ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK
(Studi Kasus : Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina)
SKRIPSI
OLEH:
AFRIDA AMALIA SIREGAR 070304008
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK
(Studi Kasus : Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina)
SKRIPSI
OLEH:
AFRIDA AMALIA SIREGAR 070304008
Skripsi sebagai syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
KOMISI PEMBIMBING
Ketua Anggota
( Dr. Ir. Tavi Supriana, MS ) ( Ir. Luhut Sihombing, MP NIP. 19641102 198903 2 001 NIP. 19651008 199203 1 001
)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
AFRIDA AMALIA SIREGAR (070304008) dengan judul penelitian
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK (Studi Kasus: Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel ). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, dan Ir. Luhut Sihombing, MP).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan salak sampai menjadi produk olahan, untuk menganalisis besarnya nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan salak sampai menjadi produk olahan pada Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, dan untuk
membandingkan nilai tambah yang diperoleh antara hasil produk olahan salak yaitu dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak.usaha pengolahan kedelai menjadi tahu dengan usaha pengolahan kedelai menjadi tempe.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara studi kasus yaitu mempelajari secara mendalam mengenai keadaan kehidupan sekarang dengan latar belakangnya secara mendalam hanya pada satu unit sosial. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara Purposive Area
Sampling. Yaitu merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu seperti orang yang ahli di bidangnya. Dengan metode tersebut, maka ditetapkan yang menjadi sampel penelitian ini adalah staff ahli bidang pengolahan di Sentra Industri Pengolah Buah Salak Agrina.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai tambah untuk proses pengolahan dodol salak sebesar Rp 11.270/Kg, kurma salak sebesar Rp 63.853,4/kg, keripik salak sebesar 5.326,67/Kg, dan pada sirup salak sebesar Rp 15.963,76/Kg. Dengan demikian, nilai tambah tertinggi didapat pada pengolahan kurma salak.
RIWAYAT HIDUP
AFRIDA AMALIA SIREGAR, dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 11 September 1988 dari ayahanda Drs. Ali aman Siregar dan ibunda Leli Farida
Hasibuan. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 12/142428
Padangsidimpuan pada tahun 2001, SMP Negeri 1 Padangsidimpuan pada tahun
2004, SMA Negeri 2 Padangsidimpuan pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis
diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara melalui jalur PMP.
Pada Bulan Januari 2012 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Industri Kecil
Pengolah Buah Salak Agrina, Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat,
Kabupaten Tapanuli Selatan. Kemudian pada bulan Juni 2011 melaksanakan
praktik kerja lapangan (PKL) di Desa Gambus Laut Kecamatan Lima Puluh
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmad, hidayah,
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK (Studi Kasus : Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel)”.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua yang
selalu memberi motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku
ketua komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan
dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada Bapak
Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku anggota komisi pembimbing, yang juga banyak
memberi semangat, dorongan, dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS. dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua
dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU
2. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis
3. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut
Segala hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada Kakak Delfi Andreni
Siregar, S.P., dan Adek Alfriyandi Siregar , yang terus memberi dukungan dan
semangat kepada penulis untuk terus berkarya.
Ucapan terima kasih kepada yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2012
P e n u l i s
DAFTAR ISI
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.1.1 Salak ... 6
2.1.2 Usaha Pengolahan Salak ... 7
2.2 Landasan Teori ... 11
2.3Kerangka Pemikiran ... 16
BAB III. METODE PENELITIAN ... 19
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 19
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19
3.4 Metode Analaisis Data ... 20
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 21
3.5.1 Defenisi ... 22
BAB IV.DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
RESPONDEN ... 25
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 25
4.1.1 Luas dan Letak Geografis ... 25
4.2.2 Keadaan Penduduk ... 26
4.2 Karakteristik Sampel ... 30
4.2.2 Karakteristik Pengolahan Salak ... 34
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
5.1Proses Pembuatan Dodol salak, Kurma salak, Keripik salak dan Sirup Salak……….... 36
5.1.1 Proses Pembuatan dodol salak ... 38
5.1.2 Proses Pembuatan Kurma salak ... 41
5.1.3 Proses Pembuatan Keripik salak ... 44
5.1.4 Proses Pembuatan Sirup salak ... 46
5.2 Nilai Tambah usaha Pengolahan Salak ... 49
5.2.1 Nilai Tambah Pembuatan Dodol salak ... 50
5.2.2 Nilai Tambah Pembuatan Kurma salak ... 53
5.2.3 Nilai Tambah Pembuatan Keripik salak... 56
5.2.4 Nilai Tambah Pembuatan Sirup salak ... 59
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal.
1. Kerangka Pemikiran Nilai Tambah Meode Hayami………. 21
2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Parsalakan tahun 2010…...……….... 27
3. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Parsalakan tahun 2010……… 27
4. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa PArsalakan tahun 2010 ... 29
5. Distribusi Penduduk menurut mata Pencaharian di Desa Parsalakan tahun 2010 ... 30
6. Jumlah penjualan Pengolahan salak Agrina ... 31
7. Rata-rata penggunaan salak dalam pembuatan dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak ... 36
8. Nilai tambah produk dodol salak ... 50
9. Sumbangan input lain pembuatan dodol salak ... 51
10. Nilai tambah Produk Kurma Salak ... 53
11. Sumbangan input lain pembuatan kurma salak ... 54
12. Nilai tambah Produk keripik salak 56 13. Sumbangan input lain pembuatan Keripik salak ... 57
14. Niali tambah Produk Sirup salak ... 59
15. Sumbangan input lain pembuatan sirup salak ... 60
16. Perbandingan nilai tambah Dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak ... 62
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal.
1. Skema kerangka Pemikiran ... 18
2. Struktur organisasi Industri Kecil dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolah salak Agrina ... 32
3. Skema proses pembuatan dodol salak... 38
4. Skema proses pembuatan kurma salak ... 41
5. Skema proses pembuatan keripik salak ... 44
6. Skema proses pembuatan sirup salak ... 46 7. Dokumentasi proses pembuatan dodol salak, keripik salak, kurma
DAFTAR LAMPIRAN No. Judul
1. Biaya bahan baku dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak 2. Biaya Bahan Penunjang dodol salak
3. Biaya bahan tambahan dodol salak
4. a. penggunaan tenaga kerja per produksi (per hari) untuk dodol salak b. perhitungan upah rata-rata tenaga kerja
5. Biaya bahan penunjang kurma salak 6. Biaya bahan tambahan kurma salak
7. a. penggunaan tenaga kerja per produksi (per hari) untuk kurma salak b. perhitungan upah rata-rata tenaga kerja
8. Biaya bahan penunjang keripik salak 9. Biaya bahan tambahan keripik salak
10. a. penggunaan tenaga kerja per produksi (per hari ) untuk keripik salak b. perhitungan upah rata-rata tenaga kerja
11. Biaya bahan penunjang sirup salak 12. Biaya bahan tambahan sirup salak
13. a. penggunaan tenaga kerja per produksi (per hari) untuk sirup salak b. perhitungan upah rata-rata tenaga kerja
14. Perhitungan jumlah Output 15. jumlah Input dan Output
ABSTRAK
AFRIDA AMALIA SIREGAR (070304008) dengan judul penelitian
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK (Studi Kasus: Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel ). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, dan Ir. Luhut Sihombing, MP).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan salak sampai menjadi produk olahan, untuk menganalisis besarnya nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan salak sampai menjadi produk olahan pada Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, dan untuk
membandingkan nilai tambah yang diperoleh antara hasil produk olahan salak yaitu dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak.usaha pengolahan kedelai menjadi tahu dengan usaha pengolahan kedelai menjadi tempe.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara studi kasus yaitu mempelajari secara mendalam mengenai keadaan kehidupan sekarang dengan latar belakangnya secara mendalam hanya pada satu unit sosial. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara Purposive Area
Sampling. Yaitu merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu seperti orang yang ahli di bidangnya. Dengan metode tersebut, maka ditetapkan yang menjadi sampel penelitian ini adalah staff ahli bidang pengolahan di Sentra Industri Pengolah Buah Salak Agrina.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai tambah untuk proses pengolahan dodol salak sebesar Rp 11.270/Kg, kurma salak sebesar Rp 63.853,4/kg, keripik salak sebesar 5.326,67/Kg, dan pada sirup salak sebesar Rp 15.963,76/Kg. Dengan demikian, nilai tambah tertinggi didapat pada pengolahan kurma salak.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Salak (Salacca edulis l) merupakan buah tropik asli Indonesia yang banyak
tersebar di seluruh Kepulauan nusantara. Tanaman salak termasuk keluarga
palem-paleman (Arecacear). Ciri khas dari tanaman ini adalah tulang daun atau
pelepahnya yang berduri tajam. Buah salak yang bertandan muncul daari dalam
pelepah daun. Kulit buah berupa susunan seperti sisik yang membungkus daging
buah. Daging buah salak kebanyakan berwarna putih kusam dan atau kekuningan.
Namun ada juga buah salak yang dagingnya berwarna kemerahan. Jenis buah
salak yang terdapat di daerah Kabupaten Tapanuli Sselatan ini sangat variatif
ditinjau dari produktivitasnya (Disperindag dan UKM,2008).
Sejak tahun 1999, Menteri Pertanian RI telah menetapkan varietas lokal salak
Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi “salak merah” dan “salak putih”, sebagai
dua varietas salak nasional, melengkapi 6 varietas salak unggulkan yang
ditetapkan di Indonesia. Dalam hal ini, maka Dinas Perindustrian Perdagangan
dan Koperasi/UKM Kabupaten Tapanuli Selatan sejak tahun 2006 sampai saat ini
terus berupaya meningkatkan pengolahan buah salak ini menjadi produk yang
dapat meningkatkan nilai tambah, baik dalam membuka lapangan kerja baru,
diversifikasi buah salak, maupun membangun sentra produksi yang disesuaikan
dengan potensi daerah masing-masing.
Dengan didirikannya Sentra Workshop SAlak Agrina di Jl. Psp-Sibolga Km.12
dapat menjadi motor untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk yang
bahan bakunya dari buah salak. Sehingga ke depan terciptalah produk-produk
unggulan yang dapat dipasarkan di dalam negeri maupun Internasional demi
untuk meggairahkan ekonomi masyarakat petani salak khususnya di Kec. Angkola
Barat dan umumnya di Kab. Tapanuli Selatan.
Menurut Penelitian Mardiah pada skripsi dan penelitian dari laboratorium IPB
Bogor bahwa buah salak dapat menjadi makanan diet pengganti nasi karena zat
yang terkandung dalam 100mg buah salak dapat dapat menggantikan fungsi nasi
dalam tubuh manusia karena kandungan gizinya yang cukup lengkap. Adapun
manfaat mengkonsumsi buah salak segar dan salak olahan baik berupa makanan
dan minuman antara lain menurunkan kolesterol dalam tubuh, menurunkan kadar
gula dalam darah, mempertahankan kelembaban kulit, memperkuat struktur tulang
dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (antibodi).
Hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa di Kec.
Angkola Barat belum pernah ditemukan penyakit lumpuh layu karena masyarakat
Angkola Barat senantiasa mengkonsumsi buah salak dan rata-rata masyarakat
sanggup mengangkat beban kuat dan tahan berjalan kaki turun naik gunung
karena memiliki struktur tulang yang kuat.
Salah satu buah yang dapat dikonsumsi dalam keadaan segar dan sudah
membusuk adalah buah salak. Buah salak juga dapat dimakan kapan saja, baik
dalam keadaan lapar atau kenyang, maupun pada waktu pagi, siang maupun
Maka berdasarkan alasan-alasan ataupun latar belakang di atas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang roses pengolahan dan nilai tambah
produk dodol salak, kurma salak, keripik salak, dan sirup salak dalam usaha
pengolahan di daerah penelitian.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
didapat antara lain :
1) Bagaimana proses pembuatan dodol salak, kurma salak, keripik salak dan
sirup salak di daerah penelitian ?
2) Berapa nilai tambah yang dihasilkan akibat dari usaha pengolahan salak
sampai menjadi dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak?
3) Bagaimana perbandingan nilai tambah antara hasil dari usaha pengolahan
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengidentifikasi proses pembuatan dodol salak, kurma salak, keripik
salak, dan sirup salak di daerah penelitian.
2) Untuk mengidentifikasi seberapa besar nilai tambah (value added) produk
dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak.di daerah penelitian.
3) Untuk membandingkan nilai tambah yang diperoleh antara hasil usaha
pengolahan salak menjadi dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup
salak. Di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan
penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1) Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pelaku yang sedang dan akan
melakukan usaha agroindustri salak.
2) Sebagai informasi bagi para pelaku agroindustri dalam kegiatan yang sedang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Salak
Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis l Salak merupakan tanaman
asli Indonesia. Oleh karena itu, bila kita bertanam salak berarti kita melestarikan
dan meningkatkan produksi negeri sendiri. Tanaman salak termasuk golongan
tanaman berumah dua (dioecus), artinya jenis tanaman yang membentuk bunga
jantan pada tanaman terpisah dari bunga betinanya. Dengan kata lain, setiap
tanaman memiliki satu jenis bunga atau disebut tanaman berkelamin satu
(unisexualis) (Soetomo, 2001).
Nama dagang Internasional untuk buah asli Indonesia ini tergolong unik, snake
fruit. Julukan ini diberikan pada buah salak mungkin karena kulit buahnya yang
tersusun seperti ular (Redaksi Agromedia, 2007). Tanaman salak dapat ditanam di
daerah dataran rendah mulai dari tanah ngarai, daerah pesisir dan tepi pantai
sampai ke dataran tinggi di lereng-lereng bukit atau pegunungan sampai pada
ketinggian 750 meter di atas permukaan laut.
Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun
200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah
tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau
kelembaban yang tinggi. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari
peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban
tinggi, tetapi tidak tahan genangan air.
Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab. Derajat
keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 - 7,5. Kebun
salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan
kelembaban tinggi.
Jenis salak bermacam-macam. Umumnya orang menyebut jenis salak dengan
mengambil nama daerah asal salak salak atau nama tempat di mana salak itu
tumbuh. Misalnya Salak Condet, Salak Madura, Salak Bali, Salak Pondoh, Salak
Manonjaya, Salak Ambarawa, Salak Padangsidempuan, Salak Merak, Salak
Bango, Salak hutan. Namu ada juga yang menyebutkan jenis salak berdasarkan
rasanya seperrti Salak gula Pasir, Salak Nangka, Salak Nenas, Salak Madu dan
ada juga orang yang memberikan nama kepada salak ini berdasarkan nama orang
yang mengenalkan atau mempopulerkannya seperti Salak Doli, salak Damang dan
Salak sari.
Secara umum di Indonesia ada tiga jenis salak yang termasuk dalam kelompok
Salacca edulis. Pembagiannya didasarkan pada bentuk tanaman, bentuk buah dan
rasanya. Ketiga jenis salak ini adalah jenis salak Padangsidimpuan, Salak Bali,
dan salak Madura. Sedangkan untuk jenis-jenis lain yang diemukakan belakangan
ini sebagai salak unggul adalah hasil persilangan dari ketiga janis salak tersebut.
Dalam penelitian ini salak yang akan diolah menjadi produk olahan adalah salak
Secara umum penampakan salak Padangsidimpuan lebih kekar dan lebih besar
dari salak jenis lainnya. Buahnya besar-besar, kulitnya coklat kekuning-kuningan
terganrung pada jenis dan varietasnya. Sisik kulit buah besar-besar dan jarang,
duri pada kulit buah pendek-pendek, berwarna coklat abu-abu dan sangat mudah
patah. Daging buah berwarna putih, putih krem atau putih kemerah-merahan, bila
buah belum tua betul warna merahnya yang dominan. Rasa buahnya yang telah
tua manis, kadang-kadang masir yamg ditandai dengan adanya bagian dari daging
buah yang melekat pada biji. Rasa salak ini jarang yang masam, bila masih muda
rasa pahitnya yang dominan.
2.1.2 Usaha Pengolahan salak
Untuk menghasilkan penghasilan yang lebih baik dari sebuah aktivitas pertanian,
perlu adanya modifikasi dari setiap komoditi yang dihasilkan. Bentuk modifikasi
tersebut bisa berupa pengolahan komoditi prtanian menjadi barang / sesuatu yang
memiliki nilai lebih. Salah satu aktifitas tersebut adalah dengan melakukan
agroindustri.
Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan
sebagai berikut :
1. Meningkatkan Nilai Tambah
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh
produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses.
Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas
pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan
menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai
tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik
pasar domestik maupun pasar luar negeri.
2. Kualitas Hasil
Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan
kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan
keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja
menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi
harga barang itu sendiri.
3. Penyerapan Tenaga Kerja
Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap.
Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga
kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan
4. Meningkatkan Keterampilan
Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan
keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh
hasil penerimaan usahatani yang lebih besar.
5. Peningkatan Pendapatan
Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total
penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya
petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas
hasil penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar (Soekartawi, 2003).
Menurut Lakitan (1995), pengolahan hasil merupakan salah satu bentuk kagiatan
sektor pertanian dan sektor industri. Oleh sebab itu adalah wajar jika batasan yang
tegas dari agroindustri sulit untuk digariskan dan sering menjadi bahan perdebatan
antara industri dan pertanian.
Usaha pengolahan hasil pertanian akan memberikan beberapa keuntungan, antara
lain:
1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil
2. Maningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian
3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian, baik dalam bentuk segar
maupun hasil olahan
4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian, dan
5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan produk pertanian.
Produk hasil olahan berbahan baku salak di Kabupaten Tapanulu Selatan
diantaranya adalah dodol, kurma, keripik dan sirup salak.
Dodol Salak
Dodol salak merupakan makanan tradisional yang cukup popular di beberapa
daerah di Indonesia dan memiliki rasa yang khsa dan enak serta digemari hamper
semua kalangan mulai dari anak-anak sampai orang tua. Rasa dan aroma dodol
salak yang dihasilkan akan sama dengan buah aslinya yaitu tergantung pada
varietas salak yang digunakan. (Satuhu dan Sunarmani, 2004).
Kurma Salak
Kurma salak merupakan makanan yang mirip seperti kurma yang berasal dari
ini mempunyai rasa yang enak dan cocok untuk dijadikan oleh-oleh bagi keluarga
atau sanak saudara, selain itu cocok juga sebagai makanan untuk diet.
Keripik Salak
Hampir semua jenis salak yang ada di Indonesia dapat diolah menjadi kripik buah.
Setiap mendapatkan kripik salak yang berkualitas sebaiknya dipilih jenis salak
yang manis, namun rasanya tidak terlalu sepet dan daging buah buahnya tidak
terlalu tebal. Jenis salak pondoh hitam, salak nglumut, salak lokal dapat
menghasilkan kripik yang berkualitas. Namun yang paling banyak dijadikan
keripik salak adalah dari jenis salak pondoh. Banyak keunggulan salak pondok
organik. Antara lain, aman dikonsumsi tanpa residu pestisida dan pupuk kimia
sintetik, higienis, lebih manis, dan mempunyai rasa alami. Salak jenis ini juga
lebih tahan lama, tidak mudah busuk, kulit lebih mudah dikupas, dan mempunyai
ukuran buah yang relatif lebih besar.
Sirup Salak
Akhir-akhir ini beredar berbagai macam sirup buah dengan berbagai macam merk.
Minuman sirup mulal populer sejak 25 tahun yang lalu dan menjadi tren minuman
segar yang disukai oleh kalangan anak-anak, remaja maupun orang tua karena
praktis dalam penyajiannya. Berbagai macam buah telah banyak dijadikan bahan
sirup dan temyata sukses dipasaran. Namun hingga saat ini belum banyak ditemui
sirup dari buah salak , padahal salak pun cukup potensial untuk dijadikan
2.2Landasan Teori
Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena
mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu
produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai
selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku daninput lainnya, tidak
termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk
dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor
produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa
pengusaha pengolahan (Hayami et al., 1987).
Menurut Hayami et al. (1987), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu
nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor
yang memperngaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi
dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah
kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja.
Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja,
harga bahan baku, dan nilai input lain.
Perhitungan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan suatu produk
dapat menggunakan Metode Hayami. Kelebihan dari analisis nilai tambah dengan
menggunakan Metode Hayami adalah pertama, dapat diketahui besarnya nilai
tambah, nilai output, dan produktivitas, kedua, dapat diketahui besarnya balas jasa
terhadap pemilik-pemilik faktor produksi, serta ketiga, prinsip nilai tambah
menurut Hayami dapat diterapkan untul subsistem lain diluar pengolahan,
Suatu agroindustri diharapkan mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi
selain mampu untuk memperoleh keuntungan yang berlanjut. Nilai tambah yang
diperoleh dari pengolahan merupakan selisih antara nilai komoditas yang
mendapat perlakuan pada suatu tahap dengan nilai korbanan yang harus
dikeluarkan selama proses produksi terjadi. Nilai tambah yang diperoleh lebih dari
50% maka nilai tambah dikatakan besar dan sebaliknya, nilai tambah yang
diperoleh kurang dari 50% maka nilai tambah dikatakan kecil (Sudiyono, 2004).
Distribusi nilai tambah berhubungan erat dengan teknologi yang diterapkan dalam
proses pengolahan, kualitas tenaga kerja, dan bahan baku. Bila teknologi padat
karya yang dipilih, maka proporsi untuk bagian tenaga kerja yang lebih besar
daripada proporsi terhadap keuntungan perusahaan. Apabila padat modal, maka
yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu proporsi untuk bagian tenaga kerja lebih
kecil. Besar kecilnya imbalan terhadap tenaga kerja tergantung pada kualitas
tenaga kerjanya. Apabila faktor konversi bahan baku terhadap produk akhir
berubah, maka yang terjadi adalah adanya perubahan kualitas bahan baku atau
perubahan teknologi (Sudiyono, 2004).
Proses pengolahan hasil pertanian memberikan nilai tambah yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan produk pertanian itu sendiri sehingga mampu memberikan
kontribusi nilai ekonomis yang tinggi. Dalam beberapa peranan pengolahan hasil
baik pengolahan hasil pertanian maupun penunjang dapat meningkatkan
pendapatan pelaku agribisnis, mampu menyerap banyaknya tenaga kerja,
meningkatkan devisa negara, dan mendorong tumbuhnya industri lain (Soekatawi,
Pengolahan hasil
meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai tambah untuk pengolahan adalah faktor teknis yang meliputi kualitas produk,
penerapan teknologi, kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan
tenaga kerja serta faktor non-teknis yang meliputi harga output, upah kerja, harga
bahan baku, dan nilai input selain bahan baku dan tenaga kerja. Faktor teknis akan
berpengaruh terhadap penentuan harga jual produk, sementara faktor nonteknis
akan berpengaruh terhadap faktor konversi dan biaya produksi (Sudiyono, 2004).
Pada pengolahan hasil pertanian dapat dikatakan juga dengan adanya diversifikasi
vertikal yaitu kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan (memasukkan)
tambahan kegiatan atau perlakuan terhadap komoditas setelah panen., sehingga
para petani/produsen bersangkutan dapat memperoleh nilai tambah dari komoditas
yang dihasilkan. Melalui kegiatan ini (penyimpanan, pengeringan, pengolahan,
pengangkutan) nilai tambah yang semula dinikmati oleh pihak lain (pengolah,
pedagang) sekarang diterima oleh petani produsen bersangkutan, sehingga dengan
demikian pendapatan petani dapat ditingkatkan (Suryana, 1990).
Dalam menjalankan suatu usaha pengolahan hasil pertanian dibutuhkan biaya.
Biaya ialah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus
dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Untuk menghasilkan suatu barang
atau jasa tentu ada bahan baku, tenaga kerja dan jenis pengorbanan lain yang tidak
dapat dihindarkan. Tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan tersebut tidak akan
Income statement adalah suatu ringkasan dari pendapatan dan pengeluaran untuk
jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai alat kontrol untuk alat evaluasi suatu
usaha. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya
produksi. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi, maka harus mengupayakan
penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah dan sebaliknya
(Soekartawi, 1995).
Komoditi pertanian dapat juga disebut sebagai barang primer, yang biasanya
apabila produksi tinggi maka harga akan turun. Karena harga turun maka
pendapatan menjadi berkurang. Apabila agroindustri dikembangkan maka akan
mendapatkan nilai tambah yang tinggi pula, serta dapat meningkatkan permintaan
yang lebih besar dari produk pertanian dan sebaliknya. Tidak hanya bentuk primer
yang diminta tetapi juga bentuk sekunder sebagai hasil olahan (Saragih, 2001).
Agroindustri pengolahan salak menjadi dodol salak, keripik salak, kurma salak
dan sirup salak merupakan pengolahan hasil produk olahan sehingga agroindustri
adalah bagian dari sub-sistem agribisnis. Agroindustri adalah industri yang
berbahan baku utama dari industri pertanian. Agroindustri pada konteks ini
menekankan pada food processing management dalam suatu produk olahan, yang
bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Dalam lingkup agroindustri ini
digunakan teknologi untuk mampu memberikan nilai tambah yang relatif tinggi
terhadap produk yang dihasilkan (Husodo dkk, 2004).
Sebagai contoh aplikasi peningkatan teknologi yang dapat meningkatkan nilai
Pemanfaatan teknologi untuk pengolahan dapat dilakukan dengan beberapa tahap
yaitu :
1. Tahap primer, yaitu output utama yang dihasilkan dalam proses produksi
langsung dinikmati oleh konsumen tanpa adanya pengolahan lebih lanjut.
2. Tahap Sekunder, yaitu produk yang dihasilkan mengalami proses pengolahan
tertentu secara tradisional. Pengolahan secara tradisional ini kemudian secara
perlahan menjadi lebih maju, kemudian output dari hasil pengolahan itu
dikonsumsi.
3. Tahap tersier, yaitu ketika output yang dihasilkan oleh tahap sekunder diolah
dengan proses yang lebih canggih sehingga menghasilkan bahan pangan yang
dapat diolah menjadi berbagai macam makanan turunan dari produk tersebut
(Husodo dkk, 2004).
Menurut Soekartawi (1999), nilai tambah merupakan penambahan nilai suatu
komoditi karena adanya input fungsional yang diperlakukan pada komoditi yang
bersangkutan. Besarnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor teknis yang
terdiri dari kapasitas produksi, penerapan teknologi, kualitas produk, kuantitas
bahan baku dan input penyerta serta faktor pasar yang meliputi harga jual output,
harga bahan baku, nilai input lain dan upah tenaga kerja.
Peningkatan nilai tambah dari suatu produk agribisnis pada dasarnya tidak
terlepas dari aplikasi teknologi yang tepat dan sistem manajemen yang
professional. Besarnya nilai tambah yang tergantung dari teknologi digunakan
dalam proses produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang
produk dengan kualitas yang lebih baik pula, sehingga harga produk olahan akan
lebih tinggi dan akhirnya akan memperbesar nilai tambah yang diperoleh
(Suryana, 1990).
2.3Kerangka Pemikiran
Usaha pengolahan salak Agrina adalah salah satu usaha pengolahan yang
memanfaatkan salak sebagai bahan baku utama dalam proses produksi olahan,
dimana salak tersebut akan diolah menjadi produk yang diinginkan. Dalam
penelitian ini berupa dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak.
Produksi salak tidak dapat bertahan lama, maka untuk itu perlu dilakukan
pengolahan lebih lanjut agar dapat bertahan lama untuk dikonsumsi. Usaha
pembuatan dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak di daerah
penelitian masih tergolong sederhana karena masih menggunakan beberapa
peralatan yang ,asih sederhana atau masih bersifat tradisional. Namun dengan
proses pengolahan ini akan menghasilkan produk dodol, kurma, keripik dan sirup
salak yang apadt menghasilkan nilai tambah.
Produk dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak merupakan produk
yang dihasilkan dari proses pengolahan salak di daerah penelitian. Diantara
produk yang dihasilkan, produk dodol, kurma, keripik dan sirup salak ini adalah
produk yang dominan dihasilkan oleh pelaku usaha pengolahan salak di darah
penelitian.
Dalam menganalisis nilai tambah produk dapat diperoleh dari hasil olahan,
kemudian dihitung besarnya nilai tambah dari masing-masing output dengan
put, biaya bahan baku, dan biaya bahan penunjang lainnya yang menjadi penentu
besarnya nilai tambah yang dihasilkan, dan dari nilai tambah yang diperoleh ke
empat produk tersebut maka akan dapat dibandingkan produk mana yang lebih
Keterangan :
Menyatakan proses
Menyatakan perbandingan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Salak
Proses Pengolahan Proses Pengolahan Proses Pengolahan Proses Pengolahan
Produk (Dodol Salak) Produk (Kurma Salak) Produk (Keripik Salak) Produk (Sirup Salak)
Nilai tambah produk Dodol salak Nilai tambah produk Kurma salak
Nilai tambah produk keripik salak
Nilai tambah produk Sirup salak
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan studi kasus yaitu mempelajari secara
mendalam mengenai keadaan kehidupan sekarang dengan latar belaknganya
secara mendalam hanya pada satu unit sosial (Ginting, 2006). Lokasi penelitian
terpilih yaitu di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli
Selatan. Penilaian daerah tersebut untuk Kecamatan Angkola Barat dikarenakan
daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi salak yang terbanyak dari
keseluruhan Kabupaten Tapanuli Selatan selain itu di daerah penelitian terdapat
satu indsutri kecil pengolahan dodol salak.
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara Purposive
Area Sampling (Sugiyono, 2006). Purposive Area Sampling merupakan teknik
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu seperti orang yang ahli di
bidangnya. Dengan metode tersebut, maka ditetapkan yang menjadi sampel
penelitian ini adalah staff ahli bidang pengolahan di Sentra Industri Pengolah
Buah Salak Agrina.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung responden dan
mempergunakan angket yang dibuat terlebih dahulu, sedangkan data sekunder
Perdagangan, Badan Pusat statistik dan Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli
Selatan serta literatur.
3.4.Metode Analisis Data
Untuk mengidentifikasi masalah (1), yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode analisis deskriptif yaitu mengenai proses pengolahan dodol
salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak dengan menggunakan data /
informasi yang diperoleh di daerah penelitian.
Untuk mengidentifikasi masalah (2) dapat dianalisis dengan menggunakan metode
Tabel 1. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/Kg) (8)
9. Sumbangan input lain (Rp/Kg) (9)
10. Nilai Output (Rp/Kg) (10) = (4) x (6)
11. a. nilai tambah (Rp/Kg) b. Rasio nilai tambah (%)
(11a) = (10) - (9) - (8) (11b) = (11a/10) x 100% 12. a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg)
b. Pangsa tenaga kerja (%)
(12a) = (5) x (7)
(12b) = (12a/11a) x 100% 13. a. Keuntungan (Rp/Kg)
b. Tingkat keuntungan (%)
(13a) = 11a – 12a
(13b) = (13a/11a) x 100%
III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/Kg)
a. Pendapatan tenaga kerja b. Sumbangan input lain c. Keuntungan pengusaha
(14) = (10) – (8)
(14a) = (12a/14) x 100% (14b) = (9/14) x 100% (14c) = (13a/14) x 100%
Sumber : Sudiyono, 2004
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menmperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian
tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan
operasional sebagai berikut :
3.5.1. Defenisi
1. Industri Pengolahan Salak adalah suatu industri yang mengolah buah salak
salak segar diolah sampai menjadi dodol salak naduma, kurma salak narobi,
keripik salak namora, madu salak nagogo, sirup salak natabo serta minuman
energi salak nagogo.
2. Output adalah penjumlahan produk/output yang dihasilkan selama satu periode
dan diukur dalam satuan kg produk.
3. Input adalah penjumlahan bahan baku yang telah digunakan selama satu
periode untuk memproses bahan baku sampai menjadi produk olahan..
4. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja langsung yang dipergunakan untuk
mengolah kedelai menjadi produk olahan dikalikan dengan jumlah hari kerja
untuk mengolah kedelai selama satu periode.
5. Faktor konversi, menunjukkan banyaknya output yang dapat dihasilkan dari
satu satuan input.
6. Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya output tenaga kerja yang
diperlukan untuk mengolah satu satuan input.
7. Harga output didasarkan pada harga jual rata-rata pada tahun tertentu, di mana
harga jual rata-rata merupakan pembagian antara total nilai penjualan output
dengan total output yang dijual. Satuan pengukuran harga output ini adalah
rupiah per kg produk olahan.
8. Sumbangan input lain adalah semua korbanan selain bahan baku dan tenaga
kerja langsung yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Satuan
pengukuran untuk sumbangan input lain adalah rupiah per kg bahan baku.
9. Harga bahan baku ditetapkan dengan membagi total biaya bahan baku dengan
10. Upah rata-rata tenaga kerja langsung didasarkan kepada upah harian yang
diterima masing-masing tenaga kerja yang langsung terlibat dalam kegiatan
pengolahan, diukur dalam satuan rupiah per hari orang kerja.
11. Nilai output menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input
dan diukur dalam satuan rupiah per kg produk olahan.
12. Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan harga bahan baku dan
sumbangan input lain dengan satuan Rp/Kg.
13. Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai output dan
dinyatakan dalam persen (%).
14. Pendapatan tenaga kerja langsung menunjukkan upah yang diterima tenaga
kerja langsung untuk mengolah satu satuan bahan baku yang diukur dalam
satuan rupiah per kg bahan baku dan produk olahan.
15. Pangsa tenaga kerja menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja langsung
dari nilai tambah dan dinyatakan dalam persen.
16. Keuntungan menunjukkan bagian yang diterima perusahaan karena
menanggung resiko usaha, diukur dalam satuan rupiah per kg produk olahan.
17. Tingkat keuntungan menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai
tambah dan dinyatakan dalam persen.
18. Marjin menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor-faktor produksi
selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dan ukuran dengan
satuan rupiah per kg produk olahan.
19. Pendapatan tenaga kerja (dari marjin) adalah persentase pendapatan tenaga
20. Sumbangan input lain (dari Marjin) adalah persentase sumbangan input lain
terhadap marjin (%).
21. Keuntungan pengusaha (dari marjin) adalah persentase keuntungan pemilik
pengolahan terhadap marjin (%).
3.5.2. Batasan Operasional
1. Responden adalah karyawan yang bekerja di sentra industri pengolahan salak.
2. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2011.
3. Daerah penelitian dilakukan di Showroom dan workshop Sentra Industri
Kecil Pengolah Buah Salak Agrina di jalan Sibolga Km 12 Desa Parsalakan
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan
dan yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Parsalakan tepatnya di Industri
Pengolahan buah Salak Agrina.
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Desa Parsalakan berada di Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 3200 Ha. Jarak
Desa Parsalakan dengan Kecamatan Angkola Barat (ibukota kecamatan) adalah 9
km, jarak ke Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukota kabupaten) adalah 8 km dan
jarak ke ibukota provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 460 km.
Secara adminitrasi Desa Parsalakan mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Desa paya Tobotan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aek Latong Siamporik
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Paya Pusat Aek Nabara
4.1.2 Keadaan Penduduk
Penduduk di Desa Parsalakan pada tahun 2010 berjumlah 2524jiwa atau 540
kepala keluarga. Terdiri dari beberapa suku yaitu suku batak, Jawa, minang, Nias
dan Melayu. Sementara jumlah suku yang terbanyak adalah suku batak.
Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 1264 jiwa
(50,07%) dari total penduduk sebanyak 2524 jiwa dan penduduk laki-laki
berjumlah 1260 jiwa (49,92%). Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk
perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan ini dibedakan menjaddi dua bagian berdasarkan
kelompok umurnya yaitu dewasa dan anak-anak. Jumlah penduduk perempuan
dewasa sebanyak 912 jiwa (36,13%) dan jumlah penduduk perempuan anak-anak
sebanyak 352 jiwa (13,94%). Sedangkan jumlah penduduk laki-laki dewasa
berjumlah 540 jiwa (21,39%) dan penduduk laki-laki anak-anak berjumlah 720
jiwa (28,52%). Berikut distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa
Tabel 2. JumlahPenduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Parsalakan, Tahun 2010
Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Persentase (%)
Dewasa Laki-laki 540 21,39
Dewasa Perempuan 912 36,13
Anak-anak Perempuan 352 13,94
Anak-anak Laki-laki 720 28,52
Total 2524 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2010
Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia produktif di Desa
Parsalakan cukup besar. Berikut gambaran jumlah penduduk menurut kelompok
di desa Parsalakan :
Tabel 3. Jumlah penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Parsalakan tahun 2010
Kelompok umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
>25 tahun 1158 45.87
17-25 tahun 474 18.77
5-17 tahun 851 33.71
1-5 tahun 41 1.62
Total 2524 100.00
Sumber : kantor KepalaDesa Parsalakan,2010
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang mempunyai jumlah
paling besar ada;ah kelompok umur 25 tahun ke atas yaitu 1158 (45.87%) dari
total 2524 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok
umur 1-5 tahun yaitu sebesar 41 jiwa (1.62%), umur 5-17 tahun berjumlah 851
Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama, penduduk di Desa Parsalakan
seluruhnya memeluk agama Islam yaitu sebanyak 2524 jiwa.
Berdasarkan tingkat pendidikan, rata-rata penduduk di Desa Parsalakan ini hanya
mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar (SD). Namun
demikian, tidak sedikit pula penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikannya
hingga SMA bahkan Sarjana. Secara keseluruhan perhatian penduduk setempat
terhadap tingkat pendidikan cukup sudah cukup baik dilihat dari telah banyaknya
penduduk yang menyelesaikan pendidikan dsara 9 tahun dan telah ada penduduk
yang menempuh jenjang pendidikan hingga sarjana. Berikut distribusi penduduk
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Parsalakan tahun 2010
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tidak Tamat SD 397 15.98
SD 1067 42.95
SMP 571 22.98
SMA 428 17.23
Diploma 8 0.23
Sarjana 13 0.52
Total 2484 100.00
Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2010
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk paling banyak
adalah tamatan SD yaitu sebesar 1067 jiwa (42,95%) dan tingkat pendidikan yang
paling sedikit jumlahnya adalah Diploma yang berjumalh 8 jiwa (0.32%).
Sedangkan penduduk yang tidak tamaat SD sebesar 397 jiwa (0.52%).
Untuk mata pencaharian, pada tahun 2010 penduduk di Desa Parsalakan banyak
yang berprofesi sebagai buruh, pedagang, wiraswasta, dan petani. Unutk lebih
jelasnya dapat dilihat pada table distribusi penduduk menurut mata pencaharian
Tabel 5. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Parsalakan tahun 2010
Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Petani 824 67.32
Pegawai Negeri 164 13.39
Pedagang 137 11.19
Karyawan 30 2.45
Buruh 33 2.69
Wiraswasta 18 1.47
Jasa 18 1.47
Total 1224 100
Sumber : kantor Kepala desa Parsalakan, 2010
4.2 karaktersitik Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah industri pengolahan salak yang bernama
“Showroom dan Work Shop Sentra Industri Pengolahan Buah Salak Agrina”.
Industry ini berdiri pada 25 September 2007, namu baru aktif pada tahun 2008.
Industri ini tergolong ke dalam industry kecil karena sesuai dengan penggolongan
jenis industry menurut Departemen Perindustrian. Dikatakan industri kecil jika
suatu industri memiliki asset lebih kecil dari Rp.200 juta diluar tanah dan
bangunan, omset tahunan lebih kecil dari Rp.1Miliar dan dimiliki oleh orang
Indonesian Independen.
Industri ini merupakan sebuah industri yang beregrak dalam bidang pengolahan
makanan dan minuman yang terbuat dari buah salak, dimana proses produksi
adalah nagogo drink, sirup salak, madu salak, kurma salak, dodol salak dan
keripik salak. Namun dari berbagai produk tersebut yang paling diminati oleh
konsumen adalah dodol salak, kurma salak, keripik salak an sirup salak karewna
rasanya yang khas dan tahan lama sehingga sangat cocok dijadikan penganan
cemilan dan oleh-oleh. Hal ini dapat dilihat dari tabel jumlah penjualan dibawah
ini :
Tabel 6. Jumlah penjualan Pengolahan Salak Agrina
Jenis Produk Jumlah konsumsi
Nagogo drink 48.788 botol
Sirup Salak 14.400 botol
Madu salak 23.040 botol
Kurma salak 26.400 kotak
Dodol salak 52.800 kotak
Keripik salak 23.520 kotak
Sumber :Showroom dan Workshop Sentra Industri Pengolahan Buah Salak
Agrina 2010
Maksud dan tujuan didirikannya Showroom dan Workshop Sentra Industri
Pengolahan Buah Salak Agrina adalah sebagai pusat pemasaran produksi industry
kecil, pusat industry yang memenuhu standar pasar, pusat pelayanan teknis dan
pusat penelitian bagi yang berkeinginan dalam pengembangan produk buah salak
serta sebagai alternatif tujuan wisata. Susunan struktur organisasi dari showroom
dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina dapat dilihat
Gambar 2. Struktur Organisasi Industri Kecil dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolah Salak Agrina
Dari gambar di atas diketahui kedudukan tertinggi di Showroom dan Workshop
Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina adalah General Manajer
sebagai pengambil keputusan atas kelangsungan keseluruhan bagian di Agrina.
General Manajer
Divisi Penelitian dan Pengembangan
Man. Produksi Man. Logistic Man. Keuangan dan Pemasaran
Man. Human Resources
Ass. Man. produksi Staf. Logistic Staf. HRD
Ass. Man. Prod. Dodol Salak
Ass. Man. Prod. Kurma dan keripik salak
Ass. Man. Prod. Minuman Salak
Ass. Man. Teknisi
Dibawahnya terdapat Divisi Penelitian dan Pengembangan yang bertugas
melakukan penelitian sehingga akan didapat produk yang memiliki kualitas yang
lebih baik lagi, serta mampu membuat inovasi terbaru dari produk yang
dihasilkan.
Dibawah General Manajer terdapat beberapa menajer, yaitu manajer produksi,
Logistik, Keuangan, dan Pemasaran dan Human Resources Development (HRD).
Tugas dari manajer Produksi adalah bertanggung jawab dalam perencanaan
produksi untuk keseluruhan produk, sedangkan pertanggungjawaban untuk
masing-masing produk yang dihasilkan merupakan tugas dari asisteen Manajer
dari masing-masing produk. Tugas untuk Manajer Logistik adalah pengelolaan
ketersediaan bahan baku dan alat penunjang proses produksi, koordinasi ke
unit-unit penyediaan bahan baku serta membuat laporan pembukuan per hari, bulan
dan tahun yang dibantu oleh staf logistik.
Untuk manajer keuangan dan pemasran bertugas membuat pembukuan yang berisi
semua pengeluaran dan penerimaan selama produksi, merencanakan peluang
apsar serta strategi pemasaran (promosi, analisis pasar dan minat konsumen) dan
menentukan harga jual produk. Tugas-tugas tersebut dibantu oleh beberapa staff
yaitu staff penjualan, staff keuangan dan staff promosi.
Untuk urusan mengenai administrasi kantor, absen, surat, laporan, inventaris
kantor, mengkoordinasi hubungan-hubungan dengan sentra lain serta evaluasi
kinerja karyawan merupakan tugas dari Manajer HRD yang dibantu oleh staff
4.2.2 Karakteristik Pengolahan Salak
a. Bahan Baku
pemilihan bahan bakubuah salak yang memenuhi standarisasi dalam buku “Teknis
Budidaya Salak Sidempuan” adalah dengan memperhatiakn cirri-ciri sebagai
berikut :
1. Kulit uag bersih mengkilap dan susunan sisiknya tampak lebih renggang.
2. Bila dipetik buah mudah terlepas dari tandan.
3. Daging buahnya berwarna putih kekuning-kuningan/kemerah-merahan dan
dagingnya terasa manis
4. Daging buahnya tidak busuk dancacat
b. Bahan Penunjang
bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi diversifikasi buah
salak sangat bervariasi, tergantung dari jenis produk yang akan dihasilkan. Untuk
lebih jelas bahan baku yang digunakan dalam memproduksi produk olahan dari
buah salak antara lain tepung ketan, tepung tapioca, gula pasir, Santan kelapa,
minyak goring, garam,dan aneka kemasan plastik atau kotak.
c. Tenaga Kerja
Tenaga Kerja yang digunakan untuk industri kecil Pengolahan salak sebanyak 19
orang. Terdiri dari 11 orang tenaga kerja wanita dan 8 orang tenaga kerja pria.
Tenaga kerja tersebut merupakan penduduk yang bertempat tinggal di sekitar
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Proses Pembuatan Dodol salak, Kurma Salak,Keripik Salak dan Sirup Salak
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di daerah
penelitian, diketahui bahwa bahan baku untuk membuat dodol salak, kurma salak,
keripik salak dan sirup salak yaitu salak cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan.
Hal tersebut didukung karena daerah penelitian adalah merupakan daerah yang
potensial dalam memproduksi salak sehingga dapat memenuhi permintaan salak
dalam usaha pengolahan salak di daerah penelitian.
Rata-rata kebutuhan salak yang digunakan untuk memproduksi dodol salak,
keripik salak, kurma salak dan sirup salak di daerah penelitian adalah 45 kg
dengan rentang antara 15 kg sampai 100 kg. Berikut ini rincian mengenai
penggunaan bahan baku salak untuk memproduksi dodol salak, kurma salak,
kerpik salak dan sirup salak di daerah penelitian.
Tabel 7. Rata-rata penggunaan salak dalam pembuatan dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak
Uraian Frekuensi
Pembuatan (Hari)
Kebutuhan Salak (Kg)
Total harga beli salak (Rp)
Per minggu 5 225 787.500
Per bulan 20 900 3.150.000
Per tahun 240 10.800 37.800.000
Dari tabel 7 dapat diuraikan bahwa, responden memproduksi dodol salak, kurma
salak, keripik salak dan sirup salak rata-rataa 5 hari / minggu, 20 hari / bulan, dam
240 hari / tahun. Responden di daerah penelitian jarang sekali libur dalam proses
pembuatan.paling banyak libur yang dulakukan oleh pengusaha adalah pada saat
hari besar seperti lebaran, dan untuk volume pengambilan bahan baku salak
rata-rata responden salak adalah 225 kg/minggu, 900 kg/bulan dan 10.800 kg/tahun.
Dimana rata-rata total harga belinya adalah Rp 787.500/minggu, Rp
5.1.1 Proses pembuatan Dodol Salak
Gambar 3. Skema proses pembuatan Dodol Salak
Pemisahan daging buah salak dan biji
Perebusan daging buah salak tanpa biji
Penyaringan daging buah salak lunak dengan air rebusan
Penggilingan daging buah salak tanpa air rebusan
Pemasakan tepung ketan dan santan dan penambahan daging
buah salak yang halus dengan gula pasir
Dodol Salak
Salak
Pengupasan dan Pencucian Buah salak tanpa kulit
Bahan baku
Daging buah salak tanpa kulit dan sudah bersih
Daging buah salak tanpa biji
Daging buah salak lunak (sudah bisa diolah)
Salak merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan dodol,
bahan baku yang biasa digunakan dalam proses pengolahan dodol adalah salak
yang daging buahnya berwarna putih kekuning-kuningan/kemerahan dan
dagingnya terasa manis.
Pemisahan daging buah salak dan biji, tahap ini terdiri dari pengupasan kulit
menggunakan pisau anti karat yang tajam atau dikupas seperti biasa dengan
tangan sekaligus dihilangkan kulit airnya.
Pengupasan dan pencucian buah salak tanpa kulit merupakan proses pemisahan
antara kulit salak dengan daging buahnya, dalam proses ini menggunakan alat
berupa pisau pengupas kemudian di cuci pada proses ini dilakukan untuk
memperoleh salak yang bersih sebelum dilakukannya proses pengolahan menjadi
dodol, melalui proses ini nantinya akan menghasilkan salak yang bersih yang
sudah terpisah dari kotoran yang melekat pada salak sebelumnya. Proses ini
dilakukan pada ember yang bersih.
Perebusan daging buah salak tanpa biji dlakukan setelah salak selesai dicuci
bersih, maka salak tersebut direbus/didihkan kedalam 5 liter air dengan menggunakan panci besar selama 5 menit ampai daging buah salak menjadi lunak.
Penyaringan daging buah salak lunak dengan air rebusan, setelah dihasilkan buah
salak yang sudah lunak/masak kemudian ditiriskan dan didinginkan sampai
daging buah salak tanpa air rebusan.
Penggilingan daging buah salak tanpa air rebusan, setelah dihasilkan salak yang
dengan menggunakan mesin penggiling dodol sampai menjadi daging buah salak
yang halus.
Pemasakan, dalam proses pemasakan yang pertama dilakukan adalah pemasakan
tepung ketan dan santan, kemudian dimasukkan daging buah salak yang sudah
digiling tersebut dengan menambahkan gula pasir sampai menjadi adonan dodol
salak setelah itu didinginkan.
sPencetakan adonan dodol salak dan pengemasan, Setelah adonan dodol salak
tersebut dingin kemudian dilakukan pencetakan dengan potongan-potongan kecil
5.1.2 Proses pembuatan Kurma Salak
Gambar 4. Skema proses pengolahan Kurma Salak
Salak
Pengupasan kulit buah salak
Pencucian dan penirisan buah salak asin
Perendaman buah salak tanpa kulit dalam air garam
Pemasakan buah salak dan air gula sampai kental
Pemasakan air gula dan siramkan ke buah salak Penaburan buah salak asin
dengan gula putih
Penirisan dan pemisahan buah salak dan air gula
Air gula Buah salak
Penirisan air gula pada buah salak
Penjemuran buah salak selama ±2 hari
Pengemasan kurma salak
Bahan baku
Buah salak dalam air gula
Kurma salak sebelum dikemas
Buah salak tanpa air gula Buah salak gurih Buah salak asin bersih
Buah salak asin Buah salak tanpa kulit
Salak merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan kurma,
bahan baku yang biasa digunakan dalam proses pengolahan kurma adalah salak
yang daging buahnya berwarna putih kekuning-kuningan/kemerahan dan
dagingnya terasa manis.
Pengupasan kulit buah salak , proses ini merupakan proses pemisahan antara kulit
buah salak dengan daging buahnya, dalam proses ini menggunakan alat berupa
pisau pengupas, kemudian dicuci untuk memperoleh salak yang bersih sebelum
dilakukannya proses pengolahan menjadi kurma, melalui proses ini nantinya akan
menghasilkan salak yang bersih yang sudah terpisah dari kotoran yang melekat
pada salak sebelumnya. Proses ini dilakukan pada ember yang bersih.
Perendaman buah salak tanpa kulit dalam air garam, setelah salak selesai dicuci
bersih kemudian direndam dalam air kapur garam selama 1 malam agar salak
mempunyai rasa asin, setalah itu dicuci dengan air bersih dan ditiriskan.
Penaburan buah salak asin dengan gula putih, salak yang sudah menjadi asin
ditaburi lagi dengan gula putih dengan tujuan agar rasa buah salak menjadi gurih.
Penirisan dan pemisahan buah salak dan air gula, setelah salak ditaburi dengan
gula putih kemudian ditiriskan dan dipisahkan antara buah salak dengan air
gulanya.
Pemasakan air gula dan siramkan ke buah salak, air gula hasil penirisan tadi
dimasak sampai matang kemudian didinginkan lalu disiramkan ke buah salak
Pemasakan buah salak dan air gula sampai kental, kemudian air gula dan buah
salak tersebut dimasak kembali sampai kental.
Penirisan air gula pada buah salak, setelah proses pemasakan kembali kemudian
dilakukan penirisan air gula dan buah salak sampai buah salak tanpa air gula.
Penjemuran buah salak, buah salak yang ditiriskan itu kemudian dijemur lebuh
kurang selama 2 hari sampai terlihat seperti mengkerut atau sampai menjadi
kurma.
Pengemasan kurma salak, setelah kur ma salak tersebut kering kemudian dikemas
5.1.3 Proses Pembuatan Keripik Salak
Gambar 5. Skema proses pengolahan Keripik Salak
Salak
Pemilihan buah salak yang baik
Penghilangan bagian buah yang tidak dapat dimakan
(trimming)
Pengirisan buah salak tanpa biji dalam bentuk yang
diinginkan
Pengatusan minyak keripik salak dengan sentrifuse Penirisan irisan buah salak
yang bersih
Penggorengan irisan buah salak dengan vacum fryer Pencucian irisan buah salak
dengan air bersih yang mengalir
Pengemasan keripik salak
Bahan baku
Buah salak yang segar
Buah salak tanpa biji
Irisan buah salak
Pemilihan buah segar, buah salak yang dipilih adalah buah segar salak yang
matang pohon dan tidak terlalu lunak, bentuknya relative sama, bebas hama dan
penyakit serta kerusakan lain seperti memar atau busuk.Penghilangan bagian yang
tidak dapat dimakan, tahap ini terdiri dari pengupasan kulit menggunakan pisau
anti karat yang tajam atau dikupas seperti biasa dengan tangan sekaligus
dihilangkan kulit airnya.
Pengirisan, pekerjaan pengirisan dilakukan dengan pisau dapur anti karat di atas
alas (telenan kayu). Bentuk irisan sesuai dengan keinginan tetapi harus diusahakan
menjadi bentuk menarik. Besar irisan diatur agar habis dengan satu sampai dua
kali gigitan.
Pencucian, pencucian daging buah yang sudah diiris dengan air bersih yang
mengalir dimaksudkan setiap menghilangkan kotoran-kotoran yang masih melekat
maupun tercampur pada daging buah selama pengupasan dan pengirisan.
Penirisan, penirisan dimaksudkan setiap menghilangkan air bahan cucian yang
melekat pada bahan agar proses penggorengan menjadi lebih cepat. Penggorengan
membutuhksn waktu lebih kurang 50-75 menit untuk mendapatkan hasil yang
baik.
Pengatusan minyak dengan sentrifus, keripik dimasukkan alat pemutar/sentrifus
kemudian di putar 1-2 menit setiap mengatusan sisa minyak penggoreng yang
melekat pada keripik salak. Pemutaran dilakukan 2 kali diselingi waktu istirahat
2-3 menit bertujuan setiap membuat keripik menjadi renyah.
Pengemasan, Keripik yang telah diputar dua kali langsung dikemas menggunakan
5.1.4 Proses Pembuatan Sirup Salak
Gambar 6. Skema proses pengolahan Sirup Salak
Salak
Pengupasan dan Pencucian Buah salak tanpa kulit
Bahan baku
Pembotolan dan pasterurisasi sirup buah
salak
Penyaringan sari buah salak Pemasakan ekstrak buah salak dengan penambahan
gula pasir
Pengecilan ukuran daging buah salak tanpa biji
Ekstraksi/juicering potongan daging buah salak dengan
penambahan air
Sirup salak Buah salak tanpa kulit
yang sudah bersih
Sirup buah salak tanpa ampas
Penghilangan bagian buah yang tidak dapat dimakan
(trimming)
Salak Merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan sirup
salak, bahan baku yang biasa digunakan dalam proses pengolahan sirup salak
adalah salak yang daging buahnya berwarna putih kekuning-kuningan/kemerahan
dan dagingnya terasa manis.
Pengupasan dan Pencucian Buah salak tanpa kulit, proses ini merupakan proses
pemisahan antara kulit salak dengan daging buahnya, dalam proses ini
menggunakan alat berupa pisau pengupas. Kemudian salak yang sudah dikupas
kulitnya dicuci bersih.
Penghilangan bagian buah yang tidak dapat dimakan (trimming), setelah buah salak
dicuci bersih kemudian dilakukan pemisahan daging buah dan bijinya sehingga menjadi daging buah salak tanpa biji.
Pengecilan ukuran daging buah salak tanpa biji ini bertujuan untuk memudahkan
dalam melakukan proses juicering/ekstraksi.
Ekstraksi/juicering , Setelah daging buah salak dipotong-potong kecil kemudian
dilakukan juicering/ekstraksi dengan menambahkan gula pasir secukupnya sampai mendapatkan sari buah salak.
Pemasakan ekstrak buah salak dengan penambahan gula pasir, sari buah salak
yang dihasilkan kemudian dimasak dengan menambahkan gula pasir. Penyaringan
sari buah salak, sari buah salak yang sudah masak tersebut kemudian disaring dan
dibuang hampas nya.
Pembotolan dan pasterurisasi sirup buah salak, hasil penyaringan yang masih
panas dimasukkan ke dalam botol steril, kemudian tempatkan pada alat penutup
berisi sirup dengan memanaskannya dalam dandang berisi air mendidih selama
lebih kurang 30 menit, angkat botol dan susun terbalik untuk memeriksa
kebocoran. Botol-botol yang lolos bocor sesudah dingin kemudian disusun dan
5.2. Nilai Tambah Usaha Pengolahan Salak
Menurut Hayami (1987)Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai
suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan, ataupun
penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat
didefenisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku
dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih
antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup
komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan
balas jasa pengusaha pengolahan.
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperolah
dari pengolahan salak sehingga menjadi produk olahan adalah Metode Hayami.
Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada proses pengolahan salak di
showroom Agrina dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah yang
terjadi akibat adanya proses pengolahan salak menjadi dodol salak, kurma salak,
keripik salak dan sirup salak yang siap dipasarkan.
Analisis nilai tambah berguna untuk menguraikan masing-masing faktor-faktor
produksi menurut sumbangan masing-masing faktor-faktor produksi, serta
berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah terhadap tenaga kerja. Berikut
ini merupakan tabel perhitungan nilai tambah usaha pengolahan dodol salak
5.2.1 Pengolahan Dodol Salak
Tabel 8. Nilai Tambah Produk Dodol Salak
Variabel Nilai
I. Output, Input, dan Harga
1 Output (Kg) 44
2 Input (Kg) 100
3 Tenaga Kerja (HKP) 3,15
4 Faktor Konversi 0,4
5 Koefisien Tenaga Kerja (HKP/Kg) 0,03
6 Harga Output (Rp/Kg) 50.000
7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HKP) 14.285,71
II. Penerimaan dan Keuntungan
8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 3.500
9 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 5.230
10 Nilai Output (Rp/Kg) 20.000
11 a. Nilai Tambah 11.270
b. Rasio Nilai Tambah (%) 56,35
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) 428,57
b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 3,8
13 a. Keuntungan (Rp/Kg) 10.841,43
b. Tingkat Keuntungan (%) 96,2
III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14 Marjin (Rp/Kg) 16.500
a. Pendapatan Tenaga Kerja (%) 2,6
b. Sumbangan Input Lain (%) 31,69
c. Keuntungan Pengusaha (%) 65,70
Sumber : Analisis data primer ( lampiran 15)
Output, Input, Harga
Dari tabel 1 dapat diuraikan bahwa dalam usaha pengolahan salak menjadi dodol
salak menggunakan bahan baku sebanyak 100 Kg dapat menghasilkan output
sebanyak 44 Kg. sehingga menghasilkan faktor konversi sebesar 0,4. Nilai
konversi ini menunjukkan bahwa 1kg salak dapat menghasilkan 0,4 kg dodol