LAMPIRAN 1
LEMBAR PENJELASAN
Dengan Hormat,
Saya, Ruth Manullang, mahasiswi semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 di Medan Tahun 2015”.
Tujuan penelitian ini adalah umtuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU Angkatan 2014. Diharapkan setelah menjadi responden dalam penelitian ini, adik-adik dapat meningkatkan kesadarannya berkenaan dengan konsumsi buah dan sayuran.
Pada penelitian ini terdapat kuesioner yang menanyakan tentang buah dan sayur sebanyak 15 pertanyaan dan formulir isian food recall 24 jam serta food
frequency questionnaire untuk melihat konsumsi buah dan sayur. Pengisian
kuesioner akan dilakukan selama 20 menit. Petugas adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU bersama peneliti.
Saya mengharapkan kerjasamanya dalam mengisi pertanyaan dan lembar formulir dengan sebenar-benarnya. Jawaban yang diberikan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak disalahgunakan untuk maksud lainnya. Identitas responden tidak akan dipublikasikan dan partisipasi adik-adik dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa ada paksaan dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu. Jika selama penelitian ini ada hal yang kurang jelas, maka adik-adik dapat menghubungi saya, Ruth Manullang (081361716888).
Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan adik-adik bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah dipersiapkan.
Medan, 2015
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama :
NIM :
Telepon/HP :
setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 di Medan Tahun 2015”, maka dengan ini saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini dengan penuh kesadaraan dan tanpa ada paksaan.
Medan, 2015
Yang menyatakan,
LAMPIRAN 3
KUESIONER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2014
DI MEDAN TAHUN 2015
A. Data Responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Sumber informasi tentang buah dan sayur :
B. Pengetahuan Gizi
Pilihlah jawaban di bawah ini dengan memberikan tanda (√) pada kolom yang tersedia.
No. Pernyataan B S
1. Sayuran berwarna hijau banyak mengandung vitamin A.
2. Pengolahan sayur bersantan tidak baik untuk dikonsumsi.
3. Setelah sayuran dibersihkan sebaiknya dicuci terlebih dahulu lalu diiris atau dipotong.
4. Konsumsi sayur yang baik adalah ≥ 3 kali sehari.
5. Kurang darah disebabkan oleh kurangnya konsumsi sayuran berwarna hijau tua.
6. Mengkonsumsi buah di pagi hari dapat memberi cukup energi sampai saatnya makan siang.
8. Konsumsi buah secara langsung lebih baik daripada diolah terlebih dahulu.
9. Buah sebaiknya dicuci terlebih dahulu sebelum dikupas atau dimakan.
10. Jeruk, mangga, nenas adalah contoh buah yang banyak mengandung vitamin C.
11. Gusi berdarah, bibir pecah-pecah dan sariawan adalah akibat dari kurang asupan vitamin C. 12. Vitamin, mineral dan serat adalah zat gizi yang
terkandung dalam sayur dan buah.
13. Jenis sayur dan buah yang dikonsumsi setiap hari harus beraneka ragam.
14. Susah buang air besar adalah akibat dari kurang mengkonsumsi sayur dan buah.
LAMPIRAN 4
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM Tanggal :
Waktu Makan Menu Makanan Jenis Bahan Penyusun
Banyaknya
URT Berat
(gram)*
Pagi/Jam:
Siang/Jam:
Malam/Jam:
*tidak perlu diisi oleh responden
LAMPIRAN 5
FORMULIR FOOD FREQUENCY SEMIKUANTITATIF Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai.
Jenis Bahan Makanan
Sehari Seminggu Jarang /Tidak Pernah
Rata-rata Asupan 1x 2x ≥ 3x 1-2x 3-4x 5-6x
Sayuran a. bayam
b. kangkung
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ruth Mutiara Angelina Manullang
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 21 Juni 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Jl. DR. G.M. Panggabean no.17, Medan Riwayat Pendidikan :
1. SD Swasta Santo Yosef Sidikalang 2000-2006 2. SMP Swasta Santo Paulus Sidikalang 2006-2009
3. SMA Swasta Methodist 2 Medan 2009-2012
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PolaKonsumsi *
TingkatPengetahuan 159 100,0% 0 0,0% 159 100,0%
PolaKonsumsi * TingkatPengetahuan Crosstabulation
TingkatPengetahuan
Total Baik Sedang
PolaKonsumsi BAIK Count 14 6 20
Expected Count 13,5 6,5 20,0
% within PolaKonsumsi 70,0% 30,0% 100,0%
% within
TingkatPengetahuan 13,1% 11,5% 12,6%
CUKUP Count 45 24 69
Expected Count 46,4 22,6 69,0
% within PolaKonsumsi 65,2% 34,8% 100,0%
% within
TingkatPengetahuan 42,1% 46,2% 43,4%
KURANG Count 48 22 70
Expected Count 47,1 22,9 70,0
% within PolaKonsumsi 68,6% 31,4% 100,0%
% within
TingkatPengetahuan 44,9% 42,3% 44,0%
Total Count 107 52 159
Expected Count 107,0 52,0 159,0
% within PolaKonsumsi 67,3% 32,7% 100,0%
% within
TingkatPengetahuan 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square ,254a 2 ,881
Likelihood Ratio ,254 2 ,881
N of Valid Cases 159
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, E.L., 2007. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Depok: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Achmad, N., dkk., 2014. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Ketersediaan dan Pola
Konsumsi Sayur dan Buah Remaja di Makassar. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Alfyan, M.T., 2010. Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Siswa Di
SMA Harapan 1 Medan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Anonim, 2014. Human Development index 2014. Dalam: http://www.fe.gunadarma.ac.id/majalah/2014/12/30/human-development-index-2014/.
Arisman, 2008. Buku Ajar Ilmu Gizi. Ed.2. Jakarta: EGC.
Astawan, M. 2008. Sehat Dengan Sayuran: Panduan Lengkap Menjaga
Kesehatan Dengan Sayuran. Jakarta: Dian Rakyat.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan., 2013. Riset Kesehatan Dasar
2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Budiyanto, M.A.K., 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Farida, I., 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi
Buah Dan Sayur Pada Remaja Di Indonesia Tahun 2007. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Farisa, S., 2012. Hubungan Sikap, Pengetahuan, Ketersediaan, Dan
Keterpaparan Media Massa Dengan Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Siswa SMPN 8 Depok Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Ginting, D., 2002. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gizi Dengan Pola
Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyrakat Universitas Sumatera Utara.
Herminingsih, A., 2010. Manfaat Serat Dalam Menu Makanan. Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Hurlock, 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: Penerbit Grafindo Jakarta Imran.
Jafar, N., 2005. Pertumbuhan Remaja. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Kasjono, H.S., dan Yasril., 2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Khomsan, A., dkk., 2003. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Departemen Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Lestari, I., dkk., 2014. Gambaran Pengetahuan, Sikap pada Remaja SMA,
Ketersediaan Buah dan Sayur di Tingkat Rumah Tangga dan Pola Konsumsi Buah dan Sayur di Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Notoatmodjo, S., 2007. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Santoso, A., 2011. Serat Pangan (Dietary Fiber) Dan Manfaatnya Bagi
Kesehatan. Dalam:
http://www.journal.unwidha.ac.id/index.php/magistra/article/viewFile/74/36
Sarwono, W.S., 2000. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo.
, 2011. Psikologi Remaja. Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali Pers.
Sebayang, A.N., 2012. Gambaran Pola Konsumsi Makanan Mahasiswa Di
Universitas Indonesia Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Setiowati, N.L., 2000. Konsumsi Dan Preferensi Sayur Dan Buah Pada Remaja
Di SMU 1 Bogor Dan SMU 1 Pamekasan. Skripsi. Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Sibagariang, E.E., 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans info Media.
Wulansari, N.D., 2009. Konsumsi serta Preferensi Buah dan Sayur pada Remaja
SMA dengan Status Sosial Ekonomi yang Berbeda di Bogor. Skripsi.
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dari penelitian hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU angkatan 2014 adalah
sebagai berikut :
Pola konsumsi buah dan
sayur yang meliputi jumlah, jenis, frekuensi
Ha = ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur.
H0 = tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi
buah dan sayur.
3.2 Defenisi Operasional
1. Pengetahuan gizi adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden
berkenaan dengan buah dan sayur.
2. Konsumsi buah dan sayur adalah kriteria asupan yang meliputi jumlah, jenis,
frekuensi dari buah dan sayur yang dikonsumsi.
3. Pola konsumsi buah dan sayur yang baik adalah konsumsi yang memenuhi
minimal dua dari tiga kriteria asupan.
4. Pola konsumsi buah dan sayur yang kurang adalah konsumsi yang tidak
memenuhi minimal dua dari tiga kriteria asupan.
5. Pola konsumsi buah dan sayur yang cukup adalah konsumsi yang tidak
memenuhi kriteria asupan baik dan kurang.
6. Jumlah adalah kuantitas konsumsi buah dan sayur yang dikonsumsi dalam
sehari.
7. Jenis sayur dan buah adalah adalah banyaknya macam sayur dan buah yang
dikonsumsi dalam sehari.
8. Frekuensi konsumsi sayur dan buah adalah berapa kali responden
mengonsumsi buah dan sayur dalam sehari selama seminggu.
3.3 Aspek Pengukuran
1. Tingkat pengetahuan diukur dengan cara menjumlahkan semua jawaban benar
dimana hasil maksimum adalah 15. Tingkat pengetahuan gizi dibagi dalam 3 kategori dengan menggunakan metode presentasi skoring sebagai berikut :
a. Baik jika >80% pertanyaan dijawab benar oleh responden b. Sedang jika 40-80% pertanyaan dijawab benar oleh responden c. Kurang jika <40% pertanyaan dijawab benar oleh responden
2. Digunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi mahasiswa
FK USU angkatan 2014.
3. Digunakan skala ukur Guttman, yaitu pertanyaan Ya atau Tidak yang diberi skor ”1” bagi jawaban benar dan skor “0” bagi jawaban yang salah.
4. Jumlah, jenis, frekuensi konsumsi diukur melalui hasil formulir food recall 24
jam dan semiquantitative food frequency questionnaire. 5. Jumlah diukur dengan menggunakan kriteria :
a. Baik jika konsumsi buah 2-3 porsi dan sayur 3-5 porsi sehari. b. Kurang jika konsumsi buah < 2-3 porsi dan sayur < 3-5 porsi sehari. 6. Jenis diukur dengan menggunakan kriteria :
a. Baik jika konsumsi buah ≥ 4 macam sehari dan konsumsi sayur ≥ 3 macam
sehari.
b. Cukup jika konsumsi buah 2-3 macam sehari dan konsumsi sayur 2 macam
sehari.
c. Kurang jika konsumsi buah dan sayur ≤ 1 macam sehari.
7. Frekuensi diukur dengan menggunakan kriteria :
a. Baik jika konsumsi buah ≥ 3 kali sehari dan konsumsi sayur 3 kali sehari
b. Cukup jika konsumsi buah 1-2 kali sehari selama 4-6 hari dan konsumsi
sayur 3 kali sehari selama 5-6 hari.
c. Kurang jika konsumsi buah 1-2 kali sehari selama ≤ 3 hari dan konsumsi
sayur 2-3 kali sehari selama ≤ 4 hari.
8. Satu porsi sayur adalah satu mangkuk sayur segar atau setengah mangkuk
sayur masak dan dalam bentuk tercampur adalah 1-1,5 mangkuk.
9. Satu porsi buah adalah satu potongan sedang atau dua potongan kecil atau satu
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan desain cross
sectional untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan pola
konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU angkatan 2014.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada Bulan Maret sampai Bulan Desember tahun 2015 yakni sejak penyusunan proposal hingga penyelesaian hasil karya tulis ilmiah dimana pengambilan data dilakukan pada Bulan September Tahun 2015.
4.2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa FK USU angkatan 2014 yang berjumlah 270 orang.
4.3.2 Sampel Penelitian
Dari populasi tersebut akan dipilih sampel dengan metode simple random
sampling melalui perhitungan besar sampel estimasi proporsi dengan presisi
mutlak :
Keterangan:
n : besar sampel N : besar populasi d : presisi mutlak
z : z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan
P : proporsi penelitian sebelumnya
n =
= 159
Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 159 orang. Adapun yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :
1. Responden dalam keadaan sehat dan tidak memerlukan asupan tertentu. 2. Responden tidak sedang menjalani program diet tertentu.
3. Responden bukan seorang vegetarian.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner, formulir food recall 24 jam dan semiquantitative
food frequency questionnaire. Data sekunder merupakan data populasi umum
mahasiswa FK USU angkatan 2014 yang diperoleh dari Bagian Pendidikan FK USU.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap berikut: 1. Editing.
2. Coding.
Memberi kode untuk mempercepat entry data dan mempermudah proses analisis data.
3. Entry.
Memasukkan data ke dalam komputer untuk diolah dan dianalisis. 4. Cleaning.
Pemeriksaan kembali data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk dikoreksi jika terdapat kesalahan pada proses entry.
Data konsumsi buah dan sayur yang diperoleh dari formulir food recall 24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire diolah dengan menggunakan software nutrisurvey.
4.5.2 Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan program
Statistic Package for Special Science (SPSS). Analisis data akan dilakukan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan. Fakultas Kedokteran adalah fakultas pertama yang didirikan di Universitas Sumatera Utara pada tanggal 20 Agustus 1952. Tahun 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara telah memiliki 1.466 orang mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan perkuliahan. Program studi pendidikan dokter di Universitas Sumatera Utara terdiri dari tujuh semester dimana bidang studi ilmu gizi telah diajarkan sejak semester pertama perkuliahan.
5.1.2 Karakteristik Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 159 orang dan telah memenuhi kriteria inklusi. Responden dipilih secara simple random sampling dengan kategori sebagai berikut :
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 59 37,1
Perempuan 100 62,9
Total 159 100
5.1.3 Tingkat Pengetahuan Gizi
Pengetahuan responden dinilai berdasarkan 15 pertanyaan yang mencakup informasi gizi yang dimiliki responden khususnya tentang buah dan sayur. Data mengenai distribusi frekuensi jawaban responden dapat dirinci sebagai berikut :
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Gizi
No. Pernyataan
Jawaban Responden
Benar Salah
n (%) n (%)
1. Vitamin dalam sayuran berwarna hijau 69 43,4 90 56,6 2. Pengolahan sayur bersantan 103 64,8 56 35,2 3. Cara membersihkan sayuran 143 89,9 16 10,1 4. Konsumsi sayur yang baik 119 74,8 40 25,2 5. Akibat kurangnya konsumsi sayuran
berwarna hijau tua
94 59,1 65 40,9
6. Mengkonsumsi buah di pagi hari 73 45,9 86 54,1
7. Konsumsi buah yang baik 143 89,9 16 10,1
8. Cara mengkonsumsi buah 148 93,1 11 6,9
9. Cara membersihkan buah 150 94,3 9 5,7
10. Contoh buah yang banyak
mengandung vitamin C
155 97,5 4 2,5
11. Akibat dari kurang asupan vitamin C 149 93,7 10 6,3 12. Zat gizi yang terkandung dalam sayur
dan buah
156 98,1 3 1,9
13. Jenis sayur dan buah yang dikonsumsi 127 79,9 32 20,1 14. Akibat kurangnya mengkonsumsi
sayur dan buah
152 95,6 7 4,4
Tabel 5.2 menjabarkan jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan gizi dari buah dan sayur. Jumlah jawaban benar terbanyak dari responden adalah pernyataan ke 12 sebesar 156 orang (98,1%) sedangkan jumlah yang paling sedikit adalah pada pernyataan pertama sebesar 69 orang (43,4%).
Tingkat pengetahuan digolongkan menjadi tiga kriteria yaitu baik, sedang, dan kurang. Perinciannya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden
Tingkat Pengetahuan n %
Baik 107 67,3
Sedang 52 32,7
Kurang 0 0
Total 159 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas tingkat pengetahuan responden adalah baik yakni sebanyak 107 orang (67,3%) dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.
Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tingkat
Pengetahuan
Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
n % n % n %
Baik 37 62,7 70 70 107 67,3
Sedang 22 37,3 30 30 52 32,7
Total 59 100 159
Berdasarkan Tabel 5.4 responden terkategori dalam tingkat pengetahuan baik dan sedang. Sebagian besar responden (67,3%) berpengetahuan baik. Jika dilihat dari jenis kelamin ternyata baik laki-laki maupun perempuan memiliki
5.1.4 Pola Konsumsi
Dari formulir food recall 24 jam dan semiquantitative food frequency
questionnaire, pola konsumsi responden akan dikategorikan menjadi baik, cukup,
dan kurang. Berdasarkan hasil isian oleh responden didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.5 Distribusi Pola Konsumsi Responden
Pola Konsumsi n %
Baik 20 12,6
Cukup 69 43,4
Kurang 70 44
Total 159 100
Berdasarkan Tabel 5.5 diatas diperoleh data bahwa pola konsumsi buah dan
sayur yang baik hanya dilakukan oleh 20 orang (12,6%) responden. Pola konsumsi yang kurang mencapai 70 orang (44%) responden dan sisanya dikategorikan cukup sebanyak 69 orang (43,4%).
Tabel 5.6 Distribusi Pola Konsumsi Berdasarkan Jenis Kelamin Pola Konsumsi
Jenis
Kelamin Baik Cukup Kurang Total
n % n % n % n
Laki-laki 11 18,6 22 37,3 26 44,1 59
Perempuan 9 9 47 47 44 44 100
Total 20 12,6 69 43,4 70 44 159
Dari Tabel 5.6 diperoleh data bahwa pola konsumsi buah dan sayur untuk kategori cukup dan kurang masing-masing 69 orang (43,4 %) dan 70 orang (44%).
perempuan, masing-masing 18,6% dan 9%. Sebaliknya responden perempuan lebih banyak terkategori cukup dalam pola konsumsi buah dan sayur daripada responden laki-laki, masing-masing sebesar 47% dan 37,3%. Responden laki-laki maupun perempuan memiliki jumlah yang hampir sama besar untuk kategori pola konsumsi kurang.
5.1.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Mahasiswa Setelah diketahui gambaran tingkat pengetahuan dan gambaran pola konsumsi pada mahasiswa FK USU angkatan 2014, maka dapat diperoleh hubungan kedua variabel tersebut yang akan disajikan sebagai berikut:
Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur Tingkat Pengetahuan
Baik Sedang Total
n % n % n %
Pola Konsumsi
Baik 11 6,9 9 5,7 20 12,6
Cukup 61 38,4 8 5 69 43,4
Kurang 35 22 35 22 70 44
Total 107 67,3 52 32,7 159 100
p = 0,881
Dari 159 orang responden didapatkan 11 orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik disertai pola konsumsi yang baik pula. Berdasarkan hasil analisis chi square diperoleh p value = 0,881 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU angkatan 2014.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Tingkat Pengetahuan
memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 52 orang responden (32,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang, dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Hal ini menunjukkan hasil yang signifikan bahwa mahasiswa FK USU angkatan 2014 memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang buah dan sayuran. Pengetahuan yang dimiliki responden diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman sehari-hari. Hal ini sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2007).
Seluruh responden yang termasuk dalam kategori late adolescence dengan rentang usia 17-20 tahun (Jafar, 2005) juga telah mampu untuk memperoleh pengetahuan yang baik serta memilih informasi yang benar dan tepat. Semakin bertambahnya usia maka interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman dan pengetahuan baru juga akan meningkat atau mengalami perbaikan. Hal tersebut juga berlaku terhadap pengetahuan mengenai gizi.
Dari Tabel 5.4 didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik hampir sama besar dengan responden laki yaitu sebanyak 70% perempuan dan 62,7% laki-laki. Pada tingkat pengetahuan yang sedang juga diperoleh hasil yang tidak terlalu berbeda jauh yakni sebesar 37,3% laki-laki dan 30% perempuan. Meskipun demikian data tersebut tidak signifikan memperlihatkan hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan karena adanya perbedaan jumlah antara responden laki-laki dengan perempuan dimana jumlah responden laki-laki hanya mencapai setengah dari jumlah responden perempuan.
5.2.2 Pola Konsumsi
Berdasarkan data yang tercantum dalam Tabel 5.5, jumlah pola konsumsi yang dikategorikan baik sangat sedikit dari seluruh jumlah responden yaitu 20
disekitar fakultas dan tempat makan lainnya kurang mendukung dalam penyajian makanan sehat tumpeng gizi seimbang. Keadaan sebagian besar responden yang tidak tinggal dengan orang tua ataupun keluarga menyebabkan mereka lebih sering memilih makanan cepat saji. Selain itu cukup banyak dari responden yang tidak memenuhi aturan untuk makan tiga kali sehari dengan berbagai alasan tertentu.
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki dengan pola konsumsi yang baik lebih banyak daripada responden perempuan yakni 18,6% laki-laki dan 9% perempuan. Untuk kategori cukup jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki, masing-masing sebanyak 47% dan 37,3%. Pada kategori kurang jumlah responden perempuan dan laki-laki sama besar yaitu 44%. Hal ini tidak menunjukkan hasil yang signifikan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi karena jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki.
5.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi
Tabel 5.7 menunjukkan hasil bahwa hanya 11 orang (6,9%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan dan pola konsumsi yang baik. Tingkat pengetahuan responden tidak ada yang dikategorikan kurang. Pada tingkat pengetahuan yang sedang dengan pola konsumsi yang kurang didapatkan hasil 35 orang (22%) responden.
Analisis data untuk mendapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi dilakukan melalui uji chi square. Dari hasil uji diperoleh p
value = 0,881. Nilai p hitung yang didapatkan lebih besar dari p tabel (0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU
saji di tempat makan tertentu yang dianggap mengikuti perkembangan arus globalisasi. Buah dan sayuran sering menjadi bahan makanan yang diabaikan saat memilih makanan atau disisihkan dari menu makanan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soraya Farisa (2012) di SMPN 8 Depok terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur. Penelitian Indah Lestari, dkk (2014) pada remaja
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa FK USU angkatan 2014, maka dapat disimpulkan:
1. Sebanyak 107 orang (67,3%) mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang
baik.
2. Sebanyak 20 orang (12,6%) mahasiswa memiliki pola konsumsi buah dan
sayur yang baik.
3. Tidak ditemukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pola
konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU angkatan 2014 berdasarkan
p value = 0,881
6.2 Saran
1. Dalam penelitian ini tidak terdapat keseimbangan antara jumlah responden
laki-laki dan perempuan, maka pada penelitian selanjutnya diharapkan agar diperhatikan keseimbangan jumlah responden laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan hubungan yang menyertakan variabel jenis kelamin.
2. Penelitian sejenis diharapkan mengambil data yang lebih akurat sehingga hasil
penelitian dapat memberikan kemaknaan.
3. Mahasiswa FK USU angkatan 2014 diharapkan untuk meningkatkan kesadaran
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
.
2.1 Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui bila seseorang telah melakukan penginderaan yang meliputi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba terhadap suatu obyek. Pengetahuan diperoleh dari hasil usaha seseorang dalam mencari tahu rangsangan berupa obyek dari luar terlebih dahulu melalui proses sensorik dan interaksi dirinya terhadap lingkungan sosial. Melalui hal inilah, seseorang dapat memperoleh pengetahuan baru tentang suatu objek. Dalam teori kognitif, pengetahuan merupakan hasil interaksi timbal balik antara seseorang dengan
lingkungan sosial yang menghasilkan pengalaman tertentu.
Notoatmodjo (2007) menyatakan tingkatan pengetahuan terbagi enam antara lain:
1. Tahu, artinya kemampuan dalam mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari.
2. Memahami, artinya kemampuan dalam memberi penjelasan tentang obyek dan dapat menginterpretasi materi secara benar.
3. Aplikasi, artinya kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
4. Analisis, artinya kemampuan dalam menguraikan materi ke dalam struktur tersebut yang masih ada kaitan antara satu sama lain.
5. Sintesa, artinya kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dengan kata lain dalam bentuk keseluruhan baru.
6. Evaluasi, artinya kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
diamati secara langsung, maupun tidak langsung. Perilaku manusia meliputi hal-hal seperti berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi, dan juga emosi (Notoatmodjo, 2007). Lebih lanjut, Notoadmodjo mengutip pendapat Benyamin Bloom, perilaku manusia terbagi menjadi tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari
pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Pengetahuan umumnya diperoleh melalui pengalaman sehari-hari yang dapat diperoleh dari berbagai sumber dan sangat dipengaruhi oleh latar belakang seorang individu. Menurut Notoatmodjo (2007) cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Nonilmiah
a. Trial and Error
Metode ini sering digunakan terutama jika belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu untuk yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Cara coba dan salah selalu digunakan dalam meletakkan dasar-dasar dan menemukan teori-teori pada berbagai cabang ilmu pengetahuan. Pengalaman yang diperoleh melaului penggunaan metode ini membantu perkembangan berpikir dan kebudayaan manusia ke arah yang lebih baik. b. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh individu yang bersangkutan.
c. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak kebiasaan dan tradisi yang
masih tetap dilakukan tanpa melalui suatu penalaran terlebih dahulu, seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber
baik berdasarkan fakta empiris maupun sebuah penalaran karena menganggap bahwa pendapat tersebuat sudah benar.
d. Pengalaman Pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Namun tidak semua pengalaman dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang benar karena hal tersebut
memerlukan pola pemikiran yang logis dan kritis. e. Common Sense
Akal sehat terkadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Salah satu contohnya adalah metode reward and punishment yang masih sering digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan.
f. Kebenaran melalui Wahyu
Kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama bersangkutan tanpa menguji aspek rasionalitasnya karena hal ini bukan merupakan hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia. g. Kebenaran secara Intuitif
Biasanya diperoleh manusia dengan cepat melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenarannya sukar dipercaya karena tidak menggunakan cara-cara yang rasional serta sistematis melainkan hanya berdasarkan intuisi saja.
h. Melalui Jalan Pikiran
Seiring dengan perkembangan kebudayaan, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Penalaran digunakan dalam memperoleh pengetahuan baik secara deduksi maupun induksi. Keduanya pada dasarnya merupakan cara
pemikiran yang mengemukakan pernyataan-pernyataan lalu dicari hubungannya untuk menarik kesimpulan. Induksi dilakukan melalui
i. Induksi
Dalam berpikir induktif penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan pengalaman empiris yang didapat melalui indera lalu dimaknai ke dalam sebuah konsep untuk memahami suatu gejala. Proses berpikir induksi berawal dari hasil yang nyata maka dapat dikatakatan bahwa induksi beranjak dari hal yang konkret ke hal yang abstrak. Proses berpikir induksi
dikelompokkan menjadi dua bagian yakni sempurna dan tidak sempurna. Induksi sempurna adalah penarikan kesimpulan yang diperoleh dari penjumlahan dari kesimpulan khusus dimana proses berpikir berusaha mengidentifikasi masing-masing objek dan dicari kesamaannya. Induksi tidak sempurna merupakan penarikan kesimpulan yang dilakukan melalui sejumlah sampel objek saja.
j. Deduksi
Pemikiran deduktif adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke khusus. Cara berpikir deduksi dikembangkan ke dalam suatu silogisme untuk memungkinkan pencapaian kesimpulan yang lebih baik. Dalam deduksi berlaku bahwa kebenaran secara umum pada kelas tertentu berlaku pada semua peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup kelas tersebut. 2. Ilmiah
Metode ini menggunakan cara yang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini sering disebut sebagai metodologi penelitian dan mencakup tiga hal pokok yaitu:
a) Positif, yakni gejala yang muncul saat dilakukan pengamatan. b) Negatif, yakni gejala yang tidak muncul saat dilakukan pengamatan. c) Variasi, yakni gejala yang berubah-ubah pada berbagai kondisi tertentu.
Pengetahuan adalah hasil yang terjadi setelah individu melakukan
Sebaliknya, bila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran positif, maka perilaku tersebut tidak bertahan lama (Notoatmodjo, 2007). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara ataupun kuesioner yang menyangkut materi yang ingin diukur dari responden.
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan
yang akan diberikan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antar konsumsi dan penyerapan zat gizi dan pengunaan zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, 2002).
2.2 Konsumsi
Konsumsi adalah informasi gambaran jenis, frekuensi, dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh individu atau kelompok masyarakat tertentu. Konsumsi dapat didefenisikan sebagai usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya agar dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam penelitian ini konsumsi difokuskan pada usaha individu untuk memenuhi kebutuhan gizinya, terutama pada kebutuhan akan buah dan sayuran. Di Indonesia dapat diketahui bahwa pola konsumsi umum adalah bahan makan
pokok berupa beras, ubi, jagung, dan sagu. Bahan makanan pelengkap seperti buah, sayur, dan susu masih dikonsumsi dalam jumlah yang relatif kecil. Hidayat
2.3 Buah dan Sayur
Buah merupakan bagian tumbuhan yang strukturnya berasal dari indung telur yang berkembang dan mengelilingi biji. Sayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuhan dan dapat dikonsumsi bagian daunnya (sebagian besar sayuran), batangnya (wortel), dan bunga (jantung pisang). Buah dan sayur merupakan sumber bahan pangan nabati dan kaya serat/dietary fiber. Serat pangan
adalah sisa dari dinding sel tumbuhan yang tidak terhidrolisis atau tercerna oleh enzim perncernaan manusia (Herminingsih, 2010) atau merupakan bagian integral dari bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari dengan sumber utama dari tanaman, sayuran, sereal, buah-buahan, dan kacang-kacangan (Meyer, 2004) dalam Santoso (2011). Menurut Santoso (2011) manfaat serat pangan untuk kesehatan, yaitu mengontrol berat badan, penanggulangan penyakit diabetes, mencegah gangguan gastrointestinal, mencegah kanker kolon, dan mengurangi tingkat kolesterol. Dalam jangka panjang kurangnya konsumsi buah dan sayuran dapt menyebabkan penyakit kronis seperti hipertensi, kanker, jantung koroner, diabetes, dan obesitas.
Buah dalam pengertian botani adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah. Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Buah dalam pengertian holtikultura atau pangan adalah terminologi umum yang digunakan oleh masyarakat luas, yaitu setiap bagian tumbuhan dipermukaan tanah yang tumbuh membesar dan memiliki daging atau juga mengandung air. Buah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu klimakterik dan nonklimakterik. Buah klimakterik adalah bauh yang mengalami pematangan setelah dipetik, sedangkan buah nonklimakterik adalah buah yang tidak dapat
melakukan proses pematangan setelah dipetik. Buah merupakan sumber vitamin dan mineral (Budiyanto, 2001).
Menurut Astawan (2008) berdasarkan bagian tanaman yang dapat dikonsumsi, sayuran dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Sayuran daun seperti kangkung, sawi, katuk, dan bayam. 2. Sayuran bunga seperti brokoli dan kembang kol.
3. Sayuran buah seperti terong, cabai, ketimun, dan tomat. 4. Sayuran biji muda seperti asparagus dan rebung.
5. Sayuran akar seperti wortel dan lobak. 6. Sayuran umbi seperti kentang dan bawang.
Menurut Supriasa, dkk (2002) sayuran dibagi ke dalam dua bagian berdasarkan kandungan protein dan karbohidrat:
1. Kelompok A
Mengandung sedikit protein dan karbohidrat dan dapat dikonsumsi sebanyak mungkin. Contoh sayuran kelompok A adalah daun bawang, daun kacang panjang, jamur segar, gambas, kangkung, ketimun, tomat, kol, kembang kol, labu, air, lobak, pepaya muda, rebung, sawi, seledri, selada, tauge, tebu, terong, cabai hijau besar, dan sebagainya.
2. Kelompok B
Dalam satuan padanan sayuran kelompok ini mengandung 50 kalori, 3 gram protein, dan 10 gram karbohidrat. Satu satuan padanan setara dengan 100 gram sayuran mentah. Contoh sayuran kelompok B adalah bayam, buncis, daun ketela rambat, daun melinjo, daun pakis, daun singkong, daun pepaya, jagung muda, jantung pisang, genjer, kacang panjang, kacang kapri, katuk, labu siam, nangka muda, pare, wortel, dan sebagainya.
Buah dan sayur merupakan sumber serat, vitamin, asam folat, dan berbagai
mineral seperti kalsium dan zat besi dalam komposisi yang bebeda setiap varietas (Astawan, 2008). Menurut Khomsan, dkk (2008) manfaat konsumsi buah dan
yang menetralkan radikal bebas dalam tubuh, antikanker, dan penetralisir kadar kolesterol jahat. Serat dalam sayur dan buah mampu memperbaiki kerja mikroflora usus dan menghambat pertumbuhan baktei jahat. Beberapa dampak yang terjadi jika kurang mengonsumsi buah dan sayur adalah terjadi peningkatan kadar kolesterol darah, gangguan pada penglihatan, penurunan imunitas tubuh, peningkatan resiko terjadinya obesitas dan penyakit kronis lainnya, serta
terjadinya konstipasi. Kelebihan konsumsi buah dan sayur dapat menambah berat kerja ginjal karena tidak dapat mencerna kelebihan asupan.
Menurut WHO, satu porsi sayur adalah satu mangkuk sayur segar atau setengah mangkuk sayur masak dan satu porsi buah adalah satu potongan sedang atau dua potongan kecil atau satu mangkuk buah irisan. Di Indonesia, konsumsi buah yang dianjurkan sebanyak 200-300 gram atau 2-3 porsi sehari dan konsumsi sayur yang dianjurkan dalam bentuk tercampur adalah sebanyak 150-200 gram atau 1-1,5 mangkuk per hari.
2.4 Remaja
Kelompok usia remaja merupakan periode maturasi fisik, emosional, sosial, dan seksual menuju dewasa (Sibagariang, 2010). Remaja merupakan masa transisi antara anak dan dewasa, dimana akan terjadi perubahan hormonal yang signifikan untuk mempercepat proses pertumbuhan dan perkembangan (Achadi, 2007). Masa remaja dimulai pada saat anak perempuan mengalami menarche sedangkan pada anak laki-laki pada saat keluarnya cairan semen (Jafar, 2005). World Health
Organization (WHO) mendefinisikan remaja ke dalam tiga kriteria, yaitu biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi:
1. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali
ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
2. Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan
Secara biologik remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, serta secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda.
Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12 – 24 tahun, sementara menurut BKKBN batasan usia remaja adalah 10 – 21 tahun, sedangkan menurut
Menteri Kesehatan RI tahun 2010 batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah. WHO membagi remaja menjadi tiga kategori, yakni
adolescent antara usia 10-19 tahun, young people antara usia 10-24 tahun, dan
youth antara usia 15-24 tahun.
Remaja dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, yaitu remaja awal/early
adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun),
dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Kliegman, dan Jenson, 2004) dalam Jafar (2005). Pada late adolescent remaja sudah mantap dan stabil, telah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang ditentukan sendiri oleh mereka, serta mampu bersosialisasi dan tidak terlalu egois. Sedangkan menurut Sarwono (2000) terdapat sedikit perbedaan batasan usia pada setiap klasifikasi remaja, yakni remaja awal usia 11-14 tahun, remaja madya usia 15-17 tahun, dan remaja akhir usia 18-20 tahun. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003) :
1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang
dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2. Masa remaja sebagai periode pelatihan untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, serta sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan pada emosi, tubuh, minat dan peran
(menjadi orang dewasa yang mandiri), nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri sebagai usaha untuk
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan karena sulit diatur
dan cenderung berperilaku yang kurang baik.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik karena hanya sesuai dengan
interpretasi diri sendiri.
7. Masa remaja sebagai masa dewasa yang mengalami kebingungan atau
kesulitan dalam usaha untuk meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya
dengan memberikan kesan bahwa mereka sudah dewasa.
Pada perkembangan remaja ditandai dengan ciri seksual primer dan sekunder. Menurut modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002) dalam Jafar (2002) ciri seksual primer pada anak laki-laki adalah jika telah mampu menghasilkan cairan semen dan pada anak perempuan jika telah mengalami menarche. Menurut Sarwono (2011) ciri seksual sekunder pada anak laki-laki ditandai dengan bahu melebar, pinggul menyempit, pertumbuhan rambut pada beberapa area tubuh, kulit menjadi lebih kasar dan tebal, produksi keringat menjadi lebih banyak, sedangkan pada anak perempuan ditandai dengan panggul melebar, payudara membesar, otot membesar dan semakin kuat, suara menjadi penuh dan merdu, pori-pori kulit membesar karena terjadi peningkatan sekresi kelenjar lemak dan kelenjar keringat.
Untuk memenuhi kebutuhan remaja maka diperlukan asupan gizi yang sesuai. Meskipun umumnya asupan pangan kalori dan protein remaja tercukupi, namun beberapa kebutuhan tubuh seperti vitamin dan mineral belum terpenuhi (Arisman, 2002). Masa remaja seringkali diiringi dengan aktivitas fisik yang meningkat sehingga kebutuhan gizi juga akan meningkat, akan tetapi remaja juga selalu melakukan diet yang kurang sehat karena terlalu khawatir dengan
penampilan fisik pada perempuan dan penampilan atletis pada laki-laki (Wulansari, 2009). Banyak remaja yang tidak memahami bahwa pembatasan
asupan makanan akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan normal tubuhnya.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan faktor utama yang mendukung kemajuan suatu negara. United Nations Developments
Programme (UNDP) mengembangkan Human Development Index (HDI) atau
lazim dikenal sebagai Indeks Pengembangan Manusia (IPM) untuk mengklasifikasi kemajuan suatu negara. IPM mengukur pencapaian suatu negara melalui angka harapan hidup, tingkat baca tulis, dan produk domestik bruto. Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 187 negara pada tahun 2013, yaitu pada kelompok menengah dengan skor 0,684 dan masih di bawah rata-rata HDI dunia, yakni sebesar 0,702 (Anonimus, 2014). Angka harapan hidup ini sangat didukung oleh sektor kesehatan.
Dalam visi dan misi Pembangunan Indonesia Sehat 2015, masyarakat diharapkan telah meningkatkan kesadaran akan hidup sehat. Hal dapat tercapai melalui program pembangunan di bidang kesehatan. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan ini dinilai melalui status kesehatan yakni status gizi (Balitbangkes, 2013). Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah konsumsi makanan sehari-hari. Pola konsumsi itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan individu tentang manfaat makan tersebut terhadap kesehatannya.
Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang mendukung kemajuan suatu negara. Masa remaja merupakan masa yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Menurut WHO, remaja adalah masa perkembangan individu saat
pertama kali menunjukkan tanda seksual sekunder sampai masa saat mencapai kematangan seksual. Perkembangan yang dialami meliputi biologik, psikologik,
dan sosiologik. Secara biologik dapat ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang. Batasan usia remaja adalah 12-24 tahun menurut World Health
Organization (WHO) dan 10-19 tahun menurut Badan Koordinasi Keluarga
Konsumsi makanan sehari-hari mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja tersebut. Namun, konsumsi harian remaja tersebut sangat dipengaruhi oleh arus globalisasi sehingga terjadi ketidakseimbangan pola konsumsi yang sehat. Buah dan sayur merupakan bahan pangan yang sering diabaikan remaja untuk dikonsumsi.
Buah dan sayur merupakan sumber bahan pangan yang mengandung
vitamin dan mineral yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi fisiologis tubuh. Umumnya vitamin dan mineral hanya diperlukan dalam jumlah kecil, namun karena vitamin dan mineral tersebut tidak dapat dibentuk sendiri oleh tubuh maka harus didukung dengan suplai bahan makanan yang mengandung vitamin dan mineral secara rutin sesuai kebutuhan.
WHO merekomendasikan konsumsi buah dan sayur pada masa remaja sebesar 400 gram perhari. Di Indonesia, dalam UU Kesehatan no.36 tahun 2009, dianjurkan untuk mengonsumsi 3-5 porsi sayur dan 2-3 porsi buah. Kekurangan konsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi seperti vitamin, mineral, antioksidan dan serat. Keseimbangan asam dan basa tubuh juga terganggu sehingga dapat menghambat petumbuhan dan perkembangan serta menjadi faktor resiko timbulnya penyakit degeneratif pada masa dewasa dan lanjut usia. Kurangnya konsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan kanker gastrointestinal sebanyak 14%, penyakit jantung iskemik sebanyak 11%, dan stroke sebanyak 9% (WHO, 2003). Diperkirakan terdapat 2,8% kematian dari 1% disabilitas yang terjadi akibat rendahnya konsumsi buah dan sayur di seluruh dunia.
Tingkat konsumsi buah dan sayur di Indonesia masih sangat rendah.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), jumlah penduduk diatas 10 tahun yang kurang mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 93,5% dan menurut WHO
rata-rata konsumsi buah dan sayur di Indonesia hanya 2,5 porsi sehari. Penduduk
dikategorikan ‘cukup’ mengonsumsi buah dan sayur apabila mengonsumsi
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) angkatan 2014 karena kelompok mahasiswa tersebut merupakan calon praktisi kesehatan dan telah mempelajari gizi sejak semester pertama perkuliahan sehingga diharapkan pengetahuan yang diperoleh diterapkan dalam pemilihan bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
ditentukan sebagai:”Bagaimanakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Angkatan 2014 di Medan Tahun 2015?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU Angkatan 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pengetahuan gizi mahasiswa FK USU Angkatan 2014. 2. Mengetahui pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU Angkatan
2014.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti.
Menambah wawasan dalam melakukan penelitian dan mendapatkam gambaran konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa FK USU Angkatan 2014.
2. Bagi Mahasiswa.
Meningkatkan kesadaran mahasiswa berkenaan dengan konsumsi buah dan sayur.
3. Bagi Penelitian.
ABSTRAK
Konsumsi buah dan sayur pada remaja masih banyak yang tidak memenuhi anjuran WHO yaitu sebanyak 400 gram sehari. Kekurangan konsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh kekurangan vitamin, mineral, antioksidan dan serat. Selain itu rendahnya konsumsi buah dan sayur pada masa remaja dapat menjadi faktor resiko timbulnya penyakit degeneratif pada masa dewasa dan lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan desain cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 sebanyak 159 orang yang dipilih secara simple random sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner, formulir food recall 24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire.
Hasil penelitian dengan uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan pola konsumsi buah dan sayur dengan nilai p = 0,881 ( = 0,05). Tingkat pengetahuan sebagian besar mahasiswa baik (67,3%) namun pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa hanya sedikit yang memenuhi anjuran (12,6%).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tidak mempengaruhi pola konsumsi remaja.
ABSTRACT
Fruit and vegetables consumption among adolescent was still less than WHO recommendation of 400 gram per day. Lack of fruit and vegetable consumption can lead to body vitamine, mineral, antioxidant, and dietary fiber deficiency. Furthermore low fruit and vegetable consumption in adolescent can lead to various degenerative diseases in adulthood and elder. This study aims to determine the relationship level of knowledge with the fruit and vegetable consumption pattern on Medical School of North Sumatera University students 2014.
This study was a cross sectional analytic design. The sample is student of Medical School of North Sumatera University 2014 as much 159 person elected with simple random sampling method. Data obtained through food recall 24 hour and semiquantitative food frequency questionnaire.
The result with chi squre test showed there was no relationship between level of knowledge with the fruit and vegetable consumption pattern with value of p = 0,881 ( = 0,05). Level of knowledge most of the students is good (67,3%) however consumption pattern on the students only a few that meet the recommendation (12,6%).
From the study result can concluded that level of knowledge does not affect adolescent consumption pattern.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANGKATAN 2014 DI MEDAN TAHUN 2015
OLEH:
RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG 120100317
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANGKATAN 2014 DI MEDAN TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”
OLEH:
RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG 120100317
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Konsumsi buah dan sayur pada remaja masih banyak yang tidak memenuhi anjuran WHO yaitu sebanyak 400 gram sehari. Kekurangan konsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh kekurangan vitamin, mineral, antioksidan dan serat. Selain itu rendahnya konsumsi buah dan sayur pada masa remaja dapat menjadi faktor resiko timbulnya penyakit degeneratif pada masa dewasa dan lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan desain cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 sebanyak 159 orang yang dipilih secara simple random sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner, formulir food recall 24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire.
Hasil penelitian dengan uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan pola konsumsi buah dan sayur dengan nilai p = 0,881 ( = 0,05). Tingkat pengetahuan sebagian besar mahasiswa baik (67,3%) namun pola konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa hanya sedikit yang memenuhi anjuran (12,6%).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tidak mempengaruhi pola konsumsi remaja.
ABSTRACT
Fruit and vegetables consumption among adolescent was still less than WHO recommendation of 400 gram per day. Lack of fruit and vegetable consumption can lead to body vitamine, mineral, antioxidant, and dietary fiber deficiency. Furthermore low fruit and vegetable consumption in adolescent can lead to various degenerative diseases in adulthood and elder. This study aims to determine the relationship level of knowledge with the fruit and vegetable consumption pattern on Medical School of North Sumatera University students 2014.
This study was a cross sectional analytic design. The sample is student of Medical School of North Sumatera University 2014 as much 159 person elected with simple random sampling method. Data obtained through food recall 24 hour and semiquantitative food frequency questionnaire.
The result with chi squre test showed there was no relationship between level of knowledge with the fruit and vegetable consumption pattern with value of p = 0,881 ( = 0,05). Level of knowledge most of the students is good (67,3%) however consumption pattern on the students only a few that meet the recommendation (12,6%).
From the study result can concluded that level of knowledge does not affect adolescent consumption pattern.
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugrah-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 di Medan Tahun 2015”. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini:
1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD, KGEH sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nenni Dwi Aprianti Lubis, S.P., M.Si sebagai dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
3. dr. Zaimah Z. Tala, MS, Sp.GK dan Dr. dr. Dina Keumala Sari, M. Gizi,
Sp.GK sebagai dosen penguji yang telah meberikan kritik dan saran untuk melengkapi karya tulis ilmiah ini.
4. Responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam proses pengambilan data
karya tulis ilmiah ini.
5. Orang tua dan saudara penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi
baik secara moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Teman kelompok bimbingan penulis, Rumiani Manurung dan Rio Siahaan,
yang telah bekerja sama dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini. 7. Sahabat penulis yang telah membantu dan memberikan semangat dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
untuk lebih menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat-Nya kepada kita semua.
Medan, Desember 2015
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN …….……….. ABSTRAK ……….. ABSTRACT ……… KATA PENGANTAR ………... DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ……….. BAB 1 PENDAHULUAN ……….
1.1. Latar Belakang ………
1.2. Rumusan Masalah ………...
1.3. Tujuan Penelitian ………
1.3.1 Tujuan Umum ………
1.3.2 Tujuan Khusus ………
1.4. Manfaat Penelitian ………... 1.4.1 Bagi Peneliti ………... 1.4.2 Bagi Mahasiswa ……….
1.4.3 Bagi Penelitian ………....
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……….
2.1 Pengetahuan ………
2.2 Konsumsi ……… 2.3 Buah dan Sayur ………... 2.4 Remaja ……… BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……..……
3.1 Kerangka Konsep Penelitin ………. 3.2 Definisi Operasional ……… 3.3 Aspek Pengukuran ………... BAB 4 METODE PENELITIAN ………...
4.1 Jenis Penelitian ………
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 4.2.1 Lokasi Penelitian ………
4.2.2 Waktu Penelitian ……… 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ………...
4.3.1 Populasi ………..
4.3.2 Sampel ……… 4.4 Teknik Pengumpulan Data ………... 4.5 Pengolahan dan Analisis Data ……….
4.5.1 Pengolahan Data ……… 4.5.2 Analisis Data ……….. BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….
5.1 Hasil Penelitian ……… 5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………... 5.1.2 Karakteristik Responden ………... 5.1.3 Tingkat Pengetahuan Gizi ……….. 5.1.4 Pola Konsumsi ………... 5.1.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Mahasiswa ………... 5.2 Pembahasan ……… 5.2.1 Tingkat Pengetahuan ……… 5.2.2 Pola Konsumsi ………. 5.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi … BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………..
6.1 Kesimpulan ………..
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 22
5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai
Tingkat Pengetahuan Gizi 23
5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden 24 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin 24
5.5 Distribusi Pola Konsumsi Responden 25
5.6 Distribusi Pola Konsumsi Berdasarkan Jenis Kelamin 25
5.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi