• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istilah kinerja terjemahan dari Performance. Karena istilah kinerja juga sama dengan istilah performansi.42 Selanjutnya kata performance berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Performance berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja. 43

Menurut Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana mendefinisikan bahwa “kinerja terbentuk bilamana masing-masing struktur memiliki tanggung jawab dan memahami akan tugas dan kewajiban masing-masing”.44Menurut Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, “kinerja adalah perilaku seseorang yang membuahkan hasil kerja tertentu setelah memenuhi sejumlah persyaratan”.45

Sementara itu, Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 pasal 1 Sistem Pendidikan Nasional tentang Guru dan Dosen bahwa: “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.46

Dari pengertian di atas bahwa guru mempunyai tugas mendidik, mengajar, membimbing dan melatih dengan memberikan penilaian dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk itu, guru harus melaksanakan proses pembelajaran yang baik, mengikuti perkembangan zaman baik itu ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, dalam membimbing guru tidak boleh mempunyai sikap yang diskriminatif terhadap peserta didik, serta harus selalu menjunjung tinggi Undang-undang sebagai pedoman karena

42

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Teori Kinerja dan Pengukurannya, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012) cet. 1, h. 62.

43

Barnawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan, Peningkatan & Penilaian, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet. 1, h. 11.

44

Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Guru Profesional, ( Bandung: Refika Aditama, 2012) cet. 1, h. 30.

45

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 63. 46

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan,2006, h. 83.

guru tidak boleh sembarangan dalam mengajar, guru harus menjadi bibit unggul sehingga perlu mengembangkan kualifikasinya serta kompetensinya.

Oleh karena itu, “kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan”. 47

Dalam bukunya Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, “menyatakan bahwa kinerja guru erat kaitannya dengan peningkatan pemberdayaan guru tersebut di mana guru harus dapat mengkritisi kurikulum secara mandiri, dapat mengelola kelas dan ajarnya serta dapat meningkatkan cara mengajarnya secara efisien”.48

Menurut Jamil Suprihatiningrum bahwa “kinerja guru merupakan faktor yang paling penting menentukan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, peningkatan mutu pendidikan, kualitas kinerja guru perlu mendapatkan perhatian utama dalam penetapan kebijakan”.49

Dari beberapa pendapat ahli di atas, saya setuju bahwa performa guru merupakan penampilan guru di sekolah dalam rangka memberikan pembelajaran agar guru memiliki prestasi yang baik sehingga guru perlu meningkatkan kompetensi dan kualifikasi akademiknya agar dapat memberikan penampilan terbaiknya kepada peserta didik.

4. Tujuan Penilaian/Evaluasi Performa Guru

Penilaian kinerja guru adalah proses pengukuran setiap butir kegiatan tugas utama guru yang dilakukan melalui uji kompetensi dan

47

Barnawi & Mohammad, Op. cid. h. 14 48

Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Op. Cid. h. 32. 49

Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesioanl Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) cet. 1, h. 39.

observasi.50 Penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya.51 Setiap penilaian mempunyai alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang ingin dicapai.

Untuk mengetahui bagaimana hasil dari performansi maka diperlukan evaluasi. Dari buku Hamzah B. Uno bahwa “ evaluasi kinerja (appraisal of performance) adalah proses yang mengukur kinerja seseorang”. 52

Dalam kegiatan/proses pengukuran, tentunya sudah mempertimbangkan sasaran, standar, dan kriteria/indikator yang telah ditetapkan.

Menurut Hamzah B.Uno & Nina Lamatenggo bahwa “ tujuan evaluasi kinerja adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dan valid mengenai kinerja seseorang dalam kurun waktu tertentu, pada suatu lembaga demi peningkatan nasib atau kesejahteraan mereka”.53

Dari buku Barnawi & Mohammad Arifin “menyebutkan bahwa tujuan penilaian kinerja adalah.

1. Pengembangan profesi dan karier guru; 2. Pengambilan kebijaksanaan per sekolah; 3. Cara meningkatkan kinerja guru;

4. Penugasan yang lebih sesuai dengan karier guru;

5. Mengidentifikasi potensi guru untuk program in-service training; 6. Jasa bimbingan dan penyuluhan terhadap kinerja guru yang

mempunyai masalah kinerja;

7. Penyempurnaan manajemen sekolah;

8. Penyediaan informasi untuk sekolah serta penugasan-penugasan”.54

Penilaian kinerja banyak digunakan di Great Britian adalah untuk: 1. Meningkatkan kinerja;

2. Menetapkan tujuan organisasi;

3. Mengidentifikasi pelatihan dan kebutuhan pengembangan.55

50

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2012 tentang Uji Kompetensi Guru

51

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Pedoman Uji Kompetensi Guru, 2012.

52

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 87. 53

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 89. 54

Dari pendapat di atas, ada asumsi peneliti bahwa penelitian ini melakukan penilaian agar mendapatkan kebenaran dari apa yang diasumsikan. Karena kita tidak bisa menilai sesuatu tanpa ada bukti kebenaran. Sedangkan kebenaran itu diperoleh melalui penilaian dari observasi atau penelitian berdasarkan data yang diperoleh.

5. Manfaat Penilaian Performa Guru

Dalam buku yang ditulis oleh Hamzah B.Uno & Nina Lamatenggo, bahwa:

“Manfaat kinerja ialah untuk meningkatkan pelaksanaan individu dan unit kerja, komunikasi yang lebih baik, hubungan yang lebih efektif, identifikasi kekuatan-kekuatan dan kelemahan, penemuan masalah yang ada dan potensial, identifikasi kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan, penjernihan kerja, peran, dan meningkatkan kesempatan untuk mengungkapkan pandangan”.56

Manfaat penilaian kerja bagi semua pihak adalah agar mereka mengetahui manfaat yang dapat mereka harapkan. Seperti untuk pengembangan perencanaan untuk meningkatkan kinerja dengan membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin.57 Selain itu, dalam buku Barnawi & mohammad Arifin mengemukakan bahwa “ manfaat dari adanya penilaian kinerja guru sebagai berikut.

1. Pengembangan staf melalui in-service training; 2. Pengembangan karier melalui in service training; 3. Hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin; 4. Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi;

5. Hubungan produktif antara penilaian dengan perencanaan dengan pengembangan sekolah;

6. Kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa;

55

Veithzal Rivai, dkk. Performance Aprraisal Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 4, h. 50.

56

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 89. 57

7. Peningkatan moral dan efisiensi sekolah”.58

Dengan demikian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penilaian digunakan sebagai pedoman untuk guru supaya mampu melihat sejauh mana kemampuannya. Penilaian dimaksudkan agar guru memahami apakah implikasi dari penilaian supaya guru menerima apa saja kekurangannya sehingga perlu diperhatikan dan perlu melakukan perbaikan, sedangkan kelebihan yang sudah ada perlu dikembangkan terus menerus supaya mampu menghasilkan pembelajaran yang efektif, siswa belajar dengan tenang karena guru telah menguasai kompetensi-kompetensi yang wajib guru miliki.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita

Mariyana, yang berjudul ”Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-Kanak (Studi Deskriptif Terhadap Guru TK di Kota Bandung)”. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil kompetensi guru secara keseluruhan yaitu “kompetensi pedagogik sebesar 23.31%, kompetensi profesional sebesar 29.80%, kompetensi kepribadian sebesar 24.61%, dan kompetensi sosial sebesar 22.29%”.59

Selain itu, penelitian dari Syamsul Bahri dengan judul penelitian Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru SD di Dataran Tinggi Moncong Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan disimpulkan bahwa “kinerja guru SD di Dataran Tinggi Moncong Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan termasuk dalam kategori baik (rerata = 100,93 dari skor maksimum 124). Kemampuan mengajar guru dalam kategori kurang (rerata = 86,11 dari skor maksimum 144); persepsi tentang lingkungan kerja dalam kategori baik (rerata = 71,18 dari skor maksimum 108); dan

58

Barnawi & Muhammad, Op. cid. h. 41. 59

Rita Mariyana, Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-Kanak (Studi Deskriptif Terhadap Guru TK di Kota Bandung), h. 13.

motivasi kerja dalam kategori sangat baik (rerata 78,05 dari skor maksimum 96).60

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Peneliti berasumsi bahwa guru harus mempunyai tingkat kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi untuk mewujudkan makna pendidikan di atas, apabila guru tidak memiliki kesadaran dan tanggung jawab sebagai guru sebagaimana mestinya, bagaimana tujuan pendidikan akan tercapai. Sedangkan peserta didik membutuhkan guru yang profesional yang mampu mencetak output atau lulusan yang berkualitas.

Guru juga merupakan seseorang yang harusnya mempunyai panggilan jiwa, tidak semata-mata memandang profesi sebuah tempat untuk mencari penghasilan tetapi bagaimana guru mampu menyayangi peserta didiknya agar semua peserta didik mendapatkan perlakuan yang sama, dibimbing, dididik, agar mereka memiliki karakter baik sebagai generasi penerus yang dicetak dari sekolah sehingga kebaikan guru akan menjadikan mereka (Guru) sebagai suri tauladan dan mampu memperbaiki nilai pendidikan menjadi berkualitas.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

60

Syamsul Bahri, Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru SD di Dataran Tinggi Moncong Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan, Jurnal Meditek Vol. 3, 2011, h. 9.

Sebagai guru profesional, Undang-undang Sisdiknas telah mewajibkan guru untuk memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Idealnya bahwa keempat kompetensi tersebut mampu meningkatkan performa guru dalam dunia pendidikan.

Saya sangat setuju bahwa memang seorag guru harus memiliki ke empat kompetensi tersebut. Karena pertama, kompetensi profesional terkait dengan bagaimana guru mempunyai kemampuan dalam bidang keilmuan yang sudah jelas diukur dengan hasil akhir adalah nilai kuantitatif yang bersifat kognitif. Sedangkan ketiga kompetensi seperti pedagogik, sosial, dan kepribadian adalah kompetensi yang bersifat nonkognitif atau bisa disebut sebagai kemampuan yang berbasis pada karakter. Ketiga kompetensi ini yang memang sulit sekali dimiliki oleh seorang guru, karena pada dasarnya pendidikan kita sudah membiasakan pada sebuah hasil yang diukur dengan Ujian Nasional (UN) yang mana guru terlena hanya memberikan pengajaran yang berbasis pada hasil yang bersifat kuantitatif sehingga tidak sadar bahwa proses lah yang sebenarnya penting untuk ditanamkan oleh peserta didik.

Proses pembelajaran memberikan peranan penting bagi guru untuk memberikan pembiasaan diri agar siswa diajarkan bagaimana mempunyai karakter yang baik seperti misalnya bertanggung jawab, peduli dengan lingkungan, menghormati orang lain, sopan santun, rasa ingin tahu, kegigihan dan sebagainya akan mengantarkan mereka (Peserta Didik) pada keberhasilan dalam pendidikan.

Kedua, bahwa ke empat kompetensi guru tersebut dinilai mampu meningkatkan kualitas guru apabila kompetensi profesional, pedagogik, sosial dan kepribadian dikolaborasikan dan ditanamkan dengan baik sehingga hasilnya akan efektif seperti misalnya pengetahuan membutuhkan karakter begitu juga sebaliknya bahwa karakter juga membutuhkan pengetahuan agar mampu mengendalikan diri mana yang baik digunakan dan atau dilakukan sehingga proses pembelajaran berjalan

dengan nilai edukasi supaya peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Di latar belakang masalah dijelaskan bahwa kompetensi guru masih dikatakan belum memenuhi standar karena rerata hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) dan Uji Kompetensi Awal (UKA) adalah 4, sedangkan untuk hasil UKG nilai rerata tertinggi adalah 51,03. Saya berasumsi bahwa hal ini terjadi karena bisa jadi guru tersebut saat mengikuti Uji Kompetensi Awal (UKA) dan Uji Kompetensi Guru (UKG) tidak mempersiapkan diri untuk belajar. Jelas bahwa kebanyakan guru memang sudah memiliki keluarga sehingga mereka sulit untuk membagi waktu antara sekolah dan kehidupan sehari-hari di keluarga.

Selanjutnya, bisa jadi guru malas untuk belajar karena mungkin UKA & UKG memiliki bobot soal yang dianggap mudah untuk dikerjakan atau bisa jadi juga bahwa komputer yang digunakan mengalami hambatan dan atau guru tersebut tidak tahu cara menggunakan komputer.

Dengan demikian, kerangka berpikir ini membutuhkan penelitian yang relevan untuk menjawab asumsi-asumsi di atas, dan mencari tahu apakah guru yang UKA dan UKG nya rendah belum menguasai ke empat kompetensi tersebut. Maka dari itu, keempat kompetensi tersebut penting sekali untuk diterapkan dalam pendidikan supaya penampilan guru menjadi unggul dan mampu menerapkan kepada peserta didik agar mereka (peserta didik) memiliki kemampuan baik kognitif maupun nonkognitif.

26

Lokasi penelitian adalah SMK PUSTEK Serpong di Jl. Raya Serpong No 17 Kel. Pondok Jagung (samping WTC Matahari) Serpong Utara kota Tangerang Selatan Propinsi Banten.

Waktu penelitian yang dibutuhkan secara keseluruhan dari mulai proses perencanaan hingga pengumpulan data ± 1 bulan yaitu dari bulan agustus sampai dengan September.

B. Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan mencapai hasil yang maksimal supaya dapat dipertanggungjawabkan maka dalam penelitian ini digunakan metode penelitian. Metode yang dianggap tepat digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang mengggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti dan dibandingkan dengan teori yang sesuai dengan masalah penelitian. Ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan.61

Metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang secara alami dan nyata terjadi dilingkungan objek penelitian. Peneliti berharap, melalui pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini mampu mencapai tujuannya yakni menjelaskan kompetensi guru.

61

Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 8, h. 94.

Dokumen terkait