• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMUNGUTAN PAJAK DAN RETRIBUSI PARKIR SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMUNGUTAN PAJAK DAN RETRIBUSI PARKIR SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia disegala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan merupakan tanda-tanda bahwa semakin mengglobalnya dunia. Pemerintah Indonesia yang memahami hal tersebut telah mengambil keputusan untuk memberikan otonomi daerah yaitu dimana pemerintah daerah dapat mengatur daerahnya masing-masing. Keputusan yang diambil oleh pemerintah Indonesia supaya pemerintah daerah dapat lebih memajukan daerahnya, pemerintah pusat memberikan subsidi untuk pembangunan pemerintah daerah. Subsidi ini diberikan berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang sumber utamanya didapatkan dari Pajak. Pajak bermanfaat sekali bagi pambangunan nasional dan pembangunan daerah.

Hasil pungutan Pajak tidak saja berfungsi sebagai sumber dana dari pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara melainkan juga sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Dalam rangka meningkatkan semua sektor pembangunan yang telah dilaksanakan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana serta dalam menaikan taraf hidup masyarakat dan untuk mendukung program pemerintah agar terlaksana secara berkesinambungan, pemerintah membutuhkan dana yang cukup besar.

(2)

bersangkutan. Pemerintah daerah diberi kebebasan dalam merancang dan melaksanakan Anggaran Perencanaan dan Belanja Daerah, pemerintah daerah juga diberi kebebasan untuk menggali sumber-sumber keuangan daerah berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, tentang Pajak daerah dan kontibusi daerah sebagai penyesuaian dan penyempurnaan atas Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang Pajak daerah dan kontribusi daerah yang berhubungan dengan berlakunya Undang-Undang No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintah daerah.

Pemerintah dearah harus menggunakan dana yang dimiliki seefisien mungkin haruslah bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya bagi semua lapisan masyarakat yang adil dan makmur. Penerapan Otonomi Daerah diharapkan dapat mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan penerimaan daerahnya. Otonomi Daerah juga diharapkan mampu mendorong perbaikan pengelolahan sumber daya yang dimiliki setiap daerah. Dengan sistem desentralisasi, tidak dapat menggantugkan diri pada pasokan dana dari pemerintah pusat, sebaliknya daerah didorong untuk lebih mandiri dalam membiayai pembangunannya. Otonomi daerah juga diharapkan mampu mendorong pemerintahan daerah untuk meningkatkan daya saing daerah dalam meningkatkan pembangunan perekonomian di daerah.

Otonomi daerah memiliki implikasi yang luas pada kewenangan daerah untuk menggali dan mengelolah sumber-sumber pendapatan daerah dalam rangka pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dengan demikian sebenarnya daerah memiliki peluang untuk lebih mengoptimalkan potensi-potensi

(3)

Oleh karena itu optimalisasi pengelolahan Pajak harus ditingkatkan. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan pendapatan asli daerah yang bersumber dari Pajak daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan. Pendapatan asli daerah yang sah sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pajak dibebankan kepada masyarakat oleh pemerintah, hal ini merupakan kebijakan dari pemerintah sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil sejalan dengan sistem perpajakan Indonesia. Pemerintah pusat dalam pemungutan Pajak daerah hanya berperan untuk menjaga dan mengawasi. Hal ini berdasarkan undang-undang otonomi daerah dan Pajak daerah yang berasal dari Negara yang berdasarkan undang-undang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penerimaan daerah salah satunya adalah dari Pajak Parkir. Pajak Parkir diharapkan dapat dapat memiliki peranan yang berarti dalam pembiayaan pembangunan daerah.

(4)

Retribusi. Seluruh objek Parkir diwajibkan melakukan pembayaran Pajak sebesar 30% dari besaran biaya Retribusinya, baik untuk Parkir yang menggunakan karcis, tidak menggunakan karcis, sistem komputer, maupun penitipan kendaraan.

Di dalam Peraturan DaerahKota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2011 mengatur tentang objek-objek Pajak Parkir. Objek Pajak Parkir itu terbagi dalam beberapa kelompok, antara lain perhotelan, penginapan, wisma, tempat wisata, rumah makan, perbankan, pasar swalayan, serta pertokoan. Kemudian, apotek, warung internet/warung telekomunikasi, rumah sakit/bersalin, klinik, serta tempat praktek dokter juga dikenakan tata cara pemungutan Pajak Parkir. Masalah Parkir ini menyangkut jumlah kendaraan yang sedikit, sampai pada saat ini, jumlah kendaraan di Kota Bandar lampung yaitu mencapai 232.719 unit motor dan 69.752 mobil.

Saat target Parkir ditetapkan, Dinas perhubungan Kota Bandar lampung menyepakatinya. Namun seiring perkembangan, Dinas perhubungan mengaku tidak sanggup karena tak dapat mengatasi kebocoran yang cukup parah.

Hal inilah yang membuat Pemerintah daerah Kota Bandar Lampung membuat suatu kebijakan yaitu dengan melakukan kerjasama kepada pihak swasta, yaitu dengan diserahkannya wewenang oleh pemerintah daerah untuk melakukan pengelolaan Retribusi Parkir di kota bandar lampung.

(5)

Sehingga hal inilah yang memacu penulis untuk mengangkat judul penelitian ini

“Pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir serta Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota BandarLampung”.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup penelitian

1.2.1 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalahnya dapat ditetapkan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir dan kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bandar Lampung?

b. Faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir dan kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bandar Lampung ?

1.2.2 Ruang Lingkup penelitian

Penelitian ini terbatas pada Pajak Parkir yang merupakan salah satu dari jenis Pajak daerah yang ada di kabupaten/kota. Adapun kajian dari penelitian ini adalah mengenai sistem pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini melibatkan semua pegawai yang dirasa perlu diikut sertakan dalam menunjang berhasilnya penelitian ini. Penelitian ini hanya terbatas dalam mengetahui sistem pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir apa sajakah yang yang di terapkan di Bandar Lampung dan membandingkan antara sistem sistem tersebut.

(6)

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah tujuan penelitian adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimanakah pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir yang diterapkan di Kota Bandar Lampung serta kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

b. Untuk mengetahui apakah hambatan yang mungkin timbul dalam menjalankan proses pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir serta kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar lampung.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan praktis, Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai pengelolaan Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung. Dengan adanya penelitian ini diharapkan kedepannya nanti menjadi salah satu sumbangan pemikiran dan informasi dalam melengkapi dan mengembangkan perbendaharaan Ilmu Hukum khususnya Hukum Administrasi Negara Universitas Lampung dan memperluas wawasan dalam dunia empirik.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemungutan

Secara etimologi pemungutan berasal dari Pungut yang berarti menarik atau mengambil. Sedangkan di dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997, Pasal 1 yang dimaksud pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perhimpunan data objek subjek Pajak Retribusi, penetapan besarnya Pajak atau Retribusi yang tertuang sampai kegiatan penagihan Pajak atau Retribusi wajib Pajak atau Retribusi serta pengawasan atau penyetoran. Dari definisi diatas dapat dikemukakan bahwa pemungutan merupakan keseluruhan aktivitas untuk menarik dana dari masyarakat wajib Retribusi yang dimulai dari himpunan data dari objek dan subjek Retribusi sampai pada pengawasan penyetorannya.

Pengertian pemungutan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ”Proses, cara, perbuatan memungut atau mengambil” (2008: 86) Sedangkan pengertian pemungutan menurut Liberti Pandiangan adalah sebagai berikut:

“Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek

Pajak atau Retribusi, penentuan besarnya Pajak atau Retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan Pajak atau Retribusi kepada wajib Pajak atau wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.”.(2007:88)

(8)

2.2 Pengertian Pajak dan Retribusi Parkir

Pajak merupakan pungutan yang bersifat politis dan strategis sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Bersifat Politis karena pemungutan Pajak adalah perintah konstitusi dan bersifat strategis karena Pajak merupakan tumpuan utama bagi negara dalam membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

Pajak secara umum dapat diartikan sebagai iuran dari rakyat kepada pemerintah yang bersifat wajib (dapat dipaksakan) berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik atau kontraprestasi yang langsung ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan dalam rangka menyelenggarakan pemerintah. Dalam hal balas jasa, pemerintah mewujudkannya kepada masyarakat dalam bentuk pemeliharaan keamanan dan ketertiban, pemberian subsidi barang kebutuhan pokok, tempat peribadatan dan pembangunan lainnya disegala bidang.

Ada banyak pengertian Pajak yang dikemukakan para ahli dari sudut pandang yang berbeda. Beberapa pendapat mengenai definisi Pajak yang dikemukakan para ahli sebagai berikut :

Menurut P. J. A. Adriani dalam buku Dasar - Dasar PerPajakan menyatakan bahwa :

“Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

(9)

Dalam melaksanakan pembangunan negara, pemerintah memerlukan dana yang cukup memadai, dana yang digunakan berasal dari penerimaan kas negara dalam bentuk lain. Setiap tahunnya, salah satu sumbernya penerimaan kas negara berasal dari Pajak yang dipungut dari masyarakat wajib Pajak karena Pajak sendiri merupakan hal yang sangat penting agar terciptanya pembangunan yang merata di seluruh Indonesia.

Dan dibawah ini dijelaskan beberapa definisi-definisi tentang Pajak :

Menurut Mardiasmo definisi Pajak dalam buku PerPajakan edisi ke 3, Pajak adalah : “Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) yang langsung dapat ditunjukkan untuk membayar pengeluaan umum “. (2000:1).

Menurut Erly Suandy definisi Pajak dalam buku Perencanaan Pajak adalah “Pajak merupakan pungutan berdasarkan Undang-Undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik”. (2001:5)

Pengertian Pajak oleh K. Subroto (1980 : 16)“Pajak adalah pungutan yang dilakukan pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya dipergunakan untuk pembayaran pengeluaran umum pemerintah, yang balas jasanya tidak secara langsung dapat diberikan kepada pembayarannya dimana perlu dapat dipaksakan”.

(10)

Menurut Supramono dan Theresia“Pajak didefinisikan sebagai iuran tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum.” (2010:2).

Prof. Dr. MJH. Smeeths, memberikan definisi “Pajak adalah prestasi pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal individual, maksudnya adalah membiayai pengeluaran pemerintah.”

Menurut PP No. 65 tahun 2001:

“Pajak daerah, yang selanjutnya disebut Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.”

Dari definisi-definisi Pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian Pajak yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan-aturan pelaksanaan yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran Pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah yang bila pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayaipublic investment.

(11)

Dengan demikian dapat diketahui bahwa Pajak hanya dapat dipungut oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan undang-undang yang telah ditetapkan.Berdasarkan definisi diatas penulis menarik kesimpulan bahwa Pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan yang bertujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin negara sesuai dengan Undang-Undang.

Retribusi merupakan sumber penerimaan yang sudah umum bagi semua bentuk pemerintah daerah, bahkan ada beberapa daerah menjadikan Retribusi sebagai sumber utama dari pendapatan daerahnya, berdasarkan undang-undang Nomor tahun 2004 yang perubahan dari undang-undang Nomor 32 tahun 2000 tentang Pajak daerah dan Retribusi daerah yang pada intinya mekanisme evaluasi Retribusi untuk daerah diatur dengan Peraturan Daerahmasing-masing daerah yang bersangkutan.

Pengertian Retribusi berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Pasal 1 ayat (7) adalah Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Pengertian Retribusi daerah dikemukakan oleh Mardiasmo, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Retribusi daerah adalah “Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan” (Mardiasmo, 2002:100).

Pendapat lain dikemukakan oleh Munawir, bahwa “Retribusi ialah iuran kepada pemerintah yang

(12)

Pengertian Retribusi daerah secara khusus dikemukakan oleh Panitia Nasrun, yakni “Pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung” (dalamKaho, 1991:152).

Nasrun menjelaskan bahwa Retribusi merupakan pembayaran atas jasa baik jasa pekerjaan, jasa usaha maupun milik daerah yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung.

Secara terperinci Kaho menjelaskan ciri-ciri mendasar Retribusi daerah, sebagai berikut: 1. Retribusi dipungut oleh Negara;

2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis; 3. Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk;

4. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan atau mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara.

Pengertian Retribusi Daerah menurut Kunarjo (1996 : 17) adalah “Retribusi adalah pemungutan uang, sebagai pembayaran pemakain atau memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah baik yang berkepentingan atau berdasarkan peraturan umum yang dibuat oleh Pemeritah Kota.”

Retribusi berbeda dengan Pajak dilihat dari sifat-sifat khususnya :

1. Retribusi daerah bersifat kembar, artinya dari satu jenis sumber Retribusi dapat dikenakan pembayaran untuk dua atau tiga jasa instansi dan hal ini berbeda dengan Pajak yang hanya oleh satu instansi atasnya.

(13)

3. Pemungutan Retribusi dapat dikenakan kepada siapa saja yang telah mendapatkan jasa dari pemerintah daerah, baik anak-anak maupun orang dewasa sementara Pajak dibayar oleh orang-orang tertentu, yaitu wajib Pajak.

4. Pemungutan Retribusi dilakukan berulangkali terhadap seseorang sepanjang ia mendapatkan jasa dari pemerintah daerah sehubungan jumlahnya relatif kecil maka pembayarannya jarang diangsur.

Retribusi menurut Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Retribusi Parkir adalah :

“Pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemberian layanan tertentu yang khusus disediakan

dan/atau diberi oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan, Setiap penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan dan penyedian tempat penitipan kendaraan bermotor akan dikenakan Retribusi.”

Definisi tentang Parkir terdapat dalam kamus umum bahasa Indonesia, bahwa “Parkir adalah menghentikan kendaran bermotor untuk beberapa saat lamanya” (1995 ; 259).

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa “Parkir adalah memberhentikan kendaraan untuk sementara pada tempat yang telah disediakan”.

Berdasarkan Peraturan DaerahKota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2011 Pasal 1 ayat (19) tentang Retribusi daerah Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara.

(14)

Sedangkan menurut Liberti Pandiangan Pajak Parkir adalah sebagai berikut:

“Pajak Parkir adalah Pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat Parkir diluar badan

jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha, maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor, yang memungut bayaran. (2007;49)

Maka dapat disimpulkan menurut undang-undang definisi diatas, Pajak Parkir adalah Pajak yang dikenakan kepada orang pribadi maupun badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan Parkir dalam usahanya maupun penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Dari uraian di atas jika digabung, pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir disini adalah keseluruhan aktifitas untuk menarik atau memungut Retribusi Parkir sesuai dengan yang digariskan dalam rangka usaha untuk memperoleh pemasukan balas jasa dari sarana atau fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah daerah kota Bandar Lampung.

(15)

2.3 Pengertian kontribusi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi adalah sumbangan. sedangkan menurut Kamus Ekonomi ( T Guritno 1992: 76 ) kontribusi adalah segala sesuatu yang diberikan secara bersama sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga kontribusi disini dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh Pendapatan asli Daerah terhadap besarnya Belanja Pembangunan Daerah.

Pengertian Kontribusi Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany H. (2006:264) ”Kontribusi diartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan.” Sementara menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia, Yandianto (2000:282) diartikan: ”Sebagai uang iuran pada perkumpulan, sumbangan.” Bertitik tolak pada kedua kamus di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa;

kontribusi adalah merupakan sumbangan, sokongan atau dukungan terhadap sesuatu kegiatan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi merupakan suatu sumbangsih yang diberikan oleh suatu sistem Pajak maupun Retribusi yang dipergunakan untuk melaksanakan pemerintahan dan pembangunan yang berkelanjutan.

2.4 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

(16)

luas tidak hanya ditinjau dan segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah. (Mamesa, 1995:30) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: Pajak daerah, retribusi daerah, laba dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan pendapatan asli. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :

“Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa

biaya yang cukup efektif dan efesien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan dan faktor keuangan merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri”. Definisi ini dikemukakan oleh pemuji yang dikutip oleh Riwu Kaho.

Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerahsesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

(17)

terdiri dari: Pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah”.

Sedangkan menurut Herlina Rahman (2005:38) Pendapatan asli daerah Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil Pajak daerah, hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otoda sebagai perwujudan asas desentralisasi.

2.5 Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelyanan, baik dalam bentuk public atau jasa public yang pada dasarnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat, didaerah, dan dailingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Bdan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarkat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menelusuri arti pelayanan umum tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan umum. Oleh karena itu antara kepentingan umum dengan pelayanan umum adanya hubungan yang saling berkaitan. Meskipun dalam perkembangan lebih lanjut pelayanan umum dapat juga timbul karena adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan kegiatan organisasi.

(18)

Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan kepada orang lain atau pihak lain yang dapat memberikan suatu keuntungan dan dapat memberikan manfaat, hasil dari pelayanan berupa kepuasan yang diberiakan walaupun hasil dari pelayanan yang diberikan tidak terikat pada suatu benda.

Menurut Dwiyanto “pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Dwiyanto, 2005:141).

Pelayanan umum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam memenuhi kewajibannya, akan tetapi tidak disebabkan oleh hal itu saja melainkan pemerintah memang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat harus sesuai dengan standar pelayanan, karena masyarakat berhak mendapatkan pelayanan dari pemerintah secara prima atau pelayanan yang berkualitas.

Definisi pelayanan sebagai suatu pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima pengguna jasa sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis. (Sedarmayati,2004:78).

Berdasarkan penjelasan di atas, pelayanan yang baik dan memuaskan akan berdampak positif seperti yang dikutip dari H.A.S. Moenir dalam bukunya Manajemen Pelayanan Umum antara lain:

(19)
(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan 2(dua) cara, yaitu : a. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif dilakukan dengan cara menelaah, mengutip, dan mempelajari ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan dan literatur yang berkaitan dengan Sistem Pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung .

b. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung dilapangan, berdasarkan fakta yang ada.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari study lapangan, yaitu hasil wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder terdiri dari :

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa Peraturan Perundang-Undangan.

(21)

Dalam penelitian ini terdiri dari yaitu bahan hukum yang diperoleh dari study kepustakaan, yang terdiri dari buku-buku ilmu pengetahuan hukum, buku-buku yang berkaitan dengan hukum Pajak dan Retribusi daerah.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui :

a. Study kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca, mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Study Lapangan

Study lapangan untuk memperoleh data primer, maka penelitian mengadakan study lapangan dengan teknik wawancara kepada narasumber dan pengambilan data pada instansi terkait di kota Bandar Lampung.

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Seleksi data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapannya serta kejelasan.

(22)

d. Penyusunan data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

3.5 Analisis Data

(23)

1

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung.

Dinas Perhubungan selaku intansi yang berwenang dalam pengelolaan pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir menerapkan dan menjalankan berbagai sistem atau tata cara pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir di Kota Bandar Lampung. Struktur Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Parkir di Tepian Jalan Umum ditetapkan berdasarkan zonasi, lama Parkir dan/atau durasi berlangganan. Dalam hal proses pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir, pemungutan dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu :

a. Retribusi Parkir.

(24)

2

UPT Parkir dengan menggunakan SSRD dalam waktu 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam, kemudian Bendaharawan Khusus penerimaan wajib menyetorkan hasil pungutan Retribusi tersebut ke rekening Kas Daerah. Adapun mengenai besaran tarif Retribusi telah tertuang di dalam tabel A,B, dan C pada Bab sebelumnya.

b. Pajak Parkir.

Pemungutan Pajak Parkir Pemerintah Kota Bandar Lampung menetapkan besaran Pajak Parkir tersebut adalah 30% dari hasil yang didapat oleh penyelenggara atau pengelola Parkir itu sendiri. Hal ini dilaksanakan dalam upaya menerapkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor.83 Tahun 2011 dijelaskan bahwa Pajak Parkir yang dimaksud adalah pungutan yang diselenggarakan pada setiap wilayah yang mengadakan penarikan Pajak Parkir, contohnya di supermarket. Untuk tahun 2012, Pemerintah Kota menargetkan pencapaian pemungutan Pajak Parkir sebesar Rp. 4,4 Milyar, namun pada kenyataan nya target tersebut tidak terpenuhi terhitung sejak awal tahun 2012 sampai dengan bulan Oktober 2012. Sehingga Pemerintah Kota Bandar Lampung mengalihkan kewenangan pemungutan Retribusi Parkir kepada pihak swasta.

c. Pengelolaan Pajak Parkir oleh Pihak Swasta.

(25)

3

dikelola oleh pihak swasta sebesar Rp 6-7 miliar, sudah mencapai 20 persen dari target yang ditetapkan.

Berdasarkan pemaparan tata cara dan proses pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir baik yang dikelola oleh Dinas Perhubungan dan Pihak Swasta sangat jelas terlihat perbedaan efektifitasnya. Telah terlihat bahwasanya pengalihan wewenang kepada pihak swasta untuk melakukan pemungutan Retribusi Parkir sangatlah benar dan mempunyai dampak positif yaitu dengan tercapainya target dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak dan Retribusi Parkir. Selain itu dengan adanya pembagian antara pengelolaan pemungutan Retribusi Parkir oleh pihak swasta dan Pajak Parkir oleh Dinas Perhubungan, maka akan tercipta suatu hubungan yang bersinergi karena dengan pembagian tersebut maka akan lebih mengkonsentrasikan satu tugas saja, yang diharapkan kedepannya nanti akan membuahkan hasil yang maksimal dan berujung pada kenaikan Pendapatan Asli Daerah yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan Kota Bandar Lampung.

2. Faktor yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir dan kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bandar Lampung.

faktor yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir:

a. Tidak adanya pendataan rutin setiap tahun terhadap jumlah kendaraan di Kota Bandar Lampung.

(26)

4

jawab untuk menyelewengkan hasil Pajak dan Retribusi Parkir, dapat saja hal ini mereka lakukan karena mereka tau bahwa dengan tidak adanya data jumlah kendaraan maka Dinas Perhubungan tidak dapat membandingkan secara terperinci antara jumlah kendaraan dan hasil Pajak dan Retribusi Parkir yang diperoleh.

b. Tidak adanya karcis atau tanda bukti Parkir.

Karcis atau tanda bukti Parkir merupakan salah satu hal yang sangat berperan dalam proses pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir. Dengan ketiadaan karcis atau tanda bukti Parkir yang dipegang oleh juru Parkir dan diberikan kepada pengguna jasa Parkir maka hal ini akan menjadi peluang besar terjadinya kebocoran hasil pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir. Tanpa adanya Karcis atau tanda bukti Parkir, bisa saja juru Parkir tidak berlaku jujur atas perolehan pemungutan Retribusi Parkir yang ia perolah dalam kurun waktu 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat jam) saat dilakukan penyetoran kepada petugas yang berwenang dari Dinas Perhubungan. Hal ini tidak menutup keungkinan bahwa petugas pemungutan hasil Retribusi Parkir dari Dinas Perhubungan untuk melakukan tindakan kecurangan, begitu pula untuk ke tahapan selanjutnya yang lebih tinggi. Dengan demikian hasil Retribusi Parkir tersebut dapat terpangkas habis sebelum masuk ke kas daerah.

(27)

5

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mencoba memberikan saran demi perbaikan di masa mendatang sebagai berikut:

1. Sebaiknya Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung membuat suatu perjanjian kerjasama dengan Samsat Provinsi Lampung yang ketentuan di dalam nya mengatur tentang koordinasi antara Dinas perhubungan dengan Samsat Provinsi Lampung untuk secara rutin melakukan pendataan jumlah kendaraan di Kota Bandar Lampung tiap tahun nya agar dalam penentuan target perolehan Pajak dan Retribusi Parkir tepat sasaran dan target tersebut dapat terpenuhi.

2. Perlu diperhatikan tentang karcis/alat bukti Parkir, karena hanya dengan karcis/alat bukti Parkir maka hal tersebut akan menjadi peluang kebocoran hasil pemungutan Retribusi Parkir. Pemerintah Kota Bandar Lampung dapat membuat suatu Peraturan Daerah yang mengatur tentang perubahan Sistem pemungutan retribusi Parkir dengan menerapkan sistem pemungutan Retribusi Parkir berbasis Elektronik.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Bohari. 1985.Pengantar Perpajakan ,Jakarta: Ghalia Indonesia. ---. 1993.Pengantar Hukum Pajak.Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

HR, Ridwan. 2008.Hukum Administrasi Negara.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kaho, Josef Riwu. 1991.Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia : Identifikasi Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Penyelenggaraannya.Jakarta: Rajawali Press.

Kunarjo. 1993.Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan.Jakarta: Universitas Indonesia.

Mustaqiem. 2008.Pajak Daerah Dalam Transisi Otonomi Daerah. Yogyakarta: FH UII Press.

Nurmayani. 2009.Hukum Administrasi Daerah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Waluyo. 2011.Perpajakan Indonesia Edisi 10 buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Yani, Ahmad. 2002.Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Daerah di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 63.

Yuswanto. 2011. Hukum Dana Alokasi Umum. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23A.

Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pendapatan asli Daerah.

Undang-Undang No.28 Pasal (1) Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

PP No.66 Tahun 2001 Pasal 2 ayat 4 huruf a-h UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2011 tentang retribusi daerah.

(29)

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 47 Tahun 2008 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana teknis (UPT) Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 62 Tahun 2011 tentang tata cara pemungutan Pajak Parkir.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 83 Tahun 2011 tentang tata cara pemungutan Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum.

C. Sumber Internet

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2177328-konsep

pendapatanaslidaerah-pad/#ixzz28J3BDRAE (di akses, 5 oktober 2012). http://www.scribd.com/doc/11319551/Pengertian-Pelayanan-Publik (di akses, 5

Oktober 2012).

http://lampung.antaranews.com/berita/264808/pemkot-bandarlampung-gandeng swasta-kelola-perpakiran (di akses, 24 oktober 2012).

http://www.umitra.ac.id/berita-141-moa-retribusi-parkir-swastanisasi

pengelolaan-perparkiran-di-bandarlampung-oleh-pt-mitra-bina-persad.html (di akses, 24 oktober 2012).

(30)

Judul Skripsi : Pemungutan Pajak Dan Retribusi Parkir Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung

Nama Mahasiswa : Zemy Herda Hisvanda Nomor Pokok Mahasiswa : 0912011392

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Dr. Yuswanto, S.H., M.H Satria Prayoga, S.H., M.H

NIP. 196205141987032003 NIP. 198206236008121003

2. Ketua Bagian HAN

(31)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Yuswanto, S.H., M.H ... Sekretaris : Satria Prayoga, S.H., M.H ... Penguji Utama : Nurmayani, S.H., M.H ...

2. Pj. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heriandi, S.H., M.S NIP. 19621091987031003

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan anggaran merupakan tahap penyusunan program yang dilakukan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan di bahas oleh Panitia Anggaran

Angka Sementara Hasil Sensus Penduduk 2010 Kabupaten Jayapura 04 Angka Sementara Hasil Sensus Penduduk 2010 Kabupaten Jayapura 13 Luas Wilayah terbesar terdapat pada

Hasil data membuktikan bahwa Surat Kabar Harian Surya Malang melakukan penerapan kode etik jurnalis sesuai pedoman UUD yang diterapkan di Indonesia untuk wartawan agar

Jackson menjelaskan bahwa kegiatan kunci yang merupakan bagian dari rekrutmen adalah (Nuryanta, 2008) menentukan kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengembangan media pembelajaran fisika berbasis lagu dan

[r]

Para ksatria menjadi golongan tertinggi kedua setelah brahmana karena mereka tidak punya kekayaan pribadi dan kebutuhan hidupnya di penuhi oleh Negara seperti makan, pakaian,

Kendala percepatan market share (5%) perbankan syariah adalah faktor SDM, baik minimnya jumlah, maupun dari segi kualitas. Menyikapi kendala tersebut, maka lembaga