Skripsi yang berjudul Analisis Kompetensi Guru SMK PUSTEK Serpong disusun oleh Rita Lucitasari Nomor Induk Mahasiswa i110018200017, diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakafia dan dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah padatanggal 18 September 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 31 (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.
I akarta, 1 8 Septemb er 2014
1110018200017 Jumsan lt{anajemen Pendidikan Fakultas Iltnu Tarbiyah dan Kepntan UIN Syarif Hiclayatullal-r Jakarla, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembinrbing skripsi pada tanggal"
Jakarta, I2 Septernber 20i4
Lampiran
2
Perattran Pemerintali Republik lndonesiaI-ampiran
3
Angket Untuk Respotrdett (Kepala Sekolah, Y-ayasan, Pengarvas, Siswa)I-ampiran
4
Pedornan Wawancara Lampiran5
Berita Warvarrcaral,ampiran
6
Data UiiKompetensi Gunl Lampiran7
Surat Birnbingan SkripsiLanrpiran
I
Surat Pemrohonan lzin Penelitian Lampiran9
Surat Keterangan Dari Sekolah Larnpiran10
Uji Referensi1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.1
Dalam mewujudkan pendidikan berdasarkan Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional tersebut, pemerintah menganjurkan
pengembangan sebagai sebuah proses terhadap sumber daya manusia baik
guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, peserta didik dan lain-lain.
Bagi guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan lainnya melalui
pendidikan lanjutan, seminar, pelatihan, dan lain-lain. Sedangkan bagi
peserta didik mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai
pendidikan tinggi baik melalui jalur pendidikan formal, nonformal
maupun informal.
Untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional, pendidikan
menengah SMK adalah bagian dari sistem pendidikan nasional.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2010
bahwa: Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK,
adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan
menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
1
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs”.2
Pendidikan kejuruan, SMK harus mampu melihat peluang kerja di
dunia industri, mengembangkan kemampuan dan mandiri karena dalam
pendidikan kejuruan siswa diberikan praktikum kerja langsung ke
lapangan dalam rangka mengadaptasikan siswa melihat dunia kerja dan
untuk merealisasikan hasil pembelajaran. Pendidikan kejuruan mempunyai
tiga program yang di tuangkan dalam kurikulum yaitu program adaptif,
normatif dan produktif.
Dari penjelasan di atas, diharapkan bahwa tujuan pendidikan
nasional dapat terwujud secara baik dan efektif melalui proses
pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan yang melibatkan
berbagai pihak baik itu pemerintah, dinas pendidikan, pengawas, kepala
sekolah, pihak yayasan bagi sekolah swasta, stakeholder atau komite
sekolah, guru dan lain-lain.
Namun dari pihak yang terlibat di atas, peneliti mengambil pihak
guru sebagai salah satu pihak yang ikut menentukan dalam mewujudkan
tujuan pendidikan karena di sekolah peserta didik mendapat pembelajaran
lebih banyak oleh guru, sehingga guru harus mampu meningkatkan
kompetensinya dalam mendidik dan mengajarkan peserta didiknya melalui
kompetensi guru secara maksimal agar dapat terealisasi dengan efektif.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005
pasal 1 ayat 1 tentang guru dan dosen bahwa: “Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.3
2
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan.
3
Seperti tugas utama guru yang telah dipaparkan di atas, Guru
merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tercapainya tujuan
pendidikan nasional. Peranan guru di atas menjadi komponen yang penting
dalam performanya. Performa guru bukan hanya dilihat dari kemampuan
mengajar tetapi bagaimana kemampuan guru dalam membimbing,
mendidik, mengarahkan, melatih, memberikan penilaian, dan
mengevaluasi setiap peserta didik. Performa guru dapat membantu
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan menentukan efektifitas dalam
proses pendidikan.
Seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003, bahwa “Pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.4
Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No 20
Tahun 2003 tersebut, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
sekaligus memiliki kualifikasi akademik.
Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita
Mariyana, yang berjudul ”Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis
Bimbingan di Taman Kanak-Kanak (Studi Deskriptif Terhadap Guru TK
di Kota Bandung)”. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil kompetensi
guru secara keseluruhan yaitu “kompetensi pedagogik sebesar 23.31%, kompetensi profesional sebesar 29.80%, kompetensi kepribadian sebesar 24.61%, dan kompetensi sosial sebesar 22.29%”.5
Penelitian dari konsorsium ilmu pendidikan (2000) yang ditulis
oleh Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana yaitu:
“Memperlihatkan bahwa 40% guru SMP dan 33% guru SMA mengajar bidang studi di luar bidang keahliannya. Paparan ini menggambarkan sekilas kualitas guru di Indonesia, bagaimana dapat dikatakan profesional jika penguasaan materi mata pelajaran
4
Perundang-Undangan, op. cit., h. 77.
5
yang diampu masih kurang, dan bagaimana dapat dikatakan profesional jika masih ada 33% guru yang mengajar di luar bidang keahliannya”.6
Sebagaimana ditemukan fakta setelah melakukan Praktik Profesi
Keguruan Terpadu (PPKT) selama empat bulan yang dilakukan di SMK
PUSTEK Serpong bahwa masih ada beberapa guru yang belum
berpendidikan Strata Satu (S1) dan juga masih ada beberapa guru yang
mengajar tidak sesuai latar belakang pendidikan. Dengan demikian,
keadaan yang seperti ini apabila disesuaikan dengan Undang-undang
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dikatakan masih belum memenuhi syarat
sebagai guru mengajar.
Selain itu, disiplin guru dalam melaksanakan tugasnya masih
belum dilakukan sepenuhnya dengan baik. guru masih ada yang datang
terlambat, malas mengajar sehingga penulis mendapati hampir setiap hari
ada beberapa jam kosong yang gurunya tidak hadir untuk mengajar dengan
berbagai alasan, serta diskriminasi terhadap kelas sehingga guru memasuki
kelas yang Ia sukai saja, ada juga guru yang datang hanya memberikan
tugas tanpa memberikan pembelajaran, dan juga ada beberapa guru yang
mengajarnya masih terlihat tradisional seperti datang ke kelas lalu
meminta siswa membaca dan beliau menjelaskan, tidak disertai dengan
media pembelajaran yang bisa menarik konsentrasi dan minat siswa untuk
belajar sehingga mengakibatkan peserta didik bosan, mengantuk, berbicara
dengan teman sebangkunya atau teman lainnya, izin keluar dengan alasan
ingin ke kamar kecil padahal mereka pergi ke kantin, dan lain-lain.
Walaupun hanya sebagian kecil, namun keadaan seperti ini akan
mengganggu dan mempengaruhi proses belajar mengajar.
Seperti yang telah dituangkan dalam Undang-undang Sisdiknas No
20 Tahun 2003, bahwa sebagai seorang guru seharusnya berkewajiban:
6
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan
c. Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.7
Mengacu pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, guru
yang sebagai agen pembelajaran yang profesional harus mampu
menguasai kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik (ilmu mendidik),
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
untuk meningkatkan performa guru sebagai pendidik yang baik.
Untuk menjelaskan ke empat kompetensi di atas, maka peneliti
memperoleh data hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) yang bertujuan untuk
memperbaiki sistem perekrutan guru sebagai tenaga profesi sehingga guru
yang dinyatakan memenuhi syarat akan melaksanakan tahap selanjutnya
seperti pelatihan dan akan memperoleh sertifikasi. Sedangkan Uji
Kompetensi Guru (UKG) merupakan upaya untuk pemetaan kompetensi
guru. Ada dua jenis ujian yaitu uji kompetensi profesional dan uji
kompetensi pedagogik, yang sifatnya kognitif.8
Secara nasional, nilai rata-rata tertinggi diraih guru-guru di Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan nilai 51.03 dan UKA (Uji Kompetensi Awal)
tidak jauh beda yaitu 4,2.9 Sedangkan dilihat dari tingkat propinsi, statistik
nilai gabungan dari kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik
pada mata pelajaran bahasa Indonesia bahwa propinsi Banten memperoleh
nilai rata-rata yaitu (42,70), mata pelajaran matematika (44,97), dan mata
7
Perundang-undangan, op. cit., h. 21.
8
Kemdikbud.go.id, Sisdiknas, Uji Kompetensi Guru Tetap Dilanjutkan, Friday : 07 Maret 2012.
9
pelajaran bahasa inggris (38,98).10 Data dari nilai UKA dan UKG akan
menjadi bagian lampiran skripsi.
Dari permasalahan di atas, kemungkinan akan menimbulkan
banyak sekali pertanyaan, karena untuk peserta didik diberikan standar
nilai Ujian Nasional (UN) minimal 6,0 sedangkan data perolehan guru
untuk Uji Kompetensi rerata adalah 4. Ini yang menjadikan peneliti
tertarik untuk meneliti terkait dengan kompetensi guru. Sehingga untuk
mendapatkan kebenaran dan mendapatkan solusi dari permasalah di atas,
perlu melakukan penelitian karena kompetensi guru merupakan faktor
penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kompetensi guru
sebagai ujung tombak untuk menghasilkan generasi penerus yang
berpotensi.
Berdasarkan asumsi di atas, maka penulis berminat untuk
mengangkat “Analisis Kompetensi Guru SMK PUSTEK Serpong”
sebagai judul skripsi.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Kurang maksimalnya kompetensi profesional dan kompetensi
pedagogik guru
2. Kurangnya kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar
3. Masih terdapat beberapa guru yang belum S1
4. Masih terdapat beberapa guru mengajar di luar bidang keahliannya
C.
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dibatasi pada kompetensi guru di SMK PUSTEK Serpong. Sedangkan
10
perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana kompetensi guru di SMK PUSTEK Serpong?”
D.
Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
Mengetahui kompetensi guru SMK PUSTEK Serpong.
Kegunaan penelitian ini yaitu;
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan apabila peneliti menjadi
guru di masa yang akan datang sehingga mengetahui bagaimana guru
meningkatkan kompetensinya agar dapat membantu mewujudkan
tujuan pendidikan yang efektif.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk melaksanakan
pembelajaran yang efektif serta membantu guru dalam meningkatkan
kompetensi agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik
pada sekolah itu sendiri dalam rangka memperbaiki kualitas guru pada
8
A.
Kompetensi Guru
1.
Pengertian Kompetensi Guru
Mengacu pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003 dan Undang-undang No. 14 tahun 2005 bahwa guru harus
mempunyai standar kompetensi sebagai guru profesional. “Kinerja guru
dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru”. 11 “Kompetensi merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.12
Menurut Jamil Suprihatiningrum bahwa “competency (kompetensi)
didefinisikan sebagai kebulatan, penguasaan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja yang diharapkan dapat dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan”.13
Menurut Saepul Anwar bahwa “kompetensi merupakan komponen yang
tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya
sebagai guru, karena pekerjaan guru itu tidak gampang dan tidak sembarangan dikerjakan”.14
Sedangkan menurut Suyanto dan Asep Jihad “kompetensi guru
sendiri merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban secara bertanggung jawab dan layak di mata pemangku
11
Barnawi & Muhammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan, Peningkatan & Penilaian, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet. 1, h.14.
12
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006, h.84.
13
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesioanl Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) cet. 1, h 19.
14
kepentingan”.15
Dalam bukunya Jamil Suprihatiningrum bahwa “guru
wajib memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional”.16
Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa seorang
guru wajib memiliki kompetensi, karena guru yang tidak memiliki serta
tidak memahami ke empat kompetensi seperti yang telah tertera dalam
undang-undang, belum memenuhi syarat sebagai pendidik yang
profesional. Kompetensi dibutuhkan supaya performa sebagai guru
mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan penampilan sekolah
yang efektif.
2.
Standar Kompetensi Guru
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
Sistem Pendidikan Nasional tentang Standar pendidik, bahwa:
a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
b. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
1. Kompetensi pedagogik; 2. Kompetensi kepribadian; 3. Kompetensi profesional; dan 4. Kompetensi sosial.17
Dari penjelasan di atas, dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 menyatakan bahwa “kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru
atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di
15
Suyanto & Asep Jihad, Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global, (Jakarta: Erlangga Group, 2013), h. 1.
16
Suprihatiningrum, Op. cid. h. 100.
17
tempat penugasan”.18
Kemudian, dijelaskan dalam Undang-undang bahwa “sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang
diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional”.19
Menurut Jamil Suprihatiningrum dalam bukunya bahwa: “sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru”.20
Dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 bahwa “program sertifikasi bertujuan untuk memenuhi kualifikasi minimum pendidik yang merupakan bagian dari program pengembangan karier oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah”.21
Dan yang selanjutnya yaitu kompetensi. “Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. 22
Kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional.
a. Kompetensi Pedagogik
Pedagogi berasal dari bahasa yunani yang didefinisikan secara
umum sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak.23 Dalam arti sempit,
pedagogi mengacu pada berbagai macam proses pendidikan dalam sekolah
yang memiliki hubungan yang sifatnya vertikal, antara guru dan murid.
18
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006, h. 84.
19
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan,op. cid. h.84.
20
Suprihatiningrum, Op. cid. h. 40.
21
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Th.2003, (Jakarta: 2011) cet. 4, h. 69.
22
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Guru
23
Sementara, untuk mengacu pada teori-teori tentang pendidikan memakai
kata pedagogik.24
Dalam buku yang ditulis oleh Jejen Musfah bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi pedagogik adalah:
“Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.25
Menurut Suyanto & Asep Jihad dalam bukunya yaitu “Kompetensi
pedagogik yang harus dikuasai guru meliputi pemahaman guru terhadap
siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.26
Lebih lanjut, dalam RPP tentang Guru dikemukakan bahwa: “Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2. Pemahaman terhadap peserta didik
3. Pengembangan kurikulum/silabus 4. Perancangan pembelajaran
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7. Evaluasi hasil belajar (EHB)
8. Pengambangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.27
Berdasarkan pengertian di atas yang dapat peneliti simpulkan
bahwa kompetensi pedagogik merupakan suatu kemampuan guru dalam
ilmu mengajar dan mendidik agar guru mampu mengelola baik itu
24
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h. 138.
25
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui pelatihan dan Sumber belajar teori dan praktik, (Jakarta: Prenada media group, 2012) cet. 2, h. 31.
26
Suyanto & Asep Jihad, Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global, (Jakarta: Erlangga Group, 2013), h. 41.
27
mengelola pembelajaran dan pengelolaan terhadap peserta didik serta
memahami setiap psikologi peserta didik karena setiap peserta didik
memiliki kemampuan yang berbeda.
b. Kompetensi Kepribadian
“Kompetensi kepribadian, yaitu Kemampuan Kepribadian yang: (a) berakhlak mulia; (b) mantap, stabil, dan dewasa; (c) arif dan bujaksana;
(d) menjadi teladan; (e) mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan diri; dan (g) religius”.28
Menurut Fachruddin Saudagar & Ali Idrus bahwa “Kompetensi
kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi
guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga
terpantul dalam perilaku sehari-hari”.29
“Kompetensi personal/kepribadian ini meliputi beberapa aspek, antara lain sebagai berikut.
1. Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa;
2. Berakhlak mulia;
3. Memiliki etos kerja yang tinggi;
4. Bersikap terbuka;
5. Memiliki jiwa memimpin;
6. Memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri;
7. Memiliki kemampuan mengembangkan diri; dan
8. Memiliki integritas kepribadian”.30
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup
kepribadian yang:
1. Beriman dan bertakwa;
2. Berakhlak mulia;
28
Musfah, Op. cid. h. 42.
29
Fachruddin Saudagar & Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011) cet. 3, h. 42.
30
3. dan bijaksana; 4. Demokrasi; 5. Mantap; 6. Berwibawa; 7. Stabil; 8. Dewasa; 9. Jujur; 10.Sportif;
Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; Secara
obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan mengembangkan diri secara
mandiri dan berkelanjutan. Dengan demikian, peneliti menyimpulkan
bahwa kompetensi kepribadian merupakan sesuatu yang sudah melekat
pada dirinya yang berkaitan dengan karakter, berkaitan dengan
kedewasaan seorang guru dan guru harus mampu menjadi panutan yang
baik bagi peserta didiknya karena kompetensi kepribadian tidak bisa
diajarkan di ruang kelas tetapi bagaimana guru mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari di semua lingkungan.
c. Kompetensi Sosial
“Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b)
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c)
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar”.31
Dari buku yang ditulis oleh Fachruddin Saudagar & Ali Idrus mengungkapkan “kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada
waktu membawakan tugasnya sebagai guru”.32
31
Musfah, Op. cid. h. 52-53.
32
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
1. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/ atau isyarat secara santun;
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan
5. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Dengan demikian, peneliti setuju bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat. Karena
guru yang baik adalah guru yang mampu berkomunikasi dengan baik.
Komunikasi dapat mempengaruhi interaksi dalam pembelajaran, mampu
memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran, serta menarik
minat siswa untuk menyimak penjelasan guru. Selain itu, kemampuan
seorang guru harus mampu membedakan bagaimana berkomunikasi
dengan sesama guru, pimpinan, tenaga kependidikan, peserta didik, orang
tua dan masyarakat. Karena guru adalah makhluk sosial yang harus
memberikan pengaruh positif bagi masyarakat baik masyarakat sekolah
maupun di luar lingkungan sekolah.
d. Kompetensi Profesional
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.33
“Kompetensi profesional adalah: Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep;
struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren
33
dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c)
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep
keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara
profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional”.34
Menurut Martinis Yamin bahwa “kemampuan profesional
mencakup:
1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan;
2. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan;
3. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa”.35
Menurut Sudarwan Danim, kompetensi profesional terdiri dari dua
ranah subkompetensi:
1. Menguasai substansi keilmuan terkait dengan bidang studi, memahami
materi ajar yang ada dalam kurikulum;
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.36
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ atau
seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan:
1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/ atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu; dan
2. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan
34
Musfah, Op. cid. h. 54.
35
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006) cet. 2, h. 22.
36
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/ atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu.37
Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi
profesional terkait dengan bagaimana penguasaan materi yang dimiliki
oleh guru, apabila guru tidak mampu menguasai materi pelajaran yang
akan diajarkan berarti guru tersebut tidak bisa dikatakan profesional.
Kompetensi profesional sangat erat kaitannya dengan profesi yang dalam
pelaksanaannya memerlukan syarat tertentu.
Maka dari itu, guru mempunyai kedudukan profesional yang salah
satu bentuk kompetensinya diukur melalui Uji Kompetensi Awal (UKA)
dan Uji Kompetensi Guru (UKG).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 5 tahun 2012 bahwa “Uji kompetensi awal adalah uji
kompetensi untuk menguji penguasaan guru terhadap kompetensi
profesional dan pedagogik, dan diperuntukkan bagi guru yang akan
mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan melalui pola pendidikan dan latihan profesi guru”. Pendidikan dan latihan profesi guru selanjutnya disebut PLPG adalah salah satu pola sertifikasi guru dalam jabatan yang
penilaiannya melalui pengamatan, uji kinerja, dan ujian lisan.38
Uji kompetensi awal dimaksudkan untuk meningkatkan dan
memastikan kesiapan guru dalam mengikuti pendidikan dan latihan profesi
guru (PLPG). Pelaksanaan uji kompetensi awal melibatkan berbagai
instansi antara lain BPSDMP dan PMP, LPTK, LPMP, dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.39
Sedangkan Uji Kompetensi Guru menurut Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2012 bahwa “Uji kompetensi guru yang selanjutnya disebut UKG adalah
37
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Guru
38
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2012 pasal 1 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan
39
pengujian terhadap penguasaan kompetensi profesional dan pedagogik
dalam ranah kognitif sebagai dasar penetapan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan dan bagian dari penilaian kinerja guru.
UKG dilakukan untuk pemetaan kompetensi dan sebagai dasar
kegiatan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dilakukan
secara periodik. Aspek yang diujikan dalam UKG adalah kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional dalam ranah kognitif.
Kompetensi pedagogik yang dimaksud adalah:
1. Mengenal karakterstik dan potensi peserta didik;
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif; 3. Menguasai perencanaan dan pengembangan kurikulum;
4. Menguasai langkah-langkah pembelajaran yang efektif; dan 5. Menguasai sistem, mekanisme, dan prosedur penilaian.
Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud adalah;
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu guru;
2. Menguasai metodologi keilmuan sesuai bidang tugas yang dibebankan kepada guru; dan
3. Menguasai hakikat profesi guru.40
UKG dilaksanakan melalui 2 (dua) cara yaitu:
1. Sistem online, atau
2. Sistem manual.
Persyaratan Uji Kompetensi Guru yaitu sebagai berikut:
1. Memiliki sertifikat pendidik;
2. Belum memasuki pensiun pada tahun 2012; 3. Masih aktif menjadi guru; dan
4. Yang belum bersertifikat pendidik, dengan syarat berstatus PNS atau guru tetap yayasan serta memiliki NUPTK.41
40
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2012 tentang Uji Kompetensi Guru.
41
3.
Performa Guru
Istilah kinerja terjemahan dari Performance. Karena istilah kinerja
juga sama dengan istilah performansi.42 Selanjutnya kata performance
berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan.
Performance berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja,
unjuk kerja atau penampilan kerja. 43
Menurut Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana mendefinisikan bahwa “kinerja terbentuk bilamana masing-masing struktur memiliki tanggung jawab dan memahami akan tugas dan kewajiban
masing-masing”.44Menurut Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, “kinerja adalah
perilaku seseorang yang membuahkan hasil kerja tertentu setelah
memenuhi sejumlah persyaratan”.45
Sementara itu, Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 14
Tahun 2005 pasal 1 Sistem Pendidikan Nasional tentang Guru dan Dosen
bahwa: “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.46
Dari pengertian di atas bahwa guru mempunyai tugas mendidik,
mengajar, membimbing dan melatih dengan memberikan penilaian dan
mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk itu, guru harus melaksanakan
proses pembelajaran yang baik, mengikuti perkembangan zaman baik itu
ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, dalam membimbing guru tidak
boleh mempunyai sikap yang diskriminatif terhadap peserta didik, serta
harus selalu menjunjung tinggi Undang-undang sebagai pedoman karena
42
Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Teori Kinerja dan Pengukurannya, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012) cet. 1, h. 62.
43
Barnawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan, Peningkatan & Penilaian, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet. 1, h. 11.
44
Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Guru Profesional, ( Bandung: Refika Aditama, 2012) cet. 1, h. 30.
45
Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 63.
46
guru tidak boleh sembarangan dalam mengajar, guru harus menjadi bibit
unggul sehingga perlu mengembangkan kualifikasinya serta
kompetensinya.
Oleh karena itu, “kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan
tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah
ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan
pendidikan”. 47
Dalam bukunya Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, “menyatakan bahwa kinerja guru erat kaitannya dengan peningkatan pemberdayaan guru tersebut di mana guru harus dapat mengkritisi
kurikulum secara mandiri, dapat mengelola kelas dan ajarnya serta dapat meningkatkan cara mengajarnya secara efisien”.48
Menurut Jamil Suprihatiningrum bahwa “kinerja guru merupakan faktor yang paling penting menentukan kualitas pembelajaran. Dengan
demikian, peningkatan mutu pendidikan, kualitas kinerja guru perlu
mendapatkan perhatian utama dalam penetapan kebijakan”.49
Dari beberapa pendapat ahli di atas, saya setuju bahwa performa
guru merupakan penampilan guru di sekolah dalam rangka memberikan
pembelajaran agar guru memiliki prestasi yang baik sehingga guru perlu
meningkatkan kompetensi dan kualifikasi akademiknya agar dapat
memberikan penampilan terbaiknya kepada peserta didik.
4.
Tujuan Penilaian/Evaluasi Performa Guru
Penilaian kinerja guru adalah proses pengukuran setiap butir
kegiatan tugas utama guru yang dilakukan melalui uji kompetensi dan
47
Barnawi & Mohammad, Op. cid. h. 14
48
Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Op. Cid. h. 32.
49
observasi.50 Penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan
tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan
jabatannya.51 Setiap penilaian mempunyai alat ukur yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana hasil yang ingin dicapai.
Untuk mengetahui bagaimana hasil dari performansi maka
diperlukan evaluasi. Dari buku Hamzah B. Uno bahwa “ evaluasi kinerja
(appraisal of performance) adalah proses yang mengukur kinerja
seseorang”. 52
Dalam kegiatan/proses pengukuran, tentunya sudah
mempertimbangkan sasaran, standar, dan kriteria/indikator yang telah
ditetapkan.
Menurut Hamzah B.Uno & Nina Lamatenggo bahwa “ tujuan
evaluasi kinerja adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dan
valid mengenai kinerja seseorang dalam kurun waktu tertentu, pada suatu lembaga demi peningkatan nasib atau kesejahteraan mereka”.53
Dari buku Barnawi & Mohammad Arifin “menyebutkan bahwa
tujuan penilaian kinerja adalah.
1. Pengembangan profesi dan karier guru; 2. Pengambilan kebijaksanaan per sekolah; 3. Cara meningkatkan kinerja guru;
4. Penugasan yang lebih sesuai dengan karier guru;
5. Mengidentifikasi potensi guru untuk program in-service training; 6. Jasa bimbingan dan penyuluhan terhadap kinerja guru yang
mempunyai masalah kinerja;
7. Penyempurnaan manajemen sekolah;
8. Penyediaan informasi untuk sekolah serta penugasan-penugasan”.54
Penilaian kinerja banyak digunakan di Great Britian adalah untuk:
1. Meningkatkan kinerja;
2. Menetapkan tujuan organisasi;
3. Mengidentifikasi pelatihan dan kebutuhan pengembangan.55
50
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2012 tentang Uji Kompetensi Guru
51
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Pedoman Uji Kompetensi Guru, 2012.
52
Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 87.
53
Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 89.
54
Dari pendapat di atas, ada asumsi peneliti bahwa penelitian ini
melakukan penilaian agar mendapatkan kebenaran dari apa yang
diasumsikan. Karena kita tidak bisa menilai sesuatu tanpa ada bukti
kebenaran. Sedangkan kebenaran itu diperoleh melalui penilaian dari
observasi atau penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
5.
Manfaat Penilaian Performa Guru
Dalam buku yang ditulis oleh Hamzah B.Uno & Nina Lamatenggo,
bahwa:
“Manfaat kinerja ialah untuk meningkatkan pelaksanaan individu dan unit kerja, komunikasi yang lebih baik, hubungan yang lebih efektif,
identifikasi kekuatan-kekuatan dan kelemahan, penemuan masalah yang
ada dan potensial, identifikasi kebutuhan akan pelatihan dan
pengembangan, penjernihan kerja, peran, dan meningkatkan kesempatan
untuk mengungkapkan pandangan”.56
Manfaat penilaian kerja bagi semua pihak adalah agar mereka
mengetahui manfaat yang dapat mereka harapkan. Seperti untuk
pengembangan perencanaan untuk meningkatkan kinerja dengan
membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin.57
Selain itu, dalam buku Barnawi & mohammad Arifin mengemukakan bahwa “ manfaat dari adanya penilaian kinerja guru sebagai berikut.
1. Pengembangan staf melalui in-service training; 2. Pengembangan karier melalui in service training; 3. Hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin; 4. Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi;
5. Hubungan produktif antara penilaian dengan perencanaan dengan pengembangan sekolah;
6. Kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa;
55
Veithzal Rivai, dkk. Performance Aprraisal Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 4, h. 50.
56
Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 89.
57
7. Peningkatan moral dan efisiensi sekolah”.58
Dengan demikian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penilaian
digunakan sebagai pedoman untuk guru supaya mampu melihat sejauh
mana kemampuannya. Penilaian dimaksudkan agar guru memahami
apakah implikasi dari penilaian supaya guru menerima apa saja
kekurangannya sehingga perlu diperhatikan dan perlu melakukan
perbaikan, sedangkan kelebihan yang sudah ada perlu dikembangkan terus
menerus supaya mampu menghasilkan pembelajaran yang efektif, siswa
belajar dengan tenang karena guru telah menguasai
kompetensi-kompetensi yang wajib guru miliki.
B.
Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita
Mariyana, yang berjudul ”Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-Kanak (Studi Deskriptif Terhadap Guru TK di Kota
Bandung)”. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil kompetensi guru secara keseluruhan yaitu “kompetensi pedagogik sebesar 23.31%, kompetensi profesional sebesar 29.80%, kompetensi kepribadian sebesar 24.61%, dan
kompetensi sosial sebesar 22.29%”.59
Selain itu, penelitian dari Syamsul Bahri dengan judul penelitian
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru SD di Dataran Tinggi Moncong
Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan disimpulkan bahwa “kinerja
guru SD di Dataran Tinggi Moncong Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi
Selatan termasuk dalam kategori baik (rerata = 100,93 dari skor
maksimum 124). Kemampuan mengajar guru dalam kategori kurang
(rerata = 86,11 dari skor maksimum 144); persepsi tentang lingkungan
kerja dalam kategori baik (rerata = 71,18 dari skor maksimum 108); dan
58
Barnawi & Muhammad, Op. cid. h. 41.
59
motivasi kerja dalam kategori sangat baik (rerata 78,05 dari skor
maksimum 96).60
C.
Kerangka Berpikir
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Peneliti berasumsi bahwa guru harus mempunyai tingkat kesadaran
dan tanggung jawab yang tinggi untuk mewujudkan makna pendidikan di
atas, apabila guru tidak memiliki kesadaran dan tanggung jawab sebagai
guru sebagaimana mestinya, bagaimana tujuan pendidikan akan tercapai.
Sedangkan peserta didik membutuhkan guru yang profesional yang
mampu mencetak output atau lulusan yang berkualitas.
Guru juga merupakan seseorang yang harusnya mempunyai
panggilan jiwa, tidak semata-mata memandang profesi sebuah tempat
untuk mencari penghasilan tetapi bagaimana guru mampu menyayangi
peserta didiknya agar semua peserta didik mendapatkan perlakuan yang
sama, dibimbing, dididik, agar mereka memiliki karakter baik sebagai
generasi penerus yang dicetak dari sekolah sehingga kebaikan guru akan
menjadikan mereka (Guru) sebagai suri tauladan dan mampu memperbaiki
nilai pendidikan menjadi berkualitas.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
60
Sebagai guru profesional, Undang-undang Sisdiknas telah
mewajibkan guru untuk memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Idealnya bahwa keempat
kompetensi tersebut mampu meningkatkan performa guru dalam dunia
pendidikan.
Saya sangat setuju bahwa memang seorag guru harus memiliki ke
empat kompetensi tersebut. Karena pertama, kompetensi profesional
terkait dengan bagaimana guru mempunyai kemampuan dalam bidang
keilmuan yang sudah jelas diukur dengan hasil akhir adalah nilai
kuantitatif yang bersifat kognitif. Sedangkan ketiga kompetensi seperti
pedagogik, sosial, dan kepribadian adalah kompetensi yang bersifat
nonkognitif atau bisa disebut sebagai kemampuan yang berbasis pada
karakter. Ketiga kompetensi ini yang memang sulit sekali dimiliki oleh
seorang guru, karena pada dasarnya pendidikan kita sudah membiasakan
pada sebuah hasil yang diukur dengan Ujian Nasional (UN) yang mana
guru terlena hanya memberikan pengajaran yang berbasis pada hasil yang
bersifat kuantitatif sehingga tidak sadar bahwa proses lah yang sebenarnya
penting untuk ditanamkan oleh peserta didik.
Proses pembelajaran memberikan peranan penting bagi guru untuk
memberikan pembiasaan diri agar siswa diajarkan bagaimana mempunyai
karakter yang baik seperti misalnya bertanggung jawab, peduli dengan
lingkungan, menghormati orang lain, sopan santun, rasa ingin tahu,
kegigihan dan sebagainya akan mengantarkan mereka (Peserta Didik) pada
keberhasilan dalam pendidikan.
Kedua, bahwa ke empat kompetensi guru tersebut dinilai mampu
meningkatkan kualitas guru apabila kompetensi profesional, pedagogik,
sosial dan kepribadian dikolaborasikan dan ditanamkan dengan baik
sehingga hasilnya akan efektif seperti misalnya pengetahuan
membutuhkan karakter begitu juga sebaliknya bahwa karakter juga
membutuhkan pengetahuan agar mampu mengendalikan diri mana yang
dengan nilai edukasi supaya peserta didik memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Di latar belakang masalah dijelaskan bahwa kompetensi guru
masih dikatakan belum memenuhi standar karena rerata hasil Uji
Kompetensi Guru (UKG) dan Uji Kompetensi Awal (UKA) adalah 4,
sedangkan untuk hasil UKG nilai rerata tertinggi adalah 51,03. Saya
berasumsi bahwa hal ini terjadi karena bisa jadi guru tersebut saat
mengikuti Uji Kompetensi Awal (UKA) dan Uji Kompetensi Guru (UKG)
tidak mempersiapkan diri untuk belajar. Jelas bahwa kebanyakan guru
memang sudah memiliki keluarga sehingga mereka sulit untuk membagi
waktu antara sekolah dan kehidupan sehari-hari di keluarga.
Selanjutnya, bisa jadi guru malas untuk belajar karena mungkin
UKA & UKG memiliki bobot soal yang dianggap mudah untuk dikerjakan
atau bisa jadi juga bahwa komputer yang digunakan mengalami hambatan
dan atau guru tersebut tidak tahu cara menggunakan komputer.
Dengan demikian, kerangka berpikir ini membutuhkan penelitian
yang relevan untuk menjawab asumsi-asumsi di atas, dan mencari tahu
apakah guru yang UKA dan UKG nya rendah belum menguasai ke empat
kompetensi tersebut. Maka dari itu, keempat kompetensi tersebut penting
sekali untuk diterapkan dalam pendidikan supaya penampilan guru
menjadi unggul dan mampu menerapkan kepada peserta didik agar mereka
26
Lokasi penelitian adalah SMK PUSTEK Serpong di Jl. Raya
Serpong No 17 Kel. Pondok Jagung (samping WTC Matahari) Serpong
Utara kota Tangerang Selatan Propinsi Banten.
Waktu penelitian yang dibutuhkan secara keseluruhan dari mulai
proses perencanaan hingga pengumpulan data ± 1 bulan yaitu dari bulan
agustus sampai dengan September.
B.
Jenis Penelitian
Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan mencapai hasil
yang maksimal supaya dapat dipertanggungjawabkan maka dalam
penelitian ini digunakan metode penelitian. Metode yang dianggap tepat
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Penelitian
deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang mengggambarkan keadaan
yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti dan dibandingkan
dengan teori yang sesuai dengan masalah penelitian. Ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif
partisipan.61
Metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif untuk
mendeskripsikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang secara alami
dan nyata terjadi dilingkungan objek penelitian. Peneliti berharap, melalui
pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini mampu
mencapai tujuannya yakni menjelaskan kompetensi guru.
61
C.
Prosedur Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan prosedur
pengumpulan data seperti:
1. Angket
Merupakan sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau
direspon oleh responden.62 Responden dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, pengawas, yayasan dan siswa. Bentuk angket yang diberikan
adalah angket langsung yang bersifat tertutup dengan alternatif-alternatif
jawaban yang telah tersedia. Jumlah angket yang diberikan kepada
responden sebanyak 101 angket dari 583 siswa kelas XII, dan 3 angket
untuk masing-masing individu diberikan kepada kepala sekolah, yayasan,
dan pengawas sekolah.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
dengan guru SMK PUSTEK. Jumlah guru yang diwawancarai yaitu 12
orang guru yang mewakili jumlah guru keseluruhan.
3. Studi Dokumenter
Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.63 Dokumen
ini berupa data hasil wawancara dengan guru SMK PUSTEK.
D.
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini digunakan sebagai pedoman wawancara,
namun peneliti tidak menentukan urutan pertanyaan yang ketat,
62
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 8, h. 219.
63
pertanyaan akan dikembangkan sesuai dengan jawaban yang diberikan
[image:42.595.122.517.166.756.2]subjek peneliti.
Tabel 3.1 Kompetensi guru
No Ranah Kompetensi
1 Pedagogik 2 Kepribadian 3 Sosial 4 Professional
Total
Tabel 3.2 Standar Kompetensi Guru SMA/SMK
No Kompetensi Inti Guru
Indikator Pertanyaan
Kompetensi Pedagogik 1 Menguasai
karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
a. Memahami
karakteristik siswa yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya
b. Mengidentifikasi potensi siswa dalam mata pelajaran yang diampu.
c. Mengidentifikasi bekal-ajar awal siswa dalam mata pelajaran yang diampu
d. Mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran yang diampu.
2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
a. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip
dengan mata pelajaran yang diampu
b. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.
3 Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu
a. Memahami prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum
b. Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu
c. Menentukan
pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu
d. Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran
e. Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik siswa f. Mengembangkan
indikator dan instrumen penilaian 4 Menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik
a. Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik
pembelajaran
c. Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan d. Melaksanakan
pembelajaran yang mendidk di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memerhatikan
standar keamanan yang dipersyaratkan e. Menggunakan media
pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh
f. Mengambil keputusan
transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang
5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
a. Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pmbelajaran yang diampu
6 Memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
a. Menyediakan
berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong siswa mencapai secara optimal
b. Menyediakan
mengaktualisasikan potensi siswa, termasuk
kreativitasnya 7 Menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
a. Memahami prinsip-prinsip penialain dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu
b. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu
c. Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
d. Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar e. Mengidentifikasi
penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrument f. Menganalisis hasil
penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan g. Melakukan evaluasi
proses dan hasil belajar
8 Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
a. Menggunakan
informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan
b. Menggunakan
informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.
c. Mengomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku
kepentingan. d. Memanfaatkan
informasi hasil penelitian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. 9. Melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
a. Melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan. b. Memanfaatkan hasil
untuk perbaikan dan pengembangan
pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
Kompetensi Kepribadian 10
.
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
a. Menghargai siswa tanpa membedakan keyakinan yang di anut, suku, adat-istiadat, daerah, asal, dan gender.
yang di anut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
11 .
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia. Dan teladan bagi
siswa dan
mayarakat.
a. Berprilaku jujur, tegas, dan manusiawi. b. Berprilaku yang
mencerminkan
ketakwaan dan akhlak mulia.
c. Berprilaku yang dapat diteladani oleh siswa dan anggota masyarakat di sekitarnya.
12 .
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil. b. Menampilakan diri
sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
13 .
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
a. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. b. Bangga menjadi guru
dan percaya pada diri sendiri.
c. Bekerja mandiri secara profesional. Kompetensi Sosial
14 .
Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tindak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
a. Bersikap inklusif dan objektif terhadap siswa, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan
pembelajaran.
b. Tidak bersikap diskriminatif
lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
15 .
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
a. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif. b. Berkomunikasi
dengan orang tua siswa dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan siswa. c. Mengikutsertakan
orang tua siswa dan masyarakat dalam program
pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.
16 .
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
a. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan
efektivitas sebagai pendidik.
b. Melaksanakan
berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.
Kompetensi Profesional
. struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
18 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
a. Memilih materi pelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa. b. Mengolah materi
pelajaran yang diampu secara kretaif sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
kompetensi di atas, digunakan sebagai kisi-kisi dalam melakukan
wawancara. Dengan demikian, transkip hasil wawancara yang diambil dari
beberapa indikator di atas, akan menjadi bagian dari lampiran skripsi.
E.
Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Data hasil wawancara dan angket akan dilakukan pemeriksaan
untuk memperoleh keabsahan data sehingga meminimalisir terjadinya
kesalahan.
F.
Analisis Data
Dalam menganalisis data penelitian, penulis menyesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yakni sesuai dengan jenis
data yang dikumpulkan. Analisis data dimulai dengan pengolahan data
mentah dan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Melakukan pengecekan terhadap pengisian angket mengenai
kelengkapan, kejelasan, dan kebenaran pengisian angket tersebut agar
2. Skoring
Pemberian skor dilakukan dengan memperhatikan data yang ada.
Kriteria skor yaitu sebagai berikut.
No Alternatif Jawaban Skor
1 2 3 4 Sangat efektif Efektif Cukup efektif Kurang efektif 4 3 2 1 3. Tabulating
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif. Data yang dikumpulkan dikualifikasikan ke dalam
angka-angka sehingga data berbentuk kuantitatif yang kemudian dapat
dideskripsikan. Data dalam penelitian ini menggunakan nilai rata-rata.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
37
HASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi SMK PUSTEK
1.
Profil SMK PUSTEK
SMK PUSTEK berdiri pada tahun ajaran 1999/2000, berlokasi di
Jalan Raya Serpong No.17 Kelurahan Pondok Jagung (Samping WTC
Matahari) Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan Propinsi
Banten. Kepala sekolah pertama yaitu Drs. Sudirman yang bertugas dari
tahun 1999 s.d 2002. Kedua yaitu Drs. H. Mathodah S.,M.Si yang bertugas
dari tahun 2003 s.d sekarang.
Kompetensi keahlian yang ada di SMK PUSTEK hingga saat ini
adalah :
1. Teknik Pemesinan
2. Teknik Kendaraan Ringan/Otomotif
3. Akuntansi
4. Administrasi Perkantoran
5. Teknik Komputer dan Jaringan
[image:51.595.121.516.215.717.2]6. Multimedia
Tabel 4.1
Data Akreditasi Kompetensi Keahlian
Kompetensi Keahlian Akreditasi Tahun diakreditasi
1. TEKNIK PEMESINAN B 2005
2. TEKNIK KENDARAAN RINGAN /
OTOMOTIF A 2005
3. TEKNIK KOMPUTER JARINGAN A 2009
4. MULTIMEDIA -
5. ADMINISTRASI PERKANTORAN B 2005
Untuk mencapai akreditasi A diperlukan kurikulum kompetensi
keahlian yang sesuai dengan kebutuhan, guru yang profesional dalam
mengajar, memiliki kerja keras, tanggung jawab terhadap profesinya dan
memiliki inovasi dalam merancang kegiatan belajar-mengajar. Kurikulum
[image:52.595.123.517.212.589.2]yang di terapkan di SMK PUSTEK adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2
Kurikulum yang Digunakan
Kurikulum yang digunakan
Tk.1 Tk.2 Tk.3
2013 KTSP KTSP
2013 KTSP KTSP
2013 KTSP KTSP
2013 KTSP KTSP
2013 KTSP KTSP
Dilihat dari tabel di atas, kelas X telah menerapkan kurikulum
2013 sebagai pengganti dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
sedangkan untuk kelas XI dan XII masih menggunakan kurikulum lama
yaitu KTSP. SMK PUSTEK memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah.
Berikut ini merupakan penjabaran mengenai visi, misi, dan tujuan SMK
PUSTEK.
VISI SMK PUSTEK
“Terwujudnya SMK PUSTEK sebagai lembaga diklat kejuaraan yang berorientasi pada pasar kerja, dengan Standar Nasional menuju Standar Internasional”.
MISI SMK PUSTEK
1. Mengembangkan sistem pendidikan pada SMK PUSTEK yang
2. Mengembangkan sistem pendidikan pada SMK PUSTEK yang
terintegrasi, berwawasan mutu dan keunggulan sesuai tuntutan pasar
kerja;
3. Memberikan pelayanan prima dalam pemberdayaan sekolah dan
masyarakat;
4. Mengembangkan iklim belajar yang berwawasan global yang
berakar pada norma agama, dan nilai budaya bangsa Indonesia.
TUJUAN SMK PUSTEK
Mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang berpotensi untuk
mencetak SDM yang berkualitas dengan kompetensi yang handal.
MOTTO SMK PUSTEK
1. Kokoh dalam IMTAQ, sinergi dengan IPTEK
2. 3 S (Salam, Senyum, Sapa).64
Untuk menjadi SMK yang sesuai dengan visi, misi, tujuan, serta
motto di atas, diperlukan SDM yang kompeten di bidangnya dalam
pengetahuan, sikap yang disiplin, sosialisasi yang baik serta pengelolaan
yang sesuai. SDM yang perlu mendapat perhatian adalah guru sebab guru
yang memberikan pembelajaran dalam kegiatan belajar-mengajar kepada
[image:53.595.119.516.100.757.2]peserta didik.
Tabel 4. 3
Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan PUSTEK Serpong Kota
Tangerang Selatan Propinsi Banten Tahun Pelajaran 2013/2014
No. JABATAN NAMA
1 Kepala Sekolah Drs. H. Mathodah S., M.Si
2 Koordinator Pengendalian Mutu
Pembelajaran Drs. Ade Ma’mun R., M.MPd
64
3 Wakil Kepala Sekolah Ir. Harmen Latief., M.MPd 4 PKS. Sarana Prasarana H. Rusli, S.Sos
5 PKS. Kurikulum
1. Saiful Andhi, ST 2. Peni Herawati, S.Pd.,
M.MPd
3. Nuraeni, S.Sos
6 Ka. Prog Adaptif & Normatif 1. Drs. Solikhin Rais 2. Drs. Samya Perjana
7 PKS. Kesiswaan Ridwan, SE
8 PKS, BP/BK Danang SN, S.Pd
9 Staf BP/BK dan Piket Nahrawi
10 PKS. Pembina OSIS Herdi Supriyadi, S.Pd
11 PKS HUMAS/HUBIN 1. Endah Nopitasari 2. Dewi Susinawati, S.Pd 12 Ka. Prog Pemesinan Dedi Ediono, S.Pd
13 Ka. Beng Pemesinan Darja H
14 Ka. Prog TKR/Otomotif Achmad Iwa Istiwa, ST 15 Ka. Beng TKR/Otomotif Hermansyah, A.Md 16 MR. TKR/Otomotif Mat Sarifudin
17 Ka. Prog TKJ Sumiyadi, SE
18 Ka. Laboratorium Komputer Indrawan AF, S.Kom 19 Ka. Program MM Drs. H. Karwandi 20 MR. TKJ/Assembling Anita Triana, A.Md 21 MR. MM/Assembling Sahroni
22 Ka. Prog Bisnis dan Menejemen Dra. Titik Asmiati 23 Ka. Lab Bisnis dan Manajemen Sufira Wahyuni 24 Ka. Tata Usaha/Ur. Adm
Keuangan
Masri, SE
25 Staf Ur. Adm Umum Yoyoh Nuryeti
26 Staf Ur. Piket dan Siswa 1. Jaswari
2. Rohani Apriyanty 27 Staf Umum Tata Usaha Erwin Sahreja
Tabel di atas menunjukkan manajemen sekolah dari SMK
PUSTEK yang memiliki tugas masing-masing. Tim manajemen sekolah
ada yang merangkap sebagai guru kecuali Kepala Sekolah, Koordinator
Pengendalian Mutu Pembelajaran, Wakil Kepala Sekolah, PKS Sarana dan
Prasarana, Staf Ur. Piket dan Siswa, Staf Ur. Adm Umum, serta Staf Tata
[image:54.595.123.517.109.611.2]Tabel 4.4
Data Jumlah Siswa
No Kompetensi Keahlian
Tingkat I Tingkat II Tingkat III
Total Jenis
Kelamin Jum lah
Jenis
Kelamin Jum lah
Jenis
Kelamin Jum lah
L P L P L P
1 T.P 102
102 121 121 96 96 319
2 T.K.R 111 1 112 82 82 95 95 289
3 T.K.J 139 25 164 107 45 152 115 30 145 461 4 Multimedia 90 61 151 57 44 101 46 45 91 343
5 Akuntansi 7 56 63 6 52 58 2 42 44 165
6 A.P 90 90 79 79 112 112 281
449 233 682 373 220 593 354 229 583 1,858
Tabel di atas menunjukkan data siswa dari kelas XII, XI, dan X.
tabel di atas menunjukkan peningkatan jumlah siswa yaitu kelas XII
berjumlah 583, kelas XI berjumlah 593 dan kelas X berjumlah 682.
Tabel 4.5
Keadaan Ketenagaan SMK PUSTEK
No. Jabatan PNS GBS TKK Jumlah
1. Kepala Sekolah 1
2. Guru 20 85 105
3. Karyawan 35 35
JUMLAH 141
Tabel 4.5 menunjukkan jumlah ketenagaan SMK PUSTEK, dari
105 guru yang ada di sekolah ini terdapat 20 guru yang sudah menjadi
PNS. Hal ini menunjukkan bahwa SMK PUSTEK memiliki SDM yang
baik, sehingga Kepala Sekolah harus terus memberikan motivasi bagi
guru-guru untuk selalu meningkatkan kompetensinya baik melalui
Tabel 4.6
Keadaan Sarana dan Prasarana SMK PUSTEK
Komponen Ukuran Luas m2
Tanah
Ruang Kelas @ 51Kelas 2 Shift Ruang Kepala Sekolah
Ruang Gudang Ruang KM/WC Ruang Serba Guna Ruang Lab Komputer Ruang Perpustakaan Ruang Tata Usaha