• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu Tahun 2015"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN PALEMBANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

Mahmud Badaruddin 1111101000135

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN (MPK) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, Desember 2015

Mahmud Badaruddin, NIM : 1111101000135

Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu Tahun 2015

ABSTRAK

Pengelolaan obat merupakan serangkaian kegiatan perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, dan pengendalian guna mendukung upaya pencapaian tujuan organisasi. Tujuan pengelolaan persediaan adalah agar barang dapat tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta berkualitas pada saat dibutuhkan dengan biaya yang minimal. Di Gudang Farmasi RSUD Kota Sekayu pengelolaan persediaan obat belum efektif, ini terlihat dari data tahun 2015 ada 13 (1,6%) dari 800 jenis obat yang kadaluarsa dan rusak serta 45 (5,6%) dari 800 jenis obat mengalami kekosongan. Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan persediaan yang efektif di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif untuk mengetahui gambaran pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu tahun 2015. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan september sampai november 2015 di Gudang Farmasi RSUD Kota Sekayu. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi langsung dan wawancara mendalam sedangkan data sekunder diperoleh dari telaah dokumen. Informan penelitian ini terdiri dari Kepala Instalasi farmasi, Kepala Gudang Farmasi, dan Petugas Pelaksana Gudang Farmasi RSUD Kota Sekayu tahun 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu belum efektif. Hal ini terlihat dari beberapa komponenInput (SDM yang kurang, Sarana terutama gudang penyimpanan yang kurang memadai, serta anggaran yang kurang), Proses (perencanaan yang kurang tepat dan penyimpanan yang kurang memadai), danOutput(masih terdapat obat yang kadaluarsa dan rusak).

Diharapkan Instalasi Farmasi RSUD Kota Sekayu lebih memperhatikan sistem pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi mulai dariInput(SDM dua orang, sarana (luas gudang 3,2 x 3), serta tidak adanya anggaran untuk pengadaan dan pemeliharaan), Proses (perencanaan hanya menggunakan satu metode dan penyimpanan pada rak-rak belum diberi kode), danOutput(masih terdapat obat yang kadaluarsa dan rusak).

(6)

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

HEALTH CARE MANAGEMENT Skripsi, Desember 2015

Mahmud Badaruddin : 111110101000135

Description Of Drug Supply Management in Pharmacy's Warehouse General Hospital of Sekayu City 2015

ABSTRACT

Medication management is a series of planning, budgeting, procurement, storage, distribution, deletion, and control to support the achievement of organizational goals. Purpose of inventory management can be available in quantities and timing, as well as quality in times of need with minimal costs. In the City Hospital Pharmacy's Warehouse Sekayu yet effective in drug supply management, as seen from data in 2015, there were 13 (1,6%) from 800 types of drugs expired and damaged and approximately ± 45 (5,6%) from 800 drug items experienced a vacuum. It is necessary for effective inventory management in the pharmaceutical warehouse Sekayu City Hospital.

This research is qualitative descriptive. To find out description of drug supply management in pharmacy's warehouse at pharmacy Installation in general hospital of Sekayu City 2015. Data used in this study are primary data and secondary data. Primary data obtained from direct observation and in-depth interviews and secondary data obtained from the study documents. The informants consisted of pharmaceutical Installation Head, Head of Warehouse Pharmacy and Pharmaceutical Warehouse Executive Officer Sekayu City Hospital 2015

The results showed that drug supply management of medicine in the pharmaceutical warehouse Sekayu City Hospital has not been effective. This is evident from some of the components input (SDM less, Means mainly warehouse inadequate, and the budget is less), process (planning a less precise and storage inadequate), and output (there are some drugs still expired and damaged).

City Hospital Pharmacy expected Sekayu more attention to drug supply management system in the pharmaceutical warehouse ranging from input (SDM two people, facilities (warehouse 3,2 x 3 Meter), and the budget procurement and maintenance is nothing), process (planning to use only one method) and storage on the shelves not yet given a code), and output (there are some drugs still expired and damaged).

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015 dapat diselesaikan. Sholawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan pada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Skripsi ini merupakan syarat mahasiswa semester VIII (delapan) Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dengan pengetahuan, pengarahan dan bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan, penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu Tahun 2015”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang telah memberi semangat, memotivasi serta doanya.

2. DR. Arif Sumantri. M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

3. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph. D sebagai Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat.

(8)

5. Segenap bapak/ibu dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis dan mahasiswa pada umumnya.

6. Direktur RSUD Kota Sekayu yang telah memberikan izin penelitian skripsi di RSUD Kota Sekayu

7. Kepada pak Dedi, bu Hanif, dan Angga terima kasih telah membantu dan memberikan informasi terkait dengan skripsi yang saya buat ini.

8. Untuk teman-teman kosan zona putsal terima kasih dukungannya.

9. Untuk keluarga Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin terimah kasih juga atas dukungan dan semangat kalian selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk sahabat-sahabat Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK) 2011 dan seluruh teman-teman Kesmas lainnya.

11. Segenap pihak yang belum disebutkan satu persatu atas bantuan, semangat dan doanya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Dengan mengirimkan doa kepada Allah SWT penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Terakhir, penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Jakarta, Desember 2015

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR ISTILAH ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Pertanyaan Penelitian... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

a. Tujuan Umum ... 6

b. Tujuan Khusus ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

a. Bagi Peneliti ... 7

b. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta ... 7

c. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu ... 7

(10)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit... 9

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)... 11

C. Pengertian Sistem... 13

D. SDM ... 14

E. Anggaran ... 15

F. Prosedur ... 15

G. Manajemen Logistik Rumah Sakit... 16

1. Defenisi Manajemen Logistik... 16

2. Fungsi-fungsi Manajemen Logistik ... 20

a. Fungsi Perencanaan Kebutuhan ... 20

b. Fungsi Penganggaran... 28

c. Fungsi Pengadaan ... 29

d. Fungsi Penerimaan dan Penyimpanan... 30

e. Fungsi Pendistribusian... 32

f. Fungsi Penghapusan ... 35

g. Pengendalian/Pengawasan... 37

H. Kerangka Teori ... 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFENISI ISTILAH A. Kerangka Konsep ... 40

B. Defenisi Istilah ... 42

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 49

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49

C. Informan Penelitian Kualitatif ... 49

D. Instrumen Penelitian ... 50

E. Pengumpulan Data ... 51

(11)

G. Pengolahan Data ... 52

H. Analisis Data ... 52

I. Penyajian Data ... 52

BAB V HASIL A. Profil RSUD Kota Sekayu Tahun 2015 ... 53

B. Pengelolaan Persediaan Obat di RSUD Kota Sekayu... 59

a. InputPengelolaan Persediaan Obat... 60

1) SDM ... 60

2) Anggaran ... 67

3) Sarana&Prasarana ... 68

4) Prosedur ... 71

b. Proses Pengelolaan Persediaan Obat... 74

1) Perencanaan... 74

2) Penganggaran ... 77

3) Pengadaan ... 80

4) Penyimpanan ... 83

5) Pendistribusian ... 86

6) Penghapusan... 89

7) Pengendalian ... 91

c. OutputPengelolaan Persediaan Obat ... 95

1) Ketersediaan Obat yang efektif dan efisien ... 95

BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian... 98

B. Pengelolaan Persediaan Obat di RSUD Kota Sekayu... 98

a. InputPengelolaan Persediaan Obat... 99

1) SDM ... 100

2) Anggaran ... 103

(12)

4) Prosedur ... 106

b. Proses Pengelolaan Persediaan Obat... 108

1) Perencanaan... 108

2) Penganggaran ... 111

3) Pengadaan ... 113

4) Penyimpanan ... 117

5) Pendistribusian ... 121

6) Penghapusan... 123

7) Pengendalian ... 125

c. OutputPengelolaan Persediaan Obat ... 128

1) Ketersediaan Obat yang efektif dan efisien ... 128

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 132

B. Saran ... 133

(13)

DAFTAR TABEL

[image:13.612.117.524.131.520.2]

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1 Defenisi Istilah ... 42

Tabel 5.1 Kelas Ranap dan Jumlah TT RSUD Kota Sekayu... 58

Tabel 5.2 Jumlah Tenaga di Gudang Farmasi RSUD Kota Sekayu Tahun 2015 .... 58

Tabel 5.3 Indikator Kinerja Pelayanan RSUD Kota Sekayu Tahun 2015 ... 59

Tabel 5.4 Jumlah SDM di Gudang Farmasi RSUD Kota Sekayu Tahun 2015 ... 61

Tabel 5.5 Karakteristik Informan... 66

(14)

DAFTAR BAGAN

Nomor Tabel Halaman

Bagan 2.1 Siklus Manajemen Logistik ... 18

Bagan 2.2 Kerangka Teori Pengelolaan Persediaan Obat ... 39

Bagan 3.1 Kerangka Berfikir Pengelolaan Persediaan Obat... 41

(15)

DAFTAR ISTILAH

Cito = Pemesanan dilakukan insidental dan harus segera dikirim saat itu juga

Buffer Stock = Stok penyangga, stok pengaman/safety stock untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan (stock out)

Formularium = Dokumen yang berisi daftar obat yang digunakan oleh profesional kesehatan di rumah sakit

Lead Time = Waktu tunggu pemesanan atau waktu yang diperlukan mulai pemesanan sampai obat diterima

Obat fast moving = Obat yang perputaran/pergerakannya cepat

Obat moderate = Obat yang perputaran/pergerakannya sedang

Obat slow moving = Obat yang perputaran/pergerakannya lambat

Revenue center = Pusat biaya produksi atau sumber pendapatan

Stock opname = Kegiatan mencocokan kondisi fisik barang gudang dengan kartu stok

Stock out = Kekosongan stok

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam undang-undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Pelayanan rumah sakit pada saat ini merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat sosio-ekonomi, yaitu suatu jenis usaha walau bersifat sosial namun diusahakan agar mendapatkan surplus keuangan dengan cara pengelolaan profesional dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi (Adikoesoemo, 1994). Oleh karena itu, rumah sakit sebagai suatu industri jasa yang mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekonomi, kebijakan yang menyangkut efisiensi sangatlah bermanfaat untuk menjaga tetap berlangsungnya hidup rumah sakit. Tanpa usaha efisiensi, rumah sakit jelas akan cepat bangkrut dan akan tergusur dengan makin berkembangnya rumah sakit baru sekarang ini.

(17)

meningkatkan mutu pelayanan dan mampu memenuhi pelayanan kesehatan yang baik, tercepat, berkualitas, tepat dan dengan biaya yang relatif terjangkau sesuai dengan kemampuan masyarakat. Dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut rumah sakit harus mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas di semua bidang pelayanannya, dan salah satu sistem yang mampu mengelola hal tersebut adalah dengan sistem manajemen logistik.

Manajemen logistik merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu sama lainnya. Kegiatan tersebut mencakup perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, disribusi, pemeliharaan, dan penghapusan, serta pengendalian (Seto, 2004).

(18)

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam persediaan obat di rumah sakit adalah pengontrolan jumlah stok obat untuk memenuhi kebutuhan. Jika stok obat terlalu kecil maka permintaan untuk penggunaan sering kali tidak terpenuhi sehingga pasien/konsumen tidak puas, selain itu kesempatan untuk mendapatkan keuntungan hilang dan diperlukan tambahan biaya untuk mendapatkan bahan obat dengan waktu cepat guna memuaskan pasien/konsumen. Jika stok terlalu besar maka menyebabkan biaya penyimpanan yang terlalu tinggi, kemungkinan obat akan menjadi rusak/kadaluarsa dan ada resiko jika harga bahan/ obat turun (Seto, 2004).

Dengan banyaknya jumlah obat dan barang farmasi yang dikelola, modal yang digunakan dan biaya yang ditimbulkan dengan adanya persediaan meningkat. Oleh karena itu penting bagi rumah sakit untuk mengadakan pengelolaan persediaan karena kegiatan ini dapat membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan uang dalam persediaan (Seto, 2004).

(19)

Selain itu juga penelitian Mellen (2013) di RSU Haji Surabaya menyebutkan bahwa RSU Haji Surabaya juga mengalami stock out pada tahun 2012. Selama Januari-April 2012 terdapat 116 jenis obat yang mengalami stock out yang mengakibatkan terjadinya kerugian yang dialami oleh RSU Haji Surabaya yaitu sebesar Rp 244.023.752.

Penelitian Irene (2010) di RSUD Kota Bekasi, menyebutkan bahwa ada 10 jenis obat yang mengalami expired dan rumah sakit mengalami total kerugian sebesar Rp 5.108.552. Hal ini disebabkan karena pengelolaan penyimpanan persediaan obat kurang diperhatikan. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil observasi yang dilakukan oleh Irene pada gudang penyimpanan yakni kurangnya ventilasi udara, kapasitas gudang yang tidak memadai untuk persediaan, akibatnya banyak persediaan obat yang ada di dalam kardus ditumpuk. Selain itu juga ditemukannya vektor yang dapat merusak persediaan obat seperti banyaknya semut, rayap, dan lain-lain.

Hal serupa juga di alami oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu yang merupakan salah satu Rumah Sakit di Kabupaten Musi Banyuasin. Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara tidak terstruktur kepada informan yang dilakukan oleh peneliti di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu pada bulan juni 2015 didapatkan informasi bahwa di gudang farmasi sering mengalami kekosongan obat.

(20)

resep banyak yang keluar. Selain itu juga informan menyebutkan bahwa pemesanan dilakukan ketika stok obat hampir habis, dan tidak ada perhitungan khusus dalam pemesanan dan berapa banyak jumlah yang dipesan. Selain itu juga ditemukannya obat-obatan yang mengalami expired dari bulan Januari sampai Juli 2015 sebanyak 13 (1,6%) dari 800 jenis obat.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu tahun 2015

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan pada gudang farmasi RSUD Kota Sekayu pada bulan Juni 2015 sering mengalami kekosongan obat. Pada tahun 2014 terdapat sekitar 76 (9,5%) dari 800 jenis obat mengalami kekosongan di waktu pertengahan atau akhir bulan. Pada tahun 2015 selama periode Januari-Juni 2015 terdapat sekitar 45 (5,6%) dari 800 jenis obat mengalami kekosongan pada waktu yang sama. Hal ini menyebabkan pasien harus membeli sendiri obat ke apotek luar, akibatnya resep banyak yang keluar. Selain itu juga informan menyebutkan bahwa pemesanan dilakukan ketika stok obat hampir habis, dan tidak ada perhitungan khusus dalam pemesanan dan berapa banyak jumlah yang dipesan. Selain itu juga ditemukannya obat-obatan yang mengalami expired dari bulan Januari sampai Juli 2015 sebanyak 13 (1,6%) dari 800 jenis obat.

(21)

memenuhi kebutuhan pelayanan pasien, bahkan tidak jarang resep banyak yang keluar, akibatnya pasien harus membeli sendiri obat ke apotek luar.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam pengelolaan obat, maka dalam hal ini peneliti ingin mengetahui gambaran pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran Input (SDM, anggaran, sarana dan prasarana, dan prosedur) pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu tahun 2015.

2. Bagaimana gambaran Proses perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, pengendalian persediaan obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu tahun 2015?

3. Bagaimana gambaran Output pengelolaan persediaan obat yaitu ketersediaan obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu tahun 2015?

D. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

(22)

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran Input (SDM, anggaran, sarana dan prasarana, dan prosedur) pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu tahun 2015.

2. Mengetahui gambaran proses perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, pengendalian persediaan obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu tahun 2015?

3. Mengetahui gambaran Output pengelolaan persediaan obat yaitu ketersediaan obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian a. Bagi Penelitian

Meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang lebih aplikatif dan kemampuan manajerial di bidang manajemen pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang logistik.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. c. Bagi RSUD Kota Sekayu

[image:22.595.125.527.168.643.2]
(23)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang berjudul “Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di

Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu Tahun 2015”

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

Rumah sakit juga merupakan salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan menciptakan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar, 2004).

(25)

Dalam Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 menjelaskan fungsi rumah sakit antara lain yaitu:

a. Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Penyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahun bidang kesehatan.

Peraturan Menkes Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pasal 6, 10, dan 14, berdasarkan bentuk layanan kesehatan dan kemampuan pelayanan adalah sebagai berikut:

a. Rumah Sakit kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 5 pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain dan 13 pelayanan medik sub spesialis. Mempunyai tempat tidur minimal 400 tempat tidur.

(26)

dan 2 pelayanan medik sub spesialis. Mempunyai tempat tidur minimal 200 tempat tidur.

c. Rumah Sakit kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4 pelayanan spesialis penunjang medik. Mempunyai tempat tidur minimal 100 tempat tidur.

d. Rumah Sakit kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar, Mempunyai tempat tidur minimal 50 tempat tidur.

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Seperti diketahui, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat pelayanan atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan dan obat tradisional. Tugas Utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita, sampai pada pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat inap, rawat jalan, maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar, 2004).

(27)

pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Kemenkes, 2004). Tujuan tujuan pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah pelayanan yang paripurna sehingga dapat memberikan obat tepat pasien, tepat dosis, tepat cara pemakaian, tepat kombinasi, tepat waktu dan tepat harga. Selain itu pasien diharapkan mendapat pelayanan yang dianggap perlu oleh farmasi sehingga pasien mendapat pengobatan efektif, efisien, aman, rasional dan terjangkau (Maimun, 2008). Pelaksanaan pelayanan farmasi terdiri dari 4 pelayanan yaitu (Purwanti, 2003):

1. Pelayanan Obat Non Resep

Merupakan pelayanan kepada pasien yang ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi. Obat untuk semua medikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib di apotik (OWA), obat bebas terbatas (OBT), dan obat bebas (OB).

2. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Apoteker hendaknya mampu menggalang komunikasi dengan tenaga kesehatan lain, termasuk kepada dokter, termasuk memberi informasi tentang obat baru atau obat yang sudah ditarik. Apoteker hendaknya aktif mencari masukan tentang keluahan pasien terhadap obat-obatan yang dikonsumsi.

3. Pelayanan Obat Resep

Pelayanan resep sepenuhnya tanggng jawab apoteker pengelola apotik. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat yang tertulis dalam resep dengan obat lain.

(28)

Kompotensi penting yang harus dimiliki apoteker dalam bidang pengelolaan obat meliputi kemampuan merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien.

C. Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sistem mempunyai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, pada dasarnya tercapainya tujuan atau sasaran ini adalah sebagai kerjasama dari berbagai subsistem yang terdapat dalam sistem (Azwar, 1996). Sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi, diantaranya (Azwar, 1996) :

1. Masukan (Input) yaitu kumpulan berbagai elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk berfungsinya sistem tersebut.

2. Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

3. Keluaran (Output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.

4. Dampak yaitu akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

5. Umpan Balik yaitu kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. 6. Lingkungan yaitu dunia diluar sistem yang tidak dikelola oleh sistem

(29)

D. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia menurut Sihotang (2007) adalah manusia mengandung pengertian usaha kerja yang dapat disumbangkan dalam proses produksi yaitu sumber daya manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat umum.

Sumber daya manusia di Instalasi Farmasi sesuai dengan PMK no.58 tahun 2014 yaitu apoteker, tenaga teknis kefarmasian dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi rumah sakit. Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai kebijakan dan prosedur di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari :

1) Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

2) Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

b. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:

1) Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian 2) Tenaga Administrasi

(30)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh seorang Apoteker yang merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit minimal 3 (tiga) tahun.

E. Anggaran

Salah satu komponen penunjang yang sangat vital dalam pengelolaan obat adalah ketersediaan anggaran yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan untuk penyediaan perbekalan farmasi dirumah sakit. Anggaran dalam pengelolaan perbekalan farmasi dirumah sakit bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan obat dirumah sakit. Kendala yang umum dijumpai dalam pengelolaan obat meliputi beberapa aspek antara lain sumber daya manusia (SDM), sumber anggaran yang terbatas, sarana dan prasarana (Depkes, 2008).

Sumber anggaran dapat bersumber dari pemerintah maupun pihak swasta, diantaranya (Depkes, 2008):

1. Sumber anggaran yang berasal dari pemerintah antara lain dari APBN, APBD dan Revolving funds (Walikota/Gubernur).

2. Sumber anggaran yang berasal dari swasta antara lain CSR (BUMN), donasi, dan asuransi.

F. Prosedur

(31)

tidak berubah-ubah, prosedur kerja tersebut dibakukan menjadi dokumen tertulis yang disebut sebagai SOP (Budiharjo, 2014).

Menurut PMK No.58 tahun 2014 bahwa penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit harus didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional.

G. Manajemen Logistik Obat di Rumah Sakit 1. Pengertian Manajemen Logistik

Menurut Siagian (2009) manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Istilah logistik bersumber dari ilmu kemiliteran yang mengandung 2 aspek yaitu perangkat lunak dan perangkat keras. Termasuk perangkat lunak adalah kegiatan-kegiatan yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan dalam lingkup kegiatan-kegiatan produksi, pengadaan, penyimpanan, distribusi, evaluasi termasuk konstruksi. Sedangkan yang termasuk perangkat keras adalah personil, persediaan dan peralatan.

(32)

administrasi lainnya. Sedangkan manajemen logistik menurut Bowersox (2006) merupakan proses pengelolaan secara strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang, dan barang jadi dari pemasok diantara fasilitas-fasilitas serta pendistribusiannya kepada pelanggan.

Menurut Aditama (2007), ada tiga tujuan logistik dalam sebuah organisasi/institusi yaitu:

a. Tujuan operasional adalah tersedianya barang material dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik pada saat dibutuhkan.

b. Tujuan keuangan yaitu tercapainya tujuan operasional dengan biaya yang rendah.

c. Tujuan kebutuhan adalah tercepainya persediaan yang tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar lainnya. Serat nilai persediaan yang tercermin dalam sistem akuntansi.

Agar tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu dapat dicapai, maka manajemen memerlukan unsur-unsur atau sarana sebagai penunjang terlaksananya proses manajemen logistik. Menurut Seto (2004) terdapat 5 unsur dalam manajemen yang perlu diketahui yaitu antara lain:

a. Man : Sumber Daya Manusia b. Money : Sumber Dana

(33)

d. Materials : Peralatan yang digunakan/sarana prasarana e. Machines : Mesin-mesin yang digunakan

Kegiatan logistik di rumah sakit dilakukan berdasarkan siklus yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan utukk kepentingan produksi jasa pelayanan kesehatan yang bermutu. Fungsi-fungsi tersebut tergambar dalam suatu siklus manajemen logistik yang satu sama lain saling berkaitan dan sangat menentukan keberhasilan kegiatan logistik dalam organisasi (Seto, 2004). Berikut fungsi-fungsi tersebut:

Bagan 2.1

Siklus Manajemen Logistik

Sumber: Seto (2004)

Sukses dan gagalnya pengelolaan logiatik ditentukan oleh kegiatan di dalam siklus tersebut yang paling lemah. Apabila lemah dalam perencanaan, misalnya dalam penentuan suatu item barang yang seharusnya kebutuhannya di dalam satu periode (misalnya 1 tahun)

Perencanaan & peramalan kebutuhan

Pengadaan Penganggaran

Pengendalian Persediaan Penghapusan

Pendistribusian Pemeliharaan dan

(34)

sebesar kurang lebih 1.000 unit, tetapi direncanakan sebesar 10.000 unit. Akibatnya akan mengacaukan suatu siklus manajemen logistik secara keseluruhan mulai dari pemborosan dalam penganggaran, membengkaknya biaya pengadaan dan penyimpanan, tidak tersalurkannya obat/barang tersebut sehingga barang bisa rusak, kadaluarsa yang bagaimanapun baiknya pemeliharaan di gudang, tidak akan membantu sehingga perlu dilakukan penghapusan yang berarti kerugian (Seto, 2004). Oleh sebab itu dilakukan pengendalian pada setiap fungsi fungsi tersebut.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pengelolaan perbekalan farmasi berfungsi untuk:

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

(35)

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit

2. Fungsi–Fungsi Pengendalian Persediaan Obat di Rumah Sakit a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

Perencanaan dan penentuan kebutuhan merupakan aktivitas dalam menerapkan sasaran, pedoman, pengukuran, penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan menyangkut proses memilih jenis dan menetapkan dengan prediksi jumlah kebutuhan persediaan barang/obat perjenis di apotek ataupun di rumah sakit. Penentuan kebutuhan obat di rumah sakit harus berpedoman kepada daftar obat essensial, formularium rumah sakit, standar terapi dan jenis penyakit di rumah sakit, dengan mengutamakan obat-obat generik.

Adapun tujuan dari perencanaan kebutuhan obat adalah untuk mendapatkan:

a. Jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan b. Menghindari terjadnya kekosongan obat.

c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional. d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Menurut Depkes (2002) perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum melakukan proses pengadaan obat. Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan kebutuhan obat antara lain:

(36)

Fungsi dari pemilihan atau penyeleksian obat adalah untuk menentukan apakah obat bener-bener diperlukan dan disesuaikan dengan jumlah penduduk serta pola penyakit. Dasar-dasar seleksi kebutuhan obat meliputi:

a) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medis dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan dengan resiko efek samping yang ditimbulkan.

b) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila jenis obat dengan indikasi sama dalam jumlah banyak, maka memilih berdasarkan “drug of choise”dari penyakit yang prevalensinya tinggi. c) Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi

yang lebih baik.

d) Mudah dipilih dengan harga terjangkau.

e) Obat sedapat mungkin merupakan sediaan tunggal.

Pada tahap seleksi obat harus pula dipertimbangkan antara lain sepeti dampak administrasi, biaya yang ditimbulkan, kemudahan dalam mendapatkan obat, kemudahan dalam penyimpanan, kemudahan obat untuk di distribusikan, dosis obat sesuai dengan kebutuhan terapi, obat yang dipilih sesuai dengan standar yang terjamin. Sedangkan untuk menghindari resiko yang dapat terjadi harus pula mempertimbangkan kontra indikasi, peringatan dan perhatian juga juga efek samping obat.

(37)

Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian bulanan tiap-tiap jenis obat selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang didapatkan dari kompilasi pemakaian obat adalah:

a) Jumlah pemakaian tia jenis obat pada tiap Unit Pelayanan Kesehatan.

b) Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh Unit Pelayanan Kesehatan.

c) Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat kabupaten/kota.

Manfaat dari informasi-informasi yang di dapat yaitu sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan obat untuk pemakaian tahun mendatang dan sebagai sumber data dalam menghitung stok/persediaan pengaman dalam rangka mendukung penyusunan rencana distribusi.

3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

(38)

pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode, antara lain:

a) Metode konsumsi

Yaitu metode yang paling mudah bila terdapat data yang akurat. Tidak memerlukan data epidemiologi dan standar pengobatan. Dengan metode ini dapat menghitung perkiraan kebutuhan:

• Pemakaian nyata pertahun

yang merupakan hasil perhitungan dari stok awal ditambah dengan penerimaan dikurangi sisa stok dan dikurangi jumlah hilang atau rusak atau kadaluarsa.

• Pemakaian Pertahun

Merupakan jumlah obat yang dikeluarkan ditambah dengan perkiraan kebutuhan saat kosong selama setahun.

• Perkiraan Kebutuhan Tahun Depan

Dengan menghitung perkiraan kenaikan jumlah kunjungan • Kebutuhan SelamaLead Time

Pemakaian rata-rata perbulan dikalikan waktu tunggu (dalam bukan).

• KebutuhanBuffer Stock

(39)

b) Metode Epidemiologi

Dengan menggunakan metode ini perkiraan kebutuhan mendekati realisasi, karena menggunakan standar terapi dapat menunjang usaha perbaikan. Kebutuhan obat dianalisis dengan menggunakan pendekatan epidemiologi yang dilakukan dengan menghitung jumlah kunjungan dan jenis kebutuhan yang dilakukan dengan menghitung jumlah kunjungan dan jenis penyakit yang dilayani pada tahun-tahun sebelumnya. Dalam hal ini data tentang jenis penyakit, standar terapi BOR, ALOS, untuk masing-masing penyakit sangat menentukan. Perhitungan diperoleh dengan cara mengalikan antara standar terapi (dosis obat) dengan ALOS dan jumlah pasien yang menggunakan obat tersebut selama 1 tahun.

c) Metode Kombinasi

Yaitu menggunakan gabungan antara metode konsumsi dengan metode epidemiologi.

Beberapa cara untuk mengklasifikasikan persediaan yaitu:

a. Analisis ABC (Seto, 2004)

Menurut Seto (2004), sistem ABC, semua obat dalam persediaan digolongkan menjadi salah satu dari kategori:

(40)

termasuk dalam kelas ini memerlukan perhatian yang tinggi dalam pengadaannya karena berdampak biaya yang tinggi serta pengawasan harus dilakukan secara intensif.

2) Kelompok B, Persediaan dengan nilai volume tahunan rupiah menengah. Kelompok ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan tahunan, dan sekitar 30% dari jumlah item. Disini diperlukan teknik pengendalian yang moderat. 3) Kelompok C, Barang yang nilai volume tahunan rupiahnya

rendah, yang hanya mewakili sekitar 10% dari total nilai persediaan, tetapi terdiri dari sekitar 50% dari jumlah item persediaan. Disini diperlukan teknik pengendalian yang sederhana, pengendalian hanya dilakukan sesekali saja.

Kelompok A merupakan obat yang cepat laku dan dalam beberapa kasus obat merupakan obat yang sangat mahal. Hanya ada sedikit kelompok A dalam persediaan apotik. Tetapi karena kelompok tersebut sangat tinggi permintaannya, merupakan obat yang berputar dengan cepat (atau karena obat itu sangat mahal), kelompok A merupakan mayoritas penjualan apotik. Kelompok A seharusnya dimonitor dengan hati-hati, angka pemesanan ulang dan EOQ-nya seharunya dihitung (Seto, 2004).

(41)

jauh lebih besar dan merupakan proporsi penjualan yang lebih kecil, tidak perlu dan tidak efisien untuk memonitor obat-obat tersebut seketat kelompok A. Kelompok B dan C biasanya dapat cukup dikendalikan dengan menggunakan kartu stok gudang dan kartu stok di ruang peracikan dan penjualan eceran (Seto, 2004).

Pengelola secara periodik seharusnya memonitor kelompok C untuk menentukan apakah obat tersebut semestinya disingkirkan dari persediaan. Menyingkirkan kelompok C yang lambat lakunya merupakan metode praktis mengurangi jumlah obat dan investasi dalam persediaan, tapi memberikan pengaruh yang kecil pada penjualan dan biaya kehabisan persediaan (Seto, 2004).

b. Sistem VEN ( Depkes RI, 2008)

Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang terbatas adalah dengan mengkelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kelompok berikut:

1) Kelompok V

(42)

untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar.

2) Kelompok E

Adalah kelompok obat-obatan esensial yang banyak digunakan dalam tindakan atau dipakai diseluruh unit di Rumah Sakit, biasanya merupakan obat yang bekerja secara kausal atau obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit. 3) Kelompok N

Merupakan obat-obatan penunjang atau pelengkap yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa digunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau mengatasi keluhan ringan. 4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:

a) Menetapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang. Rancangan stok akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok penyangga.

b) Menghitung rancangan pengadaan obat peiode tahun yang akan datang.

c) Perancangan pengadaan obat tahun yang akan datang dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu: a = b + c + d + e + f.

Keterangan:

a : Rancangan pengadaan obat tahun yang akan datang.

(43)

c : Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang. d : Rncangan stok akhir.

e : Stok awal periode berjalan/stok per 31 Desember Gudang Obat

f : Rencana penerimaan obat pada periode berjalan.

d) Menhitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan cara:

1) Melakukan analisis VEN

2) Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian

3) Menyusun prioritas kebutuhan dasar dan penyesuian kebutuhan berdasar data 10 penyakit terbesar.

b. Penganggaran

Penganggaran adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya, 1994). Terbatasnya anggaran dapat mempengaruhi penilaian atau pemeliharaan barang-barang yang ditawarkan sehingga memungkinkan pengorbanan mutu barang yang hendak kita beli. Menurut Seto (2004) fungsi penganggaran adalah menyangkut kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha merumuskan perincian penerimaan kebutuhan dalam satu skala standar yaitu dengan skala mata uang.

(44)

rencana dari fungsi-fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan untuk disesuaikan dengan besarnya pembiayaan dari dana-dana yang tersedia. Pengkajian mengenai hambatan-hambatan dan keterbatasan perlu dilakukan agar anggaran tersebut dapat diandalkan. Umpan balik diperlukan untuk penyesuaian atau perencanaan alternatif rencana-rencana. Anggaran yang terbatas dapat memperngaruhi penilaian atau pemeliharaan barang-barang yang ditawarkan (Subagya, 1994).

Anggaran yang dibutuhkan untuk menyempurnakan anggaran perlengkapan atau logistik yaitu anggaran pembelian, anggaran perbaikan dan pemeliharaan, anggaran penyimpanan dan penyaluran, anggaran penelitian dan pengembangan barang, anggaran penyempurnaan administrasi, anggaran pengawasan, dan anggaran pengawasan serta anggaran penyediaan dan peningkatan mutu. Penanganan anggaran merupakan proses dari perncanaan atau penyusunan anggaran sampai pertanggung jawaban anggaran (Subagya, 1994).

c. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi, dan sumbangan. Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan (Depkes RI, 2008).

(45)

1) Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan “biaya tinggi”.

2) Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja sama (harga kontrak = visible cost + hidden cost), sangat penting untuk menjaga untuk menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin mutu (misalnya persyaratan masa kadaluarsa, sertifikat analisa/standar mutu, yaitu harus mempunyaiMaterial Sefety Data Sheet(MSDS), untuk bahan berbahaya, khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin, waktu dan kelancaran bagi semua pihak, dan lain-lain.

3) Order pemesanan agar barang dapat sesuai macam, waktu dan tempat.

Beberapa jenis obat, bahan aktif yang mempunyai masa kadaaluarsa relatif pendek harus diperhatikan waktu pengadaanya. Untuk itu harus dihindari pengadaan dalam jumlah besar.

d. Penyimpanan

(46)

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO dan disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai berikut (Depkes RI. 2008) :

1) Kemudahan bergerak

Untuk memudahkan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut : a) Gudang menggunakan sistem satu lantai, jangan menggunakan sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan ruagan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudh gerakan.

b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi, ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau arus L.

2) Sirkulasi dara yang baik

Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus bermanfaar dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam gudang terdapat AC atau bisa dengan menggunakan kipas angin dan ventilasi yang cukup melalui atap. atau jendela.

(47)

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan farmasi. Keuntungan penggunaan pallet adalah:

• Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir. • Peningkatan efisiensi penangan stok.

• Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak

• Pallet lebih murah dari pada rak.

4) Kondisi Penyimpanan Khusus

• Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi

dari kemungkinan putusnya aliran listrik.

• Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari

khusus dan selalu terkunci.

• Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus

dismpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.

5) Pencegahan kebakaran

Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus, karton dan lain-lain. lat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah ijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau tidak.

e. Pendistribusian

(48)

rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah tersedianya perbekalan farmasi di uni-unit pelayanan kesehatan secara tepat waktu tepat jenis dan jumlah (Depkes RI, 2008).

Menurut Subagya (1994), hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendistribusian barang yaitu:

1) Ketepatan jenis dan spesifikasi logistik yang disampaikan 2) ktepatan nilai logistik yang disampaikan

3) Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan 4) Ketepatan waktu penyampaian

5) Ketepatan tempat penyampaian

6) Ketepatan kondisi logistik yang disampaikan.

Sistem pelayanan distribusi perbekalan farmasi menurut PerMenKes RI no 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit adalah:

1) Sistem persediaan lengkap diruangan

• Pendistribusian Obat-obatan, alat ksehatan, dan bahan habis pakai

untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.

• Obat-obatan, alat kesehatan, dan bahan habis pakai yang disimpan

(49)

• Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang

mengelola maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.

• Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor

stockkepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan. • Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan

kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan difloor stock.

2) Sistem resep perorangan

Pendistribusian Obat-obatan, alat kesehatan dan bahana habis pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.

3) Sistem unit dosis

Pendistribusian Obat-obatan, alat kesehatan, bahan habis pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.

(50)

berupa resep atau perbekalan farmasi bebas, Kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi adalah:

1) Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh Instalasi Farmasi

2) Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Apotek Rumah Sakit.

3) Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh: • Apotek rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam • Ruang rawat menyediakan perbekalanfarmasi emergensi.

f. Penghapusan

(51)

berlaku. Tujuan pengahapusan adalah untuk mrnjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan obat yang sub standar (Depkes RI, 2008).

Dalam PerMenKes No 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menyebutkan bahwa penghapusan dilakukan untuk Obat-obatan, Alat Kesehatan dan bahan habis pakai jika:

1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu. 2) Telah Kadaluarsa.

3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan

4) Dicabut izin edarnya.

Dalam PerMenKes No 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit juga menyebutkan beberapa tahapan penghapusan obat terdiri dari:

1) Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai yang akan dimusnahkan.

2) Menyiapkan berita acara penghapusan.

3) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempatpemusnahan kepada pihak terkait.

(52)

5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.

g. Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit-unit pelayanan. Pengendalian persediaan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Oleh karena itu, hasil stock opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan atau kurang dari satu tahun (Aditama, 2007). Rangkuti (2002) menyebutkan bahwa sistem persediaan bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam jumlah dan waktu yang tepat serta dapat meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal. Tujuan lain dari pengendalian persediaan adalah:

a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan b. Agar pembentukan persediaan stabil

c. Menghindari pembelian kecil-kecilan d. Pemesanan yang ekonomis

Kegiatan pengendalian persediaan mencakup (Depkes RI, 2008) :

(53)

2) Menentukan:

- Stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan.

- Stok pengaman adalah jumlahstok yang disediakan untuk mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan pengiriman.

- Menentukan waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima.

Pengendalian persediaan sangat penting bagi semua perusahaan terutama bagi rumah sakit atau apotek. Persediaan obat merupakan harta paling besar bagi sebuah rumah sakit atau apotek. Karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan dalam persediaan, pengendalian persediaan obat yang tepat memiliki pengaruh yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi rumah sakit atau apotek (Seto, 2004).

H. Kerangka Teori

(54)

Bagan 2.2

Pengelolaan Persediaan Obat

Sumber: Seto (2004) Perencanaan & peramalan kebutuhan

Pengadaan Penganggaran

Pengendalian Persediaan Penghapusan

Pendistribusian Pemeliharaan dan

(55)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang dijabarkan pada pembahasan sebelumnya, pengelolaan obat-obatan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pelayanan kefarmasian. Hal ini dikarenakan hampir 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi terutama obat-obatan, dan 5% dari keseluruhan pemasukkan rumah sakit berasal dari pengelolaan obat-obatan (Suciati dkk, 2006). Tujuan dari pengelolaan persediaan obat adalah untuk memastikan tersedianya obat-obatan yang tepat guna, tepat sasaran dan jumlah agar tidak terjadi kekosongan atau kelebihan persediaan.

(56)

Dengan demikian, kerangka konsep yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Pengelolaan Persediaan Obat

Sumber: Seto (2004) INPUT

SDM Anggaran

Sarana dan Prasarana Prosedur

PROSES OUTPUT

Perencanaan Penganggaran Pengadaan Penyimpanan Pendistribusian Penghapusan Pengendalian

Tersedianya persediaan obat yang

(57)
[image:57.595.72.568.183.736.2]

B. Definisi Istilah

Tabel 3.1 Definisi Istilah

No. Substansi Pengertian Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur 1 Sumber Daya

Manusia

Tenaga

kefarmasian yang bertugas dalam pengelolaan persediaan obat di RSUD Kota Sekayu

Wawancara mendalam, observasi, telaah dokumen

Pedoman wawancara, Check list,

dokumen

Informasi terkait: • Jumlah petugas

pengelola obat di gudang farmasi dengan

kesesuian Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri dari: 1 orang atasan kepala gudang (minimal S1 Farmasi), 1 orang kepala gudang (minimal S1 farmasi), 1 orang pengurus barang (minimal SMA/SMK Farmasi), 1 orang staf pelaksana (minimal SMA/SMK Farmasi) • Informasi mengenai

(58)

dan keterampilan dengan pendidikan yang

diperoleh.

2 Anggaran Dana yang

disediakan oleh pihak rumah sakit untuk menunjang kegiatan

pengelolaan obat di gudang farmasi

Wawancara mendalam, Telaah dokumen Pedoman wawancara, Dokumen Informasi mengenai sejumlah uang yang disediakan dan dipergunakan untuk

pengelolaan persediaan obat di RSUD Kota Sekayu Tahun 2015.

3 Sarana dan Prasarana Fasilitas yang digunakan untuk mendukung proses pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu. Wawancara mendalam dan observasi Pedoman wawancara danCheck list

Informasi mengenai fasilitas yang digunakan untuk mendukung proses

pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu.

4 Prosedur Pedoman yang

digunakan oleh gudang farmasi RSUD Kota Sekayu dalam Wawancara mendalam, observasi, Telaah dokumen Pedoman wawancara, Check list, Dokumen

Informasi mengenai prosedur kegiatan

(59)

pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi seperti SOP dan Job des

5 Perencanaan Kegiatan yang dilakukan oleh gudang farmasi untuk menentukan jumlah obat-obatan yang dibutuhkan di RSUD Kota Sekayu. Wawancara mendalam, observasi, telaah dokumen Pedoman wawancara, dokumen, dokumen Informasi mengenai kegiatan perencanaan persediaan yang dilakukan di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu.

(60)

yaitu skala mata uang dan jumlah biaya untuk pengadaan obat-obatan yang dibutuhkan berdasarkan harga satuan.

7 Pengadaan Kegiatan

pembelian yang dilakukan oleh gudang farmasi untuk persediaan obat-obatan sesuai dengan yang telah direncanakan. Wawancara mendalam, Telaah dokumen Pedoman wawancara, dokumen Informasi mengenai

kegiatan pengadaan sediaan obat-obatan oleh gudang farmasi RSUD Kota Sekayu.

(61)

obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.

9 Pendistribusian kegiatan yang dilakukan oleh gudang farmasi untuk menyalurkan obat-obatan di unit-unit tertentu di rumah sakit untuk pelayanan individu. Wawancara mendalam, Telaah dokumen Pedoman wawancara mendalam, Dokumen

Informasi mengenai proses yang dilakukan oleh gudang farmasi untuk menyalurkan obat-obatan di unit-unit pelayanan RSUD Kota Sekayu.

10 Penghapusan Kegiatan menghilangkan yang dilakukan oleh gudang farmasi RSUD Wawancara mendalam, Telaah dokumen Pedoman wawancara mendalam, Dokumen Informasi mengenai kegiatan menghilangkan obat-obatan yang

(62)

Kota Sekayu terhadap obat-obatan yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, dan lain-lain.

farmasi RSUD Kota Sekayu. 11 Pengendalian persediaan Kegiatan dalam menjaga ketersediaan obat sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekos ongan obat di Gudang Farmasi RSUD Kota Sekayu. Wawancara mendalam, observasi, Telaah dokumen Pedoman wawancara mendalam, Pdoman Observasi, dokumen Informasi mengenai kegiatan yang dilakukan oleh SDM gudang farmasi dalam menjaga ketersediaan obat sehingga tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan obat di Gudang Farmasi RSUD Kota Sekayu.

12 Keamanan dan ketersediaan obat

Kondisi dimana tersedianya obat di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu dengan kebutuhan meliputi tepat jumlah, waktu, dan tepat

Pedoman wawancara, telaah dokumen Wawancara mendalam dan dokumen

Hasil pengendaliaan obat sesuai dengan tujuan pengendalian obat yang ditetapkan Depkes, terdiri dari :

(63)

jenis. jumlah, tepat jenis dan tepat waktu.

(64)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan cara wawancara mendalam. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2007), penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di Gudang Farmasi RSUD Kota Sekayu Kota Sekayu dengan waktu penelitian mulai dari bulan September-November 2015.

C. Informan Penelitian

(65)

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang berkaitan dengan pengelolaan persediaan obat seperti pendidikan, jabatan, lama kerja dan pengalaman. Kecukupan berarti data yang diperoleh harus dapat menggambarkan seluruh kejadian yang berhubungan dengan logistik.

Berdasarkan prinsip diatas, terdapat 3 informan yang terkait dengan pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu diantaranya:

1. Informan Kunci :

Informan kunci dalam penelitian ini yaitu Kepala Instalasi Farmasi yaitu orang yang dianggap sangat memahami permasalahan yang diteliti.

2. Informan Utama:

Informan utama dalam penelitian ini yaitu Kepala Gudang Farmasi yaitu orang yang dianggap memahami dan terlibat langsung dalam pengelolaan persediaan obat.

3. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini yaitu Staf Pelaksana Gudang Farmasi yaitu orang yang dianggap dapat memberikan informasi meskipun tidak terlibat sepenuhnya dalam permasalahan yang diteliti.

D. Instrumen Penelitian

(66)

yang digunakan pada penelitian ini antara lain pedoman wawancara, telaah dokumen, lembar observasi, alat tulis, laptop, kamera dan alat perekam suara. Pedoman wawancara, lembar observasi dan telaah dokumen mengacu kepada pedoman pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan Departemen Kesehatan tahun 2010 dan beberapa referensi terkait dengan pengelolaan persediaan farmsi dan logistik obat di rumah sakit.

E. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh dari observasi dan wawancara mendalam, data sekunder diperoleh dari laporan bulanan dan dokumen yang mendukung.

F. Validitas Data

Pendekatan penelitian kualitatif memiliki sampel yang sedikit, sehingga untuk menjaga kabsahan data yang didapat dapat dilakukan dengan triangulasi, diantaranya:

1. Triangulasi Sumber

Dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari sumber lainnya yang terkait untuk menggali topik yang sama.Seperti melakukan wawancara mendalam terhadap kepala instalasi farmasi, kepala gudang, dan staf pelaksana gudang.

2. Triangulasi Metode

(67)

mendalam, observasi dan telaah data sekunder berupa SOP daan dokumen pendukung pengelolaan persediaan obat.

G. Pengolahan Data

Hasil wawancara mendalam dalam bentuk rekaman suara dipindahkan ke dalam bentuk transkrip wawancara lengkap untuk setiap informan. Transkrip dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Kemudian data yang terdapat dalam transkrip tidak semuanya digunakan dalam penelitian, untuk itu dilakukan reduksi untuk menghilangkan data-data yang tidak berhubungan dengan variabel penelitian. Transkrip yang telah direduksi, dituangkan ke dalam matriks wawancara berdasarkan variabel penelitian, untuk kemudian ditriangulasi. Transkrip dan matriks wawancara merupakan pedoman untuk menyajikan hasil penelitian dan dengan menambahkan data-data hasil observasi dan telaah dokumen.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menelaah dan mengurutkan data hasil observasi, wawancara mendalam dan penelusuran dokumen yang dikatagorikan dalam kelompok input, proses, output. Kemudian hasil pengelompokan tersebut dibandingkan dengan kepustakaan.

I. Penyajian Data

(68)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Profil RSUD Kota Sekayu Tahun 2015

Seiring dengan upaya mewujudkan visi dan misi kabupaten Musi Banyuasin tersebut, pemerintah Republik Indonesia nomor 23 tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang pengelolaan keuangan badan penyelenggara umum (BLU), Rumah Sakit pengalami perubahan status institusi dari unit pelaksana teknis daerah Musi Banyuasin berdasarkan surat keputusan Bupati Banyuasin nomor 451 tahun 2008 pada tanggal 31 maret tentang penerapan Rumah SakitUmum Daerah Sekayu sebagai satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang menerapkan pola pengelolaan keuntungan badan pelayanan umum daerah (PKK BLUD) secara penuh. RSUD Kota Sekayu adalah rumah sakit negeri kelas C. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

(69)

akademi keperawatan pemerintah kabupaten Musi Banyuasin dan institusi pendidikan kesehatan lain yang berada di Provinsi Sumatera Selatan.

Selain melayani masyarakat kabupaten Musi Banyuasin dengan Jamkesmas Muba Semesta bagi penduduk Muba, juga melayani masyarakat luar kabupaten bagi dengan Jamkesos Sumsel Semesta, maupun Jamkesmas Nasional, sehingga RSUD Sekayu mempunyai peranan sangat besar dalam menunjang pelayanan unggulan dibidang penyakit dalam khususnya diabetes dan klinik-klinik rawat jalan.

1. Visi dan Misi RSUD Sekayu a. Visi

Mewujudkan pelayanan Rumah Sakit yang prima dalam rangka mengsukseskan permata MUBA tahun 2017 mewujudkan Rumah Sakit dunia (Word Class Hospital).

b. Misi

1) Mengembangkan education medical hospital

2) Menyelenggarakan pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak di Sumatera Selatan

3) 3 Budaya Rumah Sakit

Memberikan pelayanan yang efektif berkualitas dikenal dengan PRIMA yaitu:

(70)

R= Ramah, semua petugas rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat harus bersikap ramah tamah dengan mewujudkan wajah yang jernih dan antusias. I= Ikhlas, dalam melaksanakan tugasnya seluruh rumah sakit harus dilandasi ikhlas, sehingga akan terpancar antusialisme dalam bekerja dan menyadari bahwa bekerja adalah salah satu ibadah.

M= Memuaskan, semua yang diberikan pada pasien/pelanggan (eksternal/internal) Rumah Sakit diberikan seoptimal dan semaksimal mungkin dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan/masyarakat.

A= Andalan, upaya meningkatkan mutu pelayanan pada Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu di laksanakan secara berkesinambungan.

2. Maksud dan Tujuan Badan Pelayanan Umum

a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

b. Menuwujudkan pelayanan yang berkualitas internasional sesuia dengan standar dan perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi.

c. Menghasilkan sumber daya manuasi yang profesional berkualitas dan moral yang tinggi.

(71)

e. Meningkatkan fungsi sistem rujukan yang responsive dan berkesinambungan.

Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu yang terletak di Jalan Kolonen Wahid UdiN lingkungan I Kayuara Sekayu. Mempunyai fasilitas yang menyelenggarakan berbagai jenis pelayanan spesialis dan sub spesialis dan menjadi pusat rujukan diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin dan sekitarnya. RSUD Sekayu terdiri dari gedung A, B, C, dan D. Masing-masing 2 lantai dengan uraian sebagai berikut:

1. Gedung A

a. PoliklinikFarmasi b. IGD

c. Radiologi d. Ruang rapat e. Aula

f. Ruang komite medik g. Administrasi

h. Kantin i. Bank Sumsel j. Ruang verifikator k. Rehabilitasi medic l. Klinik bungur (VCT) m. Ruang humas

n. ICU/ICCU/NICU

(72)

p. Kamar bedah q. Haemodialisa r. Rekam medic 2. Gedung B

a. Ruang Pelayanan Inap

1) Kelas III Non infeksi diberi nama Ruang Sungkai 2) Kelas II infeksi diberi nama Ruang Medang

3) Kelas II diberi nama Ruang Meranti (Bangsal Kebidanan dan Nonatus)

4) Kelas I diberi nama Ruang Tembesu 5) Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang 3. Gedung C

a. Ruang gizi b. Laudry c. Mushallah d. Bermain Anak

e. Ruang makan karyawan

f. Sekretariat rumah sakit ibu dan anak g. Ruang tim pengadilan asuransi dan klaim 4. Gedung D

a. IPSRS b. Bengkel c. Gneset

(73)

Tabel 5.1

Kelas Ranap dan Jumlah TT RSUD Kota Sekayu Tahun 2015

No Uraian Jumlah

Gambar

Tabel 3.1  Defenisi Istilah........................................................................................
gambaran proses
Tabel 3.1
Tabel 5.2Jumlah Tenaga Medis dan Non Medis RSUD Kota Sekayu Tahun 2015
+6

Referensi

Dokumen terkait

penutaran cacint yang paling cepat sehingga penyebarannya cepat, dimana diduga bita I orang terinfeksi di dalam maka satu rumah mungkin iuga terinfeksia. Ascaris

daerah, conto yang dianalisa masih terbatas dengan anggaran, diharapkan dengan perubahan organisasi dari Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) menjadi Pusat Sumber

Artinya: "Ta'zir itu adalah hukuman atas tindakan pelanggaran dan kriminalitas yang tidak diatur secara pasti dalam hukum had. Hukuman ini berbeda-beda, sesuai

Akibat dari seorang tersangka yang menolak menandatangani berita acara pemeriksaan akan terlihat pada saat tersangka diperiksa dimuka persidangan, dimana hakim akan

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah (PTS) yang dilakukan pada guru- guru IPA di MTs Al-Huda Kota Gorontalo. Sebagai

Selanjutnya akan muncul form daftar piutang, klik tombol baru untuk menambahkan data saldo awal hutang usaha kepada pemasok.. Selanjutnya klik rekam untuk

Skripsi dengan judul “Tinjauan Fatwa Dewan Syariah Nasional Terhadap Pembiayaan Murabahah dan Wakalah (Studi Kasus di BMT Istiqomah Karangrejo Tulungagung)” yang

Berdasarkan tabel 5 diatas terlihat bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi ganda meggunakan metode analisis regresi ganda, diperoleh nilai R = 0.999 berarti ada