57
DAFTAR PUSTAKA
Siahaan,Marihot Pahala. 2012. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Waluyo,2010. Perpajakan Indonesia, Edisi 10 Buku 1. Penerbit salemba empat. Jakarta.
Suandy,Erly. 2014. Hukum Pajak, Edisi 6. Salemba Empat. Jakarta
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Tentang Ketentuan Umum Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011, Tentang Pajak Parkir.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001, Tentang Pajak Daerah.
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2011, Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.
Keputusan Walikota Medan Nomor 41 Tahun 2011, Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan.
BAB III
PEMBAHASAN MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. DEFINISI PAJAK
Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Para ahli dalam bidang perpajakan memberikan definisi berbeda-beda
mengenai pengertian Pajak. Namun demikian berbagai definisi tersebut
mempunyai maksud dan tujuan yang sama.
Menurut Prof.Dr.H.Rochmat Soemitro, mengatakan Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada dapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Prof.Dr.PJA Andriani, mengatakan Pajak adalah iuran rakyat atau
masyarakat pada Negara yang bisa dipaksakan dan terhutang bagi yang wajib
suatu imbalan yang langsung bisa ditunjuk serta digunakan untuk pembiayaan
yang diperlukan pemerintah.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, dijelaskan bahwa Pajak Daerah adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Daerah dapat dibagi menjadi :
1. Pajak Provinsi meliputi Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air,
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor.
2. Pajak Kabupaten/Kota meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak
Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan.
B. Ketentuan Pajak Parkir
Pajak Parkir merupakan salah satu dari Pajak Daerah yang diatur oleh
Kabupaten/Kota yang dipungut atas penyelenggaraan tempat parkir. Berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir pasal 1
Nomor 10, Pajak Parkir adalah Pajak atas penyelenggarakan tempat parkir di luar
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak
bersifat sementara. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut orang dan barang yang beroda dua atau lebih yang dijalankan dengan
tenaga mesin. Penitipan kendaraan bermotor adalah jasa yang menyediakan tempat
parkir kendaraan bermotor untuk jangka waktu berupa harian, mingguan atau
bulanan.
C. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Parkir
Pemungutan Pajak Parkir di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar
hukum yang jelas dan kuat, sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak
yang terkait. Dasar hukum pemungutan Pajak Parkir pada suatu kabupaten atau
kota adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
4. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur tentang Pajak Parkir.
5. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Parkir sebagai
aturan pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Pajak Parkir pada Kabupaten /
D. Objek dan Subjek Pajak Parkir 1. Objek Pajak Parkir
Pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 pada pasal 3
dinyatakan bahwa, Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir
di luar badan jalan, baik yang di sediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan beermotor. Pengertian di luar badan jalan ialah tempat
parkir tersebut berada di gedung parkir, pelataran parkir, garasi kendaraan
bermotor yang memungut bayaran dan tempat penitipan kendaraan bermotor
yang memungut bayaran. Parkir yang diselenggarakan pada badan jalan tidak
dipungut oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, melainkan dipungut
oleh Dinas Perhubungan. Yang tidak termasuk Objek Pajak Parkir pada ayat
(1) adalah :
a. Penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
b. Penyelenggaran tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan
untuk karyawannya sendiri ; dan
c. Penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negara
asing dan asas timbal balik.
d. Subjek Pajak Parkir
Pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 pada pasal 4,
Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir
menyelenggarakan tempat parkir. Dalam hal ini Parkir diselenggarakan
melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut menjadi wajib Pajak Parkir yang
bertanggung jawab kepada manajemen (penyedia fasilitas), dan dalam hal
pembayaran Pajak Parkir, manajemen (penyedia fasilitas) wajib bertanggung
jawab atas pembayaran Pajak Daerah.
E. Mekanisme Pendaftaran, Pelaporan, dan Pemungutan
Orang Pribadi atau Badan harus memperoleh izin dengan melakukan
pendaftaran sebelum menyelenggarakan usaha seperti tempat parkir. Berdasarkan
keputusan Walikota Medan Nomor 57 Tahun 2011 tentang petunjuk Teknis
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 tahun 2011. Adapun
mekanisme pendaftaran adalah sebagai berikut :
1. Setiap Wajib Pajak Parkir wajib mendaftarkan usahanya atau objek Pajak
Parkir dengan menggunakan Formulir SPOPD kepada Dinas Pendapatan
melalui Bidang Pendataan dan Pendaftaran, paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum kegiatan usaha dimulai, kecuali ditentukan lain.
2. Formulir SPOPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diambil semdiri oleh
Wajib Pajak di Bidang Pendataan dan Pendaftaran.
3. Formulir SPOPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diisi dengan
benar, jelas, lengkap dan ditandatangani oleh Wajib Pajak dengan
melampirkan :
a. Fotocopy identitas diri / penanggung jawab / penerima kuasa (KTP, SIM,
b. Fotocopy Akte pendirian perusahaan;
c. Surat keterangan domisili tempat usaha;
d. Surat izin usaha dari instansi yang berwenang; dan
e. Surat kuasa apabila pemilik / pengelola usaha / penanggung jawab
berhalangan dengan disertai fotocopy KTP, SIM, paspor dari pemberi
usaha.
4. Formulir SPOPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disampaikan ke
Bidang Pendataan dan Pendaftaran, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal
diterima.
5. Wajib Pajak yang telah mendaftarkan usahanya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Dinas menerbitkan :
a. Surat pengukuhan sebagai Wajib Pajak dengan sistem pemungutan pajak
yang dikenakan;
b. Kartu NPWPD;
6. Apabila Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Kepala Dinas mendaftarkan usaha Wajib Pajak dengan
menerbitkan NPWPD secara jabatan.
Setelah Wajib Pajak melakukan Pendaftaran, Wajib Pajak wajib melakukan
pelaporan, adapun mekanisme Pelaporan adalah sebagai berikut :
1. setiap Wajib Pajak Parkir, wajib menerima dan mengisi SPTPD dengan benar,
jelas, lengkap dan ditandatangani oleh Wajib Pajak serta menyampaikannya
2. SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diambil sendiri oleh Wajib
Pajak di Bidang Pendataan dan Pendaftaran.
3. SPTPD berisikan pelaporan atas omzet penerimaan bruto Wajib Pajak atas
penyediaan pelayanan parkir dengan dipungut bayaran, termasuk persewaan
lahan parkir dan jasa penunjang lainnya sebagai kelengkapan fasilitas parkir
yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan.
4. Penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan paling
lama 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.
5. Apabila batas waktu penyampaian SPTPD jatuh pada hari libur, maka batas
waktu penyampaian SPTPD jatuh pada 1 (satu) hari kerja berikutnya.
6. Penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai
lampiran dokumen berupa :
a. Rekapitulasi omzet penerimaan bulan yang bersangkutan.
b. Rekapitulasi penggunaan berikut tindasan karcis parkir atau struk cash
register; dan
c. Bukti setoran pajak yang telah dilakukan (tindasan SSPD).
7. SPTPD dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani oleh Wajib
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak melampirkan keterangan
atau dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
8. Untuk kepentingan pemungutan Pajak Parkir, Dinas mengukuhkan
Setelah Wajib Pajak Parkir melakukan pelaporan, maka Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan akan melakukan Mekanisme Pengenaan/Penetapan dan
Pemungutan kepada Wajib Pajak Parkir berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun mekanisme pengenaan / penetapan dan pemungutan Pajak parkir
adalah sebagai berikut :
1. Pajak Parkir dipungut dengan System Self Assesment yang memberikan
kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang kepada Dinas
Pendapatan.
2. Wajib Pajak dapat menghitung, memperhitungkan dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menggunakan
SPTPD.
Setelah ditetapkan mekanisme pengenaan / penetapan, Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan melakukan mekanisme Pemungutan.
Adapun mekanisme pemungutan adalah sebagai berikut :
1. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala
Dinas atau Pejabat yang ditunjuk dapat menerbitkan :
a. SKPDKB dalam hal :
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak
yang terutang tidak atau kurang bayar ;
2. Apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Dinas dalam
secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran ;
3. Kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan.
4. SKPDKBT, apabila ditemukan data baru dan/atau data yang semula
belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak
yang terutang.
b. SKPDN, apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
2. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1 dan angka 2, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama
24 ( dua puluh empat ) bulan dihitung sejak saat terutang pajak sampai
dengan diterbitkannya SKPDKB.
3. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a angka 3, ditetapkan secara jabatan dengan dikenakan
sanksi administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima
persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak
4. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, dikenakan sanksi administrasi berupa
kenaikan pajak sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan
pajak tersebut.
5. Kenaiikan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tidak dikenakan
apabila wajib pajak melaporkan sendiri kekurangan pajak yang terutang
sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
6. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dapat diterbitkan
sebelum didahului dengan penerbitan SKPDKB sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
7. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diterbitkan lebih
dari 1 ( satu) kali untuk masa pajak atau tahun pajak yang sama sepanjang
ditemukan lagi data yang belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak terutang.
8. Pajak terutang yang ditetapkan secara jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) adalah penetapan besarnya pajak terutang yang
dilakukan oleh Kepala Dinas atau Pejabat yang ditunjuk, berdasarkan data
yang ada atau keterangan lain yang dimiliki Dinas Pendapatan.
9. Penetapan besarnya pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan apabila :
a. Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan
b. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan tetapi
tidak lengkap dan/atau tidak benar;
c. Wajib Pajak tidak mau menunjukkan pembukuan dan/atau menolak
untuk diperiksa dan/atau menolak memberikan keterangan pada saat
dilakukan pemeriksaan
d. Wajib Pajak tidak mau menunjukkan pembukuan dan/atau menolak
untuk diperiksa dan/atau menolak memberikan keterangan pada saat
dilakukan pemeriksaan.
e. Wajib Pajak tidak menggunakan bon penjualan atau bill yang berseri
dan bernomor urut;
f. Wajib Pajak yang wajib melegalisasi bon penjualan atau bill (karcis
parkir), akan tetapi tidak melegalisasinya tanpa ada persetujuan
Kepala Dinas ;dan/atau
g. Wajib Pajak melanggar ketentuan yang diatur dalam Peraturan Kepala
Daerah ini.
10.Sebelum dikenakan perhitungan pajak secara jabatan, petugas pemeriksa
harus terlebih dahulu melakukan prosedur pemeriksaan sesuai ketentuan
peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
11.Penetapan pajak secara jabatan dapat didasarkan pada data omzet yang
diperoleh melalu salah satu atau lebih dari 3 (tiga) cara/metode
pemeriksaan dengan tahapan prioritas sebagai berikut;
b. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lokasi tempat usaha Wajib
Pajak;dan
c. Berdasarkan data pembanding.
12.Pemeriksaan hasil kas opname sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
a. dilakukan sesuai prosedur yang lazim dan dilakukan
sekurang-kurangnya sebanyak 5 (lima) kali kunjungan dengan waktu dan hari yang
berbeda.
13.Hasil kas opname sebagaimana dimaksud pada ayat (5) akan dipakai
sebagai nilai omzet per hari yang merupakan nilai rata-rata dari
keseluruhan penerimaan kas menurut hasil kas opname tersebut.
14.Pemeriksaan berdasarkan hasil pengamatan langsung di lokasi tempat
usaha Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, dilakukan
dengan tindakan penungguan (penggedokan) sekurang-kurangnya
sebanyak 10 (sepuluh) kali sesuai jam operasi balik secara terus menerus
maupun berselang.
15.Berdasarkan hasil pengamatan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(7), omzet/penerimaan ditaksir dan dihitung berdasarkan rata-rata jumlah
kendaraan yang parkir per hari dan rata-rata besarnya pembayaran yang
dilakukan per kendaraan berdasarkan tarif parkir yang ada pada Wajib
Pajak.
16.Pemeriksaan berdasarkan data pembanding sebagaimana dimaksud pada
Wajib Pajak dengan kondisi usaha yang sejenis atau sekelas antara lain
dari fasilitas, kapasitas, klasifikasi, lokasi usaha dan lain-lain secara
proporsional atau kondisi usaha antara tahun atau bulan yang sedang
diperiksa dengan tahun atau bulan sebelumnya.
17.Data pembanding sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dapat diperoleh
berdasarkan data yang ada di Dinas Pendapatan, atau sumber lain yang
dapat dipercaya.
Berdasarkan peraturan Walikota Medan Nomor 57 Tahun 2011 tentang
petunjuk teknis pelaksanaan peraturan daerah kota Medan Nomor 10 Tahun 2011
tentang Pajak Parkir. Pada BAB IV tentang karcis parkir pasal 17 ayat 1 sampai
dengan 4 menyatakan :
1. Setiap wajib Pajak Parkir dalam mencatat transaksi / penerimaan
pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat penyelenggaraan parkir,
wajib menggunakan karcis parkir yang telah diperporasi oleh Dinas
Pendapatan, kecuali ada izin persetujuan dari Kepala Dinas.
2. Karcis Parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuat / dicetak
atas biaya yang ditanggung sendiri oleh wajib pajak atau disediakan Dinas
Pendapatan.
3. Karcis Parkir yang pengadaannya dibuat / dicetak sendiri oleh wajib pajak
sebelum digunakan dalam transaksi / pennerimaan pembayaran, terlebih
4. Pajak yang menggunakan karcis Parkir yang tidak diperporasi oleh Dinas
Pendapatan, dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 400 %
(empat ratus persen) dari dasar pengenaan pajak.
Pada pasal 18 Tata cara penggunaan karcis parkir diatur sebagi berikut :
a. Karcis parkir dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap dengan
atau tanpa warna berbeda dan harus memuat :
a. Catatan tentang kendaraan bermotor roda dua, roda empat, roda
enam dan seterusnya yang memasuki lokasi / tempat parkir ;
1. Nomor urut dan seri ;
2. Nama dan alamat usaha ;
3. Macam, jenis kuantum, biaya parkir per kendaraan ;
4. Jumlah pajak parkir yang harus dipungut.
b. Karcis Parkir harus digunakan secara berurutan dimulai dari nomor
terkecil dan seri huruf menurut alpabet.
c. Karcis Parkir harus diserahkan kepada subjek pajak pada saat wajib
pajak mengajukan jumlah yang harus dibayar oleh subjek pajak.
d. Karcis Parkir yang telah dibayar oleh subjek pajak atau konsumen,
diserahkan :
1. Lembar kesatu, untuk subjek pajak atau konsumen ;
2. Lembar kedua, untuk Dinas Pendapatan ;
3. Lembar ketiga, untuk wajib pajak yang bersangkutan.
1. Dasar Pengenaan Pajak Parkir
Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir. Dalam hal parkir
diselenggarakan sendiri, dasar pengenaan sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
dihitung dengan memperhitungkan jenis tarif, area parkir, waktu dan jumlah
kendaraan. Pembayaran parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jenis
tarif sewa parkir yang meliputi tarif tetap, progresif, vallet dan parkir area khusu
(insidentil). Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk potongan harga parkir dan parkir Cuma-Cuma yang diberikan kepada
penerima jasa parkir.
2. Tarif Pajak Parkir
Tarif Pajak Parkir ditetapkan sebagai berikut :
a. Penyelenggara tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada
penerima jasa parkir dengan menggunakan tarif sewa parkir tetap
dikenakan tarif sebesar 20 % (dua puluh persen) dari pembayaran ;
b. Penyelenggara tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada
penerima jasa parkir dengan menggunakan tarif sewa parkir progresif
dikenakan pajak parkir sebesar 25 % (dua puluh lima persen) dari
pembayaran ; dan
c. Penyelenggara tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada
penerima jasa parkir dengan menggunakan tarif sewa parkir vallet
3. Cara Perhitungan Pajak Parkir
Cara perhitungan Pajak Parkir :
1. Roda empat
a. Untuk parkir tetap tarif dasar maksimal adalah sebesar Rp 2.000 ;
b. Untuk parkir progresif, tarif dasar maksimal adalah sebesar Rp 2.000
untuk lima jam pertama, dan penambahan sebesar Rp 1.000 per satu
jam berikutnya ;
c. Untuk parkir vallet tarif dasar maksimal sebesar Rp 25.000
2. Roda dua tarif dasar tetap maksimal sebesar Rp 1.000
3. Tidak dibedakan tarif parkir pada hari-hari tertentu
Cara perhitungan besarnya Pajak Parkir yang terutang :
Besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif Pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum
perhitungan pajak parkir adalah sesuai dengan rumus berikut :
Contoh Perhitungan Pajak Parkir yang terutang :
Dany memiliki sebuah swalayan besar di kota Medan, swalayan tersebut
memiliki area parkir yang di komersilkan (setiap kendaraan di pungut bayaran), Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
selama 1 bulan mendapat penghasilan dari parkir pengunjungnya sebesar Rp
4.000.000 (empat juta rupiah). Berapakah Pajak Parkir yang harus dibayar dany
untuk bulan tersebut?
Jawab :
Pajak yang harus dibayar adalah = 20% x Rp 4.000.000
= Rp 800.000
Jadi, Pajak Parkir sebesar Rp 800.000 (delapan ratus ribu rupiah)
disetorkan kepada Dinas Pendapatan Daerah kota Medan. Penyetoran Pajak
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI A. Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan
Setiap pekerjaan pasti memiliki suatu proses atau mekanisme untuk
mencapai hasil yang direncanakan. Begitu pula dalam melakukan pengenaan dan
pemungutan pada Pajak Parkir. Berdasarkan data yang di dapat Penulis pada Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan Pada Peraturan Walikota Medan Nomor 57
Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Kota Medan Nomor
10 Tahun 2011 pada Pasal 6 menyatakan bahwa :
3. Pajak Parkir dipungut dengan System Self Assesment yang memberikan
kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang kepada Dinas Pendapatan.
4. Wajib Pajak dapat menghitung, memperhitungkan dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menggunakan SPTPD.
5. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala Dinas
atau Pejabat yang ditunjuk dapat menerbitkan :
c. SKPDKB dalam hal :
5. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang
terutang tidak atau kurang bayar ;
6. Apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Dinas dalam jangka
waktu 15 (lima belas) hari sejak diterima dan setelah ditegur secara
7. Kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung
secara jabatan.
d. SKPDKBT, apabila ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
e. SKPDN, apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
6. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a angka 1 dan angka 2, dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 ( dua puluh empat ) bulan
dihitung sejak saat terutang pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB.
7. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a angka 3, ditetapkan secara jabatan dengan dikenakan sanksi administrasi
berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima persen) sebulan dihitung dari
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan
diterbitkannya SKPDKB.
8. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan pajak
sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
9. Kenaikan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tidak dikenakan apabila
sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
10.SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dapat diterbitkan sebelum
didahului dengan penerbitan SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
11.SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diterbitkan lebih dari 1 (
satu) kali untuk masa pajak atau tahun pajak yang sama sepanjang ditemukan lagi
data yang belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak
terutang.
12.Pajak terutang yang ditetapkan secara jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (3) adalah penetapan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh Kepala
Dinas atau Pejabat yang ditunjuk, berdasarkan data yang ada atau keterangan lain
yang dimiliki Dinas Pendapatan.
13.Penetapan besarnya pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan apabila :
h. Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan omzet
usahanya;
i. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan tetapi tidak
lengkap dan/atau tidak benar;
j. Wajib Pajak tidak mau menunjukkan pembukuan dan/atau menolak untuk
diperiksa dan/atau menolak memberikan keterangan pada saat dilakukan
pemeriksaan.
k. Wajib Pajak tidak menggunakan bon penjualan atau bill yang berseri dan
l. Wajib Pajak yang wajib melegalisasi bon penjualan atau bill (karcis parkir),
akan tetapi tidak melegalisasinya tanpa ada persetujuan Kepala Dinas
;dan/atau
m. Wajib Pajak melanggar ketentuan yang diatur dalam Peraturan Kepala Daerah
ini.
14.Sebelum dikenakan perhitungan pajak secara jabatan, petugas pemeriksa harus
terlebih dahulu melakukan prosedur pemeriksaan sesuai ketentuan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
15.Penetapan pajak secara jabatan dapat didasarkan pada data omzet yang diperoleh
melalu salah satu atau lebih dari 3 (tiga) cara/metode pemeriksaan dengan tahapan
prioritas sebagai berikut;
d. Berdasarkan hasil kas opname;
e. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lokasi tempat usaha Wajib
Pajak;dan
f. Berdasarkan data pembanding.
16.Pemeriksaan hasil kas opname sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a.
dilakukan sesuai prosedur yang lazim dan dilakukan sekurang-kurangnya
sebanyak 5 (lima) kali kunjungan dengan waktu dan hari yang berbeda.
17.Hasil kas opname sebagaimana dimaksud pada ayat (5) akan dipakai sebagai nilai
omzet per hari yang merupakan nilai rata-rata dari keseluruhan penerimaan kas
menurut hasil kas opname tersebut.
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, dilakukan dengan tindakan
penungguan (penggedokan) sekurang-kurangnya sebanyak 10 (sepuluh) kali
sesuai jam operasi balik secara terus menerus maupun berselang.
19.Berdasarkan hasil pengamatan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
omzet/penerimaan ditaksir dan dihitung berdasarkan rata-rata jumlah kendaraan
yang parkir per hari dan rata-rata besarnya pembayaran yang dilakukan per
kendaraan berdasarkan tarif parkir yang ada pada Wajib Pajak.
20.Pemeriksaan berdasarkan data pembanding sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf c, dilakukan dengan cara membandingkan kondisi usaha Wajib Pajak
dengan kondisi usaha yang sejenis atau sekelas antara lain dari fasilitas, kapasitas,
klasifikasi, lokasi usaha dan lain-lain secara proporsional atau kondisi usaha antara
tahun atau bulan yang sedang diperiksa dengan tahun atau bulan sebelumnya.
21.Data pembanding sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dapat diperoleh
berdasarkan data yang ada di Dinas Pendapatan, atau sumber lain yang dapat
dipercaya.
Berdasarkan Penjelasan yang sudah diuraikan diatas dapat di analisis
bahwa mekansisme pengenaan dan pemungutan harus dilakukan dengan teratur,
menyeluruh serta harus berurutan. Hal ini agar mekanisme berjalan dengan lancar dan
tepat.
B. Analisa Kendala yang Dihadapi
Berdasarkan proses pemungutan Pajak Parkir yang dilakukan oleh Dinas
1. Adanya keterlambatan Wajib Pajak dalam pengisian Surat Pemberitahuan
(SPT) pada Pajak Parkir.
2. Terlambatnya setoran Pajak Parkir atau pembayaran Pajak Parkir.
3. Masih kurangnya kesadaran Wajib Pajak Parkir dalam melunasi kewajiban
membayar Pajak Parkir. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum
sepenuhnya menyadari bahwa pajak tersebut digunakan untuk kepentingan
pembangunan daerahnya sendiri.
4. Memungut pembayaran Parkir di pelataran Parkir di luar tarif yang telah
ditentukan.
5. Melakukan kegiatan Parkir kendaraan di tempat parkir tanpa izin Kepala
Daerah.
6. Wajib Pajak belum sepenuhnya mengerti bahwa parkir di luar badan jalan
dengan parkir memakai badan jalan adalah berbeda. Parkir di luar badan jalan
Pajaknya di laporkan kepada Dinas Pendapatan Daerah, sedangkan Parkir
memakai badan jalan, Pajaknya di laporkan kepada Dinas Perhubungan.
C. Upaya Penyelesaian Kendala
Adapun upaya penyelesaian yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan, yaitu :
1. Meningkatkan setoran pajak parkir dari setoran yang lama.
2. Menuangkan temuan dilapangan sesuai dengan hasil verifikasi.
3. Melakukan sosialisasi atas Peraturan Daerah mengenai Pajak Parkir kepada
langsung yaitu dengan mendatangi wajib pajak yang belum melunasi
pajaknya, juga secara tidak langsung yaitu dengan memasang
spanduk-spanduk, memasang billboard, yang isinya menghimbau masyarakat untuk
membayar pajak daerah, dalam hal ini Pajak Parkir.
4. Melakukan pemeriksaan ke lapangan atas pemungutan pembayaran parkir di
pelataran parkir diluar tarif yang telah ditentukan.
5. Melakukan pemeriksaan ke lapangan atas kegiatan parkir kendaraan di tempat
parkir tanpa izin Kepala Daerah di tindak lanjut.
6. Melakukan penjelasan bahwa Pajak Parkir yang di pungut oleh Dinas
Pendapatan Daerah adalah parkir di luar badan jalan seperti parkir pada pusat
perbelanjaan, Rumah sakit, bandara dan lain-lain. Sedangkan Pajak Parkir
yang di pungut oleh Dinas Perhubungan adalah parkir yang menggunakan
badan jalan seperti, parkir yang di pungut bayaran di pinggir jalan.
D. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Parkir
Dalam penetapan Pajak Parkir, Pemerintahan Daerah menetapkan target
yang hendak dicapai. Agar lebih jelasnya, penulis akan menggambarkan
penerimaan Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan Kota Medan dapat dilihat pada
Target dan Realisasi Pajak Parkir
TAHUN TARGET (Rp) REALISASI (Rp) PERSENTASE(%)
2011 Rp 11.216.150.000 Rp 5.884.401.086 52.46 %
2012 Rp 16.000.000.000 Rp 6.838.441.855 42.74 %
2013 Rp 10.000.000.000 Rp 7.340.782.715 73.41 %
2014 Rp 10.000.000.000 Rp 8.296.753.514 82.97 %
2015 Rp 11.000.000.000 Rp 12.410.898.289 112.83 %
Sumber data dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Pada tahun 2011 target yang ditetapkan adalah sebesar Rp 11.216.150.000
namun kenyataan dilapangan realisasi penerimaan hanya mencapai target sebesar
Rp 5.884.401.086 dengan persentase 52,46 %. Pada tahun 2012 target yang
ditetapkan sebesar Rp 16.000.000.000 namun kenyataan di lapangan realisasi
penerimaan hanya mencapai target sebesar Rp 6.838.441.855 dengan persentase
42,74 %. Pada tahun 2013 target yang ditetapkan lebih sedikit dibanding tahun
2012 yaitu sebesar Rp 10.000.000.000 namun kenyataan di lapangan realisasi
penerimaan hanya mencapai target sebesar Rp 7.340.782.715 dengan persentase
73.41 %. Pada tahun 2014 target penerimaan sama dengan tahun sebelumnya yaitu
sebesar Rp 10.000.000.000 namun kenyataan di lapangan realisasi penerimaan
hanya mencapai target sebesar Rp 8.296.753.514 dengan persentase 82,97 %. Pada
11.000.000.000 dan realisasi penerimaan berhasil melewati target yaitu sebesar Rp
12.410.898.289 dengan persentase 112,83 %.
Tidak tercapainya target penerimaan Pajak Parkir pada tahun 2011, 2012,
2013, dan 2014 dikarenakan kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam membayar
Pajak terutangnya, dalam hal ini Wajib Pajak juga cenderung menunda-nunda
pembayaran ataupun cenderung menghindari pembayaran pajak. Namun di
samping itu juga dapat disebabkan karena berkurangnya efektivitas petugas Pajak
untuk lebih memaksimalkan kinerja dalam hal pemungutan Pajak Parkir,
Berdasarkan tabel diatas, target dan realisasi penerimaan Pajak Parkir selama 5
tahun, hanya pada Tahun 2015 target dan realisasi dapat tercapai. Namun
selebihnya tidak mencapai target dan realisasi penerimaan Pajak Parkir.
Melalui upaya-upaya yang telah dan sedang dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Kota Medan, diharapkan untuk tahun-tahun berikutnya realisasi
penerimaan Pajak Parkir dapat mencapai ataupun melebihi target penerimaan
Pajak Parkir yang telah ditetapkan. Dengan adanya peningkatan tersebut, maka
akan meningkatkan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak, sehingga dapat
mendukung pelaksanaan pembangunan di daerah.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya komitmen dan kerjasama antara
petugas dengan masyarakat yang menjadi wajib pajak. Dengan cara meningkatkan
setoran pajak dari setoran yang lama, melaksanakan pembayaran sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan dan menuangkan temuan yang ada dilapangan sesuai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Sebagai Hasil Akhir penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis akan
memaparkan beberapa kesimpulan berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis
bahas di bab-bab sebelumnya mengenai Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan
Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Beberapa kesimpulan
yang dapat diuraikan penulis adalah sebagai berikut :
1. Pajak Parkir adalah Pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor. Tarif Pajak Parkir dikenakan atas jumlah penerimaan
penyelenggaraan parkir yang berasal dari pembayaran atau yang seharusnya
dibayar untuk pemakaian tempat parkir sebagaimana ditetapkan dalam Harga
Tanda Parkir (HTP).
2. Selama 5 (lima) tahun anggaran yaitu anggaran 2011 sampai dengan 2014
tidak memenuhi target dan realisasi penerimaan Pajak Parkir, namun
anggaran pada tahun 2015 telah memenuhi bahkan melewati target dan
realisasi penerimaan Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan.
3. Dalam pencapaian target penerimaan Pajak Parkir terdapat beberapa faktor
55
melunasi kewajiban membayar Pajak Parkir dan melakukan kegiatan parkir
kendaraan ditempat parkir tanpa izin Kepala Daerah.
4. Wajib Pajak masih belum memahami Pajak Parkir yang di pungut Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan dengan Retribusi Parkir yang di pungut oleh
Dinas Perhubungan.
5. Untuk meningkatkan penerimaan Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan, di perlukan komitmen dan kerjasama antara petugas pajak
dengan wajib pajak untuk meningkatkan setoran pajak dari setoran yang
lama, melaksanakan pembayaran sesuai dengan waktu dan menuangkan
temuan yang ada di lapangan sesuai dengan hasil verifikasi agar tujuan yang
ingin dicapai oleh pemerintah daerah dapat terlaksana sesuai dengan yang
telah direncanakan.
B. Saran
Agar pelaksanaan pemungutan terhadap Pajak Parkir di Kota Medan dapat
dilaksanakan dengan baik, dan memperoleh hasil yang optimal. Adapun
saran-saran yang dapat disampaikan yaitu :
1. Diharapkan bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan penyelenggara
parkir sebagai mitranya dapat memaksimalkan kerja agar dapat meminimalkan
kendala-kendala di lapangan yang sering terjadi.
2. Dalam menetapkan target Pajak Parkir pada tahun-tahun yang akan tercapai,
hendaknya benar-benar melihat atau meninjau kondisi di lapangan. Sejauh
56
3. Perlu diadakan penyuluhan baik langsung maupun tidak langsung kepada
masyarakat mengenai perpajakan, khusunya Pajak Daerah yang dilakukan
secara teratur dan memberikan kemudahan dalam pengurusan perolehan izin
Pajak Parkir kepada wajib pajak.
4. Adanya peningkatan terhadap penyelenggara perparkiran, dengan memberikan
21
i BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Dinas pendapatan daerah kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang
kecil yaitu sub-bagian penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya
mengelola bidang penerimaan / pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu
potensi pajak maupun retribusi daerah di kota Medan belum begitu banyak, maka
dalam sub-bagian penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan.
Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan
penduduk serta potensi pajak/retribusi daerah kota Medan, sub-bagian tersebut di
atas ditingkatkan menjadi bagian dengan nama bagian IX yang tugas pokoknya
mengelola penerimaan dan pendapatan daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari
beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan daerah.
Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri dalam Negeri Nomor :
KUPD-7, tahun 1978, tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, maka
pemerintah kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor12 Tahun 1978
tentang struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan
sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri. Struktur Organisasi Dinas
Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri
Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan wajib
pajak/retribusi daerah, struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk
dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut
perlu dirubah secara fungsional.
Dengan keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 973-442, tahun1988,
tanggal 26 mei 1988 tentang sistem dan prosedur perpajakan/retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/Kota
dan Surat Edaran Menteri dalam Negeri 061/1861/PUOD, tanggal 2 mei 1988
tentang Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi
dan Tata kerja Dinas Pendaapatan Kotamadya Daerah TK.II Medan.
Dalam perkembangan selanjutnya dengan keputusan Menteri Dalam
Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000, tentang Pedoman susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah
Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas daerah
dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam
Peraturan daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001,sehingga Peraturan Daerah
Kotamadya Daerah TK II Medan Nomor 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku
dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor 25 Tahun 2002 tentang Susunan
Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Sebagai unsur pelaksana
Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan pajak, retribusi daerah dan
Dinas Pendapatan Daerah di pimpin oleh seorang kepala Dinas yang
berada dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah,
terdiri dari 1(satu). Bagian Tata Usaha dengan 4(empat) sub bagian dan 5(lima)
sub dinas dengan masing-masing 4(empat) seksi kelompok jabatan fungsional.
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan
aktifitasnya, kantor dinas pendapatan daerah kota Medan telah membuat struktur
organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan
yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya hubungan
yang baik antara pimpinandengan bawahan.
Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan Kota
Medan dan untuk pencapaian tujuanmaka diadakan pembagian tugas dan fungsi
masing-masing sehingga memudahkan mengawasi pekerjaan. Dengan adanya
pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan memberikan
penjelasan tentang batas-batas wewenang dan tanggung jawab.
Struktur organisasi yang digunakan untuk Dinas Pendapatan Kota Medan
adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan sistem
koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana pihak
bawahan bertanggung jawab kepada pimpinan atas pekerjaan yang diberikan
kepadanya. Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
berdasarkan keputusan Walikota Medan Nomor 1 tahun 2010, pasal 2 tentang
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari :
Ketentuan Umum
Dalam Peraturan Walikota yang dimaksud yaitu :
a. Daerah adalah Kota Medan
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan
c. Walikota adalah Walikota Medan
d. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan
e. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan
f. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.
g. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsur pelaksana teknis pada Dinas
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
h. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang
tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai
kebutuhan daerah.
Organisasi 1. Dinas
2. Sekretariat, membawakan :
a. Sub Bagian Umum
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Penyusunan Program
3. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan :
b. Seksi Pemeriksaan
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
4. Bidang Penagihan, membawahkan :
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan :
a. Seksi Pengembangan Pajak
b. Seksi Pengembangan Retribusi
c. Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
8. Kelompok Jabatan Fungsional
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
1. Dinas
Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota
melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang
pendapatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi
umum, keuangan dan penyusunan program. Adapun fungsi sekretariat adalah
sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan.
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.
c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, ketatalaksanaan.
e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas.
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Bagian Sekretariat terdiri dari beberapa sub dan tugas-tugas pokok, yaitu :
a) Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Umum mempunyai tugas
dan fungsi :
1. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Sekretariat lingkup administrasi umum.
2. Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolahan administrasi
umum
c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata
naskah Dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan
d. Pengelolaan administrasi keuangan
e. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan tugas.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
b) Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh kepala Sub Bagian, yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Keuangan mempunyai Tugas dan fungsi :
1. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.
2. Dalam melaksanakn tugas pokok, Sub Bagian Keuangan
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, porgram, dan kegiatan Sub Bagian
Keuangan
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi
keuangan
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan
administrasi keuangan
e. Penyusnunan laporan keuangan Dinas
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas
h. Pelaksanaan tugas lain dan diberikan oleh sekretaris sesuai
dengan tugas dan fungsinya
c) Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub
Bagian, yang berada dan tanggung jawab kepada Sekretaris.
Untuk melaksanakan tugas, Sub Bagian Penyusunan Program
mempunyai tugas dan fungsi :
1. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup penyusunan program
dan pelaporan
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Penyusunan Program
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian
Penyusunan Program
b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana
c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program dinas
d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai
dengan dan fungsinya.
3. Sub Bidang Pendataan dan Penetapan
Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :
a. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup Pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan,
dan pengelolaan data informasi.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan Penetapan
menyelenggarakan fungsi :
1) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang pendataan dan
penetapan.
2) Penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan, pendaftaran,
pemeriksaan penetapan, pengolahan data dan informasi.
3) Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib
retribusi dan pendapatan daerah lainnya
Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD),
hasil pemeriksaan dari instansi yang terkait.
5) Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya.
6) Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dan Wajib Retribusi.
7) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan
dan penetapan.
8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Adapun Bidang Pendataan dan Pendaftaran terdiri dari beberapa seksi dan
tugas-tugas pokok, yaitu :
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
bidang pendataan dan penetapan lingkup pendataan dan
pendaftaran.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pendataan dan
Pendaftaran menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi Pendataan dan
Pendaftaran
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Pendataan dan
c. Pelaksanaan Pendataan Objek Pajak Daerah / Retribusi Daerah
dan Pendataan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi
Daerah (SPTRD)
d. Pelaksanaan Pendaftaran Wajib Pajak / Retribusi Daerah
formulir Pendaftaran
e. Penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib
Pajak Daerah / Wajib Retribusi Daerah serta penyimpanan
surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan
pendaftaran dan pendataan
b. Seksi Pemeriksaan
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok sebagian bidan pendataan dan
penetapan lngkup pemeriksaan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi pemeriksaan berfungsi :
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi pemeriksaan
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan
c. Penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa / tim
pemeriksa
d. Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan
subjek pajak
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
c. Seksi Penetapan
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
bidang pendataan dan penetapan pokok pajak daerah/pokok
retribusi daerah.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi penetapan
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi penetapan
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan
c. Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak
daerah / pokok retribusi daerah
d. Penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan
arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan
dengan penetapan
e. Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran /
penyetoran atas permohonan wajib pajak
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan tugas
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
bidang pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi pengolahan data dan
informasi menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi data dan
informasi
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan
informasi
c. Pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah /
retribusi daerah
d. Penuangan hasil pengolahan data dan informasi data kedalam
kartu data
e. Pengiriman kartu data kepada seksi penetapan
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan tugas
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
1) Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan,
dan restitusi.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas dan
fungsi yaitu :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan.
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan,
perhitungan, pertimbangan dan restitusi.
c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah
dan pendapatan daerah lainnya.
d. Pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya.
e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.
f. Pelaksanaan telaan dan saran pertimbngan terhadap keberatan wajib pajak
atas permohonan wajib pajak.
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
penagihan.
h. Pelaksanaan tugas lan yang diberikan oleh kepada Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok,
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas bidang penagihan lingkup pembukuan
dan verifikasi.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi pembukuan dan verifikasi
menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan
penerimaan pajak daerah / retribusi daerah dan penetapan daerah
lainnya
b. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan
pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil
pungutan benda berharga kedalam kartu persediaan benda berharga
c. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan
tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya
d. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan,
pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
1. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok
melaksanakan tugas bidang penagihan dan perhitungan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi penagihan dan perhitungan
a. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan penagihan atas tunggakan
pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah
b. Penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan
penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang
berkaitan dengan penagihan.
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
1. Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas bidang penagihan lingkup pertimbangan
dan restitusi.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi pertimbangan dan restitusi
menyelenggarakan fungsi :
a. Penerimaan permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib
pajak
b. Penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah / retribusi daerah
yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuaan
c. Penyiapan surat keputusan Kepala Dinas tentang pemberian
restitusi dan atau pemindahbukuan
d. Penerimaan surat keberatan dari wajib pajak / retribusi
e. Penelitian keberatan dari wajib pajak / wajib retribusi
f. Pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak / wajib
retribusi
Dinas tentang persetujuan atau penolakan atas keberatan
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Bagi Hasl Pendapatan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu :
1. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan
bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok bidang bagi hasil pendapatan
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program, kegiatan bidang bagi hasil pendapatan.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan
pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian
pendapatan.
c. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak,
DAU, DAK,dan lain-lain pendapatan yang sah.
d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan
bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/ bukan
pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/ bukan pajak pusat, DAU, DAK,
f. Pelaksanaan pengkajian peraturan perundang-undangan dan pengkajian
hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan lain-lain
pendapatan yang sah.
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi
hasil pendapatan.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok,
yaitu :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
bagi hasil pendapatan lingkup bagi hasil pajak.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi bagi hasil pajak
menyelenggarakan fungsi :
a. Penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak ( DHPP) /
Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan
Bangunan
b. Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan
c. Pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya,
membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak
penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya
kepada Kantor Pelayanan PBB
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
hasil pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok seksi bagi hasil bukan pajak
menyelenggarakan fungsi, yaitu pelaksanaan perhitungan dan
penerimaan dana bagi hasil pajak provinsi, dana bagi hasil bukan pajak
pusat, DAU, DAK, dan lain-lain bukan pendapatan yang sah.
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
bagi hasil pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi penatausahaan bagi hasil
menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan
Bangunan
b. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak,
DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
bagi hasil pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi peraturan
perundang-undangan dan pengkajian pendapatan menyelenggarakan fungsi, yaitu
penyiapan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait
tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian
atas penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain
pendapatan yang sah.
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
Bidang pengembangan pendapatan daerah dipimpin oleh Kepala Bidang,
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang pengembangan pendapatan daerah mempunyai tugas pokok dan
fungsi, yaitu :
1. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi
dan pendapatan lain-lain.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok bidang pengembangan pendapatan daerah
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang pengembangan
pendapatan daerah.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi
dan pendapatan lain-lain.
c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan
d. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pengembangan pendapatan daerah.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi beserta tugas-tugas pokok,
yaitu :
a. Seksi Pengembangan Pajak
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan pajak.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi pengembangan pajak
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan
daerah dibidang pajak daerah
b. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi
pajak.
b. Seksi Pengembangan Retribusi
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan retribusi.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi pengembangan retribusi
a. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan
daerah dibidang retribusi daerah
b. Penyiapan bahan dan data pengkajian penegembangan potensi
retribusi daerah
c. Pelaksanaan tugas lain yaitu bahan dan data pengkajian
pengembangan potensi retribusi daerah.
c. Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain
1. Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
pengembangan pendapatan lain-lain.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi pengembangan pendapatan
lain-lain menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan
daerah dibidang pendapatan lain-lain
b. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi
pendapatan lain-lain.
7. Unit Pelaksana Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi unit pelaksanaan
teknis ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan Walikota.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang
diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2. Setiap kelompok jabatan fungsional, dipimpin oleh tenaga fungsional senior
yang ditunjuk.
3. Jumlah tenaga fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan perundang-undangan.
D. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Visi Dispenda Medan yaitu “Terwujudnya Pendapatan Daerah Sebagai
Andalan Pembiayaan Pembangunan Daerah”
Sedangkan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, yaitu :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap sumber dan pengelola pendapatan
daerah.
b. Meningkatkan sarana dan prasarana dinas.
c. Intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan objek pajak.
Tabel 1.1
Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan 2016
NO JENIS BIDANG JUMLAH
1
Pegawai Negeri Sipil
(PNS)
Sekretariat 68
Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah
28
Bidang Penagihan 27
Bidang Pendataan &
Penetapan (DATAP)
81
Bidang Bagi Hasil
Pendapatan (BHP)
82
Unit Pelaksana Teknis
(UPT)
77
2 Pegawai Honor
Diperbantukan Dari
Kantor Walikota
46
Dinas Pendapatan Kota
Medan
28
Penempatan Bidang BHP 35
TNI Yang Dikaryakan 1
3 Pegawai UPT
UPT I 47
UPT III 58
UPT IV 49
UPT V 51
UPT VI 47
UPT VII 43
TOTAL
KESELURUHAN
834 Orang
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Keterangan :
PNS di UPT : I. 14 Orang IV. 9 Orang VII. 6 Orang
II. 11 Orang V. 8 Orang
Tabel 2.2
Jumlah PNS / Non PNS Berdasarkan Golongan
NO Jumlah PNS Berdasarkan Golongan dan Jumlah Non PNS
1 Golongan IV 10
2 Golongan III 307
3 Golongan II 44
4 Golongan I 1
Jumlah PNS 362
5 Non PNS 442
JUMLAH 804
i BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Pajak merupakan sumber penerimaan terpenting di Indonesia. Oleh karena itu
Pemerintah selalu mengupayakan bagaimana cara meningkatkan penerimaan Pajak.
Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas
pembangunan, ekonomi, dan pendidikan. Sehingga Negara Indonesia dapat bersaing
dengan Negara lain. Namun untuk mewujudkan hal ini sangatlah membutuhkan
sumber dana yang besar. Salah satu sumber dana tersebut berasal dari masyarakat
dengan membayar Pajaknya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Pajak adalah kontribusi
wajib kpeada Negara yang terutang oleh Orang pribadi atau Badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Untuk mewujudkan suatu kemandirian Negara dalam hal pembiayaan
pembangunan yaitu dengan cara menggali sumber-sumber dana yang berasal dari
dalam Negeri berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak memiliki peran
penting sebagai suatu sumber penerimaan utama Negara, baik untuk penerimaan oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Berdasarkan pelaku pemungutannya,
pajak dibedakan atas dua yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat yang di
11
dan Pajak pertambahan nilai. Pajak Daerah di pungut oleh Pemerintah Daerah itu
sendiri. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, maka Pemerintah Daerah diberikan wewenang dan
tanggung jawab untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri melalui sistem
otonomi daerah.
Daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan keuangan
untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan
keuangan sendiri untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerahnya,
sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah harus menjadi sumber keuangan terbesar. Sumber Pendapatan Daerah
terdiri dari : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman
Daerah, lain-lain Penerimaan Daerah yang sah. Pajak Daerah adalah kontribusi
wajib kepada Daerah otonom (daerah) yang terutang oleh orang pribadi atau
Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pemberlakuan Pajak Daerah dan Retribusi Daearh sebagai sumber
penerimaan daearah pada dasarnya tidak hanya menjadi urusan Pemerintah daerah,
tetapi juga berkaitan dengan masyarakat. Setiap orang pribadi atau Badan yang
menikmati jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus membayar Pajak
Daerah yang terutang. Salah satu Lembaga yang berperan aktif dalam mengelola
12
i
Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
urusan Pemerintah daerah dibidang Pendapatan Daerah be