• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pelibatan politik dan sikap tentang demokrasi terhadap toleransi politik mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pelibatan politik dan sikap tentang demokrasi terhadap toleransi politik mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELIBATAN POLITIK DAN SIKAP TENTANG

DEMOKRASI TERHADAP TOLERANSI POLITIK

MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh : ANGKASA YUDISTIRA

NIM : 103070029081

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGARUH PELIBATAN POLITIK DAN SIKAP TENTANG DEMOKRASI TERHADAP TOLERANSI POLITIK MAHASISWA

FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

ANGKASA YUDISTIRA NIM: 103170029081

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Ikhwan Lutfi, M.Psi Gazi, M.Si

NIP. 19730710 200501 1 006 NIP. 19711214 200701 1 014

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PELIBATAN POLITIK DAN SIKAP

TENTANG DEMOKRASI TERHADAP TOLERANSI POLITIK

MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.

Jakarta, 16 Juni 2011 Sidang Munaqasyah

Dekan / Ketua

Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522

Pembantu Dekan / Sekretaris

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2 001

Anggota

Yunita Faela Nisa, M.Psi NIP. 19770608 200501 2 003

Ikhwan Lutfi, M.Psi NIP. 19730710 200501 1 006

(4)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Angkasa Yudistira NIM : 103070029081

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelibatan Politik dan Sikap Tentang Demokrasi Terhadap Toleransi Politik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalama penyususnan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Juni 2011

(5)

Sesungguhnya kehidupan dunia

hanyalah permainan dan senda

gurau. Dan jika kamu beriman dan

bertakwa, Allah akan memberikan

pahala kepadamu dan Dia tidak

akan meminta harta-

hartamu.”

(QS:47:36)

ABSTRAK

(6)

(B) Juni 2011.

(C) Angkasa Yudistira. (D) 57 Halaman + Lampiran.

(E) Pengaruh Pelibatan Politik dan Sikap Terhadap Demokrasi dengan Toleransi Politik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

(F) Tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu : Pertama untuk menegetahui ada atau tidaknya pengaruh pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi dengan toleransi politik, kedua dapat menemukan dimensi pelibatan politik apa saja yang dapat menjadi prediktor bagi toleransi politik, ketiga untuk menemukan dimensi dari sikap terhadap demokrasi apa saja yang dapat menjadi perediktor bagi toleransi politik

Toleransi politik dan sistem demokrasi yang dianut dalam pemerintahan menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahakan. Selain itu pelibatan politik juga berperan penting dalam toleransi politik Pada penelitian ini peneliti mengambil dua independen variabel yaitu pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi. Dengan mengangkat variabel dan faktor-faktor di atas maka dapat terlihat bahwa terdapat beberapa dimensi dari variabel yang memiliki pengaruh terhadap toleransi politik.

Penelitian kuantitatif ini melibatkan 152 orang responden yaitu mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Alat ukur dalam penelitian toleransi politik ini berdasar teori yang diungkapkan oleh Galombos yang terdiri dari 11 item pernyataan. Alat ukur dalam penelitian pelibatan politik ini menggunakan teori yang diungkankan oleh Verba dkk. yang terdiri dari 28 item pernyataan. Untuk alat ukur sikap terhadap demokrasi menggunakan teori dari Mayo yang terdiri dari 25 item.

Hasil hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pelibatan politik dan sikap tentang demokrasi terhadap toleransi politik indeks signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai R square sebesar 0,363. Artinya pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi memberikan sumbangan sebesar 36,3% terhadap toleransi politik.

Pada penelitian ini peneliti membagi alat ukur pelibatan politik menjadi empat dimensi. Sehinga terdapat nilai signifikansi dalam tiap dimensinya. Pada political interest dengan indeks signifikansi sebesar 0,000 > 0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan political interest

terhadap toleransi politik. Pada political efficacy, terdapat pengaruh yang signifikan antara political efficacy terhadap toleransi politik. Pada aktivitas politik, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara aktivitas politik terhadap toleransi politik. Pada pengetahuan politik, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan politik terhadap toleransi politik.

(7)

signifikansi 0,001 < 0,05 maka disimpulkan terdapat pengaruh yang siginikan antara menyelesaikann masalah secara damai dengan toleransi politik. Pada dimensi melakukan perubahan secara damai, tidak terdapat pengaruh yang signifikan melakuakan perubahan secara damai terhadap toleransi politik. Pada dimensi pergantian kepemimpinan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan pergantian kepemimpinan terhadap toleransi politik. Pada dimensi membatasi kekuasaan kepemimpinan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pergantian kepemimpinan terhadap toleransi politik. Pada dimensi mengakui keanekaragaman, terdapat pengaruh yang signifikan antara mengakui keanekaragaman terhadap toleransi politik. Pada dimensi menegakkan keadilan, tidak terdapat signifikansi antara menegakkan keadilan terhadap toleransi politik.

Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian dalam cakupan populasi yang lebih luas lagi. Selain menyertakan aspek lain yang berkaitan dengan kedua independen variabel terhadap dependen variabel yang mungkin dapat menjelaskan hasil yang berbeda.

(G) Daftar bacaan : 27 bacaan; 24 buku + 3 internet

KATA PENGANTAR

(8)

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan berbagai nikmat, taufik dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan alam, penegak keadilan, pemberantas kedzaliman pengubah dekadensi moral manusia Nabi Muhammad SAW beserta kelaurga, para sahabat dan siapa saja yang selalu berusaha melaksanakan sunahnya.

Akhirnya, berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang yang penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelibatan Politik dan Sikap Tentang Demokrasi Terhadap Toleransi Politik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat dukungan, bantuan, dorongan dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Ucapan terima kasih tak terhingga, penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi dan para Pembantu Dekan, serta Ibu Fadhilah Suralaga, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik.

2. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi sebagai pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Bapak Gazi, M.Psi sebagai dosen pembimbing II yang telah berkenan

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Ibu Yunita Faela Nissa, M.Psi sebagai dosen penguji yang telah berkenan

memberi tahu bagaimana cara membuat skripsi yang baik dan benar.

5. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi yang telah membantu dalam proses pembelajaran, terima kasih untuk semua ilmu yang telah diberi. 6. Untuk Ibu, Ibu, dan Ibu atas segala kasih, sayang, cinta juga do‟a yang tulus

(9)

semangat mu. Serta adikku, Bayu Krisnayana, terima kasih atas segala dukungan dan juga pinjaman laptopmu.

7. Nukeu Herlandia, atas segala dukungan, kesabaran dan do‟a yang diberikan, hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Keluarga Pamulang, untuk Mama, Ayah, Kakak, Kak Medi, Pandu, Rio, Totok, Diana, Nadin, Tebe, Indah, Afif, Yuri, Mira, Dedi, Arif, Hari, Adhan dan Yahya, yang telah memberikan kehangatan keluarga serta dukungan

juga do‟a, hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

9. Ma‟mun, Adang, Yoga, Joni, Ary, Acil, Fiqih, Faqih, Ibnu, Awink, Zora, Litha, Indah, terima kasih. Seolah-olah diriku tercipta hanya untuk mengenal kalian. Dan seluruh mahasiswa angkatan 2003, senang menjadi salah satu dari angkatan itu. Juga Adiyo dan Via terima kasih atas segala bantuannya. 10. Widya dan Saripah, terimakasih atas semangat yang telah kalian beri. Hand

phone ini rasanya hanya untuk menerima pesan singkat dari kalian berupa

teriakan “SEMANGAT ANGKASA..!!”

11. Untuk penghuni kos Villa Siliwangi, terima kasih atas dukungannya salama ini.

12. Terima Kasih kepada seluruh mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta. Khususnya mahasiswa yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi angket penelitian ini sehingga penelitian ini dapat selesai.

Mengingat kemampuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat melakukan penyusunan tugas akhir selanjutnya berupa tesis dan disertasi. Insya Allah. Amin. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, Juni 2011

Penulis

DAFTAR ISI

(10)

Halaman 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

1.4 Pembatasan Masalah ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ………... 9

BAB 2 Landasan Teori ... 11

2.1 Toleransi Politik ... 11

2.1.1 Pengertian Toleransi Politik ……….. 11

2.1.2 Bentuk-bentuk Toleransi Politik……….. 13

2.2 Pelibatan Politik ……... 13

2.2.1 Definisi Pelibatan Politik ………... 13

2.2.2 Dimensi Pengukuran Pelibatan Politik ………... 13

2.3 Sikap Terhadap Demokrasi ……….. 17

2.3.1 Definisi Sikap terhadap Demokrasi ………... 17

2.3.2 Komponen Sikap……… 21

2.3.3 Fungsi Sikap………. ……….. 22

2.4 Kerangka Berpikir ……….. 23

2.5 Hipotesis ………. 26

BAB 3 Metode penelitian ... 28

3.1 Pendekatan Penelitian ... 28

3.2 Populasi dan Sampel ... 28

3.2.1 Populasi ... 28

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 28

3.3 Variabel Penelitian ... 29

3.3.1 Definisi Konseptual Variabel... 29

3.3.2 Definisi Operasional Variabel... 30

3.4 Instrumen Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 31

(11)

3.5 Uji Instrumen ………... 34

3.5.1 Uji Validitas Skala ………... 35

3.5.2 Uji Reliabilitas Skala………... 35

3.6 Prosedur Penelitian ... 36

3.7 Teknik Analisis Data ... 36

BAB 4 Hasil Penelitian ... ……….………... 38

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian …………... 38

4.2 Hasil Uji Hipotesis ... 40

4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian……….. 40

4.2.2 Pengujian proporsi varian dari masing-masing independen variabel………. 44

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran ... 49

5.1 Kesimpulan ………... 49

5.2 Diskusi………... 50

5.3 Saran ………... 52

5.3.1 Saran Metodologis ……….. 53

5.3.4 Saran Praktis ……….. 53 Daftar Pustaka

Lampiran

(12)

PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan latar belakang mengapa perlu diadakan penelitian mengenai toleransi politik, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Dengan berjalannya sistem pemerintahan demokratis yang ditandai dengan runtuhnya rezim orde baru pada tahun 1998 tepatnya tanggal 12 mei 1998 dikarenakan oleh gerakan mahasiswa yang geram dengan kediktatoran presiden Soeharto kala itu (Adman, 2005). Secara tidak langsung membentuk suatu pola pembelajaran politik kampus pada beberapa universitas di Indonesia. Hal tersebut juga berdampak pada Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN), yang menggunakan sistem student government (SG) merujuk pada cara yang digunakan oleh negara dalam menentukan Presiden BEM melalui proses PEMILU, dimana calon presiden adalah kader dari masing-masing partai peserta PEMILU kampus.

Partai-partai yang menjadi peserta Pemilu kampus adalah Partai Intelektual Muslim (PIM), Partai Reformasi Mahasiswa (PARMA), Partai Persatuan Mahasiswa (PPM), Partai Bunga, dan Partai Progresif. Partai-partai yang ada didirikan oleh organisasi-organisasi intra maupun ekstra kampus.

(13)

Student Center pecah. Beruntung tidak jatuh korban dalam peristiwa yang berlangsung sekitar 1 jam, Minggu (9/5/2010), dini hari. Hal ini disebabkan keputusan KPU UIN yang mendiskualifikasi salah satu partai peserta pemilu, yakni Partai Reformasi Mahasiswa (PARMA). Partai itu diindikasi melakukan berbagai kecurangan seperti penggelembungan suara dan pemalsuan identitas pemilih. (Irwan, 2010).

Berdasarkan pada fenomena diatas, dapat kita ketahui bahwa toleransi menjadi sangat penting dalam berpolitik. Hal tersebut tidak akan terjadi bila mahasiswa memiliki toleransi politik yang tinggi. Dalam hal ini toleransi politik menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk diteliti lebih mendalam.

(14)

politik, mengingat betapa pentingnya toleransi dalam dalam kehidupan sosial manusia.

Berdasar pada pentingnya toleransi politik untuk dapat diteliti lebih mendalam, maka pada penelitian ini, toleransi politik akan dihubungkan dengan pelibatan politik. Sebab pelibatan politik dijadikan variabel dalam penelitian ini, tidak lain disebabkan oleh sistem student government yang dianut oleh Universitas Islam Negeri Jakarta dalam menjalankan sistem pemerintahan badan eksekutif mahasiswa. Mulyana (2000) bependapat bahwa adanya toleransi politik sangat dibutuhkan antara pihak legislatif dan eksekutif. Toleransi tersebut diperlukan untuk menghindari pertentangan-pertentangan ataupun benturan-benturan kepentingan yang semakin tajam di antara kedua pihak. Dalam hal ini, berarti bahwa dalam menjalankan aktivitas politik sangat berkaitan erat dengan toleransi politik, dengan adanya toleransi politik akan menghindari perselisian dari masing-masing kelompok yang tergabung pada badan eksekutif maupun legislatif negara. Dalam pelibatan politik, Verba dan Burns, (dalam Iman Septian & Hamdi Muluk, 2008) menjelaskan perlibatan politik (political engagement) sebagai ketertarikan (interest), keyakinan (efficacy), dan pengetahuan (knowledge) seseroang terhadap dunia politik. Escandel (dalam Septian & Muluk, 2008) menambahkan aktivitas politik seseorang dalam dunia politik merupakan bagian dalam politiknya.

(15)

demokratis, yaitu: Akuntabilitas, rotasi kekuasaan, rekrutmen politik yang terbuka, pemilihan umum, dan menikmati hak-hak dasar.

Poin ke lima, yakni menikmati hak-hak dasar adalah bagian dari toleransi politik yang termasuk dalam salah satu indikator sistem pemerintahan demokratis yang telah dipaparkan Gafar dapat diartikan juga sebagai toleransi, sebab Raphael Cogen dan Almagor (2006) menyebutkan bahwa kebebasan berekspresi merupakan salah satu bagian dari toleransi politik, dan menikmati hak – hak dasar merupakan kebebasan berekspresi bagi tiap individu.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ebrahim Fakir (2010) dalam seminar afesis-corplan yang kedua, menyatakan bahwa setiap warga negara termasuk pemimpin politik, harus mempunyai rasa tanggung jawab akan berlangsungnya toleransi politik baik dalam perkataan dan juga perbuatan. Seraya menolak pada suatu hal yaitu “kekuatan adalah kebenaran” (might make right), toleransi politik adalah kunci dari demokrasi.

(16)

pembagian bidang kegiatan dan tanggung jawab yang tuntas dalam tiga lembaga (eksekutif, legeslatif, dan yudikatif), jaminan penuh terhadap kebebasan mengembangkan keyakinan agama dan menyebarkan ajaran spiritual, jaminan penuh terhadap kebebasan melakuan kegiatan ilmiah.

Selain itu, berkenaan dengan demokratisasi pada sistem pemerintahan yang ada, sikap terhadap demokrasi menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan dari tiap aktivitas politik, terutama pada mahasiswa. Hendri B. Mayo (dalam, Muchtar Pakpahan, 2006) memberikan bentuk-bentuk demokrasi yaitu:

1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan melembaga

2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah (peaceful change in a changing society) 3. Menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur (orderly

succession in rule)

4. Membatasi pemakain kekuasaan seacara teratur (minimum of coercion) 5. Mengakui serta menganggap wajar keaneka ragaman (receive of diversity) 6. Menjamin tegaknya keadilan

(17)

memperoleh hasil perilaku intolerant politic, yang mana dapat mengurangi stabilitas demokrasi dan berkemungkinan berujung pada kehancuran.

Atas dasar latar belakang diatas, maka penulis memberi judul penelitian ini Pengaruh Perlibatan Politik dan Sikap Terhadap Demokrasi dengan Toleransi Politik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran pada latar belakang masalah, maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh Pelibatan Politik dan Sikap Mahasiswa tentang Demokrasi terhadap Toleransi Politik?

2. Dimensi Pelibatan Politik yang manakah yang dapat menjadi prediktor Toleransi Politik mahasiswa?

3. Dimensi Sikap mahasiswa terhadap politk yang manakah yang dapat menjdi prediktor Toleransi politik?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara pokok dan prinsip, tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah peneliti rumuskan diatas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat subtansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan prumusan penelitiannya yaitu:

(18)

2. Menemukan dimensi pelibatan politik apa saja yang dapat menjadi prediktor toleransi politik

3. Menemukan bentuk sikap mahasiswa terhadap demokrasi apa saja yang dapat menjadi prediktor toleransi politik.

1.4 Pembatasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitan ini, maka peneliti membatasi penelitian ini hanya kepada:

1. Pelibatan Politik (political engagement) sebagai ketertarikan (interest), kemanjuran (efficacy), dan pengetahuan (knowledge) dan aktivitas seseroang terhadap dunia politik.

2. Sikap mahasiswa terhadap demokrasi terbagi menjadi beberapa bentuk yaitu : (1) Menyelesaikan perselisihan (2) Perubahan secara damai (3) Pergantian kepemimpinan (4) Pembatasan pemakaian kekuasaan (5) Mengakui keaneka ragaman (6) Menjamin tegaknya keadilan.

3. Toleransi Politik adalah tidak adanya keinginan untuk mempertahankan hak dan juga kebebasan untuk kepentingan golongan pada pemerintahan saja, melainkan memperbolehkan bagi setiap individu untuk mendapatkan kebebasan berpolitik dan terbuka demi terjalinnya pembedaan politik (Gibson & Bingham, 1992).

4. Mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

(19)

Dalam penelitian ini, penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Membahas sejumlah teori yang terkait dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, yaitu teori tentang pelibatan politik, sikap mahasiswa terhadap demokrasi, dan teori yang membahas toleransi politik. Selain itu juga terdapat kerangka berpikir beserta pengajuan hipotesis penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Pada bab ini meliputi jenis pendekatan penelitian, subjek penelitian, variable penelitian, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV: Hasil Penelitian

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai gambaran subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan hasil analisis penelitian.

(20)

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.

BAB II

(21)

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Seperti toleransi politik, pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi. Kemudian kerangka berpikir yang menjelaskan pengaruh pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi dengan toleransi politik dan juga terdapat hipotesis penelitian.

2.1 Toleransi Politik

2.1.1 Pengertian Toleransi Politik

Toleransi politik secara sedarhana dapat diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk membiarkan terjadinya sesuatu walaupun ia sendiri tidak menyukainya dan juga kesediaan seseorang untuk tidak menolak pemberian

“citizenship right” pada kelompok lain yang tidak disukainya (John Sulivan,

1997).

Nazmi maliqi (2011) menambahkan, bahwa toleransi politik adalah fenomena politik dimana politik datang untuk mengungkapkan kesanggupan dan

kemampuan seorang “aktor” politik dalam memaksimalkan usaha perlindungan keamnan dan kedamaian.

(22)

Dilain pihak, James Bohman (2003) mendefinisikan toleransi sebagai suatu hal yang dapat memberikan hak individu, termasuk hak untuk mengekspresikan diri. Toleransi sangat dibutuhkan dalam proses tujuan kemasyarakatan untuk dapat menemukan alasan dari pendapat publik agar dapat diterima atau tidak (James Bohman, 2003).

Avery Patricia (2001) menambahkan, bagi kaum muda, adanya toleransi politik akan dapat menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang yang lebih tua, semakin tinggi nilai moral, semakin tinggi rasa empati, dan juga semakin tinggi penghargaan bagi diri sendiri (self-esteem).

Galambos (2009) memberikan kesimpilan bahwa nilai dalam toleransi politik adalah mengahargai pendapat orang lain, kebebasan berekspresi dan tidak mengahalangi orang lain dalam menentukan pilihan politik.

Dalam penelitian ini, definisi toleransi yang digunakan adalah apa yang telah diungkapkan oleh Pasamonik (dalam Galambos, 2009) mendefinisikan toleransi dalam kebajikan sosial dan prinsip politik, hidup berdampingan secara damai baik individu maupun kelompok dalam satu kumpulan masyarakat yang sama.

2.1.2 Bentuk-bentuk Toleransi Politik

Raphael Cogen dan Almagor (2006) menjabarkan bentuk-bentuk toleransi sebagai berikut :

1. Sikap yang lembut (lenient attitude), adalah menghargai setiap pendapat orang lain, sebab tiap pendapat yang ada memiliki hak yang sama untuk didengarkan.

(23)

3. Tidak adanya keinginan untuk memaksakan pilihan orang lain, sebab memaksakan pilihan orang lain tdak dapat menjembatani hak asasi manusia.

2.2 Pelibatan Politik

2.2.1 Definisi Pelibatan Politik

Pelibatan politik (political engagement) didefinisikan oleh Verba, Burns, dan Scholzman (1997, dalam Septian dan Muluk, 2008) sebagai ketertarikan (interest), keyakinan (efficacy) dan pengetahuan (knowledge) seseorang terhadap dunia politik. Escandel (2004, dalam Septian dan Muluk, 2008) menambahkan bahwa aktivitas politik seseorang dalam dunia politik merupakan bagian dari perlibatan politiknya.

2.2.2 Dimensi Pengukuran Pelibatan Politik

Didalam pelibatan politik, terdapat empat dimensi yaitu : (1) Ketertarikan Politik, (2) Kemanjuran Politik, (3) Pengetahuan Politik, dan (4) Aktivitas Politik.

Ketertarikan Politik

(24)

Almond dan Verba (dalam Iman Septian dan Hamdi Muluk, 2008) menganjurkan perubahan komponen pengukuruan ketertarikan politik dari empat komponen menjadi dua komponen, yaitu ketertarikan terhadap pemilu dan ketertarikan secara umum.

Sedangkan Kim (dalam Septian dan Muluk, 2008) menggunakan index ketertarikan politik dengan menggunakan kombinasi dua variabel, yaitu :

1. Ketertarikan pada kampanye pemilu 2. Ketertarikan pada politik secara umum Kemanjuran Politik (Political Efficacy)

Political efficacy didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk berperan atau mempengaruhi komponen-komponen sistem politik tersebut (Andik Matulessy, 2009). Gurin dan Miller (dalam Matulessy, 2009), mendefinisikan

political efficacy sebagai perasaan bahwa aksi politik harus dilakukan sebagai dampak dari proses politik, sebagai bentuk dari warga negara. Secara sederhana

political efficacy adalah presepsi powerfulness atau powerlessness warga negara pada realitas politik (Andik Matulessy, 2009). Hal ini ditegskan lebih lanjut oleh Zimermman (dalam Matulessy, 2009) bahwa political efficacy merupakan penangkal terjadinya alienasi dan dipahami sebagai bentuk political powerfulness.

Kim (dalam Septian & Muluk, 2008) mendefinisikan kemanjuran politik (political efficacy) sebagai perasaan seseorang bahwa perilaku politik yang dilakukannya akan berdampak pada proses politik yang terjadi.

(25)

(1) political efficacy internal adalah keyakinan seseorang bahwa ia dapat memahami politik dan pemerintah serta dapat mempengaruhi politik dan pemerintah melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukannya. Menurut Barry dan Rosenwein (dalam Halida & Muluk, 2004), orang tidak akan berpartisipasi secara aktif didalam politik jika tidak mengganggap partisipasinya itu akan membuat setidaknya sedikit perbedaan.

(2) political efficacy eksternal adalah keyakinan bahwa pejabat publik responsive terhadap minatnya dan bahwa pemerintah serta institusi politik membantu para pejabat pemerintah untuk menjadi responsif.

Dalam penelitian ini menggunakan definisi Barry & Rosenwein (dalam Halida & Muluk, 2004) yang menjelaskan political efficacy dalam pandangan tradisional sebagai persepsi yang dimiliki seseorang tentang dirinya dan kemampuannya untuk mempengaruhi politik pada situasi tertentu.

Pengetahuan Politik

Carpini dan Keeter (1996) mendifinisikan pengetahuan politik sebagai

the range of factual information about politics that is stored is long term

memory”. Penekanan definisi pada kata informasi ditujukan untuk membedakan

(26)

Penekanan pada informasi faktual ditujukan untuk membedakan pengetahuan politik dari hasil kognisi yang salah atau hasil kognisi yang tidak dapat diuji kebenarannya. Memori jangka panjang untuk membedakan dari informasi yang didimpan pada memori jangka pendek yang kemudian dilupakan. Sedangkan kata tingkatan digunakan untuk membedakan konsep pengetahuan politik yang luas dari sekedar fakta-fakta spesifik tentang hal tertentu saja (Septian dan Muluk, 2008).

Aktivitas Politik

Yang dimaksud dengan aktivitas politik adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan politik, baik aktivitas memilih dalam pemilu (voting), maupun aktivitas selain itu (Milan, 2005). Milan menjabarkan banyak contoh dari aktivitas politik, yaitu mencari informasi tentang isu politik, menandatangani petisi, dan boikot produk, demonstrasi, menghadiri dan berbicara dalam pertemua public, mengekspresikan pendapat pada media atau politisi, dan kerja sukarela untuk partai politik.

Verba, Burns, dan Schlozman (1997) menggunakan aktivitas menyimak berita di media dan diskusi politik sebagian dari pengukuran pelibatan politik seseorang, walaupun tidak menggolongkan keduanya dalam aktivitas politik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran yang telah digunakan oleh Septian dan Muluk (2008) yaitu : diskusi politik, penggunaan media sebagai pengukuran perlibatan politik, dan demonstrasi.

2.3 Sikap Terhadap Demokrasi

(27)

Sikap terhadap demokrasi terdiri dari dua kata, yaitu sikap dan demokrasi. Untuk lebih jelas akan diapaparkan satu per satu pada tiap-tiap sub bab dibwaah ini.

Sikap

Menurut Eagly & Chaiken (1993), sikap adalah kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi entitas tertentu dan diajukan dengan derajat atau tingkat mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Entitas menunjukkan target dari sikap, dan oleh para ahli sosial sering diistilahkan sebagai objek sikap. Allport (dalam David O. Sears dkk, 1993) menambahkan, sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada objek dan simulasi yang berkaitan dengannya.

Krech dan Crutchfield (dalam David O. Sears dkk, 1993) sangat mendukung perspektif kognitif, mendefinisikan sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu.

(28)

Harriman (1995) juga menambahkan, sikap adalah kesiagaan untuk menghadapi dengan cara tertentu jika terjadi situasi yang tepat. Seperti yang di utarakan oleh Bimo Walgito (2002) bahwa sikap dapat berasal dari suatu persepsi, emosi maupun perilaku yang dnampakkan oleh seseorang. Dengan kata lain sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau respons terhadap stimuli sosial yang telah dikondisikan (Kartini kartono, 1994).

Sebagaimana teori diatas, sikap mencakup tiga komponen, yaitu : 1. Sikap merupakan kecenderungan internal

2. Sikap dimanifestasikan dalam bentuk pikiran, emosi dan juga kecenderungan perilaku dalam merespon objek atau stimulus

3. Sikap bersifat evaluative, yaitu mendukung dan tidak mendukung terhadap stimulus.

Demokrasi

Menurut etimologi, istilah demokrasi berasal dari bahsa inggris, yaitu

democracy, sedangkan menurut bahasa yunani, demokrasi berasal dari kata demos

(rakyat) dan kratein (memerintah). Bila kedua kata tersebut digabungkan meka dia

berarti “Rakyat yang Memrintah” atau “pemerintahan rakyat” (Pakpahan. 2006).

(29)

Gaffar (1999) menyebutkan lima indikator bagi sistem pemerintahan yang demokratis, yaitu :

1. Akuntabilitas. Setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya.

2. Rotasi kekuasaan. Dalam demokrasi, peluang akan terjadinya rotasi kekuasaan harus ada, dan dilakukan secara teratur dan damai.

3. Rekrutmen politik yang terbuka. Memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan, diperlukan suatu system rekrutmen politik yang terbuka. Artinya, setiap orang memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan politik yang dipilih oleh rakyat, mempunyai pekuan yang sama dalam melakukan kompeitisi untuk mengisi jabatan tersebut.

4. Pemilihan Umum. Pemilu dilaksanakan secara teratur. Setiap warga Negara yang telah dewasa mempunyai hak untuk memilih dan dipilih, serta bebas menggunakan haknya tersebut sesuai dengan kehendak hati nuraninya. 5. Menikmati hak-hak dasar. Dalam suatu Negara yang demokratis setiap

warga masyarakat dapat menikmati hak-hak dasar mereka secara bebas, termasuk didalamnya adalah hak-hak menyatakan pendapat (freedom of expression), hak untuk berkumpuldan beresikat (freedom of assembly), dan hak untuk menikmati pers yang bebas (freedom of the press).

Hendri B. Mayo (dalam, Muchtar Pakpahan, 2006) memberikan bentuk-bentuk demokrasi adalah:

(30)

8. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah (peaceful change in a changing society) 9. Menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur (orderly

succession in rule)

10. Membatasi pemakain kekuasaan seacara teratur (minimum of coercion) 11. Mengakui serta menganggap wajar keaneka ragaman (receive of diversity) 12. Menjamin tegaknya keadilan

Sikap Terhadap Demokrasi

Berdasar pada bentuk-bentuk demokrasi yang diajukan oleh Mayo (dalam Pakpahan, 2006), maka sikap terhadap demokrasi adalah kecenderungan psikologis seseorang yang menilai segala syarat-syarat nilai suatu demokrasi dari tiga komponen psikologis, yaitu afektif, kognitif, dan konatif.

2.3.2 Komponen Sikap

Michener & Delamater (1999) menyatakan bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu:

1. Komponen Kognitif

Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek sikap.

2. Komponen Afektif

Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.

(31)

Komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak dengan objek sikap. Menunjukkan intensitas sikap, besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Berdasarkan analisis terhadap definisi yang diberikan oleh beberapa ahli, Taylor dkk (1994) menyimpulkan bahwa sikap melibatkan beberapa kategori stimulus yang dievaluasi berdasarkan kognisi, afeksi, dan juga informasi perilaku

Ketiga komponen sikap yang telah disebutkan diatas merupakan suatu kesatuan yang akan dimunculkan berkaitan dengan adanya rangsangan yang diterima individu. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

2.3.3 Fungsi Sikap

Menurut Katz (dalam Bimo Walgito, 2002) sikap mempunyai empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi Instrumental, atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana-tujuan. Disini sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau seagai alat dalam rangka pencapaian tujuan. Jika objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapi tujuannya, orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut, bergitu pula sebaliknya.

2. Fungsi Pertahanan Ego

(32)

orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya tau ego-nya. Misalnya, orang tua mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan ego-nya, dalam keadaan terdesak saat diskusi dengan anaknya.

3. Fungsi Ekspresi Nilai

Sikap yang ada pada drii seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri, seseorang akan mendapatkan kepuasan untuk dapat menunjukkan keadaan dirinya.

4. Fungsi Pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalaman-pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti, seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunujukkan tetang pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan.

2.4 Kerangka Berpikir

Toleransi politik menjadi hal terpenting dalam menjalankan sistem pemerintahan baik negara sampai sistem pemerintahan kampus, terutama kampus-kampus yang menganut sistem student government. Hal ini disebabkan oleh adanya perselisihan dari tiap partai yang ada, baik disaat proses pemilihan umum sampai proeses pemerintahan Badan Eksekutif Mahasiswa telah berjalan.

(33)

yang disebabkan oleh bentrokan antar mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya toleransi politik dalam pelibatan politik mahasiswa.

Sesungguhnya keterlibatan individu dalam politik menuntut individu untuk dapat secara kritis menyampaikan ide-ide, saran, dan bahkan penolakan terhadap suatu kebijakan kepada suatu sistem politik. Lebih khusus pada mahasiswa, yang menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat banyak, menjadi agent of change, memiliki kesiapan untuk meneruskan estafet kepemimpinan, serta selalu kritis dan peka terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya (ketidakadilan, kesewenag-wenangan) (Andik Matulessy, 2009). Namun bila dilihat dari fenomena yang ada, hal tersebut tidak terjadi pada aktifitas politik kampus UIN Jakarta.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Verba, Burns, dan Scholzman (1997, dalam Septian dan Muluk, 2008) pelibatan politik sebagai ketertarikan (interest), kemanjuran (efficacy) dan pengetahuan (knowledge) seseorang terhadap dunia politik. Dimana dari masing-masing variabel tersebut memiliki pengaruh pada toleransi politik.

(34)

politik. Menang dan kalah adalah konsekuensi dalam politik. Maka, suatu pengetahuan politik menjadi hal penting demi berlangsungnya toleransi politik. Individu yang memiliki pengetahuan yang tinggi, maka dirinya akan lebih siap menerima konsekuensi yang ada.

Selain itu, sistem pemerintahan yang demokratis juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya toleransi politik. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ebrahim Fakir (2010) menyatakan bahwa setiap warga negara termasuk pemimpin politik, harus mempunyai rasa tanggung jawab akan berlangsungnya toleransi politik baik dalam perkataan dan juga perbuatan. Seraya

menolak pada suatu hal yaitu “kekuatan adalah kebenaran” (might make right), toleransi politik adalah kunci dari demokrasi.

Dengan demikian, maka setiap individu sebaiknya memiliki sikap terhadap demokrasi yang tinggi, sehingga dapat menumbuhkan toleransi yang tinggi pula. Dalam hal ini, Hendri B. Mayo (dalam, Muchtar Pakpahan, 2006) memberikan bentuk-bentuk demokrasi adalah: (1) menyelesaikan perselisihan dengan damai dan melembaga, (2) menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah (peaceful change in a changing society), (3) menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur (orderly succession in rule), (4) membatasi pemakain kekuasaan seacara teratur (minimum of coercion), (5) mengakui serta menganggap wajar keaneka ragaman (receive of diversity), (6) menjamin tegaknya keadilan.

(35)

Sikap terhadap demokrasi :

sendiri yang salah satunya adalah kebebasan berpendapat, kebebasan memilih (Gaffar, 1999). Hal tersebut di atas adalah dasar pengukuran sikap terhadap demokrasi yang akan dihubungkan dengan toleransi politik.

Jika digambarkan dengan model, maka akan tampak seperti berikut : Table 2.3

Bagan Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis

Bunyi hipotesis utama yaitu : “terdapat pengaruh yang signifikan dari

pelibatan politik dan sikap tentang demokrasi terhadap toleransi politik”.

Dengan demikian maka penulis memiliki hipotesis minor (Ho) sebagai berikut :

Political Interest berpengaruh signifikan pada Toleransi Politik

(36)

Political Efficacy internal berpengaruh signifikan pada Toleransi Poltik  Aktivitas Politik berpengaruh signifikan pada Toleransi Politik

 Pengetahuan Politik berpengaruh signifikan pada Toleransi Poltik  Penyelesaian perselisihan berpengaruh signifikan pada toleransi politik  Perubahan secara damai berpengaruh signifikan pada toleransi politik  Penyelenggaraan pergantian kepemimpinan berpengaruh signifikan pada

toleransi politik

 Membatasi pemakaian kepemimpinan secara tertarur berpengaruh signifikan pada toleransi politik

 Mengakui keaneka ragaman berpengaruh signifikan pada toleransi politik  Menjamin tegaknya keadilan berpengaruh signifikan pada toleransi politik  Jenis kelamin berpengaruh signifikan pada toleransi politik

 Keorganisasian berpengaruh signifikan pada toleransi politik  Jenis organisasi berpengaruh signifikan pada toleransi politik

Kemudian dikarenakan adanya analisis statistik, maka hipotesis utama

tersebut dibalik menjadi hipotesis nihil yang berbunyi bahwa “pelibatan politik

dan sikap terhadap demokrasi tidak mempengaruhi toleransi politik mahasiswa”.

Dengan demikian hipotesis nihil inilah yang akan diujikan pada analisis statistik penelitian.

BAB III

(37)

Dalam bab ini akan dipaparkan tentang pendekatan penelitian, populasi dan sampel,variabel penelitian, teknik pengumpulan data, intrumen penelitian, uji instrumen, dan prosedur penelitian.

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2005). Penelitian ini mengkuantifikasikan pelibatan politik (political engagement), skor sikap terhadap demokrasi, dan skor toleransi politik.

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2008), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi pada penelitian ini yaitu Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu sebanyak 753 Mahasiswa, data tersebut didapatkan dari subag akademik fakultas psikologi UIN Jakarta. Populasi tersebut adalah mahasiswa tahun ajaran 2006 sampai dengan tahun ajaran 2009.

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

(38)

dilakukan secara purposive sampling (sampel bertujuan). Sampel bertujuan dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu (Arikunto, 2002). Sesuai dengan tujuan penelitian, maka karakteristik subjek penelitian ini bersumber pada jumlah populasi yang ada, yaitu sebagai berikut :

1. Mahasiswa Strata-1 fakultas psikologi. 2. Di atas semester 2

3. Di bawah semester 12 3.3. Variabel Penelitian

3.3.1. Definisi Konseptual Variabel

a. Dependen Variabel : Toleransi Politik

Definisi Konseptual : Toleransi politik adalah tidak adanya keinginan untuk mempertahankan hak dan juga kebebasan bagi kepentingan golongan pada pemerintahan saja, serta memperbolehkan bagi hal layak untuk mendapatkan kebebasan berpolitik dan terbuka demi terjalinnya pembedaan politik

b. Independen Variabel : Pelibatan politik dan Sikap terhadap demokrasi Definisi Konseptual Pelibatan politik adalah ketertarikan, kemanjuran,

dan pengetahuan dan aktivitas seseroang terhadap dunia politik.

Definisi konseptual Sikap terhadap demokrasi adalah kecenderungan

psikologis seseorang yang menilai segala syarat-syarat nilai suatu

demokrasi dari tiga komponen psikologis, yaitu afektif, kognitif, dan

konatif.

3.3.2. Definisi Operasional Variabel

(39)

Definisi Operasional : Skor hasil pengukuran dari skala Toleransi politik merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran terhadap indicator-indikator toleransi politik yaitu : menghargai pendapat orang lain, kebebasan berekspresi dan tidak menghalangi orang lain dalam menentukan pilihan politik.

b. Independen Variabel : Pelibatan Politik dan Sikap Mahasiswa terhadap Demokrasi

Definisi Operasional Pelibatan Politik : Skor hasil pengukuran dari skala

Perlibatan politik merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran

terhadap ketertarikan politik, kemanjuran politik (political efficacy),

pengetahuan politik dan aktivitas politik.

Definisi Operasional Sikap terhadap demokrasi : Skor hasil pengukuran dari

skala Sikap terhadap Demokrasi merupakan skor yang diperoleh dari

pengukuran terhadap (1) Menyelesaikan perselisihan(2) Perubahan secara

damai (3) Pergantian kepemimpinan (4) Pembatasan pemakaian

kekuasaan (5) Mengakui keaneka ragaman (6) Menjamin tegaknya

keadilan, melalui afeksi, kognisi dan behavior dari masing-masing dimensi

yang ada.

3.4. Instrumen Pengumpulan Data 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

(40)

Responden diminta untuk memilih salah satu dari 4 katagori jawaban yang masing-masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan

dengan keadaan yang dirasakan responden sendiri yaitu, “Sangat Setuju” (SS),

“Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS), “Sangat Tidak Setuju” (STS). Penskoran

tertinggi diberikan pilihan sangat setuju dan terendah pada pernyataan sangat tidak setuju untuk pernyataan favourable. Selanjutnya pernyataan tertinggi untuk pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat setuju. Setiap katagori memiliki nilai sebagai berikut :

Tabel 3.1

Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif

Khusus untuk pengukuran skor Pengetahuan Poltik (political knowledge).

Alat ukur ini menggunakan tiga pilihan jawaban mulai dari jawaban “salah”, dan

“benar”.

3.4.2. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini akan digunakan tiga alat ukur untuk mengukur variabel yang diteliti. Ketiga skala ini mengukur pelibatan politik, sikap mahasiswa terhadap demokrasi dan toleransi politik.

Kategori Favorable Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

(41)

Skala Toleransi Politik

Dalam mengukur komponen-komponen toleransi politik menggunakan skala yang disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan pengertian dari toleransi politik yaitu : menghargai pendapat orang lain, kebebasan berekspresi dan tidak menghalangi orang lain dalam menentukan pilihan politik.

Setelah dilakukan perhitungan melalui SPSS 17.0, maka dapat diketahui item-item yang valid dan unvalid. Dibawah ini adalah itetm-item yang valid dan unvalid.

Dalam mengukur komponen-komponen Pelibatan Politik menggunakan skala yang disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan pengukuran terhadap rasa tanggung jawab, political interest,political efficacy, dan aktivitas politik.

Setelah dilakukan perhitungan melalui SPSS 17.0, maka dapat diketahui item-item yang valid dan unvalid. Dibawah ini adalah itetm-item yang valid dan unvalid.

Tabel 3.2

(42)

N0 KOMPONEN Favorable Unfavorable JUMLAH

Dalam melakukan pengukuran sikap terhadap demokrasi menggunakan skala yang disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan dimensi sikap terhadap demokrasi.

(43)

4. Membatasi pemakaian

Didalam penelitian ini harus digunakan alat ukur yang valid dan reliable, agar kesimpulan dalam penelitian yang diperoleh tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Pengujian tingkat validitas dan ralibilitas dari ketiga alat ukur dalam penelitian ini dilakukan sebelum diadakan pengambilan data. Pengujian alat ukur ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dapat mengungkapkan hal-hal yang semestinya diukur dari sati variabel. 3.5.1. Uji Validitas Skala

Validitas merupakan representasi dari keakuratan informasi. Validitas artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003). Pada penelitian ini teknik uji validitas yang digunakan adalah Pearson Product Moment, lalu data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS 17.0.

3.5.2. Uji Reliabilitas Skala

(44)

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa reliabilitas adalah sejauh mana instrumen menghasilkan pengukuran yang relatif sama meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur kestabilan dan konsistensi (keajegan) dari jawaban responden terhadap suatu alat ukur psikologis yang disusun dalam bentuk kuesioner. Suatu penelitian yang reliabel yaitu hasil yang diperoleh akan tetap sama apabila diukur pada waktu yang berbeda. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach alpha > 0,60.

3.6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Sebelum turun ke lapangan, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori yang berkaitan secara lengkap kemudian penulis menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala pelibatan politik, skala sikap terhadap demokrasi dan skala toleransi politik.

(45)

mendapatkan data yang diinginkan peneliti kemudian melakukan pengolahan data dan membuang item-item yang tidak valid dalam alat ukur tersebut.

3. Melakukan pengolahan dan pengujian terhadap data yang sudah di dapatkan.

3.7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini, bentuk analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif, yaitu jenis analisis yang mempergunakan alat analisis berupa metode statistik yang hasilnya disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian disajikan dan diintrepetasikan dalam bentuk uraian.

Uji hipotesis digunakan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan utama penelitian yang menggunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui besarnya hubungan dari independent variable (IV), yaitu pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi terhadap dependent variable

(DV) yaitu toleransi politik.

Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan lebih dari satu variabel bebas (independen; prediktor; X).

(46)

Keterangan:

Y' = nilai prediksi Y (tingkat Toleransi politik) a = konstan

b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X X1 = Pelibatan Politik

X2 = Sikap terhadap demokrasi

BAB IV

(47)

HASIL PENELITIAN

Bab berikut ini akan dibahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran responden dan hasil uji hipotesis.

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Responden dalam penelitian ini sebanyak 153 mahasiswa. Pada tabel 4.1 berikut ini digambarkan subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai responden yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi mahasiswa psikologi UIN Jakarta. dengan menggunakan teknik pengambilan sample secara accidental, maka diperolah responden berdasar jenis kelamin sebagai berikut : Tabel 4.1

Distribusi populasi penelitian berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin N Persentase

Laki – laki 70 45,8 %

Perempuan 83 54,2 %

TOTAL 153 100 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perempuan lebih banyak daripada laki – laki. Jumlah perempuan 80, sedangkan laki – laki hanya berjumlah 73. Fenomena populasi seperti ini lazim ditemui pada mahasiswa fakultas psikologi. Sebab, kebanyakan mahasiswa psikologi adalah perempuan.

(48)

Tabel 4.2

Gambaran responden penelitian berdasarkan aktif keorganisasian

Ke-organisasian N Persentase

Aktif 89 58,16 %

Tidak Aktif 64 41,84%

TOTAL 153 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang aktif dalam organisasi sebanyak 58,16%, jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak bergabung dalam organisasi yakni sebanyak 41,84%. Dan dari 89 responden yang aktif dalam organisasi, dibawah ini adalah jenis organisasi apa saja yang mereka ikuti, diantaranya ada sebagian responden yang aktif lebih dari satu organisasi baik ekstra maupun intra kampus.

Tabel 4.3

Lebih Dari satu Organisasi 5 5,63%

TOTAL 89 100%

(49)

menjadi anggota BEM, 14,60% reponden adalah mahasiswa yang tergabung dalam organisasi UKM, 4,49% responden adalah mahasiswa yang tergabung dalam LSO, dan 5,63% responden adalah mahasiswa yang tergabung lebih dari satu organisasi.

4.2 Uji Hipotesis

4.2.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS 17. Dalam regresi ada 3 hal yang dilihat yaitu, melihat apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV, kedua melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing – masing IV.

Langkah pertama, peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variabel terhadap toleransi politik. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel

a. Predictors: (Constant), jenis.organisasi, mengakui.keanekaragaman, political.interest, keorganisasian, pengetahuan.politik, pergantian.kepemp, political.efficacy, perb.sercara.damai, membtsi.kekuasaan.kepemp, menegakakkan.keadilan, meny.perselisihan, aktivitas.politik, gender b. Dependent Variable: toleransi.politik

(50)

political interest, political efficacy, aktivitas politik, pengetahuan politik, menyelesaikan perselisihan, perubahan secara damai, pergantian kekuasaan kepemimpinan, mengakui keanekaragaman, menegakkan keadilan, gender, keorganisasian dan jenis organisasi terhadap toleransi politik. Untuk tabel R square, dapat dilihat sebagai berikut :

TABEL 4.7 Model Summary

a. Predictors: (Constant), MENGKKN.KEDILN, POLITICAL.EFFICACY, PENGETAHUAN.POLITIK, PERGNTN.KEPEMP, PRBHN.SCR.DAMAI,

PEMBTS.KEKUASAAN, AKTIVITAS.POLITIK, MENY.PERSELISIHAN,

POLITICAL.INTEREST, MENGKUI.KEANKRGMN, GENDER,

KEORGANISASIAN, JENIS.ORGANISASI

Dari tabel diatas dapat dilihat perolehan R square sebesar 0.363 atau 36,3%. Artinya proporsi varians dari toleransi politik yang dijelaskan oleh semua independen variabel adalah sebesar 36,3%, sedangkan 63,7% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independen variabel. Jika nilai P < 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap toleransi politik. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel berikut :

(51)

pengetahuan.politik .112 .072 .113 1.548 .124

Toleransi politik = 133,373 + 0,396*Political interest - 2,662*Political Efficacy - 0.018*Aktivitas politik +

0.112*Pengetahuan politik +

0.353*Meny.Perselisihan - 0.153*Perubahan secara damai - 0,015*Pergantian kekuasaan kepemimpinan + 0,029*Pembatasan kekuasaan + 0,298*Mengakui keanekaragaman -

0,11*Meneggakkan keadilan – 1,322*Gender + 1,431*keorganisasian – 0,157*Jenis organisasi

Tabel dibawah ini adalah penjelasan dari persamaan regresi toleransi politik TABEL 4.8

Keterangan Persamaan Regresi Toleransi Politik

NO DIMENSI KONTRIBUSI SIGNIFIKANSI

1 Political interest Positif SIGNIFIKAN

2 Political efficacy Negatif SIGNIFIKAN

3 Aktivitas politik Negatif TIDAK SIGNIFIKAN

4 Pengetahuan politik Positif TIDAK SIGNIFIKAN

(52)

6 Perubahan secara damai Negatif TIDAK SIGNIFIKAN 7 Pergantian kekuasaan

kepemimpinan

Negatif

TIDAK SIGNIFIKAN 8 Pembatasan kekuasaan Positif TIDAK SIGNIFIKAN 9 Mengakui keaneka ragaman Positif SIGNIFIKAN

10 Menegakkan keadilan Negatif TIDAK SIGNIFIKAN

11 Gender Negatif TIDAK SIGNIFIKAN

13 Keorganisasian Positif TIDAK SIGNIFIKAN

14 Jenis organisasi Negatif TIDAK SIGNIFIKAN

Kemudian langkah selanjutnya peneliti menguji penambahan proporsi varians dari tiap independen variabel jika IV tersebut dimasukkan satu per satu ke dalam analisis regresi. Tujuannya adalah melihat penambahan (incremented)

proporsi varians dari tiap IV apakah signifikan atau tidak. Untuk analisis lengkapnya dibahas pada sub bab berikut.

4.2.3 Pengujian Proporsi Varians untuk masing – masing Independent Variabel

(53)

akan dibandingkan dengan harga pada kolom f hitung. Dibawah ini adalah rumus untuk menentukan F hitung :

Pembagi disini adalah R2 itu sendiri dengan df nya (dilambangkan k), yaitu sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 – R2) dibagi dengan df nya N – k – 1 dimana N adalah total sampel.

Apabila harga f hitung lebih besar daripada f tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikan akan dituliskan signifikan dan sebaliknya. Yang artinya bahwa penambahan (incremented) proporsi varians dari iv yang bersangkutan, dampaknya signifikan. Besarnya proporsi varians pada toleransi politik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Penghitungan Proporsi Varians Toleransi Politik

(54)

Keterangan :

X1 = political interest X2 = political efficacy X3 = aktivitas politik X4 = pengetahuan politik

X5 = menyelesaikan perselisihan X6 = perubahan secara damai X7 = pergantian kekuasaan kepemimpinan

X8 = pembatasan kekuasaan X9 = mengakui keanekaragaman X10 = menegakkan keadlian X11 = gender

(55)

Dari tabel diatas dapat ringkas sebagai berikut :

 Dimensi political efficacy dalam pelibatan politik memberi sumbangan 2,3% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 3,69.

 Dimensi political interest dalam pelibatan politik memberi sumbangan 6,2% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 10,08.

 Dimensi aktivitas politik dalam pelibatan politik memberi sumbangan 3,9% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 6,52.

 Dimensi pengetahuan politik dalam pelibatan politik memberi sumbangan 3,9% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 7,0.

 Dimensi sikap untuk dapat menyelesaikan perselisihan dalam variabel sikap terhadap demokrasi memberi sumbangan 15,2% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 32,5.

 Dimensi sikap untuk dapat melakukan perubahan secara damai dalam variabel sikap terhadap demokrasi memberi sumbangan 0,7% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 1,51.

(56)

politik. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 0,3.

 Dimensi sikap terhadap pembatasan kekuasaan dalam variabel sikap terhadap demokrasi memberi sumbangan 0,9% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 1,82.

 Dimensi sikap untuk dapat mengakui keanekaragaman dalam variabel sikap terhadap demokrasi memberi sumbangan 2,8% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 6,31.

 Dimensi sikap terhadap penegakkan keadilan dalam variabel sikap terhadap demokrasi tidak memberi sumbangan sama sekali dalam varians toleransi politik. Maka secara otomatis F hitung = 0

 Dan untuk data dari demografi yang dikategorisasikan kedalam proporsi varian, yaitu : jenis kelamin, keorganisasian dan jenis organisasi, ketiga kategorisasi tersebut tidak signifikan secara statistik dalam memberikan sumbangan dalam varian toleransi politik. Masing-masing sumbangannya adalah : jenis kelamin memberi sumbangan 0,1% dengan F hitung = 0,04. Keorganisasian memberikan sumbangan 0,2% dengan F hitung = 0,51. Dan untuk jenis organisasi tidak memberikan sumbangan sama sekali, maka F hitung = 0.

(57)
(58)

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian. Selain itu, bab ini juga akan memuat diskusi dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat

diambil dari penelitian ini adalah : “ada pengaruh yang signifikan dari pelibatan

politik dan sikap terhadap demokrasi dengan toleransi politik”. Hal ini dapat

dilihat melalui nilai R Square sebesar 0,363 atau sebesar 36,3%. Dengan demikian, variabel yang memiliki pengaruh pada toleransi politik sebesar 36,3% besaral dari pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi, sedangkan 63,7% lainnya berasal dari variabel yang tidak terdapat pada penelitian ini.

Bila dilihat secara lebih mendalam, pada dimensi-dimensi yang terdapat pada pelibatan politik, dari empat dimensi yaitu political interest, political efficacy, aktivitas politik dan pengetahuan politik, hanya dimensi political interest (dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05) dan political efficacy

(59)

yang diambil dari demografi, hanya terdapat empat dimensi yang berpengaruh signifikan pada toleransi politik.

Selanjutnya, bila dilihat berdasarkan sumbangan proporsi varian terhadap toleransi politik, terdapat lima sumbangan dimensi yang signifikan, yaitu :

political efficacy, aktivitas politik, dan pengetahuan politik yang berasal dari variabel pelibatan politik. Dan dimensi yang bersumber dari variabel sikap terhadap demokrasi adalah : sikap untuk menyelesaikan perselisihan dan sikap untuk dapat mengakui keanekaragaman. Masing-masing dimensi tersebut memberikan sumbangan varian sebagai berikut : Political efficacy memberikan sumbangan varian sebesar 6,2%, aktivitas politik sebesar 3,9%, pengetahuan politik sebesar 3,9%, sikap untuk dapat menyelesaikan perselisaihan sebesar 15,2%, dan untuk sikap untuk menghargai perbedaan sebesar 2,8%.

5.2 Diskusi

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan di Taiwan oleh Y. Wang dan Lu-heui Chen (2008) yang berjudul Political Tolerance in Taiwan : Democratic Eltism in Polity Under Threat, berkesimpulan bahwa, toleransi politik sebagai salah satu prinsip demokrasi dan sebagai dasar demokrasi agar tetap dapat berjalan. Dengan tidak adanya sikap toleransi yang ada pada rakyat Taiwan, maka memperoleh hasil perilaku intolerant politic, yang mana dapat mengurangi stabilitas demokrasi dan berkemungkinan berujung pada kehancuran suatu bangsa.

(60)

dan menyelesaikan perselisihan secara damai. Sedangkan dimensi yang lain dari teori yang dikemukakan oleh Hendri B. Mayo (dalam, Muchtar Pakpahan, 2006) dalam mengemukakan bentuk-bentuk demokrasi yaitu: menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah (peaceful change in a changing society), menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur (orderly succession in rule), membatasi pemakain kekuasaan seacara teratur (minimum of coercion), dan menjamin tegaknya keadilan tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap toleransi politik. Beralih pada pelibatan politik. Dari pengertian politik itu sendiri, Budiardjo (dalam Sumarno & Lukswara, 1992) mengartikan politik sebagai macam-macam kegiatan dalam suatu sistem negara yang berkaitan dengan proses menentukan tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan itu. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan usaha pemerintah atau aturan-aturan pemerintah yang wajib ditaati dan diperhatikan oleh warganya, sebagai cara pemerintah dalam mencapai tujuan, politik sebagai upaya untuk memimpin dan menyalurkan kekuatan mesyarakat melalui pemerintah, dan penerapan dari suatu tujuan ideologi yang berkaitan dengan urusan negara dan pemerintah.

(61)

kemanjuran (efficacy) dan pengetahuan (knowledge) seseorang terhadap dunia politik. Verba, Burns, dan Scholzman (1997) menggunakan diskusi politik penggunaan media sebagai bagian dari pengukuran pelibatan politik seseorang. Escandel (2004) menambahkan bahwa aktivitas politik seseorang dalam dunia politik merupakan bagian dari pelibatan politiknya.

Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dari empat dimensi pada pelibatan psikologis, hanya political interest dan political efficacy saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi politik. Sedangkan aktivitas politik dan pengetahuan yang dimiliki individu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi politik.

5.3 Saran

Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti membagi saran menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis. Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti dependen variabel yang sama.

5.3.1 Saran Metodologis.

Gambar

Gambaran Umum Subjek Penelitian …………...........
Table 2.3 Bagan Kerangka Berpikir
Tabel  3.1 Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif
Tabel 3.2 Skala toleransi politik
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

terhadap self efficacy penggunaan kondom pada wanita

Perkembangan jaman memaksa kita harus tetap maju dan berinovasi sesuai dengan kebutuhan yang kita kehendaki. Saat ini `pemerintah telah memberikan kesempatan yang

Dari hasil observasi akan diperoleh data aktivitas guru dan siswa dalam proses. pembelajaran matematika dengan penerapan model Realistic

Adapun bentuk wujud kebijakan publik lain yang dapat diambil pemerintah yakni dengan sistem perpajakan yang juga berorientasi kepada potensi dalam hal ini potensi zakat yang

Terbukti bahwa penyemprotan desinfektan kombinasi glutaraldehid dan poli dimetil ammonium klorida sangat efektif dalam membasmi mikroorgaisme yang terdapat pada kandang ayam

Untuk melakukan audit yang baik, saya membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal.. Selain pendidikan formal, untuk melakukan audit, saya tidak

front office sangatlah menentukan dalam memberikan kesan yang baik maupun buruk pada tamu yang mendatangi hotel, sebelum para tamu tersebut menentukan akan menginap