• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH

SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Amalia Rusmaliana Sentosa 0816011018

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH

SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)

Oleh

Amalia Rusmaliana Sentosa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang kebijakan waktu pembuangan sampah dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian terletak di lingkungan Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung. Fokus penelitian adalah efektivitas sosialisasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu pembuangan sampah. Informan dalam penelitian ini terdiri dari unsur tokoh masyarakat Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung dan pejabat yang bertugas di lingkungan Pemerintahan Kota Bandar Lampung. Jenis data yang diteliti terdiri dari data primer dan sekunder yang kemudian bahan-bahan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode reduksi, penyajian dan verifikasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung mengenai waktu pembungan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB ternyata belum efektiv dalam upaya menciptakan kebersihan Kota Bandar Lampung. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya kantung sampah yang berserakan pada pagi hari dan belum adanya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan dan mematuhi isi kebijakan tersebut, sehingga harapannya kedepan kebijakan yang dibuat harus dipertegas agar masyarakat merasa jera dan tidak acuh terhadap kebijakan yang ada.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Permasalahan ... 5

3. Tujuan Penelitian... . 5

4. Manfaat Penelitian... ... 5

1. Secarat Teoritis ... 5

2. Secara Praktis ... 6

(4)

2. Sosialisasi ... 9

2.1 Definisi Sosialisasi ... 9

2.2 Jenis Sosialisasi ... 10

2.3 Tipe Sosialisasi ... 11

3. Kebijakan ... 12

Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung ... 14

4. Sampah ... 15

4.1 Penyimpanan Sampah ... 16

4.2 Pengumpulan Sampah ... 17

5. Kebersihan Lingkungan ... 18

6. Kerangka Pemikiran ... 19

III. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian ... 22

2. Fokus Penelitian ... 23

3. Lokasi Penelitian ... 24

4. Penentuan Informan ... 25

5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 26

6. Teknik Analisis Data ... 28

(5)

1.3 Letak Administrasi ... 31

1.4 Letak Geografis ... 32

1.5 Visi dan Misi ... 32

1.6 Kondisi Iklim ... 34

1.7 Kependudukan ... 34

1.8 Mata Pencarian ... 34

1.9 Kondisi Wilayah ... 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi yang Dilakukan Oleh Dinas ... 42

A. Informan ... 42

B. Hasil Wawancara ... 42

2. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi dari Sudut Pandang Masyarakat ... 53

A. Informan ... 53

B. Hasil Wawancara ... 55

3. Deskripsi Fakta Di Lapangan ... 62

Hasil Pengamatan ... 62

4. Pembahasan ……….... 64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 69

2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Pedoman Wawancara 2. Traskrip Hasil Wawancara

3. Dokumentasi Materi Sosialisasi dan Fakta di Lapangan 4. Surat Pengantar Riset

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 34

2. Mata Pencarian Penduduk ... 35

3. Data Wilayah ... 36

4. Tingkat Perkembangan Pendidikan ... 37

5. Kesehatan Masyarakat ... 38

(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Erna Rochana, M.Si ...

Penguji Utama : Drs. Abdulsyani, M.IP ...

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 002

(9)

PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN

(Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)

Nama Mahasiswa : AMALIA RUSMALIANA SENTOSA

No.Pokok Mahasiswa : 0816011018

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Erna Rochana, M.Si NIP. 19670623 199802 2 001

2. Ketua Jurusan

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Amalia Rusmaliana Sentosa, lahir di

Tanjung Karang 13 Juli 1990 merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Ruslan Sentosa dan Ibu

Lusiana Rachman.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh Penulis yaitu antara lain di Taman Kanak-kanak Pembina Pahoman Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun

1996. Sekolah Dasar Negeri 2 Teladan Rawa Laut Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2002. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 9 Bandar

Lampung yang diselesaikan tahun 2005. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008. Kemudian pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai

mahasiswi pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

(11)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat kepada Sang Maha Hidup Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya karena atas izin-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Tentang Waktu Pembuangan Sampah

Sebagai Upaya Menciptakan Kebersihan Lingkungan”.

Penulis banyak mendapat bantuan, saran, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

(12)

terbaik untuk skripsi ini

6. Ibu Dra. Yuni Ratnasari, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada Penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

7. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya pada Jurusan Sosiologi, terima kasih ilmunya selama ini

8. Seluruh Staf Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

9. Bapak Drs. A. Budiman PM, M.M selaku Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung yang telah berkenan memberikan izin penelitian kepada Penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini

10. Bapak Siswanto selaku Kepala Bidang Kebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung yang senantiasa memberikan informasi yang Penulis butuhkan untuk skripsi ini

11. Para informan, staf, dan karyawan di lingkungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung

(13)

sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini

14. Para informan di lingkungan 1, 2, dan 3 Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton yang telah banyak memberikan bantuan informasi yang Penulis butuhkan untuk skripsi ini

15. Kedua orangtua, Papa dan Mama. Terima kasih Ananda ucapkan sebesar-besarnya karena telah begitu banyak pengorbanan, cinta, kasih sayang serta do’a yang telah diberikan pada Ananda. Semoga doa yang telah dipanjatkan dapat menghantarkan kesuksesan buat Ananda. Amien yaa robbal alamin.

16. Adik-adikku Intan, Ratu, dan Dika. Hidup itu terus berjalan, dan kalian akan pada dewasa nantinya. Marilah buat bangga kedua orangtua kita yahh.. Resapilah hidup ini, jangan buang-buang waktu. Jadilah orang-orang yang sukses kelak. Amien.. 17. Abi. Terimakasih selama ini telah mengisi hidup ku. Suka duka, tangis tawa silih

berganti mewarnai hidup kita. Hidup ku terasa lengkap karena adanya dirimu. Semoga kelak kebahagiaan dan kesuksesan selalu menyertai kehidupan kita. Amien..

18. Keluarga besarku. kakek nenek, dan nyai. Terimakasih ya selama ini selalu memotivasiku untuk terus menyelesaikan urusan kuliah. Paman bibiku: Cicik Atik, Om Avin, Wak Ibu, Wak Ajo, Bunda Acil, Buyah, Om Mur, Cicik Helef, Baten, Ibu Yana, Uncu, serta Om Redi. Terimakasih keluargaku.

(14)

merupakan bagian dari hidup ku juga.

21. Sahabat-sahabatku. Icha, Elizha, Anita, Lova, Tori, Eka, Fitri, Nana, Sukma, Mimi. Kalian merupakan bagian dari De’Vertida yang memberikan kelucuan tersendiri untuk Penulis. Suka duka kita lalui bersama semester per semester. Kelucuan, kejahilan, canda tawa menjadi bagian dalam perjalanan persahabatan kita. Tak terasa kita mulai meniti hidup masing-masing. Jika Allah berkenan, semoga Dia mempertemukan kita kembali dalam canda tawa yang pastinya akan dirindukan selalu.

22. Teman-teman seperjuanganku, Sosiologi 2008. Annissa Valentina, kamu adalah teman terbaik yang aku miliki. Suka duka sekamar waktu KKN tak akan aku lupakan sayang hehe.. Belajar mandiri semuanya ya hehehe.. Untuk yang lain teman seperjuangan, Irsyad, Vitha, Dewi, Sutikno alias Nino, Arwin, Arfani, Asep, Chia, Wera, Fitra, Obrin dan semuanya yang tak bisa Penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih selama ini telah menjadi bagian perjalanan Penulis dalam menimba ilmu di Sosiologi. Canda tawa, dan kebersamaan dengan kalian akan selalu ku kenang.

(15)

dengan kebaikan yang setimpal, Amien..

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,

(16)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pertumbuhan kota di negara-negara yang sedang berkembang telah menjadi masalah tersendiri, khususnya terhadap pertumbuhan jumlah penduduk dan kebersihan lingkungan perkotaan. Indonesia sebagai negara berkembang yang terdiri dari kota-kota besar terus mengalami peningkatan jumlah penduduk yang signifikan. Berdasarkan data statistik BPS tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk 237.556.363 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi ini tentunya menimbulkan berbagai masalah sosial, persoalan yang sering muncul adalah masalah kebersihan lingkungan yang diakibatkan oleh banyaknya sampah.

(17)

keseimbangan lingkungan dan menciptakan kehidupan yang sehat sebagai kebutuhan dasar manusia.

Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung dan merupakan salah satu kota besar di Indonesia ternyata mengalami permasalahan sosial yang sama dengan kota-kota besar lainnya yaitu, masalah kebersihan lingkungan yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang selalu berbanding lurus dengan peningkatan volume sampah. Kota Bandar Lampung berdasarkan data pada Sekretaris Kota Bandar Lampung (2012) memiliki jumlah penduduk 1.311.240 jiwa, dengan laju pertumbuhan 1,79 % per tahun, menghasilkan volume sampah per hari mencapai 2.086,71 m3 dengan rata-rata sekitar 0,43 kg/hari/orang, terbagi atas sampah organik 65% dan anorganik 35%. Sampah dengan jumlah cukup besar di atas dihasilkan dari beberapa tempat, seperti sampah sisa hasil rumah tangga, sampah hasil kegiatan ekonomi (pasar/mall), dan tempat-tempat pendidikan. Hal di atas membuat lingkungan Kota Bandar Lampung terlihat kumuh dan jauh dari kesan rapi serta sehat.

(18)

Salah satu kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah kebijakan tentang waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB, dimana kebijakan ini dipandang oleh Pemerintah Kota sebagai terobosan baru dalam upaya menanggulangi sampah, khususnya sampah sisa hasil rumah tangga. Pemerintah Kota Bandar Lampung berasumsi dengan adanya kebijakan ini nantinya pada pagi dan siang hari Kota Bandar Lampung akan terlihat bersih dikarenakan sampah sisa hasil rumah tangga yang dibuang oleh warga kota pada waktu yang ditentukan sudah dapat terangkut oleh petugas kebersihan pada pagi hari.

Mewujudkan gagasan untuk menata lingkungan Kota Bandar Lampung melalui kebijakan waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB tentunya tidak mudah, keberhasilan suatu kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor dan keberhasilannya dinilai melalui beberapa indikator. Indikator kesuksesan dari kebijakan waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB terletak ketika masyarakat Kota Bandar Lampung mengetahui dan mau melakasanakan kebijakan yang telah ditentukan, maka salah satu hal terpenting yang harus dilakukan untuk menunjang kesuksesannya adalah mensosialisasikan kebijakan tersebut. Melalui sosialialisasi, suatu tujuan dapat disampaikan dan diterima oleh orang lain.

(19)

disetiap kelurahan, sedangkan sosialisasi melalui media dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui baliho-baliho yang dipasang dijalan-jalan protokol dan melalui selebaran yang berisi himbauan Wali Kota yang dibagikan kepada masyarakat Kota Bandar Lampung.

Dalam sosialisasinya, Pemerintah Kota Bandar Lampung mencoba menyampaikan makna dan tujuan dari adanya kebijakan waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB kepada warga Kota Bandar Lampung. Sosialisasi kebijakan yang dilakukan diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat Kota Bandar Lampung untuk ikut serta dalam upaya bersama-sama menciptakan kebersihan kota, yaitu dengan cara melakukan pembuangan sampah sesuai waktu yang telah ditentukan. Dengan telah ditaatinya kebijakan ini oleh warga Kota Bandar Lampung, maka slogan Kota Bandar Lampung sebagai kota Tapis Berseri dapat terwujud, dikarenakan pada pagi dan siang hari sudah tidak ada lagi sampah yang berserakan, karena sudah terangkut oleh mobil kebersihan untuk dibawa di tempat pembuangan akhir (TPA) Bakung, Teluk Betung.

(20)

2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Efektivitas Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Tentang Waktu Pembungan Sampah Sebagai Upaya Menciptakan Kebersihan Lingkungan?

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah sudah efektiv sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang kebijakan waktu pembuangan sampah terhadap kebersihan lingkungan.

4. Manfaat Penelitian

1) Secara Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya, serta mampu memberikan dan menambah wawasan masyarakat pada umumnya, mengenai efektivitas sosialisasi kebijakan pemerintah terhadap kebersihan lingkungan perkotaan.

b) Dapat menambah wawasan dan memperluas cakrawala pengetahuan, khususnya tentang efektivitas sosialisasi suatu kebijakan pemerintah terhadap kebersihan lingkungan perkotaan.

(21)

2) Secara Praktis

a) Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan bagi para pembaca ataupun aparat pemerintah guna mengetahui lebih jauh mengenai efektivitas sosialisasi suatu kebijakan pemerintah terhadap kebersihan lingkungan perkotaan

(22)

II.TINJAUAN PUSTAKA

1. Efektivitas

1.1 Pengertian Efektivitas

Menurut Hasibuan dalam Setiawan (2008:11), efektivitas adalah tercapainya

sasaran atau tujuan-tujuan dari suatu instansi yang telah ditentukan

sebelumnya. Dalam efektivitas terkandung makna berdaya tepat atau berhasil

guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan secar

sempurna, secara tepat dan target telah tercapai. Selain itu terkandung makna

efisiensi, yaitu berdaya guna untuk menunjukan bila suatu tindakan atau usaha

sudah efektiv dan ekonomis, baru dikatakan efisien.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:284), definisi

efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang

ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu

usaha atau tindakan. Dalam hal ini, efektivitas dapat dilihat dari tercapai

tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.

Menurut Irianto (2001:12), efektivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dan

berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pekerjaan tersebut

dengan memberdayakan seluruh potensi sumber daya manusia maupun sumber

(23)

dikendaki dengan mempertimbangkan faktor-faktor tenaga, waktu, pikiran dan

alat-alat yang dikeluarkan atau kehendaki.

Efektivitas merupakan suatu pencapaian hasil pekerjaan yang memiliki tujuan,

sumber daya manusia pelaksana dan pengawas, jangka waktu, sumber dana dan

ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dalam artian bahwa hasil

pekerjaan yang diperoleh sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Martiman

dalam Setiawan (2008:12) berpandangan, efektivitas berkaitan erat dalam

kemampuan sumber daya manusia memanfaatkan potensi yang ada. Efektivitas

menunjukan hasil pekerjaan yang diraih secara optimal dengan ciri yaitu

adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan hasil kerja secara

berkesinambungan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pencapaian hasil

pekerjaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung yang

bertujuan mensosialisasikan kebijakan dengan menggunakan sumber daya

manusia pelaksana, jangka waktu, dan sumber dana yang telah ditetapkan

sebelumnya.

1.2. Indikator Efektivitas

Efektivitas itu merujuk pada hasil yang harus sesuai dengan tujuan, waktu yang

tepat dan tidak terlambat. Jika hasil suatu proses dapat dicapai sesuai dengan

tujuan yang direncanakan dalam waktu yang singkat tapi menggunakan sumber

daya berlebihan atau lazim dikatakan ekonomi biaya tinggi, maka hal itu

(24)

berarti baik dalam memanfaatkan sumber daya (input), tetapi tidak mencapai

sasaran. Efektivitas lebih mengarah pada pencapaian sasaran. Jadi dalam hal ini

efektivitas lebih merujuk pada segi hasil, waktu, biaya. Artinya indikator

keefektivan tidak dapat ditentukan secara umum, karena keefektivan secara

keseluruhan berarti hasil yang mengandung kesempurnaan dari berbagai aspek

atau segi tergantung pada indikator yang dijadikan pedoman keefektivan

(Dewi, 2006: 52).

2. Sosialisasi

2.1 Definisi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang untuk

berbuat dan bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui

dalam masyarakat. Dalam proses belajar atau penyesuaian diri itu seorang

kemudian mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain,

kemudian seseorang mempercayai dan mengakui sebagai milik pribadinya.

Jika sosialisasi dipandang dari sudut masyarakat, maka sosialisasi

dimaksudkan sebagai usaha untuk memasukkan nilai-nilai kebudayaan

terhadap individu sehingga individu tersebut menjadi bagian dari

masyarakat (Abdulsyani, 2007:57).

Menurut pendapat Soejono Dirdjosisworo dalam Abdul Syani (2007),

bahwa sosialisasi mengandung tiga pengertian yaitu:

a. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi

dengan mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam

(25)

b. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap,

ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan

tingkah laku didalam masyarakat dimana ia hidup.

c. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu

disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri

pribadinya.

Hassan Shadily dalam Abdulsyani (2007) mendefinisikan sosialisasi

sebagai suatu proses dimana seseorang mulai menerima dan menyesuaikan

diri kepada adat istiadat suatu golongan, dimana lambat laun ia merasa

sebagai dari golongan itu.

2.2 Jenis Sosialisasi

Sosialisasi dialami oleh individu sebagai mahluk sosial sepanjang

kehidupannya sejak ia lahir sampai meninggal dunia. Berger dan Lukman

dalam Pramitha (2010:18) mengatakan, berdasarkan jenisnya, sosialisasi

dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi

sekunder (dalam masyarakat):

1. Sosialisasi Primer

Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu

semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).

Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat

anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota

keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu

(26)

tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi

sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara

terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan

oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan

anggota keluarga terdekatnya.

2. Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah

sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok

tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi

dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu

identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi,

seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

2.3 Tipe Sosialisasi

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda.

Contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di

kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang

disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah

terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang

disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu.

Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang

ada. Agar sosialisasi dapat berjalan lancar, tertib dan berlangsung terus

(27)

dalam Pramitha (2010:17). Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai

berikut:

a) Formal

Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang

menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di

sekolah dan pendidikan militer.

b) Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang

bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota

klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

3. Kebijakan

Wahab dalam Makhya (2006:82), setelah menyimpulkan dari beberapa definisi

kebijakan publik dari para ahli kebijakan sampai pada kesimpulan, ada dua

macam pandangan dalam mendefinisikan kebijakan negara. Pandangan

pertama, yaitu pendapat para ahli yang mengidentifikasikan kebijakan negara

dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah. Dalam pandangan

ini bisa dilihat dari definisi yang dilakukan oleh R.S Parker, Thomas R. Dye,

Edward dan Sharkansy dalam Makhya (2006:82). Pandangan kedua, yaitu para

ahli yang memusatkan perhatian pada implementasi kebijakan (Policy

Implementation). Para ahli yang termasuk dalam katagori ini dapat kita bagi

dalam dua kutub. Pertama, mereka yang melihat kebijaksanaan negara sebagai

keputusan-keputusan Pemerintah yang mempunyai tujuan-tujuan atau

(28)

negara mempunyai akibat-akibat atau dampak yang diramalkan (predictable)

atau dapat diantisapasi sebelumnya. Para ahli yang mewakili kutub pertama,

yaitu Nakamura dan Small Wood, dan pada kutub kedua yaitu Pressman dan

Wildavsky.

Wahab dalam Makhya (2006:82) mengkombinasikan beberapa definisi

Kebijaksanaan Negara dari Charles Lindblom, Austin Ranney, Raymond

Bauer, Don F Princes, Fremont J Lyden, George A. Shipman dan Robert

W.Wilikinson, dan Yehezkel Dror, menyebutkan beberapa ciri pembuatan

kebijaksanaan negara, yaitu sebagai berikut:

a) Sangat Kompleks

b) Prosesnya bersifat dinamis

c) Komponen-komponen beraneka ragam

d) Peran masing-masing sub struktur berbeda-beda e) Memutuskan

f) Sebagai pedoman umum g) Untuk mengambil tindakan h) Diarahkan pada masa depan

i) Terutama dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah secara formal dimaksudkan untuk mencapai sesuatu tujuan.

j) Secara formal dimaksudkan untuk mencapai sesuatu tujuan. k) Apa yang tercermin dalam kepentingan umum.

l) Dilakukan dengan cara yang sebaik mungkin.

Dari beberapa definisi kebijakan publik, paling tidak yang ada beberapa aspek

yang perlu dicermati dalam memahami definisi kebijakan publik. Pertama,

(29)

pemerintah. Jadi dalam pemahaman ini, maka yang memiliki kewenangan

untuk membuat kebijakan adalah pemerintah. Dengan demikian, maka pihak

swasta atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tidak memiliki kewenangan

untuk membuat kebijakan publik. Kedua, tidak semua tindakan pemerintah

bisa dikatagorikan dalam pengertian kebijakan publik. Istilah publik, menjadi

kata kunci untuk memberikan pengertian bahwa tindakan pemerintah.

Walaupun secara prosedual mengatasnamakan untuk kepentingan publik, tetapi

apabila tindakannya bersifat kepentingan personal, maka tidak bisa

dikategorikan sebagai kebijakan publik. Ketiga, setiap kebijakan pemerintah

harus mengikat pada publik. Kebijakan-kebijakan yang tidak mengikat

hanyalah bersifat simbolis saja (symbolic policies). Keempat, kebijaksanaan

Pemerintah harus ditinjau kepada kepentingan publik dan didasarkan pada

tujuan-tujuan tertentu (Makhya, 2006:83).

Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang tertuang dalam bentuk

tata peraturan perundang-undangan diharapkan dapat mengarahkan

jalannya pelaksanaan pemerintahan, serta mampu melindungi masyarakat,

dan menciptakan rasa aman dalam kehidupan bernegara. Kebijakan

Pemerintah Kota Bandar Lampung dapat tertuang dalam bentuk:

a. Peraturan Daerah b. Peraturan Walikota

c. Peraturan-peraturan lain yang bermaksud memandu prilaku masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan tertentu.

Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang dimaksud dalam

(30)

tertuang dalam surat Himbauan Wali Kota dengan Nomor:

300/1603A/IV.30/2011, dimana dalam kebijakan ini Pemerintah Kota

menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk ikut serta peduli terhadap

kebersihan Kota Bandar Lampung, dengan cara:

a. Melakukan pembungan sampah mulai pukul 22.00-05.30 WIB,

dikarenakan mobil pengangkut sampah akan mengangkut sampah

pada jam 06.00 WIB.

b. Sampah yang akan dibuang dibungkus dalam plastik/kantong dan

memberikan kepada petugas kebersihan atau meletakan pada tempat

yang telah ditentukan.

c. Apabila mobil pengangkut sampah telah lewat, kiranya sampah

tersebut ditunda pembuangannya sampai waktu yang telah ditentukan.

d. Terlebih istimewa apabila masyarakat KotaBandar Lampung untuk

menjaga kesehatan masyarakat agar dapat memisahkan sampah basah

dan sampah kering untuk membantu petugas kebersihan dalam

pengangkutan sampah.

Harapan Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan adanya kebijakan ini

dapat menciptakan Kota Bandar Lampung menjadi rapih, bersih, sehat,

indah dan sejahtera.

4. Sampah

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

(31)

yang berbentuk padat. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, sampah dapat

digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas

sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah

yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan

bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang

berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah

sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya.

Sedangkan menurut Widiwijoto (1983:26), sampah adalah sisa-sisa bahan yang

telah mengalami perlakuan baik telah diambil bagian utamanya, telah

mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah

tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran

atau gangguan kelestarian alam. Murtadho dan Gumbira dalam Widiwijoto

(1983:26), membedakan sampah atas sampah organik dan sampah anorganik.

Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik

yang umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah ini memiliki sifat

mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena memiliki

rantai karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa sampah

padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme karena

memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastik,

dan lain-lain.

4.1 Penyimpanan Sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah

(32)

(dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda untuk

macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan

penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya.

Syarat-syarat tempat sampah antara lain : (i) konstruksinya kuat agar tidak mudah

bocor, untuk mencegah berseraknya sampah, (ii) mempunyai tutup, mudah

dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan tutup

sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan, (iii) ukuran

tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang

(Prihandarini, 2004:24).

4.2 Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah

tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, setiap

rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan

sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah

tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)

sampah, dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (Prihandarini,

2004:24).

Menurut Notoatmodjo dalam Prihandarini (2004:25) mekanisme, sistem,

atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab

pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan masyarakat

produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk

(33)

masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah

tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk.

5. Kebersihan Lingkungan

Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization) adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan

agar dapat terciptanya keadaan sehat dari manusia. Dalam Mutawakil (2009),

kebersihan lingkungan slalu menjadi masalah yang menimbulkan polemik di

masyarakat. Sikap saling menyalahkan antara pemerintah dan masyarakat

mengenai sampah yang kerap kali muncul bila terjadi masalah. Masyarakat

merasa persoalan sampah adalah persoalan pemerintah. Pemerintah yang

seharusnya membersihkan lingkungan mereka, sementara disisi lain

pemerintah tanpa dukungan masyarakat yang memadai maka setiap usaha yang

dilakukan untuk membersihkan lingkungan akan kurang efektif. Maka

permasalahan sampah bila tidak ditangani dengan bijaksana akan terus

menimbulkan permasalahan kebersihan lingkungan.

Dalam Soemarwoto (1994:25-27), kebersihan lingkungan dapatlah diartikan

dalam kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu dalam kualitas lingkungan yang

baik/bersih terdapat potensi untuk berkembangnya kualitas hidup yang tinggi.

Namun, kualitas hidup sifatnya adalah subjektif dan relatif. Sedangkan

menurut N. Daldjoeni dan Suyitno (1970:140), menjaga kebersihan dan

pelestarian lingkungan pada hakikatnya adalah upaya menjalin hubungan yang

selaras antara kebutuhan hidup manusia dengan sumber daya alam dan

(34)

6. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan bentuk suatu konsep atau alur dari suatu

penelitian yang didasarkan pada permasalahan yang diteliti yang diharapkan

dapat mengarah pada suatu hipotesis atau jawaban sehingga dapat tercapainya

paparan pemasalahan dan solusi serta hasil penelitian seperti yang diharapkan

kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung yang

selalu berbanding lurus dengan peningkatan jumlah volume sampah,

menjadikan masalah terhadap kebersihan lingkungan yang ditimbulkan oleh

banyaknya sampah. Pemerintah Kota mempunyai tanggung jawab untuk

mengatasi permasalahan sosial tersebut. Untuk mengatasinya, pemerintah

membuat kebijakan waktu pembuangan sampah yaitu pukul 22.00-05.30 WIB.

Kemudian untuk mensukseskan kebijakan tersebut, tentunya Pemerintah Kota

Bandar Lampung mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan kepada

seluruh komponen masyarakat, agar kebijakan tersebut dapat diketahui dan

diaplikasikan guna menciptakan kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung.

Maka dari hal tersebut, penulis mencoba menganalisa apakah kemudian

efektivkah sosialisasi kebijakan waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30

WIB yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dalam upaya menciptakan Kota

(35)

Menganalisis indikator keberhasilan sosialisasi kebijakan dalam menciptakan

kebersihan lingkungan kota:

1. Data atau Pendapat Pejabat Dinas

2. Pendapat Warga

3. Fakta Di lapangan

Keterangan:

Permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah volume

sampah di Kota Bandar Lampung, merupakan tanggung jawab pemerintah

selaku pelaksana kehidupan bernegara. Pemerintah dituntut agar dapat

mencarikan solusi dari permasalahan ini, maka dalam perencanaan

penyelesaian masalah ini, Pemerintah Kota Bandar Lampung membuat suatu

kebijakan tentang waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB.

Guna berjalannya kebijakan ini, tentunya Pemerintah Kota Bandar Lampung Pemerintah Kota

Permasalahan Kota Yang Kotor

Kebijakan Untuk Mengatasi

Masyarakat Di sosialisasikan

(36)

perlu mensosialisasikannya kepada seluruh komponen masyarakat kota, dengan

tujuan agar kebijakan tersebut dapat diketahui oleh masyarakat, dengan

harapannya setelah mengetahui kebijakan tersebut, masyarakat Kota Bandar

Lampung mau melaksanakannya.

Disini penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk menilai apakah sudah

efektiv sosialisasi kebijakan tentang kebijakan waktu pembungan sampah pada

pukul 22.00-05.30 WIB yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar

Lampung dalam upaya menciptakan kebersihan Kota Bandar Lampung? Maka

penulis dalam penelitiannya menggunakan tiga indikator untuk mengetahui

efektivitas sosialisasi tersebut, yaitu: 1. Data atau Pendapat Pejabat Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung; 2. Pendapat warga; 3.

(37)

III. METODE PENELITIAN

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan

masalah yang diselidik dengan menggambarkan subjek atau objek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi,

1991:63).

Dipilihnya metode kualitatif dalam penelitian ini disebabkan oleh:

a) Data yang menjadi input dalam penelitian bukanlah berupa angka namun

dalam bentuk informasi yang diperoleh dari informan;

b) Data yang diperoleh merupakan makna yang mendasari tingkah laku

partisipan/informan, yaitu alasan atau penyebab informan melakukan

suatu tindakan atau kegiatan.

Ciri-ciri penelitian kualitatif :

a) Data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata;

b) Yang menjadi instrumen penelitiannnya adalah manusia, dengan tidak

ada jarak antara peneliti dan yang diteliti sehingga akan diperoleh

(38)

c) Penelitian kualitatif biasanya melakukan penelitian pada latar belakang

alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan suatu permasalahan;

d) Penelitian kualitatif biasanya lebih mementingkan proses dari pada hasil,

hubungan antar bagian-bagian yang diteliti jauh lebih jelas apabila

diamati dalam proses;

e) Desain penelitian dapat berubah atau disesuaikan berdasarkan

temuan-temuan pada saat melakukan penelitian

(http://www.shvoong.com/social-

sciences/education/2027037-ciri-ciri-penelitian-kualitatif/#ixzz1Mv6EFC).

2. Fokus Penelitian

Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kualitatif adalah bahwa

gejala dari suatu obyek itu sifatnya tunggal dan parsial. Gejala itu bersifat

holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif

tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan satu masalah

penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek

tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara

sinergis (Sugiyono, 2009:207)

Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti

melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut

dengan penjelajahan umum. Dari penjelajahan umum ini, peneliti akan

memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan

tentang situasi sosial. Untuk dapat memahami secara lebih luas dan mendalam,

(39)

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan fokus penelitian berdasarkan

permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang ada. Yaitu tentang

bagaimana efektivitas sosialisasi kebijakan tentang waktu pembuangan sampah

pukul 22.00-05.30 WIB yang dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung

sebagai upaya menciptakan kebersihan Kota Bandar Lampung.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menurut Iskandar dalam Alkarim (2012) adalah situasi dan

kondisi lingkungan dan tempat yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Demikian pula yang berlaku dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi

penelitiannya dilingkungan rumah-rumah warga dan jalan-jalan protokol di

wilayah Kelurahan Sepang Jaya, Kecamatan Kedaton, karena di wilayah

tersebut masuk dalam obyek kebijakan waktu pembuangan sampah. Selain

daripada itu, Kelurahan Sepang Jaya merupakan kelurahan terluas kedua

setelah Kelurahan Labuhan Ratu yang dimiliki Kecamatan Kedaton, memiliki

penduduk yang heterogen dan tingkat pendidikan masyarakatnya diatas

rata-rata. Kemudian Kelurahan Sepang Jaya jika dilihat dalam konteks kesesuaian

lokasi penelitian ini maka, kelurahan tersebut sudah memenuhi unsur-unsurnya

yaitu adanya perumahan warga, pasar modern dan sekolahan.

Sedangkan untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung

merupakan bagian instansi di Pemerintah Kota Bandar Lampung yang

bertanggungjawab mensosialisasikan kebijakan waktu pembuangan sampah

(40)

4. Penentuan Informan

Sugiyono (2009:221) dengan mengutip pendapat dari Spradley mengemukakan

bahwa, informan sebagai sumber informasi sebaiknya memenuhi beberapa

kriteria sebagai berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses

enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga

dihayatinya;

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada

kegiatan yang tengah diteliti;

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi;

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil

“kemasannya” sendiri;

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti

sehingga menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau

narasumber.

Informan dalam penelitian adalah masyarakat yang bermukim di wilayah

Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton dan staf di Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Bandar Lampung. Adapun cara untuk mendapatkan

informasi adalah dengan cara mengunjungi Kantor Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Bandar Lampung dan rumah warga di wilayah Kelurahan

(41)

5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

a) Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dengan menggali

dari sumber informasi (informan) dan dari catatan di lapangan yang

relevan dengan masalah yang sedang diteliti seperti:

1. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

dan kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi

dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga

obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2009:145).

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009:145) mengemukakan bahwa

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara

yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar.

2. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung dan bertatap muka dengan informan yang dituju.

Metode wawancara mendalam ini digunakan untuk mendapat

keterangan-keterangan secara mendalam dari permasalahan yang

dikemukakan. Metode wawancara mendalam ini diharapkan akan

(42)

mendapat gambaran yang lebih jelas guna mempermudah dan

menganalisis data selanjutnya (Sugiyono, 2009:233).

b) Data sekunder, adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari

fakta yang sebenarnya dari hasil wawancara mendalam yang telah

dilakukan maupun memverifikasi kembali data yang sudah ada

sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi, studi kepustakaan

dan studi on-line.

1. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data sekunder dengan

menggunakan catatan atau buku-buku serta materi-materi sosialisasi

yang terdokumentasi dalam bentuk foto, dan dinilai berkaitan dengan

penelitian ini. Selain dari pada itu dokumentasi bisa berupa spanduk

dan media sekunder lainnya.

2. Studi kepustakaan dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan

teori-teori, prinsip-prinsip, konsep-konsep dan hukum-hukum yang

dapat mendukung penelitian ini. Studi pustaka yang digunakan dalam

penelitian ini bisa berupa dokumen pemerintah dan media seperti

majalah dan surat kabar ataupun buku-buku yang berhubungan dengan

penentuan kebijakan.

3. Studi data On-line

Yaitu tata cara melakukan penelusuran data melalui media on-line

seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas

(43)

informasi on-line yang berupa data maupun informasi teori, secepat

atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara

akademis.

6. Teknik Analisa Data

Analisis data sebagai kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, serta

meringkas data sehingga mudah untuk dibaca. Analisis deskripsi digunakan

dengan cara menginterpretasikan data yang telah tersusun secara sistematis,

kemudian diterangkan dalam bentuk tulisan yang merupakan uraian-uraian

kualitas hasil akhir penelitian.

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai

berikut:

I. Reduksi Data

Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi dari data kasar yang

didapat, dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menjamin, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan

dengan cara yang sederhana sehingga dapat disimpulkan dan

diverifikasikan. Cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui

seleksi yang ketat melalui ringkasan atau uraian yang singkat,

(44)

II. Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan dalam data

kualitatif adalah bentuk teks naratif (peristiwa yang ditampilkan

secara berurutan). Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara

dikumpulkan untuk diambil kesimpulan-kesimpulan sehingga

disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.

III. Mengambil Kesimpulan (Verifikasi Data)

Peneliti berusaha untuk mencari arti benda-benda, mencatat

keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dan alur

sebab akibat serta proposisi. Kesimpulan diverifikasi selama

penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data yang

(45)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas sosialisasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu

pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB sebagai upaya menciptakan

kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung dilihat dari sudut pandang :

1. Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai penggagas dan yang

bertanggung jawab terhadap pelaksana kebijakan

2. Masyarakat sebagai objek sosialisasi dan pelaksana dari kebijakan

3. Fakta di lapangan yang dilihat secara nyata oleh penulis.

Penyajian dan pembahasan tentang hasil penelitian yang meliputi data yang

diperoleh sebagaimana disebutkan di atas, didapatkan melalui wawancara secara

mendalam (indepth interview), studi pustaka, dokumentasi. kemudian akan

disajikan kedalam penjabaran yang sebelumnya telah di cross check oleh penulis.

Setelah diadakan wawancara terhadap sembilan informan, yakni empat orang

pejabat dinas yang terdiri dari: dua pejabat Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota Bandar Lampung, satu pejabat dinas Kecamatan Kedaton, dan satu pejabat

dinas Kelurahan Sepang Jaya, serta lima orang informan warga Kelurahan Sepang

Jaya Kecamatan Kedaton. Untuk data informan dapat dilihat pada tabel dibawah

(46)

Tabel 6 : Profil Informan:

No. Nama Informan Kelamin Jenis Umur Pekerjaan/ Jabatan

1 Siswanto Laki-laki 45 PNS/ Kepala Bidang Kebersihan

2 Edi Suherman Laki-laki 47 PNS/ Kepala Seksi Operasional Kebersihan

3 Thomas Amirico Laki-laki 32 PNS/ Sekretaris Camat

4 Syamsu Nillam Laki-laki 53 PNS/ Lurah Sepang Jaya

5 Okta Febrian Nurdin Laki-laki 52 Kepala Lingkungan 1

6 Hartoyo Laki-laki 49 Kepala Lingkungan 2

7 Djawahir Laki-laki 56 Kepala Lingkungan 3

8 Ratih Perempuan 43 Ibu Rumah Tangga

9 Azam Ahmad Aksha Laki-laki 21 Mahasiswa

10 Sri Astuti Perempuan 48 Ibu Rumah Tangga

(Sumber : Data Primer Peneliti)

Berikut ini akan dideskripsikan hasil dari penelitian yang berisi tentang profil

singkat informan dan pembahasan efektivitas sosialisasi kebijakan Pemerintah

Kota Bandar Lampung tentang waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30

WIB sebagai upaya menciptakan kebersihan lingkungan kota Bandar Lampung.

Penjabaran hasil penelitian akan dikelompokan berdasarkan kualifikasi sudut

(47)

1. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi Yang Dilakukan Oleh Dinas A.Profil Informan

Informan pertama merupakan salah satu pejabat di lingkungan Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung dengan jabatan sebagai

Kepala Bidang Kebersihan.

Informan kedua merupakan salah satu pejabat di lingkungan Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung dengan jabatan sebagai

Kepala Seksi Operasional Kebersihan.

Informan ketiga merupakan salah satu pejabat di lingkungan Kecamatan

Kedaton dengan jabatan sebagai Sekretaris Kecamatan Kedaton. Sebelum

menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Kedaton, beliau pernah menjabat

sebagai Lurah Panjang.

Informan keempat merupakan salah satu pejabat di lingkungan Kelurahan

Sepang Jaya dengan jabatan sebagai Lurah Sepang Jaya.

B.Hasil Wawancara

Tugas Pemerintah Kota untuk mensosialisasikan kebijakan tentang waktu

pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB merupakan bentuk

keharusan dalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut. Untuk

mengetahui efektivitas sosialisasi kebijakan yang dilakukan Pemerintah

Kota, maka peneliti menggambarkan hal tersebut dalam hasil wawancara

(48)

B.1 Filosofi Kebijakan Wali Kota Bandar Lampung Tentang Waktu Pembuangan Sampah

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh jawaban sebagai berikut, informan pertama menyatakan

bahwasanya kebijakan ini lahir dikarenakan budaya masyarakat Kota

Bandar Lampung yang belum terbiasa melakukan pembuangan

sampah dengan teratur. Beranjak dari hal tersebut, Pemerintah Kota

Bandar Lampung menggagas ide waktu pembuangan sampah pada

malam hari, hal itu dikarenakan pada malam hari aktifitas masyarakat

kota sudah berkurang, sehingga masyarakat tidak lagi menghasilkan

sampah dan tinggal membuang sampah hasil aktifitas siang hari

ditempat yang telah ditentukan. Dengan dimikian diharapkan

pengangkutan sampah oleh Dinas Kebersihan Kota Bandar Lampung

dapat dilakukan dengan optimal, karena sampah sudah terkumpul

pada pagi hari dan pengangkutan sampah tidak terganggu oleh

ramainya lalu lintas jalan raya.

Informan kedua berpendapat bahwa lahirnya kebijakan tersebut adalah

dalam upaya membangun kesadaran masyarakat Kota Bandar

Lampung untuk tertib dalam melakukan pembuangan sampah,

sehingga dengan ditentukannya waktu pembuangan sampah maka

dinas/petugas kebersihan yang bertugas melakukan pengangkutan

sampah dapat melaksankan tugasnya dengan optimal, hal itu

dikarenakan pada pukul tersebut sampah sudah terkumpul dan

(49)

B.2 Tujuan Yang Hendak Dicapai Melalui Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh jawaban sebagai berikut, kedua informan masing-masing

memberikan jawaban hampir sama, yaitu informan pertama

menyatakan tujuan dibuatnya kebijakan tersebut adalah

pengoptimalan pengambilan sampah, selain itu juga upaya Pemerintah

Kota Bandar Lampung dalam menciptakan kebersihan kota melalui

peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan,

dengan adanya kebijakan ini tentunya masayarakat diajak untuk lebih

disiplin dalam melakukan pembuangan sampah.

Informan kedua dalam penjelasannya menyatakan tujuannya

semata-mata hanya untuk menciptakan Kota Bandar Lampung sesuai dengan

slogannya yaitu TAPIS BERSERI.

Informan ketiga dalam penjelasannya menyatakan tujuan yaitu untuk

mensukseskan segala program yang dibuat Pak Wali yaitu ayo

bersih-bersih, selain itu program ini dianggap cukup bagus untuk diterapkan

dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungan.

B.3 Strategi Dalam Upaya Merealisasikan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh jawaban sebagai berikut, informan pertama menyatakan

Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya merealisasikan

(50)

melakukan penyisiran dengan menggunakan kendaraan pengangkut

sampah, untuk menyisir kembali jalan-jalan protokol.

Informan kedua dalam penjelasanya menyatakan upaya yang

dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya

mensukseskan kebijakan ini adalah dengan melakukan sosialisasi dan

himbauan kepada camat, lurah dan tokoh-tokoh masayarakat dengan

harapan dapat menyalurkan kepada seluruh masyarakat Kota Bandar

Lampung, selain itu juga Pemerintah Kota Bandar Lampung

melakukan sosialisasi melalui media elektronik dan cetak.

Jawaban informan ketiga tidak jauh berbeda dengan apa yang

diberikan oleh informan kedua, strategi yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya mensukseskan

kebijakan ini adalah dengan melakukan sosialisasi dengan tujuan agar

seluruh komponen masyarakat Kota Bandar Lampung mengetahui

adanya kebijakan waktu pembungan sampah pada pukul 22.00-05.30

WIB dengan harapan setelah mengetahuinya mau melaksanakan.

Informan keempat dalam penjelasannya menyatakan sosialisasi

merupakan upaya yang perlu dilakukan dalam upaya mensukseskan

kebijakan tersebut, karena dengan sosialisasi masyarakat dapat

mengetahui isi kebijakan tersebut, sehingga setelah masyarakat dapat

(51)

B.4 Metode Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh jawaban sebagai berikut, Informan pertama menyatakan

sosialisasi dilakukan dengan menggunakan kepanjangantangan dari

Bapak Wali Kota yaitu: lurah, camat, dan UPT-UPT, melalui

pejabat-pejabat kecamatan dan kelurahan brosur yang berisi himbaunan

dibagikan/disosialisasikan kepada seluruh masayarakat Kota Bandar

Lampung. Sosialisasi langsung dengan masayarakat belum dapat

dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dikarenakan pada

APBD 2012 belum dianggarkan, selain daripada itu juga sosialisasi

dilakukan melalui spanduk, dan banner yang dipasang dijalan-jalan

protokol. Sedangkan sosialisasi yang dilakukan di bawah koordinasi

”Bidang Kebersihan” yang berkoordinasi dengan kecamatan,

kelurahan dan lembaga-lembaga setingkat seperti BPPLH. Untuk agen

of change dalam kebijakan ini, pemerintah menempatkan “lurah dan

camat serta UPT” hal itu dikarenakan mereka yang bersentuhan

langsung dengan masyarakat, sedangkan untuk materi sosialisasi

hanya menggunakan Surat Himbauan Wali Kota Bandar Lampung.

Informan kedua menyatakan sosialisasi dilakukan mulai dari tingkat

kecamatan hingga kelurahan, kemudian di kelurahan di sosialisasikan

lagi ke para tokoh masyarakat, kepala lingkungan, kepala RT-nya

untuk diteruskan ke warganya masing-masing. Sosialisasi dilakukan di

bawah koordinasi bidang kebersihan yang kepala bidangnya yaitu Pak

(52)

Informan ketiga menyatakan sosialisasi yang dilakukan melalui

aparatur desa, dan sosialisasi terus dilakukan dengan tujuan agar

mampu membangunkan kesadaran masyarakat. Sosialisasi

dilaksanakan dibawah Koordinasi Dinas Kebersihan yang

berkoordinasi dengan kecamatan dan kelurahan. Sosialisasi dilakukan

secara turun temurun, yaitu dari Dinas Kebersihan yang dilanjutkan ke

kecamatan kemudian diteruskan ke kelurahan sampai tingkatan

terbawah. Materi sosialisasinya adalah surat himbauan yang

dikeluarkan Wali Kota tersebut.

Informan keempat, sosialisasi yang dilakukan melalui para RT dan

juga di lakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat di masjid-masjid yang

ada di lingkungan Kelurahan Sepang Jaya. Sedangkan materi

sosialisasinya adalah Surat Himbauan Bapak Wali Kota.

B.5 Mekanisme Sosialisasi Yang Dirancang Pemerintah Kota Bandar Lampung dan Ukuran Keberhasilannya

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh jawaban sebagai berikut. Informan pertama menyatakan

mekanisme sosialisasi yang dilakukan yaitu melalui UPT yang ada

disetiap kecamatan, dimana UPT tersebut membawahi beberapa rayon

yang bertugas menjadi satuan tugas kebersihan disetiap kelurahan.

Mengenai ukuran keberhasilan sosialisasinya, informan menyatakan

sosialisasi belum dapat berjalan dengan sukses, hal tersebut

dikarenakan sosilisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar

(53)

sedangkan untuk efektivitas sosialisasi yang ditargetkan oleh

Pemerintah Kota. Menurut informan rasanya belum efektiv, hal itu

dikarenakan belum ada anggaran untuk sosialisasi, sehingga

sosialisasi hanya dilakukan dengan perpanjangantangna ke para

camat serta lurah dan UPT saja.

Informan kedua menyatakan mengenai keberhasilan sosialisasi, ia

memandang setidaknya ada usaha dari Pemerintah Kota Bandar

Lampung untuk mensosialisasikan kebijakan ini, tinggal bagaimana

masyarakat mau atau tidak melaksanakan himbauan waktu

pembuangan sampah. Mengenai efektivitas adanaya sosialisasi yang

dilakukan oleh Pemerintah Kota, informan berpendapat ya sudah

hampir efektiv hanya butuh upaya lebih untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat.

Informan ketiga dalam jawabannya menyatakan bahwa mekanisme

yang dirancang hanyalah pada tahap bagaimana masayarakat dapat

mengetahui dan mau melaksanakan serta melibatkan diri dalam upaya

mensukseskan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bandar

Lampung, sedangkan untuk takaran waktunya, informan menyatakan

selama masyarakat belum mematuhi selama itu pula terus di himbau

agar mau mematuhi kebijakan yang ada. Mengenai ukuran

keberhasilan sosialisasinya, informan menyatakan bahwa kebersihan

merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya, sedangkan jika berbicara

(54)

setidaknya sudah ada perubahan yang semenjak adanya himbauan

Wali Kota.

Informan keempat dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa

ukuran keberhasilan yaitu ketika lingkungan terlihat bersih terutama

dipingir jalan protokol. Sedangkan bicara efektivitas sosialisasi,

informan tidak memungkiri sosialisasi belum berjalan dengan baik,

meskipun informan tidak memungkiri ada perubahan lebih baik

setelah adanya kebijakan tersebut.

B.6 Tempat, Hasil Dan Himbauan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Proses Sosialisasi

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh jawaban sebagai berikut. Informan pertama menyatakan

sosialisasi kebijakan tentang waktu pembuangan sampah sudah

dilakukan di setiap tingkat kecamatan dan kelurahan yang ada di

Bandar Lampung, sedangkan jika dilihat hasilnya menurut informan

memang belum sesuai dengan harapan, masih banyak yang belum

melakukan pembuangan sampah sesuai dengan ketentuan yang ada,

walaupun sosialisasi sudah dilakukan. Himbauan/harapan yang di

harapkan adalah supaya masyarakat lebih peka terhadap setiap

kebijakan yang di keluarkan Pemerintah Kota.

Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan sosialisasi

kebijakan sudah dilakukan disetiap kelurahan yang ada di kecamatan

(55)

beberapa lokasi masyarakatnya sudah melakukan pembuangan

sampah sesuai dengan kebijakan yang ada, walaupun tidak semua

masyarakat melakukan pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB.

Untuk himbauan/harapan yang disampaikan, harapannya kebijakan ini

mampu merubah krakteristik masyarakat ke arah yang lebih patuh

akan adanya kebijakan pemerintah.

Informan keemapat dalam keterangannya menyatakan sosialisasi

sudah dilakukan di setiap RT-RT yang berada dilingkungan Kelurahan

Sepang Jaya, sedangkan hasilnya bisa dikatakan hampir 40% warga

mematuhi membuang sampah pukul 10 malam tersebut, namun masih

ada juga yang masih acuh tak acuh, sehingga harus berulang-ulang

dalam mensosialisasikannya.

B.7 Kendala Penerapan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan kendala-kendala yang

dinyatakan informan sebagai berikut. Informan pertama menyatakan

kendala terletak pada belum adanya anggaran dalam APBD 2012 ini,

selain itu juga karakteristik dan budaya masyarakat yang belum sadar

akan pentingnya kebersihan.

Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan kendalanya terletak

pada kurang kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan,

seperti contohnya petugas harus bolak-balik menyisir jalanan yang

sama dalam waktu yang berdekatan, hal itu disebabkan banyak

(56)

Informan keempat dalam jawabanya menerangkan bahwa tidak

ditemukannya kendala, semua berjalan baik, sosialisasi telah

dilakukan oleh perangkat desa dengan baik.

B.8 Upaya Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Mensuskseskan Sosialisasi Kebijakan

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh jawaban sebagai berikut. Informan pertama menjawab

bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung

untuk menunjang berjalannya kebijakan ini adalah, membentuk satuan

kerja dan membentukan UPT di setiap kecamatan-kecamatan.

B.9 Indikator Keberhasilan Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa indikator keberhasilan

terletak pada keefektivan sosialisasi terhadap kebersihan lingkungan

kota, sesuai dengan apa yang diutarakan oleh informan sebagai

berikut. Informan pertama dalam keterangannya menyatakan

berbicara efektivitas itu ialah berbicara hasil, adanya sosialisasi yang

berdampak pada patuhnya masyarakat terhadap kebijakan, sedangkan

dalam kenyataanya memang belum semua masyarakat mau

melaksanakan kebijakan ini, meskipun tidak dipungkiri banyak

masyarakat yang sudah malakukan kebijakan ini. Sedangkan data

seperti: absensi, atau daftar SPPD selama proses sosialisasi dan

evaluasi tidak ada hal itu dikarenakan sosialisasinya hanya dilakukan

(57)

Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan keberhasilan

sosialisasi kebijakan waktu pembuangan sampah terletak pada

terciptanya kebersihan, sedangkan mengenai absensi, atau daftar

SPPD selama proses sosialisasi dan evaluasi, informan menyatakan

kemungkinan data dapat ditemukan di tingkat kelurahan. Informan

keempat menyatakan keberhasilan sosialisasi ini dapat dilihat dari

bagaimana keadaan lingkungan Kelurahan Sepang Jaya, terlihat lebih

bersih atau tidak. Sedangkan mengenai proses sosialisasi, informan

menyatakan dilakukan setiap seminggu sekali, dengan tujuan dapat

terus meningkatkan upaya sosialisasi kebijakan ini, sedangkan untuk

absensi informan menyatakan dalam setiap kegiatannya tidak

menggunkan absensi.

B.10 Kepatuhan Masyarakat Terhadap Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan jawaban dari para informan

sebagai berikut, informan menyatakan belum semua masyarakat

mematuhi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu

pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB sebagaimana

diutarakan informan dalam jawabannya. Informan pertama

menyatakan bahwa sebagian masyarakat sudah melakukan

pembuangan sampah sesuai waktu yang ditentukan dalam kebijakan,

Informan ketiga menerangkan bahwa belum semua masyarakat

(58)

susah untuk mengikutsertakan dirinya dalam upaya menciptakan

kebersihan lingkungannya.

Informan keempat dalam keterangannya menyatakan hal senada

dengan apa yang diungkapkan informan pertama dan kedua yaitu,

belum semua masyarakat menaatinya.

Melihat pernyataan informan diatas, efektivitas sosilisasi kebijakan

yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung belum dapat

berjalan dengan baik. Hal itu terlihat dari hasil yang didapatkan,

dimana sebagian masyarakat Kota Bandar Lampung sudah melakukan

pembuangan sampah, akan tetapi dalam melakukan pembuangan

sampah belum menaati ketentuan yang dituangkan dalam kebijakan

yaitu melakukan pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB.

Sehingga sampah yang dibuang oleh masyarakat yang telah melebihi

ketentuan waktu yang ditentukan dalam kebijakan, maka sampah

tersebut tidak terangkut oleh mobil kebersihan yang pada pagi harinya

bertugas menyisir jalan.

2. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi Dari Sudut Pandang Masyarakat A.Profil Informan

Informan pertama merupakan salah satu warga di LK.I Kelurahan Sepang

Jaya Kecamatan Kedaton. Bapak tiga orang ini merupakan Ketua LK.I di

Kelurahan Sepang Jaya. Bapak Nurdin selain sibuk sebagai ketua

Gambar

Tabel 6 : Profil Informan:

Referensi

Dokumen terkait

Pemanasan yang terjadi akibat kebakaran tidak merubah jenis tekstur tanah dan warna tanah.. Kerapatan lindak setelah kebakaran relatif

c) Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid

(2) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan kuantitas sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana

Usman dkk., (2016:187) dalam penelitiannya menyatakan bahwa proses pemberian motivasi kepada siswa dapat menentukan hasil belajar, untuk meningkatkan motivasi siswa dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan penggunaan metode Yanbu’a terhadap kemampuan membaca Al- Qur’an pada mata pelajaran

Etnomedisin secara etimologi berasal dari kata ethno (etnis) dan medicine (obat). Hal ini menunjukan bahwa etnomedisin sedikitnya berhubungan dengan dua hal yaitu etnis dan

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Kedung Thomas RW03 Kelurahan Menur

Metode BCM (bermain, cerita dan menyanyi) dalam pembelajaran menghafalkan doa harian anak di RA Muslimat NU Miftahul Huda Karangmalang Gebog Kudus juga dapat