PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN
KELUARGA TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
NURFATHIA HERYULIANI
NIM : 1111082000104
Jurusan Akuntasi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Nurfathia Heryuliani
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juli 1992
3. Alamat : Jalan H. Muhammad No. 39 RT 10/07
Kel. Jatiwaringin Kec. Pondok Gede
Kota Bekasi
4. Telpon : 0856 9283 1533 / 021-84997762
5. E-mail : n.heryuliani@gmail.com
nurfathia.heryuliani11@mhs.uinjkt.ac.id
II. PENDIDIKAN
1. SD (1998-2004) : SDN Jatibening VIII
2. SMP (2004-2007) : SMPN 20 Bekasi
3. SMA (2007-2010) : SMA Pusaka I Jakarta
4. S1 (2011-2015) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Ade Herliyadi
ABSTRACT
This study was to analyze the effect of tax avoidance to company characteristics and family ownership. Characteristics of the company was reflected by profitability, leverage and sales growth. The population in this study is a publicly traded manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange the period 2010 to 2014. The sampling technique was done by purposive sampling. The number of manufacturing companies that used a sample of 25 companies for a total study sample was 125 annual reports. The analytical method used was multiple regression analysis.
Results of this study indicated that profitability leverage and sales growth has significant effect. Profitability has significance degree is 0.000. Leverage has significance degree is 0.004 and sales growth has significant degree is 0.036. While the variable family ownership didn’t have significant effect on tax avoidance. Then, the characteristics of the company, family ownership and sales growth have simultaneous and significant influence to tax avoidance, it can be seen from the significant value of 0.000.
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh karakteristik perusahaan dan kepemilikan keluarga terhadap penghindaran pajak. Karakteristik perusahaan dicerminkan dengan ukuran profitabilitas, leverage dan pertumbuhan penjualan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di BEI periode 2010 sampai 2014. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel sebanyak 25 perusahaan sehingga total sampel penelitian adalah 125 laporan tahunan. Metode analisis yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage dan pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan. Profitabilitas memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Leverage memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004 dan pertumbuhan penjualan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,036. Sedangkan variabel kepemilikan keluarga tidak berpengaruh. Kemudian, karakteristik perusahaan, pertumbuhan penjualan dan kepemilikan keluarga memiliki pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap penghindaran pajak, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000.
Kata kunci: profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan, kepemilikan keluarga, dan penghindaran pajak.
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Kepemilikan Keluarga Terhadap Penghindaran Pajak” dengan baik. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini kepada :
1. Kedua orang tuaku, Mama dan Papa yang selalu memberikan doa dan dukungan yang tiada henti kepada penulis, terima kasih atas perhatian dan kasih sayang yang tak pernah putus, yang telah banyak mengorbankan materi, waktu dan tenaga untuk kesuksesan penulis. Semoga skripsi ini bisa menjadi kebanggaan untuk kedua orang tua penulis.
2. Kedua adikku Nurfauzia Heryuliandini dan Nurfahira Hernovirianti, yang menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Msi., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan serta saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Ibu berikan selama ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya jurusan Akuntansi, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis, serta staf Akademik yang memberikan banyak bantuan kepada penulis selama ini.
8. Inis Kimal Qisthy, Husnul Khotimah, Izziyah Fikriyah, Novianti Wulansari, Aisha Zuesty dan Putri Ayuningtias, yang selama ini selalu ada pada saat suka maupun duka. Terima kasih atas kebersamaan, canda tawa dan dukungan serta nasihat-nasihat yang kalian berikan selama ini. Kalian luar biasa, keep in touch ya girls.
9. Achmad Fauzi yang selama ini telah memberikan semangat, dukungan, perhatian dan kasih sayang penuh serta nasihat yang membantu selama proses pengerjaan skripsi ini. Thank you for always by my side.
10.Sahabat-sahabat SMA, Eneng Fitri, Ganis, Rida, dan Dhita. Sahabat-sahabat SMP, Nabila, Eksa, Selvy, dan Alifa. My roommate Neng Intan dan Nuratri Catur. Sahabat-sahabat seperjuangan Ronin NF, Ella Dhanila, Putri, Izzati, Idha, Nova, Haryani, Nia dan Kemala yang selalu dapat berbagi suka dan duka serta memberikan dukungan bagi penulis.
11.Teman-teman Akuntansi Kelas A yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, terimakasih atas bantuan dan kebersamaan kita selama ini. Semoga kita semua bisa sukses dan dapat meraih cita-cita kita. Aamiin.
12.Teman-teman konsentrasi Pajak 2011, yang selalu berbagi pengetahuan dan dukungan. Walaupun jumlah kita sedikit tetapi kita tetap solid.
13.Akuntansi angkatan 2011 yang memberikan cerita dan pengalaman yang tak terlupakan.
14.Teman-teman tim KKN DREAM 2014, Qisthy, Husnul, Elysa, Vella, Rini, Pungky, Hafidz, Heru, Roni, Aul, Aal, Azmi, Mbi, dan Bend atas rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang telah terjalin bersama.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2015
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A.Tinjauan Pustaka ... 10
1. Gambaran Umum Perpajakan ... 10
2. Karakteristik Perusahaan ….………… ………..… 16
4. Penghindaran Pajak... 26
B. Penelitian Terdahulu ... 33
C.Kerangka Pemikiran ... 37
D.
Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian... 39BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44
A.Ruang Lingkup Penelitian ... 44
B. Metode Penentuan Sampel ... 44
C.Metode Pengumpulan Data ... 45
D.Metode Analisis Data ... 46
E. Operasional Variabel Penelitian ... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56
A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56
1. Deskripsi Objek Penelitian ... 56
2. Deskripsi Sampel Penelitian... 57
B. Hasil Uji dan Pembahasan ... 60
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 60
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 61
a. Hasil Uji Multikolonieritas ... 61
b. Hasil Uji Normalitas ... 63
c. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 65
d. Hasil Uji Auto Korelasi ... 66
3. Uji Hipotesis ... 67
b. Hasil Uji Statistik t ... 68
c. Hasil Uji Statistik F ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
A.Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Tabel Pengukuran Penghindaran Pajak... ... 31
2.2 Penelitian Terdahulu ... 33
3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 55
4.1 Proses Seleksi Sampel…………... ... 58
4.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel... 59
4.3 Statistik Deskriptif………... 60
4.4 Uji Multikolonieritas Koefisien Regresi... ... 62
4.5 Uji Multikolonieritas Koefisien ………... 62
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ………... 67
4.7 Koefeisien Determinasi (Adjusted R Square)..... 68
4.8 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)... 69
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 38
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 64
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 64
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Data Nama Perusahaan Sampel Berdasarkan Jenis Produk... 84
2. Cash Effective Tax Rate (CETR)... 86
3. Profitabilitas... 88
4. Leverage... 90
4. Pertumbuhan Penjualan... 92
5. Kepemilikan Keluarga... 94
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memungut pajak, dimana setiap wajib
pajak menyetorkan pajaknya ke kas negara. Pajak merupakan pungutan negara
terhadap orang pribadi maupun badan yang sifatnya wajib, tidak mendapat timbal
balik secara langsung dan dipergunakan oleh negara untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pajak sangat penting bagi pemerintah karena memberikan
kontribusi yang besar dalam penerimaan negara. Dari sudut pandang perusahaan,
pajak merupakan salah satu komponen biaya yang mengurangi laba perusahaan.
Beban pajak yang tinggi mendorong banyak perusahaan berusaha melakukan
manajemen pajak agar pajak yang dibayarkan lebih sedikit.
Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara ( Merks, 2007
dalam Prakosa, 2014) sebagai berikut:
1. Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang
memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven
country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning)
2. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari
transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling
3. Ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization,
treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance
Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti
Avoidance Rule).
Perencanaan pajak yang masih dalam koridor Undang-Undang disebut
penghindaran pajak (tax avoidance). Penghindaran pajak merupakan usaha untuk
mengurangi hutang pajak yang bersifat legal, kegiatan ini memunculkan resiko
bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata
publik. Apabila penghindaran pajak melebihi batas atau melanggar hukum dan
ketentuan yang berlaku maka aktivitas tersebut dapat tergolong ke dalam
penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak adalah usaha untuk
mengurangi hutang pajak yang bersifat ilegal. Oleh karenanya persoalan
penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan unik. Di satu sisi
penghindaran pajak diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak
diinginkan (Budiman & Setiyono, 2012).
Penghindaran pajak tidak dapat dilepaskan dari suatu pandangan bahwa
karena tidak ada hukum yang dilanggar, penghindaran pajak seharusnya tidak
dilarang. Setiap orang memiliki kebebasan untuk mengatur urusannya
masing-masing sebagaimana dia kehendaki, dan selama tidak ada peraturan yang
dilanggar maka otoritas pajak tidak dapat melakukan intervensi. Pendapat tersebut
kasus yang sangat terkenal yang disebut The Duke of Westminster Case (IRC v
Duke of Westminster, 1936). Kasus tersebut terkait dengan suatu kesepakatan
antara The Duke of Westminster dengan tukang kebunnya untuk merubah
pembayaran gaji tukang kebunnya tersebut menjadi pembayaran anuitas sebagai
balas atas jasa-jasa yang telah dilakukan tukang kebunnya di masa lalu. Dalam
peraturan perpajakan Inggris pada saat itu, pembayaran anuitas tersebut dapat
dikurangkan dari penghasilan kena pajaknya Duke of Westminster, sedangkan
pembayaran gaji merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan.
Komisaris pajak melakukan koreksi atas pembayaran tersebut, dengan
menyatakan bahwa pembayaran anuitas tersebut secara substansi merupakan
pembayaran gaji, sehingga tidak dapat dikurangkan sebagai biaya. Kasus tersebut
berakhir di di pengadilan, di mana hakim menolak koreksi yang dilakukan oleh
komisaris pajak tersebut dengan mengatakan:
Every man is entitled, if he can, to order his affairs so that the tax attaching under the appropriate Acts is less than it otherwise would be. If he succeeds in ordering them so as to secure this result, then, however unappreciative the Commissioners of Inland Revenue or his fellow taxpayers may be of his ingenuity, he cannot be compelled to pay an increased tax. (IRC v Duke of Westminster, 1936.
Prinsip dalam kasus The Duke of Westminster tersebut masih bergaung
sampai dengan saat ini dan sering kali dikutip dalam beberapa putusan pengadilan
yang menyangkut penghindaran pajak, termasuk di Indonesia di mana -walaupun
tanpa sumber referensi-, prinsip tersebut dikutip dalam Putusan Pengadilan Pajak
Pajak pada dasarnya bebas untuk mengatur bagaimana mereka bertransaksi
untuk menekan beban pajaknya sepanjang tidak melanggar undang-undang
perpajakan...”
Prinsip dalam kasus The Duke of Westminster ini di negara asalnya pada
akhirnya telah dibantah melalui kasus Ramsay (W. T. Ramsay v. IRC, 1982) di
tahun 1982. Akan tetapi, secara umum doktrin Westminster masih sering dikutip
untuk menekankan bahwa penghindaran pajak tidak dapat ditolak semata-mata
karena penilaian subjektif dari Otoritas Pajak (Wijaya, 2014).
Anderson dan Reeb, 2003 dalam Prakosa 2014 menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki profitabilitas yang lebih baik serta perusahaan yang
memiliki nilai kompensasi rugi fiskal yang lebih sedikit, terlihat memiliki nilai
effective tax rates (ETRs) yang lebih tinggi. Profitabilitas merupakan gambaran
kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva
yang dikenal dengan Return On Assets (ROA). ROA yang positif menunjukkan
bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi perusahaan mampu
memberikan laba bagi perusahaan. ROA dinyatakan dalam prosentase, semakin
tinggi nilai ROA, maka akan semakin baik kinerja perusahaan tersebut. ROA
memiliki keterkaitan dengan laba bersih perusahaan dan pengenaan pajak
penghasilan untuk perusahaan (Kurniasih & Sari, 2013). Semakin tinggi
profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi pula laba bersih perusahaan yang
Menurut Chen et al., 2010 dalam Prakosa, 2014 perbandingan tingkat
kecenderungan menghindari pajak antara perusahaan keluarga dengan perusahaan
non-keluarga tergantung dari besarnya efek manfaat atau biaya yang timbul dari
tindakan penghindaran pajak tersebut. Perusahaan keluarga lebih rela membayar
pajak lebih tinggi (tidak melakukan penghindaran pajak), daripada harus bayar
denda pajak dan menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi keluarga akibat
pemeriksaan pajak dari fiskus. Hasil penelitian Chen et al. (2010) yang
mengindikasikan bahwa perusahaan non-keluarga memiliki tingkat
kecenderungan menghindari bayar pajak yang lebih tinggi daripada perusahaan
keluarga. Hal ini terjadi, diduga karena masalah keagenan lebih besar terjadi pada
perusahaan non-keluarga.
Pengukuran penghindaran pajak sulit dilakukan, hal ini disebabkan data
pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT-PPh) sulit diperoleh di
lapangan karena bersifat rahasia. Untuk mengukur penghindaran pajak, maka
dilakukan pendekatan tidak langsung, yaitu menghitung kas yang dikeluarkan
untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak (Dyreng et al., 2010).
Selain faktor-faktor tersebut, pertumbuhan penjualan (sales growth) juga
dapat mempengaruhi aktivitas tax avoidance. Hal ini dibuktikan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Budiman dan Setiyono (2012) yang menjelaskan bahwa
pertumbuhan perjualan (sales growth) berpengaruh signifikan pada CETR yang
Penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi dasar peneliti untuk
melakukan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2014)
menyatakan bahwa profitabilitas dan kepemilikan keluarga secara signifikan
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Namun leverage dan kompensasi
kerugian pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Swingly dan Sukartha (2015) menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh
pada tax avoidance dan sales growth tidak berpengaruh pada tax avoidance.
Namun hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian Budiman dan
Setiyono (2012) yang menyatakan bahwa leverage dan sales growth berpengaruh
secara signifikan terhadap penghindaran pajak.
Penelitian ini mengintegrasikan beberapa penelitian sebelumnya serta
menganalisis kembali pengaruh profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan,
dan kepemilikan keluarga terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan latar
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penelitian ini
bermaksud menguji pengaruh karakteristik perusahaan dan kepemilikan keluarga
terhadap Penghindaran Pajak. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak ?
2. Bagaimana pengaruh leverage terhadap Penghindaran Pajak ?
3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap Penghindaran Pajak?
4. Bagaimana pengaruh kepemilikan keluarga terhadap Penghindaran Pajak ?
5. Bagaimana pengaruh profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan, dan
kepemilikan keluarga secara simultan terhadap Penghindaran Pajak ?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
a. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
b. Untuk menguji pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
c. Untuk menguji pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap penghindaran
pajak yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
d. Untuk menguji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap penghindaran
pajak yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia.
e. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, pertumbuhan
penjualan dan kepemilikan keluarga secara simultan terhadap
Penghindaran Pajak.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi :
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana bagi segenap
civitas ekonomi, khususnya jurusan akuntansi agar memiliki
pemahaman tentang profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan
dan kepemilikan keluarga dan hubungannya dengan penghindaran
pajak.
2) Ilmu Akuntansi Perpajakan
Penelitian ini diharapakan menambah literatur pembendaharaan ilmu
pengetahuan dan acuan penelitian pada bidang studi perpajakan
terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
3) Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan
teori dan memperoleh pemahaman mengenai profitabilitas, leverage,
pertumbuhan penjualan dan kepemilikan keluarga serta pengaruhnya
terhadap penghindaran pajak.
b. Kontribusi Praktis
1) Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan-kebijakan
perpajakan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan–kebijakan perpajakan selanjutnya sehingga dapat memaksimalkan potensi
penerimaan negara dari sektor pajak.
2) Perusahaan
Sebagai bahan tambahan pertimbangan pihak manajemen dalam
melakukan penghindaran pajak yang benar dan efisien tanpa
melanggar undang-undang perpajakan yang berlaku, sehingga dapat
lebih efisien dalam masalah pajak perusahaan di masa mendatang.
3) Investor
Sebagai tambahan informasi bagi para investor dalam pengambilan
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1. Gambaran Umum Perpajakan a. Pengertian Pajak
Pajak adalah sumber penerimaan terbesar Negara yang digunakan
dalam APBN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun
2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1
ayat 1 berbunyi :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Beberapa definisi tentang pajak yang dikemukakan para ahli di bidang
perpajakan untuk menjadi bahan perbandingan antara lain:
Menurut Adriani yang dikutip oleh Ilyas (2007:5):
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, yang gunannya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.”
“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.”
Definisi pajak menurut UU No.28 tahun 2007 tentang KUP adalah sebagai
berikut:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Berdasarkan dari pengertian pajak diatas dapat disimpulkan bahwa
pajak adalah kewajiban bagi masyarakat untuk membayarkan kas kepada
negara yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang tanpa
mendapat timbal balik secara langsung.
b. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Erly Suandy
(2012:12) terdapat dua fungsi pajak yaitu:
1) Fungsi Penerimaan (budgeteir)
Pajak berfungsi untuk memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas
negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Anggaran
Belanja Negara (APBN).
2) Fungsi mengatur (regulerend)
Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik
dibidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.
Contohnya adalah pemberian insentif pajak (Tax Holiday), pengenaan
pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan pengenaan bea masuk dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk produk-produk import
tertentu dalam rangka melindungi produk dalam negeri.
c. Pengelompokan Pajak
Menurut Murtopo (2011:3) terdapat tiga pengelompokan pajak
yaitu pengelompokan menurut golongannya, menurut sifat dan menurut
lembaga pemungutnya.
1) Menurut golongannya:
a) Pajak langsung adalah pajak yang pembebannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban lansung Wajib
Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan.
b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebannya dapat
dilimpahkan ke pihak lain. Beban pajak yang dipikul seseorang
dapat dilimpahkan seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain.
2) Menurut sifatnya
a) Pajak Subjektif (pajak perseorangan): pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada subjeknya yang kemudian selanjutnya di cari
syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib
Pajak. Seperti Status kawin, tidak kawin dan kawin dengan
tunjangan. Hal tersebut menjadikannya sebagai beban yang harus
dipikul sebagai pengurang penghasilan. Contoh: Pajak
Penghasilan.
b) Pajak objektif. (pajak kebendaan): pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan dari
Wajib Pajak. Besar kecilnya pajak tidak dipengaruhi oleh keadaan
subyeknya, setelah ketemu obyeknya baru dicari subyeknya (orang
atau badan yang bersangkutan). Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3) Menurut lembaganya pemungutnya:
a) Pajak Pusat (pajak negara) adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara. Contoh: Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan,
dan Bea Materai.
b) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan.
Maka dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pengelompokan pajak terbagi 3, yaitu menurut golongannya
terdapat pajak yang tidak dapat dilimpahkan dan pajak yang tidak
dapat dilimpahkan, menurut sifatnya terdapat pajak yang berdasarkan
subjeknya dan pajak berdasarkan objeknya, menurut pemungutnya
terdapat pajak yang dipungut pemerintah pusat dan pajak yang
dipungut pemerintah daerah.
d. Asas – Asas Pemungutan Pajak
Didalam melakukan pemungutan pajak baik yang dikelola oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas
– asas pemungutan pajak menurut Murtopo (2011:4), yaitu : 1) Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara. Asas ini
diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia untuk membayar pajak.
2) Asas Tempat Tinggal
Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak.
penghasilan yang diterima/diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau
berasal dari luar negeri (Pasal 4 UU Pajak Penghasilan).
3) Asas Sumber Penghasilan
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang
bersumber pada suatu negara yang memungut pajak. Dengan demikian
Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan di
Indonesia dikenai pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat
tinggal Wajib Pajak.
e. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Murtopo (2011:5) sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi
3 yaitu :
1) Official Assessment System
Suatu sistem pajak yang memberi kewenangan kepada pemerintah
(fiskus-pegawai pajak) untuk menentukan besarnya pajak yang
terhutang. Ciri-ciri Official Assessment System antara lain
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang berada
pada fiskus;
b) Wajib Pajak bersifat pasif;
c) Utang pajak yang timbul setelah diterbitkannya Surat
Pembertitahuan Pajak Terhutang atau Surat Ketetapan Pajak oleh
2) Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab, kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
terhutang dan harus dibayar.
3) With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terhutang oleh Wajib Pajak. Pajak yang dipotong atau dipungut oleh
pihak lain, nanti bisa menjadi kredit pajak atau merupakan pelunasan
atas pajak terhutang.
2. Karakteristik Perusahaan
Lang dan Lundolm (1993) dalam Hardiningsih (2008:67)
menggolongkan karakteristik perusahaan dalam 3 pendekatan. Karakteristik
perusahaan tersebut berkaitan dengan struktur, kinerja, dan pasar. Struktur
perusahaan meliputi ukuran (size) perusahaan, kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban (leverage) dan korelasi antara pengembalian tahunan dan
pendapatan. Kinerja (performance) perusahaan meliputi likuiditas perusahaan
dan laba (profitabilitas dan penjualan). Sedangkan dari pendekatan pasar
meliputi faktor-faktor kualitatif seperti tipe industri, tipe auditor dan status
hanya beberapa variabel saja yang menjadi sorotan antara lain profitabilitas,
leverage perusahaan dan pertumbuhan penjualan.
a. Profitabilitas
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009), indikator kinerja
perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa
depan. Prospek yang bagus akan menarik minat investor untuk
berinvestasi dalam suatu perusahaan sehingga diperlukan pengungkapan
yang lebih luas pada laporan tahunan perusahaan. Rasio profitabilitas
menjadi bentuk penilaian terhadap kinerja manajemen dalam mengelola
kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Hal ini
berarti bahwa rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asset maupun modal
perusahaan (Sjahrial dan Purba, 2011:40).
Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari
penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi
rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan
memperoleh laba. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
mengukur profitabilitas, antara lain:
1) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam tingkat
penjualan. Semakin tinggi NPM menunjukkan bahwa perusahaan
mampu menghasilkan laba yang tinggi pula pada tingkat penjualan
tertentu.
2) Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan asset yang menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba terhadap total asset setelah
dikurangi beban bunga dan pajak. ROA mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa lalu. Semakin besar
ROA menunjukkan kinerja perusahaan akan semakin baik karena
tingkat pengembalian investasi (return) yang semakin besar.
3) Return On Equity (ROE)
Return On Equity adalah rasio yang menunjukkan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE merupakan
rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri yang
dipergunakan untuk mengukur kemampuan laba yang tersedia bagi
pemegang saham.
4) Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang
5) Operating Ratio
Operating ratio merupakan rasio yang mengukur biaya operasi
dari setiap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.
b. Leverage
Leverage merupakan kemampuan perusahan dalam memenuhi
pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang. Tingkat pengelolaan kewajiban (leverage)
berkaitan dengan bagaimana perusahaan didanai, apakah perusahaan
didanai lebih banyak menggunakan kewajiban atau modal yang berasal
dari pemegang saham. Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan
maka akan semakin besar pula agency cost. Dalam hal ini perusahaan
akan cenderung mengungkapkan mengapa kondisi kewajiban mereka
berada pada angka tersebut kepada publik sehingga diharapkan investor
cukup jelas mengetahui kondisi kewajiban perusahaan.
Tingkat rasio leverage yang besar menimbulkan keraguan akan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya
di masa depan. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana yang diperoleh
perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang sehingga dana untuk
beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih
menyukai debt ratio yang rendah angka rasionya karena jika terjadi
likuidasi, kerugian yang dialami kreditor dapat diminimalisir (Widyantari,
Menurut Syamsudin (2001) dalam Hardiningsih (2008:72)
leverage dapat dihitung melalui 3 pendekatan yaitu:
1) Debt Ratio (rasio utang)
Utang mencakup kewajiban / utang lancar (jangka pendek)
maupun jangka panjang. Kreditor pada umumnya menyukai rasio
kewajiban yang rendah karena dalam keadaan demikian berarti
tersedia dana penyangga yang besar bagi kreditor apabila terjadi
likuidasi pada suatu perusahaan. Bagi pemilik (insider) rasio
kewajiban yang tinggi dapat melipatgandakan laba atau mungkin dapat
juga mengurangi kendali atas perusahaan karena adanya penjualan
saham ke pasar modal.
Rasio ini mengukur berapa besar asset perusahaan yang dibiayai
oleh kreditor yang diperoleh dengan membandingkan total kewajiban
(total liabilities) dengan total aset. Rasio ini merupakan rasio yang
paling menyeluruh karena memasukkan proporsi kewajiban jangka
pendek maupun kewajiban jangka panjang terhadap asset. Semakin
tinggi rasio ini maka semakin besar perusahaan tersebut didanai oleh
kreditor.
2) Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan suatu upaya untuk memperlihatkan
proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak-hak
(utang). Versi ini menganalisis proporsi kewajiban yang melibatkan
rasio total kewajiban, biasanya kewajiban lancar dan semua jenis
kewajiban jangka panjang terhadap total ekuitas pemilik. Rasio ini
juga menunjukkan hubungan antara pinjaman jangka panjang yang
diberikan oleh kreditor dengan jumlah modal sendiri yang berasal dari
pemegang saham. Rasio ini diperoleh dari perbandingan rasio total
liabilities terhadap stockholders equity.
3) Debt to Total Capitalization Ratio
Rasio ini merupakan versi analisis proporsi kewajiban yang
lebih mendalam yang melibatkan rasio kewajiban jangka panjang
terhadap kapitalisasi. Kapitalisasi didefinisikan sebagai jumlah klaim
jangka panjang terhadap perusahaan baik kewajiban maupun ekuitas
pemilik yang tidak termasuk didalamnya kewajiban jangka pendek
(kewajiban lancar). Rasio ini mengukur berapa besar modal jangka
panjang perusahaan (total capitalization) yang dibiayai oleh kreditor.
Rasio ini diperoleh dari perbandingan long term debt dengan total
capitalization.
c. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)
Swastha dan Handoko (2001), “Pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan/atau
jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari
penjualan”. Pertumbuhan penjualan mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi
pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga
merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu
industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi
kemampuan mempertahankan keuntungan dalam kesempatan-kesempatan
pada masa yang akan datang (Barton et al., 1989 dalam Deitiana, 2011).
Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke
tahun atau waktu ke waktu. Pertumbuhan penjualan tinggi, maka akan
mencerminkan pendapatan meningkat. Perusahaan yang penjualannya
tumbuh secara cepat akan perlu untuk menambah aktiva tetapnya,
sehingga pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan menyebabkan
perusahaan mencari dana yang lebih besar (Pandey, 2001 dalam
Supriyanto dan Falikhatun, 2008).
Menurut Devie, 2003:35 dalam Deitiana, 2011 definisi
pertumbuhan perusahaan dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan
perubahan penjualan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa
pertumbuhan yang seharusnya (sustainable growth rate) dengan melihat
keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan. Pertumbuhan
perusahaan akan menimbulkan konsekuensi pada peningkatan investasi
atas aktiva perusahaan dan akhirnya membutuhkan penyediaan dana untuk
konsekuensi pada keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Untuk
meningkatkan angka pertumbuhan dilakukan penetapan akan angka
jumlah produk atau jasa yang dijual kepada pelanggan.
Secara keuangan tingkat pertumbuhan dapat ditentukan dengan
mendasarkan pada kemampuan keuangan perusahaan. Tingkat
pertumbuhan yang ditentukan dengan hanya melihat kemampuan
keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat pertumbuhan atas
kekuatan sendiri (internal growth rate) dan tingkat pertumbuhan
berkesinambungan (sustainable growth rate). Internal growth rate
merupakan tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai
perusahaan tanpa membutuhkan dana eksternal atau tingkat pertumbuhan
yang hanya dipicu oleh tambahan atas laba ditahan. Sustainble growth
rate adalah tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai
perusahaan tanpa melakukan pembiayaan modal tetapi dengan memelihara
perbandingan antara hutang dengan modal (debt to equity ratio).
Menurut Murni dan Andriana, 2007:6 dalam Deitiana, 2011
menyatakan bahwa pendekatan pertumbuhan perusahaan merupakan suatu
komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan
datang. Menurut Ratnawati, 2007:8 dalam Deitiana, 2011 pertumbuhan
perusahaan yang berkelanjutan adalah tingkat dimana penjualan
perusahaan dapat tumbuh tergantung pada bagaimana dukungan aset
pertumbuhan perusahaan dapat juga diukur dari pertumbuhan aset atau
dengan kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai macam
kombinasi nilai set kesempatan investasi (investement opportunity set).
Dengan demikian dapat diketahui bahwa suatu perusahaan dapat
dikatakan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terdapat
peningkatan yang konsisten dalam aktivitas utama operasinya.
3. Kepemilikan Keluarga
Perusahaan keluarga pada umumnya merupakan perusahaan yang
dimiliki secara mayoritas oleh keluarga tertentu atau kepemilikan sahamnya
terkonsentrasi pada keluarga tertentu (Ayub, 2008:25 dalam Septian, 2014).
Menurut Laporta (1999) dalam Septian (2014) kepemilikan keluarga
diidentifikasikan sebagai kepemilikan dari individu dan kepemilikan dari
perusahaan tertutup (di atas 5%), yang bukan kepemilikan dari BUMN dan
BUMD, perusahaan terbuka ataupun lembaga keuangan. Berdasarkan definisi
ini, perusahaan jenis family ownership tidak hanya terbatas pada perusahaan
yang menempatkan anggota keluarganya pada posisi CEO, komisaris atau
posisi manajemen lainnya. Perusahaan yang mempekerjakan CEO, komisaris
atau manajer dari luar anggota keluarga pemilik perusahaan tetap
dikategorikan sebagai perusahaan jenis family ownership.
Definisi kepemilikan keluarga terdapat dalam penelitian Anderson dan
Reeb, 2003 dalam Prakosa, 2014 yang menyebutkan bahwa perusahaan
saham yang dominan. Sedangkan Morck dan Yeung, 2004 dalam Prakosa,
2014 mendefinisikan perusahaan keluarga sebagai meliputi perusahaan yang
dijalankan berdasarkan keturunan atau warisan dari orang-orang yang sudah
lebih dulu menjalankannya atau oleh keluarga yang secara terang-terangan
mewariskan perusahaannya kepada generasi selanjutnya.
Pemilik saham keluarga dalam suatu perusahaan merupakan pemegang
saham khusus yang memiliki struktur insentif unik. Pemilik saham keluarga
memiliki pengaruh suara yang kuat dalam perusahaan dan motif yang sangat
kuat untuk mengelola perusahaan (Anderson, Mansi, dan Reeb, 2003 dalam
Sirait dan Martani, 2014). Pemilik saham keluarga berbeda dengan sekedar
pemegang saham biasa berkenaan dengan dua karakteristik yaitu perhatian
keluarga pada kemampuan perusahaan bertahan dalam jangka panjang dan
reputasi keluarga dan perusahaan.
Karakteristik pertama, keluarga peduli pada kemampuan perusahaan
bertahan pada jangka panjang. Kepedulian ini timbul karena umumnya
pemilik saham keluarga tidak mendifersifikasikan portofolionya dan mereka
ingin mewarisi perusahaan tersebut kepada keturunannya. Mereka lebih
mementingkan maksimalisasi nilai perusahaan (firm value) dibandingkan nilai
pemegang saham (shareholder value). Karakteristik kedua, pemilik keluarga
peduli pada reputasi keluarga dan perusahaan. Kepedulian ini terkait
konsekuensi ekonomi jangka panjang yang akan dirasakan dari reputasi yang
berhadapan dengan pengelola perusahaan yang sama dalam jangka panjang.
Pihak eksternal akan berekspektasi pengelola perusahaan bertindak konsisten
di masa depan. Karena itu, jika perusahaan melakukan tindakan eksploitasi,
pihak eksternal akan beranggapan perusahaan akan melakukan eksploitasi lagi
di masa depan karena pengelola perusahaan tidak berubah.
Dalam penelitian Arifin, 2003 dalam Prakosa, 2014 mengungkapkan
bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga, negara, atau institusi
keuangan pengurangan masalah agensinya akan lebih baik dibandingkan
dengan perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan publik atau perusahaan
tanpa pengendali utama.
4. Penghindaran Pajak
Pajak merupakan biaya yang signifikan bagi perusahaan serta menjadi
pengurang arus kas yang tersedia bagi perusahaan dan pemegang saham. Hal
ini menjadi insentif bagi perusahaan untuk pengurangi pajak melalui aktivitas
penghindaran pajak (Chen et al., 2010 dalam Sirait dan Martani, 2014). Upaya
manajemen perusahaan untuk memperoleh laba yang diharapkannya melalui
penerapan manajemen pajak salah satunya adalah melalui penghindaran pajak
(tax avoidance), yaitu mengurangi jumlah pajak dengan cara yang yang tidak
melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan. Penghindaran pajak
dapat juga didefinisikan sebagai suatu bagian dari strategi manajemen pajak
yang tidak dilarang dalam undang-undang pajak. Satu rancangan transaksi
penghematan tersebut menyebabkan biaya non-pajak yang lebih besar pada
area lain di organisasi, transaksi tersebut bukan merupakan perencanaan pajak
yang efisien (Klassen, 1997 dalam Sirait dan Martani, 2014). Dalam membuat
keputusan penghindaran pajak, manager mempertimbangkan konsekuensi dari
tindakan penghindaran pajak terlebih dahulu.
Menurut Erly Suandy (2011: 20) Penghindaran pajak (tax avoidance)
adalah suatu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal,
seperti pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang diperkenankan
maupun manfaat hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang
ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku. Sedangkan penggelapan pajak
(tax evasion) adalah merupakan pengurangan pajak yang dilakukan dengan
melanggar peraturan perpajakan seperti memberi data-data palsu atau
menyembunyikan data. Dengan demikian, penggelapan pajak dapat dikenakan
sanksi pidana.
Manfaat utama yang diperoleh dari penghindaran pajak adalah
penghematan pajak yang lebih besar. Penghematan ini memang menjadi
keuntungan bagi pemegang saham, tetapi manajer sebagai pembuat keputusan
juga memperoleh keuntungan apabila kompensasi manajer ditentukan dari
usaha efisiensi manajemen pajak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penghindaran pajak juga dapat memberi reaksi baik pada pasar.
timbul reaksi negatif. Jika pasar berekspektasi bahwa pengungkapan
meningkat maka timbul reaksi positif (Frischman et al., 2008 dalam Sirait dan
Martani, 2014). Dengan demikian, untuk menghindari reaksi negatif,
perusahaan harus dapat menghindari pajak tetapi harus dapat
mempertahankan tingkat pengungkapan yang memadai (Kasipillai dan
Maharthiran, 2013 dalam Sirait dan Martani, 2014).
Penghindaran pajak sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam rangka
memperkecil besarnya tingkat pembayaran pajak yang harus dilakukan dan
meningkatkan cash flow perusahaan. Seperti disebutkan oleh Guire at al.,
2011 dalam Budiman dan Setiyono, 2012 bahwa manfaat dari adanya tax
avoidance adalah untuk memperbesar tax saving yang berpotensi mengurangi
pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash flow.Namun, penghindaran
pajak juga menimbulkan biaya. Perencanaan penghindaran pajak
membutuhkan investasi waktu, usaha, dan biaya transaksi yang besar.
Umumnya perusahaan berharap dapat melaporkan penghasilan kena pajak
yang rendah namun perusahaan juga peduli pada tingkat laba yang
dilaporkannya (Yin dan Cheng, 2004 dalam Sirait dan Martani, 2014). Saat
perusahaan menghindari pajak, penghasilan kena pajaknya akan semakin
rendah. Pemeriksa pajak lebih mengawasi perusahaan yang melaporkan
Martani, 2014). Jadi, peluang perusahaan diperiksa semakin besar dan potensi
sanksi dari pemeriksa pajak semakin besar.
Jika perusahaan tidak ingin perbedaan buku dan pajak yang besar,
perusahaan bisa memanajemen laba akuntansi dan pajak bersama-sama. Jika
perusahaan menunda penghasilan kena pajak agar dapat memperoleh
kewajiban pajak lebih sedikit, laba buku juga akan berkurang. Dengan
demikian, penghindaran pajak dapat menyebabkan perusahaan melaporkan
laba bersih yang lebih sedikit (Yin dan Cheng, 2004 dalam Sirait dan Martani,
2014). Jika perusahaan tidak dapat mengkomunikasikan nilai dari
penghindaran pajak ini kepada pemegang saham, laba bersih yang rendah
dianggap sebagai nilai perusahaan yang rendah. Pemegang saham berpotensi
melakukan price discount. Apalagi jika pemegang saham eksternal menilai
manajer menggunakan penghindaran pajak untuk menyelubungi aktivitas rent
extraction maka pemegang saham yang merasa dirugikan akan melakukan
price discount.
Menurut Rego, 2003 dalam Prakosa, 2014 penghindaran pajak
sebagai penggunaan metode perencanaan pajak untuk secara legal mengurangi
pajak penghasilan yang dibayarkan. Namun, Desai dan Dharmapala (2009)
Pengukuran penghindaran pajak sulit dilakukan, hal ini disebabkan
data pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT-PPh) sulit
diperoleh di lapangan karena bersifat rahasia. Namun ada banyak cara yang
bisa digunakan dalam mengukur adanya penghindaran pajak. Kebanyakan
proksi pengukuran penghindaran pajak membutuhkan data dari laporan
keuangan karena pengembalian pajak tidak dipublikasikan dan akses untuk
mendapatkan data tersebut terbatas. Hanlon dan Heitzman (2010) membuat
daftar 12 cara pengukuran penghindaran pajak yang biasanya digunakan di
Tabel 2.1
Tabel Pengukuran Penghindaran Pajak Metode
Pengukuran
Cara Perhitungan Keterangan
GAAP ETR
worldwide total income tax expense worldwide total pre-tax accounting income
Total tax expense per dollar of pre-tax book income
Current ETR
worldwide current income tax expense worldwide total pre-tax accounting income
Current tax expense per dollar of pre-tax book income
Cash ETR worldwide cash taxes paid
worldwide total pre-tax accounting income
Cash taxes paid per dollar of pre-tax book income Long-run cash
ETR ∑(worldwide total pre∑(worldwide cash taxes paid) -tax accounting income)
Sum of cash taxes paid over n years divided by
the sum of pre-tax
earnings over n years ETR
Differential Statutory E -GAAP ETR
The difference of between the statutory ETR and the
firm’s GAAP E
DTAX Error term from the following regression:
ETR differential × Pre-tax book income = a + b × Control + e
The unexplained portion of the ETR differential
Total BTD
Pre-tax book income –((U.S. CTE + Fgn CTE)/U.S. STR) –(NOLt-NOLt-1)
The total differences between book and taxable incomes
Temporary
BTD Deferred tax expense/ U. S. STR
Abnormal Total
BTD Residual from BTD/TAit = βTAit + βmi + eit
A measure of unexplained total book-tax differences Unrecognized
Tax Benefits Disclosed amount post- FIN48
Tax liability accrued for taxes not yet paid on uncertain positions
Tax Shelter
Activity Indicator variable for firms accused of
engaging in atax shelter
Firms identified via firm disclosures, the press, or IRS confidential data
Marginal Tax
Rate Simulated marginal tax rate
Present value of taxes on an additional dollar of income
Pengukuran pajak dengan cara nomor 3, yaitu Cash ETR merujuk
pada perhitungan yang dibuat Dyreng et al., (2010). Untuk pengukuran
penghindaran pajak dengan cara book-tax difference merujuk pada
perhitungan yang dibuat Desai dan Dharmapala (2006). Sedangkan
pengukuran dengan cara marginal tax rate merujuk pada perhitungan yang
dibuat Shevlin (1990), Graham (1996), Graham dan Kim (2009), Blouin et al.,
(2010). Dimana keseluruhan cara pengukuran penghindaran pajak tersebut
terangkum dalam Hanlon dan Heitzman (2010).
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penghindaran
pajak (tax avoidance) pada intinya adalah suatu cara untuk mengurangi beban
pajak perusahaan dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan dalam
kebijakan undang-undang perpajakan yang berlaku, sehingga cara tersebut
B.
Penelitian Terdahulu
[image:50.842.82.766.129.476.2]Hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah :
Tabel 2.2
Penelitian-Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman berikutnya
No
Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
1. Calvin Swingly, I Made
Sukartha (2015)
Pengaruh Karakteristik Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth pada Tax Avoidance
Variabel independen leverage dan sales growth.
Variabel dependen yaitu Tax Avoidance
Variabel Independen Karakteristik
Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan
Karakter eksekutif dan ukuran perusahaan berpengaruh positif sedangkan leverage berpengaruh negatif pada tax avoidance. Jumlah komite dan sales growth tidak berpengaruh pada tax avoidance.
2. M. Khoiru
Rusydi, Dwi Martani (2014)
Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Aggresive Tax Avoidance
Variabel independen perusahaan keluarga ROA dan leverage. Variabel dependen Penghindaran Pajak Variabel Independen Kepemilikan Asing, Kepemilikan Pemerintah, Ukuran Perusahaan Kepemilikan yang terkonsentrasi pada keluarga berpengaruh positif terhadap aggressive tax
avoidance di Indonesia
Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian-Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman berikutnya.
No
Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
3. Kesit Bambang
Prakosa (2014)
Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak Di Indonesia
Variabel Independen Profitabilitas,
Leverage dan Kepemilikan Keluarga. Variabel dependen
Penghindaran Pajak.
Variabel Independen terkait Corporate Governance.
Variabel profitabilitas, kepemilikan keluarga
dan komisaris
independen merupakan variabel yang secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap
penghindaran pajak. Variabel komite audit, leverage, ukuran perusahaan dan kompensasi kerugian pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak
3
[image:51.842.71.743.89.476.2]Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian-Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman berikutnya.
No
Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
4. Tommy
Kurniasih & Maria M. Ratna Sari (2013)
Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan
Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax avoidance.
Variabel
independen Return On Assets,
Leverage. Variabel dependen Tax avoidance Variabel independen Corporate Governance, Ukuran Perusahaan
ROA, Leverage, dan
Kompensasi Rugi Fiskal
berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap tax avoidance.
ROA, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax avoidance, sedangkan Leverage dan Corporate Governance tidak berpengaruh
5. Judi Budiman
& Setiyono (2012)
Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Variabel
independen sales growth dan leverage.
Variabel dependen penghindaran pajak
Variabel independen ukuran perusahaan, Net Operating Loss dan Risiko
Perusahaan.
Eksekutif yang memiliki karakter risk taker memiliki pengaruh yang positif terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
[image:52.842.70.759.89.468.2]Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian-Penelitian Terdahulu
Sumber : Diolah dari berbagai referensi.
No
Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
6. Dewi Kartika Sari & Dwi Martani (2010)
Karakteristik Kepemilikan
Perusahaan, Corporate Governance,
dan Tindakan Pajak Agresif
Variabel independen kepemilikan perusahaan Varibel independen Corporate Governance kepemilikan keluarga cenderung bertindak lebih agresif dalam perpajakan daripada perusahaan non-keluarga, dan praktik corporate governance berpengaruh negatif terhadap tinakan pajak agresif tersebut
7. Scott D. Dyreng, Michelle Hanlon & Edward L. Maydew (2010)
The Effects of Executives on Corporate Tax Avoidance
Variabel independen leverage dan sales growth
Variabel dependen Tax Avoidance
Variabel independen yaitu EBITDA, RAD, Advertising, SG&A, Capital Expenditure, Cash Holdings, SIZE, Net Operating Loss, Intangible to Total Asset
Results indicate that individual executives play a significant role in determining the level of tax avoidance that firms undertake, incremental to characteristics of the firm.
[image:53.842.69.746.84.450.2]C.
Kerangka Pemikiran
Hamid (2012:25) mengungkapkan bahwa kerangka pemikiran
merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan
pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori
dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang
ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi
kualitatif, dan atau gabungan dari keduanya.
Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka pada
gambar berikut ini adalah kerangka pemikiran skripsi yang menggambarkan
permasalahan penelitian. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan dan kepemilikan
[image:54.595.107.514.218.589.2]Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Adanya Kecenderungan Perusahaan Melakukan Tindakan Penghindaran Pajak
Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Kepemilikan Keluarga Terhadap Penghindaran Pajak
Karakteristik Perusahaan (X1)
Kepemilikan Keluarga (X2)
Penghindaran Pajak (Y)
Variabel Independen Variabel Dependen
Metode Penelitian :Model Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan Dan Saran Uji Asumsi Klasik :
1) Uji Multikoloneritas 2) Uji Normalitas
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji Hipotesis :
1) Uji Koefisien Determinasi 2) Uji Statistik t
D.
Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat
dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Hamid, 2012:26).
Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan teori dan
penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik
perusahaan dan kepemilikan keluarga terhadap penghindaran pajak.
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak
Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan
Return On Assets (ROA). ROA berguna untuk mengukur sejauh mana
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya yang
dimilikinya (Siahan, 2004 dalam Prakosa, 2014). Dendawijaya, 2003:120
dalam Prakosa, 2014 menyatakan bahwa ROA menggambarkan
kemampuan manajemen untuk memperoleh keuntungan (laba). Semakin
tinggi ROA, semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin
baik pengelolaan aktiva perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto,
2007:196 dalam Prakosa, 2014, ROA merupakan pengukur keuntungan
bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.
Semakin tinggi nilai dari ROA, berarti semakin tinggi nilai dari laba
bersih perusahaan dan semakin tinggi profitabilitasnya. Perusahaan yang
memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan
diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban
Sari, 2013 dalam Prakosa, 2014 menyatakan bahwa ROA berpengaruh
secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Demikian tingginya
profitabilitas perusahaan akan dilakukan perencanaan pajak yang matang
sehingga menghasilkan pajak yang optimal, sehingga kecenderungan
melakukan penghindaran pajak akan menurun. Berdasarkan argumen
tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: ROA berpengaruh terhadap penghindaran pajak 2. Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak
Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi
kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan
menimbulkan beban tetap (fixed rate of return) yang disebut dengan
bunga. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih
kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut
membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan.
Penelitian Ozkan, 2001 dalam Prakosa, 2014 memberikan bukti bahwa
perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan memilih untuk
berutang agar mengurangi pajak. Dengan sengajanya perusahaan berutang
untuk mengurangi beban pajak maka dapat disebutkan bahwa perusahaan
tersebut agresif terhadap pajak.
Secara logika, semakin tinggi nilai dari rasio Leverage, berarti semakin
tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan
perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang
berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang
perusahaan maka nilai Cash Effective Tax Rate (CETR) perusahaan akan
semakin rendah (Richardson dan Lanis, 2007 dalam Prakosa, 2014).
Berdasarkan argumen tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H2: Leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak
3. Pengaruh Pertumbuhan Penjualanterhadap Penghindaran Pajak Swastha dan Handoko (2001), “Pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan/atau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan”.
Sedangkan dalam penelitian Budiman dan Setiyono (2012) pertumbuhan
penjualan (sales growth) menunjukkan perkembangan tingkat penjualan
dari tahun ke tahun. Pertumbuhan yang meningkat memungkinkan
perusahaan akan lebih dapat meningkatkan kapasitas operasi perusahaan.
Sebaliknya bila pertumbuhannya menurun perusahaan akan menemui
kendala dalam rangka meningkatkan kapasitas operasinya. Perusahaan
yang penjualannya tumbuh secara cepat akan perlu untuk menambah
aktiva tetapnya, sehingga pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan
menyebabkan perusahaan mencari dana yang lebih besar (Pandey, 2001
dalam Supriyanto dan Falikhatun, 2008). Berdasarkan argumen tersebut,
maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
4. Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap Penghindaran Pajak. Untuk menentukan apakah tindakan penghindaran pajak (tax
avoidance) pada perusahaan keluarga lebih rendah atau lebih tinggi
daripada perusahaan non-keluarga, tergantung dari seberapa besar
keuntungan atau kerugian yang ditanggung pihak keluarga yang menjadi
manajemen perusahaan (family owners) atau pihak manajer dalam
perusahaan keluarga. Dibandingkan manajer dalam perusahaan
non-keluarga, family owners memiliki kepemilikan yang lebih besar, rentang
waktu investasi yang lebih lama, serta memiliki kepedulian yang lebih
tinggi terhadap reputasi perusahaan. Oleh karenanya Chen et al. (2010)
menyatakan bahwa manfaat dan biaya dari tindakan pajak yang agresif
akan lebih tinggi dirasakan oleh perusahaan keluarga.
Penelitian Chen et al. (2010) yang dilakukan untuk mengetahui
apakah perusahaan keluarga lebih agresif dalam tindakan pajaknya
daripada perusahaan non-keluarga, menunjukkan bahwa pada
perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam S&P 1500 Index (periode 1996-2000),
perusahaan keluarga memiliki tingkat keagresifan pajak yang lebih kecil
daripada perusahaan non-keluarga. Hal ini diduga terjadi karena
dibandingkan perusa