Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh: Ridho Falah Adli NIM: 1112051000143
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar
Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan adanya pemberitaan mengenai organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). Ormas tersebut mengatas namakan Islam tetapi tidak menjalankan kewajiban yang dilakukan oleh umat Islam pada umumnya. Serta mereka mempercayai bahwa ada Nabi terakhir selain Nabi Muhammad Saw yaitu Ahmad Musadeq. Ia juga selaku ketua dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah sehingga Gafatar dianggap sebagai metamorfosis dari ajaran itu. Atas pernyataan inilah Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan untuk membuat fatwa bahwa ormas Gafatar beraliran sesat dan menyesatkan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia? Dan apa faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Hafied Cangara bahwa strategi komunikasi meliputi lima tahap yaitu: penelitian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam ilmu menejemen, strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: perumusan, implementasi dan evaluasi. Ketiga tahapan ini memiliki kesamaan makna dengan lima tahapan yang dijabarkan oleh Hafied Cangara.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan buku-buku. Paradigma penelitian yang digunakan ialah paradigma konstruktivis yang berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat dan budaya.
Hasil penelitian ini menampilkan bahwa MUI diwakilkan oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat dalam mensosialisasikan fatwanya dengan berdasarkan lima tahapan. Pertama, tahap penelitian dimana MUI terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya terkait ajaran Gafatar. Kedua, tahap perumusan, MUI melakukan perumusan strategi berdasarkan unsur-unsur komunikasi meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek yang ingin diperoleh. Ketiga, tahap pelaksanaan, menjalankan strategi yang sudah dirumuskan seperti RAKORNAS dan mengadakan pelatihan. Terakhir evaluasi dan pelaporan. Pelaporan dilakukan saat diadakan rapat kepada Ketua MUI. Lalu menjabarkan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses sosialisasi, serta memberikan solusi untuk MUI kedepannya.
ii
Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah bagi junjungan besar Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia kepada jalan kebenaran.
Adapun skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun guna memenuhi
salah satu persyaratan yang telah ditentukan dalam menempuh program studi
Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam hal ini, penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mampu
terselesaikan tanpa bantuan dari pihak lain yang telah memberikan bimbingan,
nasihat, serta motivasi baik secara moral maupun material. Oleh karenanya,
penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Drs. Masran, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Fita Fathurokhmah SS, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Drs. S. Hamdani, MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya guna memberikan bimbingan, arahan serta inspirasi yang amat
iii
membantu mengarahkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti seluruh kegiatan
akademik.
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada
penulis selama dalam masa perkuliahan.
7. Segenap Pimpinan serta Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani penulis dalam
menggunakan buku-buku serta literatur yang penulis butuhkan selama
penyusunan skripsi ini.
8. Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA, selaku narasumber dan perwakilan dari Komisi
Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia, terima
kasih atas bantuannya hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan dan Alm. Ferdina Hafni
serta Hj. Suparmi, yang selalu mendoakan, menjadi inspirasi serta
memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Kakak saya Eka Satria Budidharma, Dwi Satyawan, Tri Satyaries Rudyanto,
Chatur Savitry Rachmawati, Pancha A. S, Sendi Yasa Rahmanu beserta
seluruh anggota keluarganya yang selalu memberikan nasihat serta motivasi
kepada penulis.
11.Kepada keluarga besar Abdul Razak meliputi Pakde Agus, Tante Tia, Tante
Nova, Om Yandhi beserta seluruh anggota keluarganya yang selalu
iv ada disaat suka maupun duka.
13.Akbar Ramadhan, Fahmi Syamsi, Trisaka Oktarian, Dityan Zahra Pranisa,
Annisah Bilqis, Arif Faturrahman, Achmad Faisal Riwanto sahabat
perkuliahan, yang selalu memberikan masukan serta kecerian.
14.Tim futsal selasa sore, Agung Aditya, Ahmad Fikri, Arif Syahrizal, Taufik
Abdullah, Ridho Andriansyah, Ferdy Rizki, Hidayatul Munir, Indra
Ramadhan, Asep Hermawan tetaplah berlatih untuk mencari keceriaan dalam
setiap permainan.
15.Kawan senasib sejak semester awal KPI E, Milki Amirussaleh, Hilman
Zulfahmi, M. Aidilah, Syifa, Fitri, Thabitha, Mudillah, Sarah, Aisyah, Nupus,
Dewi, Mia, Apik, Nenden, Novi, Nirma Ega yang selalu berbagi kesulitan
maupun kebahagiaan.
16.Keluarga Besar KPI angkatan 2012 serta kakak-kakak senior dan adik-adik
junior yang sudah memberikan inspirasi kepada peneliti.
17.Keluarga besar KKN Semarak 2015 serta Keluarga besar Desa Cibetok
semoga tali silaturahmi tetap tersambung diantara kita.
18.Keluarga besar Komunitas Jurnaslis TV, Asa Trifabasi, Riztira Syahrizal,
Reksa Dwi Putra, Ervan Tonedi, Sandra, Intan, Rofi, Elsa, April, Aldi, Naufal,
Oji, Dita, Eriana, Humairah, Adit, Kindi, Amira, Aulia, Ifa, surya, badru,
bayu, Aisyah, Baiti, Putri, Mardiyah, Arya dan semuanya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang menjadi tempat untuk belajar, sharing, liputan
dengan keterbatasan alat yang kita punya tetapi tidak mengendurkan semangat
kita untuk membuat tontonan yang baik untuk bangsa Indonesia. Intinya cape
v
mohon maaf belum dapat saya cantumkan namanya.
Penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi
para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan, akhir kata penulis mohon
maaf jika terdapat kesalahan penulisan dalam skripsi ini.
Jakarta, 4 Agustus 2016
vi
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Metodologi Penelitian ... 8
E. Tinjauan Pustaka ... 12
F. Sistematika Penulisan... 15
BAB II LANDASAN TEORETIS A. Strategi Komunikasi ... 16
1. Pengertian Strategi ... 16
2. Pengertian Strategi Komunikasi ... 17
3. Tahapan Strategi Komunikasi ... 18
4. Langkah-langkah Strategi Komunikasi ... 21
5. Fungsi Strategi Komunikasi ... 23
B. Komunikasi ... 24
1. Pengertian Komunikasi ... 24
2. Unsur-unsur Komunikasi ... 25
3. Media Komunikasi ... 27
3. Pengertian Ormas Gafatar ... 35
BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA A. Sejarah Singkat Majelis Ulama Indonesia ... 40
B. Visi dan Misi Majelis Ulama Indonesia ... 43
C. Struktur Kepengurusan Majelis Ulama Indonesia ... 43
D. Proses Pembuatan Fatwa di Majelis Ulama Indonesia ... 46
E. Majelis Ulama Indonesia Menghadapi Ormas Gafatar ... 48
F. Fatwa MUI Tentang Gafatar ... 51
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Strategi MUI dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar ... 61
1. Penelitian ... 63
2. Perencanaan... 65
3. Pelaksanaan ... 69
vii
Mensosialisasikan Fatwa Sesat Dan Menyesatkan Ormas
Gafatar ... 73
1. Pendukung ... 73
2. Penghambat ... 75
3. Solusi ... 76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78
B. Saran-saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
1 A. Latar Belakang
Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan adanya pemberitaan
mengenai organisasi masyarakat (Ormas) yang mengatasnamakan Islam tetapi
tidak menjalankan kewajiban-kewajiban seperti yang dilakukan oleh umat Islam
pada umumnya. Ormas itu adalah Gerakan Fajar Nusantara atau biasa disebut
Gafatar. Ormas Gafatar disebut keluar dari paham agama Islam karena mereka
yang menganut paham Gafatar percaya, bahwa ada Nabi terakhir selain Nabi
Muhammad Saw. Atas fakta inilah Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan
untuk membuat fatwa bahwa ormas Gafatar beraliran sesat dan menyesatkan.
Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun
para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak
dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.
Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris
tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya).1 Maka, mereka terpanggil untuk berperan
aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI.
Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat
berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan
moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan
dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat
1 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI,
serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.2
Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam
pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi
politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber
pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Akibatnya umat Islam dapat terjebak
dalam egoisme kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan. 3 Oleh karena itu
kehadiran MUI, sangat dibutuhkan sebagai sebuah organisasi yang dapat
memimpin umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan
silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat
Islam di Indonesia.
Dilihat dari fungsinya Majelis Ulama Indonesia memiliki lima fungsi
utama, yaitu:
1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)
2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)
3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah)
4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid
5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar4
Pada tanggal 3 Februari 2016, Majelis Ulama Indonesia mengadakan jumpa
pers yang bertujuan untuk merilis fatwa bahwa organisasi masyarakat Gerakan
Fajar Nusantara (Gafatar) beraliran sesat dan menyesatkan. Seperti yang dikutip
2 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI,
http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profil-mui.html Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.
3 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI,
http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profil-mui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.
4 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI,
dari media online Kompas.com ketua umum MUI, Ma'ruf Amin di kantor MUI
pusat, Jakarta, mengatakan, bahwa menurut kajian MUI, aliran Gafatar adalah
sesat dan menyesatkan. Mereka ialah metamorfosis dari aliran Qiyadah
al-Islamiyah yang telah difatwa sesat oleh MUI pada 2007. Mereka mempraktikkan
keyakinan Millah Abraham, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan
Yahudi5
Dalam penyampaian fatwa MUI itu, Ma'ruf Amin didampingi Ketua
Bidang Fatwa MUI Huzaemah T. Yango, Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin
AF, dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam.
Fatwa tersebut disampaikan setelah MUI melakukan kajian lapangan di
sejumlah lokasi, meneliti sejumlah fatwa tentang Gafatar dari MUI di daerah,
melakukan pertemuan dengan anggota Gafatar, hingga berdiskusi dengan aparat
keamanan dan pemerintah. Dari hasil kajian itu, Gafatar terbukti merupakan
kelanjutan dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah. Para penganut menganggap
Ahmad Musadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi
Muhammad Saw. Gafatar, kata Huzaemah, tidak menganjurkan pengikutnya
untuk menjalankan ajaran agama Islam, misalnya salat lima waktu, puasa di bulan
Ramadhan, dan melakukan ibadah haji.6
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Gafatar menganut
pemahaman yang salah dalam beragama. Mereka berpandangan bahwa ketiga
agama besar, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi dapat digabungkan menjadi satu
5 Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat,
http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-Aliran-Sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:15 WIB.
6 Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat,
pemahaman. Alhasil, para pengikutnya tidak dianjurkan untuk menjalankan ajaran
agama Islam, seperti salat lima waktu, puasa dan melakukan ibadah haji.
Ditambah lagi para pengikut Gafatar menganggap Ahmad Musadeq sebagai guru
spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Ahmad Musadeq
merupakan pimpinan dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang telah di fatwa
sebagai aliran sesat oleh MUI pada tahun 2007.
Namun sebagai bahan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia dalam
mengeluarkan fatwa tersebut, mereka sudah mengundang organisasi Gafatar untuk
mengklarifikasi tuduhan-tuduhan tersebut. Dikutip dari BBC.com Hasanuddin AF
selaku Ketua Komisi Fatwa MUI mengatakan, bahwa MUI telah mengundang
perwakilan dari Gafatar tetapi tidak datang, jadi pertemuan berlangsung dengan
Jaksa Agung saja terkait klarifikasi mengenai organisasi Gafatar ini.
Menurut Hasanuddin, para tokoh eks-Gafatar diminta untuk
mengklarifikasi kebenaran ajaran mereka terkait al-Qiyada al-Islamiyah, dan
tokoh mereka adalah Ahmad Musadeq, dan terkait tindakan mencampuradukkan
ajaran agama. Fatwa keluar setelah melalui proses pengkajian di MUI, kemudian
dilaporkan ke komisi fatwa, dan setelah komisi fatwa menggelar rapat pleno,
akhirnya keluar fatwa sesat. 7
Ketika ditanya soal Gafatar yang sudah menyatakan keluar dari Islam
sehingga MUI tidak berhak mengeluarkan fatwa soal mereka, Hasanuddin
mengatakan bahwa dari dokumen-dokumen yang ditemukan mereka masih
tercangkup dalam lingkup Islam karena mengakui al Quran sebagai dasar
pijakannya. Al Quran merupakan sumber dari ajaran agama Islam, kecuali mereka
7 Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
tidak mengakui al Quran sebagai dasar ajaran mereka baru MUI tidak berhak
mengeluarkan fatwa sesat.8
Pengikut aliran Gafatar dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
“Pengikut yang meyakini ajaran aliran tersebut seperti mengakui Ahmad Musadeq sebagai nabi setelah nabi Muhammad, menolak adanya surga dan neraka dan/atau mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa ramadhan dan haji maka dikategorikan murtad dari agama Islam. Selain itu, ada pengikut yang hanya mengikuti kegiatan sosial tetapi tidak meyakini ajaran agama dan diharapkan bertobat dan kembali kepada ajaran Islam.”9
Kasus Gafatar ini sangatlah berbahaya dan dapat mengancam keberadaan
Republik Indonesia karena mereka mencita-citakan terbentuknya sebuah Negara
Karunia Semesta Alam yang menurut keyakinan mereka dimulai dari Kalimantan.
Selanjutnya, semua anggota Gafatar harus hijrah ke Kalimantan untuk
memperkuat diri supaya bisa sampai pada tahapan siap khital atau siap perang.
Maksudnya, mereka nanti siap berhadapan dengan pemerintah maupun dengan
komponen manapun.10 Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti ingin mengetahui
bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh MUI dalam
mensosialisasikan fatwa-fatwanya kepada khalayak?
Strategi komunikasi menjelaskan “tahapan kongkret dalam rangkaian
aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian
tujuan komunikasi.“11 Onong Uchjana Effendy menyatakan bahwa “strategi
komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen
8 Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:30 WIB. 9 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR), h. 7
10
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”12 Hafied Cangara
menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima tahapan, yaitu:
penelitian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.13
Strategi komunikasi MUI sangat diperlukan dalam mensosialisasikan
fatwa-fatwanya agar masyarakat dapat mengetahui bahwa banyak aliran-aliran
sesat yang bermunculan di Indonesia. Sehingga, diharapkan masyarakat lebih teliti
lagi dalam bergaul dan membaca fenomena di lingkungannya, terutama kepada
ormas-ormas yang menganut paham menyimpang seperti Gafatar.
Gafatar merupakan metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-Islamiah yang
telah difatwa sesat oleh MUI pada tahun 2007 karena mereka menganut paham
Millah Abraham, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan Yahudi.
Bahwa sesungguhnya agama tidak bisa di campur-campur karena memiliki kitab
dan aturannya masing-masing. Ditambah lagi para pengikut Gafatar menganggap
Ahmad Mussadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi
Muhammad Saw. Pernyataan ini sudah keluar dari ajaran Islam yang
sesungguhnya karena sebagai umat Islam wajib meyakini bahwa Nabi
Muhammad Saw merupakan nabi terakhir yang Allah SWT turunkan ke bumi dan
tiada lagi nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Pernyataan ini terkandung dalam
Surat Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran
Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Ini berarti pada tahun 2007 MUI memiliki kekurangan dalam
mensosialisasikan fatwa sesat kepada al-Qiyadah al-Islamiah, sehingga mereka
masih bisa menyebarkan pahamnya dengan hanya berganti nama menjadi Gafatar
12 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005) h. 32
13
dan mampu mengumpulkan massa sebanyak yang ditampung di Kalimantan
Barat.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik ingin meneliti masalah
ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Majelis
Ulama Indonesia dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar”.
B. Batasan Dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Agar penelitian tidak terlalu meluas dan terarah, maka penelitian dibatasi
hanya pada pengurus Majelis Ulama Indonesia periode 2015-2020 yang
berkaitan dengan sosialisasi fatwa sesat dan menyesatkan Omas Gafatar. Data
diperoleh dari kantor Majelis Ulama Indonesia Pusat di Jakarta, yaitu dari
Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat
dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia?
b. Apa faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI dalam
mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada
masyarakat Indonesia?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan
fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat
b. Untuk mengetahui faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI
dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar
kepada masyarakat Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapakan bisa menjadi referensi bahan keilmuan
dibidang strategi komunikasi dan informasi khususnya sosialisasi dibidang
fatwa bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan masukan
bagi Majelis Ulama Indonesia dalam memperbaiki strategi komunikasinya
dalam mensosialisasikan fatwa-fatwa yang baru kepada masyarakat
Indonesia. Karena aliran-aliran sesat dengan mengatas namakan ajaran
Islam akan merusak aqidah dan akhlak umat yang memiliki iman yang
lemah. Jika sosialisasi dari MUI berjalan dengan baik maka Insya Allah,
aliran-aliran sesat dan menyesatkan tidak dapat hidup lagi di Indonesia.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu metode
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan
memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berdasarkan dari
naskah wawancara, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.14
Maka, dalam penelitian ini peneliti ingnin mendapatkan data yang
sangat akurat dan lengkap dengan terjun langsung ke lapangan. Yaitu kepada
pihak Majelis Ulama Indonesia untuk dimintai keterangan terkait dengan
strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar
kepada masyarakat. Kemudian setelah data-data itu diperoleh, data tersebut
dianalisis dan dilaporkan dalam bentuk deskriptif yang menggambarkan
sebagaimana kondisi sebenarnya.
2. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada
paradigma konstruktivis. Littlejohn mengatakan bahwa teori-teori aliran
konstruktivis ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan
yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok,
masyarakat dan budaya.”15
Jadi, peneliti memilih paradigma konstruktivis untuk mengetahui
bagaimana Majelis Ulama Indonesia membentuk realitas di masyarakat, agar
tujuan dari strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa sesat
ormas Gafatar dapat tercapai.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Majelis Ulama Indonesia bagian
Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, yaitu Drs. H. Ahmad
14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000) h. 3
Zubaidi, MA. sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat. Sedangkan objek penelitian ini adalah strategi komunikasi MUI
dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar.
4. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan 3 teknik pengumpulan data
berdasarkan pendekatan kualitatif, yaitu:
1) Observasi
Observasi adalah “metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan.”16 Dalam penelitian ini observasi dengan cara membaca
dan mengamati isi pesan dan makna yang terkandung dalam
pemberitaan di media online dan televisi terkait fatwa sesat kepada
ormas Gafatar yang dikeluarkan oleh MUI.
2) Wawancara
Wawancara adalah “suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu; ini merupakan proses Tanya jawab lisan, dimana dua
orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Pihak pertama
berfungsi sebagai penanya (interviewer), sedangkan pihak kedua
berfungsi sebagai pemberi informasi (information supplyer).”17
Wawancara dilakukan kepada pihak yang mewakili MUI dalam
mensosialisasikan fatwanya yaitu Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA.
16 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) h. 115.
sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat.
3) Dokumentasi dan Literatur
Menurut Bungin bahan dokumen itu berbeda secara gradual
dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang
diterbitkan, sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan
atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Bahan
dokumentasi meliputi otobiografi, surat pribadi catatan harian
memorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, foto, tape,
microfilm, disc, CD, data di server atau flashdisk, data yang tersimpan
di website dan lainnya.18
Dokumen meliputi data yang diperoleh dari Majelis Ulama
Indonesia yaitu buku yang membahas khusus fatwa sesat Gafatar dan
Fatwa Nomer 6 Tahun 2016 Tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara,
sedangkan literatur merupakan berita di media online dan televisi
terkait MUI yang mengeluarkan fatwa sesat kepada ormas Gafatar.
b. Pengolahan Data
Langkah selanjutnya adalah mengolah hasil temuan atau data,
melalui proses meninjau kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul.
Data yang diperoleh yaitu dari observasi, wawancara, serta dokumentasi
seperti arsip-arsip Majelis Ulama Indonesia dan artikel berita. Data yang
diperoleh akan dideskripsikan secara kongkret dengan didukung oleh
beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis.
c. Analisis Data
Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa analisis data adalah “proses
pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara,
catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan
menyajikan apa yang ditemukan.”19
Data yang sudah terkumpul diolah menggunakan teknik triangulasi.
Teknik triangulasi adalah teknik yang menggabungkan ketiga hasil
sementara dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian temuan
ditafsirkan dengan menggunakan paradigma konstruktivis yaitu bagaimana
Majelis Ulama Indonesia membentuk realitas terkait pembentukan fatwa
sesat kepada Gafatar untuk disosialisasikan kepada khalayak. Tahap
selanjutnya adalah data tersebut disusun secara sistematis, kemudian
diklasifikasikan untuk dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.
d. Pedoman Penulisan
Penulisan skripsi ini berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karangan Hamid Nasuhi,dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sumber primer berupa
buku-buku yaitu:
1. Buku karya H. Hafied Cangara dengan judul “Perencanaan dan Strategi
Komunikasi”.
2. Buku karya Alo Liliweri dengan judul “Komunikasi : Serba Ada Serba
Makna”.
3. Buku karya Onong Ucjana Effendy dengan judul “Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek”.
Penulis juga menggunakan skripsi terdahulu sebagai acuan:
1. Skripsi karya Anggelia Afriani mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang berjudul “Strategi
Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Pekanbaru Dalam Mengatisipasi
Berkembangnya Aliran-Aliran Sesat.” Pada skripsi ini terdapat kesamaan
konsep dan metodologi yang dipilih. Disini Anggelia menggunakan konsep
strategi MUI Kota Pekanbaru dalam mengatisipasi aliran sesat. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran dan strategi Majelis
Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya
aliran-aliran sesat dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peran dan
strategi Majelis Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi
berkembangnya aliran sesat. Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif
kualitatif yang mengambarkan tentang peran dan strategi Majelis Ulama
Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya aliran-aliran
sesat. Perbedaan dengan skripsi penulis adalah dari objek penelitiannya.
Penulis fokus pada perencanaan dan strategi komunikasi MUI dalam
mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan ormas gafatar.
2. Skripsi karya Indra Gunawan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Jakarta dengan judul “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam
Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam Indonesia.”
Skripsi ini memiliki kesamaan subjek dan konsep. Subjeknya adalah Majelis
Ulama Indonesia pusat bagian komisi fatwa. Konsep yang digunakan
cenderung sama yaitu strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan
fatwa. Dimana konsep tersebut menyinggung tahapan dalam proses strategi
yaitu Perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Tetapi
terdapat perbedaan pada objek penelitiannya. Indra meneliti tentang fatwa
haram korupsi sedangkan penulis tentang fatwa sesat ormas Gafatar.
3. Skripsi karya Muflih Shoepul Ridwan, mahasiswa Jurusan Manajemen
Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul “Strategi Sosialisasi Fatwa Haram
Perkawinan Beda Agama MUI Kota Bogor.” Dalam skripsi ini memiliki
kesamaan konsep yaitu strategi Sosialisasi, dimana Muflih menemukan data
mengenai strategi sosialisasi fatwa haram perkawinan beda agama yang
dilakukan MUI Kota Bogor. Konsep strateginya pun sama meliputi
Perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Namun yang
membedakan adalah subjek dan objeknya, Muflih meneliti tentang MUI Kota
Bogor dengan objeknya fatwa haram perkawinan beda agama, sedangkan
penulis tentang fatwa sesat dan menyesatkan ormas Gafatar di MUI Pusat.
Dari ketiga tinjauan pustaka diatas, peneliti merasa yakin akan orisinalitas
judul yang penulis ambil, bahwa penelitian ini bukan lah hasil plagiat dari
F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan
Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, batasan masalah
dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teoretis
Pada bab ini membahas tentang pengertian dari strategi, komunikasi,
strategi komunikasi, sosialisasi, fatwa sesat dan Ormas Gafatar.
BAB III Gambaran Umum Majelis Ulama Indonesia
Bab ini berisi profil Majelis Ulama Indonesia, Profil itu sendiri terdiri
atas sejarah singkat Kementerian Agama, Visi dan Misi, struktur
Majelis Ulama Indonesia, proses pembuatan fatwa dan Majelis Ulama
Indonesia menghadapi ormas Gafatar.
BAB IV Temuan dan Analisis Data
Bab ini berisi temuan dan analisis strategi komunikasi MUI dalam
mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar kepada khalayak yang
meliputi penelitian, perumusan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.
Serta faktor pendukung, penghambat dan solusinya.
BAB V Penutup
Bab ini adalah bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dan
16 BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jendral (The Art of
General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan.1
Penggunaan kata stretegi memang awalnya identik digunakan oleh militer
untuk meraih tujuan dalam sebuah peperangan.
Definisi strategi juga diperkuat oleh Marthin-Anderson yang mengatakan
bahwa “Strategi adalah seni di mana melibatkan kemampuan
intelegensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam
mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan
efisien.”2
Dari definisi di atas barulah kata strategi mengalami perluasan makna,
yang awalnya strategi hanya digunakan pada lingkungan militer sekarang
bidang keilmuan lain juga dapat mengaplikasikan konsep strategi. Banyak
pakar strategi yang lahir dari bidang selain militer, seperti: Hendry Kissinger
pakar strategi yang berlatar belakang sejarah atau Thomas Schelling pakar
strategi yang berlatar belakang ilmu ekonomi. Ini membuktikan bahwa seiring
perkembangan zaman ahli strategi lahir dari berbagai macam bidang kelimuan.
1 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 61
2. Pengertian Strategi Komunikasi
Alo Liliweri mengatakan bahwa strategi komunikasi adalah “strategi
yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan mempromosikan suatu visi
komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.”3
Rogers memberi batasan pengertian strategi komunikasi “sebagai suatu
rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala
yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru.”4
Jadi, strategi komunikasi adalah sebuah rancangan atau rumusan yang
dibuat untuk mengartikulasikan, menjelaskan, mempromosikan, dan mengubah
tingkah laku manusia melalui transfer ide-ide baru. Dengan kata lain strategi
komunikasi bertujuan untuk mengubah tingkah laku manusia yang awalnya
tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak setuju menjadi setuju, dan begitu
pula sebaliknya.
Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa “stategi komunikasi
merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan manajemen
komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”5 Dengan kata lain
dalam tahapan strategi komunikasi akan berhubungan dengan tahapan
perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi.
Selanjutnya ditambahkan lagi dengan pernyataan dari Middleton bahwa
“strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen
komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai
pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang
3 Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 240
optimal.”6 Sedangkan menurut Hafied Cangara strategi Komunikasi meliputi
lima tahap, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan
Pelaporan.7
3. Tahapan Strategi Komunikasi
Seperti yang telah dikatakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa
“stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan
menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”, maka
tahapan yang digunakan adalah perpaduan dari model tahapan perencanaan
komunikasi dan tahapan manajemen untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini. Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Strategi
Komunikasi” menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima
tahapan, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku “Strategi Manajemen” mengatakan, bahwa “proses strategi manajemen pada dasarnya meliputi tiga langkah utama,
yaitu: perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.”8
Terdapat tiga tahap yang memiliki kesamaan makna dari kedua tahpan
tersebut, dengan demikian tahapan strategi komunikasi terdiri dari lima tahap,
yaitu:
a.Penelitian
Sebuah organisasi atau lembaga memerlukan tenaga spesialis yang
berfungsi untuk menangani masalah-masalah komunikasi seperti keperluan
6 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61 7
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72-73
pencitraan pemasaran atau kegiatan kerja sama dengan pemangku
kepentingan lainnya. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematik
yang dihadapi suatu lembaga. Problematik bisa dalam bentuk wabah penyakit
yang akan menyerang anggota masyarakat, kerugian perusahaan, ketidak
percayaan terhadap organisasi dan lain sebagainya.9
Tahapan ini juga merupakan tahap penemuan fakta. Tahap penelitian
ini digunakan untuk mengetahui bagaimana opini publik terhadap suatu
permasalahan yang terjadi di sekitar organisasi atau lembaga tersebut. Hasil
dari penelitian tersebut menjadi bahan perumusan untuk strategi komunikasi
yang akan diterapkan oleh organisasi atau lembaga dalam mencapai
tujuannya.
b.Perencanaan
Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses penyusunan
langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan
strategis, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.10 Dengan
demikian, dalam tahap perumusan diperlukan strategi tentang pemilihan atau
penentuan sumber (komunikator), pesan, media, sasaran (segmen), dan efek
yang diharapkan.11 Sumber atau komunikator disini adalah individu atau
lembaga yang bersifat sebagai pemberi pesan yang berupa informasi atau
penyuluhan. Selanjutnya media adalah perantara yang digunakan oleh sumber
untuk menyampaikan pesannya kepada sasaran yang ingin dituju, yaitu
komunikannya. Sasaran dari tahap perumusan bisa berupa masyarakat luas
9 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72
atau kelompok tertentu, dengan tujuan memperoleh efek yang diharapkan.
c.Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam rangka implementasi
rumusan strategi yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan dalam sebuah
lembaga berarti pengorganisasian seluruh divisi-divisi di perusahaan tersebut
untuk menjalankan rumusan yang telah disepakati. Tahap pelaksanaan bisa
dilakukan dalam bentuk tayangan di televisi, wawancara di radio,
pemasangan iklan di surat kabar, pemasanagan baliho atau spanduk di
jalanan, dan pemberangkatan tim penyuluhan untuk bertatap muka dengan
komunitas di lokasi yang menjadi target sasaran.12 Inti dari tahap pelaksanaan
hanya satu, yaitu untuk menyebarkan informasi kepada seluruh target sasaran
yang telah ditetapkan dalam rumusan.
d.Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari strategi yang
telah dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang
diharapkan. Seperti apakah media yang digunakan efektif untuk digunakan
sebagai implementasi strategi tersebut, apakah tujuan dari strateginya
tercapai, apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan
tindakan apa yang dilakukan khalayak setelah menerima dan mengerti
informasi yang disampaikan. Tahap evaluasi sangat penting untuk dilakukan
karena bila strategi itu berjalan dengan baik maka strategi itu bisa dipakai
pada masalah-masalah berikutnya, tetapi bila ada kekurangan bisa diperbaiki
untuk pembelajaran kedepannya.
e.Pelaporan
Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi
yang telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada
pimpinan kegiatan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Jika dari laporan
diperoleh hasil positif, maka bisa dijadikan sebagai landasan untuk program
selanjutnya. Tapi jika dalam laporan itu ditemukan hal-hal yang kurang
sempurna, maka temuan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk merevisi atau memodifikasi program yang akan dilakukan.13
4. Langkah-langkah Strategi Komunikasi
Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktek mengatakan dalam mengaplikasikan strategi perlu untuk
memperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor
pendukung dan penghambat dari setiap komponen tersebut. Hal itu meliputi
mengenali sasaran komunikasi, pemilihan media komunikasi, pengkajian
tujuan pesan komunikasi dan peranan komunikator dalam komunikasi, berikut
penjelasannya:
a.Mengenali Sasaran Komunikasi
Sebelum kita melakukan komunikasi kita perlu mempelajari siapa
sasaran dari komunikasi itu agar tujuannya dapat tercapai. Apakah tujuannya
hanya sekedar memberikan informasi kepada komunikan atau agar
komunikan melakukan tindakan tertentu. Dalam mengenali sasaran
komunikan perlu memperhatikan dua faktor ini:
Pertama, kerangka refrensi, yaitu hasil dari paduan pengalaman,
pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan
sebagainya.14 Kedua, faktor situasi dan kondisi, maksudnya adalah situasi
komunikasi saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan, bila
terjadi banyak gangguan maka tujuan dari pesan yang akan disampaikan akan
sulit untuk dicapai. Sedangkan kondisi maksudnya adalah keadaan fisik dan
psikis komunikan dalam menerima informasi.
b.Pemilihan Media Komunikasi
Pemilihan media komunikasi bertujuan agar pesan yang ingin
disampaikan bisa diterima dengan baik secara serentak dan meluas. Memilih
media komunikasi harus mempertimbangkan karakteristik isi dan tujuan isi
pesan yang disampaikan, dan jenis media yang dimiliki oleh khalayak. untuk
persebaran ke masyarakat luas sebaiknya menggunakan media massa seperti
koran, televisi, radio dan media baru seperti internet dan handphone.
c.Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan adalah “segala sesuatu yang disampaikan kepada seseorang dalam
bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian
makna. Simbol sendiri merupakan kresasi manusia yang mengandung makna
sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi antarsesama manusia, seperti
bahasa, gambar atau gerak tubuh." 15 Seperti yang sudah dikatakan di atas
bahwa tujuan dari komunikasinya harus jelas, apakah tujuannya untuk
sekedar memeberitahu informasi kepada khalayak terkait isi pesan tersebut
14 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005) h.36
atau tujuannya untuk penyuluhan agar khalayak melakukan suatu perbuatan
yang diinginkan.
d.Peranan Komunikator Dalam Komunikasi
Faktor penting pada diri komunikator dalam menyampaikan pesan
adalah daya tarik dan kredibilitas sumbernya. Jika komunikator sudah
memiliki daya tarik maka setiap perkataannya akan dituruti oleh
kamunikannya. Sedangkan kredibilitas berarti tingkat kepercayaan dari
komunikan kepada komunikator yang tinggi, sehingga setiap pesan yang
disampaikan bisa diterima dan dilaksanakan.
5. Fungsi Strategi Komunikasi
Suatu proses komunikasi dikatakan berhasil bila strategi yang diterapkan
tepat sasaran. Terutama dalam komunikasi massa dan lembaga-lembaga
pemerintah atau swasta. Tanpa adanya strategi komunikasi, maka hasil yang
diperoleh dari media massa atau lembaga tersebut cenderung kurang maksimal.
Dengan demikian baik secara makro (planned multimedia strategy) maupun
secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi
ganda:
a.Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan
instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang
optimal.
b.Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan
diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang
begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.16
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
Comunication. Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang berarti
‘sama’, sama di sini maksudnya serupa makna dan artinya. Jadi secara
etimologi ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan
hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan
arti antara orang yang memberi pesan dengna orang yang menerima pesan.17
Sedangkan secara terminologi pengertian komunikasi sendiri adalah
“pertukaran informasi, ide, sikap, emosi, pendapat atau instruksi antara
individu atau kelompok yang bertujuan untuk menciptakan sesuatu, memahami
dan mengkoordinasikan suatu aktivitas."18
Komunikasi secara ilmiah dapat juga berarti proses penyampaian pesan
atau informasi dari pegirim (komunikator) kepada penerima (komunikan)
dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu, baik secara langsung
maupun tidak langsung (menggunakan media) untuk mendapatkan umpan
balik (feedback).19
Pernyataan di atas mendukung teori dari Harold D. Laswell yang
mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”
dan dengan akibat atau hasil apa” (Who? Says what? In which channel? To
17 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h. 19
18 Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 37
whom? With what effect?).20
2. Unsur-unsur Komunikasi
Pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang.
Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, ide dan sebagainya. Sedangkan
lambang bisa berupa bahasa lisan dan tulisan atau lambang berupa isyarat,
gambar, singnal dan lainnya. Dalam prosesnya komunikasi terdiri dari tiga
unsur pokok, yaitu: (1) komunikator, pelaku yang menyampaikan pesan, (2)
pesan, suatu gagasan/ide, informasi yang telah dituangkan dalam bentuk
lambang untuk disebarkan kepada pihak lain, (3) komunikan, orang yang
menerima pesan.21
Selain ketiga unsur di atas, untuk lebih lengkapnya unsur-unsur
komunikasi terdiri dari:
a.Source
Source atau sumber adalah apa-apa yang ada di dalam benak ssseorang
baik berupa ide, pemikiran, gagasan, peristiwa/kejadian, pengetahuan dan
lain-lain, yang semuanya itu hasil dari persepsi (pantauan dan pemaknaan indra
kepada yang ada disekelilingnya), yang kemudian disimpan dalam kotak hitam
dikepala, yang disebut dengan ideasi.
b.Komunikator
Komunikator yakni orang yang pertama kali menyampaikan pesan.
Encoder adalah istilah lain yang mempunyai pengertian sama seperti
komunikator. Encoder dalam menyampaikan pesan bersifat Encoding, yaitu
usaha komunikator dalam menafsirka pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan agar komunikan dapat memahaminya.
c.Message
Message atau pesan adalah kata-kata, lambang, isyarat, tanda atau gambar
yang disampaikan.
d.Komunikan
Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Decoder adalah istilah
yang memiliki pengertian sama dengan komunikan. Dalam menerima pesan
decoder memiliki sifat Decoding, yaitu suatu usaha komunikan dalam
menafsirkan pesan yang disampaikan kepada komunikator.
e.Destination
Destination adalah tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi.
f. Medium
Medium atau media adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi
agar komunikasi bisa mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas. Media ini
ada yang bersifat nirmasa, seperti telepoon, HP dan lainnya, dan ada pula yang
bersifat media massa seperti televisi, radio, Koran dan film.
g.Feed back
Feed back atau umpan balik adalah jawaban/tanggapan/ respon
komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima atau
berjalan.
h.Efek
Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat
meliputi pengetahuan atau bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan,
emosi, atau bisa juga bersifat konatif yang berupa tindakan.22
3. Media Komunikasi
Berdasarkan jenisnya media komunikasi terbagi menjadi 5 macam, yaitu:
a. Media Cetak
Media cetak adalah saluran komunikasi dimana pesan-pesan verbalnya
tertulis maupun berbentuk gambar seperti karikatur dan komik dilakukan
dalam bentuk tercetak. Media ini seperti: Koran, majalah, buku, tabloid, dan
lain-lain. Kelebihannya bisa dibaca semua orang, dan informasi yang
didapat lebih lengkap dan mendalam.
b. Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menyampaikan pesan-pesannya
melalui getaran listrik yang diterima oleh pesawat penerima tertentu,
misalnya televise dan radio. Kelebihan media elektronik bisa menembus
ruang dan waktu sehingga informasi yang disampaikan bisa cepat dan
serempak. Media radio bersifat audiotif (hanya suara), sedangkan televise
bersifat audio visual (suara beserta gambar).
c. Media Luar Ruang (Outdoor Media)
Media luar ruang biasa dikaitkan dengan dunia estetika dalam bentuk
lukisan, dan ditempatkan pada lokasi yang ramai dilihat oleh banyak orang.
Jangkauannya terbatas hanya terlihat oleh orang yang lewat atau orang yang
sempat mencuri perhatian untuk membacanya sepintas. Contoh media luar
ruang adalah: spanduk, baliho, reklame, dan lain-lain.
d. Media Format Kecil
Media format kecil biasanya terdiri atas berbagai macam media, tetapi
bentuknya kecil, dan isinya kadang terfokus pada satu macam informasi.
mudah dibawa kemana-mana dan menarik perhatian orang. Media format
kecil meliputi: brosur, bulletin, poster, dan lain-lain.
e. Internet
Internet termasuk kedalam media baru yaitu hasil rekayasa para pakar
teknologi informasi yang berhasil menggabungkan antara komunikasi
interpersonal dan komunikasi massa. Disebut komunikasi massa karena bisa
menjangkau khalayak secara global, sedangkan interpersonal karena pesan
yang dibuat diarahkan dan dikonsumsi secara pribadi. Contoh media
internet adalah website, media sosial (facebook, twitter, dan sbagainya),
media online.
f. Telepon Seluler
Telepon sesluler cukup banyak digunakan sebagai media untuk
penyebarluasan informasi, contohnya penggunaan pesan singkat atau biasa
disebut SMS. Hanya saja telepon seluler sangat terbatas dalam memuat
pesan, sehingga pesan dalam SMS harus singkat padat dan jelas. Tetapi
seiring dengan perkembangan zaman sekarang telepon seluler sudah
berevolusi menjadi smartphone sehingga sudah bisa mengakses internet dan
kita bisa mengaplikasikan media online, website, dan media sosial melalui
smartphone yang kita miliki.23
C. Sosialisasi
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses dalam mana individu menerima kemudian
menginternalisasikan/menghayati banyak nilai sosial, kepercayaan, pola-pola
perilaku dari kebudayaan mereka. Menurut James W Vander Zanden
sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial dimana orang memperoleh
pengetahuan, nilai, sikap dan perilaku esensial untuk berpartisipasi secara
efektif dalam masyarakat.24
Sosialisasi sangat erat hubungannya dengan proses komunikasi. Karena
untuk dapat menginternalisasi sebuah informasi, nilai dan pemahaman kepada
diri sendiri diperlukan transfer informasi dari sumber informasi kepada target
sasarannya. Dalam penyampaian aktivitas tersebut biasanya menggunakan
media, media yang digunakan bisa berupa keluarga, kelompok bermain,
sekolah, lingkungan kerja dan media massa.25 Sosialisasi umumnya bersifat
persuasif, yaitu mengajak target sasarannya untuk melakukan suatu perbuatan
atau hanya dengan memberikan suatu pengetahuan.
Sosialisasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi perkembangan
manusia. Dengan berinteraksi dengan orang lain, seorang individu belajar
bagaimana berpikir, mempertimbangkan dengan nalar, dan berperasaan. Hasil
akhirnya ialah membentuk perilaku kita, termasuk pikiran dan emosi kita
24 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan . (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 60
sesuai dengan budaya yang berlaku.26
Sebuah informasi yang disosialisasikan oleh sebuah organisasi, lembaga
pemerintahan atau bahkan individu sekali pun, pasti tujuannya untuk
memberikan penyuluhan atau memeberi pengetahuan kepada target
sosialisasinya sesuai dengan tujuan yang telah dibuat. Untuk itu pemilihan
media juga merupakan hal yang penting dalam mensosialisasikan sebuah
informasi. Ruang dan kelompok yang mempengaruhi orientasi kita, konsep
diri, emosi, sikap dan perilaku kita dinamakan agen sosialisasi. Agen
sosialisasi terdiri dari:
a.Keluarga
b.Lingkungan Hunian
c.Agama
d.Sekolah
e.Kelompok Sebaya
f. Tempat Kerja
g.Media Massa.27
Keluarga merupakan ruang pertama yang menjadi agen sosialisasi.
Karena kedekatan keluarga berawal dari manusia baru lahir sampai tumbuh
dewasa, sehingga interaksi pertama yang dilakukan dan paling berpengaruh
adalah melaui keluarga. Lingkungan hunian berpengaruh saat manusia tumbuh
26 James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: Erlangga, 2007) h.74
besar, mereka akan berinteraksi dengan lingkungan disekitar tempat
tinggalnya. Kemudian agama, penanaman paham agama akan menuntun
seorang individu agar lebih beriman. Agama atau acara-acara keagamaan bisa
menjadi ruang yang tepat untuk mensosialisasikan informasi kepada para umat
pemeluk agama tersebut. Selanjutnya fase pertumbuhan bermula dari masa
anak, remaja dan dewasa. Selama fase itu kita akan bersosialisasi dengan orang
orang di lingkungan sekolah, kelompok sebaya dan tempat kerja. Terakhir
sebuah informasi bisa disosialisasikan melalui media massa, karena persebaran
media massa yang luas dan serentak sangat efektif dalam menyebarkan
informasi. media massa meliputi televise, radio, media cetak dan internet.
D. Fatwa Sesat Ormas Gafatar 1. Pengertian Fatwa
Dalam Kitab Mafaahim Islaamiyyah diterangkan bahwa kata “al-fatwa”
bermakna “jawaban atas persoalan-persoalan syariat atau perundang-undangan
yang sulit.” Jika dinyatakan aftaay fi al-mas’alah: menerangkan hukum dalam
permasalahan tersebut. Sedangkan al-iftaa’ adalah penjelasan hukum-hukum dalam persoalan syariat, undang-undang, dan semua hal yang berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan orang yang bertanya.28
Fatwa secara syariat bermakna, penjelasan hukum syariat atas suatu
permasalahan dari permasalahan-permasalahan yang ada, yang didukung oleh
dalil yang berasal dari Al-Qur’an, sunnah Nabawiyyah, dan ijtihad. Menurut
Prof. Amir Syarifuddin, fatwa atau ifta’ berasal dari kata afta, yang berarti memberikan penjelasan. Secara definitif fatwa yaitu usaha memberikan
penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum
mengetahuinya.29
Menurut kamus Fiqh, fatwa ialah nasihat dari orang yang lebih tinggi
tingkatannya untuk orang yang lebih rendah; baik umur, ilmu, maupun
kewibawaannya. Dengan kata lain, fatwa ialah pendapat atau ketetapan hukum
dalam pandangan hukum Islam. Fatwa biasanya dikeluarkan oleh lembaga atau
orang yang memiliki otoritas dibidang hukum Islam.30
Tidak semua orang bisa membuat fatwa. Orang yang menyampaikan
penjelasan hukum atau menyampaian fatwa ditengah-tengah masyarakat
disebut dengan Al-Mufti. Mufti adalah seorang faqih yang diangkat oleh
negara untuk menjawab persoalan-persoalan.31
Untuk menjadi seorang mufti, seseorang harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a.Seorang yang sudah mukallaf, yaitu muslim, dewasa, dan sempurna
akalnya.
b.Seorang yang ahli dan mempunyai kemampuan untuk berijtihad, misalnya
mengetahui dalil-dalil sama’i dan dalil-dalil aqli.
c.Seorang yang adil dan dapat dipercaya. Dua persyaratan ini dituntut dari
seorang mufti karena ia seorang panutan.
d.Bersikap tenang (sakinah) dan berkecukupan, mempunyai niat dan iktikad
yang baik, kuat pendirian dan dikenal di tengah umat.32
Dalam merumuskan suatu permasalahan untuk menjadi fatwa harus
29 Mardani, Ushul Fiqh, h. 374
30 Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, (Jakarta:AMZAH, 2013) h. 44 31 Mardani, Ushul Fiqh, h. 374
melewati rukun fatwa. Rukun fatwa terdiri dari 4 tahap, yaitu:
a.Usaha memberikan penjelasan yang disebut ifta’. ifta’ adalah usaha menyampaikan hasil penggalian melalui ijtihad kepada orang lain yang
bertanya. Sedangkan ijtihad adalah usaha menggali hukum dari sumber
dan dalilnya.
b.Orang yang menyampaikan jawaban hukum kepada orang yang bertanya
disebut mufti.
c.Orang yang meminta penjelasan hukum kepada yang telah mengetahui
disebabkan oleh ketidaktahuannya tentang hukum suatu kejadian (kasus)
yang telah terjadi. Orang itu disebut mustafti.
d.Materi jawaban hukum syara’ yang disampaikan oleh mufti kepada mustafti
yang disebut fatwa.33
Dalam Islam fatwa memiliki kedudukan yang tinggi. Fatwa dipandang
sebagai salah satu alternatif yang bisa memecahkan kebuntuan dalam
permasalahan yang semakin berkembang pesat seiring dengan perkembangan
zaman. Fatwa merupakan institusi dalam hukum Islam untuk memberikan
jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi oleh umat Islam, bahkan
menjadikannya sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab
fatwa bagi masyarakat awam terhadap ajaran Islam laksana dalil bagi
mujtahid.
2. Pengertian Sesat
Menurut website Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sesat memiliki arti
tidak melalui jalan yang benar; salah jalan atau menyimpang dari kebenaran
(tentang agama dan sebagainya). Sedangkan menyesatkan berarti membawa ke
jalan yang salah; menyebabkan sesat (salah jalan).34 Sehinga dapat
disimpulkan bahwa sesat adalah usaha untuk mempengaruhi orang untuk
menyimpang dari kebenaran atau menuju jalan yang salah.
Sesat dalam bahasa arab disebut dengan dhalâl atau dhalâlah.
Al-Qurthubi, menyatakan bahwa asal dari kata dhalâl adalah al-ghaybûbah
(tersembunyi/gaib). Menurut Al-Alusi dan Abu Hilal al-‘Askari, asal dari
dhalâl adalah al-halâk (rusak). Kemudian Al-Baghawi menggabungkan
keduanya bahwa asal dari dhalâl adalah al-halâk wa al-ghaybûbah (rusak dan
tersembunyi). Al-Qurthubi mengatakan bahwa dhalâl hakikatnya adalah pergi
meninggalkan kebenaran, diambil dari tersesatnya jalan, yaitu menyimpang
dari jalan yang seharusnya.35
Dhalal secara mutlak mencangkup orang yang tersesat dari petujunjuk,
baik sengaja maupun karena kejahilan, dan tentu saja ia akan mendapatkan
adzab. Penyebab kesesatan adalah karena kejahilan (bodoh atau tidak tahu
tentang ajaran agama), lalu orang jahil itu mengikuti leluhurnya atau
orang-orang yang dikasihinya sehingga ia menyimpang dari jalan yag lurus karena
kejahilannya terhadap perintah dan larangna Allah sebagaimana disebutkan
dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Atau bisa juga karena hanya mengikuti
nafsunya tanpa petunjuk dari Allah sehingga ia berpaling dari menuntut ilmu
syar’i dan mengetahui kebenaran.36
34 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sesat, http://kbbi.web.id/sesat. Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 18.51 WIB.
35Yahya Abdurrahman, Sesat (Dhalal), http://hizbut-tahrir.or.id/2008/08/01/sesat-dhalal/. Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 19.18 WIB.
Al-Jili mengatakan bahwa jalan sesat adalah jalan yang ditempuh
berbagai pemeluk agama dan keyakinan selain umat nabi Muhammad Saw.
Tetapi keyakinan mereka telah dinodai oleh sikap politeistik dan ateistik,
sehingga mereka terpecah-belah dan tersesat. Dengan demikian Al-Jili dengan
tegas menyampaikan bahwa jalan Muhammad adalah jalan yang lurus, jalan
yang menyampaikan kepada kebahagiaan sejati tanpa ada kesulitan
sedikitpun.37
3. Pengertian Ormas Gafatar
Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merupakan sebuah organisasi yang
mengklaim bergerak di bidang sosial dan budaya. Deklarasi Gafatar
dilaksanakan pada Sabtu, 21 Januari 2012 di gedung JIEXPO Kemayoran,
Jakarta. Gafatar memiliki dasar pemikiran yang menyatkan bahwa bangsa
Indonesia belum merdeka seutuhnya dari sistem penjajahan neokolonialis dan
neoimperialis.38 Pemikiran inilah yang menjadi landasan Gafatar untuk
menyebarkan paham-pahamnya di Indonesia.
Gafatar memiliki wadah dalam website resmi www.gafatar.or.id dan
dpd.gafatar.or.id untuk berita kegiatan dan aksi nyata Gafatar, tetapi website
ini telah di blokir oleh pemerintah semenjak Gafatar dikatakan sebagai
organisasi yang menganut aliran sesat. Oleh karena itu berikut adalah lampiran
visi, misi dan tujuan dari organisasi Gafatar yang dikutip dari blog pengurus
gafatar yaitu gafatarian.blogspot.co.id, berikut penejelasannya:
37 Media Zainul Bahri, Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn Arabi, Rumi
dan Al-Jili, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2011) h. 302-303
38 Yandhi Mohammad, Fakta seputar Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara, https://beritagar.id
Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) adalah organisasi kemasyarakat
yang resmi berdiri di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2011 atas prakarsa 52
Badan Pendiri dengan berlambangkan Bendera“Fajar yang terbit dari Timur
dengan dua belas sinar”. Legalitas pendirian Organisasi GAFATAR terdapat dalam UUD 1945 pasal 28, UU No. 8 tahun 1985 tentang Orkemas dan Akte
pendirian ormas No. 01 tanggal 05 September 2011. Gerakan Fajar Nusantara
(GAFATAR) adalah Organisasi kemasyarakatan yang berasaskan Pancasila.
Sebagaimana lazimnya sebuah Komunitas atau Organisasi yang memiliki
visi dan misi, maka Organisasi Kemasyarakatan Gafatar pun memiliki visi dan
misi, yakni:
Visi
Terwujudnya tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang damai
sejahtera, beradab, berkeadilan dan bermartabat di bawah naungan Tuhan
Yang Maha Esa melalui penyatuan nilai-nilai luhur bangsa, peningkatan
kualitas ilmu dan intelektualitas, serta pemahaman dan pengamalan nilai-nilai
universal agar menjadi rahmat bagi semesta alam.
Misi
Memperkuat solidaritas, kebersamaan, persatuan, dan kesatuan
khususnya antar sesama elemen bangsa Indonesia serta dunia pada umumnya.
Selain itu, juga memupuk saling pengertian dan kerja sama antar sesama
lembaga yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap upaya perdamaian
dan kesejahteraan dunia.39
39