• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA DI KABUPATEN KOTA WARINGIN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA DI KABUPATEN KOTA WARINGIN BARAT"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN

TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA

DI KABUPATEN KOTA WARINGIN BARAT

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi

Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh :

MUHAMAD HAMDANI S. 850809110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN

TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA

DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Disusun Oleh

MUHAMAD HAMDANI S. 850809110

Telah disetujui Tim Pembimbing Pada Tanggal : Januari 2011

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs.Tri Atmojo K,M.Sc.Ph.D Drs. Suyono, M.Si NIP.19630826 198803 1002 NIP.19500301 197603 1002

Mengetahui

Kaprodi Pendidikan Matematika PPs Universitas Sebelas Maret

Dr. Mardiyana, M.Si NIP.19660225 199302 1002

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

(3)

commit to user

TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA

DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Disusun Oleh :

MUHAMAD HAMDANI S. 850809110

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh Tim Penguji

Pada Tanggal : Januari 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si ...

Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si ...

Penguji : 1. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D ...

2. Drs. Suyono, M.Si ...

Surakarta, Januari 2011

Mengetahui Ketua Program Studi

Direktur PPs UNS Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si

NIP.19570820 198503 1 004 NIP.19660225 199302 1 002

(4)

commit to user Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Muhamad Hamdani

NIM :

S 850809110

Menyatakan dengan sungguhnya, bahwa tesis berjudul ”Eksperimentasi Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan

Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Statistika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Pada

Siswa SMA Di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah betul-betul karya saya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar

pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari

tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan

Muhamad Hamdani

(5)

commit to user

Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan

orang-orang yang berilmu

( Q.S. Al-Mujadilah:11)

Lihatlah orang yang lebih bawah dari pada kalian, dan janganlah melihat orang yang lebih atas dari kalian. Maka yang demikian itu lebih patut agar kalian tidak

meremehkan nikmat Allah kepada kalian.

(H.R. Abu Hurairah)

PERSEMBAHAN

(6)

commit to user

1.Isteriku Antung Attaubah yang telah mendampingi,

mendoakan dan memberikan motivasi dalam penulisan

tesis dan studi ini.

2.Anak-anakku Ahmad Fajrin Riadi, Nidia Fajriyati,

Ahmad Hafiz Noorfaizin, yang selalu mendo’akan untuk

keberhasilan dalam penyelesaian tesis dan studi ini.

3.Seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan, motivasi,

dan do’anya dalam penulisan tesis dan studi ini.

4.Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat

dan bantuan.

KATA PENGANTAR

(7)

commit to user

ini,yang merupakan sebagian persyaratan untuk mencapai derajad magister pada

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul: “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dan Tipe Jigsaw Pada Pokok Statistika Ditinjau Dari Aktivitas

Belajar Pada Siswa SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung terselesaikannya tesis ini :

1. Prof. Dr. Much. Syamsul Hadi, dr. Sp Kj (K), Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh

studi sampai selesai di Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto,M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis

sehingga penulis mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam melakukan

penelitian.

3. Rektor dan Dekan FKIP Universitas Palangkaraya yang telah memberikan ijin

untuk melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

4. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

dorongan dan pengarahan sehingga terselesaikan tesis ini.

5. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc. Ph.D, sebagai pembimbing I, yang telah banyak

memberikan bimbingan dan dukungan penulisan tesis ini.

6. Drs. Suyono, M.Si, sebagai pembimbing II, yang telah dengan kesabarannya

(8)

commit to user

7. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal dalam

penyusunan tesis ini melalui perkuliahan.

8. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga. Kabupaten Kotawaringin

Barat yang telah memberikan ijin/rekomendasi kepada penulis sehingga penulis

mendapatkan kemudahan dalam melakukan penelitian.

9. Kepala sekolah SMA-1 Pangkalan Bun dan Kepala sekolah SMAN-1 Kumai

serta Kepala Sekolah SMA PGRI Pangkalan Bun yang telah memberikan

kesempatan dan membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.

10.Guru matematika SMAN-1 Pangkalan Bun dan SMAN-1 Kumai serta SMA

PGRI Pangkalan Bun yang telah melakasanakan pembelajaran dengan metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kooperatif tipe Jigsaw.

11.Siswa-siswi kelas XI SMAN-1 Pangkalan Bun dan SMAN-1 Kumai dan SMA

PGRI Pangkalan Bun atas bantuan dan kerja samanya.

12.Semua keluarga yang telah membantu dan memberikan kesempatan, dorongan

dan kesabarannya.

13.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu

terselesainya tesis ini.

Semoga semua amal baik mereka yang telah diberikan kepada penulis,

mendapat ridha dari Allah SWT.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

(9)

commit to user pendidikan matematika.

Surakarta, Januari 2011

(10)

commit to user DAFTAR ISI Halaman JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN……….... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR……… DAFTAR ISI………... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...………... B. Identifikasi Masalah………...… C. Pemilihan Masalah………. D. Pembatasan Masalah………... E. Perumusan Masalah ………... F. Tujuan Penelitian……….... G. Manfaat Penelitian……….….

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori………... 1. Pembelajaran Matematika...………... 2. Teori Belajar Konstruktivistik……….. 3. Pembelajaran Kooperatif ...……….... 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.………. 5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...

(11)

commit to user

6. Aktivitas Belajar Siswa... B. Penelitian Yang Relevan………...………. C. Kerangka Berpikir Dan Hipotesis...……. 1. Kerangka Berpikir.………. 2. Hipotesis...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………...… B. Metode Penelitian ... C. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel………... 1. Populasi... 2. Sampel... 3. Teknik Pengambilan Sampel... D. Metode Pengumpulan Data……… 1. Variabel Penelitian... 2. Teknik Pengambilan Data... 3. Instrumen Penelitian... E. Teknik Analisis Data……….. 1. Uji Keseimbangan ... 2. Uji Persyaratan Analisis ... 3. Uji Hipotesis... 4. Uji Lanjut Anava...

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data………...………. 1. Data Nilai Rapor Naik Kelas XI Tahun 2010/2011... 2. Data Hasil Uji Coba Instrumen...………. a. Hasil Uji Coba Instrumen Angket... 1). Uji Validitas Isi... 2). Konsistensi Internal... 3). Uji Reliabilitas Angket... b. Hasil Uji Coba Instrumen Tes... 1). Uji Validitas Isi...

(12)

commit to user

2). Tingkat Kesukaran Instrumen Tes... 3). Daya Beda Instrumen Tes... 4). Uji Reliabilitas Instrumen Tes... 5). Pembahasan Hasil Uji Coba Instrumen Tes... c. Data Angket Aktivitas Belajar Siswa... B. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal…….………..

1. Uji Normalitas... 2. Uji Homogenitas... 3. Hasil Uji Keseimbangan... C. Hasil Uji Persyaratan Analisis Prestasi Belajar……….. 1.Uji Normalitas Prestasi Belajar……….………….. 2.Uji Homogenitas Prestasi Belajar….……….. D. Hasil Uji Hipotesis……….…...………. E. Hasil Uji Lanjut Hipotesis...………...……… 1.Komparasi Ganda Antar Kolom...…...……… 2.Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang Sama…... 3.Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yang Sama…..…. F. Pembahasan Hasil Penelitian………...………….... 1.Hipotesis Pertama………. 2.Hipotesis Kedua……… 3.Hipotesi Ketiga………. 4.Hipotesi Keempat……….

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1. Hasil ujian nasional SMA mata pelajaran matematika Kabupaten Kotawaringin Barat... 2.1. Penentuan nilai perkembangan individu berdasarkan nilai... 2.2. Tingkat penghargaan kelompok... 3.1 Jadwal Penelitian

3.2. Rancangan Penelitan... 4.1. Deskripsi Data Nilai Rapor... 4.2. Rangkuman Jumlah Siswa dan Rataan Aktivitas... 4.3. Rangkuman Rataan Prestasi Belajar Siswa... 4.4. Rangkuman Analisis Varians Dua Jalan Sel Tak Sama... 4.5. Rangkuman Data Komparasi Ganda Antar Kolom... 4.6. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang Sama 4.7. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yan Sama...

Halaman

(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli jigsaw... 2.2. Diagram kerangka pemikiran penelitian...

Halaman 30

(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Jigsaw ... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas STAD... 3. Kisi-kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar... 4. Tes Prestasi Belajar... 5. Uji Reliabilitas,Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Tes... 6. Validitas Tes Prestasi Belajar... 7. Kisi-kisi Instrumen Angket Aktivitas Belajar... 8. Angket Aktivitas Belajar... 9. Uji Konsistensi Internal Angket Aktivitas Belajar... 10. Validasi Angket Aktivitas Belajar... 11. Data Induk Kelas STAD... 12. Data Induk Kelas Jigsaw... 13. Uji Normalitas Nilai Raport Kelas STAD... 14. Uji Normalitas Nilai Raport Kelas Jigsaw... 15. Uji Homogenitas Nilai Raport Kelas STAD dan Jigsaw... 16. Uji Keseimbangan Kelas STAD dan Jigsaw... 17. Rangkuman Uji Konsistensi Internal Angket... 18. Rangkuman Tingkat Kesukaran dan Daya beda Tes... 19. Data IndukAktivitas Belajar Kelas STAD... 20. Data Induk Aktivitas Belajar Kelas Jigsaw... 21. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD... 22. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw... 23. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar Tinggi... 24. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar Sedang... 25. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar Rendah... 26. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD...

(16)

commit to user

27. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw... 28. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD dan Jigsaw. 29. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama... 30. Uji Komparasi Ganda Antar Kolom... 31. Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang

Sama... 32. Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yang Sama...

272 275 277 285

(17)

commit to user

ABSTRAK

Muhamad Hamdani (S850809110), Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Statistika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Pada Siswa SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat. Tesis, Komisi Pembimbing I

Drs.Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D dan Pembimbing II Drs.Suyono, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) manakah yang lebih baik prestasi belajar matematika siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, (2) manakah di antara kategori aktivitas belajar siswa yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik,aktivitas tinggi, aktivitas sedang atau aktivitas rendah (3) pada masing-masing motode pembelajaran kooperatif tipe (STAD dan Jigsaw) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, pada masing-masing tingkat aktivitas belajar dan masing-masing tingkat aktivitas manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau tipe Jigsaw.

Penelitian ini menggunakan eksperimental semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat tahun pelajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan secara Stratified Cluster

Random Sampling dengan hasil SMAN-1 Pangkalan Bun dari kelompok tinggi dan

SMAN-1 Kumai dari kelompok sedang serta SMA PGRI Pangkalan Bun dari kelompok rendah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, angket dan dokumentasi. Instrumen tes untuk mengetahui prestasi belajar matematika materi statistika. Sedangkan instrumen angket untuk mengetahui aktivitas belajar siswa.

Sebelum eksperimen dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan

rataan menggunakan uji t dan α = 0,05 diperoleh tobs=0,3263 sedangkan untuk

ttabel=1,960, tobs < ttabel semua sampel berasal dari populasi yang mempunyai kemampuan yang seimbang.

Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji normalitas populasi dan uji

homogenitas variansi populasi. Menggunakan taraf signifikasi α = 0,05 dengan

hasil:(1) uji normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors, diperoleh semua kelas sampel barasal dari populasi yang berdistribusi normal (2) uji homogenitas variansi populasi dengan menggunakan metode Bartlett, diperoleh semua kelas sampel berasal dari populasi yang mempunyai variansi yang sama.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varian dua jalan dengan

sel tak sama. Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan

(1) terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika (Fa = 16,9876 > 3,844 = Ftabel), (2) terdapat pengaruh aktivitas

belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika (Fb = 76,1492 > 3,00 = Ftabel), (3) terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan

(18)

commit to user

Hasil uji komparasi ganda dengan metode Scheffe dan dengan melihat rataan marginalnya, dapat disimpulkan bahwa: (1) Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipa Jigsaw mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan prestasi belajar matematika menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.(2) Prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah serta prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. (3) Pada kategori tingkat aktivitas tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik prestasi belajarnya daripada dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tetapi tidak demikian halnya, pada kategori aktivitas sedang maupun tingkat aktivitas rendah, pemberian pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe STAD tidak menyebabkan perbedaan prestasi belajar. (4) Baik pada metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe STAD, siswa yang mempunyai aktivitas tinggi lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang yang mempunyai aktivitas sedang dan rendah, serta siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai aktivitas rendah. Sehingga untuk pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda untuk setiap kategori aktivitas belajar yang berbeda.

Kata Kunci: Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw, Aktivitas, Prestasi Belajar

(19)

commit to user

Muhamad Hamdani, S850809110. The Experimentation of the Cooperative

Learning of the Student Teams Achievement Divisions (STAD) Type and Jigsaw Type on the Topic of Discussion of Statistics Viewed from the Learning Activities of the Students of Senior Secondary School in West Kotawaringin Regency. Thesis: The First Commision Supervision is of Drs.Tri Atmojo K, M.Sc,

Ph.D and Drs. Suyono, M.Si. The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University, Surakarta 2011.

The objectives of the research are to investigate: (1) which students have a better learning achievement in Mathemathics between the students taught with the cooperative learning of the STAD type and those taught with the Jigsaw type; (2) which category of the learning activities, that is, high, medium, and or low activities, has a better effect on the learning achievement in Mathematics; (3) in each type of the Cooperative learning methods (STAD type and Jigsaw type), which one has a better effect on the learning achievement in Mathematics at each level of the learning activities, and in each level of the learning activities, which one has a better effect on the learning achievement in Mathematics between the STAD type and the Jigsaw type.

The research used an quasi experimental. The population of the research was all of the students in Grade XI of State Senior Secondary Schools in West Kotawaringin in the academic year of 2010/2011. The samples of the research were taken by using a stratified cluster random sampling. The samples of the research were the students of State Senior Secondary School 1 of Pangkalan Bun for the group of high learning activities, State Senior Secondary School 1 of Kumai for the group of medium learning activities, and Senior Secondary School PGRI of Pangkalan Bun for the group of low learning activities. The data of the research were gathered through test, questionnaire, and documentation. The test was used to investigate the students’ learning achievement in Mathematics with the topic of discussion of Statistics. The questionnaire was used to investigate the students’ learning activities.

Prior to the experimentation, the average balance was tested by using t –test at the significance level of α = 0.05. The result of the test shows that all of the samples

of the research have the population with the balanced ability as indicated by tobs = 0.3263, < ttable = 1.960. In addition, pre-requisite tests were also conducted. The

tests consisted of the normality test of population by using Lilliefors formula and the homogeneity test of population variance by using Bartlett method at the significance level of α = 0.05. The results of the test are as follows: 1) The samples of the research have a normal distribution. 2) All of the samples of the research have the same variance.

The data of the research were analyzed by using a two-way analysis of variance with unequal cells at the significance level of α = 0.05. The result of the analysis shows that (1) there is an effect of the learning models on the achievement in

Mathematics with the topic of discussion of Statistics as indicated by Fa = 16.9876 > 3.844 = Ftable; (2) there is an effect of the learning activities on the

(20)

commit to user

Mathematics with the topic of discussion of Statistics as indicated by Fab = 4.94101 > 3.00 = Ftable.

The result of multiple comparison test with Scheffe method and by looking at the average marginal, it can be concluded that: (1) On learning the Jigsaw cooperative learning methods have better academic achievement than with mathematics learning achievement using cooperative learning method STAD type. (2) student achievement that have a high learning activities better than students who have learning activities as well as medium and low learning achievement of students who have learning activities are better than students who have low learning activities. (3) In the category of high activity level, students who are learning to type jigsaw cooperative learning method better academic achievement than students who were learning to type STAD cooperative learning methods. But is not the case, the category of moderate activity and low activity levels, provision of learning with cooperative learning methods as well as type STAD Jigsaw types do not cause differences in learning achievement. (4) Whether the Jigsaw cooperative learning model type or types of STAD, students who have high activity better academic achievement than students who are having medium and low activity, as well as students who have moderate activity is better academic achievement than students who have activity low. So for learning by using the Jigsaw method of cooperative learning and type of cooperative learning method STAD types provide different learning achievement results for each category.

Keywords: Cooperative Type STAD and Jigsaw, Activities, Student Achievement.

(21)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat cepat dan

pesat. Dalam mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya

pengembangan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya yang bisa

ditempuh dalam membentuk manusia yang berkualitas adalah melalui proses

pendidikan, baik pendidikan melalui jalur sekolah maupun pendidikan luar

sekolah. Sekolah yang merupakan bagian dari masyarakat dan merupakan tempat

yang tepat bagi pembinaan sumber daya manusia yang sesuai dengan ilmu dan

teknologi. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Soedjadi (1995 : 8).

Bahwa satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogyanya

berfungsi sebagai alat untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu

tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun jalur luar

sekolah. Ini menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang penting

dalam mempersiapkan dan mencetak sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas.

Dalam pelaksanaan pendidikan formal di sekolah, untuk mengetahui

keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan

masalah yang mendasar dari pembelajaran matematika adalah merupakan mata

pelajaran yang sulit untuk dipahami karena matematika merupakan mata

(22)

commit to user

mengajar pada periode 2001-2003 menunjukkan bahwa banyak guru masih

mengalami kesulitan dalam menjabarkan silabus, sejumlah topik matematika

dianggap sulit bagi guru untuk mengajar, yang signifikan jumlah anak

mempertimbangkan beberapa topik matematika sebagai sulit dipahami, guru

menganggap bahwa mereka masih membutuhkan panduan untuk melakukan

proses pembelajaran sains. Hal ini berdampak kepada prestasi belajar siswa yang

rendah, dan rendahnya prestasi belajar matematika siswa kemungkinan

disebabkan pemahaman yang kurang baik dari siswa dalam menerima proses

pembelajaran yang di kelola oleh guru di kelas. Proses pembelajaran tersebut

dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Intelegensia, minat, bakat, motivasi, aktivitas

belajar dan sebagainya termasuk faktor internal, sedangkan yang termasuk dalam

faktor eksternal misalnya, guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar, metode

mengajar dan sebagainya.

Matematika adalah ilmu yang sangat diperlukan dalam perkembangan ilmu

dan teknologi. Tetapi matematika selama ini dianggap pelajaran yang sulit untuk

dipahami, hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang tidak lulus karena tidak

terpenuhinya standar nilai matematika yang telah di tentukan, padahal standar

kelulusan matematika tahun pelajaran 2009/2010 masih rendah yaitu 5,50.

Gambaran umum dari prestasi belajar matematika di Kabupaten

Kotawaringin Barat hasil ujian nasional adalah sebagai berikut :

(23)

commit to user

No Nama Sekolah Rata-rata Terendah Tertinggi

1 SMAN-1PangkalanBun 7,82 3,75 9,25

2 SMAN-2 Pangakalan Bun 7,80 4,50 9,75

3 SMAN-3 Pangkalan Bun 8,13 6,25 9,50

4 SMAN Arut Utara 7,58 6,50 8,50

5 SMAN-1 Kumai 6,86 4,00 8,25

6 SMAN-2 Kumai 6,30 3,25 7,50

7 SMAN Pangkalan Banteng 6,19 2,50 7,40

8 SMAS Abdi Pangkalan Bun 6,08 2,75 7,00

9 SMAN Pangkalan Lada 5,30 2,50 6,75

10 SMAN Kotawaringin Lama 5,25 3,25 6,85

11 SMAS PGRI Pangkalan Bun 5,20 3,20 6.70

( Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Kotawaringin Barat )

Begitu juga pada pokok bahasan statistika di Kelas XI SMA, siswa masih

kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut, padahal pokok bahasan ini

merupakan salah satu dari materi yang termasuk standar kompetensi lulusan

dalam ujian nasional.

Dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika, tugas seorang guru

adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat

belajar siswa, sehingga siswa mempunyai keterampilan, keberanian serta

mempunyai kemampuan matematika. Dengan demikian matematika akan

mempunyai peran yang penting bagi siswa untuk mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari. Selanjutnya hal ini akan berdampak dalam menciptakan

sumber daya manusia yang bermutu. Oleh karena itu guru sebagai pendidik perlu

mempersiapkan suatu model pembelajaran yang terprogram agar siswa sebagai

(24)

commit to user

Dalam perkembangannya, pembelajaran matematika di sekolah banyak

mengalami perubahan, diantaranya perubahan yang menitikberatkan dari situasi

guru mengajar menjadi situasi siswa belajar. Agar pembelajaran dengan situasi

siswa belajar ini dapat tercapai, hendaknya guru dapat menggunakan strategi

belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan siswa. Sebagaimana diungkapkan

oleh Soedjadi (1995 : 12), betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika

yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah

satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah proses mengajar yang

lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal. Selain itu menurut

M.A. Simon dkk (2000:307) mengatakan bahwa: supaya pengajaran matematika

lebih efektif para pengajar (guru) harus mampu mengartikualasi tujuan dan

menggeneralisasi hipotesis untuk perkembangan serta pemahaman konsep dasar

matematika itu sendiri.

Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa adalah melalui kreativitas yang dimiliki oleh para guru, dan dengan

keinginan untuk selalu mencari metode yang terbaik agar selalu menarik minat

dan motivasi siswa belajar, maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.

Sejumlah metode pembelajaran telah diterapkan di sekolah-sekolah untuk

mencapai tingkat keberhasilan dalam proses pendidikan. Namun, mengingat

adanya variasi tujuan yang ingin dicapai, adanya lingkungan belajar yang

berlainan, keadaan siswa yang berbeda, karakteristik materi yang berbeda, dan

lain-lain, maka tidak dapat disusun suatu metode yang baik untuk semua jenis

kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki

(25)

commit to user

diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus

menguasai teknik-teknik penyajian materi, atau biasa disebut metode

pembelajaran. Sebenarnya ada beberapa metode pembelajaran yang dapat

digunakan dalam pembelajaran matematika. Tetapi tidak setiap metode

pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam setiap materi, sehingga pemilihan

metode pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan pembelajaran.

Oleh karena itu sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan

pemikiran yang matang dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk

suatu kompetensi dasar yang akan disajikan.

Dewasa ini banyak penelitian di bidang pendidikan yang menyatakan

metode-metode pembelajaran yang berlandaskan pada paham konstruktivisme

dapat memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan

dengan metode pembelajaran konvensional. Namun masih ada guru yang belum

menerapkan metode-metode pembelajaran yang berlandaskan faham tersebut,

karena berbagai faktor diantaranya pengetahuan dan pengalaman guru yang masih

kurang berkaitan dengan metode-metode pembelajaran tersebut.

Metode pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar adalah

dengan menempatkan siswa secara kelompok-kelompok. Pembelajaran kelompok

dapat meningkatkan siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa

sosial yang tinggi. Pembejalaran yang dapat mewujudkan hal tersebut salah

satunya adalah pembelajaran kooperatif, yang sesuai dengan pembelajaran filsafat

konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme, siswa secara aktif

membangun pengetahuan mereka sendiri. Slavin (1955 : 18) menyatakan bahwa

(26)

commit to user

apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan

temannya.

Untuk meningkatkan pembelajaran matematika selain metode

pembelajaran, keberhasilan belajar siswa juga tidak terlepas dari kemampuan

individu yang dimiliki oleh siswa yang merupakan salah satu faktor internal.

Dalam hal ini adalah keaktifan siswa dalam belajar. Sekolah merupakan salah

satu tempat untuk mengembangkan aktivitas siswa. Dalam belajar matematika,

aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat materi yang dijelaskan

oleh guru, namun demikian siswa harus lebih berpartisipasi aktif, misalnya

bertanya, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan guru. Dalam melakukan

aktivitas belajar siswa bervariasi, ada siswa yang aktivitas belajarnya rendah,

sedang atau tinggi. Ada sebagian siswa yang tidak tertarik pada mata pelajaran

matematika, karena matematika dianggap pelajaran yang sangat sulit. Bagi siswa

yang kurang menyenangi dengan pelajaran matematika, maka aktivitas belajar

mereka juga rendah. Ada kemungkinan hal ini akan memberikan pengaruh pada

prestasi belajar siswa. Sedangkan siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi, Ada

kemungkinan prestasi belajar yang akan diperoleh menjadi tinggi, sehingga

aktivitas belajar siswa sangatlah membantu dalam proses belajar matematika.

Dalam hal ini pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses

pembelajaran, maka guru diharapkan dapat membuat situasi pembelajaran yang

lebih banyak melibatkan keaktifan siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah

(27)

commit to user

1. Masih rendahnya prestasi belajar matematika, mungkin karena kurang tepatnya

penggunaan metode pembelajaran. Dari dugaan ini muncul sebuah

permasalahan yang menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu apakah

pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika. Dapat diteliti pula apakah

pemilihan metode pembelajaran yang tepat tersebut cocok untuk berbagai

katagori aktivitas belajar siswa.

2. Terdapat kemungkinan penyebab lain rendahnya prestasi belajar matematika

adalah kurangnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari

hal ini juga menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu untuk melihat apakah

dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan

keterlibatan dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa karena diajar

oleh guru-guru yang kurang kompeten dalam mengajar, karena mereka

memiliki kualifikasi pendidikan yang tidak relevan. Penelitian untuk melihat

apakah siswa yang diajar oleh guru dengan kualifikasi yang tidak relevan

menyebabkan hasil belajar yang berbeda dibanding dengan diajar guru yang

mempunyai kualifikasi yang relevan,menarik untuk dilakukan.

4. Faktor aktivitas belajar siswa juga dapat menjadi salah satu penyebab

rendahnya prestasi belajar matematika. Aktivitas belajar siswa yang rendah

memungkinkan menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika.

Penelitian untuk melihat pengaruh tinggi rendahnya aktivitas belajar siswa

(28)

commit to user

5. Penggunaan metode pembelajaran yang baru selalu memberikan prestasi

belajar matematika lebih baik dari pada metode pembelajaran konvensional

yang monoton tanpa variasi. Oleh karena itu, cukup menarik dilakukan

penelitian untuk melihat manakah yang memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik antara metode pembelaharan kooperatif tipe STAD dan

metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dapat juga dilihat apakah

penggunaan metode-metode tersebut cocok untuk berbagai katagori aktivitas

belajar siswa

C. Pemilihan Masalah

Suatu penelitian yang dilakukan dengan banyak pertanyaan dalam waktu

yang sama bisa kurang cermat dalam mengamati perubahan perilaku subyek

penelitian, sehingga hasil penelitian yang diperoleh juga mungkin kurang akurat.

Untuk menghindari kekurangakuratan tersebut, maka dalam penelitian ini akan

diteliti masalah yang menyangkut penggunaan metode pembelajaran dihubungkan

dengan aktivitas belajar siswa.

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti hanya ingin melakukan

yang terkait dengan permasalahan terakhir, yaitu manakah yang memberikan

prestasi belajar matematika lebih baik antara penggunaan metode pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran tipe Jigsaw. Juga akan dilihat,

apakah pemberian perlakuan tersebut berlaku sama pada berbagai katagori

aktivitas belajar siswa. Pemberian variasi pembelajaran yang melibatkan siswa

secara aktif akan membangkitkan minat dan keterkaitan yang besar dalam diri

(29)

commit to user

Pemilihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Jigsaw

dikarenakan dalam tipe-tipe metode pembelajaran ini terdapat faktor kerjasama

dan diskusi yang mampu memberikan pengalaman eksplorasi potensi diri siswa

untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran

matematika khususnya pada materi statistika menjadi lebih bermakna. Selain itu,

karena keterbatasan untuk dilakukan penelitian terhadap semua permasalahan

penyebab rendahnya prestasi belajar siswa, baik dalam hal biaya, waktu maupun

tenaga, sehingga tidak mungkin diungkap semua permasalahan rendahnya

prestasi belajar matematika tersebut.

D. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas agar penelitian yang dikaji dapat lebih

terarah maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan metode pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

2. Penelitian dilakukan di SMA se Kabupaten Kotawaringin Barat semester

ganjil tahun pelajaran 2010/2011.

3. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas siswa dalam belajar matematika

yang meliputi aktivitas memperhatikan, bertanya, mencatat, mendengarkan,

mengerjakan soal dan mempelajari materi pelajaran matematika.

(30)

commit to user

5. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar

siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar, dalam hal ini adalah tes

prestasi belajar pada pokok bahasan statistika siswa kelas XI-IPA SMA.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pemilihan

masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Di antara metode pembelajaran kooperatif, manakah yang dapat memberikan

prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe

STAD atau kooperatif tipe Jigsaw?.

2. Di antara katagori aktivitas belajar siswa, manakah yang dapat memberikan

prestasi belajar matematika lebih baik, aktivitas tinggi, aktivitas sedang atau

aktivitas rendah?.

3. Pada masing-masing metode pembelajaran yaitu kooperatif tipe STAD dan

kooperatif tipe Jigsaw manakah yang dapat memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik, siswa yang mempunyai aktivitas tinggi, aktivitas

sedang atau aktivitas rendah?.

4. Pada masing-masing katagori aktivitas belajar siswa ( tinggi, sedang dan

rendah), manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih

baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau kooperatif tipe

Jigsaw?.

(31)

commit to user

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Metode pembelajaran kooperatif manakah yang dapat memberikan prestasi

belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

atau kooperatif tipe Jigsaw.

2. Manakah di antara katagori aktivitas belajar siswa, yang dapat memberikan

prestasi belajar matematika yang lebih baik, aktivitas tinggi, aktivitas sedang

atau aktivitas rendah.

3. Di antara masing-masing motode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

kooperatif tipe Jigsaw, manakah di antara katagori aktivitas belajar siswa

yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, aktivitas

belajar tinggi, aktivitas belajar sedang atau aktivitas belajar rendah.

4. Di antara masing-masing katagori aktivitas belajar siswa (tinggi,sedang dan

rendah), manakah di antara model pembelajaran kooperatif yang dapat

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kooperatif tipe STAD

atau kooperatif tipe Jigsaw.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

1. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam memilih metode

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar matematika.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika tentang pentingnya aktivitas

(32)

commit to user

3. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan dan

pembelajaran matematika.

4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan

(33)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Secara umum makna dari belajar adalah suatu usaha atau kegiatan dari

seseorang untuk mendapatkan suatu hal yang belum dipahami dan hal yang

belum diketahui sehingga akan memahami dan mengetahui tentang suatu hal

yang diinginkan. Menurut Aunurahman (2010) bahwa : Belajar menunjukan

suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu

pemahaman pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri

dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjukan pada keaktivan

seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek

jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada

dirinya. Menurut Witherington dalam Aunurrahman (2010 : 35) belajar adalah

suatu perubahan di dalam diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Sehingga belajar

adalah merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berkaitan dengan

aspek pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang

yang terbentuk. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan dimaksud adalah

merupakan proses belajar,sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri

(34)

commit to user

Pengertian matematika menurut pendapat dari beberapa ahli di

antaranya adalah: Menurut Rotman dalam Brent Davis (2000) bahwa:

Matematika adalah suatu aktivitas, suatu praktek. Jika mengamati

peserta-pesertanya, lalu itu akan menjadi yang suka bertentangan bukan untuk

menyimpulkan/menduga bahwa untuk rentang waktu yang lama mereka sibuk

dengan proses tentang berkomunikasi hal yang kecil diri mereka satu sama lain;

satu kesimpulan yang diutarakan oleh kehadiran yang tetap dari text (notes

secara prestasi yang tertulis formal yang diperkenalkan, buku teks, papan tulis

memberi kuliah, artikel-artikel, intisari-intisari, tinjauan ulang, dan semacamnya)

seseorang membaca, menulis, dan menukar, dan semua aktivitas tanda yang

informal bahwa terjadi ketika mereka berbicara, menggerakkan tangan,

menguraikan

secara terperinci, terkaan-terkaan buatan, tidak sependapat,

menggambar/menarik gambar-gambar, dan seterusnya. Sedangkan menurut

Herman Hudoyo (1988:3), bahwa simbolisasi dalam matematika menjamin

adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu

konsep baru. Konsep baru akan dapat terbentuk karena adanya pemahaman

terhadap konsep sebelumnya sehingga konsep-konsep matematika tersusun

secara hierarkis. Menurut Gagne, R. M dalam Soehardjo (1992:12) menyatakan

bahwa obyek penelaahan matematika adalah fakta, keterampilan (operasi

matematika) konsep dan prinsip atau aturan-aturan. Obyek penelaahan ini

menggunakan simbol-simbol sebagai sarana untuk melakukan penalaran.

Menurut Soehardjo (1992:12), matematika dapat digambarkan sebagai suatu

(35)

commit to user

interelasi dari pengetahuan atau operasi-operasi tersendiri yang terusun secara

deduktif. Matematika berkenaan dengan pikiran berstruktur yang relasi

operasinya maupun hubungan-hubungannya diatur secara logis. Oleh karena itu

matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan dengan konsep, prinsip,

abstrak dalam penalarannya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa matematika berhubungan dengan aktivitas dalam praktek kehidupan

sehari-hari, ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan

penalarannya bersifat deduktif.

Adapun pengertian belajar matematika menurut Herman Hudoyo (1988:6),

seseorang dikatakan belajar matematika bila dapat diasumsikan dalam diri orang

tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan

tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana tingkah laku itu dapat

diamati, yang diperoleh dengan adanya usaha orang tersebut. Perubahan yang

disebabkan oleh proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti

perubahan pemahaman, perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku,

keterampilan serta aspek-aspek lain yang ada pada diri orang yang belajar.

Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu

tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang

memfungsikan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual

maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari

matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan menerapkan

matematika pada bidang-bidang lain dan dalam kehidupan nyata.

Sedangkan pengertian dari prestasi belajar matematika adalah proses

(36)

commit to user

perubahan tersebut berupa kemampuan diberbagai bidang yang sebelumnya tidak

dimiliki siswa. Menurut Gagne dalam Winkel (1996:482),

kemampuan-kemampuan itu digolongkan atas kemampuan-kemampuan dalam hal informasi verbal,

kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik dan

sikap. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemampuan internal yang

harus dinyatakan dalam suatu prestasi belajar yang diberikan oleh siswa,

berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya. Jadi proses pembelajaran

matematika dikatakan berhasil jika tujuan instruksional atau indikator yang telah

ditetapkan dapat tercapai. Tujuan instruksional atau indikator tersebut merupakan

rumusan hasil belajar yang telah ditetapkan menurut aspek isi maupun aspek

perilaku. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994 : 120) yang menjadi petunjuk

bahwa suatu proses pembelajaran dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai

berikut:

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional atau indikator

telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Dari

beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses

belajar atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses

belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.

(37)

commit to user

Teori Kostruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan

sendiri dan menginformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru

dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak

lagi sesuai ( Nur dalam Trianto, 2007: 13 ).

Adapun teoti-teori belajar konstruktivisme yang berpengaruh besar

dalam pendidikan sains dan matematika adalah:

a. Teori Perubahan Konsep

Carey dalam Paul Suparno (1997:51-52),menguraikan adanya dua

perubahan konsep, yaitu perubahan yang kuat dan perubahan yang lemah.

Perubahan konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengadakan akomodasi

terhadap konsep yang telah ia punyai ketika berhadapan dengan dengan

fenomena yang baru. Sedangkan perubahan yang lemah terjadi bila orang

tersebut hanya mengadakan asimilasi skema yang lama ketika berhadapan

dengan fenomena yang baru. Dengan dua perubahan itu pengetahuan

manusia berkembang dan berubah. Untuk memungkinkan perubahan

tersebut, diperlukan situasi anomali, yaitu suatu keadaan yang

menciptakan ketidakseimbangan dalam pikiran manusia atau yang menantang

seseorang berpikir.

b. Teori Belajar Bermakna Ausubel

Menurut Ausubel (1978) dalam Paul Suparno (1997:53-54), ada dua

jenis belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna terjadi bila

(38)

commit to user

punyai sebelumnya. Dalam proses ini pengetahuan seseorang selalu

diperbaharui dan dikembangkan lewat fenomena-fenomena dan pengalaman

yang baru.

c. Teori Skema

Menurut teori skema Jonasen (1993) dalam Paul Suparno (1997:55).

Setiap orang dalam pikirannya mempunyai macam-macam skema mengenai

macam-macam hal. Teori skema lebih menunjukkan bahwa pengetahuan kita

itu tersusun dalam skema yang terletak dalam ingatan kita. Dalam belajar kita

dapat menambah dan mengubah skema yang ada sehingga dapat menjadi

lebih luas dan berkembang.

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Harst (dalam Mau dan D Ambrosio, 2003), mengatakan bahwa:

Interaksi pembelajaran dapat berlansung saat:(1) berada dalam grup

(kelompok) kecil, (2) ketika sebuah grup atau kelompok Sharing dengan grup

lain, (3) ketika seorang guru mencoba untuk mengikuti keterangan dari siswa

dan membuat tanggapan atas pemikiran siswa.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran

dengan berdasar pada paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif

(39)

commit to user

memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif,

siswa belajar bersama dalam kelas/ kelompok-kelompok kecil yang terdiri

dari 4-6 orang siswa, dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus

saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie (2010:72), sistem pengajaran yang memberikan

kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa

dalam tugas yang berstruktur disebut sistem pengajaran gotong royong atau

cooperative learning. Dari hasil penelitian, pada beberapa bidang studi yang

melibatkan suatu pelajaran yang kompleks dan memerlukan keterampilan

dalam menyelesaikan, maka kerja kelompok lebih sesuai untuk mencapai

tujuan dibandingkan dengan kompetisi, khususnya bagi mereka yang

berkemampuan rendah.

Pendapat lain dinyatakan oleh Fengfeng K dan Grabowski (2007),

bahwa dalam model pembelajaran kooperatif, keberhasilan yang dapat dicapai

oleh tiap individu dalam kelompoknya sangat berarti dalam mencapai tujuan

kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatkan

prestasi akademik. Penelitian dalam pembelajaran matematika telah mengakui

bahwa ada efek positif antara pembelajaran kooperatif dengan peningkatan

kemampuan berpikir menguasai konsep.

b. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Manusia memiliki derajat, potensi, latar belakang historis, serta harapan

masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu manusia dapat saling

(40)

commit to user

menciptakan interaksi yang saling asah, asih dan asuh sehingga tercipta

masyarakat belajar. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari semua

siswa.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif

menurut Johnson, Johnson dan Holubec (1999) dalam Effandi Zakaria dan

Zonaton Iksan (2007) adalah:

1) Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang

saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan ketergantungan

positif.

2) Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam

kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya

dilakukan dengan guru.

3) Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara

individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar

semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang

(41)

commit to user

kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya,

karena itu tiap anggota harus memberi sumbangan demi kemajuan

kelompok. Penilaian kelompok secara individual ini yang di maksud

dengan akuntabilitas individual.

4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap

teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri,

dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan

antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan

memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga

tujuan pembelajaran yaitu penerimaan, pengembangan keterampilan sosial,

prestasi akademik (Arends, 1997:111)

1. Penerimaan

Hal yang sangat penting dalam pembelajaran koperatif adalah

penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,

budaya, tingkat sosial dan kemapuan. Belajar kooperatif memberikan

kesmpatan bagi siswa dengan berbagai latar belakang yang beragam untuk

(42)

commit to user 2. Pengembangan Keterampilan Sosial

Yang menjadi tujuan terpenting dalam pembelajaran koperatif adalah

mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan kerjasama dan

kolaborasi. Hal ini menjadi penting karena siswa berasal dari masyarakat yang

heterogen. Banyak anak-anak dan orang dewasa kurang mempunyai

keterampilan kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan

hubungan antar individu. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak puas jika

diminta bekerja dalam situasi yang kooperatif.

3. Prestasi Akademik

Dalam Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial,

juga tidak kalah penting untuk meningkatkan prestasi akademik.

Pembelajaran koperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah

dan tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang berprestasi

tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah.

Sedangkan menurut Slavin ( 2005:15) bahwa tujuan yang paling

penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa

pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan

supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan

kontribusi. Sejak semula penelitian mengenai pembelajaran kooperatif telah

memperlihatkan bagaimana strategi ini bisa mengembangkan pencapaian yang

dibuat para siswa. Namun, penelitian ini juga memperlihatkan berbagai alasan

bahwa pembelajaran kooperatif memang meningkatkan pencapaian dan, yang

(43)

commit to user

kooperatif harus ada pada tempatnya jika menginginkan dan pencapaian

maksimal.

e. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi

kebersamaan dalam kelompok atau tim.

2. Siswa akan lebih aktif dalam membantu dan mendorong semangat

untuk sama-sama berhasil.

3. Siswa yang berprestasi tinggi akan aktif berperan sebagai tutor sebaya

untuk dapat meningkatkan keberhasilan tim.

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka

dalam berpendapat.

5. Interaksi antar siswa membantu meningkatkan perkembangan kognitif.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Ide utama dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

memotivasi peserta didik saling memberi semangat dan membantu satu sama

lain untuk menguasai materi yang diajarkan. Apabila peserta didik

menginginkan timnya mendapat penghargaan mereka harus membantu teman

satu tim dalam mempelajari bahan ajar/ materi tersebut. Mereka bekerjasama

dengan membandingkan jawaban, berdiskusi apabila ada perbedaan atau

kesulitan dan kesalahpahaman dan saling membantu untuk memecahkan

masalah dan untuk menguasai materi yang mereka pelajari agar

masing-masing individu dalam tim tersebut berhasil dalam kuis.

Tahap pembelajaran metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

(44)

commit to user 1. Presentasi Kelas atau Tahap Penyajian Materi

Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi

kelas. Presentasi kelas bisa menggunakan pengajaran langsung atau suatu

ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat

meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada

kegiatan ini peserta didik bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi

atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum

pengajaran guru. Presentasi kelas dalam STAD meliputi pendahuluan, inti

yang dapat berisi komponen presentasi dapat berupa latihan terbimbing

dari keseluruhan pelajaran. Pendahuluan dengan mengatakan kepada

peserta didik apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting.

Presentasi berupa penyampaian materi kepada peserta didik. Latihan

terbimbing dengan meminta seluruh peserta didik untuk mengerjakan soal

atau contoh-contoh soal atau membahas jawaban dan

pertanyaan-pertanyaan guru.

3. Kerja Kelompok

Kelompok terdiri dan empat atau lima peserta didik yang mewakili

heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku.

Fungsi utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil

menghadlapi kuis. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, kelompok

berkumpul mempelajari lembar kegiatan yang didapatkan dari guru. ketika

peserta didik mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan

(45)

commit to user

membetulkan setiap kekeliruan apabila teman sesame kelompok membuat

kesalahan.

Kerja kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam STAD.

Pada setiap saat penekanan diberikan pada anggota kelompok agar

melakukan yang terbaik buat kelompoknya, dan pada kelompok sendiri

agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok

tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik

yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan kelompok yang

menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh

berarti pada hasil-hasil belajar, seperti hubungan antar tim, harga diri, dan

penerimaan terhadap kebanyakan peserta didik.

4. Pelaksanaan Kuis Individual

Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua

periode latihan kelompok, para peserta didik tersebut dikunai kuis

individual. Peserta didik tidak dibenarkan saling membantu selama kuis

berlangsung. Hal ini menjamin agar peserta didik secara individual

bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.

5. Nilai Perkembangan Individual

Setiap peserta didik dapat menyumbang poin maksimum kepada

kelompoknya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang peserta didik

pun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja

masa lalu. Setiap peserta didik diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung

(46)

commit to user

peserta didik memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa

banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

Tabel 2.1 Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasarkan Nilai

Apabila suatu skor kuis adalah … Seorang peserta didik

mendapat …

Nilai sempurna tidak memandang berapa pun skor dasarnya

30 poin perbaikan

Lebih dari sepuluh poin di atas skor dasar

30 pion perbaikan

Skor dasar sampai sepuluh poin di atas skor dasar

20 poin perbaikan

Sepuluh poin dibawah sampai satu poin dibawah skor dasar

10 poin perbaikan

Lebih dari sepuluh poin dibawah skor perbaikan

5 skor perbaikan

6. Penghargaan Kelompok

Kelompok dapat memperoleh penghargaan lain apabila skor rata-rata

mereka melampaui kriteria tertentu. Ada tiga tingkat penghargaan yang

diberikan didasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat itu adalah:

Tabel 2.2 Tingkat Pernghargaan Kelompok

Kriteria Rata-Rata Kelompok Penghargaan

X ≤ 20 TIM BAIK

20 < X ≤ 25 TIM HEBAT

X > 25 TIM SUPER

Seluruh kelompok dapat memperoleh penghargan tersebut, didalam

sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim yang kriteria di atas terpenuhi.

(47)

commit to user

kelompok hebat, sebagian besar peserta didik mendapat skor di atas skor

dasar mereka, dan untuk mendapatkan kelompok super, sebagian besar

anggota kelompok paling sedikit mendapatkan sepuluh poin di atas skor

dasar mereka, Bila perlu kriteria ini dapat diubah.

Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah

untuk kelompok yang mencapai tingkat tim hebat atau tim super.

Penghargaan tersebut dapat berupa sertifikat dengan ukuran besar untuk

tim super dan yang lebih kecil untuk tim hebat, sedangkan tim baik dapat

diberikan sekedar ucapan selamat di kelas. Selain berupa sertifikat guru

juga dapat menyiapkan selebaran satu halaman, memberi peserta didik

lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan simpatik, atau bentuk apapun

yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pengertian Jigsaw dalam kooperatif adalah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,

1997:73).

Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Eliot Aronso, kemudian digunakan

oleh Slavin dan temannya (Arends,1997:72). Dalam pembelajaran kooperatif

jigsaw ini, siswa belajar / bekerja dalam kelompok yang heterogen dan

beranggotakan 4-6 orang, yang disebut kelompok asal. Setiap anggota

kelompok bertangung jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar yang

(48)

commit to user

kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas

penguasaan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Masing-masing

anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut

ahli. Keahlian tersebut dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada

anggota kelompok menurut dari kelompok yang berbeda dengan topik yang

sama (ahli) bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat saling membantu

satu sama lain tentang topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah

itu siswa pada kelompok ahli kembali ke kelompok yang lainnya dari apa yang

dibahas/dan dipelajari dalam kelompok ahli.

Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli

digambarkan oleh Arend,RI, sebagai berikut :

Kelompok asal

[image:48.595.125.512.252.648.2]

Kelompok Ahli

Gambar 2.1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli Jigsaw

Masing-masing anggota kelompok asal bertemu dalam diskusi

kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan. Setelah selesai

(49)

commit to user

menjelaskan pada teman sekelompoknya. Jigsaw di desain tidak hanya untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri, tetapi juga dituntut untuk

saling ketergantungan dalam arti positif terhadap teman sekelompoknya.

Dalam penelitian ini, masing-masing kelompok asal terdiri dari lima

siswa, karena pokok bahasan statistika terdiri dari lima sub pokok bahasan yang

saling independen. Setiap siswa terdiri dari lima sub pokok bahasan yang saling

independen. Setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan materi yang

ditugaskan kepadanya. Selanjutnya masing-masing kelompok ahli dengan

materi yang sama bertemu untuk berdiskusi dan mengerjakan latihan-latihan

yang diberikan. Setelah waktu yang diberikan selesai, masing-masing siswa

dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan materi

yang menjadi bagiannya pada siswa lain dengan materi yang berbeda. Siswa

yang mendapat bagian materi menyajikan data dalam bentuk diagram

menjelaskan pada siswa lain yang mendapat bagian materi yang lainnya.

Demikian seterusnya hingga siswa-siswa dalam kelompok asal sudah paham

materi pada pertemuan hari itu. Sedapat mungkin siswa berdiskusi dulu dengan

temannya dalam satu kelompok, jika menemui kesulitan baru bertanya pada

guru. Karena peran guru di sini masih diperlukan, baik sebagai motivator

maupun fasilitator. Sehingga hal ini dapat meminimalkan kelas yang ramai atau

gaduh, karena guru dapat terus memantau jalannya diskusi masing-masing

kelompok, baik dalam diskusi kelompok asal, maupun diskusi kelompok ahli

sehingga pembelajaran tetap berlangsung dengan efektif dan optimal.

Tahapan dari rencana pembelajaran kooperatif Jigsaw diatur secara

(50)

commit to user a). Membaca

Siswa mendapat topik-topik ahli, kemudian membaca dan mempelajari

materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

b). Diskusi kelompok ahli

Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk

mendiskusikan topik tersebut.

c). Laporan Kelompok

Masing-masing ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik

pada kelompoknya.

d). Kuis /tes

e). Penghargaan kelompok

f). Rangkuman pembelajaran

6. Aktivitas Belajar Siswa

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (1996:17), aktivitas berarti

keaktifan, kegiatan atau kesibukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas

yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Keduanya

harus selalu terkait (Nasution, 1995:89).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman A.M

(1994:95) memberikan penjelasan bahwa dalam kegiatan belajar segala

pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri,

penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan

(51)

Gambar

    Tabel 1.1. Hasil ujian nasional SMA mata pelajaran matematika Kabupaten
Gambar Halaman
Gambaran umum dari prestasi belajar matematika di Kabupaten
Gambar 2.1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli Jigsaw
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Reok, maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan Pembuktian Kualifikasi terhadap Dokumen Penawaran saudara yang akan dilaksanakan pada :. Adapun kelengkapan

Penjualan on-line telah memenuhi rukun akad dalam aturan syariah, yaitu (a) adanya penjual dan pembeli; (b) Shighah atau ijab qabul telah terpenuhi dimana konsumen harus menyetujui

Ketiadaan pengaturan perlindungan warga negara yang menolak mengikuti wajib militer karena alasan keyakinan dan hati nurani ( conscientious objection )

Tren  nilai  CPUE  dari  ikan  teri  terlihat  mengalami  peningkatan  yang  sangat  signifikan  sejak  tahun  2006.  Hal  ini  disebabkan  oleh  jumlah  catch

Perhatian anak pada saat pembelajaran kegiatan bercerita dapat ditingkatkan melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dengan langkah-langkah (1) guru

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Terdapat interaksi antara kedalaman tanam dengan pemupukan bokashi, yaitu pada variabel kandungan pati umbi garut dengan nilai tertinggi 19,898 persen pada pemupukan