• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Inti Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan Napza Di Lingkungan Sekolah SMPN 139 Jakarta

SEKOLAH SMPN 139 JAKARTA

B. Implementasi Program Inti Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan Napza Di Lingkungan Sekolah SMPN 139 Jakarta

Upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah tidak terlepas dari peran serta orangtua, guru, dan peran masyarakat luas. Hal ini dipandang penting karena dengan adanya kerjasama yang baik

antara ketiga elemen tersebut dapat membantu dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

Usia remaja merupakan usia yang sangat rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA, dari data yang di dapat dalam situs cerita remaja Indonesia yang diungkap oleh perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) cabang DKI Jaya, dari sekitar 2 juta orang pengguna NAPZA di Indonesia, mayoritas pengguna berusia 20-25 tahun. Sembilan puluh persen pengguna adalah pria. Usia pertama kali menggunakan NAPZA rata-rata pada umur 19 tahun.49

Hubungan baik antara guru, orang tua, dan elemen masyarakat adalah pendukung dalam meminimalisir masalah NAPZA di lingkungan sekolah, inilah yang dilakukan oleh peer group SMPN 139 Jakarta dalam meminimalisir masalah NAPZA di lingkungan sekolah, adapun inti dari program Peer Group SMPN 139 Jakarta adalah antara lain :

d) Melakukan SIDAK, yang dilakukan di dalam sekolah antara lain di dalam kelas, di kantin sekolah, dan kamar mandi. SIDAK juga dilakukan di luar sekolah antara lain pada tempat nongkrong siswa/i yang dianggap mencurigakan, kegiatan ini mulai dilakukan sejak terbentuknya program Peer group di SMPN 139 Jakarta, yaitu pada tanggal 26 Mei 2005. kegiatan ini dilakukan secara rutin pada setiap bulan dengan waktu dan hari yang telah disepakati oleh para guru tanpa diketahui oleh para siswa/i. Hal ini bertujuan agar siswa/i tidak mudah mengelak ketika

49

ditemukan barang terlarang di dalam tas-nya. SIDAK merupakan salah satu program inti Peer Group, melalui SIDAK inilah diketahui ada tidaknya siswa/i yang terlibat penyalahgunaan NAPZA. Dalam pelaksanaannya pengurus Peer Group bekerjasama dengan Guru BK, dan kepala sekolah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat Sekolah. Dari hasil wawancara penulis dengan salah satu pengurus sekaligus guru BK, setiap melakukan kegiatan SIDAK baik di dalam maupun di luar sekolah belum pernah menemukan siswa/i yang membawa dan menggunakan barang terlarang. Ini merupakan salah satu keberhasilan program Peer Group SMPN 139 Jakarta dalam meminimalisir masalah NAPZA di lingkungan sekolah. Dengan adanya program tersebut para siswa/i mengetahui bahwa betapa bahayanya NAPZA jika sedikit saja masuk ke dalam tubuh mereka. Apabila telah dilakukan SIDAK dan ada siswa/i yang tertangkap memiliki NAPZA maka pengurus Peer Group dan pihak sekolah bekerjasama dengan BNN untuk melakukan tes urine.

e) Melakukan tes urine. Tes urine dilakukan atas kerjasama pengurus Peer Group dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) maupun Badan Narkotika Provinsi (BNP). Tes urine ini dilakukan pada seluruh siswa/i, mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Untuk memperoleh data siswa/i yang melakukan penyalahgunaan terhadap NAPZA, tes urine di SMPN 139 pernah dilaksanakan sekali yaitu pada tanggal 18 Mei 2006, pelaksanaan tes urine yang dilakukan terhadap seluruh siswa/i dengan

jumlah siswa pada saat itu 1000 siswa/i. Tes urine ini baru dilakukan sekali hal ini berkaitan dengan masalah dana, pihak sekolah tidak memiliki alokasi dana yang lebih untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan tes urine ini dilakukan berdasarkan penelitian guru terhadap siswa/i yang terlihat dari perubahan fisik anak dan tingkah laku anak yang berubah. Contoh perubahan fisik anak antara lain : “sering ngantuk di kelas, badan yang semakin kurus, loyo (tidak ada gairah untuk belajar)”, dan perubahan tingkah laku antara lain : “suka membuat onar di lingkungan sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, merosotnya nilai ulangan dan nilai raport. Dari hasil tes urine tersebut pihak sekolah dan BNN tidak menemukan siswa/i yang positif menggunakan NAPZA.

f) Melakukan Konseling. Konseling merupakan upaya pemberian bantuan dari seseorang yang disebut konselor kepada orang lain yang disebut klien yang memiliki tujuan jangka pendek untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi oleh klien dan tujuan jangka panjangnya adalah agar klien mampu menyelesaikan segala persoalannya secara mandiri. Proses konseling yang dilakukan melibatkan pengurus Peer Group yang terdiri dari elemen siswa/i pengurus Peer Group dan Guru BK, adapun konseling yang dilakukan para anggota Peer Group terhadap temannya tidak jauh berbeda dengan curhat-curhatan dikalangan remaja. dengan memakai metode ini dinilai akan mendapatkan hasil yang maksimal (dapat menggali informasi yang lebih banyak dengan mudah). Setelah

dilakukan proses konseling, pengurus Peer Group melaporkan hasil temuannya kepada wali siswa/i untuk dicarikan solusi terbaik terhadap masalah yang dihadapi. Dalam mencarikan solusi tersebut pengurus Peer Group bekerjasama dengan orang tua siswa/i, hal ini dilakukan agar guru dan orang tua dapat menemukan solusi agar siswa tersebut tidak berlarut-larut terperangkap dalam dunia hitam yang dapat merusak masa depannya.

Jadual Kegiatan Peer Group SMPN 139 Kerjasama SMP Negeri 139 dengan YKAI dan ILO

No KEGIATAN PELAKSANAAN TEMPAT

1

Penyuluhan Narkoba bagi siswa kelas VII SMPN 139 Jakarta Tahun Ajaran 2005- 2006 pada saat Masa Orientasi Sekolah (MOS)

20 Juli 2005

Lapangan SMP Negeri 139 Jakarta

2

Pendidikan dan Pelatihan

Penyiar Radio 28 Desember 2005

R. Lab. Bahasa Inggris SMPN 139 Jakarta

3

Lomba KKR TPUKS Jakarta Timur, Peer Group berhasil

meraih juara III pada lomba 28 Juni 2006

PKPR (Konseling Teman Sebaya)

Timur

4

Kunjungan ke PKBI, Peer Group diminta menjadi sample dalam penelitian tentang deskripsi anak terhadap gambaran kesehatan reproduksi remaja 24-25 April 2006 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Centra Mitra Muda Jl. Pisangan Baru Jakarta Tmur 5

Klinik pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKPR, Pojok Remaja (JOKJA) Square

1 Mei 2006

Ruang Bim.

Konseling SMPN 139 Jakarta

6

Pamflet Klinik PKPR JOKJA

SQUARE 28 Mei 2006 SMPN 139 Jakarta

7

Partisipasi memperingati Hari Anak Nasional tahun 2005

23 Juli 2005

SMPN 139 Jakarta

8

Upacara dalam Rangka memperingati Hari Madat Internasional

26 Juni 2006 Lapangan MONAS

9 Lomba Cerpen 12-24 Desember 2005 SMP Negeri 139 Jakarta 10

Regenerasi Peer Group

29 Juni 2006

R. Lab. Bahasa Inggris SMPN 139 Jakarta

Seluruh kegiatan di atas merupakan program Peer Group, namun diantara sekian banyaknya program ada yang termasuk program inti, yang dimaksud dengan program inti yaitu kegiatan yang dilakukan secara rutin dengan jadwal yang sudah ditentukan. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat keterangan dibawah ini.

1. Penyuluhan Narkoba bagi siswa kelas VII SMPN 139 Jakarta, kegiatan ini dilakukan secara rutin ketika tahun ajaran baru yaitu pada saat Masa Orientasi Sekolah (MOS) yang bertempat di lapangan SMP Negeri 139 Jakarta.

Penyuluhan ini dilakukan dengan tujuan agar para re-generasi mendapatkan informsi-informasi tentang bahaya NAPZA bagi kesehatan mereka baik kesehatan fisik maupun psikisnya. Selain itu para re-generasi tidak hanya mendapatkan informasi bahayanya saja tetapi juga mendapatkan informasi tentang cara pencegahannya. Selain tujuan di atas kegiatan ini juga bertujuan agar kegiatan peer group tetap diminati oleh generasi berikutnya.

2. Pendidikan dan Pelatihan Penyiar Radio, kegiatan ini dilakukan di ruang lab. Bahasa Inggris SMPN 139 Jakarta dengan narasumber dari penyiar radio, Liza Harun.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para siswa/i dapat mengikuti pelatihan menjadi penyair radio, khususnya anggota peer group agar dapat menyampaikan hasil kegiatan yang akan dilakukan di sekolah khususnya

masalah NAPZA dan menyampaikan pesan-pesan moral seputar bahaya NAPZA serta cara pencegahannya melalui media radio yang mengudara disaat jam-jam istirahat pada setiap harinya.

3. Lomba KKR TPUKA Jakarta Timur, Peer Group berhasil juara III pada lomba PKPR (konseling Teman Sebaya), kegiatan ini dilakukan di PMI Cabang Jakarta Timur.

4. Kunjungan ke PKBI, Peer Group diminta menjadi sample dalam penelitian tentang deskripsi anak terhadap gambar kesehatan reproduksi remaja, kegiatan ini dilakukan di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Centra Mitra Muda, Jl. Pisangan Baru Timur Jakarta.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para remaja dapat mengetahui lebih baik tentang alat-alat reproduksi dalam tubuh mereka dan mengetahui fungsinya, selain itu juga agar para remaja dapat menjaga kesehatan reproduksinya dengan baik sejak dini.

5. Klinik Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Pojok Remaja (JOKJA) Square.

Kegiatan ini dilakukan di ruang Bimbingan Konseling SMPN 139 Jakarta, dengan tujuan kelompok teman sebaya dapat berbagi informasi seputar dunia remaja khususnya tentang alat reproduksi wanita dan melatih kegiatan konseling pada siswa/i.

6. Pamflet Klinik PKPR JOKJA SQUARE, para anggota peer group membuat stiker dan pesan-pesan di mading yang berisikan informasi

seputar alat reproduksi serta fungsinya dan informasi seputar dunia remaja lainnya.

7. Ikut berpartisipasi dalam memperingati Hari Anak Nasional (HAN), kegiatan ini juga dilakukan secara rutin pada setiap tahunnya, yang bertempat di Bundaran HI dan Taman Ismail Marzuki Jakarta.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para anggota peer group dapat mengkampanyekan pengetahuannya tentang bahaya NAPZA dan ikut berpartisipasi pada kegiatan peringatan Hari Anak Nasional.

8. Melakukan upacara dalam rangka memperingati Hari Madat Internasional. Kegiatan ini dilakukan di lapangan MONAS dengan tujuan untuk mengkampanyekan tentang bahaya NAPZA bagi kehidupan kita, hal ini merupakan salah satu bentuk kepedulian remaja terhadap kesehatan jiwa dan raganya.

9. Perlombaan cerpen yang bertemakan tentang “drugs”, kegiatan ini dilaksanakan di SMPN 139 Jakarta.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kreativitas, menggali potensi, minat dan bakat anak dalam karya tulis, selain itu juga melatih keterampilan anak untuk menyampaikan pesan-peasan moral tentang bahaya NAPZA bagi kehidupan ke dalam sebuah tulisan.

10.Regenerasi Peer Group, pembentukan dan pemilihan ketua kelompok Peer Group yang baru, dilakukan di ruangan lab. Bahasa Inggris SMPN 139 Jakarta.

g) Rujukan Bagi Anak Yang Terlibat Penyalahgunaan NAPZA

Rujukan ke RSKO merupakan alternatif terakhir ketika seorang siswa terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Namun sebelum rujukan tersebut diajukan maka harus melalui beberapa proses atau tahapan. Pentahapan tersebut adalah :

Tahap pertama adalah melakukan Sidak, Tes urine, Kounseling, musyawarah guru dan orang tua, di bawa ke rumah sakit terdekat dan tahap akhir adalah rujukan ke RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat) untuk menjalani therapy.

Ketika dalam kegiatan SIDAK terdapat siswa/i yang membawa barang terlarang lalu diproses pada tes urine, apabila dalam tes urine siswa tersebut positif menggunakan barang terlarang maka proses selanjutnya adalah konseling, dalam proses konseling guru BK yang dibantu oleh anggota peer group, siswa di panggil ke ruang BK untuk selanjutnya dilakukan proses konseling.

Dalam proses konseling salah satu anggota peer group dengan didampingi guru BP memberi arahan dan pengetahuan tentang bahaya NAPZA bagi kesehatan dan masa depan mereka. Dari hasil kounseling akan ditemukan beberapa faktor penyebab anak tersebut terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA, maka para guru sepakat mengundang orang tua siswa yang terlibat untuk bermusyawarah mencarikan solusi yang terbaik bagi anaknya. Hasil musyawarah tersebut yang menentukan apakah anak itu akan

di skor selama beberapa waktu atau di rujuk ke RSKO untuk menjalani therapy.

Peran anggota Peer Group pada kegiatan di atas adalah membantu temannya yang terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA, seperti pada proses kounseling siswa juga ikut berperan sebagai konselor, ketika surat rujukan sudah keluar dan sudah mendapat keputusan dari pihak sekolah dan rumah sakit, para anggota peer group juga ikut menghantarkannya dan memberikan motivasi yang dapat membangun semangatnya kembali.

BAB V PENUTUP

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Implementasi Program Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan NAPZA Di Lingkungan Sekolah SMPN 139 Jakarta, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Yang menjadi program inti dari pelaksanaan program Peer Group YKAI di SMPN 139 adalah : pertama, untuk melakukan keterlibatan siswa/i dalam penyalahgunaan terhadap NAPZA pihak sekolah melakukan SIDAK terhadap para siswa/i, kedua, melakukan tes urine kepada siswa/i yang diduga menggunakan NAPZA, ketiga, Melakukan konseling pada siswa yang terlibat dalam kasus penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.

2. Program Peer group merupakan sistem kerja yang terkoordinasi, dalam melaksanaan program Peer Group yang telah disusun oleh YKAI pengurus Peer Group yang terdiri dari guru pembimbing dan siswa/i melakukan koordinasi kepada pimpinan sekolah/kepala sekolah, koordinasi yang dilakukan pihak sekolah dengan YKAI tidak hanya sebatas pada pelaksanaan program tetapi terus berlanjut hingga pillot projectnya selesai. Selanjutnya untuk mengetahui siswa/i yang terlibat

penyalahgunaan NAPZA pengurus Peer Group bekerjasama dengan BNN untuk melakukan tes urine.

3. Dalam hal penangganan siswa/i yang terbukti terlibat penyalahgunaan NAPZA pihak sekolah bekerjasama dengan RSKO. Sistem rujukan yang dilakukan terhadap siswa/i yang terbukti melakukan penyalahgunaan NAPZA melalui beberapa tahap yaitu : Tahap pertama adalah melakukan Sidak, kedua, Tes urine, ketiga, Kounseling, keempat, musyawarah guru dan orang tua, dan terakhir atau yang kelima, membawa siswa/i bawa korban ke RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat) untuk menjalani therapy.

D. Saran

Kepada semua pihak pengurus dan juga pembimbing program peer group SMPN 139 Jakarta, penulis menyarankan :

1. Dalam menjalankan aktivitas dan program kerja Peer Group pihak sekolah telah melakukan sistem koordinasi dengan baik dengan berbagai pihak seperti YKAI dan BNN. Kordinasi yang dilakukan dengan YKAI berupa sosialisasi program, pelaksanaan dan evaluasi program sedangkan dengan BNN pihak sekolah atau pengurus Peer Group berkoordinasi dalam hal tekhnis seperti pelaksanaan tes urine dan memberikan penyuluhan- penyuluhan melalui seminar-seminar yang diselenggarakan atas kerjasama antara pihak sekolah, YKAI, dan BNN. Dengan demikian penulis menyarankan agar koordinasi yang telah berjalan dapat lebih ditingkatkan.

2. Dalam pelaksanaan program inti yang telah dilaksanakan di Sekolah SMP Negeri 139 telah berjalan dengan baik, hal ini karena secara prosedural YKAI telah memberikan rancangan program peer group secara detail dan komprehensif sedangkan pihak pengurus peer group disekolah bertindak sebagai pelaksana. Namun demikian penulis menyarankan semoga program inti yang telah ada agar lebih ditingkatkan misalnya dengan menambah tenaga psikolog untuk menunjang proses konseling agar lebih profesional.

3. Rujukan ke Rumah Sakit Ketergantungan obat baru akan dilakukan ketika siswa/i bener-benar terbukti telah terlibat penyalahgunaan NAPZA. Penulis menyarankan semoga pihak sekolah dan keluarga dapat menjadi motivator, sahabat dan teman bagi siswa/i yang terlibat untuk bangkit dan memperbaiki dirinya dalam upaya melepaskan diri dari belenggu NAPZA.

Dokumen terkait