• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataan Ruang Wilayah dengan Peran Serta Masyarakat, Menggunakan Sistem Informasi Geografis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penataan Ruang Wilayah dengan Peran Serta Masyarakat, Menggunakan Sistem Informasi Geografis"

Copied!
437
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

r

PENATAAN RUANG WILAYAH

D ~ N G A N

PERAN

SERTA MASYARAKAT,

MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

D I S E R T A S I

Oleh

SIT1 NURBAYA RUSLI

PSL.

93-536

PROGRAM PASCA SARTANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

R I N G K A S A N

SIT1 NURBAYA RUSLI. Penataan Ruang Wilayah Dengan Peran Serta Masyarakat, Menggunakan Sistern lnformasi Geografis. (dibawah bimbingan Prof. Dr. lr. Rubini Atmawidjaja, M.Sc. sebagai Ketua; Prof. Dr. Ir F. Gunarwan Soeratmo, MF; Prof. Dr. Barizi, M.E.S.; Prof. Dr. Ir. Lutfi lbrahim Nasution. M . S c . dan Dr. Ir. Kooswardono Mudikdjo, sebagai anggota).

Perencanaan tata ruang wilayah di Indonesia dalam

perkembangannya dilakukan dengan orientasi wilayah permukiman perkotaan dan dengan orientasi sektor sarnpai terbentuknya Undang-undang Nomor 24 Tahun 7992 tentang Penataan Ruang Wilayah. Akibatnya rencana tata ruang yang ada sekarang sulit untuk dioperasionalkan dan di lapangan menimbulkan banyak permasalahan. Untuk itu diperlukan perencanaan tata ruang dengan pendekatan pedesaan dan berbasis lahan sesuai dengan semangat Undang-undang Nornor 24 Tahun 1992 tersebut. Selanjutnya permasalahan dalam implementasi tata ruang terjadi karena rencana tata ruang yang disusun masih bersifat parsial, belum mengakomodasikan kepentingan sektoral dan kebutuhan masyarakat. Untuk itu perencanaan tata ruang yang partisipatif merupakan suatu kebutuhan.

(13)
(14)

seluas 15.026 hektar (0.4 persen), areal penggunaan lain 51 .I43 hektar (1,5 persen) dan kawasan penyangga seluas 455.845 hektar (1 3,4 persen).

Analisis perbandingan antara rencana tata ruang berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 3 0 Tahun 1993 dengan kondisi penggunaan lahan tahun 1996 menunjukkan adanya permasalahan dalam irnplementasi tata ruang yang meliputi masalah tumpang tindih penggunaan lahan dan alih

fungsi lahan. Timbulnya permasalahan tersebut antara lain karena rencana tata ruang yang disusun itu belum mengintegrasikan kebutuhan sektoral dan

belum mengakornodasikan kebutuhan masyarakat. Selanjutnya dengan

perencanaan tata ruang yang partisipatif seperti dilakukan dalam penelitian

ini, permasalahan itu dapat dikurangi. Selain itu, rencana tata ruang yang

dihasilkan dalam penelitian ini juga cukup mampu menjawab kebutuhan masyarakat seperti perluasan kesempatan kerja (diproyeksikan 900 ribu

sampai 3.3 juta orang per tahun); peningkatan pendapatan masyarakat (diproyeksikan PDRB per kapita per tahun sebesar 3,14 juta rupiah) dan kepentingan konservasi.

Pranata sosial di wilayah penelitian mendukung pengembangan partisipasi masyarakat terutama pada tahap pelaksanaan pernbangunan

dalam bentuk gotong royong. Selain itu juga partisipasi masyarakat cukup

potensial untuk dikembangkan pada tahap perencanaan tata ruang karena pada dasarnya masyarakat sudah terlibat dengan substansi tata ruang,

walaupun belum mernahaminya dalam pengertian teknis dan yuridis.

Selanjutnya dalam perencanaan tata ruang ditetapkan kawasan

andalan sebagai prioritisasi implementasi tata ruang. Berdasarkan

kebijaksanaan pembangunan Daerah Larnpung diidentifikasi parameter

utama yang dapat berpengaruh pada penetapan kawasan andalan daerah

meliputi : pertumbuhan ekonomi dan daya tarik investasi. ketenaga kerjaan, akses sumber daya alarn dan degradasi lingkungan, kondisi infrastruktur dan

(15)
(16)

ABSTRACT

Spatial Planning by Involving Public Participation, Using Geographic Information System Technique

Spatial planning involves many aspects, such as agent of development, knowledge and technique. There are many considerations to be noted in order to formulate the plan.

The purpose of this research is to find out a model of spatial planning using land basis and involving public participation and supported by Geographic Information System. This system has been widely used in spatial planning for its capabilify to collect, analyse and retrieve data whenever necessary.

The research was conducted in Lampung Province covering all six regencies and one municipality from which information required was obtained by sampling from 75 districts and 126 villages, including 787 respondents selected purposively.

(17)

PENATAAN RUANG WILAYAH

DENGAN PERAN SERTA MASYARAKAT,

MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Oleh

: Siti Nurbaya Rusli

PSL 93.536

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor

Pada

Program Pasca Sarjana, lnstitut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

B O G O R

(18)

Judul Penelitian : PENATAAN RUANG WILAYAH DENGAN PERAN SERTA MASYARAKAT, MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Narna Mahasiswa : Siti Nurbaya Rusli

Nomor Pokok : PSL 93.536

Menyetujui :

1. KOMlSl PEMBlMBlNG

Prof. Dr. Ir. Rubini Atmawidjaja, M.Sc Ketua

/

Prof. Dr. Ir. F. Gunarwan Suratmo, M.F.

Anggota Anggota

-I

&

Prof. Dr.

Ir.

Lutfi lbrahim Nasution. M.Sc. Dr. Ir. Kooswardono Mudikdio

Anggota Anggota

2. KETUA PROGRAM STUD1 M PASCA SARJANA

/

Prof. Dr. Ir. F. Gunarwan Suratmo, M.F Guhardja, M.Sc.

(19)

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1956 di Jakarta, sebagai

putri ke-lima dari delapan bersaudara dari ayah Mohammad Bakar dan Ibu

Sari Banon. Pada Tahun 1968, penulis lulus dari SD Muhammadiyah Ill

Jakarta dan lulus dari SMP Negeri 50 Jakarta tahun 1971. Penulis lulus dari

SMA Negeri VIII, Jakarta jurusan llmu Pasti Alam pada tahun 1974 dan

memasuki lnstitut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1975, lulus pada tahun

1979 dari Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian (FATEMETA), IPB.

Pada tahun 1985. penulis dikirim tugas belajar oleh Pemerintah Daerah

Tingkat I Lampung dan BAKOSURTANAL, mengikuti program master degree

(S2) pada International Institute for Aerial Survey and Earth Sciences (ITC)

di Enschede, Belanda pada Jurusan Rural and Land Ecology Survey dan lulus pada tahun 1988 dengan gelar Master of Science. Pada tahun 1993.

penulis ditugaskan belajar oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Lampung untuk program S3 pada lnstitut Pertanian Bogor, Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Sejak tahun 1979, penulis mengabdi sebagai seorang Pegawai Negeri

Sipil (PNS) pada jajaran Pemerintah Daerah Tingkat 1 Lampung yaitu pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Tahun 1996 hingga

saat ini penulis menjabat sebagai Wakil Ketua BAPPEDA Tingkat I

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadapan Tuhan YME. karena dengan rahmat dan perkenan-NYA penulis dapat menyelesaikan kegiatan

penelitian dan menuangkannya dalam tulisan berbentuk disertasi, sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh geiar doktqr pada Program Pasca

Sarjana, lnstitut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi penulis

sarnpaikan kepada Yth. Bapak Prof. Dr. Ir. Rubini Atmawidjaja. MSc Ketua

Komisi Pembimbing dan Bapak Prqf. Dr. Ir. F. Gunarwan Suratmo.

M.F.

serta Bapak Prof. Dr. Ir. Lutfi lbrahirn Nasution. M.Sc.. Bapak P r ~ f . Dr. Barizi.

M.E.S dan Bapak Dr. Ir. Kooswardono Mudikdjo atas dorongan belajar serta bimbingan yang tulus dan tak henti-hentinya untuk berbagai pengetahuan

yang sangat berharga. Demikian pula disampaikan terima kasih kepada Mrs. Prof. Dipl. Ing. Schroteler von Brandt dari Universitat Gesamthochtschule Siegen, Germany atas bimbingan selama studi pustaka perencanaan wilayah

di Jerman. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Yth. Bapak Prof

Dr. Ir. Edi Guhardja dan Bapak Prof. Dr.lr Kamaruddin Abdullah, Direktur dan

Asisten Direktur Pasca Sarjana IPB, Bapak Letjen TNI Poedjono Pranyoto.

dan Bapak Drs. Oemarsono, Gubernur KDH Tingkat I Lampung dan jajaran

Pimpinan Pernerintah Tingkat I Lampung atas dukungan fasilitas dan

(21)

Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo. M.Sc.. Guru Besar Universitas Lampung selaku

penguji luar. Terima kasih juga disampaikan kepada teman-ternan : Nung,

Widia. Sri, Urnar, Ina, Beben. Nia. Puji, Lucky, Irfan, Fahrizal, Rahma. Dila,

Sueb. Ferry, Tole. Marlon, Seno, Dani, Ella dkk yang selalu setia

rnendarnpingi dalam penyelesaian studi serta semua teman yang ada di

Lampung, Jakarta dan Bogor yang sulit disebutkan satu persatu atas

bantuan, dorongan semangat dan iringan doa yang sangat besar artinya.

Terirna kasih secara khusus disampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Aniati

Murni, Bapak Ir. Punvanto. M.Sc. dan Bapak Ir. Trisnoyono dari Pusilkorn

UI yang banyak rnemberikan bimbingan dan sangat membantu dalam

pengembangan program sistem pakar. Kepada Ayah dan Ibu yang telah tiada

disampaikan ucapan terirna kasih atas bimbingan dengan contoh dan

keteladanan yang diberikan selarna hidup bersama-sama. Terima kasih juga

disampaikan kepada kakak dan adik-adik terutama Yuli yang sangat banyak

membantu terutama dalarn masa-rnasa sulit selarna perjalanan studi.

Akhirnya, kepada kak Rusli, Ruri dan Andes, suami dan anak-anak tercinta

disampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas pengertian,

pengorbanan, dorongan moril, doa, kasih sayang dan terutama kesabaran

dalam penderitaan secara terus menerus ditinggalkan belajar.

Semoga seluruh amal perbuatan tersebut diatas mendapatkan

batasan yang berlipat ganda dari Allah SVVT.

(22)

DAFTAR IS1

Halaman DAFTAR GAMBAR

...

xiv

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR LAMP IRAN

. . .

. . .

. .

.

. . .

. . .

. .

.

. . .

. . . .

. . .

. . xviii

I. PENDAHULUAN

A. Perkembangan Tata Ruang Wilayah di Indonesia ...

B. Latar Belakang Permasalahan ... C. Perumusan Masalah

D.

Kerangka Pemikiran

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

...

... 2. Ksgunaan Penelitian

...

F. Hipotesis ...

I . TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Wilayah dan Tata Ruarlg

1. Komitmen Pemanfaatan Surnber Daya Alam Secara Lestari

. . .

.

.

. . . .

. .

.

.

.

. . .

. -.. . .

. . .

,

. . .

. . .

. . .

.

2. Perencanaan Tata Ruang Wilayah ...

B. Teknik Perencanaan Tata Guna Lahan

(23)

C

.

Teknik Sistern lnforrnasi Geografis dan lndra Jauh

. .

...

.

I Definisi dan P r ~ n s ~ p

2

.

Prosedur Kerja Sistem lnformasi Geografis ...

.

.

3 . Apl~kas~ SIG ... D

.

Teknik Sistem Pakar Untuk ldentifikasi Kawasan Andalan E

.

Partisipasi dalarn Perencanaan

. .

.

.

... 1

.

Definlsl dan Prlns~p

2

.

Faktor dan Kornponen Partisipasi ...

3

.

Partisipasi dalarn Perencanaan Tata Ruang ...

Ill

.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELlTlAN

A

.

Lingkungan Fisik

.

... 1 Letak Geografi

. ... 2 Geologi

... 3

.

Geornorfologi dan Fisiografi

4

.

lklim ... 5 . Tanah ...

...

.

6 Surnber Air

. ... 7 Vegetasi Alarn

5

.

Lingkungan Sosial Ekonorni

...

.

1 Administrasi Pernerintahan

... 2 . Penduduk dan Tenaga Kerja

3

.

Penggunaan Lahan ... 4

.

lnfrastruktur wilayah ...

... 5 . Dukungan Budaya Daerah

IV

.

METODE PENELlTlAN

. .

... A

.

Lokasi Penellt~an
(24)

D

.

Teknik Perencanaan Tata Ruang dan Aplikasi Sistem Pakar Untuk Penetapan Kawasan Andalan ...

. .

E

.

Analisis Part~s~pasi ... ... ... F . lntegrasi Model Perencanaan Tata Ruang ...

V

.

HASlL DAN PEMBAHASAN

A . Penyusunan Rencana Tata ruang Wilayah

...

1

.

Kesesuaian Lahan

...

.

.

...

2

.

Arahan Penggunaan Lahan

B

.

Kajian Tata Ruang Wilayah Lampung

1

.

Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah ... 2

.

Analisis Tata Ruang Wilayah Berdasarkan Peraturan

... Daerah

3

.

Analisis Perbandingan Rencana Tata Ruang Lampung C

.

ldentifikasi Kawasan Andalan dan Aplikasi Sistern Pakar

1

.

ldentifikasi Kawasan Andalan Lampung ... 2

.

Metode Penyusunan Knowledge Based System (KBS)

... Untuk Kawasan Andalan

D . Analisis Partisipasi Tata Ruang Wilayah

1

.

Paradigma Partisipasi Pernbangunan Daerah ... 2 . Partisipasi dalam Penataan Ruang ... 3

.

Partisipasi Masyarakat Dalam Kerangka Kerja

Perencanaan Tata Ruang ...

.

.

...

VI KESIMPULAN DAN SARAN

...

.

A Kesimpulan

...

.

B Saran

... DAFTAR PUSTAKA

(25)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I 1 12

Skema permasalahan tata ruang ... Tahapan proses evaluasi lahan ...

Sistem analisis penampalan sig ... Peta administrasi Propinsi Lampung ...

. .

Peta prasarana flslk ... Peta lokasi penelitian ...

.

.

... Alur kerja partisipasi masyarakat ...

lntegrasi model analisis ... Kekayaan fauna taman nasional Way Kambas ...

... Kekayaan flora taman nasional Bukit Barisan Selatan Peta arahan penggunaan lahan terpadu ...

Skema penggunaan ruang untuk lebih dari satu kegiatan ... Analisis struktur informasi terlibat daiam penetapan

. .

...

prlorltas

Peta kawasan penyangga Propinsi Lampung ...

Konfigurasi prioritas program wilayah kabupaten ... Perbandingan RSTRP dan Land Use 1996 ... Perbandingan RSTRP dan Arahan Tata Ruang ... Area indikatif bermasalah ...

Peta lokasi kawasan andalan lampung ...

Aturan keputusan penetapan kategori kawasan

... andalan

Peta dukungan wilayah kawasan andalan ... Pendekatan perencanaan tata ruang partisipati ...

(26)

DAFTAR

TABEL

Halaman Perkembangan areal permukiman dan prasarana

Lampung . . . . ..

. . .

.

. . .

.. . .

. . . ... . .. .

. . .. .

.

.

. . . .

.

. .

.

. .. .. . .

. . . ..

. . I D Input dan output pada setiap langkah perencanaan

tata guna lahan ... ... 3 1 Karakteristik sensor indra jauh ... ... ... ... 38 Ciri utama jenis-jenis tanah di Lampung ... 54 Administrasi pemerintahan propinsi dati I Lampung . .

. .

57 Jumlah penduduk (jiwa), kerapatan (jiwal~m') dan 59

Tingkat perturnbuhan (%), tahun 1990 dan 1995 .. ...

... .

Sebaran penduduk Lampung berdasarkan lapangan

kerja utama ... ... ... ... ... 60

Penggunaan lahan Propinsi lampung ... 60

.

.

Jumlah fastl~tas umum ... ... 6 1 Kecamatan, jumlah desa dan jumlah responden yang

diteliti ... . .

. . .

. . . .. . ..

. . .

. . .. .. . .

. .. ... . .

. . ...

.

..

. . . .

. .

.

. .. ... . 67

Kelompok informasi yang digali dan jumlah pertanya-

an dalam wawancara pada tiap responden ... 70

Jenis informasi sekunder dari tiap unit kerja dan

swasta .. . .

.

..

.

.. . . .. . .. . .. . .

. . .

. . . .. . . .. .. , .. . . , ..

. .

. . . . 72

Tipe penggunaan lahan dan faktor pertumbuhan ... .... 8 1

Tipe penggunaan lahan (LUT) dan kornoditi yang di-

usulkan

.

.. . . ... ..

.

.

. ..

... .. ...

.

..

...

.

.. . .. . .. .. .

.. . ..

.. . .. ... ... ..

.

82 Kelompok sektor pengguna lahan dan tipe peng-

gunaan lahan (LUT) ... 85 Rencana penggunaan lahan Propinsi Lampung 1998

-

(27)

Perbandingan penyerapan tenaga kerja dari rencana penggunaan lahan dan kondisi 1995 ...

Perkiraan penyerapan tenaga kerja dan gross

product ... Rencana penggunaan iahan rnenurut kabupaten ...

Catatan masalah tata ruang menurut kabupaten ... Perbandingan sebaran penggunaan lahan dan tata ruang wilayah Larnpung ... Perbandingan luas penggunaan lahan dari berbagai

... sumber

Visi

.

rnisi dan prioritas pernbangunan daerah Lampung ...

Parameter setiap toiok ukur untuk berbagai kategori

... kawasan andalan

Perturnbuhan ekonorni propinsi lampung dan

... nasional

Laju perturnbuhan produk dornestik regional bruto menurut sektor atas dasar harga konstan ... Kontribusi sektor usaha terhadap pdrb (1 991 -1 995) ... Kesempatan kerja rnenurut sektor usaha ...

Jurnlah penduduk lampung menurut dati ii. 1992 dan ... 1996

Analisis impact-matrix kawasan andalan ...

... Sebaran penggunaan kawasan andalan

Nilai skor kawasan andalan berdasarkan kelornpok ... parameter

Has~l frekwensi poligon pengukuran klasifikasi ... kawasan andalan

Persentase penilaian menurut pakar hasil penilaian ... kornputer

(28)

... Partisipasi dalarn diskusi desa

Pendapat masyarakat dan tanggapan aparat desa ...

Kualitas partisipasi masyarakat dan tokoh

... masyarakat

Pandangan responden atas cara yang paling banyak dilakukan dalam partisipasi rnasyarakat ...

Gotong royong masyarakat dan tokoh rnasyarakat dalam kegjatan desa ...

Pendapat responden tentang kelompok yang paling

berpengaruh di masyarakat desa ... Tingkat pendidikan aparat dart rnasyarakat ... Tanggapan responden tentang permasalahan desa yang paling rnenonjol ... Produktivitas individu dalam rnernperoleh penghasilan di tahun-tahun mendatang ... Tanggapan responden tentang masalah lingkungan

(29)

DAFTAR LAMPIRAN

... 1

.

Daftar Peraturan Perundangan Dalarn Subyek Tata Ruang

... 2 . Kuesioner Observasi Fisik dan Desa

... .

3 Kuesioner Untuk Carnat

. . . .

4 Kuesioner Untuk Aparat Desa

. . .

.

5 Kuesioner Untuk Tokoh Masyarakat

...

.

6 Kuesioner Untuk Masyarakat

7

.

Rincian Karakteristik Satuan Lahan ... ... 8

.

Karakteristjk Satuan Lahan Untuk Pertarnbakan

... 9 . Karakteristik Satuan Lahan Untuk Pariwisata

10 . Karakteristik Satuan Lahan Untuk Perrnukirnan . . .

11

.

Atribut Penggunaan Lahan Untuk Komoditi Tanaman Pangan

.

... Perkebunan. Rurnput dan Turi

12.Atribut Penggunaan Lahan Untuk Tarnbak Udang ... 13

.

Atribut Penggunaan Lahan Untuk Kehutanan ... 14 . Persyaratan Penggunaan Lahan Untuk Tanarnan Pangan

.

... Perkebunan, Rurnput, dan Turi

15 . Persyaratan Penggunaan Lahan Untuk Kayu-kayuan ... 16.Persyaratan Penggunaan Lahan Untuk Tambak Udang ... 17

.

Persyaratan Penggunaan Lahan UntukTaman Berrnain . . . 18 . Persyaratan Penggunaan Lahan Untuk Perrnukiman ...

19 . Data Kesesuaian Lahan Tiap Poligon Satuan Lahan Menurut lernbar Peta . . . 20

.

Deskripsi Kawasan Andalan ... 21 .Data Rinci Penggunaan Lahan Kawasan Andalan ... 22.Analisis Sidik Ragarn Partisipasi Dalam Diskusi Desa ... 23.Analisis Sidik Ragarn Kualitas Partisipasi Masyarakat dan

dukungan Tokoh Masyarakat ...

(30)

24.Analisis Sidik Ragam Gotong Royong Masyarakat dan Tokoh ... Masyarakat Dalam Kegiatan Desa..

25.Analisis Sidik Ragam Pendapat Responden Tentang Kelornpok yang Paling Berpengaruh di Masyarakat

... Desa

26.Analisis Sidik Ragarn Tingkat Pendidikan dan Aparat ... Masyarakat

27. Analisis Sidik Ragam Tanggapan Responden Tentang Perrnasalahan Desa Yang Paling Menonjol ... 28.Analisis Sidik Ragam Produktifitas lndjvidu Dalam Mem-

Peroleh Penghasilan di Tahun-tahun Mendatang ... 29. Analisis Sidik Ragam Tanggapan Responden Tentang

Masalah Lingkungan Yang Paling Menonjol ... 30. Anatisis Sidik Ragam Pandangan Responden Untuk

Perbaikan Tata Ruang ... 31 .Analisis Sidik Ragam Perubahan Penggunaan Lahan

Menurut Aparat dan oleh Masyarakat ... 32.Analisis Sidik Ragam Cara Pengarnbilan Keputusan

Perubahan Penggunaan Lahan ...

(31)

BAB l

P E N D A H U L U A N

A. Perkembangan Tata Ruang Wilayah di Indonesia

Penataan wilayah di lndonesia telah dilakukan sejak pemerintahan

Hindia Belanda berdasarkan peraturan perundangan tahun 1903 mengenai

stadsgemeente. Hingga tahun 1945 terdapat dua buah peraturan perundangan tentang regentschaps ordonantie dan stadsgemeente yaitu peraturan Nomor 74 Tahun 1924 dan Nomor 365 Tahun 1926 yang

diperuntukkan bagi penataan permukiman perkotaan. Hal tersebut terus

berkembang sampai dengan masa awal pemerintahan Republik lndonesia

tahun 1948; penataan wilayah dilakukan dengan peraturan tentang

pemerintahan daerah perkotaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 168

Tahun 1948. Perkembangan selanjutnya mengenai pengaturan tanah-tanah

negara, dan kepentingan sektoral sampai dengan tahun 1974 diatur dalam

sebanyak 10 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Pola pengaturan

sektoral ini terus berkembang, hingga tahun 1987 mulai diatur wilayah kota

dan desa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang

Ketentuan-ketentuan Perencanaan Tata Ruang Kota dan Daerah. Dengan

dilahirkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan

Ruang, semakin dipertegas usaha penataan ruang dengan pendekatan

(32)

2 terdapat sebanyak 35 buah peraturan perundangan yang terkait dengan tata

ruang. (Supriyatno, 1996). Daftar peraturan perundangan pada Lampiran 1.

Peraturan perundangan yang ada berpengaruh pada pemerintah setaku

pelaksana dan pada masyarakat. Sebagai contoh, kegiatan perencanaan

dan penyiapan dokumen tata ruang wilayah ditakukan dengan metode

perencanaan wilayah yang berorientasi permukiman perkotaan. Rencana

tata ruang yang disusun dengan cara demikian itu, dalam implementasinya di

daerah mengalami banyak permasalahan, karena cara penyusunan yang

tidak sesuai dengan kebutuhan yang berorientasi pedesaan.

B.

Latar Belakang Permasalahan

Untuk mencapai kelahiran Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang telah ditempuh jalan yang sangat panjang sejak

tahun 1980. Berdasarkan berbagai seminar dan diskusi yang digelar selama

itu, belum pernah dapat disepakati oleh para ahli tata ruang Indonesia

tentang hal-ha1 yang rnendasar seperti batasan ruang, wilayah, lahan, tanah

serta rnasalah-masalah operasional seperti metode perencanaan tata ruang.

Narnun demikian, ha1 penting dan merupakan kebutuhan esensial ialah

kesepakatan adanya tuntunan daiam penataan ruang yang rneliputi tuntunan pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian. Persoalan lanjut yang

kernudian menjadi fokus dalam penelitian ini ialah apakah tuntunan

(33)

3

acuan dalam bentuk metode sederhana yang dapat secara operasional

dilaksanakan di daerah. Bagi praktisi yaitu para perencana di daerah.

masalah pokok dalam penataan ruang terletak pada masalah metode

penyusunan rencana tata ruang yang kemudian dapat berlanjut pada

pelaksanaan dan pengendalian tata ruang itu sendiri. Contohnya seperti

penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang karena berbagai

ha1 diantaranya ketidaksesuaian dengan harapan pengguna lahan.

Perencanaan dengan pendekatan partisipatif antara lain, akan dapat

mengurangi permasalahan tersebut. Sejauh ini juga masih sangat terbatas

keberadaan referensi ataupun keahlian khusus bidang tata ruang di

Indonesia yang merupakan salah satu kesulitan dalam usaha-usaha

mempersiapkan perencanaan tata ruang wilayah yang baik dan operasional.

Rencana tata ruang yang baik dan operasional mensyaratkan keseimbangan

pengembangan dan jaminan kesinambungan ekonomis dari berbagai

komponen ruang atau sumber daya yang direncanakan peruntukannya itu.

Agenda 21 Indonesia, Section 111 Land Resources Management, Chapter 7 2 , secara jelas menyebutkan usulan kegiatan untuk periode 1998- 2003 yaitu memperkuat proses dan prosedur perencanaan tata ruang. Pada

butir enam secara spesifik dijetaskan perlunya menetapkan prosedur, proses

dan standar perencanaan tata ruang yang cukup fleksibel untuk diterapkan

pada berbagai kondisi geografis di Indonesia.

Pasal 33 ayat tiga

U U D

1945 menetapkan bahwa bumi, air dan
(34)

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kernakmuran rakyat. lrnplikasi dari

itu ialah pembangunan nasional dengan pemanfaatan dan pengelolaan

sumber daya alam serta penetapan wajib mernbayar pajak bagi yang

memperoleh manfaat atas bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya. Hak negara untuk menguasai dan mengatur pokok-pokok

kemakmuran seperti dimaksud pasal 33 ayat tiga UUD 1945 tersebut.

dipertegas dalam pasal delapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ditegaskan bahwa :

Sumber daya alarn dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kernakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah. Untuk rnelaksanakan ketentuan sebagairnana dimaksud, pemerintah :

a. Mengatur dan mengernbangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup;

b. Mengatur penyediaan, peruntukan. penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup, dan pemanfaatan kembali sumber daya alarn. terrnasuk sumber daya genetika secara lestari;

c. Mengatur pembuatan hukum dan hubungan hukum antara orang danlatau subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap surnber daya alam dan sumber daya buatan, terrnasuk surnber daya genetika;

d. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai darnpak sosial;

e. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Arah Pembangunan Jangka Panjang kedua yang terrnuat dalam GBHN 1993

dan ditegaskan dalam GBHN 1998 yang rnenyatakan bahwa

Pendayagunaan sumber daya alarn sebagai pokok-pokok kemakmuran agar dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab

dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan

mengutarnakan sebesar-besar kernakrnuran rakyat serta

(35)

Arahan ini telah menuangkan secara implisit prinsip pernbangunan

berkelanjutan dengan mengintegrasikan pengelolaan lingkungan hidup

didalamnya. Sasaran pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan dalam

Undang-Undang No. 2311997, pasal ernpat, yaitu untuk :

a. Tercapainya keselarasan, keseras~an dan keseirnbangan antara manusia dan lingkungan hidup;

b. Terwujudnya manusia lndonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan rnernbina lingkungan hidup;

c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi rnasa depan;

d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup; terkendalinya pemanfaatan surnber daya secara bijaksana; terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha danlatau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencernaran danlatau perusakan lingkungan hidup.

Bentuk nyata kegiatan pengaturan pengelolaan surnber daya alam seperti

dimaksud adalah penataan ruang yang dibuat dengan tuntunan pernerintah.

Kegiatan penataan ruang wilayah rnenjadi penting karena dinarnika

pembangunan berjalan searah dengan kegiatan-kegiatan eksploitasi surnber

daya alarn dalarn suatu wilayah. Dalarn upaya pengelolaan sumber daya

alarn dan lingkungan hidup seperti perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pernanfaatan sumber daya alam dan lingkungan diperlukan data dasar yang

akan menjadi landasan perencanaan dan pernantauannya dari waktu ke

waktu. Data dasar surnber daya alam dan lingkungan tersebut tidak saja

baik rnenurut jenis dan rnutu data tetapi juga ketersediaannya secara

(36)

6

merupakan salah satu upaya yang penting untuk ketersediaan data dasar dimaksud dalam sistem yang kompak dan kontinyu.

Menghadapi tantangan ke depan pada Pembangunan Jangka

Panjang Kedua, cukup arif untuk belajar dari perkembangan Pernbangunan

Jangka Panjang Pertarna. Pertumbuhan ekonomi secara nasional mencapai

rata-rata sekitar tujuh persen per tahun; pada saat ini di koreksi akibat krisis

moneter yang terjadi dan tingkat inflasi yang tinggi sehingga diproyeksikan pertumbuhan ekonomi secara nasional dalam Tahun Anggaran 199811999

menjadi no1 persen. Perkembangan pertumbuhan ekonomi difasilitasi oleh

berbagai kebijaksanaan pemerintah serta fasilitas penggunaan lahan untuk

investasi. Selama periode REPELITA I hingga akhir REPELITA VI

pertumbuhan investasi secara nasional merupakan ha1 yang mutlak dengan

perkiraan kontribusi 27 persen dari investasi pemerintah dan 73 persen dari

investasi swasta (untuk propinsi Lampung tercatat 65 persen investasi swasta

dan 35 persen investasi pemerintah). Dalam rangka itu pemerintah telah berupaya memberikan kemudahan dalam pengembangan investasi nasional

seperti upaya-upaya deregulasi diantaranya dalam bidang perizinan

penggunaan lahan untuk investasi sepertj tertuang dalam kebijaksanaan

PAKTO 93. Fasilitas dasar yang menjadi acuan dalam perizinan dimaksud

tidak lain ialah dokumen perencanaan zona-zona wilayah yang cermat yang landasan hukumnya telah digariskan dengan dasar Undang-undang Nomor

24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang. Selain itu, tuntutan penggunaan

(37)

7 toleransi penggunaan lahan dan ruang yang sebesar-besarnya untuk tujuan

pertumbuhan ekonomi, dengan sejauh mungkin mernpertimbangkan

kepentingan-kepentingan pelestarian alam. Perturnbuhan ekonomi yang tinggi itu, disamping mendorong ekspor, juga mendorong usaha-usaha

bidang ekonorni lokal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan

peningkatan kualitas proses produksi (teknologi), produk serta kuantitasnya,

yang dikenal sebagai produksi subsisten seperti sudah menjadi tradisi. Pada

kenyataannya saat ini, perkembangan swasta itu disamping membebani

pemerintah dengan utang-utangnya juga dirasakan memberikan

permasalahan lingkungan hidup seperti konflik penggunaan lahan, alih fungsi

lahan, kebakaran hutan, erosi dan lain-lain. Keadaan seperti ini secara nasional terjadi di berbagai daerah terrnasuk di Lampung yang merupakan

salah satu propinsi yang berkernbang cukup dinamis. Melihat perkembangan secara nasional saat ini dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional no1

persen diproyeksikan investasi swasta akan lebih sulit dan proyeksinya

dalam perencanaan saat ini menurun karena melumpuhnya beberapa sektor

usaha. Perencanaan pembangunan saat ini lebih menekankan pada usaha-

usaha pembangunan oleh pemerintah dengan mengembangkan sebanyak-

banyaknya perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat atau pola padat

karya. Dengan demikian rumusan kombinasi investasi pembangunan 73 : 27

secara nasional atau 65 : 35 untuk Propinsi Lampung antara swasta dan

pemerintah untuk tahun depan dan selanjutnya akan sulit diramalkan lagi.

(38)

8 perorangan makin perlu didorong rnaju untuk mengisi kekurangan akibat

kesulitan yang dialami oleh usaha-usaha skala besar. Usaha ini sekaligus

merupakan upaya untuk makin mengernbangkan peran serta masyarakat

yang nyata dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Bagi negara dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang (dengan jumlah penduduk

miskin sekitar 31 juta orang) potensi partisipasi masyarakat dalam usaha

pertumbuhan ekonomi cukup besar dan untuk itu diperlukan desain program

pembangunan dengan pola partisipasi masyarakat yang sesuai. Sejalan

dengan makin menonjolnya peran berbagai unsur masyarakat dalam

pembangunan daerah seperti dunia swasta dan anggota masyarakat tani

misalnya, maka upaya-upaya pengaturan ruang wilayah dan eksploitasi

sumber daya alam perlu dilakukan dengan mengernukakan partisipasi masyarakat. Pada perkembangan kernajuan masyarakat selanjutnya sesuai

dengan sernangat GBHN 1993 makin tegas pada GBHN 1998, diharapkan

partisipasi masyarakat akan berkembang secara lebih spontan dalam

pembangunan bangsa dalam wujud rasa memiliki dan tanggung jawab atas

perkembangan pembangunan bangsa termasuk dampaknya pada

lingkungan. Secara tegas dijelaskan pembangunan nasional dilaksanakan

dengan sebesar-besarnya partisipasi masyarakat. Hal itu dicantumkan pula

dalam Agenda 21 Indonesia Chapter 7 2 untuk mendorong partisipasi dalam

perencanaan tata ruang untuk masa-masa yang akan datang dengan cara

lebih mengakomodasikan kepentingan umum dengan melibatkan kelompok-

(39)

9

dan demokratis. Persoalan lebih lanjut adalah bentuk-bentuk dan ukuran

partisipasi rakyat yang secara operasional dapat dilaksanakan serta sesuai

dengan sasaran perlu dirumuskan.

C. Perurnusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi Daerah Lampung yang cukup tinggi pada

setiap REPELITA dan rata-rata 8,9 persen per tahun dalam Repelita VI

berpotensi menimbulkan masalah-masalah tata ruang seperti konflik

pembangunan dan pelestarian, konflik penggunaan lahan, kerusakan

vegetasi hutan, perambahan hutan, dan alih fungsi lahan. Sebagai gambaran, dalam Tahun Anggaran 199711 998, dengan proyeksi

pertumbuhan ekonomi sebesar 10,5 persen dibutuhkan investasi senilai 3.7

trilyun rupiah dan 2.8 trilyun berasal dari investasi swasta dan masyarakat. lnvestasi swasta diperkirakan berasal dari rencana investasi berbasis

pertanian. Untuk pertumbuhan investasi yang demikian pesat dari Repelita

ke Repelita di Lampung, tercatat pertambahan penggunaan lahan untuk Hak

Guna Usaha Perkebunan Besar mencapai sekitar 490.000 hektar selama 10

tahun dari tahun 1986 hingga tahun 1996. Masalah tata ruang yang paling menonjol di Lampung secara garis besar dapat dikelompokkan berupa

masalah konflik budidaya dan fungsi lindung, masalah konflik antar jenis

penggunaan budidaya dan masalah-masalah konsewasi lahan yang

(40)

? 0 tekanan penduduk. Masalah konflik antar jenis penggunaan budidaya

cenderung ditunjukkan oleh alih fungsi lahan, seperti konversi lahan

pertanian ke non-pertanian. Alih fungsi lahan pertanian menjadi areal

permukiman serta sarana jalan, pelabuhan dan areal industri dari Repelita II

hingga Repelita VI seperti dijelaskan pada Tabel

I ,

meliputi 67.309 hektar.

Tabel I. Perkembangan areal permukiman dan prasarana di Lampung

Sumber : BAPPEDA Tinakat I Lampung (1907. diolah).

Periode

REPELITA II

REPELITA Ill REPELITA IV

REPELITA V

REPELITA VI

Masalah-masalah tersebut secara umum disebabkan oleh tekanan

penduduk dan tuntutan perkembangan ekonomi, tidak konsistennya

peraturan serta karena ketidakserasian sektoral (Gambar I). Dari hal-ha1

yang berkembang tersebut, dikaitkan dengan penelitian ini, dapat diringkas

masalah-masalah tata ruang secara umum di propinsi-propinsi di Indonesia

terutama di Lampung, yang meliputi :

a. Terjadinya penyimpangan pemanfaatan dari rencana tata ruang yang

telah ditetapkan;

Luas Areal Permukiman dan Prasarana (Hektar)

122.016

127.277

153.536

173.96q

189.326

Persentase Perluasan Areal (%)

4,31

20,63

13,30

(41)

Masalah Tata Ruang

F

-

Peraturan Pemndangan kurang konsisten

t

t

[image:41.580.71.488.66.521.2]

I

Gambar 1. Skema Permasalahan Tata Ruang

b. Terjadinya alih fungsi lahan terutarna dari lahan pertanian menjadi lahan

Konservasi terabaikan Konflik budi daya clan

Fungsi lindung

non pertanian seperti areal tanaman pangan lahan kering menjadi areal

Konnik antar jenis budi daya

sawah rnenjadi permukiman.

A A

c. Rencana tata ruang yang ada masih bersifat parsial berdasarkan

P

- Tekanan penduduk

-

Tuntutan penurnbuhan ekonorni

-

Ketidakserasian sektoral

kebutuhan sektor, belum terintegrasi.

-

d. Rencana tata ruang juga belum memenuhi keinginan rnasyarakat,

ditunjukkan dengan banyaknya desa di kawasan hutan produksi dan

(42)

12 e. Metode perencanaan tata ruang wilayah di daerah belum dirurnuskan untuk menjadi petunjuk teknis yang sederhana seperti yang dibutuhkan.

D. Kerangka Pemikiran

Salah satu upaya potensial dafam pemecahan masalah-masalah tata

ruang dapat dilakukan ialah dengan pengembangan kesadaran masyarakat

yang diawali dengan langkah penting yaitu perencanaan yang

mengakomodasikan peran serta masyarakat dalam penggunaan ruang.

Konsepnya secara urnum adalah prinsip bahwa kehidupan rnanusia pada

dasarnya berkenaan deng& faktor lingkungan ekologis, lingkungan ekonorni

dan lingkungan sosial yang saling berkaitan dan diatur melalui hukum, aturan-aturan lokal dan tradisi. Timbulnya masalah antara lain karena ketiga

faktor ini tidak berjalan secara harmonis. Mernpelajari penggunaan ruang

berrnasalah tersebut, pada dasarnya dapat dilakukan eliminasi rnasalah

dengan perencanaan yang lebih cermat dan arif untuk menghindari konflik

dengan pilihan-pilihan penggunaan lahan yang lebih rnengakornodir

kebutuhan nyata. Perencanaan itu lebih ditekankan pada kebutuhan berdasarkan persyaratan budidaya, persyaratan manajemen dan persyaratan konservasi, yang pada hakekatnya adalah pendekatan menggunakan rnetode evaluasi dan perencanaan lahan. Berdasarkan tujuan pernbangunan daerah

yang telah digariskan, dapat diidentifikasi adanya kebutuhan akan perubahan

(43)

13

penggerakan sebesar-besarnya partisipasi masyarakat. Selanjutnya dengan

kebutuhan yang demikian dilakukan dua kegiatan pokok yaitu analisis potensi

sumber daya alam serta analisis permasalahan daerah. Dalarn analisis

masalah itu dipertimbangkan lingkungan strategis yang berkembang saat ini,

seperti kebijaksanaan pembangunan secara nasional maupun

perkembangan lain yang cukup berpengaruh pada sistern perekonomian

Lampung antara lain dengan adanya akses perdagangan ekspor pelabuhan

Panjang dan sistem kerjasama pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura

(IMS-GT) serta Australia. Selain itu juga hal-ha1 yang berkernbang di

masyarakat seperti sistem pertanian komoditi tradisional, besarnya angkatan

kerja yang belum terserap dalam lapangan kerja dan masalah-rnasalah

lingkungan lainnya. Untuk pembangunan daerah analisis potensi surnberdaya

dilakukan secara garis besar meliputi analisis sumber daya lahan dan analisis

sumber daya air. Kegiatan analisis sumber daya air dilakukan secara khusus

untuk kepentingan-kepentingan pembangunan khusus pengairan, konstruksi

dam, pengendalian banjir dan penataan drainase. Analisis sumber daya

lahan dilakukan secara umum dan rnenyeluruh dan mempertimbangkan air

sebagai salah satu faktor lahan, sama seperti vegetasi, tanah serta faktor

lainnya dan menghasilkan gambaran kondisi lahan yang dapat dijelaskan

kemampuannya untuk berbagai penggunaan lahan yang direncanakan.

Rencana penggunaan yang diusulkan harus menjawab kebutuhan produksi,

peningkatan pendapatan masyarakat atau petani, penyediaan lapangan kerja

(44)

? 4 Berdasarkan rencana penggunaan ini diperoleh lahan yang sesuai yang

dirumuskan berdasarkan pertimbangan kesesuaian iahan secara fisik dan

dukungan sosial ekonomi serta kebijaksanaan masing-masing sektor pengguna lahan. Dalam prosesnya, ditetapkan aturan dasar

(rule-base)

yang rnerupakan kombinasi dari kebijaksanaan sektor dan pertimbangan

kebutuhan masyarakat yang saling berinteraksi.

E.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

I. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk menemukan pola perencanaan tata ruang yang melibatkan partisipasi masyarakat dengan

menggunakan Teknik Sistem lnformasi Geografis. Untuk mencapai tujuan

utarna itu terdapat tujuan spesifik yang menunjang, sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi permasalahan tata ruang yang ada, dalam hubungannya

dengan perencanaan.

b. Mengidentifikasi pola partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan

kegiatan perencanaan tata ruang.

c. Mengernbangkan cara untuk pengambilan keputusan dalam penentuan

(45)

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat rnernberikan kontribusi; baik

kontribusi ilrniah rnaupun kontribusi bagi pembangunan daerah. Bagi

kepentingan ilmiah, penelitian ini rnernberikan kontribusi berupa :

a. Pengembangan model integrasi dari berbagai metode yang ada yaitu :

rnetode land inventory, land evaluation, land use planning dan teknik sistern inforrnasi geografis, teknik sistem pakar serta teknik rapid rural appraisal.

b. Pengembangan ukuran-ukuran analisis partisipasi dan ukuran-ukuran

penetapan kawasan andalan secara sederhana.

Selanjutnya penelitian ini diharapkan rnernberikan kontribusi pada

pernbangunan daerah, yaitu berupa :

a. Rumusan metode perencanaan lahan yang sederhana dan bisa dilakukan

oleh perencana daerah.

b. Pengernbangan cara-cara operasional pelibatan partisipasi rnasyarakat

dalarn kegiatan perencanaan tata ruang.

c. Rurnusan cara cepat dan sederhana dalarn rnenetapkan kawasan

andalan di daerah.

d. Rumusan tata ruang wilayah Larnpung dalarn bentuk peta grafis skala

(46)

16

F. H i p o f e s i s

Dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis untuk mencapai tujuan utama, yaitu :

"Perencanaan tata ruang yang partisipatif dapat dibangun dengan integrasi

berbagai metode

dan

melibatkan partisipasi masyarakat yang

memperhitungkan data dan inforrnasi fisik, biologi, sosial dan ekonomi

secara paralel".

Sedangkan untuk tujuan yang spesifik, dijabarkan hipotesis sebagai berikut : a. Perencanaan tata ruang yang masih bersifat parsial, belum

mengintegrasikan kepentingan sektoral dan belurn mempertimbangkan

kebutuhan masyarakat, dapat menimbulkan beberapa permasalahan tata

ruang.

b. Partisipasi masyarakat rnasih sangat kurang dalam perencanaan tata ruang, walaupun sudah cukup baik dalam pernbangunan secara umum.

(47)

BAB I1

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Wilayah dan Tata Ruang

7 Komitmen Pemanfaatan Sumber Daya AIam Secara Lestari

Kebijakan ekonomi makro suatu negara seringkali dikaitkan dengan

keberadaan sumber daya alam, seperti diperlihatkan dalam : permintaan

terhadap barang-barang sumber daya alam baik dari dalam negeri maupun

dari luar negeri, perhitungan kekuatan sumber daya alam yang dimiliki,

seperti minyak bumi dan perhitungan kemampuan ekspor serta lebih jelas lagi pada ukuran tingkat pendapatan daerah yang sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan sumber daya alamnya. Dalam Garis-garis Besar Haluan

Negara ditegaskan bahwa sumber daya alam merupakan salah satu modal

dasar bagi terlaksananya pembangunan nasional yang sangat dipengaruhi

keberadaannya oleh faktor geologi, hidrologi, klimatologi, geografi, demografi

dan sosial budaya. Eksploitasi sumber daya alam tanpa batas demi

kebutuhan manusia sudah menimbulkan kekhawatiran penduduk dunia

terhadap perubahan ekosistem dan lingkungan hidup yang menjurus kepada terganggunya peradaban manusia. Diadakannya Konperensi antar Parlemen

di Washington DC ('l990) dan disusul oleh Konperensi Tingkat Tinggi Bumi

di Rio De Janeiro (1992) menunjukkan kepedulian akan masa depan

(48)

18

Salah satu dari kesepakatan tersebut adalah Agenda 21, yang memberi arah

bagaimana pembangunan dapat berlanjut ditinjau dari kepentingan sosial,

ekonomi dan lingkungan, untuk pengentasan kemiskinan dan mencegah

kerusakan lingkungan.

Soerianegara (1977) mendefinisikan pengertian surnber daya alam

yang dihasilkan dari berbagai pendapat ahli seperti Bishop (1 958), O'Riordian

(1 971 ), Chapman (1 969), Ireland (1 974), lsard (1 972) sebagai berikut :

Sumber daya alam adalah aset di dalam pembangunan yang diperlukan untuk kesejahteraan manusia yang pemanfaatannya perlu lestari dan tidak menimbulkan degradasi lingkungan.

Zonneveld (1979) menjelaskan sumber daya alam sebagai unsur bentang

alam yang rnemiliki komponen biotik dan abiotik tersedia untuk memenuhi

kebutuhan manusia secara lestari. Pengertian lestari mengandung pesan

pentingnya suatu usaha terencana dalam memanfaatkan, menghemat dan rnemulihkan sumber daya alam. Sumber daya alam merupakan bahan baku

yang dapat berbentuk iklim, sinar surya, gelombang, air, tanah, flora dan

fauna. Semuanya ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

manusia. ldentifikasi sifat fisik sumber daya alam seperti iklim, tanah. air,

flora dan fauna merupakan usaha pendahuluan yang sangat bijaksana untuk kegiatan perencanaan jangka panjang, yang lebih efisien, karena fisik alam

yang relatif tidak mudah berubah. Untuk perencanaan jangka pendek (satu

sampai lima tahun) dapat dipakai, setelah pertimbangan sosial ekonomi

(49)

19

Komponen sumber daya alarn berinteraksi rnelalui proses kimia, fisika, biologi

dan antropogenik rnenghasilkan lahan dengan tanah sebagai komponen

utamanya. Bentang lahan adalah unit-unit lahan yang dibentuk secara alamiah dan ditunjukan oleh suatu luasan dan ruang tiga dimensi.

Pembentukan bentang lahan diukur rnenurut jangka waktu pembentukan, dari

titik awal sarnpai rnenghasilkan suatu kondisi yang dikehendaki. Bentang lahan sendiri bersifat statis, namun komponennya bisa bersifat dinarnis yang

akan menentukan kualitas bentang lahan itu sendiri. Sehubungan dengan

sifat dinarnis dan statis dari berbagai kornponen bentang lahan, dalam setiap

rencana penataan ruang suatu wilayah, perlu diperhatikan untuk dianalisis

hal-ha1 yang rneliputi : strategi pembangunan yang baik untuk suatu daerah;

model perencanaan yang didukung oleh ketersediaan data yang diperlukan

dan pengaruh dari berbagai faktor eksternal dan internal.

2. Perencanaan Tata Ruang Wilayah

Berbagai istilah dipergunakan untuk rnenggambarkan wilayah atau

region

seperti : area, distrik, teritorial, daerah kornando atau ternpat operasi.

Secara historis, wilayah juga rnemiliki tahapan evolusi, dirnana pada era

peradaban nornaden, masyarakat tidak dapat

survive

tanpa akses wilayah

geografis untuk pangan dan bahan rnentah. Selanjutnya pada masa

peradaban, wilayah dibagi menurut aliran lembah sungai dan disini juga

(50)

20 wilayah neraka dan wilayah surga serta akhirnya pada masa revolusi industri. wilayah kemudian berkembang dengan indikasi komersial yaitu ketersediaan

mineral, tambang. Wilayah pada dasarnya sangat penting sebagai suatu

dasar konsep yang menunjukkan dunia yang nyata. (Branch, 1988). Wilayah

menjadi penting karena keterlibatannya yang nyata datam perencanaan dan

pengelolaan suatu kegiatan, apalagi dengan makin padatnya penduduk

hingga lebih dari enam miIyar jiwa; dengan kegiatan yang didukung oleh

teknologi yang makin kompleks serta dengan keadaan yang makin sangat

sensitif terhadap lingkungan, wilayah menjadi sangat penting dipelajari dan makin perlu diperhatikan. Branch (1988) memberikan definisi tentang wilayah

sebagai :

suatu ruang yang dapat diukur, dengan safu atau lebih karaMeristik umum yang ditetapkan oleh alam atau dideliniasi oleh manusia untuk digambarkan atau diuraikan, untuk dianalisis, dikelola afau untuk tujuan lain.

Studi tentang perencanaan wilayah khususnya perkotaan sudah banyak

ditulis sejak dua-ratus tahun yang lalu. Dijelaskan pula bahwa perencanaan

wilayah dilakukan secara bertahap menurut keperluan dan contoh yang

diberikan mulai dari perencanaan wilayah untuk militer, dilanjutkan dengan perencanaan wilayah untuk keperluan komersial; untuk kepentingan institusi

pemerintahan dan selanjutnya untuk masyarakat. Perencanaan wilayah

secara lengkap rneliputi : program, proyek dan rencana konstruksi. Secara

umum prinsip-prinsip perencanaan kota dan wilayah dapat dilakukan untuk

(51)

3-C yaitu : corridors, centers dan clusters. Penggunaan lahan yang digambarkan dikonfirmasikan dengan tujuan spasial tersebut. Dalam

referensi ini terlihat bahwa tujuan spasial utama terlihat pada perkotaan

dengan kegiatan-kegiatan permukiman kota, industri, komersial, pendidikan,

rekreasi dan lain-lain yang didukung dengan penggunaan lahan lainnya (non

perkotaan) seperti penggunaan lahan untuk kayu-kayuan, tanaman,

peternakan dan lahan rawa. Menurut Hardjowigeno dan Nasution (1990),

perencanaan penggunaan lahan seperti ini merupakan pegangan penting

dalam perencanaan tata ruang. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahwa

penatagunaan lahan merupakan kegiatan awal dari usaha-usaha penataan

ruang dimana penatagunaan lahan mewadahi pengaturan kegiatan-kegiatan

yang secara langsung menggunakan lahan seperti pertanian, pariwisata,

pertarnbangan, areal permukiman dan sebagainya. Selanjutnya penataan

ruang dengan landasan itu merancang dinamika interaksi penataan tersebut

seperti rnisalnya penataan transportasi, dan penataan wilayah-wilayah

berkembang pesat. Selanjutnya Rietveld (1 980) mengemukakan beberapa

instrumen dalam perencanaan wilayah secara umum meliputi :

a. Standarisasi, misalnya : emisi gas rumah kaca yang dapat berpengaruh pada alokasi lahan pertanian atau industri.

b. Formulasi preskripsi, misalnya : rencana tata kota, rencana tata guna lahan yang akan berpengaruh ke arah mana wilayah akan dikembangkan.

c. Penyediaan infrastruktur, misalnya : jalan, yang berpengaruh pada tatanan pengembangan wilayah dengan penyediaan sarana.

(52)

e. Penetapan lokasi untuk keperluan pemerintah misalnya perkantoran. pusat pemerintahan lokal, yang dapat berpengaruh pada arah pengembangan suatu wilayah.

Masih banyak lagi aspek lain yang berpengaruh pada perencanaan wilayah

seperti : aspek legal, kebijakan, pendekatan negara donor, minat investasi,

serta proyeksi lingkungan. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa segala

masalah dan persoalan terliput didalam subjek ini.

Penataan ruang wilayah adalah pengaturan penggunaan lahan melalui pengelompokkan penggunaan lahan ke dalam unit-unit yang

homogen ditinjau dari pertimbangan keseragaman fisik, ekonomi, sosial.

budaya, pertahanan dan keamanan. Penataan ruang dimaksudkan untuk

membenahi penggunaan lahan yang sedang berjalan dengan tujuan meningkatkan efisiensi sehingga keluaran yang diharapkan adalah yang

terbaik dalam dimensi kurun waktu dan ruang tertentu. Dengan demikian

secara transparan dalam peta skala tertentu, sesuai menurut

kepentingannya, dapat dilihat zonasi fahan menurut peruntukannya, antara

lain : kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan, pertambakan,

permukiman, kawasan industri, kawasan pertambangan, kawasan rekreasi

dan pariwisata, kawasan fasilitas umum dan sebagainya (FAO, 1989). Apa yang akan terjadi dalam penataan ruang bisa merombak tatanan yang sudah

ada, tetap mempertahankan tatanan (penggunaan lahan) yang ada atau

kombinasi diantara keduanya. Penataan ruang atau alokasi pemanfaatan

(53)

23

ruang oleh pernerintah melalui peraturan perundangan; mekanisrne pasar

dan kornbinasi antara pengaturan pernerintah dengan rnekanisrne pasar.

(Hardjowigeno dan Nasution, 1990). Upaya-upaya untuk penataan ruang di

Indonesia telah rnengalarni perjalanan sejarah yang panjang. Dalam usaha

itu, pada saat ini telah ada Undang-undang Nornor 24 Tahun 1992 tentang

penataan ruang yang diharapkan dapat rnenjadi acuan secara nasional.

Sebagai petunjuk pelaksanaannya telah dikeluarkan Peraturan Pernerintah

Nornor 69 Tahun 1996 tentang tata cara peran serta rnasyarakat dalam

penataan ruang. Pada saat ini pernerintah sedang rnernpersiapkan

rancangan Peraturan Pernerintah tentang penatagunaan lahan. Tujuan

urnum dari penataan ruang sesuai pesan dalarn Pasal 3 Undang-undang

Nornor 24 Tahun 1992 rneliputi :

a. Penataan ruang rnerupakan penataan bentang lahan yang rnernbedakan

kawasan lindung dan kawasan budidaya dengan mernperhatikan dampak

lingkungan derni kesejahteraan rnasyarakat dan ketahanan nasional.

b. Penataan kawasan lindung rneliputi kawasan resapan air, suaka alam,

tarnan nasional dan tarnen wisata alarn; sedangkan penataan kawasan

budidaya rneliputi hutan tanarnan, perrnukiman, perindustrian, pertanian,

peternakan, pertahanan dan kearnanan.

c. Penataan ruang dari aspek adrninistrasi rneliputi penataan wilayah

nasional, propinsi, kabupaten dan kotarnadya.

Penataan ruang wilayah Nasional, Propinsi Daerah Tingkat I dan wilayah

(54)

24

tetapi juga mencakup ruang lautan dan ruang udara sampai batas tertentu.

Penataan ruang sernacam itu berkaitan dengan wadah kegiatan rnasyarakat

di daerah seperti batas ketinggian bangunan, penggunaan jembatan

penyeberangan yang diperlebar untuk pertokoan dan sebagainya.

Essensi tata ruang menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992

adalah rencana tata ruang, pedoman pemanfaatan ruang, dan cara

pengendalian pernanfaatan ruang (Pasal 13,15, dan 17

U U

Nomor 2411 992).

Perencanaan tata ruang pada dasarnya merupakan perumusan penggunaan

ruang secara optimal dengan orientasi produksi dan konservasi bagi

kelestarian lingkungan. Perencanaan tata ruang wilayah mengarahkan dan

mengatur alokasi pemanfaatan ruang, mengatur alokasi kegiatan, keterkaitan

antar fungsi kegiatan, serta indikasi program dan kegiatan pembangunan.

Penyusunan rencana tata ruang harus setalu dilandasi pemikiran perspektif

menuju ke keadaan pada masa depan yang didarnbakan, bertitik tolak dari

data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dipakai, serta

memperhatikan keragaman wawasan kegiatan tiap sektor. Perkembangan

masyarakat dan lingkungan hidup berlangsung secara dinamis. llrnu

pengetahuan dan teknologi juga berkembang pesat seiring dengan

berjalannya waktu. Oleh karena itu, agar rencana tata ruang yang telah

disusun itu tetap sesuai dengan tuntutan pernbangunan dan perkembangan

keadaan, rencana tata ruang dapat ditinjau kembali atau disempurnakan

(55)

25

Dalam perencanaan tata ruang wilayah, dilakukan kegiatan

penetapan alokasi ruang yang dibangun berdasarkan rnetode dan kriteria-

kriteria. Kriteria penetapan tata ruang wilayah belurn secara tajarn digariskan

berdasarkan ketentuan hukurn rnisalnya Peraturan Pernerintah, Keputusan

Menteri dan sebagainya. Sejauh ini belurn dapat diidentifikasi persyaratan

teknis pemanfaatan ruang yang bersifat urnurn atau dapat dipakai secara

nasional yang ditetapkan dalam suatu peraturan kecuali secara garis besar

dalarn Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung.

Secara parsial sudah ada, seperti halnya pada penetapan hutan lindung

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nornor :

837/kpts/UMIII11980. Pendekatan perencanaan tata ruang rnelalui

perencanaan tata guna lahan seperti diutarakan Hardjowigeno dan Nasution

(1990) dilakukan dengan cara penilaian terhadap lahan dan kornponen-

kornponennya (tanah, air, iklirn, dan lain-lain) untuk rnernenuhi kebutuhan

rnanusia yang selalu berubah rnenurut waktu dan ruang.

6. Teknik Perencanaan Tata Guna Lahan

7. Konsep Perencanaan Penggunaan Lahan

Kebutuhan rnanusia akan pangan, air, bahan bakar, pakaian dan

perurnahan tergantung kepada ketersediaan lahan ; yang pada kenyataannya

terbatas. Dengan rnakin banyaknya penduduk dan rneningkatnya keinginan,

(56)

26

harus berubah dengan adanya permintaan baru dan ini rnembawa konflik

diantara para pengguna lahan. Perencanaan untuk besok bukan semata-

mata pekerjaan akademik diatas kertas, akan tetapi selalu mempunyai tujuan

yang spesifik yang disusun dari berbagai keadaan dengan kondisi tersebut.

F A 0 (1976, 1984 dan 1989) secara umum mengarahkan perencanaan penggunaan sumber daya lahan yang terbatas itu dengan upaya-upaya yang

meliputi :

a. Penilaian akan kebutuhan saat ini dan yang akan datang dan secara

periodik melakukan evaluasi atas lahan untuk memenuhi kebutuhan

tersebut.

b. Mengatasi konflik berbagai penggunaan lahan, baik individual maupun

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan masyarakat yang

akan datang.

c. ldentifikasi alternatif penggunaan yang berkelanjutan dan memilih pilihan

yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan.

d. Perencanaan dengan kebutuhan perubahan.

e. Belajar dari kesalahan-kesalahan.

Seluruh proses tersebut berkaitan satu sama lain dan tingkat yang dicapainya

akan berubah-ubah sesuai dengan keiengkapan informasi yang diperoleh

dari waktu ke waktu. Perencanaan untuk menetapkan penggunaan lahan

yang baik bukan merupakan ha1 baru. Para petani sudah sejak lama

melakukan itu, sesuai dengan kebutuhannya sendiri, dengan pengelahuan

(57)

27

tenaga kerja yang ada pada rnereka. Akan tetapi perencanaan tata guna

lahan bukan sernata-mata perencanaan pada tingkat petani, tetapi juga

rnelibatkan kepentingan rnasyarakat secara luas. Adanya kebutuhan

rnanusia rnendorong adanya proses perencanaan. Petani lokal, pemakai

lahan lain dan rnasyarakat yang lebih luas yang bergantung pada lahan

rnerupakan satu fokus dalam perencanaan tata guna lahan. Pada sisi yang

lain perencana juga harus rnempertimbangkan aspek kebutuhan mereka,

kemarnpuan teknis, tenaga kerja serta modal yang dapat menjadi kontribusi

rnereka. Suatu tata guna lahan yang terencana harus dapat diterima oleh

rnanusia yang hidup disana. Pendekatan pelarangan dengan peraturan, tidak

akan berhasil dijalankan. Harus selalu diupayakan alternatif kesempatan

untuk menggunakan lahan, dan melalui informasi dan pendidikanlpenyuluhan

digambarkan kepada petani hal-ha1 yang baru akan terjadi bila sesuatu

dilakukan atau sebaliknya dan seterusnya. Fokus lainnya dalam

perencanaan tata guna lahan ialah surnber daya lahan jtu sendiri. Sumber

daya lahan pada dasarnya tetap, tidak berubah dan berpindah; dan pada

tempat yang berbeda akan rnernberikan kesempatan yang berbeda dan

penanganan yang berbeda pula. Harnpir dapat selalu dikatakan bahwa

perencanaan penggunaan lahan ialah seleksi sebaran lahan untuk tujuan

yang spesifik. Elemen lainnya dalarn perencanaan ialah pengetahuan

tentang teknologi penggunaan tahan seperti agronomi, silvikultur, peternakan,

dan lain-lain. Perencanaan tata guna lahan juga seringkali mendorong

(58)

28

yang juga harus dinilai dalam perencanaan. Keputusan akan penggunaan

lahan tidak selalu berdasarkan pada kesesuaian lahan, akan tetapi harus

mempertimbangkan permintaan akan produk dan tujuan khusus atas wilayah

tersebut. Jadi, perencanaan tata guna lahan harus memadukan hal-ha1

sebagaimana dikemukakan oleh F A 0 (1989) :

a. lnformasi kesesuaian lahan

b. Permintaan akan alternatif produk dan penggunaan

c. Kesempatan untuk meluaskan permintaan tersebut dengan ketersediaan

lahan yang ada sekarang dan akan datang

d. Harus bekerja pada sistem kelembagaan yang ada.

Di negara-negara berkembang, perencanaan tata guna lahan umumnya terbagi dalam skala nasional, propinsilkabupaten dan desa. Pada

setiap skala, tetap diperlukan strategi perencanaan, kebijakan yang memberikan indikasi prioritas dan rencana operasional kegiatan. Tingkat

kerincian serta partisipasi penduduk lokal berbeda pada setiap skala.

Perencanaan tata guna lahan skala nasional meliputi :

a. Kebijakan tata guna lahan yang dapat memenuhi kebutuhan sumber daya

dari sektor-sektor yang berbeda;

b. Pembiayaan diperoleh secara nasional atau dari pinjaman luar negeri;

(59)

Pada skala propinsilkabupatenldesa, perencanaan meliputi : a. Tata letak drainase lokal, irigasi dan konservasi tanah.

b. Tata letak infrastruktur, garis jalan, fasilitas dan pernasaran.

c. Penanaman tanaman spesifik pada lahan tertentu.

d. Pada tingkat desa praktek perencanaan sarna seperti pada tingkat

kabupaten; namun bersifat secara lokal.

Perencanaan dengan skala yang berbeda ini membutuhkan informasi

yang berbeda dan kebanyakan dari inforrnasi tersebut dalam bentuk peta.

Untuk perencanaan nasional diperlukan peta 1:1.000.000 sarnpai

1 : 1.500.000, untuk skala propinsilkabupaten peta 1 :50.000 sampai 1 :250.000

dan untuk skala desa pada peta 1:5000 sampai 1 :20.000.

Rencana tata guna lahan di daerah dikoordinasikan oleh Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah dan implernentasi rencana dilaksanakan oleh sektoral, seperti : pengairan, kehutanan, pertanian, perhubungan,

perumahan, sektor swasta, organisasi, rnasyarakat dan perorangan. Kegiatan perencanaan tata guna lahan pada setiap skala perencanaan, baik

nasional, propinsilkabupaten maupun desa, rneliputi 10 langkah kegiatan

seperti diutarakan dalam F A 0 Guidelines (FAO, 1989). Setiap langkah rnerupakan suatu proses yang mernerlukan input dan akan rnenghasilkan output seperti terlihat pada Tabel 2. Urutan pekerjaan yang ditakukan

(60)

a. Kerangka acuan

b. Rencana Kerja

c. Permasalahan

d. Tipe penggunaan lahan

e. Peta kesesuaian lahan

f. Alternatif penggunaan lahan

g. Alternatif terpilih

h. Rencana penggunaan lahan

i. Pelaksanaan

j. Peninjauan kembali (sesuai keperluan)

Prosedur perencanaan tata guna lahan dengan metode F A 0 cukup

relevan dipakai untuk kondisi Indonesia dimana metode ini dikembangkan

secara empiris dengan percobaan-percobaan di Indonesia. Metode ini

bersifat komprehensif dan dengan pendekatan holistik, mulai dikembangkan

sejak 1976 dan percobaan-percobaan di lapangan dilakukan sejak 1978

hingga 1983. Metode evaluasi lahan oleh F A 0 berkembang dengan alat pendukung otomatisasi, komputer yaitu dalam bentuk Land Evaluation Computer System (LECS) serta Aufomated Land Evaluation System (ALES).

Metode evaluasi lahan yang lain yang juga banyak digunakan di Indonesia

khususnya pada pembangunan proyek-proyek irigasi ialah metode United

(61)

Tabel 2. Input dan Output Pada Setiap Langkah Perencanaan Tata Guna Lahan.

Langkah ke-

I

PROSES

I

INPUT

t

OUTPUT I

Kerangka acuan Langkah ke-1

I

Langkah ke-2 Perencanaan

I

kegiatan

I

I

I

Pengorganisasian kerja Rencana kerja Penetapan sasaran

dan landasan peraturan

Langkah ke-4 Mernilih

!

I

penggunaan lahan yang menjanjikan

1. Kebijakan penggunaan lahan

2. Kendala kelernbagaan 3. Pengalaman lokal

Langkah ke-3

Langkah ke -5

Strukturisasi masalah dan peluang Langkah ke-6 Langkah ke-7

1

Evaluasi kesesuaian lahan Penilaian alternatif Pernilihan alternatif terbaik

Langkah ke-8 Merumuskan rencana

1. Kendala hukum 2. Penilaian desa secara

cepat

Pernecahan rnasalah

1. Sistern infomasi lahan 2. Survey sumber daya

lahan

3. Evaluasi lahan (fisik) Analisis lingkungan sosial

i

ekonorni Studi prasyarat penggunaan lahan

Diskusi pernerintah dan masyarakat

Spesifikasi tipe penggunaan lahan

Kegiatan perencanaan struktural

Peta kesesuaian lahan

Pernilihan penggunaan lahan yang dapat dipercaya

Usulan penggunaan lahan

Rencana penggunaan lahan

Langkah ke-9 Implementasi

I

I

Koordinasi kegiatan

I

Kegiatan oleh pernakai

rencana sektoral lahan

Langkah ke- Evaluasi dan revisi Pengalaman lokal Revisi rencana

penggunaan lahan

1

Sumber : F A 0 (1 989).

dengan pendekatan fisik, narnun kurang mempertirnbangkan faktor sosial dan

[image:61.567.51.478.42.528.2]
(62)

32

penataan ruang sebagai tindakan operasionalnya rnernerlukan pengertian

tentang :

a. Kemampuan dan kesesuaian lahan dan agihannya di setiap kawasan

pembangunan.

b. Ketercapaian dan keterbatasan setiap kawasan pembangunan yang

menentukan keterbukaan kornunikasi dan kelancaran lalu lintas orang dan

barang.

c. Teknologi pengembangan lahan dan teknologi produksi yang tersedia,

dalarn rnasyarakat, yang memenuhi kriteria : dapat diterapkan secara teknis, layak secara ekonomi, terhasratkan secara sosial, baik

menurut wawasan lingkungan, terkelolakan secara ketata-prajaan dan

dapat diterima secara politik.

d. Kelembagaan masyarakat yang berpengaruh atas penggunaan lahan.

2. Pendekatan satuan lahan (Land Unit)

llmu yang rnernpelajari benta

Gambar

Gambar 1. Skema Permasalahan Tata Ruang
Tabel 2. Input dan Output Pada Setiap Langkah Perencanaan Tata Guna
Gambar 2. Tahapan Proses Evaluasi Lahan (FAO, 1976; Dimodifikasi)
Tabel 3. Karakteristik Sensor lndra Jauh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pandangan yang kedua, bahwa Pancasila selaras dengan syariat, dapat menjadi jawaban yang moderat, hingga pada satu titik, Pancasila terentas dari objek perdebatan antara menolak atau

Penulis menggunakan metode deskriptif analisis sebagai pendekatan kuantitatif yang merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui sifat dan hubungan yang lebih mendalam

Bu çalışmada; Isparta Gölcük Tabiat Parkı’nda, 1990 yılında dikilen Toros Sedir’lerinin, dört farklı anakayadan oluşmuş topraklardaki gelişimi (boy ve dip

Program kegiatan yang tercantum pada dokumen ini adalah mendasar pada Perubahan Rencana Kerja (Renja) Tahun 2017, dimana indikator sasaran Bappeda (IKU Bappeda) berbeda

Bagi TV yang tidak terdapat tombol power on/off pada perangkatnya maka pemutusan arus listrik dikendalikan lewat stop kontak yang terintegrasi dengan sistem yang

Untuk alasan kerahasiaan, partisipan penelitian hanya disebut sebagai partisipan A, B, C dan seterusnya. Partisipan A berusia 25 tahun dan lajang. Partisipan berasal

Proses penetapan target retribusi parkir di Kota Semarang melibatkan beberapa dinas/lembaga, antara lain; Dishubkominfo Kota Semarang, Pemerintah Kota Semarang (DPKAD

Selain itu setidaknya ada tujuh kebijakan moneter Islam yang dianggap dapat mengendalikan inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: dinar dan dirham