• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Kambing dan Domba Sebagai Hewan Qurban Di Mitra Tani Farm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Kambing dan Domba Sebagai Hewan Qurban Di Mitra Tani Farm"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Quantitatif and Qualitatif Characteristic of Goat and Sheep As Qurban Cattle At Mitra Tani Farm

Aslimah, S., Komariah and D. J. Setyono

The research have been done to studied the quantitatif and qualitative characteristics sheep and goats as qurban cattle at MT Farm, studied the consumers preferences about kind of qurban cattle and studied the criteria (age, body weight, color, horn) in selecting sheep and goats qurban among consumers. The samples were collected from the MT Farm as follows: 83 goats, 37 Garut rams, 25 Thin-Tailed rams and 35 Fat-Tailed rams. Parametre were collected include weight, chest circumference, body length, age, horn and wool’s color. Interviews were conducted with owner and consumers MT Farm (30 trader and 30 consumers). The data analysis have been done by descriptive, chi-square, correlation, regretion and T test. The results shown that the average of Jawarandu, Garut rams, Fat-Tailed rams and Thin-Tailed rams body weight as qurban cattle were 25.84±4.54, 29.2±3.61, 28.45±4.65 and 28.44±5.54 kg. Chest circumference had higher correlation with body weight rather than body length. Percentage the age of rams qurban were 57.73% (I0), 37.11% (I1) and 5.16 % (I2), while in goats 63.86% (I0), 30.12% (I1) and 6.02% (I2). The dominant color of Jawarandu goat were brown (54.22%), black (26.51%) and white (19.28%). Fat-Tailed rams wool’s color more uniform rather than Thin-Tailed rams or Garut rams. Consumer Jakarta, Depok and Tangerang significantly (P<0.05) prefer goats rather than sheep, while consumers Bogor, significantly prefer ram than goats. Traders bought cattle by the weight of the body (posture) and price, while consumers bought based on budget.

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia berpotensi besar sebagai pasar ternak (khususnya ruminansia kecil) untuk memenuhi kebutuhan ibadah seperti qurban dan aqiqah. Qurban dilakukan dengan jalan menyembelih ternak (kambing, domba, sapi, kerbau atau unta) serta membagi-bagikan dagingnya kepada yang membutuhkan terutama fakir miskin, dilaksanakan sesuai syariah, sejak sesudah selesai melaksanakan shalat Idul Adha hingga berakhirnya hari tasyriq (tanggal 10 sampai 13 Dzulhijjah).

Menjelang hari raya Idul Adha, permintaan ternak qurban di berbagai daerah meningkat pesat jika dibandingkan dengan bulan-bulan di luar Idul Adha. Meningkatnya pemahamam umat Islam terhadap qurban menyebabkan permintaan domba dan atau kambing juga meningkat. Permintaan hewan qurban di Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan berkisar antara 5% sampai 10%. Jumlah permintaan domba qurban sebanyak 250.000 ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan, 2009). Di Kabupaten Bogor mencapai 27.257 ekor domba dan 7.755 ekor kambing (Dinas Peternakan dan Perikanan, 2010).

Hal tersebut sangat mungkin akan terjadi secara berulang setiap tahun karena qurban merupakan ibadah yang bersifat sangat dianjurkan dilaksanakan setiap tahun bagi orang Islam yang mampu (Rasyid dan Mahmud 2011). Dalam pelaksanaan qurban, ternak harus memiliki kriteria tertentu sebelum dijadikan sebagai hewan qurban. Disunahkan berqurban dengan ternak yang gemuk dan baik. Umur ternak harus memenuhi kriteria syariah, tidak memiliki cacat seperti: buta, sakit, pincang, kurus, lumpuh, kaki terputus, telinga robek dan lainnya (Muhammad, 2002).

(3)

2 Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Mempelajari pilihan (preferensi) konsumen hewan qurban berdasarkan wilayah.

2. Mempelajari karakteristik kuantitaf (bobot badan, lingkar dada, panjang badan, umur) dan kualitatif (warna bulu, tanduk) kambing dan domba qurban di Mitra Tani Farm.

(4)

TINJAUAN PUSTAKA Qurban

Definisi dan Hukum Berqurban

Qurban adalah usaha pendekatan diri seorang hamba kepada Allah SWT dengan jalan menyembelih ternak, membagikan daging terutama kepada fakir miskin, dilaksanakan sesuai syariat, sejak selesai shalat Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah hingga 13 Dzulhijjah (hari tasyriq) sebagai bentuk rasa syukur serta mensyi`arkan agama Islam (Muhammad, 2002). Hukum ibadah ini bersifat sangat dianjurkan (sunnah muakkad) dan dilaksanakan setiap tahun bagi orang Islam yang mampu (Rasyid dan Mahmud 2011).

Dasar Hukum Berqurban

Dasar hukum berqurban terdapat dalam Al-Quran dan Hadist. Pada Al-Quran terdapat dalam QS. Al Kautsar ayat 2 dan QS. Al Hajj ayat 34. Artinya yaitu maka shalatlah karena Rabbmu dan sembelihlah qurban (QS. Al Kautsar ayat 2), dan untuk setiap umat Kami tetapkan ibadah qurban, supaya mereka mengingat nama Allah terhadap rizki yang telah Allah karuniakan kepada mereka berupa binatang ternak, maka sesembahan kalian itu adalah sesembahan yang satu, maka hanya kepada-Nyalah kalian berserah diri (QS. Al Hajj ayat 34). Salah satu dasar hukum berqurban dalam Hadist atau sunnah Rasulullah SAW yaitu bahwa setiap tahun Nabi Muhammad SAW selalu menyembelih hewan qurban (Muhammad, 2002).

Syarat Hewan Qurban

(5)

4 Ternak yang makruh dijadikan hewan qurban adalah: (1) telinga robek; (2) separuh tanduk terpotong atau tidak bertanduk; (3) kemampuan melihat hilang meski kondisi mata dalam keadaan utuh; (4) lemah sehingga tidak bisa berjalan; (5) ternak kastrasi; (6) sebagian gigi rontok, adapun jika sejak lahir tidak memiliki gigi maka tidak dimakruhkan dan (7) puting susu dipotong (Muhammad, 2002).

Asal dan Klasifikasi Domba

Domba termasuk ternak yang pertama di domestikasi di wilayah Irak (Fertile Cresent) kira-kira 8000-9000 tahun yang lalu. Hasil penelitian genetik terhadap tiga spesies domba liar yaitu Urial (Ovis vignel), Argali (Ovis ammon) dan Eroasia Mouflon (Ovis mosinon atau orientalis) yang diusulkan sebagai tetua domba domestikasi menunjukkan tidak ada kontribusi dari spesies Urial dan Argali. Hal ini mendukung pendapat bahwa Mouflon Asia (Ovis Orientalis) adalah satu-satunya keturunan dari domba domestikasi (Chessa et al., 2009). Domba diklasifikasikan ke dalam kerajaan (kingdom) hewan, filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (hewan menyusui), ordo Artiodactyla (berkuku genap), sub ordo Ruminate

(Ruminansia), famili Bovidae (hewan memamah biak), genus Ovis dan spesies Ovis Aries (Damron, 2006).

Domba Ekor Gemuk

(6)

5 tidak bertanduk; ekor tebal, lebar, panjang normal 15 sampai 18 vertebra, bentuk S atau sigmoid, ujung menggantung bebas (Tiesnamurti dan Santiananda, 2006).

Wijonarko (2007) menyatakan bahwa Domba Ekor Gemuk dikategorikan sebagai domba tipe pedaging. Menurut Destanto (2011) Domba Ekor Gemuk umur I0 dan umur I1 memiliki rataan bobot badan 18,74±6,05 dan 17,94±5,71 kg; lingkar dada 58,17±4,86 dan 60,33±5,83 cm; panjang badan 48,85±4,68 dan 48,9±4,77 cm. Kartika (2008) menyatakan Domba Ekor Gemuk sudah seragam dalam hal warna bulu, kemungkinan warna bulu domba tersebut sudah murni, sedangkan Domba Ekor Tipis dan Domba Garut dapat dinyatakan belum murni karena masih beragam dalam hal warna bulu. Warna bulu yang spesifik hanya ditemukan pada jenis Domba Ekor Gemuk dengan fenotipik seragam yaitu tubuh putih polos kepala putih (100%). Domba Ekor Tipis

Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia. Distribusi DET banyak ditemukan di daerah yang relatif basah seperti Jawa Barat. Domba ini mampu hidup di daerah gersang (Tiesnamurti dan Santiananda, 2006). Domba Ekor Tipis memiliki tubuh kecil sehingga disebut domba Kacang, domba Kampung atau domba Jawa (Mulliadi, 1996). Domba ini mempunyai ciri ekor pendek dan kecil; warna rambut pada umumnya putih, kasar dan tersebar tidak teratur pada bagian tubuhnya; jantan mempunyai tanduk sedangkan betina tidak (Arifin et al., 2007). Menurut Destanto (2011), Domba Ekor Tipis umur I0 dan umur I1 memiliki rataan bobot badan 15,32±5,44 dan 23,91±6,56 kg; lingkar dada 56,15±6,89 dan 65,62±6,69 cm; panjang badan 46,65±4,92 dan 51,71±4,75 cm.

Domba Garut

(7)

6 (rumpung) dengan panjang <4 cm sampai sedang (ngadaun hiris) dengan panjang antara 4-8 cm; bentuk ekor segitiga, dengan bagian pangkal lebar dan mengecil ke arah ujung (ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong). Bobot badan, panjang badan dan lingkar dada jantan adalah 57,74±11,9; 63,41±5,7 dan 88,73±7,6 cm (Departemen Pertanian, 2011). Riwantoro (2005) mendapatkan warna dasar Domba Garut adalah hitam, putih dan coklat. Warna putih dan hitam banyak dijumpai pada Domba Garut jantan tipe daging.

Asal dan Klasifikasi Kambing

Kambing telah didomestikasi 10000 tahun yang lalu di Pegunungan Zagros, Irak Utara. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu Bezoar goat atau kambing liar Eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy) dan Makhor goat atau Kambing Makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri). Sebagian

besar kambing yang diternakkan di Asia berasal dari keturunan Bezoar (Zeder dan Hesse, 2000).

Kambing diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, Subfamilia Caprinae, genus Capra (Damron, 2006). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan (2009), populasi kambing di Indonesia dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan. Tahun 2005 populasinya 13.409.277 ekor dan tahun 2009 sebanyak 15.655.740 ekor. Populasi kambing terbanyak terdapat di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat) sedangkan populasi terkecil terdapat di propinsi DKI Jakarta dan Bangka Belitung.

(8)

7 Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing ini memiliki ciri bulu pendek. Warna bulu terdiri dari warna tunggal (putih, hitam dan cokelat) dan campuran dari ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina mempunyai tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Kambing Kacang memiliki leher pendek, punggung melengkung sedikit lebih tinggi dari pada bahunya serta telinga pendek dan tegak. Bobot kambing jantan dewasa kurang lebih 25 kg, panjang badan 55 cm dan tinggi pundak 55,7 cm (Pamungkas et al., 2009).

Kambing Jawarandu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan Kambing Peranakan Etawah (PE) jantan dengan Kambing Kacang betina, dimana sifat fisik Kambing Kacang lebih dominan. Hasil dari persilangan ini diharapkan seekor kambing dengan penampilan fisik besar dan tingkat kesuburan yang tinggi. Jantan maupun betina sama-sama merupakan tipe pedaging. Kambing ini memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari kambing PE. Bobot badan jantan mencapai 25-60 kg. Bobot badan saat estrus pertama (umur 6-7 bulan) adalah 32,17 kg. Kambing ini memiliki telinga lebar, terbuka, panjang, dan terkulai serta tidak melipat; profil muka agak cembung; moncong lancip; sosok tubuh terlihat tebal dan bulu tubuh kasar. Warna tubuh dominan putih, coklat muda, dan coklat (Lestari, 2009).

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif

Sifat kualitatif meliputi sifat luar ternak, dapat diketahui tanpa harus mengukur dan biasanya hanya dikontrol oleh sepasang gen, sedangkan sifat kuantitatif harus dideteksi dengan pengukuran dan melibatkan cara perhitungan tertentu. Sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak pasangan gen. Contoh dari sifat kualitatif adalah warna, pola warna, sifat bertanduk atau tidak bertanduk, sedangkan sifat kuantitatif seperti bobot badan, panjang badan dan lingkar dada (Salamena, 2006; Noor, 2008).

(9)

8 tampaknya garis warna hitam pada bagian atas punggung, kepala, bahu dan leher. Gen badgerface hampir sama dengan tipe wild tetapi area hitam lebih melebar. Penampakan warna bulu yang dipengaruhi oleh gen badgerface banyak ditemukan pada Domba Garut dari pada domba persilangan.

Kehadiran gen AWt akan menutup semua gen apapun yang mengatur pemunculan warna, sehingga gen AWt memberikan ekspresi dominan penuh pada semua gen pengatur warna (Lisa, 2011). Kartika (2008) menemukan keragaman warna bulu berdasarkan fenotipik pada Domba Garut lebih tinggi dari Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Tipis lebih tinggi dari Domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis mempunyai keserupaan frekuensi fenotipik.

Berdasarkan Hadist, karakteristik ternak yang akan dijadikan qurban antara lain yaitu: bertanduk, performa baik dan sempurna, gemuk, berwarna putih yang tercampur hitam (amlah) di bagian mulut, kedua mata dan kaki. Maksud gemuk adalah yang memiliki banyak daging dan lemak. Hewan pejantan lebih utama daripada betina (Muhammad, 2010).

Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ dalam serta komponen-komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Perkembangan adalah perubahan struktur tubuh, perubahan kemampuan dan komposisi. Periode pertumbuhan dan perkembangan dibedakan menjadi periode sebelum lahir (prenatal) dan periode setelah lahir (postnatal). Pertumbuhan prenatal dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu periode ovum, periode embrio dan periode fetus. Pertumbuhan post natal dibagi menjadi pertumbuhan prasapih dan pascasapih (Soeparno, 2005).

(10)

9 tertentu cenderung tumbuh dan berkembang dalam suatu sifat yang khas sehingga merupakan sifat khas bangsanya (Handiwirawan et al., 2011). Soeparno (2005) menambahkan bahwa pertumbuhan ternak diatur oleh hormon baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda (Salamena, 2006). Korelasi yang erat antara bobot badan dan setiap ukuran tubuh merupakan perwujudan dari adanya proses pertumbuhan untuk menjaga keseimbangan biologis. Setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh (Doho,1994). Jimmy et al. (2010) menyimpulkan bahwa bobot badan di semua jenis kelamin, usia dan bangsa dapat diprediksi melalui lingkar dada dan tinggi pundak. Bangsa, umur dan jenis kelamin secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi semua ukuran tubuh. Hewan yang berumur lebih tua mempunyai ukuran lebih besar (P<0,05) dibandingkan ternak berusia muda. Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa lingkar dada selalu menjadi parameter penentu bobot badan pada tiap persamaan pendugaan bobot badan, bahkan menjadi parameter utama.

Lingkar dada adalah bagian tubuh yang mengalami perbesaran ke arah samping. Pertambahan bobot badan ternak menyebabkan hewan bertambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) mendapatkan hasil bahwa lingkar dada memiliki koefisien pertumbuhan (0,3286) yang paling tinggi dibandingkan ukuran tubuh yang lain. Lingkar dada mempunyai proses pertumbuhan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai penduga bobot tubuh, lingkar dada masih lebih mengikuti pertambahan bobot badan selama ternak tumbuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Herman et al., 1985). Hal inilah yang menyebabkan lingkar dada dapat lebih akurat dalam menduga bobot hidup ternak. Pengukuran lingkar dada lebih mudah dan akurat dibandingkan ukuran tubuh lainnya (Slippers et al., 2000) karena dapat diukur pada ternak dengan posisi apapun.

Perilaku Konsumen Hewan Qurban

(11)

10 dalam hidup. Definisi tersebut mengandung makna: (1) perilaku konsumen adalah dinamis, selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu; (2) perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan pikiran (kognisi), perilaku dan kejadian di sekitar dan (3) perilaku konsumen melibatkan pertukaran, sehingga membutuhkan

peran pemasaran melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran (Peter dan Olson, 1999).

Pilihan konsumen terhadap jenis domba biasanya tergantung pada wilayah atau daerah tempat tinggal. Masyarakat di Jawa Barat lebih memilih domba daripada kambing untuk berbagai keperluan, seperti qurban. Konsumen pun memiliki kriteria domba tersendiri yang disukai untuk berbagai keperluan. Umumnya, konsumen menyukai jenis domba bertanduk untuk keperluan khusus seperti qurban. Asumsinya, tampilan domba terlihat lebih gagah, sementara itu masyarakat di Jakarta lebih memilih kambing daripada domba untuk keperluan qurban (Lubis et al., 2010).

Pelestarian Sumberdaya Genetik Ternak

Punahnya keragaman plasma nutfah ternak tidak akan dapat diganti meskipun dengan kemajuan bioteknologi, paling tidak sampai saat ini. Negara-negara sedang berkembang pada umumnya berada pada iklim dengan perubahan temperatur yang ekstrim antara musim panas dan hujan. Pada kondisi tersebut akan terbentuk rumpun ternak yang beradaptasi. Walaupun produktivitasnya rendah, apabila dibandingkan dengan rumpun yang terdapat di daerah temperate, rumpun ternak ini memiliki daya tahan terhadap berbagai macam penyakit, tahan terhadap fluktuasi ketersediaan pakan dan air, tahan terhadap perubahan temperatur, kelembaban dan pengaruh iklim ekstrim lainnya serta mampu beradaptasi terhadap pemeliharaan yang kurang baik (Food and Agriculture Organization, 2007).

(12)

11 (4) sedikit sekali rumpun-rumpun hewan ternak asli yang telah digunakan dan dikembangkan secara aktif (Food and Agriculture Organization, 2007).

(13)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04/ RW 05, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian berlangsung dari bulan September hingga November 2010.

Materi Ternak

Populasi ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing dan domba qurban Idul Adha 1432 H/ 2010 M yang sudah terbeli oleh konsumen, yaitu 1001 ekor Kambing Jawarandu, 320 ekor Domba Tanduk (terdiri dari Domba Garut dan Domba Ekor Tipis) dan 427 ekor Gibas (Domba Ekor Gemuk). Sampel yang diamati sebanyak 83 ekor Kambing Jawarandu, 37 ekor Domba Garut, 25 ekor Domba Ekor Tipis dan 35 ekor Domba Ekor Gemuk, semuanya berjenis kelamin jantan.

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah sepatu boot, warepack, alat tulis, kamera, tongkat ukur dan pita ukur.

Prosedur Persiapan

Sebelum penelitian dimulai, dilakukan survei dan wawancara dengan pemilik usaha untuk mengetahui hal-hal terkait dengan qurban seperti jenis ternak yang disediakan, waktu mulai terjadi transaksi penjualan ternak qurban dan tata laksana di kandang menjelang Idul Adha.

Pengumpulan Data

(14)

13 dan 30 pedagang). Pengumpulan data primer dilakukan menjelang hari raya Idul Adha, yaitu akhir bulan September hingga November 2010. Sampel ternak dipilih dengan menggunakan metode sampling insidental (kebetulan), yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Ternak yang secara insidental ditemui digunakan sebagai sampel. Data sekunder berasal dari rekapitulasi MT Farm yaitu berupa data bobot badan, total penjualan ternak qurban dan asal pembeli.

Berikut ini adalah cara pengukuran dan pengamatan data primer: 1) Tanduk: memperhatikan ada tidaknya tanduk.

2) Warna bulu: didasarkan pada kelompok warna dominan. Warna dominan adalah warna yang paling banyak persentase warna tubuh (diperkirakan diatas 60%), dikelompokkan ke dalam 3 macam, yaitu: putih (P), hitam (H) dan coklat (C).

3) Pendugaan umur domba dan kambing berdasarkan pergantian gigi seri. Pendugaan umur domba berdasarkan gigi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pendugaan Umur Domba dan Kambing berdasarkan Pergantian Gigi Seri

Sumber: Devendra dan McLeroy (1992) Keterangan gambar:

(a) I0 (b) I1 (c) I2 (d) I3 (e) I4 Gambar 1. Susunan Gigi Kambing

(15)

14 4) Panjang badan (PB) diukur dengan menghitung jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang bahu (Os scapula) sampai benjolan tulang lapis/tulang duduk (Os ischium), menggunakan tongkat ukur. Panjang badan bersatuan cm.

5) Lingkar dada (LD) diukur melingkar rongga dada di belakang sendi bahu; pengukuran menggunakan pita ukur (cm).

Gambar 2. Pengukuran Bagian Tubuh Domba

Rancangan dan Analisis Data Statistik Deskriptif

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan umum lokasi penelitian dan variabel yang diamati (bobot badan, lingkar dada, panjang badan, tanduk, warna bulu dan umur). Analisis statistik deskriptif diolah dengan program perangkat lunak (software) Minitab 15.

Analisis Korelasi dan Regresi

Analisis korelasi digunakan untuk melihat korelasi antara parameter ukuran tubuh (panjang badan dan lingkar dada) dengan bobot badan ternak. Parameter yang nyata dilanjutkan dengan analisis regresi. Analisis korelasi dan regresi diolah dengan program perangkat lunak (software) Minitab 15 dengan selang kepercayaan 95%.

Analisis khi kuadrat (X2)

(16)

15 kuadrat diolah dengan program perangkat lunak (software) SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dengan selang kepercayaan 95%.

Uji T

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Tempat Penelitian

MT Farm berlokasi di Jalan Baru Manunggal 51, No. 39, RT 04/ RW 05, Desa Tegal Waru, Ciampea, Bogor. Desa Ciampea berada pada ketinggian 219 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 400-600 mm per tahun, temperatur udara berkisar 23-300C dan kelembaban 60%-90%. MT Farm didirikan pada bulan September 2004 oleh empat orang sarjana peternakan Institut Pertanian Bogor. Usaha yang dijalankan meliputi penggemukan domba, kambing dan sapi; pembibitan kambing dan domba; penjualan pakan konsentrat dan hijauan; katering aqiqah; budidaya sayur organik dan ikan. Segmentasi pasarnya adalah lembaga aqiqah se-Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), rumah potong hewan dan konsumen qurban.

MT Farm mempunyai lahan seluas sekitar 4 hektar, terdiri dari bangunan kantor, kandang pembibitan, kandang penggemukan, tempat penyiapan pakan, lahan sayur organik, kolam ikan, lahan rumput, kolam penanganan limbah cair, tempat pemotongan ternak dan rumah karyawan. Sistem perkandangan yang digunakan adalah kandang koloni berbentuk panggung dan nonpanggung. Alas kandang berpanggung terbuat dari bambu dan disusun bercelah, sedangkan nonpanggung terbuat dari semen.

Kandang penggemukan berpanggung terdiri dari empat blok dengan 10 petak di masing-masing blok. Satu petak dapat menampung sekitar 15 ekor ternak, sehingga kapasitas total kandang sekitar 600 ekor. Atap kandang bertipe monitor. Pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore. Pakan berupa ampas tahu (konsentrat) dan rumput lapang. Tempat pakan berada pada kedua sisi bangunan kandang. Kotoran ternak diolah menjadi pupuk.

Ternak Penelitian

(18)

17 dan Jawa Tengah (10%), Domba tanduk didapatkan dari Bandung dan Bogor. Domba Gibas didatangkan dari Jawa Timur (80%) dan Jawa Barat (20%). Ternak didatangkan mulai dari satu minggu sampai tiga bulan sebelum qurban. Sebagian besar kambing didatangkan seminggu sebelum qurban. Hal ini dikarenakan kapasitas kandang yang terbatas.

Tabel 2. Kelompok dan Harga Ternak Qurban di MT Farm Tahun 2010

Keterangan: Kambing Jawa= Kambing Jawarandu, Domba Tanduk=Domba Garut dan Domba Ekor Tipis, Domba Gibas= Domba Ekor Gemuk

Pilihan Konsumen Terhadap Hewan Qurban

Menjelang qurban 2010, MT Farm menyediakan 2.000 ekor ternak yang terdiri dari 1.015 ekor kambing, 327 ekor domba tanduk dan 665 ekor Domba Gibas. Kambing qurban disediakan lebih banyak daripada domba karena berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, permintaan kambing lebih banyak. Permintaan tersebut datang dari konsumen asal Jakarta dan atau yang akan di pasarkan di Jakarta. Domba Gibas disediakan lebih banyak daripada domba tanduk karena selain untuk menyediakan permintaan qurban juga untuk menyediakan permintaan konsumen harian yang lebih memilih Domba Gibas. Konsumen tersebut adalah pedagang gulai atau sate dan keperluan aqiqah.

Jumlah keseluruhan ternak yang terjual sebanyak 1.748 ekor. Rincian jumlah dari masing-masing kelompok ternak dan wilayah konsumennya secara lengkap disajikan pada Tabel 3. Data menunjukkan bahwa konsumen Jakarta dan Bogor mendominasi pembelian kambing dan domba qurban dibandingkan Depok, Tangerang, Bandung dan Yogyakarta (Gambar 3).

Kelas Bobot (kg) Harga (Rp)

Kambing Jawa dan Domba Tanduk Domba Gibas

A 22-24 900.000,00 800.000,00

B 25-27 1.000.000,00 900.000,00

C 28-30 1.125.000,00 1.000.000,00

D 31-33 1.250.000,00 1.100.000,00

E 34-36 1.350.000,00 1.200.000,00

(19)

18 Tabel 3. Penjualan Kambing dan Domba Qurban MT Farm Tahun 2010 ke Beberapa

Wilayah Konsumen

Gambar 3. Diagram Distribusi Ternak Qurban di Beberapa Wilayah Konsumen

Sebesar 80,22% kambing terjual ke Jakarta, sedangkan 74,69% domba tanduk dan 58,08% Gibas ke Bogor. Hasil uji khi kuadrat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0,05) antara daerah konsumen dengan jenis ternak yang dibeli. Konsumen Jakarta, Depok dan Tangerang nyata (P<0,05) lebih memilih kambing daripada domba, sedangkan konsumen Bogor nyata (P<0,05) lebih memilih domba (tanduk maupun tidak) daripada kambing. Ternak yang daerah tujuannya ke Bandung dan Yogyakarta, pembelinya adalah lembaga sosial yang kemudian mendistribusikannya ke daerah tersebut. Dalam pembeliannya, lembaga tersebut tidak menyebutkan jenis ternak yang dikehendaki, tetapi disesuaikan dengan dana

(20)

19 yang disediakan tanpa mengabaikan syarat yang berlaku seperti umur dan kesehatan. Distribusi ke Yogyakarta dipusatkan di daerah korban bencana gunung merapi.

Karakteristik Kuantitatif Kambing dan Domba Qurban Bobot Badan

Rataan bobot badan domba dan kambing qurban di MT Farm secara lengkap disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Bobot Badan Kambing dan Domba Qurban

Jenis Ternak Bobot Badan (kg) Kelas

DG (n=37) 29,32±3,61A B-D

DET (n=25) 28,45±5,54A A-E

DEG (n=35) 28,44±4,65A A-E

KJR (n=83) 25,84±4,54B A-D

Rataan (n=180) 27,43±4,75 A-D

Keterangan: DG= Domba Garut, DET= Domba Ekor Tipis, DEG= Domba Ekor Gemuk, KJR= Kambing Jawarandu, BB= bobot badan, LD= lingkar dada, PB= panjang badan, Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil sangat beda nyata (P<0,01).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rataan bobot badan antara bangsa Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Handiwirawan et al. (2011) bahwa perbedaan bangsa mempengaruhi pertumbuhan, ternak dari satu bangsa tertentu cenderung tumbuh dan berkembang dalam suatu sifat yang khas sehingga merupakan sifat khas bangsanya. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor, pertama kualitas domba yang digunakan pada penelitian Handiwirawan et al. (2011) secara genetik jauh lebih baik dan seragam. Kedua, faktor lingkungan seperti pakan berbeda.

(21)

20 57,74±11,9 kg. Perbedaan yang sangat jauh ini dimungkikan Domba Garut di MT Farm sudah tidak murni, hasil perkawinan dengan domba-domba lokal lainnya.

Rataan bobot badan Kambing Jawarandu terlihat sangat nyata berbeda (P<0,01) dengan Domba Garut dan Domba Ekor Gemuk, sedangkan dengan Domba Ekor Tipis berbeda nyata (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan spesies mempengaruhi ukuran atau bobot badan. Secara umum, bobot badan dari domba dan kambing qurban di MT Farm berkisar 21,3-32,93 kg. Ternak dengan bobot tersebut masuk pada kelas A-D dengan harga Rp 800.000,00-Rp 1.250.000,00. Rataan bobot badan domba maupun kambing qurban yang tidak mencapai 35 kg atau lebih besar dari itu tidak berarti bahwa sulit mendapatkannya, tetapi dalam hal ini MT Farm menyesuaikan dengan permintaan dan daya beli konsumen. Hadist tentang qurban menganjurkan untuk memilih ternak yang gemuk. Umumnya, konsumen akan memilih ternak yang berbobot besar dengan performa yang baik, terlebih jika tujuannya untuk keperluan ibadah. Akan tetapi, keingingan itu tidak selalu dapat terpenuhi jika sudah bersinggungan dengan daya beli dan faktor lain.

Lingkar Dada dan Panjang Badan

Rataan lingkar dada dan panjang badan domba dan kambing qurban di MT Farm secara lengkap disajikan pada Tabel 5 dan 6. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa ukuran panjang badan domba tidak berbeda nyata diantara ketika bangsa yang berbeda maupun dalam bangsa yang sama pada kelas yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa parameter panjang badan dinilai kurang tepat jika digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan domba yang berkelas (berbobot) tinggi.

(22)

21 Tabel 5. Rataan Ukuran Tubuh Domba Qurban

Parameter

LD 69,93±5,56A 69,36±5,04A 65,54±4,83B

PB 55,15±4,76 54,64±4,50 53,36±3,17

Keterangan: DG= Domba Garut, DET= Domba Ekor Tipis, DEG= Domba Ekor Gemuk, LD= Lingkar Dada, PB= Panjang Badan, Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil sangat beda nyata (P<0,01).

Tabel 6. Rataan Ukuran Tubuh Kambing Qurban Ukuran

LD 63,92±6,24 59.91±4.06A 63.47±2.35B 67.03±3.77C 73.25±6.36D

PB 53,22±6,17 49.82±4.49A 52.34±2.80B 55.43±5.70BC 61.67±5.38D

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil sangat beda nyata (P<0,01).

(23)

22 samping. Pertambahan bobot badan ternak menyebabkan hewan bertambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho, 1994).

Tabel 7. Analisis Regresi dan Korelasi antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Jawarandu, ** = sangat nyata (P<0,01), R2=Kofisien Determinasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) mendapatkan hasil bahwa lingkar dada memiliki koefisien pertumbuhan (0,3286) yang paling tinggi dibandingkan ukuran tubuh yang lain. Lingkar dada mempunyai proses pertumbuhan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai penduga bobot tubuh, lingkar dada masih lebih mengikuti pertambahan bobot badan selama ternak tumbuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Herman et al., 1985). Hal inilah yang menyebabkan lingkar dada dapat lebih akurat dalam menduga bobot hidup ternak.

(24)

23 Nilai ketepatan R2 (adj) yang dihasilkan pada grafik kuadratik antara bobot badan dengan lingkar dada Domba Garut dan Domba Ekor Tipis lebih besar daripada yang dihasilkan pada grafik linier atau pangkat tiga, sedangkan pada Domba Ekor Gemuk dan Kambing Jawarandu nilai ketepatan R2 (adj) yang dihasilkan lebih besar pada grafik pangkat tiga. Hal ini menunjukkan bahwa model grafik kuadratik lebih tepat digunakan untuk menggambarkan hubungan bobot badan (y) terhadap lingkar dada (x) pada Domba Garut dan Domba Ekor Tipis, sedangkan model grafik pangkat tiga lebih tepat digunakan untuk menggambarkan hubungan bobot badan (y) terhadap lingkar dada (x) pada Domba Ekor Gemuk dan Kambing Jawarandu karena nilai ketepatan R2 (adj) yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai R2 (adj) pada grafik lainnya sehingga nilai errornya akan lebih rendah.

Bentuk persamaan yang tidak linier antara bobot badan (y) dengan lingkar dada (x) menunjukkan bahwa pola pertambahan bobot badan antarwaktu sehubungan dengan perubahan lingkar dada adalah tidak tetap. Bobot badan rendah pada permulaan, naik pada tahap pertengahan dan turun ketika di akhir siklus hidupnya. Hal ini berbeda dengan hubungan antara bobot badan dengan panjang badan. Nilai ketepatan R2 (adj) yang dihasilkan pada grafik linier antara bobot badan dengan panjang badan lebih besar daripada yang dihasilkan pada grafik nonlinier, sehingga model grafik linier lebih tepat digunakan untuk menggambarkan hubungan bobot badan (y) terhadap panjang badan (x).

Umur Ternak Qurban

(25)

24 berqurban dengan kambing apa adanya daripada tidak berqurban. Dalam kondisi tersebut, MT Farm pun tidak kuasa melarang.

Tabel 8. Persentase Umur Ternak Qurban Jenis gambaran di beberapa peternakan penyedia kambing qurban. Jika hal tersebut terjadi secara terus menerus setiap tahunnya akan menimbulkan dampak kurang baik. Pertama, dari segi sah tidaknya pelaksanaan ibadah qurban. Kedua, dari segi sistem produksi ternak. Budidaya ternak memerlukan pejantan dengan sifat-sifat unggul untuk dapat menghasilkan anakan dengan performa yang lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan sistem produksi yang tepat dalam rangka menyediakan ternak qurban khususnya kambing sehingga permintaan kambing qurban yang tinggi dapat didukung dengan persyaratan yang sesuai syariah tanpa melupakan persediaan ternak pejantan unggul. Sistem yang mungkin dapat dilakukan adalah melakukan konsep pemeliharaan yang terpusat di suatu daerah atau kawasan yang dilengkapi dengan sistem seleksi yang baik sehingga pejantan dengan sifat-sifat yang unggul dapat diselamatkan untuk dijadikan pemacek.

Penetapan syarat umur ternak qurban pasti mengandung hikmah di dalamnya. Ilmu pengetahuan menilai bahwa salah satu faktor adanya perbedaan syarat umur antara kambing dengan domba yang akan dijadikan qurban mungkin terkait dengan kualitas daging yang akan dihasilkan. Faktor umur merupakan salah satu hal yang menentukan kualitas dan komposisi daging (Soeparno, 2005).

Karakteristik Kualitatif Kambing dan Domba Qurban Warna Bulu

(26)

25 pada domba adalah putih (P) hitam (H) dan coklat (C). Dari ketiga warna tersebut, warna bulu (P) pada domba memiliki persentase terbesar (45,45%-100%). Warna dominan Domba Garut pada penelitian ini sesuai dengan hasil Riwantoro (2005) yang mendapatkan warna dasar Domba Garut adalah hitam, putih dan coklat. Warna putih dan hitam banyak dijumpai pada Domba Garut jantan tipe daging.

Tabel 9. Persentase Domba dan Kambing Qurban Berdasarkan Warna Bulu Dominan

Jenis Ternak Putih Hitam Coklat Jumlah

DG 45,45 (n=16) 36,36 (n=13) 18,18 (n=6) 100 (n=37)

DET 100 (n=25) - - 100 (n=25)

DEG 100 (n=35) - - 100 (n=35)

KJR 19,28 (n=16) 26,51 (n=22) 54,22 (n=45) 100 (n=83) Rataan 51,11 (n=92) 19,44 (n=35) 28,33 (n=51) 100 (n=180) Keterangan: DG= Domba Garut; DET= Domba Ekor Tipis; DEG= Domba Ekor Gemuk;

KJR= Kambing Jawarandu.

Departemen Pertanian (2011) menjelaskan lebih lanjut bahwa warna tubuh dan kepala dominan Domba Garut adalah kombinasi hitam-putih. Dari ketiga bangsa domba yang diamati, tampak bahwa keragaman warna bulu berdasarkan fenotipik pada Domba Garut lebih tinggi dari Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis mempunyai keserupaan frekuensi fenotipik. Warna bulu Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis yang sudah seragam ini dimungkinan warna bulu domba tersebut sudah murni.

Menurut Kartika (2008), kebanyakan bangsa domba mempunyai fenotip berwarna putih karena gen warna putih (Awt) mempunyai sifat dominan dengan penetrasi yang lengkap terhadap warna lain sehingga akan menutup semua gen apapun yang mengatur pemunculan warna. Salah satu lokus penentu utama warna bulu pada kebanyakan domba adalah lokus Agouti. Inounu et al. (2009) menjelaskan lebih lanjut bahwa 65,7% domba berpenampakan umum warna putih yang ditentukan oleh lokus Agouti yang meliputi lima kelompok fenotip yaitu white atau tan, wild, badgerface, light badgerface, black dan tan.

(27)

26 baik belang hitam maupun coklat. Kambing Jawarandu dengan warna dominan (C) tampak lebih beragam dibandingkan dengan kelompok (H) dan (P), yaitu coklat tua polos, coklat muda polos, coklat dengan belang besar, belang kecil hitam maupun putih, coklat dengan garis punggung hitam. Pola warna pada Kambing Jawarandu coklat yang diamati ada tiga macam, yaitu: coklat polos atau coklat dengan hitam, coklat dengan putih atau kombinasi tiga warna tersebut. Dari ketiga kelompok warna bulu dominan, persentasenya dari yang terbesar secara berturut-turut adalah kelompok C (54,22%), H (26,51%) dan P (19,28%).

Beragamnya warna bulu kambing yang diamati mengindikasikan bahwa semakin terbuka peluang untuk melakukan seleksi pembentukkan warna-warna tertentu yang khas jika dibutuhkan. Hadist tentang qurban menjelaskan bahwa warna bulu ternak qurban yang utama sebaiknya berwarna putih, adapun jika didapati kambing atau domba qurban yang berwarna coklat, hitam atau yang lainnya maka

tetap sah selama ternak tersebut sehat, tidak buta atau lumpuh.

Tanduk

Ada tidaknya tanduk domba dan kambing qurban yang ada di MT Farm dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Domba dan Kambing Qurban Berdasarkan Pertandukan

Pertandukan %

Bertanduk 75,57 (n=1321)

Tidak bertanduk 24,43(n=427)

Jumlah 100 (n=1748)

(28)

27 ternak yang terpotong separuh tanduknya atau ada cacat dan tidak bertanduk dinilai makruh untuk dijadikan qurban.

MT Farm melayani pembelian ternak qurban dalam jumlah sedikit maupun banyak, konsumennya terdiri dari pedagang dan konsumen akhir (baik perorangan maupun lembaga). Beberapa konsumen tersebut memperhatikan karakteristik ternak sebagai kriteria dalam pembelian. Persentase perhatian konsumen terhadap kriteria ternak qurban dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Persentase Kriteria Ternak Penentu Konsumen Qurban

Kriteria Pedagang Konsumen Akhir

Bobot badan (postur) 66,67 (n= 20 ) -

Umur 16,67 (n= 5 ) 6,67 (n= 5 )

Warna Bulu 3,3 (n= 1 ) 10 (n= 3)

Tanduk 3,3 (n= 1 ) 70 (n= 21 )

Tanpa kriteria 10,06 (n= 3) 3,3 (n= 1)

Adanya karakteristik ternak qurban yang disyariatkan pada akhirnya menyebabkan adanya pilihan yang jelas diantara konsumen atau penyedia yang mengetahui dan memahaminya dalam membeli atau menyediakan ternak. Bagi yang tidak mengetahui syariat tersebut dimungkinkan adanya pilihan yang berubah-ubah sebagaimana pendapat Peter dan Olson (1999) bahwa perilaku konsumen adalah dinamis. Seorang konsumen, kelompok konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa perhatian konsumen qurban terhadap kriteria umur dan warna bulu ternak terlihat rendah dibandingkan dengan bobot badan dan tanduk.

Hasil uji khi kuadrat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) antara pedagang dan konsumen akhir dalam pemilihan kriteria ternak qurban. Pedagang nyata (P<0,05) lebih memilih kriteria bobot badan (postur) daripada kriteria lain, sedangkan konsumen akhir nyata (P<0,05) lebih memilih kriteria tanduk. Konsumen akhir juga membeli berdasarkan anggaran dana yang sudah disiapkan.

(29)

28 pentingnya untuk melestarikan bangsa domba yang bertanduk, tetapi tidak berarti juga bahwa tidak penting melestarikan domba yang tidak bertanduk. Melestarikan keduanya adalah penting untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertanian dan perkembangan sosial masyarakat di masa kini dan yang akan datang. Berbeda dengan domba yang secara genetik ada yang tidak bertanduk, pada semua bangsa kambing ditemukan adanya tanduk meskipun besar atau panjangnya berbeda-beda.

(30)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Rataan bobot badan Kambing Jawarandu, Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk sebagai hewan qurban di MT Farm secara berturut-turut yaitu 25,84±4,54; 29,32±3,61; 28,45±5,54 dan 28,44±4,65 kg. Parameter lingkar dada mempunyai nilai korelasi lebih tinggi dengan bobot badan daripada panjang badan. Persentase umur domba qurban yaitu: 57,73% (I0); 37,11% (I1) dan 5,16 % (I2), sedangkan pada kambing terdiri dari 63,86% (I0); 30,12% (I1) dan 6,02% (I2).

Persentase warna bulu dominan pada kambing adalah coklat (54,22%), hitam (26,51%) dan putih (19,28%). Warna coklat tampak lebih beragam dibandingkan dengan warna lainnya. Keragaman warna bulu berdasarkan fenotipik pada Domba Garut lebih tinggi dari Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis mempunyai keserupaan frekuensi fenotipik. Ternak yang bertanduk nyata bernilai jual lebih tinggi daripada yang tidak bertanduk meskipun bobot badannya sama bahkan lebih tinggi.

Konsumen Jakarta, Depok dan Tangerang nyata (P<0,05) lebih memilih kambing daripada domba, sedangkan konsumen Bogor nyata lebih memilih domba (tanduk maupun tidak) daripada kambing sebagai hewan qurban. Konsumen dari kalangan pedagang mempertimbangkan bobot badan (postur) dan harga terlebih dahulu dibandingkan karakteristik lain, sedangkan konsumen individu membeli ternak didasarkan atas anggaran dana yang sudah disiapkan.

Saran

(31)

KARAKTERISTIK KUANTITATIF DAN KUALITATIF

KAMBING DAN DOMBA SEBAGAI HEWAN QURBAN

DI MITRA TANI FARM

SKRIPSI SITI ASLIMAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(32)

KARAKTERISTIK KUANTITATIF DAN KUALITATIF

KAMBING DAN DOMBA SEBAGAI HEWAN QURBAN

DI MITRA TANI FARM

SKRIPSI SITI ASLIMAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(33)

RINGKASAN

SITI ASLIMAH. D1407243. 2012. Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Kambing dan Domba Sebagai Hewan Qurban di Mitra Tani Farm

.

Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Hj. Komariah, M.Si Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Joko Setyono, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pilihan (preferensi) konsumen dari berbagai wilayah terhadap jenis ternak qurban, mempelajari karakteristik kuantitatif dan kualitatif kambing dan domba qurban di Mitra Tani Farm dan mempelajari kriteria ternak penentu konsumen hewan qurban (konsumen akhir dan pedagang). Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan September hingga November 2010 di Mitra Tani Farm Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sampel ternak dipilih dengan menggunakan metode insidental sampling. Sampel yang diamati sebanyak 83 ekor Kambing Jawarandu, 37 ekor Domba Garut, 25 ekor Domba Ekor Tipis dan 35 ekor Domba Ekor Gemuk, semuanya berjenis kelamin jantan. Peubah yang diamati yaitu sifat kualitatif, meliputi ada tidaknya tanduk dan warna bulu. Sifat kuantitatif meliputi bobot badan, lingkar dada, panjang badan dan umur ternak. Wawancara dilakukan dengan pemilik MT Farm dan 60 konsumen qurban di MT Farm (30 konsumen akhir, 30 pedagang). Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Uji T digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ukuran tubuh diantara kambing dan domba qurban. Analisis korelasi dan regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara bobot badan dengan ukuran tubuh ternak. Analisis preferensi konsumen terhadap jenis ternak dan kriterianya dilakukan dengan uji khi kuadrat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan bobot badan Kambing Jawarandu, Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk sebagai hewan qurban secara berturut-turut yaitu 25,84±4,54; 29,32±3,61; 28,45±5,54 dan 28,44±4,65 kg. Lingkar dada mempunyai nilai korelasi yang lebih tinggi terhadap bobot badan daripada panjang badan. Persentase umur domba qurban yaitu: 57,73% (I0); 37,11% (I1) dan 5,16 % (I2), sedangkan pada kambing terdiri dari 63,86% (I0); 30,12% (I1) dan 6,02% (I2).Warna bulu dominan pada Kambing Jawarandu adalah coklat (54,22%), hitam (26,51%) dan putih (19,28%). Keragaman warna bulu berdasarkan fenotipik pada Domba Garut lebih tinggi dari Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis mempunyai keserupaan frekuensi fenotipik. Konsumen Jakarta, Depok dan Tangerang nyata (P<0,05) lebih memilih kambing daripada domba, sedangkan konsumen Bogor nyata lebih memilih domba (tanduk maupun tidak) daripada kambing. Konsumen dari kalangan pedagang mempertimbangkan bobot badan (postur) dan harga terlebih dahulu dibandingkan karakteristik lain, sedangkan konsumen akhir membeli ternak didasarkan atas anggaran dana yang sudah disiapkan.

(34)

ABSTRACT

Quantitatif and Qualitatif Characteristic of Goat and Sheep As Qurban Cattle At Mitra Tani Farm

Aslimah, S., Komariah and D. J. Setyono

The research have been done to studied the quantitatif and qualitative characteristics sheep and goats as qurban cattle at MT Farm, studied the consumers preferences about kind of qurban cattle and studied the criteria (age, body weight, color, horn) in selecting sheep and goats qurban among consumers. The samples were collected from the MT Farm as follows: 83 goats, 37 Garut rams, 25 Thin-Tailed rams and 35 Fat-Tailed rams. Parametre were collected include weight, chest circumference, body length, age, horn and wool’s color. Interviews were conducted with owner and consumers MT Farm (30 trader and 30 consumers). The data analysis have been done by descriptive, chi-square, correlation, regretion and T test. The results shown that the average of Jawarandu, Garut rams, Fat-Tailed rams and Thin-Tailed rams body weight as qurban cattle were 25.84±4.54, 29.2±3.61, 28.45±4.65 and 28.44±5.54 kg. Chest circumference had higher correlation with body weight rather than body length. Percentage the age of rams qurban were 57.73% (I0), 37.11% (I1) and 5.16 % (I2), while in goats 63.86% (I0), 30.12% (I1) and 6.02% (I2). The dominant color of Jawarandu goat were brown (54.22%), black (26.51%) and white (19.28%). Fat-Tailed rams wool’s color more uniform rather than Thin-Tailed rams or Garut rams. Consumer Jakarta, Depok and Tangerang significantly (P<0.05) prefer goats rather than sheep, while consumers Bogor, significantly prefer ram than goats. Traders bought cattle by the weight of the body (posture) and price, while consumers bought based on budget.

(35)

KARAKTERISTIK KUANTITATIF DAN KUALITATIF

KAMBING DAN DOMBA SEBAGAI HEWAN QURBAN

DI MITRA TANI FARM

SITI ASLIMAH D14070243

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(36)

Judul : Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Kambing dan Domba Sebagai Hewan Qurban Di Mitra Tani Farm

Nama : Siti Aslimah NIM : D14070243

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Ir. Hj. Komariah, M.Si) (Ir. Dwi Joko Setyono, M.Si) NIP: 19590515 198903 2 001 NIP: 19601123 198903 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen,

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Proff. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP: 19591213 198603 1 004

(37)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Januari 1989 di Purworejo, Jawa Tengah. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara, dari pasangan Ahmad Marsudi dan Marinah. Riwayat pendidikan Penulis dimulai dari TK Widoro (1995-1996), SD Negeri Sutogaten (1996-2001), SMP Negeri 20 Purworejo (2001-2004) dan SMA Negeri 2 Purworejo (2004-2007). Penulis diterima sebagai mahasiswi Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (2007).

Selama belajar di Fakultas Peternakan IPB, penulis pernah aktif menjadi Senior Residence Asrama Putri TPB IPB (2009-2011), anggota Korp Sukarela PMI

(38)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga beserta para sahabat sebagai suri tauladan hingga akhir zaman. Skripsi dengan judul, “Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Kambing dan Domba Sebagai Hewan Qurban di Mitra Tani Farm” merupakan tugas akhir yang menjadi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Kambing dan domba merupakan komoditi peternakan yang dapat dijadikan sebagai ternak qurban, namun terdapat persyaratan karakteristik. Penelitian dan penulisan skripsi ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik kuantitatif dan kualitatif (bobot badan, umur, warna bulu dan sifat pertandukan) domba dan kambing qurban yang ada di Mitra Tani Farm serta mengetahui pilihan (preferensi) konsumen terhadap jenis dan kriteria ternak qurban. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan acuan penyediaan kambing dan domba qurban.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca serta memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan dan peternakan. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Maret 2012

(39)

DAFTAR ISI Perilaku Konsumen Hewan Qurban………... 9 Pelestarian Sumberdaya Genetik Ternak ………. 10

MATERI DAN METODE………. 12 Pilihan Konsumen terhadap Hewan Qurban………. 17 Karakteristik Kuantitatif Kambing dan Domba Qurban………… 19 Analisis Regresi dan Korelasi antara Ukuran Tubuh dengan

Bobot Badan Domba dan Kambing Qurban……….. 21 Umur Ternak Qurban………. 23 Karakteristik Kualitatif Kambing dan Domba Qurban………….. 25

(40)

ix Kesimpulan………... 29

Saran……….. 29

UCAPAN TERIMA KASIH………. 30

DAFTAR PUSTAKA……… 31

LAMPIRAN………. 35

(41)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pendugaan Umur Domba dan Kambing Berdasarkan

Pergantian Gigi Seri……… 13 2. Kelompok dan Harga Ternak Qurban di MT Farm Tahun

2010……….. 17 3. Penjualan Kambing dan Domba Qurban MT Farm Tahun

2010 ke Beberapa Wilayah Konsumen……… 18 4. Rataan Bobot Badan Kambing dan Domba Qurban ………... 19 5. Rataan Ukuran Tubuh Domba Qurban……… 21 6. Rataan Ukuran Tubuh Kambing Qurban………. 21 7. Analisis Regresi dan Korelasi antara Ukuran Tubuh dengan

Bobot Badan Pada Domba dan Kambing Qurban…………... 22 8. Persentase Umur Ternak Qurban ……… 24 9. Persentase Domba dan Kambing Qurban Berdasarkan Warna

Bulu Dominan……….. 25

10. Persentase Domba dan Kambing Qurban Berdasarkan

Pertandukan……….. 26

(42)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Susunan Gigi Kambing………... 13 2. Pengukuran Bagian-Bagian Tubuh Domba………... 14 3. Diagram Distribusi Ternak Qurban di Beberapa Wilayah

(43)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lembar Pengamatan Domba dan Kambing ……… 36 2. Populasi Nasional Ternak Kambing dan Domba Tahun

2009-2010………... 37 3. Kuesioner Peternakan Penyedia Hewan Qurban………. 38 4. Kuisioner Konsumen Hewan Qurban Di MT Farm…………... 39 5. Uji T Pada Ukuran Tubuh Kambing dan Domba Qurban……… 40 6. Uji T Harga Domba Bertanduk dan Tidak Bertanduk……… 44 7. Analisis Regresi dan Korelasi antara Bobot Badan dengan

Ukuran Tubuh Kambing dan Domba Qurban ……… 44 8. Uji Khi Kuadrat Penjualan Ternak Qurban di Beberapa Wilayah

(44)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia berpotensi besar sebagai pasar ternak (khususnya ruminansia kecil) untuk memenuhi kebutuhan ibadah seperti qurban dan aqiqah. Qurban dilakukan dengan jalan menyembelih ternak (kambing, domba, sapi, kerbau atau unta) serta membagi-bagikan dagingnya kepada yang membutuhkan terutama fakir miskin, dilaksanakan sesuai syariah, sejak sesudah selesai melaksanakan shalat Idul Adha hingga berakhirnya hari tasyriq (tanggal 10 sampai 13 Dzulhijjah).

Menjelang hari raya Idul Adha, permintaan ternak qurban di berbagai daerah meningkat pesat jika dibandingkan dengan bulan-bulan di luar Idul Adha. Meningkatnya pemahamam umat Islam terhadap qurban menyebabkan permintaan domba dan atau kambing juga meningkat. Permintaan hewan qurban di Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan berkisar antara 5% sampai 10%. Jumlah permintaan domba qurban sebanyak 250.000 ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan, 2009). Di Kabupaten Bogor mencapai 27.257 ekor domba dan 7.755 ekor kambing (Dinas Peternakan dan Perikanan, 2010).

Hal tersebut sangat mungkin akan terjadi secara berulang setiap tahun karena qurban merupakan ibadah yang bersifat sangat dianjurkan dilaksanakan setiap tahun bagi orang Islam yang mampu (Rasyid dan Mahmud 2011). Dalam pelaksanaan qurban, ternak harus memiliki kriteria tertentu sebelum dijadikan sebagai hewan qurban. Disunahkan berqurban dengan ternak yang gemuk dan baik. Umur ternak harus memenuhi kriteria syariah, tidak memiliki cacat seperti: buta, sakit, pincang, kurus, lumpuh, kaki terputus, telinga robek dan lainnya (Muhammad, 2002).

(45)

2 Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Mempelajari pilihan (preferensi) konsumen hewan qurban berdasarkan wilayah.

2. Mempelajari karakteristik kuantitaf (bobot badan, lingkar dada, panjang badan, umur) dan kualitatif (warna bulu, tanduk) kambing dan domba qurban di Mitra Tani Farm.

(46)

TINJAUAN PUSTAKA Qurban

Definisi dan Hukum Berqurban

Qurban adalah usaha pendekatan diri seorang hamba kepada Allah SWT dengan jalan menyembelih ternak, membagikan daging terutama kepada fakir miskin, dilaksanakan sesuai syariat, sejak selesai shalat Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah hingga 13 Dzulhijjah (hari tasyriq) sebagai bentuk rasa syukur serta mensyi`arkan agama Islam (Muhammad, 2002). Hukum ibadah ini bersifat sangat dianjurkan (sunnah muakkad) dan dilaksanakan setiap tahun bagi orang Islam yang mampu (Rasyid dan Mahmud 2011).

Dasar Hukum Berqurban

Dasar hukum berqurban terdapat dalam Al-Quran dan Hadist. Pada Al-Quran terdapat dalam QS. Al Kautsar ayat 2 dan QS. Al Hajj ayat 34. Artinya yaitu maka shalatlah karena Rabbmu dan sembelihlah qurban (QS. Al Kautsar ayat 2), dan untuk setiap umat Kami tetapkan ibadah qurban, supaya mereka mengingat nama Allah terhadap rizki yang telah Allah karuniakan kepada mereka berupa binatang ternak, maka sesembahan kalian itu adalah sesembahan yang satu, maka hanya kepada-Nyalah kalian berserah diri (QS. Al Hajj ayat 34). Salah satu dasar hukum berqurban dalam Hadist atau sunnah Rasulullah SAW yaitu bahwa setiap tahun Nabi Muhammad SAW selalu menyembelih hewan qurban (Muhammad, 2002).

Syarat Hewan Qurban

(47)

4 Ternak yang makruh dijadikan hewan qurban adalah: (1) telinga robek; (2) separuh tanduk terpotong atau tidak bertanduk; (3) kemampuan melihat hilang meski kondisi mata dalam keadaan utuh; (4) lemah sehingga tidak bisa berjalan; (5) ternak kastrasi; (6) sebagian gigi rontok, adapun jika sejak lahir tidak memiliki gigi maka tidak dimakruhkan dan (7) puting susu dipotong (Muhammad, 2002).

Asal dan Klasifikasi Domba

Domba termasuk ternak yang pertama di domestikasi di wilayah Irak (Fertile Cresent) kira-kira 8000-9000 tahun yang lalu. Hasil penelitian genetik terhadap tiga spesies domba liar yaitu Urial (Ovis vignel), Argali (Ovis ammon) dan Eroasia Mouflon (Ovis mosinon atau orientalis) yang diusulkan sebagai tetua domba domestikasi menunjukkan tidak ada kontribusi dari spesies Urial dan Argali. Hal ini mendukung pendapat bahwa Mouflon Asia (Ovis Orientalis) adalah satu-satunya keturunan dari domba domestikasi (Chessa et al., 2009). Domba diklasifikasikan ke dalam kerajaan (kingdom) hewan, filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (hewan menyusui), ordo Artiodactyla (berkuku genap), sub ordo Ruminate

(Ruminansia), famili Bovidae (hewan memamah biak), genus Ovis dan spesies Ovis Aries (Damron, 2006).

Domba Ekor Gemuk

(48)

5 tidak bertanduk; ekor tebal, lebar, panjang normal 15 sampai 18 vertebra, bentuk S atau sigmoid, ujung menggantung bebas (Tiesnamurti dan Santiananda, 2006).

Wijonarko (2007) menyatakan bahwa Domba Ekor Gemuk dikategorikan sebagai domba tipe pedaging. Menurut Destanto (2011) Domba Ekor Gemuk umur I0 dan umur I1 memiliki rataan bobot badan 18,74±6,05 dan 17,94±5,71 kg; lingkar dada 58,17±4,86 dan 60,33±5,83 cm; panjang badan 48,85±4,68 dan 48,9±4,77 cm. Kartika (2008) menyatakan Domba Ekor Gemuk sudah seragam dalam hal warna bulu, kemungkinan warna bulu domba tersebut sudah murni, sedangkan Domba Ekor Tipis dan Domba Garut dapat dinyatakan belum murni karena masih beragam dalam hal warna bulu. Warna bulu yang spesifik hanya ditemukan pada jenis Domba Ekor Gemuk dengan fenotipik seragam yaitu tubuh putih polos kepala putih (100%). Domba Ekor Tipis

Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia. Distribusi DET banyak ditemukan di daerah yang relatif basah seperti Jawa Barat. Domba ini mampu hidup di daerah gersang (Tiesnamurti dan Santiananda, 2006). Domba Ekor Tipis memiliki tubuh kecil sehingga disebut domba Kacang, domba Kampung atau domba Jawa (Mulliadi, 1996). Domba ini mempunyai ciri ekor pendek dan kecil; warna rambut pada umumnya putih, kasar dan tersebar tidak teratur pada bagian tubuhnya; jantan mempunyai tanduk sedangkan betina tidak (Arifin et al., 2007). Menurut Destanto (2011), Domba Ekor Tipis umur I0 dan umur I1 memiliki rataan bobot badan 15,32±5,44 dan 23,91±6,56 kg; lingkar dada 56,15±6,89 dan 65,62±6,69 cm; panjang badan 46,65±4,92 dan 51,71±4,75 cm.

Domba Garut

(49)

6 (rumpung) dengan panjang <4 cm sampai sedang (ngadaun hiris) dengan panjang antara 4-8 cm; bentuk ekor segitiga, dengan bagian pangkal lebar dan mengecil ke arah ujung (ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong). Bobot badan, panjang badan dan lingkar dada jantan adalah 57,74±11,9; 63,41±5,7 dan 88,73±7,6 cm (Departemen Pertanian, 2011). Riwantoro (2005) mendapatkan warna dasar Domba Garut adalah hitam, putih dan coklat. Warna putih dan hitam banyak dijumpai pada Domba Garut jantan tipe daging.

Asal dan Klasifikasi Kambing

Kambing telah didomestikasi 10000 tahun yang lalu di Pegunungan Zagros, Irak Utara. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu Bezoar goat atau kambing liar Eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy) dan Makhor goat atau Kambing Makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri). Sebagian

besar kambing yang diternakkan di Asia berasal dari keturunan Bezoar (Zeder dan Hesse, 2000).

Kambing diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, Subfamilia Caprinae, genus Capra (Damron, 2006). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan (2009), populasi kambing di Indonesia dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan. Tahun 2005 populasinya 13.409.277 ekor dan tahun 2009 sebanyak 15.655.740 ekor. Populasi kambing terbanyak terdapat di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat) sedangkan populasi terkecil terdapat di propinsi DKI Jakarta dan Bangka Belitung.

(50)

7 Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing ini memiliki ciri bulu pendek. Warna bulu terdiri dari warna tunggal (putih, hitam dan cokelat) dan campuran dari ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina mempunyai tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Kambing Kacang memiliki leher pendek, punggung melengkung sedikit lebih tinggi dari pada bahunya serta telinga pendek dan tegak. Bobot kambing jantan dewasa kurang lebih 25 kg, panjang badan 55 cm dan tinggi pundak 55,7 cm (Pamungkas et al., 2009).

Kambing Jawarandu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan Kambing Peranakan Etawah (PE) jantan dengan Kambing Kacang betina, dimana sifat fisik Kambing Kacang lebih dominan. Hasil dari persilangan ini diharapkan seekor kambing dengan penampilan fisik besar dan tingkat kesuburan yang tinggi. Jantan maupun betina sama-sama merupakan tipe pedaging. Kambing ini memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari kambing PE. Bobot badan jantan mencapai 25-60 kg. Bobot badan saat estrus pertama (umur 6-7 bulan) adalah 32,17 kg. Kambing ini memiliki telinga lebar, terbuka, panjang, dan terkulai serta tidak melipat; profil muka agak cembung; moncong lancip; sosok tubuh terlihat tebal dan bulu tubuh kasar. Warna tubuh dominan putih, coklat muda, dan coklat (Lestari, 2009).

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif

Sifat kualitatif meliputi sifat luar ternak, dapat diketahui tanpa harus mengukur dan biasanya hanya dikontrol oleh sepasang gen, sedangkan sifat kuantitatif harus dideteksi dengan pengukuran dan melibatkan cara perhitungan tertentu. Sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak pasangan gen. Contoh dari sifat kualitatif adalah warna, pola warna, sifat bertanduk atau tidak bertanduk, sedangkan sifat kuantitatif seperti bobot badan, panjang badan dan lingkar dada (Salamena, 2006; Noor, 2008).

(51)

8 tampaknya garis warna hitam pada bagian atas punggung, kepala, bahu dan leher. Gen badgerface hampir sama dengan tipe wild tetapi area hitam lebih melebar. Penampakan warna bulu yang dipengaruhi oleh gen badgerface banyak ditemukan pada Domba Garut dari pada domba persilangan.

Kehadiran gen AWt akan menutup semua gen apapun yang mengatur pemunculan warna, sehingga gen AWt memberikan ekspresi dominan penuh pada semua gen pengatur warna (Lisa, 2011). Kartika (2008) menemukan keragaman warna bulu berdasarkan fenotipik pada Domba Garut lebih tinggi dari Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Tipis lebih tinggi dari Domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis mempunyai keserupaan frekuensi fenotipik.

Berdasarkan Hadist, karakteristik ternak yang akan dijadikan qurban antara lain yaitu: bertanduk, performa baik dan sempurna, gemuk, berwarna putih yang tercampur hitam (amlah) di bagian mulut, kedua mata dan kaki. Maksud gemuk adalah yang memiliki banyak daging dan lemak. Hewan pejantan lebih utama daripada betina (Muhammad, 2010).

Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ dalam serta komponen-komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Perkembangan adalah perubahan struktur tubuh, perubahan kemampuan dan komposisi. Periode pertumbuhan dan perkembangan dibedakan menjadi periode sebelum lahir (prenatal) dan periode setelah lahir (postnatal). Pertumbuhan prenatal dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu periode ovum, periode embrio dan periode fetus. Pertumbuhan post natal dibagi menjadi pertumbuhan prasapih dan pascasapih (Soeparno, 2005).

(52)

9 tertentu cenderung tumbuh dan berkembang dalam suatu sifat yang khas sehingga merupakan sifat khas bangsanya (Handiwirawan et al., 2011). Soeparno (2005) menambahkan bahwa pertumbuhan ternak diatur oleh hormon baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda (Salamena, 2006). Korelasi yang erat antara bobot badan dan setiap ukuran tubuh merupakan perwujudan dari adanya proses pertumbuhan untuk menjaga keseimbangan biologis. Setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh (Doho,1994). Jimmy et al. (2010) menyimpulkan bahwa bobot badan di semua jenis kelamin, usia dan bangsa dapat diprediksi melalui lingkar dada dan tinggi pundak. Bangsa, umur dan jenis kelamin secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi semua ukuran tubuh. Hewan yang berumur lebih tua mempunyai ukuran lebih besar (P<0,05) dibandingkan ternak berusia muda. Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa lingkar dada selalu menjadi parameter penentu bobot badan pada tiap persamaan pendugaan bobot badan, bahkan menjadi parameter utama.

Lingkar dada adalah bagian tubuh yang mengalami perbesaran ke arah samping. Pertambahan bobot badan ternak menyebabkan hewan bertambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) mendapatkan hasil bahwa lingkar dada memiliki koefisien pertumbuhan (0,3286) yang paling tinggi dibandingkan ukuran tubuh yang lain. Lingkar dada mempunyai proses pertumbuhan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai penduga bobot tubuh, lingkar dada masih lebih mengikuti pertambahan bobot badan selama ternak tumbuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Herman et al., 1985). Hal inilah yang menyebabkan lingkar dada dapat lebih akurat dalam menduga bobot hidup ternak. Pengukuran lingkar dada lebih mudah dan akurat dibandingkan ukuran tubuh lainnya (Slippers et al., 2000) karena dapat diukur pada ternak dengan posisi apapun.

Perilaku Konsumen Hewan Qurban

(53)

10 dalam hidup. Definisi tersebut mengandung makna: (1) perilaku konsumen adalah dinamis, selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu; (2) perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan pikiran (kognisi), perilaku dan kejadian di sekitar dan (3) perilaku konsumen melibatkan pertukaran, sehingga membutuhkan

peran pemasaran melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran (Peter dan Olson, 1999).

Pilihan konsumen terhadap jenis domba biasanya tergantung pada wilayah atau daerah tempat tinggal. Masyarakat di Jawa Barat lebih memilih domba daripada kambing untuk berbagai keperluan, seperti qurban. Konsumen pun memiliki kriteria domba tersendiri yang disukai untuk berbagai keperluan. Umumnya, konsumen menyukai jenis domba bertanduk untuk keperluan khusus seperti qurban. Asumsinya, tampilan domba terlihat lebih gagah, sementara itu masyarakat di Jakarta lebih memilih kambing daripada domba untuk keperluan qurban (Lubis et al., 2010).

Pelestarian Sumberdaya Genetik Ternak

Punahnya keragaman plasma nutfah ternak tidak akan dapat diganti meskipun dengan kemajuan bioteknologi, paling tidak sampai saat ini. Negara-negara sedang berkembang pada umumnya berada pada iklim dengan perubahan temperatur yang ekstrim antara musim panas dan hujan. Pada kondisi tersebut akan terbentuk rumpun ternak yang beradaptasi. Walaupun produktivitasnya rendah, apabila dibandingkan dengan rumpun yang terdapat di daerah temperate, rumpun ternak ini memiliki daya tahan terhadap berbagai macam penyakit, tahan terhadap fluktuasi ketersediaan pakan dan air, tahan terhadap perubahan temperatur, kelembaban dan pengaruh iklim ekstrim lainnya serta mampu beradaptasi terhadap pemeliharaan yang kurang baik (Food and Agriculture Organization, 2007).

(54)

11 (4) sedikit sekali rumpun-rumpun hewan ternak asli yang telah digunakan dan dikembangkan secara aktif (Food and Agriculture Organization, 2007).

Gambar

Tabel 2. Kelompok dan Harga Ternak Qurban di MT Farm Tahun 2010
Tabel 3. Penjualan Kambing dan Domba Qurban MT Farm Tahun 2010 ke Beberapa Wilayah Konsumen
Tabel 7. Analisis Regresi dan Korelasi antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Pada Domba dan Kambing Qurban
Tabel 9. Persentase Domba dan Kambing Qurban Berdasarkan Warna Bulu Dominan
+5

Referensi

Dokumen terkait

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, Wiwin (2015). Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

6 Pada Kepala Jembatan dan pilar e.Cacat pada kayu. 7 Pada Landasan Penahan Gempa 2 Kerusakan pada Bahan

Pdt/FMS Sebelum saudari Ayu Indah Puspita Permatasari Pattikawa, mengucapkan pengakuan dan janjinya kepada Tuhan, mari berdoa: Ya Allah yang Mahakuasa dan kekal,

Metamfetamine mempengaruhi otak dan membuat rasa nikmat, meningkatkan energy dan meningkatkan mood. Kecanduannya begitu cepat, sehingga peningkatan dosis terjadi

Jumlah HPP ini diperoleh dari keseluruhan penjualan yang dihasilkan dengan mengalikan harga beli dengan jumlah produk yang dibeli HPP yang dihasilkan dengan

Strategi Pemasaran yang dilakukan KJKS Mawar adalah pemasaran dalam perspektif syariah, yaitu segala aktvitas bisnis dalam bentuk kegiatan penciptaan, penawaran dan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, pemerintah daerah Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan berbagai kegiatan dalam program Pembinaan Bagi Para

(Kami rakyat Perserikatan Bangsa-Bangsa bertekad, menyelamatkan generasi- generasi yang akan datang dari perang, yang terjadi sudah dua kali dalam hidup kita yang