• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muslim Rohingya dan HAM pasca kemerdekaan Myanmar 1962-2008: Analisis pelanggaran hak beragama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Muslim Rohingya dan HAM pasca kemerdekaan Myanmar 1962-2008: Analisis pelanggaran hak beragama"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELANGGARAN HAK BERAGAMA

Diajukan dalam rangka persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora

(S.Hum)

'---_

...

Universitas Islam Negerl SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:

i"gl. 'i".

!,,""k

klasifikasi

, G[[GZGセGGGGGGNGGGGャャGGGGGGGセGGGGGGGGGGGGGGGGMM

; .cr..O..;.

.l:7-

.

:

ZセZセZ]ZセZZZ]ZNZNZZ_Z_H

Nurmala sari

105022000849

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

(2)

Skripsi [-

pMセMセnMpMセMセMセMセMセMセMjaMnセMvセMAMセM

•.

セMLセMᄋMGᄋQ

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai

Gelar SaJjana Humaniora (S Hum)

Oleh:

Nurmala sari

NIM: 105022000849

Dibawah Bimbingan

Pembimbing

セL

---Awalia Rahma, MA

NIP:

19710621 200112 2 001

JURUSANSEJARAHDANPERADABANISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

(3)

KEMERDEKAAN MYANMAR 1962-2008: ANALISIS PELANGGARAN

HAK BERAGAMA telah di ujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Adab

dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 November 2009.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Humaniora (S.Hum) pada program studi Sejarah dan Peradaban Islam.

Jakarta, 26 November 2009

Sidang Munaqosyah

k、BGセ[イ

mッGイオセ

DI·s. H.M. DI Misbah, MA

NIP: 19591222199103 1003

Anggota

Penguji Merangkap Anggota

Prof. D' Budi Sulistiono M Hum NIP: 19541010198803 1 001

Sekel1aris Merangkap Anggota

User Abdul Matin SAg, MA,MA NIP: 19680807 199803 1 002

Pembimbing Merangkap Anggota

..-/

Awalia Rahma, MA

(4)

Analisis Pelanggaran Hak Beragama

Penelitian mengenai sej arah Islam di Asia Tenggara telah banyak dilakukan oleh para sejarawan baik lokal maupun tentunya sejarawan asing. Akan tetapi yang secara spesifik membahas umat Islam di Myanmar, khususnya etnis Rohingya, masih jarang ditemukan. Banyaknya perlakuan diskriminasi yang dikemudian hari mengarah pada pelangaran hak beragama oleh pemerintah setempat yang kian gencar direalisasikan pasca kemerdekaan 1948 dan memuncak khususnya pasca angkatan bersenjata Myanmar dibawah pimpinan jendral Ne Win merebut kekuasaan tahun 1962 dengan kebijakan "anti-[slamnya"nya, muslim Rohingya yang merupakan kumpulan minoritas muslim terbesar di Myanmar yang bermukim di Arakan Utara atau selatan Myanmar, dianiaya dan segala akses kehidupan termasuk dalam hal ini berbagai atribut keagamaan terkait mereka dibatasi dan dimusnahkan guna mengeluarkan mereka dari akar budaya bangsa.

Pada dasarnya, penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap kondisi umat Islam di Myanmar pasca kemerdekaan (1948), khususnya komunitas Rohingya, pasca angkatan bersenjata Myanmar mengambil alih kekuasaan(1962), dan ingin mengetahui sejauh mana kekuatan junta millter Myanmar di ranah internasional, dan peranan ASEAN dalam menyikapi berbagai isu kemanusiaan yang hingga kini masih tems berlangsung di negara tersebut, termasuk perlakuan dislaiminasi yang berujung pada pelanggaran hak beragarna muslim Rohingya oleh pemerintah setempat.

(5)

KATAPENGANTAR

Dengan ucapan Alhamdulillahirabbilalamin sebagai rasa terima kasih dan

puji syukur kepada Allah S.W.T., Tuhannya manusia, yang mengetahui apa-apa

yang ada di langit dan di bumi, yang nyata maupun tersembunyi, baik dalam

keadaan terang benderang maupun gelap gulita, slaipsi sederhana dengan judul

"MUSLIM ROHINGYA DAN HAM PASCA KEMERDEKAAN

MYANMAR 1962-2008: ANALISIS PELANGGARAN HAK BERAGAMA"

ini dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada pembawa cahaya

penerang RasulullahSAW besmia keluarganya dan para sahabatnya. Semoga kita mendapat syafaat di akhirat kelak.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak kendala yang harns penulis hadapi.

Namun demikian, berkat Rahmat dan Bimbingan-Nya serta bantuan yang

berharga dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati dise!iai niat yang suci,

maka penulis ingin mengucap banyak terimakasih yang tiada terhingga kepada:

I. Dr. H. Abd. Chair, selah! Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah

(6)

3. Drs. H.M. Ma'aruf Misbah, MA dan Usep Abdul Matin Sag, MA,MA

selaku ketua dan sekertaris jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas

Adab dan Humaniora UIN SyarifHidayatullah

4. Ibu Awalia Rahma, MA selaku dosen pembimbing yang membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas waktunya selama

membimbing penulis dengan segala kesabaran, saran-saran, dan

semangatnya.

5. Kepada segenap dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

selama menjalani kuliah di UIN Syarif Hidayatullah.

6. Segenap pengelola dan staf perpustakaan Utama dan fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya

(FIB) Universitas Indonesia, Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI), dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI),

yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mengadakan studi

kepustakaan.

7. Ayahanda Gozali dan Ibunda Mulyati, kakalc dan adik tersayang, serta

seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat, motivasi dan doa.

Sungguh kasih mu tak terbalaskan.

8. Terimakasih kepada bapak Tri AgllS S. Siswowihmjo, yang bersedia

meluangkan waktunya untuk menjawab persoalan terkait objek penelitian.

9. Bang Tion selaku pemilik dan pengelola toko buku gerak-gerik, yang

(7)

10. Ka Setyadi Sulaeman, dan ka Fahmi Irfani, yang senantiasa memberikan

masukan-masukan tambahan terkait penelitian dan memotivasi kepada

penulis.

II. Kepada sahabat-sahabat tersayang, Nikma Arini, Elda Wediana, Benny

Saputra, tempat ku berkeluh kesah, terimakasih atas segala perhatian.

12. Emy Kalsum, Ibnu Wicaksono, Ahmad Jufri, dan semua teman-teman yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya.

13. Rekan-rekan kelas SPI angkatan 2005, terimakasih atas terjalinnya makna

persahabatan ini.

14. Seseorang yang sangat spesial, yang selalu setia menemani dalam segala

kesusahan maupun senang. Terima kasih atas kebaikannya selama ini.

Salah satu tujuan dari disusunnya karya tulis ini adalah untuk

memenuhi sebagian persyaratan dalal11 l11encapai jenjang sarjana pada Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sel110ga l11el11enuhi persyaratan

yang dil11aksud.

Penulis penyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sel11purna, oleh

karena itu penulis menerima kritik dan saran yang konstmktif untuk perbaikan

dikemudian hari. Akhir kata penulis sampaikan semoga karya tulis ini dapat

bermanfaat. Amin.

Ciputat, 03 September 2009

(8)

DAFTARISI

ABSTRAK .

KATA PENGANTAR II

DAFTAR lSI v

BAB I PENDAHULUAN

A. LataI' Belakang penelitian ..

B. Kerangka Teori Penelitian 5

C. Batasan dan Perumusan Masalah 6

D. Tuj uan dan Manfaat Penelitian 8

E. Metode dan Teknik Penulisan 9

F. Survey Kepustakaan II

G. Sistematika Penulisan 12

BAB II MYANMAR

A. Profil singkat negara Myanmar 14

B. Kebijakan pemerintah Myanmar terhadap rakyatnya secara umum 17

B.I Bidang Politik 18

B.2 Bidang Ekonomi 2 I

B.3 Bidang Sosial 22

BA Bidang Agama 23

C. Fonnasi awal politik Budha-isasi pemerintah Myanmar dan

pengaruhnya terhadap non- Budhis 24

(9)

BAB III HAK AZASI MANUSIA (KEBEBASAN BERAGAMA)

A. Konteks PBB 34

B. ASEAN 38

C. Myanmar 42

BAB IV PELANGGARAN HAK BERAGAMA MASYARAKAT MUSLIM

ROHINGYA

A.. Sekilas tentang Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Myanmar 45

B. Kondisi Umat Islam di Myanmar pra-kemerdekaan 52

C. Muslim Rohingya dan Pelanggaran Hak Beragama 55

D. Respon Dunia dan Peran ASEAN terhadap Pelanggaran Hak

Beragama Muslim Rohingya 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 78

B. Saran 81

(10)

ABMU AFPEL AICHR ALA ALF ALP ARIF AS ASEAN BBM BMC BSPP CCDAC HLP MSF NCGUB HRDU NLD PBB RNA RPF

: Aliansi Burma Muslim Union

: Anti Facisct People Freedom League

: ASEAN Inter-governmental Commission on Htmlan Rights

: Arakan Liberation Army

: Arakan Liberation Front

: Arakan Liberation Patty

: Arakan Rohingya Islamic Front

: Amerika Serikat

: Association of Southeast Asian Nations

: Bahan Bakar Minyak

: Burma Muslim Congres

: Burmesee Socialist Program Party

: Central Commite of Drug Abuse Control

: High Level Patlel

: Medecins Sans Frontieres

: National Coalition Govermentt of Union of Burma

: Human Rights Documentation Unit

: National Language for democracy

: Perserikatan Bangsa-Bangsa

: Rohingya National Allience

(11)

SLORC

TOR

UE

UNHCR

: State Law and Order Restoration Council

: Terms of Reference

: Uni Eropa

(12)

A. Latar Belakang Penelitian

Perang Dunia II (1939-1945) di Eropa, merupakan salah satu pristiwa

besar yang mengguncang peradaban dunia, di samping beberapa revolusi besar

yang te1ah teljadi di belahan lain sepelii: pemberontakan besar (1640-1660),

revolusi kejayaan (1668) di 1nggris, revolusi Amerika (sekitar tahun 1601-1766),

revolusi Perancis (1787-1799), revolusi Rusia (1917-1918) serta revo1usi Cina

(1911-1948).

Dalam konteks ini, hak - hak asasi manusia diinjak - injak, merupakan

dampak akibat berbagai peristiwa tersebut, khususnya pasca Perang Dunia II yang

dampaknya dapat dirasakan tidak hanya bagi para kontestan perang (Amerika dan

Uni Soviet), tapi juga pada negara - negara yang secara geografis jauh dari lokasi

peperangan, mengakibatkan timbulnya keinginan dari negara - negara yang

tergabung dalal11 Perserikatan BangsaBangsa (PBB) untuk l11erumuskan hak

-hak asasi manusia dalal11 suatu naskah internasionaL Usaha ini dikukuhkan pada

tahun 1948 dengan diterimanya Universal Declaration ofHuman Rigths.

Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal Hak

Asasi Manusia l11erupakan tonggak penting l1l11at manusia dalam menjunjung

tinggi dan menghorl11ati ha1c asasinya, yang dalam peljalanan sejarah sering

terinjak -injak, terutama oleh mereka yang berkuasa. Deklarasi ini menjanjikan

(13)

Ancaman tindak kekerasan terhadap kebebasan beragama yang

merupakan wujud lain dari pelanggaran hak beragama, bukan saja secara konkrit,

empiris historis telah dan memang terjadi, akan tetapi nampak pula terus berulang

tezjadi.

Dalam konteks Myanmar, wujud nyata dari ancaman tindak kekerasan

terhadap kebebasan beragama, pada dasarnya telah terjadi jauh sebelum

Burma/Myanmar memperoleh kemerdekaannya dari Inggris (1948). Hal tersebut

nampak terlihat pada sejarah awal penderitaan Muslim Rohingya yang belmula

ketika orang - orang ultranasionalis Burma menduduki Arakan pada tahun 1784,

dimana pada saat itu muslim Rohingya mengalami penindasan dan penghancuran

dari pemerintahan Burma.I

Walaupun penghancuran Muslim Rohingya oleh pemerintah Burma

tersebut mulai redup dan sempat terhenti ketika Inggris menduduki Burma

(1822-1948) karena pemerintah Burma pada masa ini lebih memfokuskan diri pada

usaha mencapai kemerdekaan, namun penghancuran dan pengusiran Muslim

Rohingya kembali teljadi dan mulai terorganisir pada tahun-tahun pasca

kemerdekaan 1948,2 dan memuncak khususnya setelah angkatan bersenjata

Burma / Myanmar di masa kepemimpinan jendral Ne Win mengambil alih

kekuasaan pada tahun 1962, yaitu ketika pemerintahan menetapkan kebijakan

'Imam Nugraha dan Rizal Panggabean, Muslim Rohingya yang Terjajah di Negeri

Sendiri. Republika, 20 April 1997.

(14)

"Anti-Islam" terhadap Muslim Rohingya3 selaku komunitas Muslim terbesar di

Myanmar kala itu, yang dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa Muslim Rohingya

bukan penduduk asli Myanmar. Kendati dalam catatan sejarah berbicara lain.

Orang - orang Budha datang ke wilayah Arakan pada tahun 1784,

yaitu tiga abad setelah seluruh Arakan menjadi Muslim dan menjadi bagian dari

kesultanan Bengal (1430)4 Bahwa Rohingya merupakan bagian dari bangsa

Myanmar, diakui oleh mantan Perdana Mentri Myanmar U Nu pada tahun 1954.

"Rohingya", kata U Nu, adalah penduduk asIi etnis Myanmar seperti juga etnis

Shan. Kachin dan Karen,,5

Melalui kampanye "ImigranIlegal"-nya6 yang mulai diproklamirkan pada tahun 1978, yang secm'a sengaja di tunjukan untuk muslim Rohingya

dengan tujuan mengeluarkm1 mereka dari akar budaya bangsa, pemerintah

Myanmar atau State Law and Order Restoration Council (SLORC)7 dalam ofens

if-nya antara lain menghancurkan masjid dan menggantiif-nya dengan pagoda,

membakar al-Quran dan desa kaum muslim, selia tak kurang dari 125.000 orang

Islam dipaksa masuk agama Budha8 oleh pemerintah, walaupun secm'a umum pemerintah Burma sebenarnya mencanangkan kebijakan kebebasan kepada

penduduknya dalam menjalankan agama mereka masing - masing.

31111amNugraha dan Rizal Panggabean.

"Agenda Panjang Muslim Rohingya.Republika, 20 Apri 1997.

5Ibid,

'Ibid,

(15)

Banyaknya diskriminasi dan perlakuan bumk yang pada akhirnya

mengarah pada pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah Burma! junta

Militer Myanmar terhadap minoritas di negaranya, khususnya Muslim Rohingya

yang paling teraniaya hingga kini, dan disebut-sebut sebagai salah satu etnis

paling teraniaya di dunia, tapi sekaligus juga dilupakan, menjadikan Myanmar

masuk dalam katagori negara yang paling tidak demokratis dan tertutup di dunia.

Tri Agus S Siswowiharjo9 dalam pernyataan pers KMSuB Nomor:

01/Feb/2009 mengungkapkan "Junta militer di sana sangat kejam terhadap

rakyat yang menuntut demola'asi dan etnis minoritas yang menuntut otonomi.

Junta militer Burma menguasai semua akses politik dan ekonomi di negeri itu.

Sehingga masyarakat minoritas seperti Karen, Kareni, Chin dan Mon yang

menuntut keadilan dan otonomi ditindas oleh rezim di Rangon (Yangon). Etnis

Rohingya yang mendiami Arakan State lebih menderita dibanding etnis minoritas

lainnya di Burma. Partai pemenang pemilu 27 Mei 1990, Liga Nasional untuk

Demokrasi (NLD) tak diperbolehkan membuat pemerintahan, bahkan para

pemimpinnya termasuk Aung San Suu Kyi ditahan hingga puluhan tahun".10

Beliitik tolak dari pemikiran minimnya perhatian baik itu dari kalangan

sejarawan, pemerhati HAM dan respon dunia internasional khususnya ASEAN,

maka penulis mel11ilih karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul "MUSLIM

ROHINGYA DAN HAM PASCA KEMERDEKAAN MYANMAR: 1962-2008:

ANALISIS PELANGGARAN HAK BERAGAMA"

'Tri Agus S. Siswowiharjo adalah Campaign manager KoaJisi Masyarakat SipiJ untuk Burma (KMSuB) di Indonesia.

(16)

B. Kerangka Teori Penelitian

Dalam penelitian ini, konsep penting yang akan dipergunakan sebagai

kerangka pemikiran dan teori yang secara fungsional akan menjelaskan tentang

keseluruhan isi skripsi ini adalah konsep tentang HAM. Terdapat definisi HAM

yang diberikan oleh beberapa lembaga dan tokoh yang mengamati secara khusus

masalah HAM.

Dalam situs resminya, PBB telah menetapkan bahwa "Human rights

are rights inherent to all human beings, whatever our nationality, place of

residence, sex, national or ethnic origin, colour, religion, language, or any other

status" II (Hak asasi adalah hak dalam diri setiap manusia, apapun kebangsaanya,

tel11pat kedial11annya, jenis kelal11in, kebangsaan atau asal SUktl, warna, agama,

bahasa, ataupun statusnya),

Jan Materson dalam ABC Teaching Human Rights l11erul11uskan HAM

dengan pengertian "Human Rights could be generally defined as Those rights

which are inherent in our nature and without which can not life as Human being"

(hak - hak yang melekat pada setiap l11anusia, yang tanpa hak - hak tersebut

manusia l11ustahil dapat hidup sebagai l11anusia).12

Dari dua konsep tentang HAM tersebut, dalal11 penelitian ini dengan

mengikuti tab'if kebebasan dalal11 perspektif HAM, maIm pelanggaran HAM yang

penulis l11aksud adalah pelanggaran atas kebebasan dasar (Fundamental

Freedom), yang menunjukkan suatu kebebasan yang sangat dibutuhkan secal'a

llhttp://www.un.org/rightl . Diakses pada 17 Marel2009

(17)

mutlak bagi pemeliharan dan perlindungan atas martabat manusia dalam suatu

negara sebagai suatu j enis perlindungan paling minim yang dapat diterima,

dimana kehidupan spiritual atau kebebasan berfikir, berkesadaran, berkeyakinan

dan beragama dipandang mutlak tercantum didalamnya.

Konsep tersebut penulis gunakan untuk menjelaskan mengenm

Pelanggaran Hak Beragama minoritas Muslim Rohingya. Pelanggaran ini telah

teljadi jauh sebelum Burma mencapai kemerdekaannya dari Inggris (1948) dan

makin gencar direalisasikan serta terorganisir pasca kemerdekaan (1948),

khususnya ketika militer sayap kiri pimpinan Jendral Ne Win merebut kekuasaan

pada tahun 1962, baik itu dalam perspektif sosiologis maupun dalam dokumen

historis.

C. Batasan dan Perumusan Masalah

Meninjau luasnya cakupan permasalahan, maIm dalam hal ini penulis

membatasi masalah pada kasus pelanggaran hak beragama minoritas Muslim

Myanmar yang tinggal di wilayah Arakan Utara yang dikenal dengan kaum

Muslim Rohingya, khususnya pasca kemerdekaan tahun 1962-2008. Hal tersebut

dikarenakan jumlah Muslim yang tinggal di Arakan Utara jauh lebih besar jika

dibandingkan dengan komunitas Muslim di wilayah lain di Myanmar seperti

Swebo, Yangoon, dan Mandalay, dm·i total populasi penduduk Myanmar]3 yang

mayoritas beragama Budha. Menurut laporan I-Iuman Right Watch Asia

(September 1996) menyebutkan daerah - daerah muslim di Myanmar khususnya

(18)

kriminalitas yang tinggi, termasuk diantaranya adalah korban penganiayaan oleh

Junta Militer Myanmar.14

Konteks waktu (1962-2008) penulis khususkan karena sejak tahun

1962 itulah, yaitu ketika U Nu selaku Perdana Mentri Myanmar pertama yang

berasal dari kalangan sipil dikudeta oleh militer yang dipimpin oleh jendral Ne

Win, berbagai pelanggaran HAM minoritas, khususnya Muslim Rohingya mulai

terorganisir dan makin gencar direalisasikan hingga kini.

Mengacu pada lingkup diatas, kajian 1111 difokuskan pada

permasalahan di bidang sosial-politik. Karenanya, pertanyaan - pertanyaan pokok

yang 111endasari pelacakan peristiwa dan penj abarmmya sebagai berikut:

I. Bagaimana situasi dan kondisi yang dialami umat IslaIl1 di Burma!

Myanmar pasca kemerdekaan 1948, khususnya ketika angkatan bersenjata

Burma mengambil alih kekuasaan tahun 1962-2008?

2. Kebijakan seperti apa yang ditetapkan pemerintah Burma! Myanmar

terhadap umat Islam, khususnya umat Islam Rohingya pasca angkatan

bersenjata menganlbil alih kekuasaan tahun 1962?

3. Bagaimana peran dan atau posisi ASEAN dalmll menangani berbagai isu

pelanggaran HAM yang berkembang di Myanmar, khususnya pelanggaran

hak beragama Muslim Rohingya setelah Myanmar masuk dalam lingkup

ASEAN pada tahun 19977

(19)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi

Muslim di Myanmar pasca kemerdekaan 1948, khususnya pasca angkatan

bersenjata Burma mengambil alih kekuasaan tahun 1962 yang dalam pengamatan

penulis menjadi batasan tahun masa awal memuncaknya berbagai pelanggaran

HAM minoritas Muslim di Myanmar khususnya Muslim Rohingya seCal'a

terorganisisr oleh pemerintah. Selain itu, penelitian ini bertujuan pula menemukan

sebuah jawaban tentang sejauh mana peran dan atau kapasitas ASEAN sebagai

sebuah lembaga yang khusus menangani masalah - masalah yang terjadi

dikawasan Asia Tenggara menyikapi isu tersebut.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

I. Menambah wawasan intelektual khususnya wawasan kesejarahan, terkait

sejarah Islam di Asia Tenggara khususnya Myanmar pasca angkatan

bersenjata Burma mengambil alih kekuasaan tahun 1962-2008.

2. Mengungkapkan sebuah fakta tentang kondisi yang dialami minoritas Muslim

di Myanmar khususnya Rohingya pasca allgkatan bersenjata Burma

mengambil alih kekuasaan tahun 1962-2008.

3. Mengungkapkan sejauh mana peranan ASEAN menyikapi kondisi yang

dialami minoritas Muslim di Myanmar khususnya Rohingya pasca Myanmar

masuk dalam lingkup ASEAN pada tahun 1997

4. Mengugkapkan sebab yang melatar belakangi telj adinya berbagai pelallggaran

hak asasi manusia di Myanmar, khususnya pelanggaran hak beragama

(20)

5. Menyumbang hasil karya penelitian bagi urN Syarif Hidayatullah pada

umumnya dan fakultas Adab dan Humaniora jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam khususnya.

E. Metode dan Telrnik Penulisan

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

DeskriptijAnalitis,yang dalam hal ini penulis berusaha mendeskripsikan dan atau

menggambarkan suatu peristiwa atau kondisi yang dialami minoritas umat Islam

di Myanmar khususnya Rohingya, dan menganalisa data serta fakta guna

mendapatkan implikasi atas berbagai macam tindakan dan atau usaha peliahanan

kelompok minoritas Rohingya terhadap peristiwa yang menjadi objek kajian.

Teknik Book Survey penulis gunakan sebagai langkah awal

pengumpulan datal sumber terkait tema yang akan dibahas dengan menggunakan

beberapa sumber pustaka baik primer maupun sekunder, sepelii buku-buku,

jurnal, artikel dan atau berita dari koran - koran. Walaupun terdapat hambatan

dalam pengumpulan data baik primer maupun sekunder,15 hal tersebut tidaklah

memberikan dampak pesimis bagi penulis untuk melaksanakan research.

Adapun, tahap-tahap yang penulis gunakan untuk penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data.

Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan metodelibrary Research (penelitian kepustakaan), yaitu

(21)

dengan cara mengumpulkan, membaca, mempelajari serta menelaah

buku-buku dan dokumen yang berkaitan dengan pembahasan yang penulis teliti.

Dalam usaha mendapatkan data dengan metode ini, penulis melakukan

kunjungan ke beberapa perpustakaan dan website terkait, serta wawancara.

Perpustakaan yang dituju antara lain: Perpustakaan Umum dan Fakultas Adab

dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu

Budaya (FlB) Universitas Indonesia, Perpustakaan Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPl), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

(PNRI), ataupun tempat-tempat lain yang dapat penulis manfaatkan untuk

mencari sumber-sumber yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini.

Adapun wawancara, penulis lakukan dengan Tri Agus S.

Siswowiharjo selaku aktivis Koalisi Masyarakat sipil untuk Burma (KMSuB)

di Indonesia. Barn setelah itu, data-data dihimpun dan diseleksi guna

elijadikasn sebagai rnjukan utama elalam upaya penulis meneleskripsikan

tentang tema yang telah penulis angkat.

2. Pengolahan Data.

Setelah data-data eliperoleh, maIm tahap selanjutnya adalah

mengklasifikasikan elata-data berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini. Data-data tekstual seperti buku, majalah, artikel-artikel atau

berita elari koran-koran yang telah didapatkan, kemudian diolah serta

elimasukkan sebagai elata penunjang untuk tema yang sedang dibahas.

(22)

Setelah dilakukan klasifikasi data, tahap selanjutnya yang penulis

lakukan adalah melakukan analisa yang bersifat kualitatif, dalam artian

penulis akan menguraikan data-data historis tersebut dengan menggunakan

pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan konteks dimana perstiwa tersebut

teljadi. Pendekatan sejarah digunakan untuk mendeskripsikan kronologi

peristiwa yang tel:jadi pada masa pasca-Kemerdekaan. Sedangkan pendekatan

sosial-politik dalam hal ini, digunakan untuk menjelaskan bagaimana proses

yang melatarbelakangi teljadinya pelanggaran hak beragama minoritas

Muslim Rohingya pasca-kemerdekaan yang teljadi pada tahun 1962-2008

Adapun buku "Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi) UIN Syari( Hidayatullah Jakarta", terbitan CeQDA 2007, menjadi

buku acuan yang penulis gunakan untuk membantu dalam hal teknik penulisan

skripsi ini.

F. Survey Kepustakaan

Penelitian mengenai Sejarah Islam di Asia Tenggara telah banyak

dilakukan oleh para sejarawan baik lokal maupun tentunya sejarawan Asing.

Akan tetapi yang secara spesifik membahas tentang sejarah dan kondisi umat

Islam di Myanmar masih jarang ditemukan. Buku D.G E Hall, Sejarah Asia

Tenggaral6 walaupun menjelaskan Burma atau Myanmar pra-Islam sampai Islam

tiba di daerah tersebut sekitar abad ke-7, namun tidak menjelaskan lebih lanjut

kondisi umat Islam. Begitu juga buku "Pembangunan dan Kebangkitan Islam di

(23)

Faroukl7 yang walaupun menghadirkan kondisi umat Islam Burma atau Myanmar

sebelum dan pasca kemerdekaan 1948, tetapi buku tersebut tidak secm'a

komprehensif menjelaskan kondisi umat Islam di negara itu, khususnya Muslim

Rohingya selaku komunitas Muslim terbesar di Myanmar. Buku ini justru lebih

sebagai buku yang hanya mendeskripsikan kondisi umat Islam di Myanmar secm'a

umum yang lebih menonjolkan peran serta mereka dalam pembangunan sebelum

Burma dijajah Inggris (1822) melalui penguasaan atas Arakan, serta lebih banyak

membahas kondisi umat Islam di Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia.

Sejauh pengamatan penulis, hanya buku "Minoriti Muslim Gambaran

dan Harapan menjelang Abad-21" editor Wan Kamal Mujanil8 yang mencoba

mendeskripsikan dan mengungkap prihal kondisi dan perkembangan umat Islam

di Myanmar, sebelum dan pasca kemerdekaan 1948. Bagaimana bentuk

diskriminasi dan atau tindakan usaha pemusnahan Muslim yang dilakukan

pemerintah sebelum dan pasca kemerdekaan, khususnya pasca angkatan

bersenjata Burma mengambil alih kekuasaan (1962), dipaparkan secara

komprehensif dalam buku ini.

Secm'a umum, skripsi ini mencoba menguatkan data-data yang telah

ada namun minim publikasi, dan berusaha mellyajikall data-data terbaru terkait

muslim di Myanmar khususllya Rohillgya.

I7Karya ini merupakan kumpulan artikel yang terhimpun dalam studi dan penelitian mengenai masalah - masalah umat Islam Asia Tenggara (ASEAN) yang diupayakan dalam

semangat menghadirkan keobjektifan akademis, pengetahuan dan kebenaran universal, atas banyaknya masalah yang dihadapi kaum Muslim Asia Tenggara.

(24)

G. Sistematik Penulisan

Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri dari lima bab, diantaranya:

Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

kerangka teori penelitian, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode dan teknik penulisan, survey kepustakaan serta sistematika

penulisan.

Bab II akan menggambarkan profile singkat negara Myanmar,

kebijakan pemerintah Myanmar terhadap rakyatnya secara umum (dalam bidang

politik, agama, sosial dan ekonomi), dan kebijakan pemerintah Myanmar terhadap

minoritas Muslim.

Bab III akan membahas secara spesifik mengenai kebebasan beragama

dalam konteks PBB, ASEAN, dan Myanmar

Bab IV akan membahas Myanmar dan masyarakat Muslim Rohingya.

Sekilas tentang sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Myanmar, kondisi

umat Islam Myanmar pra-kemerdekaan, Muslim Rohingya dan pelanggaran hak

sipil beragama, dan respon masyarakat internasional serta peran ASEAN terhadap

pelanggaran hak beragama Muslim Rohingya.

Bab V merupakan bab penutup yang akan menyimpulkan pembahasan

(25)

A. Profil singkat Negara Myanmar

Myanmar adalah sebuah negara yang memperoleh kemerdekaan dari

Britania Raya (Inggris) pada tanggal 4 januari 1948. Dahulu disebut dengan

Burma! "Burma Bersatu". Didirikan pada tahun 1948 sebagai sebuah republik

Independent dengan Sao Shwe Thaile sebagai presiden peliamanya dan U Nu

sebagai Perdana Mentri pertama. Pergantian nama ini (dari Burma-Myanmar)

mulai diberlakukan pada 18 Juni tahun 1989, yaitu satu tahun pasca lengsernya

jendral Ne Win dari tampuk kekuasaanl1ya sebagai perdana Mentri kedua

pengganti U Nu, dan digantikan oleh jendral Saw Maung, yang sama halnya

dengan Ne Win berasal dari kalangan Militer.

Terdapat dua tujuan utama pergantian nama negara ini, peliama: sebagai

penekanan bahwa negara telah terbebas dari penjajah Inggris, kedua: sebagai

upaya menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan dikalangan etnis yang tersebar

dinegeri itu. Yang terakhir ini sebagaimana diungkap oleh Menlu U Ohn Gyaw,

bahwa kata "Burma" itu sesungguhnya merupakan nama salah satu suku bangsa

kami, sedangkan "Myanmar" dalam bahasa kami bermii seluruh Negara kita.19

Berlokasi paling ujung Barat di wilayah Asia Tenggara, dan

merupakan negara terluas kedua di Asia Tenggara yang terbentang hampir 1500

(26)

jika dibandingkan dengan keseluruhan kepulauan Indonesia.20 Letak geografis

yang berbatasan langsung dengan lima negara tetangga yakni, dengan Cina di

sebelah Utara; Laos di sebelah Timur; Thailand di sebelah Tenggara; Banglades

di sebelah Barat; India di sebelah Barat Laut; sebelah selatan berhadapan dengan

laut Andaman; dan sebelah Barat Dayanya menghadap ke Teluk Bengal,

menjadikan Myanmar sebagai salah satu negara dengan letak geografis yang amat

strategis bagi lalu lintas internasionaI. Area geografis yang menentukan bagi

Myanmar ini dapat dilacak dari Perjanjian Panglong.

Memiliki luas wilayah 678.500 km persegi, dengan area perairan yang

hanya 3,06% (wilayah pesisir selatan yang berhadapan dengan laut Andaman dan

Barat Daya Teluk Bengal).21 Jumlah penduduknya pada tahun 2005/2006

diperkirakan mencapai 55,396 juta jiwa, yang mana 27,540 atau 49,71 % adalah

laki-Iaki, dan 27,856 atau 50,29% adalah wanita,22 populasi ini terdiri dari

sejumlah kelompok etnis yang berbeda-beda, baik dalam bahasa, agama, ataupun

mobilitas sosialnya. 2/3 dari total populasi terdiri dari etnis Burma, dan 1/3

sisanya dari etnis minoritas.

Terdapat sekitar 135 kelompok etnis yang tersebar di Myanmar,

dengan lebih dari seratus bahasa dan dialek yang berbeda. Sulitnya memperoleh

daftar terkait nama dan jumlah etnis yang tersebar, ditunjang gambaran yang

2°The Roots, Fruits and Dreams qfAll Muslim in iVlyanmar. Al1ikel ini diakses pada 15

Maret 2008, dari http://www.rohingva.jp/pdf. h.I-2

21Awani Irewati, Myanmar dan Matinya Penegakan Demokrasi. DalamJurnal Penelitian

(27)

diberikan pemerintah yang umumnya menolak etnis minoritas tertentu,

mengakibatkan hanya beberapa etnis saja yang terlacak.

Berikut tabel yang menunjukan kelompok etnis terbesar yang

tersebar di Myanmar:23

Nama Agama Bahasa Perkiraan Populasi

Akha Animinsme Belum diketahui 100.000

Burman Budha Burma 29.000

Chin Kristen&Animinme Belum diketahui 750.000-1.500.000

China Budha &Tao Belum diketahui 400,000

Danu Budha Belum diketahui 70.000-100.000

Indian Islam & Hindu Belum diketahui 800.000

Kachin Kristen& Animisme Belum diketahui 500.000-1.500.000 Karen Budha& Kristen Belum diketahui 2.650.000-7.000.000 KalTeni Kristen& Animisme Memiliki 100.000-200.000

kemiripan dengan bahasa

Burma

Kayan Kristen& Animisme Memilki 60.000-100.000

kemiripan dengan bahasa

Burma

Kokang Budha& Tao Belum diketahui 70.000-100.000

Lahu Animisme& Kristen Behun diketahui 170.000-250.000

Mon Budha Belum diketahui 1.100.000-4.000.000

Naga Animisme& kristen Belum diketahui 70.000-100.000

Palaung Budha Belum diketahui 300.000-400.000

Pao Budha Belum diketahui 580.000- 700.000

Rankine Budha Belum diketahui 1.750.000- 2.500.000

Rohingya Islam Urdu 690.000-1.400.000

Shan Budha Shan/ memiliki 2.220.000- 4000.000

kemiripan dengan bahasa

Laos dan Thailand

Tavoyan Budha Belum diketahui 500.000

Wa Animisme Belum diketahui 90.000- 300.0000

(28)

Selain itu, terdapat pula dua kelompok etnis lain yang merupakan campuran dari

Burma-Eurasia24 yang berasimilasi dengan kelompok Bmma maupun India.

Agama Budha ditetapkan sebagai agama resmi negara.25 Ibukota

negara terletak di Rangoon26 yang pada tanggal 7 November 2005 dipindah ke

Pyinmana.27 Mata uang yang digunakan Kyat.

B. Kebijakan pemerintah Myanmar secant umum

Terkait kebijakan pemerintah Myanmar terhadap rakyatnya, pada

dasarnya mengacu pada konstitusi 1974, yang merupakan dasar dari sistem

perundang-undangan Myanmar.

Dikudetanya pemerintahan sipil di bawah pimpinan perdana Mentri U

Nu oleh kekuatan militer dibawah pimpinan Jendral Ne Win,28 menentukan arah

baru konstitusi Myanmar yang sejak pasca kemerdekaan 1948 menganut sistem

Bikameral29 berdasarkan konstitusi 1947. Pada masa ini (1948-1960)

pemerintahan ditetapkan secm'a demokratis berdasarkan perwakilan rakyat,

"'Kelompok ini mulai meninggalkan Myanmar sejak teljadinya kudeta militer tahun 1962 di bawah pimpinanjendral Ne-Win.Myanmar dan Matinya penegakan Demokrasi. h.7

"Penetapan ini mulai diberlakukan pasea kemerdekaan 1948 oleh Perdana Mentri

pertama Myanmar U Nu dengan landasan bahwa agama Budha merupakan agama yang dianut

oleh mayoritas penduduk.

26Tahun 2005, pemerintah Junta mengubah nama Rangoon menjadi Yangon.

27pyinmana merupakan kota keeil yang hampir menyerupai bunker, dan tergolong kota yang sibuk sel1a padat penduduk. Terletak digaris/jalur kereta api antara Mandalay dan Rangoon. Tidak begitu jelas sebab pemindahan wilayah ibu kota ini, namun nampaknya dilatarbelakangi

oIeh kekhawatirall Myanmar akan serangan tentara asing dimasa mendatang akibat keadaan

negaranya yang dinilai tidak demokratis. Shafiah Fifi Muhibat, Asean dan Masalah Myanmar,

dalam anal isis CSIS, vol.35,No.2. 2006. h.134

"Selain memiliki latar belakang fasis dalam pendidikan tentara pendudukan Jepang, Ne Win adalah tentara yang setelah mengunjungi RRC, lalu terkagum-kagum dengan system politik negara tersebut yang otoriter. Tri Agus S. SiwowihaJ:io, dalam makalahnya, Mengapa Junia

(29)

dengan model pemerintahan yang demokrasi liberal, serta politik luarnegri yang

netral, dimana kebebasan pers dan mengeluarkan pendapat serta berpolitik sangat

terbuka [uas tanpa tekanan dan rasa takut.

Secara umum, konstitusi 1974 merupakan respon dari berbagai

kebijakan yang dibuat Ne Win pasca kudeta militer 1962 yang dianggap tidak

sesuai lagi dengan kondisi Myanmar. Kebijakan Ne Win pada masa ini (1962)

lebih mengarahkan Myanmar menjadi Negara Sosialis (Burmese Way Socialism).

System satu partai politik Burmesee Socialist Program Party (BSppio yang

merupakan gabungan dari Budhism, Marxism, Xenophobia, Nasionalist dan

MegalomaniaJt diciptakan pada masa ini guna mencapai tujuan tersebut, dimana

pola kekuasaan yang dibentuk lebih bersifat tirani.

B.lBidang PoUlik

Dalam bidang politik, sejak awal pemberlakuannya, konstitusi 1974

telah melebur tiga lembaga pemerintah yaitu eksekutif, legislative dan yudikatif

dibawah People's Assembly, yang dalam hal ini kemudian dianggap rakyat

sebagai bentuk kesewenang-wenangan Junta Militer terhadap kebebasan sipil, dan

penghapusan hak - hak sipil dalam pemerintahan.J2

Dalam konstitusi 1974, pemisahan dan kemerdekaan dalam peradilan

tidak di perkenankan dan sistem satu partai masih diberlakukan. Artikel 11

30Pada masa pemberlakuan system 5atu partai ini, ekonomi Myanmar ambruk walaupun pemerintah menasionalisasikan beberapa perusahaan asing dan swasta, negara menuju pada

kebangrutan. Jan Donkers& Minka Nijhuis,Burma Behind the Mask. h. 58. Jihat pulaSang Merah Putih di Tanah Pagoda ... h. 67

(30)

negara menyebutkan"Burma Socialist Programme Party" (BSpp),33 sebagai satu

partai politik yang akan memimpin negara.

Di bawah konstitusi 1974, peraturan sistem satu partai hanya dapat

diubah mela1ui 75 % suara dari Pyithu Hluttaw (legislatife). Lebih dari 50 % suara

memilih pemilu dalam referendum tersebut.

Konstitusi 1974 sempat dinyatakan tidak berlaku lagi pada masa

pemerintahan jendral Saw Maung yang ditunjuk dewan jendral menggantikan Ne

Win pasca terjadinya pemberontakan yang muncul dalam bentuk demonstrasi

tahun 198834 yang dikenal dengan 'The 8888 Uprissing,35 sebagai wujud

kekecewaan rakyat yang telah mencapai puncaknya.36

Menaggapi kondisi tersebut, pemerintah kemudian membentuk Dewan

Pemulihan Ketertiban dan Hukum Negara atau State Law and Order Restoration

Council (SLORC) pada tanggal 18 September 1988, sebagai upaya membendung

maraknya demonstrasi anti-pemerintah militer, dan menyelenggarakan pemilu

dengan multipartai pada 27 mei 1990, sebagai usaha membendung pemberontakan

yang dimungkinkan akan teljadi.

Sayangnya, kemenangan mutlak oposisi yaitu Liga Nasional untuk

Demokrasi (the National Languagefor democracy/NLD) pimpinan Aung san Suu

33Constillllional Developments in Burma and Malaysia. Asia Views. Tempo, February 24-March 2, 2009. h.15

34pemberontakan menentang pemerintah yang dianggap gagal ini berlangsung selama 1 bulan dan berakhir dengan pertumpahan darah. Tragedy ini merupakan momentum sejal'ah politik terpenting dan terbesar yang pernah teljadi di Myanmar.Sang Merah Putih ditanah Pagoda., h.71

35penyebutan nama dan atau isti1ah ini dilatal'belakangi oleh konteks waktu. Tragedi ini terjadi pada langgal 8 Agustus 1988.

(31)

Kyi37 yang memenangi 80 % suara ditolak oleh pemerintah.38 Pemerintah di

bawah kendali militer tetap menjalankan roda pemerintahan dan memimpin

negara. Hingga taraf ini, SLORC menagkapi para anggota parlement terpilih dan

memenjarakan mereka, mengisolasi Aung San Suu Kyi dan menahmmya

dirumah39 hingga kini, serta memberangus semua gerakan pro-demokrasi baik

dikampus maupun diluar kampus. Kebebasan pers, berkumpul dml berpendapat

bagi masyarakat Myanmar dibatasi pada masa ini.

Sebagai ungkapan bukti bahwa pemerintah Myanmar bersifat transisi,

yang dengan landasan ini seolah ingin menunjukan kepada dunia bahwa suatu saat

Myanmar secara beltahap akan mentransfonnasikan bentuknya menjadi sebuah

pemerintahan yang demokratis, SLORC kemudian berganti nama menjadi SPDC

(State Peace and Development Council) pada tanggal15 November 1997.40

Pada masa-masa ini, SPDC tetap menjalankan kebijakan sebelumnya,

yaitu berusaha keras menciptakan citra dengan membebaskan tahatlan politik

yang dianggap tidak membahayakan keamanan nasional dan berjanji tidak akan

memegang kekuasaan negara dalam jangka waktu lama, atau dengan kata lain,

kekuasaan akan diserahkan kepada sipil setelah konstitusi baru terbentuk.

37Aung San Suu Kyi adalah ikon demokrasi di Myanmar yang memperoleh nobel

perdamaian padaI Nobel Peace Prize pada 1992, merupakan anak dari tokoh nasionalis Aung San

pad azaman pendudukan Inggris.

33Berbagai alasan dilontarkan pemerintah guna menolak hasil pemilu ini. Antara lain, pertama, pemilu hanyalah sebagai sarana atau ajang perolehan suara untuk mengetahui pembuatan konstitusi baru, dan bukan sebagai ajang untuk mentransformasikan kekuasaan. Kedua, menurut

ketentuan yang ada, seorang calon (dalam hal ini Aung San Suu Kyi) yang bersuamikan orang asing dan lama bermukim eli luar negeri, tielak dapat mengikuti pemilu; dan ketiga, pada saat ini belum ada konsitusi yang mengatur peralihan kekuasaan.

39Walaupun sempat dibebaskan sebagai tahanan rumah atas desakan dunia internasional,

pada 1995. namun pada tahun 2000 ia kembali ditangkap meski dua tahun kemudian dibebaskan kembali, dan pada 30 Mei 2003 status tahanan rumahnya dikembalikan, ketika ia dan para

(32)

B.2 Bidang Ekonomi

Sebelum militer mengambil alih kekuasaan sejak 1962, tingkat

kesejahteraan Myanmar di Asia berada di bawah Jepang, antara lain karena

Myanmar menjadi negara pengekspor beras terbesar di dunia. Namun pasca 1962

yaitu ketika militer mulai menguasai Myanmar, perekonomian Myanmar ambruk,

nilai mata uang jatuh dan banyak tabungan masyarakat di bank dihapus.

Walaupun tergo1ong negara yang sebenamya menyimpan kekayaan

alam41 yang tak kalah pentingjika dibandingkan dengan negara lain di dunia, dan

ASEAN khususnya, namun perekonomian Myanmar secara umum nampak

kurang maju dan masih jauh tertinggal.

Adanya embargo yang masih berlangsung dari negara - negara Barat

sejak tahun 1996 hingga kini, yaitu tidak adanya investasi barn, bantuan ekonomi,

dan mundurnya investasi yang telah ada, ditunjang dengan berbagai pembatasan

kegiatan perdagangan internasional dibawah kendali kuat Junta Militer,

mengakibatkan perdagangan luar negeri Myanmar tidak maksimal dan berdampak

pada terbatasnya penerimaan devisa negara.

Sikap Saw Maung42 yang lebih terbuka terhadap bantuan asing,

pengurangan kontrol serta mendorongan masuknya investasi asing yang mulai

dijalankan sebagai upaya mereformasi bidang ekonomi yang sempat hancur pada

masa pemerintahan Ne Win, sempat menghantarkan perekonomian Myanmar

membaik diawal kepemimpinannya.

4lBeras, kayu, opium, gas a1am, dan bebatuan yang berharga seperti giok dan rubi, yang

disamping kandungan minyak di sekitar laut Andaman, menjadi andalan utama Myanmar dalam

(33)

Pasca Saw Maung, Myanmar mengalami sejumlah tekanan dari luar

dan dalam negeri, diantaranya adalah pemerintah dengan Central Commite of

Drug Abuse Control (CCDAC) menetapkan rencana 15 tahun pada 7 Oktober

1998, untuk menghapusan opium43 dengan tujuan menghancurkan secara

l11enyeluruh pertumbuhan, produksi, dan penyalahgunaan obat bius di seluruh

negeri dalam waktu 15 tahun atas desakan Amerika Serikat (AS).

Keputusan menaikan harga bahan bakar l11inyak (BBM) sebesar 500

persen pada tanggal 15 Agustus 2007, dimana bensin, maupun solar naik dua kali

lipat dan harga gas kompresi -yang digunakan sebagai bahan bakar bus-bus di

Myanmar naik lima kali lipat.44 Disambut dengan demonstrasi besar-besaran di

Myanmar yang kemudian mendapat dukungan pula dari para biksu Budha.

Kenaikan harga ini benar-benar mel11ukul rakyat Myanmar, sebab harga dan tarif

transportasi publik terpaksa naik.

8.3 Bidang Sosial

Dalam bidang sosial dan budaya, dengan mengacu pada konstitusi

1974, pemerintah berusaha meningkatkan pelayanan sosial dengan membentuk

Four social Objectives yaitu meningkatkan l110ralitas seluruh bangsa,

meningkatkan kebanggaan dan integritas bangsa, l11el11elihara dan menjaga

wansan budaya dan karakteristik bangsa, serta l11eningkatkan kesehatan,

kemal11puan dan standar pendidikan seluruh bangsa, dengan menaruh perhatian

'UOpium merupakan komoditas terbesar Myanmar dalam sector perdagangan internasional, yang mulai ditanam dan dibudiyakan pacta masa colonial Inggris. Usaha penghapusan ini dilatarbelakangi oJeh keIja5ama al1tarapemerintah Myanmar dan AS pacta tahun

(34)

penuh terhadap sektor pendidikan dan kesehatan,45 dan memperkenalkan

proyek-proyek terpadu, satu diantaranya ialah membangun kembali istana-istana ktmo

dari jaman kerajaan, pendirian patung-patung raja selia menjamin pendidikan

bahasa etnis berkembang di Myanmar, walaupun dalam prakteknya banyak terjadi

pelanggaran46 terhadap ketentuan tersebut dan pemerintah tetap tidak memberikan

ruang untuk memelihara identitas budaya etnis minoritas.47

Guru dan biarawan ditangkap pada tahun 1991 sebagai usaha

menghalau penggunaan bahasa Mon. Di Myiktyina,48 pembelajaran khusus bagi

Kachin muda di liburan musim panas mereka untuk belajar bahasa mereka

ditutup. Sejak militer berkuasa tahun 1962, perkembangan surat kabar / harian

umum yang menggunakan bahasa etnik minoritas tidak lebih dari duabelas, dan

sejak tahun 1988, tak satupun dari keduabelas harian yang menggunakan bahasa

minoritas yang berkembang diijinkan beraktifitas oleh pemerintah.49 Pemerintah

menindak tegas siapapun dan dengan cara apapun yang menyatakan identitas

etnik mereka dengan tulisan.

B.4 Bidang Agama

Pemerintah Myanmar secara umum mencanangkan kebijakan untuk

memberi kebebasan kepada penduduknya dalam menjalankan agama mereka

masing - masing. Hal ini sebagaimana tercantum dalam undang - undang

450alam bidang pendidikan, pemerintah berusaha mengaktitkan dan membangul1 sekolah-sekolah UITIUl11 maupun kejul"uan. Sementara dalam bidang kesehatan, telah dibangull ;berbagai

samna dan prasarana kesehatan seperti rumah sakit, klinik dan lain-lain, disamping meningkatkan mutu tenaga medis memberikan penyuJuhan mengenai pencegahan dan penaggulangan penyakit

TBC, HIVI AIDS dan Malaria. Sang Merah ?utih Di tanah pagoda.,h. 84-85

46Selain melumpuhkan jaringan internet, pemerintahpull merusak kabel bawah air untuk menghentikan jaringan interernet. Pasca tereeksposnya berbagai pelanggaran HAM di Myanmar.

(35)

Myanmar pasal 12 dan 147 yang menyebutkan bahwa pemerintah menJamm

kesetaraan dalam hukum tanpa melihat soal ras, agama, status, maupun jenis

kelamin,5o walaupun dalam prakteknya tetap ketat mengontrol dan menguasai

kehidupan beragama.

Selama kekuasaan berada ditangan militer, pemerintah dalam ofens

if-nya menghancurkan tempat - tempat ibadah non-Budha. Masjid dan gereja yang

diganti dengan pagoda, menjadi sasaran utama pemerintah karena Kristen dan

Islam merupakan minoritas terbesar yang tersebar di Myanmar. Namun

diskriminasi paling parah teljadi terhadap Muslim Rohingyadi wilayah Rakhine.

Pemerintah memperkenalkan dan kemudian menetapkan wilayah

terlarang bagi Muslim Myanmar khususnya pada tahun 1991. Pada masa ini,

AI-Quran dan desa kaum Muslim yang terletak di wilayah yang menjadi titik

kediaman Ulnat Islam seperti Yagoon, Swebo, Mandalai dan Rakhine dirusak dan

atau dibakar oleh tentara, tanah mereka dirampas dan diperuntukan bagi

pemukiman baru Budha51

C. Formasi awal politik Budha-isasi pemerintah Myanmar dan pengaruhnya terhadap non Budhis

Myanmar pada masa pra-Islam, merupakan kerajaan yang telah

merdeka sejak sekitar abad 266 SM hingga tahun 1782 M sebelum berada

dibawah pemerintahan Burma, yang sama halnya dengan negri-negri di Asia

Tenggara lainnya yang telah didominasi agama Hindu dan Budha yang dibawa

(36)

oleh orang-orang India melalui jalur perdagangan, Myanmar memiliki sejarah

yang cukup panjang.

Dominasi agama Budha di Myanmar dapat diketahui dari adanya para

pedagang dari Cina yang telah melalui daerah ini. Hal ini dapat terlihat dari

sumber Cina yang menyebutkan rute jalan tua yang dilintasi melalui jalur darat,

antara Cina dan Barat, yang kemudian menyebrangi daerah bagian utara negri ini

(Myanmar). Petunjuk pertama pemakaiannya adalah tahun 128 SM, yaitu ketika

Chang Chi' en menakl ukan negri Cina dari propinsi Seachuan, di Bactria.

Langkah-Iangkah diambil untuk menghubungkannya dan pada tahun 69 SM Cina

menemukan perpectum Yung Chang menyebrangi Mekong dengan markas

besarnya di Timur Salween, kira-kira 60 Mil dari perbatasan Myanmar sekarang.

Terkait formasi awal politik Budha-isasi pemerintah Myanmar

terhadap rakyatnya, pada dasarnya memiliki hubungan erat dengan penerapan

kebijakan pemerintah Kolonial Inggris di Myanmar. Kebijakan pemerintah

kolonial yang seCaI'a umum memberikan keleluasaan kepada masyarakat

Myanmar yang sejak awal perkembangannya memang telah didominasi agama

Budha, untuk mengekspresikan kehendak hidupnya, termasuk dalam hal ini

kebebasan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan, yang pada akhirnya

walaupun masih terasa asing, masyarakat Myanmar pada masa ini dapat

menikmati kehidupan yang damai.

Dalam konteks ini, pendidikan modern yang dinikmati oleh

(37)

generalisasi keagarnaan (Budha) murni menjadi basis keangkitan paradigma barn,

dan berujung pada pembentukan berbagai organisasi kebangkitan agama Budha.52

Walaupun sejak masa pemerintahan U Nu eksistensi agama Budha

telah diakui secm'a permanen, namun sejak militer berkuasa 1962, ambisi untuk

melakukan asimilasi seluruh rakyat Myanmar kian gencar direalisasikan dengan

penetapan kebijakan 'Burmaisasi' yang bertujuan mengontrol dan memperlemah

identitas etnis minoritas yang berkembang, dan berusaha menumbuhkan

kesadaran masyarakat untuk menjadi Budha seutuhnya.

Tradisi rakyat Myanmar yang sangat mempercayai adanya hubungan

erat antara keagungan dan kekuasaan dengan ajaran Budha. Sebelum tahun 1885,

dalam l1lasa kerajaan, raja dipandang sebagai pembela agama, dan gelar tersebut

l1lerupakan legitimasi yang diperolehnya sebagai pemimpin kerajaan.53 Hal ini

mengakibatkan pemerintah militer aktif melaksanakan pendekatan keagamaaan

l1lelalui para biksu, dengan membangun dan merehabilitasi pagoda di seluruh

wilayah Myanmar, serta l1lerangkul kaum oposan dengan memberikan konsensi

politik apabila bersedia berkerjasal1la.

Sikap eksklusif pemerintalJ Myanmar terhadap masyarakat Myanmar

yang beragama Budha, mengakibatkan sentiment etnis dan konflik agmna lcian

marak di Myanmar.

(38)

D. Kebijakan pemel'intah Myanmar terhadap Muslim

Dalam sejarah Myanmar telah tercatat, bahwa hubungan anatara

pemerintah pusat dengan etnis minoritas khususnya Muslim adalah hubungan

antara pemegang otoritas dengan pemberontak. Paling tidak, demikianlah posisi

yang diambil pemerintah Myanmar terhadap umat Islam khususnya Rohingya.

Hingga kebijakan yang dibuat pun terhadap kelompok yang satu ini adalah

kebijakan memadamkan pemberontakan yang cenderung merugikan dalam segala

bidang.

Terkait kebijakan pemerintah Myanmar terhadap Islam, penetapan

yang dibuat adalah kebijakan "Anti-Islam" khususnya terhadap Muslim

Rohingya54 selahl komunitas Muslim terbesar di Myanmar.

Melalui kampanye "ImigranIlegal"_nya55 yang mulai diproklamirkan pada tahun 1978, yang bertujuan mengeluarkan orang - orang Islam khususnya

Rohingya dari akar budaya bangsa, pemerintah Myanmar (SLORC) dalam ofensif

nya antara lain menghancurkan masj id dan menggantinya dengan pagoda,

membakar Al-quran dan desa kaum muslim, tak kurang dari 125.000 orang Islam

di paksa masuk agama Budha56 oleh pemerintah, dipaksa memakan daging babi,

memperkosa wanita-wanita Islam, mengusir orang - orang Islam dari tempat

tinggal mereka dan melarangnya kembali.57

Lebih memprihatinkan lagi, ketika junta militer melancarkan apa yang

disebut Operasi Raja Naga (Nagamin) pada tahun tersebut (1978) untuk

54ImamNugraha dan RizaI Panggabean. !I1uslim Rohingyayang terjajah di Negri

sendi,.i.Republika, 20 April 1997

"Ibid.,

(39)

membatasi ruang gerak suku Rohingya dalam bidang politik, ekonomi dan

b - <8 se agall1ya:

Di bawah undang-undang Myanmar tahun 1982 tentang warganegara,

masyarakat Islam Myanmar umumnya dan Rohingya khususnya, diperlakuakan

sebagai warga kelas dua yang hak kewarganegaraannya dikurangi bahkan

dihilangkan_59Dengan tidak diperkenankan memiliki kartu identitas (KTP), segala

akses yang berhubungan dengan hak-hak warganegara seperti memperoleh

pekeljaan, ijin peljalanan, peluang berdagang, memperoleh pendidikan hingga

l11enikah bagi l11asyarakat Islam di Myanmar dibatasi dan atau dipersulit60

Dalal11 bidang ekonol11i, penetapan pajak oleh pemerintah yang

dikhususnya bagi l11asyarakat Islam Myanmar khususnya Rohingya, adalah

penetapan pajak yang dihitung dari persentase tanah yang dimiliki oleh petani,

bukan dari hasil panen_ Perhitungan ini dirasa merugikan petani Muslim

khususnya Rohingya yang sebagian besar l11el11iliki tanah yang tidak SUbUL

Namun del11ikian, pel11erintah tetap l11el11berlakukan pajak padi tersebut

berdasarkan luas tanah, hingga banyak petani rohingya tidak mal11pu

l11el11bayarnya_

Sejak tahun 1992, l11asyarakat Rohingya l11endapat kewajiban pajak

banL Seluruh bentuk usaha dipajaki oleh pemerintah. Setiap keluarga Rohingya di

Arakan Utara harus l11embayar pajak cabe di pasar dengan harga 500 kyat dan

"Tajuk Rencana, Mimpi Buruk Gelombang Pengungsi_ Kompas, 31 Januari 2009 "Riza SillbudL 11_ 90

(40)

"menjualnya" ke pihak pemerintah dengan harga yang telah ditentukan

pemerintah, yaitu 100 kyat. Mereka juga hams membayar flee bila ingin mencari

ikan di sungai atau memotong bambu di hutan. Pajak juga diterapkan kepada

petani ternak. Pemilik sapi hams membayar 80 kyat setahun, sedangkan kambing

dikenakan 30 kyat setahun. Masyarakat Rohingya juga hams membayar ijin

bepergian dari kampungya ke kampung berikutnya atau kepasar untuk menjual

hasil produksi mereka, dan tak jarang ketika sampai dipasar, militer seringkali

datang dan mengambil apa yang mereka inginkan tanpa mau membayar. Selain itu

masyarakat Rohingya pun dipaksa membantu pembangunan pagoda Budha tanpa

pengecualian61 Penetapan pajak oleh pemerintah yang seringkali tidak popular

dikalangan masyarakat pada umumnya,62 mengakibatkan kemiskinan dan

kelaparan yang tergolong parah diderita kelompok Muslim di Myanmar.

Tekanan lain yang dilakukan pemerintah terhadap kelompok muslim

diantaranya diberlakukannnya draf undang - undang perkawinan yang disodorkan

oleh mentri kehakiman sejak tahun 1949, isinya menjamin hak wanita muslim

untuk bercerai jika: I) keberadaan suaminya tidak diketahui, 2) jika suami

melepaskan tanggung jawabnya selama 6 bulan, 3) sejak perkawinan suami

menderita impotensi, gila selama satu tahun, atau lebih, menderita kusta, dan 4)

suami melakukan kekerasan fisik,63 yang dinilai kaum Muslim Myanmar

61Riza Sihbudi. h. 91

(41)

bertujuan mengakhiri perkawinan bagi setiap wanita Muslim dan melanggar

syariat.

Penyebaran pamplet yang berisi propaganda anti muslim yang

disebarkan SLORC guna memecah belah komunitas Islam-Budha, yang umumnya

berisi ajakan kepada seluruh masyarakat Budha Myanmar untuk melawan

ekspansi Muslim dan menuduh orang-orang Muslim ingin menguasai seluruh

daerah Myanmar sebagaimana terjadi di Malaysia dan Indonesia melalui dakwah

Islam yang tersebar dimana-mana, pada akhirnya mengakibatkan pertentangan

dan ben,jung pada perasaan anti Muslim pula dari kalangan masyarakat

non-Muslim di berbagai wilayah di Myanmar. Sebagai contoh, Maret 1997, non-Muslim

diserang oleh para biksu Budha di berbagai tempat di Myanmar termasuk di dua

kota Ranggon dan Mandalay.64 Para biksu mengobrak abrik dan merusak masjid

disertai perampasan kekayaan orang Islanl. Akibatnya, lebih dari 20.000 muslim

Myanmar yang tinggal di Karen dan Mon mengungsi ke perbatasan Thailand.

64Tidak begitu jelas alasan penyerangan ini, Hamlin beberapa sumber menyebutkan

penyerangan ini dipicu oleh rtlmor ballWa seorang gadis kecil dari keluarga Budha diperkosa oleh seorang pemuda Muslim. Versi lain menyebutkan masalah justru berawal ketika pihak militer

(42)

(KEBEBASAN BERAGAMA)

Kendati ide mutakhir hak asaSl manUSla (HAM) dibentuk semasa

Perang Dunia II, namun pengeltian bam tentang konsep tersebut masih tetap

menggunakan sejumlah gagasan umum tentang kebebasan, keadilan, dan hak-hak

individu. Gagasan bahwa hukum kodrat atau hukum dari Tuhan mengikat semua

orang dan mengharuskan adanya perlakuan yang layak dimana hal tersebut erat

terkait dengan gagasan mengenai hak kodrati di dalam tulisan-tulisan para

teroretisi seperti Locke dan Jefferson maupun di dalam deklarasi hak seperti

Deklarasi Hak Manusia dan Hak Warga Negara(Declaration ofthe Rights afMan

and the Citizen) di Perancis dan Pernyataan Hak Asasi Manusia di Amerika

Serikat (Bill of Rights) masih dominan mewarnai konsep HAM masa kini.

Implikasinya, semua orang dimasa kini dapat mengatakan bahwa gagasan hak

asasi manusia yang ada saat ini hanya mempakan pengembangan konsep tersebut.

Di dalam ranah hak asasi manusia (HAM), dikenal istilah hak asasi

manusia dasar (Basic Human Rights), yaitu hak asasi manusia yang umumnya

dianggap amat perlu untuk memberikan keutamaan atau prioritas dalam hukum

dan kebijakan, baik ditingkat nasional maupun internasional. Hak-hak itu adalah

hak yang memastikan kebutuhan primer, material dan non material dari manusia

(43)

Meskipun tidak ada daftar hak yang diterima secara umum tentang hak

yang bersifat dasar ini, akan tetapi termasuk didalamnya adalah hak untuk hidup,

hak atas makan, papan, pelayanan medis, kebebasan dari penyiksaan, dan

kebebasan beragama(termasuk kebebasan berkeyakinan).

HAM sebagaimana yang dipahami dalam dokumen-dokumen hak asasi

manusia yang muncul pada abad ke -20 seperti Delarasi universal, mempunyai

sejumlah ciri yang menonjol. Pertama, dimaksudkan agar kita dan atau seluruh

umat manusia diseluruh negara tidak kehilangan gagasan yang telah tegas

menyebutkan bahwa hale asasi manusia adalah hale. Walaupun makna istilah ini

tidak begitu jelas, namun setidaknya kata tersebut menunjukkan bahwa itu adalah

norma-norma yang pasti dan memiliki prioritas tinggi yang penegakannya bersifat

wajib.

Kedua, hak-hak tersebut dianggap bersifat universal, dalam artian

dimiliki oleh manusia semata-mata karena ia adalah manusia. Pandangan ini

menunjukkan secm'a tidak langsung bahwa karakteristik seperti ras, jenis kelamin,

agama, kedudukan sosial, dan kewargmlCgaraan tidak relevan untuk di persoalkan

apakah seseorang memiliki dan atau tidak memiliki hak asasi manusia, selain itu

hal inipun menyiratkan bahwa hak-hak tersebut dapat diterapkan di selumh

dunia. Salah satu ciri khusus dari hak asasi manusia yang berlaku dimasa sekarang

adalah bahwa itu merupakan hak internasional. Kepatuhan terhadap hak sempa itu

telah dipandang sebagai obyek perhatian dan aksi internasional yang sah.

Ketiga, hak asasi manusia dianggap ada dengan sendirinya, dan tidak

(44)

hukum di negara-negara tertentu. Hak ini boleh jadi memang belurn merupakan

hak yang efektif sampai ia dijalankan menurut hukum, namun hak itu eksis

sebagai standar argumen dan kritik yang tidak bergantung pada penerapan

hukumnya.

Keempat, hak asasi mamlSla dipandang sebagai norma-norma yang

penting. Meski tidak seluruhnya bersifat mutlak dan tanpa perkecualian, hak asasi

manusia cukup lmat kedudukannya sebagai pertimbangan normatif untuk

diberlakukan di dalam benturan dengan norma-norma nasional yang bertentangan,

dan untuk membenarkan aksi internasional yang dilakukan demi hak asasi

manUSla. Hak-hak yang dijabarkan di dalam Deklarasi tersebut tidak disusun

menurut prioritas; bobot relatifnya tidak disebut. Tidak dinyatakan bahwa

beberapa di antaranya bersifat absolut. Dengan demikian hak asasi manusia yang

dipaparkan oleh Deklarasi itu adalah sesuatu yang oleh para filsuf disebut sebagai

prima facie rights.

Kelima, hak-hak ini mengimplikasikan kewqjiban bagi individu

maupun pemerintah. Adanya kewajiban ini, sebagaimana halnya hak-hak yang

berkaitan dengannya, dianggap tidak bergantung pada penerimaan, pengakuan,

atau penerapan terhadapnya. Pemerintah dan orang-orang yang berada di mana

pun diwajibkan untuk tidak melanggar hak seseorang, kendati pemerintah dari

orang tersebut mungkin sekaligus memiliki tanggung jawab utama untuk

mengambil langkah-langkah positif guna melindungi dan menegakkan hak-hak

(45)

Kebebasan beragama yang dalam hal ini terrnasuk dalam pasal 18

deklarasi universal,I mengimplikasikan bahwa setiap manusia dimuka bumi ini

tanpa terkecuali, bebas menentukan dan atau menyatakan agama atau kepercayaan

mereka berdasarkan hati nuraninya masing-masing, beribadat dan mentaatinya,

baik sendiri maupun bersama-sal11a dengan orang lain, di muka umum l11aupun

secara individu.

Berikut perspektif HAM dalam konteks PBB, ASEAN dan Myanmar,

khususnya terkait dengan kebebasan beragama yang sekaligus menjadi fokus

bahasan penulis.

A. Konteks PBB

Sebagaimana yang telah penulis singgung dalam kerangka teori

penelitian, bahwa secm·a historis konsep HAM muncul sepanjang abad ke-17 dan

ke-18 di Inggris dan Perancis, dan l11ulai dideklarasikan secm·a universal oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 10 Desember tahun 1948 yang

l11erupakan implikasi dari banyaknya tindak pembunuhan dan kerusahan dahsyat

selama Perang Dunia II

Terkait konsep HAM dalal11 konteks Perserikatan Bangsa - Bangsa

(PBB), pada dasarnya telah di l11uat dalal11 draf paling awal sejak organisasi ini

(46)

tentang hak asaSl manusJa yang harus dianut oleh negara manapun yang

bergabung di dalam organisasi ini?

Seiring banyaknya kesulitan yang ditimbulkan akibat pemberlakuan

ketentuan piagam ini, dimana negara - negara yang tergabung dalam organisasi

turut mencemaskan prospek kedaulatan mereka, yang dikemudian hari

mengakibatkan banyak negara bersedia untuk "mengembangkan" hak asaSl

manusia namun tidak bersedia "melindungi" hak tersebut, maka diputuskanlah

untuk memasukkan acuan tentang hak asasi manusia di dalam Piagam PBB (UN

Charter).

Sebuah pernyataan internasional tentang hak asasi manusia dibentuk

oleh Komisi Hak Asasi Manusia (Commission on Human Rights) bentukan PBB.

Dalam piagam ini, "keyakinan akan hak asasi manusia yang mendasar, akan

martabat dan harkat manusia, akan persamaan hak antaI'a laki-Iaki dan perempuan

serta antara negara besar dan negara kecil" ditegaskaI1 kembali. Para

penandatangannya mengikrarkan diri untuk "melakukan aksi bersama dan terpisah

dalam kelja sama dengan Organisasi ini "untuk memperjuangkan" penghargaan

universal bagi, dan kepatuhan terhadap hak asasi manusia selia

kebebasan-2Untuk sebuah tinjauan sejarah tentang Universal Declaration of Human Rights dan

sebuah garis besar ten tang isu-isu pokok yang diperdebatkan sebelum pemberlakuannya, lihat Louis B. Sohn, "A Sh0l1 History of Ihe United Nations Documents on Human Rights," di dalam

Commission to Study the Organization of Peace, The United Nations and Human Rights:

Eighteenth Report of the Commission (Dobbs Fery, New York: Transnational Publishers, 1968),

(47)

kebebasan mendasar untuk seluruh manusia, tanpa membedakan ras, Jel11S

kelamin, bahasa atau agama."

Dua puluh satu pasal peliama dalam Deklarasi tersebut menampilkan

hak-hak yang sama dengan yang terdapat di dalam Pernyataan Hak Asasi Manusia

(Bill ofRights) yang termaktub di dalam Konstitusi Amerika Serikat sebagaimana

yang telah diperbarui saat ini. Hak-hak sipil dan politik yang mendominasi

deklarasi tersebut meliputi hak atas perlindungan yang sama dan tidak pandang

bulu, perlindungan hukum dalam proses peradilan, privasi dan integritas pribadi,

serta partisipasi politik.

Pasal 22 sampai 27 mengemukakan hak atas tunjangan ekonomi dan

sosial seperti jaminan sosial yang merupakan suatu standar bagi kehidupan yang

layak -- dan pendidikan. Hak-hak ini menegaskan bahwa, sesungguhnya, semua

orang mempunyai hak atas pelayanan-pelayanan kesejahteraan dari negara.

Kebebasan beragama selain tercantum didalam Universal Declaration

of Human Rights, tercantum pula didalam dokumen-dokumen histories tentang

HAM, khususnya dalam Right of Man Fance (1789), Bill of Rights USA (1791)

dan Internasional Bill of Rights (1966)3 Pasal 2 Universal Declaration of Human

Rights menyatakan setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan

yang tercantum di dalam Deklarasi tersebut, tanpa perkecualian apapun seperli

(48)

berlainan, asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran

ataupun kedudukan lain.4

Dalam ranah ini, inti normatife dari kebebasan beragama atau

berkeyakinan terbagi dalam delapan analisir,5 yakni; (i) kebebasan internal, yaitu

bahwa setiap orang memiliki hak atas kebebasan berfikir berkesadaran dan

beragama, termasuk memeluk, menerima, memelihara atau mengubah agama atau

kepercayaannya;

(ii) kebebasan eksternal, yaitu bahwa setiap orang memiliki hak atas

kebebasan, baik individual maupun kelompok dalmn komunitas, dalam ranah

pribadi ataupun publik, untuk mewujudkan agmna dan kepercayaamlya dalam

pengaj aran ataupun praktik ibadah;

(iii) tanpa paksaan, yaitu bahwa tak seorang pun dapat dipaksa, yang

dapat merusak atau melemahkan kebebasannya untuk memeluk atau menerima

agama atu kepercayaan yang menjadi pilihannya;

(iv) tidak dis!a'iminat!{, yaitu bahwa negara berkewajiban untuk

melindungi dan memastikan semua individu dalam wilayah kewenangannya hak

atas kebebasan beragama atau berkeyakinan tanpa membedakan ras, warna kulit

jenis kelamin, bahasa, agama atau keyakinan, politik atau pendapat lain, secm'a

nasional atau diwilayah asal, kepemilikan atau status lainnya;

(v) hak orang tua atau wali; yaitu bahwa negara berkewajiban

menghormati kebebasan orang tua atau wali yang absah untuk menjamin

(49)

dan memberikan perlindungan atas hak setiap anak atas kebebasan beragama atau

berkeyakiann searah dengan perubahan kemampuan pada diri sang anak;

(vi) kebebasan lembaga atau status hukum, yaitu baha satu segi yang

teramat penting dari kebebasan beragama atau berkeyakiann adalah kebebasan

bagi komunitas keagamaan untuk memiliki kedudukan hak kelembagaan guna

mengaktualisasikan hak-hak dan kepentingan mereka sebagai komunitas;

(vii) ba/as dari pemba/asan yang diperbolehkan atas kebebasan

eksternal, yaitu bahwa kebebasan untuk mengejawantahkan agama atau

keyakinan seseorang bisa dilakukan hanya pada pembatasan yang dirumuskan

oleh undang-undang dan yang perlu bagi perlindungan atas kemanan, ketertiban,

kesehatan atau moral public; dan (viii) si{at yang tak dapat ditangguhkan, dalam

hal ini, negara sama sekali tidak diperbolehkan menangguhkan hak atas

kebebasan beragama atau berkeyakinan, bahkan pada masa darurat publik

sekalipun.

B. ASEAN

PerhatianASEAN terhadap isu HAM pada dasarnya telah berlangsung cukup lama. Munculnya berbagai isu baru era pasca Perang Dingin, dimana

masalah HAM menjadi salah satu permasalan yang sangat vital, menjadi pijakan

awal ASEAN mengeluarkan Join communique of the 26/17 ASEAN Ministerial

Meeting,6dalam merespon isu ini.

(50)

Walaupun pada dasarnya konsep HAM dalam konteks ASEAN sejalan

dengan apa yang tercantum dalam Universal Declaration of Human Rights

dimana hak individu menjadi proiritas utama, namun perbedaan dan atau

beragamnya sej arah bangsa, budaya serta orientasi politik diantara negara anggota

ASEAN, yang dalam perkembangannya mengalami perluasan yaitu dari 6 negara

menjadi 10 negara/ l11engakibatkan perbedaan persepsi yang berujung pada

sulitnya membuat konsensus bersal11a terkait konsep HAM di kawasan ini. Hal ini

sebagaimana diungkapkan Carolina Hernandez "Perbedaan nilai dan faktor

relativisme budaya menjadikan perbedaan persepsi tentang HAM diantara negara

- negara anggota ASEAN kian tajam,,8

Implikasinya, beberapa negara di kawasan ini menerapkan konsep

HAM yang bersifat tidak sepenuhnya relative, dalam artian, nilai-nilai Asia9yang

idealnya digunakan untuk lebih l11empererat persaudaraan dikalangan masyarakat

negara anggota, seringkali dijadikan strategi untuk melestarikan berbagai

ketidakadilan semena-mena, dimana kekuasan tak jarang dijadikan sebagai

alatnya.

7lndonesia, Malaysia, Thailand, Singapore, Filipine dan Brunei Darusalam, merupakan negara inti, sementara Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam - CLMV merupakan anggota bam dalal11 organisasitersebut.

8Anak Agung Banyu Perwita, Myanmar, ASEAN dan Negara-negara ekstra regianal.

h.156

(51)

Dari segi ini, Hak Asasi sebagaimana di tetapkan dalam Universal

Declaration ofHuman Rights dipandang hanya sebagai suatu produk yang berasal

dari dunia Barat dan didukung oleh suatu kelas sosial tertentu.

Kecenderungan persepsi bahwa HAM dalam konteks Asia khususnya

Asia Tenggara lebih dipandang sebagai hegell10ni dan dOll1inasi budaya Barat,

pada kahirnya menell1patkan HAM pada katagori das sollen dan bukan das sein.

Apa yang dirumuskan dalam Declaration of Human Rigts pertall1a-tama patutiah

dipandang sebagai cita-cita ideal yang wajib dipenuhi dan dijalankan oleh

ll1asyarakat yang beradab dan bukanlah kenyataan empiris yang sudah ada dan

dapat diamati dalall1 kehidupan setiap hari.

Fakta bahwa protret HAM di kawasan 1111 ll1asih kurang

menggembirakan, dimana sejull1lah pelanggaran HAM berkatagori berat masih

berlaku di beberapa negara anggota, dan menjadi perll1asalahan yang selalu

"dihindari" oleh para

Referensi

Dokumen terkait

3) Pendidikan sangat bermanfaat dalam menangani kasus-kasus tertentu? Dari 15 responden sebanyak 1 menjawab tidak setuju atau sebesar 6.67%, 8 responden menjawab setuju atau

Ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan kadar plumbum dalam darah pada polisi lalu lintas dengan nilai korelasi spearman sebesar 0,892 menunjukkan korelasi

Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian

Berdasarkan penelitian bisono indra cahya tahun 2013 dengan judul penggunaan aplikasi multimedia pembelajaran topologi jaringan komputer berbasis macromedia flash

Bakat merupakan kapasitas seseorang sejak lahir, yang juga berarti kemampuan terpendam yang dimiliki seseorang sebagai dasar dari kemampuan nyatanya. Bakat seseorang

Hal ini dikarenakan oleh banyaknya anggota kelompok dukungan ter- sebut, dukungan emosi yang diberikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan baik dari segi waktu

pada kriteria awal berdasarkan kondisi material endapan dan kondisi umum sungai CBL, maka dipilih dredger jenis Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD). 2) Dari hasil

Dengan mencari pekerjaan lain secara halal selepas tidak lagi menjadi pekerja seks komersial juga menjadi usaha yang dilakukan oleh mantan wanita tuna susila