commit to user
i
ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI
PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT
KETENTUAN PASAL 30 UNDANG-UNDANG DASAR
REPUBLIK INDONESIA 1945
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Derajat Sarjana SI dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
FITRIANTI
NIM.E0006130
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi )
ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI
PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT
KETENTUAN PASAL 30 UNDANG UNDANG DASAR
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Oleh:
FITRIANTI
NIM.E0006130
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Oktober 2010
Dosen Pembimbing I
Aminah S.H,M.H
NIP.19510531981032001
Dosen Pembimbing II
Isharyanto S.H, M. Hum
NIP.197805012003121002
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
ANALISIS WEWENANG DEPARTEMEN PERTAHANAN SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT
UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945
Penulisan Hukum (Skripsi) Oleh
FITRIANTI NIM.E0006130
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari :
Tanggal : Juli 2011
DEWAN PENGUJI
1. Jadmiko Anom H, S.H., M.H.
Ketua : ...
2. Aminah, S.H., M.H.
Sekretaris : ...
3. Isharyanto, S.H.,M.Hum.
Anggota : ...
Mengetahui Dekan,
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : FITRIANTI
Nim : E0006130
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI
PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN MENURUT KETENTUAN
PASAL 30 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
adalah betul - betul karya sendiri. Hal - hal yang bukan karya saya dalam
penulisan hukum (skripsi) diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)
dan gelar sarjana yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi ) ini.
Surakarta, Oktober 2010
Yang membuat pernyataan
FITRIANTI
commit to user
v
ABSTRAK
FITRIANTI. E0006130. 2010. ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT KETENTUAN PASAL 30 UNDANG UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah kebijakan Kementerian Pertahanan dalam melaksanakan fungsi pertahanan negara dalam melaksanakan fungsi pertahanan negara, fakta hukum,arah kebijakan, dan realisasi pertahanan negara sebagai amanah konstitusi negara republik indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang bersifat preskriptif, untuk menemukan hukum atau norma yang dilaksanakan dari amanah Undang - Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjalankan fungsi pertahanan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data kepustakaan. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Analisis data yang dilaksanakan dengan intrepretasi terhadap kebijakan - kebijakan yang dilaksanakan dalam bidang pertahanan untuk mengetahui arah kebijakan dalam pelaksanaan fungsi pertahanan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, pertama salah satu kebijakan kementerian pertahanan adalah remunerasi yang mengarahkan kebijakan tersebut untuk menigkatkan kinerja Tentara Nasional Indonesia sebagai alat negara dalam bidang pertahanan dengan konsekuensi Tentara Nasional Indonesia bekerja secara maksimal untuk meningkatkan pertahanan negara, memberi motivasi kerja yang profesional. Arah kebijakan kedua, kebijakan reformasi tentara yang mengarahkan profesionalisme tentara. Arah kebijakan ketiga, kebijakan diplomasi yang mengarahkan diplomasi lunak. Arah kebijakan keempat, kebijakan pasukan perdamaian sebagai konsekuensi anggota PBB, yang mengarahkan pada pertahanan negara.Arah kebijakan kelima, arah kebijakan persenjataan tentara sebagai alat utama pertahanan negara, untuk peningkatan nasionalisme.
commit to user
vi
ABSTRACT
FITRIANTI. E0006130. 2010. AN ANALYSIS ON AUTHORITY OF DEFENSE MINISTRY AS THE IMPLEMENTATION OF STATE DEFENCE FUNCTION ACCORDING TO THE PROVISION OF ARTICLE 30 OF REPUBLIC OF INDONESIA’S 1945 CONSTITUTION. Law Faculty of Sebelas Maret University.
This research aims to find out the purpose of Defence Department’s policy in
implementing defence of the realm function, the legal fact, policy direction, and realization of state defence as the mandate of Republic of Indonesia.
This study belongs to a normative research that is prescriptif in nature, to find the
law or norm implemented from the mandate of Republic of Indonesia’s 1945
Constitution in performing the function of defence. The type of data used was secondary data, namely library data. The secondary data source used included primary, secondary, and tertiary law materials. Technique of collecting data used was library study. Data analysis was done by interpreting the policies implemented in defence area to find out the direction of policy in implementing the function of defence. Based on the result of research and discussion, the
following conclusions can be drawn on: firstly, one of defence ministry’s policies
is remuneration directing the policy to improve the performance of Indonesian Army as the state apparatus in defence area with the consequence that Indonesian Army will work maximally to improve defence of the realm, to give professional work motivation. The second purpose of policy is the army reformation policy directing the army professionalism. The third purpose is the diplomatic policy directing the soft diplomacy. The fourth one is the peace troop policy as the consequence of UN membership, directing to defence of the realm. The fifth one is the army weaponry policy as the main instrument of defence, to improve the nationalism.
commit to user
vii
MOTTO
Perjuangan harus dijalani, jika hari esuk ingin untuk meraih bahagia
Perlu kesabaran untuk meraih mimpi
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin
Bahagia pada waktunya, nikmati derita dengan penuh percaya diri
Pengorbanan adalah kepuasaan tersendiri untuk mencapai impian
Hidup adalah perjuangan, hidup adalah pengorbanan, hidup harus dijalani.
Carilah ilmu sampai kemanapun, tiada bekal sesungguhnya kecuali ilmu
Berjuanglah tanpa menghitung untung dan rugi
Keluarga adalah harta yang paling berharga
Lebih baik mandi keringat di medan latihan daripada mandi darah di medan
pertempuran
---Brajamusti---
Berikan yang terbaik untuk masa depan.
Hidup akan mudah dijalani, apabila dengan kasih sayang.
Jangan jadikan kesalahan suatu penyesalan tapi jadikanlah suatu pelajaran yang
berharga untuk lebih menghargai hari yang akan datang esuk.
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Tuhan pencipta seluruh alam, pencipta manusia, penciptaku, pencipta suamiku,
pencipta anak - anakku.Terima kasih ya Tuhan atas segala rahmadmu,sehingga
aku mampu menjalani semua. Berpisah dari suami tercinta, hamil tua, demi cita -
cita ku dari kecil.
Suamiku tercinta Sertu Periyanto, suami impianku, suami dambaanku, suami yang
penyayang, suami yang menerimaku apa adanya, suami yang selalu mendukung
cita - citaku.
Anak - anakku yang hari - hari menemaniku memberi kebahagiaan,
menghilangkan rasa capekku, beteku, memberi ketegaran dalam menjalani
rintangan demi rintangan.
Orangtuaku yang selalu memberi semangat dan membantu biaya untuk
mencapaicita - citaku. Meskipun Cuma petani tapi aku bangga dengan mereka.
Saudara - saudaraku yang selalu memberi semangat dalammeraih cita - cita
Teman - temanku fakultas hukum universitas sebelas maret yang menjadi
temanku selama kuliah
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas karunianya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan hukum
yang berjudul “ ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN
SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT
KETENTUAN PASAL 30 UNDANGUNDANG DASAR REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945 ”. Penulisan hukum atau skripsi merupakan tugas
wajib yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa untuk melengkapi syarat
memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Pertahanan adalah bentuk konsekuensi negara yang merdeka dalam
menjaga keutuhan wilayah kesatuan negara pada umumnya. Undang-Undang
Dasar merupakan konstitusi sebagai norma tertinggi yang mengamanahkan
pelaksanaan pertahanan negara sebagai negara kesatuan yang memiliki kesatuan
masyarakat dan wilayah sebagai unsur negara.
Penulis menyadari bahwa terselesainya Penulisan Hukum ini tidak
terlepas dari moril maupun materiil serta doa dan dukungan dari berbagai
pihak,oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Hartiwiningsih, S.H,M.Hum.selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Aminah S.H,M.H. Selaku dosen pembimbing Sripsi I, yang telah
meluangkan waktu untuk memberkan bimbingan dan nasehat kepada penulis.
3. Bapak Isharyanto S.H,M.Hum selaku pembimbing skripsi II yang telah
banyak membantu sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan Penulisan Hukum (Sripsi ) ini.
4. Bapak Jadmiko Anom, S.H.,M.H, Selaku penguji skripsi
5. Ibu M. Madalina, S.H.,M.Hum, Selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara
6. Bapak Yudo Taruno M.,S.H.,M.Hum selaku Pembimbing Akademik ,yang
selalu memberi nasehat dan bantuan selama penulis belajar di Fakultas Hukum
commit to user
x
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah
memberi ilmu pengetahuan kepada penulis, sehingga dapat dijadikan bekal
dalam penulisan skripsi ini.
8. Ketua Bagian PPH, Bapak lego Karjoko S.H, M.Hum, dan mas Wawan
anggota PPH yang banyak membantu penulis dalam skripsi ini.
9. Suami tercinta SERTU Periyanto, yang telah mendukung memberi
kepercayaan diri, nasehat, kasih sayang, sehingga penulisan skripsi dapat
terlaksana dengan baik.
10. Anakku tersayang Juang Panjiihsa dan Lingga, yang memberi kekuatan dalam
menjalani aktivitas, sehingga penulisan skripsi berjalan secara lancar.
11. Bapak Ibu tercinta yang selalu memberi dukungan dan kerja kerasdalam
meraih cita - cita penulis, sehinnga dapat menjalani penulisan skripsi dengan
baik.
12. Adikku M.Syahrul Ibnu Hakam Pranika, yang senantiasa menjadi adik yang
baik dan memberi dukungan penulis.
13. Keluarga besar Pucung dan Keluarga besar soko seluruhnya yang merupakan
tempat kelahiran yang memberi kenangan dan ketenangan.
14. Pakde Joko Suranto S.H, yang memberi dukungan dalam meraih cita-cita
penulis.
15. Sahabat-Sahabatku Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
16. Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan penulisan hukum atau
skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa penulisan hukum masih jauh dari sempurna baik
dari segi substansi maupun teknis penulisan. Untuk itu sumbang saran dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
penulisan hukum selanjutnya. Demikian semoga penulisan hukum ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk penulisan, akademisi,
praktisi maupun masyarakat umum.
Surakarta, Oktober 2010
Penulis
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
E. Metode Penelitian ... 5
F. Sistematika Penulisan Hukum ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 9
1. Tinjauan Tentang Pasal 30 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 ... 9
2. Tinjauan Tentang Hierarki Perundang-undangan ... 9
3. Tinjauan Umum Mengenai Kementerian Pertahanan ... 11
commit to user
xii
d. Nilai-nilai demokrasi,HAM,dan lingkungan hidup ... 14
e. Keterlibatan Dewan Perwakilan Rakyat ... 15
f. Keterlibatan rakyat ... 15
g. Implementasi reformasi internal Tentara Nasional Indonesia ... 17
h. Tinjauan umum mengenai Tentara Nasional Indonesia 19 i. Tugas kepolisian Negara Republik Indonesia ... 21
j. Wewenang Kepolisian Republik Indonesia ... 22
4. Tinjauan Mengenai Dewan Pertahanan Nasional ... 22
5. Tinjauan Mengenai Kebijakan ... 24
B. Kerangka Pemikiran ... 26
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kementerian Pertahanan Negara Sebagai Pelaksanaan Fungsi Pertahanan ... 28
1. Gambaran Umum Mengenai Kementerian Pertahanan Republik Indonesia ... 28
2. Landasan Hukum Pelaksanaan Pertahanan Negara Republik Indonesia ... 31
3. Tahap Pelaksanaan Kebijakan Secara Umum Kementerian Pertahanan Sebagai Pelaksana Fungsi Pertahanan ... 33
B. Arah Kebijakan Kementerian Pertahanan Sebagai Pelaksana Fungsi Pertahanan ... 34
1. Arah Kebijakan Remunerasi Sebagai pelaksanaan Pertahanan Negara ... 38
2. Arah Kebijakan Reformasi Tentara Sebagai Pelaksanaan Pertahanan Negara ... 39
3. Arah Kebijakan Diplomasi Dengan Malaysia Sebagai Pelaksanaan Pertahanan Negara ... 42
commit to user
xiii
5. Arah Kebijakan Persenjataan Militer Sebagai Pelaksanaan
Pertahanan Negara ... 55
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ... 57
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia menerapkan negara kesatuan yang terdiri dari banyak pulau,
setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 dengan perjuangan para pahlawan
Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, seluruh rakyat
wajib mempertahankan bangsa Indonesia dari bahaya luar dan menjamin kesatuan
dan persatuan bangsa Indonesia tercantum dalam Pasal 30 ayat (1) yang bunyinya:
“ tiap - tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara ”. Pertahanan adalah suatu usaha untuk menjamin keutuhan dan
kedaulatan suatu bangsa. Untuk mempertahankan suatu bangsa diperlukan
rakyat-rakyat khusus yang di bentuk sesuai dengan perundang-undangan untuk
mempertahankan negara. Indonesia telah mengimplentasikannya dengan
membentuk Pertahanan Tentara Nasional Indonesia dan Keamanan Kepolisian
Republik Indonesia.
Pada era glebalisasi ini banyak kasus-kasus kedaulatan wilayah Indonesia
yang mengakibatkan terpecah dan lepas dari bangsa Indonesia, hal tersebut tidak
lepas dari tanggung jawab fungsi pertahanan negara. Hal-hal yang berkaitan
dengan pertahanan negara telah tercantum dalam konstitusi bangsa Indonesia
yaitu Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai sumber hukum dari segala
hukum. Selain itu Indonesia juga memiliki landasan ideologi yang merupakan
pembeda dari bangsa satu dengan bangsa lainnya yaitu Pancasila, yang dalam
silanya sila ke 3 yang berbunyi “Persatuan Indonesia” tidak lebih dari peran
pertahanan suatu negara untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan suatu negara.
Untuk menjamin pertahanan dan keamanan dilaksanakan dengan berbagai
kebijakan.
Remunerasi merupakan kebijakan yang akhir-akhir ini diperbincangkan
merupakan kebijakan dalam bidang pertahanan. Remunerasi adalah kebijakan
dalam memberi tunjanagan kinerja, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
commit to user
Indonesia. Menginggat isu-isu saat ini banyak kasus-kasus anggota militer dan
polisi menjual amunisi kepada teroris, hal ini menggambarkan kondisi ekonomi
dan sosial sangat mempengaruhi kinerja militer sebagai pertahanan negara. Hal ini
juga yang memicu terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang seharusnya tidak
terjadi dalam kalangan anggota militer. Apalagi saat ini pola penyerangan teroris
berpindah dari mengebom sasaran aset asing berpindah menjadi serangan terhadap
aparat negara secara lansung, sehingga kebijakan yang langsung pada sasaran
anggota militer yang diperlukan.
Keutuhan suatu negara mencerminkan kekuatan bangsa tersebut sehingga
memiliki eksistensi yang tinggi dari negara-negara lain yang sudah terbentuk.
Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan dalam bidang pertahanan yaitu
Kementerian Pertahanan sebagai kementerian yang memiliki wewenang dalam
bidang pertahanan. Undang-Undang Dasar 1945 mengatur upaya pembelaan
negara dan usaha pertahanan dan keamanan negara. Upaya pembelaan negara
ditinjau dari segi warga negara sedangkan usaha pertahanan dan keamanan negara
ditinjau dari segi negara yaitu Tentara Nasional Indonesia Republik Indonesia.
Upaya pembelaan tercantum dalam Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi ”Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Usaha
pertahanan dan keamanan tercantum dalam bab XII tentang Pertahanan
Keamanan, yaitu Pasal 30. Pasal 30 ayat (2) menentukan pula bahwa usaha
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem Pertahanan Dan
Keamanan Rakyat Semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung. Sementara itu ayat (3) Pasal 30 tersebut menentukan Tentara
Nasional Indonesia terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara. Sebelumya adanya Pasal 30 yang tercantum
dalam bab XII Undang - Undang Dasar Tahun 1945 yang berjudul partahanan dan
keamanan tersebut, ketentuan mengenai tentara ini hanya terdapat pada Pasal 10
UUD RI Tahun 1945. Pasal 10 berbunyi ”Presiden memegang kekuasaan yang
commit to user
Angkatan Laut, Angkatan Udara merupakan satu kesatuan organisasi Tentara
Nasional Indonesia, dalam konsep organisasi tentara itu, sebagaimana telah
menjadi kelaziman sejak masa masa pemerintahan sebelumnya, dianggap perlu
adanya panglima Tentara Nasional Indonesia yang tersendiri. Keberadaan
Panglima Tentara Nasional Indonesia ini merupakan kelanjutan dari jabatan
Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang ada pada masa
orde baru yang menggabungkan organisasi kepolisian sebagai angkatan ke-4
dalam ABRI. Sesudah reformasi nasional, diadakan pemisahan yang tegas antara
Tentara Nasional Indonesia dan POLRI, sehingga ABRI ditiadakan. Pemisahan
tersebut ditetapkan dengan ketetepan MPR No.VI/MPR/2000 tentang peran
Tentara Nasional Indonesia dan POLRI. Berdasarkan hal tersebut pada tahun
2002 diundangkan Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian RI
dan Undang-Undang nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Selanjutnya
pada tahun 2004 dibentuk pula Undang-Undang khusus tentang Tentara Nasional
Indonesia yaitu Undang-Undang nomor 34 tahun 2004.
Dilihat dari pemaparan tersebut, untuk itu perlu penelitian lebih lanjut
mengenai arah kebijakan Kementerian Pertahanan berdasarkan wewenang dan
fungsinya sesuai perkembangan, maka peneliti mengambil judul: ANALISIS
WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI
PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT
KETENTUAN PASAL 30 UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah digunakan untuk mengetahui dan menegaskan
masalah-masalah apa yang hendak diteliti, sehingga memberikan kemudahan dalam
mencapai sasaran yang akan dicapai. Mengacu pada latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
Bagaimanakah arah kebijakan Kementerian Pertahanan untuk melaksanakan
commit to user C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai sebagai solusi atas
masalah yang dihadapi (tujuan obyektif), maupun untuk memenuhi kebutuhan
perorangan (tujuan subyektif). Berangkat dari permasalahan di atas maka penulis
menetapkan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Obyektif
Untuk mengetahui bagaimana arah kebijakan Kementerian Pertahanan untuk
melaksanakan fungsi pertahanan.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan penulis di bidang Hukum
Tata Negara pada umumnya, serta memperdalam pengetahuan penulis
mengenai pelaksanaan fungsi pertahanan negara menurut ketentuan Pasal
30 Undang-Undang Dasar 1945.
b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar
kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap kegiatan penelitian yang dilaksanakan dalam penulisan
hukum ini dapat bermanfaat bagi penulis maupaun pihak lain. Adapun manfaat
yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Tata
Negara pada khususnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur
dalam dunia kepustakaan tentang arah kebijakan Kementerian Pertahanan
dalam menjalankan wewenang dan fungsinya sesuai amanah
Undang-Undang Dasar Pasal 30 mengenai kewajiban pertahanan negara.
c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan maupun
commit to user
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi semua
pihak yang berkepentingan dan menjawab permasalahan yang sedang
diteliti.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi penulis untuk
mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir ilmiah sekaligus untuk
mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama proses belajar.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah jalan yang dilakukan berupa serangkaian kegiatan
ilmiah yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan konsisten untuk
memperoleh data yang lengkap dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.
Penelitan hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi (Peter Mahmud, 2006:35).
1. Jenis penelitian
Berdasarkan judul dan rumusan masalah, penelitian dikategorikan
menjadi penelitian doktrinal atau juga disebut penelitian hukum normatif.
Penelitian doktrinal adalah suatu penelitian hukum yang bersifat peskriptif
bukan diskriptif (Peter Mahmud, 2006:33).
Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang disusun secara
sistematis, kemudian ditarik suatu kesimpulan (Soerjono Soekanto, 2006:15).
2. Sifat penelitian
Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat
peskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat peskriptif, ilmu hukum
mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum,
konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum (Peter Mahmud, 2006:22).
commit to user
yang berbeda, sehingga tercipta keadilan. Tujuan adanya hukum merupakan
cita yang berkaitan dengan keadilan, menjunjung nilai - nilai keadilan. Konsep
hukum merupakan alam pikir yang dijadikan menjadi sebuah kenyataan,
diwujudkan secara substansial melalui konstruksi hukum. Norma-norma
hukum merupakan tubuhnya hukum yang saling berkaitan tidak dapat
dilepaskan dalam mempelajari ilmu hukum itu sendiri.
3. Pendekatan penelitian
Didalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan yaitu
pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan historis (historical
approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan
konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud, 2006:93).
Dari keempat pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan
penelitian hukum ini adalah pendekatan undang-undang dan pendekatan
konseptual. Pendekataan konseptual dilakukan manakala peneliti tidak
beranjak dari aturan hukum yang ada, beranjak dari Undang-Undang Dasar
1945 (Peter Mahmud, 2006:137).
4. Jenis dan sumber data penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder,
yaitu informasi hasil penelaahan dokumen, bahan kepustakaan seperti
buku-buku, koran, majalah, jurnal-jurnal, kamus hukum, komentar-komentar,
arsip-arsip yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Data sekunder dibidang hukum ditinjau dari kekuatan mengikatnya
dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Bahan hukum primer yang meliputi:
1) Undang-Undang Dasar 1945;
2) TAP MPR; dan
3) Peraturan Perundang-undangan.
b. Bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku referensi, jurnal-jurnal
hukum yang terkait, dan media massa yang mengulas tentang kewenangan
commit to user
c. Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, misalnya bahan dari internet, ensiklopedia, kamus
hukum, jurnal hukum, dan komentar-komentar (Soerjono Soekanto,
2001:13).
5. Teknik pengumpulan bahan hukum
Penelitian yang penulis angkat merupakan penelitian normatif, sehingga
pengumpulan datanya dilakukan dengan studi kepustakaan yaitu cara
pengumpulan data dengan membaca, mempelajari, mengkaji, dan
menganalisis serta membuat catatan dari buku literatur, peraturan
perundang-undangan, dokumen dan hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
6. Teknik analisis bahan hukum
Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil
penelitian menjadi suatu laporan. Analisis data adalah proses pengorganisasian
dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga akan
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data (Lexy J. Moleong,1993:103).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif
yaitu dengan mengumpulkan data-data, mengkualifikasikan kemudian
menghubungkan dengan teori perundang-undangan Pasal 30 Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi pertahanan
dan menarik kesimpulan untuk menentukan hasil yaitu arah kebijakan
Kementerian Pertahanan sebagai pelaksana fungsi pertahanan. Analisis bahan
hukum merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian
commit to user
F. Sistematika Penulisan Hukum
Dalam penulisan hukum ini terdiri dari empat bab yang masing - masing
terdiri dari sub bab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti.
Sistematika penulisan yang dimaksud sebagai berikut:
BAB I adalah pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II mengguraikan Tinjauan Pustaka yang meliputi tinjauan tentang
lembaga negara sesuai UUD RI Tahun 1945, tinjauan tentang
wewenang dan fungsi Kementerian Pertahanan, tinjauan tentang Pasal
30 UUD RI Tahun 1945, tinjauan tentang Tentara Nasional Indonesia,
tinjauan tentang kepolisian RI, tinjauan tentang aturan-aturan yang
berkaitan, tinjauan tentang kebijakan.
BAB III berisi hasil dari penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan arah
kebijakan Kementerian Pertahanan sesuai fungsi dan wewenang
merupakan amanah Pasal 30 UUD RI Tahun 1945.
BAB IV berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian dan pembahasan yang
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Mengenai pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi bangsa Indonesia yang
menjadi landasan hukum tertinggi dan sumber dari segala sumber hukum.
Dalam Pasal 30 tersirat amanah negara untuk seluruh rakyatnya dalam
mempertahankan keutuhan dan kedaulatan bangsa Indonesia.
Pasal 30 ayat (1):
Tiap - tiap warga Negara berhak dan wajib ikut dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara .
Pasal 30 ayat (2):
Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI, sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Pasal 30 ayat (3):
Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara”.
Pasal 30 ayat (4):
Kepolisian RI sebagai alat negara menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum ”.
Pasal 30 ayat (5):
Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Rebublik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI didalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait .
2. Tinjauan mengenai hierarki perundang-undangan
Setelah runtuhnya pemerintahan orde baru yang dimulai dengan
berhentinya Presiden Soeharto tanggal 21 Juli 1998 yang menyerahkan
kekuasaanya kepada Presiden Habibie, kemudian dengan Sidang Istimewa
commit to user
Sidang Tahunan tahun 2000 MPR menetapkan TAP MPR No. III /MPR/2000
tentang sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan yaitu:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia;
b. TAP MPR;
c. Undang-undang;
d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);
e. Peraturan Pemerintah (PP);
f. Keputusan Presiden (Keppres); dan
g. Peraturan Daerah (Perda) (Valina S.S,2007:95)
Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 mengenai jenis dan
hierarki Perundang-undangan sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden; dan
e. Peraturan Daerah.
3. Tinjauan Umum Mengenai Lembaga Negara
Dalam setiap pembicaraan mengenai organisasi negara ada dua unsur
pokok yang saling berkaitan yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk
atau wadahnya, sedangkan functie adalah isinya, organ adalah status
bentuknya (Inggris = Form, Jerman= Vorm) sedangkan functie adalah gerakan
wadah itu sesuai dengan maksud pembentuknya (Jimmly Assidiqie, 2006: 99).
Pembedaan lembaga Negara dari segi hierarkinya:
1) Lapis Pertama yaitu sama dengan:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Dewan Perwakilan Rakyat;
c. Dewan Perwakilan Daerah;
d. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
commit to user
f. Mahkamah Agung; dan
g. Badan Pemeriksa Keuangan.
2) Lapis kedua yaitu :
a. Menteri Negara;
b. Tentara Nasional Indonesia;
c. Kepolisian Negara;
d. Komisi Yudisial;
e. Komisi Pemilihan Umum; dan
f. Bank Sentral.
4. Tinjauan Umum mengenai Kementerian Pertahanan
Semangat dan cita-cita luhur untuk menata kembali kehidupannya untuk
meraih masa depan yang lebih cerah, telah mendorong segenap rakyat
Indonesia melakukan Gerakan Reformasi. Hakekat Reformasi Nasional adalah
suatu perubahan seluruh aspek kehidupan bangsa menuju kehidupan yang
lebih baik. Perubahan dimaksud berskala nasional dan dilaksanakan di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta oleh segenap komponen
bangsa. Arah dan tujuan reformasi tersebut sejalan dengan cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta selaras dengan nilai-nilai kultur bangsa
Indonesia dan nilai-nilai universal.
Cita-cita luhur Reformasi tersebut hanya mungkin tercapai melalui
pembentukan pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa.
Pemerintah yang diinginkan adalah pemerintahan yang mampu menata
kehidupan demokratis dan mewujudkan supremasi hukum, mampu
memberantas KKN dan segenap penyimpangan lainnya yang menghambat
pembangunan maupun kepentingan nasional. Upaya untuk mencapai cita-cita
luhur tersebut bukanlah hal ringan dan mudah. Kondisi obyektif Indonesia
merupakan realita adanya tantangan dan kendala yang menghadang antara lain
krisis ekonomi dan moneter, serta berbagai konflik yang belum teratasi secara
tuntas. Kondisi obyektif tersebut telah menimbulkan dampak-dampak terhadap
commit to user
karena iklim politik yang berkembang sebagai akibat dari kedewasaan
berpolitik yang belum memadai, cenderung menggiring suasana ke arah
euforia demokrasi.
Gambaran kondisi di atas mengisyaratkan, bahwa jalan menuju
masyarakat demokratis yang diharapkan masih sangat panjang dan
menghadapi tantangan yang berat. Meskipun demikian, diyakini bahwa
reformasi yang dilaksanakan saat ini merupakan kebutuhan, yakni sebagai
wahana dan instrumen yang paling tepat untuk mengantarkan bangsa
Indonesia menuju masyarakat "civil" yang dicita-citakan. Walaupun
menghadapi tantangan yang berat, namun keyakinan akan kebenaran arah
perjuangan Reformasi Nasional, telah mendorong semangat untuk terus
melanjutkan proses reformasi. Upaya untuk mewujudkan cita-cita reformasi
membutuhkan kebulatan tekad serta dukungan segenap bangsa Indonesia.
Tekad dan dukungan tersebut menuntut kerja keras serta usaha bersama
secara sinergis agar agenda reformasi yang telah disepakati bersama tetap
berada pada jalur yang benar. Sejalan dengan komitmen tersebut, tindakan
yang menghambat dan menggagalkan reformasi harus dihindarkan agar tidak
dinodai oleh tindakan anarkhis atau upaya memaksakan kepentingan
kelompok atau golongan. Reformasi Nasional harus tetap dilanjutkan dan
dijaga kesinambungannya dalam kerangka konstitusi Undang Undang Dasar
(UUD) RI Tahun 1945 dan nilai falsafah Pancasila.
Sejalan dengan komitmen Reformasi Nasional, reformasi di bidang
pertahanan negara dilaksanakan secara konsepsional dengan berlandaskan
pada kostitusi UUD RI Tahun 1945 dan falsafah Pancasila.
Reformasi pertahanan negara merupakan komitmen bangsa yang
dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur,
kultur dan tata nilai sebagai satu kesatuan perubahan yang utuh dan
menyeluruh.
Agenda penataan struktur sejauh ini telah mencakup penataan organisasi
pertahanan negara yang menyentuh segi-segi substansial. Penataan tersebut
commit to user
Kementerian Pertahanan (Dephan), fungsi dan tugas Tentara Nasional
Indonesia. Upaya penataan dimaksudkan agar penyelenggaraan pertahanan
negara dapat lebih efektif sesuai dengan perkembangan konteks stratregis serta
dalam bingkai masyarakat demokratis. Pada aspek kultur dan tata nilai,
perubahan diarahkan pada sikap dan perilaku penyelenggara pertahanan
negara untuk mampu memposisikan diri sesuai peran dan tugasnya. Perubahan
dimaksud berlaku pada segenap jajaran di Dephan dan Tentara Nasional
Indonesia, mulai dari tingkat tertinggi sampai terendah.((http://www.pertahanan
indo.go.id/september 2010 pukul 10:00 WIB)
Reformasi di bidang pertahanan negara bertitik tolak dari Ketetapan
(TAP) MPR nomor VI tahun 2000, tentang Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan Polri dan TAP MPR nomor VII tahun 2000 tentang Peran
Tentara Nasional Indonesia dan Peran Polri. Salah satu wujudnya adalah
Undang Undang (UU) Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
menggantikan UU RI Nomor 20 tahun 1982. UU RI Nomor 20 tahun 1982
tentang Ketentuan - ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara sudah
tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi. UU Pertahanan Nomor 3 tahun
2002, di samping mengatur penataan negara ke depan untuk mendukung
kepentingan nasional sesuai cita-cita reformasi serta untuk tujuan nasional.
Secara substansi UU RI Nomor 3 tahun 2002 mengatur wewenang dan
tanggung jawab Menteri Pertahanan, peran dan tugas Tentara Nasional
Indonesia, wewenang dan tanggung jawab Panglima Tentara Nasional
Indonesia, nilai-nilai demokratis, Hak Asasi Manusia, perlindungan
lingkungan hidup, peran DPR dalam pertahanan negara, hak dan kewajiban
warga negara dalam bela negara. Secara ringkas, diatur sebagai berikut :
a. Wewenang dan Tanggung Jawab Menteri Pertahanan
1) Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan
pertahanan negara berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan
Presiden.
2) Menteri Pertahanan menyusun buku putih pertahanan serta menetapkan
commit to user
3) Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan,
perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan
teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh Tentara
Nasional Indonesia dan komponen pertahanan lainnya.
b. Peran dan Tugas Tentara Nasional Indonesia
1) Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2) Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan
pertahanan negara untuk :
a) Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah.
b) Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa.
c) Melaksanakan Operasi Militer selain perang.
d) Ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian
regional dan internasional.
c. Wewenang dan Tanggung Jawab Panglima Tentara Nasional Indonesia
1) Panglima Tentara Nasional Indonesia memimpin Tentara Nasional
Indonesia.
2) Panglima Tentara Nasional Indonesia menyelenggarakan perencanaan
strategi dan operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer,
serta memelihara kesiagaan operasional.
3) Panglima Tentara Nasional Indonesia berwenang menggunakan
segenap komponen pertahanan negara dalam penyelenggaraan operasi
militer berdasarkan undang-undang.
4) Panglima Tentara Nasional Indonesia bertanggung jawab kepada
Presiden dalam penggunaan komponen pertahanan negara dan
bekerjasama dengan Menteri Pertahanan dalam pemenuhan kebutuhan
Tentara Nasional Indonesia.
d. Nilai - nilai Demokrasi, HAM, dan Lingkungan Hidup
1) Pertahanan negara disusun atas dasar prinsip demokrasi, hak azasi
manusia (HAM), kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan
commit to user
prinsip hidup berdampingan secara damai. Prisip demokrasi dalam hal
ini tidak lepas dari sistem pemerintahan saat ini adalah demokrasi
modern yang dibatasi dengan konstitusi,yang mana dalam hal ini
pelaksanaan demokrasi melalui pemilu dengan militer tidak ada dalam
hak suara, militer sebagai instrumen negara yang netral dalam bidang
pertahanan. Pertahanan negara juga menjunjung tinggi hak asasi
manusia yang diakui oleh hukum dunia. Selain kedua prinsip tersebut
juga berkaitan dengan lingkungan hidup, yang mana pertahanan
wilayah suatu negara juga tidak lepas dari kelestarian lingkungan.
2) Pendayagunaan segala sumber daya alam dan buatan harus
memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan, keragaman, dan
produktivitas lingkungan hidup. Penggunaan sumber daya alam juga
harus memperhatikan sisi kelangsungan hidup, hal ini sangat
mendukung dan berkaitan dengan pertahanan. Pertahanan tidak hanya
menjaga tetapi juga mengembangkan dan memberikan hal terbaik untuk
negara kesatuan.
e. Keterlibatan DPR
Presiden berwenang dan bertanggungjawab atas pengerahan kekuatan
Tentara Nasional Indonesia. Dalam hal pengerahan kekuatan Tentara
Nasional Indonesia untuk menghadapi ancaman bersenjata, kewenangan
Presiden harus mendapat persetujuan DPR.
1) Presiden mengangkat dan memberhentikan Panglima setelah mendapat
persetujuan DPR.
2) DPR melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan umum
pertahanan negara.
f. Keterlibatan Rakyat
1) Hakekat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat
semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak
commit to user
2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer
menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama
dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung.
3) Komponen cadangan terdiri atas warga negara, sumber daya alam,
sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah
disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan
memperkuat komponen utama.
4) Komponen pendukung terdiri atas warga negara, sumber daya alam,
sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara
langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan
kemampuan komponen utama dan komponen pendukung.
Sejalan dengan komitmen reformasi pertahanan negara, Tentara
Nasional Indonesia melakukan reformasi internal. Reformasi internal
Tentara Nasional Indonesia pada hakekatnya merupakan tekad dan
komitmen Tentara Nasional Indonesia untuk melakukan pembaharuan
institusi Tentara Nasional Indonesia melalui langkah-langkah konstruktif
sejalan dengan pembangunan pemerintahan dan masyarakat yang
demokratis. Pembaharuan dimaksud dilakukan Tentara Nasional Indonesia
secara konseptual untuk menata fungsi dan tugasnya sesuai yang
diamanatkan dalam UU RI nomor 3 tahun 2002. Reformasi internal
merupakan kebutuhan Tentara Nasional Indonesia untuk mewujudkan
institusi Tentara Nasional Indonesia yang profesional dan dilaksanakan
secara bertahap dan berlanjut. Dalam kaitan tersebut, Tentara Nasional
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk kembali pada jati dirinya
sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang untuk rakyat, dan
melindungi keselamatan rakyat. Oleh karena jiwa rakyat adalah jiwa
Tentara Nasional Indonesia, maka Tentara Nasional Indonesia harus
senantiasa memelihara kemanunggalannya dengan rakyat yang merupakan
andalan kekuatan pertahanan negara Indonesia.
Jiwa dan semangat pembaharuan selalu melekat dalam Tentara
commit to user
berlaku. Komitmen tersebut telah dilakukan antara lain melalui kegiatan
mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan
mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan
seminar, diskusi dan pengkajian-pengkajian, baik yang dilaksanakan di
lingkungan sendiri, maupun bersama-sama dengan kalangan lain. Dari
kegiatan-kegiatan tersebut Tentara Nasional Indonesia telah menyusun
suatu konsep pemikiran strategis, suatu konsep reformasi internal yang
dikenal dengan "Paradigma Baru Peran Tentara Nasional Indonesia".
Paradigma Baru Peran Tentara Nasional Indonesia berisikan dokumen
tentang Redefinisi, Reposisi dan Reaktualisasi peran Tentara Nasional
Indonesia dalam Kehidupan Bangsa di masa depan. Dokumen tersebut
ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Keamanan atau Panglima
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 5 Oktober 1998.
Niat dan komitmen untuk mereformasi diri tersebut, kemudian diwadahi
secara formal oleh wakil-wakil rakyat melalui TAP MPR-RI Nomor :
VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Polri,
dan Tap MPR-RI Nomor : VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional
Indonesia dan Peran Polri.
g. Implementasi reformasi internal Tentara Nasional Indonesia meliputi
Tentara Nasional Indonesia tunduk pada otoritas politik pemerintah
yang dipilih oleh rakyat sesuai dengan nilai - nilai demokrasi berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanaan tugasnya Tentara Nasional
Indonesia senantiasa melaksanakan tugas negara untuk kepentingan
nasional.
1) Tugas Tentara Nasional Indonesia untuk melaksanakan kebijakan
pertahanan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 UU RI No. 3 tahun 2002
tentang Pertahanan Negara ditentukan melalui keputusan politik
pemerintah. Oleh karenanya tanggung jawab politik Tentara Nasional
Indonesia ada pada pimpinan nasional.
2) Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan
commit to user
operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer serta
memelihara kesiapsiagaan (Pasal 10, 14 dan 18 UU RI No. 3 tahun
2002 tentang Pertahanan Negara).
3) Tentara Nasional Indonesia sebagai bagian dari sistem nasional, tidak
mengambil posisi eksklusif tetapi senantiasa memelihara keterkaitan
dengan komponen bangsa yang lain.
4) Tentara Nasional Indonesia dalam menjalankan tugasnya sesuai aturan
pelibatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
5) Beberapa perubahan struktural antara lain : Pemisahan Polri dan
Tentara Nasional Indonesia yang semula bersama-sama tergabung
dalam ABRI. Perubahan tersebut diikuti penghapusan jabatan
Kassospol Tentara Nasional Indonesia dan Kaster Tentara Nasional
Indonesia, penghapusan Dwi Fungsi ABRI, likuidasi fungsi kekaryaan
serta sosial politik Tentara Nasional Indonesia, penghapusan
keberadaan Fraksi Tentara Nasional Indonesia atau Polri di lembaga
legislatif paling lambat tahun 2009, serta perubahan doktrin dan
organisasi Tentara Nasional Indonesia. Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan Polri tersebut juga berimplikasi pada perubahan
Dephankam menjadi Dephan.
Komitmen Tentara Nasional Indonesia untuk melaksanakan
reformasi adalah tekad dan kemauan politik Tentara Nasional Indonesia
yang ditujukan untuk mewujudkan tentara profesional, Tentara Nasional
Indonesia telah memiliki komitmen untuk menjauhkan diri dari
keterlibatannya dalam politik praktis, serta berada di bawah kekuasaan
pemerintah yang dipilih rakyat secara konstitusional dan demokratis.
Harapan Tentara Nasional Indonesia sebagai tentara profesional
meliputi Tentara Nasional Indonesia yang tidak berpolitik, berada di bawah
kekuasaan pemerintah yang dipilih oleh rakyat berdasarkan cara-cara
demokratis dan konstitusional, Tentara Nasional Indonesia yang terdidik
commit to user
alutsistanya secara memadai, serta prajurit Tentara Nasional Indonesia
yang dicukupi kesejahteraan dan pendapatannya secara layak.
Sebagai tentara rakyat, Tentara Nasional Indonesia harus selalu dekat
dengan rakyat, Tentara Nasional Indonesia harus mengenal dan hidup
bersama rakyat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk memisahkan Tentara
Nasional Indonesia dari rakyat merupakan pengikraran akan kodrat Tentara
Nasional Indonesia sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang
bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat
penyelenggaraan fungsi teritorial yang dilaksanakan Tentara Nasional
Indonesia untuk tetap memelihara kedekatan dengan rakyat dan
teritorialnya(http:// www.TNI.go.id/articles indo)
5. Tinjauan Umum Mengenai Tentara Nasional Indonesia
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2004 Tentara Nasional Indonesia adalah :
a. Tentara Rakyat, yaitu Tentara yang anggotanya berasal dari warga Negara
Indonesia
b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam
melaksanakan dan menyelesaiakan tugasnya.
c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi
kepentingan negara diatas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan
agama.
d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik diperlengkapi
secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut
prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum
commit to user
Fungsi Tentara Nasional selaku alat pertahanan negara yaitu :
a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata
dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan
keselamatan bangsa.
b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman
c. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat
kekacauan keamanan.
Tugas Tentara Nasional Indonesia dalam Pasal 7 Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2004 yaitu:
a. Menegakkan kedaulatan Negara
b. Mempertahankan keutuhan wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.
Dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentara Nasional
Indonesia dibagi menjadi 3 angkatan yang masing-masing memiliki tugas
sebagai berikut:
a. Tugas angkatan darat:
1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra darat dibidang
pertahanan
2) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan
dan pengembangan kekuatan matra darat
3) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam menjaga
keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain
4) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat
b. Tugas Angkatan Laut:
1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra laut di bidang
pertahanan.
2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah laut yurisdiksi
nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum
commit to user
3) Melaksanakan tugas diplomasi angkatan laut dalam rangka mendukung
kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan pemerintah.
4) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan
dan pengembangan kekuatan matra laut
5) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut
c. Tugas Angkatan Udara:
1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra udara dibidang
pertahanan
2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan diwilayah udara yurisdiksi
nasional sesuai ketentuan hukum nasional dan hukum internasional
yang telah diratifikasi.
3) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan
dan pengembangan wilayah pertahanan udara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 2 ditentukan
bahwa kepolisian merupakan salah satu fungsi dari fungsi-fungsi
pemerintahan negara dalam bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman,dan pelayanan
masyarakat.
a). Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia:
1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli
terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dijalan
3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan aturan perundang-undangan.
4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.
commit to user
6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-
bentuk pengamanan swakarya.
7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya.
8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan
tugas kepolisian.
9) Melindungi keselamatan jiwa, raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana
termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia.
10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi terkait.
11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian
12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b) Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia :
1) Menerima laporan dan/atau pengaduan
2) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang
dapat menggangu ketertiban umum.
3) Mencegah dan menaggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.
4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan negara.
5) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administratif kepolisian.
6) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan
kepolisian dalam rangka pencegahan.
commit to user
8) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang
9) Mencari keterangan dan barang bukti
10) Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional
11) Mengeluarkan surat ijin dan/atau surat keterangan yang diperlukan
dalam rangka pelayanan masyarakat.
12) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan
keputusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan
masyarakat.
13) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
6. Tinjauan Mengenai Dewan Pertahanan Nasional
Dewan Pertahanan merupakan lembaga khusus yang didirikan secara
independen sebagai penasehat presiden dalam pembuatan kebijakan.
Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan dalam menetapkan kebijakan
umum pertahanan dan pengerahan segenap komponen pertahanan negara.
Dewan Pertahanan Negara dipimpin oleh Presiden dengan keanggotaan terdiri
atas anggota tetap dan anggota tidak tetap dengan hak dan kewajiban yang
sama. Anggota tetap terdiri atas Wakil Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri
Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Panglima (http://www.dephan.go.id).
Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
Pasal 15 ayat (1); Dewan Pertahanan Negara berfungsi sebagai penasehat
Presiden dalam meningkatkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan
segenap komponen pertahanan negara.
Tugas Kementerian Pertahanan pasal 15 ayat (3) :
a. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pertahanan negara
agar kementerian pemerintah, masyarakat beserta tentara dapat
melaksanakan tugas dan tanggungjawab masing-masing dalam mendukung
penyelenggaraan pertahanan negara.
b. Menelaah, menilai dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan
komponen pertahanan negara dalam rangka mobilisasi dan demobilisasi
commit to user
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 37 ayat (1)
mengatur organ lembaga kepolisian yang disebut Komisi Kepolisian Nasional
yang bertanggung jawab kepada Presiden.
Tugas Komisi Kepolisian dalam Pasal 38 ayat (1) yaitu:
a. Membantu presiden dalam menetapkan arah kebijakan kepolisian
b. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan
pemberhentian Kapolri.
Wewenang Komisi Kepolisian dalam Pasal 38 ayat (2):
a. Mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian sarana
dan prasarana POLRI
b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden dalam upaya
mewujudkan Polisi yang professional dan mandiri.
c. Menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja polisi dan
menyampaikan kepada Presiden.
7. Tinjauan Mengenai Kebijakan
Kajian ilmu kebijakan dan pengertian kebijakan:
a. Secara harfiah ilmu kebijakan adalah terjemaham langsung dari kata policy
science, dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintah yang
mempunyai wewenang kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat dan
bertanggung jawab melayani kepentingan umum
b. Kebijakan dalam arti yang luas
Sebagai usaha pengadaan informasi yang diperlukan untuk menunjang
proses pengambilan kebijakan .
c. Kebijakan menurut Thomas Dye
Kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.
d. Kebijakan menurut H.hugh Heglo (Said Zainal, 2004:117).
Kebijakan sebagai a course of action intended to accomlist some end atau
commit to user
Tahap-tahap pembuatan kebijakan menurut William Dun yaitu;
a. Penyusunan agenda
Agenda setting adalah fase atau proses sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik.
b. Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas
oleh para pembuat kebijakan.
c. Adopsi atau legitimasi kebijakan
Memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan
d. Penilaian atau evaluasi kebijakan
Kegiatan menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup
commit to user B. Kerangka Pemikiran
Keutuhan dan kedaulatan suatu negara tidak lepas dari sistem pertahanan
dan keamanan suatu negara tersebut. Dalam mempertahankan keutuhan dan
kedaulatan negara Indonesia, Indonesia memiliki institusi Kementerian
Pertahanan dan keamanan meliputi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Republik Indonesia sesuai dengan Pasal 30 UUD RI Tahun 1945. Dalam
menjalankan fungsi dan wewenangnya Kementerian Pertahanan tidak lepas dari
peraturan yang berlaku. Era globalisasi ini banyak peristiwa yang melemahkan
keutuhan dan kedaulatan wilayah Republik Indonesia, oleh karena itu perlu
kebijakan dari Kementerian Pertahanan untuk memperbaiki sistem pertahanan
dari berbagai segi dengan amanah UUD RI Tahun 1945 khususnya Pasal 30
mengenai kewajiban mempertahankan keutuhan dan kedaulatan suatu bangsa. Pasal 30 UUD 1945
Departemen Pertahanan
TNI POLRI
Wewenang dan Fungsi
Kebijakan Departemen Pertahanan
Peningkatan Pertahanan TAP MPR No.VI/2000 TAP MPR No.VII/2000
commit to user
Dalam melaksanakan fungsi dan wewenangnya Kementerian Pertahanan
mempunyai organisasi kesatuan Tentara Nasional Indonesia yang terdiri dari
Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara yang masing-masing memiliki
commit to user
28
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kementerian Pertahanan Negara sebagai Pelaksana Fungsi Pertahanan
1. Gambaran Umum Mengenai Kementerian Pertahanan Negara Republik
Indonesia
Kementerian Pertahanan merupakan lembaga negara yang dipimpin
oleh menteri yang memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan negara
berdasar kebijakan umum yang ditetapkan Presiden.
b. Menyusun buku putih pertahanan serta menetapkan kebijakan bilateral,
regional, dan internasional.
c. Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan,
perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional serta pembinaan teknologi
dan industri pertahanan yang diperlukan Tentara Nasional Indonesia dan
komponen pertahanan lain.
Penyusunan buku puti oleh Kementerian Pertahanan mempunyai fungsi
sebagai berikut: The government, through ministry of defence,has
published on 31 Maret 2003 a defence white paper. The white paper, as some have argued, was a clear attemp to put the brakes on the ongoing security reform within the indonesian military (TNI). The paper titled defending the land and water at the start of the century was also a welcome attemp by the ministry of defence to become more transparent about its activity.
The mayor aims of the paper twofold. Nationally, the white paper is crucial to inform the country about national defence and the need for its integrated implementation. While, internasionally, it aims to inform the
internasional comunity abaut indonesia’s defence policy. The paper has
outlined the goverment’s perception of threat to indonesia and the
strtegies needed to deal with thess threat.
commit to user
meneruskan persepsi dan strategi dibutuhkan perjanjian untuk meneruskannya (Anak Perwita, Journal of Security & Defence Law no.3/2004(GRN-SSR, 2004)).
Dalam Kementerian Pertahanan dibentuk lembaga independen dan
mandiri yang mana dalam pelaksanaan tugasnya tidak diintervensi oleh
kekuasaan lain yang berfungsi sebagai penasehat presiden dalam
meningkatkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan komponenen
pertahanan negara. Dalam hal ini lembaga yang dibentuk adalah Dewan
Pertahanan Negara (http://www.dephan.go.id).
Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan
Negara mengatur mengenai tugas Dewan Pertahanan yaitu:
a. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu Pertahanan Negara
agar Kementerian Pemerintah, masyarakat beserta tentara dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam
mendukung penyelenggaraan pertahanan negara.
b. Menelaah, menilai dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan
komponen Pertahanan Negara dalam rangka mobilisasi dan demobilisasi.
c. Menelaah, dan menilai resiko dan kebijakan yang ditetapkan.
Dalam Kementerian Pertahanan memiliki komponen pertahanan yang
merupakan aparat negara dalam bidang pertahanan yaitu Tentara Nasional
Indonesia.
Tentara Nasional Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2004. Dalam hal ini Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen
pertahanan mempunyai komponen lebih spesifik yaitu:
a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara
Indonesia.
b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam
commit to user
c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan indonesia yang bertugas demi
kepentingan negara diatas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan
agama.
d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi
secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut
prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum
nasional, dan hukum yang telah diratifikasi. (Jimly Assidiqie, 2006:212).
Komponen Tentara Nasional Indonesia merupakan salah satu
komponen pertahanan negara yang mempunyai tugas dan fungsi pertahanan
negara sesuai ketentuan yang mengaturnya.
Fungsi Tentara Nasional Indonesia selaku alat pertahanan negara yaitu:
a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata
dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan
keselamatan negara.
b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman.
c. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat
kekacauan keamanan.
Tentara Nasional dibagi menjadi tiga (3) angkatan yang masing-masing
memiliki tugas sesuai matra. Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
Pasal 8 masing-masing tugas tersebut adalah :
a. Tugas Angkatan Darat
1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra darat di bidang
pertahanan;
2) Melaksanakan tugas dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan
matra darat;
3) Melaksanakan tugas dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan
darat dengan negara lain;
4) melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan didarat.
b. Tugas Angkatan Laut
commit to user
2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah laut yurisdiksi
nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional sesuai dengan
ketentuan hukum internasional yang telah berlaku;
3) Melaksanakan tugas diplomasi angkatan laut dalam rangka mendukung
kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan pemerintah;
4) Melaksanakan tugas dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan
matra laut;
5) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan.
c. Tugas Angkatan Udara
1) Melaksanakan tugas matra udara dibidang pertahanan;
2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara
yurisdiksi nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi;
dan
3) Melaksanakan tugas dalam pembangunan dan pengembangan wilayah
pertahanan udara.
Secara umum Tentara Nasional Indonesia mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. Menegakkan kedaulatan negara;
b. Mempertahankan keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
yang berdasar Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945; dan
c. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
(http://www.tni/modules.php?name=news&file=article&sid)
2. Landasa