ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PELATIHAN
AUDITOR TERHADAP PENGETAHUAN AUDITOR DALAM
MENDETEKSI KECURANGAN
BULCHIA
NIM: 103082029334
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : BULCHIA,SE
Tempat/ Tanggal Lahir : Batahan , 12 Januari 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Komp. Dian Asri II, Blok A6 No I. RT 01. RW 15
Pabuaran Cibinong, Bogor (16916).
Phone : (021) 92533450, 08567862460
E-Mail : Bulchia@Yahoo.co.id
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan Formal:
SD Negeri II Ujung Gurun (Padang) : s/d tahun 1992
SD Negeri Sukmajaya IX, Depok : s/d tahun 1994
SD Negeri Pabuaran IV, Cibinong : Lulus tahun 1997
SLTP YPI “45” Bekasi , Bekasi Timur : Lulus tahun 2000
SMU Negeri 6 Bekasi : Lulus tahun 2003
Pengalaman Kerja:
Accounting pada CV. Sukses Akbar
Anggota Penyuluhan Kelompok Tani Ikan Hias (Bogor)
Koordinator Lapangan Sistem Perparkiran /Managemen System (DIKNAS)
Kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sudharmadji dan Dadang.
Support Accounting PT. Ganendra Paraka Satria (GPS) 911
Account Executive Manager “DIABLO” enterprise communication.
Demikian daftar riwayat hudup ini saya buat dengan sebenarnya. Atas
perhatianya saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya
ABSTRACT
Analyzing of influence experient and training auditor knowledge in fraud detecting
This research explained that the experience of Auditor positively influenced to Auditor’s knowledge in detecting fraud. The result also gave evidence to get a quality audit , an experience’s auditor was needed.
This research multiple regression to examine hypothesis. The sample of this research was collected by using convenience sampling. The data that used by this research was primary data it was collected by questionaire. The questionary was collected as much as 72 questionaire from 77 questionary. The respondence in this research are from Registered Public Accountant and from the university student where place in Jakarta.
The objective of this research is to examine the influence of auditor’s experience to auditor’s knowledge in detecting fraud, the influence of auditor’s training to auditor’s knowledge in detecting fraud, and the influence of auditor’s experience and training to auditor’s knowledge in detecting fraud.
ABSTRAK
Analisis Pengaruh Pengalaman Dan Pelatihan Auditor Terhadap Pengetahuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pengalaman auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan, pengaruh pelatihan auditor
terhadap pangetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan, dan pengaruh pengalaman dan pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.
Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling dan model analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner yang terkumpul dan bisa diolah adalah sejumlah 72 kuisioner dari 77 kuisioner yang disebarkan. Responden dari penelitian ini adalah berasal dari Kantor Akuntan Publik dan universitas yang ada di wilayah jakarta.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor mendeteksi kecurangan (fraud). Sedangkan pelatihan
auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan auditor mendeteksi
kecurangan (fraud). Hasil keseluruhan ini memberikan bukti bahwa untuk mendapatkan kualitas audit dibutuhkan auditor yang berpengalaman.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Kepada-nya kita memohon pertolongan dan pengampunan. Kepada-nya kita berlindung dari kejahatan diri kita dan keburukan
perilaku kita. Semoga kita selalu mendapat hidayahnya, sehingga kita tergolong dalam
orang-orang yang yang berada dalam jalan yang benar. Aku bersaksi, tiada tuhan yang
patut kusembah selain Allah, tiada sekutu baginya, yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Aku juga bersaksi, bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa salam adalah
utusan Allah.
Skripsi yang telah penulis selesaikan merupakan salah satu dari banyak nikmat
yang Allah berikan penulis. Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada
orang-orang yang semoga selalu dikasihi oleh Allah SWT.
1. Yang Tercinta dan slalu ada dihatiku yakni Ibu (Sarimanur) Terkasih, yang mana hidupku ini hanya untuk mengapdi dan selalu berusaha
membahagiakanmu dan Ayahanda (Bukhairan), mereka merupakan orang yang membuat hidupku menjadi lebih berarti, kasih sayangnya merupakan
keridhoan yang ingin kudapat. Terima kasih yang tak mungkin dapatku balas
sepanjang hidupku atas segala perhatian, kasih sayang serta dukungan moral,
spiritual dan material pada penulis. Ibu, Ayah kasih sayang kalian yang teruntai
begitu indah menjadi inpirasi dan motivasi bagi penulis dalam menjalani hidup
dan kehidupan ini.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid Ms, selaku dosen pembimbing I yang selalu sabar
membimbing, mengarahkan, memberikan solusi, dan meluangkan waktunya
demi terselesaikannya skripsi ini
3. Bapak Hepi Prayudiawan SE, Ak, MM , selaku dosen pembimbing II yang
selalu sabar, memberikan ide dan selalu memberikan motivasi, arahan, dan
bimbingan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Kakak-kakak yang selalu menyayangiku serta tak henti-hentinya memberikan
sumbangan moral dan material Terutama Cani yang selalu memberi support
posisi kakakmu yang sedang tidak ada di tempat. Keponakanku yang lucu-lucu
semoga Allah slalu memberikan nikmat sehat bagi kalian
5. Kak Muji (Asisten CEO PT.Nawakara 911) yang telah memberikan ilmu dan
kesempatan dalam mengejar karier penulis, insyaAllah saya mampu mengikuti
jejak yang telah kakak tinggalkan.
6. Bapak, Drs Moh. Faisal Badroen, MBA. Selaku Dekan FEIS UIN Jakarta.
7. Bapak, Drs Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
8. Bapak , Amilin, SE, Ak, Msi. Selaku sekretaris Jurusan Akuntansi.
9. Para Dosen Dan Staf Adminsitrasi & keuangan yang telah memberikan ilmu dan
pelayanannya.
10.Bapak, Erfan Ak. Selaku Partner KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu Selama
satu setengah tahun serta pengalaman dan Starategi dalam menghadapi klien,
terima kasih atas kesempatan yang bapak berikan karena dari sinilah penulis
mendapatkan inspirasi judul skripsi ini.
11.Bapak, Sudarmadji (Selaku Partner DBS&D dan Guru Besar Universitas
Trisakti) terima kasih atas pengarahan dan bimbinganya dan mau meminjamkan
skripsi mahasiswa didiknya dan mengingatkan agar penilis segera
menyelesaikan kuliahnya. Dan seluruh Staff KAP DBS&D cabang kalimalang
yang lelah banyak memberikan pengalaman kepeda penulis. Staff Bp. Bambang
terutama untuk pak kirno, mba Ema, Nana, Oni, Kahar, Heri, Mas Agus.
12.Bapak Jendral Hendarto dan Bapak Dino selaku direktur dan komisaris
PT.Nakawara, Kol.Drs Zainal, MBA Selaku Direktur GPS 911 yang selalu
memberikan restu dan izin selama penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini,
terutama mass Anes yg Jenius dan Mbak Yos yg Asik dan Gaul thnks ya atas
pengertianya.
13.Bapak Al-Halaz selaku Manager Management Resiko PT.Bank Niaga Custodian
yang telah menjanjikan posisi pekerjaan di Bank Niaga sehingga penulis
termotivasi untuk segera menyelesaikan kuliah.
14.Sandi Sulistiyadi,.SE, Aditya Rizka,.SE , dan Anthon niino sebagai Accounting
Enterprise Communication, yang selalu menyediakan akomodasi dan tempat
(Kantor) sebagai tempat untuk menyelesaikan skripsi penulis.
15.Buat calonku Nina Ainimar,.SE, “Terima kasih atas semua dukungannya dan
Semoga kamu bisa jadi yang terakhir”.
16.Teman-temanku Akuntansi A angkatan 2003 Sigit (temen Gw yg paling Setia),
Ahmad winanto (temen gw yg banyak warna), Badri, Ozan, Ilham, Fulail, Fikri
(tukang bokis..he), Idul, Aulia (Ust, jngn ursn Motor mulu Dong,,.inget
Kompre&Skripsi), Muhajir, Dimy, Bongkeng, Mira, Reni, rima, Khosim
(smngat ya..tiada kata terlambat!!), sita, junet, Aii, Iip, May, Yuyun, Fazriah,
Halimah, Dina, pokonya Semua deh.
17.Temen2 Jurusan Audit (Endah, Nina, Farah, Yoppy, Agus J, Andika, Wahid,
Eko, Jauji, Wulan, Dede, Lutfi, Abduh, Ika, Reni Akmalia, pokoknya semuanya
deh Gw seneng banget bisa sekelas bareng kalian.
18.Buat Rama Nasution yang udah ngajarin SPSS, Bangun yang udah bantuin
pinjemin skripsi Asdos Trisakti, A. Afriadi ini juga udah makasih.
19.Buat Mass Khosim (Tax Lapindo Brantas Inc) tks U/ banyak Informasinya TTG
Dunia Kerja,
20.Temen2 di KAP DBS&D (Uud, Sofyan, Mas iwan, Mba Dewi, Santi, Novi,
Imel, Catur, Yuppy, Nandya, Hassan, Ali, Stefi, Aldi, Irma (Km baik banget
deh), Putra, & Para senior dan Manejer Pak Eko, Sukardi, Summ, Sukardi, tks
atas semuanya.
Seluruh teman seperjuangan, yang telah bersama-sama berjuang dan saling
membantu untuk menyelesaikan skripsi ini semoga persahabatan kita abadi , kita telah
sama sama berjuang dan juga bermain bersama mungkin ini merupakan kenangan untuk
suatu saat kelak. Serta benar-benar menjadi orang yang dilindungi dan dikasihi oleh
Allah Swt Amin……
Penulis sangat menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat megharapkan saran dan kritik yang
membangun agar lebih baik lagi dan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak
Jakarta, Mei 2008
DAFTAR ISI
Daftar Lampiran……… xiv
BAB I : PENDAHULUAN ………...….…. 1
1. Pengertian Akuntan Publik .………..……….…….….. 11
2. Tujuan Pemeriksaan Akuntan ………..………. . 12
3. Syarat-syarat Praktik Akuntan Publik ...……….……. 12
4. Jasa-Jasa Kantor Akuntan Publik ……….……… 14
C. Pengalaman dan Pelatihan Auditor ……… 15
1. Definisi Pengalaman ………….………...… 15
2. Definisi Pelatihan …………...………. 17
D. Konsep Fraud ……….……….. 17
E. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pengetahuan Auditor Untuk Mendeteksi Fraud ……….…………..….. 28
F. Pengaruh Pelatihan Auditor Terhadap Pengetahuan Auditor Tentang Fraud ……….…………...…….…… 30
G. Pengaruh Pengalaman Dan Pelatihan Auditor Terhadap Pengetahuan Auditor Tentang Fraud ……….. 33
E. Definisi Operasional Variabel ………...…...………. 47
BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI………....………..…… 77
A. Kesimpulan. ………...…………..…………..….. 77
B. Implikasi ……….……….. 78
C. Saran ………...………….….. 79
DAFTAR PUSTAKA ………...………. 80
ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PELATIHAN
AUDITOR TERHADAP PENGETAHUAN AUDITOR DALAM
MENDETEKSI KECURANGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
BULCHIA
103082029334
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Hepi Prayudiawan, SE, Ak, MM NIP. 131.474.891
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Hari ini Senin Tanggal 24 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama BULCHIA NIM: 103082029334 dengan judul Skripsi
“ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PELATIHAN AUDITOR
TERHADAP PENGETAHUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI
KECURANGAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Maret 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amilin, SE., Ak., M.Si Rahmawati, SE.,AK M.Si
Ketua Sekretaris
Hari ini Jum’at Tanggal 15 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama BULCHIA NIM: 103082029334 dengan judul Skripsi
“ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PELATIHAN AUDITOR TERHADAP PENGETAHUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Agustus 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Hepi Prayudiawan, SE, Ak,MM
Ketua Sekretaris
Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA Penguji Ahli
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemelitian
Masalah pemeriksaan akuntansi (auditing) di Indonesia adalah masalah yang
sangat penting dan sering menjadi sorotan tajam bagi masyarakat yang semakin
kompleks. Semakin kompleks perekonomian suatu masyarakat dan semakin
kompleksnya transaksi keuangan yang dilakukan masyarakat tersebut, sehingga
memerlukan suatu kompotensi yang tinggi bagi seseorang dalam melakukan audit
laporan keuangan.
Akuntan dalam melakukan audit untuk sampai pada suatu pendapat harus
senantiasa harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang
auditing. Pencapaian keahlian tersebut, harus dinilai dengan pendidikan formal yang
diperluas dengan pengalaman-pengalaman, selanjutnya diterapkan dalam proses
audit.
Pada perusahaan besar, khususnya perusahaan go public, terdapat pemisahan
antara pemilik dengan manajemen. Manajemen adalah pihak yang mengelola serta
mengendalikan perusahaan. Manajemen dipercaya dan diberi wewenang untuk
mengelola sumber daya yang diinvestasikan ke dalam perusahaan oleh pemilik,
manajemen bertugas menjalankan kegiatan bisnis perusahaan.
Konsekuensi dari hal ini adalah pihak manajemen harus mempertanggung
jawabkan pelaksanaan wewenang tersebut secara periodik kepada pemilik.
Pertanggungjawaban periodik ini umumnya menggunakan media laporan keuangan.
Untuk itu manajemen harus merancang dan mengimplementasikan suatu sistem
akurat dan dapat diandalkan. Selain pemilik, masih terdapat pihak lain yang
memerlukan informasi yang berasal dari laporan keuangan.
Berdasarkan uraian diatas terlihat adanya sebuah kepentingan yang berbeda
antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan. Manajemen berkepentingan
untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang dipercayakan kepadanya,
sedangkan pemakai laporan keuangan khususnya pemilik berkepentingan untuk
melihat hasil kinerja manajemen di dalam mengelola perusahaan. Perbedaan ini
menimbulkan konflik kepentingan antara menajemen dengan pemakai laporan
keuangan. Akibat dari konflik kepentingan ini bisa berakibat timbulnya fraud.
Fraud dalam laporan keuangan merupakan perhatian utama, tidak hanya bagi dunia
usaha dan publik tetapi juga bagi profesi auditor(Christiawan, 2002).
Profesi auditor mendapatkan kepercayaan dari klien untuk membuktikan
kewajaran laporan keuangan yang disajikan kliennya. Untuk dapat mempertahankan
kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan auditan lainnya
maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Widagdo., dkk. (2002)menunjukkan bahwa auditee memiliki harapan atas kualitas
pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan publik
Hampir setiap tahun terjadi fraud dalam laporan keuangan
perusahaan-perusahaan besar yang tidak terdeteksi oleh auditor yang bertugas mengaudit
laporan keuangan contoh kasus berskala nasional yaitu PT Kimia Farma dengan
auditor KAP Delloit Touch Tohmatsu (Hans Tuanakotta & Mustafa), terjadi
pengelembungan laba dalam laporan keuangannya yang tidak terdeteksi. Kemudian
kasus yang berskala internasional yaitu kasus Enron Corporotion dengan auditor
dengan 600 juta dollar Amerika sejak tahun 1994 dan menjadi kasus kebangkrutan
terbesar di Amerika yaitu sebesar 62,8 miliyar dollar Amerika (Nasution, 2003).
Kejadian-kejadian tersebut mengagetkan publik dan mengurangi kredibilitas
auditor terhadap fungsi pelaporan dan menurunkan kepercayaan publik terhadap
profesi akuntan publik sehingga banyak pihak yang mempertanyakan tanggung
jawab dan fungsi akuntan publik ketika terjadi kegagalan dalam mendeteksi fraud.
Kemudian, semakin besarnya tuntutan publik agar auditor mampu mencegah
dan mendeteksi adanya fraud di dalam laporan keuangan juga merupakan sesuatu
yang harus direspon oleh profesi akuntan publik. Profesi akuntan publik merupakan
profesi yang berhubungan dengan kepercayaan dan kredibilitas. Ketika dua tersebut
hilang, maka profesi ini akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak diperlukan lagi
dan pada akhirnya akan hilang.
Seorang auditor sebagai penyedia laporan keuangan dalam melaksanakan audit
tidak semata-mata hanya memperhatikan kepentingan kliennya, melainkan juga
pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan hasil audit. auditor juga
bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.
Pem akai laporan keuangan m engharapkan audit or t idak hanya dapat m enem ukan kesalahan
penyaj ian dalam laporan keuangan, nam un j uga kem ungkinan adanya fr au d. Oleh karena itu untuk
memuaskan para pengguna informasi keuangan, seorang auditor harus memiliki
keahlian, keahlian auditor didapat melalui pelatihan dan pengalaman yang cukup.
pengalaman yang lebih baik akan menghasilkan pengetahuan yang lebih baik pula.
Tubs (1992) dalam Widagdo dkk., (2002) juga mengatakan bahwa pengalaman akan
memiliki keunggulan dalam mendeteksi kesalahan. Berbeda dengan hasil penelitian
Tubs (1992) dalam Widagdo dkk, Sularso dan Na’im (1999) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang kekeliruan oleh akuntan pemeriksa
tidaklah lebih unggul daripada yang dimiliki mahasiswa yang sedang belajar mata
kuliah auditing sehingga pengalaman seorang auditor tidaklah berpengaruh terhadap
pengetahuannya dalam mendeteksi kecurangan.
Selanjutnya tidaklah cukup dengan pengalaman, pendidikan memadai dalam
bidang auditing dan akuntansi juga harus dimiliki oleh akuntan publik. Dimana,
seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai pengetahuan yang dimilikinya akan
memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak mempunyai
pengetahuan cukup akan tugasnya. Peningkatan pengetahuan akan muncul dari
penambahan pelatihan formal dan ini sama bagusnya dengan didapat dari
pengalaman khusus Bonner dan Walker (1994). Dalam melaksanakan audit, akuntan
publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing.
Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas
melalui pengalaman dalam praktik audit (Christiawan, 2002).
Akuntan publik juga harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang
mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Pelatihan disini dapat berupa
kegiatan-kegiatan, seperti: seminar, simposium, lokakarya, pelatihan itu sendiri, dan
kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Salah satu bentuk pelatihan adalah
supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari auditor senior. Karena hal ini
dapat meningkatkan kemampuan kerja auditor.
Noviyani dan Bandi (2002) melakukan penelitian terhadap pengalaman dan
pelatihan auditor dan dari hasil penelitiannya didapat bahwa pengalaman dan
pelatihan mempunyai pengaruh positif pada struktur pengetahuan auditor tentang
kekeliruan di wilayah Jawa, sedangkan peneliti lebih fokus pada wilayah Jakarta.
Berbeda halnya dengan Noviyani dan Bandi (2002).
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan mengambil judul:
“Analisis Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan Auditor terhadap Pengetahuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, penulis
mencoba membahas dan membatasi permasalahan. Adapun perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengalaman auditor mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan auditor
dalam mendeteksi fraud?
2. Apakah pelatihan auditor mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan auditor
dalam mendeteksi fraud?
3. Apakah pengalaman dan pelatihan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan
auditor dalam mendeteksi fraud?
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini, antara lain:
a. Untuk mengetahui apakah pengalaman auditor mempunyai pengaruh
terhadap pengetahuan auditor tentang fraud.
b. Untuk mengetahui apakah pelatihan auditor mempunyai pengaruh terhadap
pengetahuan auditor tentang fraud.
c. Untuk mengetahui apakah pengalaman dan Pelatihan mempunyai pengaruh
terhadap pengetahuan auditor.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi KAP
1) Hasil yang diperoleh dari penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi KAP dalam meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan dengan
meningkatkan profesionalisme dalam setiap pengauditan laporan
keuangan
2) Dijadikan kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun prosedur
pemeriksaan
b. Bagi auditor Eksternal
1) Dapat membantu auditor eksternal dalam membuat perencanaan audit
atas laporan keuangan klien sehingga dengan pemahaman tingkat
materialitas atas laporan keuangan tersebut.
2) Auditor eksternal dapat memiliki kualitas jasa audit yang lebih baik,
3) Memberikan wawasan yang lebih luas tentang kemungkinan
temuan-temuan yang dapat terjadi selama melakukan proses pemeriksaan
4) Pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi
dalam menambah kajian teoritis, khususnya di bidang pengauditan
terutama yang berkaitan dengan pengaruh pengalaman dan pelatihan
terhadap pengetahuan auditor untuk mendeteksi fraud.
c. Bagi Pemakai laporan keuangan
Dengan meningkatkan kinerja auditor, maka akan berdampak dalam
menghasilkan laporan keuangan yang handal, sehingga bermanfaat bagi
pemakai laporan audit.
d. Bagi penulis.
1) Untuk memenuhi salah satu prasyarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Islam Negeri Jakarta
(UIN).
2) Sebagai sumber wawasan dan pengetahuan di bidang auditing, terutama
mengenai pengaruh pengalaman dan pelatihan auditor terhadap
BAB 1I
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Atas Audit
1. Pengertian Audit
Definisi pemeriksaan (auditing) menurut Arens dan Loebbecke (2004:2)
adalah sebagai berikut:
‘Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasiaan bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independent.’’
Selain itu defenisi pemeriksaan (auditing) menurut Agoes (2004) adalah
sebagai berikut:
‘’Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapatmengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.’’
2. Jenis-jenis Audit
Menurut Arens dan Loebbecke (2004) bahwa ada tiga (3) jenis audit, yaitu
audit laporan keuangan, audit operasional, dan audit ketaatan.
a. Audit laporan keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan
secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan
diverivikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
b. Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian maupun dari prosedur
dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efesiensi dan efektifitas.
Umumnya, pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan
sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi
perusahaan.
c. Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah auditee (klien) telah
mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang
memiliki orientasi lebih tinggi.
3. Jenis-jenis auditor
Menurut Boynton dkk (2002) auditor terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
a. Akuntan Publik Terdaftar
Kantor akuntan publik sebagai auditor independen bertanggung jawab atas
audit laporan keuangan historis dari seluruh perusahaan publik dan
perusahaan besar lainnya.
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah merupakan auditor yang bekerja pada pemerintah yang
tugasnnya tidak berbeda dengan tugas kantor akuntan publik. Selain
mengaudit informasi laporan keuangan seringkali melakukan evaluasi
efesiensi dan efektifitas operasi sebagai program pemerintah dan BUMN.
c. Auditor Pajak
Auditor pajak merupakan auditor-auditor khusus dalam kantor pemeriksaan
melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah
telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.
d. Auditor Intern
Auditor intern merupakan auditor yang berkerja di satu perusahaan untuk
melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan. auditor intern
wajib memberikan informasi yang berharga bagi manajemen untuk
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan.
B. Tinjauan Umum Atas Akuntan Publik.
1. Pengertian Akuntan Publik
Definisi Akuntan Publik menurut Mulyadi (2001) adalah sebagai berikut:
“Akuntan publik adalah akuntan professional yang menjual jasanya kepada masyarakat terutama dalam bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya dan juga menjual jasanya sebagai konsultan pajak , konsultan di bidang manajemen, penyusunan system akuntansi serta penyusunan laporan keuangan.’’
2. Tujuan Pemeriksaan Akuntan
Tujuan pemeriksaan akuntan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dalam Standard Akuntansi Keuangan (SAK) (2004) adalah sebagai berikut:
“ Tujuan pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh akuntan publik adalah untuk menyatakan pendapat, apakah posisi keuangan dan hasil usaha serta perubahan posisi keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia yang diterapkan secara konsisten.’’
Untuk dapat berpraktek sebagai akuntan publik diperlukan izin dari
departemen Keuangan dan paling tidak harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut Mulyadi (2001):
a. Persyaratan Pendidikan
Pendidikan akuntansi di Indonesia memasuki era baru dengan berlakunya
SK menteri Pendidikan Nasional No.179/U/2001. Sebutan profesi
‘’Akuntan’’ hanya dapat diberikan kepada seseorang yang telah selesai
menempuh Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK). Dahulu, seseorang
haruslah memiliki gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari fakultas
ekonomi universitas negri yang telah mendapat persetujuan dari panitia ahli
persamaan Persamaan Ijazah Akuntan. Setelah itu yang bersangkutan harus
mendaftarkan diri ke departemen keuangan untuk memperoleh nomor
register Negara dan sertifikat sebagai akuntan terdaftar. Sarjana ekonomi
jurusan akuntansi dari perguruaan tinggi swasta dan universitas negeri
tertentu, diharuskan mengikuti ujian Negara Akuntansi (UNA) untuk
memperoleh sebutan akuntan. Kemudian, untuk mendapatkan nomor register
Negara dan sertifikatnya, setelah lulus UNA profesi yang bersangkutan harus
mendaftarkan diri ke Departemen Keuangan Republik Indonesia.
b. Profesi Akuntan
Sebutan profesi ‘’akuntan’’ hanya dapat diberikan kepada seseorang yang
telah selesai menempuh Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK). Peserta yang
telah lulus pendidikan PPAK akan mendapat sertifikat dari universitas yang
bersangkutan dan berhak menyandang sebutan profesi “akuntan”, serta
dapat digunakan sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntan
publik (USAP) untuk dapat gelar bersertifikat Akuntan Publik (BAP)
sebagai syarat berkarir sebagai akuntan publik atau akuntan lainnya.
c. Persyaratan Pengalaman
Untuk memperoleh izin sebagai akuntan publik terdaftar, seseorang akuntan
terdaftar harus memiliki pengalaman kerja sebagai auditor pada kantor
Akuntan publik atau BKKP paling sedikit 3 tahun.
4. Jasa – Jasa Kantor Akuntan Publik
Jasa-jasa utama yang diberikan kantor akuntan publik (KAP) dalam
Boynton dkk (2002) dibagi menjadi sebagai berikut:
a. Jasa Atestasi
Jasa atestasi meliputi semua kegiatan di mana kantor akuntan publik
mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan
asersi tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan asersi terlulis
yang telah dibuat dab dipertanggungjawabkan pihak lain.
b. Jasa Perpajakan
Jasa perpajakan adalah jasa yang diberikan kantor akuntan publik (KAP)
berupa jasa yang berhubungan dengan jasa-jasa perpajakan.
Jasa tertentu yang diberikan kantor akuntan publik yang memberi
kemungkinan kliennya untuk meningkatkan efektifitas operasinya.
d. Jasa Akuntansi dan Pembukuan
Jasa yang diberikan berupa pembuatan laporan keuangan, mengerjakan buku
besar dan ayat jurnalnya, melakukan tugas-tugas pembukuan dan juga
mengeluarkan mengeluarkan laporan kompilasi guna memenuhi laporan
klien.
C. Pengalaman dan pelatihan auditor.
1. Definisi pengalaman
Pengalaman merupakan salah satu elemen penting dalam tugas audit
disamping pengetahuan yang juga harus dimiliki seorang auditor (Sumardi dan
Hardiningsih, 2002). auditor merupakan seseorang yang dianggap ahli oleh
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan pada suatu perusahaan ataupun
instansi.
Tubbs (1992) dalam Widagdo dkk, (2002) menunjukkan bahwa ketika
akuntan pemeriksa menjadi lebih berpengalaman maka auditor menjadi sadar
terhadap lebih banyak kekeliruan yang terjadi, dan memiliki salah pengertian
secara signifikan terhadap pembuat keputusan audit pada waktu kompleksitas
penugasan dihadapi oleh auditor (Mohhammadi dan Wright, 1987) dalam
Menurut Gibbins (1984) dalam Hastuti dkk (2003) pengalaman baik
langsung maupun tidak langsung sangat penting dalam membentuk struktur
proses dan prikologis dari judgment. Pengalaman merupakan salah satu elemen
penting dalam tugas audit disamping pengetahuan yang juga harus dimiliki
auditor (Cristiawan, 2002).
Pengalaman dalam praktik audit juga harus mensyaratkan asisten junior,
yang baru masuk ke dalam karier auditing harus memperoleh pengalaman
profesionalnya dengan mendapat supervisi yang memadai dan review atas
pekerjaannya oleh atasan yang lebih berpengalaman. (IAI,2004).
Menurut Bonner (1990) semakin lama auditor tersebut bekerja, maka
auditor tersebut akan memberikan pertimbangan yang lebih matang dengan
sendirinya akan mengurangi resiko audit secara signifikan.
Suraida (2005) menyebutkan penelitian-penelitian mengenai pengalaman.
Diantaranya, Butt J.L (1988) dalam Suraida (2005) mengungkapkan bahwa
akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif
baik dalam tugas-tugas profesional dibandingkan dengan akuntan pemeriksa
yang belum berpengalaman, Merchant G.A (1989) dalam Suraida (2005)
menemukan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman mampu
mengidentifikasikan secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam
telaah analitik, sedangkan Libby dan Frederick (1990) dalam Suraida (2005)
menemukan bahwa semakin banyak pengalaman, auditor makin dapat
menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
Judgement dari akuntan publik yang lebih berpengalaman akan lebih
pembuat judgemnet lebih mendasarkan kebiasaan dan kurang mengikuti proses
pemikiran dari judgement itu sendiri (Slovic, Fischhoff and Lictensteib, 1972)
dalam Hastuti dkk, (2003).
Tubbs (1992) dalam Widagdo dkk, (2002) mengatakan bahwa auditor yang
berpengalaman akan memiliki kenggulan dalam hal: 1) mendeteksi kesalahan, 2)
memahami kesalahan secara akurat, dan 3) mencari penyebab kesalahan.
Di dalam defenisi tersebut pengalaman memadai adanya suatu yang terus
hidup secara nyata dan diperoleh dari belajar bukanya diperoleh secara langsung
melalui desas-desus atau laporan.
2. Definisi Pelatihan
Definisi pelatihan menurut Tanjung dan Arep (2002) adalah sebagai
berikut:
“ pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama dalam hal pengetahuan (knowledge), kemampuan
(ability), keahliaan (skill) dan sikap (attitude).”
3. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan menurut Tanjung dan Arep (2002) adalah sesuatu dengan
sebuah derajat yang bisa dipertanggungjawabkan yang diperoleh melalui
pengalaman atau asosiasi atau kontrak dengan hal atau individu yang dikenal.
D. Konsep Fraud
1. Materialitas
Menurut SA Seksi 312.2 tentang resiko audit dan matrialitas dalam
“Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.
Frishkoff (1970) dalam Hastuti dkk, (2003). Materialitas dalam akuntansi
adalah sesuatu yang relatif, nilai kuantitatif yang penting dari beberapa
informasi keuangan, bagi para pemakai laporan keuangan, dalam konteks
pembuatan keputuasan.
Norman O.Olson dalam Hastuti dkk, (2003) percaya bahwa standar yang
tinggi dalam praktek akuntansi akan memecahkan masalah yang berkaitan
dengan konsep materialitas. Pedoman materialitas yang beralasan yang diyakini
oleh sebagian besar anggota profesi akuntan adalah standar yang berkaitan
dengan informasi laporan keuangan bagi para pemakai, dimana akuntan harus
menentukan berdasarkan pertimbangannya tentang besarnya sesuatu atau
informasi dikatakan meterial.
Konsep materialitas menyatakan bahwa tidak semua informasi keuangan
diperlukan atau tidak semua informasi keuangan seharusnya dikomunikasikan
dalam laporan akuntansi, hanya informasi yang material yang seharusnya
disajikan. Infomasi yang tidak material seharusnya diabaikan atau dihilangkan.
Hal tersebut dapat dianalogikan bahwa konsep materialitas juga tidak
memandang secara lengkap terhadap semua kesalahan, hanya kesalahan yang
Tujuan dari penetapan meterialitas adalah untuk membantu auditor
merencanakan bahan bukti yang cukup. Dalam audit atas laporan keuangan,
auditor memberikan keyakinan berikut ini (Mulyadi dan Kanaka, 2001):
a. auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan
dalam laporan keuangan beserta pengungkapanya telah dicatat, diringkas,
digolongkan dan dikompilasi.
b. auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau
memberikan informasi dalam hal terdapat perkecualian) bahwa laporan
keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat
salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan.
c. auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti
audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan
pendapat atas laporan auditan.
Dalam melakukan auditnya, auditor berkepentingan terhadap hal-hal yang
berdampak material terhadap laporan keuangan. Suatu audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar auditing yang diterapkan ikatan akuntan Indonesia mungkin
akan mendeteksi terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan yang tidak material
bagi laporan keuangan, tetapi audit semacam itu dapat memberikan keyakinan
untuk mendeteksi terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan. Namun, terdapat
perbedaan respon auditor terhadap masalah yang dideteksi.
Pada umumnya, kekeliruan yang tidak material berdiri sendiri dalam
pengolahan akuntansi atau penerapan standar dipandang tidak signifikan dalam
implikasinya terhadap integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan
dampaknya terhadap aspek audit lainnya.
2. Definisi Salah saji
Menurut standar auditing (SA) seksi 110 (SPAP No.02) yang menyatakan
bahwa : auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melakukan audit
untuk memperoleh keyakikan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan.
Atas dasar di atas, maka salah saji dapat diakibatkan oleh dua (2) hal, yaitu
kekeliruan dan kecurangan. Kecurangan adalah termasuk ke dalam
ketidakberesan (irregularities). Maka hal yang membedakan antara kekeliruan
dan ketidakbersan adalah tindakan yang mendasarinya, apakah tindakan tersebut
disengaja atau tidak disengaja.
3. Perbedaan Salah Saji dan fraud
Sebagaimana telah diuraikan di atas menurut standar auditing (SA) seksi
110 (SPAP No.02) yang menyatakan bahwa : auditor bertanggung jawab dalam
merencanakan dan melakukan audit untuk memperoleh keyakikan memadai
tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan.
Atas dasar di atas, maka salah saji dapat diakibatkan oleh dua (2) hal, yaitu
kekeliruan dan kecurangan. Kecurangan adalah termasuk ke dalam
ketidakberesan (irregularities). Maka hal yang membedakan antara kekeliruan
dan ketidakbersan adalah tindakan yang mendasarinya, apakah tindakan tersebut
disengaja atau tidak disengaja. Apabila tindakan tersebut dilakukan atas niat
bahwa kecurangan adalah salah satu penyebab terjadinya salah saji yang cukup
material yang diakibatkan oleh faktor kesengajaan oleh pihak manajemen.
4. Definisi Kecurangan (Fraud)
Definisi kecurangan (fraud) yang paling tegas dan terkenal adalah definisi
yang disampaikan oleh The Association of Certified Fraud Examines (ACFE)
dalam Setiawan (2003) adalah sebagai berikut:
”All multifarious means whichs human ingenuity can devise, and which are resorted to by one individual to get advantage over another by false suggestions or suppressions of the truth, and includes all surprise, trick, curning, or dissembling and any unfair way by which another cheated”
Menurut ACFE tersebut, kecurangan adalah segala sesuatu yang secara
lihai dapat dipakai dan dapat dipergunakan oleh seseorang untuk mendapartkan
keuantunga terhadap orang lain dengan cara bujukan palsu atau menutupi
kebenaran dan meliputi semua cara-cara tidak terduga (surprise), tipu daya
(trick), kelicikan (Curning) atau menkelabui (dissembling) dan semua cara tidak
jujur lainnya.
Kecurangan (fraud) menurut (Simanjuntak, 2008) sangat luas dan ini dapat
dilihat pada butir mengenai kategori kecurangan. Namun secara umum,
unsur-unsur dari kecurangan (keseluruhan unsur-unsur harus ada, jika ada yang tidak ada
maka dianggap kecurangan tidak terjadi) adalah:
a. harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation)
b. dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present)
c. fakta bersifat material (material fact)
d. dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or
recklessly)
f. pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan
tersebut (misrepresentation)
g. yang merugikannya (detriment).
Kecurangan dalam tulisan ini termasuk (namun tidak terbatas pada)
manipulasi, penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan
tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi organisasi/perusahaan
The Institute of internal auditor (1985) di Amerika mendefinisikan
kecurangan mencakup suatu ketidakberesan (irregularities) dan tindakan illegal
yang bercirikan penipuan yang disengaja sedangkan The National Commission
on Fraudulent Financial Reporting (1987) mendefinisikan Fraudulent sebagai
tindakan yang disengaja atau ketidakhati-hatian (Tunggal, 1992). Dalam
Christiawan, 2002.
Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan
auditor berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap
salah saji material dalam laporan keuangan. Faktor yang membedakan antara
kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang
berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang
disengaja atau tidak disengaja.
5. Kategori Kecurangan (Fraud)
Simanjuntak (2008) mengklasifikasikan kecurangan dapat dilakukan
dilihat dari beberapa sisi berikuti ini, yaitu:
Kecurangan berupa pencurian aset dapat dikelompokkan kedalam tiga
kategori:
1) Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku, seperti duplikasi
pembayaran yang tercantum pada catatan akuntansi (fraud open
on-the-books, lebih mudah untuk ditemukan).
2) Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara
catatan akuntansi yang valid, seperti: kickback (fraud hidden on
the-books)
3) Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat
dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”,
seperti: pencurian uang pembayaran piutang dagang yang telah
dihapusbukukan/di-write-off (fraud off-the books, paling sulit untuk
ditemukan)
b. Berdasarkan frekuensi
Pengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan berdasarkan frekuensi
terjadinya:
1) Tidak berulang (non-repeating fraud). Dalam kecurangan yang tidak
berulang, tindakan kecurangan — walaupun terjadi beberapa kali —
pada dasarnya bersifat tunggal. Dalam arti, hal ini terjadi disebabkan
oleh adanya pelaku setiap saat (misal: pembayaran cek mingguan
karyawan memerlukan kartu kerja mingguan untuk melakukan
2) Berulang (repeating fraud). Dalam kecurangan berulang, tindakan yang
menyimpang terjadi beberapa kali dan hanya diinisiasi / diawali sekali
saja. Selanjutnya kecurangan terjadi terus-menerus sampai dihentikan.
Misalnya, cek pembayaran gaji bulanan yang dihasilkan secara otomatis
tanpa harus melakukan penginputan setiap saat. Penerbitan cek terus
berlangsung sampai diberikan perintah untuk menghentikannya.
Bagi auditor, signifikansi dari berulang atau tidaknya suatu kecurangan
tergantung kepada dimana ia akan mencari bukti. Misalnya, auditor harus
mereview program aplikasi komputer untuk memperoleh bukti terjadinya
tindakan kecurangan pembulatan ke bawah saldo tabungan nasabah dan
pengalihan selisih pembulatan tersebut ke suatu rekening tertentu.
c. Berdasarkan konspirasi
Kecurangan dapat diklasifikasikan sebagai: terjadi konspirasi atau
kolusi, tidak terdapat konspirasi, dan terdapat konspirasi parsial. Pada
umumnya kecurangan terjadi karena adanya konspirasi, baik bona fide
maupun pseudo. Dalam bona fide conspiracy, semua pihak sadar akan
adanya kecurangan; sedangkan dalam pseudo conspiracy, ada pihak-pihak
yang tidak mengetahui terjadinya kecurangan.
d. Berdasarkan keunikan
Kecurangan berdasarkan keunikannya dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1) Kecurangan khusus (specialized fraud), yang terjadi secara unik pada
pengambilan aset yang disimpan deposan pada lembaga-lembaga
keuangan, seperti: bank, dana pensiun, reksa dana (disebut juga custodial
fraud) dan (2) klaim asuransi yang tidak benar.
2) Kecurangan umum (garden varieties of fraud) yang semua orang
mungkin hadapi dalam operasi bisnis secara umum. Misal: kickback,
penetapan harga yang tidak benar, pesanan pembelian/kontrak yang lebih
tinggi dari kebutuhan yang sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas
pekerjaan yang telah selesai, pembayaran ganda, dan pengiriman barang
yang tidak benar.
6. Gejala adanya kecurangan
Pelaku kecurangan menurut Simanjuntak (2008) dapat diklasifikasikan
kedalam dua kelompok, yaitu: manajemen dan karyawan. Kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan
dengan yang dilakukan oleh karyawan.
a. Gejala kecurangan manajemen
1) Ketidakcocokan diantara manajemen puncak
2) Moral dan motivasi karyawan rendah
3) Departemen akuntansi kekurangan staf
4) Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak
konsumen, pemasok, atau badan otoritas
5) Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
6) Penjualan/laba menurun, utang dan piutang dagang meningkat
7) Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka
8) Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
9) Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun
buku.
b. Gejala kecurangan karyawan
1) Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
2) Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
3) Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
4) Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung
pembayaran
5) Kekurangan barang yang diterima
6) Kemahalan harga barang yang dibeli
7) Faktur ganda
8) Penggantian mutu barang
c. Tindakan/perilaku pelaku kecurangan
Berikut merupakan daftar perilaku seseorang yang harus menjadi
perhatian auditor karena dapat merupakan indikasi adanya kecurangan yang
dilakukan orang tersebut, yaitu:
1) Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti
biasanya, gaya hidup mewah.
2) Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja
3) Penjudi berat
5) Sedang dililit utang
6) Temuan audit atas kekeliruan (error) atau ketidakberesan (irregularities)
dianggap tidak material ketika ditemukan
7) Bekerja tenang, bekerja keras, bekerja melampaui jam kerja, sering
bekerja sendiri
8) Gaya hidup di atas rata-rata
9) Mobil atau pakaian mahal.
E. Pengaruh Pengalaman auditor Terhadap Pengetahuan auditor Untuk Mendeteksi Fraud
Perbedaan pengalaman yang dihubungkan dengan pengetahuan dapat
digunakan untuk mempengaruhi kinerja (Bonner, 1994). Hayes-Roth, Hutchinson,
Murphy dan Wright dalam Noviyani dan Bandi (2002) menyatakan bahwa
seseorang dengan pengalaman lebih pada suatu bidang tertentu mempunyai lebih
banyak item disimpan dalam ingatannya. Hal in didukung pula dengan penelitian
Choo dan Trotmant (1991) dalam Noviyani dan Bandi (2002) yang menyatakan
bahwa auditor berpengalaman akan mengingat lebih banyak item daripada item
yang sejenis, sedangkan auditor yang tidak berpengalaman akan lebih mengingant
item sejenis.
Lain halnya dengan Ashton (1991) dalam Noviyani dan Bandi (2002), dalam
penelitiannya tentang hubungan pengalaman dan tingkat pengetahuan sebagai
penentu keahlian audit menyimpulkan bahwa perbedaan pengalaman auditor tidak
auditor dengan tingkat pengalaman yang sama dapat saja menunjukkan perbedaan
yang besar dalam tingkat pengetahuan yang dimiliki.
Penelitian tentang pengalaman akuntan juga pernah dilakukan oleh Sularso
dan Na’im (1999). Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pengalaman
akuntan dalam mendeteksi kekeliruan. Penelitian dilakukan terhadap 35 akuntan
pemeriksa yang berpangalaman dari Kantor Akuntan Publik di Solo dan Jakarta
serta 35 Mahasiswa akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surakarta
sebagai pengganti akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman.
Suraida (2005) juga menyebutkan penelitian-penelitian mengenai pengalaman.
Diantaranya, Butt J.L (1988) mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang
berpengalaman akan membuat judgment yang relatif baik dalam tugas-tugas
profesional dibandingkan dengan akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman,
Merchant G.A (1989) menemukan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman
mampu mengidentifikasikan secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam
telaah analitik, sedangkan Libby dan Frederick (1990) menemukan bahwa semakin
banyak pengalaman, auditor makin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan
dalam menjelaskan temuan audit.
Dalam penelitian yang dilakukan Kalbers dan Forgarty (1995), Purwoko
(1996) dan Rahmawati (1997) dalam (Sumardi dan Hadiningsih, 2002)
menunjukkan bahwa pengalaman berhubungan positif dengan profesionalisme.
Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor juga dilakukan oleh
pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan auditor tentang kekeliruan.
Penelitian dilakukan terhadap 39 auditor di Kantor Akuntan Publik di Jawa yang
memiliki posisi partner, supervisor dan asisten auditor. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang
jenis kekeliruan.
Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan
mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada di
perusahaan yang menjadi kliennya. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa
pelatihan yang dilakukan oleh auditor akan meningkatkan keahlian mereka untuk
melakukan audit. Keahlian audit dan kemampuan untuk mengetahui kekeliruan
merupakan salah satu bagian dari kompetensi auditor.
F. Pengaruh pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor tentang fraud
Akuntan memerlukan berbagai keterampilan dalam rangka meraih sukses,
kurikulum yang ada belum cukup membangun kesuksesan akuntan, masih
diperlukan pelatihan-pelatihan melalui kursus-kursus pendidikan profesional
lanjutan (Eynon dkk, 1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002). Untuk memenuhi
persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis
yang cukup (IAI 2004) Program pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih besar
dalam peningkatan keahlian auditor.
Pelatihan adalah suatu kegiatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kerja peserta, yang akhirnya akan menimbulkan perubahan prilaku aspek-aspek
Peningkatan pengetahuan juga akan muncul dari penambahan pelatihan formal sama
bagusnya dengan didapat dari pengalaman khusus (Bonne dan Walker, 1994) dalam
Noviyani dan Bandi (2002). Personel auditor baru yang menerima pelatihan dan
umpan balik tentang deteksi kecurangan menunjukkan tingkat skeptis dan
pengetahuan tentang kecurangan yang lebih tinggi dan mampu mendeteksi
kecurangan dengan lebih baik dibanding dengan personel audit yang tidak menerima
perlakuan tersebut (Carpenter dkk, 2002 dalam Christiawan, 2002).
Pelatihan bagi akuntan publik meliputi jenis dan kualitas pelatihan. Materi
pelatihan harus dirancang dengan sebaik-baiknya. Pelatihan harus dibuat sistematis
dan berjenjang sesuai dengan tingkatan auditor yang ada di kantor akuntan publik.
Pelatihan terhadap junior auditor akan berbeda dengan pelatihan bagi manajer
auditor. Pelatihan bisa diselenggarakan oleh organisasi profesi atau dilakukan secara
mandiri oleh kantor akuntan publik terhadap staf auditor. Pelatihan harus dilakukan
untuk mengisi kekurangan dan memberikan penekanan pada praktik auditing dan
standar akuntansi bagi staf auditor di kantor akuntan publik.
Pendidikan dalam arti luas meliputi pendidikan formal, pelatihan atau
pendidikan berkelanjutan. Pelatihan lebih yang didapatkan oleh auditor akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perhatian auditor terhadap
kekeliruan yang terjadi (Noviyani dan Bandi 2002).
Dari penelitian yang dilakukan oleh American Accounting Association,
terdapat suatu fenomena yang menarik, yaitu adanya kerjasama antara organisasi
memajukan profesi. American Accounting Association (AAA), AICPA, Institute of
Management Accountants (IMA) dan Kantor Akuntan Publik Besar bekerja sama
untuk melakukan riset tentang profesi. Hal ini bisa dikembangkan lebih dalam hal
penyusunan kurikulum pendidikan formal dan pelatihan. Masukan dari Kantor
Akuntan Publik dan organisasi profesi sangat diperlukan untuk mengembangkan
suatu kurikulum pendidikan formal akuntansi dan pelatihan akuntansi.
Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin
lamanya audit dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang
diaudit. Lamanya audit yang pernah dilakukan oleh seorang auditor serta
kompleksitas transaksi keuangan yang dihadapi akan menambah dan memperluas
pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing yang pernah diterimanya saat
pendidikan formal dan pelatihan. Berdasarkan uraian diatas,penelitian ini
mengemukakan hipotesis berikut ini.
G. Pengaruh Pengalaman dan pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor tentang fraud
Dihubungkan dengan pengalaman, hasil penelitiaan Tubbs (1992) dalam
Novianti (2002) menyatakan bahwa pengalaman seorang auditor berpengaruh pada
struktur pengetahuan auditor tentang jenis-jenis kecurangan yang berbeda yang
diketahuinya. Sebaliknya, Sularso dan Naim (1999) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa perbedaan pengalaman tidak berpengaruh terhadap jumlah
Pengalaman yang didapat dari program khusus tertentu mempunyai pengaruh
yang lebih besar. Pelatihan bagi akuntan publik meliputi jenis dan kualitas pelatihan.
Materi pelatihan harus dirancang dengan sebaik-baiknya. Pelatihan harus dibuat
sistematis dan berjenjang sesuai dengan tingkatan auditor yang ada di kantor
akuntan publik. Pelatihan terhadap junior auditor akan berbeda dengan pelatihan
bagi manajer auditor. Pelatihan bisa diselenggarakan oleh organisasi profesi atau
dilakukan secara mandiri oleh kantor akuntan publik terhadap staf auditor. Pelatihan
harus dilakukan untuk mengisi kekurangan dan memberikan penekanan pada praktik
auditing dan standar akuntansi bagi staf auditor di kantor akuntan publik. Apabila
kedua variabel ini dikombinasikan bersama-sama yaitu pengalaman dan pelatihan
apakah memiliki pengaruh yang signifikan Terhadap pengetahuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan.
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang membahas tentang pengaruh pengalaman dan
pelatihan Auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan
diantaranya adalah Ashton (1991) dalam Noviyani dan Bandi (2002), dalam
penelitiannya tentang hubungan pengalaman dan tingkat pengetahuan sebagai
penentu keahlian audit menyimpulkan bahwa perbedaan pengalaman auditor tidak
bisa menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki auditor tersebut.
Selain itu, Merchant G.A (1989) dalam Suraida (2005) juga menemukan
bahwa akuntan pemeriksa berpengalaman mampu mengidentifikasikan secara lebih
baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik, sedangkan Libby dan
pengalaman, auditor makin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam
menjelaskan temuan audit. Sama halnya dengan hasil penelitian Tubbs (1992) dalam
Noviyani (2002) yang mengatakan bahwa pengalaman seorang auditor berpengaruh
pada struktur pengetahuan auditor tentang jenis-jenis kecurangan.
Penelitian tentang pengalaman akuntan juga pernah dilakukan oleh Sularso
dan Na’im (1999). Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pengalaman
akuntan dalam mendeteksi kekeliruan. Dalam penelitiannya, Sularso dan Na’im
(1999) menyimpulkan bahwa perbedaan pengalaman tidak berpengaruh terhadap
Jumlah pengetahuan tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya.
Sedangkan penelitian yang hampir sama tentang pengalaman dan pelatihan
auditor dilakukkan oleh Noviyani dan Bandi (2002). Penelitian dilakukan untuk
melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan auditor
tentang kecurangan. Dalam hasil penelitianya, pengalaman berpengaruh terhadap
pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Sedangkan pelatihan lebih yang
dilakukan auditor tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan
auditor terhadap kecurangan yang terjadi (Noviyani dan Bandi 2002).
Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Sekarang
Perbandingan Penelitian Terdahulu
Noviyani dan Bandi (2002)
Penelitian Sekarang
Objek Penelitian
dan Sample
KAP di wilayah jawa dan 42
auditor yang berkerja di KAP
Tersebut.
6 KAP yang berada di daerah jakarta.
Sample adalah 35 Auditor dan 42
Mahasiswa yang telah mengikuti mata
kuliah auditing.
Variabel
Independen
a. Pelatihan Auditor
b. Pengalaman Audit
a. Pelatihan Auditor
b. Pengalaman Audit.
Variabel
Dependen
Struktur Pengetahuan Auditor
Tentang Kekeliruan
Pengetahuan Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan
Metode Analisa a. Regresi Linier Berganda a. Regresi Linier Berganda
Sumber : Data diolah
I. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pelatihan Auditor (X2)
H1:Pertambahan pengalaman auditor diduga berpengaruh pada pengetahuannya
dalam mendeteksi fraud.
H2: Penambahan pelatihan auditor diduga berpengaruh terhadap pengetahuan
auditor dalam mendeteksi fraud.
H3: Pengalaman dan pelatihan auditor diduga berpengsruh signifikan terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei, penulis hanya meneliti sampel dari
suatu populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor di KAP di wilayah
Jakarta yang memiliki posisi sebagai partner, supervisor, dan asisten auditor.
Alasan penggunaan KAP di wilayah Jakarta sebagai responden adalah karena
peneliti memiliki informasi yang cukup lengkap dan menyeluruh untuk
mengevaluasi kinerja KAP, dan peneliti merupakan salah satu staff auditor pada
kantor akuntan publik yang ada di jakarta.
Berdasarkan tujuan dari sifat penelitian dalam skripsi ini yaitu
menggambarkan ada atau tidak adanya pengaruh antara variabel satu dengan
variabel yang lainnya, maka rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian
Analisis kausal komparatif (Indriantoro dan Bambang , 2000). Pada penelitian ini
peneliti menyebarkan kuesioner yang didistribusikan dengan cara penyampaian
pertanyaan-pertanyaan kepada para auditor yang meliputi partner, manajer,
supervisor, senior dan junior auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik
(KAP) di Jakarta serta mahasiswa S1 reguler jurusan akuntansi di beberapa
universitas di Jakarta yang telah menyelesaikan kulian auditing 2.
Untuk memperoleh data dan infomasi yang lengkap serta mendapatkan hasil
yang akurat, maka peneliti menggunakan rancangan penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti terdahu yaitu sri sularso dan ‘Ainun Naim (1999), Christiawan (2002),
Noviyani dan Bandi (2002) dan beberapa tambahan dari penelitian lainnya yang
telah disempurnakan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang Bekerja di Kantor Akuntan
Publik Di wilayah Jakarta. Dari populasi ini, peneliti akan menentukan besarnya
sampel dengan cara convenience sampling, pemilihan sampel melalui convenience
sampling adalah pemilihan sampel dari elemen populasi (orang atau kejadian) yang
datanya mudah diperoleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2000:130). Cara ini
dilakukan karena elemen populasi sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas
(jumlah populasi tidak diketahui dengan pasti) sehingga peneliti memiliki kebebasan
untuk memilih sampel yang paling murah dan cepat.
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP di wilayah
jakarta. Alasan auditor sebagai responden adalah karena auditor yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan audit, dimana didalamnya auditor diharuskan untuk
melakukan prosedur yang sesuai dengan SPAP untuk dapat mendeteksi kekeliruan
dan kecurangan. Pertimbangan tersebut dilakukan untuk memudahkan auditor
dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti.
Sampel dari penelitian ini adalah auditor yang bepengalaman dan diasumsikan
telah bekerja di KAP minimal 2 tahun. auditor yang dipilih dalam penelitian ini
meliputi partner, supervisor, dan asisten auditor, untuk auditor yang telah
berpengalaman. Kemudian, untuk auditor yang belum berpengalaman diasumsikan
auditing yang telah menempuh 135 sks dan telah belajar audit 1& 2, serta telah
mendapatkan pelatihan lab audit.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Data Primer, yaitu sumber data yang diperolehnya secara langsung dari
sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2000:147). Data primer ini diperoleh
berdasarkan jawaban kuesioner yang dikembalikan oleh responden, yakni
auditor yang bekerja di KAP.
b. Data Sekunder, yang biasanya berupa bukti, catatan atau laporan histories
yang telah disusun didalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan atau
tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2000:147). Data sekunder
dalam penelitian ini berasal dari sumber eksternal seperti melalui penelitian
kepustakaan dengan membaca dan mempelajari literature-literatur yang
berupa buku, artikel, jurnal, dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
2. Metode pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan instrumen
berupa kuesioner yang diberikan kepada auditor yang bekerja pada KAP di
wilayah jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik Personally
administered questionnaires, yakni kuesioner disampaikan dan dikumpulkan
peneliti juga menitipkan kuesioner kepada karyawan yang bekerja di KAP demi
kemudahan pengumpulan data.
D. Metode Analisis Data
Seluruh penyajian dan analisis data menggunakan program SPSS (Statistical
program For social science) 13.0 For windows. Statistik deskriptif digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data sampel yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksut membuat kesimpulan yang berlaku umum.
1. Uji Kualitas data
a. Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa baik ketepatan dan
kecermatan suatu insturmen untuk mengukur konsep yang seharusnya
diukur. Uji validitas digunakan untuk untuk mengukur valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu keusioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan
pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur pada
kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Pearson
Correlation, dinyatakan valid jika nilai signifikansi yang dihasilkan lebih
kecil dari 0,05 (Ghozali, 2005).
Uji validitas dalam penelitian ini adalah pengujian statistik yang
dipakai dalam penelitiaan ini adalah berasal dari butir-butir pertanyan yang
dikorelasikan dengan korelasi product moment. Sebuah data harus valid
untuk menyediakan konsep abstarak yang akurat. Umumnya beberapa dapat
dikatakan valid jika semua pernyataan harus diisi dengan lengkap, dapat
yang dihapkan oleh peneliti. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuesioer dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Validitas yang akan digunakan dalam
penelitiaan ini adalah validitas konstruksi yaitu kerangka dari suatu konsep,
dengan menghitung korelasi antar masing-masing dengan memmakai rumus
korelasi Product moment. Dengan r hitung > dari r tabel jika kurang dari itu
maka pertanyaan itu tidak valid.
b. Realiabilitas
Reliabititas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuisioer
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana butir-butir pertanyaan dalam
kuesioner yang telah diajukan dalam penelitian dapat dipercayakan dan
diandalkan.
Satu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Rumus varians:
n : Jumlah sampel
n
(ΣX)2
n
ΣX2
X : Nilai skor yang dipilih
Rumus Cronbach’s Alpha ( α ):
α : Reliabilitas instrumen
k :Banyak butir pertanyaan
σt2 : Varians total
Σσb2 : Jumlah varians butir
Untuk melakukan pengujian terhadap butir-butir pertanyaan dapat
dikatakan realibel, peneliti menggunakan one shot method, dengan uji statistik
Cronbach Alpha. Menurut Nunnally (1946) dalam Ghozali (2005), suatu
konstruk atau variabel dikatakan realibel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha lebih sebesar dari 0,60. Rumus reliabilitas ini dapat diselesaikan dengan
menggunakan SPSS versi 13.0 for windows.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
autokorelasi , uji multikolonieritas dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melibat penyebaran data yang normal atau
tidak, karena data diperoleh langsung dari pihak pertama melalui kuisioner.
Dalam Ghozali (2005) screening terhadap normalitas data merupakan
langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate,
khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Pengujian normalitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan uji normal probability plot dimana data
dikatakan normal jika nilai sebaran data berada disekitar garis lurus