• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pendampingan Dalam Mendorong Perkembangan Usaha Anggota Bmt (Studi Pada Ksu-Bmt Umj)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pendampingan Dalam Mendorong Perkembangan Usaha Anggota Bmt (Studi Pada Ksu-Bmt Umj)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENDAMPINGAN DALAM MENDORONG PERKEMBANGAN

USAHA ANGGOTA BMT

(Studi Pada KSU-BMT UMJ)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

MUHAMMAD ZAKY BARIDWAN

NIM : 1112046100060

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

Muhammad Zaky Baridwan. 1112046100060. Peran Pendampingan Dalam Mendorong Perkembangan Usaha Anggota BMT (Studi Pada KSU-BMT UMJ), Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2016.

Dalam penelitian ini, penulis mengangkat suatu permasalahan yaitu mengetahui apakah pendampingan usaha yang dilakukan oleh KSU-BMT UMJ berperan dalam mendorong perkembangan usaha anggotanya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola pendampingan yang dilakukan oleh KSU-BMT UMJ kepada para anggotanya, agar dilihat apakah sudah sesuai dengan standar tertentu atau tidak. Lalu mengetahui kendala-kendala yang sering dihadapi oleh para pendamping dan penyelesaiannya. Dan yang terakhir mencari tahu pendampingan berperan dalam mendorong usaha anggota. Data-data yang dihimpun didapat dari hasil wawancara dengan Manajer Pemasaran serta para anggota KSU-BMT UMJ, dan data juga berupa dokumentasi dari KSU-BMT UMJ

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek penelitian yaitu KSU-BMT UMJ. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research yaitu salah satu metode penelitian kualitatif yang dilakukan dengan berada langsung pada objeknya. Teknik analisis data model interaktif menurut Miles & Huberman yang terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. Pertama adalah tahap pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display data, dan tahapan keempat adalah tahap penarikan kesimpulan dan/atau tahap verifikasi

Kata kunci : Peran, Pendampingan, Usaha

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Adapun penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Mumalat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

vii

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama proses perkuliahaan.

5. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

6. Ibu DR. Isnawati Rais,MA, selaku Dosen Penasehat Akademik.

7. Kedua orang tua tercinta, Abi Umar Baridwan dan Mama Lubnah Thalib yang selalu mendoakan di setiap salat, memberikan motivasi dan masukan agar terselesainya skripsi ini.

8. Amati saya yang tercinta Fatimah Baridwan yang selalu memberi nasihat dan semangat, serta tidak lupa selalu mendoakan agar terselesainya skripsi ini.

9. Kakak tersayang Adlina Baridwan, yang selalu mendoakan kesuksesan saudaranya.

10. Keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doa yang tiada henti untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Untuk yang tercinta Dhiya Afafie, yang tak lelah mendoakan dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

viii

2012 yang telah memberikan motivasi dan menyediakan waktu untuk mendiskusikan hal-hal terkait dengan masalah skripsi ini.

13. KOMBESPOL Anwar Sanusi beserta istri dan keluarganya yang dengan baik hati memberikan sarana dan fasilitas selama penulis menyelesaikan skripsi.

14. Bapak Syaiful Bahry selaku Manajer pemasaran dan mbak Syifa selaku Manajer keuangan di KSU-BMT UMJ yang dengan baik hati membantu dalam kesuksesan penulis untuk memperoleh data untuk keperluan skripsi. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini jauh dari kata sempurna, dikarenakan keterbatasannya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu penulis menerima dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi banyak pihak yang membacanya.

Tangerang Selatan, September 2016 Penulis,

(9)

ix

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Pendekatan Penelitian ... 9

2. Jenis Penelitian ... 9

3. Sumber Data ... 10

4. Teknik Pengumpulan Data. ... 10

5. Subjek dan Objek Penelitian ... 12

6. Metode Analisis Data ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

A. Pendampingan ... 16

1. Pengertian Pendampingan ... 16

2. Fungsi dan Tujuan Pendampingan ... 17

(10)

x

1. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil ... 28

2. Ciri-Ciri BMT ... 29

3. Kegiatan BMT ... 30

D. Review Studi Terdahulu ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BMT UMJ ... 37

A. Sejarah Pendirian ... 37

B. Visi, Misi dan Motto ... 38

C. Budaya Kerja ... 39

D. Struktur Organisasi ... 40

E. Produk dan Jasa Layanan ... 41

BAB IV HASIL DAN ANALISIS ... 48

A. Pola Pendampingan Usaha pada KSU-BMT UMJ ... 48

B. Kendala yang Dialami Pada Saat Melaksanakan Pendampingan Usaha dan Solusi yang Diberikan ... 54

1. Kendala yang Dialami Pada Saat Melaksanakan Pendampingan Usaha 54 2. Solusi Atas Kendala Pada Saat Pendampingan Usaha ... 56

(11)

xi

(12)

xii

Tabel 3. 1 Penghimpunan Dana KSU-BMT UMJ 2011-2015 ... 43 Tabel 3. 3 Tabel Pembiayaan BMT-UMJ ... 46 Tabel 4. 1 Data Pelatihan ... 51

(13)

1

A. Latar Belakang

Usaha mikro, kecil, dan menengah memiliki kontribusi besar terhadap pergerakan ekonomi nasional yang ditandai dengan 97 persen penyerapan tenaga kerja di Indonesia dikuasai oleh sektor mikro, kecil dan menengah. Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syariefuddin Hasan, bahwa jumlah usaha usaha kecil menengah di Indonesia mencapai sekitar 56,5 juta. "99,8 persennya adalah UMKM”1. Dari angka tersebut sudah meyakinkan khalayak dan pemerintah bahwa sektor mikro, kecil dan menengah menjadi motor penggerak ekonomi bangsa. Hasil penelitian Khandker dan Faruqee pada tahun 2000 sebagaimana dikutip oleh Nusron Wahid dalam bukunya Keuangan Inklusif menunjukkan, bahwa pemberian kredit skala kecil secara signifikan mampu berperan dalam menanggulangi kemiskinan dan berkontribusi dalam mengurangi kerentanan terhadap kemiskinan. Tentu saja dampak posistif ini juga dirasakan oleh masyarakat Indonesia meskipun belum signifikan.2

Seoharto Prawirkusumo mengemukakan bahwa kekuatan dunia usaha nasional sangat bergantung dari perilaku ekonomi ini yakni usaha kecil, menengah

1 Fiki Aryanti, “56,5 Juta Pebisnis Kecil Berpeluang Jadi Pengusaha Kakap”, diakses

pada tanggal 12 maret 2016 pada pukul 13:31 dari http://bisnis.liputan6.com/read/628871/565-juta-pebisnis-kecil-berpeluang-jadi-pengusaha-kakap

2

Hermansyah Kahir, “BMT Sebagai Inklusi Keuangan”, diakses pada tanggal 12 Maret

2016 dari

(14)

dan koperasi. Pengembangan UMKM harus terus diupayakan berkembang sehingga dapat menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia3

Pada perkembangannya usaha mikro lah yang paling rentan terhadap banyak kendala dalam mengembangkan usahanya. Ada beberapa kendala yang umum dihadapi oleh usaha mikro seperti:

a. Keterbatasan modal kerja dan modal investasi,

b. Kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan terjangkau,

c. Keterbatasan teknologi,

d. Sumber daya manusia dengan kualitas yang kurang baik, e. Rendahnya kemampuan pemasaran,

f. Diversivikasi pasar yang terbatas.

Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani tetapi juga berbeda antarwilayah, antarsentra, antarsektor/antarsubsektor atau jenis kegiatan, dan antarunit usaha dalam kegiatan/ sektor yang sama4. Lalu pembuatan laporan keuangan yang baik dan benar masih jarang ditemui. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya menilai kinerja usaha mikro dari tahun ke tahun, padahal laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan.

3 Soeharto Prawirokusumo, Ekonomi Rakyat, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001),

h.90.

4 Tulus Tambunan, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,

(15)

Data keuangan tersebut akan lebih berarti jika diperbandingkan dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang dapat mendukung keputusan yang diambil.

Pada akhirnya banyak usaha mikro yang mencari sumber dana dari rentenir karena faktor kemudahan akses dan persyaratan yang ditawarkan, namun dengan bunga yang selangit sehingga menyulitkan mereka untuk mengembalikan dana yang dipinjam untuk permodalan tersebut. Hal tersebut menjadi jalan keluar sementara bagi mereka yang butuh modal namun implikasinya adalah sulit untuk mengembalikan dana tersebut dan pada akhirnya usaha itu rawan untuk gulung tikar, maka jelas rentenir bukanlah suatu solusi dibalik sulitnya memperoleh akses permodalan di pasar modal, rentenir mencari untung dibalik kesusahan orang lain. Jika di lihat permasalahan yang dihadapi oleh sektor mikro maka kita dapat tarik kesimpulan bahwa hambatan terbesar mereka dalam memperoleh pendanaan karena berbagai keterbatasan yang bermuara dari belum siapnya SDM bersaing. Maka dari itu dibutuhkan pengembangan. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas, pembinaan, pendampingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah.5

Dalam hal ini BMT sebagai lembaga intermediasi keuangan dari dua pihak yang kelebihan dan dan pihak yang kekurangan dana. Memiliki peran lebih jauh

(16)

karena terdapat pendampingan usaha yang terjalin juga pada hubungan antara pemodal (BMT) dan pengusaha (anggota).

Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pendampingan dan pembiayaan berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil6.

Pada prakteknya tidak banyak BMT yang mengadopsi program pendampingan usaha. Di daerah Tangerang Selatan, KSU-BMT UMJ hadir dengan program pendampingan usaha pada anggota anggotanya terlepas mereka mendapatkan pembiayaan atau hanya sekedar menabung di KSU-BMT UMJ. Sebenarnya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tempat penulis menimba ilmu terdapat BMT yang melakukan pendampingan yaitu, BMT Syahida namun pada prakteknya mereka kurang konsisten dalam melakukan pendampingan usaha kepada para anggotanya dikarenakan umur dari BMT Syahida yang tergolong sangat muda dan masih dalam proses perbaikan di berbagai hal7.

Pembiayaan yang dapat disalurkan oleh BMT kepada anggota, antara lain dapat berbentuk: 8

6 Heri Sudarsono Bank dan lemabaga Keuangan Syariah,( Yogyakarta: ekonisia, 2003),

h.96

7 Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Qodir staff BMT Syahida. Tangerang Selatan,

13 oktober 2016

8 M. Nur Riyanto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis,

(17)

a. Pembiayaan mudharabah, yaitu pembiayaan modal dengan menggunakan mekanisme bagi hasil.

b. Pembiayaan musyarakah, yaitu pembiayaan bersama dengan menggunakan mekanisme bagi hasil.

c. Pembiayan murabahah, yaitu pemilikan barang tertentu yang dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pembiayaan ba’i bi saman ajil, yaitu pemilikan barang tertentu dengan mekanisme pembayaran cicilan.

e. Pembiayaan qardh al-hasan, yaitu pinjaman tanpa adanya tambahan pengembalian, kecuali sebatas biaya administrasi.

Pembiayaan yang diberikan BMT diharapkan mampu menyokong perkembangan anggota KSU-BMT UMJ. Namun, pembiayaan saja tidak cukup, seperti penulis katakan di atas tadi bahwa perlunya pendampingan sebagai penopang kesiapan dan keberlangsungan usaha anggota perlu dilaksanakan. Diharapkan usaha tersebut dapat berjalan dan berkembang agar usaha mikro sebagai salah satu bagian dari potensi bangsa benar-benar dapat berperan terhadap kemajuan ekonomi Indonesia.

(18)

PENDAMPINGAN DALAM MENDORONG PERKEMBANGAN USAHA

ANGGOTA BMT (Studi Pada BMT UMJ)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diuraikan, diantaranya:

1. Apa yang dimaksud pendampingan ?

2. Bagaimana pola pendampingan yang dilakukan oleh KSU-BMT UMJ ? 3. Apakah pendampingan yang dilakukan mengacu pada standar tertentu ? 4. Apa tujuan KSU-BMT UMJ melakukan pendampingan terhadap anggota ? 5. Apa saja kendala yang dihadapi pada saat melakukan program

Pendampingan tersebut ?

6. Bagaimana peran pendampingan dalam mendorong perkembangan usaha anggota ?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti perlu membuat batasan menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini, diantaranya:

(19)

mudharabah, musyarakah, ijarah, murabahah9 yang menyesuaikan kebutuhan oleh pelaku UMKM yang merupakan anggota KSU-BMT UMJ.

2. Objek penelitiannya adalah KSU-BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan subjeknya adalah para anggota KSU-BMT UMJ.

D. Perumusan Masalah

Penulis merumuskan beberapa hal yang perlu dikemukakan, diantaranya: 1. Bagaimana pola pendampingan yang dilakukan oleh KSU-BMT UMJ? 2. Apa saja kendala yang dihadapi pada saat melakukan program

pendampingan tersebut ?

3. Bagaimana peran pendampingan dalam perkembangan usaha anggota ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini dibuat adalah untuk menjawab pertanyaan sebagaimana rumusan masalah di atas, sehingga nantinya dapat diketahui secara jelas dan terperinci tujuan diadakannya penelitian ini. Adapaun tujuan tersebut adalah:

1. Untuk mengetahui pola pendampingan usaha pada KSU-BMT UMJ. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi KSU-BMT UMJ dalam

pendampingan usaha anggota.

3. Untuk mengetahui peran pendampingan usaha dalam mendorong perkembangan usaha anggota KSU-BMT UMJ.

9 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahri,SE.Sy sebagai Manajer Pemasaran di BMT

(20)

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk menambah atau mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman terkait dengan masalah yang diteliti khususnya pendampingan usaha yang dilakukan KSU-BMT UMJ.

2. Bagi Instansi Terkait

Hasil dari peneilitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi KSU-BMT UMJ sehingga dapat meningkatkan kemajuan KSU-BMT UMJ terutama dalam bidang teknis pada pendampingan yang dilakukan KSU-BMT UMJ.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi yang berguna bagi semua masyarakat mengenai peranan pendampingan dalam mendorong perkembangan usaha anggota pada BMT UMJ, sehingga menjadi sinyal positif bagi para pengusaha mikro yang belum atau baru memulai usaha agar tidak takut untuk memulai karena adanya pendampingan tersebut.

F. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yaitu cara kerja untuk memahami objek10.

10 Anas Sudjana, Metode Riset dan Metode Pembinaan Skripsi, (Yogyakarta: Reproduksi

(21)

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif artinya daya yang dikumpulkan tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumentasi resmi lainnya. Sehingga tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu, penggunaan pendektan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.11

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research yaitu salah satu metode penelitian kualitatif yang dilakukan dengan berada langsung pada objeknya, terutama dalam usaha mengumpulkan data dan berbagai informasi. Dengan kata lain peneliti turun dan berada dilapangan, atau berada di lingkungan yang mengalami masalah atau disempurnakan atau diperbaiki12. Field research dilakukan di lapangan dan berorientasi pada metode untuk menemukan secara khusus dan realistis apa yang terjadi di tengah masyarakat.13

11 Lexy J Moleong, Metode Pendekatan Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2004), h.131

12 Nawawi Hadari dan Mirni Martini, Penelitian Terapan. (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 1996) h.24.

13 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju,1999),

(22)

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi dua:

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber daya asli (tidak melalui media perantara)14, meliputi pengamatan langsung dan berupa opini subjek secara individual atau kelompok. Bentuknya berupa: surat tanda bukti, wawancara dengan anggota, wawancara dengan pihak KSU-BMT UMJ, dan kondisi menjadi objek penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara15. Pada umumnya data sekunder ini sebagai penunjang data primer. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka buku-buku, serta company profile KSU-BMT UMJ dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

4. Teknik Pengumpulan Data.

a. Wawancara

Merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari

14 Nor Indrianto, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen,

(Yogyakarta: BPFE,1999),h.147

15 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: Rineka

(23)

wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancara. Dengan mewawancarai pengurus BMT UMJ sehingga dapat mengetahui proses pendampingan yang dilakukan BMT. Dan adapun wawancara yang dilakukan adalah dengan metode wawancara terstruktur. wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Dalam jenis ini, peneliti akan membuat draft pertanyaan yang disusun secara rapi dan ketat sesuai dengan kriteria penelitian.16

b. Dokumentasi

Dokumentasi dipakai guna melengkapi data-data yang telah terkumpul, juga untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan

16 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

(24)

dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan17

5. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun objek yang akan penulis teliti adalah KSU-BMT UMJ dan subjeknya adalah anggota pembiayaan KSU-BMT UMJ.

6. Metode Analisis Data

Pada dasarnya, semua teknik analisis data kualitatif adalah sama, yaitu melewati prosedur pengumpulan data, input data, analisis data, penarikan kesimpulan dan verifikasi, dan diakhiri dengan penulisan hasil temuan bentuk narasi. 18

Teknik analisis data yang lebih dipahami dan lebih sesuai adalah teknik analisis data model interaktif menurut Miles & Huberman yang terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. Pertama adalah tahap pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display data, dan tahapan keempat adalah tahap penarikan kesimpulan dan/atau tahap verifikasi.

Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Display data adalah mengolah data

17

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 143

(25)

setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkrit dan sederhana yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan memberikan coding dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah dilakukan. Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan oleh Miles & Huberman, secara esensial berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan pengkodean yang telah terselesaikan disertai dengan quote verbatim wawancara.19

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif20 analisis, yaitu suatu teknik data dimana penulis lebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara sistematis, lalu diklarifikasi untuk dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari lima bab, dimana tiab bab terdiri dari beberapa sub bab. Sistematika penulisan merupakan uraian secara garis besar mengenai hal-hal pokok yang dibahas, guna mempermudah dalam mamahami dan

(26)

melihat hubungan suatu bab dengan yang lainnya. Adapun uraian pada setiap bab adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada Bab ini membahas tentang Pengertian Pendampingan, Fungsi dan Tujuan Pendampingan, Prinsip Pendampingan, Pola Pendampingan, Tugas Pendamping, Pengertian Usaha Mikro, Kendala Usaha Mikro, Review Studi Terdahulu.

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG KSU-BMT UMJ

Sejarah Singkat, Visi, Misi dan Motto, Budaya Kerja, Struktur Organisasi, Program Unggulan, serta Jasa Layanan di KSU-BMT UMJ.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

(27)

Serta menerangkan Peran Pendampingan terhadap perkembangan usaha anggota melalui analisis hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP

(28)

16

A. Pendampingan

1. Pengertian Pendampingan

Pendampingan adalah suatu strategi (cara untuk mencapai tujuan) dimana hubungan antara pendamping dengan yang didampingi adalah hubungan dialogis (saling mengisi) diantara dua subjek. Diawali dengan memahami realitas masyarakat dan memperbaharui kualitas realitas ke arah yang lebih baik.21

Kementerian Sosial Republik Indonesia mendefinisikan pendampingan sosial sebagai suatu proses menjalin relasi sosial antara pendamping dengan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Lembaga Keuangan Mikro (LKM), dan masyarakat sekitarnya dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan pekerjaan, dan fasilitas pelayanan publik lainnya22. Tujuan pendampingan adalah pemberdayaan dan penguatan (empowering).23

21 Ismawan Bambang,dkk., LSM dan Program Inpres Desa Tertinggal. (Jakarta: PT

Penebar Swadaya, 1994), hlm. 40.

22 Departemen Sosial RI, Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan (Program

Pemberdayaan Fakir Miskin Tahun 2006-2010), (Jakarta: Depatremen Sosial RI, 2005), hlm. 14

23

(29)

Dari definisi yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa pendampingan merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Kegiatan pendampingan merupakan upaya berkelanjutan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

Berkenaan dengan pengertian pendampingan di atas, Ismawan mengatakan bahwa pendampingan adalah orang yang bertugas untuk mewujudkan kelompok swadaya masyarakat yang sukses dalam meningkatkan kesadaran pengetahuan dan keterampilan anggota, menghidupkan dinamika kelompok dan usaha (produktif) anggota.24 Dalam kaitannya dengan pendampingan yang dilakukan di KSU-BMT UMJ, maka KSU-BMT UMJ bertindak sebagai pendamping yang mendampingi para anggota yang mendapatkan pembiayaan dari KSU-BMT UMJ.

2. Fungsi dan Tujuan Pendampingan

Tanggungjawab seorang pendamping sangat dipengaruhi terhadap pengetahuannya terhadap tujuan dan fungsi pendampingan, adapun fungsi pendampingan ialah tergantung kepada tujuan yang ingin dicapai. Namun beberapa diantara fungsi pendampingan menurut wiryasaputra sebagai berikut25:

24 Ismawan Bambang,dkk., LSM dan Program Inpres Desa Tertinggal, (Jakarta: PT

Penebar Swadaya, 1994), h. 30.

25 Totok S. Wiryasaputra, Ready to care: Pendampingan dan Konseling Psikologi,

(30)

a. Fungsi Penyembuhan (Healing)

Fungsi ini di pakai pendamping ketika melihat keadaan yang perlu dikembalikan ke keadaan semula atau mendekati keadaan semula. Fungsi ini biasa untuk membantu orang yang didampingi menghilangkan gejala-gejala dan tingkah laku yang disfungsional dan dapat berfungsi kembali secara normal sama seperti sebelum mengalamin krisis.

b. Fungsi Membimbing (Guiding)

Fungsi membimbing ini dilakukan pada waktu orang harus mengambil keputusan tertentu tentang masa depannya. Dalam hal ini, klien sedang dalam proses pengambilan keputusan.

c. Fungsi Menopang (Sustaining)

Fungsi ini dilakukan bila klien tidak mungkin kembali ke keadaan semula. Fungsi menopang digunakan sekarang sebagaimana adanya, kemudian berdiri di atas kaki sendiri dalam keadan baru, bertumbuh secara penuh dan utuh.

d. Fungsi Memperbaiki Hubungan (Renconciling)

Fungsi ini dipakai untuk membantu klien bila mengalami konflik batin dengan pihak lain yang mengakibatkan putus dan rusaknya hubungan relasi.

(31)

“memampukan” (empowering) dan memperkuat (capacity building). Keberhasilan pendampingan di ukur melalui beberapa tujuan yang ingin dicapai. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa tujuan dari pendampingan adalah sebagai pemberdayaan dan penguatan. Namun, lebih spesifik Twelvetrees sebagaimana yang dikutip oleh Meerada Saryati Aryani bahwa tujuan dari pendampingan adalah:26

a. Memastikan bahwa perubahan yang konkret terjadi di lingkungan tersebut.

b. Memungkinkan orang-orang yang diajak bekerja untuk menggabungkan kepercayaan dan kemampuan dalam menangani permasalahan.

Bahwasanya Pincus dan Minahan mengemukakan dalam Adriani:27

a. Meningkatkan kemampuan dari orang dalam memecahkan masalah dan mencontohkannya.

b. Menghubungkan orang dengan sistem yang menyediakan mereka berbagai sumber, pelayanan dan kesempatan.

c. Meningkatkan keefektifan dan kemudahan pelaksanaan dari sistem tersebut.

d. Memberikan sumbangan pada pembangunan kebijakan sosial dan

26 Meerada Saryati Aryani, Proses Pendampingan Guswil DKI dalam Upaya

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kredit Mikro (Studi Kasus pada Kelompok Mugi Sukses di manggarai, Kelompok Dahlia dan Al Alam di Cilincing), (Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003), hlm. 35.

27 Andriani Sumampouw dkk, Ada Bersama Tradisi, (Semarang: Swisscontact &

(32)

memperbaiki kebijakan sosial.

3. Prinsip Pendampingan

Adapun prinsip-prinsip pendampingan usaha yang bisa diterapkan para lembaga-lembaga pendamping usaha khususnya KSU-BMT UMJ adalah sebagai berikut: 28

a. Belajar Dari Masyarakat

Prinsip yang paling mendasar adalah prinsip bahwa melakukan pemberdayaan masyarakat adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti, dibangung pada pengakuan serta kepercayaan akan nilai dan relevansi pengetahuan tradisional masyarakat serta kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah sendiri.

b. Pendamping sebagai Fasilitator, Masyarakat sebagai Pelaku

Masyarakat sebagai pelaku konsekuensi dari prinsip pertama adalah perlunya pendamping menyadari perannya sebagai fasilitator dan bukannya sebagai pelaku atau guru. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta kesediaan belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu sendiri. Bahkan dalam penerapannya masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Kalaupun pada awalnya peran pendamping lebih besar, harus diusahakan agar secara bertahap peran

28 Ravik Karsidi, Pengorganisasian Potensi Pembangunan Masyarakat, Suatu Model

(33)

itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan-kegiatan pada warga masyarakat itu sendiri.

c. Saling Belajar, Saling Berbagi Pengalaman

(34)

4. Pola Pendampingan

Menurut Aslihan Burhan pola pendampingan adalah sebagai berikut29: a. Motivasi

Memotivasi atau memberi dukungan kepada sasaran kegiatan pendampingan baik materil maupun non materil untuk berwirausaha dan menumbuhkan semangat swadaya dan memulai langkah maju dengan semangat kemandirian dan profesionalisme.

b. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kelompok, mulai dari penyadaran diri, motivasi kelompok, administrasi organisasi dan keuangan, motivasi usaha kolektif, kepemimpinan sampai dengan analisa situasi.

c. Bimbingan dan Konsultasi

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pendidikan dan pelatihan yang telah dijalankan dan diarahkan kepada kasus atau permasalahan yang lebih spesifik.

d. Monitoring dan Evaluasi

Mengadakan kunjungan monitoring kepada pengusaha yang mendapatkan pembiayaan, pada setiap kunjungan dicatat setiap perkembangan usaha dan mengevaluasi/ menilai keberhasilan debitur.

29

(35)

Waktu monitoring dan evaluasi bisa dilakukan secara mingguan, bulanan maupun triwulan tergantung dari kebutuhan. Sedangkan alat/ instrumen yang bisa diguankan adalah pembuatan laporan (naratif dan matrik) dan pembuatan format monitoring untuk mengetahui omzet maupun kendala-kendala usaha yang dihadapin oleh para pelaku usaha.

5. Tugas Pendamping

Adi menuliskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seorang pendamping, yaitu30:

1) Menjalin kontak dengan individu, kelompok atau organisasi.

2) Mengembangkan profil komunitas, menilai (asses), kebutuhan, dan sumber daya masyarakat.

3) Mengembangkan analisis strategis, merencanakan sasaran, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang.

4) Memfasilitasi kemapanan kelompok-kelompok sasaran.

5) Bekerja secara produktif dalam mengatasi konflik, baik konflik antar kelompok ataupun organisasi.

6) Mengelola sumber daya yang ada termasuk waktu dan dana.

7) Mendukung kelompok dan oganisasi guna mencapai sumber daya yang dibutuhkan, misalnya dalam hal dana dilakukan dengan pembuatan proposal permohonan dana.

8) Memonitor perkembangan program atau kegiatan terutama

(36)

pemanfaatan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

9) Menarik diri dari kelompok yang sudah berkembang dan memfasilitasi proses perpisahan yang efektif.

10)Mengembangkan, memantau, dan mengevaluasi strategi yang serupa.

B. Usaha Mikro

1. Pengertian Usaha Mikro

Dalam perekonomian Indonesia UMKM merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Ada beberapa pengertian usaha mikro menurut para ahli, data resmi atau berdasarkan perundang-undangan yang mengatur jenis dari usaha-usaha yang ada di Indonesia, antara lain:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria sebagai berikut31 :

1) Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria, yakni :

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

31 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(37)

b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2) Usaha Kecil yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni :

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau,

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(38)

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha; atau,

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

b. Menurut Keputusan Mentri Keuangan

Adapun Usaha Mikro sebagaimana yang dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan32, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp 50.000.000,00.

c. Menurut Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi usaha mikro berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.

32 Keputusan Mentri Keuangan No.40/KMK.06/2003 mengenai Usaha mikro pada

(39)

d. Menurut Kementrian PU

Usaha mikro adalah usaha yang bersifat menghasilkan pendapatan dan dilakukan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Sedangkan Pengusaha Mikro adalah orang yang berusaha di bidang usaha mikro. Ciri-ciri usaha mikro antara lain, modal usahanya tidak lebih dari Rp 10.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan bangunan), tenaga kerja tidak lebih dari lima orang dan sebagian besar menggunakan anggota keluarga/kerabat atau tetangga, pemiliknya bertindak secara naluriah/alamiah dengan mengandalkan insting dan pengalaman sehari-hari33.

2. Kendala Usaha Mikro

Pada usaha mikro terdapat beberapa kendala yang menghambat perkembangan dari usaha mikro itu sendiri dan para ahli menjambarkan beberapa kendala serta permasalahan yang umum dihadapi oleh usaha mikro, yakni Presiden Director PT Bahana Artha Ventura Andi mengatakan ada beberapa kendala yang menghadang pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis, yaitu permodalan, administrasi, dan teknologi. "Kendala utama yang dihadapi UMKM adalah modal. Karena masih berstatus bisnis mikro dan

33 “Mengenal Kelompok usaha Mikro”, diakses pada 24 juli 2016 pukul 20.42 WIB dari

(40)

kecil, terkadang mereka tak dilirik lembaga perbankan. Di sinilah perusahaan modal ventura bergerak".34

Tulus tambunan dalam bukunya menjabarkan lebih lengkap beberapa kendala yang sering dihadapi oleh para usaha mikro:

a. Keterbatasan modal kerja dan modal investasi,

b. Kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan terjangkau,

c. Keterbatasan teknologi,

d. Sumber daya manusia dengan kualitas yang kurang baik, e. Rendahnya kemampuan pemasaran.35

C. Baitul Maal Wat Tamwil

1. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil

Baitul Maal Wat Tamwil atau biasa disebut juga Balai Usaha Mandiri biasa disingkat BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajar dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh

34 “Ini 3 Kendala Utama Perkembangan UKM”, diakses pada 24 juli 2016 pukul 20.50

WIB dari http://industri.bisnis.com/read/20140918/87/258467/ini-3-kendala-utama-perkembangan-ukm.

35 Tulus Tambunan, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,

(41)

masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan),kedamaian dan kesejahteraan36

2. Ciri-Ciri BMT

Terdapat beberapa ciri khas yang mengakar yang ada pada tubuh BMT yang kita dapat mengenali hampir pada setiap BMT37 :

a. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif-proaktif, tidak menunggu tetapi menjemput bola, bahkan merebut bola, baik untuk menghimpun dana anggota maupun untuk pembiayaan.

b. Kantor di buka dalam waktu tertentu yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasar.

c. BMT mengadakan pendampingan usaha anggota. d. Manajemen BMT adalah professional islami:

1) Setiap tahun buku yang diterapkan maksimal sampai bulan maret berikutnya, BMT akan menyelenggarakan musyawarah anggota tahunan. Forum ini merupakan forum permusyawaratan tertinggi. 2) Aktif menjemput bola, berpakarsa, kreatif-inovatif, menemukan masalah dan memecahkannya secara bijak dan memberikan kemenangan kepada semua pihak (win-win solution)

3) Berpikir, bersikap dan bertindak “ahsanuamala” atau service exelence.

36 Ahmad Ifham Solihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2010), h.174

37 A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat

(42)

4) Berorientasi kepada pasar bukan pada produk. Meskipun produk menjadi penting namun pendirian dan pengembangan BMT harus senantiasa memperhatikan aspek pasar, baik dari sisi lokasi, potensi pasar, tingkat persaingan serta lingkungan bisnisnya.

3. Kegiatan BMT

Secara umum kegiatan BMT dapat dibagi menjadi beberapa macam sektor yaitu38 :

a. Jasa Keuangan

Kegiatan jasa keuangan yang dikembangkan oleh BMT berupa penghimpunan dana dan menyalurkannya melalui kegiatan pembiayaan dari dan untuk anggota atau non-anggota. Kegiatan ini dapat disamakan secara operasional dengan kegiatan simpan pinjam dalam koperasi atau kegiatan perbankan secara umum.

1.) Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk pembiayaan. Simpanan ini dapat berbentuk tabungan wadi’ah, simpanan mudharabah jangka pendek dan jangka panjang.

38

(43)

2.) Penyaluran Dana

Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas dua jenis : pertam, pembiayaan dengan system bagi hasil dan kedua, jual beli dengan pembayaran ditangguhkan.

b. Sektor Riil

Pada dasarnya, kegiatan sektor riil juga merupakan bentuk penyaluran dana BMT. Namun, berbeda dengan kegiatan sektor jasa keuangan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu, penyaluran pada sektor riil bersifat permanen atau jangka waktu panjang dan terdapat unsur kepemilikan di dalamnya. Penyaluran dana ini selanjutnya disebut investas atau penyertaan.

c. Sosial ( Zakat, Infak dan Sedekah)

Kegiatan pada sektor ini adalah pengelolaan zakat, infak dan sedekah, baik berasal dari Dompet Dhuafa maupun yang berhasil dihimpun sendiri oleh BMT. Sektor ini merupakan salah satu kekuatan BMT karena juga berperan dalam pembinaan agama bagi para nasabah sektor jasa keuangan BMT, Dengan demikian, pemberdayaan yang dilakukan BMT tidak terbatas pada sisi ekonomi, tetapi juga dalam hal agama.

(44)

usaha pembiayaan. Bentuk dari usaha memobilisasi simpanan dari anggota dan jamaah itu antara lain berupa39 :

1) Simpanan mudharabah Biasa 2) Simpanan mudharabah Pendidikan 3) Simpanan mudharabah Haji 4) Simpanan mudharabah Umrah 5) Simpanan mudharabah Qurban 6) Simpanan mudharabah Idul Fitri 7) Simpanan mudharabah walimah 8) Simpanan mudharabah Akikah 9) Simpanan mudharabah Perumahan

10) Simpanan mudharabah Kunjungan Wisata 11) Titipan Zakat, infaq dan Shadaqah (ZIS)

D. Review Studi Terdahulu

Isi Penelitian Terdahulu Perbedaan Penelitian

1. Era Ikhtiani Rois, Skripsi Fakultas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

39

(45)

Dakwah

pemberdayaan yang telah dan yang akan dilakukan oleh BMT dan untuk mengetahui hasil dari pemberdayaan yang dilakukan BMT Barokah kepada usaha kecil di pasar Gesikan, Ngluwar. Hasil dari penelitian ini adalah Pemberdayaan usaha kecil melalui optimalisasi dana ZIS, dengan memberikan bantuan permodalan melalui pembiayaan-pembiayan, bantuan santunan pendidikan bagi para siswa mulai TK, SD, MTS, sampai SMK melalui beasiswa.

pola pendampingan serta peran pendampingan itu sendiri dalam mendorong perkembangan usaha para anggotanya. Subjek

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pendampingan dan peran pendamping individu dalam pengembangan UKM di Kota Sukabumi dan untuk mengetahui pengaruh dari pendampingan tersebut. Objek dari penelitian ini adalah

(46)

Hidayatullah

usaha mikro dan kecil binaan pendamping individu yang berlokasi di Kota Sukabumi yang berjumlah 25 unit. Hasil dari penelitian ini adalah pendamping individu berperan penting dalam pengembangan UKM binaan di Kota Sukabumi dan pendamping individu UMKM memiliki kontribusi yang sangat signifikan dalam pengembangan UMKM Kota Sukabumi.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah

perkembangan pembiayaan perbankan syariah dalam upaya pengembangan UMKM di Kota Makassar selama tahun 2010– 2011 mengalami peningkatan. Objek dalam penelitian ini adalah UMKM di Kota Makassar. Hasil

(47)

Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

penelitian ini menunjukkan perkembangan pembiayaan perbankan syariah dalam upaya pengembangan UMKM di Kota Makassar selama tahun 2010– 2011 mengalami peningkatan yang berfluktuasi. Hal tersebut mencerminkan bahwa peran serta pembiayaan perbankan syariah dalam peningkatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Makassar belum optimal. Meskipun besarnya pembiayaan perbankan syariah yang disalurkan oleh bank syariah di Kota Makassar berfluktuasi, secara umum tetap memiliki

prospek yang cukup

menggembirakan. Peran serta pembiayaan perbankan syariah dalam upaya pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kota Makassar

(48)

sangat dibutuhkan mengingat banyaknya UMKM yang selama ini belum memperoleh fasilitas pembiayaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pemberdayaan ekonomi umat, mengetahui prosedural BMT Surya Mandiri dan KSP Baku Makmur dalam pemberian pembiayaan produktif bagi UKM, dan dampak pemberdayaan ekonomi umat yang dilakukan BMT Surya Mandiri dan KSP Baku Makmur terhadap peningkatan usaha UKM.

(49)

37

A. Sejarah Pendirian

Pendirian KSU BMT-UMJ diawali dengan rapat pembentukan oleh 36 (tiga puluh enam) orang (dosen civitas akademika UMJ) sekitar awal bulan April 2008. Selanjutnya, Akra Pendirian KSU BMT-UMJ dengan nomor 69 diterbitkan tanggal 14 April 2008 oleh Notaris yang ditunjuk Kementrian Koperasi dan UKM, H. Rizul Sudarmadi,SH. Setelah itu, Kementrian Koperasi dan UKM, tanggal 6 Juni 2008 mengesahkan Akta Pendirian dan sekaligus memberikan nomor badan hukum : 770/BH/Meneg/.I/VI/2008.

Dalam rangka mempersiapkan operasionalisasi KSU BMT-UMJ, maka pada awal bulan Mei 2008 selama sebulan penuh tiga orang calon karyawan terseleksi telah melaksanakan proses magang di BMT Mujahidin dan BMT Al Munawarah. Kemudian, Mulai awal bulan Juni 2008, semua persiapan launching kegiatan KSU BMT-UMJ sudah dimulai. Saat ini, KSU BMT-UMJ menempati ruangan seluas kurang lebih 12 m di lantai dasar gedung Rektorat UMJ dengan no. telpon (Flexi) 021-32425400. Perangkat kerja relatif sudah cukup tersedia, mulai dari blanko/formulir untuk berbagi jenis transaksi sesuai produk yang akan ditawarkan, sampai dengan brandkas dan tiga buah computer beserta dua buah printer.

(50)

Simpanan Wajib, Cadangan, Donasi, dan Hibah. Modal Luar atau Modal Pinjaman berasal dari Anggota, Anggota Luar Biasa, Calon Anggota, koperasi lain, lembaga keuangan (bank dan non bank) dan sumber-sumber lain yang sah.

Per tanggal 18 Juni 2008, Permodalan KSU BMT-UMJ yang tersedia adalah sebesar Rp. 117.000.000,-. Permodalan yang dimaksud terdiri atas Modal Sendiri yang berasal dari Simpanan Pokok 10 orang anggota/pendiri sebesar Rp. 42.000.000,- dan Modal Pinjaman dalam bentuk Modal Penyertaan sebesar Rp. 75.000.000,- yang berasal dari kontribusi dari empat orang anggota/pendiri.40

B. Visi, Misi dan Motto

Adapun visi, misi dan motto dari KSU-BMT UMJ adalah41: 1. Visi :

Membangun Koperasi Serba Usaha terkemuka, modern dan Islami dalam mengembangkan ekonomi rakyat

2. Misi :

a. Meningkatkan kualitas sumber daya insani yang bermartabat dan mandiri.

b. Memperjuangkan peningkatan harkat sosial ekonomi anggota dan karyawan koperasi serta masyarakat.

c. Mengelola prtofolio bisnis anggota dengan semangat kekeluargaan dan berdaya saing

(51)

d. Menjadi media efektif dalam membangun silaturahim sesama anggota KSU BMT-UMJ dan para pihak yang terkait

3. Motto : Memberi Manfaat Membawa Maslahat

C. Budaya Kerja

Dalam rangka mewujudkan Visi, Misi dan tujuan, KSU-BMT UMJ mengembangkan budaya kerja dengan komitmen kepada42:

1. Menciptakan rasa loyalitas yang tinggi, sehingga tercipta saling memiliki. 2. Menciptakan rasa empati/peduli yang tinggi kepada lembaga, anggota dan

pengelola.

3. Pengelolaan lembaga yang bersih dan amanah.

4. Menciptakan suasana kerja yang harmonis, nyaman dan kondusif guna meningkatkan kinerja sumberdaya manusia.

5. Memberikan pelayanan kepada anggota untuk dapat mandiri, dengan rasa aman, disiplin dan menjadikan yang utama.

Kesemuanya terangkum dalam BUDAYA KERJA LEBAH yang menghasilkan madu.

(52)

D. Struktur Organisasi

1. Struktur Organisasi Kepengurusan Periode 2016-201943 a. Pengurus :

1) Ketua : Dr. Haris Sarwoko SE., MSi.

2) Sekreris : Dr. Siti Hamidah R. SE., MSi 3) Bendahara : Iskandar Zulkarnain SE., MM. b. Pengawas :

1) Ketua : Dr. Ir. Edy Siregar SE., MM. 2) Anggota : Drs. Fakhrurazi MA

Andri Priharta SE., MM.

c. Dewan Pengawas Syariah :

1) Ketua : Dr. Muchtar Lutfi, SH. MM

2) Anggota : Prof. Dr. Hj. Masyitoh, M. Ag. Dr. Daud Arif Khan SE, MSi Hadian MA

(53)

2. Struktur Organisasi Pengelola KSU BMT-UMJ44

E. Produk dan Jasa Layanan

Produk yang ada di KSU BMT-UMJ terbagi menjadi dua, yaitu penghimpunan dana (Funding) dan penyaluran dana (Lending)45.

1. Adapun produk-produk penghimpunan dana (Funding) antara lain sebagai berikut :

a. Tabungan Makkah (Manfaat Penuh Berkah)

1) Bungkesmas (Tabungan Kesehatan Masyarakat)

Adalah sebuah produk tabungan plus asuransi kesehatan dan kecelakaan yang didesain khusus untuk BMT, Koperasi, LKM

44 Company Profile KSU-BMT UMJ, h.5 45 Company Profile KSU-BMT UMJ, h.5

Direktur Utama

Mukhtiar SE.I., MM

Manajer Marketing

Syaiful Bahri SE.Sy.

Staff : Deni Nofiyadi

Manajer Operasional Juliana Veronica, SE.

Manajer Keuangan Syifa Nisfiyani SE. Sy

Teller : Navthalia Gambar 3.1

(54)

dan atau lembaga sejenis. Dan ini adalah program yang baru di mulai pada tahun 2013.46

2) Simapan (Simpanan Masa Depan)

Produk ini merupakan tabungan atas prinsip mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan selama jam buka kas di kantor KSU BMT-UMJ.

3) Sahara (Simpanan Hari Raya)

Produk ini adalah simpanan yang direncanakan untuk keperluan Idul Fitri dengan prinsip mudharabah mutlaqah. Penarikan hanya dapat dilakukan satu kali menjelang Idul Fitri.

4) Sapitri (Simpanan Pendidikan Putra-Putri)

Simpanan ini adalah bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukkan dana pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali, yaitu pada saat ajarab baru dan semester kedua di tahun ajaran yang sama. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqoh.

46https://www.facebook.com/permalink.php?id=190332491131348&story_fbid=1903362

(55)

5) Tafaqur (Tabungan Fasilitas Qurban)

Tabungan ini adalah tabungan yang dirancang untuk memudahkan rencana pelaksanaan qurban dengan prinsip mudharabah mutlaqoh.

b. Deposito Madani

Produk ini adalah produk dengan tujuan investasi yang penarikan dananya dengan skema yang bermacam, yaitu 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dengan prinsip mudharabah.

Tabel 3. 1

Penghimpunan Dana KSU-BMT UMJ 2011-2015

No Jenis Produk 2011 2012 2013 2014 2015

1 Simapan 239.272.069,18 382.100.258,87 525.844.627,46 610.181.135,83 815.082.689,10

2 Sahara 7.611.621,06 8.409.029,68 7.619.974,29 9.731.254,86 22.673.191,80

3 Sapitri 9.369.411,33 3.509.657,19 4.069.266,56 2.754.988,68 17.189.209,05

4 Tafaqur 2.398.339,85 2.524.970,41 5.999.786,42 14.560.136,52 5.621.905,23

5 Tawamah 1.089.713,38 349.426,34 9.769.129,32 2.452.062,74 23.477.937,79

6 Bungkesmas - - 260.176,21 12.910.284,96 21.150.660,42

7 Deposito 173.000.000,00 194.000.000,00 241.500.000,00 248.100.000,00 257.000.000,00

(56)

Gambar 3. 1

Grafik Penghimpunan Dana KSU BMT-UMJ TB 2011-2015

2. Adapun produk-produk penyaluran dana (Lending) yang terdapat di KSU-BMT UMJ sebagai berikut :

a. Jual beli

1) Murabahah

Piutang murabahah ialah akad jual beli barang antara mitra dengan KSU-BMT UMJ dengan menyatakan harga perolehan/harga beli/harga pokok ditambah keuntungan/margin yang disepakati oleh kedua belah pihak.

KSU-BMT UMJ membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau KSU-BMT UMJ memberi kuasa kepada mitra untuk memberi barang-barang kebutuhan mitra atas nama KSU-BMT UMJ. 0.00

200,000,000.00 400,000,000.00 600,000,000.00 800,000,000.00 1,000,000,000.00 1,200,000,000.00

2011 2012 2013 2014 2015

Berdasarkan Jumlah Saldo

(57)

Lalu barang tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

b. Sewa Jasa

1) Ijarah Multijasa

Akad sewa barang atau jasa antara KSU-BMT UMJ dan mitra. KSU-BMT UMJ menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

c. Kerjasama

1) Mudharabah

Akad kerjasama antara KSU-BMT UMJ selaku pemilik modal (shahibul maal) dengan mitra pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

2) Musyarakah

(58)

oleh kedua belah pihak. Sedangkan kerugian ditanggung dengan porsi modal masing masing.

d. Pinjaman Kebajikan

1) Al-Qardh

Akad pinjaman dari KSU-BMT UMJ dengan tujuan sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah pinjaman pokoknya tanpa adanya tambahan.

2) Hiwalah

Akad pengalihan hutang nasabah kepada KSU-BMT UMJ dari nasabah yang lain.

Tabel 3. 2

Tabel Pembiayaan BMT-UMJ

2010 2011 2012 2013 2014

Murabahah 39,911,100 1,025,540,668 810,894,031 684,961,000 929,291,714

Ijarah 343,500,000 836,696,665 744,250,000 621,087,000 1,083,950,000

Musyarakah 105,500,000 2,500,000 - 60,000,000 20,000,000

Mudhorobah 322,500,000 562,495,000 220,500,000 527,000,000 521,500,000

Qardh 1,055,419 9,155,500 31,600,000 16,460,000 16,433,731

(59)

Gambar 3. 2

Grafik Pembiayaan BMT-UMJ

3. Adapun bentuk-bentuk jasa layanan yang ada pada KSU-BMT UMJ sebagai berikut :

a. Transfer antar Bank

b. Pembayaran listrik (Prabayar & Pascabayar) c. Pembayaran telpon

d. Pulsa Handphone

e. Pembayaran TV berlangganan

f. Pembayaran tagihan PDAM & Palijaya g. Pembayaran tiket pesawat, kereta api h. Pembayaran kartu kredit, dll.

0 500,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000 2,000,000,000 2,500,000,000 3,000,000,000

2010 2011 2012 2013 2014

Murabahah

Ijarah

Musyarakah

Mudhorobah

Qordh

(60)

48

A. Pola Pendampingan Usaha pada KSU-BMT UMJ

Menurut Aslihan Burhan ada 4 macam pola pendampingan, di antaranya (1) Motivasi (2) Pendidikan dan Pelatihan, (3) Bimbingan dan Konsultasi, (4) Monitoring dan Evaluasi. Pada dasarnya pola pendampingan yang dilakukan oleh KSU-BMT UMJ sudah hampir mengacu pada standar idealnya para ahli, setidaknya seperti yang dipaparkan oleh Aslihan Burhan. Namun, penuturan Syaiful Bahry, yakni seorang Manajer Pemasaran KSU-BMT UMJ, adalah pola pendampingan mereka tidak ada SOP (Standar Operasional Perusahaan) dan standarnya tidak merujuk kepada pendapat ahli tertentu47. KSU-BMT UMJ hanya terfokus mengidentifikasi permasalahan yang ada pada sebagian besar anggota lalu mencari solusi bersama para karyawan dan petinggi KSU-BMT UMJ guna mendapatkan solusi atas permasalahan anggota secara individu atau permasalahan anggota secara umum maupun individu. Walaupun BMT UMJ tidak mempunyai SOP mengenai hal ini, namun dari 4 macam pola pendampingan yang dipaparkan oleh Aslihan Burhan terdapat 3 yang diterapkan oleh KSU-BMT UMJ, yaitu:

1. Motivasi

Motivasi yang dilakukan KSU-BMT UMJ bersifat harian, para petugas pendamping atau yang biasa bertugas adalah seorang AO (Account Officer) melakukan keliling setiap harinya kepada anggota-anggota KSU-BMT UMJ

47 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ. Tangerang

(61)

untuk menabung hasil usahanya atau yang membayar cicilan pembiayaan. Disamping itu motivasi sangat berguna terhadap perkembangan usaha anggota, karena sebagian besar anggota KSU-BMT UMJ adalah seorang pengusaha mikro di daerah Ciputat sampai Pamulang, sangat banyak pengusaha tersebut yang mengeluh terhadap usahanya atau terhadap situasi perekonomian yang menghimpit48.

Disamping KSU-BMT UMJ memberikan pembiayaan kepada anggota, pemberian motivasi penting semangat anggota tetap terjaga, berbagai masalah yang dihadapi dalam usaha bisa saja menjadikan mental jatuh, apa lagi karakteristik UMKM yang rentan terhadap berbagai macam masalah dan tantangan usaha.49 Seperti yang dirasakan salah satu anggota KSU-BMT UMJ yang beralih menjual aneka minuman di kantin FISIP UMJ, ia sebelumnya usaha somay yang walaupun laku namun dikarenakan pengelolaan keuntungan yang tidak terukur maka ia tidak tahu kemana semua keuntungan usaha teralokasikan dan manajemen waktu yang kurang dapat diatasi sehingga ia menyerah.50 Disamping memberikan konsultasi dan bimbingan, KSU-BMT UMJ disini memberikan motivasi agar ibu Ade Dandayanti memulai usaha barunya di kantin FISIP.

48 Wawancara pribadi dengan Ade sebagai anggota di BMT UMJ. Tangerang Selatan, 6

September 2016.

49 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ.

Tangerang Selatan, 6 September 2016

50 Wawancara pribadi dengan Ade sebagai anggota di BMT UMJ. Tangerang Selatan, 6

(62)

2. Pendidikan dan Pelatihan

Pola pendidikan dan pelatihan yang diterapkan pada KSU-BMT UMJ melihat kepada kebutuhan sebagian besar para anggotanya, karena sebagian besar anggota adalah seorang UMKM yang tersebar mulai dari daerah Tangerang Selatan sampai dengan Cilandak, Jakarta Selatan51. KSU-BMT UMJ berkerjasama dengan beberapa para lembaga diantaranya Mien R Uno, Universitas Indonesia dan Kementerian Koperasi, namun peran KSU-BMT UMJ disini sebagai pemasok orang yang akan diberikan pendidikan dan pelatihan, serta membantu sebagai volunteer terhadap pelatihan tersebut, sedangkan mitra melaksanakan tugas seperti menentukan tempat, materi pelatihan yang sudah disetujui oleh pihak KSU-BMT UMJ dan segala macam kebutuhan dana52. Karena sebagian besar anggotanya UMKM maka isi dari pelatihan tersebut adalah ilmu yang disesuaikan dengan permasalahan umum para UMKM. Adapun agendanya sebagai berikut53:

51 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ.

Tangerang Selatan, 6 September 2016

52

Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ. Tangerang Selatan, 6 September 2016

(63)

Tabel 4. 1 Data Pelatihan

No Nama Mitra Tanggal Kehadiran Jumlah sesi

pelatihan Materi

1 Kementerian

Koperasi 12-Nov-14 27 orang 3 Pencatatan Keuangan

2 Mien R Uno

Indonesia 22-Nov-15 25 orang 3 Pencatatan Keuangan

3. Bimbingan dan Konsultasi

Bimbingan dan konsultasi adalah bentuk dari tindak lanjut dari KSU-BMT UMJ atas pelatihan yang diadakan dengan para mitra. Bimbingan yang dilakukan KSU-BMT UMJ kepada anggota sejatinya tidak hanya seputar pelatihan yang telah dilakukan sebelumnya, namun juga sebagai sarana silaturahmi antara KSU-BMT UMJ dan para anggotanya.54

Bimbingan pada dasarnya dilakukan di waktu yang sama dengan motivasi, yaitu harian ketika para AO (Account Officer) melakukan keliling menarik cicilan pembiayaan, bimbingan tersebut seputar memberikan arahan yang dirasa perlu yang diharapkan dapat memberikan dampak pada perkembangan usaha anggota tersebut55. Setiap anggota didatangi setidaknya

54 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ.

Tangerang Selatan, 6 September 2016

55 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ.

(64)

5 hari sekali oleh para staff dari KSU-BMT UMJ dengan perhitungan sebagai berikut56:

N = 93 orang

Staff = 2 orang (1 staff = 10 orang anggota/hari)

2 Staff = 20 orang anggota/hari

Maka dalam berapa hari seluruh nasabah akan dikunjungi oleh staff KSU-BMT UMJ ?

93�����

20�����/ℎ��� =4,65ℎ�������5ℎ���

Maka 2 orang staff yang dimiliki oleh KSU-BMT UMJ yang bertugas keliling ke anggota dapat menyelesaikan kunjungan pada seluruh nasabah dalam waktu 5 hari. Lalu dalam waktu 1 bulan mereka mendapatkan setidaknya 4 kali pertemuan dengan para staff dengan hitungan sebagai berikut57 :

1 bulan = 22 hari ( dikurangi hari libur sabtu-minggu)

1 ronde kunjungan = 5 hari

Maka !! !!"#

!!!"#

=

4

,

4

kali atau 4 kali per 1 bulan tiap anggota akan mendapatkan kunjungan dari staff KSU-BMT UMJ

56 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ.

Tangerang Selatan, 6 September 2016

57 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ.

(65)

Salah satu anggota yang bernama Siti Khalisah menganggap perlu diadakannya bimbingan usaha ini, karena sebagai mitra UMKM mereka masih minim ilmu dan pengalaman dalam berbagai hal, dan bagus apabila masukan tersebut berupa hal-hal yang dapat melancarkan dan mendorong usaha mereka berkembang58.

Adapun berbeda dengan bimbingan yang dilakukan setiap hari konsultasi pastinya hanya ketika para anggota memiliki masalah, tidak selalu permasalahan tersebut berupa kekurangan modal, namun sering kali berkonsultasi mengenai arah usaha, lokasi usaha, atau kesulitan pemisahan modal dan konsumsi sehari-hari, dan berbagai macam masalah yang umum dihadapi oleh UMKM. Kesulitan juga terdapat pada penerapan pelatihan yang telah diadakan KSU-BMT UMJ bersama mitra. Para anggota KSU-BMT UMJ sering bertanya seputar teknis dari hasil pelatihan tersebut. Karena ketika dilakukan pelatihan tidak semua anggota dapat menuangkan sepenuhnya dalam usaha sehingga membutuhkan pendampingan dan penyempurnaan dalam sisi teknis.59

58 Wawancara pribadi dengan Siti Khalisah sebagai Anggota di BMT UMJ. Tangerang

Selatan, 6 September 2016

59 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ.

(66)

B. Kendala yang Dialami Pada Saat Melaksanakan Pendampingan Usaha

dan Solusi yang Diberikan

1. Kendala yang Dialami Pada Saat Melaksanakan Pendampingan

Usaha

Sebagai instansi yang menaruh perhatian kepada usaha mikro kecil dan menengah maka KSU-BMT UMJ harus serius dalam menjalani tanggung jawabnya sebagai sebuah instansi yang memiliki peran pendampingan terhadap UMKM ini. Beberapa kendala yang kerap dihadapi oleh KSU-BMT UMJ selaku pendamping terbagi menjadi 2 macam, diantaranya :

a. Konsistensi

Konsistensi para anggota mengenai motivasinya dalam mengikuti pelatihan dan mengimplementasikan ilmu yang diajarkan menjadi masalah para pendamping, sebagai bahwasanya hampir pada setiap pelatihan yang diadakan KSU-BMT UMJ bersama mitra diawali dengan semakin menurunnya semangat anggota dalam mengikuti pelatihan usaha, yang sering terjadi jika sudah berada pada pertengahan sesi sudah mulai terlihat kendur dan cenderung tidak memperhatikan, bahkan pada saat pelatihan hari kedua beberapa orang tidak lagi hadir60. Pada saat pengaplikasiannya juga mereka tidak terus menerus melakukan karena masalah konsistensi yang kurang

60 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ.

(67)

dikarenakan motivasi yang mulai menurun walau mereka tahu bahwa isi pelatihan itu penting untuk diterapkan61

b. Manajerial

KSU-BMT UMJ selaku pendamping tidak dapat mengintervensi atau memberi arahan lebih lanjut apabila seorang anggota menolak untuk diberi arahan padahal anggota tersebut termasuk dalam kategori yang perlu diberdayakan62.

61 Wawancara pribadi dengan Ade sebagai anggota di BMT UMJ. Tangerang Selatan, 6

September 2016

62 Wawancara pribadi dengan Syaiful Bahry sebagai Manajer Pemasaran di BMT UMJ.

Tangerang Selatan, 6 September 2016

Gambar 4. 1 Grafik Pelatihan

0 5 10 15 20 25 30 35

Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3

UI

Kementerian Koperasi

Gambar

Gambar 3. 1 Grafik Penghimpunan Dana KSU BMT-UMJ TB 2011-2015 .......... 44
Tabel 2. 1 Review Studi Terdahulu ......................................................................
Tabel 2. 1
Gambar 3.1 SUSUNAN ORGANISASI PENGELOLA KSU BMT-UMJ
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari hasil penelitian, maka saran yang diajukan adalah: 1) dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya

Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan (1) Alasan pernikahan yang dilakukan oleh mahasiswa IAIN Ponorogo dapat digolongkan menjadi 3, yaitu wajib, sunnah

Tujuan penelitian ini ialah analisa potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan oleh PLTBS dengan menggunakan bahan bakar POME pada proses pengolahan TBS di pabrik kelapa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon biologis pertumbuhan ayam Sentul-G3 jantan dan betina umur 0-10 minggu ketika diberi ransum mengandung dedak

Penggunaan anggaran yang tersedia di dalam DIPA 2019 Pengadilan Tinggi Agama Jambi, baik untuk belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal telah

Untuk mengetahui akuntansi pajak penghasilan pasal 21 atas gaji pegawai tetap yang diselenggarakan PT Sarana Agro Nusantara Medan telah sesuai dengan prinsip akuntansi

Bila landasan biologis yang menjadi salah satu alasan harus dididiknya manusia di atas tidak dilakukan, maka hal ini dapat berimplikasi pada masa depan manusia dalam kehidupan

Pakan yang mengandung campuran minyak jagung, minyak ikan dan minyak kelapa atau hanya minyak kelapa memberikan laju pertumbuhan tinggi dan konversi pakan