• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kemampuan interpersonal menurut Buhrmester dengan iklim komunikasi organisasi menurut Pace dan Peterson

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kemampuan interpersonal menurut Buhrmester dengan iklim komunikasi organisasi menurut Pace dan Peterson"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

(PMll) Cabang Ciputat)

Oleh:

QATHRIN NADA

NIM: 103070029156

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

(Studi Kasus di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

(PMll) Cabang Ciputat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Pembimbing I,

Oleh:

QATHRIN NADA

NIM : 103070029156

Di Bawah Bimbingan :

Liany Luzvinda. S.Psi, M. Si

Pembimbing II,

Oセセ@

Miftahuddin, M. Si

NIP 150 378 7286

FAKUL TAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

KOMUNIKASI ORGANISASI MENURUT PACE DAN PETERSON (Studi Kasus di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMlll) Cabang Ciputat) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Januari 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 28 Januari 2008

Ketua Me angkap Anggota

I

d

Ora. Ne M.Si

NIP 150 2 セYSX@

n

Penguji

1\\i

!

Prof. Ha Yasun M.Si NIP 130 51 46

Pembimbing I

Liany luzvinda, S.Psi M.Si

Sidang Munaqasyah

Sekretaris Merangkap Anggota

Anggota: Penguji II

Ors. Rachmat Mlulvono, M.Si, Psi NIP 150 293 240

Pembimbing II

(4)

(Studi Kasus di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

(PMll) Cabang Ciputat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

QATHRIN NADA

NIM : 103070029156

Di Bawah Bimbingan :

Liany Luzvinda. S.Psi, M. Si

Pembimbing II,

Miftahuddin, M. Si

NIP 150 378 7286

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

KOMUNIKASI ORGANISASI MENURUT PACE DAN PETERSON (Studi Kasus di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PIVlll) Cabang Ciputat) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Januari 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mempe!roleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 28 Januari 2008

l

I

Ketua Me a gkap Anggota

Ora. Ne , artati M.Si NIP 150 21

1

Pro amdan Yasun M.Si NIP 130 351 146

Pembimbing iセ@

セ@

Liany Luzvinda, S.Psi M.Si

Sidang Munaqasyah

Sekretaris Merangkap Anggota

Anggota: Penguji II

Ors. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi NIP 150 293 240

Pembimbing II

(6)

(})an segenap orann

-

orann yann l{,ucintai aan

ャサLオウ。ケ。ョョセ@

(7)

Hセ@

cJil.t)

セi@ <)4

C4

f.

yJ

I

Seseorang aRan bersama dengan orang yang diRasihinya

(walaupun nanti di ARhirat ).

(Muttafaq Alaih)

Manusia mesti belajar dengan RetidaRpuc1san, belajar

berpeluRan dengan Reterasingan, dan heRecEiwaan yang taR

berujung.

(Albert Camus)

Hidup selalu punya hejutan baru, Keceria,cm yang tah

terduga di sela-sela hesedihan dan l:!e!;enduan.

Hidup adalah pilihan, bisa benar bisa juga salah, bisa berarti

petunjul:? hidup ataupun cobaan hidup, yang semestinya

dilal:?ul:?an oleh manusia 6dalah menjalani hidup itu dengan

(8)

Persahabatcm yang mengalir cl.ari keitulusan hati takkan

me-mbe-ku hanya kare-na pe-nde-ritaan,

ウ・ゥーeセイエゥ@

air yang

me-ngalir clari musim se-mi tak akan be>ku t:li 1musim clingin.

(Jame-s Fe-nimorCi' Cope-r)

No onCi' can go back and makCi' a brand ne-w start

AnyonCi' can start from now on and makCi' a brand nCi'W Ci'nding

God didn't promisCi' days wthout pain

(9)

(D) Hubungan antara Kemampuan Interpersonal terhadap lklim Komunikasi Organisasi di PMll Cabang Ciputat

(E) xiii+ 100 hal + 16 lampiran

(F) Salah satu ciri iklim komunikasi organisasi adalah sebuah jaringan

hubungan (relationship) yang saling bergantung (interdependent).

Kemampuan interpersonal yang merupakan jaringan hubungan tersebut berandil besar dalam terciptanya iklim komunikasi organisasi yang baik. Jadi, terciptanya iklim komunikasi organisasi yang baik dikarenakan kemampuan interpersonal yang baik pula. Kedua hal tersebut baik kemampuan interpersonal maupun iklim komunikasi organisasi saling mempengaruhi dan dipengaruhi s:atu sama lainnya.

Kemampuan interpersonal adalah kemampuan individu untuk

memahami orang lain dalam berbagai situasi sosial untuk membentuk suatu interaksi yang efektif agar terjalinnya hubungan yang baik dan positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

lklim komunikasi organisasi adalah iklim komunikasi organisasi merupakan suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan yang dialami oleh anggota-anggota organisasi terhadap sistem sosial yang ada dalam lingkungan internal organisasi tersebut.

Subjek yang digunakan dalam try out (uji coba) penelitian berjumlah

40 orang anggota atau kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMll) Komisariat Fakultas Psikologi (KOMFAPSI). Sedangkan subjek yang digunakan dalarn penelitian ini adalah anggota atau kader

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMll) Cabang Ciputat yang berjurnlah 80 orang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

mernberikan instrumen penelitian berupa angket yang berisi 36 item dari skala kernampuan interpersonal dan 56 item iteirn dari skala iklim komunikasi oganisasi. Dari uji reliabilitas item yang valid pada skala

kemampuan interpersonal sebelurn penelitian (Try Out) diperoleh

koefisien alpha cronbach sebesar 0,931dan sesudah penelitian

(10)

Selain itu peneliti menambahkan bahwa untuk uji normalitas penelitian yang menggunakan variabel kemampuan interpersonal didapat

kesimpulan bahwa variabel kemampuan interpersonal berdistribusi

normal dengan probabilitas 0,976 > taraf signifikansi 0,05. Sedangkan

untuk variabel iklim komunikasi organisasi didapat kesimpulan bahwa variabel iklim komunikasi organisasi berdistribusi normal dengan probabilitas 0,448 > taraf signifikansi 0,05. ·

Pada uji homogenitas didapat kesimpulan bahwa variabel kemampuan interpersonal 0,694 > 0,05. Dengan demikian Ho= diterima dan dapat ditarik kesimpulan bahwa varians data kemampuan interpersonal adalah sama. Sedangkan, pada variabel iklim komunikasi organisasi

0,790 > 0,05. Dengan demikian Ho= diterima dan dapat ditarik

kesimpulan bahwa varian data iklim komunikasi or11anisasi adalah sama.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan SPSS 15.00 didapat

kesimpulan terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan interpersonal dengan iklim komunikasi organisasi di PMll Cabang Ciputat dengan nilai r hitung yang didapat sebesar 0,732 dan hasil dari nilai r tabel dengan N

=

80 pada taraf signifikansi 5 % (0,220). Maka

hipotesis alternatif (H

1)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang siginifikan antara kemampuan interpersonal dengan iklim komunikasi organisasi di PMll Cabang Ciputat diterima.

Kesimpulan akhir penelitian adalah adanya ィオ「オョセQ。ョ@ antara

kemampuan interpersonal menurut Buhrmester dengan iklim komunikasi organisasi menurut Pace dan Peterson (Studi Kasus di PMll Cabang Ciputat). Dan juga tidak ada perbedaan kemampuan

interpersonal berdasarkan jenis kelamin dengan probabilitas

0, 112

>

0,05, maka Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan interpersonal antara laki- laki dan perempuan. Dan juga tidak ada perbedaan iklim komunikasi organisasi berdasarkan jenis kelamin dengan probabilitas 0,264 > 0,05, maka Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan iklim komunikasi organisasi antara laki-laki dan perempuan ..

(11)

Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puja dan puji ke hadirat Allah SWT , sang Maha Cinta. Shalawat dan salam kepada baginda Nabi B1:isar Muhammad SAW, beserta dengan keluarga dan sahabatnya. Oengan ridho dan izin-Nya skripsi yang berjudul " Hubungan antara Kemampuan Interpersonal menurut Buhrmester dengan lklim Komunikasi Organisasi menurut Pace dan Peterson (Studi Kasus di PMll Cabang Ciputat) "dengan segenap perjuangan hati, jiwa, dan raga dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari akan banyaknya kelemahan diri tanpa bantuan orang lain. Kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan penulisan dan penelitian ini tidak terlepas dari petunjuk, bimbingan, semangat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1.

Ora. Nettty Hartati, M.Si, sebagai Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, atas bimbingan dan pengarahannya selama masa perkuliahan hingga saat ini.

2. Liany Luzvinda, S.Psi, M.Si, sebagai Oosen Pembimbing I dan

Miftahuddin, M.Si, sebagai Oosen Pembimbing II y·ang telah

membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini, serta Ors. Abdul Rahman Saleh, M.Si, sebagai Oosen Seminar Proposal dan Skripsi, yang telah memberikan sumbangsih judul penelitian kepada penulis.

3.

Ors. Asep Haerul Gani, M.Si, dan Ors. Sofyandi Zakaria, M.Si.T,

sebagai inspirator dan motivator penulis selama perkuliahan yang telah membuat penulis mengetahui apa yang ingin dicapai dalam

hid up.

4. Abah, Ors.H. Zainal Arifin Zam - Zam, MA, dan Mama, Hj. Masfah Jamaluddin, dengan segala kasih sayang dan cintanya, serta tanpa kenal lelah senantiasa memberikan dukungannya k:epada penulis. Abah, yang senantiasa memberikan teguran, saran, kritik, bimbingan, dan falsafah hidup kepada penulis. Mama, yang berjuang untuk memberikan ilmunya kepada masyarakat. Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberikan kesehatan kepada Abah dan Mama. 5. Keluarga Besar PMll Cabang Ciputat, yang telah menjadi subjek

(12)

Fakultas Psikologi UIN Syahid Jakarta, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Dan kepada bagian Akad13mik Fakultas Psikologi UIN Syahid (Bu Syariah, Bu Nur, Bu Sri) yang telah banyak memberikan bantuan administrasi hingga saat ini.

7. Perpustakaan Psikologi UIN Syahid (Pa Haidir), PE!rpustakaan Utama UIN Syahid, Perpustakaan FTIK UIN Syahid, Perpustakaan UPI,

Perpustakaan Psikologi UI Depok, dan Perpustakaan Iman Jama', atas segala referensi bukunya.

8. " Embunku " yang telah memberikan kesejukan ketika

awan

hitam menerpa dalam kegelisahan hatiku, terima kasih telah memberikan aku semangat dan mengingatkan aku kembali akan tujuan hidupku. 9. Tika, Dwi, lpul, lndah, Ai, Yuris, sahabat-sahabat terkasihku, terima

kasihku kepada kalian yang telah menerimaku apa adanya. Semoga Allah memberikan kebahagiaan kepada kalian.

10.Angkatan 2003 Fakultas Psikologi UIN Syahid, khususnya kelas D, terima kasih telah menerima penulis sebagai bagian dari kalian, banyak kenangan indah bersama kalian. Laila, Efa, Titi makasih banyak telah mengajarkan aku SPSS.

Dan segenap pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

dikarenakan keterbatasan ruang dan waktu. Semoga segala kebaikan dan kasih sayang kepada Penulis mendapatkan balasan dan keberkahan dari Allah SWT, Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Dzulhijah 1428 H Desember 2007 M

Peneliti,

(13)

Halaman Persetujuan ii

Halaman Pengesahan iii

Motto v

Abstrak vii

Kata Pengantar ix

Daftar lsi xi

Daftar Tabel xiii

Bab 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang masalah... .. . . 1

1.2 Perumusan masalah . . . 10

1.3 Pembatasan masalah . . . .. . . .. . . ... 10

1.4 Tujuan penelitian.... .. . . .. . .. . . .. ... 11

1.5 Manfaat penelitian... ... ... . .. ... ... . .. ... ... . .. ... ... ... ... ... . 11

1.5.1 Manfaat teoritis... ... ... . .. .. . ... ... ... . .. .. . ... ... ... . .. . . . 11

1.5.2 Manfaat praktis... . .. . . .. . . 12

1.6 Sistematika penulisan... ... ... ... ... ... ... ... ... 12

Bab 2 KAJIAN TEORI 14 2.1 lklim komunikasi organisasi. .. ... ... .. . .. . ... ... ... ... ... ... 14

2.1.1 Definisi komunikasi organisasi... 14

2.1.2 Proses komunikasi organisasi... .. . . .. . . 16

2.1.3 Definisi iklim komunikasi organisa:si... .. 24

2.1.4 Faktor-faktor iklim komunikasi organisasi... .. . . 26

2.1.5 Arah aliran informasi... .. . . .. . . 30

2.2 Kemampuan Interpersonal... 35

2.2.1 Definisi kemampuan interpersonal... 35

2.2.2 Aspek-aspek kemampuan interpersonal... 38

2.3 Kerangka berpikir... .. . . .. .. . .. . . .. . . 46

2.4 Hipotesa. .. . . .. . . .. . .. . .. . . 48

2.5 Profil organisasi PMll... ... 49

2.5.1 \tisi dan misi PMll... 53

Bab 3 METODE PENELITIAN 55 3.1 Pendekatan dan metode penelitian. .. . . .. . . .. 55

(14)

3.6.1 lnstrumen pengumpulan data... 60

3.6.2 Teknik uji instrumen.... .. ... ... . .. ... .. . ... . .. ... ... .. . ... 64

3.6.3 Teknik analisa data... 68

3.7 Prosedur penelitian... ... ... ... ... 70

3.7.1 Tahap persiapan... 70

3.7.2 Tahap uji instrumen... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 71

3.7.3 Pelaksanaan penelitian... ... ... ... ... 72

Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 73 4.1 Gambaran umum subjek penelitian ... 73

4.2 Presentasi dan analisis data ... 74

4.2.1 Uji instrumen penelitian ... 7 4 4.2.2 Uji persyaratan... ... 80

4.2.3 Deskripst hasil penelitian ... 87

4.4 Hasil tambahan... ... 91

4.4.1 Perbedaan kemampuan interpersonal dan iklim komunikasi organisasi berdasarkan jenis kelamin... 91

Bab 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 94 5.1 Kesimpulan... ... 94

5.2 Diskusi... ... 96

5.3 Saran... 97 DAFTAR PUSTAKA

(15)

Tabel

3.6.1

Kisi-Kisi Try Out Kemampuan Interpersonal

Tabel

3.6.2

Kisi-Kisi Try Out lklim Komunikasi Organisasi

Tabel

3.6.3

Kaidah Reliabilitas Guilford

Tabel

4.1

Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Kisi-Kisi Try Out Kemampuan Interpersonal

Tabel 4.3 Blue Print Penelitian Kemam puan Interpersonal

Tabel 4.4 Kisi-Kisi Try Out lklim Komunikasi Organisasi

Tabel 4.5 Blue Print Penelitian lklim Komunikasi Organisasi

Table 4.6 Hasil Uji Normalitas Skala Kemampuan Interpersonal

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Skala lklim Komunikasi oイセQ。ョゥウ。ウゥ@

Table 4.8 Hasil Uji Homogenitas

Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis

Tabel

4.10

Kategorisasi Skor Skala Kemampuan Interpersonal [image:15.595.34.427.62.490.2]
(16)

1.1. Latar Belakang Masalah

Organisasi merupakan kerjasama orang - orang atau ウ・ォQセャッューッォ@ orang

dengan menggunakan dana (uang), alat (teknologi), serta terikat dengan

peraturan - peraturan dan lingkungan tertentu agar dapat mengarah pada

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Seperti yang dinyatakan oleh Kart

dan Rosenzweig (dalam Munandar, 2001) yang mengartikan organisasi

sebagai suatu kesatuan keseluruhan yang terorganisasi, yang terdiri dari dua

atau lebih manusia yang saling tergantung, yang memiliki tujuan dan cita cita

bersama. Dan salah satu cara agar tujuan organisasi itu dapat tercapai yaitu

dengan melalui komunikasi.

Dengan jumlah manusia yang begitu banyak dalam suatu organisasi, maka

hal tersebut menimbulkan komunikasi yang semakin kompleks. Sedangkan

komunikasi adalah nyawa kehidupan agar kelangsungan organisasi dapat

terus berjalan. Murphy dan Peck (dalam Sopia, 2004) mengatakan bahwa "

(17)

succes in your business career as well as in your personal life ". Yang berarti,

komunikasi yang efektif merupakan "darah sebagai sumber kehidupan" bagi

setiap or9anisasi dan merupakan kunci sukses dalam karir bisnis dan

kehidupan pribadi seseorang. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh

Hadi (2000) bahwa dalam suatu organisasi, komunikasl yang efektif

merupakan prasyarat terbinanya kerja sama yang baik untuk mencapai

tujuan organisasi. Hal ini dapat menjelaskan bahwasanya komunikasi tidak

hanya bermanfaat bagi manusia itu sendiri, tapi juga pada lingkup organisasi,

di mana berbagai macam karakter inidividu hidup di dalamnya. Komunikasi

yang efektif dapat memberikan kontribusi yang amat penting dalam

kehidupan organisasi sehingga organisasi dapat berjalan baik dan arah dari

tujuan organisasi itu sendiri dapat tercapai. Namun, jika terjadi hal

sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi, maka organisasi akan

berjalan terhambat bahkan tidak berfungsi.

Adapun tujuan komunikasi dalam proses organisasi menurut Panuju (2001)

adalah membentuk saling pengertian (mutual understanding). Sehingga

terjadi penyetaraan dalam kerangka referensi (frame of references) maupun

bidang pengalaman (field of experiences). Walaupun hampir tidak mungkin

menyamakan ranah kognitif berbagai

macam

individu dalam suatu

or9anisasi, akan tetapi melalui iklim komunikasi or9anisasi yan9 baik,

(18)

pada setiap individu, seperti misi dan visi organisasi, strategi, prospek, dan

lain sebagainya.

Oleh karena itu, jika para anggota atau kader organisasi baik itu atasan

maupun bawahan berhasil dalam menciptakan komunikasi organisasi yang

baik, maka merupakan jaminan kesuksesan dalam usaha pencapaian

cita-cita dan menjadi individu yang cemerlang baik itu sebagai pimpinan, kader

ataupun masyarakat (Rivai, 2004).

Jika komunikasi memiliki dampak sedemikian luasnya dalam proses

organisasi seperti yang telah dijelaskan di atas, maka menurut Cushway dan

Lodge (dalam Panuju, 2001) yang menggambarkan fungsi komunikasi dalam

organisasi sebagai pembentuk organisasi climate, yakni iklim organisasi yang

menggambarkan suasana kerja organisasi atau sejumlah keseluruhan

perasaan dan sikap orang-orang yang bekerja di dalam organisasi. lklim itu

sendiri bukan berarti sekedar aspek fisik, seperti panas, dingin, hangat, dan

lain sebagainya, namun iklim yang memiliki makna psikologis, yang

mengandung arti bahwa komunikasi memiliki peranan penting dalam

menciptakan suasana kerja yang kondusif dan sikap positif di antara para

anggota organisasi. Beberapa contoh akibat dari iklim komunikasi organisasi

yang tidak berjalan dengan semestinya, yaitu anggota organisasi yang tidak

(19)

pimpinan atau pengurus yang tak relevan dengan kondisi yang ada.

Sehingga hal tersebut dapat memicu timbulnya iklim komunikasi yang tidak

baik, dikarenakan kurangnya keterus-terangan salah satu anggota atau kader

organisasi terhadap kebijakan pimpinanannya. Menurut Kartono (2002)

ketidakterusterangan dalam komunikasi dapat menimbulkan salah

pengertian, prasangka, dan konflik - konflik yang berkepanjangan, hal ini

ditegaskan oleh Pickering (2001) bahwa seseorang yang memilih tidak

terlibat dalam perdebatan panjang mengenai suatu permasalahan dengan

cara mengikuti kemauan pihak lain dengan alasan ingin menjaga

perasaannya adalah ciri iklim komunikasi yang buruk dan merupakan awal

dari timbulnya sebuah konflik.

Pentingnya iklim yang mendukung dalam komunikasi organisasi ditekankan

oleh Redding (dalam Pace dan Paules, 1998) yang menyatakan bahwa "iklim

komunikasi organisasi jauh /ebih penting daripada keterampilan atau

teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang

efektif ". Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam menciptakan suatu

organisasi yang efektif dan berhasil tentunya bukan sekedar anggota atau

kader organisasi memiliki kemampuan komunikasi yang hebat yang dapat

membuat para pendengarnya berdecak kagum, namun ュeセュゥャゥォゥ@ aspek yang

lebih luas lagi yaitu iklim komunikasi organisasi yang te1jalin dengan baik

(20)

Dengan adanya iklim komunikasi organisasi yang berjalan dengan baik maka

dapat menimbulkan berbagai macam manfaat bagi keberlangsungan sebuah

organisasi agar berjalan efektif, di antaranya dari beberapa penelitian yang

dilakukan oleh Dennis, Richetto, dan Wieman (dalam Muhammad, 1995)

bahwa terdapat hubungan yang positif di antara kepuasan dengan iklim dan

efektivitas organisasi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh lrfan (2006)

bahwa iklim komunikasi organisasi menimbulkan kepuasan kerja. lklim

komunikasi organisasi itu sendiri menurut Payne dan Pugh (dalam

Muhammad, 1995) adalah suatu konsep yang merefleksikan isi dan l<ekuatan

dari nilai - nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota

organisasi terhadap suatu sistem social. Sehingga segala tingkah laku para

anggota atau kader merepresentasikan norma - norma yang terkandung

dalam organisasi tersebut.

Salah satu ciri iklim komunikasi organisasi adalah konsep hubungan

(relationship). Goldhaber (dalam Pace dan Faules, 1998) mendefinisikan

organisasi sebagai " sebuah jaringan hubungan yang saling bergantung

(interdependent) ". Hal tersebut berarti saling mempengaruhi dan saling

dipengaruhi satu sama lainnya. Pola dan sifat hubungan dalam organisasi

dapat ditentukan oleh jabatan dan peranan yang ditetapkan bagi jabatan itu

dan memberikan struktur serta stabilitas kepada organisasi tersebut. Karena

(21)

maka untuk berfungsinya bagian-bagian tersebut ditentukan oleh tangan

manusia. Jaringan yang melalui jalannya pesan dalam suatu organisasi

dihubungkan oleh manusia, yang tak lain adalah kader-kader yang

berkecimpung di dalam suatu organisasi. Situasi adanya kedekatan

hubungan - hubungan tersebut dapat mempengaruhi iklim komunikasi

organisasi yang tercermin pada tingkah laku anggota organisasi. Yang paling

penting dalam iklim komunikasi organisasi menurut Srinungsih (1996) adalah

dengan melihat interaksi antara para anggota di dalam organisasi. Oleh

karenanya yang dilihat adalah keberhasilan akan kemampuan anggota

organisasi dalam membina hubungan antar - pribadi 、・ョセQ。ョ@ orang lain

sehingga dapat mempengaruhi terciptanya iklim komunikasi organisasi yang

baik. Kemampuan itu dikenal dengan sebutan kemampuan interpersonal.

Kemampuan interpersonal menurut Buhrmester (1988) adalah kemampuan

yang dimiliki seseorang untuk memahami berbagai situasi sosial dimanapun

individu berada serta bagaimana individu tersebut menampilkan tingl<ah laku

yang sesuai dengan harapan orang lain yang merupakan Jnteraksi antara

individu lainnya. Dengan kemampuan interpersonal yang baik dapat

membuat anggota organisasi mampu untuk berhubungan dengan anggota

lainnya secara bermal<na dan bermanfaat, baik untul< dirinya sendiri maupun

(22)

organisasi. Sehingga dapat memberikan dampak yang sangat positif bagi

keberhasilan suatu oganisasi.

Dari penjelasan di atas, diduga iklim komunikasi organisasi yang baik tercipta

karena adanya kemampuan interpersonal yang baik pula. Hal ini terlihat dari

faktor - faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi menurut

Redding (dalam Panuju, 2001) di antaranya sebagai berikut; keterbukaan

dan keterusterangan dalam pencapaian dan penerimaan pesan, anggota

organisasi relatif mudah menerima informasi ataupun kebijakan - kebijakan

organisasi yang berhubungan luas dengan organisasinya, para pemimpin,

dan rencana - rencana. Anggota organisasi yang memilikt kemampuan

interpersonal yang baik dapat mengkomunikasikan dengan tepat mengenai

tugas yang diembannya sehingga ketika ia mengalami masalah maka ia akan

mengungkapkan diri (self disclosure) dengan jelas apa yang dipikirkan,

rasakan, dan yakini (dalam Srinungsih, 1996). Misalnya saja, anggota

organisasi yang ingin membagikan pemikiran, gagasan, d:an perasaan di

suatu pertemuan atau rapat. la takut gagasan yang diungkapkan akan

diremehkan, pemikian yang dinyatakan mungkin akan menunjukkan

kurangnya pengetahuan, dan perasaan yang dibagikan akan menunjukkan

kelemahan karakternya. Pengungkapan diri memang rnengandung sejumlah

resiko. Oleh karena itu, anggota organisasi yang memiliki kemarnpuan

(23)

yakni secara cermat memilih apa yang ingin diungkapkan, kapan, dan

bagaimana mengungkapkannya (Weisinger, 2006).

Selain faktor pengungkapan diri (self disclosure) dalam iklim komunikasi

organisasi, ada faktor mendengarkan (Pace dan Paules, 1998) yaitu para

anggota organisasi senantiasa menden1iarkan saran saran atau laporan

-laporan masalah yang dikemukakan anggota di setiap tingkat dalam

organisasi secara berkesinambungan dan berpikiran terbuka. Anggota

organisasi yang memiliki kemampuan interpersonal yang tinggi dapat

mengkomunikasikan suatu pengertian yang positif dengan menjadi

pendengar yang baik dan menanggapinya dengan pikiran yang objektif. Tidak

hanya itu, ketika anggota organisasi itu berada dalam situasi menjadi

pengirim pesan (komunikator) maka ia juga dapat menghargai

pendengarnya, dapat mengidentifikasi masalah, perasaan, dan nilai

-nilainya. Hal tersebut merupakan ciri - ciri kemampuan berempati, yakni

kemampuan memberikan dukungan emosional kepada orang lain, di mana

kemampuan itu merupakan salah satu aspek dari kemampuan interpersonal

(Buhrmester, 1988).

Semakin jelaslah, kemampuan interpersonal memiliki pen!iaruh yang besar

dalam menembus kehidupan organisasi. Bila kondisi untulc hubungan

(24)

respons positif terhadap anggota lainnya, sikap tanggap atas kehidupan

-kehidupan pribadi dan organisasi, kepekaan terhadap perasaan anggota, dan

kesediaan untuk berbagi informasi, semua ini adalah prasyarat untuk

komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, serta komunikasi antar - bagian

yang efektif. Sehingga iklim komunikasi organisasi yang b:aik dapat tercapai.

Selain itu, pemanfaatan hubungan interpersonal yang diseimpurnakan juga

dapat memperlancar produktivitas (dalam Muhammad, 1995).

Fenomena yang dikaji dalam penelitian ini bisa terjadi dalam setiap

organisasi dimanapun. Namun demikian, peneliti memilih IPergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia (PMll) Cabang Ciputat sebagai objek penelitian

didasari oleh pertimbangan bahwa PMll Cabang Ciputat merupakan salah

satu organisasi ekstra kampus yang tak luput mengalami problematika baik

dalam iklim komunikasi maupun dalam hubungan antara satu kader dengan

kader yang lainnya, baik itu pimpinan dengan pimpinan, pimpinan dengan

bawahan, bawahan dengan bawahan, dan lingkungan sekitarnya. Hal

tersebut diamati oleh peneliti selama menjadi salah seorang kader di

organisasi PMll. Salah satu variabel dari penelitian ini yaitu iklim komuniikasi

organisasi merupakan salah satu aspek dari keberlangsurigan sebuah

organisasi agar dapat berjalan dengan optimal ウ・ィゥョセァ。@ arah dari tujuan

organisasi itu dapat tercapai. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul

(25)

Dengan lklim Komunikasi Organisasi Menurut Pace d<m Peterson (Studi

Kasus di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMll) Cabang Ciputat)

"

1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah ada hubungan kemampuan interpersonal menurut Buhrmester

dengan iklim komunikasi organisasi menurut Pace dan Peterson (Studi

Kasus di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMll) Cabang

Ciputat)?

b. Seberapa besar tingkat kemampuan interpersonal dan iklim

komunikasi organisasi pada kader - kader di Pergerakan Mahasiswa

Islam Indonesia (PMll) Cabang Ciputat ?

c. Apakah ada perbedaan antara kemampuan interpersonal berdasarkan

jenis kelamin ?

d. Apakah ada perbedaan antara iklim komunikasi organisasi

berdasarkan jenis kelamin ?

1.3. Pembatasan Masalah

Kemampuan interpersonal adalah kemampuan individu untuk memahami

(26)

yang efektif agar terjalinnya hubungan yang baik dan positif bagi dirinya

sendiri maupun orang lain.

lklim komunikasi organisasi adalah suatu konsep yang merefleksikan isi dan

kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan yang

dialami oleh anggota-anggota organisasi terhadap sistem sosial yang ada

dalam lingkungan internal organisasi tersebut.

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan dilaksanakannya

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kemampuan interpersonal

menurut Buhrmester dengan iklim komunikasi organisasi rnenurut Pace dan

Peterson (Studi Kasus di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMll)

Cabang Ciputat).

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.5.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah Psikologl pada

(27)

yang berkaitan dengan kemampuan interpersonal dan iklim komunikasi

organisasi.

1.5.2. Manfaat Praktis

Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para

masyarakat pada umumnya, khususnya bagi para kader dlalam ran9ka

meningkatkan kemampuan interpersonal dan iklim komunikasi organisasi di

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMll) Cabang Ciputat, sehingga

kemampuan interpersonal dan iklim komunikasi organisasi yang diterapkan

dapat secara maksimal memotivasi para kader, dan meningkatkan kinerja

dan loyalitas tinggi terhadap organisasinya.

1.6. Sistematika Penulisan

Babl:PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

manfaat teoritis, manfaat praktis, dan sistematika p19nulisan.

Bab II : KAJIAN TEORI

Pada bab ini berisikan tentang iklim komunikasi organisasi, definisi

komunikasi organisasi, proses komunikasi organlsasi, definisi iklim

(28)

aliran inforrnasi, kernarnpuan interpersonal, definisi kernarnpuan

interpersonal, aspek - aspek kernarnpuan interpersonal, kerangka

berpikir, dan hipotesa.

Bab Ill : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisikan tentang rnetodologi penelitian, pendekatan dan

rnetode penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, populasi

dan sarnpel penelitian, teknik pengambilan sarnpel, teknik

pengurnpulan data, instrurnen pengurnpulan data, t•eknik uji instrurnen,

teknik analisa data, prosedur penelitian, tahap persiapan, tahap uji

instrurnen, dan pelaksanaan penelitian.

Bab IV: PRESENTASI DAN ANALISA DATA

Pada bab ini berisikan tentang profil organisasi PMll, visi dan rnisi

PMll, garnbaran urnurn subjek penelitian, presentasi dan analisis data,

uji instrurnen penelitian, uji persyaratan, dan hasil tarnbahan yaitu

perbedaan kernarnpuan interpersonal dan iklirn komunikasi organisasi

berdasarkan jenis kelarnin.

Bab V: KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Pada bab ini berisikan tentang kesirnpulan, diskusi, dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

(29)

2.1. lklim Komunikasi Organisasi

2.2.1. Definisi Komunikasi Organisasi

Menurut DeVito (1997) komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan

penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi, baik di dalam kelompok

formal maupun informal organisasi. Jika organisasi semakin besar dan

semakin kompleks, maka demikian juga komunikasinya. Hlal ini serupa

dengan apa yang dikemukakan oleh Redding dan Sanborn (dalam

Muhammad, 1995) bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan

penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.

Sedangkan Pace (1998) mengartikan komunikasi organisasi sebagai

penafsiran pesan di antara unit - unit komunikasi yang merupakan bagian

dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit

komunikasi dalam hubungan hirarkis antara yang satu denigan lainnya dan

(30)

Kemudian Goldhaber (dalam Pace, 1998) menyatakan l<omunikasi organisasi

adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan

hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mEmgatasi lingkungan

yang tidak pasti atau yang selalu berubah - ubah.

Zelko dan Dance (dalam Muhammad, 1995) bahwa komunikasi organisasi

adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi

internal dan komunikasi eksternaL Kemudian bersama Lesikar (dalam

Muhammad, 1995), mereka menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi

organisasi, yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota

organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan

perasaan di antara sesama anggota organisasi.

Lain hal dengan apa yang dikemukakan oleh Rivai (2004) yang menganggap

bahwa komunikasi menempati suatu tempat yang utama karena susunan

keluasan dan cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik

komunikasi. Dari sudut pandang ini, komunikasi organisasi adalah suatu

proses sosial yang mempunyai relevansi terluas di dalam memfungsikan

setiap kelompok organisasi atau masyarakat

Jadi, komunikasi organisasi merupakan suatu proses pen!Jiriman,

(31)

individu lainnya dalam suatu jaringan hubungan yang saling terkait pada

organisasi yang kompleks dan memiliki relevansi terluas dalam

memfungsikannya.

2.1.2. Proses Komunikasi Organisasi

Adapun proses komunikasi organisasi dilihat dari pengertian Goldhaber

(dalam Muhammad, 1995) yaitu proses menciptakan dan saling menukar

pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain

untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah

-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci ; proses, pesan, jaringan,

saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.

1. Proses

Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang

menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena

menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus - menerus dan

tidak ada henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses.

2. Pesan

Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek,

(32)

Untuk berkomunikasi, seseorang harus sanggup menyusun suatu

gambaran mental, memberi gambaran itu nama dan mengembangkan

suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif kalau pesan

yang dikirimkan itu diartikan sama dengan apa ケ。ョQセ@ dimaksudkan oleh

si pengirim. Simbol-simbol yang digunakan dalam pesan dapatberupa

verbal dan nonverbal.

Dalam komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan pertukaran

pesan dalam seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi ini dapat

dilihat menurut beberapa klasifikasi, yaitu yang berhubungan dengan

bahasa, penerima yang dimaksud, metode difusi dan arus tujuan dari

pesan.

Pengklasifikasian pesan menurut bahasa dibedakan atas pesan verbal

(surat, memo, pidato, percakapan) dan nonverbal (hahasa gerakan

tubuh, sentuhan, nada suara, ekspresi wajah, dan sebagainya).

Pengklasifikasian pesan menurut penerima yang diharapkan dapat

pula dibedakan atas pesan internal (khusus dipakaii anggota dalam

organisasi misalnya memo, buletin dan rapat-rapat) dan pesan

eksternal (untuk memenuhi kebutuhan organisasi sebagai sistem

(33)

misalnya iklan, usaha hubungan dengan masyarakat, usaha mengenai

penjualan atau pelayanan).

Pengklasifikasian pesan menurut metode difusi (ba9aimana pesan itu

disebarluaskan). Biasanya komunikasi organisasi disebarluasl<an

dengan menggunal<an perangl<at !<eras - alat elektronil< dan tenaga

atau arus listril< (misalnya telepon, handphone, handycam, l<omputer,

dan sebagainya) dan perangkat lunal< - l<eterampilan individu dalam

berpil<ir, menulis, berbicara, dan mendengar agar dapat berl<omunikasi

satu sama lain (misalnya komunikasi lisan secara berhadapan,

percakapan dalam rapat-rapat, diskusi, kegiatan tulis-menulis seperti

surat, nota, laporan, usulan dan pedoman).

Pengklasifil<asian pesan berdasarkan tujuan dari pada pengiriman dan

penerimaan pesan. Mengapa pesan dikirim dan dib3rima dalam

organisasi? Redding (Goldhaber, 1986) menyatakan ada tiga alasan

umum bagi arus pesan dalam organisasi yaitu ケ。ョセQ@ berl<enaan

dengan tugas-tugas dalam organisasi (produksi ッイセQ。ョゥウ。ウゥL@ pelayanan,

dan kegiatan khusus seperti penyempurnaan kualitas produksi),

pemeliharaan organisasi (kebijaksanaan, aturan-aturan yang

(34)

moral, rasa kepuasan, dan pemenuhan kebutuhan anggota

organisasi).

Goldhaber (dalam Muhammad, 1995) menggunakan tiga klasifikasi

Redding ditambah dengan klasifikasi baru yaitu inovasi. Pesan inovasi

adalah sangat penting bagi organisasi untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan yang selalu berubah - ubah.

Misalnya rencana baru organisasi, kegiatan baru, program baru atau

pengarahan yang membangkitkan pemecahan masalah.

3. Jaringan

Organisasi terdiri dari satu set orang yang tiap - tiapnya menduduki

posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran

pesan dari orang - orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set

jalan kecil yang dinamakan jaringan l<omunikasi. Hakikat dan luas dari

jaringan ini dipengaruhi oleh banyak fal<tor antara lain :

a. Hubungan peranan

Peranan tingkah lal<u dalam suatu organisasi menentul<an siapa

yang menduduki posisi atau pekerjaan tertentu baik dinyatakan

(35)

b. Arah dan arus pesan

Secara tradisional ada tiga macam jaringan komunikasi yaitu

komunikasi kepada bawahan, komunikasi kepada atasan dan

komunikasi horizontal.

c. Hakikat seri dari arus pesan dan isi dari pesan

Proses selangkah demi selangkah atau dari orang kepada

orang lain. Misalnya seorang pimpinan meng:irimkan pesan

secara lisan kepada anggotanya melalui temannya atau

menyampaikan pesan itu secara berantai. Biasanya pesan yang

diterima dengan cara ini isi pesannya tidak sama persis sama

sampai kepada orang yang dituju. Adakalanya isi pesan itu

hilang sebagian di jalanan atau dapat dikatakan isi pesan tidak

lengkap, adakalanya ditambah-tambah sehingga artinya

mungkin jauh berbeda atau berubah. Makin banyak seri yang

dilalui pesan, makin banyak kemungkinan isi pesan itu ditambah

atau hilang atau dipertajam.

4. Keadaan saling tergantung

Keadaan yang saling tergantung satu bagian dengan bagian lainnya.

Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan

(36)

sistem organisasi. Begitu juga halnya dengan jaringian komunikasi

dalam suatu organisasi saling melengkapi. lmplikasinya, jika pimpinan

membuat suatu keputusan dia harus memperhitungikan implikasi

l<eputusan itu terhadap organisasinya secara meny·eluruh.

5. Hubungan

Karena organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem l<ehidupan

sosial maka untuk berfungsinya bagian - bagian itu terletak pada

tangan manusia. Jaringan melalui mana jalannya p1esan dalam suatu

organisasi dihubungl<an oleh manusia. Hubunga11 manusia dalam

organisasi berkisar mulai dari yang sederhana yaitu hubungan di

antara dua orang atau dyadic sampai kepada hubungan yang

kompleks, yaitu hubungan dalam kelompok-kelompok kecil, maupun

besar, dalam organisasi. Thayer membedakan hubungan ini menjadi

hubungan yang bersifat individual, kelompok dan hiubungan

organisasi. Lain halnya dengan Pace dan Boren (dalam Muhammad,

1995) yan!;J men!;Jgunakan istilah hubungan interpersonal terhadap

komunikasi yang terjadi dalam hubungan tatap mulca. Dia

membedakan empat macam komunikasi yaitu komunikasi dyadic

(antara dua orang), komunikasi serial yaitu komunikasi dyadic yang

(37)

komunikasi antara 3

-12

orang, dan komunikasi audience atau

komunlkasi kelompok besar yang terdlri darl 13 orang lebih.

Menurut Goldhaber (1996, dalam Pace, 1998) salah satu ciri

komunikasi organisasi adalah konsep hubungan (mlationship).

Hubungan yang paling intim yang kita miliki dengan orang-orang lain

dalam tingkat pribadi, antar teman, sesama sebaya, biasanya disebut

sebagai hubungan antarpersona. Teman terdekat kita dalam sebuah

organisasi, dalam pekerjaan, atau di kampus cenderung lebih

memperhatikan kita daripada orang lainnya. Dengan merekalah kita

memperoleh hubungan interpersonal yang paling memuaskan.

Dengan mereka kita beresonansi, bergetar, dan sesuai, menunjukkan

bahwa kita mempedulikan mereka.

Sebagaimana halnya yang diungkapkan oleh Weisinger (2006) tujuan

komunikasi adalah untuk saling berhubungan guna saling bertukar

informasi, bagaimana hubungan interpersonal berfungsi dalam

menjadikan interaksi kita dengan orang lain seefektif mungkin. Mulai

dari mendengarkan orang lain hingga bersikap tegas dalam menerima

kritik, bagaimana penggunaan kesadaran diri dan pengelolaan emosi

dapat menciptakan perbedaan antara hasil yang sukses dan yang

(38)

seiring kita belajar mengembangkan kemampuan interpersonal yang

memungkinkan hubungan yang seproduktif antara kita dan orang lain.

6. Lingkungan

Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang

diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam

suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal

(anggota, pengurus komisariat maupun cabang, dan komponen

organisasi lainnya seperti tujuan, produk, dan ウ・「。Aセ。ゥョケ。I@ dan

lingkungan eksternal (saingan, masyarakat, teknologi). Komunikasi

organisasi terutama berkaitan dengan transaksi yang terjadi dalam

lingkungan internal organisasi yang terdiri dari organisasi dan

kulturnya, dan antara organisasi itu dengan lingkun9an eksternalnya.

7. Ketidakpastian

Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang terjadi dengan

informasi yang diharapkan. Ketidakpastian dalam organisasi bisa

disebabkan oleh terlalu banyaknya informasi yang diterima daripada

sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi lingkungan mereka.

Dapat pula disebabkan oleh terlalu sedikitnya inforrnasi yang

(39)

2.1.3.

Definisi lklim Komunikasi Organisasi

Tagiuri (dalam Muhammad, 1995) menyatakan bahwa ikllrn komunikasi

or!;Janisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal

organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah

lakunya serta dapat dluraikan dalam istilah nilai - nilal suatu set karakteristik

tertentu dari lingkungan.

Poole (dalam Pace dan Faules, 1998) menegaskan bahwa lklim komunikasi

organisasi penting karena mengaitkan organisasi dengan konsep-konsep,

perasaan-perasaan dan harapan - harapan anggota organisasi dan

membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi. d・ョAセ。ョ@ mengetahui

segala sesuatu tentang iklim suatu organisasi seseorang dapat memahami

lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan

cara-cara yang khas.

Lalu, Payne dan Pugh (dalam Muhammad, 1995) mengemukakan bahwa

iklim komunikasi organisasi sebagal suatu konsep yang merefleksikan isl dan

kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan

anggota terhadap suatu sistem sosial.

Sedangkan Hillrieger dan Slocum (dalam Muhammad, 1995) mengartikan

(40)

subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota organisasi, yang mungkin

disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem, terhadap anggota dan

lingkungannya.

Denis (dalam Muhammad, 1995) menjelaskan iklim komunikasi organisasi

sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan

internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap

pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam

organisasi.

Kemudian Kopelmen, Bried, dan Guzo (dalam Pace dan Faules, 1998)

membuat hipotesis dan menyatakan bahwa iklim organisasi, yang meliputi

iklim komunikasi, penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan

sumber daya manusia dengan produktivitas. Walaupun tidak semua

konsekuensi praktik - praktik perbaikan produktivitas menjelaskan perubahan

dalam iklim. Namun, lklim secara umum dan iklim komunil<asi khususnya,

berlaku sebagai faktor - faktor penengah antara unsur-unsur slstem kerja

dengan ukuran-ukuran yang berbeda keefektifan organisasi seperti

produktivitas, kualitas, kepuasan, dan vitalitas.

Dari berbagai definisi mengenai lklim komunikasi organisasi bahwasanya

(41)

dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan

yang dialami oleh anggota-anggota organisasi terhadap sistem sosial yang

ada dalam lingkungan internal organisasi tersebut.

2.1.4. Faktor-Faktor lklim Komunikasi Organisasi

Menurut Pace dan Peterson (dalam Pace dan Faules, 1998) ada enam faktor

besar yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi, yaitu sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Para anggota di semua tingkat dalam organisasi harus berusaha keras

untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang ada di

dalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas yang didukung

oleh pernyataan dan tindakan.

2. Pembuatan keputusan partisipatif

Para anggota di semua tingkat dalam organisasi harus diajak

berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam

semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan

mereka. Para anggota di semua tingkat harus diberi kesempatan

berkomunikasi dan berkonsultasi dengan pengurus di tingkat atas agar

mereka berperan serta dalam proses pembuatan k1:iputusan dan

(42)

3. Kejujuran

Suasana urnurn yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus

rnewarnai hubungan - hubungan dalam organisasi, dan para anggota

rnarnpu rnengatakan "apa yang ada dalarn pikiran rnereka" tanpa

mengindahkan apakah mereka berbicara kepada tEiman sejawat,

bawahan, atau atasan.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, para anggota organisasi

harus relatif rnudah rnernperoleh inforrnasi yang berhubungan

langsung dengan tugas rnereka pada saat itu, yan9 rnernpengaruhi

kernarnpuan rnereka untuk rnengkoordinasikan pekerjaan rnereka

dengan orang - orang atau bagian lainnya, dan yang berhubungan

luas dengan organisasinya, para pernirnpin, dan rencana-rencana.

5. Mendengarkan dalam kornunikasi ke atas

Para anggota di sernua tingkat dalarn organisasi harus rnendengarkan

saran - saran atau laporan-laporan rnasalah yang dikemukakan

anggota di setiap tingkat bawahan dakarn organisa.si, secara

berkesinambungan dan berpikiran terbuka. lnforrnasi dari bawahan

harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada

(43)

6. Mernikirkan tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Para anggota di sernua tingkat dalarn organisasi harus rnenunjukkan

suatu kornitrnen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi ; produktivitas

tinggi, kualitas tinggi, dan Ian-lain, dernikian pula rnenunjukkan

perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

Keenarn faktor yang telah dijelaskan di atas dijadikan dirnensi - dirnensi

dalarn penelitian ini.

Menurut Redding (dalarn Panuju, 2001) ada lirna faktor ideal yang rnelekat

dalarn iklirn kornunikasi organisasi, yaitu sebagai berikut :

1. Daya dukung ( Supportiveness)

Persepsi bawahan tentang kornunikasi rnereka dengan atasan akan

rnernbantu rnereka untuk rnernbangun dan rnernpertahankan diri dan

keyakinan akan diri. Sehingga para anggota di tingkat bawahan akan

sepenuhnya rnendukung keputusan atasan, andaikan para atasannya

juga rnelakukan hal yang serupa.

2. Pengarnbilan keputusan partisipatif (Participative Decision Making)

Adanya iklirn kebebasan dari anggotanya atau kader untuk rnelakukan

(44)

kesempatan untuk ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan

yang ditetapkan oleh pihak atasan.

3. Kepercayaan, percaya diri, dan kredibilitas (Trust, Confidence, Credibility)

Sejauh mana sumber - sumber pesan dan atau peristiwa komunikasi

dinilai dapat dipercaya. Dan sejauh mana kepercayaan para anggota

terhadap atasannya begitupun sebaliknya, sehingga kedua belah pihak

dapat saling berinteraksi dengan baik.

4. Keterbukaan dan keterusterangan (Openess and Candor)

Apapun bentuk hubungan ini (atasan - bawahan atau sebaliknya atau

sesama bawahan) terdapat keterbukaan dan keterusterangan dalam

pencapaian dan penerimaan pesan. Anggota organisasi relatif mudah

mendapatkan informasi ataupun kebijakan-kebijakan organisasi.

5. Tujuan prestasi yang tinggi (High Performance Goals)

Tingkat di mana sasaran prestasi dikomunikasikan sec:ara jelas pada para

anggota organisasinya. Dan para anggota organisasi rnemiliki cita-cita

dan harapan akan prestasi yang tinggi dalam memajukan organisasinya.

lklim komunikasi organisasi yang telah dijabarkan r・、、ゥョAセ@ tersebut

(45)

Namun belum tentu kepuasan kerja anggota atau kader tidak tercapai jika

salah satu atau beberapa dari faktor tersebut tidak tercapai.

2.1.5. Arah Aliran lnformasi

Pace dan Faules (1998) membagi arah aliran informasi menjadi 6 (enam)

macam, yaitu sebagai berikut :

a. Down Ward (Top Down Communication) atau Komunikasi ke bawah

Down ward adalah komunikasi dari atasan ke bawahan. Menurut Pace

dan Faules (1998) komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi

berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi

kepada mereka yang berotoritas rendah.

Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasi dari atasan kepada

bawahan (dalam Pace, 1998): a) informasi mengenai bagaimana

melakukan pekerjaan, b) informasi mengenai dasar pemikiran untuk

melakukan pekerjaan, c) informasi mengenai kebijakan dan

praktik-praktik organisasi, d) informasi mengenai kinerja pegawai, e) informasi

(46)

b. Up Ward (Bottom-up Communication) atau komunikasi ke atas

Up ward adalah komunikasi dari bawahan ke atasan. Komunikasi ke

atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari

tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi

(atasan). Setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau

meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang

yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia.

Biasanya ada distorsi dalam proses komunikasi ke atas. Anggota dari

tingkat bawah yang aspirasinya ingin menuju ke atas akan lebih sedikit

mengirirn pesan yang berupa kritik kepada atasan daripada mereka

yang di tingkat bawah, tetapi lebih sedikit ambisinya menuju ke atas

(dalam Muchlas, 2000). Orang-orang yang mempercayai

organisasinya atau atasan langsungnya dalam jabatan struktural boleh

jadi tidak ingin menyampaikan informasi kritisnya. Komunikasi ke atas

sering mengalami filtering atau proses penyaringan bahan - bahan

informasi dalam komunikasi sebagai lalu lintas infoirmasi antar inidividu

karena para bawahan cenderung untul< menyirnpulkan informasi

(47)

c. Horizontal Communication atau kornunikasi horizontal

Kornunikasi horizontal adalah kornunikasi antar bagian yang terkait

terdiri dari penyarnpaian inforrnasi di antara rekan -· rekan sejawat

dalarn unit kerja yang sarna. Unit kerja rneliputi individu - individu yang

diternpatkan pada tingkat otoritas yang sarna dalam organisasi dan

rnernpunyai atasan yang sarna.

Bentuk kornunikasi ini pada dasarnya bersifat koordlinatif dan

merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi (Handoko,1998).

Sehingga mempermudah koordinasi dan penanganan masalah.

Kornunikasi lateral selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan

lateral, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang

lam bat

d. Komunikasi Diagonal atau Komunikasi Lintas Saluran

Bentuk komunikasi ini sering disebutjuga kornunikasi silang.

Berlangsung dari seseorang kepada orang lain dalam posisi yang

berbeda. Dalarn arti pihak yang satu tidak berada pada jalur struktur

yang lain. Fungsi kornunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang

rnempunyai level berbeda tetapi tidak rnernpunyai wewenang langsung

(48)

Komunikasi lintas-saluran adalah informasi yang diberikan melewati

batas - batas fungsional atau batas - batas unit kerja, dan di antara

orang - orang yang satu sama lainnya tidak saling menjadi bawahan

atau atasan.

e. Komunikasi Formal (Internal Organizational Communication)

Komunikasi formal ada dalam setiap organisasi dan dapat terjadi antar

- personal dalam organisasi melalui jalur hirarki dengan prinsip

pembagian tugas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komunikasi

formal merupakan suatu sistem di mana para anggotanya

bekerjasama secara tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Komunikasi formal pada dasarnya berhubungan dengan masalah

kedinasan. Komunikasi informal adalah kebalikan dari komunikasi

formal biasanya terjadi dengan spontan sebagai akibat dari adanya

persamaan perasaan, kebutuhan, persamaan tugas dan tanggung

jawab.

f. Komunikasi Informal (External Organizational Communication)

Komunikasi informal pada pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu,

ruang dan tempat, kadang - kadang komunikasi informal lebih

berhasil, dan peranannya tidak kalah penting, karena dapat

(49)

organisasi. Namun penyampaiannya kurang sistematis, karena

pertumbuhan dan penyebarannya tidak teratur.

Kadang-kadang seorang pimpinan selalu beranggapan bahwa

keberadaan organisasi informal merupakan suatu hal yang janggal,

yang merupakan akibat gagalnya komunikasi formal yang

memunculkan ketidakstabilan organisasi formal. Bentuk komunikasi

informal dapat berupa pertemuan yang tidak direncanakan, seperti:

bertemu dan ngobrol di kantin pada jam makan siang, di kampus, atau

pertemuan lainnya.

Komunikasi informal ini mempunyai hal - hal yang positif, seperti : bila

jalan yang ditempuh melalui komunikasi formal melewati hambatan,

dengan terpaksa digunakan komunikasi informal, dalam suasana

(50)

2.1. Kemampuan Interpersonal

2.2.1. Definisi Kemampuan Interpersonal

Spitzberg dan Cupach (De Vito, 1996) menyatakan bahwa kemampuan

interpersonal adalah kemampuan seorang individu untuk melakukan

komunikasi yang efektif. Kemampuan interpersonal terdiri atas kemampuan

-kemampuan yang diperlukan untuk membentuk suatu interaksi yang efektif

agar terbinanya hubungan yang baik antara satu individu clengan individu

yang lain.

Dalam Nashori (2000) kemampuan interpersonal ini ditandai oleh adanya

karakteristik - karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam

menciptakan dan membina hubungan antar - pribadi yang baik dan

memuaskan. Di dalamnya termasuk kemampuan untuk menyesuaikan

komunikasi dengan konteks dari interaksi yang tengah berlangsung,

menyesuaikan dengan orang yang ada di dalam interaksi ltersebut, dan

kemampuan - kemampuan lainnya.

Sedangkan kemampuan interpersonal menurut Buhrmestm (1988) adalah

kecakapan yang dimiliki seseorang untuk memahami berbagai situasi sosial

(51)

tingkah laku yang sesuai dengan harapan orang lain yang merupakan

interaksi antara individu lainnya. Beliau juga mengungkapkan bahwa

seseorang yang memiliki kemampuan interpersonal yang bail< lebih mudah

untuk berkembang dalam menggunakan jaringan perternanan dengan

memberikan dukungan kepada orang lain ketika menghadapi ketika

menghadapi kejadian - kejadian yang membuat stres dale1m hidup atau

ketika ia membutuhkan dukungan pula dari orang lain. Hal ini berarti bahwa

anggota organisasi yang memiliki kemampuan interpersonal yang baik lebih

mudah berkembang dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga ketika ia

mengalami suatu tekanan dalam hidup ia akan lebih banyak memperoleh

dukungan sekitarnya, dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki

kemampuan interpersonal yang baik.

Berhubungan dengan orang lain acapkali merupakan sebagian besar hal

yang dilakukan sepanjang hari. Kekurangmampuan dalarn membina

hubungan interpersonal berakibat terganggunya kehidupan sosial seseorang,

seperti malu, menarik diri, berpisah atau putus hubungan dengan seseorang

yang pada akhirnya menyebabkan kesepian. Hoopes (dalam Pace, 1998)

mengamati bahwa " orang-orang yang terasing adalah meffeka yang

diabaikan atau mereka yang mengabaikan diri mereka seindiri ". Dalam

hubungan interpersonal murni, tidak ada orang yang diabaikan, demikian

(52)

Seseorang rnungkin saja sangat cerdas, pekerja keras, dan rnerniliki

pengetahuan dalarn berbagai bidang, tetapi bila ia tidak rnerniliki kernarnpuan

interpersonal, ia tidak akan rnarnpu bertahan lama dalarn pekerjaan yang

harus berhubungan dengan orang lain.

Menurut Ubaydillah (dalarn www.e-psikologi.com, 2003) kernarnpuan

interpersonal adalah kernarnpuan untuk rnernaharni orang lain. Ketika kita

tidak rnernaharni orang lain, rnaka Kita tidak bisa rnernpengaruhi, bekerja

sarna, atau rnenyelesaikan konflik dengan rnereka. Sebalil<nya, ketika kita

memaharni bagaimana orang lain berpikir, merasal<an, dan memahami,

semua jenis hubungan dirnungl<inkan. Hal ini serupa dengan apa yang

dil<ernukakan oleh Ubaydillah, Silberman dan Hansburg (2.000) yang

menegaskan bahwa orang yang cerdas dalarn hal hubungan antar - pribadi,

yaitu rnereka dengan IQ yang tinggi, menganggap bahwa memaharni orang

lain adalah proses yang aktif. Mereka tahu bahwa memaharni adalah upaya

yang disengaja dan rnenuntut rnereka untuk menggunakain rnata, telinga,

suara, otak, dan tubuh mereka. Mereka rnendengarkan datn mengamati

dalarn rangka rnenangkap kata-kata dan bahasa tubuh. Mereka mernperjelas

arti dari apa yang mereka dengar dengan menanyakan pertanyaan terbuka

dan menanggapi perasaan dan pemahaman orang lain. Dan mereka

(53)

Goleman, Kaufman, dan Ray (2005) menyatakan kemampuan interpersonal

adalah kemampuan untuk memahami orang lain ; apa yang memotivasi

mereka, bagaimana bekerja secara efektif dengan orang lain, bagaimana

memimpin atau mempedulikan orang lain. Hal tersebut penting bagi

keberlangsungan dan kelanggengan hidup manusia,

Dari berbagai pengertian dan penjelasan mengenai kemampuan

interpersonal dapat disimpulkan bahwa kemampuan interpersonal adalah

kemampuan individu untuk memahami orang lain dalam berbagai situasi

sosial untuk membentuk suatu interaksi yang efektif agar l:erjalinnya

hubungan yang baik dan positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

2.2.2. Aspek-Aspek Kemampuan Interpersonal

Buhrmester dkk (1988) mengemukakan lima aspek kemampuan

interpersonal, yaitu :

a. Kemampuan Berinisiatif ( Initiation )

Kemampuan berinisiatif adalah usaha untuk memulai suatu bentuk

interaksi dan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan

(54)

lnisiatif merupakan usaha pencarian pengalaman baru yang lebih

banyak dan luas tentang dunia luar dan tentang dirinya sendiri dengan

tujuan untuk mencocokkan sesuatu atau informasi yang telah diketahui

agar dapat lebih memahaminya.

b. Kemampuan Bersifat Terbuka (Self Disclosure)

Kemampuan bersifat terbuka adalah kemampuan 5,eseorang untuk

mengungkap informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya dan

memberikan perhatian kepada orang lain.

Pembukaan diri merupakan kemampuan untuk mernbuka diri,

menyampaikan informasi yang bersifat pribadi dan penghargaan

terhadap orang lain.

c. Kemampuan Bersikap Asertif ( Negative Asserrtion )

Kemampuan bersikap asertif adalah kemampuan untuk meminta orang

lain melakukan sesuatu yang diinginkan atau menolak untuk

melakukan hal yang tidak diinginkan.

Kemampuan bersikap asertif adalah kemampuan untuk

mengungkapkan perasaan-perasaannya secara jelas, dapat

(55)

melakukan sesuatu, dan menolak melakukan hal yang tidak diinginkan

tanpa melukai perasaan orang lain.

d. Kemampuan Memberikan Dukungan Emosional (Emotional Support)

Kemampuan memberikan dukungan emosional menurut Buhrmester

(1988) mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberi rasa

nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut dalam keadaan

tertekan dan bermasalah.

Seseorang yang memiliki kemampuan untuk berempati tinggi akan

memiliki keinginan untuk menolong yang tinggi pula, kemampuan

untuk mengekspresikan perhatian, kesabaran dam i;impati seseorang

kepada orang lain.

e. Kemampuan Mengatasi Konflik ( Conflict Management )

Kemampuan mengatasi konflik menurut Buhrmester (1988) adalah

berupaya agar konflik yang muncul dalam suatu hubungan

interpersonal tidak semakin memanas.

Termasuk kemampuan mengatasi konflik adalah merespon secara

positif isyarat penyelesaian konflik yang disampaikan orang lain.

(56)

suatu suatu hubungan yang telah terjalin karena akan memberikan

dampak yang negatif.

Kalima faktor yang telah dijelaskan di atas dijadikan dimensi -dimensi dalam

penelitian ini.

Weisinger (2006) menjelaskan akan kemampuan interpersonal yang

memungkinkan anggota organisasi dapat berkomunikasi secara efektif dan

produktif sehingga mendatangkan hasil yang positif bagi k19berhasilan

organisasi yakni sebagai berikut :

a. Pengungkapan diri

Secara jelas mengatakan kepada orang lain apa yang kita pikirkan,

rasakan, dan inginkan. Komunikasi meliputi pertukaran dua arah, yakni

memberi dan menerima. Kita berusaha memahami orang lain, orang

lain berusaha memahami diri kita, dan saling berusaha menyampaikan

sebuah pesan. Terkadang cara terbaik untuk menjalankan proses ini

adalah dengan mengungkapkan diri dengan jelas apa yang kita

pikirkan, rasakan, dan yakini. Pengungkapan diri aclalah istilah yang

digunakan untuk melakukan hal tersebut. Membagilkan pemikiran,

gagasan, dan perasaan kita di suatu pertemuan atau rapat terkadang

(57)

yang diungkapkan akan diremehkan, pemikiran yang kita nyatakan

mungkin akan menunjukkan kurangnya pengetahuan kita, dan

perasaan yang kita bagikan akan menunjukkan keh3mahan karakter

kita. Pengungkapan diri memang mengandung sejumlah resiko. Oleh

karena itu, kita harus menggunakan strategi tertentu untuk

melakukannya, yakni secara cermat memilih apa yang ingin kita

ungkapkan, kapan, dan bagaimana mengungkapkannya.

b. Ketegasan

Mempertahankan pendapat, gagasan, keyakinan, clan kebutuhan

sambil menghargai hal yang sama pada orang lain. Ketegasan adalah

kemampuan untuk mempertahankan hak, pendapat, gagasan,

keyakinan, dan keinginan kita dan pada saat yang i>ama menghormati

orang lain. Ketegasan adalah cara yang cerdas sec:ara emosional

untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan

mempertimbangkan berbagai pemikiran, gagasan, dan perasaan kita

sendiri maupun orang lain demi kebaikan kedua belah pihak.

c. Mendengarkan secara dinamis

Mendengarkan apa yang sebenarnya dikatakan orang lain.

Pengungkapan diri dapat memfasilitasi komunikasi yang efektif dan

(58)

langkah lebih maju. Karena komunikasi melibatkan pertukaran yang

timbal balik, maka kita juga harus memperhatikan tujuan yang lain,

yakni mendengarkan. Mendengarkan secara dinamis adalah suatu

latihan kecerdasan emosional. Perilaku ini dapat membawa kesadaran

diri ke dalam proses memahami, mengakui, dan merespon orang lain.

Kesadaran diri datang melalui pemahaman tentang bagaimana kita

membiarkan filter personal kita menyaring dan terkadang mengubah

informasi yang seharusnya kita terima, dan menghambat kita dalam

memahami emosi tersirat di batik pernyataan orang lain. Filter tersebut

biasanya dihasilkan oleh berbagai pemikiran, ide, dan perasaan kita.

d. Kritis

Secara konstruktif membagikan gagasan dan perasaan kita tentang

gagasan dan tindakan orang lain. Kritik bagaikan ウゥセ「オエゥイ@ pit pahit,

l(endati biasanya sulit dan tidak nyaman untuk memberi atau

menerima kritik, kritik terkadang sangat membantu. Dengan menerima

kritik, kita dapat meningkatkan kesadaran kita tenta1ng bagaimana

orang lain memandang tindakan kita, mengubah peirilaku kita yang

tampaknya tidak efektif, dan bertumbuh melalui pengalaman. Dengan

rnemberi kritik, kita membantu orang lain untuk melakukan hal yang

sama. Sarna halnya manfaat yang diperoleh secara individual, kritik

(59)

e. Komunikasi tim

Berkomunikasi di dalam situasi kelompok. Seberapa sukses suatu tim,

departemen, kelompok kerja, bahkan organisasi berkaitan langsung

dengan seberapa efektif komunikasi antar anggotanya di dalam

konteks kelompok. Kita semua pernah mengalami suasana magis di

dalam suatu pertemuan, kita merasakan adanya energi listrik pada

saat orang mengemukakan ide - ide mereka, salng memperbaiki

saran, sating mendukung dengan penuh antusiasme, mengeluarkan

solusi yang kreatif dan kolaboratif, serta adanya perasaan bahwa

komisariat kita begitu hebat dan setiap anggota organisasi adalah

orang-orang yang sangat berharga.

Kita menggunakan kecerdasan emosional di dalam pertemuan kelompok

untuk berlatih dan mengembangkan baik teknik mengungkapkan diri maupun

mendengarkan secara dinamis, terlibat dalam pemecahan masalah, dan

menerapkan ketegasan serta kritik bilamana diperlukan. Terjadinya

peningkatan komunikasi di dalam tim memungkinkan kelompok untuk

memecahkan masalah, menghasilkan rencana yang produktif, dan

pemahaman yang lebih baik tentang cara bekerja sama secara efektif

(60)

Terdapat 3 (tiga) macam kemampuan interpersonal untuk mengefektifkan

kerja, Mangkunegara (2005) menjelaskannya sebagai berikut :

1. Keterampilan Menginterpretasikan Perilaku Orang Lain (Interpreting

Other People's Behavior).

Keterampilan ini sangat berhubungan dengan kemampuan persepsi,

yaitu sejauhmana seseorang mampu memaknakan sesuatu dengan

tepat sesuai dengan objek yang diterimanya. Persepsi mencakup

penafsiran objek, penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus,

dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan

cara mempengaruhi pembentukan sikap dan perilalrn.

2. l<eterampilan Mempresentasikan Diri Sendiri (Presenting Yourself)

Pengendalian diri terhadap perilaku orang lain, kamna perilaku yang

dimunculkan mereka sering diterima tidak tepat yang berhubungan

dengan sikap, emosi, dan motif. Begitu pula mimik, gerakan tubuh,

dan suara dapat pula mempengaruhi perilaku kita clan orang lain.

3. Ketrampilan Pengarahan Efektif (Effective Coaching Skill)

Coaching lebih berhubungan dengan cara bagaimana sesuatu

dikerjakan dan apa yang harus dikerjakan. Coaching dapat

(61)

antara Coacher{pengarah) dan orang yang diarahkan (Coachee).

Sifat dasar Coaching adalah membangkitkan " Kesadaran dan

Tanggung Jawab ".

Elemen kunci pertama Coaching adalah kesadaran yang merupakan

hasil perhatian yang terpusat, konsentrasi dan kejemihan. Webster

berpendapat bahwa sadar berarti menunjukkan seseorang mempunyai

pengetahuan mengenai sesuatu melalui kewaspadaan dal

Gambar

Tabel 3.6.1
Tabel 3.6.2
Tabel 3.6.3
Gambaran umum tentang subjek penelitian akan diurail<an secara rinci yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pelatihan praktik pembuatan dodol, dilakukan pelatihan pengemasan dan pemasaran yang disampaikan oleh Tim secara informal dengan metode ceramah, diskusi,

Oleh karena itu dalam skripsi ini akan dilakukan uji organoleptik nugget ampas tahu dengan beberapa perlakuan (manipulasi perbandingan ampas tahu dan tepung terigu) agar

(1) Dengan jumlah anggaran pendapatan negara dan hibah tahun anggaran 2004 sebesar Rp403.769.529.330.000 (empat ratus tiga triliun tujuh ratus enam puluh sembilan (1) miliar

Pada penelitian fenomologi ini, para peneliti kualitatif mengidentifikasi sebuah gejala, kemudian mengumpulkan data dari individu-individu yang mengalami gejala tersebut dan

peubahnya tidak memuat eksponensial, trigonometri  (seperti  sin ,  cos

Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Madrasah Diniyah Sebagai Alternatif Pendidikan Agama Islam (Studi di Madrasah Diniyah Roudlotul Huda Desa Rawalo Kecamatan Rawalo

a) Papan peraga yang bertuliskan materi. Papan ini berisi ejaan dari semua suku kata dalam bahasa asing yang dipelajari. Biasanya tongkat ini berjumlah sepuluh dengan warna