r
PENATAAN RUANG WILAYAH
D ~ N G A N
PERAN
SERTA MASYARAKAT,
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
D I S E R T A S I
Oleh
SIT1 NURBAYA RUSLI
PSL.
93-536
PROGRAM PASCA SARTANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
R I N G K A S A N
SIT1 NURBAYA RUSLI. Penataan Ruang Wilayah Dengan Peran Serta Masyarakat, Menggunakan Sistern lnformasi Geografis. (dibawah bimbingan Prof. Dr. lr. Rubini Atmawidjaja, M.Sc. sebagai Ketua; Prof. Dr. Ir F. Gunarwan Soeratmo, MF; Prof. Dr. Barizi, M.E.S.; Prof. Dr. Ir. Lutfi lbrahim Nasution. M . S c . dan Dr. Ir. Kooswardono Mudikdjo, sebagai anggota).
Perencanaan tata ruang wilayah di Indonesia dalam
perkembangannya dilakukan dengan orientasi wilayah permukiman perkotaan dan dengan orientasi sektor sarnpai terbentuknya Undang-undang Nomor 24 Tahun 7992 tentang Penataan Ruang Wilayah. Akibatnya rencana tata ruang yang ada sekarang sulit untuk dioperasionalkan dan di lapangan menimbulkan banyak permasalahan. Untuk itu diperlukan perencanaan tata ruang dengan pendekatan pedesaan dan berbasis lahan sesuai dengan semangat Undang-undang Nornor 24 Tahun 1992 tersebut. Selanjutnya permasalahan dalam implementasi tata ruang terjadi karena rencana tata ruang yang disusun masih bersifat parsial, belum mengakomodasikan kepentingan sektoral dan kebutuhan masyarakat. Untuk itu perencanaan tata ruang yang partisipatif merupakan suatu kebutuhan.
seluas 15.026 hektar (0.4 persen), areal penggunaan lain 51 .I43 hektar (1,5 persen) dan kawasan penyangga seluas 455.845 hektar (1 3,4 persen).
Analisis perbandingan antara rencana tata ruang berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 3 0 Tahun 1993 dengan kondisi penggunaan lahan tahun 1996 menunjukkan adanya permasalahan dalam irnplementasi tata ruang yang meliputi masalah tumpang tindih penggunaan lahan dan alih
fungsi lahan. Timbulnya permasalahan tersebut antara lain karena rencana tata ruang yang disusun itu belum mengintegrasikan kebutuhan sektoral dan
belum mengakornodasikan kebutuhan masyarakat. Selanjutnya dengan
perencanaan tata ruang yang partisipatif seperti dilakukan dalam penelitian
ini, permasalahan itu dapat dikurangi. Selain itu, rencana tata ruang yang
dihasilkan dalam penelitian ini juga cukup mampu menjawab kebutuhan masyarakat seperti perluasan kesempatan kerja (diproyeksikan 900 ribu
sampai 3.3 juta orang per tahun); peningkatan pendapatan masyarakat (diproyeksikan PDRB per kapita per tahun sebesar 3,14 juta rupiah) dan kepentingan konservasi.
Pranata sosial di wilayah penelitian mendukung pengembangan partisipasi masyarakat terutama pada tahap pelaksanaan pernbangunan
dalam bentuk gotong royong. Selain itu juga partisipasi masyarakat cukup
potensial untuk dikembangkan pada tahap perencanaan tata ruang karena pada dasarnya masyarakat sudah terlibat dengan substansi tata ruang,
walaupun belum mernahaminya dalam pengertian teknis dan yuridis.
Selanjutnya dalam perencanaan tata ruang ditetapkan kawasan
andalan sebagai prioritisasi implementasi tata ruang. Berdasarkan
kebijaksanaan pembangunan Daerah Larnpung diidentifikasi parameter
utama yang dapat berpengaruh pada penetapan kawasan andalan daerah
meliputi : pertumbuhan ekonomi dan daya tarik investasi. ketenaga kerjaan, akses sumber daya alarn dan degradasi lingkungan, kondisi infrastruktur dan
ABSTRACT
Spatial Planning by Involving Public Participation, Using Geographic Information System Technique
Spatial planning involves many aspects, such as agent of development, knowledge and technique. There are many considerations to be noted in order to formulate the plan.
The purpose of this research is to find out a model of spatial planning using land basis and involving public participation and supported by Geographic Information System. This system has been widely used in spatial planning for its capabilify to collect, analyse and retrieve data whenever necessary.
The research was conducted in Lampung Province covering all six regencies and one municipality from which information required was obtained by sampling from 75 districts and 126 villages, including 787 respondents selected purposively.
PENATAAN RUANG WILAYAH
DENGAN PERAN SERTA MASYARAKAT,
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Oleh
: Siti Nurbaya RusliPSL 93.536
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
Pada
Program Pasca Sarjana, lnstitut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
B O G O R
Judul Penelitian : PENATAAN RUANG WILAYAH DENGAN PERAN SERTA MASYARAKAT, MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Narna Mahasiswa : Siti Nurbaya Rusli
Nomor Pokok : PSL 93.536
Menyetujui :
1. KOMlSl PEMBlMBlNG
Prof. Dr. Ir. Rubini Atmawidjaja, M.Sc Ketua
/
Prof. Dr. Ir. F. Gunarwan Suratmo, M.F.
Anggota Anggota
-I
&
Prof. Dr.
Ir.
Lutfi lbrahim Nasution. M.Sc. Dr. Ir. Kooswardono MudikdioAnggota Anggota
2. KETUA PROGRAM STUD1 M PASCA SARJANA
/
Prof. Dr. Ir. F. Gunarwan Suratmo, M.F Guhardja, M.Sc.
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1956 di Jakarta, sebagai
putri ke-lima dari delapan bersaudara dari ayah Mohammad Bakar dan Ibu
Sari Banon. Pada Tahun 1968, penulis lulus dari SD Muhammadiyah Ill
Jakarta dan lulus dari SMP Negeri 50 Jakarta tahun 1971. Penulis lulus dari
SMA Negeri VIII, Jakarta jurusan llmu Pasti Alam pada tahun 1974 dan
memasuki lnstitut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1975, lulus pada tahun
1979 dari Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian (FATEMETA), IPB.
Pada tahun 1985. penulis dikirim tugas belajar oleh Pemerintah Daerah
Tingkat I Lampung dan BAKOSURTANAL, mengikuti program master degree
(S2) pada International Institute for Aerial Survey and Earth Sciences (ITC)
di Enschede, Belanda pada Jurusan Rural and Land Ecology Survey dan lulus pada tahun 1988 dengan gelar Master of Science. Pada tahun 1993.
penulis ditugaskan belajar oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Lampung untuk program S3 pada lnstitut Pertanian Bogor, Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
Sejak tahun 1979, penulis mengabdi sebagai seorang Pegawai Negeri
Sipil (PNS) pada jajaran Pemerintah Daerah Tingkat 1 Lampung yaitu pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Tahun 1996 hingga
saat ini penulis menjabat sebagai Wakil Ketua BAPPEDA Tingkat I
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadapan Tuhan YME. karena dengan rahmat dan perkenan-NYA penulis dapat menyelesaikan kegiatan
penelitian dan menuangkannya dalam tulisan berbentuk disertasi, sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh geiar doktqr pada Program Pasca
Sarjana, lnstitut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi penulis
sarnpaikan kepada Yth. Bapak Prof. Dr. Ir. Rubini Atmawidjaja. MSc Ketua
Komisi Pembimbing dan Bapak Prqf. Dr. Ir. F. Gunarwan Suratmo.
M.F.
serta Bapak Prof. Dr. Ir. Lutfi lbrahirn Nasution. M.Sc.. Bapak P r ~ f . Dr. Barizi.
M.E.S dan Bapak Dr. Ir. Kooswardono Mudikdjo atas dorongan belajar serta bimbingan yang tulus dan tak henti-hentinya untuk berbagai pengetahuan
yang sangat berharga. Demikian pula disampaikan terima kasih kepada Mrs. Prof. Dipl. Ing. Schroteler von Brandt dari Universitat Gesamthochtschule Siegen, Germany atas bimbingan selama studi pustaka perencanaan wilayah
di Jerman. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Yth. Bapak Prof
Dr. Ir. Edi Guhardja dan Bapak Prof. Dr.lr Kamaruddin Abdullah, Direktur dan
Asisten Direktur Pasca Sarjana IPB, Bapak Letjen TNI Poedjono Pranyoto.
dan Bapak Drs. Oemarsono, Gubernur KDH Tingkat I Lampung dan jajaran
Pimpinan Pernerintah Tingkat I Lampung atas dukungan fasilitas dan
Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo. M.Sc.. Guru Besar Universitas Lampung selaku
penguji luar. Terima kasih juga disampaikan kepada teman-ternan : Nung,
Widia. Sri, Urnar, Ina, Beben. Nia. Puji, Lucky, Irfan, Fahrizal, Rahma. Dila,
Sueb. Ferry, Tole. Marlon, Seno, Dani, Ella dkk yang selalu setia
rnendarnpingi dalam penyelesaian studi serta semua teman yang ada di
Lampung, Jakarta dan Bogor yang sulit disebutkan satu persatu atas
bantuan, dorongan semangat dan iringan doa yang sangat besar artinya.
Terirna kasih secara khusus disampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Aniati
Murni, Bapak Ir. Punvanto. M.Sc. dan Bapak Ir. Trisnoyono dari Pusilkorn
UI yang banyak rnemberikan bimbingan dan sangat membantu dalam
pengembangan program sistem pakar. Kepada Ayah dan Ibu yang telah tiada
disampaikan ucapan terirna kasih atas bimbingan dengan contoh dan
keteladanan yang diberikan selarna hidup bersama-sama. Terima kasih juga
disampaikan kepada kakak dan adik-adik terutama Yuli yang sangat banyak
membantu terutama dalarn masa-rnasa sulit selarna perjalanan studi.
Akhirnya, kepada kak Rusli, Ruri dan Andes, suami dan anak-anak tercinta
disampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas pengertian,
pengorbanan, dorongan moril, doa, kasih sayang dan terutama kesabaran
dalam penderitaan secara terus menerus ditinggalkan belajar.
Semoga seluruh amal perbuatan tersebut diatas mendapatkan
batasan yang berlipat ganda dari Allah SVVT.
DAFTAR IS1
Halaman DAFTAR GAMBAR
...
xivDAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMP IRAN
. . .
. . .. .
.
. . .
. . .. .
.. . .
. . . .. . .
. . xviiiI. PENDAHULUAN
A. Perkembangan Tata Ruang Wilayah di Indonesia ...
B. Latar Belakang Permasalahan ... C. Perumusan Masalah
D.
Kerangka PemikiranE. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
...
... 2. Ksgunaan Penelitian...
F. Hipotesis ...
I . TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan Wilayah dan Tata Ruarlg
1. Komitmen Pemanfaatan Surnber Daya Alam Secara Lestari
. . .
..
. . . .. .
.
.
.. . .
. -.. . .. . .
,. . .
. . .. . .
.2. Perencanaan Tata Ruang Wilayah ...
B. Teknik Perencanaan Tata Guna Lahan
C
.
Teknik Sistern lnforrnasi Geografis dan lndra Jauh. .
...
.
I Definisi dan P r ~ n s ~ p
2
.
Prosedur Kerja Sistem lnformasi Geografis ....
.
3 . Apl~kas~ SIG ... D
.
Teknik Sistem Pakar Untuk ldentifikasi Kawasan Andalan E.
Partisipasi dalarn Perencanaan. .
..
... 1
.
Definlsl dan Prlns~p2
.
Faktor dan Kornponen Partisipasi ...3
.
Partisipasi dalarn Perencanaan Tata Ruang ...Ill
.
KEADAAN UMUM DAERAH PENELlTlANA
.
Lingkungan Fisik.
... 1 Letak Geografi. ... 2 Geologi
... 3
.
Geornorfologi dan Fisiografi4
.
lklim ... 5 . Tanah ......
.
6 Surnber Air
. ... 7 Vegetasi Alarn
5
.
Lingkungan Sosial Ekonorni...
.
1 Administrasi Pernerintahan
... 2 . Penduduk dan Tenaga Kerja
3
.
Penggunaan Lahan ... 4.
lnfrastruktur wilayah ...... 5 . Dukungan Budaya Daerah
IV
.
METODE PENELlTlAN. .
... A
.
Lokasi Penellt~anD
.
Teknik Perencanaan Tata Ruang dan Aplikasi Sistem Pakar Untuk Penetapan Kawasan Andalan .... .
E
.
Analisis Part~s~pasi ... ... ... F . lntegrasi Model Perencanaan Tata Ruang ...V
.
HASlL DAN PEMBAHASANA . Penyusunan Rencana Tata ruang Wilayah
...
1
.
Kesesuaian Lahan...
.
.
...
2
.
Arahan Penggunaan LahanB
.
Kajian Tata Ruang Wilayah Lampung1
.
Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah ... 2.
Analisis Tata Ruang Wilayah Berdasarkan Peraturan... Daerah
3
.
Analisis Perbandingan Rencana Tata Ruang Lampung C.
ldentifikasi Kawasan Andalan dan Aplikasi Sistern Pakar1
.
ldentifikasi Kawasan Andalan Lampung ... 2.
Metode Penyusunan Knowledge Based System (KBS)... Untuk Kawasan Andalan
D . Analisis Partisipasi Tata Ruang Wilayah
1
.
Paradigma Partisipasi Pernbangunan Daerah ... 2 . Partisipasi dalam Penataan Ruang ... 3.
Partisipasi Masyarakat Dalam Kerangka KerjaPerencanaan Tata Ruang ...
.
.
...VI KESIMPULAN DAN SARAN
...
.
A Kesimpulan
...
.
B Saran
... DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I 1 12Skema permasalahan tata ruang ... Tahapan proses evaluasi lahan ...
Sistem analisis penampalan sig ... Peta administrasi Propinsi Lampung ...
. .
Peta prasarana flslk ... Peta lokasi penelitian ...
.
.
... Alur kerja partisipasi masyarakat ...lntegrasi model analisis ... Kekayaan fauna taman nasional Way Kambas ...
... Kekayaan flora taman nasional Bukit Barisan Selatan Peta arahan penggunaan lahan terpadu ...
Skema penggunaan ruang untuk lebih dari satu kegiatan ... Analisis struktur informasi terlibat daiam penetapan
. .
...prlorltas
Peta kawasan penyangga Propinsi Lampung ...
Konfigurasi prioritas program wilayah kabupaten ... Perbandingan RSTRP dan Land Use 1996 ... Perbandingan RSTRP dan Arahan Tata Ruang ... Area indikatif bermasalah ...
Peta lokasi kawasan andalan lampung ...
Aturan keputusan penetapan kategori kawasan
... andalan
Peta dukungan wilayah kawasan andalan ... Pendekatan perencanaan tata ruang partisipati ...
DAFTAR
TABEL
Halaman Perkembangan areal permukiman dan prasarana
Lampung . . . . ..
. . .
.. . .
.. . .. . . ... . .. .
. . .. ..
.. . . .
.
. ..
. .. .. . .. . . ..
. . I D Input dan output pada setiap langkah perencanaantata guna lahan ... ... 3 1 Karakteristik sensor indra jauh ... ... ... ... 38 Ciri utama jenis-jenis tanah di Lampung ... 54 Administrasi pemerintahan propinsi dati I Lampung . .
. .
57 Jumlah penduduk (jiwa), kerapatan (jiwal~m') dan 59Tingkat perturnbuhan (%), tahun 1990 dan 1995 .. ...
... .
Sebaran penduduk Lampung berdasarkan lapangan
kerja utama ... ... ... ... ... 60
Penggunaan lahan Propinsi lampung ... 60
.
.
Jumlah fastl~tas umum ... ... 6 1 Kecamatan, jumlah desa dan jumlah responden yang
diteliti ... . .
. . .
. . . .. . ... . .
. . .. .. . .. .. ... . .
. . ....
... . . .
. ..
. .. ... . 67Kelompok informasi yang digali dan jumlah pertanya-
an dalam wawancara pada tiap responden ... 70
Jenis informasi sekunder dari tiap unit kerja dan
swasta .. . .
.
...
.. . . .. . .. . .. . .. . .
. . . .. . . .. .. , .. . . , ... .
. . . . 72Tipe penggunaan lahan dan faktor pertumbuhan ... .... 8 1
Tipe penggunaan lahan (LUT) dan kornoditi yang di-
usulkan
.
.. . . ... ...
.. ..
... .. ....
.....
.
.. . .. . .. .. ... . ..
.. . .. ... ... ...
82 Kelompok sektor pengguna lahan dan tipe peng-gunaan lahan (LUT) ... 85 Rencana penggunaan lahan Propinsi Lampung 1998
-
Perbandingan penyerapan tenaga kerja dari rencana penggunaan lahan dan kondisi 1995 ...
Perkiraan penyerapan tenaga kerja dan gross
product ... Rencana penggunaan iahan rnenurut kabupaten ...
Catatan masalah tata ruang menurut kabupaten ... Perbandingan sebaran penggunaan lahan dan tata ruang wilayah Larnpung ... Perbandingan luas penggunaan lahan dari berbagai
... sumber
Visi
.
rnisi dan prioritas pernbangunan daerah Lampung ...Parameter setiap toiok ukur untuk berbagai kategori
... kawasan andalan
Perturnbuhan ekonorni propinsi lampung dan
... nasional
Laju perturnbuhan produk dornestik regional bruto menurut sektor atas dasar harga konstan ... Kontribusi sektor usaha terhadap pdrb (1 991 -1 995) ... Kesempatan kerja rnenurut sektor usaha ...
Jurnlah penduduk lampung menurut dati ii. 1992 dan ... 1996
Analisis impact-matrix kawasan andalan ...
... Sebaran penggunaan kawasan andalan
Nilai skor kawasan andalan berdasarkan kelornpok ... parameter
Has~l frekwensi poligon pengukuran klasifikasi ... kawasan andalan
Persentase penilaian menurut pakar hasil penilaian ... kornputer
... Partisipasi dalarn diskusi desa
Pendapat masyarakat dan tanggapan aparat desa ...
Kualitas partisipasi masyarakat dan tokoh
... masyarakat
Pandangan responden atas cara yang paling banyak dilakukan dalam partisipasi rnasyarakat ...
Gotong royong masyarakat dan tokoh rnasyarakat dalam kegjatan desa ...
Pendapat responden tentang kelompok yang paling
berpengaruh di masyarakat desa ... Tingkat pendidikan aparat dart rnasyarakat ... Tanggapan responden tentang permasalahan desa yang paling rnenonjol ... Produktivitas individu dalam rnernperoleh penghasilan di tahun-tahun mendatang ... Tanggapan responden tentang masalah lingkungan
DAFTAR LAMPIRAN
... 1
.
Daftar Peraturan Perundangan Dalarn Subyek Tata Ruang... 2 . Kuesioner Observasi Fisik dan Desa
... .
3 Kuesioner Untuk Carnat
. . . .
4 Kuesioner Untuk Aparat Desa
. . .
.
5 Kuesioner Untuk Tokoh Masyarakat
...
.
6 Kuesioner Untuk Masyarakat
7
.
Rincian Karakteristik Satuan Lahan ... ... 8.
Karakteristjk Satuan Lahan Untuk Pertarnbakan... 9 . Karakteristik Satuan Lahan Untuk Pariwisata
10 . Karakteristik Satuan Lahan Untuk Perrnukirnan . . .
11
.
Atribut Penggunaan Lahan Untuk Komoditi Tanaman Pangan.
... Perkebunan. Rurnput dan Turi12.Atribut Penggunaan Lahan Untuk Tarnbak Udang ... 13
.
Atribut Penggunaan Lahan Untuk Kehutanan ... 14 . Persyaratan Penggunaan Lahan Untuk Tanarnan Pangan.
... Perkebunan, Rurnput, dan Turi
15 . Persyaratan Penggunaan Lahan Untuk Kayu-kayuan ... 16.Persyaratan Penggunaan Lahan Untuk Tambak Udang ... 17
.
Persyaratan Penggunaan Lahan UntukTaman Berrnain . . . 18 . Persyaratan Penggunaan Lahan Untuk Perrnukiman ...19 . Data Kesesuaian Lahan Tiap Poligon Satuan Lahan Menurut lernbar Peta . . . 20
.
Deskripsi Kawasan Andalan ... 21 .Data Rinci Penggunaan Lahan Kawasan Andalan ... 22.Analisis Sidik Ragarn Partisipasi Dalam Diskusi Desa ... 23.Analisis Sidik Ragarn Kualitas Partisipasi Masyarakat dandukungan Tokoh Masyarakat ...
24.Analisis Sidik Ragam Gotong Royong Masyarakat dan Tokoh ... Masyarakat Dalam Kegiatan Desa..
25.Analisis Sidik Ragam Pendapat Responden Tentang Kelornpok yang Paling Berpengaruh di Masyarakat
... Desa
26.Analisis Sidik Ragarn Tingkat Pendidikan dan Aparat ... Masyarakat
27. Analisis Sidik Ragam Tanggapan Responden Tentang Perrnasalahan Desa Yang Paling Menonjol ... 28.Analisis Sidik Ragam Produktifitas lndjvidu Dalam Mem-
Peroleh Penghasilan di Tahun-tahun Mendatang ... 29. Analisis Sidik Ragam Tanggapan Responden Tentang
Masalah Lingkungan Yang Paling Menonjol ... 30. Anatisis Sidik Ragam Pandangan Responden Untuk
Perbaikan Tata Ruang ... 31 .Analisis Sidik Ragam Perubahan Penggunaan Lahan
Menurut Aparat dan oleh Masyarakat ... 32.Analisis Sidik Ragam Cara Pengarnbilan Keputusan
Perubahan Penggunaan Lahan ...
BAB l
P E N D A H U L U A N
A. Perkembangan Tata Ruang Wilayah di Indonesia
Penataan wilayah di lndonesia telah dilakukan sejak pemerintahan
Hindia Belanda berdasarkan peraturan perundangan tahun 1903 mengenai
stadsgemeente. Hingga tahun 1945 terdapat dua buah peraturan perundangan tentang regentschaps ordonantie dan stadsgemeente yaitu peraturan Nomor 74 Tahun 1924 dan Nomor 365 Tahun 1926 yang
diperuntukkan bagi penataan permukiman perkotaan. Hal tersebut terus
berkembang sampai dengan masa awal pemerintahan Republik lndonesia
tahun 1948; penataan wilayah dilakukan dengan peraturan tentang
pemerintahan daerah perkotaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 168
Tahun 1948. Perkembangan selanjutnya mengenai pengaturan tanah-tanah
negara, dan kepentingan sektoral sampai dengan tahun 1974 diatur dalam
sebanyak 10 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Pola pengaturan
sektoral ini terus berkembang, hingga tahun 1987 mulai diatur wilayah kota
dan desa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang
Ketentuan-ketentuan Perencanaan Tata Ruang Kota dan Daerah. Dengan
dilahirkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang, semakin dipertegas usaha penataan ruang dengan pendekatan
2 terdapat sebanyak 35 buah peraturan perundangan yang terkait dengan tata
ruang. (Supriyatno, 1996). Daftar peraturan perundangan pada Lampiran 1.
Peraturan perundangan yang ada berpengaruh pada pemerintah setaku
pelaksana dan pada masyarakat. Sebagai contoh, kegiatan perencanaan
dan penyiapan dokumen tata ruang wilayah ditakukan dengan metode
perencanaan wilayah yang berorientasi permukiman perkotaan. Rencana
tata ruang yang disusun dengan cara demikian itu, dalam implementasinya di
daerah mengalami banyak permasalahan, karena cara penyusunan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan yang berorientasi pedesaan.
B.
Latar Belakang PermasalahanUntuk mencapai kelahiran Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang telah ditempuh jalan yang sangat panjang sejak
tahun 1980. Berdasarkan berbagai seminar dan diskusi yang digelar selama
itu, belum pernah dapat disepakati oleh para ahli tata ruang Indonesia
tentang hal-ha1 yang rnendasar seperti batasan ruang, wilayah, lahan, tanah
serta rnasalah-masalah operasional seperti metode perencanaan tata ruang.
Narnun demikian, ha1 penting dan merupakan kebutuhan esensial ialah
kesepakatan adanya tuntunan daiam penataan ruang yang rneliputi tuntunan pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian. Persoalan lanjut yang
kernudian menjadi fokus dalam penelitian ini ialah apakah tuntunan
3
acuan dalam bentuk metode sederhana yang dapat secara operasional
dilaksanakan di daerah. Bagi praktisi yaitu para perencana di daerah.
masalah pokok dalam penataan ruang terletak pada masalah metode
penyusunan rencana tata ruang yang kemudian dapat berlanjut pada
pelaksanaan dan pengendalian tata ruang itu sendiri. Contohnya seperti
penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang karena berbagai
ha1 diantaranya ketidaksesuaian dengan harapan pengguna lahan.
Perencanaan dengan pendekatan partisipatif antara lain, akan dapat
mengurangi permasalahan tersebut. Sejauh ini juga masih sangat terbatas
keberadaan referensi ataupun keahlian khusus bidang tata ruang di
Indonesia yang merupakan salah satu kesulitan dalam usaha-usaha
mempersiapkan perencanaan tata ruang wilayah yang baik dan operasional.
Rencana tata ruang yang baik dan operasional mensyaratkan keseimbangan
pengembangan dan jaminan kesinambungan ekonomis dari berbagai
komponen ruang atau sumber daya yang direncanakan peruntukannya itu.
Agenda 21 Indonesia, Section 111 Land Resources Management, Chapter 7 2 , secara jelas menyebutkan usulan kegiatan untuk periode 1998- 2003 yaitu memperkuat proses dan prosedur perencanaan tata ruang. Pada
butir enam secara spesifik dijetaskan perlunya menetapkan prosedur, proses
dan standar perencanaan tata ruang yang cukup fleksibel untuk diterapkan
pada berbagai kondisi geografis di Indonesia.
Pasal 33 ayat tiga
U U D
1945 menetapkan bahwa bumi, air dandipergunakan untuk sebesar-besarnya kernakmuran rakyat. lrnplikasi dari
itu ialah pembangunan nasional dengan pemanfaatan dan pengelolaan
sumber daya alam serta penetapan wajib mernbayar pajak bagi yang
memperoleh manfaat atas bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya. Hak negara untuk menguasai dan mengatur pokok-pokok
kemakmuran seperti dimaksud pasal 33 ayat tiga UUD 1945 tersebut.
dipertegas dalam pasal delapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ditegaskan bahwa :
Sumber daya alarn dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kernakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah. Untuk rnelaksanakan ketentuan sebagairnana dimaksud, pemerintah :
a. Mengatur dan mengernbangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup;
b. Mengatur penyediaan, peruntukan. penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup, dan pemanfaatan kembali sumber daya alarn. terrnasuk sumber daya genetika secara lestari;
c. Mengatur pembuatan hukum dan hubungan hukum antara orang danlatau subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap surnber daya alam dan sumber daya buatan, terrnasuk surnber daya genetika;
d. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai darnpak sosial;
e. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Arah Pembangunan Jangka Panjang kedua yang terrnuat dalam GBHN 1993
dan ditegaskan dalam GBHN 1998 yang rnenyatakan bahwa
Pendayagunaan sumber daya alarn sebagai pokok-pokok kemakmuran agar dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab
dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan
mengutarnakan sebesar-besar kernakrnuran rakyat serta
Arahan ini telah menuangkan secara implisit prinsip pernbangunan
berkelanjutan dengan mengintegrasikan pengelolaan lingkungan hidup
didalamnya. Sasaran pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan dalam
Undang-Undang No. 2311997, pasal ernpat, yaitu untuk :
a. Tercapainya keselarasan, keseras~an dan keseirnbangan antara manusia dan lingkungan hidup;
b. Terwujudnya manusia lndonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan rnernbina lingkungan hidup;
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi rnasa depan;
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup; terkendalinya pemanfaatan surnber daya secara bijaksana; terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha danlatau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencernaran danlatau perusakan lingkungan hidup.
Bentuk nyata kegiatan pengaturan pengelolaan surnber daya alam seperti
dimaksud adalah penataan ruang yang dibuat dengan tuntunan pernerintah.
Kegiatan penataan ruang wilayah rnenjadi penting karena dinarnika
pembangunan berjalan searah dengan kegiatan-kegiatan eksploitasi surnber
daya alarn dalarn suatu wilayah. Dalarn upaya pengelolaan sumber daya
alarn dan lingkungan hidup seperti perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pernanfaatan sumber daya alam dan lingkungan diperlukan data dasar yang
akan menjadi landasan perencanaan dan pernantauannya dari waktu ke
waktu. Data dasar surnber daya alam dan lingkungan tersebut tidak saja
baik rnenurut jenis dan rnutu data tetapi juga ketersediaannya secara
6
merupakan salah satu upaya yang penting untuk ketersediaan data dasar dimaksud dalam sistem yang kompak dan kontinyu.
Menghadapi tantangan ke depan pada Pembangunan Jangka
Panjang Kedua, cukup arif untuk belajar dari perkembangan Pernbangunan
Jangka Panjang Pertarna. Pertumbuhan ekonomi secara nasional mencapai
rata-rata sekitar tujuh persen per tahun; pada saat ini di koreksi akibat krisis
moneter yang terjadi dan tingkat inflasi yang tinggi sehingga diproyeksikan pertumbuhan ekonomi secara nasional dalam Tahun Anggaran 199811999
menjadi no1 persen. Perkembangan pertumbuhan ekonomi difasilitasi oleh
berbagai kebijaksanaan pemerintah serta fasilitas penggunaan lahan untuk
investasi. Selama periode REPELITA I hingga akhir REPELITA VI
pertumbuhan investasi secara nasional merupakan ha1 yang mutlak dengan
perkiraan kontribusi 27 persen dari investasi pemerintah dan 73 persen dari
investasi swasta (untuk propinsi Lampung tercatat 65 persen investasi swasta
dan 35 persen investasi pemerintah). Dalam rangka itu pemerintah telah berupaya memberikan kemudahan dalam pengembangan investasi nasional
seperti upaya-upaya deregulasi diantaranya dalam bidang perizinan
penggunaan lahan untuk investasi sepertj tertuang dalam kebijaksanaan
PAKTO 93. Fasilitas dasar yang menjadi acuan dalam perizinan dimaksud
tidak lain ialah dokumen perencanaan zona-zona wilayah yang cermat yang landasan hukumnya telah digariskan dengan dasar Undang-undang Nomor
24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang. Selain itu, tuntutan penggunaan
7 toleransi penggunaan lahan dan ruang yang sebesar-besarnya untuk tujuan
pertumbuhan ekonomi, dengan sejauh mungkin mernpertimbangkan
kepentingan-kepentingan pelestarian alam. Perturnbuhan ekonomi yang tinggi itu, disamping mendorong ekspor, juga mendorong usaha-usaha
bidang ekonorni lokal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan
peningkatan kualitas proses produksi (teknologi), produk serta kuantitasnya,
yang dikenal sebagai produksi subsisten seperti sudah menjadi tradisi. Pada
kenyataannya saat ini, perkembangan swasta itu disamping membebani
pemerintah dengan utang-utangnya juga dirasakan memberikan
permasalahan lingkungan hidup seperti konflik penggunaan lahan, alih fungsi
lahan, kebakaran hutan, erosi dan lain-lain. Keadaan seperti ini secara nasional terjadi di berbagai daerah terrnasuk di Lampung yang merupakan
salah satu propinsi yang berkernbang cukup dinamis. Melihat perkembangan secara nasional saat ini dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional no1
persen diproyeksikan investasi swasta akan lebih sulit dan proyeksinya
dalam perencanaan saat ini menurun karena melumpuhnya beberapa sektor
usaha. Perencanaan pembangunan saat ini lebih menekankan pada usaha-
usaha pembangunan oleh pemerintah dengan mengembangkan sebanyak-
banyaknya perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat atau pola padat
karya. Dengan demikian rumusan kombinasi investasi pembangunan 73 : 27
secara nasional atau 65 : 35 untuk Propinsi Lampung antara swasta dan
pemerintah untuk tahun depan dan selanjutnya akan sulit diramalkan lagi.
8 perorangan makin perlu didorong rnaju untuk mengisi kekurangan akibat
kesulitan yang dialami oleh usaha-usaha skala besar. Usaha ini sekaligus
merupakan upaya untuk makin mengernbangkan peran serta masyarakat
yang nyata dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Bagi negara dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang (dengan jumlah penduduk
miskin sekitar 31 juta orang) potensi partisipasi masyarakat dalam usaha
pertumbuhan ekonomi cukup besar dan untuk itu diperlukan desain program
pembangunan dengan pola partisipasi masyarakat yang sesuai. Sejalan
dengan makin menonjolnya peran berbagai unsur masyarakat dalam
pembangunan daerah seperti dunia swasta dan anggota masyarakat tani
misalnya, maka upaya-upaya pengaturan ruang wilayah dan eksploitasi
sumber daya alam perlu dilakukan dengan mengernukakan partisipasi masyarakat. Pada perkembangan kernajuan masyarakat selanjutnya sesuai
dengan sernangat GBHN 1993 makin tegas pada GBHN 1998, diharapkan
partisipasi masyarakat akan berkembang secara lebih spontan dalam
pembangunan bangsa dalam wujud rasa memiliki dan tanggung jawab atas
perkembangan pembangunan bangsa termasuk dampaknya pada
lingkungan. Secara tegas dijelaskan pembangunan nasional dilaksanakan
dengan sebesar-besarnya partisipasi masyarakat. Hal itu dicantumkan pula
dalam Agenda 21 Indonesia Chapter 7 2 untuk mendorong partisipasi dalam
perencanaan tata ruang untuk masa-masa yang akan datang dengan cara
lebih mengakomodasikan kepentingan umum dengan melibatkan kelompok-
9
dan demokratis. Persoalan lebih lanjut adalah bentuk-bentuk dan ukuran
partisipasi rakyat yang secara operasional dapat dilaksanakan serta sesuai
dengan sasaran perlu dirumuskan.
C. Perurnusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi Daerah Lampung yang cukup tinggi pada
setiap REPELITA dan rata-rata 8,9 persen per tahun dalam Repelita VI
berpotensi menimbulkan masalah-masalah tata ruang seperti konflik
pembangunan dan pelestarian, konflik penggunaan lahan, kerusakan
vegetasi hutan, perambahan hutan, dan alih fungsi lahan. Sebagai gambaran, dalam Tahun Anggaran 199711 998, dengan proyeksi
pertumbuhan ekonomi sebesar 10,5 persen dibutuhkan investasi senilai 3.7
trilyun rupiah dan 2.8 trilyun berasal dari investasi swasta dan masyarakat. lnvestasi swasta diperkirakan berasal dari rencana investasi berbasis
pertanian. Untuk pertumbuhan investasi yang demikian pesat dari Repelita
ke Repelita di Lampung, tercatat pertambahan penggunaan lahan untuk Hak
Guna Usaha Perkebunan Besar mencapai sekitar 490.000 hektar selama 10
tahun dari tahun 1986 hingga tahun 1996. Masalah tata ruang yang paling menonjol di Lampung secara garis besar dapat dikelompokkan berupa
masalah konflik budidaya dan fungsi lindung, masalah konflik antar jenis
penggunaan budidaya dan masalah-masalah konsewasi lahan yang
? 0 tekanan penduduk. Masalah konflik antar jenis penggunaan budidaya
cenderung ditunjukkan oleh alih fungsi lahan, seperti konversi lahan
pertanian ke non-pertanian. Alih fungsi lahan pertanian menjadi areal
permukiman serta sarana jalan, pelabuhan dan areal industri dari Repelita II
hingga Repelita VI seperti dijelaskan pada Tabel
I ,
meliputi 67.309 hektar.Tabel I. Perkembangan areal permukiman dan prasarana di Lampung
Sumber : BAPPEDA Tinakat I Lampung (1907. diolah).
Periode
REPELITA II
REPELITA Ill REPELITA IV
REPELITA V
REPELITA VI
Masalah-masalah tersebut secara umum disebabkan oleh tekanan
penduduk dan tuntutan perkembangan ekonomi, tidak konsistennya
peraturan serta karena ketidakserasian sektoral (Gambar I). Dari hal-ha1
yang berkembang tersebut, dikaitkan dengan penelitian ini, dapat diringkas
masalah-masalah tata ruang secara umum di propinsi-propinsi di Indonesia
terutama di Lampung, yang meliputi :
a. Terjadinya penyimpangan pemanfaatan dari rencana tata ruang yang
telah ditetapkan;
Luas Areal Permukiman dan Prasarana (Hektar)
122.016
127.277
153.536
173.96q
189.326
Persentase Perluasan Areal (%)
4,31
20,63
13,30
Masalah Tata Ruang
F
-
Peraturan Pemndangan kurang konsistent
t
[image:41.580.71.488.66.521.2]I
Gambar 1. Skema Permasalahan Tata Ruang
b. Terjadinya alih fungsi lahan terutarna dari lahan pertanian menjadi lahan
Konservasi terabaikan Konflik budi daya clan
Fungsi lindung
non pertanian seperti areal tanaman pangan lahan kering menjadi areal
Konnik antar jenis budi daya
sawah rnenjadi permukiman.
A A
c. Rencana tata ruang yang ada masih bersifat parsial berdasarkan
P
- Tekanan penduduk
-
Tuntutan penurnbuhan ekonorni-
Ketidakserasian sektoralkebutuhan sektor, belum terintegrasi.
-
d. Rencana tata ruang juga belum memenuhi keinginan rnasyarakat,
ditunjukkan dengan banyaknya desa di kawasan hutan produksi dan
12 e. Metode perencanaan tata ruang wilayah di daerah belum dirurnuskan untuk menjadi petunjuk teknis yang sederhana seperti yang dibutuhkan.
D. Kerangka Pemikiran
Salah satu upaya potensial dafam pemecahan masalah-masalah tata
ruang dapat dilakukan ialah dengan pengembangan kesadaran masyarakat
yang diawali dengan langkah penting yaitu perencanaan yang
mengakomodasikan peran serta masyarakat dalam penggunaan ruang.
Konsepnya secara urnum adalah prinsip bahwa kehidupan rnanusia pada
dasarnya berkenaan deng& faktor lingkungan ekologis, lingkungan ekonorni
dan lingkungan sosial yang saling berkaitan dan diatur melalui hukum, aturan-aturan lokal dan tradisi. Timbulnya masalah antara lain karena ketiga
faktor ini tidak berjalan secara harmonis. Mernpelajari penggunaan ruang
berrnasalah tersebut, pada dasarnya dapat dilakukan eliminasi rnasalah
dengan perencanaan yang lebih cermat dan arif untuk menghindari konflik
dengan pilihan-pilihan penggunaan lahan yang lebih rnengakornodir
kebutuhan nyata. Perencanaan itu lebih ditekankan pada kebutuhan berdasarkan persyaratan budidaya, persyaratan manajemen dan persyaratan konservasi, yang pada hakekatnya adalah pendekatan menggunakan rnetode evaluasi dan perencanaan lahan. Berdasarkan tujuan pernbangunan daerah
yang telah digariskan, dapat diidentifikasi adanya kebutuhan akan perubahan
13
penggerakan sebesar-besarnya partisipasi masyarakat. Selanjutnya dengan
kebutuhan yang demikian dilakukan dua kegiatan pokok yaitu analisis potensi
sumber daya alam serta analisis permasalahan daerah. Dalarn analisis
masalah itu dipertimbangkan lingkungan strategis yang berkembang saat ini,
seperti kebijaksanaan pembangunan secara nasional maupun
perkembangan lain yang cukup berpengaruh pada sistern perekonomian
Lampung antara lain dengan adanya akses perdagangan ekspor pelabuhan
Panjang dan sistem kerjasama pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura
(IMS-GT) serta Australia. Selain itu juga hal-ha1 yang berkernbang di
masyarakat seperti sistem pertanian komoditi tradisional, besarnya angkatan
kerja yang belum terserap dalam lapangan kerja dan masalah-rnasalah
lingkungan lainnya. Untuk pembangunan daerah analisis potensi surnberdaya
dilakukan secara garis besar meliputi analisis sumber daya lahan dan analisis
sumber daya air. Kegiatan analisis sumber daya air dilakukan secara khusus
untuk kepentingan-kepentingan pembangunan khusus pengairan, konstruksi
dam, pengendalian banjir dan penataan drainase. Analisis sumber daya
lahan dilakukan secara umum dan rnenyeluruh dan mempertimbangkan air
sebagai salah satu faktor lahan, sama seperti vegetasi, tanah serta faktor
lainnya dan menghasilkan gambaran kondisi lahan yang dapat dijelaskan
kemampuannya untuk berbagai penggunaan lahan yang direncanakan.
Rencana penggunaan yang diusulkan harus menjawab kebutuhan produksi,
peningkatan pendapatan masyarakat atau petani, penyediaan lapangan kerja
? 4 Berdasarkan rencana penggunaan ini diperoleh lahan yang sesuai yang
dirumuskan berdasarkan pertimbangan kesesuaian iahan secara fisik dan
dukungan sosial ekonomi serta kebijaksanaan masing-masing sektor pengguna lahan. Dalam prosesnya, ditetapkan aturan dasar
(rule-base)
yang rnerupakan kombinasi dari kebijaksanaan sektor dan pertimbangankebutuhan masyarakat yang saling berinteraksi.
E.
Tujuan dan Kegunaan PenelitianI. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk menemukan pola perencanaan tata ruang yang melibatkan partisipasi masyarakat dengan
menggunakan Teknik Sistem lnformasi Geografis. Untuk mencapai tujuan
utarna itu terdapat tujuan spesifik yang menunjang, sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi permasalahan tata ruang yang ada, dalam hubungannya
dengan perencanaan.
b. Mengidentifikasi pola partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan
kegiatan perencanaan tata ruang.
c. Mengernbangkan cara untuk pengambilan keputusan dalam penentuan
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat rnernberikan kontribusi; baik
kontribusi ilrniah rnaupun kontribusi bagi pembangunan daerah. Bagi
kepentingan ilmiah, penelitian ini rnernberikan kontribusi berupa :
a. Pengembangan model integrasi dari berbagai metode yang ada yaitu :
rnetode land inventory, land evaluation, land use planning dan teknik sistern inforrnasi geografis, teknik sistem pakar serta teknik rapid rural appraisal.
b. Pengembangan ukuran-ukuran analisis partisipasi dan ukuran-ukuran
penetapan kawasan andalan secara sederhana.
Selanjutnya penelitian ini diharapkan rnernberikan kontribusi pada
pernbangunan daerah, yaitu berupa :
a. Rumusan metode perencanaan lahan yang sederhana dan bisa dilakukan
oleh perencana daerah.
b. Pengernbangan cara-cara operasional pelibatan partisipasi rnasyarakat
dalarn kegiatan perencanaan tata ruang.
c. Rurnusan cara cepat dan sederhana dalarn rnenetapkan kawasan
andalan di daerah.
d. Rumusan tata ruang wilayah Larnpung dalarn bentuk peta grafis skala
16
F. H i p o f e s i s
Dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis untuk mencapai tujuan utama, yaitu :
"Perencanaan tata ruang yang partisipatif dapat dibangun dengan integrasi
berbagai metode
dan
melibatkan partisipasi masyarakat yangmemperhitungkan data dan inforrnasi fisik, biologi, sosial dan ekonomi
secara paralel".
Sedangkan untuk tujuan yang spesifik, dijabarkan hipotesis sebagai berikut : a. Perencanaan tata ruang yang masih bersifat parsial, belum
mengintegrasikan kepentingan sektoral dan belurn mempertimbangkan
kebutuhan masyarakat, dapat menimbulkan beberapa permasalahan tata
ruang.
b. Partisipasi masyarakat rnasih sangat kurang dalam perencanaan tata ruang, walaupun sudah cukup baik dalam pernbangunan secara umum.
BAB I1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan Wilayah dan Tata Ruang
7 Komitmen Pemanfaatan Sumber Daya AIam Secara Lestari
Kebijakan ekonomi makro suatu negara seringkali dikaitkan dengan
keberadaan sumber daya alam, seperti diperlihatkan dalam : permintaan
terhadap barang-barang sumber daya alam baik dari dalam negeri maupun
dari luar negeri, perhitungan kekuatan sumber daya alam yang dimiliki,
seperti minyak bumi dan perhitungan kemampuan ekspor serta lebih jelas lagi pada ukuran tingkat pendapatan daerah yang sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan sumber daya alamnya. Dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara ditegaskan bahwa sumber daya alam merupakan salah satu modal
dasar bagi terlaksananya pembangunan nasional yang sangat dipengaruhi
keberadaannya oleh faktor geologi, hidrologi, klimatologi, geografi, demografi
dan sosial budaya. Eksploitasi sumber daya alam tanpa batas demi
kebutuhan manusia sudah menimbulkan kekhawatiran penduduk dunia
terhadap perubahan ekosistem dan lingkungan hidup yang menjurus kepada terganggunya peradaban manusia. Diadakannya Konperensi antar Parlemen
di Washington DC ('l990) dan disusul oleh Konperensi Tingkat Tinggi Bumi
di Rio De Janeiro (1992) menunjukkan kepedulian akan masa depan
18
Salah satu dari kesepakatan tersebut adalah Agenda 21, yang memberi arah
bagaimana pembangunan dapat berlanjut ditinjau dari kepentingan sosial,
ekonomi dan lingkungan, untuk pengentasan kemiskinan dan mencegah
kerusakan lingkungan.
Soerianegara (1977) mendefinisikan pengertian surnber daya alam
yang dihasilkan dari berbagai pendapat ahli seperti Bishop (1 958), O'Riordian
(1 971 ), Chapman (1 969), Ireland (1 974), lsard (1 972) sebagai berikut :
Sumber daya alam adalah aset di dalam pembangunan yang diperlukan untuk kesejahteraan manusia yang pemanfaatannya perlu lestari dan tidak menimbulkan degradasi lingkungan.
Zonneveld (1979) menjelaskan sumber daya alam sebagai unsur bentang
alam yang rnemiliki komponen biotik dan abiotik tersedia untuk memenuhi
kebutuhan manusia secara lestari. Pengertian lestari mengandung pesan
pentingnya suatu usaha terencana dalam memanfaatkan, menghemat dan rnemulihkan sumber daya alam. Sumber daya alam merupakan bahan baku
yang dapat berbentuk iklim, sinar surya, gelombang, air, tanah, flora dan
fauna. Semuanya ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. ldentifikasi sifat fisik sumber daya alam seperti iklim, tanah. air,
flora dan fauna merupakan usaha pendahuluan yang sangat bijaksana untuk kegiatan perencanaan jangka panjang, yang lebih efisien, karena fisik alam
yang relatif tidak mudah berubah. Untuk perencanaan jangka pendek (satu
sampai lima tahun) dapat dipakai, setelah pertimbangan sosial ekonomi
19
Komponen sumber daya alarn berinteraksi rnelalui proses kimia, fisika, biologi
dan antropogenik rnenghasilkan lahan dengan tanah sebagai komponen
utamanya. Bentang lahan adalah unit-unit lahan yang dibentuk secara alamiah dan ditunjukan oleh suatu luasan dan ruang tiga dimensi.
Pembentukan bentang lahan diukur rnenurut jangka waktu pembentukan, dari
titik awal sarnpai rnenghasilkan suatu kondisi yang dikehendaki. Bentang lahan sendiri bersifat statis, namun komponennya bisa bersifat dinarnis yang
akan menentukan kualitas bentang lahan itu sendiri. Sehubungan dengan
sifat dinarnis dan statis dari berbagai kornponen bentang lahan, dalam setiap
rencana penataan ruang suatu wilayah, perlu diperhatikan untuk dianalisis
hal-ha1 yang rneliputi : strategi pembangunan yang baik untuk suatu daerah;
model perencanaan yang didukung oleh ketersediaan data yang diperlukan
dan pengaruh dari berbagai faktor eksternal dan internal.
2. Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Berbagai istilah dipergunakan untuk rnenggambarkan wilayah atau
region
seperti : area, distrik, teritorial, daerah kornando atau ternpat operasi.Secara historis, wilayah juga rnemiliki tahapan evolusi, dirnana pada era
peradaban nornaden, masyarakat tidak dapat
survive
tanpa akses wilayahgeografis untuk pangan dan bahan rnentah. Selanjutnya pada masa
peradaban, wilayah dibagi menurut aliran lembah sungai dan disini juga
20 wilayah neraka dan wilayah surga serta akhirnya pada masa revolusi industri. wilayah kemudian berkembang dengan indikasi komersial yaitu ketersediaan
mineral, tambang. Wilayah pada dasarnya sangat penting sebagai suatu
dasar konsep yang menunjukkan dunia yang nyata. (Branch, 1988). Wilayah
menjadi penting karena keterlibatannya yang nyata datam perencanaan dan
pengelolaan suatu kegiatan, apalagi dengan makin padatnya penduduk
hingga lebih dari enam miIyar jiwa; dengan kegiatan yang didukung oleh
teknologi yang makin kompleks serta dengan keadaan yang makin sangat
sensitif terhadap lingkungan, wilayah menjadi sangat penting dipelajari dan makin perlu diperhatikan. Branch (1988) memberikan definisi tentang wilayah
sebagai :
suatu ruang yang dapat diukur, dengan safu atau lebih karaMeristik umum yang ditetapkan oleh alam atau dideliniasi oleh manusia untuk digambarkan atau diuraikan, untuk dianalisis, dikelola afau untuk tujuan lain.
Studi tentang perencanaan wilayah khususnya perkotaan sudah banyak
ditulis sejak dua-ratus tahun yang lalu. Dijelaskan pula bahwa perencanaan
wilayah dilakukan secara bertahap menurut keperluan dan contoh yang
diberikan mulai dari perencanaan wilayah untuk militer, dilanjutkan dengan perencanaan wilayah untuk keperluan komersial; untuk kepentingan institusi
pemerintahan dan selanjutnya untuk masyarakat. Perencanaan wilayah
secara lengkap rneliputi : program, proyek dan rencana konstruksi. Secara
umum prinsip-prinsip perencanaan kota dan wilayah dapat dilakukan untuk
3-C yaitu : corridors, centers dan clusters. Penggunaan lahan yang digambarkan dikonfirmasikan dengan tujuan spasial tersebut. Dalam
referensi ini terlihat bahwa tujuan spasial utama terlihat pada perkotaan
dengan kegiatan-kegiatan permukiman kota, industri, komersial, pendidikan,
rekreasi dan lain-lain yang didukung dengan penggunaan lahan lainnya (non
perkotaan) seperti penggunaan lahan untuk kayu-kayuan, tanaman,
peternakan dan lahan rawa. Menurut Hardjowigeno dan Nasution (1990),
perencanaan penggunaan lahan seperti ini merupakan pegangan penting
dalam perencanaan tata ruang. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahwa
penatagunaan lahan merupakan kegiatan awal dari usaha-usaha penataan
ruang dimana penatagunaan lahan mewadahi pengaturan kegiatan-kegiatan
yang secara langsung menggunakan lahan seperti pertanian, pariwisata,
pertarnbangan, areal permukiman dan sebagainya. Selanjutnya penataan
ruang dengan landasan itu merancang dinamika interaksi penataan tersebut
seperti rnisalnya penataan transportasi, dan penataan wilayah-wilayah
berkembang pesat. Selanjutnya Rietveld (1 980) mengemukakan beberapa
instrumen dalam perencanaan wilayah secara umum meliputi :
a. Standarisasi, misalnya : emisi gas rumah kaca yang dapat berpengaruh pada alokasi lahan pertanian atau industri.
b. Formulasi preskripsi, misalnya : rencana tata kota, rencana tata guna lahan yang akan berpengaruh ke arah mana wilayah akan dikembangkan.
c. Penyediaan infrastruktur, misalnya : jalan, yang berpengaruh pada tatanan pengembangan wilayah dengan penyediaan sarana.
e. Penetapan lokasi untuk keperluan pemerintah misalnya perkantoran. pusat pemerintahan lokal, yang dapat berpengaruh pada arah pengembangan suatu wilayah.
Masih banyak lagi aspek lain yang berpengaruh pada perencanaan wilayah
seperti : aspek legal, kebijakan, pendekatan negara donor, minat investasi,
serta proyeksi lingkungan. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa segala
masalah dan persoalan terliput didalam subjek ini.
Penataan ruang wilayah adalah pengaturan penggunaan lahan melalui pengelompokkan penggunaan lahan ke dalam unit-unit yang
homogen ditinjau dari pertimbangan keseragaman fisik, ekonomi, sosial.
budaya, pertahanan dan keamanan. Penataan ruang dimaksudkan untuk
membenahi penggunaan lahan yang sedang berjalan dengan tujuan meningkatkan efisiensi sehingga keluaran yang diharapkan adalah yang
terbaik dalam dimensi kurun waktu dan ruang tertentu. Dengan demikian
secara transparan dalam peta skala tertentu, sesuai menurut
kepentingannya, dapat dilihat zonasi fahan menurut peruntukannya, antara
lain : kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan, pertambakan,
permukiman, kawasan industri, kawasan pertambangan, kawasan rekreasi
dan pariwisata, kawasan fasilitas umum dan sebagainya (FAO, 1989). Apa yang akan terjadi dalam penataan ruang bisa merombak tatanan yang sudah
ada, tetap mempertahankan tatanan (penggunaan lahan) yang ada atau
kombinasi diantara keduanya. Penataan ruang atau alokasi pemanfaatan
23
ruang oleh pernerintah melalui peraturan perundangan; mekanisrne pasar
dan kornbinasi antara pengaturan pernerintah dengan rnekanisrne pasar.
(Hardjowigeno dan Nasution, 1990). Upaya-upaya untuk penataan ruang di
Indonesia telah rnengalarni perjalanan sejarah yang panjang. Dalam usaha
itu, pada saat ini telah ada Undang-undang Nornor 24 Tahun 1992 tentang
penataan ruang yang diharapkan dapat rnenjadi acuan secara nasional.
Sebagai petunjuk pelaksanaannya telah dikeluarkan Peraturan Pernerintah
Nornor 69 Tahun 1996 tentang tata cara peran serta rnasyarakat dalam
penataan ruang. Pada saat ini pernerintah sedang rnernpersiapkan
rancangan Peraturan Pernerintah tentang penatagunaan lahan. Tujuan
urnum dari penataan ruang sesuai pesan dalarn Pasal 3 Undang-undang
Nornor 24 Tahun 1992 rneliputi :
a. Penataan ruang rnerupakan penataan bentang lahan yang rnernbedakan
kawasan lindung dan kawasan budidaya dengan mernperhatikan dampak
lingkungan derni kesejahteraan rnasyarakat dan ketahanan nasional.
b. Penataan kawasan lindung rneliputi kawasan resapan air, suaka alam,
tarnan nasional dan tarnen wisata alarn; sedangkan penataan kawasan
budidaya rneliputi hutan tanarnan, perrnukiman, perindustrian, pertanian,
peternakan, pertahanan dan kearnanan.
c. Penataan ruang dari aspek adrninistrasi rneliputi penataan wilayah
nasional, propinsi, kabupaten dan kotarnadya.
Penataan ruang wilayah Nasional, Propinsi Daerah Tingkat I dan wilayah
24
tetapi juga mencakup ruang lautan dan ruang udara sampai batas tertentu.
Penataan ruang sernacam itu berkaitan dengan wadah kegiatan rnasyarakat
di daerah seperti batas ketinggian bangunan, penggunaan jembatan
penyeberangan yang diperlebar untuk pertokoan dan sebagainya.
Essensi tata ruang menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992
adalah rencana tata ruang, pedoman pemanfaatan ruang, dan cara
pengendalian pernanfaatan ruang (Pasal 13,15, dan 17
U U
Nomor 2411 992).Perencanaan tata ruang pada dasarnya merupakan perumusan penggunaan
ruang secara optimal dengan orientasi produksi dan konservasi bagi
kelestarian lingkungan. Perencanaan tata ruang wilayah mengarahkan dan
mengatur alokasi pemanfaatan ruang, mengatur alokasi kegiatan, keterkaitan
antar fungsi kegiatan, serta indikasi program dan kegiatan pembangunan.
Penyusunan rencana tata ruang harus setalu dilandasi pemikiran perspektif
menuju ke keadaan pada masa depan yang didarnbakan, bertitik tolak dari
data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dipakai, serta
memperhatikan keragaman wawasan kegiatan tiap sektor. Perkembangan
masyarakat dan lingkungan hidup berlangsung secara dinamis. llrnu
pengetahuan dan teknologi juga berkembang pesat seiring dengan
berjalannya waktu. Oleh karena itu, agar rencana tata ruang yang telah
disusun itu tetap sesuai dengan tuntutan pernbangunan dan perkembangan
keadaan, rencana tata ruang dapat ditinjau kembali atau disempurnakan
25
Dalam perencanaan tata ruang wilayah, dilakukan kegiatan
penetapan alokasi ruang yang dibangun berdasarkan rnetode dan kriteria-
kriteria. Kriteria penetapan tata ruang wilayah belurn secara tajarn digariskan
berdasarkan ketentuan hukurn rnisalnya Peraturan Pernerintah, Keputusan
Menteri dan sebagainya. Sejauh ini belurn dapat diidentifikasi persyaratan
teknis pemanfaatan ruang yang bersifat urnurn atau dapat dipakai secara
nasional yang ditetapkan dalam suatu peraturan kecuali secara garis besar
dalarn Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung.
Secara parsial sudah ada, seperti halnya pada penetapan hutan lindung
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nornor :
837/kpts/UMIII11980. Pendekatan perencanaan tata ruang rnelalui
perencanaan tata guna lahan seperti diutarakan Hardjowigeno dan Nasution
(1990) dilakukan dengan cara penilaian terhadap lahan dan kornponen-
kornponennya (tanah, air, iklirn, dan lain-lain) untuk rnernenuhi kebutuhan
rnanusia yang selalu berubah rnenurut waktu dan ruang.
6. Teknik Perencanaan Tata Guna Lahan
7. Konsep Perencanaan Penggunaan Lahan
Kebutuhan rnanusia akan pangan, air, bahan bakar, pakaian dan
perurnahan tergantung kepada ketersediaan lahan ; yang pada kenyataannya
terbatas. Dengan rnakin banyaknya penduduk dan rneningkatnya keinginan,
26
harus berubah dengan adanya permintaan baru dan ini rnembawa konflik
diantara para pengguna lahan. Perencanaan untuk besok bukan semata-
mata pekerjaan akademik diatas kertas, akan tetapi selalu mempunyai tujuan
yang spesifik yang disusun dari berbagai keadaan dengan kondisi tersebut.
F A 0 (1976, 1984 dan 1989) secara umum mengarahkan perencanaan penggunaan sumber daya lahan yang terbatas itu dengan upaya-upaya yang
meliputi :
a. Penilaian akan kebutuhan saat ini dan yang akan datang dan secara
periodik melakukan evaluasi atas lahan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
b. Mengatasi konflik berbagai penggunaan lahan, baik individual maupun
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan masyarakat yang
akan datang.
c. ldentifikasi alternatif penggunaan yang berkelanjutan dan memilih pilihan
yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan.
d. Perencanaan dengan kebutuhan perubahan.
e. Belajar dari kesalahan-kesalahan.
Seluruh proses tersebut berkaitan satu sama lain dan tingkat yang dicapainya
akan berubah-ubah sesuai dengan keiengkapan informasi yang diperoleh
dari waktu ke waktu. Perencanaan untuk menetapkan penggunaan lahan
yang baik bukan merupakan ha1 baru. Para petani sudah sejak lama
melakukan itu, sesuai dengan kebutuhannya sendiri, dengan pengelahuan
27
tenaga kerja yang ada pada rnereka. Akan tetapi perencanaan tata guna
lahan bukan sernata-mata perencanaan pada tingkat petani, tetapi juga
rnelibatkan kepentingan rnasyarakat secara luas. Adanya kebutuhan
rnanusia rnendorong adanya proses perencanaan. Petani lokal, pemakai
lahan lain dan rnasyarakat yang lebih luas yang bergantung pada lahan
rnerupakan satu fokus dalam perencanaan tata guna lahan. Pada sisi yang
lain perencana juga harus rnempertimbangkan aspek kebutuhan mereka,
kemarnpuan teknis, tenaga kerja serta modal yang dapat menjadi kontribusi
rnereka. Suatu tata guna lahan yang terencana harus dapat diterima oleh
rnanusia yang hidup disana. Pendekatan pelarangan dengan peraturan, tidak
akan berhasil dijalankan. Harus selalu diupayakan alternatif kesempatan
untuk menggunakan lahan, dan melalui informasi dan pendidikanlpenyuluhan
digambarkan kepada petani hal-ha1 yang baru akan terjadi bila sesuatu
dilakukan atau sebaliknya dan seterusnya. Fokus lainnya dalam
perencanaan tata guna lahan ialah surnber daya lahan jtu sendiri. Sumber
daya lahan pada dasarnya tetap, tidak berubah dan berpindah; dan pada
tempat yang berbeda akan rnernberikan kesempatan yang berbeda dan
penanganan yang berbeda pula. Harnpir dapat selalu dikatakan bahwa
perencanaan penggunaan lahan ialah seleksi sebaran lahan untuk tujuan
yang spesifik. Elemen lainnya dalarn perencanaan ialah pengetahuan
tentang teknologi penggunaan tahan seperti agronomi, silvikultur, peternakan,
dan lain-lain. Perencanaan tata guna lahan juga seringkali mendorong
28
yang juga harus dinilai dalam perencanaan. Keputusan akan penggunaan
lahan tidak selalu berdasarkan pada kesesuaian lahan, akan tetapi harus
mempertimbangkan permintaan akan produk dan tujuan khusus atas wilayah
tersebut. Jadi, perencanaan tata guna lahan harus memadukan hal-ha1
sebagaimana dikemukakan oleh F A 0 (1989) :
a. lnformasi kesesuaian lahan
b. Permintaan akan alternatif produk dan penggunaan
c. Kesempatan untuk meluaskan permintaan tersebut dengan ketersediaan
lahan yang ada sekarang dan akan datang
d. Harus bekerja pada sistem kelembagaan yang ada.
Di negara-negara berkembang, perencanaan tata guna lahan umumnya terbagi dalam skala nasional, propinsilkabupaten dan desa. Pada
setiap skala, tetap diperlukan strategi perencanaan, kebijakan yang memberikan indikasi prioritas dan rencana operasional kegiatan. Tingkat
kerincian serta partisipasi penduduk lokal berbeda pada setiap skala.
Perencanaan tata guna lahan skala nasional meliputi :
a. Kebijakan tata guna lahan yang dapat memenuhi kebutuhan sumber daya
dari sektor-sektor yang berbeda;
b. Pembiayaan diperoleh secara nasional atau dari pinjaman luar negeri;
Pada skala propinsilkabupatenldesa, perencanaan meliputi : a. Tata letak drainase lokal, irigasi dan konservasi tanah.
b. Tata letak infrastruktur, garis jalan, fasilitas dan pernasaran.
c. Penanaman tanaman spesifik pada lahan tertentu.
d. Pada tingkat desa praktek perencanaan sarna seperti pada tingkat
kabupaten; namun bersifat secara lokal.
Perencanaan dengan skala yang berbeda ini membutuhkan informasi
yang berbeda dan kebanyakan dari inforrnasi tersebut dalam bentuk peta.
Untuk perencanaan nasional diperlukan peta 1:1.000.000 sarnpai
1 : 1.500.000, untuk skala propinsilkabupaten peta 1 :50.000 sampai 1 :250.000
dan untuk skala desa pada peta 1:5000 sampai 1 :20.000.
Rencana tata guna lahan di daerah dikoordinasikan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan implernentasi rencana dilaksanakan oleh sektoral, seperti : pengairan, kehutanan, pertanian, perhubungan,
perumahan, sektor swasta, organisasi, rnasyarakat dan perorangan. Kegiatan perencanaan tata guna lahan pada setiap skala perencanaan, baik
nasional, propinsilkabupaten maupun desa, rneliputi 10 langkah kegiatan
seperti diutarakan dalam F A 0 Guidelines (FAO, 1989). Setiap langkah rnerupakan suatu proses yang mernerlukan input dan akan rnenghasilkan output seperti terlihat pada Tabel 2. Urutan pekerjaan yang ditakukan
a. Kerangka acuan
b. Rencana Kerja
c. Permasalahan
d. Tipe penggunaan lahan
e. Peta kesesuaian lahan
f. Alternatif penggunaan lahan
g. Alternatif terpilih
h. Rencana penggunaan lahan
i. Pelaksanaan
j. Peninjauan kembali (sesuai keperluan)
Prosedur perencanaan tata guna lahan dengan metode F A 0 cukup
relevan dipakai untuk kondisi Indonesia dimana metode ini dikembangkan
secara empiris dengan percobaan-percobaan di Indonesia. Metode ini
bersifat komprehensif dan dengan pendekatan holistik, mulai dikembangkan
sejak 1976 dan percobaan-percobaan di lapangan dilakukan sejak 1978
hingga 1983. Metode evaluasi lahan oleh F A 0 berkembang dengan alat pendukung otomatisasi, komputer yaitu dalam bentuk Land Evaluation Computer System (LECS) serta Aufomated Land Evaluation System (ALES).
Metode evaluasi lahan yang lain yang juga banyak digunakan di Indonesia
khususnya pada pembangunan proyek-proyek irigasi ialah metode United
Tabel 2. Input dan Output Pada Setiap Langkah Perencanaan Tata Guna Lahan.
Langkah ke-
I
PROSESI
INPUTt
OUTPUT IKerangka acuan Langkah ke-1
I
Langkah ke-2 PerencanaanI
kegiatanI
I
I
Pengorganisasian kerja Rencana kerja Penetapan sasaran
dan landasan peraturan
Langkah ke-4 Mernilih
!
I
penggunaan lahan yang menjanjikan1. Kebijakan penggunaan lahan
2. Kendala kelernbagaan 3. Pengalaman lokal
Langkah ke-3
Langkah ke -5
Strukturisasi masalah dan peluang Langkah ke-6 Langkah ke-7
1
Evaluasi kesesuaian lahan Penilaian alternatif Pernilihan alternatif terbaikLangkah ke-8 Merumuskan rencana
1. Kendala hukum 2. Penilaian desa secara
cepat
Pernecahan rnasalah
1. Sistern infomasi lahan 2. Survey sumber daya
lahan
3. Evaluasi lahan (fisik) Analisis lingkungan sosial
i
ekonorni Studi prasyarat penggunaan lahanDiskusi pernerintah dan masyarakat
Spesifikasi tipe penggunaan lahan
Kegiatan perencanaan struktural
Peta kesesuaian lahan
Pernilihan penggunaan lahan yang dapat dipercaya
Usulan penggunaan lahan
Rencana penggunaan lahan
Langkah ke-9 Implementasi
I
I
Koordinasi kegiatanI
Kegiatan oleh pernakairencana sektoral lahan
Langkah ke- Evaluasi dan revisi Pengalaman lokal Revisi rencana
penggunaan lahan
1
Sumber : F A 0 (1 989).
dengan pendekatan fisik, narnun kurang mempertirnbangkan faktor sosial dan
[image:61.567.51.478.42.528.2]32
penataan ruang sebagai tindakan operasionalnya rnernerlukan pengertian
tentang :
a. Kemampuan dan kesesuaian lahan dan agihannya di setiap kawasan
pembangunan.
b. Ketercapaian dan keterbatasan setiap kawasan pembangunan yang
menentukan keterbukaan kornunikasi dan kelancaran lalu lintas orang dan
barang.
c. Teknologi pengembangan lahan dan teknologi produksi yang tersedia,
dalarn rnasyarakat, yang memenuhi kriteria : dapat diterapkan secara teknis, layak secara ekonomi, terhasratkan secara sosial, baik
menurut wawasan lingkungan, terkelolakan secara ketata-prajaan dan
dapat diterima secara politik.
d. Kelembagaan masyarakat yang berpengaruh atas penggunaan lahan.
2. Pendekatan satuan lahan (Land Unit)
llmu yang rnernpelajari benta