• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Auksin pada Pembibitan Aren (Arenga Pinnata Merr)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Auksin pada Pembibitan Aren (Arenga Pinnata Merr)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN AUKSIN

PADA PEMBIBITAN AREN (Arenga pinnata Merr)

SKRIPSI

OLEH :

UTRI PATMA 080307048

BDP – Pemuliaan Tanaman

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN AUKSIN

PADA PEMBIBITAN AREN (Arenga pinnata Merr)

SKRIPSI

OLEH :

UTRI PATMA 080307048

BDP – Pemuliaan Tanaman

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Auksin pada Pembibitan Aren (Arenga pinnata Merr)

Nama : Utri Patma

NIM : 080307048

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi) (Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP. MSc. PhD NIP. 196708211993012002 NIP. 197307122005021006

)

Mengetahui,

(Ir. T. Sabrina, Ph. D

Ketua Program Studi Agroekoteknologi )

(4)

ABSTRAK

UTRI PATMA : Pengaruh media tanam dan pemberian auksin pada pembibitan aren (Arenga pinnataMerr). Dibimbing oleh Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi dan Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP. MSc. PhD.

Penelitian media tanam dan pemberian auksin dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit aren. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor I media tanam terdiri dari (top soil + pasir + kompos), (top soil + arang sekam + kompos), (top soil + pasir + arang sekam + kompos) dan faktor II auksin terdiri dari 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi bibit, jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh media tanam dan pemberian auksin serta interaksi antara media tanam dan pemberian auksin belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.

(5)

ABSTRACT

UTRI PATMA : The influence of planting media and giving auksin to growth in

nursery of sugar palm (Arenga pinnata Merr). Superviced by Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi and Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP. MSc.

PhD.

Research influence of planting media and giving auksin were done to know effect on the growth of sugar palm seed. The research that use factorial randomized with 2 factor that factor I with planting media of (top soil + sand + compost), (top soil + husk charcoal + compost), (top soil + sand + husk charcoal + compost) and factor II with giving auksin of 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm and 150 ppm. The parameters observed were increase seed height, leaf sum, leaf klorofil, steam diameter, total of wide leaf, fresh weight of crown, fresh weight of root, dry weight of crown and dry weight of root.

The result of research show that influence of planting media and giving auksin with interaction between planting media and giving auksin not yet significant effect toward all the parameters observed.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Rantauprapat pada tanggal 17 Agustus 1990, anak ketiga dari empat bersaudara, ayahanda S. Napitupulu dan Ibunda R. br Silitonga.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Rantau Utara dan pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pemuliaan Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Auksin pada Pembibitan Aren (Arenga pinnataMerr).”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP. MSc. PhD selaku anggota komisi pembimbing

yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini.

Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda S. Napitupulu dan ibunda R. Br Silitonga yang telah memberikan dukungan baik moriil dan

materiil, kepada abang saya Hengki Parningotan Napitupulu, kakak saya Selly Renata Napitupulu, adik saya Herman Daniel Napitupulu dan seluruh

keluarga atas segala doa dan perhatiannya. Terima kasih juga kepada abang Benni Martin Simanjuntak yang telah banyak memberi semangat dan

membantu saya dalam penulisan skripsi ini, rekan mahasiswa Budidaya Pertanian 2008 dan teman-teman yang tak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, November 2012

(8)

DAFTAR ISI

Kriteria Matang Benih ... 7

Kriteria Pohon Induk Sebagai Sumber Benih ... 8

Media Tanam ... 9

Auksin ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Persiapan Media Tanam ... 18

Penanaman Bibit ... 18

Pemeliharaan Tanaman ... 19

(9)

Penyiangan ... 19

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19

Pemupukan Dasar ... 19

Aplikasi Auksin ... 19

Pengamatan Parameter... 20

Pertambahan Tinggi Bibit (cm) ... 20

Jumlah Daun (helai) ... 20

Klorofil Daun (g/ml) ... 20

Diameter Batang (mm) ... 21

Total Luas Daun (cm2) ... 21

Pertambahan Tinggi Bibit (cm) ... 23

Jumlah Daun (helai) ... 25

Klorofil Daun (g/ml) ... 26

Diameter Batang (mm) ... 28

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

Tabel 1 Rataan pertambahan tinggi bibit (cm) pada perlakuan 23 media tanam dan pemberian auksin pada umur 6-14 MSPT Tabel 2 Rataan jumlah daun (helai) pada perlakuan media tanam 26

dan pemberian auksin pada umur 6-14 MSPT

Tabel 3 Rataan klorofil a, klorofil b dan klorofil (g/ml) total pada 27 perlakuan media tanam dan pemberian auksin

Tabel 4 Rataan diameter batang (mm) pada perlakuan media 28 tanam dan pemberian auksin

Tabel 5 Rataan luas daun (cm2) pada perlakuan media tanam dan 29 pemberian auksin

Tabel 6 Rataan berat basah tajuk (g) pada perlakuan media tanam 30 dan pemberian auksin

Tabel 7 Rataan berat basah akar (g) pada perlakuan media tanam 30 dan pemberian auksin

Tabel 8 Rataan berat kering tajuk (g) pada perlakuan media tanam 31 dan pemberian auksin

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

Gambar 1 Kondisi pertambahan tinggi bibit pada perlakuan media 25 tanam dan pemberian auksin

Gambar 2 Diagram klorofil daun pada perlakuan media tanam dan 28 pemberian auksin

Gambar 3 Foto tanaman induk yang berasal dari Rantauprapat, 64 Kabupaten Labuhan Batu dengan ketinggian ±27 m

di atas permukaan laut

Gambar 4 Tahap pertumbuhan aren 65 Gambar 5 Bibit aren pada saat pindah tanam 68 Gambar 6 Bibit aren pada saat umur 14 MSPT 69 Gambar 7 Aplikasi auksin yang diaplikasikan pada saat 5, 7 dan 71

9 MSPT

Gambar 8 Tahapan Analisis klorofil dengan metode Hendry dan Grime 72

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

Lampiran 1 Bagan lahan percobaan 41

(13)
(14)

ABSTRAK

UTRI PATMA : Pengaruh media tanam dan pemberian auksin pada pembibitan aren (Arenga pinnataMerr). Dibimbing oleh Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi dan Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP. MSc. PhD.

Penelitian media tanam dan pemberian auksin dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit aren. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor I media tanam terdiri dari (top soil + pasir + kompos), (top soil + arang sekam + kompos), (top soil + pasir + arang sekam + kompos) dan faktor II auksin terdiri dari 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi bibit, jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh media tanam dan pemberian auksin serta interaksi antara media tanam dan pemberian auksin belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.

(15)

ABSTRACT

UTRI PATMA : The influence of planting media and giving auksin to growth in

nursery of sugar palm (Arenga pinnata Merr). Superviced by Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi and Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP. MSc.

PhD.

Research influence of planting media and giving auksin were done to know effect on the growth of sugar palm seed. The research that use factorial randomized with 2 factor that factor I with planting media of (top soil + sand + compost), (top soil + husk charcoal + compost), (top soil + sand + husk charcoal + compost) and factor II with giving auksin of 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm and 150 ppm. The parameters observed were increase seed height, leaf sum, leaf klorofil, steam diameter, total of wide leaf, fresh weight of crown, fresh weight of root, dry weight of crown and dry weight of root.

The result of research show that influence of planting media and giving auksin with interaction between planting media and giving auksin not yet significant effect toward all the parameters observed.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) adalah tanaman perkebunan berpotensi besar untuk dikembangkan. Produk utama tanaman aren sebagai hasil dari penyadapan nira bunga jantan dapat dijadikan gula, minuman, cuka dan alkohol. Selain itu bagian tanaman yang lain dapat dibuat bahan makanan. Data tahun 2004 luas areal tanaman aren telah mencapai 60.482 ha yang tersebar di 14 provinsi (Effendi, 2010).

Di Indonesia, tanaman aren banyak terdapat dan tersebar di seluruh Nusantara, khususnya di daerah-daerah perbukitan yang lembab. Pohon aren merupakan pohon yang menghasilkan bahan-bahan baku industri. Populasi tanaman aren semakin berkurang dan semakin langka. Hal ini terjadi antara lain karena perambahan hutan dan penebangan pohon aren yang tidak diimbangi dengan regenerasi tanaman aren muda (Murniati dan Rofik, 2008).

Perkembangan kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat dan keterbatasan energi fosil menyebabkan perhatian saat ini ditujukan untuk mencari sumber-sumber energi terbarukan seperti bioetanol yang berasal dari bahan baku nabati. Bioetanol merupakan bahan baku alternatif yang cenderung murah bila dibandingkan dengan bensin tanpa subsidi. Saat ini, selain ubi kayu dan gula tebu, bahan baku potensial untuk dijadikan etanol antara lain tanaman aren. Selain

itu tanaman aren sangat cocok untuk tujuan konservasi air dan tanah (Rindengan dan Manaroinsong, 2009).

(17)

yang tumbuh secara alami, dimana aren tumbuh bergerombol dengan jarak tanam yang tidak beraturan sehingga terjadi pemborosan lahan. Hal ini menyebabkan tingkat produktivitas lahan maupun tanaman aren rendah sehingga menyebabkan pendapatan petani makin menurun (Maliangkay, 2007).

Selain itu, yang menjadi kendala utama dalam usaha pengembangan tanaman aren adalah kurangnya perhatian dari pihak-pihak yang berkecimpung dalam kegiatan pertanian, termasuk pemerintah itu sendiri. Mengingat banyaknya manfaat (multiguna) yang dapat diperoleh dari tanaman aren, maka perlu diambil langkah kebijakan untuk usaha pengembangan tanaman aren. Dengan dibudidayakan secara intensif, tanaman aren dimungkinkan dapat tumbuh lebih baik dan dapat berproduksi lebih awal. Selain itu, diharapkan ditemukannya bibit tanaman yang unggul misalnya jenis hibrida (Sunanto, 1993).

Penanaman aren dari hasil pembibitan biji belum banyak dilakukan di

Indonesia. Beberapa petani biasanya menanam aren dengan memindahkan bibit

yang sudah tumbuh alami ke kebun. Potensi tanaman aren yang cukup besar tersebut perlu mendapat dukungan penelitian, khususnya penelitian budidaya tanaman yang selama ini belum banyak dilakukan. Untuk mendukung pengembangan dan budidayanya maka dibutuhkan bibit yang bermutu melalui pembibitan yang baik (Saleh, 2004).

(18)

salah satu hormon yang dapat berpengaruh terhadap pembentukan akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-sel meristem, pembentukan bunga, pembentukan buah dan terhadap gugurnya daun dan buah (Dwidjoseputro, 1994).

Salah satu kendala dalam pengembangan budidaya aren adalah kurangnya pembibitan aren yang baik. Oleh karena itu pengembangan penelitian tentang pengaruh media tanam dan pemberian auksin pada pembibitan aren perlu dilakukan. Setiap jenis benih tanaman mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda mengenai media yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tersebut.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh beberapa media tanam dan pemberian auksin terhadap pertumbuhan bibit aren.

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh media tanam dan pemberian auksin serta interaksi keduanya terhadap peningkatan pertumbuhan bibit aren.

Kegunaan Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman aren menurut klasifikasi tanaman dimasukkan dalam Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae,

Kelas : Monocotyledonae, Ordo : Spadicitlorae, Famili : Palmae, Genus : Arenga dan Spesies : Arenga pinnataMerr (Pratiwi dan Alrasjid, 1989).

Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat mencapai lebih dari 5 m sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20 % (Sunanto, 1993).

Batang aren bulat warna hijau kecoklatan, tidak berduri, tidak bercabang, tinggi mencapai 25 m, diameter 65 cm (mirip pohon kelapa). Pohon ini mulai berbunga mulai dari umur 6–12 tahun. Pohon ini dalam pertumbuhannya berguna sebagai perlindungan erosi terutama tebing-tebing

sungai dari bahaya tanah longsor maupun sebagai unsur produksi (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan, 1998).

Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya. Anak daun menyirip, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata dan tangkai pendek (Effendi, 2010).

(20)

pertama kali posisinya pada ruas batang di ketiak pelepah daun di bawah titik tumbuh. Bunga betina ini belum dapat diserbuki oleh tepung sari dari bunga jantan karena bunga jantan belum tumbuh. Sekitar 3 bulan kemudian, bunga jantan mulai tumbuh di bawah bunga betina. Tepung sari bunga jantan ini sudah terlambat menyerbuk putik bunga betina, sebab putik-putik sudah kelewat masak, sehingga pohon belum dapat memproduksi buah aren. Sedangkan bunga jantan berbentuk bulat panjang seperti peluru dengan panjang 1,2–1,5cm berwarna ungu. Bunga jantan setelah dewasa kulitnya pecah dan kelihatan banyak benang sari berwarna kuning. Setiap benang sari ditumbuhi banyak tepung sari berwarna kuning (Sunanto, 1993).

Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan angin atau serangga. Buah yang telah terbentuk berbentuk bulat panjang dengan ujung melengkung ke dalam, diameter 3-5 cm, di dalammya berisi 3 buah, masing-masing berbentuk seperti satu siung bawang putih. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena getah. Di dalam buah terdapat biji yang berbentuk bulat dan apabila sudah matang warna hitam. Pohon aren akan mencapai tingkat kematangan pada umur 6-12 tahun (Sunanto, 1993).

Syarat Tumbuh

Iklim

(21)

Dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20-250 C. Pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren untuk berbuah. Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang cukup tinggi diantara 1.200-3.500 mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan mahkota pada tanaman aren (Bernhard, 2007).

Di samping itu, banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Iklim yang cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai iklim agak basah (Sunanto, 1993).

Tanah

Tanaman aren tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur dan berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (pH tanah terlalu asam) (Sunanto, 1993).

Tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada ketinggian 1.400 m dpl. Pertumbuhan yang baik adalah pada ketinggian sekitar 500-1.200 m dpl karena pada kisaran lahan tersebut tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang oleh banjir permukaan (Bernhard, 2007)

Tanaman aren dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi yang sangat cocok pada kondisi lahan dengan jenis tanah yang mempunyai tekstur tanah liat berpasir (Bernhard, 2007).

Benih

(22)

tersusun oleh sel-sel parenkim, sedangkan jaringan endosperma sebagian selnya bersifat hidup. Lain halnya dengan bagian embrio benih, seluruhnya tersusun oleh sel-sel hidup yang aktif secara fisiologis dan banyak mengandung air untuk mempertahankan kehidupan sel penyusunnya (Widyawati, dkk, 2009).

Proses perkecambahan benih aren tidak seperti tanaman monokotil umumnya. Perkecambahan dimulai dengan munculnya axis embrio. Setelah mencapai panjang tertentu axis embrio membengkak pada bagian ujungnya, pada bagian inilah akan muncul plumula dan akar (Murniati dan Rofik, 2008).

Benih aren termasuk ke dalam benih rekalsitran karena kandungan airnya relatif tinggi pada waktu dipanen dan penurunan kandungan air benih dapat menurunkan daya berkecambah benih tersebut. Sifat permeabilitas benih aren ditentukan oleh faktor umur, semakin tua benih aren maka kadar lignin dan tannin meningkat. Semakin tinggi kandungan lignin dan tannin biji aren maka semakin rendah imbibisinya. Peningkatan kadar lignin dan tannin tersebut sangat berperan dalam menurunkan permeabilitas benih aren terhadap air sehingga ketika dikecambahkan proses imbibisi benih aren berlangsung sangat lambat (Widyawati, dkk,2009).

Kriteria Matang Benih

(23)

Cara mendapatkan benih aren yaitu buah aren diekstraksi dengan cara merendam buah dalam ember yang berisi air sampai buah tenggelam kemudian ditutup dengan karung selama 5 hari. Selanjutnya benih aren dibersihkan dari daging buah (mesokarp) dengan cara diinjak-injak, sisa daging buah dibersihkan dengan menggunakan serbuk gergaji. Benih dipilih yang berwarna hitam mengkilap dengan ukuran yang seragam (Saleh, 2004).

Kriteria Pohon Induk Sebagai Sumber Benih

Penentuan blok penghasil tinggi sebagai awal kegiatan seleksi pohon induk dapat dilakukan melalui pengujian keragaman sifat tandan, bunga dan buah. Sifat-sifat tandan, bunga dan buah yang diamati adalah : jumlah tandan bunga jantan/pohon, jumlah tandan bunga betina/pohon, jumlah tandan buah/pohon, jumlah buah/tandan (Effendi, 2010).

Ciri-ciri pohon induk yang baik yaitu: batang pohon harus besar (kekar), pelepah daun merunduk, akarnya baik, daunnya rimbun dan tebal dengan memiliki 20-30 daun serta pohonnya sudah dikenal. Oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan pohon induk sebagai sumber benih yaitu pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina maupun sistem pembungaan jantan dan sedang disadap niranya (Tulung, 2003).

(24)

tanaman merombak pati menjadi gula dalam bentuk nira yang keluar melalui mayang jantan yang disadap sesuai prosedur penyadapan nira (Bernhard, 2007).

Media Tanam

Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman, dapat melakukan pertukaran udara antara akar dan

atmosfer di atas media dan terakhir harus dapat menyokong tanaman (Nelson, 1991).

Struktur atau kondisi fisik medium semai sangat berperan penting dalam menentukan terjadinya proses perkecambahan dan perkembangan benih yang disemaikan. Media tanah yang baik harus memiliki keseimbangan antara kadar air dan aerasi (porositas). Struktur yang kompak menjamin terjadinya kontak antara biji dengan media. Porousitas menjamin kontinuitas suplai air dan aerasi untuk respirasi akar, serta mempermudah penetrasi akar. Namun media yang terlalu kompak dapat menghambat perkecambahan, sedangkan media yang terlalu porous akan menyulitkan semai untuk dapat berkembang dengan baik. Biasanya biji berukuran kecil membutuhkan medium yang lebih kompak dan liat dibanding biji-biji berukuran besar (Fahmi, 2011).

(25)

susunan atmosfir, struktur tanah, reaksi tanah (pH), faktor biotis dan penyediaan unsur hara (Damanik, dkk, 2010).

Sekam padi adalah kulit padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan biasa berupa sekam bakar dan sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah

sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik (Setyadi, 2010).

Media menentukan dalam proses perkecambahan benih, setiap jenis benih tanaman mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda tentang media yang sesuai untuk perkecambahan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi perkecambahan adalah media yang memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme bebas penyakit (Murniati dan Rofik, 2008).

Media perkecambahan yang biasa digunakan diantaranya pasir, arang sekam, serbuk gergaji, campuran tanah dan kompos, lapisan tanah top soil dan coco peat. Media arang sekam memiliki struktur kasar, kerapatan media rendah sehingga memungkinkan axis embrio dan akar aren dapat dengan mudah tumbuh. Media pasir dan campurannya dalam prakteknya lebih mudah disterilkan sehingga mampu menekan serangan jamur ketika proses perkecambahan berlangsung (Fahmi, 2011).

(26)

mengecambahkan pada berbagai media semai menunjukkan bahwa campuran media tanah dan serbuk gergaji (1:1) memberikan hasil yang terbaik terhadap daya berkecambah dan kecepatan berkecambah. Kalima dan Witono (2000) melaporkan bahwa campuran tanah + pasir halus + arang sekam + kompos (1:1:1:1) memberikan hasil yang terbaik bagi perkecambahan benih rotan teretes (Daemonorops oblonga Blume). Murniati dan Suminar (2006) melaporkan bahwa media campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1 (b/b) merupakan

media yang terbaik bagi perkecambahan benih mengkudu dengan DB sebesar 88.7 %.

Kompos adalah hasil pembusukan sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan bahan kompos yang C/N rasio nya rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15 (Novizan, 2005).

Auksin

(27)

sedikit. Dengan demikian auksin tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Abidin, 1995).

Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan akar adalah auksin. Kegunaan dari hormon pengakaran yaitu secara keseluruhan meningkatkan persentase pengakaran, mempercepat inisiasi pengakaran, meningkatkan jumlah dan kualitas dari akar, dan mendorong pengakaran yang seragam (Macdonald, 2002).

Istilah auksin berasal dari bahasa Yunani yaitu auxien yang berarti meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan di daerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya

pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan Ross, 1995).

Rumus Bangun Auksin

(28)

tumbuhan (endogenous) yang diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif seperti contohnya tunas, sedangkan IBA (Indole Butyric Acid) dan NAA (Naphtalene Acetic Acid) merupakan auksin sintetis (Priyono dan Hoesen, 2000).

Sebenarnya hormon sudah tersedia secara alami pada tumbuhan, namun tetap harus dapat diberikan pada tanaman dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berakar, mempercepat proses pertumbuhan akar, meningkatkan jumlah dan kualitas akar, dan mengurangi keragaman jumlah dan kualitas perakaran. Hormon yang biasa digunakan dalam merangsang pertumbuhan akar adalah dari kelompok hormon auksin buatan yaitu IAA (Indole Acetic Acid), IBA (Indole Butyric Acid), dan NAA (Napthalene Acetic Acid) yang semua ini wujudnya bisa berupa bubuk, tablet, pasta, dan cairan (Irwanto, 2001).

Tanaman dapat memproduksi sendiri hormon auksin endogen. Auksin diproduksi dalam jaringan meristematik (yaitu tunas, daun muda dan buah). Peranan auksin dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah pengenduran dinding sel, pembesaran sel, inisiasi akar, pembentukan xylem, pemanjangan batang, pertumbuhan tunas lateal, inisiasi pembuahan, absisi, perakaran dan penuaan (Gardner, dkk, 1991).

(29)

alternatif teknologi baru yang dapat memperbaiki proses biologis tanaman (Winten, 2009).

(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat, Jalan Pasar II Setiabudi, Kelurahan Tanjung Sari, Medan dengan ketinggian tempat ±25 m di atas permukaan laut, yang dilaksanakan pada bulan Maret 2012 hingga bulan Agustus 2012.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji aren, auksin, top soil, pasir, arang sekam dan kompos sebagai media tanam, polibag berukuran 5 kg, pupuk TSP, urea dan KCl sebagai pupuk dasar, aceton untuk analisis klorofil, kertas saring whatman, naungan, tali plastik, dithane M-45, tisu, plastik bening, amplop coklat dan label nama.

Biji aren diambil dari Rantauprapat, Kabupaten Labuhan Batu dengan ketinggian ±27 m di atas permukaan laut. Pengambilannya dilakukan dengan cara mengumpulkan buah aren yang jatuh ke tanah. Adapun kriteria biji aren yang diambil adalah buah sudah mencapai masak fisiologis dengan ciri-ciri : buah dan daging buahnya berwarna kuning sampai kuning kecoklatan, bijinya berwarna hitam pekat dan sangat keras, berdiameter 2 cm dan berat 5 g. Sedangkan ciri-ciri dari tanaman induk biji aren yang diambil meliputi : tinggi pohon ± 17 m – 20 m, batang pohon besar, mampu memproduksi buah yang lebat, niranya disadap sejak umur ± 8 tahun dan umur tanaman ± 13 - 15 tahun.

(31)

area meter, pacak sampel, alat tulis, kalkulator, gunting, oven, spektrofotometer, botol, pipet tetes dan cuvet.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor yaitu :

Faktor I : Media tanam dengan tiga taraf yaitu : M1 = Top soil + pasir + kompos ( 2:1:1 )

M2 = Top soil + arang sekam + kompos ( 2:1:1)

M3 = Top soil + pasir + arang sekam + kompos (1:1:1:1) Faktor II : Pemberian Auksin dengan empat taraf yaitu :

A0 = Konsentrasi auksin (asam asetik naftalen 3% + naftalen asetik amid 0,75%) 0 ppm (kontrol)

A1 = Konsentrasi auksin (asam asetik naftalen 3% + naftalen asetik amid 0,75%) 50 ppm

A2 = Konsentrasi auksin (asam asetik naftalen 3% + naftalen asetik amid 0,75%) 100 ppm

A3 = Konsentrasi auksin (asam asetik naftalen 3% + naftalen asetik amid 0,75%) 150 ppm

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi yaitu : M1A0 M2A0 M3A0

(32)

Jumlah ulangan : 3 Jumlah kombinasi : 12 Jumlah plot penelitian : 36 Jumlah bibit per polibag : 1 Jumlah bibit per plot : 2

Jumlah sampel per plot : 2 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 72 tanaman Jumlah bibit seluruhnya : 72 tanaman

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode linear berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2,3,4

Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan faktor media tanam taraf ke- j dan pemberian auksin taraf ke- k

µ : Nilai rataan umum ρi : Pengaruh blok ke-i

αj : Pengaruh perlakuan media tanam ke-j

βk : Pengaruh perlakuan pemberian auksin pada bahan tanaman ke- k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi antara perlakuan media tanam ke- j dengan perlakuan pemberian auksin pada bahan tanaman perlakuan ke- k

εijk : Pengaruh galat percobaan pada blok ke- i yang mendapat perlakuan media tanam ke- j dan perlakuan pemberian auksin ke- k

(33)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Lahan penelitian dibersihkan dari gulma dan dibuat plot sebagai tempat peletakan polibag dengan ukuran 80 cm x 80 cm dengan jarak antar plot masing-masing 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.

Pembuatan Naungan

Naungan dibuat dengan ukuran 14 x 5 m untuk seluruh plot dengan tinggi 1,5 m. Naungan dibuat dari bambu dengan atap dari pelepah daun rumbia. Naungan berfungsi untuk mencegah bibit aren terkena sinar matahari secara langsung.

Penyemaian Biji

Biji aren yang telah dipilih disemaikan pada bedeng semai dengan media tanam pasir dan tanah. Biji ditanam dengan membenamkan ke dalam media

persemaian hingga kedalaman 2-3 cm.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah top soil, pasir, arang sekam dan kompos lalu dicampur sesuai dengan perlakuan kemudian dimasukkan ke dalam polibag berukuran 5 kg.

Penanaman Bibit

(34)

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari tergantung dengan kondisi kelembaban permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara manual ataupun dengan menggunakan cangkul untuk menekan pertumbuhan gulma di polibag dan di areal pembibitan. Interval penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di pembibitan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan Sevin 85 SP dan Dithane M-45 2 g/l air. Pengendalian hama dan penyakit

dilakukan apabila terjadi serangan.

Pemupukan Dasar

Aplikasi pupuk dasar diberikan dengan dosis ringan (kecil) terdiri dari pupuk TSP dan Urea masing-masing 0,5 gr tiap bibit. Cara pemupukannya yaitu dengan memasukkan pupuk dalam media tumbuh mengelilingi batang bibit tanaman dengan jarak sekitar 5 cm dari batang bibit. Pemupukan diaplikasikan pada saat 4 dan 9 Minggu Setelah Pindah Tanam (MSPT).

Aplikasi Auksin

(35)

Pengamatan Parameter

Pertambahan Tinggi Bibit (cm)

Pengamatan pertambahan tinggi bibit dilakukan pada saat pindah tanam dengan interval dua minggu sekali sampai 14 MSPT. Pertambahan tinggi bibit ini diukur mulai dari pangkal batang atau dasar batang sampai ke ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran.

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Perhitungan jumlah daun dilakukan sejak daun aren sudah ada yang membuka sempurna hingga bibit berumur 14 MSPT.

Klorofil Daun (mg/l)

Metode yang digunakan dalam menghitung klorofil a, klorofil b dan klorofil total adalah metode Hendry dan Grime (1993), dengan langkah sebagai berikut : daun segar yang telah dibersihkan digerus sebanyak 0,10 gram dengan menggunakan mortar dan dicampur larutan aceton 80% sebanyak 10 ml. Lalu ekstrak daun disaring dalam botol kecil dengan menggunakan kertas saring whatman, kemudian ukur nilai absorbansi (A) larutan klorofil pada spektrofotometer untuk panjang gelombang 645 nm dan 663 nm (blanko aceton). Klorofil daun diukur pada saat bibit aren berumur 10 MSPT.

Klorofil a, klorofil b dan klorofil total dihitung dengan menggunakan rumus Hendry dan Grime (1993) :

Klorofil a = {(12,7 x A663) – (2,69 x A645)} x 10-1

Klorofil b = {(22,9 x A645) – (4,68 x A663)} x 10-1

(36)

Diameter Batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pada dua bagian sisi batang yang diukur diameternya yang kemudian dirata-ratakan. Pengukuran diameter batang dilakukan di akhir penelitian yaitu pada saat 14 MSPT.

Total Luas Daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur 14 MSPT. Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan alat ukur luas daun yaitu Leaf Area Meter. Luas seluruh daun dari satu bibit kemudian ditotalkan sehingga diperoleh total luas daun yang dimaksud.

Berat Basah Tajuk (g)

Tajuk tanaman adalah bagian atas tanaman yang terdiri dari batang serta daun-daun pada tanaman aren. Berat basah tajuk diukur pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur 14 minggu setelah pemindahan kecambah ke polibag. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan bahan tanaman dengan air, kemudian dikering anginkan terlebih dahulu lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi tanaman sampel.

Berat Basah Akar (g)

(37)

Berat Kering Tajuk (g)

Berat kering tajuk diukur pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur 14 minggu setelah pemindahan kecambah ke polibag. Setelah tajuk dibersihkan, bahan kemudian dimasukkan ke dalam amplop coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 750C di dalam oven selama 24 jam. Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi tanaman sampel.

Berat Kering Akar (g)

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari analisa data secara statistik, diperoleh bahwa perlakuan media tanam dan pemberian auksin serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit, jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, total luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.

Pertambahan Tinggi Bibit (cm)

Hasil pengamatan pertambahan tinggi bibit umur 6, 8, 10, 12 dan 14 MSPT pada perlakuan media tanam dan auksin dapat dilihat pada Lampiran 5, 7,

9, 11 dan 13 serta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 6, 8, 10, 12, dan14.

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan pemberian auksin serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit 6, 8, 10, 12 dan 14 MSPT.

(39)

Tabel 1. Rataan pertambahan tinggi bibit (cm) pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin pada umur 6, 8, 10, 12 dan 14 MSPT

(40)

Kondisi pertambahan tinggi bibit aren akibat perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kondisi pertambahan tinggi bibit pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin

Dari gambar di atas, dapat kita lihat pada umur 14 MSPT perlakuan M3A1 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Jumlah Daun (helai)

Hasil pengamatan jumlah daun umur 6 - 14 MSPT pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Lampiran 15, 17, 19, 21 dan 23 serta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 16, 18, 20, 22 dan 24.

(41)

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan pemberian auksin serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 6, 8, 10, 12 dan 14 MSPT.

Data rataan jumlah daun pada umur 6-14 MSPT pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin pada umur 6-14 MSPT

(42)

Klorofil Daun (g/ml)

Hasil pengamatan klorofil a, klorofil b dan klorofil total pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Lampiran 25, 27 dan 29 serta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 26, 28 dan 30.

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan pemberian auksin serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap klorofil a, klorofil b dan klorofil total.

Data rataan klorofil a, klorofil b dan klorofil total pada umur pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan klorofil a, klorofil b dan klorofil (g/ml) total pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin

(43)

Perbedaan rataan klorofil daun pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram klorofil daun pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin

Dari diagram batang di atas, dapat kita lihat bahwa klorofil a lebih tinggi dibandingkan dengan klorofil b pada semua perlakuan. Hal ini disebabkan karena klorofil a berperan secara langsung dalam reaksi pengubahan energi radiasi menjadi energi kimia. Sedangkan klorofil b berfungsi sebagai penyerap energi radiasi yang selanjutnya diteruskan ke klorofil a.

Diameter Batang (mm)

Hasil pengamatan diameter batang pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Lampiran 31 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 32.

(44)

Data diameter batang pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan diameter batang (mm) pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin

Hasil pengamatan luas daun pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Lampiran 33 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 34.

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan pemberian auksin serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap luas daun.

Data diameter batang pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 5.

(45)

Berat Basah Tajuk (g)

Hasil pengamatan berat basah tajuk pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Lampiran 35 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 36.

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan pemberian auksin serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk.

Data berat basah tajuk pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan berat basah tajuk (g) pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin

Hasil pengamatan berat basah akar pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Lampiran 37 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 38.

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan pemberian auksin serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap berat basah akar.

(46)

Tabel 7. Rataan berat basah akar (g) pada perlakuan media tanam dan pemberian

Hasil pengamatan berat kering tajuk pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Lampiran 39 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 40.

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan pemberian auksin serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk.

Data berat kering tajuk pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan berat kering tajuk (g) pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin

(47)

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan pemberian auksin serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap berat kering akar.

Data berat kering akar pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan berat kering akar (g) pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin

Pengaruh Media Tanam pada Pertumbuhan Bibit Aren

(48)

susunan atmosfir, struktur tanah, reaksi tanah (pH), faktor biotis dan penyediaan unsur hara.

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Akan tetapi dari tabel rataan dapat kita lihat adanya kecenderungan bahwa perlakuan M3 (Top soil + pasir + arang sekam + kompos) menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu pada pengamatan parameter jumlah daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk dan berat kering tajuk. Kondisi ini disebabkan M3 (top soil + pasir + arang sekam + kompos) memiliki struktur tanah yang baik sehingga menyebabkan akar tanaman dapat menyerap unsur hara dan air yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Kalima dan Witono (2000) melaporkan bahwa campuran tanah + pasir halus + arang sekam + kompos (1:1:1:1) memberikan hasil yang terbaik bagi perkecambahan benih rotan teretes (Daemonorops oblonga Blume).

Pengaruh Pemberian Auksin pada Pertumbuhan Bibit Aren

(49)

menyatakan bahwa tanaman dapat memproduksi sendiri hormon auksin endogen. Auksin diproduksi dalam jaringan meristematik (yaitu tunas, daun muda dan buah).

Pemberian auksin belum berpengaruh nyata pada parameter berat basah akar dan berat kering akar. Tetapi dari tabel dapat kita lihat bahwa A1 (50 ppm) cenderung menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik. Dengan dosis 50 ppm auksin diduga dapat merangsang perakaran pada bibit aren dibandingkan dengan dosis 100 dan 150 ppm. Winten (2009) menyatakan pada kadar rendah tertentu zat pengatur tumbuh akan mendorong pertumbuhan sedangkan pada kadar terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan, meracun bahkan mematikan tanaman. Selain itu, berat basah dan berat kering akar diduga dipengaruhi oleh pemberian auksin yang merangsang perakaran bibit aren. Macdonald (2002) menyatakan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan akar adalah auksin. Kegunaan dari hormon pengakaran yaitu secara keseluruhan meningkatkan persentase pengakaran, mempercepat inisiasi pengakaran, meningkatkan jumlah dan kualitas dari akar, dan mendorong pengakaran yang seragam.

Interaksi Antara Perlakuan Media Tanam dan Pemberian Auksin Terhadap Pertumbuhan Bibit Aren

(50)

pertumbuhan tanaman yang baik menurut Nelson (1991) yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman, dapat melakukan pertukaran udara antara akar dan atmosfer di atas media dan terakhir harus dapat menyokong tanaman. Sedangkan auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tanaman yang aktivitasnya dapat merangsang/mendorong pengembangan sel, auksin sudah tersedia secara alami pada tumbuhan, namun tetap harus dapat diberikan pada tanaman dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berakar, mempercepat proses pertumbuhan akar, meningkatkan jumlah dan kualitas akar dan mengurangi keragaman jumlah dan kualitas perakaran. Irwanto (2001) menyatakan bahwa sebenarnya hormon sudah tersedia secara alami pada tumbuhan, namun tetap harus dapat diberikan pada tanaman dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berakar, mempercepat proses pertumbuhan akar, meningkatkan jumlah dan kualitas akar, dan mengurangi keragaman jumlah dan kualitas perakaran. Hormon yang biasa digunakan dalam merangsang pertumbuhan akar adalah dari kelompok hormon auksin buatan yaitu IAA (Indole Acetic Acid), IBA (Indole Butyric Acid), dan NAA (Napthalene Acetic Acid) yang semua ini wujudnya bisa berupa bubuk, tablet, pasta, dan cairan.

(51)

Khaswarina (2001) bahwa pengaruh pemberian pupuk pada kelapa sawit belum berpengaruh nyata terhadap semua pengamatan parameter yang diamati.

Pada pengamatan parameter klorofil daun, dapat kita lihat bahwa kandungan klorofil a lebih tinggi dibandingkan dengan klorofil b pada semua kombinasi perlakuan. Klorofil merupakan pigmen yang berfungsi sebagai antena, mengumpulkan cahaya serta mentransfer energi ke pusat reaksi pada proses fotosintesis. Terdapat dua macam klorofil yaitu klorofil a dengan rumus molekul C55H72O5N4Mg dan klorofil b dengan rumus molekul C55H70O6N4Mg. Kandungan

klorofil a lebih tinggi dibandingkan dengan klorofil b diduga karena klorofil a berperan secara langsung dalam reaksi pengubahan energi radiasi menjadi energi kimia serta menyerap dan mengangkut energi ke pusat reaksi molekul. Sementara itu, klorofil b berfungsi sebagai penyerap energi radiasi yang selanjutnya diteruskan ke klorofil a. Setiari dan Nurchayati (2009) menyatakan bahwa klorofil a dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai antena fotosintetik yang mengumpulkan cahaya kemudian ditransfer ke pusat

reaksi. Pusat reaksi tersusun dari klorofil a. Hal ini juga didukung oleh literatur Nio dan Yunia (2001) yang menyatakan bahwa pada tanaman hijau jumlah

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan media tanam dan pemberian auksin serta interaksi media tanam dan auksin belum berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit, jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.

2. Perlakuan M3 yaitu Top soil + pasir + arang sekam + kompos (1:1:1:1) cenderung menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan M1 (Top soil + pasir + kompos) dan M2 (Top soil + arang sekam + kompos) pada pembibitan aren selama 3,5 bulan.

Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1995. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan, 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Indonesia. Jakarta.

Bernhard, M. R., 2007. Teknik Budidaya dan Rehabilitasi Tanaman Aren. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Buletin Palma No. 33, Desember 2007.

Damanik, M. M. B, Hasibuan, B. E, Fauzi, Sarifuddin, Hanum, H., 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan. Hal 17.

Dwidjoseputro, 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Effendi, D. S., 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. Volume 9 No 1, Juni 2010: 36-46. Fahmi, Z. I., 2011. Studi Teknik Pematahan Dormansi dan Media Perkecambahan

Terhadap Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata Merr.). Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan, Surabaya.

Gardner, F. P., R, Pearee dan R. L. Mitehell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya Penerjemah Herawawati Susilo, UI Press, Jakarta.

Hendry, G. A. F., dan J. P. Grime., 1993. Methods on comparative plant ecology, a laboratory manual. London ; Chapman and Hill.

Irwanto, 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Skripsi. Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Ambon.

Kalima, T.J.R dan Witono. 2000. Pengaruh media tanam dan frekuensi pemupukan kompos terhadap pertumbuhan semai rotan teretes. Bul. Pen. Hut. 623:51-58.

Khaswarina, S., 2001. Keragaan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Berbagai Kombinasi Pupuk di Pembibitan Utama. Jurnal Natur Indonesia

III (2) : 138-150.

(54)

Maliangkay, R, B., 2007. Teknik budidaya dan rehabilitasi tanaman aren. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Buletin Palma No.33, 67-77. Murniati, E dan Rofik, A., 2008. Pengaruh Perlakuan Deoperkulasi Benih dan

Media Perkecambahan untuk Meningkatkan Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata Merr.), Bogor. Bul. Agron. (36) (1) 33-40.

Murniati, E., M dan Suminar. 2006. Pengaruh jenis media perkecambahan dan perlakuan pra perkecambahan terhadap viabilitas benih mengkudu (Morindacitrifolia L.) dan hubungannya dengan sifat dormansi benih. Bul. Agron. 34 (2):119-123.

Nelson, P. V., 1991. Greenhouse Operation and Management. Reston Publishing Company, Inc, Virginia.

Nio, S. A. dan Yunia, B., 2001. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 2

Universitas Samratulangi, Manado.

Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Edisi Revisi. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Nurhasybi. 1995. Penentuan media, metode uji serta pengaruh larutan Bleach (NaClO) dalam perkecambahan benih rotan manau. Bul. Perbenihan Kehutanan 2 (1):26-33.

Pratiwi dan H. Alrasjid, 1989. Teknik Budidaya Aren. Departemen Kehutanan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor.

Priyono, S dan Hoesen, D. S. H., 2000. Peranan Zat Pengatur Tumbuh IBA, NAA dan IAA pada Perbanyakan Amarilis Merah (Amaryllidaceae)

Rindengan, B dan E. Manaroinsong, 2009. Aren. Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar Nabati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Hlm. 1-22.

Saleh, M. S., 2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama Ekstraksi Buah. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNTAD. Agrosains 6 (2) : 79-83.

Salisbury, F.B., dan C. W. Ross., 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung Setiari, N dan Nurchayati, Y., 2009. Eksplorasi Kandungan Klorofil pada

(55)

Setyadi, H., 2010. Tanaman Gelombang Cinta (Anthurium Plowmanii) dengan Media Campuran Arang Sekam dan Kompos. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sunanto, H., 1993. Aren Budidaya dan Multigunanya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Tulung, F. H., 2003. Budidaya dan Manfaat Aren di Minahasa. Suling Menge’et (Suara Lingkungan dan Penyadap Aren), Arenga Pinata. Yayasan Masarang dan Kelompok Aren Pinata. Brosur Edisi Desember, 2003.

Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal Agronomi Indonesia 37 (2) : 152 – 158.

(56)
(57)

Lampiran 2. Bagan Tanaman per Plot

80 cm

80 cm

(58)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Minggu Setelah Pindah Tanam

Pindah Tanam

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Persiapan Lahan X

Pembuatan Naungan X

Persiapan Media Tanam X

Penanaman Bibit X

Pemupukan Dasar X X

Aplikasi Auksin X X X

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan

Penyiangan Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan

Pengendalian Hama dan Penyakit Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan

Pengamatan Parameter

Pertambahan Tinggi Bibit (cm) X X X X X X X X

Jumlah Daun (helai) X X X X X

Klorofil Daun (g/ml) X

Diameter Batang (mm) X

Luas Daun (cm2) X

Berat Basah Tajuk (gr) X

Berat Basah Akar (gr) X

Berat Kering Tajuk (gr) X

(59)

Lampiran 4. Data Perkecambahan Biji Aren

Tanggal Kegiatan

06 Pebruari 2012 Pengambilan Biji Aren dari

Rantauprapat, Kabupaten Labuhan Batu 08 Maret 2012 Penyemaian Biji Aren dengan media

tanam pasir dan top soil (2 : 1) 30 April 2012 Biji aren mulai berkecambah 19 Mei 2012 Mulai muncul primordia daun

Jumlah biji aren yang ditanam :150 biji Jumlah biji aren yang tumbuh : 85 biji

(60)

Lampiran 5. Data rataan pertambahan tinggi bibit 6 MSPT

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 6. Sidik ragam data rataan pertambahan tinggi bibit 6 MSPT

(61)

Lampiran 7. Data rataan pertambahan tinggi bibit 8 MSPT

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 8. Sidik ragam data rataan pertambahan tinggi bibit 8 MSPT

(62)

Lampiran 9. Data rataan pertambahan tinggi bibit 10 MSPT

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 10. Sidik ragam data rataan pertambahan tinggi bibit 10 MSPT

(63)

Lampiran 11. Data rataan pertambahan tinggi bibit 12 MSPT

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 12. Sidik ragam data rataan pertambahan tinggi bibit 12 MSPT

(64)

Lampiran 13. Data rataan pertambahan tinggi bibit 14 MSPT

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 14. Sidik ragam data rataan pertambahan tinggi bibit 14 MSPT

(65)

Lampiran 15. Data rataan jumlah daun 6 MSPT

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 16. Sidik ragam data rataan jumlah daun 6 MSPT

(66)

Lampiran 17. Data rataan jumlah daun 8 MSPT

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 18. Sidik ragam data rataan jumlah daun 8 MSPT

(67)

Lampiran 19. Data rataan jumlah daun 10 MSPT

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 20. Sidik ragam data rataan jumlah daun 10 MSPT

(68)

Lampiran 21. Data rataan jumlah daun 12 MSPT

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 22. Sidik ragam data rataan jumlah daun 12 MSPT

(69)

Lampiran 23. Data rataan jumlah daun 14 MSPT

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 24. Sidik ragam data rataan jumlah daun 14 MSPT

(70)

Lampiran 25. Data rataan klorofil a

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 26. Sidik ragam data rataan klorofil a

(71)

Lampiran 27. Data rataan klorofil b

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 28. Sidik ragam data rataan klorofil b

(72)

Lampiran 29. Data rataan klorofil total

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 30. Sidik ragam data rataan klorofil total

(73)

Lampiran 31. Data rataan diameter batang

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 32. Sidik ragam data rataan diameter batang

(74)

Lampiran 33. Data rataan luas daun

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 34. Sidik ragam data rataan luas daun

(75)

Lampiran 35. Data rataan berat basah tajuk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 36. Sidik ragam data rataan berat basah tajuk

(76)

Lampiran 37. Data rataan berat basah akar

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 38. Sidik ragam data rataan berat basah akar

(77)

Lampiran 39. Data rataan berat kering tajuk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 40. Sidik ragam data rataan berat kering tajuk

(78)

Lampiran 41. Data rataan berat kering akar

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 42. Sidik ragam data rataan berat kering akar

(79)

Dokumentasi Penelitian

Gambar 3. Foto Tanaman Induk Aren

(80)

Gambar 4. Tahap Pertumbuhan Aren

1. Biji aren 2. Biji Aren pada persemaian

3. Kecambah aren yang siap untuk dipindahkan ke polibag 4. Kecambah aren yang telah

(81)

6. Daun pertama aren yang telah mekar 5. Daun hampir mekar

7. Daun kedua aren mulai muncul 8. Daun kedua aren

(82)

Gambar 5. Bibit aren pada saat pindah tanam

Perlakuan M1A0 Perlakuan M1A1

Perlakuan M1A2 Perlakuan M1A3

(83)

Perlakuan M2A2 Perlakuan M2A3

Perlakuan M3A0 Perlakuan M3A1

(84)

Gambar 6. Bibit aren pada saat umur 14 MSPT

Perlakuan M1A0 Perlakuan M1A1

Perlakuan M1A2 Perlakuan M1A3

(85)

Perlakuan M2A2 Perlakuan M2A3

Perlakuan M3A0 Perlakuan M3A1

(86)

Gambar 7. Aplikasi auksin yang diaplikasikan pada saat 5, 7 dan 9 MSPT

(87)

Gambar 8. Tahapan Analisis klorofil dengan metode Hendry dan Grime

1. Daun aren yang telah dibersihkan

2. Daun aren ditimbang 0.10 g

3. Daun aren digerus dengan menggunakan mortal

4. Aceton diambil dengan menggunakan

i t t t

5. Aceton dicampur dengan daun aren yang telah halus

(88)

9. Spektrofotometer 10. Ekstrak daun aren

dimasukkan ke dalam cuvet, lalu cuvet dimasukkan ke dalam

spektrofotometer untuk mengukur jumlah klorofilnya

11. Cuvet yang berisi estrak dimasukkan kedalam

spektrofotometer

12. pembacaan angka pada spektrofotometer 7. Ekstrak daun aren yang

telah dipindahkan ke dalam

(89)

Gambar 9. Foto tajuk bibit aren pada saat akhir penelitian

(90)

(91)

Gambar 10. Foto akar bibit aren pada saat akhir penelitian

(92)

(93)

Gambar 11. Foto lahan penelitian

Foto pada saat Supervisi dengan Dosen Pembimbing

Gambar

Gambar 1 Kondisi pertambahan tinggi bibit pada perlakuan media
Tabel 1. Rataan pertambahan tinggi bibit (cm) pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin pada umur 6, 8, 10, 12 dan 14 MSPT
Gambar 1. Kondisi pertambahan tinggi bibit pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin
Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) pada perlakuan media tanam dan pemberian auksin pada umur 6-14 MSPT
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Peserta yang diperkenankan mengikuti Ujian Dinas Tahun 2016 adalah yang hadir tepat waktu atau paling lambat 15 menit setelah Ujian dimulai. b) Para peserta Ujian

7 Hasil penelitian Utari pada juga menunjukkan pengaruh yang cukup signifikan dari pemberian spora jamur Beauveria bassiana pada konsentrasi yang berbeda terhadap

Hadis-hadis di atas menjadi dalil bagi mereka yang menyatakan kebolehan ber- kurban seekor kambing, domba, atau biri-biri untuk orang yang berkurban dan keluarganya dengan

Salah satu upaya yang diungkapan Didi Istiadi saat wawancara dengan penulis, mengatakan bahwa secara internal dalam menghadapi persaingan program kompetitor di slot waktu yang

[r]

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam

 Menyajikan hasil analisis fungsi dan peran APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomi melalui media lisan dan tulisan. 3.7 Menganalisis perpajakan dalam pembangunan

Hasil dari penelitian ini menunjukan tingkat serangan hama penggerek batang lada terendah teridentifikasi pada perkebunan lada dengan teknik pengendalian gulma yang