• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Pesan Nonverbal dalam Breakdance (Studi Deskriptif makna Pesan Nonverbal dalam Breakdance Kelompok Wolf Squad di Kota bandung Tahun 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makna Pesan Nonverbal dalam Breakdance (Studi Deskriptif makna Pesan Nonverbal dalam Breakdance Kelompok Wolf Squad di Kota bandung Tahun 2013)"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

1 Grafindo Persada.

Effendi, Uchjana, Onong, 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung.: PT. Citra Aditya Bakti

Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy & Jalaludin Rakhmat. 2003. Komunikasi Antar budaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Jurnal dan Karya Ilmiah:

Ade Lukman, 2012. Makna Pesan Non Verbal dalam “Gerak” Tarian Topeng

Klana Cirebon. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.

(2)

140

Debus di Desa Petir Kabupaten Serang Banten). Universitas Komputer Indonesia. Bandung

Sumber Internet

http://ahmadsofwan85.blogspot.com/2010/01/tujuan-komunikasi-non-verbal.html

(diposting oleh Diah Handini Mayangsari pada 25 Maret 2013) http://bboy-alvin.blogspot.com/2009/09/sejarah-breakdance.html

(diposting oleh Diah Handini Mayangsari pada 12 Maret 2013)

http://hiptwiz.blogspot.com/2012/10/sejarah-breakdance.html (diposting oleh Diah Handini Mayangsari pada 4 April 2013) http://www.kamusbesar.com/58590/tari-kejang

(diposting oleh Diah Handini Mayangsari pada 21 Maret 2013) http://syienaainie.blogspot.com/2010/11/komunitas.html

(diposting oleh Diah Handini Mayangsari pada 15 April 2013) http://tomisapari.blogspot.com/2013/03/definisi-kelompok-menurut-para-ahli.html

(diposting oleh Diah Handini Mayangsari pada 24 April 2013) http://id.wikipedia.org/wiki/Breakdance

(3)

vi

Syukur Alhamdulillahirobbil’ alamin penulis haturkan kepada Allah

S.W.T yang Maha Pengasihi dan Penyayang, atas berkah dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian Skirpsi Strata Satu yang berjudul PESAN NONVERBAL DALAM PERTANDINGAN BATTLE BREAKDANCE (Studi Deskriptif Makna Pesan Nonverbal dalam Pertandingan Battle Breakdance Kelompok Wolf Squad di kota Bandung tahun 2013) ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Karena selama penulisan banyak sekali kendala yang tak terduga serta hambatan yang peneliti hadapi. Adapun penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir yang merupakan syarat kelulusan program strata satu (S1) pada jurusan Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi kehumasan Universitas Komputer Indonesia.

(4)

vii

selama penyusunan skripsi ini baik moril maupun non moril. Sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, dan peneliti persembahkan untuk kedua orang tua yang selalu mendoakan peneliti.

Dalam melaksanakan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini juga, dengan segenap kerendahan hati, peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Yth Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

2. Yth Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) 3. Yth Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi dan public relations, yang telah memberikan pengesahan pada penelitian skripsi ini.

(5)

viii

memberikan Ilmu, Pengetahuan serta Wawasan kepada kami.

7. Yth Sekretariat Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia yang telah membantu dalam pengurusan surat-surat skripsi.

8. Agatha dan Febri, adik-adik yang telah membantu dalam penelitian di lapangan.

9. Komunitas Wolf Squad yang telah berkenan menjadi objek dalam penelitian.

10.Kakak-kakak dan Adik-adik tercinta di rumah, yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada peneliti.

11.Keluarga besar PT. Pancajaya yang sudah memberikan pengertian, semangat dan dorongan pada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih untuk waktu yang diberikan dan kesempatan kepada peneliti untuk tetap menjadi karyawan PT. Pancajaya.

12.Teman-teman di program study ilmu komunikasi angkatan 2008 dan 2009, terimakasih atas informasi perkuliahan, serta dukungan dan dorongannya. 13.Sahabat-sahabat tercinta, Selvi, Tiary, Rika, Bollo Genks terimakasih atas

semua dukungan dan suportnya.

(6)

ix

Bandung, Agustus 2013

(7)

ix

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 9

1.2.1 Pertanyaan Makro ... 9

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 9

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

(8)

x

2.1.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 12

2.1.2 Tinjauan tentang Komunikasi ... 14

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 14

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 15

2.1.2.3 Proses Komunikasi ... 16

2.1.2.4 Unsur-unsur Komunikasi ... 19

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi ... 21

2.1.2.6 Konteks-konteks Komunikasi ... 24

2.1.2.7 Prinsip-prinsip Komunikasi ... 27

2.1.3 Tinjauan tentang komunikasi Nonverbal ... 28

2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal ... 28

2.1.3.2 Fungsi Komunikasi Nonverbal ... 29

2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Nonverbal ... 32

2.1.3.4 Klasifikasi Komunikasi Nonverbal ... 33

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunitas dan Tarian ... 39

2.1.4.1 Pengertian Komunitas dan Kelompok ... 39

2.1.4.2 Pengertian Tari ... 40

2.2 Kerangka Pemikiran ... 42

2.2.1 Definisi dan Komponen-Komponen Komunikasi Nonverbal sebagai Pedoman... 42

(9)

xi

3.1.1 Asal Usul Breakdance ... 54

3.1.2 Sejarah Komunitas Wolf Squad ... 57

3.2 Metode Penelitian ... 60

3.2.1 Desain Penelitian ... 60

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 60

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 62

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 63

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 64

3.2.4.1 Uji Keabsahan Data... 66

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 68

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 68

3.3.2 Waktu Penelitian ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profile Informan ... 72

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 81

4.2.1 Hasil Penelitian ... 81

4.2.1.1 Gerakan ... 81

4.2.1.1.1 Gerakan Pembuka ... 82

(10)

xii

4.2.1.2 Ekspresi Wajah ... 95

4.2.1.3 Busana ... 97

4.2.2 Pembahasan ... 99

4.2.2.1 Gerakan pada saat pertandingan Battle Breakdance ... 102

4.2.2.1.1 Gerakan Pembuka ... 103

4.2.2.1.2 Gerakan Inti ... 114

4.2.2.1.3 Gerakan Penutup ... 121

4.2.2.1.4 Gerakan Pendukung ... 125

4.2.2.2 Ekspresi Wajah pada saat pertandingan Battle Breakdance... 133

4.2.2.3 Busana yang digunakan pada saat pertandingan Battle Breakdance... 136

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 139

5.2 Saran ... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 142

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 144

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 190

(11)

xiii

Tabel 3.1 Informan Penelitian, Informan Utama... 63

Tabel 3.2 Informan Penelitian, Key Informan ... 63

Tabel 3.3 Informan Penelitian, Informan Pendukung ... 64

Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 69

Tabel 4.1 Gerakan Pembuka I (Blow Up) ... 103

Tabel 4.2 Gerakan Pembukan II (Top Rock) ... 107

Tabel 4.3 Gerakan Pembuka III (Go Down) ... 112

Tabel 4.4 Gerakan Inti I ( Foot Work) ... 114

Tabel 4.5 Gerakan Inti II (Power Move) ... 117

Tabel 4.6 Gerakan Penutup I (Go Up) ... 121

(12)

xiv

Gambar 1.1 Gerakan Breakdance ... 5

Gambar 1.2 Gerakan Nonverbal Breakdance ... 8

Gambar 2.1 Bagan Alur Model Kerangka Pemikiran... 49

Gambar 3.1 Model Analisa Data Huberman dan Miles ... 66

Gambar 4.1 Informan Utama 1 dan Peneliti ... 72

Gambar 4.2 Informan Utama 2 dan Peneliti ... 74

Gambar 4.3 Key Informan dan Peneliti ... 76

Gambar 4.4 Informan Pendukung 1 dan Peneliti ... 78

Gambar 4.5 Informan Pendukung 2 dan Peneliti ... 79

Gambar 4.6 Gerakan Pembuka I Blow Up... 103

Gambar 4.7 Breakers melakukan Kres... 104

Gambar 4.8 Gerakan Blow Up ... 105

Gambar 4.9 Gerakan Pembuka II Top Rock ... 107

Gambar 4.10 Gerakan Top Rock ... 110

Gambar 4.11 Gerakan Pembuka III Go Down ... 112

Gambar 4.12 Gerakan Inti I Foot Work ... 114

Gambar 4.13 Gerakan Foot Work ... 115

Gambar 4.14 Gerakan Inti II Power Move ... 117

Gambar 4.15 Gerakan Power Move ... 119

(13)

xv

Gambar 4.19 Gerakan Mengambil Muka ... 126

Gambar 4.20 Gerakan Bitting ... 127

Gambar 4.21 Gerakan Menggoyangkan tangan ... 128

Gambar 4.22 Gerakan Memandang Lawan Jauh... 129

Gambar 4.23 Gerakan Menunjuk Lawan ... 130

Gambar 4.24 Gerakan Jam Tangan ... 131

Gambar 4.25 Ekspresi Wajah Meledek ... 133

Gambar 4.26 Ekspresi Wajah Galak ... 134

Gambar 4.27 Busana Breakers Ketua Kelompok Wolf Squad ... 136

(14)

xvi

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 144

Lampiran 2 : Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ... 145

Lampiran 3 : Surat Revisi Usulan Penelitian ... 146

Lampiran 4 : Lampiran Pedoman Wawancara ... 147

Lampiran 5 : Transkrip Wawancara ... 151

Lampiran 6 : Pedoman dan Hasil Observasi ... 183

Lampiran 7 : Acara Pertandingan Battle Breakdance di Bober Cafe ... 185

Lampiran 8 : Acara pada saat Pertandingan Battle Persahabatan di Monumen ... 186

Lampiran 9 : Foto Bersama Anggota Kelompok Wolf Squad ... 187

Lampiran 10 : Foto Bersama Informan Utama ... 188

Lampiran 11 : Foto Bersama Informan Pendukung ... 189

Lampiran 12 : Foto Bersama Key Informan ... 190

(15)
(16)
(17)
(18)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Gelar SarjanaStrata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Disusun Oleh : Diah Handini Mayangsari

NIM. 41808055

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(19)

1

1.1Latar Belakang Masalah

Breakdance merupakan sebuah tarian yang menggabungkan gerakan tubuh yang rumit, koordinasi, gaya dan estetika. Sebutan bagi orang yang menampilkan gerakan-gerakan breakdance adalah B-boy atau B-girl. Tarian breakdance tidak hanya merupakan cara seseorang mengekspresikan diri namun menjadi sebuah trend dan fashion bagi remaja yang menggandrunginya. Media menjadi salah satu alat penyebaran trend tarian breakdance, lewat tayangan televisi yang menayangkan tarian breakdance yang berawal dari negara Amerika hingga tersebar ke beberapa negara seperti Amerika latin, Eropa, Asia.

Di awal tahun 1970, James Brown yang merupakan sang legenda musik “Funk” menampilkan gerakan tari yang energik dengan judul lagu “Get on the

Good Foot” yang disiarkan di televisi. Banyak orang pada masa itu yang meniru gerakan James Brown dan menampilkannya pada setiap acara dan pesta. 1.

Michael Jackson adalah salah satu orang yang juga mendorong pertumbuhan Breakdance. Michael Jackson mulai memperkenalkan robot dance atau gerakan yang menyerupai robot pada lagu-lagu yang dibawakannya pada tahun 1974 di penampilan perdananya di televisi. Selain itu, di setiap penampilannya Michael Jackson juga selalu membawakan berbagai macam gerakan yang cukup melegenda, salah satunya ialah moon-walk. Michael Jackson

1

(20)

juga selalu menemukan tarian-tarian baru yang membuat siapa saja yang melihatnya langsung penasaran dan mencoba mengikuti gerakan yang dibawakannya. Pada saat itu memang hanya Michael Jackson yang cukup melegenda dengan tarian-tarian yang langsung menyebar seperti virus dan membuat orang-orang berusaha mengikuti gerakan-gerakan yang dibawakanya.2

Cara para pemain breakdance berkompetisi memang sangat mirip dengan freestyle yang biasa ditemukan pada musik Hip Hop. Para b-boy dan b-girl menunjukkan kebolehannya pada saat pertandingan battle, dimana pertandingan battle ini merupakan sebuah ajang menunjukkan kebolehan yang dimiliki oleh para breakers. Berdasarkan wawancara peneliti dengan juri pertandingan breakdance Memet menjelaskan bahwa pertandingan battle bisa dilakukan secara perorangan satu lawan satu atau bisa juga dilakukan kelompok satu dengan kelompok lain bahkan pertandingan battle bisa dilakukan didalam kelompok itu sendiri antara satu anggota dengan anggota lain. Breakers saling berhadapan untuk menunjukkan keahlian breakdancenya dan pemenang ditentukan oleh siapa yang memiliki keahlian yang melebihi setiap gerakan lawannya, semakin rumit koreografi tersebut semakin memiliki nilai tinggi bagi mereka. Selain itu gerakan-gerakan yang ditunjukkan tidak hanya sekedar koreografi tetapi dijadikan ajang komunikasi bagi mereka.

Musik menjadi salah satu elemen penting dalam breakdance, karena para breakers tentu tidak akan bisa menari tanpa musik. Bahkan kadang-kadang

(21)

musik-musik yang seru dapat menjadi sebuah inspirasi tersendiri bagi para breakers.

Musik-musik dengan irama break beat merupakan menu wajib di sini, yaitu dengan campuran musik-musik lain seperti Jazz, Soul, Funk, Electro, Electro Funk, Disco, Hip Hop, sampai R&B. Musik-musik ini tidak dibiarkan murni begitu saja, karena ada DJ yang bertugas mengolah musik tersebut sehingga akan terdengar sangat serasi dengan gerakan-gerakan yang ada.3

Di Indonesia sendiri, breakdance sudah mulai merambah dan berkembang. Berawal dari sebutannya sebagai Tari Kejang yang didefinisikan oleh para pejabat

yang sedang mengkampanyekan penggunaan bahasa Indonesia pada bahasa

Inggris.4 Yang mana dalam pengertiannya tari kejang merupakan perpaduan antara olahraga dan pantomim yg disertai gerakan akrobatis.5 Gerakan-gerakan yang diperagakan dalam tari kejang seperti gerakan orang kejang yang tersengat listrik.

Namun seiring perkembangan jaman dan semakin modern nya masyarakat dalam memandang tarian ini, breakdance digandrungi oleh para pemuda-pemudi indonesia, terbukti dari banyaknya komunitas breakdance yang terbentuk. Berdasarkan hasil survey peneliti ke beberapa Sekolah Menengah Atas di kota Bandung, breakdance bahkan menjadi salah satu ekstrakulikuler di beberapa

(22)

sekolah menengah atas di kota Bandung, diantaranya SMA Pasundan 2 Bandung, SMA Negeri 19 Bandung, SMA Negeri 24 Bandung, SMA BPI 1 Bandung dan SMA Negeri 22 Bandung,

Salah satu kelompok breakdance di Bandung yang keberadaannya cukup eksis, sekaligus menjadi objek penelitian yaitu kelompok Wolf Squad. Berdiri sejak awal tahun 2010, Wolf Squad bukan hanya sebuah kelompok breakdance saja, melainkan juga sebuah kelompok yang bergerak di bidang jasa hiburan atau entertainment, khususnya pengisi acara dalam ulang tahun Sweet Seventeen.

Kelompok ini didirikan atas keinginan untuk mengembangkan dan memasyarakatkan breakdance di kota Bandung. Selain itu juga bertujuan untuk memenuhi tingginya permintaan akan penampilan breakdance untuk memeriahkan berbagai acara. Wolf Squad didirikan oleh 2 orang yang mempunyai persamaan visi, yaitu Agatha dan Febri yang sama-sama telah berlatih dasar-dasar breakdance.

(23)

Beberapa pertimbangan peneliti memilih Wolf Squad sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut:

1. Wolf Squad merupakan kelompok breakdance yang sedang eksis di kota Bandung, terlihat dari intensitas pertandingan battle yang dilakukan hampir setiap minggu di berbagai acara.

2. Wolf Squad sering menjadi pemenang di berbagai acara battle breakdance.

3. Pengetahuan yang baik mengenai breakdance yang dimiliki para anggota kelompok Wolf Squad.

Gambar 1.1 Gerakan Breakdance

(24)

Breakdance memiliki daya tarik tersendiri, sebuah seni menari yang memiliki banyak makna dalam setiap penampilan nya yang tidak hanya dalam gerakan namun juga dalam ekspresi dan penampilan fashion nya.

Makna tersebut ditampilkan melalui isyarat-isyarat melalui gerakan, ekspresi wajah dan busana yang dibentuk sesuai kesepakatan kelompok, dan pada akhirnya akan dimengerti oleh kelompok lain pada saat battle. Gerakan-gerakan bermakna tersebut lebih banyak mengadopsi dari gerakan-gerakan breakdance di Amerika, maka selain para b-boy atau b-girl tidak ada yang mengerti makna dari gerakan tersebut.

Gerakan breakdance mengandung makna yang dikomunikasikan lewat tarian breakdance. Makna tersebut telah disepakati oleh para b-boy dan b-girl. Dalam hal ini pesan non verbal sangat melekat pada tarian breakdance, dimana setiap komunikasi mereka dilakukan tanpa kata, melainkan dengan isyarat-isyarat dalam setiap gerakan, ekspresi wajah, dan busana. Untuk itu peneliti fokus pada pesan non verbal yang tersaji dalam gerak tubuh, ekspresi wajah, dan busana.

(25)

Tari menjadi salah satu media komunikasi, dalam tarian breakdance adanya suatu proses penyampaian pesan, bentuk representasi pesan tersebut yaitu pesan nonverbal yang dapat di tandakan melalui gerakan-gerakan tarinya. Dalam sebuah tarian khususnya pada tarian breakdance memiliki kemampuan dalam mengkonstruksikan suatu pesan yang menggambarkan suatu tantangan dari satu kelompok pada kelompok lain. Pesan yang disampaikan dalam gerak tarian breakdance adalah pesan-pesan nonverbal.

Secara harfiah komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa bahasa atau komunikasi tanpa kata, maka tanda nonverbal berarti tanda minus bahasa atau tanda minus kata. Jadi, secara sederhana, tanda nonverbal dapat kita artikan semua tanda yang bukan kata-kata. (Sobur, Alex. 2006: 122)

Dalam setiap aksi breakdance, komunitas Wolf Squad tidak hanya mengekspresikan diri dan menunjukkan kemampuan menarinya tetapi juga mencoba berkomunikasi satu sama lain melalui setiap gerakan breakdance dengan simbol-simbol non verbal yang telah disepakati bersama.

Fungsi komunikasi nonverbal menurut Mark L. Knapp:

1. Repetisi-mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.

2. Subsitusi-mengganti lambang-lambang verbal.

3. Kontradiksi-menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal.

(26)

5. Aksentuasi-menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahi. (Rakhmat, Jalaluddin. 2000:287)

Metode Komunikasi Non verbal Pesan komunikasi tidak selalu dinyatakan dalam tanda-tanda verbal yakni menyatakan kata-kata yang terucap dan tertulis; sebagaian besar pesan manusia dinyatakan melalui tanda-tanda nonverbal. Inilah metode komunikasi, metode penyampaian pesan oleh manusia yang paling primitif. Pada awalnya manusia memang mulai berkomunikasi dengan cara ini, kadang-kadang kita bilang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi. Baru terjadi setelah itu, seiring berjalannya waktu, manusia mengembangkan suara dengan vokal, termasuk melalui percakapan dan pidato yang memungkinkan kejelasan dalam makna. Intinya, manusia selalu berusaha untuk berkomunikasi melalui metode apapun termasuk dengan metode nonverbal sekalipun. (Liliweri, Alo. 2011:266)

Menurut peneliti, permasalahan ini menarik untuk dikaji karena tarian breakdance memiliki koreografi yang sangat banyak, selain itu gerak tarinya pun sangat agresif, lincah dan seperti orang yang penuh ambisi. Di setiap gerak tariannya pun mengandung berbagai makna yang menunjukkan kesombongan untuk mempertontonkan keahlian para breakers. Untuk itu pokok permasalahan pada penelitian yang peneliti angkat adalah Bagaimana Pesan Nonverbal dalam Tarian Breakdance.

Gambar 1.2

Gerakan Nonverbal Breakdance

(27)

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Pertanyaan Makro

“Bagaimana Makna Pesan Nonverbal dalam Breakdance oleh Kelompok Wolf Squad di kota Bandung?”

1.2.2 Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana Makna Gerakan yang ditunjukan para pemain dalam breakdance oleh kelompok Wolf Squad di kota Bandung?

2. Bagaimana Makna Ekspresi Wajah para pemain dalam breakdance oleh kelompok Wolf Squad di kota Bandung?

3. Bagaimana Makna Busana yang dikenakan dalam breakdance oleh kelompok Wolf Squad di kota Bandung?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui Makna Pesan Nonverbal dalam Breakdance oleh Kelompok Wolf Squad di kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(28)

2. Untuk mengetahui Makna Ekspresi Wajah para pemain dalam breakdance oleh kelompok Wolf Squad di kota Bandung.

3. Untuk mengetahui Makna Busana yang dikenakan dalam breakdance oleh kelompok Wolf Squad di kota Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan mengetahui teori yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi secara umum maupun secara khusus. Tentunya menjadi penambah wawasan ilmu pengetahuan terhadap kajian ilmu komunikasi mengenai makna pesan non verbal dalam breakdance.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian yang dilakukan dapat berguna bagi peneliti yaitu sebagai aplikasi dari keilmuan yang selama perkuliahan hanya diterima secara teoritis.

2. Kegunaan Bagi Akademik

(29)

3. Kegunaan Bagi Masyarakat

(30)

12

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi skripsi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti, yaitu mengenai komunikasi nonverbal. Studi pendahulu sangat penting untuk membantu merumuskan asumsi dasar peneliti. Salah satu referensi skripsi yang peneliti ambil adalah “Makna Komunikasi Nonverbal dalam Kesenian Debus di

Kebudayaan Banten” (Studi Etnografi Makna Komunikasi Nonverbal dalam Kesenian Debus di Desa Petir Kabupaten Serang Banten). Oleh Dinda Ramadhanti, Unikom 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Makna Komunikasi Nonverbal dalam Kesenian Debus di Kebudayaan Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna ekspresi wajah,waktu, ruang/tempat, gerakan, busana dan sentuhan.

(31)

teknik analisis data yang digunakan reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa makna komunikasi nonverbal yang ada pada kesenian debus di kebudayaan banten antara lain terdapat makna nonverbal pada ekpresi wajah dari kesenian debus yang mengartikan sikap ramah tamah, waktu dimana pada pelaksanaanya kesenian debus tidak harus sesuai dan tidak dibatasi, debus banten hanya dilakukan pada ruangan tertentu seperti dipanggung, makna nonverbal gerakan pula terlihat pada gerakan-gerakan para pemain mulai dari gerakan-gerakan pembukaan, gerakan-gerakan rampak sekar, gerakan berpasangan, dan dilanjutkan pada atraksi debus. makna pada pakaian yang dikenakan para pemain debus memiliki arti kekuatan dan kebersihan hati yang ikhlas. dan yang utama dalam kesenian debus banten adalah bertujuan untuk mempererat tali siratirahim serta menjaga dan melestarikan budaya debus jangan sampai punah.

(32)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin Communis yang berarti “sama”, communico, communicatio atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut scara sama. (Mulyana, 2007:46)

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan

pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (commuicator) sedangkan orang yangmenerima pernyataan diberi nama komunikan (communicatee). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. (Effendi. 1993:28)

Pengertian komunikasi menurut Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid dalam buku yang ditulis oleh Hafied Cangara adalah:

“Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2005:19)

(33)

mengubah perilaku orang lain (komunikate). (Mulyana, 2007: 68)

Dalam kehidupan manusia komunikasi menjadi sangat penting, karena segala maksud dan tujuan satu sama lain akan dapat tercapai apabila ada komunikasi yang efektif. Komunikasi tidak hanya dapat tersampaikan melalui lisan, namun bisa dilakukan dengan berbagai cara lain, melalui media dan aspek-aspek lain diluar penggunaan kata-kata.

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Menurut Gordon I. Zimmerman et al yang ditulis oleh Deddy Mulyana dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Suatu

Pengantar” menyebutkan bahwa tujuan komunikasi dibagi

menjadi dua kategori besar, yaitu:

(34)

Effendi dalam bukunya “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi menyebutkan empat tujuan komunikasi, yaitu:

1. Mengubah sikap (to change the attitude)

2. Mengubah opini / pendapat / pandangan (to change the opinion)

3. Mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Mengubah masyarakat (to change the society) (Effendi, 1993:55)

2.1.2.3 Proses Komunikasi

Sebuah pesan komunikasi akan dapat tersampaikan atau tidak tergantung pada proses komunikasi tersebut. Effendi membagi proses komunikasi dalam dua perspektif:

1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis

(35)

2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau “melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika

tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata atau indera-indera lainnya. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis diklasifikasikan menjadi proses komunikasi di bawah ini:

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengna menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni gerak anggota tubuh, gambar, warna dan lain sebagainya.

b. Proses komunikasi secara sekunder

(36)

menggunakan media kedua ini karena komunikan yang dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya, jauh dan banyak. Kalau komunikan jauh, dipergunakanlah surat atau telepon; jikan banyak dipakailah perangkat pengeras suara; apabila jauh dan banyak, dipergunakan surat kabar, radio atau televisi.

Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien karena didukung ole teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang pula oleh teknologi-teknologi linnya yang bukan teknologi komunikasi.

c. Proses komunikasi secara linear

Proses secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face to face communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated communication).

(37)

d. Proses komunikasi secara sirkular

Dalam proses komunikasi ini terjadi feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu ada kalanya feedback tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah “response” atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.

2.1.2.4Unsur-unsur Komunikasi

Lima unsur komunikasi menurut Lasswell yang ditulis oleh Mulyana dalam bukunya, yaitu:

1. Sumber (Source)

(38)

2. Pesan

Merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan.

3. Saluran atau media

Yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikna kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal.

4. Penerima (receiver)

(39)

5. Efek

Yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubaha sikap (dari tidak setuju menjadi setuju).

Kelima unsur diatas merupakan penjabaran dari pernyataan Harold Lasswell yang menyebutkan “(cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?” (Mulyana, 2007:69-71)

2.1.2.5Fungsi Komunikasi

Rudolph F. Verderber dalam buku Mulyana, “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” mengemukakan bahwa

komunikasi mempunyai dua fungsi: “Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangan dana memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatua pada saat tertentu.”

(40)

kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadan suatu masyarakat. (Mulyana, 2007:5)

Kerangka fungsi komunikasi menurut William I. Gorden, yaitu:

1. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagian, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat.

2. Komunikasi Ekspresif

(41)

(emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal.

3. Komunikasi Ritual

Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of pasage, mulai dari upacara kelahiran, sunata, ulang tahun dan lain-lain. komunikasi ritual kadang-kadang bersifat mistik dan mungkin sulit dipahami orang-orang luar komunitas tersebut. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok.

4. Komunikasi Instrumental

(42)

Lebih ringkas fungsi komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi yang dibagi menjadi empat point, yakni:

1. Menginformasikan (to inform)

2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence) (Effendi, 1993:55)

2.1.2.6Konteks-konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor diluar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari:

1. Aspek bersifat Fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan.

(43)

3. Aspek Sosial seperti norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya.

4. Aspek Waktu yakni, kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang telibat dalam komunikasi. Maka kenalilah: komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa dengan pengertian sebagai berikut:

a. Komunikasi intrapribadi yaitu komunikasi dengan diri-sendiri.

b. Komunikasi antarpribadi yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.

(44)

tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda.

d. Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu.

e. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok.

(45)

2.1.2.7Prinsip-prinsip Komunikasi

Deddy Mulyana menjabarkan prinsip-prinsip komunikasi dalam 12 prinsip yang diambil dari definisi dan hakikat komunikasi, sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah proses simbolik

2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi

3. Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan

4. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan

5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu

6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi

7. Komunikasi bersifat sistemik

8. Semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efektiflah komunikasi

9. Komunikasi bersifat nonsekuensial

10.Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional

11.Komunikasi bersifat irreversible

(46)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal

2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal

Proses-proses verbal merupakan alat utama untuk pertukaran pikiran dan gagasan, namun proses-proses ini sering dapat diganti oleh proses-proses nonverbal. Walaupun tidak terdapat kesepakatan tentang bidang proses nonverbal ini, kebanyakan ahli setuju bahwa hal-hal berikut mesti dimasukan: isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, postur, dan gerakan tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, diam, ruang, waktu dan suara. Dalam proses non verbal yang relevan dengan komunikasi antar budaya, terdapat tiga aspek; perilaku nonverbal yang berfungsi sebagai bentuk bahasa diam, konsep waktu dan penggunanan dan pengaturan ruang. (Rakhmat, 2003:31)

(47)

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter

“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesa potensial bagi pengirim atau penerima”.(Mulyana 2007:343)

Menurut Onong Effendi dalam bukunya, lambang nonverbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi, yang bukan bahasa, misalnya kial, isyarat dengan anggota tubuh, antara lain kepala, mata, bibir, tangan dan jari. (Effendi, 1993:35)

2.1.3.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal

Fungsi komunikasi nonverbal menurut Mark L. Knapp:

1. Repetisi yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.

2. Subsitusi yaitu mengganti lambang-lambang verbal.

(48)

4. Komplemen yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.

5. Aksentuasi yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahi. (Rakhmat, 2000: 287)

Paul Ekman dalam buku yang ditulis oleh Deddy Mulyana, menyebutkan bahwa ada lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata yaitu:

1. Emblem, yakni gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan ata dapat mengatakan “saya tidak sugguh-sungguh)

2. Ilustrator, yakni pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.

3. Regulator, yakni kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.

(49)

5. Affect Display, yakni pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnnya menunjukkan perasaan takut, terkejut dan senang. (Mulyana, 2007:349)

Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya dengan menganggukkan kepala ketika sedang mengatakan “ya”, ata menggelengkan kepala ketika mengatakan “tidak”.

b. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya melambaikan tangan seraya mengucapkan “selamat

jalan”.

c. Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri. Misalnya menggoyangkan tangan dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai pengganti kata “tidak”).

(50)

buku-buku, atau melihat jam tangan menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen segera menutup kuliahnya.

e. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya, seorang suami mengatakan, “bagus,

bagus” ketika dimintai komentar oleh istrinya mengenai gaun

yang baru dibelinya, seraya terus membaca surat kabar atau menonton televisi. (Mulyana, 2007: 349-350)

2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Non Verbal

Seperti halnya komunikasi verbal yang memiliki tujuan untuk penyampaian pesan dan penyamaan makna antara komunikator dengan komunikan, komunikasi nonverbal pun mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:

1)Menyediakan/memberikan informasi. 2)Mengatur alur suara percakapan. 3)Mengekspresikan emosi.

(51)

2.1.3.4 Klasifikasi Pesan Non Verbal

Belum ada kesepakatan diantara para ahli komunikasi nonverbal tentang pesan nonverbal. Duncan menyebutkan enam jenis pesan nonverbal:

1. Kinesik atau gerak tubuh

2. Paralinguistik atau suara

3. Proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial

4. Olfaksi atau penciuman

5. Sensitivitas kulit

6. Faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik. (Rakhmat, 2000:289)

Tiga Kelompok Besar Pesan Nonverbal:

1. Pesan nonverbal visual yang meliputi kenesik, roksemik dan artifaktual;

(52)

3. Pesan nonverbal nonvisual nonauditif, artinya tidak berupa kata-kata, tidak terlihat dan tidak terdengar dan meliputi sentuhan dan penciuman.

Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari komunikasi tatap-muka adalah nonverbal, sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat nonverbal. (Mulyana, 2007:351)

Perilaku nonverbal kita terima sebagai suatu “paket” siap

pakai dari lingkungan sosial kita, khususnya orangtua. Kita tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus memberi isyarat begini untuk mengatakan suatu hal atau isyarat begitu untuk mengatakan hal lain. sebagaimana lambang verbal, asal usul isyarat nonverbal sulit dilacak, meskipun adakalanya kita memperoleh informasi terbatas mengenai hal itu, berdasarkan kepercayaan agama, sejarah, atau cerita rakyat.

(53)

nonverbal bersifat publik lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, gambar (lukisan), musik dan sebagainya.

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan nonverbal menjadi dua kategori besar, yaitu:

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan dan parabahasa.

2. Ruang, waktu dan diam

Sedangkan menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, mengkategorikan pesan-pesan nonverbal yang dianggap penting, mulai dari pesan-pesan nonverbal yang bersifat perilaku hingga pesan nonverbal yang terdapat dalam lingkungan kita, yaitu sebagai berikut:

1. Bahasa Tubuh

(54)

2. Sentuhan

Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan, seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multi-makna, dapat menggantikan seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan (jabatan tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas.

3. Parabahasa

Parabahasa atau vokalika (vocalics), merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vokal (kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, suara sengau, suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan dan sebagainya.

4. Penampilan Fisik

(55)

5. Bau-bauan

Kita dapat menduga bagaimana sifat seseorang dan selera makannya atau kepercayaannya berdasarkan bau yang berasal dari tubuhnya dan dari rumahnya. Bau minyak wangi tertentu juga dapat dikaitkan dengan situasi tertentu. Pemakaian minyak wangi tersebut dalam situasi berbeda dapat menimbulkan reaksi yang mungkin tidak menyenangkan.

6. Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi

Berbagai eksperimen memang menunjukkan bahwa lingkungan yang estetis mempengaruhi pikiran dan kenyamanan manusia, dan karenanya juga mempengaruhi interaksinya dengan orang lain.

7. Konsep Waktu

(56)

dari jati diri kita; siapa kita dan bagaimana kesadran kita akan lingkungan kita.

8. Diam

Penulis dan filosof Amerika Henry David Thoreau pernah menulis “Dalam hubungan manusia tragedi mulai bukan ketika

ada kesalahpahaman mengenai kata-kata, namun ketika diam tidak dipahami”. Sayangnya, makna yang diberikan terhadap

diam terikat oleh budaya dan faktor-faktor situasional. Faktor-faktor yang mempengaruhi diam antara lain adalah durasi diam, hubngan antara orang-orang yang bersangkutan, dan situasi atau kelayakan waktu.

9. Warna

(57)

10.Artefak

Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Aspek ini merupakan perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan yang telha kita bahas sebelumnya. Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu. (Mulyana, 2007: 353-436)

2.1.4 Tinjauan tentang Komunitas dan Tarian 2.1.4.1 Pengertian Komunitas dan Kelompok

Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.1

Berdasarkan wawancara peneliti dengan seorang senior breakers dan juri pertandingan battle, Memet menyebutkan bahwa “komunitas breakdance di kota bandung khususnya

memiliki hubungan yang cukup erat diantara kelompok satu dengan yang lainnya. Saat pertandingan battle merupakan

1

(58)

ajang silaturahmi antara kelompok satu dengan yang lainnya dan disitu juga terjadi saling tukar informasi antara mereka mengenai pengetahuan tarian breakdance.

Sedangkan pengertian kelompok menurut Homans adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.2

Dalam komunitas breakdance terbagi menjadi beberapa kelompok yang membentuk kelompok nya sendiri, seperti Wolf Squad. Mereka tergabung dalam komunitas breakdance dan membentuk kelompok tersendiri yang mereka namakan Wolf Squad.

2.1.4.2 Pengertian Tari

Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran.3

Berdasarkan jenisnya, tari dibagi menjadi 3 jenis:

1. Tari Tradisional 2. Tari Klasik

3. Tari Kreasi Baru / Modern

2 http://tomisapari.blogspot.com/2013/03/definisi-kelompok-menurut-para-ahli.html 3

(59)
(60)

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Definisi dan Komponen-komponen Pesan Nonverbal

Sebagai Pedoman

Peneliti menggunakan beberapa definisi komunikasi nonverbal dari para ahli untuk menjadi acuan pada alur model kerangka pemikiran, yang mana definisi-definisi tersebut adalah sebagai berikut:

“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”.(Mulyana 2007:343)

Menurut Onong Effendi dalam bukunya, lambang nonverbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi, yang bukan bahasa, misalnya kial, isyarat dengan anggota tubuh, antara lain kepala, mata, bibir, tangan dan jari. (Effendi, 1993:35)

Sedangkan menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, mengkategorikan pesan-pesan nonverbal yang dianggap penting, mulai dari pesan nonverbal yang bersifat perilaku hingga pesan nonverbal yang terdapat dalam lingkungan kita, yaitu sebagai berikut:

1. Bahasa Tubuh

(61)

pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan bakan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.

2. Sentuhan

Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan, seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multi-makna, dapat menggantikan seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan (jabatan tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas.

3. Parabahasa

Parabahasa atau vokalika (vocalics), merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vokal (kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, suara sengau, suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan dan sebagainya.

4. Penampilan Fisik

(62)

busananya (model, kualitas bahan, warna), dan juga ornamen lain yang dipakainya, seperti kacamata, sepatu, tas dan lain-lain.

5. Bau-bauan

Kita dapat menduga bagaimana sifat seseorang dan selera makannya atau kepercayaannya berdasarkan bau yang berasal dari tubuhnya dan dari rumahnya. Bau minyak wangi tertentu juga dapat dikaitkan dengan situasi tertentu. Pemakaian minyak wangi tersebut dalam situasi berbeda dapat menimbulkan reaksi yang mungkin tidak menyenangkan.

6. Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi

Berbagai eksperimen memang menunjukkan bahwa lingkungan yang estetis mempengaruhi pikiran dan kenyamanan manusia, dan karenanya juga mempengaruhi interaksinya dengan orang lain.

7. Konsep Waktu

(63)

8. Diam

Penulis dan filosof Amerika Henry David Thoreau pernah menulis “Dalam hubungan manusia tragedi mulai bukan ketika ada

kesalahpahaman mengenai kata-kata, namun ketika diam tidak dipahami”. Sayangnya, makna yang diberikan terhadap diam terikat

oleh budaya dan faktor-faktor situasional. Faktor-faktor yang mempengaruhi diam antara lain adalah durasi diam, hubngan antara orang-orang yang bersangkutan, dan situasi atau kelayakan waktu.

9. Warna

Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik dan bahkan mungkin keyakinan agama kita, seperti ditunjukkan kalimat atau frase berikut: wajahnya merah, koran kuning, feeling blue, matanya hijau kalau melihat duit, kabinet ijo royo-royo dan sebagainya.

10.Artefak

(64)

Selain itu, peneliti juga menggunakan beberapa komponen dari 6 jenis pesan nonverbal menurut Duncan:

1. Kinesik atau gerak tubuh

2. Paralinguistik atau suara

3. Proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial

4. Olfaksi atau penciuman

5. Sensitivitas kulit

6. Faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik. (Rakhmat, 2000:289)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, peneliti mengambil 3 komponen yang dijadikan rumusan masalah, yaitu:

1. Gerakan

Gerakan merupakan Bahasa Tubuh dalam kategori pesan nonverbal Deddy Mulyana dan Kinesik dalam jenis-jenis komunikasi nonverbal menurut Duncan.

2. Ekspresi Wajah

(65)

3. Busana

(66)

2.2.2 Alur Model Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka konseptual, penulis mengaplikasikan definisi-definisi nonverbal dari para ahli yang menjadi landasan penelitian mengenai pesan non verbal dalam pertandingan battle breakdance, dimana sebuah kesenian tari yang didalamnya banyak mengandung makna dalam pesan-pesan non verbal.

(67)

Gambar 2.1

Bagan Alur Model Kerangka Pemikiran

Sumber : Pemikiran Penulis, April 2013

(68)

Empat komponen yang peneliti ambil sebagai rumusan masalah yakni:

1. Gerakan

Gerakan masih merupakan Bahasa Tubuh dalam kategori pesan-pesan nonverbal Deddy Mulyana dan merupakan Kinesik dalam jenis-jenis pesan nonverbal menurut Ducan. Tarian tentu merupakan sebuah gerakan tubuh yang memiliki estetika, begitu pula dalam hal ini tarian breakdance, namun dalam tarian breakdance yang ditampilkan pada pertandingan battle, gerakan tubuh setiap breakers memiliki makna yang beragam yang dikomunikasikan satu anggota pada anggota lainnya.

2. Ekspresi Wajah

Ekspresi wajah dalam kategori pesan-pesan nonverbal Deddy Mulyana merupakan salah satu Bahasa Tubuh yang terdapat pada bagian wajah. Ekspresi wajah yang ditampilkan para breakers dalam pertandingan battle breakdance memiliki makna yang disampaikan oleh satu anggota pada anggota lain.

3. Busana

(69)

Menurut Ducan, busana termasuk jenis pesan nonverbal jenis faktor artifaktual. Dalam breakdance, busana menjadi suatu faktor yang mendukung dan mempertegas komunikasi satu anggota pada anggota lainnya saat pertandingan battle, baik dengan tambahan ornamen lain seperti topi, gelang, sabuk, dan lain sebagainya.

Breakdance yang merupakan kebudayaan dari bangsa barat, tepatnya di Amerika, kini mulai merambah ke berbagai negara lain, yang tentunya terbuka dan menerima budaya tari ini secara positif.

Begitupun di Indonesia, generasi muda khususnya yang dengan mudah dan terbuka menerima dan mengadopsi kebudayaan tersebut sehingga menghasilkan suatu kelompok-kelompok breakdance yang tersebar di seluruh kota di Indonesia. Breakdance bukan hanya sekedar tarian tetapi sebuah komunikasi yang memiliki pesan-pesan nonverbal yang didalamnya begitu kaya akan makna, yang sudah disepakati oleh kelompok komunitas tersebut.

(70)

mengetahui tarian breakdance ini secara detail, seperti gerakan, ekspresi wajah dan busana yang digunakan.

(71)

53

3.1 Sekilas mengenai Breakdance

Breakdance merupakan suatu tarian modern yang energik, dengan menggabungkan gerakan-gerakan tubuh yang rumit, koordinasi kelompok dan menampilkan estetika satu sama lain. breakdance berkembang di kalangan anak muda yang pada dasarnya memiliki energi yang lebih untuk menampilkan suatu tarian yang cukup menguras tenaga. B-boy adalah sebutan untuk breakers laki-laki yang merupakan singkatan dari breakdance boy, dan b-girl adalah sebutan untuk breakers perempuan yang merupakan singkatan dari breakdance girl.

(72)

Kelompok-kelompok breakdance tersebut mengekspresikan gerakan-gerakan nya pada saat pertandingan battle. Dimana anggota satu melawan anggota lainnya dengan menampilkan kebolehan masing-masing. Gerakan agresif dan seolah melakukan sebuah serangan yang ditampilkan saat pertandingan. Pemenang ditentukan oleh semakin banyaknya gerakan rumit, baru dan yang keahliannya melebihi kelompok lainnya.

Pada saat pertandingan battle lah para b-boy dan b-girl melakukan pertukaran pesan nonverbal, melalui setiap gerakan yang ditampilkan memiliki pesan yang coba disampaikan oleh satu kelompok pada kelompok lainnya, selain itu ekspresi wajah pun memiliki makna yang beragam, busana menjadi komponen penting lainnya untuk menyampaikan pesan dari anggota satu dengan anggota lainnya.

3.1.1 Asal Usul Breakdance

Breakdance adalah sebuah tarian jalanan yang berkembang sekitar tahun 1970 yang berasal dari Bronx di New York, Amerika. Pada awalnya, breakdance hanya berkembang di kalangan anak muda Afrika-Amerika dan Puerto Rico. Namun kemudian berkembang hingga ke Los Angeles, dan akhirnya menjadi populer di seluruh dunia .1

(73)

Breakdance memiliki sebutan lain, yaitu b-boying. Sebutan B-Boying pertama kali dikemukakan oleh Kool DJ Herc yang merupakan seorang DJ di Bronx pada masa itu. Sejarah Breakdance sendiri dimulai pada awal tahun 1970, sang lagenda musik “Funk” James Brown menampilkan gerakan tari yang energik dengan judul lagu “Get on the Good Foot” yang disiarkan di televisi. Banyak orang pada masa itu yang meniru gerakan James Brown dan menampilkannya pada setiap acara dan pesta. Perkembangan tari ini sangat pesat di Amerika dan mulai banyak komunitas-komunitas breakdance yang terbentuk. Sehingga pada tahun 1980 menjadi fashion di Amerika dan kemudian berkembang ke berbagai negara di Amerika Latin, Eropa, Asia dan Indonesia.2

Berdasarkan wawancara mendalam peneliti dengan seorang senior breakers sekaligus juri pertandingan breakdance, Memet bercerita panjang lebar mengenai perkembangan breakdance di Indonesia, ia menuturkan bahwa saat ini di Indonesia, breakdance telah melewati 3 generasi. Generasi pertama adalah generasi di mana kebudayaan ini berkembang dengan baik, namun harus diakhiri dengan peraturan yang melarang orang untuk melakukan breakdance. Ini dikarenakan kurangnya pengetahuan pemerintah mengenai breakdance, karena yang

(74)

mereka lihat hanyalah gerakan akrobatis saja, bahkan sampai saat ini.

Pada akhir tahun abad ke 20, breakdance generasi ke-dua mulai terbentuk kembali dengan munculnya satu grup baru bernama Midi Circus. Grup kedua yang terbentuk adalah Senayan Breakers yang mengenalkan tarian ini kepada orang banyak. Lalu muncul Jakarta Breakin’ yang mempopulerkan breakdance pada tahun 2001 di Palem, Senayan.

Akhir dari breakdance generasi ke-2 ditandai dengan pertandingan terakhir antara Senayan Breakers dan Jakarta

(75)

tahun bersama Senayan Breakers, Febian ingin melihat grup breakdance lainnya, karena selama ia bersama Senayan Breakers ia tidak pernah dapat menemui grup breakdance lainnya, oleh karena itu, ia mengundurkan diri dari Senayan Breakers dan mulai berlatih dengan tim-tim yang berbeda-beda dan membentuk tim yang mewakili cara yang benar dalam melakukan breakdance dan mengerti filosofinya. Tim ini bernama “Rebelz in Rhythem” yang saat ini beranggotakan 5 orang.

3.1.2 Sejarah Kelompok Wolfsquad

(76)

perkembangannya, Wolf Squad kini beranggotakan 20 orang, Adapun target audience yang dituju Wolf Squad, yaitu pria dan wanita usia remaja hingga dewasa (14 - 25 tahun), berpendidikan SMP, SMA, lulus SMA, kelas middle-up, berkepribadian aktif, sporty, berjiwa muda, dan dinamis.

Nama Wolf Squad sendiri dibuat oleh keduanya, yang berarti sekumpulan serigala. Mereka mencoba memperkenalkan identitas komunitasnya dengan nama tersebut, dengan nama tersebut mereka berharap komunitasnya akan seperti sifat dari seekor serigala, yang memiliki gerakan agresif, liar, buas, dan ekspresi yang geram. Wolf squad memiliki sebutan lain untuk memanggil anggota kelompoknya, yaitu Wolf Geng Crew.

Wolf Squad memiliki visi untuk memperkenalkan tarian breakdance kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya pada generasi muda yang energik agar ikut serta dalam kegiatan tersebut dan lebih terarah positif.

Sedangkan misi dari Wolf Squad adalah sebagai berikut:

1. Menjadi kelompok breakdance nomer satu di kota Bandung.

(77)

3. Menampilkan gerakan-gerakan yang uptodate dan “keren” untuk dipertontonkan.

(78)

3.2 Metode Penelitian

Metodologi berasal dari bahasa Yunani “metodos” dan "logos". Kata "metodos" terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui

atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. "Logos" artinya ilmu. Metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji.

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian deskriptif, yang mana dalam penelitiannya peneliti mencoba menggambarkan secara mendalam mengenai fakta yang terjadi dengan didukung pernyataan-pernyataan dari anggota komunitas wolfsquad melalui wawancara. Dengan metode ini, peneliti melakukan penelitian secara sistematis mengenai fakta dan karakter secara faktual dan cermat.

Metode deskriptif merupakan data yang dikmpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. (Moleong, 2011:11)

(79)

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengna cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong, 2011:6)

3.2.2 Teknik pengumpulan Data

3.2.2.1 Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan pengumpulan data dengan cara mencari sumber-sumber tertulis literatur ke beberapa tempat atau sumber dengan maksud melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian dan berhubungan juga dengan masalah penelitian. Peneliti mengambil referensi data dari berbagai buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

1. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari referensi dari sumber lain yang relevan dengan masalah yang diteliti. Melalui beberapa referensi buku peneliti mencari literatur dengan membaca buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan peneliti mengenai komunikasi nonverbal. Selain referensi buku-buku, peneliti melakukan refensi dengan membaca skripsi-skripsi sebelumnya yang dijadikan sebagai rujukan penelitian.

(80)

situs-situs atau blog-blog untuk kelengkapan data penelitian yang berhubungan dengan judul penelitian serta berhubungan dengan instansi yang diteliti.

3.2.2.2 Studi Lapangan

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dan melakukan penelitian langsung ke lokasi penelitian. Studi lapangan yang dilakukan peneliti terdiri dari:

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara mendalam dilakukan kepada anggota breakdance Wolf Squad, juri pertandingan battle breakdance, dan senior breakers.

2. Observasi

Melakukan pengamatan langsung ke lapangan saat pertandingan battle breakdance yang dilakukan oleh kelompok Wolf Squad. (untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada bab IV)

3. Dokumentasi

(81)

3.2.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling, dimana peneliti memilih informan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.

Tabel 3.1

Informan Penelitian

Informan utama

No Nama Jabatan

1 Agatha Arif Ketua Kelompok Wolf Squad

2 Febri Wakil Ketua Kelompok Wolf Squad

Tabel 3.2

Informan Penelitian

Key Informan

No Nama Jabatan

(82)

Tabel 3.3

Informan Penelitian

Informan Pendukung

No Nama Jabatan

1 Obin Anggota Kelompok Wolf Squad

2 Ofik Anggota Kelompok Wolf Squad

3.2.4 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dalam lapangan harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah dengan langkah-langkah berikut:

1. Pengumpulan Data yaitu bagian dari proses analisa dengan bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga dapat disimpulkan.

(83)

3. Penyajian Data

Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.

4. Penarikan Kesimpulan

Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.

5. Evaluasi

Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari focus penelitian.3

3Skripsi Di da Ra adha ti “

MAKNA KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM KESENIAN DEBUS DI

(84)

Gambar 3.1

Model Analisa Data Huberman dan Miles

Sumber: Internet Searching, 20134

3.2.4.1 Uji Keabsahaan Data

Menurut Moleong dalam bukunya metodologi penelitian kualitatif uji keabsahaan data bisa dilakukan dengan beberapa kriteria. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas). Kriteria ini berfungsi9 melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

4

(85)

Adapun teknik pemeriksaan dalam kriteria ini yang peneliti pakai terdiri dari ketekunan pengamatan, pemeriksaan melalui diskusi teman sejawat.

1. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaah secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa.

2. Triangulasi

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 3.3
Gambar 3.1
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk

berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “ KAJIAN DAN OPTIMASI KONDISI PEMOTONGAN DENGAN SUHU PEMOTONGAN PADA PEMBUBUTAN BAJA AISI

Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan

Hasil dari penelitian ini berupa persentase dari persepsi pengguna terhadap pengembangan sarana dan prasarana pelabuhan, mengetahui faktor-faktor yang paling dominan

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa latihan relaksasi otot progresif bermanfaat untuk meredakan keluhan sakit kepala dan

Pembubutan keras merupakan proses pemesinan yang dilakukan pada benda kerja dengan nilai kekerasan lebih dari 45 HRC.. Pembubutan keras ini biasanya dilakukan dengan

(a) (b).. Pengujian batas kadaluarsa juga dilakukan pada semua produk yang disimpan di laboratorium. Standar mutu produk jadi setelah melalui proses pasteurisasi

Tempat peneliti sebagai pusat penelitian adalah SDN 002 Pelita Sungai Pinang pada kelas IV-B, peneliti merasa bahwa kelas tersebut mengalami banyak permasalahan