• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Yang Bekerja Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja (Di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Yang Bekerja Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja (Di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang)"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

(Di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

MARIA ULFAH Nim : 109054100020

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

LEMBAR PERTANYAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya hasil jiplakan dari

karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2015

(4)
(5)

i

ABSTRAK

Maria Ulfah, NIM 109054100020, Kesejahteraan Sosial, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja Di Sekolah Menengah Atas (SMA) KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang. Di bawah Bimbingan Tuti Alawiyah, Ph.D.

Pola asuh orang tua yaitu bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat. Adapun jenis dari pola asuh diantaranya yaitu, pola asuh demokratis, otoriter, permisif dan penelantar. Pola asuh yang diberikan orang tua bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan yang diberikan. Terkadang waktu yang dimiliki orang tua dalam memberikan perhatian terhadap anak terjadi secara tidak maksimal karena mereka memiliki kesibukan terhadap pekerjaannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja terhadap perkembangan kepribadian remaja. Perkembangan kepribadian remaja yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seseorang dengan ciri tertentu pada diri individu baik berupa sifat, tingkah laku, dan temperamen. Adapun aspek-aspek kepribadian yaitu, karakter, temperamen, sikap, stabilitas emosi, responsibilitas, dan sosiabilitas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur data yang pokok. Sampel pada penelitian ini yaitu siswa/siswi di SMA KH. Dewantoro Tangerang sebanyak 82 responden. Dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear sederhana, uji koefisien determinasi, dan uji-t pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Adapun uji validitas penelitian ini menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan analisis regresi menggunakan SPSS Versi 20.0.

Berdasarkan analisis data secara menyeluruh antara variabel pola asuh orang tua yang bekerja (demokratis, otoriter, permisif dan penelantar) dengan variabel perkembangan kepribadian remaja (karakter, temperamen, sikap, stabilitas emosi, responsibilitas dan sosiabilitas) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua yang bekerja dengan perkembangan kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang dengan nilai signifikansi sebesar 0,176. Adapun nilai R Square (R2) dari kedua variabel penelitian yang telah diujikan adalah sebesar 0,023 atau 2,3% dan sisanya 97,7% dapat disebabkan oleh aspek atau faktor lainnya diluar variabel yang diteliti.

(6)

i

berdasarkan masing-masing aspek pada variabel pola asuh orang tua yang bekerja (demokratis, otoriter, permisif dan penelantar) dengan variabel perkembangan kepribadian remaja (karakter, temperamen, sikap, stabilitas emosi, responsibilitas dan sosiabilitas) diperoleh hasil regresi linear yang signifikan sebagai berikut, variabel pola asuh penelantar terhadap temperamen pada kepribadian remaja (R2 = 0,056 atau 5,6% ; P = < 0,032), variabel pola asuh demokratis terhadap sikap pada kepribadian remaja (R2 = 0,090 atau 9% ; P = < 0,006), variabel pola asuh permisif terhadap stabilitas emosi pada kepribadian remaja (R2 = 0,060 atau 6% ; P = < 0,027), dan variabel pola asuh penelantar terhadap stabilitas emosi pada kepribadian remaja (R2 = 0,056 atau 5,6% ; P = < 0,033).

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan kita segala nikmat yang tidak terhingga kepada hambanya sampai

pada saat ini, dan shalawat serta salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan

kepada baginda Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati

perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja Terhadap Perkembangan Kepribadian

Remaja.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas

usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga

dari beberapa pihak. Ditengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang

untuk berbagi informasi dan motivasi agar penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuannya terutama kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta.

2. Seluruh Wakil Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayahtullah Jakarta.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si dan Seluruh dosen jurusan Kesejahteraan Sosial

yang telah memberikan ilmunya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran

(8)

iii

boasannya untuk meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya dengan penuh

kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku ketua penguji, Bapak Muhtadi, M.Si selaku

penguji I dan Bapak Amirudin, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan

bimbingan, masukan, dan saran kepada penulis saat ujian skripsi berlangsung,

demi terwujudnya hasil penelitian yang berkualitas.

6. Kepala sekolah SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang. Bapak Jamin,

S.Pd. dan seluruh Guru SMA KH. Dewantoro yang telah membantu

memberikan informasi data untuk penulisan skripsi serta telah memberikan ijin

penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

7. Teristimewa orang tua penulis, ayahanda tercinta Bpk. Amsori H. Mali dan

ibunda tersayang Ibu Titin yang telah mengantarkan penulis hingga seperti

sekarang dengan penuh kasih sayang, doa, kesabara, keikhlasan dan perjuangan

hidup demi kelangsungan pendidikan putra-putrinya, terima kasih untuk

semuanya.

8. Kepada Suami dan Anak tersayang dan tercinta, yang telah memberikan

dukungan serta motivasinya sehingga penulis selalu mempunyai semangat

untuk menyelesaikan skripsinya.

9. Kepada teman-teman KESSOS 2009 yang telah terlebih dahulu lulus, dan

teman-teman geng seleb, Nuri, Tiwi, dan Putri serta teman-teman geng keren,

Minda, Sandra, dan Mira yang telah membantu memberikan arahan dan

(9)

iii

telah turut serta memberikan kontribusinya baik berupa masukan serta saran

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Hanya harapan dan doa yang penulis panjatkan, semoga semua pihak yang

membantu dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridha dan balasan yang

berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, karena

sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Maka dari itu sangatlah

diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat

menyempurnakan skripsi ini.

Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang

sangat besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca

dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.

Akhirul Kalam

Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

Jakarta, Juni 2015

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Metode Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... ... 15

(11)

1. Pengertian Pola Asuh ... 19

2. Jenis Pola Asuh ... 21

3. Jenis-Jenis Metode Pengasuhan Anak ... 25

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh ... 26

B. Perkembangan Kepribadian Remaja ... 27

1. Pengertian Perkembangan Kepribadian ... 27

2. Pengertian Perkembangan Kepribadian Remaja... 29

3. Aspek-Aspek Kepribadian ... 29

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian ... 30

C. Remaja ... 32

1. Pengertian Remaja ... 32

2. Ciri-Ciri Masa Remaja ... 34

3. Tahapan Perkembangan Remaja ... ... 35

4. Tugas Perkembangan Remaja ... 36

D. Hubungan Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dengan Perkembangan Kepribadian Remaja ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Pendekatan dan Desain Penelitian ... 42

B.Ruang Lingkup Penelitian ... 42

1. Subjek dan Objek ... 42

2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

C.Metode Penentuan Sampel ... 43

(12)

E. Variabel Penelitian ... 45

F. Hipotesis Penelitian ... 45

G.Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian ... 46

H.Uji Instrumen ... 50

1. Uji Validitas Data ... 50

2. Uji Reliabilitas Data ... 50

I. Teknik Analisis Data ... 51

1. Uji Regresi Linear Sederhana ... 53

2. Uji Koefisien Determinasi ... 54

3. Uji T-tes ... 54

4. Uji Regresi Linear Berganda ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 56

1. Sejarah Singkat Sekolah ... 56

2. Identitas Sekolah ... 58

3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 58

4. Keadaan Siswa ... 60

5. Keadaan Guru ... 60

6. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 63

B.Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 64

1. Uji Validitas ... 64

2. Uji Reliabilitas ... 73

(13)

3. Diagram Tingkatan Kelas Responden ... 75

4. Diagram Status Pekerjaan Orang Tua Responden ... 75

D. Deskripsi Kuesioner Penelitian ... 76

1. Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja ... 76

2. Perkembangan Kepribadian Remaja ... 82

E. Analisis Data Penelitian ... 89

1. Uji Regresi Linear Sederhana ... 89

2. Uji Koefisien Determinasi ... 90

3. Uji T-tes ... 91

4. Uji Regresi Linear Berganda ... 91

1. Hasil Uji Regresi Linear Berdasarkan Variabel Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dengan Masing-Masing Aspek KepribadianRemaja... 91

2. Hasil Uji Regresi Linear Berdasarkan Masing-Masing Aspek Antara Variabel Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dengan KepribadianRemaja ... 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 109

(14)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 14

2. Tabel 2 Skala Likert ... 52

3. Tabel 3 Rombongan Belajar ... 60

4. Tabel 4 Jumlah Seluruh Siswa/Siswi ... 60

5. Tabel 5 Data Tenaga Pendidik ... 61

6. Tabel 6 Pendidikan Terakhir Tenaga Pendidik ... 62

7. Tabel 7 Sarana dan Prasarana ... 63

8. Tabel 8 Uji Validitas Variabel X (Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja) ... 64

9. Tabel 9 Uji Validitas Variabel Y (Perkembangan Kepribadian Remaja) ... 68

10. Tabel 10 Koefisien Reliabilitas ... 73

11. Tabel 11 Respon Siswa/Siswi Terhadap Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja .... 76

12. Tabel 12 Respon Siswa/Siswi Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja ... 82

13. Tabel 13 Koefisien Regresi Linear Sederhana ... 89

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram Jenis Kelamin Responden ... 74

Gambar 2 Diagram Jenjang Usia Responden ... 74

Gambar 3 Diagram Tingkatan Kelas Responden ... 75

(16)

1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Masa remaja (adolescence) sebagai periode transisi perkembangan antara

masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan

biologis, kognitif, dan sosio-emosional.1

Dimasa remaja ini peranan keluarga terutama orang tua sangat diperlukan

dalam memberikan perhatian secara khusus, karena pada masa remaja ini

merupakan masa yang paling rawan, penuh gejolak emosi dan

ketidakseimbangan yang mudah terkena pengaruh lingkungan kehidupannya.

Sebab dalam masa remaja ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk

kepribadiannya sehingga hubungan dengan orang dewasa dalam lingkungan

keluarga sangat diperlukan.

Remaja sebagai individu yang sedang berada dalam proses berkembang

atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau

kemandirian.2 Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan

bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan

tentang dirinya atau lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah

kehidupannya.

Seorang remaja pun masih berhak mendapatkan apa yang seharusnya anak

dapatkan dari sebuah keluarga. Seperti kasih sayang, perhatian, kepedulian,

1

John W. Santrock, Remaja (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 20.

2

(17)

kejujuran, keterbukaan, komunikasi, saling berbagi, dan semuanya yang

semestinya para orang tua berikan didalam sebuah keluarga.

Orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak, dan

membentuk baik buruknya perilaku anak. Pola asuh diberikan orang tua pada

anak bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam

tutur kata, sikap, perilaku, dan tindakan yang diberikan. Melalui orang tua, anak

beradaptasi dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang

berlaku di lingkungannya.3

Pengasuhan atau mengasuh adalah menjaga dan memelihara anak kecil,

membimbing agar bisa mandiri.4Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata

pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan

asuh mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri

sendiri.5

Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa berpendapat bahwa pola asuh

adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua untuk mengasuh (merawat,

menjaga atau mendidik) anak.6

Orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak.

Pendidikan yang baik dalam keluarga akan berperan penting terhadap

perkembangan kepribadian anak.

Namun, masalah yang dihadapi oleh keluarga sekarang ini kebanyakan

disebabkan oleh kesibukan-kesibukan orang tua. Orang tua yang memiliki

3

Theo Riyanto, Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002) h. 89.

4

Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 75

5

TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1988), Cet, Ke-1, h. 692.

6

(18)

pekerjaan formal seringkali terikat dengan tuntutan jam kerja yang sangat padat,

sehingga tidak adanya waktu untuk memperhatikan anak. Selain itu, orang tua

yang memiliki pekerjaan informal, biasanya harus bekerja lebih giat untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi dengan meningkatnya persaingan dalam

dunia usaha seperti sekarang ini. Sehingga waktu orang tua semakin sedikit untuk

mendidik dan memperhatikan anak akibatnya komunikasi antara orang tua

dengan anak berkurang.7

Kurangnya perhatian dari orang tua akan mengakibatkan remaja mencari

perhatian dari luar baik di lingkungan sekolah atau pun dengan teman sebaya.

Terkadang remaja melakukan perilaku yang menyimpang ini dilakukannya

sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian orang tuanya yang tidak sempat

untuk memberikan perhatian yang lebih kepada anak remajanya karena

kesibukan kedua orang tuanya.

Orang tua yang tidak bekerja diluar rumah biasanya mempunyai banyak

waktu dalam mengasuh anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya

mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Sehingga orang tua bisa

mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan interaksi dengan anak dan

dapat mengontrol tindakan yang dilakukan anak.

Lain halnya dengan orang tua yang bekerja terkadang mereka tidak banyak

mempunyai waktu untuk membimbing anaknya. Padahal seorang anak yang

sedang berada pada masa remaja sangat membutuhkan perhatian lebih dari orang

tua terutama untuk perkembangan kepribadian. Selain perhatian dan kasih sayang

(19)

lebih dari orang tua, salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak

adalah gaya pengasuhan (pola asuh) yang diterapkan orang tua.8

Pola asuh orang tua yaitu pola perilaku yang diterapkan kepada anak secara

konsisten dari waktu ke waktu.9 Pola perilaku ini langsung dirasakan oleh anak,

baik perilaku positif maupun perilaku negatif. Pola asuh orang tua dalam

lingkungan keluarga juga adalah usaha orang tua dalam membina dan

membimbing anak baik jiwa dan raganya sejak lahir sampai dewasa. Setiap orang

tua pasti memiliki cara atau pola tersendiri dalam mengasuh anaknya.

Tata pola asuh orang tua yang kurang tepat akan berakibat fatal bagi anak.

Terkadang pola asuh yang tidak tepat dari orang tua terhadap anak, akan banyak

memberikan dampak negatif. Dari dampak yang negatif tersebut terjadilah

kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh anak.

Banyak kita mendengar atau menyaksikan tindakan kriminal atau

perilaku-perilaku menyimpang baik itu disiaran televisi, koran, radio, media massa dan

lain sebagainya. Sebagian besar pelakunya adalah dari kalangan remaja. Seperti

kasus tawuran antar pelajar, miras, obat-obatan terlarang, bahkan pembunuhan

bermotif dendam atau kecemburuan, bisa jadi hal tersebut merupakan salah satu

dampak dari pola asuh orang tua yang kurang tepat.10

Terdapat sejumlah kenakalan remaja, yang paling utama adalah penyalah

gunaan narkoba. Perlu diketahui tingkat penggunaan narkoba dikalangan remaja

di Indonesia sangat memperihatinkan. Dari data Badan Narkotika Nasional

8

Yudrik Jahja. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 193-194.

9 Anna Faujiah. “ Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Karakter Anak”, diakses pada 20 Desember 2013 dari http://faujiahnna.blogspot.com/2013/12

(20)

(BNN), kasus penyalahgunaan narkoba terus meningkat dikalangan remaja. Dari

2,21% (4 juta orang) pada tahun 2010 menjadi 2,8% (sekitar 5 juta orang) pada

tahun 2011. Yang berikutnya adalah seks bebas, contoh kenakalan remaja dalam

pegaulan seks bebas akan bersangkutan dengan HIV/AIDS. Ketiga adalah

tawuran antar pelajar, di kota-kota besar satu tahun belakangan ini tawuran antar

pelajar semakin meningkat dibandingkan tahun berikutnya.11

Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengarahkan perilaku

remaja dan mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk dan mengajarkan

mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh remaja. Orang tua adalah faktor

utama suksesnya anak menjalani kehidupan, begitu pentingnya keterikatan orang

tua dan remaja dalam menentukan arah perkembangan pada remaja.

Kepribadian atau Personality berasal dari bahasa Latin persona yang berarti

topeng. Menurut Allport Hurlock, (1978), kepribadian merupakan susunan sistem

psikofisik yang dinamis dalam diri individu yang unik dan mempengaruhi

penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian juga merupakan kualitas

perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap

lingkungannya secara unik.12

Dalam penelitian kepribadian, terdapat berbagai istilah, seperti motif, sifat,

dan tempramen, yang menunjuk kekhasan permanen pada perseorangan (Berry,

et al., 1999:141).13 Menurut McDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian adalah “tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi

11Ahmad Romdoni,“Kenakalan Remaja,” dari

http://keributanremaja.blogspot.com/2012/10/mengatasi-kenakalan-remaja-republika.html

12

Jahja Yudrik, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana,2011), h.67.

13

(21)

tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan”.14 Kepribadian adalah ciri

atau karakteristik gaya atau pun sifat khas dari diri seseorang yang bersumber

dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga masa

kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir.15

Sedangkan perkembangan kepribadian yaitu Perkembangan yang dapat

dikatakan mencakup semua aspek perkembangan, seperti perkembangan fisik,

motorik, mental, sosial, moral, tetapi melebihi penjumlahan semua aspek

perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan

badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan

seseorang.16 Perkembangan kepribadian seorang individu tumbuh dan

berkembang sepanjang hidup manusia sejak lahir sampai dewasa. Pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua, baik pada orang tua yang bekerja mau pun orang tua

yang tidak bekerja akan memberi pengaruh secara bermakna terhadap

perkembangan anak.17

Dari berbagai penjelasan diatas yang membahas peranan serta pengaruh

pola asuh orang tua dalam perkembangan kepribadian dimasa remaja, pola asuh

orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak hingga dewasa.

Karena Keluarga merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak

menjadi pribadi yang baik didalam keluarga orang tualah yang berperan dalam

mengasuh, membimbing, dan mengarahkan anak untuk menjadi pribadi yang

baik dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam

14

Dr.H. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 126

15

Dr. Sjarkawi, M.Pd., Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 11.

16

Drs. Alex Sobur, M.Si. Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 312.

17

(22)

masyarakat.18 Hal ini dikarenakan kepribadian seorang individu terbentuk

dimulai dari masa kanak-kanak, dimana orang tua memberikan arahan serta

membimbing anak mulai pada saat anak waktu kecil belajar makan, disiplin,

belajar bermain dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya (Koentjaraningrat,

1997). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh

orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian seseorang sejak dari

kecil sampai dewasa. Apabila pola asuh yang diterapkan orang tua keliru, maka

yang akan terjadi bukan perilaku yang baik, sebaliknya akan menambah buruk

perilaku anak.19

Penjelasan diatas membuat peneliti tertarik untuk memfokuskan

penelitiannya kepada perkembangan kepribadian remaja. Untuk membuktikan

ada atau tidaknya pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja terhadap

perkembangan kepribadian remaja maka dalam penelitian ini peneliti akan

menguji tentang kepribadian siswa yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA)

KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang. Dilihat dari latar belakang ekonomi

siswa SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang, mulai dari kelas X sampai

kelas XII mayoritas berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, dimana

mayoritas kedua orang tua siswa bekerja. Melalui pola asuh orang tua yang

bekerja inilah yang nantinya akan dilihat apakah ada pengaruh pola asuh orang

tua yang bekerja dengan perkembangan kepribadian remaja.

Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian terhadap

pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dengan perkembangan kepribadian

remaja. Peneliti akan melakukan penelitiannya di SMA KH. Dewantoro, Pinang

18

Drs. Gunawan,dkk., Masalah Sosial di Indonesia (Jakarta: Kemensos RI, 2010), h. 134. 19

(23)

Kota Tangerang. Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian

dengan judul: “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang.”

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian dan menghindari pembahasan yang terlalu

luas, maka penulis membatasi permasalahan pada :

1) Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dalam penelitian ini yaitu pola

asuh yang diberikan oleh kedua orang tua yang memiliki kesibukan bekerja

diluar rumah, dimana pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak dalam

bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap,

perilaku, dan tindakan. Dalam penelitian ini yang diukur pola asuh orang tua

demokratis, otoriter, permisif, dan penelantar. Untuk penjelasan lebih detail

tentang pola asuh demokratis, otoriter, permisif dan penelantar dapat dilihat

pada bab II landasan teori.

2) Perkembangan kepribadian remaja dalam penelitian ini yaitu kepribadian

remaja yang menyangkut aspek-aspek kepribadian seperti: karakter,

temperamen, sikap, stabilitas emosional, responsibilitas, dan sosiabilitas.

Untuk penjelasan lebih detail tentang aspek kepribadian (karakter,

temperamen, sikap, stabilitas emosional, responsibilitas, dan sosiabilitas)

(24)

3) Subyek dalam penelitian ini adalah siswa/siswi, yang memiliki kriteria

sebagai berikut :

a) Remaja, meliputi laki-laki atau perempuan.

b) Siswa/siswi yang memiliki orang tua bekerja.

c) Siswa/siswi SMA KH. Dewantoro, Tangerang.

Dengan adanya batasan masalah dalam penelitian ini, diharapkan dapat

mempermudah dan menghindari salah pengertian serta mempertegas ruang

lingkup pembahasan.

2. Perumusan Masalah

Terkait dengan pembatasan masalah diatas, maka penulis dapat

merumuskan masalah yang akan menjadi acuan dalam penelitian yaitu :

“Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja terhadap perkembangan

kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang?”.

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pola asuh

asuh orang tua yang bekerja terhadap perkembangan kepribadian remaja di SMA

KH. Dewantara, Tangerang.

2. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Akademis

a)Memberi sumbangan pengetahuan mengenai cara pengembangan

kepribadian.

(25)

2.Manfaat Praktis

a)Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya

yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian.

b)Merupakan sumber masukan bagi peneliti dari segi wawasan, ilmu

pengetahuan maupun pengalaman.

D.Metode Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian pada skripsi yang ditulis peneliti ini adalah berbentuk

penelitian kuantitatif. Dalam penelitian pada skripsi ini peneliti mengidentifikasi

dua variabel yang nantinya akan dicari korelasi antara kedua variabel tersebut.

Adapun kedua variabel tersebut sebagai berikut:

a.Variabel Bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang menentukan

arah atau perubahan tertentu pada variabel tergantung/terikat, sementara

variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari “pengaruh” variabel

tergantung/terikat.20 Keberadaan variabel bebas ini dalam penelitian

kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya topik

penelitian. Variabel bebas ini biasanya disimbolkan dengan variabel “X”

dalam hal ini, yang menjadi variabel bebas “X” adalah pengaruh pola asuh

orang tua yang bekerja.

b.Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang diakibatkan

atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Independent Variabel).21

Keberadaan variabel terikat ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam

20

Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: KENCANA, 2008), Cet. Ke-3, h. 62.

21

(26)

topik penelitian. Variabel terikat ini biasanya disimbolkan dengan variabel

“Y” dalam hal ini adalah perkembangan kepribadian remaja pada

lingkungan yang akan diteliti.

Sementara itu, hubungan antara variabel dalam penelitian ini adalah

hubungan yang asimetris, yaitu hubungan yang mendeskripsikan bagaimana

suatu variabel mempengaruhi variabel lain.22 Hubungan variabel yang asimetris

ini bersifat satu arah. Sedangkan hipotesis berdasarkan hubungan antar variabel

didalam penelitian ini adalah hipotesis asosiatif. Hipotesis asosiatif merupakan

jenis hipotesis yang menjelaskan hubungan antarvariabel.23

2. Jenis Data dan Sumber Data

1) Jenis Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini meliputi dua macam data

yaitu:

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak bisa diukur secara langsung atau

data-data yang tidak langsung berwujud dalam angka tetapi dalam bentuk

kategori-kategori.24 Adapun yang dimaksud dengan data kualitatif dalam skripsi

ini seperti: gambaran umum wilayah, seperti; letak geografis, sejarah berdirinya,

visi, misi, tujuan,sasarana-prasarana, dan lain sebagainya.

22

Burhan Bugin, Metedologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: KENCANA, 2008), Cet. Ke-3, h. 69

23

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h.69.

24

(27)

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang dijelaskan dengan angka-angka dan dapat

dianalisis dengan menggunakan analisis statistik.25 Adapun yang dimaksud

dengan jumlah kuantitatif disini adalah jumlah siswa, jumlah tenaga guru, dan

lain sebagainya.

2) Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data

pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.26 Adapun yang menjadi

sumber data dalam penelitian skripsi ini adalah seluruh jumlah responden, kepala

sekolah, guru, dan siswa di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah merupakan data-data yang diperoleh dan digunakan

untuk mendukung data/informasi data primer. Adapun data sekunder tersebut

adalah meliputi dokumen, buku-buku, media cetak/koran, internet, koran, serta

catatan apa saja yang berhubungan dengan masalah ini dan khususnya yang ada

di SMA KH.Dewantoro, Pinang. Kota Tangerang.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan April 2014 sampai dengan

pertengahan bulan oktober 2014. Adapun lokasi penelitiannya di SMA KH.

Dewantoro, Pinang Kota Tangerang.

25

Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si., Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3, h. 120.

26

(28)

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a.Metode Angket

Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun

secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.27 Dengan metode

angket ini penulis melakukan penelitian dengan memberikan sejumlah daftar

pertanyaan tertulis kepada responden mengenai permasalahan yang akan diteliti.

Penulis akan memberikan pertanyaan tertulis yang menyangkut pola asuh orang

tua yang nantinya akan diberikan kepada masing- masing siswa/siswi SMA KH.

Dewantoro, Pinang Kota Tangerang yang akan diteliti untuk mendapatkan

jawaban yang bersifat pribadi, kemudian dari sejumlah jawaban tersebut penulis

kemukakan dan selanjutnya penulis sajikan dalam penyajian data.

5. Teknik Analisis Data

Berkaitan dengan judul skripsi dan metode penelitian kuantitatif yang

digunakan dalam skripsi ini, penulis dalam menganalisa data yang sudah

terkumpul dengan menggunakan metode statistik. Metode statistik adalah teknik

analisis dengan cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk penyelidikan

angka-angka.28

Dalam analisis data ini peneliti menggunakan frekuensi dan regresi

linear sederhana, dimana frekuensi untuk mendeskripsikan responden dan regresi

untuk mengetahui pengaruh/hubungan antara pola asuh orang tua yang bekerja

terhadap perkembangan kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro Kota

Tangerang.

27

Ibid, h. 123. 28

(29)

Untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel tersebut dapat

diketahui melalui pedoman sebagai berikut :29

Tabel 1. Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Interpretasi

0,00 – 0,199 Sangat rendah atau sangat lemah (dianggap tidak ada

korelasi antara variabel x dan y)

0,20 – 0,399 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang rendah

0,40 – 0,599 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sedang

0,60 – 0,799 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang kuat atau

tinggi

0,899 – 1,000 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sangat

kuat atau sangat tinggi

29

(30)

E.Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai

langkah dari penyusunan skripsi yang diteliti sebagai referensi penelitian yang

berhubungan dengan perkembangan kepribadian dan pola asuh orang tua.

Tinjauan pustaka ini dilakukan untuk menghindari kesamaan pada skripsi yang

telah ada. Tinjauan pustaka ini dilakukan pada skripsi DINNO IRENSA

(105052001740), Jurusan: Bimbingan Penyuluhan Islam/Fakultas: Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta.

Skripsi ini tentang “Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Usia 6-10 Tahun di Komplek Sekretariat Negara RI Kebon Nanas Tangerang”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana cara mengasuh anak dengan membentuk akhlak anak di komplek SEKNEG RI Kebon Nanas

Tangerang. Dimana pada skripsi yang telah ada memiliki persamaan pada subjek

penelitian yaitu berkenaan dengan pola asuh orang tua sedangkan pada objek

penelitian berbeda yaitu pembentukan akhlak sedangkan objek penulis yaitu

perkembangan kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro Kota Tangerang.

Skripsi NURAENI (1403204044) tentang “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Taman Kanak-Kanak”. Jurusan: Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak, Fakultas: Ilmu Pendidikan ,

Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan

mendeskripsikan tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan

kepribadian anak usia TK. Hasil dalam penelitian ini banyak faktor yang dapat

mempengaruhi pembentukan kepribadian seorang anak, namun pola suh orang

(31)

tidak akan jauh beda dengan apa yang dimiliki oleh orang tua mereka, karena

adanya sifat genetika. Akan tetapi sepanjang waktu akan terus berubah, maka

seiring dengan itu pendidikan moral atau kepribadian anak akan berubah seiring

dengan pola asuh lingkungan keluarga anak tersebut.

Dan pada skripsi ISTI’ANAH (06220024) tentang KEPRIBADIAN

ANAK PADA KELUARGA SINGLE PARENT (Studi Kasus Terhadap

AS dan NA di Banjarnegara Jawa Tengah). Skripsi ini membahas tentang

bagaimana kepribadian pada anak yang mempunyai orang tua single parent yang

penelitiannya dilakukan terhadap AS dan NA di Banjarnegara Jawa Tengah. Dimana

dalam skripsi yang telah ditulis ini peneliti lebih memfokuskan pada kepribadian

anak pada keluarga single parent berbeda dengan penelitian yang akan penulis

lakukan yaitu lebih memfokuskan pada pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja

terhadap perkembangan kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro Kota

(32)

F. Sistematika Penulisan

Agar mempermudah para pembaca untuk membaca bagian yang diperlukan

dalam skripsi ini, peneliti memberikan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan latar belakang, rumusan dan batasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian (bentuk

penelitian, jenis dan sumber data, waktu dan tempat penelitian, tinjauan pustaka,

metode pengumpulan data dan teknik analisis data) dan sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Teoritis

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang teori-teori yang berkenaan

dengan skripsi ini yaitu kajian tentang pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja

dengan kepribadian remaja meliputi:

1. Pengertian pola asuh orang tua, jenis pola asuh, dan indikator pola asuh.

2. Pembahasan mengenai perkembangan kepribadian remaja. Misalnya

pengertian kepribadian, faktor yang mempengaruhi kepribadian.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berkenaan

dengan skripsi ini yaitu: pendekatan dan desain penelitian, ruang lingkup

penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, variabel

penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional dan indikator variabel

(33)

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini penulis memaparkan gambaran lokasi penelitian yaitu SMA

KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang. Gambaran lokasi penelitian ini

diantaranya tempat penelitian, sejarah singkat SMA KH. Dewantoro, Pinang

Kota Tangerang, identitas sekolah, visi misi, dan tujuan SMA KH. Dewantara,

Pinang Kota Tangerang, sarana dan prasarana SMA KH. Dewantara, Pinang

Kota Tangerang. Bab ini juga membahas hasil temuan dan analisis data. Di bab

ini penulis mencoba memaparkan hasil pengelolahan uji instrumen. Deskripsi

data responden penelitian serta analisis pengaruh pola asuh orang tua yang

bekerja terhadap perkembangan kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro,

Pinang Kota Tangerang.

BAB V Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir yang didalamnya terdiri dari kesimpulan

dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan yang ada didalam

(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh

Setiap orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus

dipenuhi dalam mengasuh dan merawat anak-anaknya. Tugas dan tanggung

jawab tersebut tidak berhenti tetapi akan berlangsung secara terus menerus

hingga anak-anak tersebut tumbuh dewasa dan mandiri. Dibutuhkan adanya

keterlibatan orang tua baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

mengasuh, merawat maupun memberikan kasih sayang terhadap anak-anak,

sehingga anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik,

kepribadian, emosional dan intelektual.

Perkembangan diri anak sangat dipengaruhi pola asuh yang diterapkan oleh

orang tua. Baik pada orang tua yang bekerja maupun orang tua yang tidak

bekerja akan memberi pengaruh secara bermakna terhadap perkembangan pada

diri anaknya.30 Pola asuh dan kasih sayang orang tua merupakan area terdekat

pada anak. Anak sangat memerlukan kasih sayang, perlindungan, rasa aman,

sikap dan perlakukan yang adil dari orang tua. Bagaimana anak terbentuk

tentunya didapat dari pembiasaan-pembiasaan yang terjadi pada situasi rumah.

Pola asuh adalah merupakan suatu cara terbaik yang ditempuh orang tua

dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.

Dimana tanggung jawab untuk mendidik anak ini adalah merupakan tanggung

30

(35)

jawab primer, karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang diikat tali

perkawinan antara suami isteri dalam keluarga.31

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem,

cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan asuh mengandung arti

menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri.32 Sedangkan

menurut Singgih D. Gunarsa berpendapat bahwa pola asuh adalah gambaran

yang dipakai oleh orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga atau mendidik)

anak.33

Menurut Darling (1999) pola asuh adalah aktivitas kompleks yang

melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja secara individual dan

bersama-sama. Sedangkan Menurut Ahmad Tafsir, pola asuh berarti pendidikan,

sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian

yang utama.34

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan

bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan

oleh anak, baik dari segi negatif dan positif.35

Pengertian lain tentang pola asuh orang tua yaitu bentuk interaksi antara

anak dengan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti

orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1988), Cet, Ke-1, h. 692.

33

Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2000), h. 108-109.

34

Danny I. Yatim Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika (Jakarta: Arcan, 1991 ) Cet. Ke-1, h. 94.

35

(36)

untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam

lingkungan setempat dan masyarakat.36

Dari beberapa pemaparan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa pola asuh

adalah bagaimana cara orang tua mendidik terhadap anak dalam berinteraksi dan

berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

Pola asuh orang tua dapat pula mempengaruhi semua sikap dan perilaku

anak didalam keluarga. Sehingga sudah sepatutnya orang tua memilih pola asuh

yang tepat untuk anak, namun dalam pelaksanaannya orang tua banyak yang

masih kaku dan terbatas baik dari segi waktu atau pun kemampuan dalam

menerapkan pola asuh yang tepat untuk anak terkadang orang tua menerapkan

pola asuh yang tidak sesuai dengan konteks kebutuhan dan kemampuan yang

dimiliki oleh anak.

2. Jenis-Jenis Pola Asuh

Jenis-jenis pola asuh, secara garis besar menurut Baumrid (1967), ada 4

macam pola asuh orang tua yaitu:

1. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan

anak, tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan

pola asuh seperti ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakkannya pada rasio

atau pemikiran-pemikiran. Orang tua dengan tipe pola asuh demokratis ini juga

bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan

yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan

kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan

36

(37)

pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Adapun ciri-ciri pola asuh

demokratis adalah sebagai berikut: 37

1) Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan

mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima dan dipahami oleh

anak.

2) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang harus dipertahankan

oleh anak dan yang tidak baik agar ditinggalkan.

3) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian.

4) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga.

5) Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua, anak dan sesama

anggota keluarga.

2. Pola asuh otoriter

Menurut Singgih D Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D Gunarsa, pola asuh

otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk

terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada

kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya sendiri.38

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak yang harus

dipatuhi oleh anak, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua

dengan pola asuh otoriter ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum.

Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka

orang tua itu tidak segan-segan untuk memberikan hukuman kepada anak. Orang

tua seperti ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi bersifat

37

Zahra Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan , (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 1992), Cet. Ke-2, h. 88.

38

(38)

satu arah. Orang tua seperti ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya

untuk mengerti dan memahami anaknya. Adapun ciri-ciri pola asuh otoriter

adalah sebagai berikut:39

1) Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh

membantah.

2) Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalah anak dan kemudian

menghukumnya.

3) Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak.

4) Jika terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dengan anak, maka

anak dianggap pembangkang.

5) Orang tua cenderung memaksa disiplin.

6) Orang tua cenderung memaksa segala sesuatu untuk anak dan anak hanya

sebagai pelaksana.

7) Tidak ada komunikasi antara orang tua dan anak.

3. Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan

kesempatan pada anaknya untuk melalukan sesuatu tanpa pengawasan yang

cukup dari orang tua. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan

apabila anak sedang dalam masalah atau bahaya. Dan sangat sedikit bimbingan

yang diberikan dari orang tua.

Orang tua permisif tampak tidak peduli tentang nilai yang didapat anak,

tidak membuat aturan tentang menonton televisi, tidak menghadiri acara di

sekolah anak mereka, dan tidak membantu atau pun memeriksa pekerjaan rumah.

39

(39)

Para orang tua ini mungkin bukan menelantarkan atau tidak peduli, akan tetapi

faktanya mungkin mereka mengasuh dengan cara tersebut. Secara sederhana

mungkin mereka percaya bahwa remaja harus bertanggung jawab terhadap

hidupnya sendiri. Ada pun ciri-ciri pola asuh permisif adalah sebagai berikut:40

1) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan

membimbingnya.

2) Mendidik anak acuh tak acuh, besikap pasif dan masa bodoh.

3) Mengutamakan kebutuhan material saja.

4) Membiarkan saja apa yang dilakukan anak (terlalu memberikan kebebasan

untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan dan

norma-norma yang digariskan orang tua).

5) Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga.

4. Pola asuh penelantar

Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang

sangat minim pada anak-anaknya. Waktu banyak digunakan untuk pribadi

mereka, seperti bekerja. Pola asuh penelatar sering dilakukan oleh orang tua yang

terlalu sibuk bekerja mengejar materi. Namun, orang tua tipe ini juga

memberikan biaya dan kebutuhan minim untuk anak.41 Adapun ciri-ciri pola asuh

penelantar yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah:42

1) Orang tua menghabiskan banyak waktu diluar rumah.

2) Orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak.

3) Orang tua membiarkan anak bergaul terlalu bebas diluar rumah.

(40)

3. Jenis-Jenis Metode Pengasuhan Anak

Adapun kerangka metodologis pengasuhan pasca kelahiran anak

sebagaimana tertuang dalam ajaran Islam adalah sebagai berikut:43

a. Pola asuh anak dengan keteladanan orang tua

Dalam psikologi perkembangan anak diungkapkan bahwa metode teladan

akan efektif untuk dipraktikkan dalam pengasuhan anak. Oleh karena itu, pada

saat tertentu orang tua harus menerapkan metode ini yang memberikan teladan

yang baik. Cara ini akan mudah diserap dan direkam oleh jiwa anak dan tentu

akan dicontohnya kelak dikemudian hari.

b. Pola asuh anak dengan pembiasaan

Sebagaimana kita ketahui bahwa anak lahir memiliki potensi dasar (fitrah).

Potensi dasar itu tentunya harus dikelolah. Selanjutnya, fitrah tersebut akan

berkembang baik didalam lingkungan keluarga, manakala dilakukan usaha

teratur dan terarah. Oleh karena itu, pengasuhan anak melalui metode teladan

harus pula dibarengi dengan metode pengasuhan anak dengan pembiasaan.

Karena, dengan hanya memberi teladan yang baik saja tanpa diikuti dengan

pembiasaan akan mengalami ketidak seimbangan. Seperti keteladanan orang tua,

dan hanya ditiru oleh anak tanpa dilatih , atau dibiasakan dan koreksi biasanya

cenderung tidak dapat menunjang keberhasilan dalam upaya mengasuh anak.

Orang tua, karena ia dipandang sebagai teladan, maka ia harus selalu

membiasakan untuk bersikap, berperilaku serta berkata benar dalam setiap

tidakannya terhadap anggota keluarganya atau siapa pun dari anggota

masayarakat lainnya. Dengan demikian Menurut Khairiyah sebagaimana dikutip

43

(41)

oleh Ahmad Tafsir, orang tua harus menjadi gambaran hidup yang

mencerminkan hakikat perilaku yang diserukannya dan membiasakan anaknya

berpegang teguh pada akhlak-akhlak mulia.44

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap

anak, anatara lain: 45

a. Jenis Kelamin

Orang tua cenderung lebih keras terhadap anak wanita dibanding terhadap

anak laki-laki.

b. Kebudayaan

Latar belakang budaya menciptakan perbedaan dalam pola pengasuhan

anak. Hal ini juga terkait dengan perbedaan peran wanita dan laki-laki didalam

suatu kebudayaan masyarakat.

c. Status Sosial

Orang tua yang berlatar belakang pendidikan rendah, tingkat ekonomi kelas

menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleransi

dibandingkan dari mereka yang dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten.

44

Ibid, h. 152.

45

(42)

B. Perkembangan Kepribadian Remaja 1.Pengertian Perkembangan Kepribadian

Dalam mempelajari perkembangan manusia dan makhluk lain pada

umumnya, kita harus membedakan dua hal yaitu proses pematangan dan proses

belajar. Proses pematangan adalah proses pertumbuhan yang menyangkut

penyempurnaan fungsi-fungsi tubuh sehingga mengakibatkan

perubahan-perubahan dalam tingkah laku terlepas dari ada atau tidak adanya proses belajar.

Sedangkan proses belajar berarti mengubah atau memperbaiki tingkah laku

melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan pada manusia hidup

dalam masyarakat dengan struktur kebudayaan yang ada.46

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinyu

yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah

pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung

secara interdependensi artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini

tidak dapat dipisahkan berdiri sendiri-sendiri akan tetapi bisa dibedakan untuk

maksud lebih memperjelas penggunaannya.47

Menurut pandangan para ahli biologi, istilah “Perkembangan”

dimaksudkan untuk menunjukkan perubahan-perubahan dalam bentuk atau

bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannnya kedalam suatu kesatuan

fungsional, bila pertumbuhan itu berlangsung.48 Perkembangan yang dapat

dikatakan mencakup semua aspek perkembangan, seperti perkembangan fisik,

motorik, mental, sosial, moral, tetapi melebihi penjumlahan semua aspek

46

Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 26. 47

Saiful Bakhri Osamarah. Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 84

48

(43)

perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan

badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan

seseorang.49

Menurut McDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian

adalah “tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya

mempunyai pengaruh yang menentukan”.50 Kepribadian adalah ciri atau

karakteristik gaya atau pun sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari

bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga masa kecil,

dan juga bawaan seseorang sejak lahir.51 Sedangkan Menurut Abin Syamsuddin Makmun (1996), kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas perilaku

individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap

lingkungan secara unik”.52

Perkembangan kepribadian secara umum dapat diartikan sebagai

serangkaian perubahan dalam susunan yang berlangsung secara teratur dan

progresif. Perubahan yang menyangkut aspek pengetahuan, sifat sosial, moral

dan sebagainya. Dengan demikian perkembangan kepribadian dapat diamati

melalui perubahan bentuk tingkah laku.53

49

Drs. Alex Sobur, M.Si. Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 312.

50

Dr.H. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 126

51

Dr. Sjarkawi, M.Pd., Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 11.

52

Dr.H. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 127.

53

(44)

2. Pengertian Perkembangan Kepribadian Remaja

Kepribadian remaja adalah sejumlah ciri-ciri dan sifat-sifatnya sebagai

person, maupun cara-cara semuanya ini diintegrasikan kedalam keselurhan cara

hidupnya. Kepribadian remaja meliputi semua ciri-ciri dan kemampuan yang

dapat diukur, temperamennya dan kecenderungan-kecenderungannya baik

emosional maupun pola-pola tingkah lakunya yang memberikan tanda kepadanya

sebagai pribadi yang „wel-adjusted‟ atau „maladjusted‟ seperti yang diukur oleh standar-standar masyarakat dimana ia hidup.54

Dari berbagai pemaparan diatas peneliti dapat memahami bahwa

perkembangan kepribadian remaja adalah perubahan-perubahan yang terjadi

pada diri seseorang yang berlangsung seumur hidup yang meliputi aspek jiwa

dan badan dengan ciri tertentu yang menonjol pada diri individu baik berupa

sifat, tingkah laku, motif dan tempramen.

3. Aspek-Aspek Kepribadian

Menurut Abin Syamsuddin Makmun, (1996). Kepribadian dapat juga

diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan

penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik”. Keunikan penyesuaian

diri tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu:55

1) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, serta

konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

54

Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005), Cet Ke-I, h. 209.

55

(45)

2) Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang atau gaya perilaku seseorang

dan cara khasnya dalam memberi tanggapan serta cepat lambatnya mereaksi

terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

3) Sikap, sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan

sebagainya) yang bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).

4) Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap

rangsangan dari lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung, marah,

sedih atau putus asa.

5) Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari

tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima resiko secara

wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.

6) Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan

interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup

atau terbuka dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Menurut Syamsu Yusuf (2002), kepribadian dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik pembawaan maupun lingkungan seperti:56 a. Fisik

Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian

adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik

atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau

cacat), dan keberfungsian organ tubuh.

56

(46)

b. Inteligensi

Tingkat inteligensi individu dapat mempengaruhi perkembangan

kepribadiannya. Individu yang inteligensinya tinggi atau normal biasa mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah

biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungannya.

c. Keluarga

Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian

anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis

dan agamis; dalam arti, orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian

serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian

anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dibesarkan dalam keluarga

yang broken home, kurang harmonis, orang tua bersikap keras terhadap anak atau

tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan

kepribadiannya cenderung akan mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya

(maladjustment). Selain itu hubungan dengan orang tua atau pengasuhan

merupakan dasar bagi perkembangan kepribadian. Sejumlah ahli mempercayai

bahwa kasih sayang orang tua dan pengasuh selama beberapa tahun kehidupan

merupakan kunci utama perkembangan kepribadian anak.

d. Teman Sebaya

Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebayanya dan

menjadi anggota dari kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan

perhatiannnya untuk mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang cocok atau

(47)

orang tuanya. Bagi anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan bimbingan

keagamaan atau etika dari orang tuanya, biasanya kurang memiliki kemampuan

selektif dalam memilih teman dan mudah sekali terpengaruh oleh sifat dan

perilaku kelompoknya.

e. Kebudayaan

Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras atau suku bangsa) memiliki tradisi,

adat, atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat

memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang

menyangkut cara berpikir (seperti cara memandang sesuatu), bersikap atau cara

berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari

adanya perbedaan antara masyarakat modern yang budayanya lebih maju

(khususnya IPTEK) dengan masyarakat primitif yang budayanya relatif masih

sederhana seperti dalam cara makan, berpakaian, hubungan interpersonal atau

cara memandang waktu.

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari

bahasa Latin adolescence yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai

kematangan”. 57

Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih

bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu

57

(48)

biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Maka, secara lengkap definisi tersebut

sebagai berikut:58

Remaja adalah suatu masa ketika:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual;

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa;

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman,1980:9).

Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun

sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.

Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescencesesungguhnya memilikiarti yang

luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991).

Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan

bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi

terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa

bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melaikan merasa

sama, atau paling tidak sejajar.59

Pada umumnya permulaan masa remaja ditandai oleh perubahan-perubahan

fisik yang mendahului kematangan seksual. Dan bersamaan dengan itu, dimulai

proses perkembangan psikis remaja, dimana mereka mulai melepaskan diri dari

ikatan dengan orang tuanya. Kemudian terlihat pula perubahan-perubahan

58

Sarwono Wirawan Sarlito, Psikologi Remaja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 9.

(49)

kepribadian yang terwujud dalam cara hidup untuk menyesuaikan diri dalam

masyarakat. Adolesen dalam hal ini dimaksud adalah remaja yang mengalami

pertumbuhan kearah kematangan fisik maupun sosial psikologis, inilah hal yang

diharapkan terjadi pada remaja untuk mencapai kedewasaan yang sesungguhnya.

Dari pengertian diatas penulis dapat memahami bahwa pengertian remaja

merupakan masa transisi pada perkembangan baik secara fisik maupun psikis

yang terjadi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

2. Ciri-Ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi

perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa

perubahan yang terjadi selama masa remaja. Menurut Otto Rank, pada remaja

terjadi perubahan drastis dari will, yaitu dari keadaan tergantung pada orang lain

(dependece) pada masa kanak-kanak menuju kepada keadaan madiri

(independece) pada masa dewasa. Tahap-tahap perubahan itu adalah sebagai

berikut: 60

1.Pembebasan kehendak dari kekuatan-kekuatan dari dalam diri sendiri

maupun dari lingkungannya (misalnya dari orang tuanya) yang selama

ini mendominasinya.

2.Pemilihan kepribadian (division in personality). Dalam tahap ini terjadi

perpecahan (discountinuity) antara kehendak (will) dan kontra kehendak

(counter-will).

60

(50)

3.Integrasi antara kehendak dan kontra-kehendak menjadi pribadi yang

harmonis. (Muss, 1968: 47-48)

Otto Rank menjelaskan masa remaja berdasarkan sudut pembahasan

kehendak dari kontrakehendak menuju terbentuknya kepribadian yang mandiri

dan mampu menentukan Self- nya sendiri.

3. Tahapan Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap

perkembangan remaja:61

1. Remaja Awal (Early Adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang baru,

cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

2. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia sangat senang

jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai

sifat-sifat yang sama dengan dirinya.

3. Remaja Akhir (Late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai

dengan percapaian lima hal dibawah ini:

a.Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

61

(51)

b.Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan

dalam pengalaman-pengalaman baru.

c.Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d.Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e.Tumbuh”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self ) dan

masyarakat umum (the public).

4. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap

dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan

bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan

masa remaja, menurut Hurlock (1991) adalah berusaha:62

1.Mampu menerima keadaan fisiknya.

2.Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

3.Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis.

4.Mencapai kemandirian emosional.

5.Mencapai kemandirian ekonomi.

6.Mengembangkan kosep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota keluarga.

7.Memahami dan menginterlisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang

tua.

62

Gambar

Tabel 4. Jumlah Seluruh Siswa/Siswi
Tabel 5.  Data Tenaga Pendidik SMA KH Dewantoro, Tangerang
Tabel 7. Sarana dan Prasarana SMA KH dewantoro, Tangerang
Tabel 12.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampai tahun 2013, jumlah tenaga kependidikan untuk menunjang kegiatan administrasi akademik, administrasi keuangan dan kepegawaian serta administrasi umum pada

Pada kulkas yang mempunyai automatic defrost maka es yang terbentuk di bagian ini dapat hilang dengan sendiri, tetapi kulkas yang tidak ada automatic defrost maka membersihkan es

Demikian permohonan saya ini, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Berdasarkan 17 (tujuh belas) data kasus yang digunakan untuk pengujian, sistem menghasilkan 5 (lima) data kasus yang memiliki urutan nilai akhir terbesar

Penderajatan utk NSCLC ditentukan menurut International Staging System For Lung Cancer berdasarkan sistem TNM. Pengertian T tumor yg dikatagorikan atas

• Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4%

Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil

Ibnu Khaldun (1332-1406 M) melihat peradaban sebagai organisasi sosial manusia, kelanjutan dari proses tamaddun (semacam urbanisasi), lewat ashabiyah (group feeling),