commit to user
EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN
TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA
DI KABUPATEN KOTA WARINGIN BARAT
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi
Pendidikan Matematika
Diajukan Oleh :
MUHAMAD HAMDANI S. 850809110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN
TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA
DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
Disusun Oleh
MUHAMAD HAMDANI S. 850809110
Telah disetujui Tim Pembimbing Pada Tanggal : Januari 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs.Tri Atmojo K,M.Sc.Ph.D Drs. Suyono, M.Si NIP.19630826 198803 1002 NIP.19500301 197603 1002
Mengetahui
Kaprodi Pendidikan Matematika PPs Universitas Sebelas Maret
Dr. Mardiyana, M.Si NIP.19660225 199302 1002
EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
commit to user
TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA
DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
Disusun Oleh :
MUHAMAD HAMDANI S. 850809110
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh Tim Penguji
Pada Tanggal : Januari 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si ...
Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si ...
Penguji : 1. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D ...
2. Drs. Suyono, M.Si ...
Surakarta, Januari 2011
Mengetahui Ketua Program Studi
Direktur PPs UNS Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si
NIP.19570820 198503 1 004 NIP.19660225 199302 1 002
commit to user Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Muhamad Hamdani
NIM :
S 850809110
Menyatakan dengan sungguhnya, bahwa tesis berjudul ”Eksperimentasi Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan
Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Statistika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Pada
Siswa SMA Di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah betul-betul karya saya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan
Muhamad Hamdani
commit to user
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang berilmu
( Q.S. Al-Mujadilah:11)
Lihatlah orang yang lebih bawah dari pada kalian, dan janganlah melihat orang yang lebih atas dari kalian. Maka yang demikian itu lebih patut agar kalian tidak
meremehkan nikmat Allah kepada kalian.
(H.R. Abu Hurairah)
PERSEMBAHAN
commit to user
1.Isteriku Antung Attaubah yang telah mendampingi,
mendoakan dan memberikan motivasi dalam penulisan
tesis dan studi ini.
2.Anak-anakku Ahmad Fajrin Riadi, Nidia Fajriyati,
Ahmad Hafiz Noorfaizin, yang selalu mendo’akan untuk
keberhasilan dalam penyelesaian tesis dan studi ini.
3.Seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan, motivasi,
dan do’anya dalam penulisan tesis dan studi ini.
4.Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat
dan bantuan.
KATA PENGANTAR
commit to user
ini,yang merupakan sebagian persyaratan untuk mencapai derajad magister pada
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul: “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dan Tipe Jigsaw Pada Pokok Statistika Ditinjau Dari Aktivitas
Belajar Pada Siswa SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat
”
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung terselesaikannya tesis ini :1. Prof. Dr. Much. Syamsul Hadi, dr. Sp Kj (K), Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh
studi sampai selesai di Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto,M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis
sehingga penulis mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam melakukan
penelitian.
3. Rektor dan Dekan FKIP Universitas Palangkaraya yang telah memberikan ijin
untuk melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
dorongan dan pengarahan sehingga terselesaikan tesis ini.
5. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc. Ph.D, sebagai pembimbing I, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan dukungan penulisan tesis ini.
6. Drs. Suyono, M.Si, sebagai pembimbing II, yang telah dengan kesabarannya
commit to user
7. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal dalam
penyusunan tesis ini melalui perkuliahan.
8. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga. Kabupaten Kotawaringin
Barat yang telah memberikan ijin/rekomendasi kepada penulis sehingga penulis
mendapatkan kemudahan dalam melakukan penelitian.
9. Kepala sekolah SMA-1 Pangkalan Bun dan Kepala sekolah SMAN-1 Kumai
serta Kepala Sekolah SMA PGRI Pangkalan Bun yang telah memberikan
kesempatan dan membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.
10.Guru matematika SMAN-1 Pangkalan Bun dan SMAN-1 Kumai serta SMA
PGRI Pangkalan Bun yang telah melakasanakan pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kooperatif tipe Jigsaw.
11.Siswa-siswi kelas XI SMAN-1 Pangkalan Bun dan SMAN-1 Kumai dan SMA
PGRI Pangkalan Bun atas bantuan dan kerja samanya.
12.Semua keluarga yang telah membantu dan memberikan kesempatan, dorongan
dan kesabarannya.
13.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu
terselesainya tesis ini.
Semoga semua amal baik mereka yang telah diberikan kepada penulis,
mendapat ridha dari Allah SWT.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
commit to user pendidikan matematika.
Surakarta, Januari 2011
commit to user DAFTAR ISI Halaman JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN……….... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR……… DAFTAR ISI………... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...………... B. Identifikasi Masalah………...… C. Pemilihan Masalah………. D. Pembatasan Masalah………... E. Perumusan Masalah ………... F. Tujuan Penelitian……….... G. Manfaat Penelitian……….….
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori………... 1. Pembelajaran Matematika...………... 2. Teori Belajar Konstruktivistik……….. 3. Pembelajaran Kooperatif ...……….... 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.………. 5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...
commit to user
6. Aktivitas Belajar Siswa... B. Penelitian Yang Relevan………...………. C. Kerangka Berpikir Dan Hipotesis...……. 1. Kerangka Berpikir.………. 2. Hipotesis...
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………...… B. Metode Penelitian ... C. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel………... 1. Populasi... 2. Sampel... 3. Teknik Pengambilan Sampel... D. Metode Pengumpulan Data……… 1. Variabel Penelitian... 2. Teknik Pengambilan Data... 3. Instrumen Penelitian... E. Teknik Analisis Data……….. 1. Uji Keseimbangan ... 2. Uji Persyaratan Analisis ... 3. Uji Hipotesis... 4. Uji Lanjut Anava...
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data………...………. 1. Data Nilai Rapor Naik Kelas XI Tahun 2010/2011... 2. Data Hasil Uji Coba Instrumen...………. a. Hasil Uji Coba Instrumen Angket... 1). Uji Validitas Isi... 2). Konsistensi Internal... 3). Uji Reliabilitas Angket... b. Hasil Uji Coba Instrumen Tes... 1). Uji Validitas Isi...
commit to user
2). Tingkat Kesukaran Instrumen Tes... 3). Daya Beda Instrumen Tes... 4). Uji Reliabilitas Instrumen Tes... 5). Pembahasan Hasil Uji Coba Instrumen Tes... c. Data Angket Aktivitas Belajar Siswa... B. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal…….………..
1. Uji Normalitas... 2. Uji Homogenitas... 3. Hasil Uji Keseimbangan... C. Hasil Uji Persyaratan Analisis Prestasi Belajar……….. 1.Uji Normalitas Prestasi Belajar……….………….. 2.Uji Homogenitas Prestasi Belajar….……….. D. Hasil Uji Hipotesis……….…...………. E. Hasil Uji Lanjut Hipotesis...………...……… 1.Komparasi Ganda Antar Kolom...…...……… 2.Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang Sama…... 3.Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yang Sama…..…. F. Pembahasan Hasil Penelitian………...………….... 1.Hipotesis Pertama………. 2.Hipotesis Kedua……… 3.Hipotesi Ketiga………. 4.Hipotesi Keempat……….
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1. Hasil ujian nasional SMA mata pelajaran matematika Kabupaten Kotawaringin Barat... 2.1. Penentuan nilai perkembangan individu berdasarkan nilai... 2.2. Tingkat penghargaan kelompok... 3.1 Jadwal Penelitian
3.2. Rancangan Penelitan... 4.1. Deskripsi Data Nilai Rapor... 4.2. Rangkuman Jumlah Siswa dan Rataan Aktivitas... 4.3. Rangkuman Rataan Prestasi Belajar Siswa... 4.4. Rangkuman Analisis Varians Dua Jalan Sel Tak Sama... 4.5. Rangkuman Data Komparasi Ganda Antar Kolom... 4.6. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang Sama 4.7. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yan Sama...
Halaman
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli jigsaw... 2.2. Diagram kerangka pemikiran penelitian...
Halaman 30
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Jigsaw ... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas STAD... 3. Kisi-kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar... 4. Tes Prestasi Belajar... 5. Uji Reliabilitas,Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Tes... 6. Validitas Tes Prestasi Belajar... 7. Kisi-kisi Instrumen Angket Aktivitas Belajar... 8. Angket Aktivitas Belajar... 9. Uji Konsistensi Internal Angket Aktivitas Belajar... 10. Validasi Angket Aktivitas Belajar... 11. Data Induk Kelas STAD... 12. Data Induk Kelas Jigsaw... 13. Uji Normalitas Nilai Raport Kelas STAD... 14. Uji Normalitas Nilai Raport Kelas Jigsaw... 15. Uji Homogenitas Nilai Raport Kelas STAD dan Jigsaw... 16. Uji Keseimbangan Kelas STAD dan Jigsaw... 17. Rangkuman Uji Konsistensi Internal Angket... 18. Rangkuman Tingkat Kesukaran dan Daya beda Tes... 19. Data IndukAktivitas Belajar Kelas STAD... 20. Data Induk Aktivitas Belajar Kelas Jigsaw... 21. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD... 22. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw... 23. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar Tinggi... 24. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar Sedang... 25. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar Rendah... 26. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD...
commit to user
27. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw... 28. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD dan Jigsaw. 29. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama... 30. Uji Komparasi Ganda Antar Kolom... 31. Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang
Sama... 32. Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yang Sama...
272 275 277 285
commit to user
ABSTRAK
Muhamad Hamdani (S850809110), Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Statistika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Pada Siswa SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat. Tesis, Komisi Pembimbing I
Drs.Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D dan Pembimbing II Drs.Suyono, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) manakah yang lebih baik prestasi belajar matematika siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, (2) manakah di antara kategori aktivitas belajar siswa yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik,aktivitas tinggi, aktivitas sedang atau aktivitas rendah (3) pada masing-masing motode pembelajaran kooperatif tipe (STAD dan Jigsaw) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, pada masing-masing tingkat aktivitas belajar dan masing-masing tingkat aktivitas manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau tipe Jigsaw.
Penelitian ini menggunakan eksperimental semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat tahun pelajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan secara Stratified Cluster
Random Sampling dengan hasil SMAN-1 Pangkalan Bun dari kelompok tinggi dan
SMAN-1 Kumai dari kelompok sedang serta SMA PGRI Pangkalan Bun dari kelompok rendah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, angket dan dokumentasi. Instrumen tes untuk mengetahui prestasi belajar matematika materi statistika. Sedangkan instrumen angket untuk mengetahui aktivitas belajar siswa.
Sebelum eksperimen dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan
rataan menggunakan uji t dan α = 0,05 diperoleh tobs=0,3263 sedangkan untuk
ttabel=1,960, tobs < ttabel semua sampel berasal dari populasi yang mempunyai kemampuan yang seimbang.
Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji normalitas populasi dan uji
homogenitas variansi populasi. Menggunakan taraf signifikasi α = 0,05 dengan
hasil:(1) uji normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors, diperoleh semua kelas sampel barasal dari populasi yang berdistribusi normal (2) uji homogenitas variansi populasi dengan menggunakan metode Bartlett, diperoleh semua kelas sampel berasal dari populasi yang mempunyai variansi yang sama.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varian dua jalan dengan
sel tak sama. Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan
(1) terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika (Fa = 16,9876 > 3,844 = Ftabel), (2) terdapat pengaruh aktivitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika (Fb = 76,1492 > 3,00 = Ftabel), (3) terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan
commit to user
Hasil uji komparasi ganda dengan metode Scheffe dan dengan melihat rataan marginalnya, dapat disimpulkan bahwa: (1) Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipa Jigsaw mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan prestasi belajar matematika menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.(2) Prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah serta prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. (3) Pada kategori tingkat aktivitas tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik prestasi belajarnya daripada dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tetapi tidak demikian halnya, pada kategori aktivitas sedang maupun tingkat aktivitas rendah, pemberian pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe STAD tidak menyebabkan perbedaan prestasi belajar. (4) Baik pada metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe STAD, siswa yang mempunyai aktivitas tinggi lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang yang mempunyai aktivitas sedang dan rendah, serta siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai aktivitas rendah. Sehingga untuk pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda untuk setiap kategori aktivitas belajar yang berbeda.
Kata Kunci: Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw, Aktivitas, Prestasi Belajar
commit to user
Muhamad Hamdani, S850809110. The Experimentation of the Cooperative
Learning of the Student Teams Achievement Divisions (STAD) Type and Jigsaw Type on the Topic of Discussion of Statistics Viewed from the Learning Activities of the Students of Senior Secondary School in West Kotawaringin Regency. Thesis: The First Commision Supervision is of Drs.Tri Atmojo K, M.Sc,
Ph.D and Drs. Suyono, M.Si. The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University, Surakarta 2011.
The objectives of the research are to investigate: (1) which students have a better learning achievement in Mathemathics between the students taught with the cooperative learning of the STAD type and those taught with the Jigsaw type; (2) which category of the learning activities, that is, high, medium, and or low activities, has a better effect on the learning achievement in Mathematics; (3) in each type of the Cooperative learning methods (STAD type and Jigsaw type), which one has a better effect on the learning achievement in Mathematics at each level of the learning activities, and in each level of the learning activities, which one has a better effect on the learning achievement in Mathematics between the STAD type and the Jigsaw type.
The research used an quasi experimental. The population of the research was all of the students in Grade XI of State Senior Secondary Schools in West Kotawaringin in the academic year of 2010/2011. The samples of the research were taken by using a stratified cluster random sampling. The samples of the research were the students of State Senior Secondary School 1 of Pangkalan Bun for the group of high learning activities, State Senior Secondary School 1 of Kumai for the group of medium learning activities, and Senior Secondary School PGRI of Pangkalan Bun for the group of low learning activities. The data of the research were gathered through test, questionnaire, and documentation. The test was used to investigate the students’ learning achievement in Mathematics with the topic of discussion of Statistics. The questionnaire was used to investigate the students’ learning activities.
Prior to the experimentation, the average balance was tested by using t –test at the significance level of α = 0.05. The result of the test shows that all of the samples
of the research have the population with the balanced ability as indicated by tobs = 0.3263, < ttable = 1.960. In addition, pre-requisite tests were also conducted. The
tests consisted of the normality test of population by using Lilliefors formula and the homogeneity test of population variance by using Bartlett method at the significance level of α = 0.05. The results of the test are as follows: 1) The samples of the research have a normal distribution. 2) All of the samples of the research have the same variance.
The data of the research were analyzed by using a two-way analysis of variance with unequal cells at the significance level of α = 0.05. The result of the analysis shows that (1) there is an effect of the learning models on the achievement in
Mathematics with the topic of discussion of Statistics as indicated by Fa = 16.9876 > 3.844 = Ftable; (2) there is an effect of the learning activities on the
commit to user
Mathematics with the topic of discussion of Statistics as indicated by Fab = 4.94101 > 3.00 = Ftable.
The result of multiple comparison test with Scheffe method and by looking at the average marginal, it can be concluded that: (1) On learning the Jigsaw cooperative learning methods have better academic achievement than with mathematics learning achievement using cooperative learning method STAD type. (2) student achievement that have a high learning activities better than students who have learning activities as well as medium and low learning achievement of students who have learning activities are better than students who have low learning activities. (3) In the category of high activity level, students who are learning to type jigsaw cooperative learning method better academic achievement than students who were learning to type STAD cooperative learning methods. But is not the case, the category of moderate activity and low activity levels, provision of learning with cooperative learning methods as well as type STAD Jigsaw types do not cause differences in learning achievement. (4) Whether the Jigsaw cooperative learning model type or types of STAD, students who have high activity better academic achievement than students who are having medium and low activity, as well as students who have moderate activity is better academic achievement than students who have activity low. So for learning by using the Jigsaw method of cooperative learning and type of cooperative learning method STAD types provide different learning achievement results for each category.
Keywords: Cooperative Type STAD and Jigsaw, Activities, Student Achievement.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat cepat dan
pesat. Dalam mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya
pengembangan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya yang bisa
ditempuh dalam membentuk manusia yang berkualitas adalah melalui proses
pendidikan, baik pendidikan melalui jalur sekolah maupun pendidikan luar
sekolah. Sekolah yang merupakan bagian dari masyarakat dan merupakan tempat
yang tepat bagi pembinaan sumber daya manusia yang sesuai dengan ilmu dan
teknologi. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Soedjadi (1995 : 8).
Bahwa satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogyanya
berfungsi sebagai alat untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu
tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun jalur luar
sekolah. Ini menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang penting
dalam mempersiapkan dan mencetak sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas.
Dalam pelaksanaan pendidikan formal di sekolah, untuk mengetahui
keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan
masalah yang mendasar dari pembelajaran matematika adalah merupakan mata
pelajaran yang sulit untuk dipahami karena matematika merupakan mata
commit to user
mengajar pada periode 2001-2003 menunjukkan bahwa banyak guru masih
mengalami kesulitan dalam menjabarkan silabus, sejumlah topik matematika
dianggap sulit bagi guru untuk mengajar, yang signifikan jumlah anak
mempertimbangkan beberapa topik matematika sebagai sulit dipahami, guru
menganggap bahwa mereka masih membutuhkan panduan untuk melakukan
proses pembelajaran sains. Hal ini berdampak kepada prestasi belajar siswa yang
rendah, dan rendahnya prestasi belajar matematika siswa kemungkinan
disebabkan pemahaman yang kurang baik dari siswa dalam menerima proses
pembelajaran yang di kelola oleh guru di kelas. Proses pembelajaran tersebut
dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Intelegensia, minat, bakat, motivasi, aktivitas
belajar dan sebagainya termasuk faktor internal, sedangkan yang termasuk dalam
faktor eksternal misalnya, guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar, metode
mengajar dan sebagainya.
Matematika adalah ilmu yang sangat diperlukan dalam perkembangan ilmu
dan teknologi. Tetapi matematika selama ini dianggap pelajaran yang sulit untuk
dipahami, hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang tidak lulus karena tidak
terpenuhinya standar nilai matematika yang telah di tentukan, padahal standar
kelulusan matematika tahun pelajaran 2009/2010 masih rendah yaitu 5,50.
Gambaran umum dari prestasi belajar matematika di Kabupaten
Kotawaringin Barat hasil ujian nasional adalah sebagai berikut :
commit to user
No Nama Sekolah Rata-rata Terendah Tertinggi
1 SMAN-1PangkalanBun 7,82 3,75 9,25
2 SMAN-2 Pangakalan Bun 7,80 4,50 9,75
3 SMAN-3 Pangkalan Bun 8,13 6,25 9,50
4 SMAN Arut Utara 7,58 6,50 8,50
5 SMAN-1 Kumai 6,86 4,00 8,25
6 SMAN-2 Kumai 6,30 3,25 7,50
7 SMAN Pangkalan Banteng 6,19 2,50 7,40
8 SMAS Abdi Pangkalan Bun 6,08 2,75 7,00
9 SMAN Pangkalan Lada 5,30 2,50 6,75
10 SMAN Kotawaringin Lama 5,25 3,25 6,85
11 SMAS PGRI Pangkalan Bun 5,20 3,20 6.70
( Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Kotawaringin Barat )
Begitu juga pada pokok bahasan statistika di Kelas XI SMA, siswa masih
kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut, padahal pokok bahasan ini
merupakan salah satu dari materi yang termasuk standar kompetensi lulusan
dalam ujian nasional.
Dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika, tugas seorang guru
adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat
belajar siswa, sehingga siswa mempunyai keterampilan, keberanian serta
mempunyai kemampuan matematika. Dengan demikian matematika akan
mempunyai peran yang penting bagi siswa untuk mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya hal ini akan berdampak dalam menciptakan
sumber daya manusia yang bermutu. Oleh karena itu guru sebagai pendidik perlu
mempersiapkan suatu model pembelajaran yang terprogram agar siswa sebagai
commit to user
Dalam perkembangannya, pembelajaran matematika di sekolah banyak
mengalami perubahan, diantaranya perubahan yang menitikberatkan dari situasi
guru mengajar menjadi situasi siswa belajar. Agar pembelajaran dengan situasi
siswa belajar ini dapat tercapai, hendaknya guru dapat menggunakan strategi
belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan siswa. Sebagaimana diungkapkan
oleh Soedjadi (1995 : 12), betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika
yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah
satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah proses mengajar yang
lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal. Selain itu menurut
M.A. Simon dkk (2000:307) mengatakan bahwa: supaya pengajaran matematika
lebih efektif para pengajar (guru) harus mampu mengartikualasi tujuan dan
menggeneralisasi hipotesis untuk perkembangan serta pemahaman konsep dasar
matematika itu sendiri.
Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa adalah melalui kreativitas yang dimiliki oleh para guru, dan dengan
keinginan untuk selalu mencari metode yang terbaik agar selalu menarik minat
dan motivasi siswa belajar, maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.
Sejumlah metode pembelajaran telah diterapkan di sekolah-sekolah untuk
mencapai tingkat keberhasilan dalam proses pendidikan. Namun, mengingat
adanya variasi tujuan yang ingin dicapai, adanya lingkungan belajar yang
berlainan, keadaan siswa yang berbeda, karakteristik materi yang berbeda, dan
lain-lain, maka tidak dapat disusun suatu metode yang baik untuk semua jenis
kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki
commit to user
diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus
menguasai teknik-teknik penyajian materi, atau biasa disebut metode
pembelajaran. Sebenarnya ada beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran matematika. Tetapi tidak setiap metode
pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam setiap materi, sehingga pemilihan
metode pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan
pemikiran yang matang dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk
suatu kompetensi dasar yang akan disajikan.
Dewasa ini banyak penelitian di bidang pendidikan yang menyatakan
metode-metode pembelajaran yang berlandaskan pada paham konstruktivisme
dapat memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan
dengan metode pembelajaran konvensional. Namun masih ada guru yang belum
menerapkan metode-metode pembelajaran yang berlandaskan faham tersebut,
karena berbagai faktor diantaranya pengetahuan dan pengalaman guru yang masih
kurang berkaitan dengan metode-metode pembelajaran tersebut.
Metode pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar adalah
dengan menempatkan siswa secara kelompok-kelompok. Pembelajaran kelompok
dapat meningkatkan siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa
sosial yang tinggi. Pembejalaran yang dapat mewujudkan hal tersebut salah
satunya adalah pembelajaran kooperatif, yang sesuai dengan pembelajaran filsafat
konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme, siswa secara aktif
membangun pengetahuan mereka sendiri. Slavin (1955 : 18) menyatakan bahwa
commit to user
apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan
temannya.
Untuk meningkatkan pembelajaran matematika selain metode
pembelajaran, keberhasilan belajar siswa juga tidak terlepas dari kemampuan
individu yang dimiliki oleh siswa yang merupakan salah satu faktor internal.
Dalam hal ini adalah keaktifan siswa dalam belajar. Sekolah merupakan salah
satu tempat untuk mengembangkan aktivitas siswa. Dalam belajar matematika,
aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat materi yang dijelaskan
oleh guru, namun demikian siswa harus lebih berpartisipasi aktif, misalnya
bertanya, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan guru. Dalam melakukan
aktivitas belajar siswa bervariasi, ada siswa yang aktivitas belajarnya rendah,
sedang atau tinggi. Ada sebagian siswa yang tidak tertarik pada mata pelajaran
matematika, karena matematika dianggap pelajaran yang sangat sulit. Bagi siswa
yang kurang menyenangi dengan pelajaran matematika, maka aktivitas belajar
mereka juga rendah. Ada kemungkinan hal ini akan memberikan pengaruh pada
prestasi belajar siswa. Sedangkan siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi, Ada
kemungkinan prestasi belajar yang akan diperoleh menjadi tinggi, sehingga
aktivitas belajar siswa sangatlah membantu dalam proses belajar matematika.
Dalam hal ini pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran, maka guru diharapkan dapat membuat situasi pembelajaran yang
lebih banyak melibatkan keaktifan siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah
commit to user
1. Masih rendahnya prestasi belajar matematika, mungkin karena kurang tepatnya
penggunaan metode pembelajaran. Dari dugaan ini muncul sebuah
permasalahan yang menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu apakah
pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika. Dapat diteliti pula apakah
pemilihan metode pembelajaran yang tepat tersebut cocok untuk berbagai
katagori aktivitas belajar siswa.
2. Terdapat kemungkinan penyebab lain rendahnya prestasi belajar matematika
adalah kurangnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari
hal ini juga menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu untuk melihat apakah
dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan
keterlibatan dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika.
3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa karena diajar
oleh guru-guru yang kurang kompeten dalam mengajar, karena mereka
memiliki kualifikasi pendidikan yang tidak relevan. Penelitian untuk melihat
apakah siswa yang diajar oleh guru dengan kualifikasi yang tidak relevan
menyebabkan hasil belajar yang berbeda dibanding dengan diajar guru yang
mempunyai kualifikasi yang relevan,menarik untuk dilakukan.
4. Faktor aktivitas belajar siswa juga dapat menjadi salah satu penyebab
rendahnya prestasi belajar matematika. Aktivitas belajar siswa yang rendah
memungkinkan menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika.
Penelitian untuk melihat pengaruh tinggi rendahnya aktivitas belajar siswa
commit to user
5. Penggunaan metode pembelajaran yang baru selalu memberikan prestasi
belajar matematika lebih baik dari pada metode pembelajaran konvensional
yang monoton tanpa variasi. Oleh karena itu, cukup menarik dilakukan
penelitian untuk melihat manakah yang memberikan prestasi belajar
matematika lebih baik antara metode pembelaharan kooperatif tipe STAD dan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dapat juga dilihat apakah
penggunaan metode-metode tersebut cocok untuk berbagai katagori aktivitas
belajar siswa
C. Pemilihan Masalah
Suatu penelitian yang dilakukan dengan banyak pertanyaan dalam waktu
yang sama bisa kurang cermat dalam mengamati perubahan perilaku subyek
penelitian, sehingga hasil penelitian yang diperoleh juga mungkin kurang akurat.
Untuk menghindari kekurangakuratan tersebut, maka dalam penelitian ini akan
diteliti masalah yang menyangkut penggunaan metode pembelajaran dihubungkan
dengan aktivitas belajar siswa.
Dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti hanya ingin melakukan
yang terkait dengan permasalahan terakhir, yaitu manakah yang memberikan
prestasi belajar matematika lebih baik antara penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran tipe Jigsaw. Juga akan dilihat,
apakah pemberian perlakuan tersebut berlaku sama pada berbagai katagori
aktivitas belajar siswa. Pemberian variasi pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif akan membangkitkan minat dan keterkaitan yang besar dalam diri
commit to user
Pemilihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Jigsaw
dikarenakan dalam tipe-tipe metode pembelajaran ini terdapat faktor kerjasama
dan diskusi yang mampu memberikan pengalaman eksplorasi potensi diri siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran
matematika khususnya pada materi statistika menjadi lebih bermakna. Selain itu,
karena keterbatasan untuk dilakukan penelitian terhadap semua permasalahan
penyebab rendahnya prestasi belajar siswa, baik dalam hal biaya, waktu maupun
tenaga, sehingga tidak mungkin diungkap semua permasalahan rendahnya
prestasi belajar matematika tersebut.
D. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas agar penelitian yang dikaji dapat lebih
terarah maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
2. Penelitian dilakukan di SMA se Kabupaten Kotawaringin Barat semester
ganjil tahun pelajaran 2010/2011.
3. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas siswa dalam belajar matematika
yang meliputi aktivitas memperhatikan, bertanya, mencatat, mendengarkan,
mengerjakan soal dan mempelajari materi pelajaran matematika.
commit to user
5. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar
siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar, dalam hal ini adalah tes
prestasi belajar pada pokok bahasan statistika siswa kelas XI-IPA SMA.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pemilihan
masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Di antara metode pembelajaran kooperatif, manakah yang dapat memberikan
prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD atau kooperatif tipe Jigsaw?.
2. Di antara katagori aktivitas belajar siswa, manakah yang dapat memberikan
prestasi belajar matematika lebih baik, aktivitas tinggi, aktivitas sedang atau
aktivitas rendah?.
3. Pada masing-masing metode pembelajaran yaitu kooperatif tipe STAD dan
kooperatif tipe Jigsaw manakah yang dapat memberikan prestasi belajar
matematika lebih baik, siswa yang mempunyai aktivitas tinggi, aktivitas
sedang atau aktivitas rendah?.
4. Pada masing-masing katagori aktivitas belajar siswa ( tinggi, sedang dan
rendah), manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih
baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau kooperatif tipe
Jigsaw?.
commit to user
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Metode pembelajaran kooperatif manakah yang dapat memberikan prestasi
belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
atau kooperatif tipe Jigsaw.
2. Manakah di antara katagori aktivitas belajar siswa, yang dapat memberikan
prestasi belajar matematika yang lebih baik, aktivitas tinggi, aktivitas sedang
atau aktivitas rendah.
3. Di antara masing-masing motode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
kooperatif tipe Jigsaw, manakah di antara katagori aktivitas belajar siswa
yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, aktivitas
belajar tinggi, aktivitas belajar sedang atau aktivitas belajar rendah.
4. Di antara masing-masing katagori aktivitas belajar siswa (tinggi,sedang dan
rendah), manakah di antara model pembelajaran kooperatif yang dapat
memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kooperatif tipe STAD
atau kooperatif tipe Jigsaw.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar matematika.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika tentang pentingnya aktivitas
commit to user
3. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan dan
pembelajaran matematika.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A.Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
Secara umum makna dari belajar adalah suatu usaha atau kegiatan dari
seseorang untuk mendapatkan suatu hal yang belum dipahami dan hal yang
belum diketahui sehingga akan memahami dan mengetahui tentang suatu hal
yang diinginkan. Menurut Aunurahman (2010) bahwa : Belajar menunjukan
suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu
pemahaman pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri
dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjukan pada keaktivan
seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek
jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada
dirinya. Menurut Witherington dalam Aunurrahman (2010 : 35) belajar adalah
suatu perubahan di dalam diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Sehingga belajar
adalah merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berkaitan dengan
aspek pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang
yang terbentuk. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan dimaksud adalah
merupakan proses belajar,sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri
commit to user
Pengertian matematika menurut pendapat dari beberapa ahli di
antaranya adalah: Menurut Rotman dalam Brent Davis (2000) bahwa:
Matematika adalah suatu aktivitas, suatu praktek. Jika mengamati
peserta-pesertanya, lalu itu akan menjadi yang suka bertentangan bukan untuk
menyimpulkan/menduga bahwa untuk rentang waktu yang lama mereka sibuk
dengan proses tentang berkomunikasi hal yang kecil diri mereka satu sama lain;
satu kesimpulan yang diutarakan oleh kehadiran yang tetap dari text (notes
secara prestasi yang tertulis formal yang diperkenalkan, buku teks, papan tulis
memberi kuliah, artikel-artikel, intisari-intisari, tinjauan ulang, dan semacamnya)
seseorang membaca, menulis, dan menukar, dan semua aktivitas tanda yang
informal bahwa terjadi ketika mereka berbicara, menggerakkan tangan,
menguraikan
secara terperinci, terkaan-terkaan buatan, tidak sependapat,
menggambar/menarik gambar-gambar, dan seterusnya. Sedangkan menurut
Herman Hudoyo (1988:3), bahwa simbolisasi dalam matematika menjamin
adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu
konsep baru. Konsep baru akan dapat terbentuk karena adanya pemahaman
terhadap konsep sebelumnya sehingga konsep-konsep matematika tersusun
secara hierarkis. Menurut Gagne, R. M dalam Soehardjo (1992:12) menyatakan
bahwa obyek penelaahan matematika adalah fakta, keterampilan (operasi
matematika) konsep dan prinsip atau aturan-aturan. Obyek penelaahan ini
menggunakan simbol-simbol sebagai sarana untuk melakukan penalaran.
Menurut Soehardjo (1992:12), matematika dapat digambarkan sebagai suatu
commit to user
interelasi dari pengetahuan atau operasi-operasi tersendiri yang terusun secara
deduktif. Matematika berkenaan dengan pikiran berstruktur yang relasi
operasinya maupun hubungan-hubungannya diatur secara logis. Oleh karena itu
matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan dengan konsep, prinsip,
abstrak dalam penalarannya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa matematika berhubungan dengan aktivitas dalam praktek kehidupan
sehari-hari, ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan
penalarannya bersifat deduktif.
Adapun pengertian belajar matematika menurut Herman Hudoyo (1988:6),
seseorang dikatakan belajar matematika bila dapat diasumsikan dalam diri orang
tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan
tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana tingkah laku itu dapat
diamati, yang diperoleh dengan adanya usaha orang tersebut. Perubahan yang
disebabkan oleh proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan pemahaman, perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku,
keterampilan serta aspek-aspek lain yang ada pada diri orang yang belajar.
Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu
tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang
memfungsikan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual
maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari
matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan menerapkan
matematika pada bidang-bidang lain dan dalam kehidupan nyata.
Sedangkan pengertian dari prestasi belajar matematika adalah proses
commit to user
perubahan tersebut berupa kemampuan diberbagai bidang yang sebelumnya tidak
dimiliki siswa. Menurut Gagne dalam Winkel (1996:482),
kemampuan-kemampuan itu digolongkan atas kemampuan-kemampuan dalam hal informasi verbal,
kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik dan
sikap. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemampuan internal yang
harus dinyatakan dalam suatu prestasi belajar yang diberikan oleh siswa,
berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya. Jadi proses pembelajaran
matematika dikatakan berhasil jika tujuan instruksional atau indikator yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Tujuan instruksional atau indikator tersebut merupakan
rumusan hasil belajar yang telah ditetapkan menurut aspek isi maupun aspek
perilaku. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994 : 120) yang menjadi petunjuk
bahwa suatu proses pembelajaran dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai
berikut:
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional atau indikator
telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Dari
beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses
belajar atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.
commit to user
Teori Kostruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan menginformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak
lagi sesuai ( Nur dalam Trianto, 2007: 13 ).
Adapun teoti-teori belajar konstruktivisme yang berpengaruh besar
dalam pendidikan sains dan matematika adalah:
a. Teori Perubahan Konsep
Carey dalam Paul Suparno (1997:51-52),menguraikan adanya dua
perubahan konsep, yaitu perubahan yang kuat dan perubahan yang lemah.
Perubahan konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengadakan akomodasi
terhadap konsep yang telah ia punyai ketika berhadapan dengan dengan
fenomena yang baru. Sedangkan perubahan yang lemah terjadi bila orang
tersebut hanya mengadakan asimilasi skema yang lama ketika berhadapan
dengan fenomena yang baru. Dengan dua perubahan itu pengetahuan
manusia berkembang dan berubah. Untuk memungkinkan perubahan
tersebut, diperlukan situasi anomali, yaitu suatu keadaan yang
menciptakan ketidakseimbangan dalam pikiran manusia atau yang menantang
seseorang berpikir.
b. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Menurut Ausubel (1978) dalam Paul Suparno (1997:53-54), ada dua
jenis belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna terjadi bila
commit to user
punyai sebelumnya. Dalam proses ini pengetahuan seseorang selalu
diperbaharui dan dikembangkan lewat fenomena-fenomena dan pengalaman
yang baru.
c. Teori Skema
Menurut teori skema Jonasen (1993) dalam Paul Suparno (1997:55).
Setiap orang dalam pikirannya mempunyai macam-macam skema mengenai
macam-macam hal. Teori skema lebih menunjukkan bahwa pengetahuan kita
itu tersusun dalam skema yang terletak dalam ingatan kita. Dalam belajar kita
dapat menambah dan mengubah skema yang ada sehingga dapat menjadi
lebih luas dan berkembang.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Harst (dalam Mau dan D Ambrosio, 2003), mengatakan bahwa:
Interaksi pembelajaran dapat berlansung saat:(1) berada dalam grup
(kelompok) kecil, (2) ketika sebuah grup atau kelompok Sharing dengan grup
lain, (3) ketika seorang guru mencoba untuk mengikuti keterangan dari siswa
dan membuat tanggapan atas pemikiran siswa.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran
dengan berdasar pada paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif
commit to user
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa belajar bersama dalam kelas/ kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang siswa, dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie (2010:72), sistem pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas yang berstruktur disebut sistem pengajaran gotong royong atau
cooperative learning. Dari hasil penelitian, pada beberapa bidang studi yang
melibatkan suatu pelajaran yang kompleks dan memerlukan keterampilan
dalam menyelesaikan, maka kerja kelompok lebih sesuai untuk mencapai
tujuan dibandingkan dengan kompetisi, khususnya bagi mereka yang
berkemampuan rendah.
Pendapat lain dinyatakan oleh Fengfeng K dan Grabowski (2007),
bahwa dalam model pembelajaran kooperatif, keberhasilan yang dapat dicapai
oleh tiap individu dalam kelompoknya sangat berarti dalam mencapai tujuan
kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi akademik. Penelitian dalam pembelajaran matematika telah mengakui
bahwa ada efek positif antara pembelajaran kooperatif dengan peningkatan
kemampuan berpikir menguasai konsep.
b. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat, potensi, latar belakang historis, serta harapan
masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu manusia dapat saling
commit to user
menciptakan interaksi yang saling asah, asih dan asuh sehingga tercipta
masyarakat belajar. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari semua
siswa.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif
menurut Johnson, Johnson dan Holubec (1999) dalam Effandi Zakaria dan
Zonaton Iksan (2007) adalah:
1) Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan ketergantungan
positif.
2) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru.
3) Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara
individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar
semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang
commit to user
kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya,
karena itu tiap anggota harus memberi sumbangan demi kemajuan
kelompok. Penilaian kelompok secara individual ini yang di maksud
dengan akuntabilitas individual.
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri,
dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan
memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga
tujuan pembelajaran yaitu penerimaan, pengembangan keterampilan sosial,
prestasi akademik (Arends, 1997:111)
1. Penerimaan
Hal yang sangat penting dalam pembelajaran koperatif adalah
penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,
budaya, tingkat sosial dan kemapuan. Belajar kooperatif memberikan
kesmpatan bagi siswa dengan berbagai latar belakang yang beragam untuk
commit to user 2. Pengembangan Keterampilan Sosial
Yang menjadi tujuan terpenting dalam pembelajaran koperatif adalah
mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan kerjasama dan
kolaborasi. Hal ini menjadi penting karena siswa berasal dari masyarakat yang
heterogen. Banyak anak-anak dan orang dewasa kurang mempunyai
keterampilan kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan
hubungan antar individu. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak puas jika
diminta bekerja dalam situasi yang kooperatif.
3. Prestasi Akademik
Dalam Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial,
juga tidak kalah penting untuk meningkatkan prestasi akademik.
Pembelajaran koperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah
dan tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang berprestasi
tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah.
Sedangkan menurut Slavin ( 2005:15) bahwa tujuan yang paling
penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan
supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan
kontribusi. Sejak semula penelitian mengenai pembelajaran kooperatif telah
memperlihatkan bagaimana strategi ini bisa mengembangkan pencapaian yang
dibuat para siswa. Namun, penelitian ini juga memperlihatkan berbagai alasan
bahwa pembelajaran kooperatif memang meningkatkan pencapaian dan, yang
commit to user
kooperatif harus ada pada tempatnya jika menginginkan dan pencapaian
maksimal.
e. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
kebersamaan dalam kelompok atau tim.
2. Siswa akan lebih aktif dalam membantu dan mendorong semangat
untuk sama-sama berhasil.
3. Siswa yang berprestasi tinggi akan aktif berperan sebagai tutor sebaya
untuk dapat meningkatkan keberhasilan tim.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
5. Interaksi antar siswa membantu meningkatkan perkembangan kognitif.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Ide utama dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
memotivasi peserta didik saling memberi semangat dan membantu satu sama
lain untuk menguasai materi yang diajarkan. Apabila peserta didik
menginginkan timnya mendapat penghargaan mereka harus membantu teman
satu tim dalam mempelajari bahan ajar/ materi tersebut. Mereka bekerjasama
dengan membandingkan jawaban, berdiskusi apabila ada perbedaan atau
kesulitan dan kesalahpahaman dan saling membantu untuk memecahkan
masalah dan untuk menguasai materi yang mereka pelajari agar
masing-masing individu dalam tim tersebut berhasil dalam kuis.
Tahap pembelajaran metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
commit to user 1. Presentasi Kelas atau Tahap Penyajian Materi
Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi
kelas. Presentasi kelas bisa menggunakan pengajaran langsung atau suatu
ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat
meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada
kegiatan ini peserta didik bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi
atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum
pengajaran guru. Presentasi kelas dalam STAD meliputi pendahuluan, inti
yang dapat berisi komponen presentasi dapat berupa latihan terbimbing
dari keseluruhan pelajaran. Pendahuluan dengan mengatakan kepada
peserta didik apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting.
Presentasi berupa penyampaian materi kepada peserta didik. Latihan
terbimbing dengan meminta seluruh peserta didik untuk mengerjakan soal
atau contoh-contoh soal atau membahas jawaban dan
pertanyaan-pertanyaan guru.
3. Kerja Kelompok
Kelompok terdiri dan empat atau lima peserta didik yang mewakili
heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku.
Fungsi utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil
menghadlapi kuis. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, kelompok
berkumpul mempelajari lembar kegiatan yang didapatkan dari guru. ketika
peserta didik mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan
commit to user
membetulkan setiap kekeliruan apabila teman sesame kelompok membuat
kesalahan.
Kerja kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam STAD.
Pada setiap saat penekanan diberikan pada anggota kelompok agar
melakukan yang terbaik buat kelompoknya, dan pada kelompok sendiri
agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok
tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik
yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan kelompok yang
menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh
berarti pada hasil-hasil belajar, seperti hubungan antar tim, harga diri, dan
penerimaan terhadap kebanyakan peserta didik.
4. Pelaksanaan Kuis Individual
Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua
periode latihan kelompok, para peserta didik tersebut dikunai kuis
individual. Peserta didik tidak dibenarkan saling membantu selama kuis
berlangsung. Hal ini menjamin agar peserta didik secara individual
bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.
5. Nilai Perkembangan Individual
Setiap peserta didik dapat menyumbang poin maksimum kepada
kelompoknya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang peserta didik
pun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja
masa lalu. Setiap peserta didik diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung
commit to user
peserta didik memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa
banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
Tabel 2.1 Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasarkan Nilai
Apabila suatu skor kuis adalah … Seorang peserta didik
mendapat …
Nilai sempurna tidak memandang berapa pun skor dasarnya
30 poin perbaikan
Lebih dari sepuluh poin di atas skor dasar
30 pion perbaikan
Skor dasar sampai sepuluh poin di atas skor dasar
20 poin perbaikan
Sepuluh poin dibawah sampai satu poin dibawah skor dasar
10 poin perbaikan
Lebih dari sepuluh poin dibawah skor perbaikan
5 skor perbaikan
6. Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh penghargaan lain apabila skor rata-rata
mereka melampaui kriteria tertentu. Ada tiga tingkat penghargaan yang
diberikan didasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat itu adalah:
Tabel 2.2 Tingkat Pernghargaan Kelompok
Kriteria Rata-Rata Kelompok Penghargaan
X ≤ 20 TIM BAIK
20 < X ≤ 25 TIM HEBAT
X > 25 TIM SUPER
Seluruh kelompok dapat memperoleh penghargan tersebut, didalam
sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim yang kriteria di atas terpenuhi.
commit to user
kelompok hebat, sebagian besar peserta didik mendapat skor di atas skor
dasar mereka, dan untuk mendapatkan kelompok super, sebagian besar
anggota kelompok paling sedikit mendapatkan sepuluh poin di atas skor
dasar mereka, Bila perlu kriteria ini dapat diubah.
Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah
untuk kelompok yang mencapai tingkat tim hebat atau tim super.
Penghargaan tersebut dapat berupa sertifikat dengan ukuran besar untuk
tim super dan yang lebih kecil untuk tim hebat, sedangkan tim baik dapat
diberikan sekedar ucapan selamat di kelas. Selain berupa sertifikat guru
juga dapat menyiapkan selebaran satu halaman, memberi peserta didik
lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan simpatik, atau bentuk apapun
yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah.
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pengertian Jigsaw dalam kooperatif adalah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,
1997:73).
Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Eliot Aronso, kemudian digunakan
oleh Slavin dan temannya (Arends,1997:72). Dalam pembelajaran kooperatif
jigsaw ini, siswa belajar / bekerja dalam kelompok yang heterogen dan
beranggotakan 4-6 orang, yang disebut kelompok asal. Setiap anggota
kelompok bertangung jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar yang
commit to user
kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas
penguasaan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Masing-masing
anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut
ahli. Keahlian tersebut dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada
anggota kelompok menurut dari kelompok yang berbeda dengan topik yang
sama (ahli) bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat saling membantu
satu sama lain tentang topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah
itu siswa pada kelompok ahli kembali ke kelompok yang lainnya dari apa yang
dibahas/dan dipelajari dalam kelompok ahli.
Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli
digambarkan oleh Arend,RI, sebagai berikut :
Kelompok asal
[image:48.595.125.512.252.648.2]Kelompok Ahli
Gambar 2.1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli Jigsaw
Masing-masing anggota kelompok asal bertemu dalam diskusi
kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan. Setelah selesai
commit to user
menjelaskan pada teman sekelompoknya. Jigsaw di desain tidak hanya untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri, tetapi juga dituntut untuk
saling ketergantungan dalam arti positif terhadap teman sekelompoknya.
Dalam penelitian ini, masing-masing kelompok asal terdiri dari lima
siswa, karena pokok bahasan statistika terdiri dari lima sub pokok bahasan yang
saling independen. Setiap siswa terdiri dari lima sub pokok bahasan yang saling
independen. Setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan materi yang
ditugaskan kepadanya. Selanjutnya masing-masing kelompok ahli dengan
materi yang sama bertemu untuk berdiskusi dan mengerjakan latihan-latihan
yang diberikan. Setelah waktu yang diberikan selesai, masing-masing siswa
dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan materi
yang menjadi bagiannya pada siswa lain dengan materi yang berbeda. Siswa
yang mendapat bagian materi menyajikan data dalam bentuk diagram
menjelaskan pada siswa lain yang mendapat bagian materi yang lainnya.
Demikian seterusnya hingga siswa-siswa dalam kelompok asal sudah paham
materi pada pertemuan hari itu. Sedapat mungkin siswa berdiskusi dulu dengan
temannya dalam satu kelompok, jika menemui kesulitan baru bertanya pada
guru. Karena peran guru di sini masih diperlukan, baik sebagai motivator
maupun fasilitator. Sehingga hal ini dapat meminimalkan kelas yang ramai atau
gaduh, karena guru dapat terus memantau jalannya diskusi masing-masing
kelompok, baik dalam diskusi kelompok asal, maupun diskusi kelompok ahli
sehingga pembelajaran tetap berlangsung dengan efektif dan optimal.
Tahapan dari rencana pembelajaran kooperatif Jigsaw diatur secara
commit to user a). Membaca
Siswa mendapat topik-topik ahli, kemudian membaca dan mempelajari
materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
b). Diskusi kelompok ahli
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk
mendiskusikan topik tersebut.
c). Laporan Kelompok
Masing-masing ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik
pada kelompoknya.
d). Kuis /tes
e). Penghargaan kelompok
f). Rangkuman pembelajaran
6. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (1996:17), aktivitas berarti
keaktifan, kegiatan atau kesibukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas
yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Keduanya
harus selalu terkait (Nasution, 1995:89).
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman A.M
(1994:95) memberikan penjelasan bahwa dalam kegiatan belajar segala
pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri,
penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan