• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan hukum perdata Islam di Indonesia (tinjauan UU.no.03 tahun 2006 tentang perubahan atas UU no.7 tahun 1989 tantang paradian agama)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perkembangan hukum perdata Islam di Indonesia (tinjauan UU.no.03 tahun 2006 tentang perubahan atas UU no.7 tahun 1989 tantang paradian agama)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

r··---..

I

..

MMセ@

...

KHOERUDIN AR-RIIiMO.. -···--·-··---._

NIM : I 030442281 セSエ」、ャQXエアヲAw@ J

I

Nrn<1£n-.,/

BGセMN@ I

TセMMMNNN⦅Q@

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUD I AHW AL AL-SY AKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

(TINJAUAN UU NO. 03 TAHUN 2006 TENT ANG PERUBAHAN

ATAS UU NO. 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA)

SkrijJsi

Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperole:h

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

セ@

..

Oleh:

Khoerudin Ar-Ridho NIM: 103044228113

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Ors. 1-1. A. Basiq Djalil, SH, MA NIP. 150 169 102

j)Ftr. j. a mah Ismail NIP. 150075192

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUD I AHW AL AL-SY AKIISIYYAH

FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGEJlI

SY ARIF HIDA YATUJLLAH

JAKARTA

(3)

PERUBAHAN ATAS UU NO. 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN

AGAMA) telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 Maret

2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah Konsentrasi

Administrasi Keperdataan Islam.

Jakarta, 28 Maret 2008

P ANITIA UJIAN

Ketua

Sekertaris

: Drs. H. A. Basiq Djalil, SH. MA NIP:150169102

: Kamarusdiana, S. Ag. M. Hum NIP: 150285972

Pembimbing I : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH. MA NIP:150169102

Pembimbing lI: Dra. Hj. Halimah Ismail NIP:150075192

Syari'ah clan Hukum

Penguji I : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM

Hセセセサu[セセZ[ZZMZ@

Penguji II

NIP: 150210422

,_.-: Drs. H. Odjo Kusnara N, M.Ag

NIP: 150060388

( ...

セセセZZ⦅ZZZZZZZZNZ、ゥ|@

セセセ@

---

Mセセセ@

MMMMB⦅NNLMセLセ@

' V'"')'fl

(4)

(':!"')\ t).=-yl NNAゥゥセ@

Fuji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan berupa

Jlmu kepada kita sebagai hamba-Nya, sehingga dengan ilmu itu kita bisa

membedakan kebaikan dan keburukan di atas bumi ini. Dan patutlah kalimat

Alhamdulillahi Rabbi Al- 'Alamin yang pertama kali terucap oleh penulis karena

penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta Salam semoga

senantiasa dicurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, para

sahabatnya serta para pengikutnya dan mudah-mudahan kita termasuk di dalamnya.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

penulis jumpai, namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah-Nya,

kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi

dengan sebaik-baiknya sehingga pada akhimya skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh sebab itu, sudah sepantasnya-lah pada kesempatan kali ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

I. Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum, Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma,

SH, MA., MM.

2. Ketua Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah, Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA, juga

sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

(5)

skri psi ini.

5. Kepala unit perpustakaan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk

mengadakan studi kepustakaan sehingga selesainya skripsi ini.

6. Ayahanda H. Romli dan Ibunda Hj. Murkiyah yang :;enantiasa memberikan

motivasi, arahan serta doa yang tiada henti-hentinya dan bantuan moril

maupun materiil.

7. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis sewaktu memegang

amanah sebagai ketua umum BEM-FSH 2006-2007, terutama kepada

Ml.lhammad Dani, Andreansyah, Anna Madania dan penulis haturkan pula

kepada pengurus BEM-UIN 2007-2008.

8. Teman-teman diskusi Administrasi Keperdataan Islam Fakultas Syari'ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2003, 2004, 2005 yang

penulis tidak dapat sebutkan namanya satu persatu. Mudah-mudahan jalinan

persahabatan kita tak terhenti sampai di sini dan bisa terjalin sampai kapan

(6)

telah memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga

dengan itu, penulis dapat belajar ber-organisasi yang baik dan profesional.

I 0. Nur Sholah sebagai inspirator penulis dalam ber-organisasi, Muhammad

Yusuf Daulay sebagai sahabat pertama yang mernbantu penulis dalam

berbagai permasalahan terutama dalam berorganisasi, dan banyak lagi yang

lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

11. Secara khusus, penulis haturkan terima kasih sebesar-besamya kepada sahabat

Widya Alia, yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan sk1ipsi ini, terima kasih atas segala bantuanya, Semoga Allah

membalas kebaikannya.

Semoga amal baik semua dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang

berlipat ganda. Amin.

Akhimya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat, bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk kes•empumaan skripsi ini.

Jakarta, 18 Januari 2008

(7)

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... ... ... ... ... ... ... ... ... I

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Metode Penelitian ... ... ... ... ... ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 9

E. Sistematika Penuhsan ... I 0

BAB II SEKILAS TENTANG PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA

A. Peng.ertian dan Ruang Lingkup ... ... 13

B. Kedudukan Hukum Perdata Islam Dalam Tata Hukum Nasional... 14

C. Hukum Perdata Islam dan Kekuatan Hukumnya di Indonesia... 23

BAB HI ASPEK PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA ISLAM

A. Eksistensi Hukum Perdata Islam di Indonesia ... 27

B. Asas-Asas Hukum Perdata Islam di Indonesia ... 28

C. Aspek Perdata Islam di Indonesia ... 38

I. Hukum Perkawinan .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. . .. . . . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. 39

2. Hukum Perwakafan .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . . . .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. 40

3. Hukum Kewarisan ... ... .... .... .... ... ... .. .... .. ... 44

(8)

AGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA

A. Peran Dan Eksistensi Peradilan Agama Pasca UU No. 3 Tahun 2006

Tentang Peradilan Agama . . . 48

B. Muatan Hukum Perdata Islam dalam UU No. 3 Tahun 2006 Tentang

Tentang Peradilan Agama . . . 50

C. Perubahan mendasar UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

Menuju UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama .. . .. . . .. . . ... 56

D. Analisa Penulis . . . .. .. . .. . . .. .. .. .. . .. .. .. . . .. . . . .. . .. . .. .. .... . .. 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan . . . 62

B. Saran-saran . .. .. .. .. .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. . . . .. . . .. . . .. 64

(9)

Sepanjang sejarah Indonesia, sejak era pra-kemerdekaan hingga era

kemerdekaan, sejarah dan dinamika Hukum Islan1 di Indonesia tidak bisa terlepas

dari wacana pergumulan sosial-politik, budaya dan kepentingan yang ada.

Indonesia sendiri sebuah Negara kepulauan yang penduduknya sangat

beragam dari segi etnik dan pengikut beberapa Agama (yang didominasi pemeluk

ber-Agama Islam sekitar 88%) yang telah mengalami sejarah panjang. Sebelum

dijajah Belanda selama 350 tahun, lnggris dan Jepang, bangsa Indonesia telah

mengikuti lmkum kebiasaan (customary law) yang kemudian diperkaya dengan

hukum Agama yang dipeluk. Hukum Agama sangat mendominasi tata kehidupan

masyarakat dan telah terjadi akulturasi secara antropologis. Kemudian datang

bangsa Eropa, khususnya Belanda, menjajah Indonesia. Sebagai konsekwensinya,

hukum Belanda juga berpengaruh dalam tata kehidupan, terutama sekali dalam

kehidupan formal berhubungan dengan Negara atau Pemerintahan. Dalam

kehidupan sehari-hari hukum yang secara antropologis telah meresap yang

kemudian berj al an paling dominan. Dalam ha! ini hukum kebiasaan, yang

kemudian disebut dengan hukum adat dan hukum Agama yang mereka peluk.

Dalam membicarakan Hukum Islam di Indonesia, tentulah banyak ha!

yang harus kita pahami terlebih dahulu, karena Indonesia merupakan negara yang

(10)

hukum yang majemuk, karena di Indonesia berlaku berbagai sistem hukum yakni,

Adat, Islam dan Barat (/continental). 1

Hukum Islam sejak kedatangannya di bwni Nusantara Indonesia hingga

pada hari ini tergolong hukum yang hidup (living law) dan dinamis di dalam

masyarakat Indonesia, 2 ha! ini disebabkan karena Hukum Islam sudah menjadi

sebuah tradisi bagi masyarakat muslim Indonesia, selain itu perubahan dan

perkembangan Hukum Islam semakin pesat disebabkan karena perubahan zaman

dan tempat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh lbnu Khaldun: Hal ihwal umat

manusia, adat kebiasaan dan peradabannya tidaklah pada satu gerak dan ketentuan

yang tetap, melainkan berubal1 dan berbeda-beda sesuai dengan perubahan zaman

dan keadaan. 3

Dilihat dari keberadaan Hukum Islam di Indonesia ada sejak Islam itu

sendiri ada yaitu pada abad ke ke-VII M, pertumbuhan dan perkembangannya di

Indonesia bersamaan dengan tahap-tahap perkembangan Islan1 dan umatnya,

yakni Islam masih di anut oleh orang-orang secara sendiri-sendiri.

Pada periode ini pemeluk Agama Islam belum mencapai bentuk

komunitas masyarakat Islam, tahap berikutnya terbentuknya komunitas Islam

1

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar I/mu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005, h. 207

2 Marzuki Wahid dan Rumadi, Fiqh Mazhab Negara Kritik Alas Politik Hukum Islam di

Indonesia, Jakarta, LKiS, 200 I, h. 81

3

Sobhi Mahmassani, Filsafat Hukum Dalam Islam Alih Bahasa: Ahmad Sudjono, Bandung:

(11)

yang sudah teratur diberbagai wilayah, tetapi belum sampai pada masyarakat

Islam yang berpemerintah meskipun demikian diantara mereka ada orang-orang

tertentu yang oleh masyarakat dianggap dapat di-tua-kan dalam arti dapat

dimintakan nasihat-nasihatnya. Tahap yang terakhir adalah terbentuknya

komunitas masyarakat Islam yang teratur dan berpemerintah. 4

Sudut pandang filosofis bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila

memungkinkan bagi Hukum Islam untuk menjadi bagian dari pembangunan

hukum nasional, penegakan hukum (kaidah) Agama secara preventif itu sangat membantu penetapan pola penegakan hukum (Law Inforcement) negara secara preventif represif tujuannya agar masyarakat memahami dan mematuhi kaidah

hukum Negara dan kaidah Agama sekaligus.

Perkembangan Hukum Islam di Indonesia tidak terlepas dari konfigurasi

politik di Indonesia, karena konsekwensi logis clalam negara clemokrasi aclalah

tidak terlepas dari sebuah kehijakan pemerintah dalam menentukan sebuah aturan,

sehingga muncul-lah Istilah politik hukum, sebagaimana yang dikutip Abdul Halim clalam Bukunya Peradilan Agama Dalam Politik Hukum Di Indonesia

menyatakan bahwa istilah politik hukum adalah kebijakan Pemerintah yang akan

atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah Indonesia. 5 Hal ini,

karena pranata politik berfungsi untuk mernenuhi kebutuhan clalam

4

Taufiq Hamami, Kedudukan dan Eksistensi Peradilan Agama Da/am Tata Hukum di

Indonesia, Bandung, Alumni 2003, h, 15

5 Abdul Halim, Peradilan Agama Da/am Politik Hukum Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja

(12)

mengalokasikan nilai-nilai dan kaidah-kaidah Islam melalui artikulasi politik di

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Artikulasi politik itu

dilakukan melalui infra dan supra struktur politik, untuk memenuhi kebntuhan itu

dilakukan penataan kehidupan politik melalui keputusan kekusaan negara, dengan

demikian nilai-nilai dan kaidah-kaidah Islam terintemalisasi ke Dalam

Garis-Garis Besar Hukum Negara dan peraturan perundang-undangan lainnya.6 Hal ini

sejalan apa yang dijelaskan oleh Moh. Mahfud MD7 bahwa karakter suatu produk

hukum senantiasa dipengaruhi atau ditentukan oleh kekuatan politik (konfigurasi

politik) yang melahirkannya; artinya, konfigurasi tertentu dari suatu kelompok

dominan (penguasa) selalu melahirkan karakter produk hukum tertentu sesuai

dengan visi politiknya. 8

Perlu digaris bawahi, walaupun sistem hukum di Indonesia bukan

berdasarkan pada Hukum Islam, namun Hukum Islam merupakan bagian dalam

sistem hukum yang ada di Indonesia, dan yang harus difahami bahwa Hukum

Islam yang berlaku di Indonesia adalah hukum keluarga!privat (perdata), salah

satu bukti riil pada tahun 1970-an pemerintah menerbitkan salah satu

undang-undang yang mengakui eksistensi Hukum Islam yakni dengan diakuinya Lembaga

Peradilan Agama sebagai Peradilan di Indonesia yang menangani sengketa

orang-orang Islam dalam bidang hukum ke-keluarga-an dan kemL1dian pada tahun 1974

6

Cik Hasan Bisri, Peradi/an Agama di Indonesia edisi revisi Jakarta, PT. Raja Grafindo

Persada, 2003, h.74

7

la adalah doktor dalam llmu Politik Hukum, Guru Besar Fakultas Hukum Ull Yogyakarta.

8

(13)

lahirlah UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang secara substansialnya

adalah Hukum Islam.

Setelah diundangkan undang-undang Perkawinan kemudian pada tahun

1989 pemerintah mengesahkan undang-undang Peradilan Agama (UU No. 7

Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama) sebagai lembaga peradilan untuk orang

Islam, dan Hukum Islam mulai berkembang pada tahun-talmn berikutnya seperti

adanya Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang dikeluarkan melalui Inpres. No. 1

Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, kemudian paska reformasi tahun

1998 peraturan tentang Hukum Islam semakin meluas, banyalk undang-undang

yang lahir seperti UU l:l!o. 17 Tahun 1999 Tentang Haji, UU No. 38 tahun 1999

Tentang Zakat, UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, dan sebagai bukti Hukum

Islam berkembang, banyak para aktivis dan para pralktisi Hukum Islam yang

memperhatikan Hukum Islam tersebut, selain itu, dalam tata hukum nasional

pelembagaan Hukum Islam (Peradilan Agama) sudah disatu-atapkan dengan

Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi (UU No. 35 tahun 1999

tentang perubahan atas UU No. 14 Tahun 1970 Tentang K·ekuasaan Kehakiman),

dan dengan disahkannya UU No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7

Tabun 1989 Tentang Peradilan Agama, banyak hal didalamnya yang ditambah

terkait dengan perkembangan Hukum Islam di Indonesia.

Dari abstraksi di atas penulis mencoba mencari pengetahuan yang lebih

luas tentang perkembangan Hukum Islam di Indonesia dan sebagai pembahasan

(14)

"Perkembangan Hukum Perdata Islam di Indonesia (Tinjauan UU. No.

3 Tahun 2006 Teutang Perubahan Atas UU No. 7 TaJ'zuu 1989 Tentang

Peradilan Agama)"

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah di atas, permasalahan dibatasi pada

eksistensi perkembangan Hukum Perdata Islam di Indonesia dalam aspek

perkawinan, perwakafan, dan kewarisan serta bagaimana peran Peradilan

Agama dalam menanggulangi problematika Hukum Perdata Islam sebagai

wewenangnya.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah penulisan

ini dapat dirumuskan "Dalam satu negara hukum mestinya dengan keluarnya

suatu undang-undang atau perangkat peraturan yang mengatur tentang

sesuatu, secara se1ia merta dilaksanakan oleh perangkat yang ada, dalam ha!

lahirnya UU No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989

Tentang Peradilan Agama, dilapangan belum dilaksanakan sebagaimana

mestinya, sepe1ii misalnya dalam ha! ekonomi syari 'ah, zakat, perwakafan,

waris dan perkawinan, dalam skripsi ini ha! tersebut, yang ingin penulis

telusuri lebih jauh". Rumusan di atas dapat dirinci dalam bentuk pertanyaan

(15)

a. Bagaimana eksistensi perkembangan Hukum Perdata Islam dalam tata

hukum nasional?.

b. Apa saja aspek Hukum Perdata Islam yang berkembang hingga saat ini?.

c. Bagaimana peran Peradilan Agama sebagai lembaga yang diberi

kewenangan untuk menyelesaikan problematika Umat Islam?.

C. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian

kepustakaan (library reseach).

Penelitian kepustakaan yaitu mencari data-data yang diperoleh dari

literatur-literatur dan referensi yang berhubugan dengan judul skripsi diatas.

Referensi diambil dari Al-Qur'an dan Al-Hadist, juga kitab-kitab Fiqh klasik

dan kontemporer yang berkaitan dengan materi penelitian, kemudian

buku-buku yang berkaitan dengan Hukum Perdata Islam dan Undang-Undang yang

mengatur tentang Perdata Islam UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,

UU No. 41Tahun2004 Tentang Wakaf dan Inpres No.I Tahun 1991 Tentang

Kompilasi Hukum Islam serta dikomparasikan dengan UU. No. 3 Tahun 2006

Tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,

serta bahan-bahan lainnya yang dapat mendukung judul skripsi di alas.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam Penyusunan Penelitian, penulis menggunakan pendekatan

(16)

yang berbentuk sebuah peraturan-peraturan atau undang-undang dan

buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian, dan dokumen-dokumen yang

penulis anggap penting sebagai landasan penulisan pene:litian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terdiri dari dua sumber yakni :

a) Sumber Primer, yaitu berupa dokumen-dokumen, buku-buku yang

menyangkut Hukum Perdata Islan1 di Indonesia, seperti UUD 1945, UU

No I Tahun 1974 tentang perkawinan, Inpres No. I Tahun 1991 Tentang

Kompilasi Hukum Islam, UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, UU.

No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas UU No. 7·Tahun 1989

Tentang Peradilan Agama.

b) Sumber Sekunder, yakni memberikan penjelasan dan menguatkan data

primer yang mencakup Karya Tulis berupa, makalah, koran, majalah, dan

lain-lain dengan mengambil materi yang relevan dengan pembahasan

skripsi ini.

4. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian yang menggunakan metode library research ini,

dalam pengolahaan data digunakan metode kualitatif, yakni dengan cara

pengumpulan data sebanyak-banyaknya kemudian diolah menjadi

satu-kesatuan data untuk mendeskripsikan permasalahan yang akan dibahas

dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan permasalahan lalu

(17)

menyangkut Hukum Perdata Islam di Indonesia, seperti UUD 1945, UU No 1

Tahun 1974 tentaug perkawinan, lnpres No. 1Tahun1991 Tentang Kompilasi

Hukum Islam, UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, UU. No. 3 Tahun

2006 Tentaug Perubahan Alas UU No. 7 Tahun 1989 Tentaug Peradilau

Agama

5. Teknik Analisa Data

Metode aualisa data dalam skripsi ini adalah kualitatif-normatif yakni

pengumpulau data dari berbagai dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

Hukum Perdata Islam di Indonesia.

Selain itu, dalam penulisan skripsi ini, penulis juga menggunakau

metode analisis Induktif, yaitu dengan cara menganalisa data yang bertitik

tolak dari data yang bersifat khusus kemudian ditarik pada kesimpulan umum.

6. Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Tahun 2007 yang diterbitkan oleh Fakultas Syari'ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mrncoba mencari data yang valid yang

dapat menjelaskan berbagai literatur perkembangan Hukum Perdata Islam di

Indonesia dengan tujuan :

1. Mengetahui bagaimana eksistensi perkembaugan Hukum Perdata Islam

(18)

2. Mengetahui apa saja aspek Hukum Perdata Islam yang berkembang

hingga saat ini.

3. Mengetahui bagaimana peran Peradilan Agama sebagai lembaga yang

diberi kewenangan untuk menyelesaikan problematika umat Islam

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam

menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam perkembangan

Hukum Perdata Islam di Indonesia.

2. Secara Praktis, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang

bermanfaat dalam menjawab perkembangan ·Hukum Perdata Islam di

Indonesia dalam tata hukum nasional.

3. Secara Pragmatis, hasil penelitian ini menjadi bahan utama penyusunan

penulisan hukum (skripsi) sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana

Hukum Islam pada Fak:ultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis mendeskripsikan dalam bab-bab yang akan

dibahas yakni :

Bab Pertama : Tentang Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, metodologi, tujuan dan manfaat

(19)

Bab Kedua : Tentang Sekilas Tentang Perkembangan Hukum Perdata Islam di

Indonesia, meliputi Pengertian dan Ruang Lingkup, Kedudukan

Hukum Perdata Islam Dalam Tata Hukum Nasional, Hukum

Perdata Islam dan Kekuatan Hukumnya di Indonesia.

Bab Ketiga Tentang Aspek Perkembangan Hukum Perdata Islam, meliputi

Eksistensi Hukum Perdata Islam dalam, Asas-asas Hukum Perdata

Islam di Indonesia, Aspek Perdata Islam di Indonesia, Perkawinan,

Perwakafan, Kewarisan serta Prospek Hukum Perdata Islam di

Indonesia.

Bab Keempat :Tentang Tinjauan UU. No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas

UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Terhadap

Perkembangan Hukum Perdata Islam di Indonesia, meliputi,

Muatan Hukum Perdata Islam dalam Undang-undang Peradilan

Agama, Perubahan mendasar UU. No. 3 Tahun 2006 Tentang

Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,

serta Analisa Penulis.

Bab Kelima : Merupakan tahap akhir dari penulisan skripsi ini yang terdiri dari

kesimpulan penelitian dari awal sampai akhir, juga saran dari

penulis tentang persoalan yang diangkat dalam penulisan skripsi

ini sebagai masukan untuk perkembangan I-Iukum Perdata Islam di

(20)

SEKILAS TENTANG PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA ISLAM DI

INDONESIA

A. Pengertian dan Ruang Lingkup

1. Pengertian

Dalarn kamus besar Bahasa Indonesia hukum adalah peraturan atau

adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa

atau pemerintah, sedangkan perdata adalah hak, harta benda dan hubungan

antar orang atas dasar logika.1 Jika perdata digabungkan dengan hukum maka

maknanya adalah segala peraturan atau adat yang secara resmi dianggap

mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah untuk mengatur

hak, harta benda dan hubungan antar orang atas dasar logika. Narnun bila

dihubungkan dengan Islam, maka, Hukum Perdata adalah segala peraturan

atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikuknhkan oleh

penguasa atau pemerintah untuk mengatur hak, harta benda dan hubungan

antar orang berdasarkan Ajaran Islam.

Jadi, penge1tian Hukum Perdata Islam di Indonesia secara keseluruhan

adalah segala peraturan atau adai yang secara resmi dianggap mengikat, yang

dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah untuk mengatur hak, harta benda

1

(21)

dan hubungan antar orang berdasarkan aJaran Islam bagi umat Islam

Indonesia.

2. Ruang Lingkup Hukum Perdata Islam

Hukum Islam yang diformalisasikan ke dalam Sistem Hukum

Indonesia terdiri dalam dua bentuk yalmi Ibadah (hubungan antara manusia

dengan sang pencipta) dan Mu'amalah (hubungan amtara manusia dengan

. ) 2 manusia.

Hukum Islam di Indonesia kaitannya dengan ibadah, pemerintah

dalam meregulasikannya hanya sebatas sebuah penataan administrasi dan

kelembagaannya, seperti disahkan UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Zakat dan

UU No. 17 Tahun 1999 Tentang Ibadah Haji .

Membicarakan Hukum Perdata Islam di Indonesia atau yang disebut

Fiqh Mu'amalah sebagaimana yang disebut dalam pasal 49 UU. No. 3 Tahun

2006 melingkupi :

a. Hukum Perkawinan

Hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan

perkawinan, perceraian serta akibat-akibat hukumnya. Sebagaimana yang

diatur dalam UU. No 1 Tahun 1974 dan Inpres No. 1Tahun1991 tentang

KHI Bab I.

2 Zainuddin Ali,

(22)

b. Hukum Kewarisan

Hukum yang mengatur segala persoalan yang berhubungan dengan

pewaris, waris, harta peninggalan, harta warisan, Herta pembagian harta

waris. Sebagaimana yang diatur dalam lnpres No. I Tahun 1991 tentang

KHI Bab IL

c. Hukum Perwakafan

Hukum yang mengatur segala persoalan yang berhubungan dengan

perwakafan di Indonesia yang meliputi, Wakafbenda bergerak dan Wakaf

benda tidak bergerak, sertifikasi wakaf, serta badan wakaf dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan Wakaf.

d. Hukum Ekonomi Islan1

Hukum yang mengatur segala persoalan yang berhubungan dengan

Ekonomi berdasarkan Islam meliputi, aturan mengenai jual beli,

sewa-rnenyewa, pinjam meminjam, pe1janjian atau perikatan, persyarikatan

(kerjasama bagi hasil), pengalihan hak, dan segala yang berkaitan dengan

transaksi.3

B. Kedudukan Hukum Perdata Islam Dalam Tata Hukum Nasional

Yang dimaksud dengan kedudukan adalah tempat dan keadaan, sedangkan

tata hukum adalah susunan atau sistem hukum yang berlak.u di suatu daerah atau

3

(23)

Negara tertentu.4 Dengan demikian yang akan diabstraksikan dalam pembahasan

ini adalah tentang tempat, keadaan Hukmn Islam dalam susunan atau sistem

hukum yang berlaku di Indonesia.

Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, bahwa Indonesia memiliki

sistem hukum yang majemuk, karena di Indonesia berlaku berbagai sistem hukum

yakni, Ad at, Islam dan Barat (kontinenta/). 5 Ketiga sistem hukum itu mulai

berlaku di Indonesia pada waktu yang berlainan.

Hukum Islam telah ada di kepulauan Indonesia sejak orang Islam datang

dan bermukim di nusantara ini. Menurut pendapat yang disimpulkan oleh seminar

masulmya Islam ke Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada Tahun 1963,

Islam telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau pada abad ke

tujuh Masehi.6

Mengenai kedudukan Hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia yang

bersifat majemuk, dapat kita telusuri dengan historiografi Islam, Ibnu Batutah,

seorang pengembara Arab Islam asal Maroko, ketika singgah di Samudera Pasai

pada tahun 1345 M, mengagumi perkembangan Islam di negeri tersebut. Ia

mengagumi sultan Al-Malik Al-Zahir seorang raja pada Kerajaan Pasai, karena

selain seorang raja beliau juga seorang fuqoha (ahli hukurn) yang mahir tentang

·1 Mohammad Daud Ali, Hukum Isiam Pengantar //mu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005, h. 23 l

5 Ibid,

h. 207 6

Azyumardi Azra, Jaringan Global dan Lokal Islam di Nusantara .. Bandung, Mizan, 2002, h.

(24)

Hukum Islam. Yang dianut di Kerajaan Pasai waktu itu adalah Hukum Islam

Mazhab Syafi'i.7 Menurut Hamka, dari Pasailah disebarkan paham Syafi'i ke

kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Indonesia. Bahkan ウLセエ・ャ。ィ@ kerajaan Islam Malaka berdiri (1400-1500 M) para ahli Hukum Islam Malaka datang ke Samudra

Pasai untuk meminta kata putus mengenai berbagai masa!ah hukum yang mereka

jumpai dalan1 masyarakat.

Dalam Perkembangan Hukum Islam pada masa-masa kerajaan banyak

para Ahli Hukum Islam nusantara menulis buku tentang Hukum Islam, seperti,

kitab Siratal Mustaqim karya Nuruddin Ar-Raniri (1628 M), Sabi/al Muhtadin

syarah (penjelasan lebih rinci) dari kitab Siratal Mustaqim Karya Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Kitab-kitab tersebut dijadikan sebagai rujukan

dalam menyelesaikan sengketa antara Umat Islam. Selain itu, banyak lagi

kitab-kitab tentang Hukum Islam yang dijadikan pegangan oleh Umat Islam dalam

menyelesaikan berbagai masalah, dikarang oleh syaikh-syaikh di Daerah

Kesultanan Palembang dan Banten seperti Syaikh Abdu Samad clan Syaikh

Nawawi Al-Bantani. Hukum Islam diikuti dan dilaksanakan juga oleh peme!uk

Agama Islam dalam kerajaan-kerajaan Demak, Jepara, Tuban, Gresik Ngampel

clan kemuclian Mataram.

Ketika VOC (vereenigde Oots-Indische compagnie = gabungan

perusahaan dagang belanda hindia timur) clatang ke-Inclonesia pacla akhir abacl

7

(25)

ke-enam belas (1596 M), kebijakan yang telah dilaksanakan oleh parn sultan tetap

dipertahankan pada daerah-daerah kekuasaanya. Bahkan dalam banyak hal

voe

memberikan kemudahan fasilitas agar Hnkum Islam dapat terns berkembang

sebagaimana mestinya. Bentnk kemudahan yang diberikan oleh

voe

adalah

bnku-buku karangan para ahli Hukum Islam di Indonesia dijadikan sebagai

pegangan para Hakim Peradilan Agama dalam memutus perkara. 8 Selain itu,

bentuk perhatian

voe

terhadap Hukum Islam di Indonesia,

voe

membuat

kodifikasi ringkasan Hukum Islam yang disusun oleh D.W. Freijer, yang

dijadikan untuk pegangan para Hakim Peradilan Islam dalam memutus

perkara-perkara umat Islam. Ringkasan kitab hukum yang disu:mn Freijer itu dalam

kepustakaan terkenal dengan nama compendium freijer. Kondisi ini terns berlangsung sampai penyerahan kekuasaan

voe

kepada pemerintahan Kolonia!

Belanda selan1a lebih kurang dua abad lamanya (1602-1800 M).9

Setelah kekuasaan

voe

berakhir dan digantikan oleh pemerintah Belanda,

Eksistensi Hukum Islam di Indonesia masih tetap bertahan walaupun pemerintah

Belanda mernbah secara perlahan. Sebagai bukti riil ada beberapa teori-teori yang

dikeluarkan oleh para ahli hukum Belanda yang kemudian dijadikan sebagai

bahan pertimbangan untuk kebijakan pemerintah Belanda terkait dengan Hukum

Islam yakni :

8

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di lndoensia. Jakarta: Kencana, 2006,

h.Xii

9

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengan/ar I/mu Hukum don Tata Hukum Islam di

(26)

a. Teori Receptie in Complexu

Teori ini digagas oleh Salomon Keyzer yang kernudian dikuatkan oleh

Christian Van den Berg (1845-1927 M). Maksud teori ini, hukum mengikat

Agama yang dianut seseorang, jika seseorang itu memeluk Agama Islam,

Hukum Islam-lah yang berlaku baginya. Dengan kata lain teori ini menyebut

bagi Rakyat Pribumi yang berlaku bagi mereka adalah hukum agamanya. 10

Walaupun dalam pelaksanaannya terbatas, Hukum Islam telah

teraplikasi dalam kehidupan masyarakat Islam sekalipun hanya dalam lingkup

hukum keluarga, perkawinan dan warisan. Dalam periode ini, pemerintahan

Belanda memberikan perhatian yang serius terhadap pe1jalanan Hukum Islam,

ha! ini dapat dilihat dengan dikeluarkan instruksi-instruksi yang diterbitkan

kepada bupati dan sultan-sultan berkenaan dengan pelaksanaan Hukum Islam

tersebut. Salah satu diantaranya adalah dikeluarkan stab!. No. 22 pasal 13

diperintahkan kepada Bupati untuk memperhatikan soal-soal Agama Islam

dan untuk menjaga supaya pemuka Agama dapat melakukan tugas mereka

sesuai dengan adat kebiasaan orang Jawa seperti dalam soal perkawinan,

pembagian pusaka dan yang sejenis.

Dapat dilihatjuga dalam Reglement Op Het Be/eid Der Regeering Van

Nederlandsch Indie, di singkat dengan regeerings reglement (R.R) yang

dimuat dalam stbl. Belanda 1854 : 129 atau stbl. Hindia Belanda 1855 : 2

'0 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmaal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia; Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU No.111974 sampai KHI, Jakarta: Kencana 2006, h.

(27)

berlaku undang-undang Islam bagi orang Islam itu tel ah ditegaskan pasal 7 5

RR. Stbl. 1855 : 2 itu berbunyi dalam ayat (3)-nya : "Oleh hakim Indonesia itu hendaklah di perlakukan undang-undag agama (gods dienstige wetten) dan kebiasaan penduduk Indonesia itu". Ayat (4)-nya : "undang-undang agama, instelling dan kebiasaan itu jugalah yang dipakai untuk mereka, oleh hakim Eropa andai kata pada pengadilan tinggi terjadi Hoger beroep (permintaan pemeriksaan banding) ".11

Drs. Amrullah Ahmad mengatakan bahwa teori receptie in complexu

yang berarti bahwa hukum yang berlaku bagi pribumi adalah hukum Agama

yang dipeluknya. 12 Barang kali pendapat ini dipengaruhi oleh kenyataan

bahwa warga pribumi yang muslim sangat taat menjalankan syari'at

agamanya, sebagai pelaksana titah Allah di dalam Qur'an surat

Al-Baqarah/2: 208 :

Artinya : Masuklah kalian semua ke dalam Islam secara total.

Dalam Statute Batavia 1642 disebutkan bahwa : "Sengketa warisan antara orang pribumi yang beragama Islam harus diselesaikan dengan memergunakan hukum Islam, yakni hukum yang dipakai oleh rakyat

sehari-11

Hazairin, Pe111baharuan f-fuk1an Jslan1 di Indonesia, Jakarta, lJniversitas Indonesia Press,

1976 h. 44

12

Amrullah Ahm"d, dkk, Dimensi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta,

(28)

hari ". 13 Yang selanjutnya kenyataan ini ditransformasi oleh Van Den Berg ke

dalam teori Receptie in Complexu. Yang didukung pula oleh para ahli

kebudayaan dari Belanda sendiri bahwa dari sekitar 1800 tahun dan

sesudahnya bahwa di Indonesia berlaku Hukum Islam (khususnya bagi

mereka yang memeluk Agama Islam).

b. Receptie

Teori ini digagas oleh sarjana terkemuka Belanda yang disebut sebagai

Islamolog Christian Snouck Hurgronje (1857-1936), yang selanjutnya

dikembangkan dan disistemisasikan secara ilmiah oleh C. Van Hollenhoven

dan Ter Harr Bzn.

Teori ini merupakan bantahan dari teori receptie: in complexu, maksud

teori ini, hukum yang berlaku bagi orang Islam bukanlah Hukum Islam, tetapi

hukum adat. Dalam gagasan mereka intinya bahwa sebenarnya hukum yang

berlaku di Indonesia adalah hukum adat asli. Kemudian hukum adat ini

memang ada yang dimasuki pengaruh hukum Islam, sedikit demi sedikit

pengaruh hukum Islam itu baru mempunyai kekuatm1 jika telah diterima

hukum adat dan lahirlah dia sebagai hukum adat bukan .sebagai hukum Islam.

Wujud nyata ini ditindak lanjuti lebih jauh dan diterapkan pada pasal

134 ayat (2) indische staatsregeling (IS) 1925 yaitu : "Dalam hal te1jadi

perkara perdata antara sesama orang Islam akan diselesaikan oleh hakim

" Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistemology Hukum Islam Indonesia, Jakarta, PT. Raja

(29)

agama Islam apabila keadaan tersebut telah diterima oleh hukum adat mereka dan sejauh tidak ditentukan lain oleh ordonansi." Dalam teori receptie, yang ada adalah adat, sementara hukum Islan1 dianggap tidak ada.

Hukum Islam dianggap eksis, berarti dan bermanfaat bagi kepentingan

pemeluknya, apabila I-Iukum Islam tersebut telah diresepsi oleh hukum adat.14

Hal ini berdampak pada Perkara Kewarisan pada zaman itu, menurut ter harr

dan teman-temannya mengemukakan bahwa dalam kenyataannya Hukum

Islam tidak mendalam pengaruhnya pada aturan-aturan kewarisan di Jawa dan

di mana pun juga di Indonesia. Menurut mereka Hukum Islam mengenai

kewarisan sedikit sekali hubungannya dengan rnsa keadilan hukum

masyarakat Indonesia, karena hukum Kewarisan Islam itu bersifat individual

sedang hukum Kewarisan Adat bersifat komunal. Menurut mereka, karena

Hukum Islam mengenai kewarisan belum sepenuhnya diresepsi atau diterima

oleh Hukum Adat Jawa, maka wewenang untuk mengadili soal kewarisan

yang selama ini berada pada Pengadilan Agama d.i Jawa dan Madura,

diserahkan kepada Pengadilan Negeri yang akan mengadili dan memutus

perkara kewarisan menurut hukum adat yang sesuai dengan keadilan hukum

masyarakat setempat.15 Hal inilah yang menjadi dasar dikeluarkan Staatsblad

Nomor 153 Tahun 1931 tentang pembentukan pengadilan penghulu dan yang

14 Ibid,

h. 76

(30)

mengubah susunan serta wewenang Pengadilan Agama, dan pada tahun 193 7,

dengan Staatsblad Nomor 116 Tahun 1937, wewena11g mengadili perkara

kewarisan dialihkan dari Pengadilan Agama ke Pengadilan Negeri. Walaupun

dalam kenyataanya Pengadilan Negeri tidak mampu me:nerapkan hukum adat

yang sesuai dengan keadilan hukum masyarakat setempat, ha! ini disebabkan

karena para Hakim Pengadilan Negeri adalah orang-orang Belanda yang tidak

mengerti hukum adat yang sebenamya.

Atas dasar tersebut di atas jelaslah bahwa teori receptie merupakan

rekayasa pemerintah Kolonia! Belanda dalam rangka merintangi

perkembangan Hukum Islam di Indonesia. Rekayasa Ilmiah di bidang hukum

ini ditujukan untuk mengelementasi Hukum Islam, yang diminta pemerintah

Kolonia! Belanda karena dianggap menjadi penghalang kolonialisme dan

imperialisme.

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17

Agustus 1945. Pemerintah Indonesia membentuk Departemen Agama, dan

melalui Departemen Agama pemerintah berusaha meluruskan persepsi tentang

pemberlakuan Hukum Islam di Indonesia. 16 Langkah awal dari usaha ini

adalah memperbaharui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Nikah,

Thalaq dan Rujuk (NTR) yang diberlakukan pada tanggal 22 November 1946,

kemudian undang-undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang didalamnya

memuat tentang Perwakafan di Indonesia, Undang-undang No. 1 tahun 1974

(31)

tentang perkawinan, undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama, lnpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, dan

banyak Jagi undang-undang yang disahkan sebagai bukti eksistensi Hukum

Islam di Indonesia.

C. Hukum Perdata Islam dan Kekuatan Hukumnya di Indonesia

Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana yang termaktub dalam UUD

1945 pasal 1 ayat 3, selain itu, Indonesia adalah Negara yang berdasm· kepada

Ketuhanan Yang Maha Esa (pasal 29 ayat I) dan dalam Idiologi Indonesia

(Pancasila) juga termaktub Ketuhanan Yang Maha Esa, ha! inilah yang kemudian

menjadi dasar kekuatan Hukum Perdata Islam di Indonesia dalam Ketatanegaraan

Indonesia, yang kemudian dijabarkan melalui UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, UU No. 41 Tahun

2004 tentang Wakaf, dan beberapa lnstruksi Pemerintah serta Peraturan

Pemerintah terkait dengan Implementasi Hukum Perdata Islam di Indonesia. Oleh

karena itulah, pemberlakuan dan kekuatan Hukum Perdata Islam secara

ketatanegaraan di Negara Republik Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945.

Apabila kekuatan Hukum Perdata Islam di Indonesia dianalisis, 17 perlu

diungkapkan produk pemikiran Hukum Islam dalam sejarah perilaku umat Islam

dalam melaksanakan Hukum Islam di Indonesia, seiring dengan pertumbuhan dan

perkembangannya, yaitu :

17

(32)

1. Syari'ah

Hukum Islam dalam pengertian syari'ah (Islamic Law) merupakan

norma hukum dasar yang ditetapkan Allah SWT, yang wajib diikuti oleh umat

Islam berdasarkan iman, karena syari'ah memuat ketetapan-ketetapan Allah

dan Rasul-Nya, baik berupa larangan maupun berupa suruhan yang di

dalamnya menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, baik yang

berhubungan dengan manusia dengan Tuhan-Nya, manusia dengan manusia,

maupun manusia dengan lingkungan kehiduparmya. Nom1a Hukun dasar ini

dijelaskan dan atau dirinci lebih lanjut oleh Nabi Muhammad SAW sebagai

Rasul-Nya. Karena itu, syari'ah terdapat di dalam Al-Qur'an dan Sunnah

Rasul (Hadits-Hadits Nabi).18

2. Fiqh

Hukum Islam dalam pengertian Fiqh (Islamic .Jurisprudence) adalah

Hukum Islam yang berdasarkan pemahaman yang diperoleh seseorang dari

suatu dalil, ayat, nash Al-Qur'an dan/atau Hadits Nabi Muhammad SAW.

Atau dengan kata lain, suatu usaha seseorang untuk mernahami hukum-hukum

yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits. Dalam penge1iian Fiqh,

Hukum Islam sudah diamalkan oleh umat Islam Indonesia sejak orang

Indonesia memeluk agama Islam. Sehingga dalam perumusan sebuah Hukum

Islam di Indonesia dengan mengambil berbagai literatur Fiqh.

18

(33)

Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah puncak pemikiran Fiqh di

Indonesia, hal ini didasari oleh keterlibatan para Ulama, Cendikiawan, Tokoh

Masyarakat (tokoh agama dan tokoh adat) dalam menentukan Hukum Islam,

yang di dalamnya memuat hal perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, dan

wakaf. KHI yang kemudian dilegal formalkan dengan Inpres No. I Tahun

1991 dan ditindak lanjuti dengan Kepmenag. No. 154 Tahun 1991 dan

disebarluaskan melalui surat edaran Direktorat Pembinaan Badan Peradilan

agama No. 3694/EV /HK.003/ AZ/91. KHI sebagai Jjma' Ulama Indonesia

diakui keberadaannya dan diharapkan dijadikan pedoman hukum oleh umat

Islam Indonesia dalam menjawab setiap persoalan hukum yang muncul.19

3. Fatwa

Hukum Islam yang berbentuk fatwa adalah Hukum Islam yang

dijadikan jawaban oleh seseorang dan/atau lembaga atas adanya pe1tanyaan

yang diajukan kepadanya. fatwa bersifat kasuistik dan tidak mempunyai daya

ikat secara yuridis formal terhadap peminta fatwa, hal ini karena Fatwa pada

umumnya bersifat dinamis terhadap perkembangan baru yang dihadapi oleh

umat Islam. 20

Fatwa biasanya dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kew<:nangan

dalam ha! tersebut, seperti, MUI (Majlis Ulama Indonesia), badan Peradilan

19 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 5

(34)

Agama serta lembaga-lembaga lain yang diberi wewenang untuk

mengeluarkan fatwa.

4. Keputusan Pengadilan Agama

Hukum Islam yang berbentuk keputusan Pengadilan Agama adalab

keputusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama atas adanya permohonan,

penetapan atau gugatan yang diajukan oleh seseorang atau lebih dan/atau

lembaga kepadanya. Keputusan dimaksud, bersifat mengikat pihak-pihak

yang berperkara. Selain itu, putusan Pengadilan Agama dapat bernilai sebagai

yurisprudensi, yang dalam kasus-kasus tertentu dapat dijadikan oleh Hakim

sebagai referensi hukum.21

5. Perundang-undangan di Indonesia

Hukum Islam dalam perundang-undangan di Indonesia adalah Hukum

Islam yang bersifat mengikat secara hukum ketatanegaraan bahkan daya

ikatnya lebih luas. Oleh karena asas hukum di Indonesia adalah legalitas,

makanya kemudian banyak hukum-hukum Islam yang dijadikan sebuab

undang-undang seperti, UU No. 1 Tahun 1991 tentang Perkawinan, UU No.

41 Tahun 2004 tentang Wakaf, semuanya memuat Hukum Islam dan

mengikat kepada setiap warga Negara Republik Indonesia.

21

(35)

A. Eksistensi Hukum Perdata Islam di Indonesia

Hukum Perdata Islam dilihat dari aspek keberadaannya dalam perumusan

dasar Negara yang dilakukan oleh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaba Persiapan

Kemerdekaan Indonesia), yaitu para pemimpin umat Islam berusaba memulihkan

dan mendudukkan Hukum Islam dalam Negara Indonesia Merdeka. Dalam tabap

awal, usaha para pemimpin dimaksud tidak sia-sia, yaitu lahir piagam Jakarta

pada tanggal 22 Juni 1945 telah disepakati oleh pendiri Negara bahwa Negara

berdasar kepada ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi

para pemeluknya.1 Walaupun dalam perkembangannya banyak para tokoh

Nasionalis yang tidak sepakat dengan tujuh kata tersebut sehingga pembukaan

UUD 1945 diganti dengan kata "Ketuhanan Yang Maba Esa". Waiau demikian

eksistensi Hukum Islam di Indonesia masih tetap diakui dan dijadikan sebagai

salah satu sistem hukum di Indonesia.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam uraian sebelumnya bahwa eksistensi

Hukum Perdata Islam di Indonesia sudah memiliki kekuata.n hukum dalam sistem

hukum Indonesia dengan di-sahkan UU No. 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan

Kehakiman dan UU No. 35 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas UU No. 14

Tahun 1970 Tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 1 Tahun 1974 Tentang

1

(36)

Perkawinan, UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan UU No. 3

Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan

Agama, Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI), UU

No. 38 Tahun 1999 Tentang Zakat dan UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

Dari sana dapat kita fahami bahwa dengan adanya kekuatan Hukum dalam sistem

Hukum di Indonesia sudah merupakan bentuk pengakuan terhadap Hukum

Perdata Islam di Indonesia, hingga saat ini. 2

B. Asas-Asas Hukum Perdata Islam di Indonesia

Kata Asas berasal dari bahasa Arab, asasun (u.;..i). Artinya dasar, basis,

pondasi. Kalau dihubungkan dengan pondasi berfikir, yang dimaksud dengan asas

adalah landasan berfikir yang sangat mendasar. 3 Jika kata asas dihubungkan

dengan hukum, yang dimaksud dengan asas adalah kebenaran yang dipergunakan

sebagai tumpuan berfikir dan alasan pendapat, terutama, clalam penegakkan dan

pelakasanaan hukum. Asas hukum pada umumnya, berfongsi sebagai rujukan

untuk mengembalikan segala masalah yang berkenaan dengan hukum.

Asas Hukum Islam berasal dari sumber Hukum Islam itu sendiri terutama

Al-Qur'an dan Al-Hadits baik yang bersifat rinci maupun yang bersifat umum dan

yang kemudian dikembangkan oleh aka! pikiran manusia yang memenuhi syarat

2

!bid, h. 4

3

(37)

untuk itu (berijtihad).4 Hal demikian dapat diketahui bahwa asas Hukum Islam

meliputi : Asas Umum, Asas Hukum Pidana dan Asas Hukum Perdata, dan masih

banyak lagi asas-asas yang lainnya.

Hukum Islan1 sebagai salah satu hukum yang diakui oleh pemerintah

memiliki asas-asas yang dianggap penting dalam meng-lmplementasikan-nya atau

yang sering disebut sebagai Asas Umum yang meliputi semua bidang dan

lapangan Hukum Islam,5 yakni:

1. Asas Keadilan

Asas Keadilan adalah asas yang penting dan mencakup semua asas

dalan1 bidang Hukum Islam. Akibat dari pentingnya asas dimaksud, sehingga

Allah SWT Mengungkapkan di dalam Al-Qur'an lebih dari 1.000 kali,

terbanyak disebut setelah kata Allah dan ilmu pengetahuan. Banyak ayat

Al-Qur'an yang memerintahkan manusia berlaku adil dan menegakkan keadilan.

Dalam Al-Qur'an Surat Shaad (38) ayat 26 dijelaskan:

HセゥZiaOlyBIケャ@

'.JS

イセ@

1_,_:.\

セ@ セセ@

Artinya : Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, 1\!faka berilah Keputusan (perkara) di antara

[image:37.595.82.484.121.599.2]

4 Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar I/mu Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Sinar

Grafika 2006, h. 45

5

(38)

manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafeu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan.

Allah memerintahkan penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di

bumi untuk menyelenggarakan hukum sebaik-baiknya, berlaku adil terhadap

semua manusia, tanpa memandang stratifikasi sosial, yaitu kedudukan,

asal-usu!, keyakinan yang di anut oleh pencari keadilan.6

2. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum adalah asas yang menya1akan bahwa tidak ada

satu perbuatan yang dapat di hukum kecuali atas kekuatan ketentuan peraturan

yang ada dan berlaku pada perbuatan itu.7 Oleh karena itu, tidak ada sesuatu

pelanggaran sebelum ada ketentuan hukum yang mengatumya. asas 1111

berdasarkan atas Al-Qur'an surah Al-Israa' (17) Ayat 15 sebagi berikut:

'

-_;y

Artinyah : Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk (kese/amatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul.

6

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar I/mu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, h. 128

7

(39)

3. Asas Kemanfaatan

Asas Kemanfaatan adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian

hukum. Dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastian hukum, seyogianya

dipertimbangkan asas kemanfaatannya, baik kepada yang bersangkutan

sendiri maupun kepada kepentingan masyarakat. 8 Dalam melakukan

pencatatan setiap aqad, misalnya, dapat dipertimbangkan kemanfaatannya

bagi orang yang ber-'aqad dan bagi masyarakat. sebagaimana yang dijelaskan

dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 282 di sebut:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar ..

Dalam praktik Hukum Perdata terdapat asas-asas Hukum Islam yang

menjadi tumpuan atau landasan untuk melindungi kepentingan pribadi seseorang,

ha! ini sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. Muhammad Daud Ali, SH dalam

bukunya, asas-asas itu di antaranya adalah :

I. Asas Kebo/ehan atau Mubah

Asas ini menunjukan kebolehan melakukan semua hubungan

perdata (sebagian dari hubungan mu'amalah) sepanjang hubungan itu

tidak dilarang oleh Al-Qur'an dan As-Sunah. Dengan kata lain, pada

8

(40)

dasarnya segala bentuk hubungan perdata adalah boleh dilakukan, kecuali

kalau telah ditentukan lain dalarn Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Hal ini, sebagaimana yang tersebut didalam Kaidah Ushul fiqh "r.1y>Jil セ@ Jµ.JJJ u.J;

u:b.

ul-J)'f .t,i..:,511

u-9

J..,,yf",9 ini berarti bahwa Islam memberi kesempatan luas kepada yang 「Qセイォ・ー・ョエゥョァ。ョ@ untuk mengembangkan bentuk dan macam hubungan perdata (baru) sesuai

dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Tuhan

memudahkan dan tidak menyempitkan kehidupan manusia seperti yang

dinyatakan-Nya antara lain dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah (2) ayat

185:

|aッᄋyOッᄋセMQ|I@ . ..F.' ᄋᄋᄋセ@ MᄋセQQセセNG@ , - ,

....l:1j-

ᄏZゥMMMセQセセNGセiGI@ llJ_r.

r-::

JJJ •

....l:1j-···

Artinya : . .. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu ...

2. Asas Kemaslahatan Hidup

Kemaslahatan hidup adalah segala sesuatu yang mendatangkan

kebaikan, berguna, berfaedah bagi kehidupan. Asas kemaslahatan hidup

adalah asas yang mengandung makna bahwa hubungan perdata apa pun

juga dapat dilakukan asal hubungan itu mendatangkan kebaikan, berguna

serta berfaedah bagi kehidupan manusia pribadi dan masyarakat,

kendatipun tidak ada ketentuuannya dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

9

Imam Jalaluddin As-Shuyuthi, Al-Ashbah Wa An-Nazhair, Indonesia, Daar Ahya

(41)

Asas ini sangat berguna untuk pengembangan berbagai lembaga hubungan

perdata dan dalam menilai lembaga-lembaga hukum non-Islam yang ada

dalam sesuatu masyarakat.

3. Asas Kebebasan dan Kesukarelaan

Asas ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus

dilakukan secara bebas dan sukarela. Kebebasan kehendak para pihak

yang melahirkan ke-sukarela-an dalam persetujuan harus senantiasa di

perhatiakan. Asas ini juga mengandung arti bahwa selama teks Al-Qur'an

dan As-Sunnah tidak mengatur suatu hubungan p<:rdata, selama itu pula

para pihak bebas mengatumya atas dasar kesuka:relaan masing-masing.

Asas ini bersumber dari Al-Qur'an surat An-Nisa (4) ayat 29.10

4. Asas Menolak Mudharat dan Mengambil Manfaat

Asas ini mengandung makna bahwa harus dihindari segala bentuk

hubungan perdata yang mendatangkan kerugian (mudharat) dan

mengembangkan (hubungan perdata) yang bermanfaat bagi diri sendiri

dan masyarakat.11 Dalan1 asas ini terkandung juga penge1tian bahwa

menghindari kerusakan harus diutamakan dari memperoleh (meraih)

keuntungan dalam suatu transaksi seperti perdagangan narkotika,

prostitusi, dan mengadakan perjudian misalnya.

IO Mohammad Daud Ali, Hukum /slam Pengan/ar I/mu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, h. I 29

(42)

5. Asas Kekeluargaan

Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat adalah

asas hubungan perdata yang disandarkan pada hormat-menghormati,

kasih-mengasihi serta tolong-menolong dalam mencapai tujuan bersama.

Asas ini menunjukkan suatu hubungan perdata antara para pihak yang

menganggap diri masing-masing sebagai anggota satu keluarga,

kendatipun, pada hakikatnya, bukan keluarga.12 Asas ini dialirkan dari

Surat Al-Maidah (5) ayat 2 :

""

i)ri3 "sis.b.il3

⦅LLjセi@

セ@ QISセ@

-03

セI

アAQヲZ[N[ji@

セ@ QISセS@

...

""

Hセ@

:o

/o:lJ

WI)

yLiJT

セ[lャL@

:&I

oJ

:&T

Artinya : ... Dan to/ong-meno/onglah kamu dalam (menge1jakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-meno/ong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

6. Asas Adil dan Berimbang

Asas keadilan mengandung makna bahwa hubungan perdata tidak

boleh mengandung unsur-unsur penipuan, penindasan, pengambilan

kesempatan pada waktu pihak lain sedang kese:mpitan. Asas ini juga

mengandung arti bahwa hasil yang diperoleh harus berimbang dengan

usaha atau ikhtiar yang dilakukan. 13

12

Ibid

13

(43)

7. Asas Larangan Merugikan Diri Sendiri dan Orang Lain

Asas ini mengandung arti bahwa para pihak yang mengadakan

hubungann perdata tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain

dalan1 hubungan perdatanya. Merusak harta, kendatipun tidak merugikan

diri sendiri, tetapi merugikan orang lain, tidak dibenarkan dalam Hukum

Islam. Ini berarti bahwa menghancurkan atau memusnahkan barang, untuk

mencapai kemantapan harga atau keseimbangan pasar, tidak dibenarkan

oleh Hukum Islam (QS. 2:188, 2:195, 3:130, 4:2, 4:29, 5:2, 66:6).14

8. Asas lvfendapatkan Hak Karena Usaha dan Jasa

Asas ini mengandung makna bahwa seseorang akan mendapat hak,

misalnya, berdasarkan usaha dan jasa, baik yang dilakukannya sendiri

maupun yang diusahakannya bersama-sama orang lain. Usaha dan jasa

haruslah usaha dan jasa yang baik yang mengandung kebajikan, bukan

usaha dan jasa yang mengandung unsur kejahatan, keji dan kotor. Usaha

dan jasa yang dilakukan melalui kejahatan, kekejian dan kekotoran tidak

dibenarkan oleh Hukum Islam. Asas ini bersumber dari Al-Qur'an antara

lain surat 6:164, 8:26, 16:72, 17:15, 17:19, 35:18, 39:7, 40:64, 53:38,

53:59.15

14

Ibid, h. 135

15

(44)

9. Asas Perlindungan Hak

Asas ini mengandung arti bahwa semua hak yang di peroleh seseorang dengan jalan halal dan sah, harus dilindungi. Bila hak itn dilanggar oleh salah satu pihak dalam hubungan perdata, pihak yang dirugikan berhak untuk menuntut pengembalian hak itu atau menuntut pengembalian hak itu atau menuntut kerugian pada pihak yang merugikannya.16

l 0. Asas Yang Beri 'tikad Baik Harus Dilindungi

Asas ini berkaitan erat dengan asas lain yang menyatakan bahwa orang melakukan perbuatan tertentu be1ianggung jawab atau menanggung resiko perbuatanya. Namun, jika ada pihak yang melakukan suatu hubungan perdata tidak mengetahui cacat yang tersembunyi dan mempunyai i 'tikad baik dalam hubungan perdata, kepentingannya harus dilindungi dan berhak untuk menuntut sesuatu jika ia dirµgikan karena i'tikad baiknya.17

11. Asas Mengatur dan Memberi Petunjuk

Sesuai dengan sifat hukum keperdataan pada umumnya, dalam Hukum Islam berlaku asas yang menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan Hukum Perdata, kecuali yang bersifat ijbari karena ketentuannya telah

qath 'i hanyalah bersifat mengatur dan memberi petunjuk saja kepada

16

Ibid

17

(45)

orang-orang yang akan memanfaatkannya dalam mengadakan hubungan

perdata. Para pihak dapat memilih ketentuan lain berdasarkan

kesukarelaan, asal saja ketentuan itu tidak bertentangan dengan Hukum

Islam.18

12. Asas Tertulis Atau Diucapkan Di Depan Saksi

Asas ini mengandung makna babwa hubungan perdata selayaknya

dituangkan dalam perjanjian tertulis dihadapan saksi:-saksi. Namun, dalam

keadaan te1ientu, perjanjian itu dapat saja dilakukan secara lisan

dihadapan saksi-saksi yang memenuhi syarat baik mengenai jumlahnya

maupun mengenai kualitas orangnya. Sebagaimana yang disebut dalam

Surat Al-Baqarab (2): 282) :

! ). .... .... ,,, "'t ,;::: .... .,. ! :::- .... t .... .,,,., .,,,,. .... -;:,., .... .... ,,. (. p ....

01

t--f>--

セセM

':]_,I

I".;;::.

_,I

セセi@

9P

<.>;\JI

0D' 0}9 \,_ "·

,_

セQゥ[Nᄋ@

.

.'-

セ@

1 ,

セ^iᄋ@

"-Ji;iL,

LセM

PQZセゥセ@

-'

"1 ,

r--:. ·

l

l.r

セセ@

ェセェ@

, -· -0 , -

Y"

セ@

H|aッZセOッーゥI@

...

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan

18

(46)

menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menu!is, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu).

C. Aspek Perdata Islam di Indonesia

Reformasi hukum merupakan salah satu amanat penting dalam rangka

pelaksanaan agenda refomiasi hukum nasional. Di dalamnya tercakup agenda

penataan kembali berbagai institusi hukum dan politik, mulai dari tingkat pusat

sampai kepada tingkat yang paling bawah, pembaharuan berbagai perangkat

peraturan per-undang-undangan mulai dari UUD sampai kepada peraturan yang

paling bawah, dan pembaharuan dalam sikap, cara berfikir dan berbagai aspek

perilaku masyarakat hukum kita ke arah kondisi yang sesuai dengan tuntutan

zaman. Dengan perkataan lain, dalam agenda reformasi hukum itu tercakup

penge1tiann reformasi kelembagaan (institutional reform), reformasi per-undang-undangan (instrumental reform), dan reformasi budaya hukum (kultural reform).19

Sehubungan dengan hai itu, perlu ditelaah mengenai berbagai aspek

perkembangan Hukum Perdata Islam itu dalam kaitannya dengan pelaksanaan

agenda reformasi hukum nasional yang sekarang sedang berlangsung di antaranya

adalah:

19

(47)

I. Hukum Perkawinan

h. xiv

Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, bahwa Eksistensi Hukum

Islam di Indonesia, berawal, mengenai pennasalahan yang menyangkut

hal-hal perkawinan yang kemudian banyak peraturan tentang perkawinan

terutama paska kemerdekaan Republik Indonesia. Seperti dikeluarkan UU No.

22 Tahun 1946 Tentang NTRj.o UU No. 32 Tahun 1954 Tentang Perubahan

atas UU No. 22 Tahun 1946 Tentang Nikah, Thalaq, Rujuk (NTR), UU No. I

Talmn 1974 Tentang Perkawinan dan Inpres. No. I Tahun 1991 Tentang

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Bab I Tentang Perkawinan.20

Dalam kaitannya dengan perkembangan Hukum Islan1 di Indonesia,

peraturan tentang perkawinan merupakan hal yang sangat diprioritaskan oleh

pemerintah, ha! ini dapat kita lihat dengan peran aktif pemerintah dalam

mensosialisasikan Hukum Perdata Islam di Indonesia, dengan mengeluarkan

beberapa peratman pemerintah (PP) sebagai implementasi undang-undang

yang di sahkan.

Hukum Perkawinan, walau hingga saat ini belum ada peraturan yang

baru, namun wacana tentang pembaharuan hukum perkawinan bukanlah ha!

yang baru, ha! ini, karena masyarakat Indonesia, sadar akan perkembangan

zaman, sehingga banyak pasal-pasal yang dianggap sudah tidak relevan

dengan alasan perkembangan zaman tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya

20

(48)

CLD KHI (Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam) pada tahun 2004

yang di pelopori oleh Siti Musdah Mulia. CLD KHI ini muncul sebagai akibat

perkembangan zaman dalam kesetaraan gender (al-musawah al-jinsiyyah)

yang di dalamnya, juga membahas tentang hukum perkawinan di Indonesia.21

Walaupun CLD KHI hanya sebatas wacana, namun respon dari Umat Islam

sangatlah antusias untuk membahasnya, walau, banyak terjadi pro dan kontra

terhadap wacana tersebut.

Selain itu, wacana dari pihak pemerintah juga direalisasikan dengan

membuat RUU Terapan Peradilan Agama Tentang Perkawinan (Tahun 2006),

walaupun pada kenyataannya sampai saat ini tidak ada pollow up-nya, namun

dapat kita pahami bahwa usaha untuk pembaharuan hukum perkawinan tetap

berlanjut tidak surut begitu saja.

2. Hukum Perwakafan

Hukum wakaf merupakan cabang yang penting dalam Islam, sebab ia

terjalin ke dalam seluruh kehidupan ibadah dan merupakan perekonomian

. 1 h k l' . 22 sosia u um mus 1m111 .

lstilah wakaf di Indonesia sudah ada sebelum Islam datang

ke-Nusantara, walaupun tidak sepenuhnya persis dengan yang terdapat dalam

21 Marzuki Wahid dan Rumadi, Fiqh Mazhab Negara Kritik Atas Politik Hukum Islam di

Indonesia, Jakarta, LKiS, 200 I

22

(49)

ajaran Islam. Namun spiritnya sama dengan syari'at Islam tentang wakaf.23

Bahkan setelah para penjajah datang ke nusantara perwakafan diakui sebagai

hukum yang hidup dalam lingkungan masyarakat pribumi (Indonesia).

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, peraturan-peraturan tentang

perwakafan tanah yang dikeluarkan pada masa penjajahan masih tetap

diberlakukan. Dan mengenai wakaf, walau belum diatur dalam sebuah

peraturan tersendiri, namun pemerintah tidak diam begitu saja dalam

permasalahan wakaf, melalui Departemen Agama, pemerintah banyak

mengeluarkan petunjuk-petunjuk tentang wakaf. Dan pada perkembangan

berikutnya, permasalahan wakaf mulai dilegalisasikan walaupun masih sangat

terbatas, berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 ayat (3), dicetuskan

Undang-undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria yang

mengatur tanah di Indonesia pada tanggal 24 September 1960.24 Pada bagian

XI, hak-hak tanah untuk keperluan suci dan sosial. Pada Pasal 49 ayat (3):

"Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah".

Setelah melihat kepada tujuan perwakafan tanah milik dan UU No. 5

Tahun 1960 Tentang Undang-undang Pokok Agraria pada Pasal 49 ayat (3)

tersebut di atas, maka Pemerintah berusaha mencari dan membentuk peraturan

tentang perwakafan tanah milik. Pada tanggal 17 Mei 1977 Pemerintah telah

23 Depag Rl, Pedoman Penge/olaan Dan Pengembangan Waka/, Jakarta, Direktorat

Gambar

Grafika 2006, h. 45

Referensi

Dokumen terkait

Untuk faktor sarana pelayanan dilihat dari sarana kerja peralatan E-KTP yang dimiliki Kecamatan Gayamsari jumlahnya masih kurang karena hanya 1 (satu) perangkat

Dalam perencanaan kampanye Tim Media dan Komunikasi Publik Partai Nasional Demokrat (Nasdem) membahas sosialisasi figur caleg, media yang digunakan dalam proses

Hasil uji efektivitas Trichoderma sp bentuk tunggal dan campuran dalam menekan perkembangan P palmivora pada buah kakao, dapat dilihat pada Gambar

rencana untuk mendatangi unit persalinan (misalnya pengasuh bayi, menyiapkan tas). Kurangnya persiapan di akhir kehamilan dapat mengindikasikan masalah finansial,

Rencana Strategis (Renstra) Politeknik Negeri Tanah Laut (Politala) Tahun 2020- 2024 ini merupakan penjabaran program, kegiatan, sasaran, dan indikator kinerja dalam upaya untuk

Aransemen untuk lagu etnik pada karya Jubing Kristianto, belum ada transkripsinya dalam bentuk notasi, hal ini juga yang merupakan salah satu kesulitan dalam

Berdasarkan definisi ini ada tiga aspek yang berkaitan dengan kepuasan kerja: (a) kepuasan kerja merupakan fungsi dari nilai-nilai (value) apa yang diinginkan

Puji dan Syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Fungsi