• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Perbaikan Kualitas Sepatu Tomkins Dengan Menggunakan Metode House Of Quality (HOQ) Di PT Primarindo Asia Infrastructure TBK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Usulan Perbaikan Kualitas Sepatu Tomkins Dengan Menggunakan Metode House Of Quality (HOQ) Di PT Primarindo Asia Infrastructure TBK"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk merupakan perusahaan yang bergerak

dibidang pembuatan sepatu, perusahaan ini memiliki permintaan pasar yang

cukup banyak, mulai dari dalam negeri maupun luar negeri. Perusahaan ini

mempunyai model sepatu yang cukup banyak, dari mulai untuk anak-anak, remaja

maupun dewasa. Dengan jumlah permintaan yang cukup banyak, perusahaan

memiliki cara tersendiri dalam memproduksi sepatu, namun dalam pelaksanaanya

banyak ditemukan kendala, seperti unit produk cacat.

Jumlah unit produk cacat ditahun 2013 yaitu 21322 unit dan tahun 2014 sebanyak

23272 unit di PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk mengindikasikan bahwa

adanya peningkatan unit cacat dan terjadi kesalahan dalam kegiatan produksi.

Jenis cacat pada produksi sepatu sangatlah beragam diantaranya lasting miring,

velcro miring, keriput, cacat upper, out sole dan lain-lain. Berdasarkan jumlah unit cacat yang tinggi perusahaan harus bisa bertindak dalam perbaikan akan hal

tersebut. Penggunaan metode yang tepat dalam menentukan teknik perbaikan

sangatlah membantu, diantaranya yaitu metode Statistical Quality Control (SQC) dan House Of Quality (HOQ).

Statistical Quality Control (SQC) adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses baik manufaktur maupun jasa melalui

menggunakan metode statistik. Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik

penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan,

menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dan proses menggunakan

(2)

upaya untuk mengkonversi suara konsumen (Costumers Need’s) secara langsung terhadap karaktersitik atau spesifikasi teknis dari sebuah produk.

Pengendalian kualitas secara stastistik (Statistical Quality Control) dapat digunakan untuk menganalisis jenis cacat yang dominan sehingga dapat

memfokuskan penelitian terhadap objek penelitian untuk dilakukan perbaikan

berdasarkan tingginya kesalahan atau unit cacat. Dari hasil analisis metode SQC,

HOQ (House Of Quality) memperlihatkan struktur untuk proses perbaikan dan pengembangan berdasarkan kebutuhan pelanggan, sehingga terjadi

kesinambungan dalam proses usulan perbaikan.

Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas maka dalam laporan tugas

akhir ini peneliti mengambil judul “USULAN PERBAIKAN KUALITAS SEPATU TOMKINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF

QUALITY (HOQ) DI PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat

didentifikasi beberapa masalah, yaitu:

1. Jenis cacat produksi apa yang banyak terjadi

2. Jenis sepatu yang paling banyak unit cacatnya

3. Perbaikan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi produksi cacat

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi jumlah unit cacat

(3)

1.4. Asumsi

Adapun asumsi yang diguanakan antara lain:

1. Tingkat kemampuan operator diasumsikan sama.

2. Beban kerja operator sama

1.5. Pembatasan Masalah

Pembatas dan asumsi dibuat agar ruang lingkup masalah yang dilakukan oleh

peneliti tidak terlalu luas serta memberikan arahan dalam menyelesaikan

masalah. Adapun batasan-batasan yang digunakan antara lain:

1. Produk yang diteliti meliputi sepatu Jasmine, Philip, Pompeii dan Carter

2. Tidak melakukan banchmarking

3. Data produk disatukan, tidak berdasarkan size

1.6. Sistematika Penulisan

Lembar Pengesahan

Lembar Pernyataan

Abstrak

Lembar Peruntukan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Daftar Lampiran

Bab 1 Pendahuluan

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang terjadi, serta menjelaskan

mengenai apa yang akan kita dapatkan dengan memecahkan masalah itu.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Berisikan mengenai teori yang digunakan untuk memecahkan masalah yang

(4)

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Berisiskan kerangaka pemecahan masalah (flow chart) serta tahapan pengerjaan penelitian yang dilakukan

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Berisikan mengenai data dan cara pengolahannya berdasakan metode yang

digunakan

Bab 5 Analisis

Berisikan mengenai analisis data hasil perhitungan pada tahap pengolahan data,

yang nantinya menghasilkan kesimpulan untuk penelitian yang dilakukan.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

Berisikan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan disertai saran yang

sesuai dengan penelitian yang ada

(5)

5 2.1. Definisi Statistik

Dengan ruang lingkup yang cukup luas definisi statistik tidak pernah memuaskan,

sehingga banyak sekali orang yang mengartikan hal tersebut berbeda-beda

berdasarkan pemahamannya masing-masing. Namun statistik bisa diartikan dalam

beberapa kategori, yaitu dalam arti sempit dan luas. J Supranto, M.A dalam

bukunya Statistik Terori dan Aplikasi mengartikan kedua hal tersebut, sebagai

berikut:

a. Statistik Dalam Arti Sempit

Statistik berarti data ringkasan berbentuk angka (kuantitatif). Statistik penduduk

misalnya, merupakan data atau keterangan berbentuk angka ringkasan mengenai

penduduk didalamnya terdapat jumlah, rata-rata umur, distribusi, dan persentase

akan hal tersebut. Contoh lain adalah statistik personalia didalamnya terdapat

rata-rata masa kerja, rata-rata-rata-rata jumlah angka keluarga, persentase sarjana dan lain

sebagainya.

b. Statistik Dalam Arti Luas

Statistik merupakan ilmu yang mempelajari mengenai cara pengumpulan,

pengolahan/pengelompokan, penyajian, dan analisis data serta cara pengambilan

kesimpulan dengan memperhitungkan unsur ketidakpastian berdasarkan konsep

probabilitas.

Ilmu statistik mempunyai banyak manfaat, seperti halnya dalam pengambilan

keputusan dan pengolahan data sehari-hari. Namun dalam kenyataanya statistik

merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam perkembangan ilmu

lainnya melalui riset. Dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu yang lain, statistik

mempunyai cara atau teknik tersendiri untuk pemecahan persoalan yang berbeda

(6)

teknologi disebut teknomertik, dalam biologi disebut biometrik, dan dalam

ekonomi disebut ekonometrik.

Dorothea Wahyu Ariani dalam bukunya “Pengendalian Kualitas Statistik”

menyatakan bahwa, sejak awal pengembangan kualitas, para praktisi telah

memperdebatkan pentingnya metode statistik dalam mencapai kualitas yang

memuaskan. Namun, pengetahuan mengenai metode-metode statistik saja tidak

cukup, pengetahuan tentang produk dan proses yang khusus dalam industri itulah

yang harus dipahami sebagai kunci dan alat yang penting dalam pendekatan

metode tentang kualitas. Tanpa statistik, maka penggambaran penyelesaian

mengenai data akan menjadi sumber malapetaka dalam penerapannya pada

berbagai kasus.

Konsep penting lain adalah variasi atau penyimpangan yang membahas mengenai

tidak adanya dua hal yang sama secara sempurna. Variasi merupakan kenyataan

baik dalam dunia nyata maupun dalam industri. Seperti halnya kaleng yang

tampak serupa akan ada perbedaan walaupun tipis dalam tinggi, diameter, berat

dan seterusnya. Apabila tidak memperhatikan variasi atau penyimpangan tersebut,

maka hal ini akan menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk

menyelesaikan masalah utama dalam perusahaan atau organisasi. Ilmu statistik

akan membantu menganalisis dta dengan tepat dan menggambarkan

penyelesaiannya, dengan memperkecil keberadaan variasi tersebut. Variasi terjadi

secara acak, yang biasanya lebih besar darpada yang diperkirakan orang.

Seringkali keputusan yang diambil menentukan tindakan apakah yang adanya data

historis. Data seringkali ditampilkan baik secara ringkas maupun secara lengkap

dalam bentuk tabel, grafik atau angka-angka.

Untuk menampilkan data dalam bentuk ringkas, dapat digunakan bentuk

(7)

kecenderungan memusat dapat digunakan rata-rata (mean) atau nilai tengah (median). Nilai tengah berguna untuk mengurangi dampak dari nilai ekstrim atau untuk data yang dapat diurutkan tetapi tidak mudah diukur seperti warna atau

yang tampak secara visual. Untuk mengukur penyebaran, yang umum digunakan

adalah jarak (range) dan penyimpangan standar (standar deviation) akan lebih tepat. Ada lagi satu teknik untuk menghitung pengukuran penyimpangan atau

variasi relatif sebagai deviasi standar ditentukan dengan rata-rata (the coefficient of variation).

2.2. Pengertian Pengendalian Kualitas Statistik

Total Quality Management (TQM) merupakan hasil dari revolusi antara kualitas dan manajemen selama setengah abad terakhir. Secara umum TQM berisi dua

komponen yang saling berhubungan, yaitu sistem manajemen dan sistem teknik.

Sistem manajemen berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian,

pengendalian, dan pengelolaan proses sumber daya manusia yang berkaitan

dengan kualitas produk atau jasa. Sistem teknik melibatkan penjaminan kualitas

dalam desain produk, perencanaan dan desain proses, serta pengendalian bahan

baku antara produk dalam proses dan produk jadi.

Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelelesaian masalah yang

digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola dan

memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik. Konsep

terpenting dalam pengendalian kualitias statistik adalah variabilitas, dimana

semua prosedur pengendalian kualitas statistik membuat keputusan berdasarkan

sampel yang diambil dari populasi yang lebih besar. Variabilitas yang dimaksud

adalah variabilitas antar sampel (misalnya rata-rata atau nilai tengah) dan

varibilitas dalam sampel (misalnya range atau standar deviasi). Apabila diambil sampel dari populasi yang sama, variasi statistik akan terjadi dari sampel ke

sampel dan variasi range dapat dihitung. Bentuk ini merupakan dasar dari batas

(8)

variabilitas tidak dikenal, maka dilakukan pencarian dengan penyesuaian proses

dan klasifikasi bahan baku yang datang.

Penyelesaian masalah dengan statistik mencakup dua hal, seperti melebihi batas

pengendalian bila proses dalam kondisi terkendali atau tidak melebihi batas

pengendalian bila proses dalam kondisi diluar kendali. Secara statistik, kedua hal

tersebut digolongkan kedalam kesalahan tipe I dan tipe II atau dalam acceptance sampling dikenal dengan resiko produsen (menolak produk baik) dan resiko konsumen (menerima produk cacat). Prosedur pengendalian kualitas statistik

umumnya dirancang untuk meminimalkan kesalahan tipe I. Karena itu, peta

pengendalian (control chart) mengasumsikan bahwa proses berada dalam batas pengendalian dan acceptance sampling mengasumsikan bahwa produk dapat diterima tanpa kontradiksi dengan tingkat kepastian yang tinggi. Kesalahan tipe I

dan tipe II ini digambarkan dengan kurva karakteristik operasi (operating characteristic curve). Kurva karakteristik operasi menunjukan probabilitas penerimaan sebagai fungsi dari berbagai tingkatan kualitas. Kesalahan tipe I

adalah 1-probabilitas penerimaan bila kualitas dapat diterima, sedangkan

kesalahan tipe II adalah probabilitas penerimaan bila kualitas dapat diterima.

Perusahaan mengadakan inspeksi pada saat bahan baku atau penerimaan bahan

baku, proses dan produk akhir. Inspeksi tersebut dapat dilaksanakan di beberapa

waktu, antara lain:

1. Pada waktu bahan baku masih ada ditangan pemasok

2. Pada waktu bahan baku sampai ditangan perusahaan tersebut

3. Sebelum proses dimulai

4. Selama proses produksi berlangsung

5. Setelah proses produksi

6. Sebelum dikirimkan kepada pelanggan

Selain itu, perusahaan mempunyai dua pilihan inspeksi, yaitu inspeksi 100% yang

(9)

selama masih ada dalam proses, atau seluruh produk jadi yang telah diselesaikan.

Atau dengan mengadakan teknik sampling, yaitu menguji hanya pada produk

yang diambil sebagai sampel dalam pengujian. Kedua macam cara pengujian ini

masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, misalnya untuk inspeksi

100%, kelebihannya adalah tingkat ketelitiannya tinggi karena seluruh produk

diuji. Tetapi kelemahannya, seringkali produk justru rusak selama dalam

pengujian. Selain itu, pengujian dengan cara ini membutuhkan biaya, waktu , dan

tenaga yang tidak sedikit. Sementara itu, pengujian dengan pengambin sampel,

kelebihannya adalah lebih menghemat biaya, waktu dan tenaga dibandingkan

dengan cara inspeksi 100%. Namun teknik ini mempunyai kelemahan dalam

tingkat ketelitian, atau dapat kita katakan tingkat ketelitiannya rendah, sehingga

seringkali menimbulkan resiko baik dari pihak produsen (producer’s risk) atau dari pihak konsumen (consumer’s risk).

Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu pengendalian proses statistik (statistical quality control) atau yang sering disebut dengan control chart dan rencana penerimaan sampel produk atau yang sering dikenal acceptance sampling. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengendalian Kualitas Statistik

Pengendalian Kualitas Statistik (Control Chart)

Rencana Penerimaan Sampel Produk (Acceptance Sampling)

Data Variabel Data Atribut Data Variabel Data Atribut

Gambar 2.1. Pengendalian Kualitas Statistik Sumber: Buku Pengendalian Statistik, Dorothea Wahyu Ariani, 2004

Dari gambar tersebut tampak bahwa pengendalian kualitas proses dan produk juga

(10)

data atribut. Data variabel memberikan lebih banyak informasi daripada data

atribut, namun demikian, data varibel tidak dapat digunakan untuk mengetahui

karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan atau persentase suatu proses.

Data variabel dapat menunjukan seberapa jauh penyimpangan dari standar proses,

sementara data atribut tidak dapat menunjukan informasi tersebut

Menurut Dorothea Wahyu Ariani (2004), terdapat beberapa langkah dalam

menyusun peta pengendali proses atau control chart, yaitu:

1. Memilih karakteristik yang akan direncanakan, yang meliputi:

a. Memberikan prioritas tinggi pada karakteristik yang dijalankan saat ini

dengan tingkat kesalahan yang paling tinggi, untuk itu dapat digunakan

analisis pareto

b. Mengidentifikasi variabel-variabel proses dan kondisi-kondisi yang

dapat memberikan kontribusi dalam karaktristik produk akhir.

c. Memeriksa dan memastikan proses pengukuran telah memenuhi syarat

ketepatan dan keakuratan pemberian data yang tidak mengaburkan

variasi dalam proses manufaktur maupun pelayanan. Variasi atau

penyimpangan dalam proses tersebut menunjukan tidak hanya

penyimpangan proses manufaktur tetapi juga kombinasi penyimpangan

dan pengukuran proses.

d. Penentuan titik paling awal dalam proses produksi yang dapat

dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang penyebab khusus

bahwa peta pengendali digunakan sebagai peringatan awal untuk

mencegah kesalahan

2. Memilih jenis peta pengendali dengan melihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Perbandingan Berbagai Peta Pengendali Pengukuran

Statistik

Peta Pengendali

untuk Data Variabel

Peta Pengendali

untuk Data Atribut

(%)

Peta Pengendali

untuk Data Atribut

(jumlah)

Jenis data yang

dibutuhkan

Data Variabel

(Pengukuran

nilai-nilai karakteristik

Data Atribut

(Banyaknya unit

produk yang cacat)

Data atribut

(banyaknya kelahan

(11)

produk Gambaran penerapan secara umum Pengendalian karakteristik inividu Pengendalian seluruh bagian kesalahan proses Pengenalian seluruh

kesalahan tiap unit

produk

Manfaat yang

penting

 Penggunaan secara

maksimum

informasi yang

teredia dari data

 Penyediaan

informasi secara

menditail pada

data-data proses

 Data yang

dibutuhkan

seringkali sudah

tersedia dari

laporan inspeksi

 Mudah dipahami

seluruh personil

 Data yang

dibutuhkan seringkali telah tersedia dari laporan inspeksi dan penyimpangan dari pengendalian dimensi-dimensi individu  Menyediakan seluruh gambaran kualitas  Mudah dipahami seluruh personil  Menyediakan seluruh gambaran kualitas Kelemahan yang perlu diingat

 Tidak dapat

dipahami tanpa pelatihan  Dapat menyebabkan kebingungan untuk membedakan antara batas-batas pengendalian dengan batas-batas toleransi

 Tidak dapat

digunakan pada

tipe data cacat atau

baik  Tidak menyediakan informasi secara menditail untuk pengendalian karakteristik individu

 Tidak mengenal

tingkat kesalahan yang berbeda pada unit-unit produk tersebut  Tidak Menyediakan informasi secara menditail untuk pengendalian karakteristik individu

Ukuran sampel Biasanya 4 atau 5

unit setiap kali

Menggunakan hasil

inspeksi tertentu

Beberapa unit

(12)

observasi atau setiap

sub-kelompok

atau sampel dari

25, 50. 100 unit

dan seterusnya

seperti 100 m kawat

atau seperangkat

TV

3. Mene

ntukan garis pusat (central line) yang menggunakan rata-rata dari masa lalu atau rata-rata yang dikehendaki. Garis batas tersebut biasanya berada

pada ± 3σ, tetapi garis batas lain juga dapat dipilih berdasarkan risiko

statistik yang berbeda

4. Pemil

ihan sub kelompok. Tiap titik pada peta pengendali menunjukan sub

kelompok yang berasal dari beberapa unit produk. Untuk tujuan

pengendalian proses, sub kelompok harus dipilih, sehingga unit-unit yang

ada dalam sub-kelompok mempunyai kemungkinan terbesar menjadi

serupa dan unit-unit diatara sub-kelompok memiliki kemungkinan besar

menjadi berbeda

5. Peny

ediaan sistem pengumpulan data. Jika peta pengendali untuk alat

pengendali diwajibkan, maka harus dibuat sederhana dan memenuhi

pemakaian.

6. Perhi

tungan batas pengendali dan penyediaan intruksi-intruksi khusus dalam

interpretasi terhadap hasil dan tindakan para karyawan produksi tersebut

7. Pene

mpatan data dan membuat interpretasi terhadap hasilnya.

Selanjutnya, pengendalian kualitas juga dapat dilakukan pada produk yang

dihasilkan , atau dikenal dengan acceptance sampling. Acceptance sampling

merupakan proses evaluasi bagian produk dan seluruh produk yang dihasilkan

(13)

sampling adalah pengurangan biaya inspeksi. Menurut Dorothea Wahyu Ariani

(2004), manfaat acceptance sampling antara lain:

1. Staf

inspeksi yang lebih sedikit akan mengurangi komplektifitas inspeksi dan

biaya administrasi inspeksi tersebut

2. Berk

urangnya kerusakan produk

3. Sekel

ompok produk dapat diselesaikan dalam waktu yang pendek sehingga

penjadwalan dan penyerahan dapat dilakukan secara tepat dan cepat

4. Masa

lah yang membosankan dan kesalahan penguji yang disebabkan 100%

inspeksi dapat diminimalkan

5. Penol

akan produk yang tidak sesuai cenderung mengesankan penyimpangan

kualitas dan penting bagi organisasi untuk mencari tindakan pencegahan

6. Desai

n yang pantas dalam rencana pengambilan sampel memerlukan pengkajian

terhadap tingkat kualitas yang disyaratkan oleh pemakai.

2.2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas Proses Statistik Data Atribut

Atribut dalam pengendalian kualitas menunjukan karakteristik kualitas yang

sesuai dengan spesifikasi atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Menurut Beserfiled

(1998), atribut digunakan apabila ada pengukuran yang tidak memungkinkan

untuk dilakukan, misalnya goresan, warna atau bagian yang hilang.

Pengendalian kualitas proses statistik untuk data atribut ini digunakan sebagai

pengganti pengendali kualitas proses statistik untuk data variabel. Hal ini dapat

terjadi apabila pengukuran seperti kesalahan warna, adanya bagian yang hilang,

dan seterusnya tidak dapat diukur. Selain itu, dalam peta pengendali kualitas

(14)

untuk dapat dibuat peta pengendali rata-rata proses maupun tingkat keakuratan

proses.

Dalam menyusun peta pengendali proses statistik untuk data atribut tersebut

diperlukan beberapa langkah. Menutur Besterfield, langkah tersebut meliputi

1. Mene

ntukan sasaran yang akan dicapai

Sasaran ini akan mempengaruhi jenis peta pengendali kualitas proses

statistik data atribut mana yang harus digunakan. Hal ini tentu saja

dipengarui oleh karakteristik kualitas suatu produk dan proses, apabila

proporsi atau banyaknya ketidaksesuaian dalam sampel atau sub

kelompok, ataukah bagian ketidaksesuaian dari suatu unit setiap kali

mengadakan observas

2. Mene

ntukan banyaknya sampel dan banyaknya observasi

Banyaknya sampel yang diambil adak mempengaruhi jenis peta

pengendali disamping karakteristik kualitasnya

3. Meng

umpulkan data

Data yang dikumpulkan tentu disesuaikan dengan jenis peta pengendali.

Misalnya, suatu perusahaan atau organisasi menggunakan p-chart, maka data yang dikumpulkan juga harus diatur dalam bentuk proporsi kesalahan

terhadap banyaknya sampel yang diambil

4. Mene

ntukan garis pusat dan batas-batas pengendali

Penentuan garis pusat dan batas-batas pengendali akan ditunjukan secara

rinci pada sub bagian berikut ini, pada masing-masing peta pengendali.

Biasanya, perusahaan menggunakan ± 3σ sebagai batas-batas

pengendaliannya

5. Mere

(15)

Revisi terhadap garis pusat dan batas-batas pengendali dilakukan apabila

dalam peta pengendali kualitas prsoes statistik untuk data atribut terdapat

data yang berada diluar batas pengendali statistik (out of statistical control) dan diketahui kondisi tersebut disebabkan karena penyebab khusus. Demikikan pula, data yang berada di bawah garis batas pengendali

bahwa apabila ditemukan penyebab khusus didalamnya tentu juga

diadakan revisi.

2.2.2. Peta Pengendali Proporsi Kesalahan (p-chart) dan Banyaknya Kesalahan (np-chart dalam Sampel)

Pengendali proporsi kesalahan (p-chart) dan banyaknya kesalahan (np-chart) digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam

batas yang disyaratkan. Untuk peta pengendali proporsi dan banyak digunakan

bila kita memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel

yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi

jumlahnya sama amaka kita dapat menggunakan peta pengendali proporsi

kesalahan (p-chart) maupun banyaknya kesalahan (np-chart). Namun bila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali melakukan observasi berubah-ubah

jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi

maka kita harus menggunakan 100% inspeksi atau inspeksi total, juga dapat

disebabkan kurangnya karyawan dan biaya.

Perubahan dalam banyaknya sampel yang diambil atau ukuran sub kelompok

tesebut menyebabkan perubahan dalam batas-batas pengendali, meskipun garis

pusatnya tetap. Apabila ukuran sampel atau ukuran sub kelompok yang digunakan

setiap kali observasi naik atau lebih banyak, maka batas-batas pengendali menjadi

lebih rendah. Namun apabila banyaknya sampel atau sub kelompok yang

digunakan setiap kali observasi turun atau berkurang, maka batas-batas

pengendali menajdi lebih tinggi atau meningkat. Kondisi ini dapat mempengaruhi

(16)

merupakan kelemahan dalam pengendalian kualitas proses statistik untuk data

atribut.

Bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama

maka kita dapat mernggunakan peta pengendali p maupun np. Namun bila sampel

yang diambil bervariasi untuk setip kali melakukan observasi berubah ubah

jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi

maka kita harus menggunakan peta kontrol p. Rumus yang kita gunakan adalah:

Untuk jumlah sampel konstan

Dimana

= proporsi cacat dalam setiap sampel

x = jumlah produk yang cacat dalam setiap sampel

n= jumlah sampel yang diambil dalam inspeksi

Standar deviasi

σ =

...(2.2)

Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah

...(2.3)

...(2.4)

2.2.3. Tujuh Alat Dasar Kualitas

Kaoru Ishikawa adalah orang yang pertama kali mengembangkan

metode/teknik/alat ini, yang digunakan untuk melakukan perbaikan dan

pengendalian kualitas suatu produk atau jasa. Ketujuh alat dasar kualitas tersebut

(17)

1. Diagr

am Alir (Flow Chart)

Diagram alir adalah alat bantu yang memberikan gambaran visual dari urutan

operasi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas. Diagram alir

merupakan langkah pertama dalam memahami suatu proses, baik administrasi

maupun manufaktur. Dalam diagram alir dapat dilihat unsur-unsur penyusun

suatu pekerjaan dan urutan proses-prosesnya. Setiap proses akan membutuhkan

input untuk menyelesaikan tugas dan akan memberikan output ketika tugas

telah selesai.

2. Lemb

ar Periksa (Check Sheet)

Merupakan alat yang memungkinkan pengumpulan data sebuah proses yang

mudah, sistematis, dan teratur. Alat ini berupa lembar kerja yang telah dicetak

sedemikian rupa sehingga dapat dikumpulkan dengan mudah dan singkat. Data

yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai masukan data untuk peralatan

kualitas.

3. Diagr

am Pareto (Pareto Chart)

Merupakan grafik yang digunakan untuk melihat penyebab terbesar suatu

masalah (Rampersad, 2005). Grafik ini menampilkan distribusi variabel

data-data. Biasanya diagram pareto digunakan sebagai identifikasi masalah yang

paling penting. Dalam diagram pareto berlaku aturan 80/90, artinya yaitu 20%

jenis kesalahan/kecacatan dapat menyebabkan 80% proses.

4. Diagr

am Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)

Merupakan alat yang memungkinkan meletakkan secara sistematis representasi

grafis jalur terkecil (penyebab-penyebab) yang pada akhirnya mengarah pada

(18)

5. Histo

gram

Merupakan alat bantu statistik yang memberikan gambaran tentang suatu

proses operasi pada satu waktu. Tujuannya adalah menentukan penyebaran

atau variasi suatu himpunan titik data dalam bentuk grafis. Alat ini secara

grafis juga memperkirakan kapasitas suatu proses, beserta hubungannya

terhadap spesifikasi dan target. Selain itu, alat ini juga mengindikasi bentuk

populasi dan dapat melihat jarak antar data

6. Diagr

am Pancar (Scatter Diagram)

Alat ini digunakan untuk mengkaji hubungan (relasi) yang mungkin antara

variabel bebas (x) dengan variabel terikar (y). Diagram ini juga digunakan

untuk mengidentifikasi korelasi yang mungkin ada antara karakteristik kualitas

dan faktor yang mungkin mempengaruhinya

7. Diagr

am Kendali (Control Chart)

Alat ini digunakan untuk menganalisa proses menurut berjalannya waktu ( time-based) atau urutan (order-based). Diagram ini digunakan untuk mencari pola data dan bersifat siklis. Tujuan dari diagram ini adalah untuk memastikan

bahwa suatu proses dalam kendali dan memonitor variasi proses secara terus

menerus.

2.2.4. Pengertian Kualitas Produk dan Produk Cacat

Menurut Kotler dalam bukunya kuliatas produk adalah kemampuan suatu barang

(19)

diinginkan pelanggan. Sedangkan Gaspersz, untuk menentukan kualias produk

dapat dimakuskan ke dalam 8 dimensi, yaitu:

1. Perfo

rmance yaitu berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam

membeli barang tersebut.

2. Featu

re yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap yang berguna untuk menambah fungsi dasar yang berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan

pengembangannya

3. Relia

bility yaitu berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode

waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

4. Conf

ormance yaitu berkaitan dengan tingkat kesesuaian dengan spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

Kesesuaian merefleksikan derajat ketetapan antara karakteristik desain

produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.

5. Dura

bility yaitu berkaitan dengan berapa lama suatu prouduk dapat digunakan

6. Servi

ce Ability yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi kemudahan dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan

barang

7. Aesth

etic merupakan karakteristik yang bersifat subjektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertibangan pribadi dan refleksi dari

preferensi individual.

8. Fit

(20)

dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk sebagai produk

yang berkualitas

Menurut Salam (2008), suatu produk dikatan cacat apabila produk tersebut tidak

aman dalam penggunaannya sertra tidak memenuhi syarat-syarat keamanan

tertentu. Pengertian cacat juga diatur dalam KUH Perdata, yaitu cacat yang

bersifat “sungguh-sungguh” bersifat sedemikian rupa yang menyebabkan barang

itu “ tidak dapat digunakan” dengan sempurna sesuai dengan keperluan yang semestinya dihayati oleh benda itu, atau cacat itu mengakibatkan ”berkurangnya

manfaat” bernda tersebut dari tujuan semsestinya. Menurut Jiwa (2009) penyebab

suatu produk dikatakan cacat ada tiga kategori yaitu, cacat produk atau cacat

manufaktur, cacat desain, dan cacat peringatan atau intruksi

2.3. Pengujian Statistik Alat Ukur 2.3.1.Metode Pengujian Kuesioner

Kuesioner yang telah selesai disusun kemudian disebarkan untuk melakukan uji

awal kuesioner. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dibuat

perlu direvisi atau tidak, sehingga kuesioner yang digunakan sebagai sumber data

nantinya akan memiliki realibitas dan validitas yang baik. Bila setelah mengalami

pengujian awal kuesioner masih belum memiliki realibitas dan validitas yang

baik, maka kuesioner harus direvisi. Tetapi bila setelah mengalami pengujian awal

kuesioner telah memiliki realibitas dan validitas yang baik, maka kuesioner dapat

langsung dilanjutkan untuk melakukan uji kecukupan data.

2.3.2.Korelasi Item

Suatu alat ukur merupakan sekumpulan item yang menanyakan suatu hal yang

ingin diukur atau diketahui. Suatu alat ukur dikatakan berhasil menjalankan fungsi

ukurnya apabila alat ukur tersebut dapat menunjukan hasil ukurannya dengan

cermat dan akurat. Dengan demikian kualitas suatu alat ukur ditentukan oleh

kualitas item-itemnya. Sebuah alat ukur yang berisi item berkualitas tinggi

(21)

ukur yang berisi puluhan item kualitas rendah. Item-item berkualitas rendah tidak

hanya akan menurunkan kualitas dari fungsi alat ukur, tetapi juga akan

memberikan informasi hasil pengukuran yang menyesatkan.

Langkah pertama guna menciptakan alat ukur yang baik yang berisi item –item

berkualitas tinggi yaitu dengan melakukan penyusunan alat ukur berdasarkan pada

suatu spesifikasi yang jelas, dengan penulisan item menggunakan kaidah dan

petunjuk penulisan yang telah digariskan, dan dengan latihan yang disertai

kreativitas serta pengalaman yang baik. Alat ukur yang disusun dengan cara

demikian itulah yang disebut sebagai alat ukur yang theoretical sounds, yaitu alat ukur yang secara teoritis adalah baik.

Disisi lain, suatu yang telah direncanakan dengan cermat dan baik berdasarkan

teori, masih harus diuji kebenarannya secara cepat. Diuji dalam hal ini adalah

melalui data dari suatu hasil uji coba alat ukur yang sesungguhnya. Dari data hasil

uji coba alat ukur inilah diharapkan diperoleh bukti mengenai kualitas item-item

alat ukur yang bersangkutan. Dan dari hasil analisis mengenai data empiris inilah

dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan, Salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk mengetahui korelasi item adalah dengan melihat daya pembeda

item, yaitu konsistensi antara skor item dengan skor keseluruhan yang dapat

dilihat dari bersarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor

keseluruhan, dengan persamaan Pearson sebagai berikut:

Dimana : r = Korelasi

X = Skor setiap item

Y= Skor total

(22)

Setelah koefisien korelasi untuk setiap item telah dihitung, perlu ditentukan angka

terkecil yang dapat dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya konsistensi

antara skor item dan skor keseluruhan. Dalam hal ini tidak ada batasan yang tegas.

Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi adalah mencari

nilai koefisien yang setinggi mungkin dan menyingkirkan setiap item yang

mempunyai korelasi negative atau koefisien yang medekati nilai nol (0,00).

Menurut Kaplan dan Saccuzzoo (1993), item yang baik adalah item yang biasaya

mempunyai nilai koefisien korelasi antara 0,30-0,70. Disamping itu besarnya

koefisien korelasi yang diperoleh dapat ditentukan pula berdasarkan kritersia

Guilford (1956) dalam Marlon (2004) pada tebel berikut:

Tabel 2.2.Kriteria Penentuan Tingkat Korelasi Item Guilford

Koefisien-Korelasi Ketentuan

Kurang dari 0,20 Tidak ada korelasi

0,20-0,39 Korelasi Rendah

0,40-0,69 Korelasi Sedang

0,70-0,89 Korelasi Tinggi

0,90-0,99 Korelasi Tinggi Sekali

1,00 Sempurna

2.3.3.Uji Realibitas (Keandalan Alat Ukur)

Realibitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran, yang

mengindikasikan stabilitas dan kekonsistenan alat ukur. Pengukuran yang

mempunyai realibitas tinggi mempunyai arti bahwa pengukuran mampu

memberikan hasil ukur yang konsisten (reliable) dan dapat memberikan hasil yang relatif sama jika pengukuran dilakukan lebih dari satu kali pada waktu yang

(23)

Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran

yang baik. Realibitas memberikan gambaran sejauh mana suatu pengukuran

terbebas dari kesalahan pengukuran (measurement error).

Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang

disebut koefisien reliabilitas. Secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas

berkisaran antara 0 – 1,00. Besarnya koefisien reliabilitas minimal yang harus

dipenuhi oleh suatu alat ukur adalah 0,70 (Kaplan dan Saccuzzo, 1993). Di

samping itu, walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif maupun negatif,

namun dalam hal reliabilitas, koefisien yang besarnya kurang dari nol tidak

mempunyai apa-apa karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien

yang positif

2.4. Quality Fucntion Development (QFD)

Quality Function Development (QFD) adalah suatu metode yang digunakan dalam mendukung dan melaksanakan filosofi Total Quality Management (TQM). QFD dalam buku Manajemen Kualitas (Dorothea;88) QFD adalah metode perencanaan

dan pengembangan produk secara terstruktur yang memungkinkan tim

pengembangan mengidentifikasikan secara jelas kebutuhan dan harapan

pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara sistematik

untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut.

QFD mulai digunakan pada tahun 1984 oleh seorang karyawan Xerox

Corporation, Don Clausing yang sangat tertarik pada metode The Robust Design

dari Dr. Genichi Taguchi yang merupakan konsultan perusahaan tersebut.

Sedangkan sofwere QFD baru dikenal pada tahun 1989, namun QFD ditemukan pertama kali oleh seoreang profesor Jepang yaitu Yoji Akoo pada akhir tahun

1980 dengan percobaan yang dilakukannya pada perusahaan pensil Writesharp

Inc. QFD digunakan berbagai perncanaan, dimana semua anggota tim dapat

mengambil keputusan secara sistematik untuk memprioritaskan berbagai

(24)

QFD digunakan untuk memperbaiki proses perencanaan, mengatasi permasalahan

dalam suatu tim, serta membantu dalam mengadakan perbaikan terhadap budaya

perusahaan atau organisasi. Ada tiga manfaat utama yang dapat diperoleh

perusahaan bila menggunakan QFD, yaitu:

 Mengurangi biaya

Hal ini dapat terjadi karena produk yang dihasilkan benar-benar sesuai

dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga tidak ada

pengulangan pekerjaan atau pembuangan bahan baku karena tidak sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pelanggan. Pengurangan

biaya dapat dicapai dengan pengurangan biaya pembelian bahan baku,

pengurangan biaya overhead atau pengurangan upah, penyederhanaan proses produksi dan pengurangan pemborosan (waste)

 Meningkatkan pendapatan

Dengan pengurangan biaya, maka hasil yang kita terima akan lebih

meningkat. Dengan QFD produk atau jasa yang dihasilkan akan lebih

memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan

 Pengurangan waktu produksi

QFD adalah kunci penting dalam pengurangan biaya produksi. QFD akan

membuat tim pengembangan produk atau jasa untuk membuat keputusan

awal dalam proses pengembangan . Ada beberapa cara dimana QFD dapat

mengurangi biaya produksi antaran lain:

QFD membantu mengurangi perubahan-perubahan

QFD membantu mengurangi biaya pelaksanaan produksi karena

pengulangan kegiatan.

2.5. House Of Quality

House Of Quality adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam mendisain manajemen yang dikenal sebagai Quality Fuction Development. (Cohen,L.,1995).

(25)

bentuknya menyerupai sebuah rumah. Kunci dalam membangun HOQ adalah

difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga proses desain dan

pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan

daripada teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi

yang lebih penting dari pelanggan.

Hal tersebut mungkin menambah waktu perencanaan awal (initial planning time) dalam proyek pengembangan, tetapi waktu desain atau me-redesain dan

membawa produk atau jasa kepasaran (time to market) akan berkurang. HOQ merupakan suatu organisasi dalam arti inter-departemental atau inter-junction planning & communication yang berawal dari atribut-atribut pelanggan (Customer Atributes/Cas) yang menggambarkan produk, proses, dan karakteristik. Gambar 2.2. menunjukan komponen-komponen yang penting dari tabel kualitas atau

diagram QFD-The House Of Quality

Gambar 2.2. House Of Quality

Dalam proses perancangan produk penerapan teknologi quality fuction

deployment secara keseluruhan meliputi tahapan penyusunan 4 jenis matiks yaitu:

1. Matriks Perencanaan Produk

2. Matriks Perencanaan Komponen

3. Matriks Perencanaan Proses

Technical Correlations Needs Customer Need

Relationship

Technical Response

Planning Matrix

(26)

4. Matriks Perencanaan Produksi

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membangun HOQ sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi semua kebutuhan dan keinginan konsumen

terhadap produk atau jasa yang ada. Lebih lanjut, kebutuhan dan keinginan

konsumen ini disebutkan sebagai karaktristik konsumen,

mengelompokkan karakteristik yang diperoleh kedalam kelompok primer,

sekunder dan bila perlu tesier. Seluruh data-data tersebut diuraikan dan

dicatat pada bagian kiri rumah kualitas

2 Mengidentifikasikan tingkat kepentingan konsumen untuk

masing-masing karakteristik konsumen yang diperoleh. Masukan nilai-nilai

tersebut kedalam kolom tingkat kepentingan (importance) pada rumah kualitas

3 Menterjemahkan seluruh kebutuhan dan keinginan konsumen (Want)

kedalam karakteristik desain (How’s), yang menunjukan bagaimana

perusahaan melakukan tahap desain guna memenuhi permintaan

konsumen terhadap produk atau jasanya. Mengelompokkan karakteristik

desain kedalam kelompok primer, sekunder dan bila perlu tesier. Seluruh

data yang diperoleh diuraikan dan dicatat pada bagian atas dari rumah

kualitas.

4 Menentukan hubungan yang terjadi antara masing-masing karakteristik

desain. Adapun hubungan yang dimaksud dapat dibedakan menjadi 3

kategori yaitu hubungan kuat, sedang dan lemah. Masing-masing dengan

lambang penulisan yang berbeda. Hubungan ini digambarkan pada bagian

tengah rumah kualitas.

5 Menentukan target perusahaan terhadap masing masing karakteristik

desain yang ada, yang akan diusahakan pencapaiannya guna memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen. Nilai-nilai tersebut dimasukkan

kedalam kolom target yang terletak dibagian bawah rumah kualitas.

6 Target perusahaan yang telah ditentukan dapat ditingkatkan atau

(27)

7 Dengan menempatkan nilai-nilai yang berupa angka pada matiks-matriks

hubungan keinginan konsumen dan karakteristik desain maka seluruh

penilaian dapat disusun berdasarkan kepentingan relatif dari setiap

kebutuhan dan keinginan konsumen. Pengurutan penilaian-penilaian ini

akan menunjukan item-item mana yang harus diberikan perhatian penuh

berdasarkan pertimbangan pada tahap ini.

Pembobotan yang dilakukan pada HOQ ini bertujuan untuk melihat sejauh mana

atribut-atribut teknik berkaitan dengan atribut yang diinginkan konsumen. Hal ini

dapat dilihat dari pemberian skor untuk masing-masing atribut berdasarkan

perkalian antara bobot yang diinginkan konsumen dengan tingkat hubungan

atribut teknik dengan atribut konsumen yaitu kuat, sedang dan lemah. Hal ini

dilakukan bersama-sama dengan pihak perusahaan.

2.5.1. Matrik Kebutuhan Pelanggan (Customers Need Matrix)

HOQ merupakan sentral atau dasar dalam membuat QFD dan merupakan matrik

yang sangat komleks karena terdiri atas beberapa matrik yang terdapat

didalamnya. Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan keinginan pelanggan

(Customers Needs and Benefits)

2.5.2.Matrik Perencanaan (Planning Matrix)

Pada matrik perencanaan ini berisi data kuantitatif, yaitu merupakan tempat

penentuan sasaran atau tujuan produk, didasarkan terhadap data riset pasar.

Penetapan sasaran atau tujuan merupakan gabungan antara prioritas-prioritas binis

perusahaan dengan prioritas-prioritas kebutuhan konsumen. Hal ini merupakan

tahap paling penting dalam perencanaan suatu produk yang ingin dikembangkan

(Cohen. L, 1995).

(28)

tinggi. Pertimbangan hal ini adalah mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan proses QFD (Cohen L, 1995)

Jika planning matrix ditunda sampai beberapa waktu, setelah bagian reationship

terisi, maka tim tidak akan membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui

customers needs mana yang paling penting bagi mereka. Tetapi, beberapa praktisi

mengajarkan planning matrix. Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lebih familiar dengan kebutuhan pelanggan. (Cohen L, 1995).

Rumus yang digunakan (Cohen L, 1995).

2.5.3.Matrik Karakteristik Teknik (Technical Response Matrix)

Karakteristik teknik ini disebut juga subtitue quality characteristic. Karakteristik teknik ini menunjukan bahasa suara pengembang (voice of developer). Penjabaran teknik ini diperoleh dari informasi kebutuhan dan keninginan konsumen yang

kemudian informasi tersebut diterjemahkan kedalam bahasa pengembang.

Karakteristik teknik ini merupakan gambaran produk atau jasa yang akan

dikembangkan.

Pada proses penentuan karakteristik teknik ini memberikan kebebasan kepada tim

untuk menyusun analisis mereka pada tingkat karakteristik tertinggi atau terendah

dengan detail melalui pemilihan tingkat hierarki primer, sekunder, tesier. Terdapat

beberapa informasi yang didapat dari technical response, yaitu kebutuhan konsumen terhadap produk atau jasa dan kemampuan atau fungsi produk atau

(29)

2.5.4. Matrik Hubungan

Pada matrik ini dikenal dengan matrik prioritas (priorization matrix) yang merupakan bagian terbesar dari matrik dan pekerjaan perancang. Matrik ini

menghubungkan antara kebutuhan dan keinginan konsumen dengan karakteristik

teknik yang menunjukan nilai kepuasan pelanggan. Hubungan relationship ini dinyatakan dalam bentuk simbol didalam matrik dan terdapat empat

kemungkinan, yaitu:

Not Linked/tidak berhubungan (nilai 0)

Hubungan yang terjadi adalah bahwa pada karakteristik teknik ini tidak akan

berpengaruh pada performasi kepuasan konsumen. Performasi kepuasan

konsumen ditentukan oleh pemenuhan kebutuhan yang berkaitan.

Possibly Linked/lemah (nilai 1)

Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan yang relatif besar pada

karakteristik teknik ini akan memberikan sedikit perubahan pada peformasi

kepuasan konsumen.

Moderately Linked/kuat (nilai 3)

Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan yang relatif besar pada

karakteristik teknik akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada

peformasi kepuasan konsumen.

Strongly Linked/sangat kuat (nilai 9)

Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan yang relatif kecil pada

karakteristik teknik akan memberikan pengaruh yang besar pada peformasi

kepuasan konsumen.

2.5.4. Matrik Arah Perbaikan

Nilai target memperlihatkan teknik yang diperlihatkan secara fisik. Nilai target ini

adalah sebuah keluaran dari QFD yang merupakan rangkaian keseluruhan proses

untuk memperoleh berbagai informasi, struktur, dan bentuk tingkatan

pengembangan desain produk atau jasa yang melibatkan berbagai fungsi yang

(30)

Informasi dari nilai target ini menyatakan kepada pengembangan (developers),

tentang karakteristik teknis apa saja yang akan menjadi penggerak bagi kepuasan

konsumen.

2.5.5. Banchmarking

Benchmarking merupakan salah satu alat (tools) peningkatan kualitas. Terdapat beberapa istilah atau pengertian Benchmarking didefinisikan sebagai suatu standar atau titik referensi dimana item dapat diukur atau dinilai.

Benchmarking didefinisikan sebagai sebuah cara sisternatis untuk mengidentifikasikan, memahami dan secara kreatif menciptakan pengembangan

produk, jasa, desain, peralatan, proses dan diterapkan untuk meningkatkan

peformasi suatu organisasi. Benchmarking adalah kegiatan yang tergabung dalam aktivitas fungsi perusahaan kompetitor dan non kompetitor dalam usaha proses

dan produk perusahaan.

Benchmarking dalam arti formil adalah suatu proses berkelanjutan (kontinyu) dalam mengukur produk, jasa dan dilakukan untuk menghadapi atau melawan

kompetitor yang kuat atau perusahaan yang terkenal sebagai industri leader.

Adapun melakukan benchmarking adalah melihat proses yang digunakan oleh perusahaan lain dan mempelajarinya untuk meningkatkan proses menuju ke arah

pandangan daya saing dan daya mutu yang lebih baik. Dalam proses peningkatan

kualitas harus mempertimbangkan pesaing (kompetitor), peformasi produk, dan kepuasan pelanggan (customer sastifiction). Melalui proses Benchmarking ini diharapkan memperoleh hasil dengan daya saing tinggi, produktivitas tinggi,

biaya rendah, memuaskan pelanggan dan dapat meningkatkan keuntungan bagi

(31)

30 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah

Alur proses penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. dibawah ini. Penyajian

secara sistematis dibuat agar masalah yang dikaji pada penelitian beserta

peniliaiannya dapat dimengerti dengan baik

Mulai

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

Penentuan Jumlah Kuesioner

Pembuatan dan Penyusunan Kuesioner

Penyebaran Kuesioner

Uji Validasi dan Reliabilitas

Data Valid dan Reliabel?

Membuat HOQ -Menentukan Customers Need -Menentukan Planning Matrix -Menentukan Relationship Matrix -Menentukan Technical Response -Menentukan Technical Corelation -Menentukan Absolute Importance Data Permintaan Tahun 2014

Data Produk cacat (Jenis cacat, jumlah cacat)

Membuat SQC -Menentukan Jumlah Sampel Pemeriksaan -Membuat Peta Kontrol -Membuat Histogram Jenis Cacat

Kesimpulan Selesai Analisis

Ya Tidak

Observasi dan Wawancara

Studi Literatur

Data Berada Pada Batas

Kontrol?

Tidak Ya

[image:31.595.265.410.298.687.2]
(32)

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah 3.2.1. Studi Literatur dan Studi Lapangan

Studi literatur berupa konsep dan metode yang dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan landasan pemikiran yang mendukung serta menunjang penelitian

ini. Tahapan ini dilakukan dengan mencari, membaca dan mempelajari

literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

Studi lapangan merupakan tahap awal penelitian yaitu dengan melakukan

wawancara dan survei langsung ke lapangan untuk mengetahui permasalahan

yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian.

3.2.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan dimana keadaan yang terjadi dirumuskan

secara sistematik berdasarkan hasil studi literatur. Pokok permasalahan dalam

penelitian ini yaitu bagaimana cara memperbaiki produk cacat berdasarkan suara

konsumen dan mengurangi jumlah produk cacat.

3.2.3. Perumusan Masalah

Pada tahap ini masalah yang sudah terindentifikasi dirumuskan menjadi poin-poin

pokok untuk dicari dan diteliti sehingga ditemukannya solusi dari hal tersebut.

3.2.4. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah menghasilkan usulan perbaikan kualitas sepatu.

Data yang diambil dari perusahaan maupun pelanggan sangat mempengaruhi

penelitian ini, dengan banyaknya data maka perlu adanya pembatas, sehingga

tujuan dari penelitian mudah untuk dicapai

3.2.5. Observasi dan Wawancara

Observasi dilakuan untuk mengetahui secara langsung kondisi lapangan, agar

(33)

ada. Agar lebih sesuai kegiatan wawancara sangat mendukung dengan observasi,

sehingga asumsi awal dari seorang peneliti berkesinambungan dengan kondisi

lapangan.

3.2.6. Pengumpulan Data

3.2.6.1. Data Permintaan Sepatu Tahun 2014

Pada tahap ini peneliti mengambil data permintaan dari devisi PPIC (Planning Production Inventori and Controling). Data yang diambil berdasarkan jenis sepatu yang akan diteliti, yaitu sepatu Jasmine untuk child, Philip untuk junior, Pompeii untuk women dan Carter untuk men tahun 2014.

3.2.6.2. Data Produk Cacat

Dalam menunjang SQC peneliti mengambil data produk cacat sepatu. Dalam hal

ini selain data jumlah cacat, peneliti mengambil data mengenai jenis cacat yaitu

lasting miring, out sole, eyelet miring, dan lain-lain. Sehingga dalam pengolahan data untuk produk cacat dapat diketahui secara rinci dan detail mengenai jumlah

dan jenis cacat yang dominan.

3.2.6.3. Membuat Statistical Quality Control

Pada tahap ini data yang data sudah diambil, diolah berdasarkan metode yang

digunakan. Dalam tahap pertama, data yang diperoleh dipisah berdasarkan model

dan jenis sepatu, baik itu jumlah cacat maupun jumlah cacat berdasarkan jenis

cacatnya. Setelah dipisah maka langkah selanjutnya yaitu membuat peta kendali,

apabila terdapat data yang keluar dari batas kendali, Setelah membuat peta kontol,

maka tahap selanjutnya ialah membuat histogram. Apabila data berada pada batas

kontrol tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah ke tahap analisis, dan apabila

diluar batas kendali lakukan tahap selanjutnya yaitu mentukan jumlah dan

(34)

3.2.6.4. Penentuan Jumlah Sampel

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak operator yang melayani pelanggan di

Factory Outlet diperusahaan, maka ditentukanlah jumlah populasi sebanyak 100 orang, sehingga untuk penyebaran kuesioner apabila kita memilih tingkat

kepercayaan sebersar 5% pada tabel kirce maka jumlah responden atau sampel

yaitu sebanyak 78 orang.

3.2.6.5. Pembuatan Kuesioner

Pada tahap pembuatan kuesioner peneliti melakukan studi literatur dan wawancara

kepada pihak perusahaan agar sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti dan

masuk kedalam tujuan penelitian.

3.2.6.6. Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan di factory outlet perusahaan, dengan teknis

peneliti memberikan langsung kuesioner kepada konsumen yang ada, agar dalam

pengisian kuesioner responden tidak mengalami kebingungan dalam pengisian.

Selain itu peneliti memastikan jumlah kuesioner yang disebarkan itu sesuai

jumlah yang ditetapkan dan tidak mengalami banyak kesalahan dalam

pengisiannya.

3.2.6.7. Uji Validasi dan Reliabilitas

Setelah data yang diperoleh dari kuesioner terkumpul peneliti melakukan uji

validasi dan reliabilitas. Pada tahap ini peneliti menggunakan softwere SPSS 2.0 dalam melakukan uji validasi dan reliabilitas, sehingga waktu untuk pengujian

relatif sebentar. Uji validasi bertujuan untuk menguji apakah setiap pertanyaan

yang ada di kuesioner saling berkesinambungan atau tidak, sedangkan untuk uji

reliabilitas bertujuan untuk mengetahui keandalan kuesioner yang dibuat. Namun

apabila masih terdapat keterangan belum valid makan perlu dilakukan pembuatan

(35)

3.2.6.8. Membuat House Of Quality

Setelah pengujian kuesioner mendapatkan hasil valid, maka tahap selanjunya

adalah melakukan pembuatan HOQ, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan Customers Needs

b. Menentukan Planning Matrix c. Menentukan Relationship Matrix

d. Menentukan Technical Response

e. Menentukan Technical Corelation

f. Menentukan Absolute Importance

3.2.7. Analisis

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis mengenai apa yang telah diolah secara

rinci, baik itu dari jumlah cacat yang maupun model sepatu. Selain daripada itu

dalam tahap ini peneliti memberikan usulan perbaikan kepada perusahaan terkait

pengembangan produk maupun pegurangan jumlah cacat

3.2.8. Kesimpulan

Dalam tahap ini peneliti menyimpulkan mengenai penelitian yang sudah

dilakukan, apakah sudah memenuhui tujuan awal penelitian atau belum, atau

perlukah dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan informasi yang lebih

banyak sehingga dari penelitian lanjutan itu dijadikan acuan dalam metode

(36)

TUGAS AKHIR

Karya tulis disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Industri

Oleh:

Denden Chaerul FH NIM: 10311018

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(37)

86 6.1. Kesimpulan

6.1.1. Sepatu Jasmine

Sepatu jasmine memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 358, Outsole berjumlah 4 unit, keriput sebanyak 29 unit, cacat upper sebanyak 55 unit dan lain-lain sebanyak 6 unit. Total cacat sepatu jasmine tahun

2014 = 452 buah

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:

 Daya tahan sepatu (47,44%)

 Kenyamanan sepatu (47,44%)

 Aksesoris sepatu (35,90%)

 Tidak ada robekan pada sepatu (44,87%)

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (52,56%)

 Jahitan benang sepatu rapih (47,44%)

 Daya rekat lem pada sepatu baik (53,85%)

 Alas sepatu tidak licin (44,87%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance

responden dengan nilai 84 adalah sebagai berikut:

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu

 Lubang tali sepatu

 Daya rekat lem pada sepatu

(38)

6.1.2. Sepatu Philip

Sepatu philip memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 948, Eleyet/Verlcro miring sebanyak 6 unit, Outsole berjumlah 6 unit, keriput sebanyak 10 unit, cacat upper sebanyak 153 unit dan lain-lain sebanyak 6

unit. Total cacat sepatu philip tahun 2014= 1133 buah

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:

 Daya tahan sepatu (58,97%)

 Kenyamanan sepatu (52,56%)

 Aksesoris sepatu (48,72%)

 Tidak ada robekan pada sepatu (58,97%)

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (38,46%)

 Jahitan benang rapih (38,46%)

 Daya rekat lem pada sepatu (65,38%)

 Alas sepatu tidak licin (56,41%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance

responden dengan nilai 87 adalah sebagai berikut :

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak

 Daya rekat lem pada sepatu

 Alas sepatu tidak licin

6.1.3. Sepatu Pompeii

Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 79, Outsole berjumlah 5 unit, keriput sebanyak 9 unit, cacat upper sebanyak 82 unit dan lain-lain sebanyak 16 unit. Total cacat sepatu pompeii tahun

(39)

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:

 Daya tahan sepatu (52,52%)

 Kenyamanan sepatu (57,69%)

 Aksesoris sepatu (37,18%)

 Tidak ada robekan pada sepatu (60,26%)

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (44,87%)

 Jahitan benang rapih (58,97%)

 Daya rekat lem pada sepatu (64,10%)

 Alas sepatu tidak licin (39,74%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance

responden dengan nilai 78 adalah sebagai berikut:

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak

 Jahitan benang sepatu rapih

 Daya rekat lem pada sepatu

 Outsole (alas) sepatu tidak licin

6.1.4. Sepatu Carter

Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 39, Outsole berjumlah 10 unit, keriput sebanyak 154 unit, cacat upper

sebanyak 219 unit dan lain-lain sebanyak 2 unit. Total cacat sepatu carter tahun

2014= 424 buah

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:

 Daya tahan sepatu (66,67%)

 Kenyamanan sepatu (56,41%)

 Aksesoris sepatu (42,31%)

(40)

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (39,74%)

 Jahitan benang rapih (51,28%)

 Daya rekat lem pada sepatu (62,82%)

 Alas sepatu tidak licin (56,41%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance

responden dengan nilai 87 adalah sebagai berikut:

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak

 Daya rekat lem pada sepatu

 Alas kaki tidak licin

6.2. Saran

Dalam hal ini peneliti menyarankan bahwa perusahaan harus melakukan

perbaikan berdasarkan data survei, sehingga pada saat perbaikan aspek yang harus

diubah atau diperbaiki menjadi spesifik. Karena dengan adanya perbaikan yang

spesifik perusahaan tidak harus menyediakan dana lebih untuk melakukan

perbaikan keseluruhan yang nyatanya menghasilkan kualitas produk yang cacat

juga. Selain daripada itu peneliti menyarankan agar melakukan pelatihan yang

baik kepada karyawan sehingga tidak melakukan kesalahan dalam proses

produksi, percuma saja apabila sebuah sistem produski sudah bagus, namun

operatornya tidak terlatih, hal tersebut sama saja tidak mempengaruhi kepada

pengurangan jumlah unit cacat, bahkan bertambah. Studi banding dengan

perusahaan lain atau mengikuti seminar tentang pengendalian kualitas bisa

memberikan inspirasi dalam perbaikan sistem produksi guna mengurangi jumlah

(41)

vii

Lembar Pernyataan ii

Abstrak iii

Lembar Peruntukan iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Tabel xiii

Daftar Gambar xv

Daftar Lampiran xvii

Bab 1 Pendahuluan ...1 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Asumsi ... 3

1.5. Pembatasan Masalah ... 3

1.6. Sistematika Penulisan ... 3

Bab 2 Tinjauan Pustakan ...5 2.1. Definisi Statistik ... 5

2.2. Pengertian Pengendalian Kualitas Statistik ... 7

2.2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas Proses Statistik Data Atribut ... 13

2.2.2. Peta Pengendali Proporsi Kesalahan (p-chart) dan Banyaknya

Kesalahan (np-chart dalam Sampel) ... 14

2.2.3. Tujuh Alat Dasar Kualitas ... 16

2.2.4. Pengertian Kualitas Produk dan Produk Cacat ... 18

2.3. Pengujian Statistik Alat Ukur ... 19

2.3.1.Metode Pengujian Kuesioner ... 19

(42)

viii

2.5.1. Matrik Kebutuhan Pelanggan (Customers Need Matrix) ... 26

2.5.2.Matrik Perencanaan (Planning Matrix) ... 26

2.5.3.Matrik Karakteristik Teknik (Technical Response Matrix) ... 27

2.5.4. Matrik Hubungan ... 27

2.5.4. Matrik Arah Perbaikan ... 28

2.5.5. Banchmarking ... 28

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah...30 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah ... 31

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 31

3.2.1. Studi Literatur dan Studi Lapangan ... 31

3.2.2. Identifikasi Masalah ... 31

3.2.3. Perumusan Masalah ... 31

3.2.4. Tujuan Penelitian ... 31

3.2.5. Observasi dan Wawancara ... 31

3.2.6. Pengumpulan Data... 32

3.2.6.1. Data Permintaan Sepatu Tahun 2014 ... 32

3.2.6.2. Data Produk Cacat ... 32

3.2.6.3. Membuat Statistical Quality Control ... 32

3.2.6.4. Penentuan Jumlah Sampel ... 33

3.2.6.5. Pembuatan Kuesioner... 33

3.2.6.6. Penyebaran Kuesioner ... 33

3.2.6.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

3.2.6.8. Membuat House Of Quality ... 34

3.2.7. Analisis ... 34

(43)

ix

4.1.2. Data Permintaan Sepatu Tomkins 2014 ... 37

4.1.3. Data Produk Cacat Sepatu ... 38

4.1.3.1. Data Produk Cacat Sepatu Jasmine ... 39

4.1.3.2. Data Produk Cacat Sepatu Philip ... 39

4.1.3.3. Data Produk Cacat Sepatu Pompeii ... 40

4.1.3.4. Data Produk Cacat Sepatu Carter ... 40

4.2. Pengolahan Data ... 41

4.2.1. Menghitung Bagan Kendali ... 41

4.2.1.1. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Jasmine ... 41

4.2.1.2. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Philip ... 42

4.2.1.3. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Pompeii ... 42

4.2.1.4. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Carter ... 43

4.2.2. Membuat Diagram Pareto Berdasarkan Jumlah dan Jenis Cacat ... 44

4.2.3. Pengolahan data Menggunakan HOQ ... 44

4.2.3.1. Penentuan Jumlah Sampel Kuesioner ... 44

4.2.3.2. Pembuatan Kuesioner dan Penyusunan Kuesioner ... 45

4.2.3.3. Penyebaran Kuesioner ... 46

4.2.4. Uji Validasi dan UjiReliabilitas ... 46

4.2.4.1. Uji Validitas ... 46

4.2.4.2. Uji Reabilitas ... 49

4.2.5. Membuat House Of Quality (HOQ) ... 49

4.2.5.1. Menentukan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan ... 49

4.2.5.1.1. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu

Jasmine ... 50

4.2.5.1.2. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu

Philip ... 52

4.2.5.1.3. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu

(44)

x

4.2.5.2.1. Membuat Planning Matrik Sepatu Jasmine ... 56

4.2.5.2.2. Membuat Planning Matrik Sepatu Philip ... 58

4.2.5.2.3. Membuat Planning Matrik Sepatu Pompeii ... 60

4.2.5.2.4. Membuat Planning Matrik Sepatu Carter... 62

4.2.5.3. Menentukan Karakteristik Teknik (Technical Response) ... 63

4.2.5.4. Membentuk Matrik Hubungan (Relationship Matrik) ... 64

4.2.5.5. Membentuk Matrik Hubungan Karakteristik Teknik (Technical Correlation Matrix)... 65

4.2.5.6. Menentapkan Target (Absolute Importance) ... 67

4.2.5.6.1. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Jasmine

... 68

4.2.5.6.2. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Philip 68

4.2.5.6.3. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Pompeii

... 69

4.2.5.6.4. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Carter

... 69

4.2.5.7. House Of Quality ... 70 4.2.5.7.1. HouseOf Quality Sepatu Jasmine ... 70

4.2.5.7.2. House Of Quality Sepatu Philip ... 71

4.2.5.7.3. House Of Quality Sepatu Pompeii ... 72

4.2.5.7.4. House Of Quality Sepatu Carter ... 73

Bab 5 Analisis...74 5.1.Analisis Statistical Quality Control (SQC) ... 74

5.1.1. Analisis Jenis Cacat ... 74

5.1.1.1. Analisis Jenis Cacat Sepatu Jasmine ... 74

5.1.1.2. Analisis Jenis Cacat Sepatu Philip ... 74

(45)

xi

5.1.2.2. Peta Kontrol Sepatu Philip ... 75

5.1.2.3. Peta Kontrol Sepatu Pompeii ... 75

5.1.2.4. Peta Kontrol Sepatu Carter ... 75

5.1.3. Analisis Histogram Jenis Cacat ... 76

5.2. Analisis Uji Kuesioner ... 76

5.3. Analisis House Of Quality (HOQ) ... 77

5.3.1. Matrik Kepentingan ... 77

5.3.1.1. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Jasmine ... 77

5.3.1.2. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Philip ... 77

5.3.1.3. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Pompeii ... 78

5.3.1.4. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Carter ... 78

5.3.2. Planning Matrik ... 78

5.3.2.1. Planning Matrik Sepatu Jasmine ... 78

5.3.2.2. Planning Matrik Sepatu Philip ... 79

5.3.2.3. Planning Matrik Sepatu Pompeii ... 79

5.3.2.4. Planning Matrik Sepatu Carter... 79

5.3.3. Karekteristik Teknik (Technical Response) ... 79

5.3.4. Matrik Hubungan Karakteristik Teknik (Technical Correlation Matrix) ... 81

5.3.5. Target (Absolute Importance) ... 82

5.3.5.1. Target (Absolute Importance) Sepatu Jasmine ... 82

5.3.5.2. Target (Absolute Importance) Sepatu Philip ... 82

5.3.5.3. Target (Absolute Importance) Sepatu Pompeii ... 82

5.3.5.4. Target (Absolute Importance) Sepatu Carter ... 83

5.4. Usulan Perbaikan ... 83

5.4.1. Sepatu Jasmine ... 83

5.4.2. Sepatu Philip ... 83

(46)

xii

6.1. Kesimpulan ... 86

6.1.1. Sepatu Jasmine ... 86

6.1.2. Sepatu Philip ... 87

6.1.3. Sepatu Pom

Gambar

Gambar 3.1. Flowchart Kerangka Pemecahan Masalah
Tabel 1..Kriteria Penentuan Tingkat Korelasi Item Guilford
Tabel 2. Bagian-Bagian Sepatu
Tabel 9. Hasil Uji Validitas Data Tingkat Kepentingan Sepatu Philip
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil FTA dan FMEA disimpulkan bahwa penyebab utama dari banyaknya produk cacat adalah karena kesalahan dalam proses injeksi, sehingga penanganan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi tingkat cacat pada proses pembuatan container aki mobil type N-70 yang merupakan masalah utama yang sering terjadi pada departemen

Hal ini mendorong penulis untuk merancang sebuah website yang merupakan solusi yang tepat untuk perusahaan. Dengan adanya website konsumen dapat melihat produk sepatu

Memeriksa apakah bahan kain tersebut sudah masuk dengan benar Dilakukan tanpa memakai sarung tangan Tangan pekerja dapat terjepit roller mesin Mengubah langkah kerja

Hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan peta kendali C menunjukkan bahwa proses berada dalam batas kendali baik UCL upper control limit dan LCL lower control limit dan didapatkan

Keterangan Bagan Fault Tree Analysis Kode Keterangan Kode Keterangan 1 Wavy 8 Produksi tiada henti 2 Mesin 9 Bahan baku kurang bersih 3 Manusia 10 Produk menjadi