• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Tambah Pengolahan Salak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Nilai Tambah Pengolahan Salak"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK

(Studi Kasus : Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina)

SKRIPSI

OLEH:

AFRIDA AMALIA SIREGAR 070304008

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK

(Studi Kasus : Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina)

SKRIPSI

OLEH:

AFRIDA AMALIA SIREGAR 070304008

Skripsi sebagai syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

KOMISI PEMBIMBING

Ketua Anggota

( Dr. Ir. Tavi Supriana, MS ) ( Ir. Luhut Sihombing, MP NIP. 19641102 198903 2 001 NIP. 19651008 199203 1 001

)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

AFRIDA AMALIA SIREGAR (070304008) dengan judul penelitian

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK (Studi Kasus: Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel ). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, dan Ir. Luhut Sihombing, MP).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan salak sampai menjadi produk olahan, untuk menganalisis besarnya nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan salak sampai menjadi produk olahan pada Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, dan untuk

membandingkan nilai tambah yang diperoleh antara hasil produk olahan salak yaitu dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak.usaha pengolahan kedelai menjadi tahu dengan usaha pengolahan kedelai menjadi tempe.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara studi kasus yaitu mempelajari secara mendalam mengenai keadaan kehidupan sekarang dengan latar belakangnya secara mendalam hanya pada satu unit sosial. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara Purposive Area

Sampling. Yaitu merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu seperti orang yang ahli di bidangnya. Dengan metode tersebut, maka ditetapkan yang menjadi sampel penelitian ini adalah staff ahli bidang pengolahan di Sentra Industri Pengolah Buah Salak Agrina.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai tambah untuk proses pengolahan dodol salak sebesar Rp 11.270/Kg, kurma salak sebesar Rp 63.853,4/kg, keripik salak sebesar 5.326,67/Kg, dan pada sirup salak sebesar Rp 15.963,76/Kg. Dengan demikian, nilai tambah tertinggi didapat pada pengolahan kurma salak.

(4)

RIWAYAT HIDUP

AFRIDA AMALIA SIREGAR, dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 11 September 1988 dari ayahanda Drs. Ali aman Siregar dan ibunda Leli Farida

Hasibuan. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 12/142428

Padangsidimpuan pada tahun 2001, SMP Negeri 1 Padangsidimpuan pada tahun

2004, SMA Negeri 2 Padangsidimpuan pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis

diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara melalui jalur PMP.

Pada Bulan Januari 2012 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Industri Kecil

Pengolah Buah Salak Agrina, Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat,

Kabupaten Tapanuli Selatan. Kemudian pada bulan Juni 2011 melaksanakan

praktik kerja lapangan (PKL) di Desa Gambus Laut Kecamatan Lima Puluh

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmad, hidayah,

serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK (Studi Kasus : Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel)”.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua yang

selalu memberi motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku

ketua komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan

dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada Bapak

Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku anggota komisi pembimbing, yang juga banyak

memberi semangat, dorongan, dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS. dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua

dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU

2. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis

3. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut

(6)

Segala hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada Kakak Delfi Andreni

Siregar, S.P., dan Adek Alfriyandi Siregar , yang terus memberi dukungan dan

semangat kepada penulis untuk terus berkarya.

Ucapan terima kasih kepada yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2012

P e n u l i s

(7)

DAFTAR ISI

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Salak ... 6

2.1.2 Usaha Pengolahan Salak ... 7

2.2 Landasan Teori ... 11

2.3Kerangka Pemikiran ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4 Metode Analaisis Data ... 20

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 21

3.5.1 Defenisi ... 22

(8)

BAB IV.DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN ... 25

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

4.1.1 Luas dan Letak Geografis ... 25

4.2.2 Keadaan Penduduk ... 26

4.2 Karakteristik Sampel ... 30

4.2.2 Karakteristik Pengolahan Salak ... 34

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1Proses Pembuatan Dodol salak, Kurma salak, Keripik salak dan Sirup Salak……….... 36

5.1.1 Proses Pembuatan dodol salak ... 38

5.1.2 Proses Pembuatan Kurma salak ... 41

5.1.3 Proses Pembuatan Keripik salak ... 44

5.1.4 Proses Pembuatan Sirup salak ... 46

5.2 Nilai Tambah usaha Pengolahan Salak ... 49

5.2.1 Nilai Tambah Pembuatan Dodol salak ... 50

5.2.2 Nilai Tambah Pembuatan Kurma salak ... 53

5.2.3 Nilai Tambah Pembuatan Keripik salak... 56

5.2.4 Nilai Tambah Pembuatan Sirup salak ... 59

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Kerangka Pemikiran Nilai Tambah Meode Hayami………. 21

2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Parsalakan tahun 2010…...……….... 27

3. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Parsalakan tahun 2010……… 27

4. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa PArsalakan tahun 2010 ... 29

5. Distribusi Penduduk menurut mata Pencaharian di Desa Parsalakan tahun 2010 ... 30

6. Jumlah penjualan Pengolahan salak Agrina ... 31

7. Rata-rata penggunaan salak dalam pembuatan dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak ... 36

8. Nilai tambah produk dodol salak ... 50

9. Sumbangan input lain pembuatan dodol salak ... 51

10. Nilai tambah Produk Kurma Salak ... 53

11. Sumbangan input lain pembuatan kurma salak ... 54

12. Nilai tambah Produk keripik salak 56 13. Sumbangan input lain pembuatan Keripik salak ... 57

14. Niali tambah Produk Sirup salak ... 59

15. Sumbangan input lain pembuatan sirup salak ... 60

16. Perbandingan nilai tambah Dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak ... 62

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Skema kerangka Pemikiran ... 18

2. Struktur organisasi Industri Kecil dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolah salak Agrina ... 32

3. Skema proses pembuatan dodol salak... 38

4. Skema proses pembuatan kurma salak ... 41

5. Skema proses pembuatan keripik salak ... 44

6. Skema proses pembuatan sirup salak ... 46 7. Dokumentasi proses pembuatan dodol salak, keripik salak, kurma

(11)

DAFTAR LAMPIRAN No. Judul

1. Biaya bahan baku dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak 2. Biaya Bahan Penunjang dodol salak

3. Biaya bahan tambahan dodol salak

4. a. penggunaan tenaga kerja per produksi (per hari) untuk dodol salak b. perhitungan upah rata-rata tenaga kerja

5. Biaya bahan penunjang kurma salak 6. Biaya bahan tambahan kurma salak

7. a. penggunaan tenaga kerja per produksi (per hari) untuk kurma salak b. perhitungan upah rata-rata tenaga kerja

8. Biaya bahan penunjang keripik salak 9. Biaya bahan tambahan keripik salak

10. a. penggunaan tenaga kerja per produksi (per hari ) untuk keripik salak b. perhitungan upah rata-rata tenaga kerja

11. Biaya bahan penunjang sirup salak 12. Biaya bahan tambahan sirup salak

13. a. penggunaan tenaga kerja per produksi (per hari) untuk sirup salak b. perhitungan upah rata-rata tenaga kerja

14. Perhitungan jumlah Output 15. jumlah Input dan Output

(12)

ABSTRAK

AFRIDA AMALIA SIREGAR (070304008) dengan judul penelitian

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK (Studi Kasus: Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel ). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, dan Ir. Luhut Sihombing, MP).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan salak sampai menjadi produk olahan, untuk menganalisis besarnya nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan salak sampai menjadi produk olahan pada Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, dan untuk

membandingkan nilai tambah yang diperoleh antara hasil produk olahan salak yaitu dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak.usaha pengolahan kedelai menjadi tahu dengan usaha pengolahan kedelai menjadi tempe.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara studi kasus yaitu mempelajari secara mendalam mengenai keadaan kehidupan sekarang dengan latar belakangnya secara mendalam hanya pada satu unit sosial. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara Purposive Area

Sampling. Yaitu merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu seperti orang yang ahli di bidangnya. Dengan metode tersebut, maka ditetapkan yang menjadi sampel penelitian ini adalah staff ahli bidang pengolahan di Sentra Industri Pengolah Buah Salak Agrina.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai tambah untuk proses pengolahan dodol salak sebesar Rp 11.270/Kg, kurma salak sebesar Rp 63.853,4/kg, keripik salak sebesar 5.326,67/Kg, dan pada sirup salak sebesar Rp 15.963,76/Kg. Dengan demikian, nilai tambah tertinggi didapat pada pengolahan kurma salak.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salak (Salacca edulis l) merupakan buah tropik asli Indonesia yang banyak

tersebar di seluruh Kepulauan nusantara. Tanaman salak termasuk keluarga

palem-paleman (Arecacear). Ciri khas dari tanaman ini adalah tulang daun atau

pelepahnya yang berduri tajam. Buah salak yang bertandan muncul daari dalam

pelepah daun. Kulit buah berupa susunan seperti sisik yang membungkus daging

buah. Daging buah salak kebanyakan berwarna putih kusam dan atau kekuningan.

Namun ada juga buah salak yang dagingnya berwarna kemerahan. Jenis buah

salak yang terdapat di daerah Kabupaten Tapanuli Sselatan ini sangat variatif

ditinjau dari produktivitasnya (Disperindag dan UKM,2008).

Sejak tahun 1999, Menteri Pertanian RI telah menetapkan varietas lokal salak

Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi “salak merah” dan “salak putih”, sebagai

dua varietas salak nasional, melengkapi 6 varietas salak unggulkan yang

ditetapkan di Indonesia. Dalam hal ini, maka Dinas Perindustrian Perdagangan

dan Koperasi/UKM Kabupaten Tapanuli Selatan sejak tahun 2006 sampai saat ini

terus berupaya meningkatkan pengolahan buah salak ini menjadi produk yang

dapat meningkatkan nilai tambah, baik dalam membuka lapangan kerja baru,

diversifikasi buah salak, maupun membangun sentra produksi yang disesuaikan

dengan potensi daerah masing-masing.

Dengan didirikannya Sentra Workshop SAlak Agrina di Jl. Psp-Sibolga Km.12

(14)

dapat menjadi motor untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk yang

bahan bakunya dari buah salak. Sehingga ke depan terciptalah produk-produk

unggulan yang dapat dipasarkan di dalam negeri maupun Internasional demi

untuk meggairahkan ekonomi masyarakat petani salak khususnya di Kec. Angkola

Barat dan umumnya di Kab. Tapanuli Selatan.

Menurut Penelitian Mardiah pada skripsi dan penelitian dari laboratorium IPB

Bogor bahwa buah salak dapat menjadi makanan diet pengganti nasi karena zat

yang terkandung dalam 100mg buah salak dapat dapat menggantikan fungsi nasi

dalam tubuh manusia karena kandungan gizinya yang cukup lengkap. Adapun

manfaat mengkonsumsi buah salak segar dan salak olahan baik berupa makanan

dan minuman antara lain menurunkan kolesterol dalam tubuh, menurunkan kadar

gula dalam darah, mempertahankan kelembaban kulit, memperkuat struktur tulang

dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (antibodi).

Hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa di Kec.

Angkola Barat belum pernah ditemukan penyakit lumpuh layu karena masyarakat

Angkola Barat senantiasa mengkonsumsi buah salak dan rata-rata masyarakat

sanggup mengangkat beban kuat dan tahan berjalan kaki turun naik gunung

karena memiliki struktur tulang yang kuat.

Salah satu buah yang dapat dikonsumsi dalam keadaan segar dan sudah

membusuk adalah buah salak. Buah salak juga dapat dimakan kapan saja, baik

dalam keadaan lapar atau kenyang, maupun pada waktu pagi, siang maupun

(15)

Maka berdasarkan alasan-alasan ataupun latar belakang di atas, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang roses pengolahan dan nilai tambah

produk dodol salak, kurma salak, keripik salak, dan sirup salak dalam usaha

pengolahan di daerah penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang

didapat antara lain :

1) Bagaimana proses pembuatan dodol salak, kurma salak, keripik salak dan

sirup salak di daerah penelitian ?

2) Berapa nilai tambah yang dihasilkan akibat dari usaha pengolahan salak

sampai menjadi dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak?

3) Bagaimana perbandingan nilai tambah antara hasil dari usaha pengolahan

(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan

penelitian adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengidentifikasi proses pembuatan dodol salak, kurma salak, keripik

salak, dan sirup salak di daerah penelitian.

2) Untuk mengidentifikasi seberapa besar nilai tambah (value added) produk

dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak.di daerah penelitian.

3) Untuk membandingkan nilai tambah yang diperoleh antara hasil usaha

pengolahan salak menjadi dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup

salak. Di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan

penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1) Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pelaku yang sedang dan akan

melakukan usaha agroindustri salak.

2) Sebagai informasi bagi para pelaku agroindustri dalam kegiatan yang sedang

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Salak

Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis l Salak merupakan tanaman

asli Indonesia. Oleh karena itu, bila kita bertanam salak berarti kita melestarikan

dan meningkatkan produksi negeri sendiri. Tanaman salak termasuk golongan

tanaman berumah dua (dioecus), artinya jenis tanaman yang membentuk bunga

jantan pada tanaman terpisah dari bunga betinanya. Dengan kata lain, setiap

tanaman memiliki satu jenis bunga atau disebut tanaman berkelamin satu

(unisexualis) (Soetomo, 2001).

Nama dagang Internasional untuk buah asli Indonesia ini tergolong unik, snake

fruit. Julukan ini diberikan pada buah salak mungkin karena kulit buahnya yang

tersusun seperti ular (Redaksi Agromedia, 2007). Tanaman salak dapat ditanam di

daerah dataran rendah mulai dari tanah ngarai, daerah pesisir dan tepi pantai

sampai ke dataran tinggi di lereng-lereng bukit atau pegunungan sampai pada

ketinggian 750 meter di atas permukaan laut.

Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun

200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah

tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau

kelembaban yang tinggi. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari

(18)

peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban

tinggi, tetapi tidak tahan genangan air.

Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab. Derajat

keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 - 7,5. Kebun

salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan

kelembaban tinggi.

Jenis salak bermacam-macam. Umumnya orang menyebut jenis salak dengan

mengambil nama daerah asal salak salak atau nama tempat di mana salak itu

tumbuh. Misalnya Salak Condet, Salak Madura, Salak Bali, Salak Pondoh, Salak

Manonjaya, Salak Ambarawa, Salak Padangsidempuan, Salak Merak, Salak

Bango, Salak hutan. Namu ada juga yang menyebutkan jenis salak berdasarkan

rasanya seperrti Salak gula Pasir, Salak Nangka, Salak Nenas, Salak Madu dan

ada juga orang yang memberikan nama kepada salak ini berdasarkan nama orang

yang mengenalkan atau mempopulerkannya seperti Salak Doli, salak Damang dan

Salak sari.

Secara umum di Indonesia ada tiga jenis salak yang termasuk dalam kelompok

Salacca edulis. Pembagiannya didasarkan pada bentuk tanaman, bentuk buah dan

rasanya. Ketiga jenis salak ini adalah jenis salak Padangsidimpuan, Salak Bali,

dan salak Madura. Sedangkan untuk jenis-jenis lain yang diemukakan belakangan

ini sebagai salak unggul adalah hasil persilangan dari ketiga janis salak tersebut.

Dalam penelitian ini salak yang akan diolah menjadi produk olahan adalah salak

(19)

Secara umum penampakan salak Padangsidimpuan lebih kekar dan lebih besar

dari salak jenis lainnya. Buahnya besar-besar, kulitnya coklat kekuning-kuningan

terganrung pada jenis dan varietasnya. Sisik kulit buah besar-besar dan jarang,

duri pada kulit buah pendek-pendek, berwarna coklat abu-abu dan sangat mudah

patah. Daging buah berwarna putih, putih krem atau putih kemerah-merahan, bila

buah belum tua betul warna merahnya yang dominan. Rasa buahnya yang telah

tua manis, kadang-kadang masir yamg ditandai dengan adanya bagian dari daging

buah yang melekat pada biji. Rasa salak ini jarang yang masam, bila masih muda

rasa pahitnya yang dominan.

2.1.2 Usaha Pengolahan salak

Untuk menghasilkan penghasilan yang lebih baik dari sebuah aktivitas pertanian,

perlu adanya modifikasi dari setiap komoditi yang dihasilkan. Bentuk modifikasi

tersebut bisa berupa pengolahan komoditi prtanian menjadi barang / sesuatu yang

memiliki nilai lebih. Salah satu aktifitas tersebut adalah dengan melakukan

agroindustri.

Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan

sebagai berikut :

1. Meningkatkan Nilai Tambah

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh

produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses.

Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas

pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan

(20)

menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai

tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik

pasar domestik maupun pasar luar negeri.

2. Kualitas Hasil

Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan

kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan

keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja

menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi

harga barang itu sendiri.

3. Penyerapan Tenaga Kerja

Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap.

Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga

kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan

4. Meningkatkan Keterampilan

Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan

keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh

hasil penerimaan usahatani yang lebih besar.

5. Peningkatan Pendapatan

Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total

penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya

petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas

hasil penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar (Soekartawi, 2003).

Menurut Lakitan (1995), pengolahan hasil merupakan salah satu bentuk kagiatan

(21)

sektor pertanian dan sektor industri. Oleh sebab itu adalah wajar jika batasan yang

tegas dari agroindustri sulit untuk digariskan dan sering menjadi bahan perdebatan

antara industri dan pertanian.

Usaha pengolahan hasil pertanian akan memberikan beberapa keuntungan, antara

lain:

1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil

2. Maningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian

3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian, baik dalam bentuk segar

maupun hasil olahan

4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian, dan

5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan produk pertanian.

Produk hasil olahan berbahan baku salak di Kabupaten Tapanulu Selatan

diantaranya adalah dodol, kurma, keripik dan sirup salak.

Dodol Salak

Dodol salak merupakan makanan tradisional yang cukup popular di beberapa

daerah di Indonesia dan memiliki rasa yang khsa dan enak serta digemari hamper

semua kalangan mulai dari anak-anak sampai orang tua. Rasa dan aroma dodol

salak yang dihasilkan akan sama dengan buah aslinya yaitu tergantung pada

varietas salak yang digunakan. (Satuhu dan Sunarmani, 2004).

Kurma Salak

Kurma salak merupakan makanan yang mirip seperti kurma yang berasal dari

(22)

ini mempunyai rasa yang enak dan cocok untuk dijadikan oleh-oleh bagi keluarga

atau sanak saudara, selain itu cocok juga sebagai makanan untuk diet.

Keripik Salak

Hampir semua jenis salak yang ada di Indonesia dapat diolah menjadi kripik buah.

Setiap mendapatkan kripik salak yang berkualitas sebaiknya dipilih jenis salak

yang manis, namun rasanya tidak terlalu sepet dan daging buah buahnya tidak

terlalu tebal. Jenis salak pondoh hitam, salak nglumut, salak lokal dapat

menghasilkan kripik yang berkualitas. Namun yang paling banyak dijadikan

keripik salak adalah dari jenis salak pondoh. Banyak keunggulan salak pondok

organik. Antara lain, aman dikonsumsi tanpa residu pestisida dan pupuk kimia

sintetik, higienis, lebih manis, dan mempunyai rasa alami. Salak jenis ini juga

lebih tahan lama, tidak mudah busuk, kulit lebih mudah dikupas, dan mempunyai

ukuran buah yang relatif lebih besar.

Sirup Salak

Akhir-akhir ini beredar berbagai macam sirup buah dengan berbagai macam merk.

Minuman sirup mulal populer sejak 25 tahun yang lalu dan menjadi tren minuman

segar yang disukai oleh kalangan anak-anak, remaja maupun orang tua karena

praktis dalam penyajiannya. Berbagai macam buah telah banyak dijadikan bahan

sirup dan temyata sukses dipasaran. Namun hingga saat ini belum banyak ditemui

sirup dari buah salak , padahal salak pun cukup potensial untuk dijadikan

(23)

2.2Landasan Teori

Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena

mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu

produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai

selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku daninput lainnya, tidak

termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk

dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor

produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa

pengusaha pengolahan (Hayami et al., 1987).

Menurut Hayami et al. (1987), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu

nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor

yang memperngaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi

dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah

kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja.

Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja,

harga bahan baku, dan nilai input lain.

Perhitungan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan suatu produk

dapat menggunakan Metode Hayami. Kelebihan dari analisis nilai tambah dengan

menggunakan Metode Hayami adalah pertama, dapat diketahui besarnya nilai

tambah, nilai output, dan produktivitas, kedua, dapat diketahui besarnya balas jasa

terhadap pemilik-pemilik faktor produksi, serta ketiga, prinsip nilai tambah

menurut Hayami dapat diterapkan untul subsistem lain diluar pengolahan,

(24)

Suatu agroindustri diharapkan mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi

selain mampu untuk memperoleh keuntungan yang berlanjut. Nilai tambah yang

diperoleh dari pengolahan merupakan selisih antara nilai komoditas yang

mendapat perlakuan pada suatu tahap dengan nilai korbanan yang harus

dikeluarkan selama proses produksi terjadi. Nilai tambah yang diperoleh lebih dari

50% maka nilai tambah dikatakan besar dan sebaliknya, nilai tambah yang

diperoleh kurang dari 50% maka nilai tambah dikatakan kecil (Sudiyono, 2004).

Distribusi nilai tambah berhubungan erat dengan teknologi yang diterapkan dalam

proses pengolahan, kualitas tenaga kerja, dan bahan baku. Bila teknologi padat

karya yang dipilih, maka proporsi untuk bagian tenaga kerja yang lebih besar

daripada proporsi terhadap keuntungan perusahaan. Apabila padat modal, maka

yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu proporsi untuk bagian tenaga kerja lebih

kecil. Besar kecilnya imbalan terhadap tenaga kerja tergantung pada kualitas

tenaga kerjanya. Apabila faktor konversi bahan baku terhadap produk akhir

berubah, maka yang terjadi adalah adanya perubahan kualitas bahan baku atau

perubahan teknologi (Sudiyono, 2004).

Proses pengolahan hasil pertanian memberikan nilai tambah yang jauh lebih besar

dibandingkan dengan produk pertanian itu sendiri sehingga mampu memberikan

kontribusi nilai ekonomis yang tinggi. Dalam beberapa peranan pengolahan hasil

baik pengolahan hasil pertanian maupun penunjang dapat meningkatkan

pendapatan pelaku agribisnis, mampu menyerap banyaknya tenaga kerja,

meningkatkan devisa negara, dan mendorong tumbuhnya industri lain (Soekatawi,

(25)

Pengolahan hasil

meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi

nilai tambah untuk pengolahan adalah faktor teknis yang meliputi kualitas produk,

penerapan teknologi, kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan

tenaga kerja serta faktor non-teknis yang meliputi harga output, upah kerja, harga

bahan baku, dan nilai input selain bahan baku dan tenaga kerja. Faktor teknis akan

berpengaruh terhadap penentuan harga jual produk, sementara faktor nonteknis

akan berpengaruh terhadap faktor konversi dan biaya produksi (Sudiyono, 2004).

Pada pengolahan hasil pertanian dapat dikatakan juga dengan adanya diversifikasi

vertikal yaitu kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan (memasukkan)

tambahan kegiatan atau perlakuan terhadap komoditas setelah panen., sehingga

para petani/produsen bersangkutan dapat memperoleh nilai tambah dari komoditas

yang dihasilkan. Melalui kegiatan ini (penyimpanan, pengeringan, pengolahan,

pengangkutan) nilai tambah yang semula dinikmati oleh pihak lain (pengolah,

pedagang) sekarang diterima oleh petani produsen bersangkutan, sehingga dengan

demikian pendapatan petani dapat ditingkatkan (Suryana, 1990).

Dalam menjalankan suatu usaha pengolahan hasil pertanian dibutuhkan biaya.

Biaya ialah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus

dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Untuk menghasilkan suatu barang

atau jasa tentu ada bahan baku, tenaga kerja dan jenis pengorbanan lain yang tidak

dapat dihindarkan. Tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan tersebut tidak akan

(26)

Income statement adalah suatu ringkasan dari pendapatan dan pengeluaran untuk

jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai alat kontrol untuk alat evaluasi suatu

usaha. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya

produksi. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi, maka harus mengupayakan

penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah dan sebaliknya

(Soekartawi, 1995).

Komoditi pertanian dapat juga disebut sebagai barang primer, yang biasanya

apabila produksi tinggi maka harga akan turun. Karena harga turun maka

pendapatan menjadi berkurang. Apabila agroindustri dikembangkan maka akan

mendapatkan nilai tambah yang tinggi pula, serta dapat meningkatkan permintaan

yang lebih besar dari produk pertanian dan sebaliknya. Tidak hanya bentuk primer

yang diminta tetapi juga bentuk sekunder sebagai hasil olahan (Saragih, 2001).

Agroindustri pengolahan salak menjadi dodol salak, keripik salak, kurma salak

dan sirup salak merupakan pengolahan hasil produk olahan sehingga agroindustri

adalah bagian dari sub-sistem agribisnis. Agroindustri adalah industri yang

berbahan baku utama dari industri pertanian. Agroindustri pada konteks ini

menekankan pada food processing management dalam suatu produk olahan, yang

bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Dalam lingkup agroindustri ini

digunakan teknologi untuk mampu memberikan nilai tambah yang relatif tinggi

terhadap produk yang dihasilkan (Husodo dkk, 2004).

Sebagai contoh aplikasi peningkatan teknologi yang dapat meningkatkan nilai

(27)

Pemanfaatan teknologi untuk pengolahan dapat dilakukan dengan beberapa tahap

yaitu :

1. Tahap primer, yaitu output utama yang dihasilkan dalam proses produksi

langsung dinikmati oleh konsumen tanpa adanya pengolahan lebih lanjut.

2. Tahap Sekunder, yaitu produk yang dihasilkan mengalami proses pengolahan

tertentu secara tradisional. Pengolahan secara tradisional ini kemudian secara

perlahan menjadi lebih maju, kemudian output dari hasil pengolahan itu

dikonsumsi.

3. Tahap tersier, yaitu ketika output yang dihasilkan oleh tahap sekunder diolah

dengan proses yang lebih canggih sehingga menghasilkan bahan pangan yang

dapat diolah menjadi berbagai macam makanan turunan dari produk tersebut

(Husodo dkk, 2004).

Menurut Soekartawi (1999), nilai tambah merupakan penambahan nilai suatu

komoditi karena adanya input fungsional yang diperlakukan pada komoditi yang

bersangkutan. Besarnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor teknis yang

terdiri dari kapasitas produksi, penerapan teknologi, kualitas produk, kuantitas

bahan baku dan input penyerta serta faktor pasar yang meliputi harga jual output,

harga bahan baku, nilai input lain dan upah tenaga kerja.

Peningkatan nilai tambah dari suatu produk agribisnis pada dasarnya tidak

terlepas dari aplikasi teknologi yang tepat dan sistem manajemen yang

professional. Besarnya nilai tambah yang tergantung dari teknologi digunakan

dalam proses produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang

(28)

produk dengan kualitas yang lebih baik pula, sehingga harga produk olahan akan

lebih tinggi dan akhirnya akan memperbesar nilai tambah yang diperoleh

(Suryana, 1990).

2.3Kerangka Pemikiran

Usaha pengolahan salak Agrina adalah salah satu usaha pengolahan yang

memanfaatkan salak sebagai bahan baku utama dalam proses produksi olahan,

dimana salak tersebut akan diolah menjadi produk yang diinginkan. Dalam

penelitian ini berupa dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak.

Produksi salak tidak dapat bertahan lama, maka untuk itu perlu dilakukan

pengolahan lebih lanjut agar dapat bertahan lama untuk dikonsumsi. Usaha

pembuatan dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak di daerah

penelitian masih tergolong sederhana karena masih menggunakan beberapa

peralatan yang ,asih sederhana atau masih bersifat tradisional. Namun dengan

proses pengolahan ini akan menghasilkan produk dodol, kurma, keripik dan sirup

salak yang apadt menghasilkan nilai tambah.

Produk dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak merupakan produk

yang dihasilkan dari proses pengolahan salak di daerah penelitian. Diantara

produk yang dihasilkan, produk dodol, kurma, keripik dan sirup salak ini adalah

produk yang dominan dihasilkan oleh pelaku usaha pengolahan salak di darah

penelitian.

Dalam menganalisis nilai tambah produk dapat diperoleh dari hasil olahan,

kemudian dihitung besarnya nilai tambah dari masing-masing output dengan

(29)

put, biaya bahan baku, dan biaya bahan penunjang lainnya yang menjadi penentu

besarnya nilai tambah yang dihasilkan, dan dari nilai tambah yang diperoleh ke

empat produk tersebut maka akan dapat dibandingkan produk mana yang lebih

(30)

Keterangan :

Menyatakan proses

Menyatakan perbandingan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Salak

Proses Pengolahan Proses Pengolahan Proses Pengolahan Proses Pengolahan

Produk (Dodol Salak) Produk (Kurma Salak) Produk (Keripik Salak) Produk (Sirup Salak)

Nilai tambah produk Dodol salak Nilai tambah produk Kurma salak

Nilai tambah produk keripik salak

Nilai tambah produk Sirup salak

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan studi kasus yaitu mempelajari secara

mendalam mengenai keadaan kehidupan sekarang dengan latar belaknganya

secara mendalam hanya pada satu unit sosial (Ginting, 2006). Lokasi penelitian

terpilih yaitu di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli

Selatan. Penilaian daerah tersebut untuk Kecamatan Angkola Barat dikarenakan

daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi salak yang terbanyak dari

keseluruhan Kabupaten Tapanuli Selatan selain itu di daerah penelitian terdapat

satu indsutri kecil pengolahan dodol salak.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara Purposive

Area Sampling (Sugiyono, 2006). Purposive Area Sampling merupakan teknik

pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu seperti orang yang ahli di

bidangnya. Dengan metode tersebut, maka ditetapkan yang menjadi sampel

penelitian ini adalah staff ahli bidang pengolahan di Sentra Industri Pengolah

Buah Salak Agrina.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung responden dan

mempergunakan angket yang dibuat terlebih dahulu, sedangkan data sekunder

(32)

Perdagangan, Badan Pusat statistik dan Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli

Selatan serta literatur.

3.4.Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah (1), yang digunakan adalah dengan

menggunakan metode analisis deskriptif yaitu mengenai proses pengolahan dodol

salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak dengan menggunakan data /

informasi yang diperoleh di daerah penelitian.

Untuk mengidentifikasi masalah (2) dapat dianalisis dengan menggunakan metode

(33)

Tabel 1. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami

II. Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga bahan baku (Rp/Kg) (8)

9. Sumbangan input lain (Rp/Kg) (9)

10. Nilai Output (Rp/Kg) (10) = (4) x (6)

11. a. nilai tambah (Rp/Kg) b. Rasio nilai tambah (%)

(11a) = (10) - (9) - (8) (11b) = (11a/10) x 100% 12. a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg)

b. Pangsa tenaga kerja (%)

(12a) = (5) x (7)

(12b) = (12a/11a) x 100% 13. a. Keuntungan (Rp/Kg)

b. Tingkat keuntungan (%)

(13a) = 11a – 12a

(13b) = (13a/11a) x 100%

III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/Kg)

a. Pendapatan tenaga kerja b. Sumbangan input lain c. Keuntungan pengusaha

(14) = (10) – (8)

(14a) = (12a/14) x 100% (14b) = (9/14) x 100% (14c) = (13a/14) x 100%

Sumber : Sudiyono, 2004

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menmperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian

tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan

operasional sebagai berikut :

3.5.1. Defenisi

1. Industri Pengolahan Salak adalah suatu industri yang mengolah buah salak

(34)

salak segar diolah sampai menjadi dodol salak naduma, kurma salak narobi,

keripik salak namora, madu salak nagogo, sirup salak natabo serta minuman

energi salak nagogo.

2. Output adalah penjumlahan produk/output yang dihasilkan selama satu periode

dan diukur dalam satuan kg produk.

3. Input adalah penjumlahan bahan baku yang telah digunakan selama satu

periode untuk memproses bahan baku sampai menjadi produk olahan..

4. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja langsung yang dipergunakan untuk

mengolah kedelai menjadi produk olahan dikalikan dengan jumlah hari kerja

untuk mengolah kedelai selama satu periode.

5. Faktor konversi, menunjukkan banyaknya output yang dapat dihasilkan dari

satu satuan input.

6. Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya output tenaga kerja yang

diperlukan untuk mengolah satu satuan input.

7. Harga output didasarkan pada harga jual rata-rata pada tahun tertentu, di mana

harga jual rata-rata merupakan pembagian antara total nilai penjualan output

dengan total output yang dijual. Satuan pengukuran harga output ini adalah

rupiah per kg produk olahan.

8. Sumbangan input lain adalah semua korbanan selain bahan baku dan tenaga

kerja langsung yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Satuan

pengukuran untuk sumbangan input lain adalah rupiah per kg bahan baku.

9. Harga bahan baku ditetapkan dengan membagi total biaya bahan baku dengan

(35)

10. Upah rata-rata tenaga kerja langsung didasarkan kepada upah harian yang

diterima masing-masing tenaga kerja yang langsung terlibat dalam kegiatan

pengolahan, diukur dalam satuan rupiah per hari orang kerja.

11. Nilai output menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input

dan diukur dalam satuan rupiah per kg produk olahan.

12. Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan harga bahan baku dan

sumbangan input lain dengan satuan Rp/Kg.

13. Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai output dan

dinyatakan dalam persen (%).

14. Pendapatan tenaga kerja langsung menunjukkan upah yang diterima tenaga

kerja langsung untuk mengolah satu satuan bahan baku yang diukur dalam

satuan rupiah per kg bahan baku dan produk olahan.

15. Pangsa tenaga kerja menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja langsung

dari nilai tambah dan dinyatakan dalam persen.

16. Keuntungan menunjukkan bagian yang diterima perusahaan karena

menanggung resiko usaha, diukur dalam satuan rupiah per kg produk olahan.

17. Tingkat keuntungan menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai

tambah dan dinyatakan dalam persen.

18. Marjin menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor-faktor produksi

selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dan ukuran dengan

satuan rupiah per kg produk olahan.

19. Pendapatan tenaga kerja (dari marjin) adalah persentase pendapatan tenaga

(36)

20. Sumbangan input lain (dari Marjin) adalah persentase sumbangan input lain

terhadap marjin (%).

21. Keuntungan pengusaha (dari marjin) adalah persentase keuntungan pemilik

pengolahan terhadap marjin (%).

3.5.2. Batasan Operasional

1. Responden adalah karyawan yang bekerja di sentra industri pengolahan salak.

2. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2011.

3. Daerah penelitian dilakukan di Showroom dan workshop Sentra Industri

Kecil Pengolah Buah Salak Agrina di jalan Sibolga Km 12 Desa Parsalakan

(37)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan

dan yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Parsalakan tepatnya di Industri

Pengolahan buah Salak Agrina.

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Parsalakan berada di Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli

Selatan, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 3200 Ha. Jarak

Desa Parsalakan dengan Kecamatan Angkola Barat (ibukota kecamatan) adalah 9

km, jarak ke Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukota kabupaten) adalah 8 km dan

jarak ke ibukota provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 460 km.

Secara adminitrasi Desa Parsalakan mempunyai batas-batas sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Desa paya Tobotan

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aek Latong Siamporik

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Paya Pusat Aek Nabara

(38)

4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk di Desa Parsalakan pada tahun 2010 berjumlah 2524jiwa atau 540

kepala keluarga. Terdiri dari beberapa suku yaitu suku batak, Jawa, minang, Nias

dan Melayu. Sementara jumlah suku yang terbanyak adalah suku batak.

Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 1264 jiwa

(50,07%) dari total penduduk sebanyak 2524 jiwa dan penduduk laki-laki

berjumlah 1260 jiwa (49,92%). Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk

perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk

laki-laki dan perempuan ini dibedakan menjaddi dua bagian berdasarkan

kelompok umurnya yaitu dewasa dan anak-anak. Jumlah penduduk perempuan

dewasa sebanyak 912 jiwa (36,13%) dan jumlah penduduk perempuan anak-anak

sebanyak 352 jiwa (13,94%). Sedangkan jumlah penduduk laki-laki dewasa

berjumlah 540 jiwa (21,39%) dan penduduk laki-laki anak-anak berjumlah 720

jiwa (28,52%). Berikut distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa

(39)

Tabel 2. JumlahPenduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Parsalakan, Tahun 2010

Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Persentase (%)

Dewasa Laki-laki 540 21,39

Dewasa Perempuan 912 36,13

Anak-anak Perempuan 352 13,94

Anak-anak Laki-laki 720 28,52

Total 2524 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2010

Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia produktif di Desa

Parsalakan cukup besar. Berikut gambaran jumlah penduduk menurut kelompok

di desa Parsalakan :

Tabel 3. Jumlah penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Parsalakan tahun 2010

Kelompok umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

>25 tahun 1158 45.87

17-25 tahun 474 18.77

5-17 tahun 851 33.71

1-5 tahun 41 1.62

Total 2524 100.00

Sumber : kantor KepalaDesa Parsalakan,2010

Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang mempunyai jumlah

paling besar ada;ah kelompok umur 25 tahun ke atas yaitu 1158 (45.87%) dari

total 2524 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok

umur 1-5 tahun yaitu sebesar 41 jiwa (1.62%), umur 5-17 tahun berjumlah 851

(40)

Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama, penduduk di Desa Parsalakan

seluruhnya memeluk agama Islam yaitu sebanyak 2524 jiwa.

Berdasarkan tingkat pendidikan, rata-rata penduduk di Desa Parsalakan ini hanya

mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar (SD). Namun

demikian, tidak sedikit pula penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikannya

hingga SMA bahkan Sarjana. Secara keseluruhan perhatian penduduk setempat

terhadap tingkat pendidikan cukup sudah cukup baik dilihat dari telah banyaknya

penduduk yang menyelesaikan pendidikan dsara 9 tahun dan telah ada penduduk

yang menempuh jenjang pendidikan hingga sarjana. Berikut distribusi penduduk

(41)

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Parsalakan tahun 2010

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Tidak Tamat SD 397 15.98

SD 1067 42.95

SMP 571 22.98

SMA 428 17.23

Diploma 8 0.23

Sarjana 13 0.52

Total 2484 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2010

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk paling banyak

adalah tamatan SD yaitu sebesar 1067 jiwa (42,95%) dan tingkat pendidikan yang

paling sedikit jumlahnya adalah Diploma yang berjumalh 8 jiwa (0.32%).

Sedangkan penduduk yang tidak tamaat SD sebesar 397 jiwa (0.52%).

Untuk mata pencaharian, pada tahun 2010 penduduk di Desa Parsalakan banyak

yang berprofesi sebagai buruh, pedagang, wiraswasta, dan petani. Unutk lebih

jelasnya dapat dilihat pada table distribusi penduduk menurut mata pencaharian

(42)

Tabel 5. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Parsalakan tahun 2010

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Petani 824 67.32

Pegawai Negeri 164 13.39

Pedagang 137 11.19

Karyawan 30 2.45

Buruh 33 2.69

Wiraswasta 18 1.47

Jasa 18 1.47

Total 1224 100

Sumber : kantor Kepala desa Parsalakan, 2010

4.2 karaktersitik Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah industri pengolahan salak yang bernama

“Showroom dan Work Shop Sentra Industri Pengolahan Buah Salak Agrina”.

Industry ini berdiri pada 25 September 2007, namu baru aktif pada tahun 2008.

Industri ini tergolong ke dalam industry kecil karena sesuai dengan penggolongan

jenis industry menurut Departemen Perindustrian. Dikatakan industri kecil jika

suatu industri memiliki asset lebih kecil dari Rp.200 juta diluar tanah dan

bangunan, omset tahunan lebih kecil dari Rp.1Miliar dan dimiliki oleh orang

Indonesian Independen.

Industri ini merupakan sebuah industri yang beregrak dalam bidang pengolahan

makanan dan minuman yang terbuat dari buah salak, dimana proses produksi

(43)

adalah nagogo drink, sirup salak, madu salak, kurma salak, dodol salak dan

keripik salak. Namun dari berbagai produk tersebut yang paling diminati oleh

konsumen adalah dodol salak, kurma salak, keripik salak an sirup salak karewna

rasanya yang khas dan tahan lama sehingga sangat cocok dijadikan penganan

cemilan dan oleh-oleh. Hal ini dapat dilihat dari tabel jumlah penjualan dibawah

ini :

Tabel 6. Jumlah penjualan Pengolahan Salak Agrina

Jenis Produk Jumlah konsumsi

Nagogo drink 48.788 botol

Sirup Salak 14.400 botol

Madu salak 23.040 botol

Kurma salak 26.400 kotak

Dodol salak 52.800 kotak

Keripik salak 23.520 kotak

Sumber :Showroom dan Workshop Sentra Industri Pengolahan Buah Salak

Agrina 2010

Maksud dan tujuan didirikannya Showroom dan Workshop Sentra Industri

Pengolahan Buah Salak Agrina adalah sebagai pusat pemasaran produksi industry

kecil, pusat industry yang memenuhu standar pasar, pusat pelayanan teknis dan

pusat penelitian bagi yang berkeinginan dalam pengembangan produk buah salak

serta sebagai alternatif tujuan wisata. Susunan struktur organisasi dari showroom

dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina dapat dilihat

(44)

Gambar 2. Struktur Organisasi Industri Kecil dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolah Salak Agrina

Dari gambar di atas diketahui kedudukan tertinggi di Showroom dan Workshop

Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina adalah General Manajer

sebagai pengambil keputusan atas kelangsungan keseluruhan bagian di Agrina.

General Manajer

Divisi Penelitian dan Pengembangan

Man. Produksi Man. Logistic Man. Keuangan dan Pemasaran

Man. Human Resources

Ass. Man. produksi Staf. Logistic Staf. HRD

Ass. Man. Prod. Dodol Salak

Ass. Man. Prod. Kurma dan keripik salak

Ass. Man. Prod. Minuman Salak

Ass. Man. Teknisi

(45)

Dibawahnya terdapat Divisi Penelitian dan Pengembangan yang bertugas

melakukan penelitian sehingga akan didapat produk yang memiliki kualitas yang

lebih baik lagi, serta mampu membuat inovasi terbaru dari produk yang

dihasilkan.

Dibawah General Manajer terdapat beberapa menajer, yaitu manajer produksi,

Logistik, Keuangan, dan Pemasaran dan Human Resources Development (HRD).

Tugas dari manajer Produksi adalah bertanggung jawab dalam perencanaan

produksi untuk keseluruhan produk, sedangkan pertanggungjawaban untuk

masing-masing produk yang dihasilkan merupakan tugas dari asisteen Manajer

dari masing-masing produk. Tugas untuk Manajer Logistik adalah pengelolaan

ketersediaan bahan baku dan alat penunjang proses produksi, koordinasi ke

unit-unit penyediaan bahan baku serta membuat laporan pembukuan per hari, bulan

dan tahun yang dibantu oleh staf logistik.

Untuk manajer keuangan dan pemasran bertugas membuat pembukuan yang berisi

semua pengeluaran dan penerimaan selama produksi, merencanakan peluang

apsar serta strategi pemasaran (promosi, analisis pasar dan minat konsumen) dan

menentukan harga jual produk. Tugas-tugas tersebut dibantu oleh beberapa staff

yaitu staff penjualan, staff keuangan dan staff promosi.

Untuk urusan mengenai administrasi kantor, absen, surat, laporan, inventaris

kantor, mengkoordinasi hubungan-hubungan dengan sentra lain serta evaluasi

kinerja karyawan merupakan tugas dari Manajer HRD yang dibantu oleh staff

(46)

4.2.2 Karakteristik Pengolahan Salak

a. Bahan Baku

pemilihan bahan bakubuah salak yang memenuhi standarisasi dalam buku “Teknis

Budidaya Salak Sidempuan” adalah dengan memperhatiakn cirri-ciri sebagai

berikut :

1. Kulit uag bersih mengkilap dan susunan sisiknya tampak lebih renggang.

2. Bila dipetik buah mudah terlepas dari tandan.

3. Daging buahnya berwarna putih kekuning-kuningan/kemerah-merahan dan

dagingnya terasa manis

4. Daging buahnya tidak busuk dancacat

b. Bahan Penunjang

bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi diversifikasi buah

salak sangat bervariasi, tergantung dari jenis produk yang akan dihasilkan. Untuk

lebih jelas bahan baku yang digunakan dalam memproduksi produk olahan dari

buah salak antara lain tepung ketan, tepung tapioca, gula pasir, Santan kelapa,

minyak goring, garam,dan aneka kemasan plastik atau kotak.

c. Tenaga Kerja

Tenaga Kerja yang digunakan untuk industri kecil Pengolahan salak sebanyak 19

orang. Terdiri dari 11 orang tenaga kerja wanita dan 8 orang tenaga kerja pria.

Tenaga kerja tersebut merupakan penduduk yang bertempat tinggal di sekitar

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Proses Pembuatan Dodol salak, Kurma Salak,Keripik Salak dan Sirup Salak

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di daerah

penelitian, diketahui bahwa bahan baku untuk membuat dodol salak, kurma salak,

keripik salak dan sirup salak yaitu salak cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan.

Hal tersebut didukung karena daerah penelitian adalah merupakan daerah yang

potensial dalam memproduksi salak sehingga dapat memenuhi permintaan salak

dalam usaha pengolahan salak di daerah penelitian.

Rata-rata kebutuhan salak yang digunakan untuk memproduksi dodol salak,

keripik salak, kurma salak dan sirup salak di daerah penelitian adalah 45 kg

dengan rentang antara 15 kg sampai 100 kg. Berikut ini rincian mengenai

penggunaan bahan baku salak untuk memproduksi dodol salak, kurma salak,

kerpik salak dan sirup salak di daerah penelitian.

Tabel 7. Rata-rata penggunaan salak dalam pembuatan dodol salak, kurma salak, keripik salak dan sirup salak

Uraian Frekuensi

Pembuatan (Hari)

Kebutuhan Salak (Kg)

Total harga beli salak (Rp)

Per minggu 5 225 787.500

Per bulan 20 900 3.150.000

Per tahun 240 10.800 37.800.000

(48)

Dari tabel 7 dapat diuraikan bahwa, responden memproduksi dodol salak, kurma

salak, keripik salak dan sirup salak rata-rataa 5 hari / minggu, 20 hari / bulan, dam

240 hari / tahun. Responden di daerah penelitian jarang sekali libur dalam proses

pembuatan.paling banyak libur yang dulakukan oleh pengusaha adalah pada saat

hari besar seperti lebaran, dan untuk volume pengambilan bahan baku salak

rata-rata responden salak adalah 225 kg/minggu, 900 kg/bulan dan 10.800 kg/tahun.

Dimana rata-rata total harga belinya adalah Rp 787.500/minggu, Rp

(49)

5.1.1 Proses pembuatan Dodol Salak

Gambar 3. Skema proses pembuatan Dodol Salak

Pemisahan daging buah salak dan biji

Perebusan daging buah salak tanpa biji

Penyaringan daging buah salak lunak dengan air rebusan

Penggilingan daging buah salak tanpa air rebusan

Pemasakan tepung ketan dan santan dan penambahan daging

buah salak yang halus dengan gula pasir

Dodol Salak

Salak

Pengupasan dan Pencucian Buah salak tanpa kulit

Bahan baku

Daging buah salak tanpa kulit dan sudah bersih

Daging buah salak tanpa biji

Daging buah salak lunak (sudah bisa diolah)

(50)

Salak merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan dodol,

bahan baku yang biasa digunakan dalam proses pengolahan dodol adalah salak

yang daging buahnya berwarna putih kekuning-kuningan/kemerahan dan

dagingnya terasa manis.

Pemisahan daging buah salak dan biji, tahap ini terdiri dari pengupasan kulit

menggunakan pisau anti karat yang tajam atau dikupas seperti biasa dengan

tangan sekaligus dihilangkan kulit airnya.

Pengupasan dan pencucian buah salak tanpa kulit merupakan proses pemisahan

antara kulit salak dengan daging buahnya, dalam proses ini menggunakan alat

berupa pisau pengupas kemudian di cuci pada proses ini dilakukan untuk

memperoleh salak yang bersih sebelum dilakukannya proses pengolahan menjadi

dodol, melalui proses ini nantinya akan menghasilkan salak yang bersih yang

sudah terpisah dari kotoran yang melekat pada salak sebelumnya. Proses ini

dilakukan pada ember yang bersih.

Perebusan daging buah salak tanpa biji dlakukan setelah salak selesai dicuci

bersih, maka salak tersebut direbus/didihkan kedalam 5 liter air dengan menggunakan panci besar selama 5 menit ampai daging buah salak menjadi lunak.

Penyaringan daging buah salak lunak dengan air rebusan, setelah dihasilkan buah

salak yang sudah lunak/masak kemudian ditiriskan dan didinginkan sampai

daging buah salak tanpa air rebusan.

Penggilingan daging buah salak tanpa air rebusan, setelah dihasilkan salak yang

(51)

dengan menggunakan mesin penggiling dodol sampai menjadi daging buah salak

yang halus.

Pemasakan, dalam proses pemasakan yang pertama dilakukan adalah pemasakan

tepung ketan dan santan, kemudian dimasukkan daging buah salak yang sudah

digiling tersebut dengan menambahkan gula pasir sampai menjadi adonan dodol

salak setelah itu didinginkan.

sPencetakan adonan dodol salak dan pengemasan, Setelah adonan dodol salak

tersebut dingin kemudian dilakukan pencetakan dengan potongan-potongan kecil

(52)

5.1.2 Proses pembuatan Kurma Salak

Gambar 4. Skema proses pengolahan Kurma Salak

Salak

Pengupasan kulit buah salak

Pencucian dan penirisan buah salak asin

Perendaman buah salak tanpa kulit dalam air garam

Pemasakan buah salak dan air gula sampai kental

Pemasakan air gula dan siramkan ke buah salak Penaburan buah salak asin

dengan gula putih

Penirisan dan pemisahan buah salak dan air gula

Air gula Buah salak

Penirisan air gula pada buah salak

Penjemuran buah salak selama ±2 hari

Pengemasan kurma salak

Bahan baku

Buah salak dalam air gula

Kurma salak sebelum dikemas

Buah salak tanpa air gula Buah salak gurih Buah salak asin bersih

Buah salak asin Buah salak tanpa kulit

(53)

Salak merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan kurma,

bahan baku yang biasa digunakan dalam proses pengolahan kurma adalah salak

yang daging buahnya berwarna putih kekuning-kuningan/kemerahan dan

dagingnya terasa manis.

Pengupasan kulit buah salak , proses ini merupakan proses pemisahan antara kulit

buah salak dengan daging buahnya, dalam proses ini menggunakan alat berupa

pisau pengupas, kemudian dicuci untuk memperoleh salak yang bersih sebelum

dilakukannya proses pengolahan menjadi kurma, melalui proses ini nantinya akan

menghasilkan salak yang bersih yang sudah terpisah dari kotoran yang melekat

pada salak sebelumnya. Proses ini dilakukan pada ember yang bersih.

Perendaman buah salak tanpa kulit dalam air garam, setelah salak selesai dicuci

bersih kemudian direndam dalam air kapur garam selama 1 malam agar salak

mempunyai rasa asin, setalah itu dicuci dengan air bersih dan ditiriskan.

Penaburan buah salak asin dengan gula putih, salak yang sudah menjadi asin

ditaburi lagi dengan gula putih dengan tujuan agar rasa buah salak menjadi gurih.

Penirisan dan pemisahan buah salak dan air gula, setelah salak ditaburi dengan

gula putih kemudian ditiriskan dan dipisahkan antara buah salak dengan air

gulanya.

Pemasakan air gula dan siramkan ke buah salak, air gula hasil penirisan tadi

dimasak sampai matang kemudian didinginkan lalu disiramkan ke buah salak

(54)

Pemasakan buah salak dan air gula sampai kental, kemudian air gula dan buah

salak tersebut dimasak kembali sampai kental.

Penirisan air gula pada buah salak, setelah proses pemasakan kembali kemudian

dilakukan penirisan air gula dan buah salak sampai buah salak tanpa air gula.

Penjemuran buah salak, buah salak yang ditiriskan itu kemudian dijemur lebuh

kurang selama 2 hari sampai terlihat seperti mengkerut atau sampai menjadi

kurma.

Pengemasan kurma salak, setelah kur ma salak tersebut kering kemudian dikemas

(55)

5.1.3 Proses Pembuatan Keripik Salak

Gambar 5. Skema proses pengolahan Keripik Salak

Salak

Pemilihan buah salak yang baik

Penghilangan bagian buah yang tidak dapat dimakan

(trimming)

Pengirisan buah salak tanpa biji dalam bentuk yang

diinginkan

Pengatusan minyak keripik salak dengan sentrifuse Penirisan irisan buah salak

yang bersih

Penggorengan irisan buah salak dengan vacum fryer Pencucian irisan buah salak

dengan air bersih yang mengalir

Pengemasan keripik salak

Bahan baku

Buah salak yang segar

Buah salak tanpa biji

Irisan buah salak

(56)

Pemilihan buah segar, buah salak yang dipilih adalah buah segar salak yang

matang pohon dan tidak terlalu lunak, bentuknya relative sama, bebas hama dan

penyakit serta kerusakan lain seperti memar atau busuk.Penghilangan bagian yang

tidak dapat dimakan, tahap ini terdiri dari pengupasan kulit menggunakan pisau

anti karat yang tajam atau dikupas seperti biasa dengan tangan sekaligus

dihilangkan kulit airnya.

Pengirisan, pekerjaan pengirisan dilakukan dengan pisau dapur anti karat di atas

alas (telenan kayu). Bentuk irisan sesuai dengan keinginan tetapi harus diusahakan

menjadi bentuk menarik. Besar irisan diatur agar habis dengan satu sampai dua

kali gigitan.

Pencucian, pencucian daging buah yang sudah diiris dengan air bersih yang

mengalir dimaksudkan setiap menghilangkan kotoran-kotoran yang masih melekat

maupun tercampur pada daging buah selama pengupasan dan pengirisan.

Penirisan, penirisan dimaksudkan setiap menghilangkan air bahan cucian yang

melekat pada bahan agar proses penggorengan menjadi lebih cepat. Penggorengan

membutuhksn waktu lebih kurang 50-75 menit untuk mendapatkan hasil yang

baik.

Pengatusan minyak dengan sentrifus, keripik dimasukkan alat pemutar/sentrifus

kemudian di putar 1-2 menit setiap mengatusan sisa minyak penggoreng yang

melekat pada keripik salak. Pemutaran dilakukan 2 kali diselingi waktu istirahat

2-3 menit bertujuan setiap membuat keripik menjadi renyah.

Pengemasan, Keripik yang telah diputar dua kali langsung dikemas menggunakan

(57)

5.1.4 Proses Pembuatan Sirup Salak

Gambar 6. Skema proses pengolahan Sirup Salak

Salak

Pengupasan dan Pencucian Buah salak tanpa kulit

Bahan baku

Pembotolan dan pasterurisasi sirup buah

salak

Penyaringan sari buah salak Pemasakan ekstrak buah salak dengan penambahan

gula pasir

Pengecilan ukuran daging buah salak tanpa biji

Ekstraksi/juicering potongan daging buah salak dengan

penambahan air

Sirup salak Buah salak tanpa kulit

yang sudah bersih

Sirup buah salak tanpa ampas

Penghilangan bagian buah yang tidak dapat dimakan

(trimming)

(58)

Salak Merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan sirup

salak, bahan baku yang biasa digunakan dalam proses pengolahan sirup salak

adalah salak yang daging buahnya berwarna putih kekuning-kuningan/kemerahan

dan dagingnya terasa manis.

Pengupasan dan Pencucian Buah salak tanpa kulit, proses ini merupakan proses

pemisahan antara kulit salak dengan daging buahnya, dalam proses ini

menggunakan alat berupa pisau pengupas. Kemudian salak yang sudah dikupas

kulitnya dicuci bersih.

Penghilangan bagian buah yang tidak dapat dimakan (trimming), setelah buah salak

dicuci bersih kemudian dilakukan pemisahan daging buah dan bijinya sehingga menjadi daging buah salak tanpa biji.

Pengecilan ukuran daging buah salak tanpa biji ini bertujuan untuk memudahkan

dalam melakukan proses juicering/ekstraksi.

Ekstraksi/juicering , Setelah daging buah salak dipotong-potong kecil kemudian

dilakukan juicering/ekstraksi dengan menambahkan gula pasir secukupnya sampai mendapatkan sari buah salak.

Pemasakan ekstrak buah salak dengan penambahan gula pasir, sari buah salak

yang dihasilkan kemudian dimasak dengan menambahkan gula pasir. Penyaringan

sari buah salak, sari buah salak yang sudah masak tersebut kemudian disaring dan

dibuang hampas nya.

Pembotolan dan pasterurisasi sirup buah salak, hasil penyaringan yang masih

panas dimasukkan ke dalam botol steril, kemudian tempatkan pada alat penutup

(59)

berisi sirup dengan memanaskannya dalam dandang berisi air mendidih selama

lebih kurang 30 menit, angkat botol dan susun terbalik untuk memeriksa

kebocoran. Botol-botol yang lolos bocor sesudah dingin kemudian disusun dan

(60)

5.2. Nilai Tambah Usaha Pengolahan Salak

Menurut Hayami (1987)Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai

suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan, ataupun

penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat

didefenisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku

dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih

antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup

komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan

balas jasa pengusaha pengolahan.

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperolah

dari pengolahan salak sehingga menjadi produk olahan adalah Metode Hayami.

Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada proses pengolahan salak di

showroom Agrina dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah yang

terjadi akibat adanya proses pengolahan salak menjadi dodol salak, kurma salak,

keripik salak dan sirup salak yang siap dipasarkan.

Analisis nilai tambah berguna untuk menguraikan masing-masing faktor-faktor

produksi menurut sumbangan masing-masing faktor-faktor produksi, serta

berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah terhadap tenaga kerja. Berikut

ini merupakan tabel perhitungan nilai tambah usaha pengolahan dodol salak

(61)

5.2.1 Pengolahan Dodol Salak

Tabel 8. Nilai Tambah Produk Dodol Salak

Variabel Nilai

I. Output, Input, dan Harga

1 Output (Kg) 44

2 Input (Kg) 100

3 Tenaga Kerja (HKP) 3,15

4 Faktor Konversi 0,4

5 Koefisien Tenaga Kerja (HKP/Kg) 0,03

6 Harga Output (Rp/Kg) 50.000

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HKP) 14.285,71

II. Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 3.500

9 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 5.230

10 Nilai Output (Rp/Kg) 20.000

11 a. Nilai Tambah 11.270

b. Rasio Nilai Tambah (%) 56,35

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) 428,57

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 3,8

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) 10.841,43

b. Tingkat Keuntungan (%) 96,2

III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) 16.500

a. Pendapatan Tenaga Kerja (%) 2,6

b. Sumbangan Input Lain (%) 31,69

c. Keuntungan Pengusaha (%) 65,70

Sumber : Analisis data primer ( lampiran 15)

Output, Input, Harga

Dari tabel 1 dapat diuraikan bahwa dalam usaha pengolahan salak menjadi dodol

salak menggunakan bahan baku sebanyak 100 Kg dapat menghasilkan output

sebanyak 44 Kg. sehingga menghasilkan faktor konversi sebesar 0,4. Nilai

konversi ini menunjukkan bahwa 1kg salak dapat menghasilkan 0,4 kg dodol

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami
Tabel 3. Jumlah penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Parsalakan tahun    2010
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Parsalakan tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis pendapatan dan nilai tambah dari pengolahan salak dengan metode Hayami dilakukan untuk mengetahui balas jasa yang diterima pelaku sistem komoditas ini serta

Analisis pendapatan dan nilai tambah dari pengolahan salak dengan metode Hayami dilakukan untuk mengetahui balas jasa yang diterima pelaku sistem komoditas ini serta

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi, menghitung dan menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi, menghitung dan menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari

Untuk hipotesis 1 digunakan pengukuran nilai tambah metode Hayami untuk melihat seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan akibat proses pengolahan produk makanan

Masalah yang diteliti dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu berapa besarnya Nilai Tambah dan keuntungan yang diterima dari usaha pengolahan buah

Untuk hipotesis 1 digunakan pengukuran nilai tambah metode Hayami untuk melihat seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan akibat proses pengolahan produk makanan

Analisis pendapatan dan nilai tambah dari pengolahan salak dengan metode Hayami dilakukan untuk mengetahui balas jasa yang diterima pelaku sistem komoditas ini serta