(Di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang)
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
MARIA ULFAH Nim : 109054100020
JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERTANYAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya hasil jiplakan dari
karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2015
i
ABSTRAK
Maria Ulfah, NIM 109054100020, Kesejahteraan Sosial, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja Di Sekolah Menengah Atas (SMA) KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang. Di bawah Bimbingan Tuti Alawiyah, Ph.D.
Pola asuh orang tua yaitu bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat. Adapun jenis dari pola asuh diantaranya yaitu, pola asuh demokratis, otoriter, permisif dan penelantar. Pola asuh yang diberikan orang tua bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan yang diberikan. Terkadang waktu yang dimiliki orang tua dalam memberikan perhatian terhadap anak terjadi secara tidak maksimal karena mereka memiliki kesibukan terhadap pekerjaannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja terhadap perkembangan kepribadian remaja. Perkembangan kepribadian remaja yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seseorang dengan ciri tertentu pada diri individu baik berupa sifat, tingkah laku, dan temperamen. Adapun aspek-aspek kepribadian yaitu, karakter, temperamen, sikap, stabilitas emosi, responsibilitas, dan sosiabilitas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur data yang pokok. Sampel pada penelitian ini yaitu siswa/siswi di SMA KH. Dewantoro Tangerang sebanyak 82 responden. Dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear sederhana, uji koefisien determinasi, dan uji-t pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Adapun uji validitas penelitian ini menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan analisis regresi menggunakan SPSS Versi 20.0.
Berdasarkan analisis data secara menyeluruh antara variabel pola asuh orang tua yang bekerja (demokratis, otoriter, permisif dan penelantar) dengan variabel perkembangan kepribadian remaja (karakter, temperamen, sikap, stabilitas emosi, responsibilitas dan sosiabilitas) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua yang bekerja dengan perkembangan kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang dengan nilai signifikansi sebesar 0,176. Adapun nilai R Square (R2) dari kedua variabel penelitian yang telah diujikan adalah sebesar 0,023 atau 2,3% dan sisanya 97,7% dapat disebabkan oleh aspek atau faktor lainnya diluar variabel yang diteliti.
i
berdasarkan masing-masing aspek pada variabel pola asuh orang tua yang bekerja (demokratis, otoriter, permisif dan penelantar) dengan variabel perkembangan kepribadian remaja (karakter, temperamen, sikap, stabilitas emosi, responsibilitas dan sosiabilitas) diperoleh hasil regresi linear yang signifikan sebagai berikut, variabel pola asuh penelantar terhadap temperamen pada kepribadian remaja (R2 = 0,056 atau 5,6% ; P = < 0,032), variabel pola asuh demokratis terhadap sikap pada kepribadian remaja (R2 = 0,090 atau 9% ; P = < 0,006), variabel pola asuh permisif terhadap stabilitas emosi pada kepribadian remaja (R2 = 0,060 atau 6% ; P = < 0,027), dan variabel pola asuh penelantar terhadap stabilitas emosi pada kepribadian remaja (R2 = 0,056 atau 5,6% ; P = < 0,033).
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kita segala nikmat yang tidak terhingga kepada hambanya sampai
pada saat ini, dan shalawat serta salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati
perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja Terhadap Perkembangan Kepribadian
Remaja.”
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas
usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga
dari beberapa pihak. Ditengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang
untuk berbagi informasi dan motivasi agar penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuannya terutama kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta.
2. Seluruh Wakil Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayahtullah Jakarta.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si dan Seluruh dosen jurusan Kesejahteraan Sosial
yang telah memberikan ilmunya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran
iii
boasannya untuk meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku ketua penguji, Bapak Muhtadi, M.Si selaku
penguji I dan Bapak Amirudin, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan
bimbingan, masukan, dan saran kepada penulis saat ujian skripsi berlangsung,
demi terwujudnya hasil penelitian yang berkualitas.
6. Kepala sekolah SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang. Bapak Jamin,
S.Pd. dan seluruh Guru SMA KH. Dewantoro yang telah membantu
memberikan informasi data untuk penulisan skripsi serta telah memberikan ijin
penulis untuk melakukan penelitian skripsi.
7. Teristimewa orang tua penulis, ayahanda tercinta Bpk. Amsori H. Mali dan
ibunda tersayang Ibu Titin yang telah mengantarkan penulis hingga seperti
sekarang dengan penuh kasih sayang, doa, kesabara, keikhlasan dan perjuangan
hidup demi kelangsungan pendidikan putra-putrinya, terima kasih untuk
semuanya.
8. Kepada Suami dan Anak tersayang dan tercinta, yang telah memberikan
dukungan serta motivasinya sehingga penulis selalu mempunyai semangat
untuk menyelesaikan skripsinya.
9. Kepada teman-teman KESSOS 2009 yang telah terlebih dahulu lulus, dan
teman-teman geng seleb, Nuri, Tiwi, dan Putri serta teman-teman geng keren,
Minda, Sandra, dan Mira yang telah membantu memberikan arahan dan
iii
telah turut serta memberikan kontribusinya baik berupa masukan serta saran
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Hanya harapan dan doa yang penulis panjatkan, semoga semua pihak yang
membantu dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridha dan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, karena
sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Maka dari itu sangatlah
diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat
menyempurnakan skripsi ini.
Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang
sangat besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca
dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.
Akhirul Kalam
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb
Jakarta, Juni 2015
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
D. Metode Penelitian ... 10
E. Tinjauan Pustaka ... ... 15
1. Pengertian Pola Asuh ... 19
2. Jenis Pola Asuh ... 21
3. Jenis-Jenis Metode Pengasuhan Anak ... 25
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh ... 26
B. Perkembangan Kepribadian Remaja ... 27
1. Pengertian Perkembangan Kepribadian ... 27
2. Pengertian Perkembangan Kepribadian Remaja... 29
3. Aspek-Aspek Kepribadian ... 29
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian ... 30
C. Remaja ... 32
1. Pengertian Remaja ... 32
2. Ciri-Ciri Masa Remaja ... 34
3. Tahapan Perkembangan Remaja ... ... 35
4. Tugas Perkembangan Remaja ... 36
D. Hubungan Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dengan Perkembangan Kepribadian Remaja ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Pendekatan dan Desain Penelitian ... 42
B.Ruang Lingkup Penelitian ... 42
1. Subjek dan Objek ... 42
2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43
C.Metode Penentuan Sampel ... 43
E. Variabel Penelitian ... 45
F. Hipotesis Penelitian ... 45
G.Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian ... 46
H.Uji Instrumen ... 50
1. Uji Validitas Data ... 50
2. Uji Reliabilitas Data ... 50
I. Teknik Analisis Data ... 51
1. Uji Regresi Linear Sederhana ... 53
2. Uji Koefisien Determinasi ... 54
3. Uji T-tes ... 54
4. Uji Regresi Linear Berganda ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 56
1. Sejarah Singkat Sekolah ... 56
2. Identitas Sekolah ... 58
3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 58
4. Keadaan Siswa ... 60
5. Keadaan Guru ... 60
6. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 63
B.Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 64
1. Uji Validitas ... 64
2. Uji Reliabilitas ... 73
3. Diagram Tingkatan Kelas Responden ... 75
4. Diagram Status Pekerjaan Orang Tua Responden ... 75
D. Deskripsi Kuesioner Penelitian ... 76
1. Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja ... 76
2. Perkembangan Kepribadian Remaja ... 82
E. Analisis Data Penelitian ... 89
1. Uji Regresi Linear Sederhana ... 89
2. Uji Koefisien Determinasi ... 90
3. Uji T-tes ... 91
4. Uji Regresi Linear Berganda ... 91
1. Hasil Uji Regresi Linear Berdasarkan Variabel Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dengan Masing-Masing Aspek KepribadianRemaja... 91
2. Hasil Uji Regresi Linear Berdasarkan Masing-Masing Aspek Antara Variabel Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dengan KepribadianRemaja ... 95
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 109
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 14
2. Tabel 2 Skala Likert ... 52
3. Tabel 3 Rombongan Belajar ... 60
4. Tabel 4 Jumlah Seluruh Siswa/Siswi ... 60
5. Tabel 5 Data Tenaga Pendidik ... 61
6. Tabel 6 Pendidikan Terakhir Tenaga Pendidik ... 62
7. Tabel 7 Sarana dan Prasarana ... 63
8. Tabel 8 Uji Validitas Variabel X (Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja) ... 64
9. Tabel 9 Uji Validitas Variabel Y (Perkembangan Kepribadian Remaja) ... 68
10. Tabel 10 Koefisien Reliabilitas ... 73
11. Tabel 11 Respon Siswa/Siswi Terhadap Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja .... 76
12. Tabel 12 Respon Siswa/Siswi Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja ... 82
13. Tabel 13 Koefisien Regresi Linear Sederhana ... 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram Jenis Kelamin Responden ... 74
Gambar 2 Diagram Jenjang Usia Responden ... 74
Gambar 3 Diagram Tingkatan Kelas Responden ... 75
1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Masa remaja (adolescence) sebagai periode transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan
biologis, kognitif, dan sosio-emosional.1
Dimasa remaja ini peranan keluarga terutama orang tua sangat diperlukan
dalam memberikan perhatian secara khusus, karena pada masa remaja ini
merupakan masa yang paling rawan, penuh gejolak emosi dan
ketidakseimbangan yang mudah terkena pengaruh lingkungan kehidupannya.
Sebab dalam masa remaja ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk
kepribadiannya sehingga hubungan dengan orang dewasa dalam lingkungan
keluarga sangat diperlukan.
Remaja sebagai individu yang sedang berada dalam proses berkembang
atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau
kemandirian.2 Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan
bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan
tentang dirinya atau lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah
kehidupannya.
Seorang remaja pun masih berhak mendapatkan apa yang seharusnya anak
dapatkan dari sebuah keluarga. Seperti kasih sayang, perhatian, kepedulian,
1
John W. Santrock, Remaja (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 20.
2
kejujuran, keterbukaan, komunikasi, saling berbagi, dan semuanya yang
semestinya para orang tua berikan didalam sebuah keluarga.
Orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak, dan
membentuk baik buruknya perilaku anak. Pola asuh diberikan orang tua pada
anak bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam
tutur kata, sikap, perilaku, dan tindakan yang diberikan. Melalui orang tua, anak
beradaptasi dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang
berlaku di lingkungannya.3
Pengasuhan atau mengasuh adalah menjaga dan memelihara anak kecil,
membimbing agar bisa mandiri.4Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata
pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan
asuh mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri
sendiri.5
Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa berpendapat bahwa pola asuh
adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua untuk mengasuh (merawat,
menjaga atau mendidik) anak.6
Orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak.
Pendidikan yang baik dalam keluarga akan berperan penting terhadap
perkembangan kepribadian anak.
Namun, masalah yang dihadapi oleh keluarga sekarang ini kebanyakan
disebabkan oleh kesibukan-kesibukan orang tua. Orang tua yang memiliki
3
Theo Riyanto, Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002) h. 89.
4
Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 75
5
TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1988), Cet, Ke-1, h. 692.
6
pekerjaan formal seringkali terikat dengan tuntutan jam kerja yang sangat padat,
sehingga tidak adanya waktu untuk memperhatikan anak. Selain itu, orang tua
yang memiliki pekerjaan informal, biasanya harus bekerja lebih giat untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi dengan meningkatnya persaingan dalam
dunia usaha seperti sekarang ini. Sehingga waktu orang tua semakin sedikit untuk
mendidik dan memperhatikan anak akibatnya komunikasi antara orang tua
dengan anak berkurang.7
Kurangnya perhatian dari orang tua akan mengakibatkan remaja mencari
perhatian dari luar baik di lingkungan sekolah atau pun dengan teman sebaya.
Terkadang remaja melakukan perilaku yang menyimpang ini dilakukannya
sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian orang tuanya yang tidak sempat
untuk memberikan perhatian yang lebih kepada anak remajanya karena
kesibukan kedua orang tuanya.
Orang tua yang tidak bekerja diluar rumah biasanya mempunyai banyak
waktu dalam mengasuh anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya
mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Sehingga orang tua bisa
mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan interaksi dengan anak dan
dapat mengontrol tindakan yang dilakukan anak.
Lain halnya dengan orang tua yang bekerja terkadang mereka tidak banyak
mempunyai waktu untuk membimbing anaknya. Padahal seorang anak yang
sedang berada pada masa remaja sangat membutuhkan perhatian lebih dari orang
tua terutama untuk perkembangan kepribadian. Selain perhatian dan kasih sayang
lebih dari orang tua, salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak
adalah gaya pengasuhan (pola asuh) yang diterapkan orang tua.8
Pola asuh orang tua yaitu pola perilaku yang diterapkan kepada anak secara
konsisten dari waktu ke waktu.9 Pola perilaku ini langsung dirasakan oleh anak,
baik perilaku positif maupun perilaku negatif. Pola asuh orang tua dalam
lingkungan keluarga juga adalah usaha orang tua dalam membina dan
membimbing anak baik jiwa dan raganya sejak lahir sampai dewasa. Setiap orang
tua pasti memiliki cara atau pola tersendiri dalam mengasuh anaknya.
Tata pola asuh orang tua yang kurang tepat akan berakibat fatal bagi anak.
Terkadang pola asuh yang tidak tepat dari orang tua terhadap anak, akan banyak
memberikan dampak negatif. Dari dampak yang negatif tersebut terjadilah
kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh anak.
Banyak kita mendengar atau menyaksikan tindakan kriminal atau
perilaku-perilaku menyimpang baik itu disiaran televisi, koran, radio, media massa dan
lain sebagainya. Sebagian besar pelakunya adalah dari kalangan remaja. Seperti
kasus tawuran antar pelajar, miras, obat-obatan terlarang, bahkan pembunuhan
bermotif dendam atau kecemburuan, bisa jadi hal tersebut merupakan salah satu
dampak dari pola asuh orang tua yang kurang tepat.10
Terdapat sejumlah kenakalan remaja, yang paling utama adalah penyalah
gunaan narkoba. Perlu diketahui tingkat penggunaan narkoba dikalangan remaja
di Indonesia sangat memperihatinkan. Dari data Badan Narkotika Nasional
8
Yudrik Jahja. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 193-194.
9 Anna Faujiah. “ Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Karakter Anak”, diakses pada 20 Desember 2013 dari http://faujiahnna.blogspot.com/2013/12
(BNN), kasus penyalahgunaan narkoba terus meningkat dikalangan remaja. Dari
2,21% (4 juta orang) pada tahun 2010 menjadi 2,8% (sekitar 5 juta orang) pada
tahun 2011. Yang berikutnya adalah seks bebas, contoh kenakalan remaja dalam
pegaulan seks bebas akan bersangkutan dengan HIV/AIDS. Ketiga adalah
tawuran antar pelajar, di kota-kota besar satu tahun belakangan ini tawuran antar
pelajar semakin meningkat dibandingkan tahun berikutnya.11
Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengarahkan perilaku
remaja dan mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk dan mengajarkan
mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh remaja. Orang tua adalah faktor
utama suksesnya anak menjalani kehidupan, begitu pentingnya keterikatan orang
tua dan remaja dalam menentukan arah perkembangan pada remaja.
Kepribadian atau Personality berasal dari bahasa Latin persona yang berarti
topeng. Menurut Allport Hurlock, (1978), kepribadian merupakan susunan sistem
psikofisik yang dinamis dalam diri individu yang unik dan mempengaruhi
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian juga merupakan kualitas
perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya secara unik.12
Dalam penelitian kepribadian, terdapat berbagai istilah, seperti motif, sifat,
dan tempramen, yang menunjuk kekhasan permanen pada perseorangan (Berry,
et al., 1999:141).13 Menurut McDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian adalah “tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi
11Ahmad Romdoni,“Kenakalan Remaja,” dari
http://keributanremaja.blogspot.com/2012/10/mengatasi-kenakalan-remaja-republika.html
12
Jahja Yudrik, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana,2011), h.67.
13
tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan”.14 Kepribadian adalah ciri
atau karakteristik gaya atau pun sifat khas dari diri seseorang yang bersumber
dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga masa
kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir.15
Sedangkan perkembangan kepribadian yaitu Perkembangan yang dapat
dikatakan mencakup semua aspek perkembangan, seperti perkembangan fisik,
motorik, mental, sosial, moral, tetapi melebihi penjumlahan semua aspek
perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan
badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan
seseorang.16 Perkembangan kepribadian seorang individu tumbuh dan
berkembang sepanjang hidup manusia sejak lahir sampai dewasa. Pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua, baik pada orang tua yang bekerja mau pun orang tua
yang tidak bekerja akan memberi pengaruh secara bermakna terhadap
perkembangan anak.17
Dari berbagai penjelasan diatas yang membahas peranan serta pengaruh
pola asuh orang tua dalam perkembangan kepribadian dimasa remaja, pola asuh
orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak hingga dewasa.
Karena Keluarga merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak
menjadi pribadi yang baik didalam keluarga orang tualah yang berperan dalam
mengasuh, membimbing, dan mengarahkan anak untuk menjadi pribadi yang
baik dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
14
Dr.H. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 126
15
Dr. Sjarkawi, M.Pd., Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 11.
16
Drs. Alex Sobur, M.Si. Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 312.
17
masyarakat.18 Hal ini dikarenakan kepribadian seorang individu terbentuk
dimulai dari masa kanak-kanak, dimana orang tua memberikan arahan serta
membimbing anak mulai pada saat anak waktu kecil belajar makan, disiplin,
belajar bermain dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya (Koentjaraningrat,
1997). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian seseorang sejak dari
kecil sampai dewasa. Apabila pola asuh yang diterapkan orang tua keliru, maka
yang akan terjadi bukan perilaku yang baik, sebaliknya akan menambah buruk
perilaku anak.19
Penjelasan diatas membuat peneliti tertarik untuk memfokuskan
penelitiannya kepada perkembangan kepribadian remaja. Untuk membuktikan
ada atau tidaknya pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja terhadap
perkembangan kepribadian remaja maka dalam penelitian ini peneliti akan
menguji tentang kepribadian siswa yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA)
KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang. Dilihat dari latar belakang ekonomi
siswa SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang, mulai dari kelas X sampai
kelas XII mayoritas berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, dimana
mayoritas kedua orang tua siswa bekerja. Melalui pola asuh orang tua yang
bekerja inilah yang nantinya akan dilihat apakah ada pengaruh pola asuh orang
tua yang bekerja dengan perkembangan kepribadian remaja.
Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian terhadap
pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dengan perkembangan kepribadian
remaja. Peneliti akan melakukan penelitiannya di SMA KH. Dewantoro, Pinang
18
Drs. Gunawan,dkk., Masalah Sosial di Indonesia (Jakarta: Kemensos RI, 2010), h. 134. 19
Kota Tangerang. Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian
dengan judul: “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang.”
B.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian dan menghindari pembahasan yang terlalu
luas, maka penulis membatasi permasalahan pada :
1) Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dalam penelitian ini yaitu pola
asuh yang diberikan oleh kedua orang tua yang memiliki kesibukan bekerja
diluar rumah, dimana pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak dalam
bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap,
perilaku, dan tindakan. Dalam penelitian ini yang diukur pola asuh orang tua
demokratis, otoriter, permisif, dan penelantar. Untuk penjelasan lebih detail
tentang pola asuh demokratis, otoriter, permisif dan penelantar dapat dilihat
pada bab II landasan teori.
2) Perkembangan kepribadian remaja dalam penelitian ini yaitu kepribadian
remaja yang menyangkut aspek-aspek kepribadian seperti: karakter,
temperamen, sikap, stabilitas emosional, responsibilitas, dan sosiabilitas.
Untuk penjelasan lebih detail tentang aspek kepribadian (karakter,
temperamen, sikap, stabilitas emosional, responsibilitas, dan sosiabilitas)
3) Subyek dalam penelitian ini adalah siswa/siswi, yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
a) Remaja, meliputi laki-laki atau perempuan.
b) Siswa/siswi yang memiliki orang tua bekerja.
c) Siswa/siswi SMA KH. Dewantoro, Tangerang.
Dengan adanya batasan masalah dalam penelitian ini, diharapkan dapat
mempermudah dan menghindari salah pengertian serta mempertegas ruang
lingkup pembahasan.
2. Perumusan Masalah
Terkait dengan pembatasan masalah diatas, maka penulis dapat
merumuskan masalah yang akan menjadi acuan dalam penelitian yaitu :
“Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja terhadap perkembangan
kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang?”.
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pola asuh
asuh orang tua yang bekerja terhadap perkembangan kepribadian remaja di SMA
KH. Dewantara, Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
1.Manfaat Akademis
a)Memberi sumbangan pengetahuan mengenai cara pengembangan
kepribadian.
2.Manfaat Praktis
a)Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya
yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian.
b)Merupakan sumber masukan bagi peneliti dari segi wawasan, ilmu
pengetahuan maupun pengalaman.
D.Metode Penelitian 1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian pada skripsi yang ditulis peneliti ini adalah berbentuk
penelitian kuantitatif. Dalam penelitian pada skripsi ini peneliti mengidentifikasi
dua variabel yang nantinya akan dicari korelasi antara kedua variabel tersebut.
Adapun kedua variabel tersebut sebagai berikut:
a.Variabel Bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang menentukan
arah atau perubahan tertentu pada variabel tergantung/terikat, sementara
variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari “pengaruh” variabel
tergantung/terikat.20 Keberadaan variabel bebas ini dalam penelitian
kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya topik
penelitian. Variabel bebas ini biasanya disimbolkan dengan variabel “X”
dalam hal ini, yang menjadi variabel bebas “X” adalah pengaruh pola asuh
orang tua yang bekerja.
b.Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang diakibatkan
atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Independent Variabel).21
Keberadaan variabel terikat ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam
20
Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: KENCANA, 2008), Cet. Ke-3, h. 62.
21
topik penelitian. Variabel terikat ini biasanya disimbolkan dengan variabel
“Y” dalam hal ini adalah perkembangan kepribadian remaja pada
lingkungan yang akan diteliti.
Sementara itu, hubungan antara variabel dalam penelitian ini adalah
hubungan yang asimetris, yaitu hubungan yang mendeskripsikan bagaimana
suatu variabel mempengaruhi variabel lain.22 Hubungan variabel yang asimetris
ini bersifat satu arah. Sedangkan hipotesis berdasarkan hubungan antar variabel
didalam penelitian ini adalah hipotesis asosiatif. Hipotesis asosiatif merupakan
jenis hipotesis yang menjelaskan hubungan antarvariabel.23
2. Jenis Data dan Sumber Data
1) Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini meliputi dua macam data
yaitu:
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak bisa diukur secara langsung atau
data-data yang tidak langsung berwujud dalam angka tetapi dalam bentuk
kategori-kategori.24 Adapun yang dimaksud dengan data kualitatif dalam skripsi
ini seperti: gambaran umum wilayah, seperti; letak geografis, sejarah berdirinya,
visi, misi, tujuan,sasarana-prasarana, dan lain sebagainya.
22
Burhan Bugin, Metedologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: KENCANA, 2008), Cet. Ke-3, h. 69
23
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h.69.
24
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dijelaskan dengan angka-angka dan dapat
dianalisis dengan menggunakan analisis statistik.25 Adapun yang dimaksud
dengan jumlah kuantitatif disini adalah jumlah siswa, jumlah tenaga guru, dan
lain sebagainya.
2) Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.26 Adapun yang menjadi
sumber data dalam penelitian skripsi ini adalah seluruh jumlah responden, kepala
sekolah, guru, dan siswa di SMA KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah merupakan data-data yang diperoleh dan digunakan
untuk mendukung data/informasi data primer. Adapun data sekunder tersebut
adalah meliputi dokumen, buku-buku, media cetak/koran, internet, koran, serta
catatan apa saja yang berhubungan dengan masalah ini dan khususnya yang ada
di SMA KH.Dewantoro, Pinang. Kota Tangerang.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan April 2014 sampai dengan
pertengahan bulan oktober 2014. Adapun lokasi penelitiannya di SMA KH.
Dewantoro, Pinang Kota Tangerang.
25
Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si., Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3, h. 120.
26
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a.Metode Angket
Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun
secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.27 Dengan metode
angket ini penulis melakukan penelitian dengan memberikan sejumlah daftar
pertanyaan tertulis kepada responden mengenai permasalahan yang akan diteliti.
Penulis akan memberikan pertanyaan tertulis yang menyangkut pola asuh orang
tua yang nantinya akan diberikan kepada masing- masing siswa/siswi SMA KH.
Dewantoro, Pinang Kota Tangerang yang akan diteliti untuk mendapatkan
jawaban yang bersifat pribadi, kemudian dari sejumlah jawaban tersebut penulis
kemukakan dan selanjutnya penulis sajikan dalam penyajian data.
5. Teknik Analisis Data
Berkaitan dengan judul skripsi dan metode penelitian kuantitatif yang
digunakan dalam skripsi ini, penulis dalam menganalisa data yang sudah
terkumpul dengan menggunakan metode statistik. Metode statistik adalah teknik
analisis dengan cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk penyelidikan
angka-angka.28
Dalam analisis data ini peneliti menggunakan frekuensi dan regresi
linear sederhana, dimana frekuensi untuk mendeskripsikan responden dan regresi
untuk mengetahui pengaruh/hubungan antara pola asuh orang tua yang bekerja
terhadap perkembangan kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro Kota
Tangerang.
27
Ibid, h. 123. 28
Untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel tersebut dapat
diketahui melalui pedoman sebagai berikut :29
Tabel 1. Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Interpretasi
0,00 – 0,199 Sangat rendah atau sangat lemah (dianggap tidak ada
korelasi antara variabel x dan y)
0,20 – 0,399 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang rendah
0,40 – 0,599 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sedang
0,60 – 0,799 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi
0,899 – 1,000 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sangat
kuat atau sangat tinggi
29
E.Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai
langkah dari penyusunan skripsi yang diteliti sebagai referensi penelitian yang
berhubungan dengan perkembangan kepribadian dan pola asuh orang tua.
Tinjauan pustaka ini dilakukan untuk menghindari kesamaan pada skripsi yang
telah ada. Tinjauan pustaka ini dilakukan pada skripsi DINNO IRENSA
(105052001740), Jurusan: Bimbingan Penyuluhan Islam/Fakultas: Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta.
Skripsi ini tentang “Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Usia 6-10 Tahun di Komplek Sekretariat Negara RI Kebon Nanas Tangerang”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana cara mengasuh anak dengan membentuk akhlak anak di komplek SEKNEG RI Kebon Nanas
Tangerang. Dimana pada skripsi yang telah ada memiliki persamaan pada subjek
penelitian yaitu berkenaan dengan pola asuh orang tua sedangkan pada objek
penelitian berbeda yaitu pembentukan akhlak sedangkan objek penulis yaitu
perkembangan kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro Kota Tangerang.
Skripsi NURAENI (1403204044) tentang “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Taman Kanak-Kanak”. Jurusan: Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak, Fakultas: Ilmu Pendidikan ,
Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan
mendeskripsikan tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan
kepribadian anak usia TK. Hasil dalam penelitian ini banyak faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan kepribadian seorang anak, namun pola suh orang
tidak akan jauh beda dengan apa yang dimiliki oleh orang tua mereka, karena
adanya sifat genetika. Akan tetapi sepanjang waktu akan terus berubah, maka
seiring dengan itu pendidikan moral atau kepribadian anak akan berubah seiring
dengan pola asuh lingkungan keluarga anak tersebut.
Dan pada skripsi ISTI’ANAH (06220024) tentang KEPRIBADIAN
ANAK PADA KELUARGA SINGLE PARENT (Studi Kasus Terhadap
AS dan NA di Banjarnegara Jawa Tengah). Skripsi ini membahas tentang
bagaimana kepribadian pada anak yang mempunyai orang tua single parent yang
penelitiannya dilakukan terhadap AS dan NA di Banjarnegara Jawa Tengah. Dimana
dalam skripsi yang telah ditulis ini peneliti lebih memfokuskan pada kepribadian
anak pada keluarga single parent berbeda dengan penelitian yang akan penulis
lakukan yaitu lebih memfokuskan pada pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja
terhadap perkembangan kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro Kota
F. Sistematika Penulisan
Agar mempermudah para pembaca untuk membaca bagian yang diperlukan
dalam skripsi ini, peneliti memberikan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan latar belakang, rumusan dan batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian (bentuk
penelitian, jenis dan sumber data, waktu dan tempat penelitian, tinjauan pustaka,
metode pengumpulan data dan teknik analisis data) dan sistematika pembahasan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang teori-teori yang berkenaan
dengan skripsi ini yaitu kajian tentang pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja
dengan kepribadian remaja meliputi:
1. Pengertian pola asuh orang tua, jenis pola asuh, dan indikator pola asuh.
2. Pembahasan mengenai perkembangan kepribadian remaja. Misalnya
pengertian kepribadian, faktor yang mempengaruhi kepribadian.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berkenaan
dengan skripsi ini yaitu: pendekatan dan desain penelitian, ruang lingkup
penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, variabel
penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional dan indikator variabel
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini penulis memaparkan gambaran lokasi penelitian yaitu SMA
KH. Dewantoro, Pinang Kota Tangerang. Gambaran lokasi penelitian ini
diantaranya tempat penelitian, sejarah singkat SMA KH. Dewantoro, Pinang
Kota Tangerang, identitas sekolah, visi misi, dan tujuan SMA KH. Dewantara,
Pinang Kota Tangerang, sarana dan prasarana SMA KH. Dewantara, Pinang
Kota Tangerang. Bab ini juga membahas hasil temuan dan analisis data. Di bab
ini penulis mencoba memaparkan hasil pengelolahan uji instrumen. Deskripsi
data responden penelitian serta analisis pengaruh pola asuh orang tua yang
bekerja terhadap perkembangan kepribadian remaja di SMA KH. Dewantoro,
Pinang Kota Tangerang.
BAB V Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang didalamnya terdiri dari kesimpulan
dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan yang ada didalam
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pola Asuh
1. Pengertian Pola Asuh
Setiap orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus
dipenuhi dalam mengasuh dan merawat anak-anaknya. Tugas dan tanggung
jawab tersebut tidak berhenti tetapi akan berlangsung secara terus menerus
hingga anak-anak tersebut tumbuh dewasa dan mandiri. Dibutuhkan adanya
keterlibatan orang tua baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
mengasuh, merawat maupun memberikan kasih sayang terhadap anak-anak,
sehingga anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik,
kepribadian, emosional dan intelektual.
Perkembangan diri anak sangat dipengaruhi pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua. Baik pada orang tua yang bekerja maupun orang tua yang tidak
bekerja akan memberi pengaruh secara bermakna terhadap perkembangan pada
diri anaknya.30 Pola asuh dan kasih sayang orang tua merupakan area terdekat
pada anak. Anak sangat memerlukan kasih sayang, perlindungan, rasa aman,
sikap dan perlakukan yang adil dari orang tua. Bagaimana anak terbentuk
tentunya didapat dari pembiasaan-pembiasaan yang terjadi pada situasi rumah.
Pola asuh adalah merupakan suatu cara terbaik yang ditempuh orang tua
dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.
Dimana tanggung jawab untuk mendidik anak ini adalah merupakan tanggung
30
jawab primer, karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang diikat tali
perkawinan antara suami isteri dalam keluarga.31
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem,
cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan asuh mengandung arti
menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri.32 Sedangkan
menurut Singgih D. Gunarsa berpendapat bahwa pola asuh adalah gambaran
yang dipakai oleh orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga atau mendidik)
anak.33
Menurut Darling (1999) pola asuh adalah aktivitas kompleks yang
melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja secara individual dan
bersama-sama. Sedangkan Menurut Ahmad Tafsir, pola asuh berarti pendidikan,
sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama.34
Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan
bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan
oleh anak, baik dari segi negatif dan positif.35
Pengertian lain tentang pola asuh orang tua yaitu bentuk interaksi antara
anak dengan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti
orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1988), Cet, Ke-1, h. 692.
33
Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2000), h. 108-109.
34
Danny I. Yatim Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika (Jakarta: Arcan, 1991 ) Cet. Ke-1, h. 94.
35
untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan setempat dan masyarakat.36
Dari beberapa pemaparan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa pola asuh
adalah bagaimana cara orang tua mendidik terhadap anak dalam berinteraksi dan
berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.
Pola asuh orang tua dapat pula mempengaruhi semua sikap dan perilaku
anak didalam keluarga. Sehingga sudah sepatutnya orang tua memilih pola asuh
yang tepat untuk anak, namun dalam pelaksanaannya orang tua banyak yang
masih kaku dan terbatas baik dari segi waktu atau pun kemampuan dalam
menerapkan pola asuh yang tepat untuk anak terkadang orang tua menerapkan
pola asuh yang tidak sesuai dengan konteks kebutuhan dan kemampuan yang
dimiliki oleh anak.
2. Jenis-Jenis Pola Asuh
Jenis-jenis pola asuh, secara garis besar menurut Baumrid (1967), ada 4
macam pola asuh orang tua yaitu:
1. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan
anak, tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan
pola asuh seperti ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakkannya pada rasio
atau pemikiran-pemikiran. Orang tua dengan tipe pola asuh demokratis ini juga
bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan
kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan
36
pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Adapun ciri-ciri pola asuh
demokratis adalah sebagai berikut: 37
1) Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima dan dipahami oleh
anak.
2) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang harus dipertahankan
oleh anak dan yang tidak baik agar ditinggalkan.
3) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian.
4) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga.
5) Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua, anak dan sesama
anggota keluarga.
2. Pola asuh otoriter
Menurut Singgih D Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D Gunarsa, pola asuh
otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk
terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada
kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya sendiri.38
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak yang harus
dipatuhi oleh anak, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua
dengan pola asuh otoriter ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum.
Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka
orang tua itu tidak segan-segan untuk memberikan hukuman kepada anak. Orang
tua seperti ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi bersifat
37
Zahra Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan , (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 1992), Cet. Ke-2, h. 88.
38
satu arah. Orang tua seperti ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya
untuk mengerti dan memahami anaknya. Adapun ciri-ciri pola asuh otoriter
adalah sebagai berikut:39
1) Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh
membantah.
2) Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalah anak dan kemudian
menghukumnya.
3) Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak.
4) Jika terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dengan anak, maka
anak dianggap pembangkang.
5) Orang tua cenderung memaksa disiplin.
6) Orang tua cenderung memaksa segala sesuatu untuk anak dan anak hanya
sebagai pelaksana.
7) Tidak ada komunikasi antara orang tua dan anak.
3. Pola Asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melalukan sesuatu tanpa pengawasan yang
cukup dari orang tua. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan
apabila anak sedang dalam masalah atau bahaya. Dan sangat sedikit bimbingan
yang diberikan dari orang tua.
Orang tua permisif tampak tidak peduli tentang nilai yang didapat anak,
tidak membuat aturan tentang menonton televisi, tidak menghadiri acara di
sekolah anak mereka, dan tidak membantu atau pun memeriksa pekerjaan rumah.
39
Para orang tua ini mungkin bukan menelantarkan atau tidak peduli, akan tetapi
faktanya mungkin mereka mengasuh dengan cara tersebut. Secara sederhana
mungkin mereka percaya bahwa remaja harus bertanggung jawab terhadap
hidupnya sendiri. Ada pun ciri-ciri pola asuh permisif adalah sebagai berikut:40
1) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan
membimbingnya.
2) Mendidik anak acuh tak acuh, besikap pasif dan masa bodoh.
3) Mengutamakan kebutuhan material saja.
4) Membiarkan saja apa yang dilakukan anak (terlalu memberikan kebebasan
untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan dan
norma-norma yang digariskan orang tua).
5) Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga.
4. Pola asuh penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim pada anak-anaknya. Waktu banyak digunakan untuk pribadi
mereka, seperti bekerja. Pola asuh penelatar sering dilakukan oleh orang tua yang
terlalu sibuk bekerja mengejar materi. Namun, orang tua tipe ini juga
memberikan biaya dan kebutuhan minim untuk anak.41 Adapun ciri-ciri pola asuh
penelantar yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah:42
1) Orang tua menghabiskan banyak waktu diluar rumah.
2) Orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak.
3) Orang tua membiarkan anak bergaul terlalu bebas diluar rumah.
3. Jenis-Jenis Metode Pengasuhan Anak
Adapun kerangka metodologis pengasuhan pasca kelahiran anak
sebagaimana tertuang dalam ajaran Islam adalah sebagai berikut:43
a. Pola asuh anak dengan keteladanan orang tua
Dalam psikologi perkembangan anak diungkapkan bahwa metode teladan
akan efektif untuk dipraktikkan dalam pengasuhan anak. Oleh karena itu, pada
saat tertentu orang tua harus menerapkan metode ini yang memberikan teladan
yang baik. Cara ini akan mudah diserap dan direkam oleh jiwa anak dan tentu
akan dicontohnya kelak dikemudian hari.
b. Pola asuh anak dengan pembiasaan
Sebagaimana kita ketahui bahwa anak lahir memiliki potensi dasar (fitrah).
Potensi dasar itu tentunya harus dikelolah. Selanjutnya, fitrah tersebut akan
berkembang baik didalam lingkungan keluarga, manakala dilakukan usaha
teratur dan terarah. Oleh karena itu, pengasuhan anak melalui metode teladan
harus pula dibarengi dengan metode pengasuhan anak dengan pembiasaan.
Karena, dengan hanya memberi teladan yang baik saja tanpa diikuti dengan
pembiasaan akan mengalami ketidak seimbangan. Seperti keteladanan orang tua,
dan hanya ditiru oleh anak tanpa dilatih , atau dibiasakan dan koreksi biasanya
cenderung tidak dapat menunjang keberhasilan dalam upaya mengasuh anak.
Orang tua, karena ia dipandang sebagai teladan, maka ia harus selalu
membiasakan untuk bersikap, berperilaku serta berkata benar dalam setiap
tidakannya terhadap anggota keluarganya atau siapa pun dari anggota
masayarakat lainnya. Dengan demikian Menurut Khairiyah sebagaimana dikutip
43
oleh Ahmad Tafsir, orang tua harus menjadi gambaran hidup yang
mencerminkan hakikat perilaku yang diserukannya dan membiasakan anaknya
berpegang teguh pada akhlak-akhlak mulia.44
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap
anak, anatara lain: 45
a. Jenis Kelamin
Orang tua cenderung lebih keras terhadap anak wanita dibanding terhadap
anak laki-laki.
b. Kebudayaan
Latar belakang budaya menciptakan perbedaan dalam pola pengasuhan
anak. Hal ini juga terkait dengan perbedaan peran wanita dan laki-laki didalam
suatu kebudayaan masyarakat.
c. Status Sosial
Orang tua yang berlatar belakang pendidikan rendah, tingkat ekonomi kelas
menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleransi
dibandingkan dari mereka yang dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten.
44
Ibid, h. 152.
45
B. Perkembangan Kepribadian Remaja 1.Pengertian Perkembangan Kepribadian
Dalam mempelajari perkembangan manusia dan makhluk lain pada
umumnya, kita harus membedakan dua hal yaitu proses pematangan dan proses
belajar. Proses pematangan adalah proses pertumbuhan yang menyangkut
penyempurnaan fungsi-fungsi tubuh sehingga mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam tingkah laku terlepas dari ada atau tidak adanya proses belajar.
Sedangkan proses belajar berarti mengubah atau memperbaiki tingkah laku
melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan pada manusia hidup
dalam masyarakat dengan struktur kebudayaan yang ada.46
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinyu
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah
pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini
tidak dapat dipisahkan berdiri sendiri-sendiri akan tetapi bisa dibedakan untuk
maksud lebih memperjelas penggunaannya.47
Menurut pandangan para ahli biologi, istilah “Perkembangan”
dimaksudkan untuk menunjukkan perubahan-perubahan dalam bentuk atau
bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannnya kedalam suatu kesatuan
fungsional, bila pertumbuhan itu berlangsung.48 Perkembangan yang dapat
dikatakan mencakup semua aspek perkembangan, seperti perkembangan fisik,
motorik, mental, sosial, moral, tetapi melebihi penjumlahan semua aspek
46
Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 26. 47
Saiful Bakhri Osamarah. Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 84
48
perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan
badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan
seseorang.49
Menurut McDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian
adalah “tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya
mempunyai pengaruh yang menentukan”.50 Kepribadian adalah ciri atau
karakteristik gaya atau pun sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga masa kecil,
dan juga bawaan seseorang sejak lahir.51 Sedangkan Menurut Abin Syamsuddin Makmun (1996), kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas perilaku
individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan secara unik”.52
Perkembangan kepribadian secara umum dapat diartikan sebagai
serangkaian perubahan dalam susunan yang berlangsung secara teratur dan
progresif. Perubahan yang menyangkut aspek pengetahuan, sifat sosial, moral
dan sebagainya. Dengan demikian perkembangan kepribadian dapat diamati
melalui perubahan bentuk tingkah laku.53
49
Drs. Alex Sobur, M.Si. Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 312.
50
Dr.H. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 126
51
Dr. Sjarkawi, M.Pd., Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 11.
52
Dr.H. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 127.
53
2. Pengertian Perkembangan Kepribadian Remaja
Kepribadian remaja adalah sejumlah ciri-ciri dan sifat-sifatnya sebagai
person, maupun cara-cara semuanya ini diintegrasikan kedalam keselurhan cara
hidupnya. Kepribadian remaja meliputi semua ciri-ciri dan kemampuan yang
dapat diukur, temperamennya dan kecenderungan-kecenderungannya baik
emosional maupun pola-pola tingkah lakunya yang memberikan tanda kepadanya
sebagai pribadi yang „wel-adjusted‟ atau „maladjusted‟ seperti yang diukur oleh standar-standar masyarakat dimana ia hidup.54
Dari berbagai pemaparan diatas peneliti dapat memahami bahwa
perkembangan kepribadian remaja adalah perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri seseorang yang berlangsung seumur hidup yang meliputi aspek jiwa
dan badan dengan ciri tertentu yang menonjol pada diri individu baik berupa
sifat, tingkah laku, motif dan tempramen.
3. Aspek-Aspek Kepribadian
Menurut Abin Syamsuddin Makmun, (1996). Kepribadian dapat juga
diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik”. Keunikan penyesuaian
diri tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu:55
1) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, serta
konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
54
Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005), Cet Ke-I, h. 209.
55
2) Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang atau gaya perilaku seseorang
dan cara khasnya dalam memberi tanggapan serta cepat lambatnya mereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3) Sikap, sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan
sebagainya) yang bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
4) Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung, marah,
sedih atau putus asa.
5) Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima resiko secara
wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
6) Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup
atau terbuka dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Menurut Syamsu Yusuf (2002), kepribadian dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik pembawaan maupun lingkungan seperti:56 a. Fisik
Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian
adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik
atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau
cacat), dan keberfungsian organ tubuh.
56
b. Inteligensi
Tingkat inteligensi individu dapat mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya. Individu yang inteligensinya tinggi atau normal biasa mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah
biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
c. Keluarga
Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian
anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis
dan agamis; dalam arti, orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian
serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian
anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dibesarkan dalam keluarga
yang broken home, kurang harmonis, orang tua bersikap keras terhadap anak atau
tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan
kepribadiannya cenderung akan mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya
(maladjustment). Selain itu hubungan dengan orang tua atau pengasuhan
merupakan dasar bagi perkembangan kepribadian. Sejumlah ahli mempercayai
bahwa kasih sayang orang tua dan pengasuh selama beberapa tahun kehidupan
merupakan kunci utama perkembangan kepribadian anak.
d. Teman Sebaya
Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebayanya dan
menjadi anggota dari kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan
perhatiannnya untuk mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang cocok atau
orang tuanya. Bagi anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan bimbingan
keagamaan atau etika dari orang tuanya, biasanya kurang memiliki kemampuan
selektif dalam memilih teman dan mudah sekali terpengaruh oleh sifat dan
perilaku kelompoknya.
e. Kebudayaan
Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras atau suku bangsa) memiliki tradisi,
adat, atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat
memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang
menyangkut cara berpikir (seperti cara memandang sesuatu), bersikap atau cara
berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari
adanya perbedaan antara masyarakat modern yang budayanya lebih maju
(khususnya IPTEK) dengan masyarakat primitif yang budayanya relatif masih
sederhana seperti dalam cara makan, berpakaian, hubungan interpersonal atau
cara memandang waktu.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa Latin adolescence yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”. 57
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih
bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu
57
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Maka, secara lengkap definisi tersebut
sebagai berikut:58
Remaja adalah suatu masa ketika:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual;
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa;
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman,1980:9).
Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescencesesungguhnya memilikiarti yang
luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991).
Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan
bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melaikan merasa
sama, atau paling tidak sejajar.59
Pada umumnya permulaan masa remaja ditandai oleh perubahan-perubahan
fisik yang mendahului kematangan seksual. Dan bersamaan dengan itu, dimulai
proses perkembangan psikis remaja, dimana mereka mulai melepaskan diri dari
ikatan dengan orang tuanya. Kemudian terlihat pula perubahan-perubahan
58
Sarwono Wirawan Sarlito, Psikologi Remaja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 9.
kepribadian yang terwujud dalam cara hidup untuk menyesuaikan diri dalam
masyarakat. Adolesen dalam hal ini dimaksud adalah remaja yang mengalami
pertumbuhan kearah kematangan fisik maupun sosial psikologis, inilah hal yang
diharapkan terjadi pada remaja untuk mencapai kedewasaan yang sesungguhnya.
Dari pengertian diatas penulis dapat memahami bahwa pengertian remaja
merupakan masa transisi pada perkembangan baik secara fisik maupun psikis
yang terjadi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
2. Ciri-Ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja. Menurut Otto Rank, pada remaja
terjadi perubahan drastis dari will, yaitu dari keadaan tergantung pada orang lain
(dependece) pada masa kanak-kanak menuju kepada keadaan madiri
(independece) pada masa dewasa. Tahap-tahap perubahan itu adalah sebagai
berikut: 60
1.Pembebasan kehendak dari kekuatan-kekuatan dari dalam diri sendiri
maupun dari lingkungannya (misalnya dari orang tuanya) yang selama
ini mendominasinya.
2.Pemilihan kepribadian (division in personality). Dalam tahap ini terjadi
perpecahan (discountinuity) antara kehendak (will) dan kontra kehendak
(counter-will).
60
3.Integrasi antara kehendak dan kontra-kehendak menjadi pribadi yang
harmonis. (Muss, 1968: 47-48)
Otto Rank menjelaskan masa remaja berdasarkan sudut pembahasan
kehendak dari kontrakehendak menuju terbentuknya kepribadian yang mandiri
dan mampu menentukan Self- nya sendiri.
3. Tahapan Perkembangan Remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap
perkembangan remaja:61
1. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang baru,
cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
2. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia sangat senang
jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai
sifat-sifat yang sama dengan dirinya.
3. Remaja Akhir (Late adolescence)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan percapaian lima hal dibawah ini:
a.Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
61
b.Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
c.Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d.Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e.Tumbuh”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self ) dan
masyarakat umum (the public).
4. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap
dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan
masa remaja, menurut Hurlock (1991) adalah berusaha:62
1.Mampu menerima keadaan fisiknya.
2.Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3.Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
4.Mencapai kemandirian emosional.
5.Mencapai kemandirian ekonomi.
6.Mengembangkan kosep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota keluarga.
7.Memahami dan menginterlisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua.
62