• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korupsi, Kesejahteraan Sosial, dan Investasi : Studi Empiris di Delapan Negara Kawasan ASEAN Tahun 2000-2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korupsi, Kesejahteraan Sosial, dan Investasi : Studi Empiris di Delapan Negara Kawasan ASEAN Tahun 2000-2009"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

ASEAN has become the second largest regional power after the European Union. ASEAN's collective economic growth reached 7.5 percent, the flow of investment and human development which increased from year to year is the economic development and achievements of ASEAN during the crisis sweeping the world. But behind it all, there are internal problems that overshadow public sector ASEAN region, one of which is corruption. Corruption is the abuse of public office for private gain and causing high cost economy. This study analyzed the determinant of corruption and its impact on social welfare and investment in eight countries of ASEAN by using Panel Data Static. Factors that influence significantly positive effect on freedom from corruption is economic freedom, the quality of governance, GDP per capita and the dummy British colony. Political freedom (democracy) negative effect on corruption. Components of economic freedom and macroeconomic indicators that influence freedom from corruption was significantly and positively in business freedom, monetary freedom, private property rights, government spending and GDP per capita. Fiscal freedom has negative impact. Components of the quality of governance and political freedom (democracy) that positively affect the level of corruption is voice and accountability, political stability, regulatory quality, rule of law, corruption control, political freedoms, civil rights and freedoms. This study also empirically proves that corruption is significantly negative effect on social welfare (human development) and investment in ASEAN countries. Some suggestions from the macroeconomic indicators and economic freedom to reduce corruption is fundamentally strong political and social on freedom of business and investment freedom, oversight of using of public infrastructure development budgets, price controls, close supervision when a low level of tax, legal guarantees for private property rights, the government should work to improve people's living standards are reflected by an increase in GDP per capita. Suggestions of governance and democracy is maintain political stability, regulatory quality and attention to implementation mechanisms, strengthening and improving the quality of the rule of law and law enforcer, improve the control of corruption, guarantee public access to government information and freedom of the press by prohibiting censorship, and surveillance of democratic freedom to minimize potential adverse selection of public officials.

(2)

ARIO SETO. Korupsi, Kesejahteraan Sosial, dan Investasi : Studi Empiris di Delapan Negara Kawasan ASEAN Tahun 2000-2009

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi suatu negara saat ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengatur perekonomian untuk mencapai kesejahteraan sosial (Social Walfare) bagi publik. Mayoritas negara di dunia ini melakukan strategi perekonomian yang lebih hati-hati dan menggabungkan prinsip pasar bebas (market mechanism) dengan intervensi pemerintah yang lebih terarah dan tepat guna (Deliarnov, 2006). Aliran-aliran pemikiran seperti Marxisme, Keynesian, dan paham sosialis lainnya juga mendukung institusi politik dan pemerintahan dalam perekonomian untuk mencapai ekonomi yang lebih efisien dan lebih adil.

Kekuatan ekonomi dunia saat ini sedang bergeser dari barat ke timur. Resesi ekonomi yang terjadi tahun 2008/2009 mempercepat pergeseran perekonomian. Ketika dunia barat mengalami kemunduran ekonomi, benua Asia khususnya Asia Timur, terus tumbuh mencapai kemajuan yang signifikan. China, India, dan Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2009.

ASEAN (Association of Southeast Asian Nation) adalah perhimpunan bangsa-bangsa Asia terutama Asia Tenggara, merupakan organisasi geo-politik dan ekonomi yang anggotanya terdiri dari 11 negara dari wilayah Asia Tenggara. Ketika negara-negara di dunia melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan ekonomi, Pemerintah kawasan ASEAN sepakat untuk bekerjasama dengan menghilangkan hambatan-hambatan dan membuka perekonomian secara lebih bebas guna mencapai integrasi ekonomi.

(4)

ASEAN. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai investasi yang masuk ke kawasan ASEAN pada tahun 2009 tercatat 37,8 miliar dollar AS dan tahun 2010 kenaikan investasi mencapai 100 persen menjadi 70,8 miliar dollar AS1.

World Bank (2011) mengungkapkan bahwa populasi total ASEAN yang mencapai 600 juta jiwa menjadi salah satu pertimbangan menarik bagi produsen-produsen di negara maju dan kondisi ini didukung dengan total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,8 triliun dollar AS. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi kolektif ASEAN tercatat 7,5 persen (UNCTAD, 2012). Sejumlah kalangan memprediksi dalam empat tahun ke depan (sampai tahun 2015) pertumbuhan ekonomi ASEAN masih berkisar 6 persen sedangkan pertumbuhan ekonomi dunia yang diramalkan hanya sekitar 3,3 persen hingga 3,7 persen1 . Selain itu, Laporan UNDP tentang Human Development tahun 2011 menjelaskan indeks pembangunan manusia di negara-negara ASEAN mempunyai pertumbuhan positif sekitar satu persen hingga dua persen per tahun yangmencerminkan kesejahteraan sosial masyarakat kawasan ASEAN dari tahun ke tahun semakin membaik.

Namun dibalik semua prospek perkembangan perekonomian dan pencapaian prestasi-prestasi ASEAN, masih ada permasalahan internal yang menaungi pemerintahan di sektor publik pada kawasan ASEAN salah satunya adalah permasalahan korupsi. Korupsi merupakan penyalahgunaan jabatan publik untuk kepentingan pribadi dan salah satu faktor yang menyebabkan high cost economy

(Transparency International (2010); Damanhuri (2010)).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa korupsi banyak terjadi di negara miskin dan negara sedang berkembang atau terjadi pada gaya kepemimpinan yang otoriter (Sasana, 2004). Banyaknya praktik korupsi di negara dunia ketiga dan berkembang merupakan bentuk kegagalan perencanaan pemerintah akibat kualitas institusi yang rendah sehingga kepentingan pribadi lebih didahulukan daripada kepentingan nasional (Todaro dan Smith, 2006).

(5)

Kebanyakan anggota ASEAN merupakan negara sedang berkembang dan regim pemerintahannya masih belum menganut sistem demokrasi secara penuh. Seperti negara Thailand yang ingin memperjuangan demokrasi dengan cara kudeta militer, junta militer di Myanmar, Brunei yang masih menggunakan sistem kesultanan, dan negara sosilalis (Laos, Kamboja, dan Vietnam). Walaupun dalam beberapa dokumen perjanjian dan pertemuan negara ASEAN sepakat untuk menerapkan sistem demokrasi secara penuh, tetapi implementasinya di beberapa negara masih kurang terlihat nyata2.

Tabel 1.1 Dinamika Indeks Persepsi Korupsi dan Sistem Pemerintahan Negara Anggota ASEAN selama 10 Tahun.

Sumber : *) Corruption Perception Index, Transparency International tahun 2000 dan tahun 2010

**) Ensiklopedia Bebas(Wikipedia) dan A survey of Global Political Change in The 20th

Century (Freedomhouse) tahun 2011

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa walaupun terjadi perubahan sistem pemerintahan di beberapa negara ASEAN yang semula regim pemerintah diktator

(6)

menjadi pemerintah demokrasi selama 10 tahun masa transisi, tetapi perubahan persepsi korupsi tidak terlalu signifikan dan bahkan skor cenderung menurun seperti yang terjadi Malaysia dan Filipina. Data tersebut mendukung pendapat Syed Husseis Alatas dalam Damanhuri (2010) bahwa praktik-praktik korupsi sudah mengakar kuat dan sulit diberantas di Asia Tenggara. Negara penganut sistem pemerintahan demokrasi belum tentu terbebas dari perilaku-perilaku korupsi. Korupsi yang dimaksud adalah korupsi dengan level tingkat pemerintahan atau sektor publik.

Myrdal dalam Damanhuri (2010) Korupsi di Asia Selatan dan Asia Tenggara berasal dari penyakit neo-patrimonalisme, yakni warisan budaya feudal kerajaan-kerajaan lama yang terbiasa dengan hubungan patron-client. Dalam konteks tersebut, rakya b asa a a bawahan member kan “ pe ” berkembang menjad sogok, kom s , amplop, dan lain-lain). Hal tersebut erat kaitannya dengan kualitas pemerintahan negara-negara ASEAN. Para pejabat di sektor publik cenderung memiliki perilaku

rent seeking behavior (dalam hal ini korupsi) yang dapat menurunkan kualitas pemerintahan dan kualitas institusi yang dalam penelitian Casseli dan Morelly dalam Sasana (2000) dapat dilihat dari dimensi kompetensi dan dimensi kejujuran.

Dalam hal ini, korupsi menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengidentifikasi penyebab korupsi dan seberapa besar pengaruh korupsi terhadap investasi dan pembangunan manusia di kawasan ASEAN. Pembangunan manusia di kawasan ASEAN merupakan syarat perlu untuk menciptakan sumberdaya manusia berkualitas dalam menghadapi Asean Economy Community (AEC) 2015. Jika korupsi tidak ditangani secara tepat, hal ini tentunya akan menghambat kerjasama antar negara ASEAN dan dunia internasional dalam menciptakan stabilitas investasi seperti yang tertuang dalam kesepakatan Bali Concord III tahun 2011 antara 10 negara ASEAN untuk mencegah dan melawan korupsi.

1.2 Rumusan Masalah

(7)

sehingga kepentingan pribadi lebih didahulukan daripada kepentingan nasional. ASEAN sebagai organisasi regional yang terbentuk pada tahun 1967, sebagian besar negara-negara anggotanya merupakan negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah/menengah rendah kecuali Brunei Darussalam dan Singapura (lihat Tabel 1.2). Kemungkinan besar ada indikasi bahwa rent seeking behavior juga terjadi di negara-negara ASEAN.

Tabel 1.2 Kategori Negara-Negara Anggota ASEAN Berdasarkan Pendapatan per Kapita tahun 2010

Negara Kategori

Pendapatan Negara

Kategori Pendapatan Indonesia Lower Middle Income Myanmar Lower Income Malaysia Upper Middle Income Laos Lower Middle Income Singapura High Income Vietnam Lower Middle Income Filipina Lower Middle Income Brunei D High Income Thailand Upper Middle Income Kamboja Low Income

Low income($1,005 atau kurang) Lower Middle Income ($1,006 to $3,975) , Upper Middle Income ($3,976 to $12,275) High Income(U$ 12,276 atau lebih)

Sumber : World Bank, 2010

Tingginya tingkat korupsi di suatu negara juga dapat menyebabkan high economy cost sehingga terhambatnya proses investasi dan lambannya pembangunan infrastruktur publik seperti sekolah dan fasilitas kesehatan, secara langung dapat menghambat pembangunan manusia (Damanhuri (2010); Akcay (2010)). Korupsi juga berdampak pada kemiskinan dan ketimpangan pendapatan melalui beberapa jalur seperti pertumbuhan secara keseluruhan, sistem pajak yang bias, miskin sasaran program sosial, serta melalui dampaknya pada kepemilikan aset, bentuk sumberdaya manusia, ketimpangan pendidikan, dan ketidakpastian dalam faktor akumulasi (Gupta

(8)

Dalam konteks kerjasama antar negara ASEAN, Hal ini tentunya juga akan menghambat kerjasama ASEAN Economy Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah disepakati untuk tahun 2015 terutama dalam bidang penciptaan stabilitas investasi riil dalam negeri dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Pada akhirnya, pemerintah atau negara akan gagal menciptakan social walfare dan pembangunan manusia bagi masyarakat ASEAN.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah dinamika korupsi, pembangunan manusia, investasi, di delapan

Negara ASEAN ?

2. Fakto-faktor apa yang menentukan korupsi dan bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat pembangunan manusia dan investasi di delapan Negara Kawasan ASEAN?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis dinamika pembangunan manusia, investasi, dan korupsi di negara-negara anggota ASEAN.

2. Menganalisis penyebab korupsi dan pengarunya terhadap investasi dan pembangunan manusia di negara-negara ASEAN.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi penulis ataupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan tersebut antara lain adalah :

1. Bagi pemerintah atau instansi pengambil keputusan terkait diharapkan tulisan ini dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan baik dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan terkait pentingnya meminimalkan rent seeking behavior guna mencapai social walfare bagi publik di wilayah ASEAN.

(9)

3. Bagi penulis diharapkan dapat menjadi wadah untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan terutama bidang ilmu ekonomi serta menambah pengalaman dan wawasan dalam penelitian.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup serta keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Periode tahun analisis yang digunakan hanya dari tahun 2000 sampai 2009 dikarenakan keterbatasan beberapa data tahun sebelum tahun 2000 dan setelah 2009.

2. Peneliti mengambil negara ASEAN delapan (Filiphina, Thailand, Singapura, Vietnam, Indonesia, Malaysia, Laos, dan Kamboja) karena negara-negara tersebut sebagian besar merupakan negara berkembang dan mempunyai permasalahan yang sama terutama dalam pemberantasan korupsi. Brunei dan Myanmar tidak diikutsertakan karena keterbatasan data penelitian.

3. Penelitian ini untuk mengidentifikasi penyebab korupsi (variabel tak bebas analisis satu) dilihat dari sisi ekonomi dan politik (proksimasi variabel demokrasi) serta beberapa variabel pendukung sesuai acuan literatur penelitian.

4. Ukuran Indeks Pembangunan Manusia yang dipakai dalam analisis masih menggunakan dimensi dan komponen lama, bukan dimensi dan komponen baru. Hal ini disebabkan ketidaklengkapan data untuk ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang baru.

5. Analisis pada pengaruh Indeks Kebebasan Ekonomi (Economic Freedom Index) terhadap korupsi tidak menyertakan Labour Freedom Index karena keterbatasan data. Walaupun data Labour Freedom hanya tersedia dari tahun 2005-2012 tetapi

Economic Freedom Index pada analisis determinan korupsi tetap mengkompositkan kebebasan tenaga kerja dari tahun 2005 sampai 2009.

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korupsi

Menurut Tansparency International, World Bank, dan International Monetary Fund, korupsi di sektor publik umumnya didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi. United States Agency for International Development (USAID) (1999) menjelaskan bahwa korupsi adalah penyalahgunaan unilateral oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme, serta pelanggaran yang menghubungkan aktor publik dan privat seperti penyuapan, pemerasan, pengaruh penjajakan, dan penipuan.

Dalam korupsi politik, Gibbons (1999) menyebutkan ada sembilan bentuk korupsi: patronase politik atau menggunakan sumberdaya publik sebagai pendukung dalam pemilihan; mempekerjakan pegawai pemerintah yang mendukung pandangan politik penguasa atau kontrak alokasi pegawai berdasarkan kriteria partisan; membeli suara (money politic); pork-barreling atau menjanjikan pekerjaan umum kepada pemilih tetapi calon tahu bahwa pemilih tersebut tidak mampu menjalankan pekerjaan; penyuapan atau warga negara yang membayar pejabat untuk mendukung kepentingan mereka; graft atau sogok-menyogok, ketika seorang pejabat menunjukkan bahwa dia harus dihargai agar sesuai dengan tindakan publik; nepotisme atau menyewa atau mengalokasikan kontrak berdasarkan kekerabatan atau persahabatan; mendorong pejabat publik lain atau perantara untuk melakukan tindakan korupsi; dan kampanye uang atau menerima dana dari kelompok yang berkompromi dalam pemilihan.

Chetwynd et al (2003) beberapa teori ekonomi yang mendukung gagasan bahwa korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi melalui beberapa cara berikut : 1. Korupsi menghambat investasi asing dan domestik: mengambil biaya sewa yang

(11)

2. Korupsi pajak kewirausahaan: pengusaha dan inovator memerlukan lisensi dan izin dan membayar suap untuk pemotongan biaya ke margin keuntungan.

3. Korupsi menurunkan kualitas infrastruktur publik: sumberdaya publik dialihkan ke penggunaan pribadi, standar dihapuskan; dana untuk operasi dan pemeliharaan dialihkan untuk aktivitas pencarian keuntungan.

4. Korupsi mengurangi penerimaan pajak: perusahaan dan kegiatan didorong ke informal atau sektor abu-abu dengan pengambilan sewa dan pajak yang berlebihan dikurangi dengan imbalan hadiah kepada pejabat pajak. Peningkatan korupsi dapat mengurangi kapasistas pemerintahan dalam memerangi kemiskinan dan dapat meningkatkan kesenjangan pendapatan.

5. Korupsi mengalihkan bakat menjadi rente: pejabat yang lain akan terlibat dalam kegiatan produktif menjadi pra-sibuk dengan mengambil keuntungan, di mana meningkatnya kembali dan mendorong lebih banyak keuntungan.

6. Korupsi mendistorsi komposisi pengeluaran publik: pencari keuntungan akan mengejar proyek yang paling mudah dan terselubung, mengalihkan dana yang seharusnya digunakan untuk sektor pendidikan dan kesehatan ke yang lainnya.

(12)

norma. Menurut Alatas dalam Damanhuri (2010), meski terdapat berbagai kebijakan anti-korupsi, namun akhirnya korupsi tersebut diterima sebagai praktik tak terhindarkan karena sudah terlalu mengakar dan sulit diberantas

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang timbulnya praktik korupsi. Teori-teori tersebut antara lain dibahas di bawah ini :

1. Teori Vroom

Teori Vroom menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kinerja seseorang dengan kemampuan dan motivasi yang dimiliki. Teori Vroom tertulis dalam fungsi berikut:

P f A , ……… (2.1)

Keterangan : P = Performance

A = Ability

M = Motivation

Berdasarkan Teori Vroom tersebut, kinerja (performance) seseorang merupakan fungsi dari kemampuannya (ability) dan motivasi (motivation). Kemampuan seseorang ditunjukkan dengan tingkat keahlian (skill) dan tingkat pendidikan (knowledge) yang dimilikinya. Jadi, dengan tingkat motivasi yang sama, seseorang dengan skill dan knowledge yang lebih tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Hal tersebut terjadi dengan asumsi variabel M (Motivasi) adalah tetap. Tetapi Vroom juga membuat fungsi tentang motivasi sebagai berikut:

f E , V ……… (2.2) Keterangan

M = Motivation

E = Expectation

V = Valance/Value

(13)

lakukan. Jika motivasi nilai yang dimiliki positif maka seseorang akan cenderung melakukan hal-hal yang tidak melanggar hukum agar bisa menjadi kaya. Namun jika memiliki nilai negatif, maka akan cenderung berusaha mencari segala cara untuk menjadi kaya salah satunya dengan melakukan tindakan kejahatan korupsi.

2. Teori Kebutuhan Maslow

Maslow menggambarkan hierarki kebutuhan manusia sebagai bentuk piramida. Pada tingkat dasar adalah kebutuhan yang paling mendasar. Semakin tinggi hierarki, kebutuhan tersebut semakin kecil keharusan untuk dipenuhi. Hierarki tersebut terlihat dalam piramida berikut ini:

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow

Teori Kebutuhan Maslow tersebut menggambarkan hierarki kebutuhan dari paling mendasar (bawah) yaitu hingga naik paling tinggi adalah aktualisasi diri. Kebutuhan paling mendasar dari seorang manusia adalah sandang dan pangan

(14)

seseorang, misalnya kebutuhan untuk diakui sebagai kepala bagian, direktur maupun walikota yang dipatuhi oleh bawahannya. Jika seseorang menganggap bahwa kebutuhan tingkat tertingginya adalah kebutuhan mendasarnya, maka seseorang akan melakukan segala cara untuk mencapainya, termasuk dengan melakukan tindak pidana korupsi.

3. Teori Klitgaard

Klitgaard memformulasikan terjadinya korupsi dengan persamaan sebagai berikut:

C = M + D –A……… 3

C = Corruption

M= Monopoly of Power

D= Discretion of official

A= Accountability

Menurut Robert Klitgaard, monopoli kekuatan oleh pimpinan (monopoly of power) ditambah dengan tingginya kekuasaan yang dimiliki seseorang (discretion of official) tanpa adanya pengawasan yang memadai dari aparat pengawas (minus accountability), menyebabkan dorongan melakukan tindak pidana korupsi.

4. Teori Ramirez Torres

Menurut Torres suatu tindakan korupsi akan terjadi jika memenuhi persamaan berikut:

Rc > Pty x Prob……… (2.4)

Keterangan Rc = Reward

Pty = Penalty

(15)

Dari syarat tersebut terlihat bahwa korupsi adalah kejahatan kalkulasi atau perhitungan (crime of calculation) bukan hanya sekedar keinginan (passion). Seseorang akan melakukan korupsi jika hasil (Rc=Reward) yang didapat dari korupsi lebih tinggi dari hukuman (Pty=Penalty) yang didapat dengan kemungkinan

(Prob=Probability) tertangkapnya yang kecil.

5. Teori Jack Bologne (GONE)

Menurut Jack Bologne akar penyebab korupsi ada empat, yaitu: G = Greedy

O = Opportunity

N = Needs

E = Expose

Greedy, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportuniy, sistem yang memberi peluang untuk melakukan korupsi. Needs, sikap mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu sarat dengan kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposes, hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku maupun orang lain.

2.1.1 Korupsi dan Pembangunan Manusia

Ada sejumlah alasan berdasarkan tinjauan literatur terkait dengan korupsi dan pembangunan manusia. Korupsi secara tidak langsung dapat memengaruhi pembangunan manusia melalu cara penurunan pertumbuhan ekonomi dan insentif untuk investasi. Berbagai studi empiris menunjukkan bahwa korupsi memengaruhi sumberdaya yang dibelanjakan untuk pendidikan dan kesehatan.

(16)

Davoodi, dan Alonso - Terme (1998) menunjukkan bahwa korupsi mengurangi tingkat pengeluaran untuk program sosial, menciptakan ketimpangan pendidikan, menurunkan partisipasi sekolah tingkat menengah, dan menyebabkan ketimpangan distribusi lahan. Selain itu, mereka menemukan bahwa korupsi merupakan biaya ekonomi yang dapat mereduksi pertumbuhan ekonomi dan berimplikasi pada peningkatkan ketimpangan pendapatan.

Rose-Ackerman (1997) berpendapat, "Korupsi juga cenderung mendistorsi alokasi manfaat ekonomi, lebih menguntungkan orang kaya dan kurang mengarah ke orang miskin dan ketidakadilan distribusi pendapatan. Sebagian dari kekayaan negara terdistribusikan kepada orang-orang yang korup, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan ketimpangan pendapatan dan ketidaksetaraan dalam kekayaan.

Sumber : Akçay, 2006

Gambar 2.2 Korupsi dan Pembangunan Manusia

2.1.2 Korupsi dan Tingkat Investasi

Proposisi-proposisi teoritis yang didukung oleh sejumlah studi menunjukkan bahwa tingginya tingkat korupsi terkait dengan rendahnya tingkat investasi dan rendahnya tingkat agregat pertumbuhan ekonomi. Beberapa hasil survei Bank Dunia tentang korupsi menggambarkan hubungan terbalik atau trade off antara korupsi dan pertumbuhan ekonomi melalui komponen investasi (Chetwynd et al, 2003).

1. Korupsi menghambat investasi domestik. Di Bulgaria, sekitar satu dari empat pelaku bisnis yang dijadikan responden menyatakan telah merencanakan untuk memperluas usaha (kebanyakan melalui memperoleh peralatan baru) tapi gagal

(17)

untuk melakukannya, dan korupsi merupakan faktor penting dalam perubahan rencana mereka.

2. Korupsi merugikan enterpreneur terutama di kalangan usaha kecil. Beberapa studi melaporkan bahwa usaha kecil cenderung untuk membayar suap (terutama di Bosnia, Ghana, dan Slovakia). Di Polandia, bisnis besar harus berurusan dengan sejumlah kegiatan ekonomi yang dilisensikan, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap pemerasan.

3. Korupsi menurunkan pendapatan dari pajak dan biaya. Di Bangladesh, lebih dari 30 persen dari responden rumah tangga di perkotaan mengurangi tagihan listrik dan / atau air dengan menyuap petugas pembaca meter. Di beberapa penelitian, responden sangat frustrasi bahwa mereka menunjukkan kesediaan untuk membayar pajak lebih banyak jika korupsi dapat dikendalikan (Kamboja, Indonesia, Rumania).

2.2 Kegagalan Pemerintah

Teori Ekonomi Klasik menjelaskan bahwa fungsi pemerintah hanya sebatas memelihara keamanan negara, menyelenggarakan peradilan, dan menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh swasta seperti jalan, dam-dam, dan lain-lain. Namun lebih dari sekedar hal tersebut, Pemerintah dipilih oleh publik dengan demokratis dan memegang jabatan publik untuk melayani aspirasi masyarakat guna mencapai alokasi perekonomian secara efisien dan merata. Mekanisme pasar melalui

invisible hand dinilai tidak mampu secara efisien dan efektif menjalankan fungsinya dengan baik sehingga menurut Weimer, David dan Vining (1992) adalah merupakan kegagalan pasar tradisional. Barton dalam Sasana (2004) juga menjelaskan bahwa ekonomi pasar yang bebas dikendalikan oleh pemerintah yang dipilih secara demokratis, hanya ada dua alasan bagi pemerintah untuk masuk ke dalam aktivitas masyarakat yaitu social equity dan kegagalan pasar dalam menyediakan barang publik.

(18)

merealokasi oportunitas dan barang untuk mencapai nilai-nilai distribusional dan nilai-nilai lainnya (Weimer, David dan Vining, 1992). Barton dalam Sasana (2000) menyebutkan bahwa beberapa peran utama pemerintah adalah peran dalam ekonomi makro dan peran dalam kesejahteraan sosial. Peran dalam ekonomi makro seperti merencanakan kebijakan-kebijakan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil dan investasi, full employment, inflasi yang rendah dan stabilitas neraca pembayaran. Sedangkan peran dalam kesejahteraan sosial adalah kebijakan-kebijakan yang mendukung pemerataan sosial guna mencapai social walfare yang direpresentasikan dengan kemerataan pendapatan, pengurangan kemiskinan, akses pendidikan dan kesehatan.

Dalam menjalankan peran-perannya, pemerintah tidak selalu berhasil. Pemerintah dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang bersifat internal. Ketidakmampuan pemerintah dalam mengatur suatu negara merupakan kegagalan pemerintah (government failure). Kegagalan perencanaan pemerintah lebih banyak dialami oleh negara berkembang akibat kualitas institusi yang rendah (Todaro dan Smith, 2006). Kualitas institusi yang rendah berdampak pada perilaku pemerintah yang menyimpang dalam menjalankan pelayanan publik. Campur tangan pemerintah dalam mengatasi kegagalan pasar terkadang menimbulkan dampak yang tidak dapat diperkirakan dan bahkan merugikan masyarakat. Pemerintah justru menyalahgunakan jabatan publik untuk mengejar keuntungan pribadi (korupsi) atau rent seeking behavior. Sehingga tidak selamanya campur tangan pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan sosial bahkan dapat menimbulkan kemiskinan dan ketimpangan sosial.

Menurut Mangkusoebroto (1999) kegagalan pemerintah disebabkan oleh empat hal, yaitu : (1) informasi yang terbatas, (2) pengawasan yang terbatas atas reaksi pihak swasta, (3) pengawasan yang terbatas atas perilaku birokrat, (4) hambatan dalam proses politik.

(19)

bagi petani sangat sulit untuk diperhitungkan secara akurat dampaknya bagi seluruh masyarakat.

2. Pengawasan yang terbatas atas reaksi swasta juga merupakan penyebab kegagalan pemerintah. Suatu kebijakan pemerintah akan menimbulkan reaksi pihak swasta dan sering sekali pemerintah tidak dapat menghambat reaksi tersebut. Misalnya, apabila pemerintah menurunkan subsidi BBM khususnya untuk bensin. Hal ini akan menyebabkan pemilik mobil beralih ke kendaraan yang menggunakan solar sehingga permintaan akan solar menjadi meningkat dan harganya naik dengan asumsi mekanisme pasar berjalan dengan baik . Dalam hal ini karena pertimbangan untuk memiliki mobil sepenuhnya berada pada swasta/masyarakat maka pemerintah tidak dapat melarang seseorang untuk menjual mobil yang menggunakan bensin ke mobil yang menggunakan solar.

3. Kegagalan pemerintah juga disebabkan oleh pengawasan yang terbatas atas perilaku birokrat. Pemerintah tidak dapat mengawasi secara ketat perilaku para birokrat, sedangkan pelaksanaan kebijakan pemerintah umumnya didelegasikan pada berbagai tingkatan birokrat yang mempunyai persepsi dan kepentingan yang berbeda-beda, sehingga kebijakan pemerintah mungkin menimbulkan hasil yang berbeda dengan apa yang dinginkan.

4. Selain itu, kegagalan pemerintah juga bisa di sebabkan oleh adanya hambatan dalam proses politik. Dalam suatu negara demokratis terdapat pemisahan wewenang antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif. Sering terjadi kebijakan yang akan dilaksanakan oleh eksekutif terhambat oleh proses pengambilan keputusan karena harus disetujui dahulu oleh pihak legislatif.

(20)

morelly dalam Sasana (2000) dapat dilihat dari dimensi kompetensi dan dimensi kejujuran.

2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Menurut United Nation Development Program (UNDP) tahun 2008 Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia yaitu : dimensi kesehatan lama hidup, yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; dimensi pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk; dan standar hidup yang diukur dengan pegeluaran per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. Nilai Indeks Pembangunan Manusia berkisar antara 0-100 untuk setiap dimensi. IPM adalah penciptaan data statistik tunggal yang berfungsi sebagai kerangka acuan untuk pembangunan baik sosial maupun ekonomi. IPM menetapkan nilai maksimum dan minimum untuk masing-masing dimensi dan dinyatakan dalam skala nilai antara 0 dan 1.

(21)

Sumber : UNDP, 2012

Gambar 2.3 Komposisi Baru Indeks Pembangunan Manusia tahun 2010

Konsep pembangunan manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia dalam skala 0 sampai 1 dengan kategori sebagai berikut: tingkat pembangunan manusia sangat tinggi (lebih dari 0,8), tingkat pembangunan manusia tinggi (antara 0,66 – 0,79), tingkat pembangunan manusia menengah antara (0,5-0,659), dan tingkat pembanguan manusia rendah (kurang dari 0,5). Untuk memudahkan membaca indeks, skala hasil nilai antara 0 – 1 diubah menjadi skala 0-100.

2.3.1 Dimensi dan Komponen IPM a. Kesehatan

(22)

kematian bayi tidak digunakan untuk keperluan indikator dikarenakan indikator angka kematian bayi dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju.

b. Pendidikan

Selain kesehatan, pendidikan juga merupakan unsur penting dalam pembangunan manusia. Pendidikan diukur dengan dua komponen yaitu rata-rata lama sekolah (mean of year schooling) dan harapan lama sekolah (expected of years schooling). Harapan lama sekolah merupakan komponen baru yang lebih spesifik dalam penghitungan indeks pembangunan manusia. Tahun 2010 Laporan Pembangunan Manusia memperkenalkan beberapa perubahan signifikan dalam IPM. Rumus rata-rata tahun sekolah untuk orang dewasa (mean of years schooling) ditambah tahun diharapkan dari sekolah (expected of years schooling) untuk anak sekarang membentuk dimensi pendidikan. Sebelumnya dalam penghitungan dimensi pendidikan menggunakan komponen Adullt Literacy Rate atau angka melek huruf dan komponen Gross Enrollment Ratio atau rasio partisipasi pendidikan bruto.

c. Standar Hidup Layak

Selain kesehatan dan pendidikan, dimensi standar hidup diukur dari Pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita. Pendapatan Agregat ekonomi yang dihasilkan oleh produksi dan kepemilikan faktor produksi, dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi dimiliki oleh seluruh dunia, dikonversi ke dolar internasional menggunakan paritas daya beli (PPP) tingkat, dibagi dengan populasi tengah tahun.

2.3.2 Metode Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia

Dalam menghitung indeks pembangunan manusia (IPM) dibutuhkan tiga komponen, yaitu angka harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks pendapatan. Metode ini berdasarkan konsepsi rumus yang dipakai oleh UNDP dalam menghitung indeks pembangunan manusia.

(23)

1. Indeks Harapan Hidup (Health)

Hh = (le-lemin)/(lemax-lemin)……… … (2.5) 2. Indeks Pendidikan (Education)

He = (1/3)*((ger-germin)/(germax-germin))+(2/3)*((lit-litmin)/(litmax-litmin))… (2.6)

3. Indeks Standar Kehidupan (Living Standart)

Hls = (ln(gdp)-ln(gdpmin))/(ln(gdpmax)-ln(gdpmin))……… (2.7)

Keterangan :

le : living expectancy atau angka harapan hidup

ger : gross enrollment ratio atau rasio partisipasi pendidikan bruto lit : literacy atau angka melek huruf

gdp : GDP per capita atau GDP per kapita berdasarkan PPP

Tahap kedua perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks dengan rumusan sebagai berikut :

HDI / IPM =

=

……… (2.8)

Laporan Pembangunan Manusia tahun 2010 dari UNDP memperkenalkan beberapa perubahan signifikan dalam IPM.. Indeks Harapan Hidup (le) tetap menjadi

indikator untuk dimensi kesehatan, sementara Pendapatan Kotor Nasional (GNI) menggantikan GDP, dan rata-rata tahun sekolah untuk orang dewasa (mean of years schooling) ditambah tahun yang diharapkan dari sekolah (expected of years schooling) untuk anak sekarang yang kemudian membentuk dimensi pendidikan.

Rumus perhitungan masing-masing komponen untuk pembentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2010 adalah sebagai berikut :

1. Indeks Kesehatan (Health)

H h = (le-le min ) / (le max -le min )……… (2.9) 2. Indeks Pendidikan (Education)

(24)

3. Indeks Standar Kehidupan (Living Standart)

Hls = (ln (gni)-ln (gni min )) / (ln (gni max )-ln (gni min ))……… (2.11)

Keterangan :

le : living expectancy atau angka harapan hidup

eys : expexted of years schooling atau tahun diharapkan dari sekolah mys : mean of years schooling atau rata-rata lama sekolah

gni : gross national income per capita atau GNI per kapita berdasarkan PPP

Pendekatan tersebut diperkenalkan pada tahun 2010 dan tetap memiliki struktur dimensi yang sama dengan bobot yang sama, dengan perubahan beberapa kunci. Formula ini menggantikan indikator pendapatan dan pendidikan, UNDP mengubah metode agregasi dari rata-rata aritmatika dengan rata-rata geometrik, dan mengubah bagian atas dan batas bawah digunakan untuk menormalkan indeks, menghilangkan praktik pembatasan variabel yang melampaui batas atas. Rumus baru Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai berikut :

HDI / IPM = (HKesehatan*H Pendidikan*Hstandar hidup)1/3………… (2.12)

2.3.3 Manfaat Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mempunyai manfaat untuk beberapa hal sebagai berikut :

1. Untuk memberikan fokus perhatian para pengambil keputusan, media, dan organisasi non-pemerintah dari penggunaan statistik ekonomi biasa, agar lebih menekankan pada pencapaian pembangunan manusia. IPM diwujudkan untuk menegaskan bahwa manusia dan segenap kemampuannya seharusnya menjadi kriteria utama dalam menilai pembangunan sebuah negara bukan hanya pertumbuhan ekonomi.

(25)

3. Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, provinsi-provinsi (atau negara bagian), diantara gender, kesukuan, dan kelompok sosial-ekonomi lainnya. Dengan memperlihatkan disparitas atau kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka akan muncul berbagai debat dan diskusi di berbagai begara untuk mencari sumber masalah dan solusinya.

2.4 Investasi

Pembentukan modal bruto atau investasi domestik bruto merupakan ukuran investasi yang digunakan dalam formula GDP. Investasi Domestik Bruto (IDB) menjelaskan indikator kapasitas produktif masa depan untuk GDP. Investasi Domestik Bruto termasuk pembelian penggantian dan penambahan aktiva modal ditambah investasi dalam persediaan. Biasanya besaran investasi sekitar 10 sampai 20 persen dari GDP. Bahkan Rostow mengemukakan investasi merupakan salah satu kondisi penting yang harus dipenuhi dalam memasuki tahap proses tinggal landas (Jhingan, 1988).

Menurut Mankiw (2003) pengeluaran investasi ada tiga jenis. Pertama, Investasi tetap pada bisnis (business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses produksi. Investasi residensial (residential investment) mencakup rumah baru yang orang beli untuk tempat tinggal dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. Investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang-barang yang disimpan perusahaan di gudang, termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dan proses, dan barang jadi.

2.4.1 Pengeluaran Investasi 2.4.1.1Investasi Tetap Bisnis

(26)

Model standar investasi tetap bisnis disebut juga model investasi neoklasik

(neoclassical model of investment). Model neoklasik mengkaji manfaat dan biaya bagi perusahaan untuk memiliki barang-barang modal. Model tersebut menunjukan bagaimana tingkat investasi (tambahan persediaan modal) dikaitkan dengan produk marjinal modal, tingkat bunga, dan aturan perpajakan yang mempengaruhi perusahaan (Mankiw, 2003).

Keputusan perusahaan penyewaan untuk meningkatkan atau menurunkan persediaan modalnya dapat menjadi determinan investasi. Untuk setiap unit modal, perusahaan menghasilkan penerimaan riil R/P dan menanggung biaya riil (PK/P)(r+δ

Rumus dari laba riil unit modal adalah :

Tingkat laba = Penerimaan – Biaya

………… 3) Karena harga sewa riil dalam ekuilibrium sama dengan produk marjinal modalnya, maka tingkat laba dapat ditulis sebagai berikut :

Tingkat laba = MPK …… ….. (2.14) Perubahan dalam persediaan modal disebut investasi neto (net investment), bergantung pada perbedaan antara produk marginal modal dan biaya modal. Jika produk marjinal melebihi biaya modal, perusahaan menganggap akan menguntungkan jika menambah persediaan modal. Jika produk marjinal kurang dari biaya modal, maka akan membiarkan persediaan modal mengecil. Rumus dapat ditulis sebagai berikut :

………... (2.15)

di mana In adalah fungsi yang menunjukan berapa banyak investasi neto merespon

insentif untuk investasi. Pengeluaran total atas investasi tetap bisnis adalah jumlah investasi neto dan penggantian dari modal yang disusutkan. Persamaan 2.11 disubstitusikan ke persamaan (2.12) untuk membentuk fungsi investasi di bawah ini :

……… (2.16)

(27)

2.4.1.2Investasi Residensial

Investasi residensial meliputi pembelian rumah baru yang akan ditinggali pembelinya dan yang akan disewakan oleh tuan tanah kepada orang lain. Model investasi residensial serupa dengan teori q investasi tetap bisnis. Menurut teori q,

business fixed investment bergantung pada harga pasar atas modal terpasang relatif terhadap biaya penggantinya; harga relatif ini bergantung pada laba yang diharapkan oleh modal terpasang. Menurut model pasar rumah, investasi residensial bergantung pada harga relatif rumah. Harga relatif rumah akan bergantung pada permintaan terhadap rumah, yang bergantung pada harga sewa yang orang harapkan apabila orang lain menyewakan rumahnya. Jadi harga relatif rumah memainkan peran yang sama untuk investai residensial sebagaimana teori q Tobin untuk investasi tetap bisnis.

2.4.1.3Investasi Persediaan

Investasi persediaan merupakan salah satu komponen pengeluaran terkecil, rata-rata sekitar 1 persen dari GDP. Investasi persediaan seperti barang-barang yang disimpan perusahaan pada saat yang sama tidak bernilai apa-apa dan bisa memiliki signifikansi yang besar. Mankiw (2003) beberapa motif perusahaan menyimpan persediaan :

1. Motif pemerataan produksi (production smoothing) atau meratakan tingkat produksi sepanjang waktu. Ketika penjualan rendah, perusahaan memproduksi leih banyak dari yang dijual dan menyimpan kelebihan barang itu sebagai persediaan. Ketika pennjualan tinggi, perusahaan memproduksi lebih sedikit dari yang dijual dan menjual persediaannya.

2. Persediaan sebagai faktor produksi (inventory as a factor of production) yakni menyimpan persediaan agar perusahaan dapat beroperasi secara efisien. Semakin besar persediaan yang disimpan maka semakin besar output yang diproduksi. 3. Pencegahan kehabisan barang (stock-out avoidance) yakni menghindari kehabisan

(28)

4. Barang dalam proses (work in process) yakni persediaan dijelaskan dalam proses produksi. Beberapa barang mungkin membutuhkan beberapa tahap dalam produksi dan membutuhkan waktu.

Formula investasi persediaan I adalah perubahan dalam persediaan perekonomian karena itu,

……… …… (2.17)

Model percepatan tersebut memprediksi bahwa investasi persediaan adalah proporsional terhadap perubahan output. Ketika output naik, perusahaan ingin menyimpan lebih banyak persediaan sehingga investasi persediaan tinggi. Ketika output turun, perusahaan ingin menyimpan lebih sedikit persediaan, sehingga membiarkan persediaan turun dan investasi persediaan negatif.

2.4.2 Investasi dan Tingkat Suku Bunga

Jumlah barang-barang modal yang diminta untuk investasi bergantung pada tingkat bunga yang mengukur biaya dari dana investasi. Agar investasi menguntungkan, penerimaan dari kenaikan produksi dan jasa masa depan harus melebihi biayanya (pembayaran untuk pinjaman). Jika suku bunga meningkat, lebih sedikit investasi yang menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang diminta akan turun.

Dalam perekonomian, tingkat bunga dibagi menjadi dua yakni tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil (Mankiw, 2003). Tingkat bunga nominal (nominal interest rate) adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan; itulah tingkat bunga yang dibayar investor untuk meminjam uang. Tingkat bunga rii (real interest rate) adalah tingkat bunga nominal yang dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Tingkat bunga riil mengukur biaya pinjaman yang sebenarnya dan dengan demikian menentukan jumlah investasi. Persamaan yang mengaitkan antara investasi I pada tingkat bunga riil :

……… (2.18)

(29)

2.4.3 Investasi dan Tingkat Tabungan

Mankiw (2003) tabungan adalah penawaran dari dana pinjaman. Rumah tangga meminjamkan tabungannya kepada investor atau menabungnya di bank yang kemudian meminjamkan dana itu kepada pihak lain. Investor meminjam dari publik secara langsung dengan menjual obligasi atau secara tidak langsung dengan meminjam bank. Karena investasi bergantung pada tingkat bunga, jumlah dana pinjaman juga bergantung pada tingkat bunga.

Per bahan nves as ΔI akan men ngka kan pendapa an ΔY sebesar koefisien pengganda (multiplier, k = 1/s, s = hasrat untuk menabung) dikali per bahan nves as erseb Sedangkan berapa besar ambahan modal I ΔK K -Kt-1) bergantung pada besarnya rasio tambahan modal terhadap tambahan output (w ICOR , a a dapa d nya akan, ΔK wVY Semak n ngg ICOR semak n kec l tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dan semakin tidak efisien penggunaan kapital. Dalam hal ini tabungan sebagai akumulasi dari kapital dapat memengaruhi besaran investasi.

2.5 Definisi Economic Freedom dan Political Freedom 2.5.1 Kebebasan Ekonomi (Economic Freedom)

Dalam komunitas kebebasan ekonomi, kekuatan dari keputusan ekonomi bersifat menyebar secara luas dan merata (tidak terpusat), dan alokasi sumberdaya yang berguna bagi konsumsi dan produksi didasarkan pada kompetisi bebas dan terbuka sehingga setiap individu atau perusahaan mendapatkan peluang yang adil tanpa diskriminasi miskin, kaya, maupun latarbelakang geografis (Miller dan Kim, 2010).

(30)

Definisi komperhensif economic freedom merupakan suatu konsep yang dapat mengintegrasikan seluruh kebebasan fundamental dan hak-hak individu untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti produksi, konsumsi, dan distribusi barang dan jasa. Economic freedom seharusnya juga dapat menjamin hak-hak dari kepemilikan dan pengakuan yang menyeluruh terhadap kebebasan mobilitas tenaga kerja, modal, dan output yang selaras dengan aturan hukum tertentu di suatu negara.

Index of Economic Freedom melihat kebebasan ekonomi dari 10 sudut pandang yang berbeda. Beberapa aspek penilaian bersifat eksternal, yakni mengukur derajat keterbukaan ekonomi terhadap investasi dan perdagangan global. Indikator kebebasan ekonomi juga bersifat internal yakni mengukur kebebasan individu-individi di suatu negara untuk menjalankan aktivitas perekonomian secara agregat dan merata serta mempunyai arti penting dalam pembuatan kebijakan.

2.5.1.1Kebebasan Berbisnis (Business Freedom) atau Regulation

Business freedom adalah hak individu untuk mendirikan dan menjalankan perusahaan tanpa ada intervensi negara yang cenderung menghambat kebebasan berbisnis. Pada dasarnya intervensi negara tetap perlu dilakukan dalam bentuk regulasi-regulasi yang mendukung proses transaksi ekonomi berjalan adil. Peraturan yang menghambat dan merugikan adalah hambatan yang paling utama yang menghalangi kebebasan aktivitas usaha. Secara umum, Business freedom merupakan pengukuran kuantitatif dalam mengukur kemampuan memulai, menjalankan, dan menutup suatu bisnis yang merepresentasikan keseluruhan hambatan regulasi atau juga sampai sejauh mana efisiensi pemerintahan dalam proses pengaturan. Business freedom bernilai antara 0-100, semakin tinggi nilainya maka semakin tinggi pula derajat kebebasan lingkungan bisnis. Penilaiannya berdasarkan pada 10 faktor yang tertimbang rata, faktor tersebut adalah :

a. Memulai bisnis – prosedur (jumlah) b. Memulai bisnis – waktu (hari)

c. Memulai bisnis – biaya (persen dari income percapita)

(31)

e. Mendapat izin – prosedur (jumlah) f. Mendapat izin – waktu (hari)

g. Mendapatkan izin – biaya (persen dari income percapita) h. Menutup bisnis – biaya (persen of estate)

i. Menutup bisnis –recovery rate (cent dalam dollar)

Factor Scorei = 50 x (factoraverage /factori ………. (2.19) Setiap faktor dikonversi menjadi indeks angka 0 – 100. Hasilnya merepresentasikan

business freedom score. Setiap faktor dikonversi sesuai dengan rumus di atas.

2.5.1.2Kebebasan Perdagangan (Trade Freedom)

Trade Freedom merupakan indeks komposit yang mengukur derajat hambatan tariff dan non tariff yang dapat berimbas pada neraca perdagangan. Kebebasan dalam perdagangan merefleksikan keterbukaan perekonomian untuk mengimpor dan mengekspor barang dan jasa serta kemampuan negara dalam berinteraksi dengan pasar internasional. Angka indeks Trade Freedom didasarkan pada dua input yakni rataan nilai tariff perdagangan dan hambatan non 29ariff. Rata-rata tariff kalkulasinya didasarkan pada formula berikut :

… (2.20)

dimana menggambarkan kebebasan perdagangan di Negara I, tarifmax dan tarifmin menggambarkan batas atas dan batas bawah untuk tariff (persen)

dan tarifi merepresentasikan nilai rata-rata tariff di negara i. Minimum tariff di set 0

persen dan batas atas di set 50 persen. NTB adalah semacam pinalti karena negara tersebut menerapkan hambatan non tariff.

2.5.1.3Kebebasan Moneter (Monetary Freedom)

(32)

Rata-rata tertimbang tingkat inflasi tiga tahun terakhir merupakan input utama pada persamaan yang membentuk skor dasar bagi monetary freedom. Faktor kontrol harga dapat memberikan pinalti hingga 20 poin yang akan mengurangi skor dasar tersebut. Dua persamaan yang digunakan untuk mengonversi tingkat inflasi menjadi skro monetary freedom adalah sebagai berikut :

……… (2.21) ………… (2.22)

hingga merepresentasikan tiga angka yang secara agregat berjumlah 1 dan secara eksponensial bentuknya semakin mengecil ( secara berurutan nilainya adalah 0.665, 0.245, dan 0.090); Inflationit dan lagnya menunjukkan nilai absolut

inflasi tahunan negara I pada waktu tertentu yang diukur melalui Consumer Price Index (CPI); α menunjukkan koefisien stabilisator varians skor persamaan di atas; dan

Price Control (PC) penalty adalah sebuah skala antara skala 0-20 poin yang menunjukkan seberapa jauh harga mengalami kontrol dan tergantung dari keberadaan kontrol harga yang terjadi di negara tersebut.

2.5.1.4Kebebasan Fiskal (Fiscal Freedom)

Komponen fiscal freedom terdiri dari tingkat pajak atas pendapatan individu dan perusahaan, serta total pendapatan pajak atas persentase GDP. Pada proses pembuatan skor, komponen fiscal freedom ditimbang secara merata sebagai sepertiga faktor. Fiscal freedom dihitung dengan fungsi biaya kuadratik untuk merefleksikan pengembalian yang semakin menurun dari tingkat pajak yang sangat tinggi. Persamaan adalah sebagai berikut :

…………... (2.23)

Fiscal Freedomij merepresentasikan indeks fiscal freedom di Negara i untuk

faktor j, faktorij merepresentasikan nilai 0-100 para negara i untuk faktor j, dan α

(33)

2.5.1.5Kebebasan Finansial (Financial Freedom)

Kebebasan finansial adalah indeks pengukuran terhadap ketahanan perbankan dan pengukuran tentang keterkaitannya terhadap intervensi pemerintah. Indeks tersebut dipakai untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya regulasi pemerintah terhadap penyediaan jasa layanan keuangan, intervensi negara pada bank dan lembaga keuangan lainnya, tingkat kesulitan dalam membuka dan menjalankan usaha jasa keuangan, dan intervesi pada alokasi kredit.

Nilai indeks financial freedom berkisar antara 0 – 100 melalui perbandingan : nilai 0 adalah adanya peraturan pemerintah yang melarang keberadaan institusi keuangan swasta, dan angka 100 dimana levelnya meningkat 10 basis point secara gradual menunjukkan bahwa bank sentral menerapkan pengawasan dan regulasi yang mendorong pengawasan yang bersifat kontraktual terhadap kewajiban dan pencegahan terhadap kepanikan sebagai akibat adanya resiko-resiko yang diakibatkan oleh berbagai hal, serta semua alokasi keuangan berdasarkan sistem pasar. Dari angka 0-100 mempunyai sifat tersendiri dan semakin bebas sistem finansial maka skor negara tersebut semakin meningkat 10 basis point.

2.5.1.6Pembelanjaan Pemerintah (Government Spending)

Indeks ini terkait dengan kebijakan fiskal yang terkait dengan sisi penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah selain digunakan untuk investasi di bidang infrastruktur dan pengembangan sumberdaya manusia juga dapat digunakan untuk keperluan pembangunan barang-barang publik seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan. Dalam penyusunan indikator ini, tidak ada kesepakatan untuk mengidentifikasi suatu level yang ideal bagi pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah antara negara bervariasi, hal ini bergantung dari faktor-faktor seperti geografis, kebudayaan, hingga tahapan pembangunan. Pemerintah yang hanya mampu menyediakan sedikit barang publik akan memiliki skor yang rendah yaitu

property rights dan financial freedom.

(34)

……… (2.24) GEi mewakili skor pengeluaran pemerintah negara I; Expenditurei mewakili jumlah

total pengeluaran pemerintah negara I pada semua level pemerintahan sebagai bagian porsi dari GDP ( persen dari GDP), dan α ditetapkan sebesar 0.03 pada kebanyakan kasus, pengeluaran pemerintah secara umum merupakan penggabungan dari pemerintahan pada tataran local, state, dan federal. Pada kasus keterbatasan data, data yang digunakan adalah pemerintah pusat.

2.5.1.7Kebebasan Investasi (Investment Freedom)

Indeks investment freedom menjelaskan ada atau tidaknya hambatan pada aliran modal. Pada negara penganut perekonomian bebas, tidak akan ada restriksi pada aliran investasi dan modal. Nilai indeks berkisar antara 0 hingga 100. Angka 100 merupakan angka yang ideal bagi kebebasan berinvestasi dan angka bervariasi pada tiap negara. Indeks kebebasan investasi dimulai dari angka 100 dan semakin menurun melalui pinalti jika terdeteksi adanya restriksi-restriksi yang memengaruhi iklim investasi di negara tersebut.

2.5.1.8Kebebasan dari Korupsi (Freedom From Corruption)

Indeks freedom from corruption merupakan indeks kebebasan dari korupsi yang dikaitkan dengan penyalahgunaan jabatan publik untuk mengambil keuntungan secara pribadi. Skor indeks korupsi diturunkan dari data indek persepsi korupsi yang dikeluarkan oleh Transparency International dengan skor 0 – 10, dan data harus dikonversi ke skala 0 – 100 untuk mendapatkan indeks freedom from corruption. Semakin tinggi indeks kebebasan dari korupsi, maka negara tersebut memiliki tingkat kejahatan korupsi yang rendah.

2.5.1.9Kebebasan Hak Kepemilikan Pribadi (Property Rights Freedom)

(35)

kecenderungan dalam penyalahgunaan kepemilikan pribadi untuk menganalisis independensi pengadilan, korupsi dalam pengadilan, dan kemampuan individu dan perusahaan untuk mengawasi kontrak tersebut. Semakin tinggi skor property rights

suatu negara maka semakin tinggi pula perlindungan hukum atas kepemilikan pribadi.

2.5.2 Kebebasan Politik (Political Freedom)

Political Freedom adalah suatu pengukuran pada masing-masing negara dengan menggunanan data yang dipublikasikan oleh The Freedom House melalui data laporan tahunan Freedom In The World. Data ini melaporkan indeks kebebasan berpolitik dalam dua indikator yaitu political liberties dan Civil rights. Masing-masing indeks menggunakan skala ordinal dari 1-7, dimana 1 merepresentasikan level yang paling tinggi untuk political liberties atau civil rights dan 7 merepresentasikan yang paling rendah ( 1 adalah paling bebas dan 7 adalah paling otoriter ).

Menurut Gwartney et al (1996) Political liberty adalah suatu keadaan dimana penduduk dapat bebas berpartisipasi dalam proses politik (voting, lobi, dan memilih wakilnya), pemilihan berlangsung adil dan kompetitif, dan partai alternatif dapat berpartisipasi secara bebas atau demokrasi. Civil rights adalah keadaan yang dapat meningkatkan kebebasan pers dan hak-hak individual untuk membuat dan mengikuti pandangan agama alternatif, mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum serta dapat bebas berekspresi tanpa rasa takut terhadap kekerasan fisik.

2.6 Metode Panel Data

Panel data adalah bentuk data yang merupakan gabungan dari data time series

dan cross section. Dalam teori ekonometrika, bentuk panel data dapat mengatasi masalah pengestimasian yang kurang baik akibat sedikitnya jumlah observasi jika hanya dengan menggunakan data time series atau cross section saja. Adapun beberapa keuntungan dalam menggunakan panel data (Baltagi, 2005) adalah :

(36)

b. Panel data dapat memberikan informasi data yang lebih banyak, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan degree of freedom, dan lebih efisien.

c. Jika menggunakan data cross section, walaupun terlihat stabil namun sebenarnya dalam data tersebut tersimpan banyak perubahan, seperti data pengangguran, perpindahan pekerjaan, atau perubahan kebijakan pemerintah. Dengan menggunakan panel data maka penyesuaian-penyesuaian yang dinamis tersebut dapat dengan lebih mudah dipelajari.

d. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh dari data cross section murni atau data time series murni.

e. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.

Dalam pengolahan data panel dikenal tiga macam metode, yaitu metode

pooled least square, metode efek tetap (fixed effect), dan metode efek acak (random effect). Ketiga metode ini dapat diterapkan dengan pembobotan (cross section weights) atau tanpa pembobotan (no weighting).

2.6.1 Metode Pooled Least Square

Dalam metode ini data panel yang mengkombinasikan semua data cross section dan time series akan digabungkan menjadi pooled data. Dengan menggunakan metode ini tentunya akan menghasilkan pendugaan regresi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan regresi biasa, karena dalam panel berarti menggabungkan data cross section dan time series bersama-sama sehingga memiliki jumlah observasi data yang lebih banyak. Kelemahan dalam metode ini adalah tidak terlihatnya perbedaan baik antar individu karena data yang digabungkan secara keseluruhan. Metode ini diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square, yaitu :

Yit = α + Xit βj + wit ... (2.25)

dimana :

Yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i α = intersep yang konstan antar individu cross section i

(37)

βj = parameter untuk variabel bebas

wit = komponen error gabungan di waktu t untuk unit cross section i

2.6.2 Metode Efek Tetap (Fixed Effect)

Metode pooled least square memiliki kekurangan, yaitu tidak terlihatnya perbedaan baik antar individu, sehingga asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan. Sedangkan untuk generalisai secara umum, dapat dilakukan dengan memasukkan variabel dummy untuk menghasilkan nilai parameter yang berbeda-beda pada setiap unit cross section. Metode dengan memasukkan variabel dummy disebut dengan metode Fixed Effect atau Least Square Dummy Variable.

Metode fixed effect akan menghasilkan intersep yang berbeda-beda antar unit

cross section. Kelemahan pada metode ini adalah semakin berkurangnya degree of freedom akibat adanya penambahan variabel dummy pada persamaan, dan tentunya akan memengaruhi keefisienan parameter yang diduga. Pendugaan metode ini dinyatakan dalam persamaan (2.22).

Yit = αi+ βj xjit + μit ... (2.26)

dimana :

yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

αi = intersep yang akan berbeda antar individu cross section i xjit= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i

βj = parameter untuk variabel ke j

μit = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

2.6.3 Metode Efek Acak (Random Effect)

(38)

Yit = α + βj xjit + wit ... (2.27) dimana :

yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

α1i = α1 + μit , dengannilai intersep yang akan berbeda antar individu cross section i

akibat random error (μit) antar individu tersebut μ

xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i βj = parameter untuk variabel ke j

wit = μit + τi , yaitu μit : error dan τi : individual effect

2.7 Elastisitas

Konsep elastisitas dijelaskan dalam teori mikroekonomi (Nicholson, 1995) bahwa bagaimana perubahan dalam salah satu variabel dapat memengaruhi variabel lain. Masalah sering muncul ketika para ekonom ingin mencoba mengukur perubahan tersebut tetapi tidak menggunakan satuan unit yang sama. Oleh karena itu untuk menyelesaikan masalah ini dikembangkanlah konsep elastisitas yang menggunakan satuan persentase.

Asumsi yang digunakan adalah satu variabel tertentu B bergantung pada variabel A, dimana B kemungkinan juga bergantung pada variabel-variabel lainnya. Sehingga ketergantungan ini dapat dinyatakan dengan :

B = f (A...) ... (2.28) Dari persamaan (2.24) tanda titik-titik merupakan variabel lain selain A yang juga akan memengaruhi variabel B. Elastisitas B dalam kaitannya dengan A (yang dinyatakan dengan eB.A) dituliskan dalam persamaan (2.25)

… ... (2.29)

(39)

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Danny García Callejas (2010) dari

Universidad De Antioquia dalam studi yang terkait dengan analisis relasi korupsi, indeks kebebasan ekonomi, dan kebebasan politik 10 Negara di Amerika Selatan. Metode yang digunakan untuk menaksir penyebab korupsi adalah metode panel data. Variabel untuk menganalisis penyebab korupsi mengacu pada literatur yang digunakan oleh penelitian Mauro (1995,1997,1998). Mauro dalam Callejas menjelaskan bahwa dalam ekonomi ortodoks, rendahnya kebebasan ekonomi, termasuk hambatan perdagangan, mobilitas modal atau persyaratan yang berlebihan untuk memulai suatu bisnis, seharusnya memberikan kontribusi terhadap perilaku korupsi serta secara tidak langsung mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kurangnya kebebasan lain secara umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korupsi jauh lebih dari masalah ekonomi. Selain itu, ketika menganalisis 10 negara Amerika Selatan pada periode 1995-2008, penelitian ini memberikan bukti yang menantang pendapat bahwa liberalisasi perdagangan, liberalisasi modal dan pemerintah kecil adalah solusi untuk korupsi. Bahkan, data menunjukkan bahwa ada saluran lain yang harus ditangani dalam rangka memahami korupsi dan mengembangkan solusi kebijakan yang memadai. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi saluran tersebut.

Seldadyo (2006) meneliti tentang determinasi dari korupsi menggunakan 70 faktor ekonomi dan non-ekonomi dengan 193 observasi tahun 2000. Metode yang digunakan adalah tehnik Explanatory Factor Analysis (EFA) dan Extrem Bound Analysis. Economic Freedom. GDP per capita termasuk dalam beberapa faktor ekonomi yang dianalisis, sedangkan faktor non-ekonomi seperti faktor politik salah satunya menggunakan ukuran Political Freedom. Ukuran non-ekonomi lainnya untuk faktor birokrasi dan regulasi menggunakan ukuran Government Indicator yang dikeluarkan oleh World Bank. Tehnik EFA dapat mereduksi 27 variabel dan mendapatkan lima variable baru yakni kapasitas regulasi, federalism, inequality,

(40)

Peneliti menemukan bahwa kapasitas regulasi, merupakan variabel yang paling kuat dalam menjelaskan korupsi. Sedangkan political freedom dan economic freedom

tidak signifikan.

Ali dan Crain (2002) dalam Callejas meneliti menggunakan studi kasus 119 negara dengan tahun 1975-1989, mereka menemukan bahwa kebebasan ekonomi berjalan bersamaan seiring dengan kualitas kelembagaan dalam hal ini termasuk peran hukum dan perilaku korupsi. Kebebasan ekonomi yang lebih baik berimplikasi pada kualitas institusi yang baik dan tingkat korupsi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa korupsi menjadi perhatian yang lebih ketika terjadi ingin melakukan liberasisasi ekonomi. Untuk mendapatkan hasil ini, Ali dan Crain menggunakan Indeks Kebebasan Ekonomi yang dikembangkan oleh Gwartney, Lawson dan Blok. Penelitian Ali dan Crane diterbitkan oleh Institut Cato dan

Freedom House tentang hak-hak sipil dan politik.

Penelitian yang dilakukan Gupta, Davoodi dan Tiongson (2000) dalam Ackay (2006) tentang korelasi antara korupsi dan penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan dengan menggunakan analisis regresi seluruh sampel negara untuk menilai ukuran agregat dari hasil pendidikan dan status kesehatan dalam suatu model yang mencakup beberapa indeks korupsi, pendapatan per kapita, pengeluaran publik untuk perawatan kesehatan dan pendidikan, dan rata-rata masa pendidikan selesai. Hasil didukung dalil bahwa perawatan kesehatan yang lebih baik dan hasil pencapaian pendidikan berkorelasi positif dengan tingkat korupsi yang rendah. Secara khusus, korupsi secara konsisten berkorelasi positif dengan tingkat tingginya putus sekolah. Korupsi juga secara signifikan berkorelasi dengan tingkat kematian bayi yang lebih tinggi dan bobot bayi balita.

(41)

menunjukkan bahwa negara yang lebih banyak korup cenderung memiliki tingkat pembangunan manusia yang rendah. Secara singkat, penelitian ini memperluas daftar konsekuensi negatif dari korupsi dan berpendapat bahwa korupsi dalam segala aspeknya dapat menghambat pembangunan manusia.

Mutaşcu dan Dăn leţ (2010) dalam penelitiannya tentang kaitan korupsi dan kesejahteraan sosial yang diproksimasikan dengan pembangunan manusia, mengambil studi kasus di 27 negara Eropa tahun 1996-2008. Penelitian ini menggunakan metode panel data (Pooled Data). Dari hasil analisis trend antara korupsi dengan indeks pembangunan manusia di 27 negara Eropa membuktikan bahwa korupsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan manusia. Korupsi memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesejahteraan manusia (diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia, yang menggabungkan aspek ekonomi dengan beberapa yang indikator sosial yang paling penting : kesehatan dan pendidikan). Ini adalah hasil dari konsekuensi langsung dari korupsi seperti pertumbuhan yang lebih rendah, memengaruhi alokasi sumberdaya dari anggaran publik, memperbesar ketidaksetaraan. Hasil utama menunjukkan bahwa korupsi adalah "pertanyaan kunci" terutama dalam mengembangkan ekonomi dan transisi ekonomi. Tetapi faktor gangguan konstan tidak teramati mengurangi fenomena dan mengkompensasi faktor negatif berkala yang teramati.

Penelitian yang dilakukan oleh Kwabena Gyimah dan Brempong (2002) dari

(42)

Nielsen dan Haugaard (2000) dari University of Aarhus Denmark melakukan penelitian mengenai demokrasi, korupsi, dan pembangunan manusia 94 negara di dunia tahun 2000. Metode yang digunakan adalah kombinasi analisis kualitatif dan kuantitatif (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi GDP per kapita, kebebasan ekonomi (sektor publik dan intervensi pemerintah rendah), dan tingkat gabungan demokrasi di suatu negara maka tingkat korupsi semakin rendah. Demikian juga hasil analisis lanjutan menjelaskan bahwa korupsi secara signifikan menghalangi pembangunan manusia.

2.9 Kerangka Pemikiran

Kegagalan pemerintah terutama dari rendahnya kualitas institusi dalam melayani sektor publik dapat memicu terjadinya kejahatan korupsi di suatu negara. Kualitas institusi yang rendah mengakibatkan kontrol terhadap korupsi yang rendah pula. Rendahnya kebebasan ekonomi dan kebebasan politik kemungkinkan dapat menjadi beberapa determinan timbulnya perilaku korupsi pada sektor publik.

(43)

: Bagian yang dianalisis

: Alur analisis

Gambar 2.4 Alur Kerangka Pemikiran Penelitian

Kegagalan Perencanaan Pemerintahan Negara

Berkembang

Kualitas Institusi & Pemerintahan Negara Rendah

Pembangunan Manusia

Terjadinya Persepsi Korupsi

(Freedom from Corruption)

Investasi

1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyebab dari Tindakan Korupsi di Sektor Publik.

2. Dampak Korupsi terhadap Pembangunan Manusia dan Investasi di 8 Negara Kawasan ASEAN.

Pengolahan Data dengan Metode Analisis Data

Panel Eviews 6.1

Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan

 Pendidikan  Kesehatan  Pendapatan per

kapita

Pembentukan Modal (Kapital)

Bruto Faktor Ekonomi dan

Gambar

Gambar 2.3  Komposisi Baru Indeks Pembangunan Manusia tahun 2010
Gambar 2.4 Alur Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 3.1. Data dan Sumber Data yang digunakan dalam Penelitian
Tabel 3.2.   Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bauran pemasaran restoran Pondok Patin menu andalan ikan patin, harga kuliner terjangkau, lokasi strategis, komunikasi pemasaran yang dilakukan komunikasi antarpribadi,

Berdasarkan perhitungan yang akan dilakukan melalui rasio efektivitas, dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas program pendayagunaan dana zakat terhadap pengembangan program

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Program pengelolaan hutan rakyat yang dibuat oleh

Berdasarkan hasil penelitian diketahui masih terjadi pengalihan hak sewa kamar kost yang dilakukan pihak penyewa kepada pihak ketiga, yang mana telah di atur dalam KUH

(Ningtyas). Ada banyak jenis jajan pasar di Indonesia. Setiap daerah memiliki banyak jenis hingga beberapa jajan.. pasar tidak diketahui lagi asalnya karena ada di

Sebahagian mazhab amat ketat pandangannya dalam isu ini di mana bagi mereka tidak harus untuk memindahkan zakat daripada satu negeri ke negeri lain atau memindahkan zakat

yang harus diimpor dari luar negeri memang membutuhkan fasilitas ini. Pencapaian sasaran lainnya adalah dari segi jumlah dan jenis bahan baku yang dimanfaatkan pembebasan Bea

Pihak-pihak yang melakukan akad itu telah cakap bertindak hukum (mukallaf) atau obyek akad itu merupakan milik orang yang tidak atau belum cakap bertindak hukum, maka harus