132/Pdt.G/P A.Bks)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
••••
Ull
I
Oleh
Ibrahim
Nll\{:108044100037
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAHDANHUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
PERKA WIN AN SEJENIS
(STUDI KASUS PUTUSAN PERKARA NOMOR :
132/Pdt.G/2011/P A.Bks)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Disusun Oleh :
Di Bawah Bimbingan Pe imbing
Dr. H Yaya ovan, SH.MA.
NIP: 196810141996031002
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
132/Pdt.G/PA.Bks) telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Desember 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Hukum Keluaiga (Ahwal Syakbsiyyah).
PANITIA UJIAN I. Ketua
2. Sekretaris
3. Pembimbing
4. Penguji 1
5. Penguji 2
Jakarta, 27 Desember 2012
m・ョァ・ウセィQ\。ョ@
: Drs. H. A Basiq Djalil. S.H., M.A. NIP. 195003061976031001
: Rosdiana. M.A.
NIP. 196906102003122001 : Dr. H Yayan Sopyan. S.H .. M.A.
NIP.196810141996031002
: Drs. H. A Basiq Djalil, S.H .. M.A NIP. 195003061976031001
: Afwan Faizin, M.A. NIP.195003061976031001
HエAオIセGN@
-(.:"."Y..
Mセ@
.... )
(
.
( ...
セ@
..セ@
... )('"
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (U1N) SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci: Homoseksual, Mencegah Terjadinya Pemalsuan Di KUA
Didalam penulisan Skripsi ini penulis memaparkan tentang terjadinya pemalsuan identitas, sebab-bebab kenapa seseorang bisa melakukan pemalsuan tersebut, difinisi perkawinan dan analisis putusan perkawinan. Dalam tulisan ini penulis terfokus kepada studi kasus yang penulis angkat yaitu tentang pemalsuan identitas jenis kelamin dalam hal ini yang sudah terjadi yang dilakukan oleh lea dan Umar yang terjadi pada Kantor Urusan Agama Jatiasih Bekasi, dan analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor: 132/Pdt.G/2011/PA.Bks.
Homoseksual sudah ada sejak zaman dahulu yaitu pada zaman Nabi Luth dan disebabkan oleh faktor-faktor keluarga, lingkungan setempat, biologi dan dorongan individu orang tersebut yang menyebabkan orang tersebut menyukai sesamajenisnya. Di mana akibat dari homoseksual yaitu penyakit AIDS, gonorea, Trikomonas, rachitis, dan sipilis. Di mana penyakit ini yang diakibatkan dari hubungan badan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan agama maupun kedokteran dan akan berakibat fatal apabila penyakit tersebut menular kepada orang-orang yang berperilaku menyimpang dalam hubungan badan. Defininis homoseksual adalah menurut etimologi · ketertarikan seksual untuk mengadakan hubungan seks dengan yang berjenis kelamin · sama, baik laki-laki dengan laki-laki maupun perempuan dengan perempuan.
Dimana pernikahan tersebut sudah terjadi dan tercatat di KUA Jatiasih Bekasi, dari sinilah penulis menganalisa kenapa bisa terjadi pernikahan sesama jenis tersebut, sebabnya iyalah karena orang tersebut memiliki kelainan, yang diakibatkan oleh keluarga, lingkungan, sampai orang tersebut nekat untuk melakukan hal tersebut sehingga melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 yang dimana meyatakan bahwa perkawinan adalah "ikatan lahir dan bathin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan .... ". sedangkan dalam masalah skripsi ini telah terjadi pernikahan yang sah antara laki-laki dengan laki-laki yang sudah sangat jelas meyalahi Undang-Undang yang berlaku.Sehingga adanya putusan Nomor 132/Pdt.G/2011/P A.Bks yang memberikan putusan pembatalan pernikahan tersebut. Dari kesimpulan diatas penulis ingin mentelitai, agar permasalahan yang memalukan ini tidak terulang kembali.
Alhamdulillah, puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang merajai
alam semesta yang telah memberikan kenikmatan kepada semua hamba-Nya
sehingga dengan nikmat tersebut kita semua masih dalam lindungan-Nya. Yakni
nikmat iman, Islam dan kesehatan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
saw. yang menjadi teladan bagi semua manusia tak terkecuali penulis sendiri,
semoga kita semua mendapatkan syafa'atnya di hari akhirat.
Akhimya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
"PEMALSUAN IDENTIT AS JENIS KELAMIN P ADA PERKA WINAN
SEJENIS (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR: 132/Pdt.G/2011/PA.Bks)".
Penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari
bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan dan jauh dari sempuma karena
kesempumaan itu hanyalah milik Allah SWT semata.
Keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas berkat
dukungan doa, moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga.
3. Dr. H Yayan Sopyan, SH., MA. selaku pembimbing yang dengan berbagai kesibukannya masih sempat untuk berdiskusi dan memeriksa skripsi penulis dan selalu memberikan motivasi serta arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membimbing dan bersedia mentransfer ilmunya kepada penulis.
5. H. Adim HM. S. Ag., MM Ketua Kantor Urusan Agama Jtiasih Bekasi yang telah membantu dalam membagikan kuesioner di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua KUA
6. Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan hukum yang telah memberikan fasilitas referensi buku-buku dalam studi kepustakaan. 7. Teristimewa kedua orang tua penulis; ayahanda H Djari dan ibunda Hj
menemani dan memberikan support dan motivasi kepada penulis
dalam penulisan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat tercinta seperjuangan, Tambusai Ad-Dauly, Ade Esa
Nur Muhammad, Nur Hamid dan teman-teman seperjuangan Peradilan
Agama angkatan 2008 yang tidak dapat disebutkan semuanya yang
telah menjadi sandaran dalam keseharian penulis.
Demikian ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan
mudah-mudahan kebaikan-kebaikannya dapat diterima dan dibalas Allah SWT. Dengan
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih banyak.
Ciputat, 30 November 2012
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN... m LEMBARPERNYATAAN ··· IV
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ··· VI DAFT AR ISI .. ... ... . ... ... ... ... ... ... . .. .. . ... . . . .. . ... ... ... . ... x
BABI BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . . . 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah . . . 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . .. . . 7
D. Metode Penelitian ... .. ... ... 8
E. Review Terdahulu ... ... ... ... ... 10
F. Sistematika Penulisan . . . . .. . . . .. . . .. . . .. . . . ... ... 12
PEYIMPANGAN SEKSUAL DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN ILMU PSIKOLOGI A. Pengertian Peyimpangan Seksual... . . .. 15
I. Pengertian Peyimpangan Seksual dalam islam.. ... 15
BAB III
5. Faktor-Faktor Peyebab Homoseksual . . . .. 23
B. Peyimpangan Seksual dan Homoseksual Tinjauan Kesehatan... 26
1. Bentuk-bentuk Peyimpangan Seksual menurut kesehatan... ... . . 26
2. Aki bat dari homoseksual menurut kesehatan . . . 29
C. Homoseks Menurut Ilmu Psikologi... . . . .. . .. .. .. .. . . .. .. 31
ATURAN PERKA WINAN DALAM FIKIH DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Perkawinan... ... 35
1. Pengertian Perkawinan... ... . . .. 35
2. Dasar Hukum Perkawinan... ... ... .. . 37
3. Rukun dan Syarat Perkawinan... ... ... .... 39
a. Rukun Perkawinan... ... 39
b. Syarat Perkawinan... ... . .. .. 40
4. Tujuan, Asas-asas dan Hikmab Perkawinan . .. ... . . . 42
a) Tujuan Perkawinan... .. 42
b) Asas-asas Perkawinan... ... .. .... ... ... 44
c) Hikmab Perkawinan... .. . . . .. .... .. ... ... 45
5. Perkawinan Menurut Undang-Undang No.I Tabun 197 4 dan Kompilasi Hukum Islam . . . .. 46
8. Pemalsuan Identitas . . . ... . . . .. 55
BAB IV PEMALSUAN IDENTITAS JENIS KELAMIN SUATU TINJAUAN KASUS DALAM PERKA WIN AN DAN ANALISIS PUTUSAN NOMOR 132/Pdt.G/2011/P A.Bks A. Keronologis Terjadinya Pernikahan Sejenis . . . 57
B. Gambaran Um um Putusan Nomor 132/Pdt.G/2011/PA.Bks ... 61
C. Pertimbangan Hukum . . . 65
D. Analisis Putusan 67 BABY PENUTUP A. Kesimpulan . . . 71
B. Saran... 72
DAFTAR PUSTAKA... ... ... ... ... 74
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 78 Lampiran 1 Salinan Putusan
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Kuesioner Lampiran 3 Pedoman Wawancara
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah salah satu sunatullah yang umumnya berlaku pada
semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun
tumbuh-tumbuhan.1 Tujuan utama dari perkawinan adalah membina kehidupan rumah tangga yang kekal dan bahagia diantara suami dan istri dengan langsung
melanjutkan keturunan. Mengingat perkawinan itu merupakan tuntunan naluriah manusia untuk berketurunan guna kelangsungan hidupnya dan memperoleh kedamaian hidup serta menumbuhkan dan memupuk kasih
saying insani, "Keharmonisan yang ada diantara dua jiwa akan membuat mereka terpadu dalam dunia cinta dan kebersamaan".2
Manusia adalah mahluk yang mempunyai kecenderungan untuk hidup
bersama, melakukan kontak dengan manusia lainnya tidak dapat dibatasi karena sudah menjadi kodratnya sebagai mahluk social. Perkawinan merupakan suatu solusi yang diberikan Allah Swt untuk menghindarkan manusia dari perbuatan zina yang secara jelas diharamkan-Nya. Kebutuhan biologis manusia yang disalurkan tanpa wadah perkawinan niscaya akan
1
Chuzaimah T. Yanggo dan HA. Hafiz Anshari Az, Prob/ematika Hukum Islam
Kontenporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus 2002), h. 56.
2 Sayyid Mujtaba Musavi Lari, Psikologi Islam: Membangun kembali Moral Generasi
menimbulkan masalah dan kerusakan seperti garis keturunan yang tidak jelas,
rusaknya moralitas umat manusia, timbulnya berbagai peyakit fisik maupun
psikis dan banyak masalah lainnya yang pada akhirnya akan menghinakan
martabat manusia lebih rendah dari pada binatang.3
Hukum Islam juga ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara
perorangan maupun secara bermasyarakat, baik untuk hidup di dunia maupun di akhirat. Kesejahteraan masyarakat akan tercapai dengan kesejahteraan yang
sejahtera, karena keluarga merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat, sehingga kesejahteraan masyarakat akan tergantung kepada kesejahteraan keluarga. Demikian pula kesejahteraan perorangan sangat dipengaruhi oleh
kesejahteraan hidup keluarganya. Islam mengatur keluarga bukan secara garis besar, tetapi sampai terperinci. Keluarga berbentuk melalui perkawinan, karena itu perkawinan sangat dianjurkan oleh Islam bagi yang telah
. k 4
mempunya1 emampuan.
Suatu peraturan dimaksudkan agar perkawinan dapat berlangsung
dengan baik dan tertib. Peraturan-peraturan yang dimaksud tidak langsung terjadi begitu saja tetapi melalui perjuangan yang sangat lama karena penuh dengan hambatan baik pada zaman sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Dan akhirnya pada tahun 197 4 baru tercipta dalam suatu bentuk
undang-3Musfir Aj-Jahrani, Poligami dari Berbagai Persepsi, (Jakarta: Gema lnsani Press,
1997), h.15.
undang yang dikenal dengan nama Undang-undang No. I tahun 1974 tentang perkawinan dimana undang-undang ini menganut asam monogamy yang sifatnya tidak mutlak.
Itulah sebabnya sehingga undang-undang No. I tahun 1947 dikatakan menganut asas monogamy terbuka. Suatu perkawinan dapat terlaksana apabila memenuhi syarat-syarat dan rukunnya berdasarkan hukum agama dan kepercayaan masing-masing, sebagaimana ditentukan dalam pasal 2 (I) Undang-undang No. I tahun 1974 tentang perkawinan. Selanjutnya dicatatkan dalam sebagaiman yang dimaksud dalam pasal 2 (2).
Seperti diketahui bahwa masalah fasakh dalam perkawinan masih menjadi perdebatan para ulama, di satu pihak ada yang mengatakan bahwa fasakh itu tidak ada. Misalnya adalah bahwa salah satu pihak terikat oleh suatu perkawinan lama, atau perkawinan telah dilangsungkan oleh pegawai sipil yang tidak berkuasa dan lain sebagainya. "Perkawinan semacam itu dapat dibatalkan oleh Hakim".5 Istilah pembatalan perkawinan dalam hukum Islam identik dengan fasakh yaitu "membatalkan akad dan melepaskan tali ikatan perkawinan suami dan istri".6
Suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila tidak memenuhi syarat-syaratnya. Ini berarti bahwa perkawinan itu dilarang bila tidak memenuhi syarat-syaratnya. Sedang perkawinan yang semacam itu (terlanjur terjadi)
5
R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT Intenusa, 1989). h. 27.
6
hal. 67.
sudah terlaksana, dapat dibatalkan sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. 7
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada pasal 71 dijelaskan mengenai pembatalan perkawinan yang meyebutkan bahwa suatu perkawinan dapat dibatalkan a pa bi Ia:
I. Seorang suami melakukan poligami tanpa seizin Pengadilan Agama; 2. Perempuan yang dikawini temyata kemudian diketahui masih menjadi
istri pria Iain yang mafqud atau hilang;
3. Perempuan yang dikawini ternyata masih iddah dari suami Iain;
4. Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan sebagaimana ditetapkan dalam pasal 7 UU No. I tahun 1974 Tentang perkawinan yaitu pada pria 19 tahun dan wanita sudah mencapai umur 16 tahun;
5. Perkawinan dilangsungkan tampa wali atau dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak;
6. perkawinan yang dilakukan dengan paksaan"
Seperti diketahui suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila tidak memenuhi syarat dan rukunnya. Salah satu alasan untuk dapat dibatalkannya suatu perkawinan adalah adanya suatu perkawinan rangkap antara seorang yang melakukan pemalsuan suatu identitas yakni dengan memalsukan identitas status seorang istri yang padahal istri tersebut seorang Iaki-laki.
7
Pembatalan perkawinan berdasarkan alasan tersebut dapat diajukan ke pengadilan agama bagi mereka yang menikah menurut ketentuan agama Islam. Maka menimbulkan pembatalan pemikahan.
waktu menjadi penghulu (yang menikahkan pelaku nikah sesama jenis) di Kantor urusan Agamajatiasih yang terjadi pada tahun 2011.
Dari uraian singkat di atas ini, penulis memberi judul skripsi ini adalah "PEMALSUAN IDENTITAS JENIS KELAMIN PADA PERKAWINAN
SEJENIS (STUDI KASUS PUTUSAN PERKARA NOMOR
132/Pdt.G/2011/P A.")
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan masalah perkawinan maka penulis memberi batasan - batasan agar dalam skripsi ini persoalan dapat terarah. Secara spesisifik penulis hanya membatasi pembahasan pada pemalsuan identitas pada pemikahan sejenis yang dilakukan oleh Umar bin Jaya Dan Rahmat bin Faryo alias lea ini di KUA Jati Asih Bekasi setudi kasus pada putusan nomor 132/Pdt.G/2011/PA.Bks.
2. Rumusan Masalah
istri membentuk keluarga yang bahagia dan kekal menuruk keTuhana Yang Maha Esa. Dalam masalah yang penulis angkat yaitu telah terjadi pemikahan yang sah antara sesame jenis yaitu laki-laki dengan laki-laki yang sudah terjadi di KUA Jatiasih Bekasi.
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
I. Bagaimana perkawinan tersebut bisa terjadi dan tercatat di KUA Jatiasih?
2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor 132/Pdt.G/2011/PA.Bks di pengadilan Agama Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembatasan dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut:
I. Mengetahui bagaimana perkawinan tersebut bisa terjadi dan tercatat di KUA Jatiasih.
'
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: I) Manfaat Kegunaan Secara Teoritis
Dalam penelitian ini, penulis ingin memberikan sumbangan bagi diri penulis, Sehingga penulis memahami, ilmu pengetahuaan terhadap sapek aspek hukum pemalsuan didalam perkawinan khususnya pada kasus yang penulis angkat.
2) Manfaat Keguaan Secara Praktis
Selain kegunaan secara teoritis, penulis berharap bahwa dengan karya tulis ini dengan paparan mengenai pemalsuan identitas perkawinan masyarakat dapat mengantisipasi terhadap perkawinan tersebut dan petugas KUA harus dengan teliti memastikan kebenaran identitas dalam perkawinan sehingga di kehidupan yang akan datang tidak akan terulang kembali.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
prilaku yang diamati sehingga penulis akan memaparkannya didalam skripsi yang penulis buat.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari KUA Jatiasih bekasi yang menangani kasus Muhamad Umar Bin Jaya dan Rahmat Bin Faryo alias Friska Nastasya Oktaviany dari kutipan akta nikah 900/155/XI/2010. Data ini meliputi analisis putusan Nomor : 132/Pdt.G/2011/PA.Bks. dan wawancara dengan pihak KUA Jatiasih bekasi dan memperoleh informasi dari pihak laki-laki dan perempuan. b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber data dari studi kepustakaan diambil dari buku-buku, internet, dan beberapa hasil yang berhubungan dengan masalah manipulasi identitas jenis kelamin dalam perkawinan. Untuk mendapatkan data, penulis mengunjungi beberapa perpustakaan.
3. Teknik Pengnmpulan Data
4. Analisa Data
Setelah data berkumpul, lalu dianalisa dengan analisa kualitatif lalu diinterpretasi sedemikian rupa dengan metode deduktif. Penelitian ini menggunakan · konten analisis yaitu tehnik analisis yang berusaha meyimpulkan dengan mengambil bagian atau hal yang bersifat khusus dalam bentuk kasus dan data menjadi kesimpulan umum yang berlaku dan diambil kesimpulan dengan menguraikannya didalan skripsi yang penulis tulis ini.
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada buku "Pedoman Penulissan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatulah Jakarta".
E. Review Studi Terdahulu
No Nama/NIM/Judul/P Substansi Perbedaan rodi/
Kon/Fak/Tahun
I. Zulkarnain I. Pemikahan dalam I. Menjelaskan kasus berpoligami tentang pemalsuan 10604410023 harus memiliki identitas didalam
izin poligami dari pernikahan sesame Penipuan identitas pengadilan agama, Jell
IS
dalam perkawinan masalahnya yang 2. Membahas tentang (studi kasus KUA terjadi dikasus ini pencegahan kua Kecamatan Kadu ad a I ah mereka didalam mencegah dede, Kuningan yang menghendaki manipulasi identitas ,Jawa Barat) poligami, namun perkawinan.
tidak memiliki izin Fakultas syariah poligami dari dan hukum pengadilan agama, dan mereka malah Konsentrasi melakukan
administrasi manupulasi keperdataan Islam identitas. Tahun 2010 2. Pemikahan
terse but sudah terjadi, dengan memalsukan identitas.
2. Siti Sariah I. Kary a tersebut I. Pendapat ketua hanya KUAjatiasih dalam 10204410012 mengandung pemalsuan identitas
,
bagaimana KUA jenis kelamin. Efektifitas KUA didalam 3. Siapa saja yang dalam upaya pencegahan dikenakan hukuman mencegah terjadinnya terhadap kasus terjadinya Pemalsuan pemalsuan jenis pemalsuan identitas identitas dalam kelamin.
Peradilan Agama dilakukan. Lebih
Tahun 2007 membahas bagi
para pelaku poligami, yang in gin berpo Ii gam i dengan membuat pemalsuan
identitas.
Didalam skripsi yang penilis ingin tulis ini mengenai pemalsuan identitas didalam perkawinan sejenis antara laki-laki dengan laki-laki yang membuat perkawinan tersebut dibatalkan demihukum hingga terjadinya putusan Pengadilan Agama. Sedangkan Review Studi Terdahulu membahas tentang pemalsuan identitas untuk melakukan pemikahan berpoligami agar pemikahan berpoligami tersebut disah kan oleh Undang-Undang.
F. Sistemmatika Penulisan
Adapun untuk menjaga sistematika penulisan hingga terfokus pada yang dimaksud, maka penulis menjadikan lima bab, pada setiap babnya
[image:23.595.96.490.131.554.2]laki-laki dan perempuan. Setelah itu, dikemukakan batasan dan rumusan masalah pada skripsi ini. Kemudian dijelaskan mengenaitujuan dan manfaat penelitian, krangka teori, review studi terdahulu dan sistematika penulisan.
Pada bab kedua penulis melanjutkan dari bab I yang terdiri dari tinjauan tentang pengertian homoseksual yang terdiri dari peyimpangan seks, bebtuk-bentuk peyimpsngsn seks, sejarah homoseksual, factor-faktor yang meyebabkan homoseksual, akibat yang ditimbulkan dari homoseksual, homoseksual menurut ilmu psikologi, homoseksual menurut pandangan hukum positif dan homoseksual menurut pandangan hukum Islam.
Pada bab ketiga penulis melanjutkan dari bab II yang terdiri dari Aturan Perkawinan dalam Fiqh dan Hukum Fositif di Indonesia yang terdiri dari tinjauan teoritis tentang perkawinan yang terdiri dari pengertian dan dasar hukum perkawinan, yang selanjutnya akan membahas tujuan perkawinan, asas, dan hikmah, rukun dan syarat perkawinan menurut tinjauan undang-undang No I Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), pencatatan perkawinan dan pembatalan perkawinan.
[image:24.595.95.492.223.559.2]PEYIMPANGAN SEKSUAL DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
DAN ILMU PSIKOLOGI
A. Peyimpangan Seksual dan Homoseks Dalam Islam
1. Pengertian Peyimpangan Seksual Dalam Islam
Masai.ah seks merupakan suatu perbincangan yang tidak ada
habis-habisnya dalam masyarakat seksualitas merupakan suatu
kompleksitas atau gabungan dari emosi, perasaan, keperibadian dan
sikap yang ada kaitannya dengan orientasi seksual pelaku. Sedangkan
menurut Salito W. Sarwono menjelaskan dalam bukunya Psikologi
Remaja, bahwa seksualitas adalah suatu perilaku seksual yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dari Jawan jenisnya atau pun sesame
jenisnya.1 Peyimpangan seksual terdiri atas dua suku kata yaitu
peyimpangan dan seksual. Peyimpangan berasal dari kata dasar
"simpang" yang memiliki empat pengertian. Pertama, mempunyai arti
.
.
peroses, yaitu cara perbuatan yang meyimpang atau meyimpangkan.
Kedua, bermakna membelok atau menempuh jalan Jain. Ketiga, tidak
sesuai dengan rencana. Keempat, meyalahi kebiasaan, meyeleweng
baik dari hukum, kebenaran, dan agama.2
1
Kata "seksual" mempunyai dua pengertian antara lain yang
Pertama, meyinggung ha! reproduksi atau perkembangan lewat
peyatuan dua individu yang berbeda yang masing-masing
menghasilkan sebutir telur dan sperma.dan yang Kedua, secara umum
berarti meyinggung tingkah laku, perasaan, atau emosi yang
bersosialisasi dengan perangsangan alat kelamin, daerah-daerah
erogenous, atau dengan peroses perkembangbiakan.3
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan peyimpangan seksual adalah perilaku seksual seseorang yang
dianggap meyimpang atau meyalahi aturan yang sudah ditetapkan.
Definisi lain meyebutkan bahwa peyimpangan seksual adalah
aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan
kenikmatan seksual dengan tidak sewajamya. Biasanya, cara yang
digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan objek seks yang
tidak キ。ェ。イNセ@
2. Pengertian Homoseksual dan Sejarah Timbulnya Dalam Islam
Secara terminologi homoseks mempunyai arti memiliki
kelainan yang sama. Sedangkan secara etimologi, berarti ketertarikan
seksual untuk mengadakan subungan seks dengan yang berjenis
kelamin sama, baik laki-laki dengan laki-laki atau pun perempuan
3
J.P Chaplin, Kamus Lengkap Biologi, terjemahan. Kartini Kartono, (Jakarta: PT Raja
dengan perempuan. 5 Dalam Ensiklopedi Indonesia, istilah homoseks
menunjukan adanya gejala dorongan seksual dan tingkah laku seksual
terhadap orang lain dari kelamin sejenis. Menurut Marzuki Umar
Sa'abah didalam bukunya yang berjudul Seks dan Kita memaparkan
bahwa homoseks adalah rasa tertarik dan mencintai sesame jenis.
Untuk laki-laki dikenal dengan sebutan kaum gay, sedangkan untuk
perempuan dikenal dengan sebutan kaum lesbi.6 Dan seperti yang
dikatakan juga oleh seorang ahli faal di dalam buku masail fiqhiyah
al-haditsah dari Hongaria bemama Dr. Benker untuk pertama kalinya
memperkenalkan istilah homoseksual yang diambilnya dari bahasa
yunani "homois" yang berarti "sama", maksudnya sesama jenis
kelamin.7
Homoseksual diterjemahkan secara harfiah adalah "sesama
jenis". Sedangkan homosekual didefinisikan sebagai keadaan tertarik
terhadap orang dari jenis kelamin yang sama. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, istilah homoseksual berasal dari bahasa Inggri
"homosexual" yang berarti sifat laki-laki yang senang berhubungan
seks dengan sesamajenis kelaminnya.8
5
Ali Bin Abdul Aziz Musa, Kekejian Kaum Nabi Luth, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006),
h. 5.
6
Hasan Shadly. Et all, Ensikolpedi Indonesia, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru-Van Hoeve,
1999), Jilid. 5, h.3060.
7
M. Ali Hasan, Masailfiqhiyah Al-Haditsah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000),
Dapat ditarik kesimpulan bahwa homoseksual adalah kebiasaan
seorang laki-laki melampiaskan nafsu seksualnya pada sesamanya.
Hukum diartikan sebagi aturan-aturan dari tingkah laku masyarakat
yang terorganisir, ditegakan dengan ancaman hukuman.9
Homoseksual bukanlah ha! yang baru, karena sejak zaman Nabi
Luth sekitar tahun 2245 SM kasus seperti ini sudah ada. Oleh sebab itu
homoseks dalam istilah arab dikenal dengan istilah Liwth yang
dinisbahkan kepada perbuatan kaum Nabi Luth. Dalam bukunya
Anang Zamroni dan Ma'ruf Anshori yang berjudul Bimbingan Seks
Islami dijelaskan bahwa pada awalnya kaum Nabi Luth meyetubuhi
kaum wanita melalui duburnya, dan lama kelamaan ha! itu juga
dilakukan terhadap kaum laki-laki dan dikenal dengan sebutan
sodomi.10 Atas peristiwa ini kaum Nabi Luth mendapatkan teguran
sebagaimana yang tertera dalam ayat 80-84, surah al-a'raf, yang
berbunyi:
9Topo Santoso,
""'
,セゥゥ@
lfa
r _g)c
Gj,:i3
Artinya: "Dan (kami juga mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (didunia ini) sebelummu? "Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafaumu( kepada mereka ), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; Sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri. " Kemudian
Kami selamatkan Dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; Dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan kami
turunkan kepada mereka hujan (batu); Maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu ". (QS.
Al-A'raf/7:80-84). 11
Sejarah juga mencatat bahwa kota pompei yang berada
dibawah kekaisaran Romawi juga terlibat dalam perilaku seksual yang
meyimpang dan berakhir sama dengan apa yang terjadi pada kaum
Nabi Luth. Kota Pompei hancur oleh letusan gunung Vesuvisius yang
berarti "Gunung Peringatan". Menghilangnya kota Pompei dari muka
bumi dengan bencana yang tiba-tiba bukanlah tanpa sebab dan alasan.
Catatan sejarah menunjukan bahwa kota tersebut adalah sarang
pemborosan/foya-foya dan perbuatan meyimpang. Kota ini dikenal
dengan adanya pelacuran yang sampai pada tingkat tertentu tidak
diketahui lagi mana rumah pelacur atau mana yang bukan.12 Namun
11
lava dari gunung Vesuvisius meyapu bersih seluruh kota dari muka
bumi dalam sekejap. Semua orang berubah menjadi batu, ada ha! yang
sangat menari babwa terdapat pasangan yang berjenis kelamin sama
dan pasangan muda-mudi yang masih kecil. Dan saat ini kepulauan
Capri di !tali dilambangkan sebagai "Surga Kaum Homo" dalam iklan
pariwisata.13 Bukan hanya itu saja, di dunia barat pada masa pra
Keristen di Yunani dan Romawi, homoseks merebak dikalangan
masyarakat serta menjakiti figur-figur terpandang pada masa itu.14
3. Homoseks Dalam Tinjauan Hukum Islam
Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan
ketaatannya. Umat Islam meyakini babwa Allab Swt adalab pembuat
hukum (Al-Musyarri'). Pandangan ini secara otomatis menerangkan
bahwa menghalalkan dan mengharamkan sesuatu adalab mutlak
menjadi hak prerogatif Allah Swt. Bahkan, larangan homoseksual
sangat jelas ketentuannya baik dalam Al-qur'an maupun Hadis15•
Seperti dalam surat An-Nabl/16 ayat 116:
JJ ,.. ,.. -: ,.. . p ,.. ,,. -: ,.. • ,.. .,,., J. J J.- .,t J ,.. ,.. 0 J J,,, ,,,
ii?
ャセェ@ セ@ iセ@.:;_,0501
r
f-=.·· ..)1
セ@ セ@1_,J
fo
"dj
Pセ@
セNZ[N[セ|セi@
JP
Pセ@
;:r.;Jl0J
セセ|セi@
JP
ゥセ@
13
Ibid, h. I 09. 14
Artinya: "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang
disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta " Ini halal dan ini haram ",
untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah
tiadalah beruntung. (Qs. An-Nahl/16: 116). 16
Dengan demikian, siapapun orangnya yang mengaku Islam ia
berhak tunduk kepada hukum Islam tentang haramnya hubungan
seksual sesame jenis.
Homoseksual dalam Islam biasa disebut dengan liwath.
Hukuman liwath (homoseksual) berbeda dengan hukum zina. Karena,
memang zina berbeda dengan liwath. Fakta (tentang) liwath berbeda
dengan fakta zina. Diantara keduanya berbeda, liwath tidak termasuk
jenis dari perzinaan, sehingga dapat dikatakan bahwa liwath masuk
kedalam keumuman dalil-dalil syara' yang menyebut tentang
perzinaan. Zina adalah masuknya kelamin laki-laki kedalam farjinya
perempuan. Sedangkan liwath adalah masuknya kelamin laki-laki
kedalam duburnya laki-laki. Masuknya kelamin kedalam farji berbeda
dengan masuknya kelamin ke dubur. Jadi, liwath berbeda dengan
. 17
zma.
Dalam al-Qur'an ada banyak ayat yang dengan jelas bahwa
Allah Swt melarang dan menghararnkan perbuatan dan prilaku
4. Akibat Yang Ditimbnlkan Dari Homoseksual
Homoseksual adalah peyakit yang menular yang berbahaya dan kita harus membasminya, atau kita akan terkena azab seperti Kaum Nabi Luth yang dibinasakan oleh Allah Ta'ala. Hal ini ditegaskan secara langsung oleh Allah SWT dalam firman-Nya surat an-Nam] ayat 54-58, yaitu:
J J J t ,... ,.,.,,,,# J i..-t ,., セ@ J
セ@ Pセ@
_;.:::,lj
セi@0_,:;bl
セセセ@Ju
)j
lb_,Jj
セPキイェャヲヲ@
セGMAQ@
セNセQQ
Y
⦅Lセセ@
セセ@
jセAQPIlj@
;;1
"' J ... セ@ J. ... t . J... t Mセ@ - ... .... _.... ,... ,... ....
<X }')
jiセ@ly,-.f-1 1:-,Ju 01
:I]
セセIャ@ ケャセ@.__:_>lb W
$b<
;T
セNゥ@
Gk:
r
_
5
)c.
Gjk'.ij
Artinya: "Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika Dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?" "Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalahkaum yang tidak mengetahui (akibat
perbuatanmu) ". Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan
mengatakan: "usirlah Luth beserta keluarganya dari negrimu; karena Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda "wakan dirinya)
bersih ". Maka Kami selamatkan Dia beserta keluarganya, kecuali
istrinya. Kami telah mentakdirkan Dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), Maka amat buruklah hujan yang ditimpahkan atas
Homoseks selain perbuatan keji juga termasuk dosa besar dan
termasuk salah satu yang merusak fitrah manusia, agama, bahkan
dunia dan tentu saja merusak kesehatan jiwa. Homoseks dengan cara
sodomi, yakni berhubungan dengan melalui lubang dubur merupakan
resiko penularan infeksi HIV/AIDS yang cukup besar19•
5. Faktor-Faktor Peyebab Homoseksual
Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan seseorang itu
menjadi homoseksual, yaitu:
I) Keluarga
Pengalaman/trauma di masa kanak-kanak Contohnya:
Dikasari oleh ibu/bapa sehingga si anak beranggapan semua
lelaki/perempuan bersikap kasar, bengis sehingga membuat si anak
merasa benci pada keluarga, sehingga hubungan dengan ibu
bapak.20
2) Lingkungan sekitar
Contoh dari sebab ini adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku seorang homoseks adalah lingkungan.
Yang bersangkutan dengan pergaulan dan keadaan sekeliling.
Keluarga yang tidak pemak mempedulikan anaknya. Bapak yang
yang terlalu rapat dengan ibu sementara renggang dengan bapak.
Kurang menerima pendidikan yang betul tentang seks dari kecil.
Mengikut pendapat ini, homoseksual bukanlah dibawa dari
lahir tetapi terbina melalui pengalaman, seperti kompleks dalam
keadaan hidup dan pengaruh keadaan semasa bayi, kanak-kanak,
remaja dan awal dewasa.21
3) Biologi
Homoseksual adalah keadaan pemyataan perasaan yang
semula menyebabkan seseorang itu mempunyai nafsu terhadap
kaum sejenis. Perasaan dan nafsu tersebut berhasil disebabkan oleh
bahan kimia dan hormon yang dikeluarkan dalam badan. Pendapat
ini masih di perbincangkan dan tidak dapat dibuktikan secara
menyeluruh oleh pakar dalam bidang ini.
Terdapat juga teori bahawa aturan kelahiran menentukan
sama ada seseorang homoseksual atau tidak. Suatu kajian oleh Ray
Blanchard memperolehi data bahawa semakin bungsu seseorang
anak, semakin besar kemungkinan dia homoseksual. Alasan-alasan
di belakang pemerhatian ini belum ditentukan. Ianya dipercayai
bahawa dengan setiap kehamilan, badan ibu mempunyai lebih
hormon androgen yang boleh mempengaruhi orientasi seksual
seseorang anak. Alasan ini disokong oleh pemerhatian bahwa
perempuan yang lebih bungsu, yang menunjukkan kemungkinan
yang lebih besar untuk menjadi homoseksual.22
4) Dorongan individu
Rentetan dari proses pembelajaran sewaktu kecilseperti
berkurangnya rasa kepercayaan terhadap ibu dan saudara
perempuan (lesbian) dan sebaliknya (gay) Kurang percaya pada
potensi seksual yang ada pada diri sendiri.Selain itu tarikan
individu terhadap homoseksual, menjadi keinginan perasaan yang
menyetujui untuk mendominasi hawa nafsu. Harga diri tidak boleh
diperolehi dari hubungan lain. Ketakutan pada kaum bertentangan
jenis menyebabkan tindak balas erotik yang pasif.
Ada tiga kategori dalam orientasi seksual, yaitu
homoseksual, heteroseksual, dan biseksualitas. Seseorang
berorientasi homoseksual bila orang tersebut tertarik pada orang
yang jenis kelaminya sama dengan orang itu seperti ketertarikan
antara laki-laki tertarik kepada laki-laki, sebaliknya orientasi
heteroseksual merupakan keterkaitan pada orang yang jenis
kelaminnya berbeda seperti laki-laki tertarik kepada wanita,
sementara biseksualitas mengarah pada ketertarikan baik dengan
orang yang sejenis kelaminya sama maupun dengan yang berbeda
jenis kelaminnya seperti kelainan yang meyukai laki-laki maopun
B. Peyimpangan Seksual dan Homoseksual Tinjauan Kesehatan
1. Bentuk-bentuk Peyimpangan Seksual menurut kesehatan
Ada banyak peyimpangan sekual yang terjadi di masyarakat,
berikut ini macam-macam bentuk peyimpangan sekual menurut
kesehatan diantaranya adalah:
1) Transvestisisme
Transvestisisme yaitu berpakaian dengan pakaian,
maksudnya adalah laki-laki homoseks yang mempunyai keinginan
untuk selalu memakai pakaian perempuan atau istilah ini dikenal
dengan waria atau banci. Tujuannya yaitu untuk membangkitkan
rangsangan seksual dan dengan cara memakai pakaian perempuan
itu ia akan セ・ュー・イッャ・ォ@ kepuasaan. 23
2) Transeksual
Istilah ini hamper sama dengan istilah Transvestisisme,
akan tetapi transeksual ini gejalanya dapat dilihat dengan ketidak
puasan jenis kelamin yang dimilikinya. Peyebab tingkah laku
transeksusl ini seperti yang dikatakan Umar Marzuki Sa'abah
dalam bukunnya seks dan kita adalah lebih banyak factor ketidak
seimbangan hormon. Ketidak kepuasannya dapat direlisasikan
dengan memakai perhiasan, make up, bahkan merubah alat
3) Incest
Incest yaitu keinginan untuk melakukan hubungan sekual
dengan muhrim, seperti dengan ibunya, bapaknya, anaknya, atau
dengan saudara kandungnya sendiri. Kasus ini banyak terjadi di
masyarakat, sering kita mendengar seorang bapak menghamili
anak kandungnya sendiri, anak memperkosa ibunya, dan lain
sebagainya. 25
4) Homoseksual
Homoseksual Yaitu kelainan seksual berupa sesama jenis
pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan
lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini
adalah kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan
risiko AIDS. Pemyataan ini dipertegas dalam jumal kedokteran
Amerika (JAMA tahun 2000), kaum homoseksual yang "mencari"
pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular
seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang
tidak.26
5) Lesbianisme
Lesbianisme ini sama seperti homoseksual, sama-sama
mencintai sesame jenis, peyebab kelainan seksual ini adalah
karena factor traumatis yang berkaitan dengan pengalaman
25Hasan Shadly. Et
mendapat perlakuan kejam dari pria dan suammya, dari factor
itulah berubah menjadi sifat benci terhadap semua pria. Dan
sebagai pelarian akan ketidak bahagiaan hidup dan keputusasaan
sehingga mencoba hal-hal yang baru. 27
Dalam hadis tentang lesbi ialah:
Artinya: Diceritakan dari Abdullah ibn Muhammad ibn Ali
an-Nofal diceritakan dari Abdul Aziz ibn Muhammad dari Amr ibn
Abi Amar dari Ikrimah dari Ibn Abbas berkata: Rasulullah saw
berdabda "barang siapa diantara kalian menemukan orang yang
melakukan perbuatan seperti kaum Luth maka rajamlah baik yang
meliwath maupuan yang diliwath". (HR. Abu Daud).
6) Anal Seks
Anal seks adalah hubungan yang dilakukan oleh seorang
laki-laki melalui anus perempuan, bukan melalui vagina.
Hubungan seksual seperti ini selain dilarang oleh agama juga
sangat berbahaya, karena disamping kotor dan menjijikan, terdapat
banyak sekali kuman yang akan meyebabkan timbulnya berbagai peyakit disamping itu pula bias membuat Iuka dan meyakitkan b ag1 perempuan. . 29
7) Bestiality (binatang liar)
Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seknya dengan binatang, artinya ia dapat berhubuangan seksual dengan binatang. 30
2. Akibat dari homoseksual menurut kesehatan
Akibat dari Homoseks dengan cara sodomi, yakni berhubungan dengan melalui lubang dubur merupakan resiko penularan infeksi HIV/AIDS yang cukup besar.31
Berbagai peyakit kelamin yang menular yang kini dikenal di dunia kedokteran seperti:
!) AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
AIDS adalah sebuah peyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang melumpuhkan sistem kekebalan tubuh untuk mempertahankan dirinya dari infeeeksi dan peyakit. Dan salah satu cara penularanya bukan hanya melalui
29
Ajeng Dianawati, Pendidikan Seks Untuk Remaja, h. 72.
jarum suntik saja, tetapi juga dengan adanya hubungan badan dan
tranfusi darah yang sudah tercemar virus HIV. 32
2) Gonorea
Peyakit ini juga ditularkan melalui hubungan seksual.
Peyakit ini mudah menular akibat peradangan yang disebabkan
oleh bakteri gonococcus yaitu sssebuah bakteri yang membawa
pada peyakit ini. Gejala gonore lebih jelas terlihat pada pria, seperti
keluarnya nanah dari saluran buang air kecil yang terasa
membakar, dan dampaknya pada wanita apabila peyakit ini tidak
segera ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kemandulan
dan juga dapat meyerang sel darah putih. Penyebabnya adalah
parasit bersel satu.33
3) Trikomonas
Keputihan pada wanita, biasanya penderita mengeluh rasa
gatal, panas, sakit dan mengeluarkan cairan, mungkin juga diikuti
rasa sakit pada perut bagian bawah. 34
4) Rachitis
Rechitis merupakan peyakit tulang atau keremukan pada
otot-otot. Kecenderungan pada perilaku homoseks meyebabkan
32
Ibid, h. 25
timbulnya peyakit ini yang berakibat kehilangan keseimbangan
daya tahan tub uh ketika hendak buang air besar dan kecil. 35
5) Sipilis
Gejalanya timbul benjolan disekitar alat kelamin. Peyakit
m1 dikenal dengan sebutan Raja singa, peyakit ini sangat
berbahaya. Cara penularanya melalui hubungan seksual bebas
atau penggunaan barang-barang seseorang seperti baju, handuk
d l ·1·36 an am- am.
Inilah beberapa jenis peyakit yang bisa ditimbulkan akibat
hubungan badan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan baik agama
maupun kedokteran, dan akan berakibat fatal apabila sampai
menjangkiti orang-orang yang berbuat dan berprilaku meyimpang
dalam hubungan badan.
C. Homoseks Menurut llmu Psikologi
Seksualitas meyangkut berbagai dimensi, yaitu dimensi biologis,
sosial, perilaku dan kultural. Sementara seksualitas dari dimensi biologis
terkait dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana
menjaga kesehatan dan mempungsikan secara optimal organ reproduksi
dan dorongan seksual. Sedangkan seksualitas dari dimensi psikologi
sangat erat berkaitan dengan bagaymana menjalankan fungsi sebagai
makhluk seksual, yakni identitas peran atau jenis.37
Homosekual secara awam kita kenal sebagai orang yang memiliki
interaksi seksual clan atau romantic dengan orang yang berjenis kelamin
sama. Istilah homoseks ini lebih disukai oleh para penganutnya
dibandingkan istilah gay. Meyimpulakn bahwa dorongan tersebut bersifat
bawaan, bahwa ada orang-orang tertentu yang memang"bom that way"
yaitu bawaan sejak lahir. Dalam dunia Psikologi, setidaknya dikenal tiga
macam penjelasan mengenai ha! ini:38
I) Prilaku homoseksual adalah suatu kebiasaan yang buruk,
dimana individu menjadi seperti itu karena mereka bersikap
permisif clan suka bereksperimen secara seksual. Artinya, kaum
homoseksual memang memilih gaya hidup ini sebagai hasil dari
memanjakan diri atau mengikuti hasrat dan tidak mau
mengikuti aturan main di lingkungan.
2) Menurut sejumlah psikoanalis, perilaku homoseksual adalah
suatu bentuk gangguan mental. Mereka percaya bahwa
homoseksual bukan bersifat bawaan, melainkan disebabkan
oleh hubungan keluarga yang tidak baik di masa kanak-kanak
individu yang bersangkutan atau karena berbagai traumayang
dialami oleh individu tersebut.
37
Kirania Azra, Buku Pintar (sehat-cantik-asmara), (T.tp.: Lafal Indonesia, 2008), h. 31.
3) Pandangan yang bersifat "Biological", mereka percaya bahwa
dorongan tersebut bersifat genetik atau disebabkan faktor
hormona, sehingga mereka tidak bisa memilih (untuk jadi
homoseksual atau tidak). Oleh sebab itu juga tidak perlu
didahului "trauma pada masa kecil" untuk menjadi
homoseksual.
Berikut ini adalah bukti-bukti yang telah ditemukan tentang
seorang homoseks:39
1) Tidak ada penelitian yang menentukan bukti adanya perbedaan
biologis atau genetic antara Heteroseksual dengan
homoseksual.
2) Orang-orang cenderung percaya bahwa hasrat seksual dan
prilaku mereka adalah hasil peroses belajar.
3) Homoseksual senior seringkali mencari "penerus".
4) Berbagai penelitian menemukan bahwa pengalaman
homoseksual pertama mereka biasanya terjadi atas inisiatif
'
orang yang lebih tua.
5) Pengalaman Homoseksual dimasa kecil mempengaruhi pola
perilaku dimasa dewasa.
Mengacu pada peyebab utamanya, homoseksual dapat
1) Homoseksual ekslusif, yaitu benar-benar tidak mampu
mengendalikan ketertarikan erotic-seksual terhadap sesame
jenis kelamin.
2) Homoseksual Fakultatif, yaitu yang menjadi homoseksual oleh
keterbatasan yang amat sangat akan kehadiran lawan jenis
ditempat dimana ia berada, seperti dipenjara dalam waktu lama.
Prilaku Homoseksual dapat diubah, yang harus dihilangkan adalah
prilaku homoseksualnya. Artinya, individu yang bersangkutan harus
mampu dan mau mengontrol hasrat mereka ( menjauhi kontak homoseks)
secara disiplin. Hal penting lainya adalah dukungan dari orang-orang yang
tidak meyetujui homoseksualitas terhadap mereka yang ingin berubah.
Pengobatan dengan pesikoterapi kemungkina berhasilnya dalam
meyembuhkan homoseksualitas berkisar 30% jika didukung oleh
komitmen religious individu, maka upaya untuk menghindarkan dari
A TURAN PERKA WIN AN DALAM FIICTH DAN HUKUM POSITIF DI
INDONESIA
A. Perkawinan
" 0
1. Pengertian Perkawinan Menurut Fikih
Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang
mampu untuk segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat
mengurangi kemaksiatan, baik dalam bentuk penglihatan maupun
dalam bentuk perzinahan. Orang yang berkeinginan untuk melakukan
perkawinan, tetapi belum mempunyai persiapan bekal (fisik dan non
fisik) dianjurkan oleh Nabi Saw untuk berpuasa. Orang yang berpuasa
akan memiliki kekuatan atau penghalang dari berbuat tercela yang
sangat keji yaitu perzinahan.1
Menurut Wahbah Al-Zuhaili, Perkawinan adalah akad yang
memboiehka'n forjadinnya Al-Istimta' (persetubuhan) dengan seorang
wanita atau melakukan Al-Wath'i dan berkumpul selama wanita
tersebut bukan wanita yang diharamkan baik dengan sebab keturunan
atau persesusuan. Bahkan beliau juga memberikan definisi lain yaitu
"Akad yang telah ditetapkan oleh syar'i agar laki-laki dapat
mengambil manfaat dan melakukan istima' dengan seorang wanita
1
29.
30.
atau sebaliknya"2 Nikah menurut arti kata, adalah hubungan sexsual
tapi menurut arti hukum adalah aqad (perjanjian) yang menjadikan
halalnya hubungan pria dan wanita sebagai suami istri.3
Allah SWT meyatakan bahwa nikah itu bukanlah suatu
perjanjian biasa, tetapi suatu perjanjianyang kuat. Pemyataan ini sesuai
dengan firman Allah SWT:
Artinya: "Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padaha/ sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu
Perjarifianyang kuat". (Q.S. An-nisa: 21).
Mahmud Yunus dalam bukunya Hukum Perkawinan Dalam
Islam menerangkan bahwa perkawinan adalah akad antara calon suami
istri untuk memenuhi hajatjenisnya menurut yang diatur oleh syari'at4.
Pada hakikatnya nikah ialah akad antara calon suami dan calon istri
untuk membolehkan keduannya bergaul sebagai suami istri.
Adapun menurut istilah syar'i, perkawinan secara definisi,
masing-masing ulama fik:ih berbeda didalam mendifinisikan tentang
perkawinan di dalam buku karangan Abdurrahman Al-Juzairi yang
2
Wabah al-Zuhaili, Al-Fikih al-Islami wa Adilatuhu, (Damsyiq: Dar al-Fikr, 1989), h.
3
sahayamu yang le/aki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan
kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.
(Q.S.An-Nur: 32).6
Dari itu hukum nikah mungkin akan menjadi wajib, sunnah,
makruh, atau pun haram, sesuai dengan keadaan orang yang akan
kawin.
Menurut ulama Syafi'iyah secara rinci menyatakan hukum
perkawinan itu dengan melihat keadaan orang-orang tertentu, sebagai
berikut:
a) Sunnah bagi orang-orang yang telah berkeinginan untuk
kawin, telah pantas untuk kawin dan dia telah mempunyai
perlengkapan untuk melangsungkan perkawinan.
b) Makruh bagi orang-orang yang belum pantas untuk kawin,
belum berkeinginan untuk kawin, sedangkan perbekalan
untuk perkawinan juga belum ada. Begitu pula ia telah
mempunyai perlengkapan untuk perkawinan, namun
fisiknya mengalami cacat, seperti ipoten, tua bangka dan
kekurangan fisik lainnya.
Ulama Hanafiah menambahkan hukum secara khusus bagi
keadaan dan orang tertentu sebagai berikut:
a) Wajib bagi orang-orang yang telah pantas untuk kawin,
untuk kawin dan ia takut akan terjerumus berbuat zma
kalau ia tidak kawin.
b) Makruh bagi orang yang pada dasarnya mampu melakukan
perkawinan namun ia merasa akan berbuat curang dalam
perkawinanya itu.
Ulama lain menambahkan hukum perkawinan secara khusus
untuk keadaan dan orang tertentu sebagai berikut:
a) Haram bagi orang-orang yang tidak akan dapat memenuhi
ketentuan syara untuk melakukan perkawinan atau ia yakin
perkawinan itu tidak akan mencapai tujuan syara,
sedangkan dia meyakini perkawinan itu akan merusak
kehidupan pasanganya.
b) Mubah bagi orang-orang yang pada dasarnya belum ada
dorongan untuk kawin dan perkawinan itu tidak akan
mendatangkan kemadaratan apa-apa kepada siapa pun7.
3. Rukun dan Syarat Perkawinan
a. Rukuu Perkawinan
Menurut jumhur ulama rukun perkawinan ada lima, yaitu:
pertama, adanya calon suami dengan syarat beragama Islam;
laki-laki; jelas orangnya; dapat memberikan persetujuan; tidak terdapat
beragama Islam; perempuan; jelas orangnya; dapat dimintai
persetujuannya; tidak terdapat halangan perkawinan. Ketiga, wali
nikab dengan syarat laki-laki; dewasa; mempunyai hak perwalian;
tidak terdapat halangan perwalian. Keempat, saksi nikab dengan
syarat minimal dua orang laki-laki; hadir dalam ijab qabul; dapat
mengerti maksud akad; Islam; dewasa. Kelima, adanya ijab dan
qabul dengan syarat adanya pemyataan mengawinkan dari wali;
adanya pemyataan penerimaan dari calon mempelai; memakai
kata-kata nikab, tazwij atau terjemaban dari kedua kata tersebut;
antara ijab dan qabul bersambung; antara ijab dan qabul jelas
maksudnya; orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang
ihram haji atau umrah; majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri
minimum empat orang yaitu calon mempelai atau wakilnya, wali
dari mempelai wanita dan dua orang saksi8.
b. Syarat Perkawinan
Menurut Undang-undang No 1 Tabun 1974, syarat-syarat
perkawinan diatur dalam pasal 6 yang berbunyi:
1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua cal on
2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapa1 umur 21 tahun harus mendapat ijin kedua orang tuanya;
3) Dalam ha! salah seorang dari kedua orang tua tel ah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka ijin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperbolehkan dari orang tua yang mampu meyatakan kehendaknya;
4) Dalam hal kedua orang tua tel ah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakaan kehendaknya, maka ijin diperbolehkan dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat meyatakan kehendaknya;
5) Dalam hal ini ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2), (3) dan ( 4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang tersebut dapat memlierikan ijin setelah lebih <lulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan ( 4) pasal ini;
kepercayaanya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain9.
Yang dimaksud persetujuan kedua cal on mempelai ialah adanya persetujuan bebas, tanpa adanya paksaan lahir dan bathin dari pihak manapun untuk melaksanakan perkawinan10•
4. Tujuan, Asas-asas dan Hikmah Perkawinan
a) Tujuan Perkawinan
perkawinan
Mengenai tujuan perkawinan pada umunya tergantung pada tiap individu yang melakukannya, baik yang menyangkut niat maupun I'tikad baik dari masing-masing pihak dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Namun secara umum tujuan dari perkawinan adalah memperoleh kebahagian lahir dan batin.
Adapun secara spesifik, ada beberapa tujuan perkawinan adalah sebagai berikut:
I) Memperoleh kelestarikan dan mendapatkan keturunan merupakan kebutuhan tiap-tiap pasangan suami istri sebagai penghibur batin dan pelipur Iara, disamping sebagai generasi penerus yang meneruskan nilai-nilai kebaikan yang ditrunkan orang tua dalam menjaga dan memelihara alam ciptaan Allah SWT.
9
2) Memenuhi Hajat Manusia Untuk Menyalurkan Libido Seksualitas adalah sebutan kebutuhan baik laki-laki maupun perempuan untuk menyalurkan syahwat biologisnya. Perkawinan dapat menjembatani hasrat dan keinginan itu dapat tersalurkan dengan cara danjalan yang benar.
3) Memperoleh Ketenangan dan kedamaian. Memperoleh teman sejati yang selalu hadir dalam suka maupun duka, saling mengisi, melengkapi dan dengan cinta dapat menghadirkan ketenangan dan kedamaian yang luar biasa tidak mungkin dapat diluar jalur perkawinan yang sah. Tiap manus1a memelurkan kebahagiaan seperti itu sehingga terpenuhi ketentraman batin dan psikologisnya.
4) Menjalankan Perintah Allah. Sejatinya menikah merupakan perintah Allah SWT terutama bagi kalangan yang mampu yaitu baik berupa materi maupun fisik dalam melaksanakan perkawinan 11•
b) Asas-asas Perkawinan
sudah diatur di dalam penjelasan umum yang terdapat didalam
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 antara lain:
I) Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan
melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan
keperibadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan
spiritual dan material.
2) Dalam Undang-undang ini diyatakan, bahwa suatu perkawinan
adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaanya itu; dan disamping itu tiap-tiap
perkawinan harus dicatat menurut peraturan-peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3) Undang-undang ini menganut asas monogami. Hanya apabila
dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan agama
dari yang bersangkutan mengijinkan, seorang suami dapat
beristri lebih dari seorang.
4) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan peraturan Pemerintah
No. 9 Tahun 1975 menganut prinsip bahwa calon suami istri
itu harus masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan
perkawinan, agar supaya dapat mewujudkan tujuan
perkawinan secara baik tanpa berfikir pada perceraian dan
5) Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga
yang bahagia kekal dan sejahtera, maka Undang-undang ini
menganut prinsip untuk mempersukar terjadinya perceraian.
6) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami, baik dalam kehidupan rumah tangga
maupun dalam pergaulan masyarakat, sehingga dengan
demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan
dan diputuskan bersama oleh suami istri12.
c) Hikmah Perkawinan
Menurut Ali Ahmad Al-Jurjawi yang dikutip dari buku
yang be1judul fikih munakahat mengemukakan bahwa
hikmah-hikmah perkawinan itu antara lain:
I) Dengan pemikahan maka banyaknya keturunan. Ketika
keturunan banyak, maka peroses memakmurkan bumi berjalan
dengan mudah, karena suatu perbuatan yang harus dikerjakan
bersama-sama akan sulit jika dilakukan secara individual.
2) Keadaan hidup manusia tidak akan tentram kecuali jika
keadaan rumah tangganya diatur. Kehidupanya tidak akan
tenang kecuali dengan adanya ketertiban rumah tangga.
3) Laki-laki dan perempuan adalah dua sekutu yang berfungsi
'
membuat dengan berbagai pekerjaan yang keduanya sating
membutuhkan.
4) Sesuai dengan tabiatnya, manusrn itu cenderung mengasihi
orang yang dikasihi. Adanya istri akan bisa menghilangkan
kesedihan dan ketakutan. Istri berfungsi sebagai teman dalam
suka maopun duka dan penolong dalam mengatur kehidupan.
5) Manusia diciptakan dengan memiliki rasa ghirah
(kecemburuan) untuk menjaga kehormatan dan kemuliannya.
Pemikahan akan menjaga pandangan yang penuh syahwat
terhadap apa yang tidak dihalalkan untuknya dan
menjadikanya halal.
6) Perkawinan akan memelihara keturunan serta menjaga
kehidupan orang yang menikah 13•
5. Perkawinan Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan
Kompilasi Hukum Islam
1) Pengertian dan tujuan perkawinan
Mengenai pengertian perkawinan dan tujuan perkawinan
Undang-Undang No.I Tahun 1974 (pasal 1) merumuskannya
sebagai berikut14 : Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan keTuhannan yang maha Esa.
Ada beberapa hal dari rumusan tersebut diatas yang rerlu diperhatikan, antara lain: pertama, digunakannya kata "seorang peria dengan seorang wanita" mengandung arti bahwa perkawinan itu hanyalah antara jenis kelamin yang berbeda. Hal ini menolak perkawinan sesame jenis yang waktu ini telah dilegalkan oleh beberapan negara barat. Kedua, digunakannya ungkapan "sebagai suami-istri" mengandung makna bahwa perkawinan itu adalah bertemunnya dua jenis kelamin yang berbeda dalam suatu rumah tangga, bukan hanya dalam istilah "hid up bersama". Ketiga, dalam definisi juga disebutkan tujuan perkawinan, yaitu " membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal", yang menafikan perkawinan temporal sebagaimana yang berlaku dalam perkawinan mut'ah dan perkawinan tahlil.15 Dan keempat, disebutkannya '' berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" menunjukan bahwa perkawinan itu bagi umat islam adalah peristiwa agama dan dilakukan untuk memenuhi perintah agama.
suatu kewajiban dan hak atas kebutuhan perkawinan itu sendiri.
Lebih lanjut dalam rumusan pengertian diatas tertulis tujuan
dilaksanakannya perkawinan adalah membentuk keluarga/rumah
tangga yang bahagia dan kekal. Untuk membina keluarga yang
ideal sesuai rumusan tersebut yaitu yang sesuai dengan prinsip
ketuhanan yang maha Esa maka dalam hubungan tersebut harus
dilandasi keimanan dan kematangan emosional masing-masing
pihak.
Sedangkan perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam
(KHI) disebutkan dalam pasal 2, yaitu16:"Perkawinan menurut
hukum Islam adalah pemikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
mitsaqan Gholizah yaitu perjanjian yang kokoh dari para suami.
Kemudian dikatakan bahwasanya melaksanakan perkawinan
merupakan suatu ibadah sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah
Allah SWT.
Selanjutnya dalam Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam,
termaqtub tujuan perkawinan yaitu: "Perkawinan bertujuan untuk
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawa'dah,
dan rahmah". Perinsip ini merupakan pelaksanaan dari rasa kasih
dan sayang yang mewarnai perjalanan perkawinan kedua insane
yang dipersatukan dalam ikatan suci itu, Mitsaqan Gholizan. Jadi,
tujuan perkawinan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga
yang ideal sesuai dengan syariat Islam tidak akan tercapai.
Ungkapan akad yang sangat kuat atau mitsaqon ghalizhan
merupakan penjelasan dari ungkapan "Ikatan lahir batin" yang
terdapat dalam rumusan undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan yang mengandung arti bahwa akad perkawinan itu
bukanlah semata perjanjian yang bersifat keperdataan.
2) Dasar-Dasar Perkawinan
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 3.
menyebutkan: "Pada asasnya dalam suatu perkawinan sorang pria
hanya mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleh
mempunyai seorang suami".17 Selanjutnya dalam ayat 2 UU ini
memberikan ketentuan sebagai berikut : pengadilan member izin
kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila
dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Dari ketentuan di atas jelas bahwa undang-undang
perkawinan sebenamya menganut asas monogami dalam
perkawinan kecuali jika dikehendaki oleh pihak-pihak yang terkait.
6. Pembatalan Perkawinan
Pembatalan berasal dari kata batal, yaitu menganggap tidak sah,
menganggap perkawinan yang telah dilakukan sebagai peristiwa yang tidak sah, atau dianggap tidak pernah ada. Pasal 22 UU No. 1 tahun 1974 menyatakan bahwa pembatalan perkawinan dapat dilakukan, bila para pihak tidak memenuhi syarat melangsungkan perkawinan18. Maka
persaratan perkawinan itu di sebutkan didalam pasal 6 Undang-undang perkawinan No I tahun 1974 yang berbunyi: "Syarat melangsungkan perkawinan adalah hal-hal yang harus dipenuhi jika anda akan melangsungkan sebuah perkawinan", yaitu:
1) Ada persetujuan dari kedua belah pihak.
2) Untuk yang belum berumur 21 tahun, harus mendapat ijin dari kedua orang tua. Atau jika salah seorang dari kedua orangtua telah meninggal atau tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka ijin dapat diperoleh dari orangtua yang masih hidup atau orangtua yang mampu menyatakan kehendaknya.
3) Bila orangtua telah meninggal dunia atau tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka ijin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalarn garis keturunan lurus ke atas19•
18
R. Subekti, Kitab Undang-Vndang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Pradnya
Bagi yang beragama Islam, Pasal 14 Kompilasi Hukum
Islam(KHI), dalam Perkawinan harus ada: "Calon Isteri; Calon Suami;
Wali nikah; Dua Orang Saksi; !jab dan Kabui.20
1) Pihak-Pihak Yang Dapat Mengajukan Permohonan Pembatalan
Perkawinan
Didalam pasal 23 Undang-undang No 1 tahun 1974 yang
berbunyi: "Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari
suami atau istri, yaitu: Suami atau istri; Pejabat yang berwenang
hanya selama perkawinan belum diputuskan; Pejabat
pengadilan" .21
Pasal 73 KHI menyebutkan bahwa yang dapat mengajukan
pembatalan perkawinan adalah: "para keluarga dalam garis
keturunan lurus ke atas dan ke