• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKERASAN NEGARA ORDE BARU TERHADAP RAKYAT DALAM TEKS SASTRA INDONESIA: STUDI NEW HISTORICISM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEKERASAN NEGARA ORDE BARU TERHADAP RAKYAT DALAM TEKS SASTRA INDONESIA: STUDI NEW HISTORICISM"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

KEKERASAN NEGARA ORDE BARU TERHADAP RAKYAT DALAM TEKS SASTRA INDONESIA: STUDI NEW HISTORICISM

The Violence State of Orde Baru to The People in Indonesia Literary Texts: Study of New Historicism

Akhmad Taufiq

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember, Jalan Kalimantan 37 Jember Pos-el: akhmadtaufiq1@gmail.com

Abstrak: Tulisan ini mendeskripsikan fenomena kekerasan negara Orde Baru terhadap rakyat dalam teks sastra Indonesia. Deskripsi kekerasan negara tersebut menjadi penting dan relevan dikemukakan karena bagaimanapun kekerasan itu menyisakan trauma sejarah tersendiri bagi rakyat Indonesia. Dalam konteks demikian, teks sastra Indonesia yang merefleksikan kekerasan negara Orde Baru itu dapat diposisikan dan dibaca sebagai bentuk trauma sejarah yang tidak ingin diulang. Oleh karena itu, perspektif new historicism menjadi tepat

digunakan untuk mendedah fenomena teks sastra yang demikian; yakni, dengan cara menyingkap cara beroperasinya kekerasan negara itu melalui struktur represif, struktur ideologi, dan praktik diskursif kekuasaan yang dijalankan. Dengan demikian, diharapkan konteks sejarah masa lalu menemukan daya relevansinya dengan konteks sejarah kekinian.

Kata-kata kunci: kekerasan negara, new historicism, struktur represif,

struktur ideologi, dan praktik diskursif

Abstract: This writing describes a fenomenon of the violence state of

Orde Baru to the people in Indonesia literary text. The description of

the violence in state is important and relevant to show; because that violence leaves a special historical traumatic for the people of Indonesia. In contexts, those Indonesia literary texts reflecting the violence in state of Orde Baru were positioned and read as a historical

(2)

Key words: the violence state, new historicism, repressive structure, ideological structure, and discursive practice

PENGANTAR

Fenomena teks masih menjadi perbincangan menarik, setidaknya hal itu

menandakan bahwa teks merupakan domain yang tidak dapat dinafikan eksistensinya.

Oleh karena peradaban manusia, tidak kurang merupakan rekaman jejak-jejak

kemanusiaan melalui teks, maka teks merupakan konstruksi yang mengabadikan sejarah

peradaban manusia itu sendiri. Penghancuran atas teks dapat dipastikan, sama halnya

dengan penghancuran sejarah peradaban manusia. Sebaliknya, penghormatan dan

pengabadian teks merupakan penghormatan dan pengabadian sejarah peradaban

manusia. Teks dengan demikian menjadi puncak-puncak penanda peradaban

kemanusiaan yang setiap fasenya dapat ditelusuri jejak-jejak perjalanannya. Manusia

dalam konteks itu tidak dapat dipisahkan dari jejak-jejak perjalanan peradabannya.

Bermula dari teks, begitu pula teori new historicsm juga bertolak dari teks.1

Penghormatan teks bagi teori new historicism juga bagian dari penghormatan peradaban

manusia. Oleh karenanya bagi teori new historicsm penghormatan terhadap teks itu

tidaklah logis kalau diberlakukan secara diskriminatif. Idealnya, teks dengan berbagai

sumber dan variasinya meniscayakan sebuah penghormatan yang sama. Dalam konteks

itu teori new historicsm memberikan pandangan khusus, terkait misalnya dengan

beragamnya teks, yakni tidak diperlukannya pembedaan, baik itu bersifat horisontal

maupun bersifat hirarkis-vertikal (Barry, 2010:201).

Berdasarkan pandangan tersebut, Greenblatt dan Gallagher (2000:168-169)

mengemukakan beberapa permasalahan yang muncul dalam konteks kajian new

historicism dan kajian budaya secara lebih luas. Pertama, perilaku atau budaya yang

dikukuhkan dalam teks. Kedua, mengapa pembaca tertentu menganggap karya tersebut

bermakna. Ketiga, perbedaan nilai kritikus dan nilai dalam teks. Keempat, konstruksi

pemahaman sosial yang melatarbelakangi teks. Kelima, kebebasan berpikir yang

digambarkan dalam teks secara eksplisit dan implisit. Keenam, pandangan atau ideologi

Referensi

Dokumen terkait

1. Untuk tujuan-tujuan dari Persetujuan ini dan sesuai dengan prioritas- prioritas masing-masing negara, Para Pihak akan bersama-sama dan secara berkala menyusun

Adapun berbagai informasi dan pengalaman yang dapat diperoleh dari Praktik Pengalaman Lapangan 1 (PPL 1) di SMP Negeri 4 Batang adalah diperoleh dari hasil observasi dan orientasi

Hasil perhitungan yang menghasilkan plot tegangan oxide dengan rapat arus terobosan pada gate oxide MOS yang dilakukan dengan metode integrasi Gauss-Legendre dibandingkan

Di bangku kuliah kita hanya di beri teori- teori saja padahal teori tanpa praktek akan percuma dan mengembalikan kehidupan kita pada waktu sma Yan hanya mendapat teori dan tidak

Dengan demikian berdasarkan hasil data yang diperoleh baik dari tes maupun angket dapat ditarik kesimpulan bahwa mengunakan model pembelajaran Team Game

Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor

Refleksi kritis pada diri (mengembangkan perbaikan diri secara terus menerus). Refleksi kritis dapat dianggap sebagai proses analisis, mempertimbangkan kembali

Salah satu tujuan program pengembangan sumber daya manusia pada Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja peneliti,