• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS INKUIRI TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI KALOR UNTUK SISWA KELAS VII SMP RSBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS BERBASIS INKUIRI TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI KALOR UNTUK SISWA KELAS VII SMP RSBI"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS INKUIRI

TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA

MATERI KALOR UNTUK SISWA KELAS VII SMP RSBI

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Dwi Lida Enggayanti 4201409015

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 30 Agustus 2013

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul

Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi Pendidikan Karakter pada Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII SMP RSBI

disusun oleh

Dwi Lida Enggayanti 4201409015

telah disetujui untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada tanggal 30 Agustus 2013

Semarang, 30 Agustus 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Dwi Yulianti, M.Si Dr. Sugianto, M.Si

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi Pendidikan Karakter pada Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII SMP RSBI

disusun oleh

Dwi Lida Enggayanti 4201409015

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada tanggal 30 Agustus 2013

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.

NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002 Ketua Penguji

Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D NIP. 19520613 197612 1 002

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Dwi Yulianti, M.Si Dr. Sugianto, M.Si

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah 2: 153)

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah memudahkan

baginya jalan menuju surga” (HR Muslim)

I have not fail. I’ve just found 10,000 ways that won’t work” (Thomas Alfa Edison)

Skripsi ini aku persembahkan kepada:

1. Bapak Sarpin dan Ibu Juriah tercinta, terima kasih atas segala cinta, kepercayaan, dukungan,

do’a, dan pengorbanan yang tiada henti;

2. Kakakku Enggar Budi Prasetyo, adikku Achmad Fery Surya Enggawinata & Sherly Engga Suryani, serta seluruh keluarga besar yang selalu memberi dukungan dan motivasi;

3. Teman seperjuangan: Neni; Arum; Dzafin; Luthfia; Fikri; Rulin; Teguh; Dian; Kiswanto; Nissa; serta semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kebersamaan yang selalu menguatkanku;

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia serta ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi Pendidikan Karakter pada Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII SMP RSBI”.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Putut Marwoto, M.S., dosen wali yang telah memberikan arahan kepada penulis selama menempuh studi.

5. Dra. Dwi Yulianti, M.Si., pembimbing utama skripsi yang telah memberikan ide serta telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Sugianto, M.Si, pembimbing pendamping skripsi yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

vii

8. Seluruh dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu dan kekeluargaan kepada penulis selama menempuh studi.

9. Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga besar fisika 2009 baik prodi pendidikan dan murni, serta seluruh keluarga Jurusan Fisika, terima kasih atas bantuan, kebersamaan, kekeluargaan dan semangatnya.

11. Zaenal Arifin, S.Pd., guru fisika SMP N 2 Kendal yang telah banyak membimbing saat pelaksanaan penelitian.

12. Kelas VII F dan kelas VII G SMP N 2 Kendal 2012/2013 yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Semarang, 30 Agustus 2013

(8)

viii ABSTRAK

Enggayanti, Dwi Lida. 2013. Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi Pendidikan Karakter pada Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII SMP RSBI. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Dwi Yulianti, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Dr. Sugianto, M.Si.

Kata kunci: Pengembangan; LKS; Inkuiri; Karakter.

Prestasi sains siswa Indonesia yang terukur dalam ajang TIMSS (Trends International in Mathematics and Science Study) tahun 2011 masih rendah dan jauh di bawah rata-rata skor Internasional. Penyebab rendahnya prestasi sains siswa Indonesia adalah pembelajaran masih terfokus pada hafalan konsep, dan belum melatih siswa untuk melakukan proses penemuan. Inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan proses penemuan. Inkuiri dapat diterapkan pada media pembelajaran yang banyak digunakan siswa, yaitu LKS. Fenomena sosial yang terjadi di masyarakat saat ini menunjukkan buruknya karakter bangsa Indonesia. Upaya untuk mengatasi buruknya karakter adalah integrasi nilai karakter di sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter untuk meningkatkan hasil belajar sekaligus mengembangkan karakter siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan susunan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter pada materi kalor, menguji tingkat kelayakan dan keterbacaan LKS, mengetahui peningkatan hasil belajar dan perkembangan karakter siswa kelas VII SMP RSBI setelah menggunakan LKS.

Penelitian ini menggunakan metode R & D. Desain uji coba adalah Pre-Experimental dengan jenis Pre-test and Post-test One Group. Prosedur penelitian meliputi tiga tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan, dan pengujian produk. Subjek uji coba produk skala terbatas dan kelas adalah siswa VII G dan VII F SMP Negeri 2 Kendal tahun pelajaran 2012/2013. Tingkat kelayakan dan keterbacaan LKS diuji menggunakan angket dan tes klos. Data hasil belajar diperoleh dari pre-test dan post-test. Data perkembangan karakter diperoleh dari lembar observasi.

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Penegasan Istilah ... 7

1.7 Sistematika Skripsi... ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 10

2.2 Inkuiri dalam Pembelajaran Sains ... 14

2.3 Integrasi Pendidikan Karakter.. ... 17

2.4 RSBI ... 21

2.5 Tinjauan Materi Kalor ... 22

2.6 Kerangka Berpikir ... 28

(10)

x

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2 Subjek Penelitian ... 32

3.3 Desain Penelitian ... 32

3.4 Prosedur Penelitian ... 33

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.5.1 Metode Dokumentasi ... 36

3.5.2 Metode Angket ... 36

3.5.3 Metode Observasi ... 37

3.5.4 Metode Tes ... 37

3.6 Metode Analisis Data ... 38

3.6.1 Analisis Uji Coba Tes Pilihan Ganda ... 38

3.6.2 Analisis Kelayakan LKS ... 42

3.6.3 Analisis Keterbacaan LKS ... 43

3.6.4 Analisis Peningkatan Hasil Belajar ... 43

3.6.5 Analisis Perkembangan Karakter ... 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Susunan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi Pendidikan Karakter ... 48

4.2 Kelayakan LKS ... 54

4.3 Keterbacaan LKS ... 60

4.4 Hasil Belajar Kognitif ... 60

4.5 Perkembangan Karakter Siwa ... 62

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Hubungan Antara Nilai Karakter dan Indikator Ketercapaian

Karakter untuk Siswa Kelas 7-9 SMP ... 20

Tabel 3.1 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba ... 39

Tabel 3.2. Kriteria Taraf Kesukaran ... 40

Tabel 3.3. Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal Uji Coba ... 40

Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda ... 41

Tabel 3.5 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba ... 42

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kelayakan LKS ... 43

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Keterbacaan LKS ... 43

Tabel 3.8 Kriteria Faktor Gain Peningkatan Hasil Belajar ... 44

Tabel 3.9 Klasifikasi Karakter Siswa ... 46

Tabel 3.10 Kriteria Faktor Gain Perkembangan Karakter Siswa ... 46

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Kelayakan LKS ... 54

Tabel 4.2 Hasil Analisis Karakter Pada Setiap Pertemuan ... 62

Tabel 4.3 Hasil Analisis Karakter Setiap Indikator ... 63

Tabel 4.4 Hasil Uji N-Gain Karakter Pertemuan ke-1 dan 3 ... 63

Tabel 4.5 Hasil Uji N-Gain Karakter Pertemuan ke-3 dan 5 ... 64

Tabel 4.6 Hasil Uji N-Gain Karakter Pertemuan ke-1 dan 5 ... 64

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Strategi model pembelajaran inkuiri ... 16

Gambar 2.2 Diagram Perubahan Wujud Zat... 24

Gambar 2.3 Diagram Alir Kerangka Berpikir ... 30

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 35

Gambar 4.1 Cover LKS ... 49

Gambar 4.2 Contoh integrasi nilai karakter disiplin pada LKS ... 52

Gambar 4.3 Contoh integrasi nilai karakter jujur pada LKS ... 53

Gambar 4.4 Contoh integrasi nilai karakter rasa ingin tahu pada LKS ... 53

Gambar 4.5 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Isi (Didaktik) ... 55

Gambar 4.6 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Bahasa (Konstruksi) ... 57

Gambar 4.7 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Penyajian (Teknik) ... 58

Gambar 4.8 Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Pre-test dan Post-test ... 61

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Daftar Reviewer Kelayakan LKS ... 78

Lampiran 2 Daftar Responden Uji Coba Skala Terbatas ... 79

Lampiran 3 Daftar Responden Uji Coba Skala Kelas ... 80

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Uji Coba... 81

Lampiran 5 Soal Uji Coba ... 83

Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 96

Lampiran 7 Analisis Soal Ujicoba ... 97

Lampiran 8 Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal ... 104

Lampiran 9 Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen ... 106

Lampiran 10 Contoh Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal ... 107

Lampiran 11 Contoh Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal ... 108

Lampiran 12 Angket Uji Kelayakan Tahap I ... 110

Lampiran 13 Deskripsi Butir Angket Uji Kelayakan Tahap I ... 112

Lampiran 14 Kisi-Kisi Angket Uji Kelayakan Tahap II ... 114

Lampiran 15 Angket Uji Kelayakan Tahap II ... 115

Lampiran 16 Analisis Angket Uji Kelayakan ... 118

Lampiran 17 Soal Uji Keterbacaan ... 122

Lampiran 18 Kunci Jawaban Soal Uji Keterbacaan ... 126

Lampiran 19 Analisis Uji Keterbacaan ... 127

(14)

xiv

Lampiran 21 Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test ... 136

Lampiran 22 Daftar Nilai Pre-test dan Post-test ... 137

Lampiran 23 Uji Normalitas Nilai Pre-test ... 138

Lampiran 24 Uji Normalitas Nilai Post-test ... 139

Lampiran 25 Uji N-Gain Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif... 140

Lampiran 26 Uji-T Perbedaan Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif ... 141

Lampiran 27 Rubrik Penilaian Lembar Observasi Karakter... 142

Lampiran 28 Pembagian Kelompok Siswa dan Observer ... 144

Lampiran 29 Hasil Observasi Karakter Siswa Pertemuan ke-1 ... 145

Lampiran 30 Hasil Observasi Karakter Siswa Pertemuan ke-3 ... 146

Lampiran 31 Hasil Observasi Karakter Siswa Pertemuan ke-5 ... 147

Lampiran 32 Uji N-Gain Perkembangan Karakter Disiplin ... 148

Lampiran 33 Uji N-Gain Perkembangan Karakter Jujur ... 149

Lampiran 34 Uji N-Gain Perkembangan Karakter Rasa Ingin Tahu ... 150

Lampiran 35 Uji-T Perbedaan Rata-Rata Perkembangan Karakter Siswa ... 151

Lampiran 36 Syllabus ... 152

Lampiran 37 Lesson Plan ... 155

Lampiran 38 Foto Penelitian ... 172

Lampiran 39 Surat Penetapan Dosen Pembimbing ... 174

(15)

1

1.1

Latar Belakang

Saat ini kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi. Dunia pendidikan di Indonesia diharapkan mampu menghasilkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang dapat mengembangkan teknologi. Hal ini menunjukkan kebutuhan untuk memahami dan mengaplikasikan sains dengan baik karena perkembangan teknologi berkaitan erat dengan kemampuan sains. Namun demikian, hasil TIMSS (Trends International in Mathematics and Science Study) tahun 2011 menunjukkan rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia adalah 406, jauh di bawah skor rata-rata Internasional yaitu 500. Perolehan skor tersebut menyebabkan siswa Indonesia menempati peringkat 40 dari 42 negara peserta, dan hanya mencapai Low International Benchmark.

Pada seminar nasional tahun 2010 tentang “Kemampuan Fisika Siswa

Indonesia dalam TIMSS”, Efendi menyatakan bahwa rendahnya prestasi sains

(16)

knowing adalah 40,37, lebih tinggi dibandingkan dengan aspek kognitif applying dan reasoning yaitu 36,96 dan 33,01.

Pembelajaran sains termasuk fisika, berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sains bukan hanya kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi menekankan pada proses penemuan (BSNP, 2006a: 149). Suatu model pembelajaran yang menekankan proses penemuan adalah inkuiri (Amri & Ahmadi, 2010: 91). Strategi model pembelajaran inkuri adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menyelidiki konsep yang dipelajari melalui kegiatan merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan. Pembelajaran sains yang dilakukan secara inkuiri diharapkan mampu mengatasi masalah rendahnya prestasi sains siswa Indonesia sebagaimana ditunjukkan dalam hasil TIMSS.

(17)

LKS berbasis inkuiri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains. Pada penelitian eksperimen Yildirim et al. (2011) terhadap 44 siswa kelas IX SMA menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen berbantuan LKS berbasis inkuiri memiliki hasil belajar yang signifikan antara pre-test dan post-test dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Jadi disimpulkan pada penelitian tersebut terbukti bahwa LKS berbasis inkuiri efektif meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah.

Dewasa ini persoalan yang muncul di masyarakat adalah maraknya kasus korupsi, kekerasan, perkelahian pelajar, ketidakjujuran dalam ujian nasional, dan sebagainya yang menunjukkan buruknya karakter bangsa. Berbagai kebijakan telah dicetuskan untuk mengatasi fenomena sosial yang semakin mengkhawatirkan ini. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional sejak 2 Mei tahun 2010 mencanangkan pengembangan pendidikan karakter pada semua jenjang pendidikan, termasuk sekolah menengah. Tujuannya adalah mengembangkan potensi peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa sesuai dengan Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU nomor 20 pasal 3 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Kemendiknas, 2010a: 7).

(18)

(2003) menunjukkan bahwa pendidikan karakter dapat diintegrasikan pada proses pembelajaran di sekolah, termasuk sains.

Pendidikan karakter yang diintegrasikan pada proses pembelajaran diharapkan mampu mengembangkan karakter siswa secara positif sekaligus berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian Benninga (2003) terhadap 681 Sekolah Dasar di California menunjukkan bahwa sekolah dengan tingkat penerapaan pendidikan karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak menerapkan pendidikan karakter. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya hasil belajar afektif berupa karakter dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Oleh karena itu, perlu adanya integrasi pendidikan karakter pada LKS berbasis inkuiri karena membantu meningkatkan hasil belajar sekaligus mengembangkan karakter siswa.

Sains merupakan pengetahuan yang banyak mengungkap gejala alam. Salah satu materi sains yang banyak mengungkap gejala alam sederhana dalam kehidupan sehari-hari adalah kalor. Materi kalor akan sesuai bila diajarkan melalui media LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter karena memungkinkan siswa untuk melakukan proses penyelidikan secara langsung, dan memunculkan karakter siswa selama proses pembelajaran.

(19)

Dari uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai

“Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi Pendidikan Karakter pada

Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII SMP RSBI”.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana susunan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter pada materi kalor untuk siswa kelas VII SMP RSBI?

2. Bagaimana tingkat kelayakan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter pada materi kalor untuk siswa kelas VII SMP RSBI?

3. Bagaimana tingkat keterbacaan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter pada materi kalor untuk siswa kelas VII SMP RSBI?

4. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi kalor setelah menggunakan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter?

5. Bagaimana perkembangan karakter siswa setelah menggunakan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter?

1.3

Batasan Masalah

Agar dalam penelitian ini dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan secara optimal, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:

(20)

sesuai dengan Standar Isi mata pelajaran IPA SMP RSBI SK 8 dan KD ke-4 yaitu: Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Peningkatan hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif.

3. Nilai karakter yang diintegrasikan adalah disiplin, jujur, dan rasa ingin tahu. 4. Subjek ujicoba LKS yang dikembangkan adalah siswa kelas VII semester

genap SMP Negeri 2 Kendal Tahun Ajaran 2012/2013. Pemilihan SMP Negeri 2 Kendal sebagai tempat penelitian dikarenakan SMP Negeri 2 Kendal merupakan salah satu sekolah yang menerapkan program RSBI.

1.4

Tujuan

Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan susunan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter pada materi kalor untuk siswa kelas VII SMP RSBI.

2. Mengetahui tingkat kelayakan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter pada materi kalor untuk siswa kelas VII SMP RSBI.

3. Menguji tingkat keterbacaan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter pada materi kalor untuk siswa kelas VII SMP RSBI.

4. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi kalor setelah menggunakan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter.

(21)

1.5

Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dihasilkan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter pada materi kalor untuk siswa kelas VII SMP RSBI.

2. Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri.

3. Menambah keragaman LKS yang telah ada.

1.6

Penegasan Istilah

Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar tidak terjadi salah penafsiran. Adapun istilah-istilah tersebut antara lain:

1.6.1 Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah media pembelajaran cetak berupa lembaran-lembaran yang terdiri atas komponen judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, alat dan bahan, langkah kerja, pertanyaan atau tugas, dan laporan percobaan yang dimaksudkan untuk membantu siswa secara terarah dalam memahami materi yang dipelajari.

1.6.2 Inkuiri

(22)

1.6.3 Karakter

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Kemendiknas, 2010a: 3). Nilai karakter yang diintegrasikan dalam LKS yang dikembangkan adalah disiplin, jujur, dan rasa ingin tahu. Indikator karakter disiplin adalah tertib dalam melaksanakan tugas sekolah, menaati aturan berbicara dalam diskusi kelas, dan tertib dalam menerapkan aturan penulisan karya tulis. Indikator karakter jujur adalah tidak menyontek ataupun menjadi plagiat dalam mengerjakan tugas dan tidak memanipulasi data percobaan. Indikator karakter rasa ingin tahu adalah bertanya tentang materi pelajaran dan gejala alam yang terjadi, dan bertanya tentang informasi yang dilihat ataupun didengar dari media. 1.6.4 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan sekolah rintisan yang dipersiapkan menuju Sekolah Bertaraf Internasioanal (SBI). SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang berasal dari negara anggota Organisation of Economic Co-Operation and Development (OECD) dan negara maju lainnya (Depdiknas, 2009).

1.6.5 Kalor

(23)

Mendiskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.7

Sistematika Skripsi

1.7.1. Bagian Awal

Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pernyataan keaslian tulisan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

1.7.2. Bagian Isi

Bagian isi ini terdiri dari 5 bab, yaitu :

1. Bab 1 Pendahuluan, mencakup uraian semua hal yang berhubungan dengan penelitian, meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi. 2. Bab 2 Tinjauan Pustaka, mencakup teori-teori yang mendukung penelitian. 3. Bab 3 Metode Penelitian, mencakup hal-hal yang berkaitan dengan penelitian,

meliputi : lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

4. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, yaitu hasil penelitian yang berupa uraian hasil-hasil penelitian serta pembahasannya.

5. Bab 5 Penutup, mencakup simpulan dari hasil penelitian dan saran yang diberikan sehubungan dengan penelitian tersebut.

1.7.3. Bagian Akhir

(24)

10

2.1

Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran merupakan unsur yang amat penting pada proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian materi yang diajarkan. Adapun manfaat media pembelajaran sebagaimana diungkapkan Arsyad (2011: 25-27), antara lain: (1) memperjelas penyajian pesan dan informasi; (2) meningkatkan motivasi belajar siswa; (3) mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; (4) memberikan pengalaman yang sama mengenai suatu peristiwa, dan memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar.

LKS merupakan salah satu media yang sering digunakan pada proses pembelajaran. LKS berasal dari bahasa Inggris “worksheets” yang berarti lembar kerja. Prastowo (2012: 6) menyatakan bahwa LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Tugas tersebut dapat berupa teori dan atau praktik. Definisi lain menyebutkan LKS adalah media untuk membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah seperti melakukan percobaan, mencatat data, menganalisa data, dan sebagainya (Yildirim et al., 2011).

(25)

eksperimen untuk menemukan dan mengembangkan konsep serta mencakup semua aspek keterampilan proses, (2) LKS non eksperimen yaitu lembar kerja berisi pedoman untuk menemukan dan mengembangkan konsep tanpa melibatkan kegiatan eksperimen, melainkan melibatkan kegiatan diskusi, tanyajawab, dan hanya mencakup ketrampilan proses tertentu.

Jenis LKS yang banyak digunakan pada pembelajaran sains adalah LKS eksperimen. Menurut Johnstone & Shauaili (2001), LKS eksperimen dapat dibagi menjadi empat macam yakni: (1) LKS ekspositori, yang mempunyai karakteristik: hasil pengamatan sudah ditetapkan dan diketahui guru maupun siswa, pendekatan bersifat deduktif, dan prosedur percobaan dirancang oleh guru; (2) LKS berbasis inkuri, yang mempunyai karakteristik: hasil pengamatan belum ditetapkan, pendekatan bersifat induktif, prosedur percobaan dirancang oleh siswa; (3) LKS discovery, yang mempunyai karakteristik: hasil pengamatan sudah ditetapkan dan hanya diketahui oleh guru, pendekatannya bersifat induktif, prosedur telah dirancang oleh guru; dan (4) LKS berbasis masalah, yang mempunyai karakteristik: hasil pengamatan sudah ditetapkan dan hanya diketahui oleh guru, (b) pendekatan bersifat deduktif, prosedur percobaan dirancang oleh siswa. LKS yang akan dikembangkan pada penelitian ini adalah LKS berbasis inkuiri.

(26)

berbasis inkuiri terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah.

Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam penyusunan LKS. Tahapan tersebut antara lain: (1) melakukan analisis kurikulum, tahap ini meliputi: mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), menyusun indikator dan tujuan pembelajaran, menentukan materi pokok, dan mengidentifikasi pengalaman belajar siswa; (2) menyusun peta kebutuhan LKS; (3) menentukan judul LKS; (4) menulis LKS; dan (5) menentukan alat penilaian (Depdiknas, 2006).

Penyusunan LKS perlu memperhatikan komponen yang dapat menunjang keefektifan penggunaan LKS. Menurut Prastowo (2012: 101), komponen penyusun LKS, antara lain: judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, alat dan bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, pertanyaan, dan laporan yang harus dikerjakan siswa.

(27)

dalil, hukum, rumus, dapat dituliskan (jika …., maka ….). Prosedur adalah tahap

kegiatan yang berisi langkah-langkah untuk memecahkan suatu masalah.

Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar pada proses pembelajaran, sehingga penyusunannya harus memenuhi standar-standar tertentu. Standar yang dimaksud meliputi persyaratan, karakteristik, dan kompetensi minimum yang harus terkandung di dalam suatu buku teks pelajaran. BSNP (2006b) mengemukakan bahwa standarisasi buku teks pelajaran meliputi empat aspek kelayakan yaitu isi (didaktik), bahasa (konstruksi), penyajian (teknis), dan kegrafikan. Pada penelitian ini, kelayakan LKS diuji berdasarkan tiga aspek, yaitu isi, bahasa, dan penyajian.

(28)

artinya materi yang diberikan disesuaikan dengan waktu dan kompetensi yang harus dicapai.

Aspek kelayakan bahasa berhubungan dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, peristilahan, susunan kalimat, kosakata, dan kejelasan kalimat yang pada hakikatnya harus tepat dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Aspek ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) kesesuaian bahasa dengan tingkat kemampuan siswa, (2) kesesuaian aturan penulisan LKS, (3) kesesuaian penggunaan bahasa asing (BSNP, 2006b).

Aspek kelayakan penyajian menekankan pada penyusunan LKS secara runtut dan sistematis, penggunaan jenis dan ukuran huruf yang sesuai, penggunaan ilustrasi, lay out atau tata letak, dan desain tampilan LKS yang dibuat semenarik mungkin agar dapat meningkatkan motivasi dan perhatian siswa. Aspek ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) teknik penyajian, (2) pendukung penyajian materi (BSNP, 2006b).

Penggunaan ilustrasi pada LKS memiliki ragam manfaat, antara lain: mempercantik tampilan dan memudahkan siswa dalam memahami prosedur atau langkah percobaan. Penelitian Cook (2008) terhadap 86 siswa SMA menunjukkan bahwa ilustrasi dalam buku pelajaran dapat membantu akuisisi pengetahuan dan pemahaman proses atau prosedur. Namun demikian, ilustrasi tersebut perlu disertai teks penjelasan agar siswa tidak mengalami salah tafsir.

2.2

Inkuiri dalam Pembelajaran Sains

(29)

mengembangkan standar pembelajaran sains. Beberapa pakar pendidikan, peneliti, guru sains, dan penyelenggara pendidikan yang telah berkoordinasi menghasilkan inkuiri sebagai standar pembelajaran sains (NRC et al., 2000). Sains termasuk fisika, bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi menekankan pada proses penemuan. Proses penemuan memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk berinteraksi dengan objek yang dipelajari. Menurut Yulianti & Wiyanto (2009: 1-3), siswa akan lebih mudah menerima pelajaran jika materi disampaikan melalui pengalaman langsung karena lebih mudah ingat dan bermakna.

Model pembelajaran yang menekankan pemberian pengalaman langsung kepada siswa adalah inkuiri. Kata inkuiri berasal dari istilah bahasa Inggris

inquiry” yang berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Menurut Gulo

seperti dikutip oleh Trianto (2007: 135), inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Hal ini sesuai pernyataan Depdiknas (2003) bahwa kunci dari inkuiri adalah siswa menemukan konsep sendiri.

(30)

of understanding science content…” artinya inkuiri adalah cara yang paling ampuh untuk mempelajari materi sains.

Strategi model pembelajaran inkuiri dapat dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan siswa dan jenjang pendidikannya. Jenjang pendidikan ini ditentukan berdasarkan hierarki sains. Semua guru sains perlu memperhatikan hierarki dan hubungan bermacam-macam pedagogi agar pelaksanaan pembelajaran sains berbasis inkuiri dapat berjalan secara efektif (Wenning, 2005). The National Research Council mengidentifikasi hierarki sains berdasarkan jenjang kelas yaitu kelas 1-4; 5-8; dan 9-12. Adapun strategi model pembelajaran inkuiri untuk jenjang kelas 5-8 adalah sebagai berikut (NRC et al., 2000).

[image:30.595.166.478.396.655.2]

Strategi inkuiri dimunculkan melalui pemberian masalah yang menarik dan dapat memancing rasa ingin tahu siswa. Namun demikian, permasalahan yang

Gambar 2.1 Strategi model pembelajaran inkuiri Mengidentifikasi pertanyaan atau permasalahan yang dapat

dijawab melalui penyelidikan ilmiah Merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah

Menggunakan peralatan dan teknik yang sesuai untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data

Mengembangkan hipotesis dan pembahasan menggunakan bukti yang diperoleh dari penyelidikan ilmiah

Berpikir kritis dan logis untuk menjelaskan hubungan antara bukti dan pembahasan

(31)

diberikan didasarkan pada suatu gagasan yang memang dapat ditemukan (discoverable ideas) bukan mengada-ada (Uno: 2009).

Inkuiri mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan model pembelajaran lain. Kelebihan model pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2011: 208), antara lain: (1) pembelajaran menekankan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang; (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar masing-masing; (3) memberikan kesempatan kepada siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata untuk bereksplorasi.

Inkuiri dapat diimplementasikan pada media pembelajaran yang digunakan siswa. Pembelajaran sains menggunakan media LKS berbasis inkuiri diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar sekaligus memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui kegiatan penyelidikan ilmiah sehingga pembelajaran lebih bermakna.

2.2

Integrasi Pendidikan Karakter

(32)

sebagainya (Megawangi, 2004:14). Hal ini bisa terjadi karena buruknya karakter bangsa kita.

Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan untuk mengatasi fenomena sosial yang semakin mengkhawatirkan ini. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional sejak 2 Mei tahun 2010 mencanangkan pengembangan pendidikan karakter pada semua jenjang pendidikan, termasuk jenjang sekolah menengah. Tujuannya adalah mengembangkan potensi peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa sesuai dengan Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU nomor 20 pasal 3 tahun 2003 tentang Sisdiknas.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Suatu alternatif yang sangat berperan dalam menanamkan nilai karakter adalah pendidikan (Kemendiknas, 2010a: 1). Pendidikan perlu didorong untuk mengembangkan karakter bangsa yang sudah mulai hilang sehingga Indonesia dapat menjadi bangsa yang kuat dan pada gilirannya mampu membangun peradaban yang lebih maju dan modern (Mustari, 2011).

(33)

knowing dan feeling menjadi tindakan nyata yang dilakukan secara berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan yang membudaya.

Upaya penanaman karakter di sekolah yaitu integrasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran. Review penelitian Halstead & Taylor (2000) terhadap sekolah-sekolah di Inggris menunjukkan bahwa nilai karakter disajikan dalam berbagai mata pelajaran. Hal ini berarti bahwa pendidikan karakter diselenggarakan sebagai program lintas kurikuler (integrated subject), yakni pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, namun merupakan materi yang diintegrasikan secara berkelanjutan pada semua mata pelajaran. Sewell & College (2003) juga menyatakan bahwa pendidikan karakter diintegrasikan pada proses pembelajaran hingga menjadi kultur dan budaya di sekolah.

Integrasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian Benninga (2003) terhadap 681 Sekolah Dasar di California menunjukkan bahwa sekolah dengan tingkat penerapan pendidikan karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak menerapkan pendidikan karakter.

(34)

komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

[image:34.595.111.509.487.720.2]

Penelitian ini mengembangkan LKS yang terintegrasi tiga nilai karakter, yaitu: disiplin, jujur, dan rasa ingin tahu. Adapun pengertian ketiga karakter tersebut adalah: (1) disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; (2) jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan; dan (3) rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Tabel 2.1 berikut menunjukkan keterkaitan antara nilai karakter dan indikator ketercapaian karakter untuk siswa kelas 7-9 SMP (Kemendiknas, 2010a: 39-42).

Tabel 2.1 Hubungan antara nilai karakter dan indikator ketercapaian karakter untuk siswa kelas 7-9 SMP

No Nilai karakter Indikator untuk siswa kelas 7-9 SMP

1. Disiplin a. Selalu tertib dalam melaksanakan tugas-tugas kebersihan sekolah. b. Tertib dalam berbahasa lisan dan tulis.

c. Patuh dalam menjalankan ketetapan-ketetapan organisasi peserta didik.

d. Menaati aturan berbicara yang ditentukan dalam sebuah diskusi kelas.

e. Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya tulis. 2. Jujur a. Tidak menyontek ataupun menjadi plagiat dalam mengerjakan

setiap tugas.

b. Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang suatu pokok diskusi. c. Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan di tempat

umum.

d. Mengemukakan rasa senang atau tidak senang terhadap pelajaran 3. Rasa ingin tahu a. Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran.

b. Bertanya kepada sesuatu tentang gejala alam yang baru terjadi. c. Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari ibu,

bapak, teman, radio, atau televise.

(35)

2.3

RSBI

Dunia pendidikan di Indonesia senantiasa dihadapkan pada sejumlah permasalahan dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat. Persoalan semakin rumit ketika dihadapkan pada keharusan untuk mengikuti kecenderungan globalisasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyiapkan bangsa Indonesia dalam menghadapi kompetisi global tersebut. Sejak beberapa tahun terakhir pemerintah merintis program pendidikan di sekolah dasar dan menengah yang memungkinkan lulusannya siap bersaing dalam kompetisi global. Program ini disebut Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioal (RSBI). Undang-Undang nomor 20 pasal 50 ayat (3) tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan secara eksplisit bahwa, “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan

pendidikan yang bertaraf internasioal”. Berdasarkan amanat Undang-Undang tersebut, setiap daerah menunjuk setidaknya satu sekolah yang melaksanakan program RSBI.

(36)

sudah memenuhi kriteria SSN tersebut dianggap lebih siap untuk melaksanakan program bertaraf internasional dibandingkan sekolah lain yang belum memenuhi kriteria SSN.

Tujuan penyelenggaraan RSBI adalah meningkatkan kualitas pendidikan sehingga lulusannya memiliki kompetensi yang siap dan mampu menjawab tuntutan jaman, utamanya menghadapi globalisasi dalam berbagai hal; dan memberikan kesempatan bagi sekolah-sekolah yang potensial dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri sebagai sekolah yang bertaraf internasional. Meskipun menggunakan standar internasional, sekolah yang menerapkan program RSBI tetap diharapkan bercirikan budaya nasional.

2.4

Tinjauan Materi Kalor

2.4.1 Pengertian Kalor

Air dingin dicampur air panas akan menghasilkan air hangat. Hal ini terjadi karena ada suatu bentuk energi yang mengalir dari air panas menuju air dingin hingga suhu kedua zat tersebut seimbang. Energi ini disebut kalor. Halliday et al. (2008: 603) mendefinisikan kalor sebagai energi yang berpindah melewati batas suatu sistem karena perbedaan suhu antara sistem tersebut dengan lingkungannya. Kalor merupakan suatu besaran yang memiliki satuan. Satuan kalor adalah kalori. Kalori didefinisikan sebagai jumlah transfer energi yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1ºC. Seiring perkembangan sains, satuan kalor yang digunakan secara internasional saat ini adalah joule (SI).

(37)

2.4.2 Kalor dapat Menaikkan Suhu Zat

Ketika memanaskan es yang suhu awalnya 0ºC secara terus-menerus, maka es akan melebur seluruhnya menjadi air. Suhu air terus meningkat hingga mendidih pada suhu sekitar 100 ºC. Pada peristiwa ini diketahui bahwa es mengalami peningkatan suhu. Hal ini sesuai pernyataan Tipler & Mosca (2004: 598) bahwa apabila energi panas atau kalor ditambahkan pada suatu zat, maka suhu zat itu biasanya naik. Jumlah kalor Q yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat adalah sebanding dengan massa dan perubahan suhu zat, dan bergantung pada jenis zat. Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air berbeda dengan kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg alkohol pada kenaikan suhu yang sama. Hal ini terjadi karena setiap zat memiliki kalor jenis yang berbeda. Kalor jenis adalah jumlah kalor Q yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat

bermassa m sebesar ∆T (Halliday et al., 2008: 606). Hubungan antara jumlah

kalor, massa zat, perubahan suhu zat, dan kalor jenis zat dapat dirumuskan sebagai berikut:

(Tipler & Mosca, 2004: 598) keterangan:

Q = jumlah kalor (J)

C = kapasitas kalor (J/ºC atau J/K) m = massa zat (kg)

c = kalor jenis zat (J/kgºC atau J/kgK)

(38)

2.4.3 Kalor dapat Menyebabkan Perubahan Wujud Zat

[image:38.595.182.462.264.377.2]

Kalor yang diserap atau dilepaskan suatu zat dapat menyebabkan perubahan suhu. Namun, pada saat tertentu zat menyerap kalor tetapi tidak mengalami perubahan suhu. Hal ini disebut sebagai zat mengalami perubahan wujud (fasa). Gambar 2.2 berikut menunjukkan diagram perubahan wujud zat.

Gambar 2.2 Diagram perubahan wujud zat keterangan:

: menyerap kalor : melepas kalor

1: Mencair / melebur 3: Menguap 5: Menyublim

2: Membeku 4: Mengembun 6: Mengkristal

2.5.3.1 Melebur dan Membeku

Melebur adalah proses perubahan wujud zat dari padat ke cair. Proses sebaliknya disebut membeku. Pada saat melebur, zat menyerap kalor sedangkan pada saat membeku, zat melepas kalor. Menurut Tipler & Mosca (2004: 604), zat murni mempunyai titik lebur dan titik beku yang sama, dan perubahan wujud hanya terjadi pada temperature tertentu. Misalnya, air murni pada tekanan 1 atm membeku pada suhu 0ºC, demikian juga es melebur pada suhu yang sama.

1

2 6

5 3

4 GAS

(39)

Kalor yang diperlukan untuk meleburkan 1 kg zat padat menjadi 1 kg zat cair pada titik leburnya disebut kalor laten peleburan (kalor lebur). Jumlah kalor yang diperlukan untuk meleburkan suatu zat sebanding dengan massa zat yang melebur dan kalor leburnya. Hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(Tipler & Mosca, 2004: 604) keterangan:

Q = jumlah kalor untuk meleburkan zat (J) m = massa zat yang melebur (kg)

Lf = kalor laten peleburan (J/kg)

2.5.3.2 Menguap dan Mengembun

Menguap adalah proses perubahan wujud zat dari cair ke gas. Proses sebaliknya disebut mengembun. Pada saat menguap, zat menyerap kalor sedangkan pada saat mengembun, zat melepas kalor. Menurut Tipler & Mosca (2004: 604), zat murni akan mengalami perubahan wujud pada temperatur tertentu. Sebagai contoh, air murni pada tekanan 1 atm berubah seluruhnya menjadi gas pada suhu 100ºC.

Kalor yang diperlukan untuk menguapkan 1 kg zat cair menjadi 1 kg gas pada titik didihnya disebut kalor laten penguapan (kalor uap). Jumlah kalor yang diperlukan untuk menguapkan suatu zat sebanding dengan massa zat yang menguap dan kalor uapnya. Hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(Tipler & Mosca, 2004: 604) keterangan:

(40)

m = massa zat yang menguap (kg) Lv = kalor laten penguapan (J/kg)

Proses penguapan dapat dipercepat dengan beberapa cara, antara lain: (1) pemanasan, (2) memperluas permukaan, (3) meniupkan udara di atas permukaan, (4) menyemburkan atau menyemprotkan zat cair, dan (5) mengurangi tekanan pada permukaan. Hal inilah yang menyebabkan pakaian basah yang dijemur cepat kering walaupun cuaca sedang mendung, karena pada saat itu angin tetap bertiup kencang.

2.5.3.3 Mendidih

Mendidih adalah peristiwa penguapan yang terjadi di seluruh bagian zat cair. Peristiwa ini ditunjukkan dengan munculnya gelembung-gelembung uap air yang bergerak naik turun di dalam zat cair. Air murni mendidih pada suhu 100ºC pada tekanan 1 atm. Titik didih ini dapat berubah karena dipengaruhi oleh tekanan dan pencampuran zat lain terhadap zat cair. Sebagai contoh, air murni yang telah dicampur garam akan mempunyai titik didih lebih dari 100 ºC.

2.5.3.4 Menyublim dan Mengkristal

(41)

2.4.4 Asas Black

Joseph Black (1728-1799) seorang ilmuwan Inggris, mengungkapkan bahwa bila dua zat yang berbeda suhunya dicampurkan pada suatu wadah yang terisolasi secara sempurna dari lingkungan sekitarnya, maka kalor akan mengalir dari zat yang suhunya tinggi ke zat yang suhunya rendah sehingga terjadi keseimbangan energi. Hal ini merupakan hukum kekekalan energi yaitu jumlah energi yang dilepas sama dengan jumlah energi yang diterima (Halliday et al., 2008: 608). Hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(Halliday et al., 2008: 608) Persamaan di atas disebut sebagai Asas Black.

2.4.5 Perpindahan Kalor

Kalor secara alami berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu: konduksi, konveksi, dan radiasi.

2.5.5.1 Konduksi

(42)

seluruh batang. Oleh karena itu, bahan logam lebih mudah menghantarkan kalor dibandingkan bahan nonlogam, seperti kayu, plastik, kaca, kain, dan lainnya. Bahan yang mudah menghantarkan kalor disebut konduktor, sedangkan bahan yang tidak mudah menghantarkan kalor disebut isolator.

2.5.5.2 Konveksi

Perpindahan kalor disertai perpindahan atom atau partikel zat disebut konveksi. Konveksi terjadi pada zat cair dan gas. Pada konveksi, kalor dipindahkan mengikuti perpindahan massa (Tipler & Mosca, 2004: 606). Sebagai contoh, jika udara di dekat lantai dipanaskan maka udara akan memuai dan naik ke atas karena kerapatannya yang lebih rendah. Jadi kalor dipindahkan dari lantai ke langit-langit bersama dengan massa udara panas. Hal inilah yang terjadi pada sistem kerja pendingin ruangan (air conditioner).

2.5.5.3 Radiasi

Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara disebut radiasi. Pada radiasi, energi dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik (Tipler & Mosca, 2004: 606). Radiasi yang dipancarkan atau diserap oleh suatu benda bergantung pada warna benda. Permukaan yang hitam dan kusam adalah penyerap kalor radiasi yang baik sekaligus pemancar kalor radiasi yang baik pula. Permukaan yang putih dan berkilap adalah penyerap kalor radiasi yang buruk sekaligus pemancar kalor yang buruk pula.

2.5

Kerangka Berpikir

(43)

pemerintah dan masyarakat. Penyebab rendahnya prestasi sains siswa Indonesia adalah pembelajaran masih terfokus pada hafalan konsep, dan belum melatih siswa untuk melakukan proses penemuan. Suatu model pembelajaran yang menekankan proses penemuan adalah inkuiri. Penerapan inkuiri pada media pembelajaran siswa merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains. Berdasarkan observasi lapangan, media pembelajaran yang sering digunakan siswa adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Informasi yang diperoleh dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa LKS berbasis inkuiri terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa.

Saat ini kehidupan masyarakat membutuhkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang tidak hanya memiliki kecerdasan akademis, tetapi juga moral. Namun demikian, fenomena sosial yang marak terjadi menunjukkan buruknya moral dan karakter bangsa. Berbagai kebijakan telah dicetuskan, salah satunya adalah pemerintah melalui Kemendiknas mencanangkan penanaman pendidikan karakter pada semua jenjang pendidikan. Salah satu upaya penanaman pendidikan karakter adalah integrasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran. Informasi yang diperoleh dari penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa integrasi pendidikan karakter di sekolah dapat mengembangkan karakter siswa secara positif sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perlu adanya integrasi pendidikan karakter dalam LKS berbasis inkuiri karena membantu meningkatkan hasil belajar sekaligus mengembangkan karakter siswa.

(44)

berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter karena memungkinkan siswa untuk melakukan proses penyelidikan secara langsung, dan memunculkan karakter siswa selama proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Prestasi sains siswa Indonesia rendah karena pembelajaran masih terfokus pada hafalan konsep,

dan belum menekankan pada proses penemuan

LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter

Inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan proses penemuan

Penerapan inkuiri pada media pembelajaran siswa

Informasi keefektifan LKS dalam meningkatkan hasil

belajar siswa Hasil observasi

menunjukkan LKS sebagai media pembelajaan siswa

LKS berbasis inkuiri

Meningkatkan hasil belajar siswa Mengembangkan karakter siswa

[image:44.595.100.530.256.649.2]

Penyusunan LKS berbasis inkuiri terintegrasi karakter pada materi kalor

(45)

2.6

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1) Pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP RSBI pada materi kalor.

(46)

32

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2, berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta No 187, Kendal. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2013.

3.2

Subjek Penelitian

Populasi penelitian adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Kendal tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah 10 siswa kelas VII G sebagai uji coba terbatas dan 30 siswa kelas VII F sebagai uji coba kelas. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik Random Sampling.

3.3

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development. Desain uji coba adalah Pre-Experimental dengan jenis Pre-test and Post-test One Group. Pada desain uji coba ini, sebelumnya siswa diberi pre-test (O1) kemudian diberi

perlakuan yaitu pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuri terintegrasi pendidikan karakter, selanjutnya siswa diberi post-test (O2) untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar dan karakter. Menurut Sugiyono (2010: 111), desain Pre-test and Post-test One Group dapat ditunjukkan pada pola berikut:

(47)

Keterangan

O1 : nilai pre-test (sebelum pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuri

terintegrasi pendidikan karakter)

X : pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuri terintegrasi pendidikan karakter materi kalor

O2 : nilai post-test (sesudah pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuri

terintegrasi pendidikan karakter)

3.4

Prosedur Penelitian

Penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan, dan pengujian produk. Tahapan ini dapat dirinci sebagai berikut:

3.4.1 Tahap Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan tahap persiapan sebelum penelitian. Tahap ini terdiri dari: (1) studi lapangan berupa observasi untuk mengetahui proses pembelajaran, media pembelajaran, dan kondisi siswa, guru dan sekolah; (2) studi literatur berupa kajian terhadap penelitian sebelumnya yang relevan, analisis kurikulum KTSP bidang sains untuk kelas VII SMP RSBI, telaah materi kalor, dan studi pembuatan LKS.

3.4.2 Tahap Studi Pengembangan

(48)

3.4.3 Tahap Studi Pengujian Produk

Studi pengujian produk ada dua tahap yaitu skala terbatas dan skala kelas. Uji coba skala terbatas terdiri dari kelayakan dan keterbacaan. Uji kelayakan dilakukan oleh guru Fisika SMP RSBI yang pernah mengajar kelas VII. Ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS. Uji keterbacaan dilakukan oleh 10 siswa kelas VII G untuk mengetahui tingkat keterbacaan LKS. Hasil analisis kelayakan dan keterbacaan digunakan untuk merevisi dan memperbaiki kekurangan dan kelemahan produk LKS yang dikembangkan.

Tahap selanjutnya adalah uji coba skala kelas yang dilakukan terhadap 30 siswa kelas VII F. Uji coba skala kelas bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar dan perkembangan karakter siswa. Uji peningkatan hasil belajar menggunakan tes pilihan ganda, sedangkan perkembangan karakter menggunakan lembar observasi. Data uji coba skala kelas dianalisis untuk memperoleh hasil belajar dan perkembangan karakter siswa. Setelah dilakukan analisis, diperoleh LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter materi kalor yang siap digunakan sebagai media pembelajaran.

(49)
[image:49.595.102.521.109.772.2]

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Analisis peningkatan hasil belajar dan perkembangan karakter siswa Studi Pendahuluan

Studi Pengembangan

Studi Pengujian Produk

Studi Literatur

Uji coba skala kelas

Uji coba pada siswa kelas VII F SMP N 2 Kendal

LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter materi kalor siap digunakan sebagai media pembelajaran sains

Uji kelayakan Uji keterbacaan

Pengolahan data & perbaikan LKS

Penyusunan instrumen penelitian berupa lembar angket kelayakan LKS, lembar observasi karakter, tes klos, & tes pilihan ganda

Validasi instrumen penelitian oleh pakar (dosbing I & II)

Uji coba skala terbatas Uji coba LKS

Ya Tidak

Penyusunan produk berupa LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter materi kalor yang mengacu pada RPP

Validasi LKS oleh pakar (dosbing I & II) Studi Lapangan

Hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan media pembelajaran

yang digunakan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kendal

Kajian terhadap penilitian yang relevan, analisi kurikulum KTSP bidang sains

untuk kelas VII SMP RSBI, telaah materi kalor, dan studi pembuatan LKS.

Ya Tidak

(50)

3.5

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, angket, observasi, dan tes.

3.5.1 Metode Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang mendukung penelitian yaitu daftar nama siswa, foto saat penelitian, nilai rapor fisika sebagai acuan pembagian kelompok, dan data guru yang menjadi reviewer kelayakan LKS.

3.5.2 Metode Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS. Angket diuji menggunakan validitas konstruk yaitu angket dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur, selanjutnya dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pembimbing I & II selaku ahli (judgment experts). Angket uji kelayakan ada dua yaitu tahap I dan II. Angket uji kelayakan tahap I terdiri dari 16 butir pertanyaan mengenai kelengkapan komponen LKS. Angket tahap I menggunakan dua pilihan berdasarkan skala guttman yaitu “ada” dan “tidak”, jika semua butir mendapat

nilai positif atau “ada” maka reviewer dapat mengisi angket kelayakan tahap II.

Kisi-kisi angket uji kelayakan tahap II disusun berdasarkan aspek isi (didaktik), bahasa (konstruksi), dan penyajian (teknis). Angket tahap II terdiri dari 28 butir pertanyaan berbentuk checklist. Angket ini menggunakan empat pilihan berdasarkan skala Likert, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS)

dan tidak setuju (TS). Jawaban “SS” memiliki skor 4, “S” memiliki skor 3, “KS”

(51)

3.5.3 Metode Observasi

Perkembangan karakter siswa diukur menggunakan lembar observasi. Lembar observasi diuji menggunakan validitas konstruk yaitu lembar observasi dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur, selanjutnya dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pembimbing I & II selaku ahli (judgment experts). Kisi-kisi lembar observasi karakter disusun berdasarkan pengembangan indikator ketercapaian karakter disiplin, jujur, dan rasa ingin tahu siswa kelas 7-9 SMP yang telah diidentifikasi oleh Kemendiknas. Lembar observasi berbentuk checklist. Lembar ini menggunakan tiga pilihan rating scale, yaitu 1, 3, dan 5. 3.5.4 Metode Tes

Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis terdiri dari tes klos (tes rumpang) dan tes pilihan ganda.

3.5.4.1 Tes Klos (Tes Rumpang)

Tes klos digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan LKS, sehingga diperoleh informasi bahwa LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter termasuk dalam kategori mudah dipahami siswa atau tidak. Tes klos diuji menggunakan validitas isi yaitu mengkonstruksi tes berdasarkan materi kalor yang diajarkan. Tes klos berupa bacaan berbentuk paragraf dan terdapat 45 kata yang dihilangkan.

3.5.4.1 Tes Pilihan Ganda

(52)

materi kalor. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda butir soal, sehingga dapat ditentukan 30 butir pertanyaan yang siap digunakan sebagai pre-test dan post-test.

3.6

Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Uji Coba Tes Pilihan Ganda 3.6.1.1Validitas

Validitas butir soal bentuk pilihan ganda menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

(Suharsimi, 2012: 87) keterangan:

rxy = validitas yang dicari

ΣXY = jumlah perkalian skor item X dan Y X = jumlah skor item X

Y = jumlah skor item Y N = jumlah responden

ΣX2 = jumlah kuadrat skor item X

ΣY2 = jumlah kuadrat skor item Y

Nilai rxy dikonsultasikan dengan rtabelproduct moment dengan taraf signifikan

5%. Untuk N = 28 dan taraf signifikan 5% diperoleh r

tabel product moment= 0,374. Item

soal dikatakan valid jika r

hitung > 0,374. Analisis validitas butir soal uji coba dapat

(53)

Tabel 3.1 Hasil analisis validitas butir soal uji coba

Kriteria Nomor soal Jumlah Persentase

Valid 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 24, 25, 26, 27, 29, 33, 34, 35, 36, 37, 40, 41, 42, 45, 48, 49, 50, 53, 56, 57, 59

34 56,7 %

Tidak valid 1, 3, 4, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 28, 30, 31, 32, 38, 39, 43, 44, 46, 47, 51, 52, 54, 55, 58, 60

26 43,3 %

*data selengkapnya dimuat pada Lampiran 7 3.6.1.2Reliabilitas

Reliabilitas soal bentuk pilihan ganda menggunakan rumus KR-20. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

(Suharsimi, 2012: 115) keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi tes

Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabelproduct moment dengan

taraf signifikan 5%. Jika harga r11>rtabelproduct moment maka instrumen yang diuji

(54)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r11 = 0,919. Untuk taraf

signifikan 5% dan N = 28 diperoleh rtabel = 0,374. Karena r11> rtabel, maka soal

tersebut reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. 3.6.1.3Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:

(Suharsimi, 2012: 223) keterangan:

P = taraf kesukaran

B = jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

[image:54.595.221.403.492.569.2]

Klasifikasi taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Kriteria Taraf Kesukaran

Interval Kriteria

0,00 P 0,30 0,31 P 0.70 0,71 P 1,00

Sukar Sedang Mudah (Suharsimi, 2012: 225)

Hasil analisis taraf kesukaran butir soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Hasil analisis taraf kesukaran butir soal uji coba

Kriteria Nomor soal Jumlah Persentase

Sukar 17, 18, 25, 27, 35, 37, 39, 41, 42, 44, 45, 58, 60 13 21,7% Sedang 8, 9, 14, 15, 19, 24, 26, 30, 33, 34, 36, 38, 40, 43,

48, 49, 50, 53, 55, 56,

20 33,3%

Mudah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 16, 20, 21, 22, 23, 28, 29, 31, 32, 46, 47, 51, 52, 54, 57, 59

27 45,0%

(55)

Soal pre-test dan post-test diambil dari soal uji coba yang sudah teruji validitas, reliabilitas, dan daya pembedanya dengan perbandingan kriteria soal sukar:sedang:mudah = 1:2:1.

3.6.1.4Daya Pembeda

Daya pembeda soal disebut indeks diskriminasi, yang dicari dengan rumus:

(Suharsimi, 2012: 228) keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

[image:55.595.209.415.630.720.2]

Klasifikasi daya pembeda butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda

Interval Kriteria

0,00 < D 0,20 0,21 D 0,40 0,41 D 0,70 0,71 D 1,00

Jelek Cukup Baik Sangat baik (Suharsimi, 2012: 232)

(56)

Tabel 3.5 Hasil analisis daya pembeda butir soal uji coba

Kriteria Nomor soal Jumlah Persentase

Jelek 1, 3, 4, 12, 18, 20, 21, 22, 30, 31, 38, 39, 43, 44, 46, 47, 52, 54, 55, 58, 60

21 35,0%

Cukup 2, 5, 6, 7, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 19, 23, 28, 29, 32, 33, 35, 40, 48, 51, 53, 57, 59

23 38,3%

Baik 8, 9, 16, 24, 25, 26, 27, 34, 36, 37, 41, 42, 45, 49, 50, 56,

16 26,7%

*data selengkapnya dimuat pada Lampiran 7 3.6.1.5Transformasi Nomor Soal

Hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran soal uji coba, diperoleh 33 butir soal yang baik dan dapat digunakan sebagai alat pengukur hasil belajar kognitif siswa. Soal yang dipilih dan digunakan sebagai alat ukur hasil belajar yaitu soal yang valid; daya pembedanya berkategori cukup, baik, atau sangat baik; taraf kesukarannya mudah, sedang, atau sukar; dan semua soal tersebut reliabel. Soal yang digunakan sebagai pre-test dan post-test ada 30 butir, yaitu soal nomor 2, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 19, 24, 25, 26, 27, 29, 33, 34, 35, 36, 37, 40, 41, 42, 45, 48, 50, 53, 56, dan 59.

3.6.2 Analisis Kelayakan LKS

Tingkat kelayakan LKS dihitung dengan cara deskriptif persentase menggunakan rumus sebagai berikut:

keterangan:

P = persentase skor

(57)

Kriteria tingkat kelayakan LKS dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kelayakan LKS

Interval Kriteria

21% < P 40% 41% P 60% 61% P 80% 81% P 100%

Kurang Layak Cukup Layak Layak

Sangat Layak

3.6.3 Analisis Keterbacaan LKS

Tingkat keterbacaan LKS dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

(Suryadi, 2007) keterangan

x = besarnya tingkat keterbacaan LKS

Kriteria tingkat keterbacaan LKS menggunakan tes klos menurut Rankin dan Culhane yang dikembangkan oleh Suryadi (2007) dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Keterbacaan LKS

Interval Kriteria

0% < x 40% 41% x 60% 61% x 100%

Rendah (LKS sukar dipahami)

Sedang (LKS telah memenuhi syarat keterbacaan) Tinggi (LKS mudah dipahami)

(Suryadi, 2007) 3.6.4 Analisis Peningkatan Hasil Belajar Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan rumus sebagai berikut :

(58)

(Sugiyono, 2010 :241) keterangan:

2

= harga Chi-Kuadrat

fo = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

fh = frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian jika 2hitung 2tabel dengan derajat kebebasan dk = k-1

dan taraf signifikansi 5% maka data berdistribusi normal. Uji N-Gain

Peningkatan hasil belajar dihitung menggunakan rumus n-gain sebagai berikut:

<g> =

(Hake, 1998) keterangan:

<g> = faktor gain

<Spre> = skor rata-rata tes awal (%)

<Spost> = skor rata-rata tes akhir (%)

Kriteria peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Kriteria faktor gain <g>

Interval Kriteria

g ≥ 0,7 0,3 ≤ g < 0,7

g < 0,3

(59)

Uji Signifikansi (Uji t Dua Pihak)

Uji signifikansi bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter, sehingga menggunakan rumus t-test sampel berkorelasi sebagai berikut:

(Sugiyono, 2010: 274) keterangan:

= nilai rata-rata pre-test = nilai rata-rata post-test S1 = simpangan baku pre-test

S2 = simpangan baku post-test

S12 = varians pre-test

S22 = varians post-test

r = korelasi

Kriteria yang digunakan adalah terdapat perbedaan yang signifikan apabila harga t hitung tidak memenuhi -t tabel < t hitung < t tabel dengan derajat kebebasan

untuk tabel distribusi t adalah (n1+ n2 - 2) dan taraf signifikansi ( ) = 5 %.

3.6.5 Analisis Perkembangan Karakter

(60)

Klasifikasi persentase karakter siswa dapat dilihat pada Tabel 3.9. Tabel 3.9 Klasifikasi Karakter Siswa Interval Kriteria

80 < x 100 60 < x 80 40 < x 60 20 x 40

Membudaya Mulai Berkembang Mulai Terlihat Belum Terlihat (Kemendiknas, 2010c: 53) Uji N-Gain

Perkembangan karakter siswa tiap pertemuan dihitung menggunakan rumus n-gain sebagai berikut:

<g> =

Hake (1998) keterangan:

<g> = faktor gain

<Spre> = skor rata-rata karakter awal (%)

<Spost> = skor rata-rata karakter akhir (%)

Kriteria perkembangan karakter dapat dilihat pada Tabel 3.10. Tabel 3.10 Kriteria faktor gain <g>

Interval Kriteria

g ≥ 0,7 0,3 ≤ g < 0,7

g < 0,3

(61)

Uji Signifikansi (Uji t Dua Pihak)

Uji signifikansi bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan karakter siswa sebelum dan sesudah menggunakan LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter, sehingga menggunakan rumus t-test sampel berkorelasi sebagai berikut:

(Sugiyono, 2010: 274) keterangan:

= nilai rata-rata pre-test = nilai rata-rata post-test S1 = simpangan baku pre-test

S2 = simpangan baku post-test

S12 = varians pre-test

S22 = varians post-test

r = korelasi

Kriteria yang digunakan adalah terdapat perbedaan yang signifikan apabila harga t hitung<

Gambar

Gambar 2.1 Strategi model pembelajaran inkuiri
Tabel 2.1 Hubungan antara nilai karakter dan indikator ketercapaian karakter
Gambar 2.2 Diagram perubahan wujud zat
Gambar 2.3 Diagram alir kerangka berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banayak cara yang dilakukan warga desa Wonorejo untuk menanamkan rasa kasih sayang dan saling menghormati, misalnya yang dilakukan oleh salah satu keluarga yaitu dengan

Frekuensi Perjalanan (kend/Jam) Frekuensi Rata-rata (kend/jam) Senin Rabu Minggu.. 1

Berdasarkan pemaparan diatas, ketika pengamatan awal dilakukan pada lingkungan Kantor camat &amp; Kelurahan Se-Kecamatan Medan Sunggal diketahui bahwa beberapa PNS

Kemampuan public speaking yang baik sangat membantu untuk menjadi. seorang comic

These people puzzled me until I suddenly realized that they had been burned and were holding their arms out to prevent the painful friction of raw surfaces

“Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi, Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi, Kepercayaan Atas Sistem Informasi Akuntansi, dan Kesesuaian Tugas pada Kinerja

(1) Pegawai Negeri Sipil yang melanggar salah satu atau lebih kewajiban/ketentuan Pasal 2 ayat (1),ayat (2),Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1),Pasal l4,tidak melaporkan

[r]