• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kebijakan pengembangan perikanan tangkap dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir selatan Gorontalo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kebijakan pengembangan perikanan tangkap dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir selatan Gorontalo"

Copied!
540
0
0

Teks penuh

(1)

DALAMRANGKAPEMBERDAYAANEKONOMIMASYARAKAT PESISIR SELATAN GORONTALO

NURDIN JUSUF

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

NURDIN JUSUF. Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap Dalam Rangka

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Selatan Gorontalo. Dibimbing

oleb DANIEL R. MONINTJA. JOHN HALUAN dan TOMMY II. PURWAKA.

Penelitian ini dilakukan di pantai selatan Gorontalo, bertujuan untuk

menentukan altematif kebijakan, pola dan strategi pengembangan perikanan tangkap dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir selatan Gorontalo. Metode yang digonakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data primer dan sekunder diperoleh dari basil wawancara, observasi langsung di lapangan, lembaga-Iembaga

pemerintah dan institusi

yang

terkait.

HasH penelitian menunjukan bahwa

kontribusi sektor

perikanan

tangkap terhadap output wilayah, Ptoduk Domestik Regional Bruto dan pendapatan wilayah secara abaolut relatif エゥョァァセ@ masing-masing 2.17 %, 2.93 % dan 3.65 %. Alokasi optimum armada penangkapan ikan tersebut dapat menghasilkan:: total produksi untuk

perikanan

pelagis kecil sebesar 758 648 kg, perikanan pelagis besar 43 476 kg, perikanan karang 22 979 kg, total keuntungan usaba Rp 165 674 447, penyerapan tenaga kelja sebanyak 158 orang, pendapatan asli

daerah

sebesar

RP

52 470 810 dan penerimaan devisa negars melalui ekspor basil perikanan sebesar US $ 586 470. Tingkat partisipasi masyarakat linggi terhadap pembentukan prioritas jenis kebutuhan, pengiunbilan keputusan, membangon kekuatan manejerial , mernbangon kekuatan produksi , membangon kekuatan pemasaran dan penilaian terhadap

sosial-ekonomi masyarakat. Berdasarkan hasil analisis finansial

dan ekonomi untuk usaha

pancing ulur dan pukat cincin menunjukkan layak untuk dikembangkan.

Prioritas yang paling tinggi untuk dikembangkan dalam usaba pancing ulur dan pukat cincin ada1ah mutu dan harga produl<, potensi

pasar

serta sarana dan prasamna. Aktor yang mempunyai

peranan

paling besar ada1ah pemerintah daerah, lernbaga

swadaya masyarakat

dan

koperasi nelayan.

Prioritas tertinggi sebagai tujuan

pengernbangan usaha perikanan tersebut ada1ah sumberdaya ikan lestari, sarana dan prasarana mernadai dan

pendapatan

asli daerah. Kebijakan strategis yang perlu digonakan

adalah

pengembangan pola kemitraan usaba penangkapan, peningkatan ptoduktivitas usaba penangkapan dan pengembangan produk sesuai permintaan

pasar.

(3)

NURDIN JUSUF. Policy Analysis on Capture Fisheries Development for

Empowering

the

Economic of the Southern Coast Community of Gorontalo. Under

the direction of DANIEL R. MONINTJA, JOHN HALUAN. ODd TOMMY H. PURWAKA.

This study was conducted in the south coast of Gorontalo, aimed at determining policy alternatives, pattern and strategy for the development of capture fisheries within the framework of economic ernpowerment of

the

society in the area. Survey method was used in this research. Primary data obtained from interviewing respondents, and direct observation in the field. Secondary data obtained from the govemment and the related agencies.

The

results indicated that contribution of capture fisheries

to

regional output, Product Domestic Regional Bruto and regional income is significantly high, 2.17 %, 2.93 % and 3.65 % sequently. It was found that the optimal results of capture fisheries can be achieved by a total of production for fisheries of small pelagic up to 758 648 kg, fisheries of large pelagic up to 43 476 kg, fisheries of coral reef up

to

22 979 kg. The profrt of the fisheries was estimated

to

Rp 165 674 447, the labor absorption improvement of 158 people, income retribution to Rp 52 470 810, and the export value as much as US

$

586 470. The level of society's participation is relatively high towards kinds of need, decision making, strengthening management, production improvement, marketing improvement and society's social-economic assessment. The result of financial analysis (using discount factor of 12 %) shows that handline and purse seine fisheries are feasible

to

be

developed.

The highest priority factor

to

be

developed in

the

fisheries (handline and purse seine) are the price and quality product and the structure and Infrastructure of the captures fisheries. Primary actors which are playing important role in the fishing activities are

the

regional government, NGO. and fishe(. cooperative. Higest prioritas in target of development fishing efforts are sustainable fisheries resources, structure and infrastructure, and regional income. Strategic policies recommanded for the fisheries development are the partnership pattem of fishing establishment, increasIng fishing productivity, and development of products suitable to the market demand.
(4)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya rnenyatakan bahwa disertasi Analisis Kebijakan Pengernbangan

Perikanan Tangkap Dalarn Rangka Pernberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisi, Selatan

Gorootalo

adalab karya saya sendiri dan belum diajukan dalarn bentuk apapun kepada perguruan

linggi

rnanapun. Sumber infonnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diteroitkan maupun tidak diteroitkan dari penulis lain lelab disebutkan dalam leks

dan

dicantumkan dalarn Daftar Pustaka di bagian akhir

disertasi

ini.
(5)

DALAMRANGKAPEMBERDAYAANEKONOMIMASYARAKAT PESISIR SELATAN GORONTALO

NURDIN JUSUF

Disertasi

Sebogai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pad.

Departemen ManajeDleD Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judu) Disertasi : Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan T angkap Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Selatan Gorontalo

Nama NIM

: Nurdin Jusuf : P31600018

Disetujui

Komisi Pembim

-Prof. DR. Ir. Daniel R. Monintja Ketua

Pro • . Ir. John Haluao. M.Sc. Anggota

Ketua

Program

Studi Pengelolaan

sセ@

Prof. DR. Ir. Rokhmin Dahuri, MS

Tanggal Ujian: 30 Desember 2004

DR. Tommy H.

Purwaka.

SH. LLM Anggota

Diketahui

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. DR.!r. Syafrida Manuwoto. M.Sc.

(7)

Penulis dilahirkan di Kauditan. Kecamatan Kauditan. Kabupaten Minahasa Propinsi

Sulawesi Utara

pada

tanggal13 Agustus 1959 sebagai anak pertama dan posangan Talibu Jusuf (Aim) dan Djaliha Basiru. Pendidikan saJjana ditempub di Program Studi Budidaya Perairun, Faku/tas Perikanan dan I1mu Kelautan UnivOISitas Sam Ratuiangi Manado, luIus pada

tabun

1985.

Pada tabun

1991, penulis melanjutkan studi program Master di Department of Biology,

Ryukyus

University

Okinawa

Japan dan meruut)atkannya

pada

tabun

1993.

Kesempatan untuk

melanjutkan ke program doktor

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

Lautan

dipernleh

tabun 2000.

Beasiswa pendidikan pascasarjana dipernleh dan Departemen Pendidikan Nasional.
(8)

PRAKATA

_ Puji syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berltasil diselesaikan. Terna yang dipilih daJam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2002 ialah Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Selatan Gorontalo. ;

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Bapak Prof Dr. Ir. Daniel R. Moninlja, Bapak Prof Dr. Ir. John Haluan, M.Sc dan Bapak Dr. Tommy H. Purwaka, SH. LLM selaku pembimbing. Di samping ito, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. If. Mennofatria Boer, DEA, Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si, Dr. Ir. Soepanto S, MBA, MM, Dr. Ir. Wudianto, M.Se, Ir. Lestari CT dan selurub Pimpinan beserta Staf PT. REIMS, PT. CIKARANG MULTI KREASI, PT. CIPTA SINERGI LAKSANA serta Pemerintah dan Masyarokat Propinsi Gorontalo alas segala bantuannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayabanda, ibunda, istri dan anak-anak tercinta, selurub keluarga serta semua pihak atas segala doa dan bantuannya

Akhimya dengan kerendahan hati, penuIis berharap scmoga karya ilmiah ini

bennanfaat.

(9)

Halaman

PRAKATA ... viii

DAFTAR lSI ... IX DAFTAR TABEL ... XI DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPlRAN ... ... ... ... ... xvi

I PENDAHULUAN ... I 1.1 Latar Belakang ... ... I 1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian .•.... .•... 7

2 T1NJAUAN PUSTAKA ... ... ... ... ... 8

2.1 Konsep Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap ... 8

2.2 Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap ... ... \0

2.3 Konsep Dasar Pemberdayaan ... II 2.4 Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ... 18

2.5 Kelembagaan Masyarakat ... 22

3 KERANGKA PEMIKIRAN ... ... ... 26

4 METODE PENELITIAN ... ... ... ... ... ... ... ... ... 30

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... ... ... 30

4.2 Penarikan Contoh ... 30

4.3 Pengumpulan Data ... ... ... ... ... ... 31

4.4 Model Analisis ... ... ... ... ... 32

4.4.1 Analisis Input-Output ... 32

4.4.2 Analisis Goal Programming ... ... ... 42

4.4.3 Analisis Product-Moment ... ... 43

4.4.4 Analisis Kelayakan Investasi ... 45

4.4.5 Analytic Hierarchy Process ... ... ... 49

5 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 52

5.1 Keadaan Geografis ... ... ... ... ... ... ... 52

5.2 Administrasi Pemerintah ... ... ... ... .... 52

5.3 Kependudukan ... ... ... ... ... ... ... 53

5.4 Pendidikan ... ... ... ... ... ... ... 55

5.5 Kesehatan ... ... ... ... ... ... ... ...•.. ... 57

5.6 Agama ... ... ... ... ... ... ... .... 58

5.7 Perekonomian Wilayah ... 60

(10)

6 PEMBERDA Y AAN EKONOMI MASY ARAKA T PESISIR ... 66

6.1 Kegiatan Perikanan ... 66

6.2 Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir ... 74

6.3 Teknologi Penangkapan lkan dengan' Pancing Ulur dan Pukat Cincin ... 76

6.4 Peningkatan Pendapatan Usaha Perikanan Tangkap ... 77

7 HASIL DAN PEMBAHASAN .. ... 84

7.1 Struktur Perekonomian Wilayah Penelitian ... ... 84

7.2 Peranan Sektor Perikanan Tangkap dalam Perekonomian Wilayah ... 91

7.3 Pola Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo ... 102

7.4 Peran Serta Masyarakat dalam Kebijakan Perikanan Tangkap ...•... 108

7.5 Kelayakan Usaha Penangkapan Secara Finansial dan Ekonomi ... 112

7.6 Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo ... 119

8 KESIMPULAN ... ... ... ... ... 130

8.1 Kesimpulan ... ... 130

8.2 Saran ... ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133

LAMPlRAN ... 139

(11)

Halaman

4.1 Tabel Input - Output ." ... ... ... ... ... 34 4.2 Skala Komparasi dalam Proses Hirarki AnaJitik ... ... ... ... 49

5.1 Daftar Nama Daerah Tingkat IL lbu Kota, Jumlab Kecamatan

dan DesalKelurahan di Propinsi Gorontalo ... ... 53 5.2 Perkembangan Penduduk Propinsi Gorontalo Tabuo 1980 - 2001 ... 53 5.3 Kepadatan Penduduk Gorontalo Menurut KabupatenIKota

Tabun 2001 ... ... ...•... ... ... ... ... ... 54 5.4 Penduduk Gorontalo Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan

Rasio Jenis Tabuo 2001 ... 54 5.5 Banyaknya Rumabtangga dan Rata-Rata Anggota Rumabtangga

Menurut KabupatenlKota di Propinsi Gorontalo Tabuo 200 1 55 5.6 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru di Propinsi Gorontalo

Tabun 2001 ... 56 5.7 Banyaknya Mabasiswa IKIP Gorontalo pads Tabun Ajaran

199711998-200012002 ... 56 5.8 8anyaknya Lulusan Sarjana (SI) pada IKIP Gorontalo Tabun Ajaran

1997/1998 -200012001 ... 57 5.9 Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas di Propinsi Gorontalo

Tabun 2001 ... 57 5.10 Jumlah Tenaga Kesehatan di Propinsi Gorontalo Tabuo 2001 ... 58 5.11 Jumlab Po,yandu, Pedagang Besar Farmasi, Apotik dan Toko

Obat di Propinsi Gorontalo ... ... ... ... ... .... 58 5.12 Jumlah Tempat Peribadatan di Propinsi Gorontalo Tahun 2001 59 5.13 Jurnlah Penduduk Menurut Agama di Propinsi Gorontalo

Tabun 2001 ... 59

(12)

5.14 Produk Oomestik Regional Bruto (PORB) Propinsi Gorontalo

1999-2001 (Jutaan Rupiah) ... 61

5.15 Laju Pertumbuhan Produk Oomestik Regional Bruto (PORB) PropinsiGorontalo 1999-2001 (%) ... 63

5.16 Kontribusi PORB Propinsi Gorontalo Talmn 2000 - 2001 (%) ... 65

6.1 Luas Laut Propinsi Gorontalo .. "... 66

6.2 Potensi Perikanan Laut Propinsi Gorontalo ... .... 67

6.3 Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Perikanan Tahun 2001 ... 67

6.4 Jumlah Rumah TanggaiPerusahaan Perikanan Sebelum, Saat dan Sesudah Propinsi Gorontalo ... 68

6.5 Jumlah Perahu/Kapal Penangkapan Menurut Jenis/Ukuran Sebelum, Saat dan Sesudah Propinsi Gorontalo ... 68

6.6 Jumlah Unit Penangkapan lkan Menurut Jenis Alat Tangkap Sebelum, Saat dan Sesudah Propinsi Gorontalo ... 69

6.7 Jumlah Trip Penangkapan Ikan Menurut Jenis Alat Tangkap Sebelum, Saat dan Sesudah Propinsi Gorontalo .... ... 70

6.8 Produksi Perikanan Laut Menurut Jenis Alat Penangkap Sebelum, Saat dan Sesudah Propinsi Gorontalo ... 70

6.9 Produksi Perikanan Menurut Jenis B{an Sebelum, Saat dan Sesudah Propinsi Gorontalo ... 7 I 6.

to

Nilai Produksi Perikanan Menurut Jenis Ikan Sebelum, Saat dan Sesudah Propinsi Gorontalo ... 72

6.11 Produksi Perikanan Laut Menurut Cara Perlakuan Sebelum, Saat dan Sesudah Propinsi Gorontalo ... 73

6.12 Jumlah Ikan Olahan Menurut Cara Pengolahan Sebelum, Saat dan Sesudah Propinsi Gorontalo ... 73

6.13 Jumlah Industri Komoditi Hasil Perikanan Tangkap Propinsi Gorontalo Tahun 2001 ... 73

(13)

7.1 Struktur Penawaran dan Pennintaan Domestik Propinsi Gorontalo

Tahun 2001 (Jula Rupiah) ... 85 7.2 Persentase Nilai Tambah BruteS menurut Komponen Propinsi

Gorontalo Tahun 2001 .. ... ... ... ... ... 86 7.3 Persentase Nilai Tambah Bruto menurut Sektor Perekonomian

Propinsi Gorontalo Tahun 2001 ... 87 7.4 Persentase Permintaan Akhir menurut Komponen Propinsi

Gorontalo Tahun 2001 ... ... ... ... 88 7.5 Persentase Permintaan Akhir Propinsi Gorontalo Tahun 2001 89 7.6 Komposisi Kesempatan Kerja Setiap Sektor Perekonomian

Propin.i Gorontalo Tahun 2001 ... 90 7.7 Komponen Input Sektor Perikanan Tangkap Propinsi Gorontalo

Tahun 2001 ... 92 7.8 Peranan Sektor Perikanan Tangkap dalam Struktur Perekonomian

Wilayah Propinsi Gorontalo Talmn 2001 ... 92 7.9 Pengaruh Ganda Pendapatan Berbagai Sektor di Propinsi Gorontalo

Tahun 2001 ... 94 7.10 Pengaruh Ganda Kesempatan Kerja Berbagai Sektor di Propinsi

Gorontalo Tahun 2001 ... 96 7.11 Kaitan ke Belakang dan ke Depan Berbagai Sektor di Propin.i

Goronlalo Tahun 2001 ... 98 7.12 Jumlah Alat Tangkap Optimal dari Pengembangan Perikanan

Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo ... 103 7.13 Analisis Sensitivitas Righthand Side Range Goal Programming

dalam Mengoptimalkan Alokasi Annada Penangkapan di Pesisir

Selatan Gorontalo ... 108 7.14 Manfaat Program Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap

dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir ... 110

(14)

7.15 Partisipasi Masyarakat Dalam Penerapan Program Kebijakan

Pengembangan Perikanan Tangkap ... III 7.16 Hasil Analisis Kelayakan pada Pengembangan Kebijakan

Perikanan Tangkap untuk Vsaha Pancing Vlur dan Pukat Cincin

di Pantai Selatan Gorontalo ... ... 113 7.17 Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga BBM Sebesar 12.5 %

pada Pengembangan Kebijakan Perikanan Tangkap untuk Usaha

Pancing Vlur dan Pukat Cincin di Pantai Selatan Gorontalo ... 114 7.18 Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga B8M Sebesar 25 %

pada Pengembangan Kebijakan Perikanan Tangkap untuk Usaha

Pancing Vlur dan Pukat Cincin di Pantai Selatan Gorontalo ... 115 7.19 Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Subsidi Harga BBM Sebesar

12.5 % pada Pengembangan Kebijakan Perikanan Tangkap untuk

Usaha Pancing Dlur dan Pukat Cincin di Pantai Selatan Gorontalo . 116 7.20 Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Subsidi Harga BBM Sebesar

25 % pada Pengembangan Kebijakan Perikanan Tangkap untuk

Vsaha Pancing Vlur dan Pukat Cincin di Pantai Selatan Gorontalo . 116 7.21 HasH Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga BBM Sebesar 13 %

pada Pengembangan Kebijakan Perikanan Tangkap untuk Usaha

Pancing Vlur dan Pukat Cincin di Pantai Selatan Gorontalo ... 117 7.22 Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga BBM Sebesar 26 %

pada Pengembangan Kebijakan Perikanan Tangkap untuk Vsaha

Pancing Vlur dan Pukat Cincin di Pantai Selatan Gorontalo ... 118 7.23 Evaluasi Kebutuhan Sistem Perikanan Tangkap Pancing ulur dan

Pukat Cincin di Pantai Selatan Gorontalo ... 122

(15)

Halaman

1.1 Rumusan Masalah Penelitian ... 6 3.1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penelitian

Kebijakan Pengernbangan Perikanan Tangkap dalam Rangka

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Selatan Gorontalo ... 29 6.1 Skema Sistem PeriJeanan Inti Rakyat ... 80 7.1 Hubungan Antara Kaitan ke Belakang dengan Kaitan ke Depan ... 101

7.2 Diagram Lingkar Sebab-Akibat Sistem Perikanan Tangkap Pancing

Ulur dan

Pukat Cincin di Pantai Selatan Gorontalo

... 120 7.3 Diagram Input-Output Sistem Perikanan Tangkap Pancing Vlur

dan Pukat Cincin di Pantai Selatan Gorontalo ... .... 123

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Propinsi Gorontalo 140

2. Rumpon Untuk Alat Tangkap Pancing Vlur dan Pukat Cincin .... ". 141

3. Deskripsi Alat Tangkap Pancing Ulur 142

4. Deskripsi Alat Tangkap Pukat Cincin 144

5. Transaksi Antar Sektor Propinsi Gorontalo Tahun 2001

Gutarupiab) ...•... 146 6. Matriks Kebalikan Leontief(l- A)"I dari 22 Sektor yang adadi

Wilayab Propinsi Gomntalo Tabun 2001 ... 152 7. Matriks Kebalikan Leontief (1-Ah)"1 Setelah Rumab Tangga

Dimasukan Kedalam Sektor Antara ... 156 8. Model Matematik Goal Programming dalam Mengoptimalkan

Alokasi Annada Penangkapan Ikan di Pantai Selatan Gomntalo ... 161

9. Output Goal Programming dalam Mengoptimalkan Alokasi

Armada Panangkapan Ikan di Pantai Selatan Gorontalo ... ... 162 10. Persepsi Responden Mengenai Manfaat Kebijakan Pengembangan

PerikananTangkap di Pantai Selatan Gorontalo ... 163 II. Persepsi Responden T erhadap Kebijakan Pengembangan

Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo uotuk Nomor

Ganjil (X) ...•... 166 12. Persepsi Responden Terhadap Kebijakan Pengembangan

Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo untuk Nomor

Genap (V) ... ... ... ... ... ... ... ...•... 168 13. Koefisien Korelasi Persepsi Responden Terbadap Kebijakan

Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gomntalo ... 170 14. P&rtisipasi Responden dalam Pemanfaatan Kebijakan

Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo ... 172

(17)

untukNomorGanjil (X) ... :... 174 16. Partisipasi Responden dalam Pemanfaatan Kebijakan

Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo

Untuk Nomor Genap (V) ... 176 17. Koefisien Korelasi Partisipasi Responden dalam Pemanfaatan

Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan

Gorontalo ... 178 18. HasH Analisis Biaya dan Pendapatan Vsaha Pancing Vlur pada

Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai

Selatan Gorontalo (Analisis Finansial) ... 180 19. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost Ratio

dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pancing Ulur dengan

Kenaikan Harga BBM 12.5 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo

(Analisis Finansial) ... 182 20. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost Ratio

dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pancing Vlur dengan

Kenaikan Harga BBM 25 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo

(Analisis Finansial) ... ... ... ... ... 183 21. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost Ratio

dan Internal Rate Return (lRR) untuk Usaha Pancing Vlur dengan

subsidi 12.5 % atas Kenaikan Harga BBM 12.5 % pada

Kebijakan Pengembangan Perikanan T angkap di Pantai Selatan

Gorontalo (Analisis Finansial) ... ... ... ... 184 22. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost Ratio

dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pancing Vlur dengan

subsidi 25 % atas Kenaikan Harga BBM 25 % pada

Kebijakan Pengembangan Perikanan T angkap di Pantai Selatan

Gorontalo (Analisis Finansial) ... 185 23. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost Ratio

dan Internal Rate Return (IRR) untuk Vsaha Pancing VIur dengan

Kenaikan Harga Ikan 13 % atas Kenaikan Harga BBM 12.5 % pada Kebijakan Pengembangan PerikananTangkap di Pantai

Selatan Gorontalo (Analisis Finansial) ... ... ... 186

(18)

24. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost Ratio

dan Internal /late Return (IRR) untuk Usaha Pancing Ulur dengan

Kenaikan Harga Ikan 26 % atas Kenaikan Harga BBM 25 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai

Selatan Gorontalo (Analisis FinansiaJ) ... ... ... ... ... 187 25. Hasil Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pancing Ulur pada

Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai

Selatan Gorontalo (Analisis Ekonomi) ... ... ... ... 188

26. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pancing Ulur

dengan Kenaikan Harga BBM 12.5 % pada Kebijakan

Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo

(Analisis Ekonomi) ... 190

27. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pancing Ulur

dengan Kenaikan Harga BBM 25 % pada Kebijakan

Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo

(Analisis Ekonomi) ... 191 28. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pancing Ulur

dengan subsidi 12.5 % atas Kenaikan Harga BBM 12.5 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai

Selatan Gorontalo (Analisis Ekonomi) ... ... ... ... 192 29. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (lRR) untuk. Usaha Pancing Ulur

dengan subsidi 25 % atas Kenaikan Harga BBM 25 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai

Selatan Gorontalo (AnaJisis Ekonomi) ... ... ... 193 30. HasH Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (lRR) untuk Usaha Pancing Ulur

dengan Kenaikan Harga Ikan 13 % atas Kenaikan Harga BBM 12.5 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di

Pantai Selatan Gorontalo (Analisis Ekonomi) ... ... 194 31. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (lRR) untuk. Usaha Pancing Ulur

dengan Kenaikan Harga 1kan 26 % atas Kenailcan Harga BBM 25 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di

Pantai Selatan Gorontalo (Analisis Ekonomi) ... 195

(19)

Pantai Selatan Gorontalo (Analisis Finansial) ... ... ... 196 33. Hasil Analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (lRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan Kenaikan Harga BBM 12:5 % pada Kebijakan

Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo

(Analisis Finansial) ... 198 34. Hasil Analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (lRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan Kenaikan Harga BBM 25 % pada Kebijakan

Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo

(Analisis Finansial) ... ... ... ... ... ... ... 199

35. Hasil Analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan subsidi 12.5 % atas Kenaikan Harga BBM 12.5 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai

Selatan Gorontalo (Analisis Finansial) ... 200 36. Hasil Analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (lRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan subsidi 25 % atas Kenaikan Harga BBM 25 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai

Selatan Gorontalo (Analisis Finansial) ... 201 37. Hasil Analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan Kenaikan Harga Ikan 13 % atas Kenaikan Harga BBM 12.5 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di

Pantai Selatan Gorontalo (Analisis Finansial) ... 202 38. Hasil Analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan Kenaikan Harga Ikan 26 % atas Kenaikan Harga BBM 25 % pada Kebijakan Pengembangan PerikananTang!<ap di

Pantai Selatan Gorontalo (Analisis Finansial) ... ... 203 39. HasH Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pukat Cincin

pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di

Pantai Selatan Gorontalo (Analisis Ekonomi) ... ... ... 204

(20)

40. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (lRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan Kenaikan Harga SSM 12.5 % pada Kebijakan

Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo

(Analisis Ekonomi) '" ... ... 206 41. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost .

Ratio dan Internal Rate Return (lRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan Kenaikan Harga SSM 25 % pada Kebijakan

Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Gorontalo

(Analisis Ekonomi) ... ... ... 207 42. Hasil Analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio

dan Internol Rate Return (IRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan subsidi 12.5 % atas Kenaikan Harga BBM 12.5 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai

Selatan Gorontalo (Analisis Ekonomi) ... 208 43.

Hasil

Analisis Net Present VaJue (NPV), Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (lRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan subsidi 25 % atas Kenaikan Harga BBM 25 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai

Selatan Gorontalo (Analisis Ekonomi) ... ... ... 209 44. Hasil Analisis Net Present Value (NPV). Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan Kenaikan Harga Ikan 13 % atas Kenaikan Harga BBM 12.5 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di

Pantai Selatan Gorontalo (Analisis Ekonomi) ... 210 45. HasH Analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Ratio dan Internal Rate Return (IRR) untuk Usaha Pukat Cincin

dengan Kenaikan Harga Ikan 26 % atas Kenaikan Harga BBM 25 % pada Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap di

Pantai Selatan Gorontalo (Analisis Ekonomi) ... ... ... 211 46. Matriks Pembandingan Berpasang Faktor Pengembangan Usaha

Pancing Ulur ... 212 47. Matriks Pembandingan Berpasang Faktor Potensi Sumberdaya Ikan

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pancing

Vlur ...•... 213

(21)

Ulur ... 213 49 Matriks Pembandingan 8erpasang Faktor Teknologi Usaha

Penangkapan dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan

Usaha Pancing Ulur ... 214 50. Matriks Pembandingan Berpasang Faktor Sumberdaya Manusia

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pancing

Ulur ... 214 51. Matriks Pembandingan Berpasang Faktor Sarana dan Prasarana

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pancing

Ulur ... 215 52. Matriks Pembandingan Berpasang Faktor Potensi Pasar dengan

Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaba Pancing Ulur ... 215 53. Matriks Pembandingan Berpasang Faktor Mutu dan Harga Produk

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pancing

Ulur ... 216 54. Matriks Perkalian Vektor Prioritas Faktor dengan Tiga Altematif

Kebijakan Pengembangan Usaha Pancing Ulur ... 216 55. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Pengembangan Usaba

Pancing Ulur ... 217 56. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Pemilik Kapal dengan

Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaha Pancing Ulur ... 218 57. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Perusabaan Pengumpul

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaba Pancing

Ulur ... 218 58. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Anak Buab Kapal

(Nelayan) dengan Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaha

Pancing Ulur ... 219 59. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Perbankan dengan Tiga

Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pancing Ulur ... 219 60. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Koperasi Nelayan dengao

Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaba Pancing Ulur ... 220

(22)

61. Matriks Pembandingan 8erpasang Aktor Pemerintah Daerah dengan Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaha Pancing

Ulur ... ,... 220 62. Matriks Pembandingan 8erpasang Aktor Lembaga Swadaya

Masyarakat dengan Tiga AltematifKebijakan Pengembangan

Usaha Pancing Ulur ... 221 63. Matriks Perkalian Vektor Prioritas Aktor dengan Tiga Altematif

Kebijakan Pengembangan Usaha Pancing Ulur ... 221 64. Matriks Pembandingan Berpasang Tujuan Pengembangan Usaha

Pancing Ulur ... 222 65. Matriks Pembandingan Berpasang Tujuan Keuntungan Usaha

Meningkat dengan Tiga Alternatif Kebijakan Pengembangan Usaha

Pancing Ulur ... 223 66. Matriks Pembandingan Berpasang Tujuan Konsumsi lkan

Terpenuhi dengan Tiga AlternatifKebijakan Pengembangan Usaha

Pancing Ulur ... 223 67. Matriks Pembandingan 8erpasang Tujuan Pendapatan AsH Daerah

Meningkat dengan Tiga AlternatifKebijakan Pengembangan Usaha

Pancing Ulur ... 224 68. Matriks Pembandingan 8erpasang Sarana dan Prasarana Memadai

dengan Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaha Pancing

Ulur ... 224 69. Matriks Pembandingan 8erpasang Tujuan Sumberdaya lkan Lestari

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pancing

Ulur ... 225 70. Matriks Perkalian Vektor Prioritas Tujuan dengan Tiga Altematif

Kebijakan Pengembangan Usaha Pancing Ulur ... 225 71. Hierarki Pengembangan Perikanan Pancing ulur di Pantai Selatan

Gorontalo ... 226 72. Matriks Pembandingan Berpasang Faktor Pengembangan Usaha

Pukat Cincin ... 227

(23)

Cincin ... 228 74. Matriks Pembandingan 8erpasang Faktor Kemampuan lnvestasi

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pukat

Cincin ... 228 75. MatrHes Pembandingan Berpasang Faktor Teknologi Usaha

Penangkapan dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan

Usaha Pukat Cincin ... 229 76. Matriks Pembandingan 8erpasang Faktor Sumberdaya Manusia

dengan Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaha Pukat

Cincin ... 229 71. Matriks Pembandingan Berpasang Faktor Sarona dan Prasarana

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pukat

Cincin ... 230 78. Matriks Pembandingan Berpasang Faktor Potensi Pasar dengan

Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pukat Cincin ... 230 79. Matriks Pembandingan Berpasang Faktor Mutu dan Harga Produk

dengan Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaha Pukat

Cincin ... 231 80. Matriks Perkalian Vektor Prioritas Faktor dengan Tiga Altematif

Kebijakan Pengembangan Usaha Pukat Cincin ... 231 81. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Pengembangan Usaha

Pukat Cincin ... 232 82. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Pemilik Kapal dengan

Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pukat Cincin ... 233 83. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Perusahaan Pengumpul

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pukat

Cincin ... 233 84. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Anak Buah Kapal

(Nelayan) dengan Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usah.

Pukat Cincin ... 234

(24)

85. Matriles Pembandingan Berpasang Aktor Perbankan dengan Tiga

AlternatifKebijakan Pengembangan Usaha Pukat Cincin ... 234 86. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Koperasi Nelayan dengan

Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaha Pukat Cindn 235 87. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Pemerintah Daerah

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pukat

Cincin ... 235 88. Matriks Pembandingan Berpasang Aktor Lembaga Swadaya

Masyarakat dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan

Usaha Pukat Cincin ... 236 89. Matriks Perkalian Vektor Prioritas Aktor dengan Tig. Altematif

Kebijakan Pengembangan Usaha Pukat Cincin ... 236 90. Matriks Pembandingan Berpasang Tujuan Pengembangan Usaha

Pukat Cincin ... 237 91. Matriks Pembandingan Berpasang Tujuan Keuntungan Usaha

Meningkat dengan Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaha

Pukat Cincin ... 238 92. Matriks Pembandingan Berpasang Tujuan Konsumsi Ikan

Terpenuhi dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha

Pukat Cincin ... 238 93. Matriks Pembandingan Berpasang Tujuan Pendapatan Asli Daerah

Meningkat dengan Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaha

Pukat Cincin ... 239 94. Matriks Pembandingan Berpasang Sarana dan Prasarana Memadai

dengan Tiga AltematifKebijakan Pengembangan Usaha Pukat

Cincin ... 239 95. Matriks Pembandingan Berpasang Tujan Sumberdaya Ikan Lestari

dengan Tiga Altematif Kebijakan Pengembangan Usaha Pukat

Cincin ... 240 96. Matriks Perkalian Vektor Prioritas Tujuan dengan Tiga Altematif

Kebijakan Pengembangan Usah. Pukat Cincin ... 240 97. Hierarki Pengembangan Perikanan Pukat Cincin di Pantai Selatan

Gorontalo ... 241

(25)

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan proses perubahan sosial kumulatif dengan ekonomi dan demokrasi politik di dalamnya Y3!lg saling terkait satu dengan lainnya. Upaya untuk membangun bangsa agar menjadi maju dan mandiri hanya clapat dicapai dengan kelja keras dalam mengupayakan akselerasi pembangunan dan pada saat yang bersamaan memeratakan hasil-hasilnya (Kartasasmita, 1996). Pembangunan ekonomi rakyat barns bertumpu pada nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Artinya, seluruh aktivitas ekonomi suatu bangsa atau masyarakat harus mencenninkan semangat keadilan bagi seluruh rakyatnya, sehingga tercapai kemakmuran yang merata (Tara, 2(01) Selanjutnya, pertumbuhan merupakan ukuran ulama keberbasilan pembangunan, dimana hasil pertumbuhan akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai di Japisan bawah baik dengan sendirinya atau campur tangan pemerintah.

Visi pembangunan nasional berdasarkan GBHN 1999 adalah mewujudkan masyarakat yang damai. demokratis, beckeadilan. berdaya saing, maju dan sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan didukung oleh manusia yang mandiri. beriman, bertakwa, berakhlah mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan. menguasai IPTEK. memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Dengan demikian visi pembangunan ekonomi yang terkandung di dalamnya adalah memajukan kesejahteraan umum dan sumberdaya manusia secara demokratis dan berkeadilan (Mardiasmo. 2002). Kemudian misi pembangunan nasional adalah: (1) Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional. terutama

pengusaha kecil dan menengah, dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju. berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

(26)

2

(3) Perwujudan kesejahteraan rakya! yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar, yaitu pangan. sandang,

papan,

kesehatan, pendidikan dan lapangan keIja.

Lubis (1983) menyatakan bahwa pembangunan perikanan diarahkan untuk mencapai lima sasaran pokok yang harus diusahakan untuk dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama, yaitu:

(1) Meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan melalui peningkatan pendapatan.

(2) Meningkatkan produksi dan produktivitas usaba nelayan dan pembudidaya ikan sebagai sarana uotuk mencapai peningkatan pendapatan.

(3) Meningkatkan konsumsi ikan. terutama di kalangan masyaraka! pedesaan dalam rangka perbaikan gizi makanan rakyat dan menunjang pemasaran hasil perikanan, melalui program masyarakat makan

ikan..

(4) Meningkatkan peranan sektor perikanan sebagai penghasil devisa negara dari komoditi non-migas dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor komoditi hasil perikanan.

(5) Meningkatkan pengendaJian dan pengawasan kegiatan perikanan sebagai upaya uotuk dapat mengurangi sekecil mungkin kegiatan-kegiatan yang merugikan kepentingan sektor perikanan khususnya dan kepentingan bangsa dan negara pada umumnya.

(27)

Sumberdaya perikanan merupakan aset negara yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kesejahteraan suatu bangsa. Sampai saat ini, kontribusi sumberdaya perikanan masih diukur dari sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), devisa negara dan penyerapan tonaga kelja. Dengan kala lain, kontribusi sumberdaya perikanan rnasih terbatas pada sisi input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan. Sebagai contoh, kontribusi perikanan Indonesia terhadap PDS masih bergerak sekitar angka 2 %, sementara sumbangannya terhadap devisa yakni US$ 3 miliar (Fauzi, 2001).

Saragih (200 I) menyatakan bahwa kesempatan sektor perikanan untuk bertumbuh lebih cepat masih terbuka luas, baik dilihat dari sisi penawaran maupun dari sisi pennintaan. Dari sisi penawaran, diperkirakan potensi lestarj sumberdaya perikanan nasional sekitar 7.7 juta ton per tabun. sementara tingkat produksi yang tennanfaat 2.8 juta ton (36 %). Kemudian dari sisi permintaan. konsumsi hasil perikanan akan tetap meningkat, yakni pengeluaran untuk konsurnsi ikan segar sangat elastis. Hal ini berarti, meningkatnya pendapatan penduduk yang diperkirakan akan meningkatkan konsumsi hasil perikanan yang lebih besar dari persentase peningkatan pendapatan penduduk.

Pembangunan sektor perikanan Indonesia di masa yang akan datang memiliki prospek yang cerah. Oleh karena itu, pembangunan perikanan hams ditangani lebih serius dan bahkan agribisnis berbasis perikanan hendaknya dijadikan salah satu agribisnis unggulan yang memperoleh keberpihakan kebijaksanaan secara nyata (Saragih, 2001). Selanjutnya, dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir melalui usaha pengembangan perikanan tangkap untuk mendayagunakan sumberdaya perikanan secara maksimal dan rasional, perlu adanya pendekatan terhadap jenis dan areal usaha perikanan tangkap tersebut.

(28)

4

Sulawesi khususnya potensi tuna dan cakalang yang dimanfaatkan sekitar 20 % (Muhammad, 2(02).

Berdasarkan latar belakang tersebut di alaS, maka dianggap penting dilakukan penelitian tentang .. Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap Dalam

Rangka

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Selatan Gorontalo". Hal ini hanya dapat dicapai dengan melakukan perumusan terbadap kebijakan-kebijakan pada sub sektor perikanan tangkap, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan bagi perekonomian daerah Gorontalo pada khususnya dan pada umumnya perekonomian nasional.

1.2 Perumusan Masalah

Pelaksanaan pembangunan nasional berdasarkan wawasan nusantara, yaitu pengelolaan sumberdaya ikan perlu dilakukan sebaik-baiknya berdasarkan keadilan dan pemerataan dalam pemanfaatannya dengan mengutamakan perluasan kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup bagi nelayan dan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan, serta terbinanya kelestarian sumberdaya ikan dan Iingkungannya

(UU No. 31 Tahun 2004).

Pemerintah Propinsi Gorontalo dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut pada era otonomi daerah, yaitu konsep tentang persepsi, pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut dan otonomi daerah. HaJ ini dimaksudkan agar diperoleh common platform dalam perumusan dan implementasi kebijakan pengelolaan surnberdaya pesisir dan Jaut supaya tetap berada pada alur visi pemerintah gorontalo. yaitu terwujudnya masyarakat Propinsi Gorontalo yang mandiri. berbudaya enterpreneur. bersandar pada moralitas agama daJam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo, jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan sebanyak 125 000 jiwa (14.79 %) dari total penduduk Propinsi Gorontalo. Dimana 98 200 jiwa

(29)

Struktur sosial-ekonomi RTP di Propinsi Gorontalo pada tahun 2002 masih berbentuk piramidal, hal ini dapat dilihat pada presentase penggunaan alat tangkap oleh masyarakat pesisir, yaitu 25 840 (85.85 %) RTP adalah nelayan tanpa perahu motor dengan alat tangkap sederhana, ,eperti jaring pantai dan 4 200 (13.95 %) RTP digolongkan kedalam nelayan tingkat menengah yang mampu memiliki perahu motor tempel dengan alat tangkap moderen, seperti pancing ulut, pancing rawai dan

gill net serta 60 (0.20 %) RTP dengan mampu memiliki annada kapal motor. seperti

pukat cindD.

Nelayan di Propinsi Gorontalo rata-rata hanya memiliki kesempatan melaut sekitar 9 bulan dengan pendapatan rata-rata antara Rp 133 333 hingga Rp 200 000 , dimana hasil tangkapan langsung dijllal uotuk mencukupi kebutuhan setiap hari. Berbagai masalah khusus perikanan tangkap yang ditemukan di pantai selatan Gorontalo. antara lain: sumberdaya manusia rendah, armada penangkapan masih berukuran dibawah 30 GT, hasil tangkapan rendah, sarana dan prasarana pendukung sangat rendah dan adanya penangkapan yang tidak ramah lingkungan sehingga menyebabkan kerusakan habitat perairan. Untuk itu, perlu adanya dukungan kebijakan pengembangan perikanan tangkap dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir selatan Gorontalo. Rumusan permasalahan perikanan tangkap di pantai selatan Gorontalo (Gambar 1.1)

Berdasarkan uraian tersebut di atas. maka pemecahan permasalahan dapat didekati dengan menjawab dua pertanyaan adalah sebagai berikut:

(I) Apakah dengan kebijakan pengembangan perikanan tangkap dapat memberdayakan ekonomi masyarakat pesisir selatan Gorontalo yang optimal dan berkelanjutan ?

(30)

6

KONDISI SAATINI

Perikanan Tangkap:

- Sumberdaya manusia rendah - Annada penangkapan masih

berukuran dibawah 30 GT - HasH tangkapan rendah

Kebijakan pengembangan - Sarona dan prasarana pendnkung

perikanan tangkap lemah Sangat rendah

- Adanya penangkapan yang tidak ramah lingirungan

- Kerusakan habitat

セ@

Lemahnya pengawasan, pengendalian dan penegakan hukum dalam pengembangan perikanan tangkap

I

KONDISI MENDATANG

I

Masalah internal: jumlah penduduk, lapangan kerja dan peningkatan Pengembangan perikanan produksi

tangkap dalam rangka pemberdayaan ekonomi

Masalah eksternal: pertumbuhan masyarakat pesisir

ekonomi, pemerataan. peningkatan PAD dan kelestarian sumberdaya perikanan

I

Dukungan kebijakan pemerintah

I

セ@

Target: Kesejahteraan masyarakat, penyerapan tenaga kerja. pendapatan asli daerah, penerimaan devisa negara dan kelestarian sumberdaya perikanan

[image:30.622.88.517.110.749.2]
(31)

1.3 Tujuan Penelitian

(1) MentuOO altematif kebijakan pengembangan periOOan tangkap dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat peslsir selatan Gorontalo.

(2) Menentukan pola pengembartgan perikanan tangkajl yilllg dapat meningkatOO ptdduksi, keuntungan usaba, penyerllpan tenaga kelja, peningkatan pendapatan

Il.!lIi

daerab dan penerimaan devlsa n.gara dengan tetap ョャ・イゥQセ・エィ。エゥoo@

keiestarian sumberdaya perikanan.

(3) Menertfukan prioritas strategi pongeltlbangan periOOan

tlItigkaj!

yartg berhubungan dengan usaba

ー・BLゥョァォ。セ@

iOO di laut

baik

yang betskala keeH maupun besar.

1.4 Manraat Penelitian

(1) MemberiOO masuOO kepada Pemerintah Daerah Propin,i Oororttalo dan Departemen Kelautan dan PetiOOan dalam menentuOO keblJakan, pengembartgan perikanan tangkap.

(2) Penelitiah sebagai media

"ntuk

セ・イォ・ュ「。ョァ。ョ@ ilmu perigetlihuan, balk menemukart sesuatu yang baru atal1pi.tn ーセエエケ・ューオュ。。ョ@ pettgetahuan yang tetBh

ada.

(3) Dengan penelitian dapat mei1lbantU tnenjawah petsoalan-petstlatan yang dihadapi masyarakat pesisir, terutama yang berhubungan dengan pengembangan

(32)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kebijakan Pengembangan Perionao Tangkap

Kebijakan adalah keputusan yang dibuat pemerintah atau lembaga berwenang uotuk memecahkan masalah atau mewujudkan tujuan yang diinginkan masyarakat. Kebijakan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan keikutsertaan masyarakat dapat mempengaruhi keseluruhan proses kebijakan, mulai dari perumusan. peJaksanaan sampai pada penilaian kebijakan (Abidin, 2002).

Pengembangan diartikan sebagai usaha uotuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Artinya, kemajuan yang dicapai oleh masyarakat di bidang ekonomi. Dengan kata lain, bahwa menumbuhkan ekonomi yang berkaitan dengan mekanisme ekonomi, sosial, dan institusional, baik di sektor pemerintahan maupun swasta uotuk menciptakan perbaikan-perbaikan yang luas dan cepat dalam taraf kehidupan masyarakat (Tara, 2001).

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya

ikan

dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi. pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (UU No. 31 Tabun 2004).

Sejalan dengan apa yang hendak dicapai oleh pembangunan nasional tersebut, maka arab kebijakan dalam GBHN 1999 yang pokok adaIab:

(I) Menumbuhkan ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga terjamin kesempatan yang sarna dalam berusaha dan bekerja, perlindungan hak-hak konsumen serta perlakuan yang adil bagi seluruh masyarakat.

(2) Meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat yang berorientasi global sesuai kemajuan teknologi dengan membentuk dan membangun keunggulan komporatif berdasarkan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur.

(33)

1) Mengoreksi ketidaksempuma pasar dan mewujudkan persaingan sehat.

2) Mengupayakan kehidupan yang layak berdasarkan kemanusiaan yang adil bagi masyarakat.

3) Mengembangkan kebijakan makro dan mikro ekonomi secara terkoordinir dan sinergis, mengembangkan kebijakan fiskal dengan memperhitungkan prinsip transparan. disiplin, keadilan, efisiensi, efektifitas untuk menambah penerimaan negara, mengembangkan kebijakan industri, perdagangan, dan investasi dalam rangka meningkat daya saing global.

4) Memberdayakan pengusaha kedl, menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang konduktif dan peluang usaha yang seluas-luasnya. Bantuan fasilitas negara diberikan seeara efektif dalam bentuk perlindungan dari persaingan yang tidak sehat, pendidikan dan pelatihan, informasi bisnis dan teknologi, permodalan dan kesempatan berusaha.

Berkaitan dengan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, maka diperlukan adanya suatu kebijakan yang dapat ditempuh sehingga tujuan jangka panjang pemhangunan wilayah pesisir akan tercapai. Secara umwn, tujuan jangka panjang tersebut adalah:

(I) Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan usaha.

(2) Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan.

(3) Peningkatan kemampuan masyarakat pantai dalam pelestarian lingkungan. (4) Peningkatan pendidikan, latihan, riset serta pengembangan di wilayah pesisir dan

lautan.

(34)

\0

pembangunan

manusia.

Perbedaan

antara keduanya dimana pembangunan yang men&utamakan manusi. eli alaS

segal. sesuatu

merupokan paradigm. pembangunan (Chambers, 1991).

Perubahan

strukturaI

adaIah

perubahan

dari

ekonomi tradision.1 menuju ekonomi moderen yang berorientasi

poda

posar.

Dleb karena itu diperiukan pengalokasian swnberdaya, penguatan kelembogaan, penguatan tekoologi dan pembangunan swnberdaya manusi.. Sumodiningnlt (1999) menyatakan bahwa langkah-Iangkah yang periu diambil dalam mewujudkan kebijakan tersebut ada1ah sebagai berikut:

(I) Pemberian peluang atau akses yang lebih besar

kepada

aset produksi, yang paling mendasar ada1ah akses

pada

dana.

(2) Memperlruat pasisi ttansaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat.

(3) Meningkatkan pel.yanan pend'dikan dan kesehatan dalam rangka kualitas sumberday. manusia, disertai dengan upaya peningkatan gizi.

(4) Kebijakan pengembangan industri horus mengarah pada penguatan industri rakyat yang terkait dengan industri besar. Indushi rakyat yang berkembang menjadi industri-industri kedl dan menengah yang kuat harns menjadi tulang

punggung industri nasional.

(5) Kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong tombuhny. tenago kerja mandiri sebagai cikal bakal wirausaha bani yang nantinya berkembang menjadi

wirausaha kecil dan menengah yang kuat

dan

saling menunjang.

(6) Pemerataan pembangunan antar daerah. Ekonomi rakyat tersebut tersebar di seluruh penjuruh

tanah

air. oJeh karena

itu

pemerataan pembangunan daerah diharapkan mempengaruhi peningkatan pembangunan ekonomi rakyal

2.2 Pengembangan Usaha Perikao8n Tangkap

Pengembangan usaha perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia

(35)

diacu oleh Sultan, 2004). Dalam kegiatan perikanan I80gkap untuk dikembangkan di pantai selatan Gorontalo, ada beherapa aspek yang berpengaruh antara lain:

(I) Aspek biologi, berhubungan dengan sediaan sumbenlaya

ikan,

penyebarannya, komposisi ukuran hasil tangkapan dan jenis spesies.

(2) Aspek teknis, berhubungan dengan unit penangkapan, jumlah knpal, fasilitas penanganan di kapaI, fasilitas pendanItan dan fasilitas penanganan ikan di darat. (3) Aspek sosial, berkaitan dengan kelembagaan dan tenaga kerja serta dampak

usaha terhadap nelayan.

(4) Aspek ekonomi, berkaitan dengan hasil produksi dan pemasaran serta efisiensi biaya operasional yang berdarnpak kepada pendapatan bagi

stakeholder.

Usaha perikanan I80gkap adalah sebuah sistem yang terdiri dari berhagai elemen yang saling terkait dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pada lingkungan yang sangat kompleks. Manetsch dan Park (1977) yang diacu oleh Sultan ( 2004),

sistem didetinisikan sebagai suatu

gugus

dari elemen yang saling berhubungan

dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus

dari

tujuan-tujuan.

Apabila pengembangan perikanan di suatu wilayah perairan ditekw,kan pada

perluasan kesempatan kerja, maka teknologi yang perlu dikembangkan adaIah jenis unit penangi<apan ikan yang relatif dapat mnyerap tenaga ketja banyak, dengan pendapatan nelayan memadai (MoDinlja, 2000). Selanjutnya dikatakan bahwa untuk

memenuhi penyediaan protein masyarakat Indonesia, maka dipilih unit penangkapan

ikan yang memiliki pnxluktivitas serta produktivita neJayan per tabun tinggi, Damun

masih dapat dipertar.:ggungjawabkan secara biologis dan ekonomis.

Pengembangan jenis teknologi penangkapan

ikan

di Indonesia perlu diarahkan

agar dapat menunjang tujuan-tujuan pembangunan umum perikanan. apabiJa hal ini

dapat disepakati. maka syarat-syarat pengembangan teknologi penangkapan

Indonesia haruslah dapat:

(I) Menyediakan kesempatan kerja yang banyak.

(2) Menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan.

(36)

(4) Mendapatkanjenis ikan Iromoditi ekspor ataujenis ikan yang bisa diekspor. (5) Tidal< merosak kelestarian sumberdaya ikan.

12

Berdasarkan

skala usahanyo, perikanan pancing ulor

maupun

pukat cincin dapat dikelompokun menjadi perikanan rakyal maupun perikanan industri. Perikanan rakyat umumnya mempunyai skala

usaha

yang keeil, sarana

dan

prasarana penangkspan terbutas. Hal ini terutama disebubkan karena modal usaba yang dimiliki

terbatas.

Kegiatan penangkspan ikan dalam perikanan rakyat umumnya dilakukan secara tradisional. Dengan kondisi tersebut di alaS, maka produksi yang diperoleh

relatif rendah, daya penangkspan dan

pemasaran

sangat terbatas (Monintja ef 01., 2(01).

Perikanan industri pada umumnya memiliki modal

usaha

yang lebih besar. sarana dan prasarana lebih lengksp. Akibatnya produksi per upaya penangkapan lebih besar dibandingkan dengan perikanan rakyat. Dengan kondisi sarana yang lehih lengksp, mutu hasil tangkspan akan lebih baik dan dapat memenuhi persyaratan yang diminta oleh passe. tennasuk pasar ekspor. Dengan demikian, perikanan industri

diharapkan dapat:

mengemban misi negara yang secara

aktif

ikut

membangun perekonomian r.asional, meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat ( PT Usaha Mina, 2000).

2.3 KODsep Dasar Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan dalam pembangunan masyarakst selalu dihubungkan dengao konsep mandiri, partisipasi, jaringao kerja ill .. keadilan, yang pada dasaroya diletakan pada kekuatan tingkat individu dan sosial (Hikmat, 2(01). Pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh konttol individu terhadap

keadaan sosial, kekuatan politik dan hak-haknya menurut undang-undang (Rappaport, 1987).

McArdle (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan

keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan

tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui

(37)

usaha mereka sendiri dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung

pada

pertolongan dari hubungan ekstemal. Pemberdayaan adaIah

sebuah

pertanyaan tentang kesanggupan pemenuhan

kebutuhan

diri sendiri (payne, 1986).

Pemberdayaan merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka peningkatan eknnomi, yang pada akhimya dapat menciptakan pembangunan lebih terpusat pada!1lkyat. Strategi pemberdayaan meletakan partisipasi a1dif masyarakat ke dalam efektivitas, etisiensi dan sikap kemandirian. Pemberdayaan sebagai

salah

satu objek utama dalam partisipasi masyamkat (Paul, 1987). Selanjutnya, Craig dan Mayo (1995) menyatakan bahwa jaminan pembangunan berkelanjutan adaIah partisipasi masyamkat. Partisipasi masyamkat merupakan kanci dalam mengatasi masalah kemiskinan. Dengan cara ini, masyamkat kecil memperoleh keadilan, hak azasi manusia dan demokrasi (Clarke, 1991).

McArdle (1989) menyatakan bahwa pemberdayaan adalah partisipasi skiif dalam setiap proses pengamhilan keputusan. terutama didalam mencapai tujuan

probadi. Didalam mencapai tujuan pribadi hams memenuhi beberapa tahapan, yaitu:

identitikasi kebutuhan. identifikasi pilihan atau strategis, keputusan atau pilihan

tindakan, mobilisasi sumher-sumber d.m tindakan ito sendiri. Secara konservatif,

pengertian pemberdayaan dibatasi oleh situasi mandiri (Payne, 1986). Menurut pandangan ini, pemberdayaan memerlukan partisipasi skiifterhadap langkah-Iangkah di alas secara menyeluruh. Selanjutnya, Kotze (1987) menyatakan bahwa masyamkat miskin memiliki kcmampuan yang relatif baik untuk memperoleh sumber pendapatan

melalui kesempatan yang ada.

Secara khusus, pemberdayaan dilaksanakan melalui kegiatan kerja sarna dengan

para sukarelawan, seperti lembaga swadaya masyarakat (Clarke, 1991). Selenjutnya, partisipasi masyarakat melalui Icmbaga swadaya masyarakat merupakan kunci

partisipatif efektif untuk mengatasi masalah kemiskinan. Pemberdayaan dan

partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan

ekonomi, sosial dan transfonnasi budaya. Proses ini pada akhimya akan menciptakan

(38)

14

tenniskin melalui upaya pembangkitkan semangat hidup unluk dapat menolong diri

sendiri.

Perekonomian rakyat dan hajat hidup orang hanyak berkaitan dengan para pelaku ekonomi. Sedangkan sistem ekonomi yang melingkupi kegiatan ekonomi masyarakat adalah sistem ekonomi demokIasi. Perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat adalah usaha ekonomi yang menjadi somber penghasilan keluarga atau orang-perorang. Perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat berarti perekonomian nasional berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat secara luas dalam menjalankan roda perekonomian mereka sendiri (Sumodiningrat, 1999).

Pengemhangan masyarakat baik secara teoritis konsepsiona1 dan praktis opemsional merupakan realita yang telah teruji dalam sejarah pemhangunan nasional maupun internasional. Artinya,

sebagai

suatu paradigma pembangunan,

maka

pemhangunan masyarakat dihangun alas realita kehidupan masyarakat menjamin terwujud pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas masyarakat untuk berkembang dan untuk menghadapi perubaban-peruhahan yang senantiasa terjadi

dalam meningkatkan ikatan danjaJinan masyarakat sebagai

suatu sistem.

Pemberdayaan masyamkat adalah sebuah konsep pemhangunan ekonomi yang merangkum oilai-nilai sosial. Secara praktis upaya pengerahan sumberdaya untuk

mengemhangkan potensi ekonomi rakyat akan meningkatkan produktivitas rakyat sehingga baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam di sekitar keberadaan

rakyat dapat ditingkatkan produktivitasnya. Dengan demikian. rakyat dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai

tambah

ekonomis. Artinya, ーセュ「・イ、。ケ。。ョ@ tidak saja menumbuhkan dan

mengembangkan nilai

tambah

ekonomis, tetapi juga nilai tambah sosial dan nilai tambah budaya (Kartasasmita, 19%).

Sistem ekonomi yang baik bagi suatu masyarakat harns mampu menjadi aturan

main yang dipatuhi seluruh warga masyarakat

berdasarkan

moral dan budaya masyarakat yang bersangkutan (Mubyarto. 2(00). Menurut Alan Gruchy yang diacu oleh Mubyarto (2000) menyatakan bahwa kerangka pemikiran ekonomi
(39)

swasta yang bersifat oligopolistik, dan sektor swasta yang bersifat kompetitif. Karena ketiga

sektor ini tidak sama kekuatannya mw wajar

apabila pemerintah berusaha

menjamin dua hal adalah sebagai berikut:

(I) Mengalur agar sektor swasta yang oligopolistik tidal< terlalu kuat karena dapat menghancurkan yang lemah.

(2) Menciptakan iklim yang mendorong keljasama antara kelompok-kelompok

ekonomi lemah

dan

ekonomi

kuat.

Kegaga1an dan keherhasilan

program

pemherdayaan masyarakat ditentukan oleh kemampuan semua pihak yang terlibat dalam proses pengembangan masyarakat unlak memahami realitas masyarakat dan lingkungannya dengan sistern kepercayaan dan sistem nilai masyarakat tentang

arti

perubahan dan arti masa depan, serta

mindsescape masyamkat dalam helsikap dan herperilaku sena faktor-faktor yang

mempengaruhi peruhahan budaya (Winoto, 1977).

Secara konseptual program-pmgram pemberdayaan masyamkat pesisir memiliki potensi yang cukup kuat uotuk membantu

dan

mendorong perubahan struktural di dalam usaba perikanan tangkap dengan memperhatikan struktur sosia! budaya lokal dan kon..ekstual dengan kebutuhan masyarakat nelayan. Program pemberdayaan

harus menempatkan masyarakat pesisir sebagai subjek untuk berpartisipasi secara

penuh dalam kegiatan-kegiatan yang berbubungan dengan peningkatan ekonomi masyarakat (Kusnadi, 2003).

Sektor perikanan sebagai salah satu sektor yang menopang pertumbuhan

ekonomi diharapkan

ak.an

mampu berkembang, sehingga dapat meningkatkan lajo

kontribusinya terbadap ekonomi nasiona!. Dengan tantangan tersebut. tennasuk

uotuk mengatasi krisis moneter yang berkepanjangan dan peningkatan kesejahteraan rakyat . pertumbuhan sektor perikanan perlu mendapat perhatian dalam meningkatkan

ekonomi masyarakat. Riady (2000) menyatakan bahwa kebijakan dan program

pembangunan daerah diarahkan adalah sebagai berikut:

(I) Memulihkan kondisi sosial-ekonomi daerah yang terpuruk akibat krisis ekonomi.

(2) Memberdayakan daerah agar mampu melaksanakan otonomi daerah.

(40)

(4) Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. (5) Tersedianya kebutuhan akan pangan masyarakat.

16

(6) Ten:iptanya lapangan kClja bagi masyarakat yang terkena dampak krisis baik langsung maupun

tidal<

langsung.

(7) Tumbub dan berkemhangnya usaba kecil, menengah dan koperasi. (8) Tersedianya sumberdaya manusia yang berkuali ....

(9) Meningkatnya sumbangan

pendapatan

asli

daerah

dan investasi swasta.

(10) Meningkatnya p&rtisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.

Upaya pemulihan ekonomi dilaksanakan melalui berbagai program dan proyek pembangunan yang dialokasikan melalui dana umum dan dana khusus baik melalui pendekatan

sektoral

maupun perwilayahan, seperti: (I) Padat karya penanggulangan dampak kekeringan dan masalah ketenagakeJjaan, (2) Program penanggulangan pekeJja tnmIpil (P3l), (3) Program ABRI manunggul pertanian, (4) Pad&! karya

sektor kehutanan (P2KSK), (5) Program padat karya produktif sektor pekeJjaan umum, (6) Program pemberdayaan daerah dalam mengatasi dampak krisis ekonomi (PDM-DKE), (7) Pembangunan prasarana desa tertinggal (p3Dl), (8) Proyek peningkatan ketahanan pangan nasional melalui pemberdayaan petanilnelayan (PKPN-MPMP), dan (9) Program operasi

pasar

khusus (Riady, 2000).

Riady (2000) menyatakan bahwa untuk memberdayakan olonomi daerah menuju otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawah dilaksanakan upaya-upaya sehagai berikut:

(1) Penyiapan rencana lata ruang wilayah

dan

rencana manajemen pembangunan ekonomi yang didasarkan pada potensi dan kondisi nyata serta aspirasi

masyarakat setempal dengan tetap mempertimbangkan mekanisme

pasar.

(2) Pengembangan institusillembaga ekonomi dan keuangan yang didasarkan kepada

kebutuhan

nyata dengan mempertahankan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat untuk meningkatkan pelayanan kepada pelaku ekonomi di daerah. (3) Menggali sumber-sumber pendapatan daerah serta memberikan rangsangan bagi
(41)

(4) Meningkatkan sumberdaya manusia melalui penyiapan sistem pendidikan dalam rangka optimalisasi pemanfaatannya.

(5) Transformasi jiwa kewirausahaan dalam birokrasi pernerintahan, dengan pemerintah berfungsi sebagai fasilitator, katalisator, dinamisator, dan pelayanan masyarakat.

(6) Meningkatkan sarana dan prasarana ekonomi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

WiDoto (1997) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat harus dibangun di atas premis kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang meliputi:

(I) Premis mengenai sifat dan tingkab laku dalam masyarakat. Di dalam proses interaksi sosial. manusia umumnya berusaha untuk memperoleh manfaat bagi kehidupannya dan sekaligus mengurangi ketidakmenentuan dan resiko kehidupan yang dihadapi waJaupun banyak juga anggota masyarakat yang bersifat phyantropic.

(2) Premis tentang kehidupan organisasi. Pengelompokan sosial pada umumnya dilakukan untuk mengurangi ketidakmenentuan dan resiko kehidupan serta di daJam proses untuk mendapatkan akses terhadap sumberdaya masyarakat. (3) Premis tentang kebutuhan manusia dan masyarakat. Manusia mencari dan

berinteraksi dengan manusia lain melalui sistem masyarakat (Community

system) oleh karena didorong sifat alamiahnya. Pengelompokan yang bersifat

alamiah dan interaktif ini akan lebih penting daripada pengelompokan berdasarkan batasan geografis. Atas dasar ini masyarakat dipahami sebagai suatu sistem yang terjalin oleh karena adanya ikatan-ikatar:. niJai dan kepentingan akan kebutuhan ekspresi diri masyarakat dan kebutuhan akan pemenuhan aspirasi-aspirasi kehidupannya.

(42)

18

(5) Premis tentang keberhasilan dan kegagalan

program

dan proyek pemberdayaan masyarakat. Kegagalan dan keberbasilan pembongunan dan pemberdayaan masyarakat ditentukan oleh kemampuan semua pihak yang terlibot dalam

proses

pengembongan masyarakat untuk memabami reali... masyarakat dan Iingkunganoya dengan sistem kepercayaan dan sistem nilai masyarakat tentang arti pembahan dan arti masa depan dalam beJsikap dan betperilaku yang dapat mempengaruhi perubahan budaya.

2.4 800ial EkoDomi daD Budaya Masyarakat

Masyamkat pesisir memiliki kamkteristik sosial ekonomi yang berbeda dengan kelompok masyarakat industri atau kelompok laiMYa. Petbedaan ini disehabkan oleh keterkaitan yang era! terhadap karakteristik ekoMmi , ketersediaan sanma dan

prasarana sosial ekonomi maupun lalar belakang

budaya.

Keberlanjutan atau keherhasilan usaha perikanan sangat tergantung pada kondisi lingkungan, khususnya air. Keadaan ini berimplikasi

pada

kondisi

kehidupan sosial ekonomi masyarakar pesisir. Kehidupan masyarakat pesisir menjadi

sangat tergantung pada kondisi Iingkungan dan sangat rentan terhadap

kerusakan

lingkungan. khususnya pencemaran, karena dapat menggoncang sendi-sendi

kehidupan sosial ekonomi masyarakat

tersebut.

Masyarakat pesisir memiliki

karakteristik

tertentu yang sangat erat kaitannya

dengan sifat usaha di bidang

perikanan

yang merupakan mala peneaharian utama, seperti: faktor lingkungan, musim dan

pasar.

Adiwibowo (1995) menyatakan bahwa masyarakat pesisir dopat dipandang sebagai suatu sistem sosial yang kehidupan segenap anggota-anggotanya

tergantung sebagian atau sepenuhnya pada kelimpahan sumberdaya pesisir dan

lautan

Musim sangat menentukan kondisi sosial ekonomi masyarakat neJayan. karena

musim merupakan faktor penentu untuk melaut. Pada musim penangkapan

para

nelayan sangat sibuk melaut, sedangkan pada musim paceklik kegiatan melaut

berkurang akibatnya banyak pengangguran. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir secara umum dan masyarakat nelayan

(43)

khususnya. Di saat tertentu mereka mampu membeli 「。イ。ョァセァ@ yang mahal.

seperti kursi-meja, lemari, dan sebagainya. Sebaliknya, poda musim paceldik pendapatan men:kn menurun drastis, sehinll88 kehidupannya juga semakin buruk

Karakteristik lain dari usaba perikanan yang dilakukan oleb masyanlkat pesisir adalah ketergantungan padn

pasar.

Hal ini disebabkan knmnditas yang dihasilkan horus segera dijual tidak bisa disimpan knrena URtuk memenuhi kebutuhan sehari-bari keluarganya. Karakteristik tersebut mempunyai implikasi yang sangat peoting yakni

masyarakat perikanan sangat peke terhadap barga, dimana perubaban barge sangat

mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan.

Karakteristik nelayan selain dicirikan dengan peralatan yang sederbana juga modal yang digunakan sanga! terbatas. Hal tersebut berakibat produksi

basil

tangkapan sedikit sehinll88 pendapatan yang diterima

rendah.

Implikasinya adalah kemampuan menabung atau menyisihkan

pendapatan

untuk investasi sangat rendah. dengan demikian posisi tawar nelayan tidak menguntungkan dalam

hal

penjualan produksinya. Disisi ャ。ゥョセ@ nelayan tidak

dapat menentukan

harga k

Gambar

Gambar 1.1 Rumusan Masalah Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penelitian Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap Dalam Rangka Pemberdayaan
Tabel 4.1 Tabel Input - Outpul
Tabel 5.6 Banyaknya Sekolah, Murid, dan Guru di Propinsi Gnrontalo Tahun 2001
+7

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah kebijakan yang diperlukan dalam pengelolaan perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu adalah (1) konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove, (2) pengaturan

Berdasarkan pendekatan optimasi pengembangan perikanan tangkap di perairan Selatan Jawa Barat dapat dirumuskan suatu model umum yang dinamakan BANGKAKAP untuk

Prioritas strategi kebijakan yang perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Pacitan untuk pengembangan perikanan tangkap di wilayahnya adalah : (1) mendatangkan pemilik

PUKAT CINCIN PEKALONGAN DALAM KERANGKA/. KEBIJAKAN PERIKANAN TANGKAP DI LAUT

Langkah-langkah kebijakan yang diperlukan dalam pengelolaan perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu adalah (1) konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove, (2) pengaturan

PUKAT CINCIN PEKALONGAN DALAM KERANGKA/. KEBIJAKAN PERIKANAN TANGKAP DI LAUT

Tabel 1, menjelaskan peluang yang dapat dilihat dalam pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan ini, sudah adanya investor yang mulai melirik

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan pengembangan subsektor perikanan tangkap di pesisir