• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh: Ridho Falah Adli NIM: 1112051000143

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar

Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan adanya pemberitaan mengenai organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). Ormas tersebut mengatas namakan Islam tetapi tidak menjalankan kewajiban yang dilakukan oleh umat Islam pada umumnya. Serta mereka mempercayai bahwa ada Nabi terakhir selain Nabi Muhammad Saw yaitu Ahmad Musadeq. Ia juga selaku ketua dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah sehingga Gafatar dianggap sebagai metamorfosis dari ajaran itu. Atas pernyataan inilah Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan untuk membuat fatwa bahwa ormas Gafatar beraliran sesat dan menyesatkan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia? Dan apa faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Hafied Cangara bahwa strategi komunikasi meliputi lima tahap yaitu: penelitian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam ilmu menejemen, strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: perumusan, implementasi dan evaluasi. Ketiga tahapan ini memiliki kesamaan makna dengan lima tahapan yang dijabarkan oleh Hafied Cangara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan buku-buku. Paradigma penelitian yang digunakan ialah paradigma konstruktivis yang berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat dan budaya.

Hasil penelitian ini menampilkan bahwa MUI diwakilkan oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat dalam mensosialisasikan fatwanya dengan berdasarkan lima tahapan. Pertama, tahap penelitian dimana MUI terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya terkait ajaran Gafatar. Kedua, tahap perumusan, MUI melakukan perumusan strategi berdasarkan unsur-unsur komunikasi meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek yang ingin diperoleh. Ketiga, tahap pelaksanaan, menjalankan strategi yang sudah dirumuskan seperti RAKORNAS dan mengadakan pelatihan. Terakhir evaluasi dan pelaporan. Pelaporan dilakukan saat diadakan rapat kepada Ketua MUI. Lalu menjabarkan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses sosialisasi, serta memberikan solusi untuk MUI kedepannya.

(6)

ii

Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah bagi junjungan besar Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia kepada jalan kebenaran.

Adapun skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun guna memenuhi

salah satu persyaratan yang telah ditentukan dalam menempuh program studi

Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam hal ini, penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mampu

terselesaikan tanpa bantuan dari pihak lain yang telah memberikan bimbingan,

nasihat, serta motivasi baik secara moral maupun material. Oleh karenanya,

penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Drs. Masran, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Fita Fathurokhmah SS, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

4. Drs. S. Hamdani, MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya guna memberikan bimbingan, arahan serta inspirasi yang amat

(7)

iii

membantu mengarahkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti seluruh kegiatan

akademik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada

penulis selama dalam masa perkuliahan.

7. Segenap Pimpinan serta Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani penulis dalam

menggunakan buku-buku serta literatur yang penulis butuhkan selama

penyusunan skripsi ini.

8. Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA, selaku narasumber dan perwakilan dari Komisi

Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia, terima

kasih atas bantuannya hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan dan Alm. Ferdina Hafni

serta Hj. Suparmi, yang selalu mendoakan, menjadi inspirasi serta

memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakak saya Eka Satria Budidharma, Dwi Satyawan, Tri Satyaries Rudyanto,

Chatur Savitry Rachmawati, Pancha A. S, Sendi Yasa Rahmanu beserta

seluruh anggota keluarganya yang selalu memberikan nasihat serta motivasi

kepada penulis.

11.Kepada keluarga besar Abdul Razak meliputi Pakde Agus, Tante Tia, Tante

Nova, Om Yandhi beserta seluruh anggota keluarganya yang selalu

(8)

iv ada disaat suka maupun duka.

13.Akbar Ramadhan, Fahmi Syamsi, Trisaka Oktarian, Dityan Zahra Pranisa,

Annisah Bilqis, Arif Faturrahman, Achmad Faisal Riwanto sahabat

perkuliahan, yang selalu memberikan masukan serta kecerian.

14.Tim futsal selasa sore, Agung Aditya, Ahmad Fikri, Arif Syahrizal, Taufik

Abdullah, Ridho Andriansyah, Ferdy Rizki, Hidayatul Munir, Indra

Ramadhan, Asep Hermawan tetaplah berlatih untuk mencari keceriaan dalam

setiap permainan.

15.Kawan senasib sejak semester awal KPI E, Milki Amirussaleh, Hilman

Zulfahmi, M. Aidilah, Syifa, Fitri, Thabitha, Mudillah, Sarah, Aisyah, Nupus,

Dewi, Mia, Apik, Nenden, Novi, Nirma Ega yang selalu berbagi kesulitan

maupun kebahagiaan.

16.Keluarga Besar KPI angkatan 2012 serta kakak-kakak senior dan adik-adik

junior yang sudah memberikan inspirasi kepada peneliti.

17.Keluarga besar KKN Semarak 2015 serta Keluarga besar Desa Cibetok

semoga tali silaturahmi tetap tersambung diantara kita.

18.Keluarga besar Komunitas Jurnaslis TV, Asa Trifabasi, Riztira Syahrizal,

Reksa Dwi Putra, Ervan Tonedi, Sandra, Intan, Rofi, Elsa, April, Aldi, Naufal,

Oji, Dita, Eriana, Humairah, Adit, Kindi, Amira, Aulia, Ifa, surya, badru,

bayu, Aisyah, Baiti, Putri, Mardiyah, Arya dan semuanya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang menjadi tempat untuk belajar, sharing, liputan

dengan keterbatasan alat yang kita punya tetapi tidak mengendurkan semangat

kita untuk membuat tontonan yang baik untuk bangsa Indonesia. Intinya cape

(9)

v

mohon maaf belum dapat saya cantumkan namanya.

Penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi

para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam,

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan, akhir kata penulis mohon

maaf jika terdapat kesalahan penulisan dalam skripsi ini.

Jakarta, 4 Agustus 2016

(10)

vi

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan... 15

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Strategi Komunikasi ... 16

1. Pengertian Strategi ... 16

2. Pengertian Strategi Komunikasi ... 17

3. Tahapan Strategi Komunikasi ... 18

4. Langkah-langkah Strategi Komunikasi ... 21

5. Fungsi Strategi Komunikasi ... 23

B. Komunikasi ... 24

1. Pengertian Komunikasi ... 24

2. Unsur-unsur Komunikasi ... 25

3. Media Komunikasi ... 27

3. Pengertian Ormas Gafatar ... 35

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA A. Sejarah Singkat Majelis Ulama Indonesia ... 40

B. Visi dan Misi Majelis Ulama Indonesia ... 43

C. Struktur Kepengurusan Majelis Ulama Indonesia ... 43

D. Proses Pembuatan Fatwa di Majelis Ulama Indonesia ... 46

E. Majelis Ulama Indonesia Menghadapi Ormas Gafatar ... 48

F. Fatwa MUI Tentang Gafatar ... 51

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Strategi MUI dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar ... 61

1. Penelitian ... 63

2. Perencanaan... 65

3. Pelaksanaan ... 69

(11)

vii

Mensosialisasikan Fatwa Sesat Dan Menyesatkan Ormas

Gafatar ... 73

1. Pendukung ... 73

2. Penghambat ... 75

3. Solusi ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran-saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(12)

1 A. Latar Belakang

Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan adanya pemberitaan

mengenai organisasi masyarakat (Ormas) yang mengatasnamakan Islam tetapi

tidak menjalankan kewajiban-kewajiban seperti yang dilakukan oleh umat Islam

pada umumnya. Ormas itu adalah Gerakan Fajar Nusantara atau biasa disebut

Gafatar. Ormas Gafatar disebut keluar dari paham agama Islam karena mereka

yang menganut paham Gafatar percaya, bahwa ada Nabi terakhir selain Nabi

Muhammad Saw. Atas fakta inilah Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan

untuk membuat fatwa bahwa ormas Gafatar beraliran sesat dan menyesatkan.

Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun

para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak

dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.

Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris

tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya).1 Maka, mereka terpanggil untuk berperan

aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI.

Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat

berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan

moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan

dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat

1 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI,

(13)

serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.2

Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam

pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi

politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber

pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Akibatnya umat Islam dapat terjebak

dalam egoisme kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan. 3 Oleh karena itu

kehadiran MUI, sangat dibutuhkan sebagai sebuah organisasi yang dapat

memimpin umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan

silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat

Islam di Indonesia.

Dilihat dari fungsinya Majelis Ulama Indonesia memiliki lima fungsi

utama, yaitu:

1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)

2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah)

4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid

5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar4

Pada tanggal 3 Februari 2016, Majelis Ulama Indonesia mengadakan jumpa

pers yang bertujuan untuk merilis fatwa bahwa organisasi masyarakat Gerakan

Fajar Nusantara (Gafatar) beraliran sesat dan menyesatkan. Seperti yang dikutip

2 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI,

http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profil-mui.html Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.

3 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI,

http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profil-mui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.

4 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI,

(14)

dari media online Kompas.com ketua umum MUI, Ma'ruf Amin di kantor MUI

pusat, Jakarta, mengatakan, bahwa menurut kajian MUI, aliran Gafatar adalah

sesat dan menyesatkan. Mereka ialah metamorfosis dari aliran Qiyadah

al-Islamiyah yang telah difatwa sesat oleh MUI pada 2007. Mereka mempraktikkan

keyakinan Millah Abraham, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan

Yahudi5

Dalam penyampaian fatwa MUI itu, Ma'ruf Amin didampingi Ketua

Bidang Fatwa MUI Huzaemah T. Yango, Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin

AF, dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam.

Fatwa tersebut disampaikan setelah MUI melakukan kajian lapangan di

sejumlah lokasi, meneliti sejumlah fatwa tentang Gafatar dari MUI di daerah,

melakukan pertemuan dengan anggota Gafatar, hingga berdiskusi dengan aparat

keamanan dan pemerintah. Dari hasil kajian itu, Gafatar terbukti merupakan

kelanjutan dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah. Para penganut menganggap

Ahmad Musadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi

Muhammad Saw. Gafatar, kata Huzaemah, tidak menganjurkan pengikutnya

untuk menjalankan ajaran agama Islam, misalnya salat lima waktu, puasa di bulan

Ramadhan, dan melakukan ibadah haji.6

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Gafatar menganut

pemahaman yang salah dalam beragama. Mereka berpandangan bahwa ketiga

agama besar, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi dapat digabungkan menjadi satu

5 Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat,

http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-Aliran-Sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:15 WIB.

6 Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat,

(15)

pemahaman. Alhasil, para pengikutnya tidak dianjurkan untuk menjalankan ajaran

agama Islam, seperti salat lima waktu, puasa dan melakukan ibadah haji.

Ditambah lagi para pengikut Gafatar menganggap Ahmad Musadeq sebagai guru

spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Ahmad Musadeq

merupakan pimpinan dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang telah di fatwa

sebagai aliran sesat oleh MUI pada tahun 2007.

Namun sebagai bahan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia dalam

mengeluarkan fatwa tersebut, mereka sudah mengundang organisasi Gafatar untuk

mengklarifikasi tuduhan-tuduhan tersebut. Dikutip dari BBC.com Hasanuddin AF

selaku Ketua Komisi Fatwa MUI mengatakan, bahwa MUI telah mengundang

perwakilan dari Gafatar tetapi tidak datang, jadi pertemuan berlangsung dengan

Jaksa Agung saja terkait klarifikasi mengenai organisasi Gafatar ini.

Menurut Hasanuddin, para tokoh eks-Gafatar diminta untuk

mengklarifikasi kebenaran ajaran mereka terkait al-Qiyada al-Islamiyah, dan

tokoh mereka adalah Ahmad Musadeq, dan terkait tindakan mencampuradukkan

ajaran agama. Fatwa keluar setelah melalui proses pengkajian di MUI, kemudian

dilaporkan ke komisi fatwa, dan setelah komisi fatwa menggelar rapat pleno,

akhirnya keluar fatwa sesat. 7

Ketika ditanya soal Gafatar yang sudah menyatakan keluar dari Islam

sehingga MUI tidak berhak mengeluarkan fatwa soal mereka, Hasanuddin

mengatakan bahwa dari dokumen-dokumen yang ditemukan mereka masih

tercangkup dalam lingkup Islam karena mengakui al Quran sebagai dasar

pijakannya. Al Quran merupakan sumber dari ajaran agama Islam, kecuali mereka

7 Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/

(16)

tidak mengakui al Quran sebagai dasar ajaran mereka baru MUI tidak berhak

mengeluarkan fatwa sesat.8

Pengikut aliran Gafatar dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

“Pengikut yang meyakini ajaran aliran tersebut seperti mengakui Ahmad Musadeq sebagai nabi setelah nabi Muhammad, menolak adanya surga dan neraka dan/atau mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa ramadhan dan haji maka dikategorikan murtad dari agama Islam. Selain itu, ada pengikut yang hanya mengikuti kegiatan sosial tetapi tidak meyakini ajaran agama dan diharapkan bertobat dan kembali kepada ajaran Islam.”9

Kasus Gafatar ini sangatlah berbahaya dan dapat mengancam keberadaan

Republik Indonesia karena mereka mencita-citakan terbentuknya sebuah Negara

Karunia Semesta Alam yang menurut keyakinan mereka dimulai dari Kalimantan.

Selanjutnya, semua anggota Gafatar harus hijrah ke Kalimantan untuk

memperkuat diri supaya bisa sampai pada tahapan siap khital atau siap perang.

Maksudnya, mereka nanti siap berhadapan dengan pemerintah maupun dengan

komponen manapun.10 Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti ingin mengetahui

bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh MUI dalam

mensosialisasikan fatwa-fatwanya kepada khalayak?

Strategi komunikasi menjelaskan “tahapan kongkret dalam rangkaian

aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian

tujuan komunikasi.“11 Onong Uchjana Effendy menyatakan bahwa “strategi

komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen

8 Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/

2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:30 WIB. 9 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR), h. 7

10

Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

(17)

komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”12 Hafied Cangara

menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima tahapan, yaitu:

penelitian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.13

Strategi komunikasi MUI sangat diperlukan dalam mensosialisasikan

fatwa-fatwanya agar masyarakat dapat mengetahui bahwa banyak aliran-aliran

sesat yang bermunculan di Indonesia. Sehingga, diharapkan masyarakat lebih teliti

lagi dalam bergaul dan membaca fenomena di lingkungannya, terutama kepada

ormas-ormas yang menganut paham menyimpang seperti Gafatar.

Gafatar merupakan metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-Islamiah yang

telah difatwa sesat oleh MUI pada tahun 2007 karena mereka menganut paham

Millah Abraham, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan Yahudi.

Bahwa sesungguhnya agama tidak bisa di campur-campur karena memiliki kitab

dan aturannya masing-masing. Ditambah lagi para pengikut Gafatar menganggap

Ahmad Mussadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi

Muhammad Saw. Pernyataan ini sudah keluar dari ajaran Islam yang

sesungguhnya karena sebagai umat Islam wajib meyakini bahwa Nabi

Muhammad Saw merupakan nabi terakhir yang Allah SWT turunkan ke bumi dan

tiada lagi nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Pernyataan ini terkandung dalam

Surat Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Ini berarti pada tahun 2007 MUI memiliki kekurangan dalam

mensosialisasikan fatwa sesat kepada al-Qiyadah al-Islamiah, sehingga mereka

masih bisa menyebarkan pahamnya dengan hanya berganti nama menjadi Gafatar

12 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005) h. 32

13

(18)

dan mampu mengumpulkan massa sebanyak yang ditampung di Kalimantan

Barat.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik ingin meneliti masalah

ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Majelis

Ulama Indonesia dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar”.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak terlalu meluas dan terarah, maka penelitian dibatasi

hanya pada pengurus Majelis Ulama Indonesia periode 2015-2020 yang

berkaitan dengan sosialisasi fatwa sesat dan menyesatkan Omas Gafatar. Data

diperoleh dari kantor Majelis Ulama Indonesia Pusat di Jakarta, yaitu dari

Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat.

2. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat

dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia?

b. Apa faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI dalam

mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada

masyarakat Indonesia?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan

fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat

(19)

b. Untuk mengetahui faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI

dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar

kepada masyarakat Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapakan bisa menjadi referensi bahan keilmuan

dibidang strategi komunikasi dan informasi khususnya sosialisasi dibidang

fatwa bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan masukan

bagi Majelis Ulama Indonesia dalam memperbaiki strategi komunikasinya

dalam mensosialisasikan fatwa-fatwa yang baru kepada masyarakat

Indonesia. Karena aliran-aliran sesat dengan mengatas namakan ajaran

Islam akan merusak aqidah dan akhlak umat yang memiliki iman yang

lemah. Jika sosialisasi dari MUI berjalan dengan baik maka Insya Allah,

aliran-aliran sesat dan menyesatkan tidak dapat hidup lagi di Indonesia.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan

dalam skripsi ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu metode

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan

(20)

memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berdasarkan dari

naskah wawancara, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.14

Maka, dalam penelitian ini peneliti ingnin mendapatkan data yang

sangat akurat dan lengkap dengan terjun langsung ke lapangan. Yaitu kepada

pihak Majelis Ulama Indonesia untuk dimintai keterangan terkait dengan

strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar

kepada masyarakat. Kemudian setelah data-data itu diperoleh, data tersebut

dianalisis dan dilaporkan dalam bentuk deskriptif yang menggambarkan

sebagaimana kondisi sebenarnya.

2. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada

paradigma konstruktivis. Littlejohn mengatakan bahwa teori-teori aliran

konstruktivis ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan

yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok,

masyarakat dan budaya.”15

Jadi, peneliti memilih paradigma konstruktivis untuk mengetahui

bagaimana Majelis Ulama Indonesia membentuk realitas di masyarakat, agar

tujuan dari strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa sesat

ormas Gafatar dapat tercapai.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Majelis Ulama Indonesia bagian

Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, yaitu Drs. H. Ahmad

14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000) h. 3

(21)

Zubaidi, MA. sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat. Sedangkan objek penelitian ini adalah strategi komunikasi MUI

dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar.

4. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis melakukan 3 teknik pengumpulan data

berdasarkan pendekatan kualitatif, yaitu:

1) Observasi

Observasi adalah “metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

pengindraan.”16 Dalam penelitian ini observasi dengan cara membaca

dan mengamati isi pesan dan makna yang terkandung dalam

pemberitaan di media online dan televisi terkait fatwa sesat kepada

ormas Gafatar yang dikeluarkan oleh MUI.

2) Wawancara

Wawancara adalah “suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu; ini merupakan proses Tanya jawab lisan, dimana dua

orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Pihak pertama

berfungsi sebagai penanya (interviewer), sedangkan pihak kedua

berfungsi sebagai pemberi informasi (information supplyer).”17

Wawancara dilakukan kepada pihak yang mewakili MUI dalam

mensosialisasikan fatwanya yaitu Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA.

16 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) h. 115.

(22)

sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat.

3) Dokumentasi dan Literatur

Menurut Bungin bahan dokumen itu berbeda secara gradual

dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang

diterbitkan, sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan

atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Bahan

dokumentasi meliputi otobiografi, surat pribadi catatan harian

memorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, foto, tape,

microfilm, disc, CD, data di server atau flashdisk, data yang tersimpan

di website dan lainnya.18

Dokumen meliputi data yang diperoleh dari Majelis Ulama

Indonesia yaitu buku yang membahas khusus fatwa sesat Gafatar dan

Fatwa Nomer 6 Tahun 2016 Tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara,

sedangkan literatur merupakan berita di media online dan televisi

terkait MUI yang mengeluarkan fatwa sesat kepada ormas Gafatar.

b. Pengolahan Data

Langkah selanjutnya adalah mengolah hasil temuan atau data,

melalui proses meninjau kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul.

Data yang diperoleh yaitu dari observasi, wawancara, serta dokumentasi

seperti arsip-arsip Majelis Ulama Indonesia dan artikel berita. Data yang

diperoleh akan dideskripsikan secara kongkret dengan didukung oleh

beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis.

(23)

c. Analisis Data

Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa analisis data adalah “proses

pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara,

catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan

pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan

menyajikan apa yang ditemukan.”19

Data yang sudah terkumpul diolah menggunakan teknik triangulasi.

Teknik triangulasi adalah teknik yang menggabungkan ketiga hasil

sementara dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian temuan

ditafsirkan dengan menggunakan paradigma konstruktivis yaitu bagaimana

Majelis Ulama Indonesia membentuk realitas terkait pembentukan fatwa

sesat kepada Gafatar untuk disosialisasikan kepada khalayak. Tahap

selanjutnya adalah data tersebut disusun secara sistematis, kemudian

diklasifikasikan untuk dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan

tujuan penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.

d. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karangan Hamid Nasuhi,dkk yang

diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sumber primer berupa

buku-buku yaitu:

1. Buku karya H. Hafied Cangara dengan judul “Perencanaan dan Strategi

(24)

Komunikasi”.

2. Buku karya Alo Liliweri dengan judul “Komunikasi : Serba Ada Serba

Makna”.

3. Buku karya Onong Ucjana Effendy dengan judul “Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek”.

Penulis juga menggunakan skripsi terdahulu sebagai acuan:

1. Skripsi karya Anggelia Afriani mahasiswa Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang berjudul “Strategi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Pekanbaru Dalam Mengatisipasi

Berkembangnya Aliran-Aliran Sesat.” Pada skripsi ini terdapat kesamaan

konsep dan metodologi yang dipilih. Disini Anggelia menggunakan konsep

strategi MUI Kota Pekanbaru dalam mengatisipasi aliran sesat. Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran dan strategi Majelis

Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya

aliran-aliran sesat dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peran dan

strategi Majelis Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi

berkembangnya aliran sesat. Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif

kualitatif yang mengambarkan tentang peran dan strategi Majelis Ulama

Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya aliran-aliran

sesat. Perbedaan dengan skripsi penulis adalah dari objek penelitiannya.

Penulis fokus pada perencanaan dan strategi komunikasi MUI dalam

mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan ormas gafatar.

2. Skripsi karya Indra Gunawan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

(25)

Jakarta dengan judul “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam

Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam Indonesia.”

Skripsi ini memiliki kesamaan subjek dan konsep. Subjeknya adalah Majelis

Ulama Indonesia pusat bagian komisi fatwa. Konsep yang digunakan

cenderung sama yaitu strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan

fatwa. Dimana konsep tersebut menyinggung tahapan dalam proses strategi

yaitu Perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Tetapi

terdapat perbedaan pada objek penelitiannya. Indra meneliti tentang fatwa

haram korupsi sedangkan penulis tentang fatwa sesat ormas Gafatar.

3. Skripsi karya Muflih Shoepul Ridwan, mahasiswa Jurusan Manajemen

Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan judul “Strategi Sosialisasi Fatwa Haram

Perkawinan Beda Agama MUI Kota Bogor.” Dalam skripsi ini memiliki

kesamaan konsep yaitu strategi Sosialisasi, dimana Muflih menemukan data

mengenai strategi sosialisasi fatwa haram perkawinan beda agama yang

dilakukan MUI Kota Bogor. Konsep strateginya pun sama meliputi

Perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Namun yang

membedakan adalah subjek dan objeknya, Muflih meneliti tentang MUI Kota

Bogor dengan objeknya fatwa haram perkawinan beda agama, sedangkan

penulis tentang fatwa sesat dan menyesatkan ormas Gafatar di MUI Pusat.

Dari ketiga tinjauan pustaka diatas, peneliti merasa yakin akan orisinalitas

judul yang penulis ambil, bahwa penelitian ini bukan lah hasil plagiat dari

(26)

F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, batasan masalah

dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoretis

Pada bab ini membahas tentang pengertian dari strategi, komunikasi,

strategi komunikasi, sosialisasi, fatwa sesat dan Ormas Gafatar.

BAB III Gambaran Umum Majelis Ulama Indonesia

Bab ini berisi profil Majelis Ulama Indonesia, Profil itu sendiri terdiri

atas sejarah singkat Kementerian Agama, Visi dan Misi, struktur

Majelis Ulama Indonesia, proses pembuatan fatwa dan Majelis Ulama

Indonesia menghadapi ormas Gafatar.

BAB IV Temuan dan Analisis Data

Bab ini berisi temuan dan analisis strategi komunikasi MUI dalam

mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar kepada khalayak yang

meliputi penelitian, perumusan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.

Serta faktor pendukung, penghambat dan solusinya.

BAB V Penutup

Bab ini adalah bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dan

(27)

16 BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jendral (The Art of

General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan.1

Penggunaan kata stretegi memang awalnya identik digunakan oleh militer

untuk meraih tujuan dalam sebuah peperangan.

Definisi strategi juga diperkuat oleh Marthin-Anderson yang mengatakan

bahwa “Strategi adalah seni di mana melibatkan kemampuan

intelegensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam

mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan

efisien.”2

Dari definisi di atas barulah kata strategi mengalami perluasan makna,

yang awalnya strategi hanya digunakan pada lingkungan militer sekarang

bidang keilmuan lain juga dapat mengaplikasikan konsep strategi. Banyak

pakar strategi yang lahir dari bidang selain militer, seperti: Hendry Kissinger

pakar strategi yang berlatar belakang sejarah atau Thomas Schelling pakar

strategi yang berlatar belakang ilmu ekonomi. Ini membuktikan bahwa seiring

perkembangan zaman ahli strategi lahir dari berbagai macam bidang kelimuan.

1 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 61

(28)

2. Pengertian Strategi Komunikasi

Alo Liliweri mengatakan bahwa strategi komunikasi adalah “strategi

yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan mempromosikan suatu visi

komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.”3

Rogers memberi batasan pengertian strategi komunikasi “sebagai suatu

rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala

yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru.”4

Jadi, strategi komunikasi adalah sebuah rancangan atau rumusan yang

dibuat untuk mengartikulasikan, menjelaskan, mempromosikan, dan mengubah

tingkah laku manusia melalui transfer ide-ide baru. Dengan kata lain strategi

komunikasi bertujuan untuk mengubah tingkah laku manusia yang awalnya

tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak setuju menjadi setuju, dan begitu

pula sebaliknya.

Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa “stategi komunikasi

merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan manajemen

komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”5 Dengan kata lain

dalam tahapan strategi komunikasi akan berhubungan dengan tahapan

perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi.

Selanjutnya ditambahkan lagi dengan pernyataan dari Middleton bahwa

“strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen

komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai

pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang

3 Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 240

(29)

optimal.”6 Sedangkan menurut Hafied Cangara strategi Komunikasi meliputi

lima tahap, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan

Pelaporan.7

3. Tahapan Strategi Komunikasi

Seperti yang telah dikatakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa

“stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan

menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”, maka

tahapan yang digunakan adalah perpaduan dari model tahapan perencanaan

komunikasi dan tahapan manajemen untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini. Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Strategi

Komunikasi” menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima

tahapan, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku “Strategi Manajemen” mengatakan, bahwa “proses strategi manajemen pada dasarnya meliputi tiga langkah utama,

yaitu: perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.”8

Terdapat tiga tahap yang memiliki kesamaan makna dari kedua tahpan

tersebut, dengan demikian tahapan strategi komunikasi terdiri dari lima tahap,

yaitu:

a.Penelitian

Sebuah organisasi atau lembaga memerlukan tenaga spesialis yang

berfungsi untuk menangani masalah-masalah komunikasi seperti keperluan

6 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61 7

H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72-73

(30)

pencitraan pemasaran atau kegiatan kerja sama dengan pemangku

kepentingan lainnya. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematik

yang dihadapi suatu lembaga. Problematik bisa dalam bentuk wabah penyakit

yang akan menyerang anggota masyarakat, kerugian perusahaan, ketidak

percayaan terhadap organisasi dan lain sebagainya.9

Tahapan ini juga merupakan tahap penemuan fakta. Tahap penelitian

ini digunakan untuk mengetahui bagaimana opini publik terhadap suatu

permasalahan yang terjadi di sekitar organisasi atau lembaga tersebut. Hasil

dari penelitian tersebut menjadi bahan perumusan untuk strategi komunikasi

yang akan diterapkan oleh organisasi atau lembaga dalam mencapai

tujuannya.

b.Perencanaan

Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses penyusunan

langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan

strategis, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.10 Dengan

demikian, dalam tahap perumusan diperlukan strategi tentang pemilihan atau

penentuan sumber (komunikator), pesan, media, sasaran (segmen), dan efek

yang diharapkan.11 Sumber atau komunikator disini adalah individu atau

lembaga yang bersifat sebagai pemberi pesan yang berupa informasi atau

penyuluhan. Selanjutnya media adalah perantara yang digunakan oleh sumber

untuk menyampaikan pesannya kepada sasaran yang ingin dituju, yaitu

komunikannya. Sasaran dari tahap perumusan bisa berupa masyarakat luas

9 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72

(31)

atau kelompok tertentu, dengan tujuan memperoleh efek yang diharapkan.

c.Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam rangka implementasi

rumusan strategi yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan dalam sebuah

lembaga berarti pengorganisasian seluruh divisi-divisi di perusahaan tersebut

untuk menjalankan rumusan yang telah disepakati. Tahap pelaksanaan bisa

dilakukan dalam bentuk tayangan di televisi, wawancara di radio,

pemasangan iklan di surat kabar, pemasanagan baliho atau spanduk di

jalanan, dan pemberangkatan tim penyuluhan untuk bertatap muka dengan

komunitas di lokasi yang menjadi target sasaran.12 Inti dari tahap pelaksanaan

hanya satu, yaitu untuk menyebarkan informasi kepada seluruh target sasaran

yang telah ditetapkan dalam rumusan.

d.Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari strategi yang

telah dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang

diharapkan. Seperti apakah media yang digunakan efektif untuk digunakan

sebagai implementasi strategi tersebut, apakah tujuan dari strateginya

tercapai, apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan

tindakan apa yang dilakukan khalayak setelah menerima dan mengerti

informasi yang disampaikan. Tahap evaluasi sangat penting untuk dilakukan

karena bila strategi itu berjalan dengan baik maka strategi itu bisa dipakai

pada masalah-masalah berikutnya, tetapi bila ada kekurangan bisa diperbaiki

untuk pembelajaran kedepannya.

(32)

e.Pelaporan

Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi

yang telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada

pimpinan kegiatan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Jika dari laporan

diperoleh hasil positif, maka bisa dijadikan sebagai landasan untuk program

selanjutnya. Tapi jika dalam laporan itu ditemukan hal-hal yang kurang

sempurna, maka temuan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan

untuk merevisi atau memodifikasi program yang akan dilakukan.13

4. Langkah-langkah Strategi Komunikasi

Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi: Teori dan

Praktek mengatakan dalam mengaplikasikan strategi perlu untuk

memperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor

pendukung dan penghambat dari setiap komponen tersebut. Hal itu meliputi

mengenali sasaran komunikasi, pemilihan media komunikasi, pengkajian

tujuan pesan komunikasi dan peranan komunikator dalam komunikasi, berikut

penjelasannya:

a.Mengenali Sasaran Komunikasi

Sebelum kita melakukan komunikasi kita perlu mempelajari siapa

sasaran dari komunikasi itu agar tujuannya dapat tercapai. Apakah tujuannya

hanya sekedar memberikan informasi kepada komunikan atau agar

komunikan melakukan tindakan tertentu. Dalam mengenali sasaran

komunikan perlu memperhatikan dua faktor ini:

(33)

Pertama, kerangka refrensi, yaitu hasil dari paduan pengalaman,

pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan

sebagainya.14 Kedua, faktor situasi dan kondisi, maksudnya adalah situasi

komunikasi saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan, bila

terjadi banyak gangguan maka tujuan dari pesan yang akan disampaikan akan

sulit untuk dicapai. Sedangkan kondisi maksudnya adalah keadaan fisik dan

psikis komunikan dalam menerima informasi.

b.Pemilihan Media Komunikasi

Pemilihan media komunikasi bertujuan agar pesan yang ingin

disampaikan bisa diterima dengan baik secara serentak dan meluas. Memilih

media komunikasi harus mempertimbangkan karakteristik isi dan tujuan isi

pesan yang disampaikan, dan jenis media yang dimiliki oleh khalayak. untuk

persebaran ke masyarakat luas sebaiknya menggunakan media massa seperti

koran, televisi, radio dan media baru seperti internet dan handphone.

c.Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan adalah “segala sesuatu yang disampaikan kepada seseorang dalam

bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian

makna. Simbol sendiri merupakan kresasi manusia yang mengandung makna

sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi antarsesama manusia, seperti

bahasa, gambar atau gerak tubuh." 15 Seperti yang sudah dikatakan di atas

bahwa tujuan dari komunikasinya harus jelas, apakah tujuannya untuk

sekedar memeberitahu informasi kepada khalayak terkait isi pesan tersebut

14 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005) h.36

(34)

atau tujuannya untuk penyuluhan agar khalayak melakukan suatu perbuatan

yang diinginkan.

d.Peranan Komunikator Dalam Komunikasi

Faktor penting pada diri komunikator dalam menyampaikan pesan

adalah daya tarik dan kredibilitas sumbernya. Jika komunikator sudah

memiliki daya tarik maka setiap perkataannya akan dituruti oleh

kamunikannya. Sedangkan kredibilitas berarti tingkat kepercayaan dari

komunikan kepada komunikator yang tinggi, sehingga setiap pesan yang

disampaikan bisa diterima dan dilaksanakan.

5. Fungsi Strategi Komunikasi

Suatu proses komunikasi dikatakan berhasil bila strategi yang diterapkan

tepat sasaran. Terutama dalam komunikasi massa dan lembaga-lembaga

pemerintah atau swasta. Tanpa adanya strategi komunikasi, maka hasil yang

diperoleh dari media massa atau lembaga tersebut cenderung kurang maksimal.

Dengan demikian baik secara makro (planned multimedia strategy) maupun

secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi

ganda:

a.Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan

instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang

optimal.

b.Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan

diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang

begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.16

(35)

B. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris

Comunication. Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang berarti

‘sama’, sama di sini maksudnya serupa makna dan artinya. Jadi secara

etimologi ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan

hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan

arti antara orang yang memberi pesan dengna orang yang menerima pesan.17

Sedangkan secara terminologi pengertian komunikasi sendiri adalah

“pertukaran informasi, ide, sikap, emosi, pendapat atau instruksi antara

individu atau kelompok yang bertujuan untuk menciptakan sesuatu, memahami

dan mengkoordinasikan suatu aktivitas."18

Komunikasi secara ilmiah dapat juga berarti proses penyampaian pesan

atau informasi dari pegirim (komunikator) kepada penerima (komunikan)

dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu, baik secara langsung

maupun tidak langsung (menggunakan media) untuk mendapatkan umpan

balik (feedback).19

Pernyataan di atas mendukung teori dari Harold D. Laswell yang

mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang

menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”

dan dengan akibat atau hasil apa” (Who? Says what? In which channel? To

17 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h. 19

18 Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 37

(36)

whom? With what effect?).20

2. Unsur-unsur Komunikasi

Pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang.

Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, ide dan sebagainya. Sedangkan

lambang bisa berupa bahasa lisan dan tulisan atau lambang berupa isyarat,

gambar, singnal dan lainnya. Dalam prosesnya komunikasi terdiri dari tiga

unsur pokok, yaitu: (1) komunikator, pelaku yang menyampaikan pesan, (2)

pesan, suatu gagasan/ide, informasi yang telah dituangkan dalam bentuk

lambang untuk disebarkan kepada pihak lain, (3) komunikan, orang yang

menerima pesan.21

Selain ketiga unsur di atas, untuk lebih lengkapnya unsur-unsur

komunikasi terdiri dari:

a.Source

Source atau sumber adalah apa-apa yang ada di dalam benak ssseorang

baik berupa ide, pemikiran, gagasan, peristiwa/kejadian, pengetahuan dan

lain-lain, yang semuanya itu hasil dari persepsi (pantauan dan pemaknaan indra

kepada yang ada disekelilingnya), yang kemudian disimpan dalam kotak hitam

dikepala, yang disebut dengan ideasi.

b.Komunikator

Komunikator yakni orang yang pertama kali menyampaikan pesan.

Encoder adalah istilah lain yang mempunyai pengertian sama seperti

komunikator. Encoder dalam menyampaikan pesan bersifat Encoding, yaitu

(37)

usaha komunikator dalam menafsirka pesan yang akan disampaikan kepada

komunikan agar komunikan dapat memahaminya.

c.Message

Message atau pesan adalah kata-kata, lambang, isyarat, tanda atau gambar

yang disampaikan.

d.Komunikan

Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Decoder adalah istilah

yang memiliki pengertian sama dengan komunikan. Dalam menerima pesan

decoder memiliki sifat Decoding, yaitu suatu usaha komunikan dalam

menafsirkan pesan yang disampaikan kepada komunikator.

e.Destination

Destination adalah tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi.

f. Medium

Medium atau media adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi

agar komunikasi bisa mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas. Media ini

ada yang bersifat nirmasa, seperti telepoon, HP dan lainnya, dan ada pula yang

bersifat media massa seperti televisi, radio, Koran dan film.

g.Feed back

Feed back atau umpan balik adalah jawaban/tanggapan/ respon

komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima atau

berjalan.

h.Efek

Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat

(38)

meliputi pengetahuan atau bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan,

emosi, atau bisa juga bersifat konatif yang berupa tindakan.22

3. Media Komunikasi

Berdasarkan jenisnya media komunikasi terbagi menjadi 5 macam, yaitu:

a. Media Cetak

Media cetak adalah saluran komunikasi dimana pesan-pesan verbalnya

tertulis maupun berbentuk gambar seperti karikatur dan komik dilakukan

dalam bentuk tercetak. Media ini seperti: Koran, majalah, buku, tabloid, dan

lain-lain. Kelebihannya bisa dibaca semua orang, dan informasi yang

didapat lebih lengkap dan mendalam.

b. Media Elektronik

Media elektronik adalah media yang menyampaikan pesan-pesannya

melalui getaran listrik yang diterima oleh pesawat penerima tertentu,

misalnya televise dan radio. Kelebihan media elektronik bisa menembus

ruang dan waktu sehingga informasi yang disampaikan bisa cepat dan

serempak. Media radio bersifat audiotif (hanya suara), sedangkan televise

bersifat audio visual (suara beserta gambar).

c. Media Luar Ruang (Outdoor Media)

Media luar ruang biasa dikaitkan dengan dunia estetika dalam bentuk

lukisan, dan ditempatkan pada lokasi yang ramai dilihat oleh banyak orang.

Jangkauannya terbatas hanya terlihat oleh orang yang lewat atau orang yang

sempat mencuri perhatian untuk membacanya sepintas. Contoh media luar

ruang adalah: spanduk, baliho, reklame, dan lain-lain.

(39)

d. Media Format Kecil

Media format kecil biasanya terdiri atas berbagai macam media, tetapi

bentuknya kecil, dan isinya kadang terfokus pada satu macam informasi.

mudah dibawa kemana-mana dan menarik perhatian orang. Media format

kecil meliputi: brosur, bulletin, poster, dan lain-lain.

e. Internet

Internet termasuk kedalam media baru yaitu hasil rekayasa para pakar

teknologi informasi yang berhasil menggabungkan antara komunikasi

interpersonal dan komunikasi massa. Disebut komunikasi massa karena bisa

menjangkau khalayak secara global, sedangkan interpersonal karena pesan

yang dibuat diarahkan dan dikonsumsi secara pribadi. Contoh media

internet adalah website, media sosial (facebook, twitter, dan sbagainya),

media online.

f. Telepon Seluler

Telepon sesluler cukup banyak digunakan sebagai media untuk

penyebarluasan informasi, contohnya penggunaan pesan singkat atau biasa

disebut SMS. Hanya saja telepon seluler sangat terbatas dalam memuat

pesan, sehingga pesan dalam SMS harus singkat padat dan jelas. Tetapi

seiring dengan perkembangan zaman sekarang telepon seluler sudah

berevolusi menjadi smartphone sehingga sudah bisa mengakses internet dan

kita bisa mengaplikasikan media online, website, dan media sosial melalui

smartphone yang kita miliki.23

(40)

C. Sosialisasi

Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses dalam mana individu menerima kemudian

menginternalisasikan/menghayati banyak nilai sosial, kepercayaan, pola-pola

perilaku dari kebudayaan mereka. Menurut James W Vander Zanden

sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial dimana orang memperoleh

pengetahuan, nilai, sikap dan perilaku esensial untuk berpartisipasi secara

efektif dalam masyarakat.24

Sosialisasi sangat erat hubungannya dengan proses komunikasi. Karena

untuk dapat menginternalisasi sebuah informasi, nilai dan pemahaman kepada

diri sendiri diperlukan transfer informasi dari sumber informasi kepada target

sasarannya. Dalam penyampaian aktivitas tersebut biasanya menggunakan

media, media yang digunakan bisa berupa keluarga, kelompok bermain,

sekolah, lingkungan kerja dan media massa.25 Sosialisasi umumnya bersifat

persuasif, yaitu mengajak target sasarannya untuk melakukan suatu perbuatan

atau hanya dengan memberikan suatu pengetahuan.

Sosialisasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi perkembangan

manusia. Dengan berinteraksi dengan orang lain, seorang individu belajar

bagaimana berpikir, mempertimbangkan dengan nalar, dan berperasaan. Hasil

akhirnya ialah membentuk perilaku kita, termasuk pikiran dan emosi kita

24 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan . (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 60

(41)

sesuai dengan budaya yang berlaku.26

Sebuah informasi yang disosialisasikan oleh sebuah organisasi, lembaga

pemerintahan atau bahkan individu sekali pun, pasti tujuannya untuk

memberikan penyuluhan atau memeberi pengetahuan kepada target

sosialisasinya sesuai dengan tujuan yang telah dibuat. Untuk itu pemilihan

media juga merupakan hal yang penting dalam mensosialisasikan sebuah

informasi. Ruang dan kelompok yang mempengaruhi orientasi kita, konsep

diri, emosi, sikap dan perilaku kita dinamakan agen sosialisasi. Agen

sosialisasi terdiri dari:

a.Keluarga

b.Lingkungan Hunian

c.Agama

d.Sekolah

e.Kelompok Sebaya

f. Tempat Kerja

g.Media Massa.27

Keluarga merupakan ruang pertama yang menjadi agen sosialisasi.

Karena kedekatan keluarga berawal dari manusia baru lahir sampai tumbuh

dewasa, sehingga interaksi pertama yang dilakukan dan paling berpengaruh

adalah melaui keluarga. Lingkungan hunian berpengaruh saat manusia tumbuh

26 James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: Erlangga, 2007) h.74

(42)

besar, mereka akan berinteraksi dengan lingkungan disekitar tempat

tinggalnya. Kemudian agama, penanaman paham agama akan menuntun

seorang individu agar lebih beriman. Agama atau acara-acara keagamaan bisa

menjadi ruang yang tepat untuk mensosialisasikan informasi kepada para umat

pemeluk agama tersebut. Selanjutnya fase pertumbuhan bermula dari masa

anak, remaja dan dewasa. Selama fase itu kita akan bersosialisasi dengan orang

orang di lingkungan sekolah, kelompok sebaya dan tempat kerja. Terakhir

sebuah informasi bisa disosialisasikan melalui media massa, karena persebaran

media massa yang luas dan serentak sangat efektif dalam menyebarkan

informasi. media massa meliputi televise, radio, media cetak dan internet.

D. Fatwa Sesat Ormas Gafatar 1. Pengertian Fatwa

Dalam Kitab Mafaahim Islaamiyyah diterangkan bahwa kata “al-fatwa”

bermakna “jawaban atas persoalan-persoalan syariat atau perundang-undangan

yang sulit.” Jika dinyatakan aftaay fi al-mas’alah: menerangkan hukum dalam

permasalahan tersebut. Sedangkan al-iftaa’ adalah penjelasan hukum-hukum dalam persoalan syariat, undang-undang, dan semua hal yang berkaitan dengan

pertanyaan-pertanyaan orang yang bertanya.28

Fatwa secara syariat bermakna, penjelasan hukum syariat atas suatu

permasalahan dari permasalahan-permasalahan yang ada, yang didukung oleh

dalil yang berasal dari Al-Qur’an, sunnah Nabawiyyah, dan ijtihad. Menurut

Prof. Amir Syarifuddin, fatwa atau ifta’ berasal dari kata afta, yang berarti memberikan penjelasan. Secara definitif fatwa yaitu usaha memberikan

(43)

penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum

mengetahuinya.29

Menurut kamus Fiqh, fatwa ialah nasihat dari orang yang lebih tinggi

tingkatannya untuk orang yang lebih rendah; baik umur, ilmu, maupun

kewibawaannya. Dengan kata lain, fatwa ialah pendapat atau ketetapan hukum

dalam pandangan hukum Islam. Fatwa biasanya dikeluarkan oleh lembaga atau

orang yang memiliki otoritas dibidang hukum Islam.30

Tidak semua orang bisa membuat fatwa. Orang yang menyampaikan

penjelasan hukum atau menyampaian fatwa ditengah-tengah masyarakat

disebut dengan Al-Mufti. Mufti adalah seorang faqih yang diangkat oleh

negara untuk menjawab persoalan-persoalan.31

Untuk menjadi seorang mufti, seseorang harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a.Seorang yang sudah mukallaf, yaitu muslim, dewasa, dan sempurna

akalnya.

b.Seorang yang ahli dan mempunyai kemampuan untuk berijtihad, misalnya

mengetahui dalil-dalil sama’i dan dalil-dalil aqli.

c.Seorang yang adil dan dapat dipercaya. Dua persyaratan ini dituntut dari

seorang mufti karena ia seorang panutan.

d.Bersikap tenang (sakinah) dan berkecukupan, mempunyai niat dan iktikad

yang baik, kuat pendirian dan dikenal di tengah umat.32

Dalam merumuskan suatu permasalahan untuk menjadi fatwa harus

29 Mardani, Ushul Fiqh, h. 374

30 Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, (Jakarta:AMZAH, 2013) h. 44 31 Mardani, Ushul Fiqh, h. 374

(44)

melewati rukun fatwa. Rukun fatwa terdiri dari 4 tahap, yaitu:

a.Usaha memberikan penjelasan yang disebut ifta’. ifta’ adalah usaha menyampaikan hasil penggalian melalui ijtihad kepada orang lain yang

bertanya. Sedangkan ijtihad adalah usaha menggali hukum dari sumber

dan dalilnya.

b.Orang yang menyampaikan jawaban hukum kepada orang yang bertanya

disebut mufti.

c.Orang yang meminta penjelasan hukum kepada yang telah mengetahui

disebabkan oleh ketidaktahuannya tentang hukum suatu kejadian (kasus)

yang telah terjadi. Orang itu disebut mustafti.

d.Materi jawaban hukum syara’ yang disampaikan oleh mufti kepada mustafti

yang disebut fatwa.33

Dalam Islam fatwa memiliki kedudukan yang tinggi. Fatwa dipandang

sebagai salah satu alternatif yang bisa memecahkan kebuntuan dalam

permasalahan yang semakin berkembang pesat seiring dengan perkembangan

zaman. Fatwa merupakan institusi dalam hukum Islam untuk memberikan

jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi oleh umat Islam, bahkan

menjadikannya sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab

fatwa bagi masyarakat awam terhadap ajaran Islam laksana dalil bagi

mujtahid.

2. Pengertian Sesat

Menurut website Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sesat memiliki arti

tidak melalui jalan yang benar; salah jalan atau menyimpang dari kebenaran

(45)

(tentang agama dan sebagainya). Sedangkan menyesatkan berarti membawa ke

jalan yang salah; menyebabkan sesat (salah jalan).34 Sehinga dapat

disimpulkan bahwa sesat adalah usaha untuk mempengaruhi orang untuk

menyimpang dari kebenaran atau menuju jalan yang salah.

Sesat dalam bahasa arab disebut dengan dhalâl atau dhalâlah.

Al-Qurthubi, menyatakan bahwa asal dari kata dhalâl adalah al-ghaybûbah

(tersembunyi/gaib). Menurut Al-Alusi dan Abu Hilal al-‘Askari, asal dari

dhalâl adalah al-halâk (rusak). Kemudian Al-Baghawi menggabungkan

keduanya bahwa asal dari dhalâl adalah al-halâk wa al-ghaybûbah (rusak dan

tersembunyi). Al-Qurthubi mengatakan bahwa dhalâl hakikatnya adalah pergi

meninggalkan kebenaran, diambil dari tersesatnya jalan, yaitu menyimpang

dari jalan yang seharusnya.35

Dhalal secara mutlak mencangkup orang yang tersesat dari petujunjuk,

baik sengaja maupun karena kejahilan, dan tentu saja ia akan mendapatkan

adzab. Penyebab kesesatan adalah karena kejahilan (bodoh atau tidak tahu

tentang ajaran agama), lalu orang jahil itu mengikuti leluhurnya atau

orang-orang yang dikasihinya sehingga ia menyimpang dari jalan yag lurus karena

kejahilannya terhadap perintah dan larangna Allah sebagaimana disebutkan

dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Atau bisa juga karena hanya mengikuti

nafsunya tanpa petunjuk dari Allah sehingga ia berpaling dari menuntut ilmu

syar’i dan mengetahui kebenaran.36

34 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sesat, http://kbbi.web.id/sesat. Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 18.51 WIB.

35Yahya Abdurrahman, Sesat (Dhalal), http://hizbut-tahrir.or.id/2008/08/01/sesat-dhalal/. Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 19.18 WIB.

(46)

Al-Jili mengatakan bahwa jalan sesat adalah jalan yang ditempuh

berbagai pemeluk agama dan keyakinan selain umat nabi Muhammad Saw.

Tetapi keyakinan mereka telah dinodai oleh sikap politeistik dan ateistik,

sehingga mereka terpecah-belah dan tersesat. Dengan demikian Al-Jili dengan

tegas menyampaikan bahwa jalan Muhammad adalah jalan yang lurus, jalan

yang menyampaikan kepada kebahagiaan sejati tanpa ada kesulitan

sedikitpun.37

3. Pengertian Ormas Gafatar

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merupakan sebuah organisasi yang

mengklaim bergerak di bidang sosial dan budaya. Deklarasi Gafatar

dilaksanakan pada Sabtu, 21 Januari 2012 di gedung JIEXPO Kemayoran,

Jakarta. Gafatar memiliki dasar pemikiran yang menyatkan bahwa bangsa

Indonesia belum merdeka seutuhnya dari sistem penjajahan neokolonialis dan

neoimperialis.38 Pemikiran inilah yang menjadi landasan Gafatar untuk

menyebarkan paham-pahamnya di Indonesia.

Gafatar memiliki wadah dalam website resmi www.gafatar.or.id dan

dpd.gafatar.or.id untuk berita kegiatan dan aksi nyata Gafatar, tetapi website

ini telah di blokir oleh pemerintah semenjak Gafatar dikatakan sebagai

organisasi yang menganut aliran sesat. Oleh karena itu berikut adalah lampiran

visi, misi dan tujuan dari organisasi Gafatar yang dikutip dari blog pengurus

gafatar yaitu gafatarian.blogspot.co.id, berikut penejelasannya:

37 Media Zainul Bahri, Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn Arabi, Rumi

dan Al-Jili, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2011) h. 302-303

38 Yandhi Mohammad, Fakta seputar Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara, https://beritagar.id

(47)

Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) adalah organisasi kemasyarakat

yang resmi berdiri di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2011 atas prakarsa 52

Badan Pendiri dengan berlambangkan Bendera“Fajar yang terbit dari Timur

dengan dua belas sinar”. Legalitas pendirian Organisasi GAFATAR terdapat dalam UUD 1945 pasal 28, UU No. 8 tahun 1985 tentang Orkemas dan Akte

pendirian ormas No. 01 tanggal 05 September 2011. Gerakan Fajar Nusantara

(GAFATAR) adalah Organisasi kemasyarakatan yang berasaskan Pancasila.

Sebagaimana lazimnya sebuah Komunitas atau Organisasi yang memiliki

visi dan misi, maka Organisasi Kemasyarakatan Gafatar pun memiliki visi dan

misi, yakni:

Visi

Terwujudnya tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang damai

sejahtera, beradab, berkeadilan dan bermartabat di bawah naungan Tuhan

Yang Maha Esa melalui penyatuan nilai-nilai luhur bangsa, peningkatan

kualitas ilmu dan intelektualitas, serta pemahaman dan pengamalan nilai-nilai

universal agar menjadi rahmat bagi semesta alam.

Misi

Memperkuat solidaritas, kebersamaan, persatuan, dan kesatuan

khususnya antar sesama elemen bangsa Indonesia serta dunia pada umumnya.

Selain itu, juga memupuk saling pengertian dan kerja sama antar sesama

lembaga yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap upaya perdamaian

dan kesejahteraan dunia.39

39

Gambar

GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA
gambar, singnal dan lainnya. Dalam prosesnya komunikasi terdiri dari tiga
GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA

Referensi

Dokumen terkait

Risiko Partus Prematurus pada Kehamilan dengan Infeksi Saluran Kemih.. Cermin Dunia Kedokteran

Ketatnya persaingan dan pertumbuhan pusat perbelanjaan modern yang sangat ekspansif disertai fenomena adanya pendatang baru pusat perbelanjaan modern yang mengalami kendala

Apa interpretasi dari pemeriksaan orofaringeal : tonsil : T4/T4, mukosa hiperemis, kripte melebar +/+, detritus +/+ dan pada faring ditemukan mukosa hiperemis dan terdapat granul

Celestia yang dikembangkan oleh Cris Laurel dkk dapat dijadikan sebagai media simulasi virtual yang dapat memvisualisasikan fenomena fisika yang memungkinkan penggunanya

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf aperlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Penghematan Penggunaan AirYang Berasal Dari

Penyidikan terhadap pelaku tindak pidana penyelundupan manusia yang dilakukan Kepolisian Resor Kota Pekanbaru dalam hal kasus tertangkap tangan yaitu supiono ini

Di samping terbiasa melakukan akhlak mulia atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman