EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH
SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)
(Skripsi)
Oleh
Amalia Rusmaliana Sentosa 0816011018
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH
SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)
Oleh
Amalia Rusmaliana Sentosa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang kebijakan waktu pembuangan sampah dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung.
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian terletak di lingkungan Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung. Fokus penelitian adalah efektivitas sosialisasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu pembuangan sampah. Informan dalam penelitian ini terdiri dari unsur tokoh masyarakat Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung dan pejabat yang bertugas di lingkungan Pemerintahan Kota Bandar Lampung. Jenis data yang diteliti terdiri dari data primer dan sekunder yang kemudian bahan-bahan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode reduksi, penyajian dan verifikasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung mengenai waktu pembungan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB ternyata belum efektiv dalam upaya menciptakan kebersihan Kota Bandar Lampung. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya kantung sampah yang berserakan pada pagi hari dan belum adanya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan dan mematuhi isi kebijakan tersebut, sehingga harapannya kedepan kebijakan yang dibuat harus dipertegas agar masyarakat merasa jera dan tidak acuh terhadap kebijakan yang ada.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
SANWACANA ... viii
DAFTAR ISI ………... ix
DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1
2. Rumusan Permasalahan ... 5
3. Tujuan Penelitian... . 5
4. Manfaat Penelitian... ... 5
1. Secarat Teoritis ... 5
2. Secara Praktis ... 6
2. Sosialisasi ... 9
2.1 Definisi Sosialisasi ... 9
2.2 Jenis Sosialisasi ... 10
2.3 Tipe Sosialisasi ... 11
3. Kebijakan ... 12
Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung ... 14
4. Sampah ... 15
4.1 Penyimpanan Sampah ... 16
4.2 Pengumpulan Sampah ... 17
5. Kebersihan Lingkungan ... 18
6. Kerangka Pemikiran ... 19
III. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian ... 22
2. Fokus Penelitian ... 23
3. Lokasi Penelitian ... 24
4. Penentuan Informan ... 25
5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 26
6. Teknik Analisis Data ... 28
1.3 Letak Administrasi ... 31
1.4 Letak Geografis ... 32
1.5 Visi dan Misi ... 32
1.6 Kondisi Iklim ... 34
1.7 Kependudukan ... 34
1.8 Mata Pencarian ... 34
1.9 Kondisi Wilayah ... 36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi yang Dilakukan Oleh Dinas ... 42
A. Informan ... 42
B. Hasil Wawancara ... 42
2. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi dari Sudut Pandang Masyarakat ... 53
A. Informan ... 53
B. Hasil Wawancara ... 55
3. Deskripsi Fakta Di Lapangan ... 62
Hasil Pengamatan ... 62
4. Pembahasan ……….... 64
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 69
2. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Pedoman Wawancara 2. Traskrip Hasil Wawancara
3. Dokumentasi Materi Sosialisasi dan Fakta di Lapangan 4. Surat Pengantar Riset
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 34
2. Mata Pencarian Penduduk ... 35
3. Data Wilayah ... 36
4. Tingkat Perkembangan Pendidikan ... 37
5. Kesehatan Masyarakat ... 38
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Erna Rochana, M.Si ...
Penguji Utama : Drs. Abdulsyani, M.IP ...
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Drs. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 002
PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN
(Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)
Nama Mahasiswa : AMALIA RUSMALIANA SENTOSA
No.Pokok Mahasiswa : 0816011018
Jurusan : Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Erna Rochana, M.Si NIP. 19670623 199802 2 001
2. Ketua Jurusan
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Amalia Rusmaliana Sentosa, lahir di
Tanjung Karang 13 Juli 1990 merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Ruslan Sentosa dan Ibu
Lusiana Rachman.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh Penulis yaitu antara lain di Taman Kanak-kanak Pembina Pahoman Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun
1996. Sekolah Dasar Negeri 2 Teladan Rawa Laut Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2002. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 9 Bandar
Lampung yang diselesaikan tahun 2005. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008. Kemudian pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai
mahasiswi pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
SANWACANA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat kepada Sang Maha Hidup Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya karena atas izin-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Tentang Waktu Pembuangan Sampah
Sebagai Upaya Menciptakan Kebersihan Lingkungan”.
Penulis banyak mendapat bantuan, saran, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
terbaik untuk skripsi ini
6. Ibu Dra. Yuni Ratnasari, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada Penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
7. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya pada Jurusan Sosiologi, terima kasih ilmunya selama ini
8. Seluruh Staf Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
9. Bapak Drs. A. Budiman PM, M.M selaku Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung yang telah berkenan memberikan izin penelitian kepada Penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini
10. Bapak Siswanto selaku Kepala Bidang Kebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung yang senantiasa memberikan informasi yang Penulis butuhkan untuk skripsi ini
11. Para informan, staf, dan karyawan di lingkungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung
sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini
14. Para informan di lingkungan 1, 2, dan 3 Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton yang telah banyak memberikan bantuan informasi yang Penulis butuhkan untuk skripsi ini
15. Kedua orangtua, Papa dan Mama. Terima kasih Ananda ucapkan sebesar-besarnya karena telah begitu banyak pengorbanan, cinta, kasih sayang serta do’a yang telah diberikan pada Ananda. Semoga doa yang telah dipanjatkan dapat menghantarkan kesuksesan buat Ananda. Amien yaa robbal alamin.
16. Adik-adikku Intan, Ratu, dan Dika. Hidup itu terus berjalan, dan kalian akan pada dewasa nantinya. Marilah buat bangga kedua orangtua kita yahh.. Resapilah hidup ini, jangan buang-buang waktu. Jadilah orang-orang yang sukses kelak. Amien.. 17. Abi. Terimakasih selama ini telah mengisi hidup ku. Suka duka, tangis tawa silih
berganti mewarnai hidup kita. Hidup ku terasa lengkap karena adanya dirimu. Semoga kelak kebahagiaan dan kesuksesan selalu menyertai kehidupan kita. Amien..
18. Keluarga besarku. kakek nenek, dan nyai. Terimakasih ya selama ini selalu memotivasiku untuk terus menyelesaikan urusan kuliah. Paman bibiku: Cicik Atik, Om Avin, Wak Ibu, Wak Ajo, Bunda Acil, Buyah, Om Mur, Cicik Helef, Baten, Ibu Yana, Uncu, serta Om Redi. Terimakasih keluargaku.
merupakan bagian dari hidup ku juga.
21. Sahabat-sahabatku. Icha, Elizha, Anita, Lova, Tori, Eka, Fitri, Nana, Sukma, Mimi. Kalian merupakan bagian dari De’Vertida yang memberikan kelucuan tersendiri untuk Penulis. Suka duka kita lalui bersama semester per semester. Kelucuan, kejahilan, canda tawa menjadi bagian dalam perjalanan persahabatan kita. Tak terasa kita mulai meniti hidup masing-masing. Jika Allah berkenan, semoga Dia mempertemukan kita kembali dalam canda tawa yang pastinya akan dirindukan selalu.
22. Teman-teman seperjuanganku, Sosiologi 2008. Annissa Valentina, kamu adalah teman terbaik yang aku miliki. Suka duka sekamar waktu KKN tak akan aku lupakan sayang hehe.. Belajar mandiri semuanya ya hehehe.. Untuk yang lain teman seperjuangan, Irsyad, Vitha, Dewi, Sutikno alias Nino, Arwin, Arfani, Asep, Chia, Wera, Fitra, Obrin dan semuanya yang tak bisa Penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih selama ini telah menjadi bagian perjalanan Penulis dalam menimba ilmu di Sosiologi. Canda tawa, dan kebersamaan dengan kalian akan selalu ku kenang.
dengan kebaikan yang setimpal, Amien..
Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pertumbuhan kota di negara-negara yang sedang berkembang telah menjadi masalah tersendiri, khususnya terhadap pertumbuhan jumlah penduduk dan kebersihan lingkungan perkotaan. Indonesia sebagai negara berkembang yang terdiri dari kota-kota besar terus mengalami peningkatan jumlah penduduk yang signifikan. Berdasarkan data statistik BPS tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk 237.556.363 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi ini tentunya menimbulkan berbagai masalah sosial, persoalan yang sering muncul adalah masalah kebersihan lingkungan yang diakibatkan oleh banyaknya sampah.
keseimbangan lingkungan dan menciptakan kehidupan yang sehat sebagai kebutuhan dasar manusia.
Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung dan merupakan salah satu kota besar di Indonesia ternyata mengalami permasalahan sosial yang sama dengan kota-kota besar lainnya yaitu, masalah kebersihan lingkungan yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang selalu berbanding lurus dengan peningkatan volume sampah. Kota Bandar Lampung berdasarkan data pada Sekretaris Kota Bandar Lampung (2012) memiliki jumlah penduduk 1.311.240 jiwa, dengan laju pertumbuhan 1,79 % per tahun, menghasilkan volume sampah per hari mencapai 2.086,71 m3 dengan rata-rata sekitar 0,43 kg/hari/orang, terbagi atas sampah organik 65% dan anorganik 35%. Sampah dengan jumlah cukup besar di atas dihasilkan dari beberapa tempat, seperti sampah sisa hasil rumah tangga, sampah hasil kegiatan ekonomi (pasar/mall), dan tempat-tempat pendidikan. Hal di atas membuat lingkungan Kota Bandar Lampung terlihat kumuh dan jauh dari kesan rapi serta sehat.
Salah satu kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah kebijakan tentang waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB, dimana kebijakan ini dipandang oleh Pemerintah Kota sebagai terobosan baru dalam upaya menanggulangi sampah, khususnya sampah sisa hasil rumah tangga. Pemerintah Kota Bandar Lampung berasumsi dengan adanya kebijakan ini nantinya pada pagi dan siang hari Kota Bandar Lampung akan terlihat bersih dikarenakan sampah sisa hasil rumah tangga yang dibuang oleh warga kota pada waktu yang ditentukan sudah dapat terangkut oleh petugas kebersihan pada pagi hari.
Mewujudkan gagasan untuk menata lingkungan Kota Bandar Lampung melalui kebijakan waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB tentunya tidak mudah, keberhasilan suatu kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor dan keberhasilannya dinilai melalui beberapa indikator. Indikator kesuksesan dari kebijakan waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB terletak ketika masyarakat Kota Bandar Lampung mengetahui dan mau melakasanakan kebijakan yang telah ditentukan, maka salah satu hal terpenting yang harus dilakukan untuk menunjang kesuksesannya adalah mensosialisasikan kebijakan tersebut. Melalui sosialialisasi, suatu tujuan dapat disampaikan dan diterima oleh orang lain.
disetiap kelurahan, sedangkan sosialisasi melalui media dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui baliho-baliho yang dipasang dijalan-jalan protokol dan melalui selebaran yang berisi himbauan Wali Kota yang dibagikan kepada masyarakat Kota Bandar Lampung.
Dalam sosialisasinya, Pemerintah Kota Bandar Lampung mencoba menyampaikan makna dan tujuan dari adanya kebijakan waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB kepada warga Kota Bandar Lampung. Sosialisasi kebijakan yang dilakukan diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat Kota Bandar Lampung untuk ikut serta dalam upaya bersama-sama menciptakan kebersihan kota, yaitu dengan cara melakukan pembuangan sampah sesuai waktu yang telah ditentukan. Dengan telah ditaatinya kebijakan ini oleh warga Kota Bandar Lampung, maka slogan Kota Bandar Lampung sebagai kota Tapis Berseri dapat terwujud, dikarenakan pada pagi dan siang hari sudah tidak ada lagi sampah yang berserakan, karena sudah terangkut oleh mobil kebersihan untuk dibawa di tempat pembuangan akhir (TPA) Bakung, Teluk Betung.
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Efektivitas Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Tentang Waktu Pembungan Sampah Sebagai Upaya Menciptakan Kebersihan Lingkungan?
3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah sudah efektiv sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang kebijakan waktu pembuangan sampah terhadap kebersihan lingkungan.
4. Manfaat Penelitian
1) Secara Teoritis
a) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya, serta mampu memberikan dan menambah wawasan masyarakat pada umumnya, mengenai efektivitas sosialisasi kebijakan pemerintah terhadap kebersihan lingkungan perkotaan.
b) Dapat menambah wawasan dan memperluas cakrawala pengetahuan, khususnya tentang efektivitas sosialisasi suatu kebijakan pemerintah terhadap kebersihan lingkungan perkotaan.
2) Secara Praktis
a) Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan bagi para pembaca ataupun aparat pemerintah guna mengetahui lebih jauh mengenai efektivitas sosialisasi suatu kebijakan pemerintah terhadap kebersihan lingkungan perkotaan
II.TINJAUAN PUSTAKA
1. Efektivitas
1.1 Pengertian Efektivitas
Menurut Hasibuan dalam Setiawan (2008:11), efektivitas adalah tercapainya
sasaran atau tujuan-tujuan dari suatu instansi yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam efektivitas terkandung makna berdaya tepat atau berhasil
guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan secar
sempurna, secara tepat dan target telah tercapai. Selain itu terkandung makna
efisiensi, yaitu berdaya guna untuk menunjukan bila suatu tindakan atau usaha
sudah efektiv dan ekonomis, baru dikatakan efisien.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:284), definisi
efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang
ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu
usaha atau tindakan. Dalam hal ini, efektivitas dapat dilihat dari tercapai
tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.
Menurut Irianto (2001:12), efektivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dan
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pekerjaan tersebut
dengan memberdayakan seluruh potensi sumber daya manusia maupun sumber
dikendaki dengan mempertimbangkan faktor-faktor tenaga, waktu, pikiran dan
alat-alat yang dikeluarkan atau kehendaki.
Efektivitas merupakan suatu pencapaian hasil pekerjaan yang memiliki tujuan,
sumber daya manusia pelaksana dan pengawas, jangka waktu, sumber dana dan
ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dalam artian bahwa hasil
pekerjaan yang diperoleh sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Martiman
dalam Setiawan (2008:12) berpandangan, efektivitas berkaitan erat dalam
kemampuan sumber daya manusia memanfaatkan potensi yang ada. Efektivitas
menunjukan hasil pekerjaan yang diraih secara optimal dengan ciri yaitu
adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan hasil kerja secara
berkesinambungan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pencapaian hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung yang
bertujuan mensosialisasikan kebijakan dengan menggunakan sumber daya
manusia pelaksana, jangka waktu, dan sumber dana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
1.2. Indikator Efektivitas
Efektivitas itu merujuk pada hasil yang harus sesuai dengan tujuan, waktu yang
tepat dan tidak terlambat. Jika hasil suatu proses dapat dicapai sesuai dengan
tujuan yang direncanakan dalam waktu yang singkat tapi menggunakan sumber
daya berlebihan atau lazim dikatakan ekonomi biaya tinggi, maka hal itu
berarti baik dalam memanfaatkan sumber daya (input), tetapi tidak mencapai
sasaran. Efektivitas lebih mengarah pada pencapaian sasaran. Jadi dalam hal ini
efektivitas lebih merujuk pada segi hasil, waktu, biaya. Artinya indikator
keefektivan tidak dapat ditentukan secara umum, karena keefektivan secara
keseluruhan berarti hasil yang mengandung kesempurnaan dari berbagai aspek
atau segi tergantung pada indikator yang dijadikan pedoman keefektivan
(Dewi, 2006: 52).
2. Sosialisasi
2.1 Definisi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang untuk
berbuat dan bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui
dalam masyarakat. Dalam proses belajar atau penyesuaian diri itu seorang
kemudian mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain,
kemudian seseorang mempercayai dan mengakui sebagai milik pribadinya.
Jika sosialisasi dipandang dari sudut masyarakat, maka sosialisasi
dimaksudkan sebagai usaha untuk memasukkan nilai-nilai kebudayaan
terhadap individu sehingga individu tersebut menjadi bagian dari
masyarakat (Abdulsyani, 2007:57).
Menurut pendapat Soejono Dirdjosisworo dalam Abdul Syani (2007),
bahwa sosialisasi mengandung tiga pengertian yaitu:
a. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi
dengan mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam
b. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap,
ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan
tingkah laku didalam masyarakat dimana ia hidup.
c. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu
disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri
pribadinya.
Hassan Shadily dalam Abdulsyani (2007) mendefinisikan sosialisasi
sebagai suatu proses dimana seseorang mulai menerima dan menyesuaikan
diri kepada adat istiadat suatu golongan, dimana lambat laun ia merasa
sebagai dari golongan itu.
2.2 Jenis Sosialisasi
Sosialisasi dialami oleh individu sebagai mahluk sosial sepanjang
kehidupannya sejak ia lahir sampai meninggal dunia. Berger dan Lukman
dalam Pramitha (2010:18) mengatakan, berdasarkan jenisnya, sosialisasi
dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi
sekunder (dalam masyarakat):
1. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu
semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).
Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat
anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota
keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu
tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi
sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara
terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan
oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan
anggota keluarga terdekatnya.
2. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi
dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu
identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi,
seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.
2.3 Tipe Sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda.
Contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di
kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang
disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah
terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang
disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu.
Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang
ada. Agar sosialisasi dapat berjalan lancar, tertib dan berlangsung terus
dalam Pramitha (2010:17). Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang
menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di
sekolah dan pendidikan militer.
b) Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang
bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota
klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
3. Kebijakan
Wahab dalam Makhya (2006:82), setelah menyimpulkan dari beberapa definisi
kebijakan publik dari para ahli kebijakan sampai pada kesimpulan, ada dua
macam pandangan dalam mendefinisikan kebijakan negara. Pandangan
pertama, yaitu pendapat para ahli yang mengidentifikasikan kebijakan negara
dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah. Dalam pandangan
ini bisa dilihat dari definisi yang dilakukan oleh R.S Parker, Thomas R. Dye,
Edward dan Sharkansy dalam Makhya (2006:82). Pandangan kedua, yaitu para
ahli yang memusatkan perhatian pada implementasi kebijakan (Policy
Implementation). Para ahli yang termasuk dalam katagori ini dapat kita bagi
dalam dua kutub. Pertama, mereka yang melihat kebijaksanaan negara sebagai
keputusan-keputusan Pemerintah yang mempunyai tujuan-tujuan atau
negara mempunyai akibat-akibat atau dampak yang diramalkan (predictable)
atau dapat diantisapasi sebelumnya. Para ahli yang mewakili kutub pertama,
yaitu Nakamura dan Small Wood, dan pada kutub kedua yaitu Pressman dan
Wildavsky.
Wahab dalam Makhya (2006:82) mengkombinasikan beberapa definisi
Kebijaksanaan Negara dari Charles Lindblom, Austin Ranney, Raymond
Bauer, Don F Princes, Fremont J Lyden, George A. Shipman dan Robert
W.Wilikinson, dan Yehezkel Dror, menyebutkan beberapa ciri pembuatan
kebijaksanaan negara, yaitu sebagai berikut:
a) Sangat Kompleks
b) Prosesnya bersifat dinamis
c) Komponen-komponen beraneka ragam
d) Peran masing-masing sub struktur berbeda-beda e) Memutuskan
f) Sebagai pedoman umum g) Untuk mengambil tindakan h) Diarahkan pada masa depan
i) Terutama dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah secara formal dimaksudkan untuk mencapai sesuatu tujuan.
j) Secara formal dimaksudkan untuk mencapai sesuatu tujuan. k) Apa yang tercermin dalam kepentingan umum.
l) Dilakukan dengan cara yang sebaik mungkin.
Dari beberapa definisi kebijakan publik, paling tidak yang ada beberapa aspek
yang perlu dicermati dalam memahami definisi kebijakan publik. Pertama,
pemerintah. Jadi dalam pemahaman ini, maka yang memiliki kewenangan
untuk membuat kebijakan adalah pemerintah. Dengan demikian, maka pihak
swasta atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tidak memiliki kewenangan
untuk membuat kebijakan publik. Kedua, tidak semua tindakan pemerintah
bisa dikatagorikan dalam pengertian kebijakan publik. Istilah publik, menjadi
kata kunci untuk memberikan pengertian bahwa tindakan pemerintah.
Walaupun secara prosedual mengatasnamakan untuk kepentingan publik, tetapi
apabila tindakannya bersifat kepentingan personal, maka tidak bisa
dikategorikan sebagai kebijakan publik. Ketiga, setiap kebijakan pemerintah
harus mengikat pada publik. Kebijakan-kebijakan yang tidak mengikat
hanyalah bersifat simbolis saja (symbolic policies). Keempat, kebijaksanaan
Pemerintah harus ditinjau kepada kepentingan publik dan didasarkan pada
tujuan-tujuan tertentu (Makhya, 2006:83).
Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung
Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang tertuang dalam bentuk
tata peraturan perundang-undangan diharapkan dapat mengarahkan
jalannya pelaksanaan pemerintahan, serta mampu melindungi masyarakat,
dan menciptakan rasa aman dalam kehidupan bernegara. Kebijakan
Pemerintah Kota Bandar Lampung dapat tertuang dalam bentuk:
a. Peraturan Daerah b. Peraturan Walikota
c. Peraturan-peraturan lain yang bermaksud memandu prilaku masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan tertentu.
Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang dimaksud dalam
tertuang dalam surat Himbauan Wali Kota dengan Nomor:
300/1603A/IV.30/2011, dimana dalam kebijakan ini Pemerintah Kota
menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk ikut serta peduli terhadap
kebersihan Kota Bandar Lampung, dengan cara:
a. Melakukan pembungan sampah mulai pukul 22.00-05.30 WIB,
dikarenakan mobil pengangkut sampah akan mengangkut sampah
pada jam 06.00 WIB.
b. Sampah yang akan dibuang dibungkus dalam plastik/kantong dan
memberikan kepada petugas kebersihan atau meletakan pada tempat
yang telah ditentukan.
c. Apabila mobil pengangkut sampah telah lewat, kiranya sampah
tersebut ditunda pembuangannya sampai waktu yang telah ditentukan.
d. Terlebih istimewa apabila masyarakat KotaBandar Lampung untuk
menjaga kesehatan masyarakat agar dapat memisahkan sampah basah
dan sampah kering untuk membantu petugas kebersihan dalam
pengangkutan sampah.
Harapan Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan adanya kebijakan ini
dapat menciptakan Kota Bandar Lampung menjadi rapih, bersih, sehat,
indah dan sejahtera.
4. Sampah
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
yang berbentuk padat. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, sampah dapat
digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas
sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah
yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan
bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang
berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah
sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya.
Sedangkan menurut Widiwijoto (1983:26), sampah adalah sisa-sisa bahan yang
telah mengalami perlakuan baik telah diambil bagian utamanya, telah
mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah
tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran
atau gangguan kelestarian alam. Murtadho dan Gumbira dalam Widiwijoto
(1983:26), membedakan sampah atas sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik
yang umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah ini memiliki sifat
mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena memiliki
rantai karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa sampah
padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme karena
memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastik,
dan lain-lain.
4.1 Penyimpanan Sampah
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah
(dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda untuk
macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan
penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya.
Syarat-syarat tempat sampah antara lain : (i) konstruksinya kuat agar tidak mudah
bocor, untuk mencegah berseraknya sampah, (ii) mempunyai tutup, mudah
dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan tutup
sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan, (iii) ukuran
tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang
(Prihandarini, 2004:24).
4.2 Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah
tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, setiap
rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan
sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah
tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)
sampah, dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (Prihandarini,
2004:24).
Menurut Notoatmodjo dalam Prihandarini (2004:25) mekanisme, sistem,
atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab
pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan masyarakat
produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk
masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah
tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk.
5. Kebersihan Lingkungan
Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization) adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat terciptanya keadaan sehat dari manusia. Dalam Mutawakil (2009),
kebersihan lingkungan slalu menjadi masalah yang menimbulkan polemik di
masyarakat. Sikap saling menyalahkan antara pemerintah dan masyarakat
mengenai sampah yang kerap kali muncul bila terjadi masalah. Masyarakat
merasa persoalan sampah adalah persoalan pemerintah. Pemerintah yang
seharusnya membersihkan lingkungan mereka, sementara disisi lain
pemerintah tanpa dukungan masyarakat yang memadai maka setiap usaha yang
dilakukan untuk membersihkan lingkungan akan kurang efektif. Maka
permasalahan sampah bila tidak ditangani dengan bijaksana akan terus
menimbulkan permasalahan kebersihan lingkungan.
Dalam Soemarwoto (1994:25-27), kebersihan lingkungan dapatlah diartikan
dalam kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu dalam kualitas lingkungan yang
baik/bersih terdapat potensi untuk berkembangnya kualitas hidup yang tinggi.
Namun, kualitas hidup sifatnya adalah subjektif dan relatif. Sedangkan
menurut N. Daldjoeni dan Suyitno (1970:140), menjaga kebersihan dan
pelestarian lingkungan pada hakikatnya adalah upaya menjalin hubungan yang
selaras antara kebutuhan hidup manusia dengan sumber daya alam dan
6. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan bentuk suatu konsep atau alur dari suatu
penelitian yang didasarkan pada permasalahan yang diteliti yang diharapkan
dapat mengarah pada suatu hipotesis atau jawaban sehingga dapat tercapainya
paparan pemasalahan dan solusi serta hasil penelitian seperti yang diharapkan
kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung yang
selalu berbanding lurus dengan peningkatan jumlah volume sampah,
menjadikan masalah terhadap kebersihan lingkungan yang ditimbulkan oleh
banyaknya sampah. Pemerintah Kota mempunyai tanggung jawab untuk
mengatasi permasalahan sosial tersebut. Untuk mengatasinya, pemerintah
membuat kebijakan waktu pembuangan sampah yaitu pukul 22.00-05.30 WIB.
Kemudian untuk mensukseskan kebijakan tersebut, tentunya Pemerintah Kota
Bandar Lampung mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan kepada
seluruh komponen masyarakat, agar kebijakan tersebut dapat diketahui dan
diaplikasikan guna menciptakan kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung.
Maka dari hal tersebut, penulis mencoba menganalisa apakah kemudian
efektivkah sosialisasi kebijakan waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30
WIB yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dalam upaya menciptakan Kota
Menganalisis indikator keberhasilan sosialisasi kebijakan dalam menciptakan
kebersihan lingkungan kota:
1. Data atau Pendapat Pejabat Dinas
2. Pendapat Warga
3. Fakta Di lapangan
Keterangan:
Permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah volume
sampah di Kota Bandar Lampung, merupakan tanggung jawab pemerintah
selaku pelaksana kehidupan bernegara. Pemerintah dituntut agar dapat
mencarikan solusi dari permasalahan ini, maka dalam perencanaan
penyelesaian masalah ini, Pemerintah Kota Bandar Lampung membuat suatu
kebijakan tentang waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB.
Guna berjalannya kebijakan ini, tentunya Pemerintah Kota Bandar Lampung Pemerintah Kota
Permasalahan Kota Yang Kotor
Kebijakan Untuk Mengatasi
Masyarakat Di sosialisasikan
perlu mensosialisasikannya kepada seluruh komponen masyarakat kota, dengan
tujuan agar kebijakan tersebut dapat diketahui oleh masyarakat, dengan
harapannya setelah mengetahui kebijakan tersebut, masyarakat Kota Bandar
Lampung mau melaksanakannya.
Disini penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk menilai apakah sudah
efektiv sosialisasi kebijakan tentang kebijakan waktu pembungan sampah pada
pukul 22.00-05.30 WIB yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar
Lampung dalam upaya menciptakan kebersihan Kota Bandar Lampung? Maka
penulis dalam penelitiannya menggunakan tiga indikator untuk mengetahui
efektivitas sosialisasi tersebut, yaitu: 1. Data atau Pendapat Pejabat Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung; 2. Pendapat warga; 3.
III. METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan
masalah yang diselidik dengan menggambarkan subjek atau objek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi,
1991:63).
Dipilihnya metode kualitatif dalam penelitian ini disebabkan oleh:
a) Data yang menjadi input dalam penelitian bukanlah berupa angka namun
dalam bentuk informasi yang diperoleh dari informan;
b) Data yang diperoleh merupakan makna yang mendasari tingkah laku
partisipan/informan, yaitu alasan atau penyebab informan melakukan
suatu tindakan atau kegiatan.
Ciri-ciri penelitian kualitatif :
a) Data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata;
b) Yang menjadi instrumen penelitiannnya adalah manusia, dengan tidak
ada jarak antara peneliti dan yang diteliti sehingga akan diperoleh
c) Penelitian kualitatif biasanya melakukan penelitian pada latar belakang
alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan suatu permasalahan;
d) Penelitian kualitatif biasanya lebih mementingkan proses dari pada hasil,
hubungan antar bagian-bagian yang diteliti jauh lebih jelas apabila
diamati dalam proses;
e) Desain penelitian dapat berubah atau disesuaikan berdasarkan
temuan-temuan pada saat melakukan penelitian
(http://www.shvoong.com/social-
sciences/education/2027037-ciri-ciri-penelitian-kualitatif/#ixzz1Mv6EFC).
2. Fokus Penelitian
Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kualitatif adalah bahwa
gejala dari suatu obyek itu sifatnya tunggal dan parsial. Gejala itu bersifat
holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif
tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan satu masalah
penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek
tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara
sinergis (Sugiyono, 2009:207)
Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti
melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut
dengan penjelajahan umum. Dari penjelajahan umum ini, peneliti akan
memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan
tentang situasi sosial. Untuk dapat memahami secara lebih luas dan mendalam,
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan fokus penelitian berdasarkan
permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang ada. Yaitu tentang
bagaimana efektivitas sosialisasi kebijakan tentang waktu pembuangan sampah
pukul 22.00-05.30 WIB yang dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung
sebagai upaya menciptakan kebersihan Kota Bandar Lampung.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian menurut Iskandar dalam Alkarim (2012) adalah situasi dan
kondisi lingkungan dan tempat yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Demikian pula yang berlaku dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi
penelitiannya dilingkungan rumah-rumah warga dan jalan-jalan protokol di
wilayah Kelurahan Sepang Jaya, Kecamatan Kedaton, karena di wilayah
tersebut masuk dalam obyek kebijakan waktu pembuangan sampah. Selain
daripada itu, Kelurahan Sepang Jaya merupakan kelurahan terluas kedua
setelah Kelurahan Labuhan Ratu yang dimiliki Kecamatan Kedaton, memiliki
penduduk yang heterogen dan tingkat pendidikan masyarakatnya diatas
rata-rata. Kemudian Kelurahan Sepang Jaya jika dilihat dalam konteks kesesuaian
lokasi penelitian ini maka, kelurahan tersebut sudah memenuhi unsur-unsurnya
yaitu adanya perumahan warga, pasar modern dan sekolahan.
Sedangkan untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung
merupakan bagian instansi di Pemerintah Kota Bandar Lampung yang
bertanggungjawab mensosialisasikan kebijakan waktu pembuangan sampah
4. Penentuan Informan
Sugiyono (2009:221) dengan mengutip pendapat dari Spradley mengemukakan
bahwa, informan sebagai sumber informasi sebaiknya memenuhi beberapa
kriteria sebagai berikut:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga
dihayatinya;
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti;
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi;
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri;
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti
sehingga menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.
Informan dalam penelitian adalah masyarakat yang bermukim di wilayah
Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton dan staf di Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Bandar Lampung. Adapun cara untuk mendapatkan
informasi adalah dengan cara mengunjungi Kantor Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Bandar Lampung dan rumah warga di wilayah Kelurahan
5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
a) Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dengan menggali
dari sumber informasi (informan) dan dari catatan di lapangan yang
relevan dengan masalah yang sedang diteliti seperti:
1. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara
dan kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi
dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga
obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2009:145).
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009:145) mengemukakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
2. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung dan bertatap muka dengan informan yang dituju.
Metode wawancara mendalam ini digunakan untuk mendapat
keterangan-keterangan secara mendalam dari permasalahan yang
dikemukakan. Metode wawancara mendalam ini diharapkan akan
mendapat gambaran yang lebih jelas guna mempermudah dan
menganalisis data selanjutnya (Sugiyono, 2009:233).
b) Data sekunder, adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari
fakta yang sebenarnya dari hasil wawancara mendalam yang telah
dilakukan maupun memverifikasi kembali data yang sudah ada
sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi, studi kepustakaan
dan studi on-line.
1. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data sekunder dengan
menggunakan catatan atau buku-buku serta materi-materi sosialisasi
yang terdokumentasi dalam bentuk foto, dan dinilai berkaitan dengan
penelitian ini. Selain dari pada itu dokumentasi bisa berupa spanduk
dan media sekunder lainnya.
2. Studi kepustakaan dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan
teori-teori, prinsip-prinsip, konsep-konsep dan hukum-hukum yang
dapat mendukung penelitian ini. Studi pustaka yang digunakan dalam
penelitian ini bisa berupa dokumen pemerintah dan media seperti
majalah dan surat kabar ataupun buku-buku yang berhubungan dengan
penentuan kebijakan.
3. Studi data On-line
Yaitu tata cara melakukan penelusuran data melalui media on-line
seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas
informasi on-line yang berupa data maupun informasi teori, secepat
atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis.
6. Teknik Analisa Data
Analisis data sebagai kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, serta
meringkas data sehingga mudah untuk dibaca. Analisis deskripsi digunakan
dengan cara menginterpretasikan data yang telah tersusun secara sistematis,
kemudian diterangkan dalam bentuk tulisan yang merupakan uraian-uraian
kualitas hasil akhir penelitian.
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
I. Reduksi Data
Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi dari data kasar yang
didapat, dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menjamin, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan
dengan cara yang sederhana sehingga dapat disimpulkan dan
diverifikasikan. Cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui
seleksi yang ketat melalui ringkasan atau uraian yang singkat,
II. Penyajian Data (Display Data)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan dalam data
kualitatif adalah bentuk teks naratif (peristiwa yang ditampilkan
secara berurutan). Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara
dikumpulkan untuk diambil kesimpulan-kesimpulan sehingga
disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.
III. Mengambil Kesimpulan (Verifikasi Data)
Peneliti berusaha untuk mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dan alur
sebab akibat serta proposisi. Kesimpulan diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data yang
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektivitas sosialisasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu
pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB sebagai upaya menciptakan
kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung dilihat dari sudut pandang :
1. Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai penggagas dan yang
bertanggung jawab terhadap pelaksana kebijakan
2. Masyarakat sebagai objek sosialisasi dan pelaksana dari kebijakan
3. Fakta di lapangan yang dilihat secara nyata oleh penulis.
Penyajian dan pembahasan tentang hasil penelitian yang meliputi data yang
diperoleh sebagaimana disebutkan di atas, didapatkan melalui wawancara secara
mendalam (indepth interview), studi pustaka, dokumentasi. kemudian akan
disajikan kedalam penjabaran yang sebelumnya telah di cross check oleh penulis.
Setelah diadakan wawancara terhadap sembilan informan, yakni empat orang
pejabat dinas yang terdiri dari: dua pejabat Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Bandar Lampung, satu pejabat dinas Kecamatan Kedaton, dan satu pejabat
dinas Kelurahan Sepang Jaya, serta lima orang informan warga Kelurahan Sepang
Jaya Kecamatan Kedaton. Untuk data informan dapat dilihat pada tabel dibawah
Tabel 6 : Profil Informan:
No. Nama Informan Kelamin Jenis Umur Pekerjaan/ Jabatan
1 Siswanto Laki-laki 45 PNS/ Kepala Bidang Kebersihan
2 Edi Suherman Laki-laki 47 PNS/ Kepala Seksi Operasional Kebersihan
3 Thomas Amirico Laki-laki 32 PNS/ Sekretaris Camat
4 Syamsu Nillam Laki-laki 53 PNS/ Lurah Sepang Jaya
5 Okta Febrian Nurdin Laki-laki 52 Kepala Lingkungan 1
6 Hartoyo Laki-laki 49 Kepala Lingkungan 2
7 Djawahir Laki-laki 56 Kepala Lingkungan 3
8 Ratih Perempuan 43 Ibu Rumah Tangga
9 Azam Ahmad Aksha Laki-laki 21 Mahasiswa
10 Sri Astuti Perempuan 48 Ibu Rumah Tangga
(Sumber : Data Primer Peneliti)
Berikut ini akan dideskripsikan hasil dari penelitian yang berisi tentang profil
singkat informan dan pembahasan efektivitas sosialisasi kebijakan Pemerintah
Kota Bandar Lampung tentang waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30
WIB sebagai upaya menciptakan kebersihan lingkungan kota Bandar Lampung.
Penjabaran hasil penelitian akan dikelompokan berdasarkan kualifikasi sudut
1. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi Yang Dilakukan Oleh Dinas A.Profil Informan
Informan pertama merupakan salah satu pejabat di lingkungan Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung dengan jabatan sebagai
Kepala Bidang Kebersihan.
Informan kedua merupakan salah satu pejabat di lingkungan Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung dengan jabatan sebagai
Kepala Seksi Operasional Kebersihan.
Informan ketiga merupakan salah satu pejabat di lingkungan Kecamatan
Kedaton dengan jabatan sebagai Sekretaris Kecamatan Kedaton. Sebelum
menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Kedaton, beliau pernah menjabat
sebagai Lurah Panjang.
Informan keempat merupakan salah satu pejabat di lingkungan Kelurahan
Sepang Jaya dengan jabatan sebagai Lurah Sepang Jaya.
B.Hasil Wawancara
Tugas Pemerintah Kota untuk mensosialisasikan kebijakan tentang waktu
pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB merupakan bentuk
keharusan dalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut. Untuk
mengetahui efektivitas sosialisasi kebijakan yang dilakukan Pemerintah
Kota, maka peneliti menggambarkan hal tersebut dalam hasil wawancara
B.1 Filosofi Kebijakan Wali Kota Bandar Lampung Tentang Waktu Pembuangan Sampah
Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,
diperoleh jawaban sebagai berikut, informan pertama menyatakan
bahwasanya kebijakan ini lahir dikarenakan budaya masyarakat Kota
Bandar Lampung yang belum terbiasa melakukan pembuangan
sampah dengan teratur. Beranjak dari hal tersebut, Pemerintah Kota
Bandar Lampung menggagas ide waktu pembuangan sampah pada
malam hari, hal itu dikarenakan pada malam hari aktifitas masyarakat
kota sudah berkurang, sehingga masyarakat tidak lagi menghasilkan
sampah dan tinggal membuang sampah hasil aktifitas siang hari
ditempat yang telah ditentukan. Dengan dimikian diharapkan
pengangkutan sampah oleh Dinas Kebersihan Kota Bandar Lampung
dapat dilakukan dengan optimal, karena sampah sudah terkumpul
pada pagi hari dan pengangkutan sampah tidak terganggu oleh
ramainya lalu lintas jalan raya.
Informan kedua berpendapat bahwa lahirnya kebijakan tersebut adalah
dalam upaya membangun kesadaran masyarakat Kota Bandar
Lampung untuk tertib dalam melakukan pembuangan sampah,
sehingga dengan ditentukannya waktu pembuangan sampah maka
dinas/petugas kebersihan yang bertugas melakukan pengangkutan
sampah dapat melaksankan tugasnya dengan optimal, hal itu
dikarenakan pada pukul tersebut sampah sudah terkumpul dan
B.2 Tujuan Yang Hendak Dicapai Melalui Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung
Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,
diperoleh jawaban sebagai berikut, kedua informan masing-masing
memberikan jawaban hampir sama, yaitu informan pertama
menyatakan tujuan dibuatnya kebijakan tersebut adalah
pengoptimalan pengambilan sampah, selain itu juga upaya Pemerintah
Kota Bandar Lampung dalam menciptakan kebersihan kota melalui
peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan,
dengan adanya kebijakan ini tentunya masayarakat diajak untuk lebih
disiplin dalam melakukan pembuangan sampah.
Informan kedua dalam penjelasannya menyatakan tujuannya
semata-mata hanya untuk menciptakan Kota Bandar Lampung sesuai dengan
slogannya yaitu TAPIS BERSERI.
Informan ketiga dalam penjelasannya menyatakan tujuan yaitu untuk
mensukseskan segala program yang dibuat Pak Wali yaitu ayo
bersih-bersih, selain itu program ini dianggap cukup bagus untuk diterapkan
dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungan.
B.3 Strategi Dalam Upaya Merealisasikan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung
Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,
diperoleh jawaban sebagai berikut, informan pertama menyatakan
Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya merealisasikan
melakukan penyisiran dengan menggunakan kendaraan pengangkut
sampah, untuk menyisir kembali jalan-jalan protokol.
Informan kedua dalam penjelasanya menyatakan upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya
mensukseskan kebijakan ini adalah dengan melakukan sosialisasi dan
himbauan kepada camat, lurah dan tokoh-tokoh masayarakat dengan
harapan dapat menyalurkan kepada seluruh masyarakat Kota Bandar
Lampung, selain itu juga Pemerintah Kota Bandar Lampung
melakukan sosialisasi melalui media elektronik dan cetak.
Jawaban informan ketiga tidak jauh berbeda dengan apa yang
diberikan oleh informan kedua, strategi yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya mensukseskan
kebijakan ini adalah dengan melakukan sosialisasi dengan tujuan agar
seluruh komponen masyarakat Kota Bandar Lampung mengetahui
adanya kebijakan waktu pembungan sampah pada pukul 22.00-05.30
WIB dengan harapan setelah mengetahuinya mau melaksanakan.
Informan keempat dalam penjelasannya menyatakan sosialisasi
merupakan upaya yang perlu dilakukan dalam upaya mensukseskan
kebijakan tersebut, karena dengan sosialisasi masyarakat dapat
mengetahui isi kebijakan tersebut, sehingga setelah masyarakat dapat
B.4 Metode Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung
Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,
diperoleh jawaban sebagai berikut, Informan pertama menyatakan
sosialisasi dilakukan dengan menggunakan kepanjangantangan dari
Bapak Wali Kota yaitu: lurah, camat, dan UPT-UPT, melalui
pejabat-pejabat kecamatan dan kelurahan brosur yang berisi himbaunan
dibagikan/disosialisasikan kepada seluruh masayarakat Kota Bandar
Lampung. Sosialisasi langsung dengan masayarakat belum dapat
dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dikarenakan pada
APBD 2012 belum dianggarkan, selain daripada itu juga sosialisasi
dilakukan melalui spanduk, dan banner yang dipasang dijalan-jalan
protokol. Sedangkan sosialisasi yang dilakukan di bawah koordinasi
”Bidang Kebersihan” yang berkoordinasi dengan kecamatan,
kelurahan dan lembaga-lembaga setingkat seperti BPPLH. Untuk agen
of change dalam kebijakan ini, pemerintah menempatkan “lurah dan
camat serta UPT” hal itu dikarenakan mereka yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat, sedangkan untuk materi sosialisasi
hanya menggunakan Surat Himbauan Wali Kota Bandar Lampung.
Informan kedua menyatakan sosialisasi dilakukan mulai dari tingkat
kecamatan hingga kelurahan, kemudian di kelurahan di sosialisasikan
lagi ke para tokoh masyarakat, kepala lingkungan, kepala RT-nya
untuk diteruskan ke warganya masing-masing. Sosialisasi dilakukan di
bawah koordinasi bidang kebersihan yang kepala bidangnya yaitu Pak
Informan ketiga menyatakan sosialisasi yang dilakukan melalui
aparatur desa, dan sosialisasi terus dilakukan dengan tujuan agar
mampu membangunkan kesadaran masyarakat. Sosialisasi
dilaksanakan dibawah Koordinasi Dinas Kebersihan yang
berkoordinasi dengan kecamatan dan kelurahan. Sosialisasi dilakukan
secara turun temurun, yaitu dari Dinas Kebersihan yang dilanjutkan ke
kecamatan kemudian diteruskan ke kelurahan sampai tingkatan
terbawah. Materi sosialisasinya adalah surat himbauan yang
dikeluarkan Wali Kota tersebut.
Informan keempat, sosialisasi yang dilakukan melalui para RT dan
juga di lakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat di masjid-masjid yang
ada di lingkungan Kelurahan Sepang Jaya. Sedangkan materi
sosialisasinya adalah Surat Himbauan Bapak Wali Kota.
B.5 Mekanisme Sosialisasi Yang Dirancang Pemerintah Kota Bandar Lampung dan Ukuran Keberhasilannya
Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,
diperoleh jawaban sebagai berikut. Informan pertama menyatakan
mekanisme sosialisasi yang dilakukan yaitu melalui UPT yang ada
disetiap kecamatan, dimana UPT tersebut membawahi beberapa rayon
yang bertugas menjadi satuan tugas kebersihan disetiap kelurahan.
Mengenai ukuran keberhasilan sosialisasinya, informan menyatakan
sosialisasi belum dapat berjalan dengan sukses, hal tersebut
dikarenakan sosilisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar
sedangkan untuk efektivitas sosialisasi yang ditargetkan oleh
Pemerintah Kota. Menurut informan rasanya belum efektiv, hal itu
dikarenakan belum ada anggaran untuk sosialisasi, sehingga
sosialisasi hanya dilakukan dengan perpanjangantangna ke para
camat serta lurah dan UPT saja.
Informan kedua menyatakan mengenai keberhasilan sosialisasi, ia
memandang setidaknya ada usaha dari Pemerintah Kota Bandar
Lampung untuk mensosialisasikan kebijakan ini, tinggal bagaimana
masyarakat mau atau tidak melaksanakan himbauan waktu
pembuangan sampah. Mengenai efektivitas adanaya sosialisasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota, informan berpendapat ya sudah
hampir efektiv hanya butuh upaya lebih untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat.
Informan ketiga dalam jawabannya menyatakan bahwa mekanisme
yang dirancang hanyalah pada tahap bagaimana masayarakat dapat
mengetahui dan mau melaksanakan serta melibatkan diri dalam upaya
mensukseskan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bandar
Lampung, sedangkan untuk takaran waktunya, informan menyatakan
selama masyarakat belum mematuhi selama itu pula terus di himbau
agar mau mematuhi kebijakan yang ada. Mengenai ukuran
keberhasilan sosialisasinya, informan menyatakan bahwa kebersihan
merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya, sedangkan jika berbicara
setidaknya sudah ada perubahan yang semenjak adanya himbauan
Wali Kota.
Informan keempat dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa
ukuran keberhasilan yaitu ketika lingkungan terlihat bersih terutama
dipingir jalan protokol. Sedangkan bicara efektivitas sosialisasi,
informan tidak memungkiri sosialisasi belum berjalan dengan baik,
meskipun informan tidak memungkiri ada perubahan lebih baik
setelah adanya kebijakan tersebut.
B.6 Tempat, Hasil Dan Himbauan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Proses Sosialisasi
Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,
diperoleh jawaban sebagai berikut. Informan pertama menyatakan
sosialisasi kebijakan tentang waktu pembuangan sampah sudah
dilakukan di setiap tingkat kecamatan dan kelurahan yang ada di
Bandar Lampung, sedangkan jika dilihat hasilnya menurut informan
memang belum sesuai dengan harapan, masih banyak yang belum
melakukan pembuangan sampah sesuai dengan ketentuan yang ada,
walaupun sosialisasi sudah dilakukan. Himbauan/harapan yang di
harapkan adalah supaya masyarakat lebih peka terhadap setiap
kebijakan yang di keluarkan Pemerintah Kota.
Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan sosialisasi
kebijakan sudah dilakukan disetiap kelurahan yang ada di kecamatan
beberapa lokasi masyarakatnya sudah melakukan pembuangan
sampah sesuai dengan kebijakan yang ada, walaupun tidak semua
masyarakat melakukan pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB.
Untuk himbauan/harapan yang disampaikan, harapannya kebijakan ini
mampu merubah krakteristik masyarakat ke arah yang lebih patuh
akan adanya kebijakan pemerintah.
Informan keemapat dalam keterangannya menyatakan sosialisasi
sudah dilakukan di setiap RT-RT yang berada dilingkungan Kelurahan
Sepang Jaya, sedangkan hasilnya bisa dikatakan hampir 40% warga
mematuhi membuang sampah pukul 10 malam tersebut, namun masih
ada juga yang masih acuh tak acuh, sehingga harus berulang-ulang
dalam mensosialisasikannya.
B.7 Kendala Penerapan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung
Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan kendala-kendala yang
dinyatakan informan sebagai berikut. Informan pertama menyatakan
kendala terletak pada belum adanya anggaran dalam APBD 2012 ini,
selain itu juga karakteristik dan budaya masyarakat yang belum sadar
akan pentingnya kebersihan.
Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan kendalanya terletak
pada kurang kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan,
seperti contohnya petugas harus bolak-balik menyisir jalanan yang
sama dalam waktu yang berdekatan, hal itu disebabkan banyak
Informan keempat dalam jawabanya menerangkan bahwa tidak
ditemukannya kendala, semua berjalan baik, sosialisasi telah
dilakukan oleh perangkat desa dengan baik.
B.8 Upaya Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Mensuskseskan Sosialisasi Kebijakan
Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,
diperoleh jawaban sebagai berikut. Informan pertama menjawab
bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung
untuk menunjang berjalannya kebijakan ini adalah, membentuk satuan
kerja dan membentukan UPT di setiap kecamatan-kecamatan.
B.9 Indikator Keberhasilan Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa indikator keberhasilan
terletak pada keefektivan sosialisasi terhadap kebersihan lingkungan
kota, sesuai dengan apa yang diutarakan oleh informan sebagai
berikut. Informan pertama dalam keterangannya menyatakan
berbicara efektivitas itu ialah berbicara hasil, adanya sosialisasi yang
berdampak pada patuhnya masyarakat terhadap kebijakan, sedangkan
dalam kenyataanya memang belum semua masyarakat mau
melaksanakan kebijakan ini, meskipun tidak dipungkiri banyak
masyarakat yang sudah malakukan kebijakan ini. Sedangkan data
seperti: absensi, atau daftar SPPD selama proses sosialisasi dan
evaluasi tidak ada hal itu dikarenakan sosialisasinya hanya dilakukan
Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan keberhasilan
sosialisasi kebijakan waktu pembuangan sampah terletak pada
terciptanya kebersihan, sedangkan mengenai absensi, atau daftar
SPPD selama proses sosialisasi dan evaluasi, informan menyatakan
kemungkinan data dapat ditemukan di tingkat kelurahan. Informan
keempat menyatakan keberhasilan sosialisasi ini dapat dilihat dari
bagaimana keadaan lingkungan Kelurahan Sepang Jaya, terlihat lebih
bersih atau tidak. Sedangkan mengenai proses sosialisasi, informan
menyatakan dilakukan setiap seminggu sekali, dengan tujuan dapat
terus meningkatkan upaya sosialisasi kebijakan ini, sedangkan untuk
absensi informan menyatakan dalam setiap kegiatannya tidak
menggunkan absensi.
B.10 Kepatuhan Masyarakat Terhadap Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan jawaban dari para informan
sebagai berikut, informan menyatakan belum semua masyarakat
mematuhi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu
pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB sebagaimana
diutarakan informan dalam jawabannya. Informan pertama
menyatakan bahwa sebagian masyarakat sudah melakukan
pembuangan sampah sesuai waktu yang ditentukan dalam kebijakan,
Informan ketiga menerangkan bahwa belum semua masyarakat
susah untuk mengikutsertakan dirinya dalam upaya menciptakan
kebersihan lingkungannya.
Informan keempat dalam keterangannya menyatakan hal senada
dengan apa yang diungkapkan informan pertama dan kedua yaitu,
belum semua masyarakat menaatinya.
Melihat pernyataan informan diatas, efektivitas sosilisasi kebijakan
yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung belum dapat
berjalan dengan baik. Hal itu terlihat dari hasil yang didapatkan,
dimana sebagian masyarakat Kota Bandar Lampung sudah melakukan
pembuangan sampah, akan tetapi dalam melakukan pembuangan
sampah belum menaati ketentuan yang dituangkan dalam kebijakan
yaitu melakukan pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB.
Sehingga sampah yang dibuang oleh masyarakat yang telah melebihi
ketentuan waktu yang ditentukan dalam kebijakan, maka sampah
tersebut tidak terangkut oleh mobil kebersihan yang pada pagi harinya
bertugas menyisir jalan.
2. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi Dari Sudut Pandang Masyarakat A.Profil Informan
Informan pertama merupakan salah satu warga di LK.I Kelurahan Sepang
Jaya Kecamatan Kedaton. Bapak tiga orang ini merupakan Ketua LK.I di
Kelurahan Sepang Jaya. Bapak Nurdin selain sibuk sebagai ketua