• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA POKOK BAHASAN HUKUM – HUKUM DASAR KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (PTK Pada Kelas XM1 SMK Kosgoro Bandar Sribhawono TP 2010-2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA POKOK BAHASAN HUKUM – HUKUM DASAR KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (PTK Pada Kelas XM1 SMK Kosgoro Bandar Sribhawono TP 2010-2011)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas XMIdi SMK KOSGORO Bandar Sribhawono, Nilai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 66, tetapi nilai rata-rata pada materi pokok ikatan kimia tahun pelajaran 2010-2011 yang diperoleh sebesar 63,87 dan hanya ada 53,12% siswa yang mampu mencapai KKM. Hal ini belum sesuai dengan ketetapan di sekolah tersebut yaitu siswa dinyatakan tuntas belajar apabila 100 % siswa telah mencapai nilai≥ 66. Namun, dari 32 siswa ter-dapat distribusi nilai tidak merata. Siswa yang menter-dapatkan nilai > 75 berjumlah 21,87%. Siswa yang mendapatkan nilai dari 66–75 berjumlah 31,25%,

sedangkan siswa yang mendapatkan nilai < 66 berjumlah 46,87%. Dari distribusi nilai tersebut, terlihat bahwa ada 7 siswa yang sangat tinggi kemampuan akade-miknya, sedangkan sebagian besar lainnya masih rendah. Faktor yang menye-babkan rendahnya penguasaan konsep tersebut adalah rendahnya aktivitason task

siswa selama proses pembelajaran dan kurangnya praktikum. Siswa hanya mengandalkan seluruh informasi dari guru.

Selama proses pembelajaran, kegiatan siswa lebih dominan pada mendengar dan mencatat materi, serta latihan soal yang dijelaskan dan dituliskan oleh guru di papan tulis, siswa tidak dilibatkan dalam menemukan konsep sehingga

pembelajaran menjadi monoton dan siswa kurang termotivasi untuk belajar. Aktivitas yang relevan dalam pembelajaran (on task) seperti mengemukakan pendapat, bertanya pada guru, dan saling berbagi informasi dengan teman belum terlihat, bahkan beberapa siswa melakukan aktivitas lain yang tidak relevan (off task)seperti mengantuk, keluar masuk kelas dan mengobrol dengan teman. Hal ini tentu sangat tidak sesuai dengan aspek proses belajar menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran, dan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator.

(2)

Agar siswa memiliki kompetensi tersebut, maka kegiatan pembelajaran yang rele-van adalah melibatkan siswa agar aktif dalam pembelajaran sehingga siswa dapat memahami konsep materi yang akhirnya dapat meningkatkan penguasaan konsep untuk materi pokok hukum-hukum dasar kimia.

Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitason tasksiswa dalam pembe-lajaran diperlukan suatu model pembepembe-lajaran yang melibatkan siswa aktif dalam membangun konsep adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran setiap kelompok diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat atau idenya terhadap materi yang sedang dipelajari ber-sama anggota kelompoknya. Melalui berbagai sumber belajar yang relevan dengan pembelajaran dan media yang telah disediakan oleh guru, siswa didorong untuk berinteraksi aktif, membangun dan mengembangkan pengalamannya sehingga pemahamannya terhadap fenomena yang sedang dipelajari meningkat. Dengan demikian tujuan pembelajaran kooperatif akan tercapai, yaitu meningkat-kan partisipasi siswa dan memberimeningkat-kan kesempatan kepada siswa untuk berinterak-si dan belajar bersama-sama berinterak-siswa yang berbeda latar belakangnya sehingga dapat saling membantu dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

Berdasarkan karakteristik siswa kelas XM1yaitu adanya 7 orang siswa yang

me-miliki kemampuan akademik tinggi, sedangkan siswa yang lain masih rendah, sehingga perlu direncanakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa yang pandai tersebut dapat mengajari teman-temannya yang lain, dan siswa yang pandai tersebut akan semakin terasah kemampuannya. Agar terjadi interaksi yang efektif antara siswa yang pandai dan yang kurang pandai, maka perlu diadakan pengelompokan, dimana dalam satu kelompok terdapat satu orang siswa yang berperan sebagai asisten. Tugas dari asisten ini adalah membimbing teman dalam kelompoknya agar lebih mengerti tentang materi yang dipelajari. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mendukung terciptanya hal tersebut. Untuk itulah dipilih model pembelajaran kooperatif tipeTAI. Model pembelajar-anTAIini memungkinkan siswa untuk saling berkomunikasi, sehingga 7 orang siswa yang pandai tersebut dapat memberikan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa yang kurang pandai, demikian pula sebaliknya, siswa yang kurang pandai apabila malu atau segan untuk bertanya kepada guru, maka siswa dapat bertanya kepada teman yang lebih pandai. Melalui pembelajaran dengan menerapkan modelTAIini, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar memahami materi hukum-hukum dasar kimia secara mandiri, tidak hanya menerima, mendengar, dan mengingat saja tapi dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap pengetahuan yang diperoleh. Selain itu

diharapkan minat dalam mempelajari konsep-konsep kimia akan meningkat yang pada akhirnya pemahaman siswa juga meningkat, sehingga hasil belajar pun tercapai lebih optimal.

(3)

Penelitian yang mengkaji penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTAIjuga telah dilaporkan. Beberapa hasil penelitian terdahulu diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiliyani (2007) yang mengimplementasikan model pembela-jaranTAIterhadap siswa kelas IX B SMP Negeri I Adiwerna Tegal pada materi pokok Pangkat Tak Sebenarnya melaporkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat. Selain itu, hasil penelitian Amalina (2010) pada siswa kelas X2

SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009-2010 pada materi pokok hidrokarbon juga menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTAIdapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul : “Peningkatan Aktivitas Belajar dan Penguasaan KonsepKimia Pada Pokok Bahasan Hukum-Hukum Dasar Kimia Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (PTK Pada Siswa Kelas XM1SMK KOSGORO Bandar

Sribhawono).”

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk meningkat-kan rata-rata persentase tiap jenis aktivitason tasksiswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia dari siklus 1 ke siklus 2?

2. Bagaimanakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk meningkat-kan persentase rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia dari siklus 1 ke siklus 2?

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk mening-katkan rata-rata persentase tiap jenis aktivitas belajar siswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia dari siklus 1 ke siklus 2.

2. Mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk mening-katkan persentase rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia dari siklus 1 ke siklus 2.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat berguna: 1. Bagi Siswa

Penerapan pembelajaran tipe TAI ini diharapkan dapat lebih memudahkan sis-wa untuk memahami konsep materi hukum-hukum dasar kimia, meningkat-kan aktivitas siswa dan penguasaan konsep siswa, dapat menumbuhmeningkat-kan sikap bekerja sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya, serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi antar siswa.

2. Bagi Guru Kimia Kelas XM1

Melalui penelitian ini diharapkan guru kimia kelas XM1mendapatkan

(4)

2. Bagi sekolah

Meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah. D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah

1. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XMI semester ganjil SMK

Kosgoro Bandar Sribhawono Tahun Pelajaran 2010-2011.

2. Penguasaan konsep merupakan pemahaman dan pengetahuan siswa setelah menerima pembelajaran yang diukur melalui nilai tes formatif.

3. Aktivitas belajar siswa merupakan hal-hal yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Aktifitason taskyang diamati dalam pembela-jaran meliputi:

a. Aktif berdiskusi yaitu ketika siswa mengerjakan LKS, serta saling

memberikan pengetahuan antar sesama anggota kelompok tentang materi yang dibahas.

b. Menjawab pertanyaan yaitu ketika siswa memberikan jawaban pada pertanyaan baik yang diajukan oleh guru maupun teman dari kelompok lain.

c. Mengajukan pertanyaan yaitu ketika siswa memberikan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami kepada guru.

d. Memberikan pendapat yaitu ketika siswa memberikan tanggapan, ide atau gagasan tentang materi yang sedang dibahas.

(5)

A. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembe-lajaran konstruktivis (constructivist theorist of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan in-formasi kompleks, mengecek inin-formasi baru dengan aturan-aturan lama dan mere-visinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecah-kan masalah, menemumemecah-kan segala sesuatu untuk dirinya. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner Slavin dalam Nur ( 2002).

(6)

siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002).

B. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2008) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dila-kukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan

settingkelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi, pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri :

1. untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif,

2. kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,

3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, bu-daya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan

(7)

Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Menurut Ibrahim dkk. (2000) siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Lie (2002) tujuan pertama pembelajar-an kooperatif, yaitu meningkatkpembelajar-an hasil akademik, dengpembelajar-an meningkatkpembelajar-an kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu dalam akademik akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orien-tasi dan bahasa yang sama, sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran koopera-tif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempu-nyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif ber-tanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk berber-tanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

(8)

peningkatan hasil belajar yang signifikan. Lie (2002) mengungkapkan keuntung-an dari metode pembelajarkeuntung-an kooperatif, keuntung-antara lain: 1) siswa mempunyai

tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2) siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan siswa, dan 4) meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.

Menurut Ibrahim dkk. (2000) unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepe-nanggungan bersama,

b. siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, c. siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya

me-miliki tujuan yang sama,

d. siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya,

e. siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok,

f. siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan

g. siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Ada beberapa macam model pembelajaran kooperatif antara lainSTAD(Student Teams Achievement Divisions),TGT(Teams Games Tournament),TAI(Team Assisted Individualization), Jigsaw, Jigsaw II, danCIRC(Cooperative Integrated Reading and Composition).

C. Aktivitas Belajar

(9)

sesuatu yang dinamis memiliki potensi dan energi sendiri”. Sedangkan pengertian aktivitas belajar menurut Winkel dalam Djamarah (1999):“Aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan khas, yaitu hasil belajar yang akan nampak melalui prestasi belajar yang akan dicapai”.

Oleh karena itu secara alami siswa itu juga menjadi aktif karena adanya motivasi dan dorongan oleh bermacam-macam kebutuhan. Dalam proses belajar mengajar baik guru maupun siswa dituntut berperan aktif, karena proses pembelajaran seba-gai salah satu faktor untuk mencapai tujuan. Untuk itu dalam pembelajaran guru harus menciptakan suasana siswa aktif karena keaktifan siswa dalam belajar me-nimbulkan kegairahan dan kesenangan dalam belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik harus aktif berbuat, sedangkan gu-ru memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan dalam proses pem-belajaran. Dengan demikian aktivitas merupakan prinsip atau azas yang penting dalam interaksi belajar mengajar untuk dapat menguasai materi.

(10)

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang didahului dengan perencanaan dan didasari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perubahan pengetahuan dan keterampilan yang ada pada diri siswa yang melakukan kegiatan belajar. Kegiat-an belajar yKegiat-ang dilakukKegiat-an adalah kegiatKegiat-an yKegiat-ang dapat mendukung pencapaiKegiat-an tu-juan dalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Sardiman (1994), “Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu

ti-dak mungkin berlangsung dengan baik”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan belajar siswa di sekolah baik yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Di dalam aktivitas belajar itu sendiri terkandung keinginan untuk mengadakan perubahan diri baik tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, maupun kedewasaan bagi siswa.

Paul B. Diedrich dalam Hamalik (2004) mengklasifikasikan aktivitas siswa dalam 8 kelas sebagai berikut

1. Visual Activitiesyang termasuk di dalamnya misal, membaca, memper-hatikan, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain

2. Oral Activitiesseperti, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening Activitiesmeliputi, mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,

pidato, musik.

4. Writing Activitiesmeliputi, menulis karangan, laporan angket, menyalin. 5. Drawing Activitiesmeliputi, menggambar, membuat peta, grafik, diagram. 6. Motor Activitiesmeliputi, melakukan percobaan, membuat konstruksi,

bermain, berkebun, beternak.

7. Mental Activitiesmisalnya, menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil kesimpulan.

(11)

Aktivitas-aktivitas dalam belajar juga dapat dibedakan menjadi aktivitas yang relevan dengan pembelajaran(on task)dan aktivitas yang tidak relevan(off task).

Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran(on task),contohnya adalah bertanya kepada teman, bertanya kepada guru, mengemukakan pendapat, aktif memecah-kan masalah, berdiskusi dan bekerja sama. Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran(off task),contohnya adalah tidak memperhatikan penjelasan guru, mengobrol dengan teman, dan keluar masuk kelas.

D. Penguasaan Konsep

Ada beberapa pengertian tentang konsep menurut para ahli, diantaranya adalah menurut Soejadi dalam Basuki (2000) yang mendefinisikan konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Menu-rut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempuyai atribut yang sama, sedangkan menurut Gagne (dalam Ruseffendi, 1988)

pengertian konsep dalam matematika sebagai ide abstrak yang memungkin-kan kita mengelompokkan obyek-obyek kedalam contoh dan bukan contoh.

(12)

Pengertian prinsip dari konsep pada umumnya menunjukkan pada hukum-hukum ilmiah, aturan-aturan generalisasi yang merupakan perpaduan atau kombinasi dari berbagai konsep. Dalam penyusunan ilmu pengetahuan, diperlukan kemampuan menyusun konsep-konsep dasar yang dapat diuraikan terus - menerus.

Kemampuan abstrak itu disebut pemikiran konseptual. Sebagian besar materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Konsep diperoleh dari fakta-fakta, peristiwa, pengalaman generalisasi dan berpi-kir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan. Konsep meru-pakan abstraksi dan ciri-ciri dari sesuatu yang dapat mempermudah komunikasi untuk berpikir, dengan demikian tanpa adanya konsep belajar akan sangat terham-bat.

Konsep mengaktifkan siswa belajar, bertalian dengan peristiwa pengajaran, seperti mendapat perhatian siswa, menerangkan pengantar kembali prasyarat bela-jar, penyajian bahan rangsangan, mempersiapkan bimbingan belajar dan lain-lain, penerapannya tergantung pada strategi guru.

(13)

lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai mate-ri-materi pelajaran selanjutnya. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sagala (2007) yang menyatakan bahwa penguasaan konsep adalah buah pemikiran se-seorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga meng-hasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori, kon-sep tersebut diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Dengan penguasaan konsep yang baik, maka manusia bisa memperoleh ilmu pengetahuan yang tidak terbatas. Selain itu, penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks.

Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan sehingga lingkungan tersebut mengalami perubahan.

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk ber-hadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

(14)

E. Model Pembelajaran Kooperatif TipeTeam Assisted Individualization (TAI)

Model pembelajaran kooperatif tipeTAImerupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan (Suyitno, 2002). Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah.

Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Sis-wa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedang-kan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaisedang-kan permasalahan yang dihadapi.

Menurut Slavin (2008) secara umum pembelajaranTAIterdiri dari 8 komponen utama yaitu:

1. Kelompok/Tim

(15)

2. Tes pengelompokan

Siswa diberi tes awal program pembelajaran. Mereka ditempatkan pada tingkat yang sesuai dalam program individual berdasarkan kinerja mereka dalam tes ini. 3. Materi kurikulum

Pada proses pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang terdapat pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan masalah untuk penugasan materi

4. Belajar kelompok

Berdasarkan tes pengelompokan maka para siswa berdiskusi dengan kelompok-nya masing-masing. Siswa mengerjakan tugas mereka dalam kelompok mere-ka mengikuti langmere-kah-langmere-kah sebagai berikut:

a. Siswa duduk dalam kelompoknya yang sudah ditentukan oleh guru yang ter-diri dari 4 atau 5 orang.

b. Siswa berdiskusi kelompok untuk mengerjakan LKS dan melatih kemampu-annya dengan soal-soal latihan yang ada dalam LKS.

(16)

tersebut. Guru mungkin akan meminta siswa untuk kembali mengerjakan soal-soal latihan kemampuan lalu mengerjakan tes B, empat soal kedua yang kon-ten dan tingkat kesulitannya sejajar dengan tes A. Atau jika tidak, siswa ter-sebut boleh melanjutkan ke tes unit. Tak ada siswa yang boleh

mengerjakan tes unit sampai dia mengerjakan tes formatif dan pekerjaannya diperiksa oleh temannya.

d. Siswa tersebut selanjutnya menyelesaikan tes unitnya, dan siswa pemeriksa akan menghitung skornya.

5. Skor tim dan rekognisi tim

Pada akhir minggu, guru menghitung jumlah skor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang bisa dikerjakan oleh tiap anggota tim dan jum-lah tes-tes unit yang berhasil diselesaikan dengan benar. Kriterianya dibangun dari kinerja tim. Kriteria yang tinggi ditetapkan bagi sebuah tim yang menjadi Tim Super, kriteria sedang untuk menjadi Tim Sangat Baik, dan kriteria kurang untuk menjadi Tim Baik. Tim-tim yang memenuhi kriteria sebagai Tim Super atau Tim Sangat Baik menerima sertifikat yang menarik.

6. Kelompok pembelajaran

(17)

7. Tes fakta

Pada setiap sub konsep materi pokok siswa diberikan tes fakta. Siswa diberi-kan lembar-lembar fakta untuk dipelajari di rumah untuk persiapan mengha-dapi tes ini.

8. Mengajar seluruh kelas

Setelah akhir pengajaran pokok bahasan suatu materi guru menghentikan program pengelompokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum dipa-hami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. Pada akhir pembela-jaran diberikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipeTAI

yaitu:

1. Guru harus meminimalkan keterlibatan dalam manajemen tiap kelompok. 2. Teknik yang digunakan dalam pengajaran di kelas harus yang sederhana

se-hingga siswa yang berada pada tingkat tertentu dapat memahami dan melaksa-nakan dengan baik.

3. Guru memotivasi setiap siswa untuk bekerja dalam kelompoknya masing-masing dengan cepat dan seefesien mungkin tanpa harus meniru pekerjaan temannya.

(18)

kelompok atas ataupun kelompok bawah jika mereka menerapkan pembelajaran kooperatif TAI.

Ada beberapa alasan perlunya menggunakan model pembelajaran kooperatif

(19)

Adapun tahap-tahap proses pembelajaran kooperatif tipeTAIdapat digambarkan sebagai berikut:

Jika ada yang salah

Benar < 3 soal

Benar≥3 soal

Gambar 1. Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipeTAI

dimodifikasi dari Suyitno (2002).

Guru menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari oleh siswa

Siswa duduk membentuk kelompok sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan

Guru membagikan LKS yang akan dipelajari

Siswa melakukan diskusi dan mengerjakan LKS dengan dikoordinir oleh asisten untuk menemukan konsep hukum-hukum dasar kimia

Siswa mengerjakan

Tahap latihan soal (siswa harus bekerja sendiri sampai selesai) Asisten akan menghitung skornya

(soal kedua yang konten dan tingkat kesulitannya sejajar dengan test A)

Tes unit

(20)

F. Lembar Kerja Siswa

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk me-nyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembe-lajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2006), fungsi LKS adalah:

a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya le-bih menarik perhatian siswa.

c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya men-dengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.

e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa.

f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

(21)

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XM1semester ganjil SMK

Kos-goro Bandar Sribhawono tahun pelajaran 2010-2011 dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompoknya.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. 1. Data kualitatif, yaitu data pengamatan terhadap hasil observasi aktivitas

siswa selama proses pembelajaran setiap pertemuan. Aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas yang relevan (on task).

2. Data kuantitatif, yaitu data hasil tes penguasaan konsep pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia yang dilakukan pada setiap akhir siklus.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik observasi

Teknik observasi dilakukan untuk mengambil data aktivitas belajar siswa dan kinerja guru. Aktivitas belajar siswa diamati melalui lembar observasi aktivitas belajar siswa oleh seorang observer. Kinerja guru diamati melalui lembar aktivitas kinerja guru oleh guru mitra. Observasi ini dilakukan setiap per-temuan selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Teknik tes

Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan data tentang penguasaan konsep siswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia. Tes penguasaan konsep yang diambil melalui tes formatif dari seluruh siswa direrata, kemudian dijadikan data setiap siklus yang akan dibandingkan dengan rerata hasil tes penguasaan konsep siklus berikutnya.

D. Tahap Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap akhir siklus diadakan tes formatif. 1) Siklus I

(22)

1. Perencanaan

Persiapan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Menyusun satuan pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dan me-nyusun lembar observasi kinerja guru.

c. Menyusun soal-soal tes formatif untuk mengukur penguasaan konsep sis-wa.

2. Pelaksanaan dan Observasi

Kegiatan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah:

a. Mengelompokan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil dan dilakukan secara heterogen, baik berdasarkan suku, jenis kelamin, maupun prestasi akademik. Pengelompokan dilakukan berdasarkan data hasil penguasaan konsep siswa pada semester ganjil yaitu hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap.

b. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai proses pembelajaran kooperatif tipeTAIyang akan dilaksanakan, serta memberikan penejelasan tentang tugas dan kewajiban siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Kegiatan pada pelaksanaan tindakan :

a. Siswa duduk dalam kelompok masing-masing

b. Menyampaikan indikator pembelajaran yang akan dicapai yaitu menjelaskan hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap, menghitung massa zat yang bereaksi dan hasil reaksi, menentukan perbandingan massa zat-zat yang bereaksi.

c. Membagikan LKS dengan indikator menjelaskan Hukum Kekekalan Ma-ssa berdasarkan hasil percobaan, menghitung maMa-ssa zat sebelum dan sesu-dah reaksi.

d. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS. Pada saat siswa melakukan diskusi, guru mengarahkan dan membimbing siswa me-ngerjakan LKS.

e. Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal yang telah diberikan untuk melatih kemampuannya sendiri, selanjutnya jawaban akan di koreksi oleh teman satu timnya. Jika ada yang salah, mereka harus mencoba mengerjakan kembali soal tersebut sampai benar.

f. Setelah siswa selesai mengerjakan latihan soalnya dengan benar, ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya pada guru dan mempre-sentasikan hasil pengamatan dan diskusi mereka. Selanjutnya guru mem-bimbing siswa untuk membuat kesimpulan dan memberikan penguatan mengenai materi yang telah dipelajari.

(23)

menanda-tangani hasil tes itu untuk menunjukkan bahwa siswa tersebut telah dinya-takan sah oleh teman satu timnya untuk mengikuti tes unit. Bila siswa tersebut tidak bisa mengerjakan tiga soal dengan benar, guru akan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa tersebut. Guru mungkin akan meminta siswa tersebut untuk kembali mengerjakan soal-soal latihan lalu mengerjakan tes B, soal-soal kedua yang konten dan tingkat kesulitannya seja-jar dengan tes A.

h. Setelah siswa menyelesaikan soal tes dengan benar, siswa tersebut selan-jutnya menyelesaikan tes unit, dan siswa pemeriksa akan menghitung skornya.

i. Melakukan observasi aktivitas siswa pada saat siswa sedang melakukan aktivitas belajar yang dibantu oleh tiga orang observer dan pada saat yang bersamaan dilakukan observasi kinerja guru oleh guru mitra.

j. Guru menghitung jumlah skor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang bisa dikerjakan dengan benar oleh tiap anggota tim dan jum-lah tes-tes unit yang berhasil diselesaikan dengan baik. Kriterianya diba-ngun dari kinerja tim. Kriteria yang tinggi ditetapkan bagi sebuah tim menjadi Super Team, kriteria sedang untuk menjadi Good Team, dan teria minimum untuk menjadi Great Team. Tim-tim yang memenuhi kri-teria tersebut akan menerima sertifikat yang menarik.

k. Melakukan tes akhir siklus I. 3. Refleksi

Setelah pembelajaran selesai pada siklus I dilakukan refleksi, yaitu analisis per-baikan kinerja guru dalam proses pembelajaran dan perper-baikan RPP, hasil evaluasi dan hasil observasi proses pembelajaran. Refleksi bertujuan untuk mengetahui apakah indikator kinerja telah tercapai atau belum dan mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada selama proses pembelajaran berlangsung. Pada bagian re-fleksi dilakukan analisis mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Hasil tes dan observasi dianalisis dan ditarik kesimpulan tentang perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi yang selanjutnya dijadikan dasar perbaikan pada siklus berikutnya. Kelemahan tersebut akan diperbaiki dan kemajuannya akan dipertahankan pada siklus berikutnya.

2) Siklus II

(24)

Diagram kegiatan penelitian ini adalah:

Gambar 2. Bagan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dimodifikasi dari Kemmis dan Taggart (dalam Hopkins, 2000)

E. Teknik Analisis Data 1. Data aktivitas

a. Persentase setiap jenis aktivitas

Aktivitas yang diamati adalah aktivitason tasksiswa,yaitu aktif menge-mukakan pendapat, aktif dalam diskusi, aktif bertanya pada guru dan aktif menjawab pertanyaan dari guru. Persentase setiap jenis aktivitason task

pada setiap siklus dihitung menggunakan rumus:

100%

%An = Persentase setiap jenis aktivitason tasksetiap pertemuan

∑ An = Jumlah siswa yang melakukan setiap jenis aktivitason tasksetiap pertemuan

Temuan Orientasi dan Kajian Teori

Pelaksanaan Tindakan I dan observasi

(25)

b. Rata-rata persentase setiap jenis aktivitas on task pada setiap siklus

% = rata-rata persentase setiap jenis aktivitas on task pada setiap siklus

%An = jumlah persentase setiap jenis aktivitason tasksetiap siklus S = jumlah pertemuan dalam satu siklus

c. Persentase peningkatan setiap jenis aktivitas on task dari siklus ke siklus dihitung menggunakan rumus:

%As = %Ann+1− %Ann

Keterangan:

%As = Persentase peningkatan setiap jenis aktivitas on taskdari siklus ke siklus

An

% n+1 = rata-rata persentase setiap jenis aktivitas on task pada siklus

ke-n+1 An

% n = rata-rata persentase setiap jenis aktivitason taskpada siklus ke-n

2. Data penguasaan konsep

a. Rata-rata penguasaan konsep siswa dihitung menggunakan rumus: N

Yn Yn 

Keterangan:

Yn = nilai rata-rata hasil tes penguasaan konsep pada siklus ke-n ∑ Yn = jumlah nilai tes penguasaan konsep setiap siklus ke-n N = jumlah siswa yang mengikuti tes penguasaan konsep b. Persentase peningkatan penguasaan konsep siswa

100%

(26)

c. Persentase siswa yang memperoleh nilai≥ 66pada setiap siklus n

Sk

%Sk x100% Keterangan:

%Sk = Persentase jumlah siswa yang memperoleh≥ 66siklus ke-n ∑ Sk = Jumlahsiswa yang memperoleh nilai≥ 66siklus ke-n

n = Jumlah siswa keseluruhan

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan individu. Cara pemberian skor peningkatan individu menurut Slavin (Trianto, 2007 ) dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Kriteria peningkatan individu

Skor Formatif Terakhir Poin Peningkatan individu >10 poin di bawah skor dasar 0

1-10 poin di bawah skor dasar 10 0-10 poin di atas skor dasar 20 >10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna(tidak berdasarkan skor awal) 40 Nilai kelompok dapat dihitung menggunakan rumus : Keterangan :

Nk = Nilai kelompok.

∑ P = Jumlah poin peningkatan setiap anggota kelompok. K = Banyaknya anggota kelompok

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak mendapatkan penghargaan.

Berdasarkan nilai kelompok terdapat 3 tingkatan penghargaan yang diberikan se-perti pada tabel berikut :

Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok Kriteria Predikat kelompok

Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini yaitu meningkatnya aktivitas

on taskdan penguasaan konsep siswa dengan menggunakan pembelajaran koo-peratif tipeTAIsebanyak≥ 5%, sehingga hasil belajar yang diperoleh akan memuaskan dan ketuntasan belajar dapat tercapai.

(27)
(28)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTAImeningkatkan persentase:

1. Aktivitason tasksiswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia dari siklus I ke siklus II. Peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk aktif berdiskusi sebesar 14,06% , menjawab pertanyaan sebesar 3,12% , mengajukan pertanyaan sebesar 7,2% , serta mengemukakan pendapat sebesar 10,94% .

2. Rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia dari siklus I ke siklus II. Persentase peningkatan penguasaan konsep dari siklus I ke siklus II sebesar 7,62%.

3. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan aktivitas siswa dan penguasaan konsep pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia. Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama satu sama lain, dan meminta bantuan kepada asisten apabila ada kesulitan dalam memahami materi. Dalam pembelajaran siswa membantu satu sama lain dalam diskusi kelompoknya, dimana siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi membantu siswa yang intelektualnya lebih rendah.

B. Saran

Setelah dilakukan penelitian dengan model pembelajaranTAI, maka saran-saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan dari hasil penguasaan konsep dengan menggunakan model pem-belajaran kooperatif tipeTAIdisarankan kepada guru kimia supaya membia-sakan siswa menggunakan model pembelajaran ini pada kelas yang memiliki kharakteristik siswa dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda. 2. Kendala yang dihadapi pada pembelajaran kooperatif tipeTAIadalah ketika

memanfaatkan kerja asisten, untuk mengatasinya disarankan kepada guru ki-mia supaya menunjuk asisten secara obyektif, yaitu siswa yang terbaik dan memberikan pengarahan khusus kepada asisten di luar jam pelajaran kimia. 3. Tahapan tes dalam pembelajaran kooperatif tipeTAIcukup banyak antara lain

(29)
(30)

PADA POKOK BAHASAN HUKUMHUKUM DASAR KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

(PTK Pada Siswa Kelas XM1SMK Kosgoro Bandar Sribhawono TP 2010-2011)

Oleh

LAILATUL HANIAH

Berdasarkan observasi, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata ulangan harian pada materi pokok ikatan kimia kelas XM1SMK Kosgoro Bandar Sribhawono

Tahun Pelajaran 2010-2011 adalah 63,87. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran kimia kelas X adalah 100% siswa mendapat nilai≥66, pada

kenyataannya hanya 53,12% siswa mendapat nilai≥66. Aktivitas siswa yang

(31)

tipeTAIdalam meningkatkan: (1) aktivitason task; (2) penguasaan konsep; (3) ketuntasan belajar.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Data penelitian terdiri dari data kualitatif, yaitu data aktivitason tasksiswa yang diperoleh dari lembar observasi, serta data kuantitatif berupa nilai penguasaan konsep materi hukum-hukum dasar kimia yang diukur melalui tes formatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTAImeningkatan persentase: (1) aktivitason tasksiswa dari siklus I ke siklus II (a) aktif berdiskusi sebesar 14,06% (b) menjawab pertanyaan sebesar 3,12% (c) mengajukan pertanyaan sebesar 7,2% dan (d) mengemukakan pendapat sebesar 10,94% (2) penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 7,62%.

(32)

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

(PTK Pada Kelas XM1SMK Kosgoro Bandar Sribhawono TP 2010-2011)

Oleh Lailatul Haniah

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(33)

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

(PTK Pada Kelas XM1SMK Kosgoro Bandar Sribhawono TP 2010-2011)

(SKRIPSI)

Oleh Lailatul Haniah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(34)

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Chansyanah D, M. Si. ______________

Sekretaris : Dra. Ila Rosilawati, M. Si ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Emmawaty Sofya, S.Si., M. Si. ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003

(35)
(36)

Assisted Individualization (PTK Pada Kelas XM1

SMK Kosgoro Bandar Sribhawono TP 2010-2011)

Nama Mahasiswa : Lailatul Haniah Nomor Pokok Mahasiswa : 0613023006 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Dra. Chansyanah D, M. Si. Dra. Ila Rosilawati, M. Si. NIP 196608241991112002 NIP 196507171990032001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(37)

Kegagalan bukan akhir dari perjalanan, tetapi merupakan awal pencapaian

sebuah kesuksesan

(lela)

Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil

apapun terjadi karena kebetulan. Ini merupakan fakta penciptaan yang tak

terbantahkan

(Andrea Hirata, inspired by Harun Yahya)

kehidupan tak selalu seindah yang kita bayangkan tetapi menerima kenyataan

adalah hal yang paling membahagiakan, maka hidup itu perlu kerja keras

(38)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan

karunia-Nya. Dengan segala kerendahan hati ku persembahkan hasil karyaku ini

kepada:

Bapak dan Ibuku tersayang yang telah membesarkan, mendidik, dan tak kenal lelah

dalam mewujudkan mimpiku. Terimakasih, karena selalu mendoakanku,

memberikan cinta, kasih sayang dan materi serta harapan atas keberhasilan studiku.

Jerih payah dan kerja keras Bapak dan Ibu tidak akan pernah aku lupakan.

Mudah-mudahan kelak aku dapat membahagiakan Bapak dan Ibu. Amien...

Kakak-kakak ku tercinta; kak rizki, mba Ida, mba Ari, mbak Risna dan Kak

roni terimakasih atas semangat dan nasehat yang selalu kakak-kakakku berikan

untukku. Semoga aku bisa menjadi adik yang baik untuk kalian.

Keponakan-keponakan ku tersayang; Habib, Rafli, dan Shifa yang lucu,

ngegemesin, kadang menjengkelkan, tetapi selalu membuat keceriaan.

Seseorang yang dijanjikan Allah SWT untukku (Insya Allah) disaat yang tepat

untuk berdampingan denganku bersama meraih Surga-Nya. Terimakasih telah

menjadi teman curhatku, yang selalu mendengar keluh kesahku, serta selalu ada di

saat aku senang dan sedih.

(39)

Penulis dilahirkan di desa Sripendowo, Kec. Bandar Sribhawono, Kab. Lampung Timur pada tanggal 11 Agustus 1988, anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Sugito dan Ibu Siti Asiyah.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1993 di TK PGRI II Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 1994, kemudian melanjutkan sekolah di SDN 2

Sripendowo yang diselesaikan pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah di MTs Maarif NU 9 Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 2003 dan dilanjutkan di SMA Negeri 1 Labuhan Maringgai yang diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

(40)

Puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judulPeningkatan Aktivitas Belajar Dan Penguasaan Konsep Pada Pokok Bahasan Hukum–Hukum Dasar Kimia Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization(PTK Pada Kelas Xm1Smk Kosgoro Bandar

Sribhawo-no TP 2010-2011)”merupakan salah satu syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Arwin achmad, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra.Nina Kadaritna, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia dan Pembimbing Akademik, terima kasih atas saran dan bimbingannya selama ini.

4. Ibu Dra. Chansyanah D, M. Si., selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas bantuan dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik selama ini dalam proses penyelesaian skripsi.

5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si., selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas segala keikhlasan dan kesabarannya untuk membimbing dan memberi

(41)

penulisan skripsi ini.

7. Seluruh staf dan dosen khususnya di Program Studi Pendidikan Kimia. 8. Bapak Drs. Haris Sarjono, selaku kepala SMK Kosgoro Bandar Sribhawono

yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian. 9. Ibu Dra. Samsinar, selaku guru mitra serta murid-murid kelas XM1,

terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung. 10. Teristimewa untuk Bapak dan Ibu. Terima kasih atas perhatian, cinta, nasehat,

kasih sayang, dan materi yang selalu Bapak dan Ibu perjuangkan untuk keberhasilanku, juga atas segala doa dan dukungannya untuk harapan akan kesuksesanku.

11. Buat kakak-kakakku dan adik-adikku serta sahabat-sahabat terdekatku ,kak Rizki,Mba’ Risna, Mas Roni, Mba’Ari,Mba’ida, iyah, tika, habib, ria, mimi, eva, miswanti, eka, pipit, ami, rava, mba’ irnadan kiki yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, kesabaran, dan doa demi keberhasilanku.

12. Orang terkasihku Rizki Agung Prabowo dan Kahfinda Doby Yulistian, terimakasih selalu ada di saat aku senang dan sedih, serta untuk motivasi dan semangat yang telah diberikan.

(42)

15. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, November 2011

Gambar

Gambar 1. Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TAIdimodifikasi dari Suyitno (2002).
Gambar 2. Bagan pelaksanaan penelitian tindakan kelasdimodifikasi dari Kemmis dan Taggart (dalam Hopkins, 2000)

Referensi

Dokumen terkait

(3) Diklat pimpemdagri JPT Pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan lingkup antar daerah provinsi. dan antar daerah kabupaten/kota dalam wilayah

(disesuaikan dengan judul dan masalah yang dihadapi perusahaan/lembaga, serta alternatif yang diusulkan serta bagaimana seharusnya yang ideal berdasarkan kajian teori dan

[r]

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya prestasi belajar siswa pada kelas IV. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata

Hal ini disebabkan daging pada fase prerigor ini hampir 50% protein-protein daging yang larut dalam larutan garam, dapat diekstraksi keluar dari

Berdasarkan dari uraikan masalah yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dirumuskan dalam Tugas Akhir ini adalah bagaimana mengembangkan aplikasi sistem pendukung keputusan

Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama.. kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai

Kadar zat terbang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :. Kadar zat terbang = k5?k6 k5 x