ABSTRAK
PENGARUH APLIKASI PACLOBUTRAZOL MELALUI DAUN PADA TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) UNTUK
MERANGSANG INDUKSI PEMBUNGAAN
Oleh
KRISTINA ARTIKA
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) salah satu komoditas unggulan tanaman pangan. Permintaan ubikayu yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan banyaknya bahan baku ubikayu. Hal ini perlu diantisipasi melalui intensifikasi dalam budidaya ubikayu. Intensifikasi dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul melalui rekayasa genetika dengan pemuliaan tanaman. Salah satu kendala dalam pemuliaan tanaman ini adalah umur tanaman berbunga yang tidak serempak antargenotipe. Berdasarkan hal tersebut, untuk mempermudah proses persilangan antarubikayu, maka dilakukan perangsangan pembungaan pada tanaman ubikayu menggunakan paclobutrazol. Melalui aplikasi ini tanaman ubikayu diharapkan dapat membantu percepatan rekayasa ubikayu klon unggul sesuai dengan tuntutan industri di masa depan. Percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap induksi pembungaan tanaman ubikayu.
Pada percobaan ini aplikasi dilakukan pada tanaman yang berumur 4 MST. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali, satuan unit percobaan terdiri dari 2 tanaman sample dengan perlakuan aplikasi paclobutrazol 0; 250; 500; 750 dan 1000 ppm.
Paclobutazol diberikan dengan penyemprotan ke daun sampai seluruh daun basah sebanyak 0,45 gram bahan aktif perlarutan, diberikan tiga kali sebanyak 20 ml, 30 ml, dan 50 ml per tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah aplikasi. Variabel yang diamati yaitu kecepatan bercabang, kecepatan berbunga, tinggi tanaman, jumlah daun bobot basah tanaman, dan bobot kering tanaman.
Pemberian paclobutrazol melalui daun aktif menekan pertumbuhan vegetatif tanaman ubikayu dan merangsang pembentukan bunga. Konsentrasi paclobutrazol 500 ppm efektif dalam merangsang pembentukan bunga dan saat tanaman
berbunga untuk pertama kali. Pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 500 ppm memberikan hasil terbaik pada kecepatan berbunga dan kecepatan bercabang.
ABSTRACT
PACLOBUTRAZOL EFFECT THROUGH APPLICATIONS IN PLANT LEAVES CASSAVA (Manihot esculenta Crantz) TO STIMULATE
FLOWERING INDUCTION
By
KRISTINA ARTIKA
Cassava (Manihot esculenta Crantz) is one of the leading commodity crops. Demand for cassava growing is not matched with the number of raw material cassava. This needs to be anticipated through the intensification of the cultivation of cassava. Intensification can be done with the use of high yielding varieties through genetic engineering in plant breeding. One obstacle in plant breeding is the age of flowering plants that are not in unison antargenotipe. Based on this, to ease the process of cross antarubi wood, then performed the stimulation of flowering in cassava plants using Paclobutrazol. Through this application the cassava plant is expected to help accelerate the engineering of superior cassava clones according to the demands of industry in the future. The experiments were conducted to determine the effect of Paclobutrazol on flowering induction of cassava plants.
In this experiment an application made in plants that were 4 MST. Experimental design using a Completely Randomized Design. Each treatment was repeated 3 times, experimental units consisted of two treatment plants with a sample application of Paclobutrazol 0; 250; 500; 750 and 1000 ppm. Paclobutazol
administered by spraying the leaves until all the leaves wet as much as 0.45 grams of active ingredient perlarutan, given three times as much as 20 ml, 30 ml, and 50 ml per plant. Observations were made each week after application. Observed variable is the speed of branching, flowering rate, plant height, leaf number of plants wet weight and dry weight of plants.
Paclobutrazol through the provision of active leaf pressed cassava plant vegetative growth and stimulate flower formation. Paclobutrazol concentration of 500 ppm is effective in stimulating the formation of flowers and plants at flowering for the first time. Giving Paclobutrazol at a concentration of 500 ppm gave the best results in speed and the speed of flowering branches.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman perdu yang berasal dari
benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebaran ubikayu hampir ke
seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India dan Tiongkok. Kemudian
pada tahun 1852 tanaman ini masuk ke Indonesia (Dinas Pertanian, 2009).
Ubikayu merupakan salah satu bahan pangan yang utama, tidak saja di Indonesia
tetapi juga di dunia. Sebagai tanaman pangan yang utama, ubikayu merupakan
sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia (Harnowo, 2006).
Tanaman ini menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung dalam memenuhi
kebutuhan karbohidrat. Sebagai sumber karbohidrat, ubikayu merupakan
penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain.
Untuk konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap
tahun diproduksi sekitar 300 juta ton ubikayu (Simanjuntak, 2002). Sebagai salah
satu negara yang terletak pada iklim tropis, Indonesia mampu menghasilkan
produksi ubikayu sebesar 22.851.000 ton pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik,
2010). Hal ini yang menempatkan Indonesia menjadi negara penghasil ubikayu
2
Di Indonesia ubikayu dianggap sebagai tanaman yang bernilai penting karena
mempunyai berbagai manfaat. Saat ini ubikayu tidak hanya digunakan sebagai
bahan pangan untuk manusia maupun ternak, namun telah diusahakan menjadi
komoditas yang bernilai komersial. Salah satunya untuk pengembangan industri
bioethanol. Hal ini mengacu pada Perpres No 5 tahun 2006 yang mengatakan
bahwa peningkatan produksi ubikayu dapat digunakan sebagai bahan bakar
bioethanol campuran premium 10 % (premium mix E10) (Harnowo, 2006).
Tanaman ubikayu ini dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Data Badan Pusat
Statistik (2010) menyatakan pada tahun 2010 terdapat lima provinsi di Indonesia
yang menyumbangkan hasil produksi ubikayu terbanyak sebesar 89,47% terhadap
produksi nasional yaitu Jawa Tengah, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,
dan Sulawesi Tenggara.
Di Provinsi Lampung, ubikayu merupakan salah satu komoditas unggulan. Pada
tahun 2004, Lampung mampu memproduksi 4,67 juta ton ubikayu sehingga
mampu menyumbang sebesar 26% produksi ubikayu nasional. Kemudian pada
tahun 2005 meningkat menjadi 4,76 juta ton. Tahun 2006 produksi ubikayu
mampu mencapai 5,47 juta ton. Hingga tahun 2010 hasil produksi menembus
angka sebesar 7,72 juta ton (Data BPS Lampung 2010).
Permintaan ubikayu yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan banyaknya
bahan baku ubikayu dan luas lahan produksi. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Lampung pada tahun 2009, terjadi penurunan luas lahan produksi sebesar
20,19%. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan masyarakat yang masih
yang tersedia (Dahlan, 1995). Oleh karena itu, hal ini perlu diantisipasi melalui
intensifikasi dalam budidaya ubikayu untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Intensifikasi dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul melalui
rekayasa genetika, untuk memaksimalkan penggunaan lahan yang tersedia
sehingga diperoleh hasil produksi yang tinggi. Saat ini penggunaan varietas
unggul melalui rekayasa genetik dalam pemuliaan tanaman sangat terbatas.
Pemuliaan tanaman merupakan salah satu langkah rekayasa genetik yang dapat
dilakukan melalui persilangan antarubikayu. Namun dalam proses persilangan
tersebut terdapat kendala yang menghambat upaya rekayasa genetik.
Salah satu kendala dalam pemuliaan tanaman ini adalah umur tanaman berbunga
yang tidak serempak antargenotipe dan waktu yang cukup lama yang dibutuhkan
seorang pemulia untuk mendapatkan bunga ubikayu sebelum disilangkan. Bunga
merupakan salah satu bagian tanaman yang sangat penting untuk perakitan klon
unggul yang baru. Sedangkan kebanyakan tanaman ubikayu berbunga pada umur
8-10 bulan tergantung genotipe dan lingkungan. Lamanya pembungaan ubikayu
akan mempersulit proses pemuliaan. Berdasarkan hal tersebut, untuk
mempermudah proses persilangan antarubikayu, maka dilakukan perangsangan
pembungaan pada tanaman ubikayu. Dengan demikian pembungaan pada
tanaman ubikayu dapat terjadi secara bersamaan (Halsey, dkk., 2008).
Pada berbagai penelitian yang sudah dilakukan pembungaan dapat dipercepat
dengan menggunakan senyawa kimia. Salah satu senyawa kimia yang dapat
4
Paclobutrazol merupakan salah satu penghambat tumbuh yang mempunyai rumus
empirik C15H20Cl H3O dengan rumus kimia (2RS,
3RS)-1-(4-Chlorophenil)-4,4-dimethyl-2-(1H-1,1,2,4-triazol-1-yl) pentantriol. Paclobutrazol adalah salah satu
jenis zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk menekan dan
menghambat pertumbuhan tanaman. Senyawa ini bekerja pada bagian meristem
dengan cara menghambat aktivitas enzim dalam biosintesa giberelin sehingga
terjadi penghambatan terhadap pemanjangan sel (Lontoh, dkk., 1989). Apabila
biosintesis giberelin terhambat akan mengakibatkan peningkatan biosintesis asam
absisat, sehingga terjadi proses pembungaan (Purnomo dan Prahardini, 1991).
Zat penghambat paclobutrazol ini dapat diserap tanaman melalui tanah, jaringan,
akar, batang, kemudian di angkut oleh xylem menuju titik tumbuh. Senyawa ini
aktif mencapai meristem sub apikal, menghambat produksi giberelin yang
menyebabkan penurunan laju pembelahan sel. Dengan terjadinya penurunan
pembelahan sel, maka pertumbuhan vegetatif tanaman terhambat dan secara tidak
langsung akan menyebabkan pengalihan assimilat ke pertumbuhan reproduktif
yang dibutuhkan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah.
Paclobutrazol bersifat menghambat produksi giberelin pada oksidasi ent-kareunic
menjadi asam ent-kaurenoic dalam biosintesis giberelin (ICI 1986; Khalil &
Rahman 1995; Rankle & Heins 2002; Seeno & Isoda 2003; Suzuki dkk., 2004;
Blaikie dkk., 2004; Zhu dkk., 2004 )
Hasil pengujian paclobutrazol pada tanaman jeruk dapat merangsang pembungaan
pada suhu yang cukup tinggi (Poerwanto dan Inoue, 1994). Paclobutrazol juga
sebagai akibat dari kemampuannya menghambat biosintesis giberelin (Voon,
dkk., 1992).
Aplikasi paclobutrazol pada tanaman mangga dapat secara nyata berperan
menginduksi pembungaan tanaman mangga dan berbunganya tanaman di luar
musim yaitu bunga muncul pada 60-71 hari setelah aplikasi paclobutrazol pada
konsentrasi 1000 ppm (Susanto dan Poerwanto,1999). Berdasarkan
pengujian-pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, maka aplikasi paclobutrazol pada
tanaman ubikayu diharapkan dapat membantu percepatan rekayasa ubikayu klon
unggul sesuai dengan tuntutan industri di masa depan.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah aplikasi paclobutrazol melalui daun dengan beberapa konsentrasi
berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman ubikayu?
2. Apakah aplikasi paclobutrazol melalui daun berpengaruh terhadap induksi
pembungaan tanaman ubikayu?
3. Berapa konsentrasi paclobutrazol yang terbaik terhadap induksi pembungaan
tanaman ubikayu?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengaruh aplikasi paclobutrazol melalui daun dengan beberapa
6
2. Mengetahui pengaruh aplikasi paclobutrazol melalui daun terhadap induksi
pembungaan tanaman ubikayu.
3. Mengetahui konsentrasi paclobutrazol yang terbaik terhadap induksi
pembungaan tanaman ubikayu.
1.3 Landasan Teori
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu bahan pangan yang
utama, tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Permintaan ubikayu dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan, baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan
maupun industri. Peran ubikayu dalam bidang industri akan terus mengalami
peningkatan seiring dengan adanya program pemerintah untuk menggunakan
sumber energi alternatif yang berasal dari hasil pertanian (liquid biofuel), seperti
biodiesel dan bioetanol, serta diversifikasi pangan berbasis pangan lokal. Untuk
dapat mendukung program pemerintah tersebut, maka produksi ubikayu harus
ditingkatkan. Peningkatan produksi ubikayu dapat dilakukan melalui peningkatan
luas panen, penerapan teknik budidaya yang tepat, dan perakitan klon unggul
(Hilman, dkk., 2004).
Pemanfaatan terbesar ubikayu di Indonesia yaitu untuk bahan pangan sekitar 58%,
bahan baku industri 28%, ekspor dalam bentuk gaplek sekitar 8%, pakan 2%
sedangkan sisanya 4% digunakan sebagai limbah pertanian. Banyaknya manfaat
yang dapat diambil dari tanaman ubikayu tersebut semakin memperluas usaha
pembudidayaan tanaman ubikayu. Salah satu usaha yang dapat digunakan untuk
kegiatan budidayanya. Dari segi teknis produksi, penyebab penting atas
rendahnya tingkat hasil ubikayu di tingkat petani adalah kurangnya penggunaan
pupuk dan terbatasnya penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi
(Nasir dan Lawu, 2007).
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka upaya peningkatan produksi
ubikayu baik untuk pangan maupun industri melaui perakitan klon unggul harus
mendapat perhatian besar dari semua pihak (Subandi dkk., 2007).
Kendala dalam pemuliaan tanaman ubikayu adalah umur tanaman berbunga yang
relatif tidak serentak antargenotipe dan waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan bunga ubikayu sebelum disilangkan sebagai bahan dasar untuk
kombinasi genotipe. Bunga sangat penting dan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam proses pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul
yang baru. Kebanyakan tanaman ubikayu berbunga 8-10 bulan dan sangat
tergantung genotipe dan lingkungan tumbuh (Halsey, dkk., 2008).
Proses pembungaan berlangsung melalui sejumlah tahap penting, sampai
diperoleh hasil akhir yaitu biji. Masing-masing tahap tersebut dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal dan eksternal yang berbeda.
Menurut Lang (1987), proses tersebut terjadi dalam 6 tahapan yaitu :
1. Induksi bunga (evokasi) adalah tahap pertama dari proses pembungaan, yaitu
suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah
8
2. Inisiasi bunga adalah tahap ketika perubahan morfologis menjadi bentuk
kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makroskopis untuk pertama
kalinya;
3. Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis (bunga mekar) ditandai
dengan terjadinya diferensiasi bagian-bagian bunga;
4. Anthesis merupakan tahap ketika terjadi pemekaran bunga;
5. Penyerbukan dan pembuahan tahap ini memberikan hasil terbentuknya buah
muda;
6. Perkembangan buah muda menuju kemasakan buah dan biji tahap ini diawali
dengan pembesaran bakal buah (ovarium), lalu diikuti oleh perkembangan
cadangan makanan (endosperm), dan selanjutnya terjadi perkembangan
embrio.
Sampai saat ini beberapa peneliti telah berhasil mempercepat induksi pembungaan
beberapa tanaman dengan menggunakan senyawa kimia penghambat
pertumbuhan tanaman yaitu paclobutrazol. Paclobutrazol dikenal sebagai zat
pengatur tumbuh antigiberelin yang sukses menghambat pertumbuhan pucuk pada
beberapa spesies (Early dan Martin, 1988; LeCain dkk., 1986; Swietlik dan
Miller, 1983; Tromp, 1987; Wood, 1984).
Paclobutrazol adalah salah satu jenis zat pengatur tumbuh yang sering digunakan
untuk menekan dan menghambat pertumbuhan tanaman yang bekerja pada bagian
meristem dengan cara menghambat biosintesa giberelin sehingga terjadi
penghambatan terhadap pemanjangan sel. Zat pengatur tumbuh ini mampu
meningkatkan proses respirasi (Afandi, 2000). Paclobutrazol juga mampu
menghambat aktivitas enzim dalam biosintesis giberelin (Lontoh, dkk., 1989).
Biosintesis giberelin yang terhambat akan mengakibatkan peningkatan biosintesis
asam absisat, sehingga terjadi proses pembungaan (Purnomo dan
Prahardini, 1991).
Aplikasi paclobutrazol pada tanaman jeruk dapat merangsang pembungaan pada
suhu yang cukup tinggi (Poerwanto dan Inoue, 1994). Percobaan lain juga
membuktikan perlakuan paclobutazol juga dapat mengatur pembungaan dan
panen nanas di luar musin (Antunes, dkk., 2008). Penggunaan paclobutrazol pada
tanaman krisan juga dapat meningkatkan jumlah bunga dan ketahanan bunga
potong krisan (Syam’un, dkk., 2008). Aplikasi paclobutrazol dapat secara nyata
berperan menginduksi pembungaan tanaman mangga dan berbunganya tanaman
di luar musim yaitu bunga muncul pada 60-71 hari setelah aplikasi paclobutrazol
pada konsentrasi 1000 ppm (Susanto dan Poerwanto, 1999).
1.4 Kerangka Pemikiran
Tanaman ubikayu merupakan salah satu tanaman pangan yang saat ini sangat
populer. Ubikayu dapat dimanfaatkan dalam berbagai macam industri sebagai
contoh industri tapioka, industri pakan ternak, industri etanol dan masih banyak
industri lainnya. Banyaknya manfaat yang diberikan tanaman ubikayu akan
mendorong permintaan ubikayu yang semakin meningkat. Namun permintaan
10
tersedia. Hal ini dapat diantisipasi melalui intensifikasi dalam budidaya ubikayu
untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Intensifikasi dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul melalui
rekayasa genetika. Namun sayangnya belum banyak varietas unggul yang
tersedia. Proses untuk mendapatkan varietas unggul dapat dilakukan dengan
melakukan pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman biasanya dilakukan dengan
cara menyilangkan berbagai klon untuk mendapatkan kultivar baru yang unggul.
Di dalam proses pemuliaan tanaman tersebut terdapat kendala. Kendala dalam
pemuliaan tanaman ubikayu adalah umur tanaman berbunga yang relatif tidak
serentak antargenotipe dan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bunga
ubikayu sebelum disilangkan sebagai bahan dasar untuk kombinasi genotipe.
Bunga sangat penting dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
proses pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul yang baru. Kebanyakan
tanaman ubikayu berbunga 8-10 bulan dan sangat tergantung genotipe dan
lingkungan tumbuh. Keberadaan bunga ubikayu sangat penting dalam kaitan
dengan upaya pemulia untuk memperlebar keragaman genotipe klon ubikayu.
Dengan demikian, seleksi dapat lebih mudah dilakukan untuk memenuhi karakter
klon yang sesuai dengan klon yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut,
akan dipakai senyawa kimia yang dapat mempercepat proses pembungaan. Salah
Paclobutrazol bekerja dengan menghambat proses biosintesis giberelin sehingga
diharapkan tanaman dapat berbunga. Dengan paclobutrazol maka fase dorman
akan diperpanjang sehingga hasil fotosintesis tidak digunakan untuk pertumbuhan
melainkan akan disimpan untuk menginduksi bunga.
Pacloburazol yang diberikan melalui daun diharapkan dapat mempercepat proses
penyerapan dan translokasi dalam jaringan tanaman ubikayu melalui stomata yang
terletak pada lapisan epidermis bawah daun. Melalui proses aplikasi tersebut,
maka diharapkan tanaman ubikayu dapat berbunga dengan cepat di luar masa
waktu berbunganya.
1.5 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut :
1. Aplikasi paclobutrazol melalui daun dengan beberapa konsentrasi
berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman ubikayu.
2. Aplikasi paclobutrazol melalui daun berpengaruh terhadap induksi
pembungaan tanaman ubikayu.
3. Konsentrasi paclobutrazol 250 ppm sudah dapat memacu pertumbuhan dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Ubikayu
Ubikayu (Mannihot esculenta) merupakan tanaman perdu, berasal dari benua
Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Ubikayu menyebar ke Asia pada awal abad
ke-17 dibawa oleh pedagang Spanyol dari Mexico ke Philipina. Kemudian
menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tanaman ini masuk ke
Indonesia pada tahun 1852 (Prihatman, 2000).
Ubikayu (Mannihot esculenta) termaasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau
getas (mudah patah). Ubikayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari
bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan
yang tinggi. Ubikayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Ubikayu dapat tumbuh
subur di daerah yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut. Daun
ubikayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak
tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun
tersebut berwarna kuning, hijau atau merah (Rukmana, 1997).
Terdapat dua jenis ubikayu yang dikenal masyarakat. Jenis pertama adalah
ubikayu konsumsi dengan kadar cyanogenic glucoside acid atau asam sianida
tinggi yang biasanya dimanfaatkan dalam bidang industri. Secara taksonomi,
tanaman ubikayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Suku : Euphorbiaceae
Subsuku : Crotonoideae
Tribe : Manihoteae
Marga : Mannihot
Spesies : Mannihot esculenta
Ubikayu diklasifikasikan hanya satu-satunya dalam family Euporbiaceae yang
secara luas dibudidayakan untuk produksi pangan (O’Hair, 1995).
2.2 Biologi Reproduksi Ubikayu
Ubikayu merupakan tanaman monoecious, artinya bunga jantan dan betina
tanaman ini terdapat pada tanaman yang sama. Bunga jantan dan betina ini
muncul dari cabang reproduksi yang sama (Halsey, dkk., 2008).
Umur berbunga tanaman ubikayu berbeda tergantung genotipe dan kondisi
lingkungan. Bunga biasanya mekar sekitar tengah hari dan mekar selama sehari.
Pada rangkaian bunga yang sama bunga betina mekar terlebih dahulu dan akan
disusul mekarnya bunga jantan sekitar 10-14 hari kemudian. Pada waktu bunga
14
Masa pembungaan sampai bunga terakhir pada tanaman yang sama berlangsung
lebih dari 2 bulan. Tepung sari dari bunga jantan akan membuahi putik bunga di
sekitar tanaman tersebut dengan proporsi tergantung pada genotipe, lingkungan
dan kehadiran serangga penyerbuk. (Hasley, dkk., 2008).
Pembungaan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pada beberapa genotipe
induksi pembungaan tergantung pada photoperiode yang lebih dari 13,5 jam hari
terang dan juga berhubungan dengan suhu kira-kira 24o Celcius (Alves, 2002).
Pembungaan pada tanaman ubikayu ditandai dengan terbantuknya percabangan
pada batang bagian apiacal. Daun dekat rangkaian bunga umumnya berkurang
dalam ukuran dan jumlah jari-jari daunnya, biasanya sekitar 3 jari daun saja
(Hasley, dkk., 2008).
2.3 Karakteristik Bunga Ubikayu
Ubikayu merupakan spesies monoecious, artinya bunga jantan dan bunga betina
berada pada tanaman yang sama. Bunga jantan memiliki benang sari sedangkan
bunga betina memiliki putik, seperti pada Gambar 1 dan 2.
Pada umumnya bunga betina lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan bunga
jantan. Pada waktu perbungaan, bunga betina terbuka 1-2 minggu lebih awal
sebelum bunga jantan. Terbukanya bunga betina yang lebih awal dibandingkan
Perigonium
Putik
Gambar 1. Bunga betina tanaman ubikayu (female flower of cassava).
Kuncup bunga
Benang Sari
Gambar 2. Bunga Jantan tanaman ubikayu (male flower of cassava).
Tanaman ubikayu merupakan tanaman yang sangat homozigot karena bunga
jantan dan betina yang telah terbuka biasanya akan selfcross (melakukan
persilangan sendiri) yang diserbuki oleh serangga atau persilangan yang dilakukan
16
Benang sari Putik
Pinset
Gambar 3. Persilangan bunga ubikayu (flower of cassava) oleh manusia
Bunga tanaman ubikayu ini tidak memiliki kelopak atau mahkota, namun
memiliki struktur yang tidak terbatas yang disebut perianth atau perigonium.
Perigonium tersebut terdiri dari lima bagian berwarna kuning, kemerahan atau
ungu. Ukuran bunga jantan lebih kecil karena hanya setengah ukuran bunga
betina. Serbuk sari umumnya berwarna kuning atau oranye dengan ukuran yang
sangat besar dibandingkan dengan tanaman berbunga lainnya (Ghosh,
dkk.,1988).
Menurut Aguirre (2008), menjelaskan skema umum dari proses pembungaan
sebagai berikut :
1. Percabangan tunas bunga muncul 2-6 bulan setelah tanam pada kondisi
lingkungan tertentu.
2. Lalu tunas yang mulai memunculkan bunga (bunga majemuk yang sangat
3. Saat bunga muncul, bunga betina siap untuk penyerbukan selama 15 hari
setelah inisiasi pembungaan. Sebuah indikator terjadinya dari penyebukan
adalah adanya setetes nektar yang masuk dalam bunga.
4. Bunga jantan pada cabang yang sama membuka 20 sampai 30 hari kemudian.
5. Buah menjadi dewasa dan siap untuk membuka (pecah) dalam 2,5 sampai 3
bulan pembuahan.
Pollen atau serbuk sari dari ubikayu mempunyai ukuran yang cukup besar dan
lengket. Penyerbukan dapat dibantu oleh angin namun hanya sebagian kecil
(Olsen, 2008). Serbuk sari menunjukkan dimorfisme ukuran ubikayu.
Biji ubikayu mempunyai ukuran diameter yang bervariasi, untuk ukuran yang
lebih besar antara 130-150 mikron, sedangkan biji yang lebih kecil berukuran
antara 90-110 mikron (Plazas, 1991) dapat dilihat pada Gambar 4.
Buah tanaman ubikayu
18
Meristem apikal akan menjadi reproduksi aktif ketika terjadi percabangan.
Setelah terjadi percabangan bunga akan muncul di percabangan tersebut.
Pembungaan dapat dimulai 6 minggu setelah tanam meskipun waktu berbunga
yang tepat tergantung pada budidaya dan lingkungan. Tanaman ubikayu dapat
menghasilkan bunga terbaik pada suhu moderat yaitu sekitar 24° Celcius. Namun
tidak semua tanaman ubikayu dapat berbunga. Terdapat beberapa klon tidak
pernah diketahui berbunga (Keating dkk., 1982).
2.4 Paclobutrazol
Paclobutrazol merupakan bahan penghambat pertumbuhan yang bekerja pada
bagian meristem dengan cara menghambat biosintesa geberelin, sehingga terjadi
penghambatan terhadap perpanjangan sel (Berova, dkk., 2002). Senyawa ini
adalah lawan yang dari hormon giberelin tanaman. Bahan ini bertindak dalam
biosintesis giberelin dengan mengurangi pertumbuhan internodial. Zat
penghambat tersebut berperan dalam menurunkan metabolisme jaringan,
menghambat pertumbuhan vegetatif dan menghambat sintesis giberelin, serta
menghambat urutan reaksi oksidasi dalam pembentukan giberelat.
Paclobutrazol ini memiliki nama kimia 2RS, 3R -1 - 4-klorofenil
-4,4-dimetil-2-1H-1,2,4-triazol-1-il pentan-3-ol (Wattimena l988). Rumus bangun paclobutrazol
Gambar 5 . Rumus bangun paclobutrazol
Zat penghambat pertumbuhan yaitu paclobutrazol merupakan triazole yang
dilaporkan sebagai bahan untuk melindungi dan mencegah tanaman dari beberapa
cekaman lingkungan seperti kekeringan, temperatur rendah dan kering,
Paclobutrazol mengintervensi biosintesis giberelin dengan menghambat oksidasi
ent kaurenic menjadi ent kaurenic acid dengan cara menonaktifkan cytochrome
P450-dependent oxygenase. Paclobutrazol juga menstimulasi akumulasi asam
absisat di daun (Zhu dkk., 2004).
Paclobutrazol merupakan retardan yang bersifat menurunkan aktivitas
metabolisme jaringan dan dapat menghambat proses pertumbuhan vegetatif
(Purnomo dan Prahadini, 1991) dan menghambat biosintesis giberelin yang
berfungsi dalam proses pemanjangan sel dan jaringan tanaman (Yelnititis dan
Bermawie, 2001).
Pemberian paclobutrazol 5,0 mg/l nyata mereduksi proses pemanjangan sel bila
dibandingkan dengan paclobutrazol 1,0 mg/l dan tanpa pacloburazol. Sementara
penggunaan paclobutrazol konsentrasi 3 dan 5 mg/l tidak berpengaruh nyata
N N CHCH2 Cl
CHOH N
C(CH3)3
20
terhadap laju pemanjangan tunas. Paclobutrazol di dalam jaringan
ditranslokasikan secara akropetal melalui jaringan xylem sehingga berdampak
terhadap pemendekan tinggi tanaman (Cathey, 1975).
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, aplikasi paclobutrazol pada
tanaman jeruk dapat merangsang pembungaan pada suhu yang cukup tinggi
(Poerwanto dan Inoue, 1994). Perlakuan paclobutazol juga dapat mengatur
pembungaan dan panen nanas di luar musim (Antunes, dkk., 2008). Penggunaan
paclobutrazol pada tanaman krisan juga dapat meningkatkan jumlah bunga dan
ketahanan bunga potong krisan (Syam’un, dkk., 2008).
Aplikasi paclobutrazol dapat secara nyata berperan menginduksi pembungaan
tanaman mangga dan berbunganya tanaman di luar musim yaitu bunga muncul
pada 60-71 hari setelah aplikasi paclobutrazol pada konsentrasi 1000 ppm
(Susanto dan Poerwanto, 1999).
2.5 Penyerapan Melalui Daun
Unsur hara makro dan mikro yang tidak tersedia di dalam tanah dengan jumlah
yang cukup, maka memerlukan tambahan pupuk melalui akar atau daun. Pupuk
tersebut berguna dalam mencukupi kebutuhan tanaman untuk mempertahankan
pertumbuhannya (Kelpitna, 2009).
Pemupukan melalui daun memberikan pengaruh yang lebih cepat terhadap
tanaman dibanding lewat akar (ICI, 1986). Kecepatan penyerapan hara juga
dipengaruhi oleh status hara dalam tanah. Bila kadar hara dalam tanah rendah,
daun merupakan pupuk organik yang mengandung unsur makro dan mikro
(tunggal dan majemuk) dalam bentuk padat atau cair yang dapat langsung diserap
oleh tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pemupukan melalui daun merupakan cara pemberian pupuk ke tanaman melalui
penyemprotan daun. Pemupukan lewat daun dipandang lebih berhasil bila
dibanding melalui akar. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis pada
tanaman itu sendiri . Daun merupakan tempat terdapatnya banyak stomata.
Stomata ini sebagian besar terdapat di bawah permukaan daun. Membuka dan
menutupnya stomata berkaitan dengan tekanan turgor melaului proses
defusi-osmosis, dan proses defusi-osmosis pada daun di pengaruhi oleh sinar matahari.
Oleh karena itu penyemprotan sebaiknya dilakukan setelah ada sinar matahari,
namun penyemprotan sebaiknya dihentikan setelah sinar matahari sudah mulai
terasa terik, karena sebagian unsur akan lebih banyak menguap bila matahari
semakin panas dan angin lebih kencang berhembus. Sementara bila penyemprotan
dilakukan pada sore hari juga tidak terlalu efektif karena pada sore hari biasanya
angin lebih kencang berhembus sehingga akurasi penyemprotan tidak sempurna,
dan sinar matahari segera menghilang sehingga stomata juga segera menutup.
Sementara proses masuknya unsur hara ke dalam daun yang optimal memakan
waktu sekitar 2-4 jam (Marsono, 2007).
Keuntungan dari pemupukan yang dilakukan melalui daun yaitu penyerapan unsur
haranya relatif lebih cepat. Tidak terjadi pengikatan unsur hara seperti halnya
tanah tempat sebagian unsur hara akan diikat dengan kuat oleh partikel tanah dan
22
pupuk yang kurang merata pada daerah perakaran, absorbsi hara oleh sel daun
lebih cepat, efektif untuk menanggulangi kekurangan unsur mikro yang dapat
dilakukan bersama-sama penyemprotan pestisida. Penyemprotan melalui daun
memberikan hasil lebih cepat daripada pemupukan melalui tanah, karena pada
permukaan daun terdapat banyak stomata. Pemupukan lewat daun dapat
menghindarkan tanah dari kelelahan. Jadi harus ada variasi antara pemupukan
melalui daun dan melalui tanah (Martin, 2000).
Menurut ICI (1984), pemberian paclobutrazol melalui daun memberikan hasil
yang lebih cepat dibandingkan melalui tanah. Hal ini diduga paclobutazol di
dalam tanah akan dijerap oleh partikel tanah dengan adanya bahan organik.
sehingga pemberian paclobutrazol melalui daun pada dasarnya merupakan upaya
untuk menghilangkan pengaruh jerapan oleh partikel tanah. Melalui cara ini
paclobutrazol akan langsung masuk ke jaringan tanaman melalui stomata dan
langsung ditranslokasikan ke daerah meristem sup apikal (Marsono, 2007)
sehingga pengaruhnya lebih cepat terlihat. Efektivitas pemberian paclobutrazol
melalui daun dipengaruhi oleh beberapa faktor dosis yang masuk ke daun,
frekuensi penyemprotan, konsentrasi paclobutrazol, keadaan cuaca dan struktur
morfologi dari daun.
Secara praktik cara pemberian paclobutrazol melalui daun tampak lebih
ekonomis, hal ini diduga jumlah bahan aktif yang mampu masuk ke dalam
jaringan tanaman langsung diterima stomata, berbeda dengan pemberian melalui
akar. Bahan aktif yang masuk kemungkinan akan hilang (mobil) dalam tanah
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di kebun penelitian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
di belakang Masjid Alwasi’i (komplek perumahan dosen), dari bulan Agustus sampai
dengan November 2011.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 bagian karena
penelitian ini dilakukan di lapang dan di laboratorium :
3.2.1 Bahan dan Alat Penelitian di Lapang
Bahan tanaman berupa stek ukuran 25 cm yang diambil dari batang tanaman ubikayu
varietas Thailand yang sudah berumur 8-12 bulan, pupuk TSP, pupuk urea, pupuk
KCl. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, koret, polibag, plastik, gembor,
ember, selang air, meteran, penggaris, jangka sorong, pensil, kertas label.
3.2.2 Bahan dan Alat Penelitian di Laboratorium
Bahan yang digunakan berupa Paclobutrazol dengan kemurnian analar sebanyak
99% dan ditambahkan alkohol sebanyak 600 ml. Alat-alat yang digunakan
24
3.2 Metode Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji hipotesis,
maka perlakuan yang diberikan yaitu konsentrasi paclobutrazol masing-masing
kontrol 0 ppm (P0), Konsentrasi 250 ppm (P1), Konsentrasi 500 ppm (P2),
Konsentrasi 750 ppm(P3) dan Konsentrasi 1000 ppm (P4). Perlakuan disusun pada
petak percobaan dalam Rancangan Acak Kelompok. Setiap perlakuan diulang tiga
kali dan setiap satuan percobaan terdiri dari sedikitnya dua tanaman contoh.
Setelah didapat data, maka dilakukan uji homogenitas. Setelah data homogen,
homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan data
diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, maka data dianalisis ragam dan
dilanjutkan dengan dilanjutkan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Bibit
Bahan tanaman berupa stek ukuran 25 cm diambil dari batang tanaman ubikayu
Varietas Thailand yang sudah berumur 8-12 bulan.
2. Penanaman
Setelah bibit setek tersedia, maka langkah selanjutnya disiapkan polibag
berukuran 5 kg yang telah diisi media tanam berupa pupuk kandang + tanah
polibag dan 1/3 bagian batang berada di dalam media tanam. Selanjutnya disusun
secara acak pada plot dengan jarak 0,5 m x 0,5 m.
3. Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman
Setelah setek ditanam dilakukan pemupukan pada tanaman ubikayu tersebut.
Setiap polibag diberi 10 gram urea, 10 gram TSP dan 10 gram KCl. Pemupukan
pertama dilakukan pada 1 minggu setelah tanam dengan dosis ½ dosis urea yaitu
5 gram, dosis penuh untuk TSP dan ½ dosis KCl yaitu 5 gram. Pemupukan
terakhir dilakukan 1 bulan setelah tanam dengan ½ dosis Urea dan ½ dosis KCl
yaitu masing-masing 5 gram. Saat setek mulai tumbuh gulma disekitar tanaman
juga mulai tumbuh perawatan dilakukan dengan penyiangan gulma. Penyiraman
dilakukan 2 kali pada pagi dan sore hari, tergantung kondisi tanaman.
4. Aplikasi Paclobutrazol
Setelah tunas baru tumbuh, dilakukan seleksi dan hanya menyisakan dua tunas
terbaik. Tanaman yang hanya memiliki satu tunas digunakan sebagai tanaman
kontrol. Aplikasi paclobutrazol dilakukan melalui daun dengan frekuensi 3 kali
pemberian. Interval dari satu pemberian ke pemberian selanjutnya adalah 2
minggu. Aplikasi pertama dilakukan pada tanaman umur 30 hari. Aplikasi
melalui daun dilakukan dengan hati-hati dan searah dengan arah angin
menggunakan sekat untuk mencegah agar paclobutrazol tidak mengkontaminasi
26
3.4 Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah tanaman ubikayu berumur 1 bulan sejak
ditanam di media polibag sampai pada bulan ke 4 penanaman. Pada pengamatan 4
MST dilakukan pengambilan gambar menggunakan kamera digital. Pengambilan
gambar bertujuan untuk mengetahui tahapan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman ubikayu setelah aplikasi paclobutrazol.
Adapun variabel yang diamati
1. Kecepatan Berbunga
Pengamatan ini dilakukan pada saat tanaman ubikayu berumur 8 minggu setelah
tanam. Data ini diperoleh dengan menghitung interval jumlah hari yang dihitung
sampai mulai terbentuknya kuncup bunga.
2. Kecepatan Bercabang
Pengamatan ini dilakukan pada saat tanaman ubikayu berumur 8 minggu setelah
tanam. Data ini diperoleh dengan menghitung interval jumlah hari yang dihitung
sampai mulai terbentuknya cabang.
3. Tinggi tanaman
Pengamatan ini dilakukan pada saat tanaman ubikayu berumur 4 minggu setelah
tanam. Data ini diperoleh dengan mengukur tinggi tanaman. Tanaman diukur
dari titik tumbuh tunas sampai dengan pucuk tunas. Pengukuran dilakukan
4. Jumlah daun segar
Pengamatan ini dilakukan pada saat tanaman ubikayu berumur 4 minggu setelah
tanam. Data ini diperoleh dengan menghitung daun yang sudah terbuka sempurna
dan berwarna hijau segar.
5. Bobot basah dan kering tanaman
Pengamatan ini dilakukan pada saat tanaman ubikayu berumur 12 minggu setelah
tanam. Data ini diperoleh dengan menimbang keseluruhan tanaman mulai dari
akar sampai pada pucuk tanaman. Keseluruhan tanaman dicuci bersih dari tanah
dan ditiriskan dengan menggunakan tisu. Setelah itu bobot basahnya ditimbang
dan dicatat hasilnya dengan satuan gram. Untuk bobot kering, tanaman yang
telah dicuci bersih tersebut dibungkus dengan kertas koran lalu dimasukkan
dalam oven dengan suhu 70o Celcius selama 2 hari. Setelah kering dengan kadar
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pemberian paclobutrazol melalui daun aktif menekan pertumbuhan vegetatif
tanaman ubikayu dan merangsang pembentukan bunga.
2. Konsentrasi paclobutrazol 500 ppm efektif dalam merangsang pembentukan
bunga dan saat tanaman berbunga untuk pertama kali.
3. Pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 500 ppm memberikan hasil terbaik
pada kecepatan berbunga dan kecepatan bercabang.
5.2 SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disarankan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh paclobutazol terhadap
PENGARUH APLIKASI PACLOBUTRAZOL MELALUI DAUN PADA TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) UNTUK
MERANGSANG INDUKSI PEMBUNGAAN ( Skripsi )
Oleh
KRISTINA ARTIKA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Y. 2000. Studi tentang aplikasi paclobutrazol dan KNO3 dalam menstimulasi pembungaan rambutan (Nephellium Lappaceum L.) di luar musim. Thesis.pp: 3-4
Aguirre. 2008. Reproductive biology of cassava (Manihot esculenta Crantz) and isolation of experimental fields trials. CropSci. 48: 49-58
Alves, A. A. C. 2002. Cassava: Biology, production and utilization. Eds. R.J. Hilocks, J.M. Tresh and A.C. Belloti. CAB international. P 67-89.
Antunes, A. M., E. O. Ono, A. C. Sampaio and J. D. Rodrigues. 2008. Physico- chemical and harvest time alteration in pineapple fruits “Smooth Cayenne
“caused by paclobutrazol. Braz.Arch.Biol.Tech.51: 19-26.
Berova, M., Z. Zlatev, and N. Stoeva. 2002. Effect of Paclobutrazol on Wheat Seedling Under Low Temperature Stress. Jurnal Plant Physical. Bulgaria. page. 76
Blaikie, S. J., Kulkarni, V. J., Müller, W. J. 2004. 2004. Effect of morphactin and paclobutrazol flowering treatments on shoot and root phenology in mango. CV Kensington Pride. Scientia Horticulturae : 101 (2004) 51– 68.
BPS (Badan Pusat Statistik Indonesia). 2009. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Indonesia. page 604
BPS (Badan Pusat Statistik Indonesia). 2010. Badan Pusat Statistik, Jakarta., Indonesia. page 604
Cathey, H. M. 1975. Comparative plant growth retarding activities of ancylidol with ACPH phosfon, chlormequat and SAPH on ornamental plant species. Hot.Sciences. 10 (3) : 204-216.
Dahlan, M., dan Marsun. 1995. Sumber pertumbuhan produksi dan keunggulan komparatif jagung di Propinsi Sulawesi Selatan. Balai Penelitian Jagung dan Serealia Lain.
Early, J. D., Jr., and G.C. Martin. 1988. Sensitivity of peach seedling vegetative growth to paclobutrazoL J. Amer. Soc. Hort. Sci., 113:23-27.
Fukuda, W. M. G., and Guevara, C. L. 1998. Descritores Morfológicos e Agronômicos para a Caracterização de Mandioca (Manihot esculenta Crantz ). Documentos CNPMF no.78. EMBRAPA/CNPMF, Cruz das Almas BA, Brazil
Ghosh, S. P., Ramanujam, T., Jos, J. S., Moorthy, S. N., and Nair, R. G. 1988. Tuber Crops . Oxford & IBH Publishing Co., New Delhi, pp. 3–146
Halsey, M. E., K. M. Olsen, N. J. Taylor, and P. C. Aguirre. 2008. Reproductive biology of cassava (Manihot esculenta Crantz.) and isolation of
experimental fields trials. CropSci. 48: 49-58
Haring. 2008. Pertumbuhan dan pembungaan krisan pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian paclobutrazol. J.Arivigor. 7(2):170-179
Harnowo, D., Subandi, N. Saleh. 2006. Prospek strategi dan teknologi
pengembangan Ubi kayu Agrobisnis dan ketahanan Pangan. Balitbang Tanaman Pangan. Bogor.
Hilman, Y., A. Kasno, dan N. Saleh. 2004. Kacang-kacangan dan Umbi-umbian: Kontribusi terhadap Ketahanan pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam: Makrim. Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor; 95-132 hlm.
ICI. 1984. Paclobutrazol (cultar) plant growth regulator for fruit, Technical datashe et. Imperial Chemical Industries PCL, Plant Protection Div. Fernhust, U.K.
ICI. 1986. Paclobutrazol (cultar ) plant growth regulator forfruit, Technical data sheet. Imperial Chemical Industries PCL, Plant Protection Div. England. page 30.
Keating, B. A., Evenson, J. P. and Fukai, S. 1982. Envi-ronmental effects on growth and development of cassava (Manihot esculenta Crantz) III. Assimilate distribution and storage organ yield. Field Crops Research 5, 293–303.
Kelpitna, A. L. 2009. Cara Aplikasi Pupuk Daun Pada Tananaman Cabai Merah (Capcicum annum L.). Buletin Teknik Pertanian Vol 14 No. 1 tahun 2000. hlm: 37-39
48
Lang, G. 1987. Dormancy universal terminology. Hort. Sci. 22(5):817-819
Le Cain, D. R, K. A. Schekel, and R. L. Wamp1e. 1986. Growth-retarding effects of paclobutrazol on weeping fig. Hort Science 21: 1150-1152.
Leyton, M. (1993). Crio conservación de polen de yuca . BSc Thesis. Universidad del Valle, Facultad de Ciencias, Dept de Biología. Cali, Kolombia. 113 p
Lontoh, A. P., H. S. Pranoto, dan G. A. Wattimena. 1989. Stimulasi pembungaan dan pembuahan mangga dengan retardan paclobutrazol. Bul. Agron. (Edisi khusus):153-164
Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Martin. 2000. Harper Review Chemistry. California CBA. California.
Moore, T. C. 1979. Biochemistry and physiology of plant hormones. Springer- Verlag, New,York.
Nasir, S., dan Lawu, J. S. 2007. Inovasi Teknologi Produksi Ubi Kayu Untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan.
O’ Hair, 1995. Botani ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). http://pertanian.blogdetik.com
Olsen, N. J. Taylor and P. C. Aguirre. 2008. Reproductive biology of
cassava (Manihot esculenta Crantz) and isolation of experimental fields trials. CropSci. 48: 49-58
Plazas, J. J. 1991. Respuesta al cultivo in vitro de microsporas aisladas
de variedades de yuca ( Manihot esculenta Crantz) con fertilidad diferencial. BSc Thesis. Universidad del Valle, Facultad de Ciencias, Dept
de Biología. Cali, Kolombia. 75 page. (From CIAT library internal reference number 39800)
Poerwanto, R., dan H. Inoue. 1994. Pengaruh paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan jeruk Satsuma mandarin pada beberapa kondisi suhu. Bul.Agron. 22:55-67
Prihatman, K. 2000. Ketela pohon/singkong (Manihot utillissima Pohl.). http://www.warintek.ristek.go.id.
Purnomo dan Prahadini, 1991. Pengaruh saat aklimatisasi dan konsentrasi
Rachmawati, dkk., 2008. Pertumbuhan dan pembungaan krisan pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian paclobutrazol. J.Arivigor. 7(2):170-179
Rankle, E. S, Heins, R. D. 2002. Stem extension and subsequent flowering of seedlings grown under a film creating a far-red deficient environment. Scientia Horticulturae 96: 257–265.
Rikky, dkk., 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 3. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. hlm. 2-4
Rosmarkam, A., dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Fakultas Penelitian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. hlm. 48-80.
Rukmana, R. 1997. Ubi kayu budi daya dan pasca panen. Kanisius: 1997: 11–15.
Seeno, S., and Isoda, A. 2003. Effect paclobutrazol on dry matter distribution and Yield peanut. Plant Production Science Vol. 6. P90-94.
Simanjuntak, P. 2002. Sistem Agribisnis dan Kemitraan Petani Ubi Kayu. Skripsi. Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, USU. Medan
Subandi, Y. Widodo, N. Saleh, dan L. J. Santoso. 2007. Inovasi
Teknologi Produksi Ubi Kayu Untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan.
Susanto, S., dan Poerwanto, R . 1999. Pengaruh Paclobutrazol dan
asamsianamida terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman mangga
“Arumanis”. Bul.Agron. 27(3):22-29
Suzuki, R.M., Kerbauy G.B., Zaffari G.R. 2004. Endogenous hormonal levels and growth of dark-incubated shoots of Catasetum fimbriatum. Journal of Plant Physiology 161:929 – 935.
Syam’un, E., F. Haring dan Rahmawati. 2008. Pertumbuhan dan pembungaan
krisan pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian paclobutrazol. J.Arivigor. 7(2):170-179
Swietlik, D., and S.S. Miller. 1983. The effect of paclobutrazol on growth and response to water stress of apple seedlings. 1. Amer. Soc. Hort. Sci., 108: 1 076-1 080.
50
Voon, C. H., N. Hongsbhanich, C. Pitakpaivan, and A. 1. Rowley. 1992. Cultar development in tropical fruits-An overview. Acta Hort., 321: 270-281.
Wample, R. L. and Elaine B. Culver. 1983.The Influence of Paclobutrazol, A New Growth Regulator, on Sunflowers. J. Amer. Hort. Sci.l(108): 122-125.
Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman Lab Kultur Jaringan. PAU Bioteknologi IPB.Bogor. 145 hal.
Wood, B. W. 1984. Influence of paclobutrazol on selected growth and chemical characteristics of young pecan seedlings. HortScience, 19:837-839
Yelnititis, dan N. Bermawie. 2001. Konservasi tanaman lada (Piper nigrum L.) secara in vitro. Jurnal Littri 7(3): 88-92..
Judul Skripsi : PENGARUH APLIKASI PACLOBUTRAZOL MELALUI DAUN PADA TANAMAN
UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) UNTUK MERANGSANG INDUKSI PEMBUNGAAN
Nama Mahasisawa : Kristina Artika
No. Pokok Mahasiswa : 0814013033
Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Ir. Ardian, M. Agr. Ir. Sunyoto, M. Agr
NIP 19621128 1987031 002 NIP 19551025 1982111 001
2. Ketua Program Studi Agroteknologi
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Ardian, M. Agr.
Sekretaris : Ir. Sunyoto, M. Agr.
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Herawati Hamim, M.S
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 19610826 198702 1001