PENERAPAN PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS
DAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII-3 SMP NEGERI 2 SUNGGAL
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
ALBINA HERAWATY HUTAGAOL NIM. 8136176001
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Albina Herawaty Hutagaol. Penerapan Pembelajaran Guided Discovery Berbantuan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa Di kelas VII-3 SMP Negeri 2 Sunggal. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana peningkatan kreativitas siswa, hasil belajar IPA siswa dan respon siswa melalui penerapan pembelajaran guided dicovery berbantuan mind mapping. Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) melalui dua siklus pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kreativitas diperoleh melalui observasi saat pembelajaran berlangsung dan dihitung persentase yang memperoleh kategori amat baik, baik, cukup dan kurang. Peningkatan hasil belajar diperoleh dengan melakukan pretes dan postes setiap siklus,dan hasilnya dikategorikan dalam tuntas dan tidak tuntas. Tuntas apabila siswa memperoleh nilai diatas atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 75 dan tidak tuntas apabila memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal serta secara klasikal tuntas apabila siswa yang tuntas mencapai 75%. Peningkatan respon siswa diperoleh melalui angket terhadap siswa yang diberikan setiap akhir siklus.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kreativitas dari siklus I menunjukkan nilai rata-rata persentase ketuntasan 66,66 % (kategori cukup) dan pada siklus II menunjukkan rata-rata ketuntasan 87,26% dengan kategori amat baik. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari 70,1 menjadi 81,6. Pada siklus I hanya ada 17 dari 33 siswa yang nilainya tuntas mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (55,5 %) dan pada siklus II ada 30 dari 33 siswa yang nilainya tuntas mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( 90,9%). Peningkatan ini juga dapat dilihat pada N-gain hasil belajar siswa pada siklus I N-gain hasil belajar siswa adalah 0,58 (kategori sedang) dan pada siklus II adalah 0,67 (kategori sedang). Respon siswa terhadap pembelajaran meningkat dengan menggunakan pembelajaran guided dicovery berbantuan mind mapping.
ABSTRACT
Albina Herawaty Hutagaol. The Implementation Of Guided Discovery Learning Assisted Mind Mapping To Improve Creativity And Student Learning Outcomes In Class VII-3 SMP Negeri 2 Sunggal. Tesis. Medan : Post Graduate Program State University of Medan, 2015.
The purpose of this research was to analize how to improvement the student creativity, learning outcomes sains and student response throught the implementation of guided discovery learning assisted mind mapping. The implemented research method was Class Action Research (CAR) with two learning cycles where each cycle consist of some stages namely planning, implementing, observing, and reflecting. Creativity obtained throught obsevations during the learning takes place and calculated the percentage who obtained the category of very good, good, sufficient and less. Improvement of learning outcomes obtained by performing the pretest and posttest each cycle and the results are categorized in complete and incomplete. Completed when the students scored above or equal to the minimum completeness criteria were established wich 75 and incomplete when the students scored below to the minimum completeness criteria and clasically completed when the student reaches 75 %. Improvement of student responses obtained throught a questionnaire given to student each end of the cycle.
The result showed that there was the improvement of creativity in cycle I shows the average value of the percentage of completeness are 66,66% (sufficient criteria) and in cycle II shows the average value of the percentage of completeness are 87,26 % (very good criteria). Improvement the average value of learning outcomes from 70,1 to 81,6. In cycle I only 17 students out of 33 students the value of completed reaches the minimum completeness criteria ( 55,5%) and in cycle II already 30 students out of 33 students the value of completed reaches the minimum completeness criteria (90,9%). This improvement can also be seen in N-gain learning outcomes. In cycle I N-gain learning outcomes were 0,58 in medium category and in cycle II were 0,67 in medium category. Increase students’ response to learning by using of guided discovery learning assisted mind mapping.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “PENERAPAN PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII-3 SMP NEGERI 2 SUNGGAL” dapat
diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S, M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing I dan Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku pembimbing II ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Sekaligus narasumber, Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si, dan Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si juga selaku narasumber yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
4. Seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kemudahan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Irwan Mareden, S.Pd selaku Plt.Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Sunggal Kab. Deli Serdang, Bapak Karmono Simanullang, M.Pd selaku rekan guru pengamat, Ibu Lisbeth Marisi Simanungkalit, S.Pd selaku rekan guru pengamat beserta seluruh dewan guru dan pegawai yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 6. Ayahanda tercinta Wilson M.Hutagaol dan Ibunda tercinta Maslan Silitonga, Ibu mertua Dra.Rusma Sinaga serta saudara-saudaraku tersayang, Kak Rumondang, Kak Lisda, Ito Bernad, Ito Leo, Ito Syahrianto dan adikku Maeka yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.
7. Suamiku tercinta Bripka David Martahal Siringoringo, S.H dan ketiga anak-anakku yang tersayang Rajasper Siringoringo, Reynold Felix Siringoringo dan Nikita Miranda Ronauli Siringoringo yang telah banyak memberikan dukungan, semangat juga doa kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
8. Sahabat seperjuangan Kelas B-1 Eksekutif angkatan XXIII( Pak Aleks, Aplia, Pak Irsan, Pak Israel, Erna, Ibu Dewi, Erni, Fitri, Meri, Merliana, Nesti, Nove, Ruth, Rica, Ibu Siti Aminah, Ibu Srimila, Sudirman, Suster Rumentauli, Yunisa) Program Studi Magister Pendidikan Fisika yang telah memberikan dorongan, semangat, motivasi dan doa dalam penyelesaian tesis ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.
Medan, September 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
2.1.2. Tinjauan Tentang Kreativitas ...13
2.4. Hipotesis Tindakan ...53
Bab III METODE PENELITIAN ...54
3.1. Subjek Penelitian ...54
3.2. Siklus Penelitian ...54
3.3. Instrumen dan Teknik pengumpulan Data ...61
3.4. Indikator Kerja ...63
3.5.Analisis Data ...64
3.6. Pengolahan Data ...64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...67
4.1.Hasil Penelitian ...67
4.1.1. Deskripsi Awal ...67
4.1.2. Data Siklus Pertama ...68
4.1.3. Data Siklus Kedua ...78
4.2. Pembahasan ...86
4.2.1. Peningkatan Kreativitas Siswa ...86
4.2.2. Peningkatan Hasil Belajar ...91
4.2.3. Peningkatan Respon Siswa ...93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...96
5.1 Kesimpulan ...96
5.2 Saran ...97
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1. Data nilai IPA pada ujian semester ... 3
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ... 61
Tabel 4.1. Peningkatan indikator Kreativitas siklus I ... 70
Tabel 4.2. Peningkatan Persentase Nilai Rata-rata siklus I ... 72
Tabel 4.3. Hasil Belajar Kognitif pada siklus I ... 73
Tabel 4.4. Data Respon Siswa Tentang Pembelajaran Siklus I ... 74
Tabel 4.5. Peningkatan indikator Kreativitas siklus II ... 80
Tabel 4.6. Peningkatan Persentase Nilai Rata-rata siklus II ... 81
Tabel 4.7. Hasil Belajar Kognitif pada siklus II ... 82
Tabel 4.8. Data Respon Siswa Tentang Pembelajaran Siklus II ... 83
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rata-rata Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 102
Lampiran 2. Rata-rata Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 103
Lampiran 3. Tabel Hasil Pengamatan Kreativitas Siswa pada siklus I ... 104
Lampiran 4. Tabel Hasil Pengamatan Kreativitas Siswa pada siklus II ... 105
Lampiran 5. Tabel Hasil Pengamatan Aktivitas guru pada siklus I dan siklus II... 106
Lampiran 6. Data Respon siswa tentang Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dan II .... 108
Lampiran 7. RPP 1, instrumen penilaian ... 109
Lampiran 8. LKS 1, Bahan ajar ... 117
Lampiran 9. RPP 2, instrumen penilaian ... 124
Lampiran 10. LKS 2, bahan ajar ... 129
Lampiran 11. RPP 3, instrumen penilaian ... 135
Lampiran 12. LKS 3, bahan Ajar ... 140
Lampiran 13. RPP 4, LKS 4 ... 148
Lampiran 14. Instrumen Validasi tes hasil belajar siswa ... 156
Lampiran 15. Kisi-kisi Soal Instrumen penelitian ... 158
Lampiran 16. Mind Mapping ... 169
Lampiran 17. Hasil Pos tes siswa ... 170
Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa ... 173
Lampiran 19. Lembar Observasi Kreativitas Siswa ... 178
Lampiran 20. Lembar Observasi Pelaksanaan pembelajaran ... 180
Lampiran 21. Respon Siswa tentang Pelaksanaan pembelajaran ... 184
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM), sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada
kualitas pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan
masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. karena itu, pembaharuan
pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu
bangsa.
Pendidikan di Indonesia selalu mengalami penyempurnaan yang pada
akhirnya menghasilkan suatu produk atau hasil pendidikan yang berkualitas.
Berbagai usaha telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan yang ada, sehingga mampu menciptakan generasi penerus bangsa
yang handal yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Perbaikan
dan penyempurnaan ini meliputi perbaikan dalam sistem pendidikan ataupun hal
yang langsung dikaitkan dengan praktek pembelajaran.
Pembelajaran merupakan jantung dari pendidikan dalam suatu instansi
pendidikan yang bersifat kompleks dan dinamis, sehingga tenaga-tenaga pen
didikan terutama guru perlu menerapkan model pembelajaran yang efektif yang
diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan,
dan bermakna. Sehingga peserta didik merasa termotivasi untuk mengikuti
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di kelas. Untuk itu guru perlu
dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan
efektif.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Seperti yang dikemukakan oleh wahyana (dalam
Trianto,2008:61) bahwa: ”Sains adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun
secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta,
tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah”.
Belajar IPA disekolah masih menjadi pelajaran yang sulit bagi sebagian
siswa di Indonesia. Anggapan belajar IPA itu sulit, hanya bisa dikerjakan siswa
pintar dan membosankan begitu kuat melekat dibenak banyak anak. Ditambah
pula kebiasaan guru yang lebih sibuk mencekoki siswa dengan rumus –rumus
yang tidak mudah dipahami. IPA yang sebenarnya bisa dieksplorasi dari
keseharian anak –anak semakin berjarak dan tidak menarik. Penguasaan
konsep-konsep sains yang seharusnya diprioritaskan untuk dipahami anak-anak SD
hingga di jenjang berikutnya sudah mampu mengaplikasikan IPA dalam
kehidupan justru terlupakan. Padahal, penguasaan IPA merupakan kunci penting
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung daya
saing dan kemajuan suatu bangsa.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2
Sunggal diketahui bahwa siswa menganggap belajar IPA itu lebih sulit dari
(penemuan terbimbing) pada semester 1, namun hasil belajar IPA pada ujian
semester 1 masih rendah, yaitu Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 : Data Nilai IPA ujian semester 1 Kelas VII T.A 2014/2015
URAIAN KELAS
Peneliti mengajar dari kelas VII-1, VII-2, VII-3, VII-4 dan VII-5, dan dari
kelima kelas tersebut persentase ketuntasan terendah adalah kelas VII-3.
Berdasarkan data tersebut peneliti melakukan observasi pada saat pembelajaran.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas VII-3 SMP Negeri 2
Sunggal menunjukkan bahwa masih kurangnya aktivitas belajar siswa seperti
mencatat penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, dan mengerjakan tugas. Yang
menjadi hambatan dalam penerapan guided discovery menurut pengalaman
peneliti di SMPN 2 Sunggal yaitu: a) waktu yang terlalu lama saat melakukan
pengumpulan data sehingga berakhir pembelajaran tetapi seluruh proses
pembelajaran tidak terlaksana, b) terbentuknya kelompok yang tidak heterogen
artinya ada kelompok yang seluruh anggotanya berasal dari SD yang sama, ada
kelompok yang memiliki prestasi akademik tinggi dan ada kelompok yang
anggotanya memiliki prestasi akademik rendah, sehingga saat pengumpulan data
dan pengolahan data tidak merata pada setiap kelompok c) masih adanya siswa
berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada
siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing
mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain, d)siswa yang dibagi
dalam kelompok kemudian diberikan tugas. Akibatnya siswa merasa ditinggal
sendiri dan karena mereka belum berpengalaman, merasa bingung dan tidak tahu
bagaimana harus bekerjasama menyelesaikan tugas tersebut sehingga
menimbulkan kekacauan dan kegaduhan, e) siswa jarang mencatat atau
merangkum materi yang baru dipelajari, sehingga siswa tidak bisa mempelajari
kembali pelajaran itu pada hari-hari berikutnya.
Penggunaan model guided discovery cenderung dengan apa adanya tanpa
memperhatikan langkah-langkah yang sebenarnya sehingga pembelajaran kurang
menarik, sebagian siswa mudah bosan dan tidak aktif dalam pembelajaran karena
hanya siswa yang mau saja yang bekerja, akhirnya guru juga cenderung kembali
ke model konvensional. Siswa hanya menerima dan mengikuti apa yang
diperintahkan guru, diam, mendengarkan dan mencatat apa yang diajarkan guru.
Guru menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Hal ini mengakibatkan
siswa tidak bisa berkembang sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Selama ini dalam penggunaan model pembelajaran discovery, guru menerapkan pembelajaran ini tanpa ada observer, sehingga tahap - tahap
pembelajaran itu belum tepat dilakukan, sehingga belum ada refleksi terhadap
proses pembelajaran dan hasil pembelajaran belum maksimal.
Melihat kondisi tersebut di atas, maka dirasa perlu adanya suatu perubahan
baru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SMPN 2 Sunggal agar siswa lebih
aktif dan kreatif sehingga bisa berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing. Dalam usaha untuk meningkatkan keaktifan dan kekreatifan
guided discovery dengan mengikuti langkah-langkah yang tepat, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran ini juga dibantu dengan
metode mind mapping (peta pikiran), sehingga siswa bisa mencatat konsep yang
baru mereka dapatkan, sehingga bisa jadi catatan yang sangat berharga bagi
mereka untuk bisa mempelajari kembali dikemudian hari.
Discovery adalah proses mental yang terjadi pada anak-anak atau individu dalam mengasimilasi konsep atau prinsip. Dengan kata lain kegiatan dicovery adalah kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa
dapat menemukan konsep –konsep atau prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Proses-proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur dan sebagainya. Discovery lebih menekankan pengalaman langsung.
Discovery sering diterapkan percobaan sains di laboratorium yang masih membutuhkan bantuan guru, yang disebut guided discovery (Sani,2013:221).
Guided discovery merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep dibawah pengawasan guru. Pembelajaran guided discovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi
yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.
Metode belajar ini sesuai dengan teori Bruner yang menyarankan agar peserta
didik belajar secara aktif untuk membangun konsep dan prinsip.
Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan akan memetakan pikian- pikiran. Mind map adalah sebuah diagram yang digunakan
untuk mempresentasikan kata-kata,ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain
mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan konsep yang dia temukan
melalui pembelajaran dengan gambar –gambar, dan tulisan yang indah dan
warna-warni, sehingga siswa senang untuk mempelajari materi tersebut,dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari uraian diatas bahwa model guided discovery dengan bantuan mind
mapping dapat meningkatkan hasil belajar, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Penerapan pembelajaran guided
discovery berbantuan mind mapping untuk meningkatkan kreativitas dan
hasil belajar siswa di kelas VII-3 SMP Negeri 2 Sunggal “
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi masalah
yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Proses pembelajaran IPA sudah menggunakan model pembelajaran
discovery, namun belum mengikuti langkah-langkah yang sebenarnya sehingga dalam penerapannya masih jauh dari yang diharapkan.
2. Guru masih mendominasi pembelajaran kurang melibatkan siswa dalam
pembelajaran
3. Banyak siswa tidak dapat mencatat (merangkum) pelajaran yang baru
dipelajarinya.
4. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kurang memuaskan
5. Banyak siswa yang beranggapan mata pelajaran IPA itu sulit dan
1.3. Batasan Masalah
Dari permasalahan yang telah diidentifikasi terungkap beberapa masalah
yang perlu diselesaikan namun melihat luasnya permasalahan dan untuk
menghindari tafsiran yang berbeda-beda juga keterbatasan waktu yang tersedia
maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:.
1. Kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA masih rendah.
2. Hasil belajar IPA siswa kurang memuaskan
3. Penerapan pembelajaran discovery dalam pembelajaran IPA masih
belum sesuai dengan yang diharapkan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka yang
menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah peningkatan respon belajar siswa dalam penerapan
Pembelajaran guided dicovery berbantuan mind mapping?
2. Bagaimanakah peningkatan kreativitas siswa dalam penerapan
Pembelajaran guided dicovery berbantuan mind mapping?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPA siswa dalam penerapan
Pembelajaran guided dicovery berbantuan mind mapping?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis bagaimana peningkatan respon siswa dalam
2. Untuk menganalisis bagaimana peningkatan kreativitas belajar IPA
siswa melalui penerapan pembelajaran guided dicovery berbantuan
mind mapping
3. Untuk menganalisis bagaimana peningkatan hasil belajar IPA siswa
melalui penerapan pembelajaran guided dicovery berbantuan mind
mapping
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi guru :
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
guru untuk memilih metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA.
2. Manfaat bagi Sekolah
Dapat memberikan masukan yang baik bagi sekolah dalam rangka
perbaikan mutu pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA.
3. Manfaat bagi Siswa
Dengan adanya penelitian ini siswa semakin termotivasi untuk belajar
khususnya belajar IPA karena adanya partisipasi aktif dalam proses
pembelajaran dan suasana pembelajaran yang variatif dan tidak monoton
sehingga hasil belajarnya meningkat.
4. Manfaat bagi peneliti
Peneliti dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang
5. Manfaat bagi peneliti Lanjut
Penelitian ini dapat sebagai bahan referensi untuk penelitian –penelitian
sejenis selanjutnya.
1.7 Defenisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, berikut
diberikan defenisi operasional yang digunakan:
1. Hasil belajar adalah kemampuan kogitif yang dimiliki siswa setelah
mengalami pengalaman belajar .
2. Kreativitas adalah kemampuan sesorang untuk menghasilkan suatu
produk yang baru ataupun kombinasi dari hal – hal yang sudah ada
sebelumnya, yang berguna, serta dapat dimengerti. Dalam hal ini
kreativitas siswa yang diamati dalam proses pembelajaran adalah
memiliki rasa ingin tahu, mempunyai daya imajinasi, orisinil dalam
menyampaikan gagasan, mampu melihat masalah dari berbagai sudut
pandang dan sikap berani mengambi resiko.
3. Guided Discovery merupakan pembelajaran yang digunakan untuk membangun konsep dibawah pengawasan guru. Pembelajaran discovery
merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk
lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik
belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Tahap-tahap
pembelajaran guided discovery adalah : stimulasi (pemberian rangsangan), identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data,
4. Mind Mapping adalah suatu cara untuk memetakan sebuah informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran sesuai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan :
1. Pembelajaran Guided Discovery berbantuan mind mapping dapat meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan indikator kreativitas dari siklus I ke siklus II. Pada pengamatan siklus I ada beberapa kelemahan yaitu masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan praktikum tepat waktu, dan belum mampu mempresentasikan hasil dengan baik, dan tindakan yang dilakukan adalah mengganti beberapa anggota kelompok siswa ke kelompok lain. Dan pada siklus II terlihat peningkatan indikator kreativitas siswa sampai mencapai ketuntasan. Peningkatan nilai rata-rata persentase ketuntasan pada siklus I 66,66 % kategori cukup dan pada siklus II menunjukkan rata-rata ketuntasan 87,26% dengan kategori amat baik.
3. Pembelajaran guided discovery berbantuan mind mapping juga dapat meningkatkan respon belajar siswa. Hal ini ditunjukkan pada peningkatan rata-rata skor respon belajar siswa pada setiap aspek yang diberikan. Pada siklus I skor rata-rata respon siswa adalah 97,7 (kategori cukup) dari skor maksimum 132 dan meningkat pada siklus II adalah 118,57 masuk dalam kategori baik.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Pembelajaran guided discovery berbantuan mind mapping sebagai salah
satu alternatif untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga kualitas pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. 2. Dengan melihat hasil pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran
guided discovery berbantuan mind mapping ini diharapkan akan bermunculan ide-ide lain untuk mengembangkannya.
3. Mengupayakan membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa, sehingga siswa senang dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan dan memberikan respon positif terhadap kegiatan-kegiatan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Brooks, J. G. and Brooks, M. G. (1993). In Search of Understanding: the Case for
Constructivist Classrooms. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.
Csikszentmihalyi, Mihally. 1996. Creativity, Flow And The Psichology Of
Discovery And Invention. New York : Harper collins Publisher.
Dahar, R.W. 1991. Teori-teori Belajar. Erlangga: Jakarta.
Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa
Dedi, Supriyadi. 1997. Kreativitas, Kebudayaan, Dan Perkembangan Iptek.
Bandung : CV Alfabeta.
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Fatul Fadilah, Ikha Susantini, Endang Martini. 2014. Implementasi Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Pada Materi Fotosintesis Untuk Melatihkan Keterampilan Proses IPA Pada Kelas VII
SMP. Pendidikan Sains Volume 2, No. 2
Fitri Apriani Pratiwi, Hairida, Rahmat Rasmawan. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik Terhadap
Ketrampilan Kerpikir Kritis Siswa SMA. Artikel Penelitian: Universitas
Tanjung Pura Pontianak.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hurlock, Elizabeth B. 2002. Perkembangan Anak Jilid 2 (Meitasari Tjandrasa.
Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Kartika Sari, Malla. 2014. Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Pokok Bahasan Elastisitas Siswa Kelas XI di SMAN 1 Manyar. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Volume. 03
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru, Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Maimunah . 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA
Dengan Menggunakan Metode Discovery di SDN 16 Taruko Lintau Buo.
JIIP Vol. XIII. Universitas Negeri Padang .
Munandar, Utami. 2009. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta : Gramedia.
Ngalim Purwanto M. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Niken Septiasih, Suhartono, Tri saptuti Susiani. 2012. Penggunaan Metode
Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Dalam Peningkatan
Pembelajaran IPA Kelas IV SD. Skipsi. Tidak dipublikasikan. Surakarta :
FKIP Universitas Sebelas Maret Kampus Kebumen
Putra, S. R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.
Purwanto, C. E., Nughoro, S. E. & Wiyanto. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery pada Materi Pemantulan Cahaya Untuk
Meningkatkan Berpikir Kritis. UPEJ 1 (1).
Sani, R. A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.
Sani, R. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.
Bumi Aksara: Jakarta.
Sani, R.A. dan Sudiran. (2012). Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis.
Saeful Karim. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Jakarta:
Pusat Perbukuan PT. Setia Purna Inves
Sagala. S. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Santoso, E. 2011. Model-model Pembelajaran. Tidak dipublikasikan.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudjana. 2010. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Sudjana, N dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Suryabrata. S. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Taufik Widhiyantoro, Meti Indrowati, and Riezky Maya Probosari . 2012. The
Effectiveness Of Guided Discovery Method Application Toward Creative Thinking Skill At The Tenth Grade Students Of Sma N 1 Teras Boyolali
In The Academic Year 2011/2012. Pendidikan Biologi FKIP UNS Vol 4.
Widiadnyana I W, Sadia I W, Suastra IW. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA Dan Sikap Ilmiah Siswa
SMP. e-Journal Program Pascasarjana Universitas pendidikan Ganesha.
Vol 4.
William Mirasi Mr,Joseph Osodo Dr, Israel Kibirige Prof. 2013. Comparing
Guided Discovery and Exposition-with-Interaction Methods in Teaching
Biology in Scondary Schools . Roma –Italy : Mediterranean Journal of
social sciences. Vol 4 No.14
Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana
Winkel, W.S. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi Yoppy
Wahyu Purnomo, Mardiyana, Triyanto. 2009. Efektifitas Model Penemuan Terbimbing Dan Cooperative Learning Ditinjau Dari Kreativitas Siswa
Pada Pembelajaran Matematika. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Jakarta: