersihan

5. Pelaksanaan penyuluhan di bidang kebersihan

6. Pelaksanaan pengawasan di bidang kebersihan

7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang

pengembangan dan pengawasan

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Bina Program

a. Tugas Pokok

Melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup penyusunan program

dan pelaporan.

b. Fungsi

1. Penyusunan rencana program dan kegiatan sub bagian penyusun

(54)

2. Pengumpulan bahan petuntuk teknis lingkup penyusunan rencana dan

program dinas

3. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program dinas

4. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

tugas

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Umur

Umur pekerja pengangkut sampah yang menjadi responden dalam

penelitian ini beragam yaitu mulai dari umur dibawah 18 tahun sampai 40 tahun.

Distribusi responden berdasarkan kelompok umut dapat dilihat pada Tabel 4.1. di

bawah ini:

Table 4.1. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Kelompok Umur di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I

No. Umur (tahun) n %

terbanyak adalah berada pada usia 23-27 tahun, yaitu sebanyak 15 orang (35.7%)

(55)

4.2.2. Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Dinas Kebersihan Kota

Medan Wilayah I dapat diketahui bahwa keseluruhan responden yang bekerja

berjenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 42 orang (100%).

4.2.3. Lama Bekerja

Distribusi responden berdasarkan lama bekeja di Dinas Kebersihan Kota

Medan Wilayah I dapat di lihat pada Tabel 4.2. di bawah ini:

Table 4.2. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Lama Bekerja di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I

No. Lama Bekerja (tahun) n %

Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak

adalah yang lama bekerja 4-6 tahun sebanyak 16 orang (38.1%) dan 5 orang

(11.9%) yang lama bekerja 10-12 tahun dan 13-15 tahun.

4.2.4. Tingkat Pendidikan

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Dinas Kebersihan

Kota Medan Wilayah I dapat dilihat pada Tabel 4.3. di bawah ini:

Table 4.3. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I

No. Tingkat Pendidikan n %

1. Tamat SD 3 7.1

2. Tamat SMP 16 38.1

3 Tamat SMA 23 54.8

(56)

Berdasarkan Tabel 4.3. di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

responden terbanyak adalah tingkat pendidikan tamat SMA sebanyak 23 orang

(54.8%).

4.3. Alat Pelindung Diri yang Dipakai Responden

Alat pelindung diri yang dipakai oleh responden meliputi pakaian

pelindung, sarung tangan, alat pelindung kaki dan masker. Distribusi responden di

Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I berdasarkan pemakaian alat pelindung

diri dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:

Table 4.4. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Alat Pelindung Diri di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I

Alat Pelindung Diri n %

Dari Tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa alat pelindung diri responden

memenuhi syarat ada sebanyak 8 orang (19.0%) yang tidak memenuhi syarat ada

sebanyak 34 orang (81%).

4.4. Personal Hygiene Responden

Distribusi responden berdasarkan personal hygiene yang meliputi:

kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki dan kuku, dapat dilihat pada Tabel 4.5.

(57)

Table 4.5. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Personal Hygiene di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I

Personal Hygiene n %

Dari Tabel 4.5. di atas diketahui bahwa personal hygiene responden baik

ada 41 orang (97.6%) dan kurang ada 1 orang (2.4%).

4.5 Kecacingan

Distribusi responden yang mengalami kecacingan dengan ditemukannya

telur cacing pada feses dalam pemeriksaan di laboratorium dapat dilihat pada

Tabel 4.6. di bawah ini:

Table 4.6. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Pemeriksaan Kecacingan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I

Pemeriksaan Kecacingan n %

Ditemukan telur cacing pada feses 33 78.6

Tidak ditemukan telur cacing pada feses 9 21.4

Total 42 100

Berdasarkan Tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa ada 33 responden

(78.6%) yang mengalamai kecacingan berdasarkan pemeriksaan feses di

laboratorium dan 9 responden (21.4%) yang tidak ditemukan telur cacing pada

feses.

Table 4.7. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Jenis Cacing di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I

Pemeriksaan Kecacingan n %

Ascariasis lumbricoides 23 54.8

Trichuris trichiura 10 23.8

Tidak Cacingan/Sehat 9 21.4

(58)

Berdasarkan Tabel 4.7. di atas dapat diketahui bahwa ada 23 (54.8%) jenis

cacing Ascariasis lumbricoides, 10 (23.8%) jenis cacing Trichuris trichiura, dan 9

(21.4%) tidak cacingan/sehat.

4.6 Analisa Bivariat

4.6.1 Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Kecacingan

Distribusi responden berdasarkan hubungan alat pelindung diri dengan

kejadian kecacingan dapat dilihat pada Tabel 4.8. di bawah ini:

Table 4.8. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Kecacingan di Dinas Kebersihan Kota Medan Wilayah I

Alat Pelindung Diri

kecacingan. Sedangkan responden dengan kategori memenuhi syarat ada 33

responden (78.6%) dan mengalami kecacingan. Sedangkan 1 responden (2.4%)

tidak memenuhi syarat dan tidak kecacingan.

Variabel di atas tidak dapat diuji dengan menggunakan uji chi square

karena terdapat 2 dari 4 sel yang memiliki expected kurang dari 5 oleh karena itu

variabel di atas diuji dengan menggunakan uji exact fisher. Hasil uji statistik

Gambar

Table 4.1. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Kelompok
Table 4.4. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Alat
Table 4.5. Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Personal
Table 4.8.  Distribusi Pekerja Pengangkut Sampah Berdasarkan Hubungan

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 1 Foto Truk Pengangkut Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang.. Truk

tempat kerja yang berpotensi bahaya terhadap kejadian infeksi kecacingan bagi para pekerja pengangkut sampah. Berdasarkan kondisi diatas, maka penulis sangat tertarik

Untuk mengetahui keluhan gangguan kulit pada petugas pengangkut sampah

Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya jumlah petugas pengangkut sampah yang tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap setiap hari pada saat bekerja, yaitu

Tindakan petugas pengangkut sampah terhadap personal hygiene /kebersihan pribadi.Berikan tanda centang ( √) pada kolom jawaban disamping sesuai dengan yang anda

Diharapkan pekerja dapat memahami efek yang akan ditimbulkan dari Alat Pelindung Diri (APD) jika tidak digunakan ditempat kerja, sehingga pekerja lebih perduli

Hasil dari penelitian tentang hubungan kebiasaan penggunaan alat pelindung diri dan personal hygiene dengan kejadian infeksi kecacingan pada petugas sampah di kota

2.6 Kerangka Teori PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI HIGIENE PRIBADI KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA PEKERJA PENGANGKUT SAMPAH. Kebersihan