• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi program peer group YKAI dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah (studi kasus : SMPN 139 Duren Sawit Jakarta Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi program peer group YKAI dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah (studi kasus : SMPN 139 Duren Sawit Jakarta Timur)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. kerena atas hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW. yang senantiasa menuntun kita kejalan yang di ridhai Allah SWT. Amiin.

Tujuan disusunnya skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sosial Islam Starata 1 (S1). Adapun skripsi ini penulis beri judul “Implementasi Program Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan NAPZA Di Lingkungan Sekolah”

Penulis menyadari tanpa bimbingan dan bantuan dari semua pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Maka penulis haturkan ribuan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Keliwon dan ibunda Nurmiati yang senantiasa mencurahkan kasih sayang serta dukungan moril dan materiil yang tak pernah putus. Kakanda tercinta (bang Edi dan keluarga, mbak Atik dan keluarga, mbak Ris dan keluarga, bang Lilik dan keluarga, bang Suriadi dan keluarga, mbak Rus dan keluarga, bang Maman dan keluarga, serta adikku Iwan dan Inur) seluruh keluarga dan keponakanku yang senantiasa memberikanku motivasi dan do’a demi terselesaikannya skripsi ini. Untuk keluargaku skripsi ini saya persembahkan semoga dapat menambah kesuksesan dalam mewujudkan cita-cita dan kebahagiaan kita. Amiin.

2. DR. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

3. Drs. Yusra Kilun, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Konsenterasi Kesejahteraan Sosial.

(2)

5. Ismet Firdaus, M.Si. selaku sekertaris jurusan Konsenterasi Kesejahteraan Sosial yang selalu memberikan masukan dan nasehat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya Jurusan Konsenterasi Kesejahteraan Sosial yang telah mengalirkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

7. Seluruh Pengurus Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan buku-buku dari berbagai sumber dan literatur yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

8. Dirut YKAI Ibu Winarti Sukaesih dan seluruh staf karyawan dan karyawati YKAI serta guru-guru dan pengurus Peer Group SMPN 139 Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data di lapangan.

9. Sahabatku Fuad, Wening, Fitri, Ika, serta keluarga besar KB/TK Bhakti Insan Cendekia Sarua-Ciputat saya ucapkan terimakasih atas do’a dan dukungannya.

10.Teman-teman Kessos satu nasib dan seperjuangan angkatan 2003, Mari kita bersama-sama mengamalkan ilmu pengetahuan kita agar bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat kelak, Amiin...

11.Sahabat hati yang selalu setia dan sabar menanti, walaupun jarak memisahkan kita namun tak membuat dirimu jemu menemani dan menantiku. Syukron Katsiron atas do’a dan motivasi yang sangat berarti bagi penulis.

Semoga kebaikan kalian semua akan dibalas dengan kebaikan yang setimpal di akhrirat kelak. Amiin. Penulis mohon ma’af atas segala kesalahan dan kekhilafan yang telah diperbuat, baik disengaja maupun tidak disengaja untuk senantiasa melakukan introspeksi diri.

(3)

demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, sehingga bisa memberi saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, Juni 2008

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Modernisasi dan globalisasi di samping menimbulkan dampak positif berupa kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan mekanisasi industri juga memberikan imbas negatif yang tak kalah hebat. Arus moderenisasi dan globalisasi secara perlahan namun pasti menembus sekat - sekat norma tata susila dan budaya suatau bangsa, memberikan perubahan terhadap individu terhadap pemahaman baik buruk, tabu dan juga pemahaman terhadap nilai-nilai spiritualitas agama.

Pemahaman terhadap agama atau hal-hal yang bersifat spiritualitas mengalami pergeseran yang bermakna, agama dipahami secara parsial dan hanya ada pada tataran pemikiran serta minim dalam aplikasinya, sehingga manusia seolah-olah kehilangan pegangan. Kemapanan pada aspek lahiriah lebih mendominasi sedangkan pemenuhan terhadap kebutuhan psikis khususnya spiritual cenderung terabaikan sehingga mengakibatkan individu tersebut mengalami “kegersangan” jiwa. Dalam kondisi tersebut tidak sedikit individu yang terperosok pada tindakan amoral, kriminalitas, pelacuran dan penyalahgunaan NAPZA.

(5)

layaknya orang-orang barat seperti mengenakan pakaian mini, minum-minuman keras dan memakai NAPZA, padahal hal tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Salah satu dari sekian banyak tidakan atau budaya yang tidak sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa adalah merebaknya penyalahgunaan NAPZA di kalangan masyarakat khususnya generasi muda. Problem Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (NAPZA) merupakan suatu tantangan bagi generasi penerus bangsa.1 Mengingat korban terus “berjatuhan” semakin banyak, rumah sakit ketergantungan obat dan panti-panti rehabilitasi telah penuh sesak para pecandu. Hal tersebut merupakan perpenyalahgunaanan dan tantangan yang cukup berat bagi kita dalam mempersiapkan pemimpin bangsa di masa depan.

Arus modernisasi juga telah merubah seluruh struktur kehidupan manusia. Arus ini telah memberi label baru bagi manusia yaitu sebagai “manusia modern”. “manusia modern” seperti diulas Ahmad Mubarok kini terperangkap dalam situasi yang menurut istilah psikolog Humanis terkenal, Rollo May sebagai “manusia dalam kerangkeng”, satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia modern.2

Faktor kemiskinan dan ketimpangan sosial juga merupakan salah satu dampak dari derasnya benturan arus modernisasi dan gobalisasi, anak-anak yang miskin cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dan mengkombinasikan sekolah sambil bekerja. Anak-anak ini, terutama yang tinggal

1

Drs. H. Ahmad Sanusi Mustofa, Problem Narkotika-Psikotropika dan HIV-AIDS,

(Jakarta: Zikrul Hakim 2002), Cet. Ke-1, h.1. 2

Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jiwa dalam Al-Quran.

(6)

di daerah perkotaan, beresiko menjadi target kejahatan terorganisir untuk dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi terselubung, seperti pelacuran, dan terlibat dalam pembuatan, penjualan dan perdagangan obat terlarang.

Kurang lebih 44 juta penduduk Indonesia saat ini berusia 10 s/d 20 tahun, usia yang beresiko tinggi untuk bereksperimen dengan obat terlarang. Walaupun sebagian anak rentan terhadap penipuan, kekerasan, dan manipulasi yang dilakukan orang dewasa. Namun tidak semua anak rentan untuk terlibat dalam kegiatan pembuatan, penjualan, dan peredaran obat-obatan terlarang. Sebagian anak memang lebih rentan dibanding anak lain akibat dari keadaan-keadaan tertentu. (angka perkiraan BPS-1997) sumber BPS (2000) indikator kesejahteraan anak, 1999.3

Hasil penelitian (Hawari, 1990) membuktikan bahwa penyalahgunaan NAPZA menimbulkan dampak antara lain : merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi anti-sosial, merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu-lintas, kriminalitas, dan tindak kekerasan lainnya.4

Perpenyalahgunaanan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya, kriminalitas dan lain sebagainya). Yang memprihatinkan adalah bahwa korban penyalahgunaan NAPZA adalah para

3

ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan Produksi Obat-obatan terlarang di Jakarta,

(Jakarta: Organisasi Perburuhan Internasional, 2004), Cet. Ke-1. h.13. 4

(7)

remaja dewasa muda, mereka yang sedang dalam usia produktif yang merupakan sumber daya manusia atau aset bangsa dikemudian hari. Islam sangat memperhatikan generasi muda penerus bangsa dan agama tentang penyalahgunaan NAPZA sejak zaman dahulu, seperti firman Allah Swt menjelaskan dalam Alqur’an surah Al Maidah ayat 90-91 yang artinya :

“Hai orang-orang yang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan” (Q.S.5:90) 5

“sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (Q.S.5:91) 6

Banyak hal yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meminimalisir penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja salah satu diantaranya adalah dengan cara mengembangkan suatu rencana aksi nasional tentang penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan anak yang diwujudkan dalam suatu keputusan presiden (No.59, Agustus 2002). Rencana aksi nasional ini akan dilaksanakan dalam masa 20 tahun, rencana nasional ini juga telah menetapkan

5

Departemen Agama RI; Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung, CV Penerbit Diponegoro 2005) Cet ke-3, h.123

6

(8)

lima jenis bentuk pekerjaan yang dilakukan oleh anak yang harus segera dihapuskan dalam kurun waktu 5 tahun. Yaitu anak-anak yang terlibat dalam penjualan, pembuatan, dan pengedaran obat-obatan terlarang, perdagangan anak untuk dilacurkan, anak-anak yang bekerja di sektor alas kaki, anak-anak yang bekerja di penambangan dan anak-anak yang bekerja di perikanan lepas pantai.7

Mengingat bahaya NAPZA memiliki dampak yang luas dan berdampak negatif bagi generasi muda penerus bangsa, maka YKAI, BNN, BNP dan sekolah SMPN 139 Jakarta membentuk program penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah yang melibatkan siswa di dalamnya yaitu dalam bentuk program Peer Group ( kelompok teman sebaya ).

Berpijak pada latar belakang penyalahgunaan di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap peran lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “Implementasi Program Peer

Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan NAPZA Di

Lingkungan Sekolah” (Studi di SMPN 139 Jakarta).

B. Batasan Dan Perumusan Masalah

Uraian di atas menggambarkan betapa NAPZA dapat menimbulkan dampak negatif yang begitu luas dalam kehidupan masyarakat khususnya remaja sebagai cikal bakal generasi penerus bangsa, baik dipandang dari segi psikologik ( psikologis, perkembangan syaraf otak, mental, jiwa, dan spiritual ) maupun

7

(9)

psikiatrik ( fisik, perkembangan tubuh dan kesehatannya ). Dengan membentuk suatu program Peer Group merupakan salah satu cara atau metode yang digunakan dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

Agar lebih terarah peneliti membatasi objek penelitian pada sekolah SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM yang sudah menjadi PILOT PROJEC YKAI, ILO, dan IPEC. Berkaitan dengan hal tersebut diajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa saja yang menjadi program inti Peer Group YKAI dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah ?

2. Bagaimana sistem koordinasi program Peer Group YKAI dengan BNN dan RSKO dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah?

3. Bagaimana sistem rujukan yang dilakukan dalam program peer group terhadap RSKO dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan rumusan penyalahgunaan di atas, yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah:

(10)

2. Untuk mengetahui bagaimana koordinasi program Peer Group YKAI dengan BNN dan RSKO dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah

3. Untuk mengetahui bagaimana sistem koordinasi antara program peer group dengan RSKO.

Adapun manfaat penelitian adalah :

1. Penelitaian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi para praktisi pendidikan di sekolah dalam rangka meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan di sekolah dalam rangka mengatasi maraknya penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

3. Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai program Peer Group bagi siswa dan orangtua yang dilakukan oleh sekolah yang bekerjasama dengan beberapa LSM (lembaga swadaya masyarakat), pemerintah dan masyarakat luas dalam mengatasi penyalahgunaan penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

D. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian

(11)

2. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM, dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut telah menjadi PILOT PROJEC YKAI dalam hal meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah. Hal ini sesuai dengan maksud penelitian, yaitu tentang Implementasi Program Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

3. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit. Satu kasus tunggal-pun dapat dipakai, bila secara potensial memang sangat sulit bagi peneliti memperoleh kasus lebih banyak, dan bila dari kasus tunggal tersebut memang diperlukan banyak informasi yang sangat mendalam.8

4. Sumber Data

Sumber data adalah subjek utama dalam meneliti penyalahgunaan di atas untuk memperoleh data-data yang kongkret. Adapun sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer.

Data primer adalah data utama yang terdiri dari kata-kata dan tindakan. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil wawancara dengan responden yaitu siswa/i SMPN 139 Jakarta serta

8

(12)

hasil observasi pada subjek penelitian yaitu para anggota Peer Group SMPN 139 Jakarta.

b. Sumber Data Sekunder.

Data sekunder adalah data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, makalah, dan hasil kajian tertentu dari berbagai literatur yang berhubungan dengan NAPZA

5. Tekhnik Pengumpulan Data.

Adapun tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara berkomunikasi langsung atau tidak langsung yaitu dengan mempergunakan tekhnik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.9 peneliti terjun langsung ke wilayah penelitian untuk mengamati kegiatan pelaksanaan program Peer Group dan ikut serta di dalamnya baik penulis sebagai pembimbing maupun fasilitator saja, sekedar untuk mengamati jalannya kegiatan.

b. Wawancara

Wawancara (interview) Yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.10 untuk memperoleh data yang akurat, maka penulis melakukan tanya jawab secara lisan dan langsung bertatap

9

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h.53

10

(13)

muka dengan pembimbing lapangan dan pengurus program yang ada di sekolah SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM.

6. Alat Bantu Pengumpulan Data

Untuk memudahkan pengumpulan data, maka peneliti membutuhkan alat bantu yang akan digunakan selama wawancara berlangsung yaitu dengan alat perekam suara (tape recorder)

7. Analisis Data

Yang dimaksud analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa yang disarankan oleh data.11

Adapun dalam teknik penulisan dan transliterasi menggunakan buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang disusun oleh Tim Penulis diterbitkan oleh CeQDA Juni 2007.

11

(14)

E. Sistematika Penulisan.

Penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas lima bab dimana antara bab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Untuk lebih jelas berikut adalah sistematikanya:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Batasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Bab ini membahas tentang : Implementasi Program Peer Group mencakup, Pengertian Peer Group, Program Peer Group; dan Penyalahgunaan NAPZA meliputi : Pengertian NAPZA, Faktor-faktot penyebab penyalahgunaan NAPZA, dan Dampak penyalahgunaan NAPZA.

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas tentang : Sejarah Berdirinya SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM, visi-misi, struktur organisasi, Keadaan Siswa, Sarana dan prasarana. Sejarah Berdirinya YKAI, Visi-misi, Lintas Program YKAI, Susunan pengurus YKAI, Program YKAI, Karyawan dan Staf dan Program Per Group di SMPN 139 Jakarta.

BAB IV IMPLEMENTASI PROGRAM PEER GROUP YKI DALAM

MEMINIMALISIR PENYALAHGUNAAN NAPZA DI

(15)

Bab ini membahas tentang : Pelaksanaan Inti Program Peer Group, Koordinasi Program Peer Group, Rujukan Bagi Anak Yang Terlibat Penyalahgunaan NAPZA.

BAB V PENUTUP

(16)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Program Peer Group I. Pengertian Peer Group

Peer Group ( kelompok Teman Sebaya ) merupakan salah satu program YKAI yang bertujuan untuk meminimalisir masalah penyalahgunaan NAPZA di masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah. Peer Group SMPN 139 telah terbentuk sejak bulan Mei 2005. Peer Group ini terbentuk ketika dijadikannya SMPN 139 Jakarta sebagai Pillot Project “ Pencegahan Anak yang Terlibat Narkoba (Child Drugs Trafficking) di lingkungan sekolah ” oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang didukung oleh International Labour Organization (ILO) yaitu sebuah badan PBB yang bergerak di bidang tenaga kerja.

Dengan adanya program ini diharapkan agar penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah dapat diminimalisir dan tidak ada lagi penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah dimasa yang akan datang. Sebelum penulis menjelaskan lebih lanjut tentang program Peer Group, penulis merasa perlu untuk menggambarkan terlebih dahulu tentang defenisi dari Peer Group.

(17)

Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian-pengertian yang berbeda mengenai Peer Group, tergantung dari jenis sumbernya dan tokoh yang merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan adanya sudut pandang yang berbeda berdasarkan latar belakang pendidikan dan sumber yang dipakai akan tetapi secara substansial memiliki titik tekan yang sama.

Secara ethimologi kata Peer Group berasal dari bahasa Inggris yaitu Peer yang berarti teman sebaya, sedangkan Group berarti kelompok.12 Jadi arti Peer Group adalah kelompok teman sebaya. Dalam pengertian lain kelompok teman sebaya dapat dibagi dalam tiga suku kata yaitu “1``1kelompok” memiliki arti kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu sendiri atau kumpulan orang yang memiliki atribut sama, “teman” memiliki arti kawan, sahabat atau orang yang bersama-sama bekerja, dan “sebaya” memiliki arti baya.13

Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas di bawah ini penulis mengutip beberapa defenisi dari berbagai literatur antara lain sebagai berikut :

a. Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dalam bukunya yang berjudul “Prosedur penanganan dan pencegahan

12

Laila Saniyah, Kamus Mini Praktis Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris,

(Surabaya, Karya Agung, 1999), h. 177 13

(18)

perdagangan narkoba di sekolah” memberikan pengertian bahwa Peer Group adalah kelompok teman sebaya dimana kelompok teman sebaya tersebut yang dibentuk oleh sekolah dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang bahaya NAPZA dan pencegahannya bagi teman-teman mereka.14

b. Menurut WFConnell (1972) kelompok teman sebaya (peer frienship group) adalah kelompok anak-anak atau pemuda yang berumur sama atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai dengan masa remaja (adolesence).15

c. Peer Group (kelompok teman sebaya) yaitu suatu kelompok dimana di dalamnya terdapat komunitas yang memiliki umur yang sama (sepantaran) dan melakukan suatu kegiatan bersama yang memilki manfaat bagi setiap individu.16

d. Peer Group (kelompok teman sebaya) adalah orang-orang seumurmu dan kelompok sosialnya, seperti teman sekolah, teman sekerja atau tetangga.17

2. Program Peer Group

Dalam pelaksanaan program peer group di sekolah para siswa/i dibantu dengan guru pembimbing, YKAI sebagai lembaga yang menjadi motor

14

YKAI, Prosedur Penanganan dan Pencegahan Perdagangan Narkoba di Sekolah,

(Jakarta : 2006), h. 15 15

Peran Guru Dalam Pendidikan (http://bkt_bg_isi.gif,.htm) 16

Tekanan Teman Sebaya (http://situs.kesrepro.info/krr/agu/2002/utama02.htm) 17

(19)

penggerak kegiatan peer group di sekolah telah memberikan rancangan program secara komprehensip sehingga memudahkan guru pembimbing dan siswa/i pengurus peer group. Adapun program Peer Group SMPN 139 adalah antara lain :

a) Melakukan SIDAK, yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas pada setiap bulannya dengan waktu dan hari yang telah disepakati oleh para guru tanpa diketahui oleh para siswa/i. Hal ini bertujuan agar siswa/i tidak mudah mengelak ketika ditemukan barang terlarang di dalam tas-nya.

b) Melakukan tes urine pada setiap siswa yang diduga menggunakan NAPZA, hal ini dilakukan berdasarkan penelitian guru terhadap siswa, terlihat dari perubahan fisik anak dan tingkah laku anak yang berubah. Contoh perubahan fisik anak antara lain seperti : “ sering ngantuk di kelas, badan yang semakin kurus, loyo (tidak ada gairah hidup) ”, dan perubahan tingkah laku antara lain ; “ suka membuat onar di lingkungan sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, merosotnya nilai ulangan dan nilai raport. Kegiatan ini dilakukan atas kerja sama SMPN 139 Jakarta dengan BNN (Badan Narkotika Nasional).

(20)

tua dapat menemukan solusi agar siswa tersebut tidak berlarut-larut terperangkap dalam dunia hitam yang dapat merusak masa depannya. Dari hasil keterangan program Peer Group di atas telah melakukan beberapa tahap intervensi, dalam ilmu kesejahteraan sosial dikenal dua bentuk intervensi sosial, menurut Rothman, Trophman dan Erlich intervensi tersebut yaitu:18

a. Intervensi mikro merupakan intervensi yang digunakan dalam lingkup kecil dan memusatkan pada dua metode yaitu bimbingan sosial perseorangan (sosial casework) dan bimbingan sosial kelompok (social group working).

b. Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok dan keluarga, yaitu organisasi, komunitas baik di tingkat lokal, regional maupun nasional secara utuh. Praktek makro berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih luas dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat. Intervensi makro mencakup: ‘pengembangan masyarakat lokal’ (lokality development), ‘perencanaan sosial’ (social planning), ‘kebijakan sosial’ (social policy), dan ‘administrasi dan manajemen’ (administration and management).

Menurut The Gulbenkian Foundation (1970 : 3-34), intervensi makro dapat diidentifikasikan pada tiga tingkatan yang menggambarkan cakupan komunitas yang berbeda dimana intervensi makro dapat diterapkan melalui:19

a. Grass root ataupun neighbourhood work (agen perubahan melakukan intervensi tehadap individu, keluarga dan kelompok masyarakat yang berada di daerah tersebut. Misalnya saja dalam suatu kelurahan ataupun rukun tetangga);

b. Lokal agency dan inter-lokal agency work (agen perubahan melakukan intervensi terhadap organisasi ‘payung’ di tingkat lokal, provinsi ataupun tingkat yang lebih luas, bersama jajaran

18

Isbandi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 57-58

19

(21)

pemerintahan yang terkait serta organisasi non pemerintah yang berminat terhadap hal tersebut);

c. Regional dan national community planning work (misalnya saja, agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan pembangunan ekonomi, ataupun isu mengenai perencanaan lingkungan yang mempunyai cakupan lebih luas dari bahasan ditingkat lokal).

Dalam merancang sebuah program ada beberapa tahapan yang harus dilalui, tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :20

a. Tahap persiapan ( engagement)

Pada tahap persiapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan yaitu : pertama, penyiapan petugas yaitu tenaga lapangan yang dilakukan oleh community worker, dan kedua, penyiapan lapangan merupakan masyarakat yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara no-ndirective.

b. Tahapan pengkajian (assesment)

Proses assesment dapat dilakukan secara individual melalui siswa/i (key person, tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok dalam lingkungan sekolah). Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien

c. Tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan (designing) Pada tahap ini petugas sebagai agent perubah (change agent) secara partisipatif mencoba melibatkan siswa/i untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

20

(22)

Dalam konteks ini siswa/i diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan

d. Tahapan pemformulasian rencana aksi (designing)

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untuk memformulasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal terhadap pihak penyandang dana.

e. Tahapan pelaksanaan program atau kegiatan (implementation) Dalam upaya melaksanakan program peer group, peran siswa/i sebagai anggota diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan anggota Peer Group merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang sudah dilaksanakan dengan baik melenceng saat di lapangan.

f. Tahapan evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari anggota dan petugas lapangan Peer Group terhadap siswa yang terlibat dalam penyalah gunaan NAPZA. Dengan keterlibatan anggota tersebut diharapkan dalam jangka pendek dapat memberikan arahan dan bimbingan agar siswa/i tidak terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA dan untuk jangka panjang dapat menjadi benteng bagi setiap diri siswa/i dari penyalahgunaan NAPZA.

(23)

Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal dengan pillot project. Dalam tahap ini petugas diharapkan tidak meninggalkan klien mereka dengan tiba-tiba walaupun proyek telah berakhir. Petugas harus tetap melakukan pemantauan dan koordinasi meskipun tidak secara rutin, kemudian secara perlahan mengurangi koordinasi atau pemantauan dengan klien sehingga klien memiliki kemandirian dalam melaksanakan program yang telah dijalankan.

B. Penyalahgunaan NAPZA 1. Pengertian NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA bukan hanya terjadi di Indonesia namun telah menjadi “wabah” berbahaya pada negara-negara berkembang di dunia dan menggelembung menjadi wabah internasional..

Dengan demikian usaha untuk meminimalisir penyalahgunaan NAPZA dan upaya untuk melakukan rehabilitasi terhadap masyarakat yang telah ketergantungan NAPZA adalah satu keniscayaan mengingat banyak korban berasal dari kalangan remaja yang merupakan cikal bakal pemimpin di masa depan.

(24)

Jika ditelaah dari berbagai sumber akan kita jumpai pengertian-pengertian NAPZA secara berbeda, hal ini tergantung dari jenis sumbernya dan dari sudut pandang mana istilah tersebut didefinisikan.

Kata narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu “ narcotics ” yang berarti obat yang menidurkan atau obat bius.21 Dalam pengertian lain narkotika mempunyai arti obat yang berfungsi menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau rangsangan ( opium, ganja dan sebagainya ).22

Narkotika atau yang sering diartikan drugs juga diartikan sebagai zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu, bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkan ke dalam tubuh, pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dengan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dalam dunia medis yang bertujuan untuk dimanfaatkan dalam dunia pengobatan dan kepentingan manusia, seperti dibidang pembedahan, penghilangan rasa sakit dan lain-lainnya.23

Sementara organisasi kesehatan dunia (WHO) telah memberikan batasan tentang drugs (narkotika) yaitu, “setiap zat yang jika masuk dalam

21

S. Warjowarsito. Tito W, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. (Bandung, 1980), h. 122

22

Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, Depdikbud, 1998), h. 90 23

(25)

organisme hidup akan mengadakan perubahan pada suatu atau lebih fungsi-fungsi organisme tersebut ”.24

Sedangkan UU No. 22 tahun 1997 memberikan pengertian tentang narkotika, yaitu :

Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika dibedakan dalam golongan-golongan. Golongan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu :

Golongan I

Golongan pertama dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang untuk kepentingan selainnya (pasal 5). Dalam pengawasan yang ketat dari Menteri Kesehatan (pasal 9). Contohnya yaitu : 1. Tanaman Papaver Somniferum L.

2. Opium.

3. Tanaman Koka, Daun Koka, Kokain Mentah, Kokain. 4. Heroin, Morphine.

5. Ganja.25

Golongan II

Golongan kedua adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi digunakan sebagai pilihan terakhir

24

Dadang Hawari, Konsep Islam Memerangi AIDS dan NAZA, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasha, 1996), h. 100

25

(26)

dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya yaitu :

1. Alfasetilmetadol. 2. Benzetidin. 3. Betametadol.26 Golongan III

Golongan ketiga adalah golongan yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, adapun macam-macamnya adalah :

1. Asetilidihidrokodein 2. Dokstroprosifem 3. Dihidrokodeina.27 Alkohol

Sebagaimana narkoba, alkohol bagi banyak orang di Indonesia bukan barang yang asing lagi. Alkohol sering disebut minimum keras. Jika digambarkan alkohol adalah sebagai berikut.

Nama kimia alkohol yang terdapat dalam minuman beralkoholialah etil alkohol atau etanol, yang sering juga disebut sebagai grain alkohol sebagai lawan dari wood alkohol yang sangat toksik dan kimianya adalah metil alkohol atau metanol. Etil alkohol adalah cairan jernih, tidak berwarna, dan rasanya pahit. Jadi yang dimaksud alkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol.

Alkohol dapat diperoleh melalui proses fregmentasi (peragian) oleh mikroorganisme (sel ragi), dari gula, sari buah, biji-bijian, madu, umbi-umbian

26

Ibid, h. 3 27

(27)

dan getah kaktus tertentu. Melalui proses fregmentasi hanya dapat diperoleh minuman beralkohol yang kadarnya tidak lebih dari 14 %, sebab sel ragi akan mati bila kadarnya lebih tinggi. Kebanyakan bir berkadar alkohol 3-5 %, anggur berkadar 10-14 %, sherry, port, dan mus katel berkadar 20 %. Sedangkan wiski, rum, gim, vodka dan brendy kadarnya 40-50 %.28

Dalam penggolongannya alkohol dibagi dalam tiga golongan yaitu : 1. Golongan A berkadar alkohol 01% - 05%

2. Golongan B berkadar alkohol 05% - 20% 3. Golongan C berkadar alkohol 20%- 50% 29

Psikotropika

Psikotropika sebagaimana narkotika juga dijelaskan pada UU No 5 tahun 1997 adalah:

Zat atau obat, baik yang alamiah maupun yang sintesa bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Adapun macam-macamnya dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok seperti yang dijelaskan pada UU No 5/1997 sebagai berikut:

Golongan I

Golongan pertama yaitu psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Adapun contohnya yaitu:

1. MDMA yang dikenal dengan nama Ectasy

28

Satya Joewana, Gangguan Penggunaan Zat, (Jakarta : PT Gramedia, 1989), h. 34 29

(28)

2. N-etil MDA juga terdapat dalam kandunganEctasy 3. MMDA juga terdapat dalam kandungan Ektasy.30 Golongan II

Psikotropika golongan kedua adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan trapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun jenisnya yaitu:

1. Amfetamina dikenal dengan nama shabu-shabu 2. Buprenorfina

3. Butalbital.31 Golongan III

Psikotropika golongan III adalah yang berkhasiat untuk pengobatab dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun contoh jenis-jenisnya yaitu:

1. Amobarbital 2. Buprenorfena 3. Butalbital32 Golongan IV

Psikotropika golongan keempat ini adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalan terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun jenis-jenisnya adalah:

1. Diazepam yang dikenal dengtan nama Nipam, BK, Megadon 2. Nitrazepam

30

Ibid, h. 3 31

Ibid, h. 4 32

(29)

3. Nordazepam.33

Zat Adiktif

Dalam bahasa yang sederhana zat aiktif adalah zat yang dapat menimbulkan ketagihan, kecanduan atau ketergantungan. Dalam turunan jenisnya yang dijelaskan oleh Dadang Hawari, zat adiktif ini terdiri dari yaitu :

a) Sedativa dan hipnotika

Ada beberapa golongan yang dimasukkan dalam kelompok sedativa hipnotika, yaitu barbiturat, zat yang mirip barbiturat, benzodiadepin, karbamat, klonalhidrat dan paraldelhida. Zat-zat tersebut di atas berbeda kerja parmotologinya, onset, maupun lama kerjanya, tetapi diantara mereka terdapat toleransi dan ketergantungan silang. Juga terdapat toleransi dan ketergantungan silang dengan alkohol.

b) Amatamin

Amfetamin adalah stimulasi susunan syaraf seprti kokain, kafein, nikotin dan katir.

c) Halusinogen

Pada tahun 1954, A Hoffer dan A Osmond memperkenalkan istilah halusinogen untuk memberi nama kepada zat-zat tertentu yang dalam jumlah sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran dan perasaan seseorang serta manimbulkan halusinasi, sebagian zattersebut merupakan senyawa sintenik.

d) Fensiklisida

Fensiklisida adalah suatu senyawa yang larut baik dalam air maupun dalam alkohol. Zzat ini pada tahun 1963 dipasarkan sebagai anestika dengan nama sernyl. Tetapi kerena efek sampingnya, pada tahun 1965 ditarik dari pasaran, pada tahun 1967, muncul lagi dipasaran dengan nama serylan untuk keperluan anestesia hewan. Dipasaran gelap zat ini sering dicampuri ganja.

e) Inhilasia dan Solven

Yang digolongkan Inhilasia dan solven ialah gas dan zat pelarut yang mudah menguap berupa senyawa organik. Gas atau zat tersebut dimasukkan dalam plastik lalu dihirup. Inhilasia dan solven terdapat pada berbagai barang-barang keperluan rumah tangga, kantor, dan pelumas mesin. Intoksikasi akut dengan zat ini bisa berakibat fatal, sedangkan pada pemakain pelumas kronis dapat merusak berbagai organ tubuh, misalnya otak, ginjal, paru-paru, jantung, dan sum-sum tulang.

f) Nikotin

33

(30)

Nikotin terdapat pada tanaman tembakau. Kadar nikotin dalam nikotin berkisar 1-4 % dalam satu batang rokok terdapat sekitar 1,1 mg nikotin. Rokok tembakau selain mengandung nikoti juga mengandung bahan-bahan lain yaitu zat-zat organik lain dan tambahan-bahan (additive)

g) Kafein

Kafein atau 1, 3, 7 trimetilsantin adalah alkaloid yang terdapat dalam tanaman kopi arabika, kopi robusta dan idopiliberica. Biji kering kopi jenis ini mengandung 1-1,5 % kafein dan 2-2,3 % kafein. Daun teh selain mengandung teobromin juga mengandung kafein. Kafein ini juga terdapat dalam minuman kola dan berbagai obat bebas.34

Zat tersebut apabila digunakan tidak berdasarkan aturan yang ditetapkan dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan, bila sudah demikian maka akan berakibat fatal bagi si pemakai, salah satunya yaitu dapat merusak organ tubuh.

Tidak seluruh zat atau obat menimbulkan adiksi dan defendensi pada pemakaiannya. Zat atau bahan (obat) yang dapat adiksi atau defedensi, adalah zat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Keinginan yang tak tertahankan (an over powering desire)

b) Kecenderungan untuk menambah takaran (dosis) sesuai dengan toleransi tubuh

c) Ketergantunagn psikis (psychological depedence), apabila pemakaian zat di hentikan akan menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi, dan lain-lain gejala psikis.

d) ketergantungan fisik (physical depedence), apabila pemakaian zat ini dihentikan, akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus NAPZA (wtihdrawl syntomp).35

2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Sebagaimana disinggung pada bab pendahuluan, Arus modernisasi telah merubah seluruh struktur kehidupan manusia. Arus ini telah memberi label

34

Satya Joewana, op cit, h. 34 35

(31)

baru bagi manusia yaitu sebagai “manusia medern”. “manusia modern” seperti diulas Ahmad Mubarok kini terperangkap dalam situasi yang menurut istilah psikolog Humanis terkenal, Rollo May sebagai “manusia dalam kerangkeng”, satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia modern.36

Sebagai akibat dari derita psikis itu manusia modern kini terjangkit gangguan kejiwaan yang antara lain kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku menyimpang dan psikosomasis.37

Dalam kondisi cemas, kesepian, dan kebosanan yang diderita berkepanjangan, meyebabkan seseorang tidak tahu persisi apa yang diilakukan. Ia tidak bisa memutuskan sesuatu, dan ia tidak tahu jalan mana yang harus ditempuh. Dalam keadaan jiwa yang kosong dan rapuh ini, maka ketika seseorang tidak mampu berfikir jauh, kecenderungan kepada memuaskan motif kepada hal-hal yang rendah menjadi sangat kuat, karena pemuasan atas motif kepada hal-hal yang rendah sedikit menghibur.38

Pemuasan atas motif tersebut kemudian nereka wujudkan dengan menyalahgunakan NAPZA (narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya). Hingga penyalahgunaan NAPZA kini telah menjadi tren baru bagi manusia modern.

Penyebab penyalahgunaan NAPZA memang sungguh kompleks, namun jika kita ingin membuat rumusan tentang penyebab penyalahgunaan NAPZA,

36

Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jiwa dalam Al-Quran.

(Jakarta : Paramadina, 2000), h. 7 37

Ibid, h. 8 38

(32)

terdapat dua faktor besar yang dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA yaitu :

a. Faktor Intern

Yang dimaksud faktor intern adalah salah satu penyebab yang berasal dari dalam seorang individu yang menyalahgunakan NAPZA. Faktor intern ini terlihat jelas pada kaum remaja an mereka yang menginjak dewasa dini yang berusia sekitar 15-25 tahun, dan merupakan kelompok pemakai terbesar NAPZA saat ini. Ada beberapa masa periode remaja dan dewasa dini yang menyebabkan peluang untuk menggunakan NAPZA itu besar.39 1. Periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan

harapan- harapan sosial baru dn juga memainkan peran baru, pada periode ini mereka diharapkan mampu mengadakan penyesuaian diri secara mandiri. Apabila mereka menemui kesulitan-kesulitan yang sukar daiatasi, mereka ragu-ragu meminta pertolongan orang lain, enggan dan takut disebut belum dewasa, karena ketidakmampuan tersebut akhirnya mereka lari ke NAPZA sebagai penghibur.

2. Masa keterasingan sosial dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, pada masa ini ketidakmampuan dia masuk dunia dewasa menyebabkannya mersa tersaing dan terpencil (terisolasi) lalu mereka lari ke dunia NAPZA sebagai penghibur jiwa mereka. Mereka juga mengalami masa perubahan nilai, msa mandiri dan masa ketergantungan.

Pada masa dewaa dini dan masa remaja ini kondisi mental mereka dalam keadaan labil sehingga dengan mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya untuk bertindak dan berbuat hal-hal yang negatif, sehingga mereka dengan mudah terpengaruh untuk menggunakan NAPZA.

b. Faktor Ekstern

Faktor ini merupakan penyebab yang berasal dari luar individu yaitu dari lingkungan sekitarnta. Lingkungan sekitar dapat dikelompokkan pada tiga lingkungan, yaitu lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat

39

(33)

dimana mereka bergaul dengan teman-teman di lingkunagan sekitarnya. Kedua lingkungan ini disebut juga sebagai lingkungan sosial.

Lingkungan sosial adalah lingkungan dimana tempat orang-orang yang berinteraksi dan merupakan suatu keseluruhan, yang tentu saja individu kelah dengan kelompok sosial, kelompok ini bisa berinteraksi karena ada kesamaan ciri dan karakter sehingga saling tumbuh rasa solidaritas dalam kelompok sosial tersebut.40

Dan terakhir adalah lingkungan keluarga yaitu lingkungan dimana dia tinggal di rumah yang terdiri dari ayah, ibu dan saudara. Lingkungan keluarga merupakan kontributor terbesar seseorang dalam menyalahgunakan NAPZA, sebagai mana dikemukakan oleh peneliti Rutter (1980) tentang hal tersebut, bahwa:

1. Kematian orangtua (broken home by death)

2. Kedua orangtua bercerai atau pisah (broken home by divorce/seperations)

3. Hubungan kedua orangtua dengan anak tidak harmonis (poor parent child relationship)

4. Suasana rumah tangga yang tegang (high tensions) 5. Suasana rumah tangga tanpa kehangatan (low warmth) 6. Orangtua sibuk dan jarang di rumah (absence)

7. Orangtua mempunyai kelainan kepribadian (personality disorder)41

Adalah penyebab terbesar sehingga seseorang terutama remaja terlibat dalam penyalhgunaan NAPZA. Sehingga hubungan yang baik dalam lingkungan keluarga sesungguhnya adalah senjata yang paling ampuh agar seseorang tidak terkena dan terjangkit pada ketergantungan NAPZA.

40

Gerungan DIPL, Psikologi Sosial, (Bandung : Eresco, 1996), Cet ke-11, h. 94-95 41

(34)

Sedangkan hasil kajian cepat ILO (2004) faktor penyebab orang menggunakan /menyalahgunakan NAPZA adalah sebagai berikut :

1. kemiskinan absolute

2. tekanan teman sebaya dan peran keluarga 3. sekolah dan putus sekolah

4. peran bandar.42

Dari hasil pelatihan guru-guru dalam pencegahan dan penanganan kaus NAPZA di lingkungan sekolah pada tanggal 18-19 Agustus 2006, penyalahgunaan NAPZA di lingkngan sekolah dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Faktor lingkungan dalam (hubungan tidak harmonis dengan orangtua) 2. Faktor lingkungan luar (orangtua terlalu sibuk di luar)

3. Faktor broken home

4. Faktor individu (coba-coba, cari perhatian, ikut tokoh idola) 5. Faktor putus cinta

3. Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Masalah penyalahgunaan NAPZA di Indonesia terutama tentang Narkotika dan Psikotropika diatur dalam UU No. 5 tahun 1997 dan UU No. 22 tahun 1997, hal ini karena memang NAPZA mempunyai dampak negatif yang sangat luar biasa besarnya. Tidak hanya gangguan fisik namun juga akan menyebabkan terganggunya gangguan psikis (kepribadian).

Secara fisik seluruh zat dalam NAPZA, baik itu narkotika, alkohol, pasikotropika dan beberapa zat yang lainnya mempunyai efek yang berbeda satu sama lain. Alkohol misalnya mempunyai efek fisil.

a) Pembicara cadel b) Gangguan koordinasi

c) Cara jalan yang tidak mantap d) Naistakus (mata jereng) e) Muka merah

Sedangkan efek psikologik yang terlihat yaitu : a) Perubahan perasaaan (afek)

42

ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan Produksi Obat-obatan Terlarang di Jakarta,

(35)

b) Mudah marah dan sering tersinggung c) Banyak bicara

d) Hendaya atau gangguan konsenterasi.43

Sedangkan ganja yang merupakan bagian dari jenis narkotika menimbulkan gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berfikir, perasaan dan perilaku. GMO ini terjadi karena reaksi langsung ganja dengan sel-sel syaraf otak, disamping gejala-gejala fisik seperti mata merah, mulut kering dan sering tidur. Gangguan GMO dapat terlihat pada tingkah laku yang maladatif yaitu gangguan dalam perilaku misalnya kecemasan atau ketakutan yang berlebihan atau paranoid, gangguan dalam menilai realitas, gangguan dalam fungsi sosial (pergaulan) sekolah atau pekerjaan dan berbagai macam lainnya.44

Satya Joewana meringkas akibat dari penyalahgunaan NAPZA yaitu : 1. Opida, pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan impoten dan

gangguan menstruasi pada wanita serta menimbulkan obstipasi baik pada pria maupun pada wanita. Opida juga mengurangi nafsu makan sehingga pemakaian yang kronis pasien menjadi kurus.

2. Ganja pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan bronkitis, menurunkan imunitan, gangguan kemampuan bicara, keteampilan berbicara dan berhitung, gerakan serba lambat, kurang menaruh perhatian terhadap bahaya sekitar, tidak perduli pada masa depan, tidak memiliki motivasi untuk mencapai keberhasilan, tidak punya rasa bersaing dengan orang lain. Akan mengganggu anak dalam kendungan bila digunakan oleh ibu hamil.

3. Kokain akan menimbulkan gangguan pada irama jantung.

4. Alkohol pada pemakain yang kronis dan jumlah yang besar dapat menimbulkan radang lambung, hati mengeras, polineuritis, psikosis korsakiff, gangguan metabolisme lemak, zat putih telur maupun zat hidrat arang dan kangker saluran pencernaan.

5. Amfetamin dapat menyebabkan kelainan jantung.

6. Inhalasia dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan hati, ginjal, sum-sum tulang dan otak.

7. Tembakau menyebabkan bronkitis dan kangker paru

8. Kafein mempengaruhi jantung dn pengeluaran asam lambung sehingga tidak baik orang yang mempunyai sakit jantung atau sakit maag.45

43

Ibid, h.142 44

Ibid, h. 165 45

(36)

Akibat lain yaitu pada aspek sosial dimana seseorang yang menderita penyakit ini tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, peristiwa berikutnya mereka selalu menyendiri sehingga bagi mereka yang sekolah atau bekerja tidak mampu meneruskan sekolah atau pekerjaannya, dengan demikian akan menjadi pengangguran, setelah menjadi pengangguran tentu saja berakibat pada masalah sosial, yang lain dalam kehidupan bermasyarakat.

Hasil curhat tentang NAPZA, Enggak Banget! Yang dimuat di kompas Jum’at, 9 Juni 2006 mengatakan bahwa dampak dari pengguna NAPZA adalah.46

a) Penggunaan NAPZA dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan sistem syaraf alias neorologis. Gangguan saraf itu misalnya berupa kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan saraf tepi. Selain itu, bisa bikin gangguan jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler. Gangguan kardiovaskuler berupa infeksi akut otot jantung atau gangguan peredaran darah.

b) Selain itu, masih ada gangguan paru-paru atau pulmoner, seperti penekanan fungsi pernafasan, kesukaran bernafas, atau pengerasan jaringan paru. Terus masih ada lagi gangguan hemopeotik berupa terganggunya pembentukan sel darah merah. Lalu gangguan kulit atau dermatologia bisa bikin nanah pada bekas suntikan, alergi, atau pada bekas luka. Ad juga gangguan gastrointestinal berupa mencret, radang lambung dan kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan hati dan pengecilan hati.

c) Gangguan berikutnya, endokrin, yaitu penurunan fungsi hormon reproduksi dan rendahnya kadar gula darah, gangguan fungsi reproduksi, dn cacat bawaanpada bayi yang dikandung, gangguan otot dan tulang berupa peradangan otot akut, penurunan fungsi otot, dan rawn patah tulang.

46

(37)

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Objektif SMPN 139 Jakarta.

1. Sejarah Berdirinya SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM

Sekolah SMPN 139 Jakarta yang beralamatkan di Jl. Bunga Rampai X Perumnas Klender. Kec. Duren Sawit-JAKTIM pertama kali didirikan pada tahun 1979, dan mulai digunakan pada tanggal 19 Juni 1980, kegiatan belajar mengajar dimulai pertama kali pada tahun 1980-1981 dengan menempati 5 ruang kelas.

Selama hampir 25 tahun sekolah menengah pertama yang memiliki nama awal sekolah Percontohan 139 Jakarta, telah mendidik siswa/i nya menjadi remaja/i yang berkualitas, dengan meluluskan angkatan pertama pada tahun 1983. Hal ini tidak terlepas dari hasil kerja keras dan dukungan kepala sekolah mulai dari kepala sekolah pertama sampai dengan yang ke-7 (sekarang).

Adapun yang memimpin SMPN 139 Jakarta dari awal berdiri sampai dengan sekarang adalah:

a. Tahun 1980-1987 : Drs. H. Soenarto, HW b. Tahun 1987-1989 : Supena Bratamidjadja c. Tahun 1989-1994 : Drs. Zainudin Lingga d. Tahun 1994-1995 : Jeddy Sukanda e. Tahun 1995-1999 : Drs. Suripto, MM

(38)

g. Tahun 1999-2002 : Drs. Parmudji, M.Pd47 2. Visi dan Misi SMPN 139 Jakarta

a. Visi

Unggul dalam prestasi dan berbudi pekerti yang luhur berlandaskan IMTAQ

b. Misi

1. Pekerja keras, Ikhlas dan cerdas 2. Mulailah dari diri sendiri

3. Mulailah dari hal-hal yang terkecil dan mulailah dari sekarang c. Motto

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

47

(39)

3. Struktur Organisasi SMPN 139 Jakarta

Dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah, unsur manusia memegang peranan penting karena menentukan kelancaran pelaksanaan program sekolah di antaranya kepala sekolah, guru dan staf karyawan. Berikut ini data-data tentang guru dan staf karyawan SMPN 139 Jakarta:

STRUKTUR ORGANISASI SMPN 139 JAKARTA

KOMITE SEKOLAH

STAF KESISWAAN

KAUR TU

KEPSEK

STAF BID

SARANA & PRASARANA STAF BID

KURIKULUM

GURU GURU STAF TU

BP/BK WALI

KELAS

(40)
[image:40.612.91.549.144.632.2]

Tabel 1

Pendidik dan Tenaga Pendidik Kepala Sekolah

Jenis Kelamin

Jabatan Nama

L P

Usia Pend.

Akhir

Masa

Kerja

Kepala Sekolah Drs. Parmudji, M.Pd v 50 S-2 28

Wakil Kepala Sekolah Drs. Drajat Firdaus v 45 S-1 24

Tabel 2

Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, Dan Jumlah Jumlah dan Status Guru

GT/PNS GTT/Guru Bantu

No Tingkat Pendidikan

L P L P

Jumlah

1. S3/S2 1 1

2. S1 15 20 1 6 42

3. D-4

4. D3/Sarmud 4 4 1 2 11

5. D2

6. D1 3 5 1 9

7. SMA/sederajat

Jumlah 23 29 3 8 63

Tabel 3

(41)

Jumlah guru dengan latar belakang

pendidikan sesuai dengan tugas

mengajar

Jumlah guru dengan latar belakang

pendidikan yang TIDAK sesuai

dengan tugas mengajar

JUmlah No Guru

D1/D2 D3/

Sarmud

S1/D4 S2/S3 D1/D2 D3/

Sarmud

S1/D4 S2/S3

1 IPA 3 1 3 7

2 Matematika 1 1 3 2 7

3 B. Indonesia 1 1 5 7

4 B. Inggris 1 5 6

5 Pend. Agama 4 1 5

6 IPS 1 8 1 1 11

7 Penjaskes 1 1 1 3

8 Seni Budaya 2 1 1 4

9 PKn 1 1 2

10 TIK/Keterampilan 3 1 2 1 7

11 BK 4 4

12 Lainnya...

[image:41.612.104.538.99.701.2]

Jumlah 9 12 32 9 1 63

Tabel 4

Pengembangan Kompetensi/Profesionalisme Guru

Jumlah Guru yang telah mengikuti kegiatan pengembangan

kompetensi/profesionalisme No Jenis Pengembangan

Kompetensi

Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah

1 Penataran KBK/KTSP 5 9 14

2 Penataran Metode

Pembelajran (termasuk

CTL)

3 Penataran PTK

4 Penataran Karya Tulis

Ilmiah

5 Sertifikasi

(42)

6 Penataran PTBK

[image:42.612.115.515.101.552.2]

7 Penataran lainnya: ...

Tabel 5 Prestasi Guru

Perolehan kejuaraan 1 sampai 3 dalam 3 tahun

terakhir

No Jenis Lomba

Tingkat Jumlah

Nasional

Provinsi

1 Lomba PTK

Kab/Kota

Nasional

Provinsi 2 Lomba Karya tulis Inovasi Pembelajaran

Kab/Kota

Nasional

Provinsi 3 Lomba Guru Berprestai

Kab/Kota Nasional Provinsi Lomba Linnya:... Kab/Kota Nasional Provinsi 4 Kab/Kota Tabel 6

Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung jumlah tenaga pendukung dan

kualifikasi pendidikannya

Jumlah tenaga

pendukung

berdasarkan status

dan jenis kelamin

PNS Honorer

No Tenaga Pendukung

S

M

SMA D1 D2 D3 S1

L P L P

[image:42.612.125.553.603.705.2]
(43)

P

1 Tata Usaha 2 7 1 3 7 10

2 Perpustakaan 1 1 1 2 1 3

3 Laboran lab. IPA 1 1 1

4 Teknisi lab. Komputer 1 1 1

5 Laboran lab. Bahasa 1 1 1

6 PDT (Pend Tek. Dasar)

7 Kantin 1 1 1

8 Penjaga Sekolah 1 1 2 2

9 Tukang Kebun 1 1 1

10 Keamanan 1 1 1

11 Lainnya: ...

[image:43.612.99.555.103.556.2]

Jumlah 4 11 1 2 3 5 10 4 2 21

Tabel 7

Data Siswa 4 (empat tahun terakhir):

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah (Kls. VII + VIII

+ IX) Th. Pelajaran Jml Pendaftar

(Cln Siswa

Baru) Jml

siswa Juml Rombel Jml Siswa Jumlah Rombel Jml Siswa Jumlah Rombel

Siswa Rombel

2003/2004 586 401 9 369 8 348 8 1118 25

2004/2005 515 353 9 381 8 354 8 1088 25

2005/2006 481 304 8 340 8 356 8 1000 24

2006/2007 506 315 8 319 8 319 8 953 24

4. Keadaaan Siswa

Tabel 8

Prestasi sekolah/siswa dua (2) tahun terakhir Prestasi Akademik: NUAN

Peringkat No Tahun Pelajaran

(44)

Indonesia Inggris tiga mapel

1. 2004/2005 8,08 8,18 7,70 23,96 7,99

2. 2005/2006 8,47 8,40 8,13 25,00 8,33

[image:44.612.114.515.108.666.2]

Tabel 9

Prestasi Akademik: Peringkat rerata NUAN Peringkat

Tingkat Kecamatan

(Rayon)

Tingkat Kab/ Kota Tingkat Provinsi N o Tahun Pelajaran Sek. Neger i Sek. Swaat a Sek. Neger

i dan

Swast a Sek. Neger i Sek. Swast a Sek. Neger

i dan

Swast a Sek. Neger i Sek. Swast a Sek. Neger

i dan

Swast

a

1. 2004/200

5

3 6 11

2. 2005/200

6

3 13 13

Tabel 10

Akademik: Nilai Ujian Sekolah (Us)

Rata-rata Nilai US

No Mata Pelajaran

Tahun 2004/2005 Tahun 2005/2006

1. Pendidikan Agama 6,72 6,80

2. Pendidikan Kewarganegaraan 6,74 6,52

3. IPA 6,57 6,06

4. IPS 6,68 6,30

5. Penjaskes 7,64 6,57

6. KTK 6,34 7,07

(45)

8. Komputer 7,25 7,36

[image:45.612.114.527.98.710.2]

9. PLKI 7,15 6,72

Tabel 11

Angka Kelulusan Dan Melanjutkan Jumlah Kelulusan dan Kelanjutan Studi No Tahun Ajaran

Jumlah Peserta Ujian Jumlah Lulus % Kelulusan

% Lulusan

yang

Melanjutkan

Pendidikan

% Lulusan

yang

TIDAK

Melanjutkan

Pendidikan

1. 2004/2005 354 354 100% 100%

2. 2005/2006 356 356 100% 100%

Tabel 12

Perolehan Kejuaraan/Prestasi Akademik : Lomba-lomba

Tahun 2004/2005 Tahun 2005/2006

Tingkat Tingkat

No Nama Lomba

Juara

ke: Kab/

Kota Propi nsi Nasio nal Juara

ke: Kab/

Kota Propi

nsi

Nasio

nal

1 Lomba Sekolah Sehat 1 X 1 x

2 L. Sekolah Sehat 2 X 1 x

3 L. Sekolah Sehat 1 x

4 L. Baca Cerita UNJ 2 x

(46)

6 L. Mengarang 1 x

7 L. Pidato B. Inggris 3 x

[image:46.612.117.533.103.606.2]

8 Basket Putri 2 X 3 x

Tabel 13

Perolehan Kejuaraan/Prestasi Non Akademik

Tahun 2004/2005 Tahun 2005/2006

Tingkat Tingkat

No Nama Lomba

Juara

ke: Kab/

Kota Propi

nsi

Nasio

nal

Juara

ke: Kab/

Kota Propi

nsi

Nasio

nal

1. Lomba Keter Pramuka 3 x 1 x

2. Karate Pelajar DKI 3 x

3. Baca Puisi PMR 3 x

4. Lomba Tandu D. PMR 2 x 2 x

5. Lomba Band 2 x

6. Lomba Bongkar Pasang 3 x

7. Lomba Tandu Darurat 2 x

8. Karate Komite Putra 3 x

9. LCT PMR DKI 1 x

5. Sarana dan Prasarana

Tabel 14

Jumlah Bangunan Dan Fasilitas Belajar

(47)

NO JENIS FASILITAS JUMLAH LUAS KET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Ruang Kelas Ruang Tata Usaha Laboratorium a. IPA b. Bahasa c. Komputer Perpustakaan Ruang Aula/Serbaguna Ruang Kesenian Studio Musik Ruang UKS Ruang Osis Ruang KEPSEK Ruang Guru

Rumah Penjaga Sekolah Ruang BP/BK

Toko Koperasi Kantin

Rumah Ibadah/Masjid Kamar Mandi/WC Guru Kamar Mandi/WC Siswa Gudang

Dapur Pos Jaga

Rumah Pompa/Menara Air

16 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 7 1 1 1 5 63m2 6x4 8x9 8x9 8x9 8x14 12x9 12x8 9x8 6x8 4x6 6x8 15x8 6x6 6x6 6x8 8x12 10x11 3x2x3 2x3x7 3x3 3x3 2x1 -

3 Baik, 13 rusak ringan Rusak ringan Rusak ringan Rusak ringan Rusak ringan Baik Rusak ringan Rusak ringan Baik Baik Baik Baik Rusak ringan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

(48)

Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) didirikan pada tanggal 17 Juli 1979 oleh Ny. Tien Soeharto, Ny. Nelly Adam Malik, Ny. Lasiyah Soetanto, Ny. Anindiati S. Murpratomo, dan Ny. dr. Lily I. Rilantono. Menindaklanjuti peringatan 20 tahun Deklarasi Hak Hak Anak oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Para pendiri YKAI percaya bahwa membangun masyarakat yang berkualitas hanya dapat dicapai melalui perwujudan kualitas awal manusia sejak anak-anak dengan memberikan hak-haknya sehingga terpenuhi kebutuhan dasarnya secara fisik, mental maupun spiritual.

2.Visi & Misi

Visi

Mewujudkan anak Indonesia yang handal, berkualitas dan berwawasan ke depan menuju masyarakat yang sejahtera dan mandiri

” To build Indonesian children into strong, quality and forward-looking citzens toward a properous and independent Indonesian society ”

Misi

(49)

untuk menunjang perkembangan rohani, jasmani, mental dam sosialnya. To Improve the quality and welfare of Indonesian children through increased public awareness, knowledge and capacity to develop their potential in accordance with their rights and the creation of an environment that provides opportunities, support, freedom and protection for the full spiritual, physical, mental and social development of the Indonesian children.

3. Lintas Program YKAI

YKAI pada masa awal berdirinya bertindak sebagai salah satu kelompok pemikir Indonesia yang merumuskan pikiran-pikiran baru tentang pembinaan dan pengembangan anak secara menyeluruh, dari sisi kesejahteraan sosial, maupun pengembangan potensinya secara utuh dalam aspek fisik, aspek mental maupun aspek spiritual. Sebagai lembaga advokasi kebijakan nasional dan konsep-konsep program yang terkait, selain secara intensif melaksanakan lobi dengan para pengambil keputusan, YKAI juga memasyarakatkannya melalui berbagai forum.

Mengingat masih perlu ditingkatkannya kesadaran masyarakat tentang pembinaan dan pengembangan anak, YKAI mengadakan berbagai upaya peningkatan kesadaran maupun penyebarluasan berbagai informasi mengenai anak.

(50)

YKAI memprakarsai berdirinya tiga forum kerjasama, yaitu Forum Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia (FK-PPAI, 1984), International Forum for Children Welfare (IFCW, 1989), dan Asia Pacific Forum for Child Welfare (APFCW, 1994), yang hingga saat ini sangat berperan di tingkat nasional, regional maupun internasional.

Sejak 1 Mei 2002 YKAI memperoleh Special Status dari ECOSOC.

4. Susunan Pengurus

Badan Pendiri:

Tien Soeharto (alm), Nelly Adam Malik, Lasiyah Soetanto (alm), Anindiati S. Murpratomo, dan dr. Lily I. Rilantono

Badan Penasehat:

Anindiati S. Murpratomo, Karlinah U. Wirahadikusumah, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Industri

Badan Penyantun:

(51)

Badan Pengurus:

Ketua Umum : dr. Lily I. Rilantono Ketua I : Wisaksono Noeradi

Ketua II : Shanti L. Poespososoetjipto Ketua III : Wagiono Soenarto

Sekertaris I : Sasanti Kosasih Sekertaris II : Palupi Widjajanti

Bendahara I : Sumandari S. Hardjohubojo (alm) Bendahara II : Nani Koespriani

Ketua-ketua Bidang

a) Penelitian dan Pengembangan : Irwanto b) Komunikasi : Pandji Choesin

c) Usaha dan Penggalangan Dana : Felia Salim d) Program dan Organisasi : Damanhuri Roesadi

5. Program YKAI

a. Advokasi Kebijakan

(52)

Anak dan Remaja dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) serta perumusan Astra Citra Anak Indonesia sebagai sasaran umum pembangunan anak dan remaja dalam Repelita IV.

b. Promotif - Preventif

Sejak tahun 1988, YKAI bekerjasama dengan PT Indofood Sukses makmur dan Departemen Kesehatan RI menyelenggara Lomba Balita Sejahtera Indonesia (LBSI) (sejak 2001 berubah nama Lomba Balita Indonesia/LBI) untuk meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam upaya pembinaan kesehatan dan kesejahteraan balita. Peserta LBSI/LBI yang diselenggarakan secara nasional ini meningkat dari tahun ke tahun.

c. Kajian Anak dan Remaja

YKAI melakukan berbagai kajian tentang masalah anak, antara lain pekerja anak, anak jalanan, anak dan televisi, dan penganiayaan anak. Hasil-hasil kajian dikomunikasikan ke semua pihak yang berkepentingan, terutama untuk bahan advokasi berbagai kebijakan.

d. Proyek Uji-Coba

(53)

mempermudah anak jalanan melepaskan diri dari kehidupan jalanan, untuk kembali kepada keluarga asli, keluarga pengganti, ataupun alih kerja serta memiliki kembali nilai-nilai kehidupan masyarakat yang baik. Diupayakan pula agar hak-haknya terpenuhi, sehat fisiknya, dapat bersekolah, beriman, dan taqwa

e. Layanan Informasi

Data Informasi Anak (DIA) merupakan pusat referensi ilmiah dalam bidang pembinaan dan pengembangan anak dan memberikan layanan informasi kepada masyarakat melalui Perpustakaan DIA dengan koleksi literatur sekitar 10.000 judul dan Bank Data yang menyediakan berbagai macam data dan informasi terkait dengan permasalahan anak. Layanan informasi juga dilakukan melalui Hotline Masalah Anak dan Buletin Informasi Tentang Anak (BITA).

f. Pelatihan

(54)

g. Layanan Langsung

Program layanan langsung yang dilaksanakan oleh YKAI antara lain beasiswa, Perpustakaan Keliling, Perpustakaan Sekolah, dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita. Program Beasiswa YKAI dimaksudkan untuk membantu anak-anak yang berasal dari keluarga miskin untuk dapat bersekolah atau kembali ke sekolah. Hingga tahun 2003 tercatat 30.000 siswa telah dibantu menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyandang dana beasiswa yang telah disalurkan adalah Indomie, Chiki, Kualiva, Hongkong Bank, Kawedri, Indo-Ad, Visa International, TOTAL, McDonald, dan individu-individu donatur.

Program perpustakaan keliling dimaksudkan untuk meningkatkan minat baca anak-anak terutama mereka yang berasal dari daerah-daerah tertinggal. Didukung oleh 5 unit mobil perpustakaan keliling, kegiatan ini menjangkau lebih dari 15.000 murid SD. Mobil-mobil perpustakaan keliling tersebut beroperasi di daerah-daerah tertinggal di Jakarta. Peran serta berbagai pihak sangat membantu suksesnya kegiatan ini antara lain dari PT Indofood Sukses Makmur, Bursa Efek Jakarta, BKKKS DKI Jakarta, Du-Pont, Hongkong Bank, Danond, dan McDonald.

(55)

Sebagai program jaring pengaman sosial, Depot Anak bertujuan menyediakan wadah untuk menampung peran serta masyarakat dalam upaya membangun kesejahteraan anak Indonesia. Sumbangan berasal dari masyarakat ataupun perusahaan-perusahaan swasta, antara lain dalam bentuk beasiswa, pengobatan, pembangunan sarana sekolah, dan penyuluhan kesehatan.

Sejak tahun 2002, Depot Anak melaksanakan kegiatan Anak Cinta Damai. Kegiatan ini mengajak anak-anak korban konflik untuk berdamai. Kegiatan telah dilaksanakan di Bogor, Ambon, dan Ternate.

i. Perluasan Jaringan Kerjasama

YKAI secara aktif mengikuti dan menyelenggarakan berbagai forum tentang anak berskala nasional maupun internasional.

j. Pengembangan Kreativitas Anak Indonesia

Kegiatan pengembangan kreativitas anak Indonesia antara lain dilaksanakan melalui pembuatan berbagai jenis kartu ucapan selamat (Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru) yang menyajikan lukisan karya anak-anak Indonesia Hingga 2003 sekitar 250 lukisan karya anak-anak Indonesia telah digunakan untuk kartu-kartu YKAI.

(56)

Direktur Eksekutif Executive Director

: Winarti Sukaesih

Divisi Program Program Division

: Yuyun Sri Heryani

Bantuan Pendidikan (Beasiswa)

<

Gambar

Tabel 1 Pendidik dan Tenaga Pendidik
Tabel 4 Pengembangan Kompetensi/Profesionalisme Guru
Tabel 6
Tabel 7 Data Siswa 4 (empat tahun terakhir):
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai fenomena telah ditemukan dalam penelitian, beberapa saran yang dapat dikemukakaan adalah sebagai berikut: (1) Supervisi kepala sekolah yang sudah baik selama ini

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume IV-4/W3, 2017 2nd International Conference on Smart Data and Smart Cities, 4–6 October

DAFTAR PESERTA SOSIALISASI DAN WORKSHOP HIBAH PENELITIAN MUHAMMADIYAH.. Senin, 30 Januari 2017 Jam : 09.00 WIB Ruang : Aula

Data Flow Diagram (DFD) juga di kenal sebagai model proses ( process model ) merupakan sebuah teknik analisis yang digunakan untuk menggambarkan aliran input

Dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang dijalankan oleh PT Petrokimia Gresik mulai dari perumusan, implementasi, dan evaluasi diterima oleh karyawan dalam

Selain itu, meskipun ada beberapa penelitian yang sudah membahas penelitian dalam menangani kasus deforestasi dan kebakaran hutan melalui organisasi internasional

Energy in Batam largely generated from combustion of fossil fuels, although biofuel can be supplied by local producers, power plants prefer fossil fuels for technology

Dari situlah mncul pemikiran Muhammad Natsir di bidang pendidikan tentang konsep integralnya. Pemikiran ini merupakan rentetan bagian dari perjuangan dia untuk menegakkan