• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Tanah Mineral Masam Dan Tanaman Caisim (Brassica Juncea) Terhadap Pemberian Abu Dasar (Bottom Ash) Dan Kompos Kotoran Sapi Sebagai Amelioran Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Tanah Mineral Masam Dan Tanaman Caisim (Brassica Juncea) Terhadap Pemberian Abu Dasar (Bottom Ash) Dan Kompos Kotoran Sapi Sebagai Amelioran Tanah"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON TANAH MINERAL MASAM DAN TANAMAN CAISIM (Brassica juncea) TERHADAP PEMBERIAN ABU DASAR

(BOTTOM ASH) DAN KOMPOS KOTORAN SAPI SEBAGAI AMELIORAN TANAH

RIKA YAYU AGUSTINI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respon Tanah Mineral

Masam dan Tanaman Caisim (Brassica juncea) Terhadap Pemberian Abu Dasar

(Bottom Ash) dan Kompos Kotoran Sapi Sebagai Amelioran Tanah adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2016

Rika Yayu Agustini

(4)

RINGKASAN

RIKA YAYU AGUSTINI. Respon Tanah Mineral Masam dan Tanaman Caisim (Brassica juncea) terhadap Pemberian Abu Dasar (Bottom Ash) dan Kompos

Kotoran Sapi sebagai Amelioran Tanah. Dibimbing oleh ISKANDAR DAN

SUDARSONO.

Abu dasar dan kompos kotoran sapi merupakan bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan amelioran untuk memperbaiki kualitas tanah-tanah mineral masam. Abu dasar dan kompos kotoran sapi dapat memperbaiki sifat-sifat kimia tanah, seperti meningkatkan pH tanah, serta menambah ketersediaan hara makro dan mikro pada tanah. Akan tetapi, pemanfaatan abu dasar dibatasi oleh PP No. 101 Tahun 2014 yang menggolongkan abu dasar ke dalam limbah B3. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap perbaikan sifat kimia tanah mineral masam serta kadar logam berat dalam tanah dan tanaman caisim, menguji kelayakan abu dasar sebagai bahan amelioran tanah.

Penelitian dilakukan di rumah kaca dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah umur abu dasar, yaitu abu segar, 4 bulan dan 2 tahun. Faktor kedua adalah dosis abu dasar, yaitu 0, 40 dan 80 ton/ha dan faktor ketiga adalah dosis kompos kotoran sapi, yaitu 0 dan 10 ton/ha. Media tanam yang digunakan seberat 3 kg tanah kering udara/pot. Pada masing-masing percobaan diberikan ulangan sebanyak tiga kali sehingga secara keseluruhan terdapat 54 pot percobaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi dapat meningkatkan nilai pH, N-total, P-tersedia dan kation-kation dapat dipertukarkan (K, Na, Ca dan Mg) serta meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kadar N, P, K, Ca, Mg tanaman caisim. Pemberian abu dasar 40 dan 80 ton/ha berpengaruh terhadap peningkatan kadar Pb, Cd dan Co tanah, tetapi tidak ditemukan peningkatan kadar Pb dan Co pada tanaman. Sementara kompos kotoran sapi 10 ton/ha berpengaruh terhadap peningkatan kadar Cd dalam tanah dan tanaman. Akan tetapi, pada seluruh perlakuan kadar logam berat yang ditemukan tergolong rendah.

(5)

SUMMARY

RIKA YAYU AGUSTINI. Response of Acid Mineral Soil and Mustard (Brassica

juncea) to Addition of Bottom Ash and Cow Manure Compost as Soil

Ameliorant. Supervised by ISKANDAR and SUDARSONO.

Bottom ash and cow manure compost can be used as soil ameliorant to improve the quality of acid mineral soil. Bottom ash and cow manure compost can improve the soil chemical properties, such as increasing pH and the levels of nutrients availability in the soil. However, the utilization of bottom ash are limited by Government of Indonesia Regulation No. 101/ 2014 which classifies it as B3 waste (hazardous and toxic substances). The aims of this study were to assess the effects of bottom ash and cow manure compost application on the improvement of soil chemical characteristic as well as the levels of heavy metals in soils and mustard.

This study was conducted in greenhouse using a Factorial Completely Randomized Design. The first factor was the age of bottom ash (fresh, 4 months and 2 years), the second factor was the dose of bottom ash (0, 60 and 120 g/ pot, equivalent to 0, 40 and 80 tons/ha) and the third factor was the dose of cow manure compost (0 and 15 g/pot, equivalent to 0 and 10 tons/ha). Media used was 3 kg air dried soil/pot, so overall there are 54 pot experiments.

The results showed that the application of bottom ash and cow manure compost increased the soil pH, total-N, available-P and exchangeable cations (K, Na, Ca and Mg) as well as increased growth, yield and N, P, K, Ca, Mg content of mustard. The addition of bottom ash 40 and 80 tons/ha increased levels of Pb, Cd and Co of the soil, but not with Pb and Co at the plants. While the cow manure compost 10 tons/ha increased level of Cd in soils and plants. However, the whole treatments on the plants and soils showed that the level of heavy metal was classified as low.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agroteknologi Tanah

RESPON TANAH MINERAL MASAM DAN TANAMAN CAISIM

(

Brassica juncea

) TERHADAP PEMBERIAN ABU DASAR DAN

KOMPOS KOTORAN SAPI SEBAGAI AMELIORAN TANAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Respon Tanah Mineral Masam dan Tanaman Caisim (Brassica juncea) terhadap Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi

Sebagai Amelioran Tanah”.

Terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dr Ir Iskandar dan Prof. Dr Ir Sudarsono, M.Sc selaku komisi pembimbing yang dengan ikhlas dan sabar memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi selama penelitian.

Penghargaan dan ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada : 1. PLTU Paiton atas bantuan dana penelitian yang diberikan.

2. Dr Ir Untung Sudadi, M.Sc selaku penguji luar komisi

3. Mamah dan Bapak serta seluruh keluarga yang telah memberikan pengertian, do’a serta dukungan selama ini

4. Teman-teman Agroteknologi Tanah yang telah membantu dan memberi

semangat.

Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Rika Yayu Agustini

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xiiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Bahan dan Alat 3

Karakteristik Kimia Abu Dasar 3

Karakteristik Kompos Kotoran Sapi 4

Prosedur Penelitian 5

Pelaksanaan Penelitian 5

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap

Sifat Kimia Tanah 8

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Dosis Kompos Kotoran Sapi

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim 15

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap

Kadar Hara Tanaman Caisim 18

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap

Kandungan Logam Berat dalam Tanah dan Tanaman Caisim 19

Pembahasan Umum 23

KESIMPULAN DAN SARAN 24

Kesimpulan 24

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 28

(12)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik kimia abu dasar PLTU Paiton 3

2 Kadar logam berat total abu dasar PLTU Paiton 4

3 Karakteristik kompos kotoran sapi 4

4 Kombinasi perlakuan abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi 5

5 Parameter yang diukur dan metode pengukuran pada analisis tanah

dan tanaman 6

6 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos

kotoran sapi terhadap pH tanah 8

7 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos

kotoran sapi terhadap H-dd tanah 10

8 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos

kotoran sapi terhadap P-tersedia tanah 11

9 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos

kotoran sapi terhadap Na-dd tanah 13

10 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos

kotoran sapi terhadap KTK tanah 15

11 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap tinggi tanaman pada 14 hst, 21 hst dan 28 hst 16 12 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos

kotoran sapi terhadap terhadap bobot basah tanaman caisim 17

13 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar N, P, K, Ca dan Mg dalam tanaman

caisim 18

14 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos

kotoran sapi terhadap kadar Pb, Cd dan Co dalam tanah 19

15 Batasan kadar logam berat dalam tanaman 20

16 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos

kotoran sapi terhadap kadar Pb, Cd dan Co dalam daun caisim 21

17 Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar Pb, Cd dan Co dalam

akar 22

DAFTAR GAMBAR

1 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis

kompos kotoran sapi terhadap Al-dd tanah 9

2 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis

kompos kotoran sapi terhadap N-total tanah 11

3 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis

kompos kotoran sapi terhadap K-dd tanah 12

4 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis

kompos kotoran sapi terhadap Ca-dd tanah 13

5 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sifat-sifat kimia tanah pada percobaan abu dasar dengan

perbedaan umur simpan dan kompos kotoran sapi dengan

indikator tanaman caisim 28

2 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap pH tanah 29

3 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Al-dd tanah 29

4 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap H-dd tanah 30

5 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap C-organik tanah 30

6 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos

kotoran sapi terhadap C-organik tanah 30

7 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap N-total tanah 31

8 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap P-tersedia tanah 31

9 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap K-dd tanah 31

10 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Na-dd tanah 32

11 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Ca-dd tanah 32

12 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Mg-dd tanah 32

13 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap KTK tanah 33

14 Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar segar dosis 0, 40

dan 80 ton/ha (tanpa kompos kotoran sapi) 34

15 Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar 4 bulan dosis 0,

40 dan 80 ton/ha (tanpa kompos kotoran sapi) 34

16 Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar 2 tahun dosis 0,

40 dan 80 ton/ha (tanpa kompos kotoran sapi) 35

17 Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar segar dosis 0, 40

dan 80 ton/ha dan kompos kotoran sapi 10 ton/ha 35

18 Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar 4 bulan dosis 0,

40 dan 80 ton/ha dan kompos kotoran sapi 10 ton/ha 36

19 Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar 2 tahun dosis 0,

40 dan 80 ton/ha dan kompos kotoran sapi 10 ton/ha 36

20 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap tinggi tanaman 14 hst 37

21 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap tinggi tanaman 21 hst 37

Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

(14)

22 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap jumlah daun 14 hst 38

23 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap jumlah daun 21 hst 38

24 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap jumlah daun 28 hst 38

25 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap jumlah daun pada 14 hst, 21 hst dan 28 hst 39

26 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap panjang akar tanaman 39

27 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos

kotoran sapi terhadap panjang akar tanaman caisim 40

28 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap bobot basah tanaman 40

29 Kadar hara daun tanaman caisim pada percobaan abu dasar

dengan perbedaan umur simpan dan kompos kotoran sapi 41

30 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Nitrogen tanaman 42

31 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Fosfor tanaman 42

32 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Kalium tanaman 43

33 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Kalsium tanaman 43

34 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Magnesium tanaman 43

35 Kadar logam berat dalam tanah, daun dan akar tanaman caisim pada percobaan abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan

kompos kotoran sapi 44

36 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Pb tanah 45

37 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Cd tanah 45

38 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Co tanah 46

39 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Pb tanaman 46

40 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

kotoran sapi terhadap Cd tanaman 47

41 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PLTU Paiton merupakan salah satu pembangkit listrik tenaga uap di Indonesia yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Penggunaan batubara menghasilkan produk akhir sekitar 5% limbah padat, yaitu berupa abu terbang (80-90%) dan abu dasar (10-20%). PLTU Paiton menggunakan batubara sekitar 220.000 ton/bulan, sehingga rata-rata abu batubara yang dihasilkan yaitu sekitar 8.800 ton/bulan dalam bentuk abu terbang (fly ash) dan 2.200 ton/bulan

dalam bentuk abu dasar (bottom ash). Abu dasar dan abu terbang secara

bersama-sama sering juga disebut sebagai abu batubara (coal ash). Dalam Ringkasan

Kinerja Pengelolaan Lingkungan dan CSR PLTU Paiton tahun 2013 dijelaskan bahwa abu terbang sudah dimanfaatkan sekitar 99,14% oleh industri semen dan

readymix, sementara abu dasar belum dimanfaatkan dan hanya tertumpuk di landfill.

Pemanfaatan abu batubara di Indonesia terikat oleh Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 yang menggolongkan abu batubara, baik abu terbang maupun abu dasar sebagai salah satu limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Peraturan tersebut menyebabkan abu batubara, terutama abu terbang terbatas digunakan pada bidang konstruksi. Sementara itu, penelitian mengenai pemanfaatan abu dasar belum banyak dilakukan dibandingkan dengan abu terbang, khususnya dalam bidang pertanian.

Penelitian rumah kaca yang dilakukan oleh Sell dan Introsh (1989) menunjukkan bahwa abu dasar bermanfaat sebagai bahan amelioran dan tidak ditemukan efek yang merugikan untuk tanah, tanaman dan lingkungan. Unsur yang terkandung dalam abu dasar sangat tergantung pada jenis dan sumber batubara. Abu dasar mengandung unsur hara makro (P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn dan Cu) yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman (Park et al. 2012).Selain mengandung berbagai unsur hara,

abu batubara juga mengandung logam-logam berat, seperti Pb, Cd, Cr dan Ni dalam jumlah bervariasi (Iskandar et al. 2008). Akan tetapi, hasil penelitian yang

dilakukan oleh James et al. (2012) menyatakan bahwa abu dasar memiliki kadar

logam berat yang lebih rendah dibandingkan dengan abu terbang.

Di Finlandia, abu dasar dapat digunakan sebagai pupuk pada tanaman hortikultura dan tanaman kehutanan selama kandungan logam berat dalam abu dasar berada dibawah jumlah yang ditetapkan oleh pemerintah (Kuokkanen 2006). James et al. (2012) menyatakan bahwa abu dasar potensial untuk digunakan

sebagai bahan pembenah tanah, media pertumbuhan tanaman, pemupukan dan bahan penetralisir kemasaman tanah. Pemberian abu batubara dapat meningkatkan pH tanah, kandungan P-tersedia dan ketersediaan kation basa pada tanah gambut (Iskandar et al. 2008). Nilai pH tanah sangat berpengaruh terhadap mobilitas dan

kelarutan logam esensial dan non esensial di dalam tanah (Haynes 2009).

Bahan amelioran lain yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah adalah bahan organik. Bahan organik mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada

berbagai tahapan dekomposisi. Bahan organik mempunyai banyak peranan

terutama dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Simanungkalit et

(16)

P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn dan Fe) yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan tanah marginal. Kotoran sapi merupakan salah satu bahan organik yang dapat digunakan sebagai amelioran tanah. Suharyani et al. (2012) menyatakan bahwa bahan organik yang berasal dari

kotoran sapi akan berpengaruh terhadap penurunan fiksasi P, sehingga meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah.

Abu dasar masih sangat potensial untuk dimanfaatkan pada tanah-tanah mineral masam sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan produktifitas lahan pertanian. Inceptisols merupakan jenis tanah yang memiliki kesuburan relatif rendah dengan pH yang masam (sekitar 4,5) serta kejenuhan basa dari rendah sampai sedang (Sudirja et al. 2007). Inceptisols menempati sekitar 40% atau

70,52 juta ha dari luas total daratan di Indonesia (Puslitbangtanak 2003) dan dapat diupayakan sebagai perluasan lahan pertanian. Pemberian abu dasar pada Inceptisols diharapkan dapat memperbaiki kualitas kimia, sedangkan kompos diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanahnya. Akan tetapi, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan abu dasar adalah batas asupan logam berat pada tanah dan tanaman. Kandungan logam berat di dalam abu dasar yang diaplikasikan ke tanah dan diserap oleh tanaman akumulator logam berat penting untuk diketahui. Tanaman caisim (Brassica juncea) merupakan tanaman

yang banyak dibudidayakan serta dikonsumsi oleh masyarakat luas yang mempunyai sifat hiperakumulator logam berat.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui respon tanah mineral masam Inceptisols dan tanaman caisim terhadap pemanfaatan abu dasar dan kompos kotoran sapi. Ruang lingkup penelitian ini adalah abu dasar dan kompos kotoran sapi sebagai amelioran tanah dalam peranannya memperbaiki sifat-sifat kimia pada tanah mineral masam dan tingkat kandungan logam berat dalam abu dasar yang diserap serta produksi tanaman caisim.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap perbaikan sifat kimia tanah mineral masam serta tingkat serapan logam berat dan pengaruhnya terhadap produksi tanaman caisim serta menguji kelayakan abu dasar sebagai bahan amelioran tanah.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

(17)

3

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah abu dasar batubara dari PLTU Paiton dengan perbedaan umur simpan (abu dasar segar diambil dari silo, abu dasar berumur 4 bulan dan 2 tahun diambil langsung dari tumpukan di

landfill), kompos kotoran sapi, benih caisim, bahan tanah Inceptisols Dramaga,

Urea, serta bahan-bahan kimia untuk analisis. Alat yang digunakan di rumah kaca diantaranya adalah pot plastik, hand sprayer, tray, sekop, mistar, buku catatan,

kamera, serta peralatan laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman seperti timbangan, oven, shaker, sentrifuse, alat-alat gelas, spectrophotometer, flamephotometer, AAS dan alat-alat lain yang diperlukan.

Karakteristik Kimia Abu Dasar PLTU Paiton pH dan Kadar Oksida-oksida

Abu dasar segar yang diambil langsung dari silo memiliki karakteristik kimia yang hampir sama dengan abu dasar yang sudah ditumpuk 4 bulan dan 2 tahun di landfill (Tabel 1). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian abu terbang

yang dilakukan oleh Iskandar et al. (2013) bahwa semakin lama ditumpuk di landfill, pH dan kandungan kation-kation dalam abu terbang semakin menurun.

Hal ini diduga berkaitan dengan ukuran partikel abu dasar yang lebih kasar dibandingkan abu terbang, sehingga tidak berpengaruh terhadap tingkat pencucian yang tinggi. Haynes (2009) juga menyatakan bahwa tipe batubara yang digunakan selama proses pembakaran menentukan karakteristik kimia abu dasar yang dihasilkan. Pada abu dasar segar, berumur 4 bulan dan 2 tahun tidak menunjukkan perbedaan pH, yaitu berkisar 6,60 - 6,90. Nilai pH pada abu dasar sebagian besar ditentukan oleh komposisi bahan induk batubara. Haynes (2009) menyatakan bahwa tipe batubara yang digunakan selama pembakaran dan kandungan sulfur dalam abu batubara menentukan nilai pH abu batubara. Karakteristik kimia abu dasar PLTU Paiton disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik kimia abu dasar PLTU Paiton

(18)

Kadar Logam Berat Total

Hasil pengukuran kadar logam berat Pb, Cd, Co, Cr, Ni, As dan Hg dalam abu dasar menunjukkan kadarnya masih dalam batas normal kadar logam berat dalam tanah. Kadar Pb, Cd, Co, Cr dan Ni tertinggi pada abu dasar terdapat pada abu dasar berumur 2 tahun, akan tetapi apabila dibandingkan dengan data dari Alloway (1995) kadar tersebut tergolong kedalam batas normal kadar logam berat dalam tanah. Kadar total logam berat dalam abu dasar disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kadar logam berat total abu dasar PLTU Paiton

Logam

Berat Umur Kadar dalam tanah*

)

Kotoran sapi merupakan salah satu bahan organik yang banyak digunakan untuk dijadikan kompos. Pengomposan bertujuan untuk mendekomposisi bahan organik segar menjadi bahan yang menyerupai humus. Pada proses pengomposan, bahan organik dirombak secara biofisiko-kimia yang melibatkan aktivitas dari mikroba dan mesofauna. Simanungkalit et al. (2006) menjelaskan bahwa

karakteristik umum dari kompos yaitu mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan unsur hara secara lamban (slow release) dan dalam jumlah terbatas, serta mempuyai fungsi utama memperbaiki

kesuburan tanah. Karakteristik kompos kotoran sapi yang digunakan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik kompos kotoran sapi

Parameter Metode Hasil

Kadar air (%) Gravimetri 23,74

C-total (%) CNS-Analyzer 12,80

(19)

5

Prosedur Penelitian

Penelitian rumah kaca dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah umur abu dasar (segar, 4 bulan dan 2 tahun). Faktor kedua adalah dosis abu dasar dengan tiga taraf yaitu 0, 60 dan 120 gram/pot (setara dengan 0, 40 dan 80 ton/ha) dan faktor ketiga adalah dosis kompos kotoran sapi dengan dua taraf yaitu 0 dan 15 gram/pot (setara dengan 0 dan 10 ton/ha). Media tanam yang digunakan seberat 3 kg tanah kering udara/pot. Pada masing-masing percobaan diberikan ulangan sebanyak tiga kali sehingga secara keseluruhan terdapat 54 pot percobaan. Perlakuan untuk percobaan di rumah kaca disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kombinasi perlakuan abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi

Perlakuan Umur abu dasar Dosis abu dasar (gram/ pot) Dosis kompos kotoran sapi (gram/ pot)

Keterangan : T menunjukkan umur abu dasar; A menunjukkan dosis abu dasar; dan K menunjukkan dosis kompos kotoran sapi

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Bahan Amelioran

(20)

2. Persiapan Media Tanam

Permukaan tanah di lapangan dibersihkan dari sisa tanaman dan diambil sampai kedalaman 20 cm. Tanah dikeringudarakan, dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan 5 mm dan ditimbang seberat 3 kg bobot kering udara, dilanjutkan dengan pencampuran tanah dengan amelioran. Tanah dan amelioran dicampur homogen, kemudian dimasukan ke dalam pot. Tanah yang diberi perlakuan kemudian diinkubasi selama 7 hari.

3. Persemaian

Persemaian dilakukan menggunakan tray. Media semai terdiri dari tanah dan

pupuk organik yang halus dengan perbandingan 2:1. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore dengan menggunakan handsprayer. Setelah persemaian

berumur 2 minggu, bibit dipindahkan ke pot penelitian.

4. Penanaman

Bibit tanaman caisim yang digunakan dari persemaian dipilih secara homogen yang dilihat dari tinggi dan jumlah daun. Penanaman dilakukan pada media pot setelah masa inkubasi selesai. Satu tanaman untuk masing-masing pot. Pemindahan bibit ke pot ini dihitung sebagai hari awal penelitian.

5. Penyiraman

Untuk mempertahankan kondisi air sesuai dengan kebutuhan tanaman caisim pada masing-masing pot, penyiraman dilakukan setiap hari sekali dan diusahakan kadar air tetap pada kondisi kapasitas lapang.

6. Parameter Analisis

a. Parameter vegetatif seperti tinggi tanaman dan jumlah daun diukur dari minggu kedua, ketiga dan keempat setelah tanam. Pada minggu ke-4 pada masa pemanenan diukur panjang akar dan berat basah tanaman. Metode analisis yang digunakan untuk setiap parameter pertumbuhan dan produksi tanaman caisim disajikan pada Tabel 5.

b. Analisis tanah dan tanaman dilakukan setelah 4 minggu untuk mengetahui sifat kimia tanah setelah percobaan meliputi pH, Al-dd, H-dd, C-organik, N-total, KTK, P-tersedia, K, Ca, dan Mg yang dapat dipertukarkan. Analisis total kadar tanaman meliputi N, P, K, Ca, Mg. Analisis kandungan logam berat meliputi Pb, Cd, dan Co dilakukan pada tanah, daun dan akar tanaman. Metode analisis yang digunakan untuk setiap parameter kimia tanah dan kadar hara daun disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Parameter yang diukur dan metode pengukuran pada analisis tanah dan tanaman

Parameter Satuan Metode / Alat ukur

(21)

7

Parameter Satuan Metode / Alat ukur

Al-dd dan H-dd cmol(+).kg-1 Ekstrak KCl 1 M dititrasi dengan NaOH

kemudian direaksikan dengan NaF, dan dititrasi dengan larutan HCl

KTK cmol(+).kg-1 Ekstrak NH

4OAc 1 N pH 7

Analisis tanaman

N % Pengabuan basah dengan H2SO4 dan H2O2,

hasil diukur dengan cara destilasi

P % Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan

HClO4. Ekstrak diukur menggunakan

spectrophotometer

K % Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan

HClO4. Ekstrak diukur menggunakan

flamephotometer

Ca dan Mg % Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan

HClO4. Ekstrak diukur menggunakan AAS

Analisis logam berat

Pb, Cd, Co ppm Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan

HClO4. Ekstrak diukur menggunakan AAS

Analisis pertumbuhan

Tinggi tanaman cm Menggunakan meteran, diukur dari

pangkal batang/permukaan tanah sampai ujung batang

Jumlah daun helai Dihitung banyaknya jumlah daun

pertanaman Analisis produksi

Panjang Akar cm Menggunakan mistar, diukur dari pangkal

batang sampai ujung akar

Berat Basah gr Menggunakan timbangan digital

Keterangan : dd = dapat dipertukarkan

Analisis Data

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap Sifat Kimia Tanah

Pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap sifat kimia tanah yang meliputi pH, Al-dd, H-dd, C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, Na-dd, Ca-dd dan Mg-dd serta KTK disajikan pada Lampiran 1.

pH Tanah

Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi disajikan pada Tabel 6, sedangkan hasil analisis ragam pada Lampiran 2 yang menunjukkan bahwa dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan nilai pH tanah.

Tabel 6 Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap pH tanah paling nyata dalam meningkatkan pH tanah. Oklima (2013) menjelaskan bahwa semakin tinggi dosis abu batubara yang diberikan maka semakin tinggi pengaruhnya dalam peningkatan pH tanah. Selain itu Muse dan Mitchell (1995) yang meneliti mengenai perbandingan dari pemberian kapur dengan abu dasar batubara menyatakan bahwa abu dasar batubara lebih efektif dan cepat dalam menaikkan pH pada tanah masam.

Abu dasar dapat meningkatkan pH tanah karena mengandung CaO dan MgO, sehingga menunjukkan daya netralisasi yang cukup besar. Kemampuan pengapuran atau daya netralisasi dari abu dasar tergantung pada sumber dan proses pelapukannya. Sementara, bahan organik yang telah terdekomposisi dapat meningkatkan aktivitas ion OH- yang berasal dari gugus hidroksil sehingga ion

(23)

9

Kemasaman yang dapat ditukar (Al-dd dan H-dd)

Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap Al-dd tanah disajikan pada Gambar 1, sedangkan hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap penurunan kadar Al-dd tanah serta ada interaksi dari ketiga perlakuan. Pada dosis tertinggi, baik umur abu dasar, dosis abu dan dosis kompos kotoran sapi mampu menurunkan kadar Al-dd dalam tanah Inceptisols dari 1,21 cmol(+).kg-1 menjadi 0,00 cmol(+).kg-1. Akan tetapi, pemberian dosis abu

dasar 80 ton/ha tanpa kompos kotoran sapi (T2A2K0) memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan abu dasar dan kompos kotoran sapi (T0A2K1, T1A2K1 dan T2A2K1).

Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 5% menurut uji DMRT. T0, T1, T2 = abu dasar dengan umur segar, 4 bulan, 2 tahun; A0, A1, A2 = dosis abu dasar 0, 40, 80 ton/ha; K0, K1 = dosis kompos kotoran sapi 0, 10 ton/ha.

Gambar 1 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap Al-dd tanah

(24)

Tabel 7. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran

Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar C-organik tanah serta hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian ketiga perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap C-organik tanah.

C-organik merupakan indikator yang menentukan tingkat kesuburan tanah. Bradshaw dan Chadwick (1980) menjelaskan bahwa abu batubara mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman kecuali C-organik dan Nitrogen. Sementara, pemberian kompos kotoran sapi juga tidak berpengaruh nyata dalam peningkatan kadar C-organik tanah. Hasil penelitian menunjukkan kadar C-organik yang diperoleh yaitu 1-2%. Berdasarkan Balai Penelitian Tanah (2012) kadar C-organik 1-2% termasuk rendah.

N-total

(25)

11

Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 5% menurut uji DMRT. T0,T1,T2 = abu dasar dengan umur segar; 4 bulan; 2 tahun; A0, A1, A2 = dosis abu dasar 0; 40; 80 ton/ha; K0, K1 = dosis kompos kotoran sapi 0; 10 ton/ha

Gambar 2 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap N-total tanah

P-tersedia

Pengaruh pemberian umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar P-tersedia tanah disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 8. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap P-tersedia tanah

(26)

Penelitian yang dilakukan oleh Shen et al. (2007) mengindikasikan bahwa

kandungan fosfor dalam abu batubara lebih tersedia di dalam tanah, sehingga lebih mudah diserap oleh tanaman. Sedangkan, bahan organik khususnya yang berasal dari kotoran hewan berpengaruh terhadap penurunan fiksasi P, sehingga akan meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah (Suharyani et al. 2012).

Kation-kation yang dapat dipertukarkan a) Kalium dapat dipertukarkan (K-dd)

Pengaruh pemberian umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar K-dd tanah disajikan pada Gambar 3. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 9.

Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 5% menurut uji DMRT. T0,T1,T2 = abu dasar dengan umur segar; 4 bulan; 2 tahun; A0, A1, A2 = dosis abu dasar 0; 40; 80 ton/ha; K0, K1 = dosis kompos kotoran sapi 0; 10 ton/ha

Gambar 3 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap K-dd tanah

Pemberian ketiga perlakuan, yaitu perbedaan umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap peningkatan kadar K-dd tanah (Gambar 3) serta ada interaksi. Kompos kotoran sapi dengan dosis 10 ton/ha dengan abu dasar berumur 2 tahun di landfill

dengan dosis 80 ton/ha (T2A2K1) dan 40 ton/ha (T2A1K1) meningkatkan kadar K-dd tanah dari 1,16 cmol(+).kg-1 (tanpa perlakuan) menjadi 3,51 cmol(+).kg-1,

sedangkan perlakuan kompos kotoran sapi 10 ton/ha tanpa abu dasar (T2A0K1) meningkatkan kadar K-dd tanah menjadi 3,59 cmol(+).kg-1.

Penggunaan dosis abu dasar 40 ton/ha memberikan pengaruh yang sama dengan pemberian dosis abu dasar 80 ton/ha dalam meningkatan kadar K-dd tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu dasar yang berumur 2 tahun di

landfill lebih mudah melepaskan unsur kalium dibandingkan dengan abu dasar

(27)

13

b) Natrium dapat dipertukarkan (Na-dd)

Pengaruh pemberian abu dasar batubara dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar Na-dd tanah disajikan pada Tabel 10, sedangkan hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar Na-dd tanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos kotoran sapi dan abu dasar yang berumur 2 tahun di landfill memberikan pengaruh paling baik dalam

menyumbangkan unsur Na dibandingkan dengan abu dasar segar maupun 4 bulan. Tabel 9. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran

sapi terhadap Na-dd tanah

c) Kalsium dapat dipertukarkan (Ca-dd)

Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar Ca-dd tanah disajikan pada Gambar 4.

Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 5% menurut uji DMRT. T0,T1,T2 = abu dasar dengan umur segar; 4 bulan; 2 tahun; A0, A1, A2 = dosis abu dasar 0; 40; 80 ton/ha; K0, K1 = dosis kompos kotoran sapi 0; 10 ton/ha.

(28)

Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar Ca-dd tanah serta ada interaksi dari ketiga perlakuan. Abu dasar umur 2 tahun dengan dosis 80 ton/ha dan dosis kompos kotoran sapi 10 ton/ha (T2A2K1) merupakan perlakuan paling baik dalam meningkatkan kadar Ca-dd tanah. Kemudian, abu dasar umur 2 tahun dengan dosis 40 ton/ha dan dosis kompos kotoran sapi 10 ton/ha (T2A1K1) juga meningkatkan Ca-dd dibanding dengan perlakuan lainnya. Kadar Ca-dd dari perlakuan T2A2K1 meningkatkan Ca-dd sebesar 6,44 cmol(+).kg-1 dibanding dengan tanpa perlakuan 2,37 cmol(+).kg-1,

sedangkan perlakuan T2A1K1 meningkatkan Ca-dd menjadi 5,08 cmol(+).kg-1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis abu dasar 80 ton/ha memberikan pengaruh paling baik dalam meningkatan kadar Ca-dd tanah. Abu dasar yang berumur 2 tahun di landfill lebih menyediakan unsur kalsium dalam

tanah dibandingkan dengan abu dasar segar maupun 4 bulan. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 11.

d) Magnesium dapat dipertukarkan (Mg-dd)

Pengaruh kombinasi abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar Mg-dd tanah disajikan pada Gambar 5. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 12.

Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 5% menurut uji DMRT. T0,T1,T2 = abu dasar dengan umur segar; 4 bulan; 2 tahun; A0, A1, A2 = dosis abu dasar 0; 40; 80 ton/ha; K0, K1 = dosis kompos kotoran sapi 0; 10 ton/ha.

Gambar 5 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap Mg-dd tanah

Gambar 5 menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap peningkatan kadar Mg-dd tanah serta ada interaksi dari ketiga perlakuan. Pemberian abu dasar umur 2 tahun dengan dosis 80 ton/ha dan dosis kompos kotoran sapi 10 ton/ha (T2A2K1) mampu meningkatkan kadar Mg-dd tanah dari 0,57 cmol(+).kg-1 (tanpa perlakuan) menjadi 1,63 cmol(+).kg-1. Sementara, pemberian abu dasar umur 2

(29)

15

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis abu dasar 80 ton/ha memberikan pengaruh paling baik dalam meningkatan kadar Mg-dd tanah. Abu dasar yang berumur 2 tahun di landfill menyediakan unsur kalsium lebih besar

dalam tanah dibandingkan dengan abu dasar segar maupun 4 bulan.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap KTK tanah serta hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 13 dan hanya umur abu dasar yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan KTK tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu dasar segar memiliki kapasitas tukar kation yang lebih tinggi dibandingkan dengan abu dasar 4 bulan dan 2 tahun.

Tabel 10. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap KTK tanah

Perlakuan KTK (cmol(+).kg-1)

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Dosis Kompos Kotoran Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim

Gambar dari tanaman caisim hasil pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi dapat dilihat pada Lampiran 14, 15, 16, 17, 18 dan 19.

Tinggi Tanaman

(30)

Tabel 10. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap tinggi tanaman pada 14 hst, 21 hst dan 28 hst

Perlakuan 14 hst Tinggi tanaman (cm) 21 hst 28 hst kotoran sapi terhadap tinggi tanaman 14 hst pada (Tabel 10), sedangkan umur abu dasar tidak memberikan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Sementara pada 21 hst, pemberian dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Kemudian, pada 28 hst, hanya dosis kompos kotoran sapi yang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan umur abu dasar dan dosis abu dasar tidak memberikan pengaruh yang nyata. Akan tetapi, dari seluruh perlakuan terjadi peningkatan tinggi tanaman pada tanaman caisim dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Semakin tinggi perlakuan yang diberikan, maka semakin meningkatkan tinggi pada tanaman caisim. Hasil analisis ragam dari tinggi tanaman caisim dapat dilihat pada Lampiran 20, 21 dan 22.

Jumlah daun

(31)

17

21 hst dan 9 helai pada 28 hst. Sedangkan pada perlakuan T1A2K1 terjadi penambahan jumlah daun dari 5 helai pada 14 hst, 6 helai pada 21 hst dan 8 helai pada 28 hst. Kemudian pada T2A2K1 penambahan lebih banyak tumbuh yaitu 6 helai pada 14 hst, 7 helai pada 21 hst dan 10 helai pada 28 hst.

Panjang Akar

Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap panjang akar tanaman caisim disajikan pada Lampiran 27 dan 28. Hasil analisis statistik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dari pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap panjang akar tanaman caisim. Akar tanaman berhubungan dengan kemampuan dalam penyerapan hara dan total luasan media tanam. Akar tanaman caisim dari semua perlakuan relatif sama panjangnya. Hal ini kemungkinan terjadi karena media tanaman caisim dibatasi pada ruang pot sehingga akar tanaman hanya tumbuh sampai dasar pot.

Bobot basah

Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap bobot basah tanaman caisim disajikan pada Tabel 11, sedangkan hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 29. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang nyata antara abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap bobot basah tanaman caisim. Akan tetapi, dapat dilihat pada Tabel 11 pengaruh yang signifikan penambahan bobot basah dipengaruhi oleh penambahan dosis kompos kotoran sapi. Pada perlakuan dengan dosis kompos kotoran sapi, bobot basah lebih besar dibanding dengan perlakuan tanpa kompos.

Tabel 11. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap terhadap bobot basah tanaman caisim

Perlakuan Bobot basah (gram)

(32)

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap Kadar Hara Tanaman Caisim

Berikut adalah hasil penelitian yang didapatkan dari pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap kadar hara tanaman caisim yang meliputi kadar N, P, K, Ca dan Mg. Hasil analisis secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 30.

Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar N, P, K, Ca dan Mg dalam tanaman caisim disajikan pada Tabel 12, sedangkan hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 31, 32, 33, 34 dan 35.

Tabel 12. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar N, P, K, Cad an Mg dalam tanaman caisim

(33)

19

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap Kandungan Logam Berat dalam Tanah dan Tanaman Caisim

Hasil analisis logam berat dalam abu dasar disajikan pada Tabel 2. Dari hasil analisis logam berat abu dasar, dipilih tiga unsur logam berat yang tertinggi dan kadarnya melebihi batas logam berat di dalam tanah berdasarkan data yang dikutip dalam buku Heavy metals in soils oleh Alloway (1995). Unsur logam

berat yang dipilih yaitu Timbal (Pb), Cadmium (Cd) dan Cobalt (Co).

Kandungan logam berat Pb, Cd dan Co dalam tanah

Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar logam berat Pb, Cd dan Co di dalam tanah dapat dilihat pada Tabel 13. Sementara, kadar logam berat dalam tanah, daun dan akar tanaman caisim pada percobaan abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan kompos kotoran sapi dapat dilihat pada Lampiran 36.

Tabel 13. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar Pb, Cd dan Co dalam tanah

Perlakuan Kadar logam berat (ppm)

Pb Cd Co

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa dosis abu dasar berpengaruh nyata terhadap kadar Pb dalam tanah, sementara umur abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap kadar Pb tanah (Tabel 13). Hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 37. Pemberian abu dasar sebanyak 40 ton/ha dan 80 ton/ha dibandingkan dengan tanpa pemberian abu dasar (kontrol) menghasilkan kadar Pb dalam tanah yang relatif sama. Kadar Pb tertinggi dari hasil analisis yaitu rata-rata 0,280 ppm, sedangkan yang terendah rata-rata 0,250 ppm. Menurut Alloway (1995), batas normal kadar logam berat Pb di dalam tanah yaitu sekitar 2-300 ppm, sedangkan batas kritisnya sekitar 100-400 ppm.

(34)

kotoran sapi dengan dosis 10 ton/ha rata-rata yaitu 0,008 ppm, sementara kadar Cd tanpa perlakuan rata-rata 0,004 ppm. Dalam kasus pencemaran logam berat dalam tanah, Alloway (1995) menyebutkan bahwa kadar logam berat Cd sekitar 0,001-2 ppm tergolong normal.

Sementara, hasil analisis statistik pada Tabel 13 menunjukkan bahwa umur abu dan dosis abu dasar berpengaruh nyata terhadap kadar Co tanah. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 39. Kadar Co tertinggi yang didapatkan dari hasil analisis logam berat tanah yaitu rata-rata 0,299 ppm, dengan tanpa perlakuan memiliki kadar rata-rata 0,275 ppm. Alloway (1995) juga menyebutkan batas kadar normal Co di dalam tanah sekitar 0,5 - 65 ppm, sementara batas kritisnya sekitar 25 - 50 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian abu dasar segar, 4 bulan dan 2 tahun dengan dosis 40 ton/ha, 80 ton/ha dan dosis kompos kotoran sapi 10 ton/ha tidak mempengaruhi kadar logam berat Co dalam tanah.

Kandungan logam berat Pb, Cd dan Co dalam daun caisim

Data dari Alloway (1995) sebagai pembanding kadar logam berat dalam tanaman yang termasuk batas aman untuk dikonsumsi oleh manusia dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Batasan kadar logam berat dalam tanaman

Total Metals Kadar dalamtanaman

Batas Normal Batas Kritis

Pb (ppm) 0,2-20 -

Pb merupakan logam berat toksik. Menurut Sahi et al. (2002), elemen Pb

merupakan elemen tidak larut, sedangkan bentuk yang paling larut dari Pb adalah Pb asetat, Pb klorida dan Pb nitrat, dan yang berada di atmosfer berupa PbSO4 dan

PbCO3.

Cd merupakan logam toksik dan dapat menyebabkan karsinogen (Brooks 2000). Ion Cd2+ mudah dijerap oleh tanah dalam beberapa jenis. Jenis Cd yang

berada di dalam larutan tanah adalah CdCl+, CdOH+, CdHCO3-, CdCl3-, CdCl4-,

Cd(OH)3- dan Cd(OH)42- (Kabata and Pendias 1992).

Co termasuk kedalam unsur hara mikro untuk tanaman tertentu serta merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan oleh hewan ruminansia dalam jumlah yang sedikit. Jaleel et al. (2009) menemukan bahwa kelebihan unsur Co

(35)

21

Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar logam berat Pb, Cd dan Co di dalam daun caisim dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar Pb, Cd dan Co dalam daun caisim

Perlakuan Pb Kadar logam berat (ppm) Cd Co dapat dilihat pada Lampiran 40. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian ketiga perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar Pb dalam daun caisim. Kadar logam berat Pb daun caisim dengan penambahan dosis tertinggi abu dasar 80 ton/ha dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi 10 ton/ha meningkatkan kandungan Pb rata-rata 0,0012 ppm dibandingkan dengan kadar logam berat tanpa perlakuan rata-rata 0,0006 ppm. Alloway (1995) menyatakan batas normal kadar Pb dalam tanaman yaitu sekitar 0,2 -20 ppm.

Tabel 15 menunjukkan bahwa perbedaan umur abu dasar dan kompos kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap kadar Cd daun caisim, sedangkan dosis abu dasar tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar Cd daun caisim. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 41. Alloway (1995) menyatakan bahwa batas normal kadar Cd dalam tanaman sekitar 0,1-2,4 ppm. Kadar Cd tertinggi yang didapatkan dari hasil penelitian yaitu rata-rata 0,0006 ppm, dengan perbandingan kadar Cd tanpa perlakuan rata-rata 0,0002 ppm. Hasil ini jauh lebih kecil dari ambang batas kadar Cd yang diperbolehkan dalam tanaman.

(36)

Kandungan logam berat Pb, Cd dan Co dalam akar caisim

Akar tanaman merupakan tempat penyerapan hara-hara dari dalam tanah yang kemudian akan ditranslokasikan pada jaringan tanaman lainnya seperti batang dan daun tanaman. Hal ini juga serupa dalam logam berat di dalam tanah dimana akar tanaman akan menyerap logam berat yang larut atau berupa kation logam berat bebas, khususnya pada tanaman yang bersifat akumulator logam berat, dimana tanaman tersebut tidak mengalami efek toksik dalam serapan logam berat yang besar.

Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar logam berat Pb, Cd dan Co dalam akar caisim disajikan pada Tabel 16. Bobot akar untuk setiap perlakuan tidak mencukupi untuk analisis logam berat. Oleh karena itu, bobotnya disatukan untuk analisis logam berat akar sehingga tidak dapat dilakukan pengujian statistik. Tabel 16. Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan

dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar Pb, Cd dan Co dalam akar

Perlakuan Pb --- ppm --- Cd Co 0,0030 ppm dengan kadar terendah 0,0003 ppm. Pada seluruh perlakuan umur abu baik abu dasar segar, 4 bulan maupun 2 tahun, pemberian dosis abu dasar 40 ton/ha dan 80 ton/ha dengan kompos kotoran sapi 10 ton/ha berpengaruh terhadap peningkatan kadar Pb pada akar caisim.

(37)

23

terendahnya 0,0003 ppm. Pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan kompos kotoran sapi pada berbagai perlakuan juga menunjukkan adanya pengaruh terhadap peningkatan kadar Cd pada akar caisim.

Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar Co pada akar caisim juga disajikan pada Tabel 16. Kadar Co tertinggi yaitu 0,00438 ppm, sedangkan kadar terendahnya 0,00003 ppm.

PEMBAHASAN UMUM

Hasil penelitian ini menerangkan bahwa pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan kompos kotoran sapi dapat dijadikan sebagai bahan amelioran pada tanah mineral masam. Perbedaan umur abu dasar mempengaruhi tingkat kelarutan unsur-unsur yang berada di dalamnya. Abu dasar yang berumur 2 tahun lebih mudah larut dibanding dengan abu dasar segar dan berumur 4 bulan. Hal ini sejalan dengan pendapat Iskandar et al. (2013) pada penelitian dengan

menggunakan abu terbang yang menyatakan bahwa abu terbang yang lebih lama berada di landfill secara alami mengalami proses pencucian pada beberapa unsur

kimia, dimana semakin lama abu terbang berada di landfill maka kandungan

kimianya akan terus berkurang. Namun demikian, kation-kation dalam abu terbang lebih mudah tercuci dibandingkan kation-kation dalam abu dasar. Korcak (1995) menyebutkan bahwa ukuran partikel mempengaruhi proses pencucian. Abu dasar memiliki ukuran partikel yang kasar sekitar 0,1 – 10 mm, sedangkan abu terbang memiliki partikel sangat halus (0,01-100 μm) dan bersifat porous

yang akan berkontribusi terhadap kecepatan proses pencucian (Haynes 2009). Abu dasar dapat meningkatkan pH tanah karena mengandung CaO dan MgO yang memiliki daya netralisasi cukup besar. Pemberian abu batubara dapat meningkatkan pH pada tanah masam (Phung et al. 1978) dan dapat memberikan

unsur hara tersedia bagi tanaman (Taylor dan Schumann 1988). Pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan kompos kotoran sapi juga dapat meningkatkan kadar P-tersedia di dalam tanah. Fox et al. (1967) mengaplikasikan

abu batubara pada tanaman tebu di Hawai, bahwa efek positif dari pemberian abu batubara yaitu meningkatkan kadar P-tersedia di tanah. Hal serupa juga terjadi dalam pemberian kompos kotoran sapi yang dapat meningkatkan ketersediaan P dalam tanah masam (Haynes dan Molokobate 2001).

Hasil penelitian dari pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan juga terbukti dapat meningkatkan kadar K, Na, Ca dan Mg pada tanah mineral masam. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar et al. (2003), bahwa penggunaan abu terbang batubara dengan dosis 5 dan 10

(38)

positif menjadikan unsur hara mudah tersedia bagi tanaman serta dapat menghalangi pelindian.

Abu dasar mengandung unsur-unsur logam berat. Namun, apabila dibandingkan dengan data dari Alloway (1995), kadar logam berat Pb, Cd dan Co dalam tanah yang telah diberi perlakuan abu dasar memiliki kisaran kadar logam berat yang rendah dan kadarnya masih dalam batas normal bahkan lebih rendah. James et al. (2012) dalam penelitiannya mengindikasikan bahwa abu dasar

signifikan memiliki konsentrasi logam berat yang rendah serta dapat dijadikan sumber unsur hara untuk diaplikasikan sebagai bahan amelioran tanah. Selain itu, pemberian bahan organik berupa kompos kotoran sapi juga berfungsi untuk mengkhelat logam berat yang larut di dalam tanah. Tan (1998) menyatakan bahwa senyawa organik pada tanah masam akan mengkhelat fraksi-fraksi logam sehingga ketersediaan logam menurun serta meningkatkan unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman seperti fosfor.

Berdasarkan hasil uji kandungan total logam berat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan logam berat dalam abu dasar tergolong rendah. Kadar Pb, Cd dan Co yang dijadikan sebagai penentu kadar dalam tanah dan tanaman akumulator, menunjukkan hasil di bawah batas normal dan batas kritis yang diperbolehkan dalam tanah dan tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penambahan abu dasar dan kompos kotoran sapi dapat meningkatkan pH, kandungan N, P, K, Ca, Mg, dan menurunkan kadar Al-dd dan H-dd pada tanah mineral masam serta dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman caisim. 2. Pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi pada tanah mineral masam

tidak menyebabkan kadar logam berat tanah dan tanaman meningkat atau lebih tinggi dari yang dipersyaratkan, sehingga secara lingkungan dapat digunakan sebagai bahan amelioran tanah.

Saran

(39)

25

DAFTAR PUSTAKA

Alloway BJ. 1995. The origin of heavy metals in soils. In B.J Alloway (ed); Heavy Metals in Soils. 2nd ed. Blackie Academic & Professional. London,

Glasgow, Weinheim, New York, Tokyo, Melbourne, Madras.

Balai Penelitian Tanah. 2012. Petunjuk Teknis. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor (ID): Departemen Pertanian.

Bradshaw AD and Chadwick MJ. 1980. The Restoration of Land. Blackwell Scientific Publications, Oxford.

Brooks KM. 2000. Determination of Copper Loss Rates from Flexgard Xi Treated Nets in Marine Environments and Evaluation of the Resulting Environmental Risks. British Columbia Ministry of Environment and the Canadian Department of Fisheries and Oceans, British Columbia.

Fox, R.L, Silva JA, Younge OR, Plucknett DL, and Sherman GD. 1967. Soil and plant silicon and silicate response by sugarcane. Soil Science Society of America Proceedings. 31:775-779.

Haynes RJ. 2009. Reclamation and revegetation of fly ash disposal sites – challenges and research needs. Journal of Environtmental Management. 90 :

43-53.

Haynes RJ, Mokolobate M.S. 2001. Amelioration of aluminum toxicity and P deficiency in acid soils by additions of organic residues: Critical review of the phenomenon and mechanisms involved. Kluwer Academic Publishers,

Netherlands. 59: 47-63.

Info PJB. 2013. Sistem informasi pengelolaan fly ash UP Paiton. Media Informasi dan Komunikasi PJB Edisi 85. http://www.ptpjb.com. Diunduh pada 3 Maret 2015.

Iskandar, Djajakirana G, Marolop R. 2003. The use of fly ash as ameliorant to improve the chemical properties of peat soil. In M. Osaki et al. (eds.)

Proceeding of the International Symposium on Land Management and Biodiversity in Southeast Asia; 2002 Sept 18-20; Bali. Indonesia

Iskandar, Suwardi, dan Ramadina EFR. 2008. Pemanfaatan bahan amelioran abu terbang pada lingkungan gambut: (I) Pelepasan hara makro. Jurnal Tanah Indonesia 1(1):1-6.

Iskandar, Sudarsono, Hardiyati A. 2013. Chemical Characteristic of Fly Ash after 5 Years Deposition in Landfill and its Potential Use for Soil Amelioran. 11th International Conference the East and Southeast Asia Federation of Soil Science Societies. Bogor 21-24 October 2013.

(40)

James, AK, Thring RW, Helle S, and Ghuman HS. 2012. Ash management review–applications of Biomass Bottom Ash. Journal Energies 5 :

3856-3873. ISSN 1996-1073.

Kabata-Pendias A and Pendias H. 1992. Trace Element in Soils and Plants. 2nd edition. CRC Press. Boca Raton, FL. 365 pp.

Korcak RF. 1995. Utilization of coal combustion by-products in agriculture and horticulture. In: ASA special publication no. 58. American Society of Agronomy, Madison, WI.

Kuokkanen T, Risto P, Hannu N, Jakko R. 2006. Sequential leaching of heavy metals and sulfur in bottom ash and fly ash from the coal combustion of wood and peat at a municipal district heating plant. Chemical Speciation and Bioavailability Journal. 18: 131-142.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. PT Penerbit IPB Press. Bogor (ID). ISBN 978 979 493 325 1.

Muse J and Mitchell C. 1995. Paper mill boiler ash and lime by-products as soil liming materials. Agronomi of Journal. 87: 432-43.

Oklima AM. 2014. Pemanfaatan abu batubara (coal ash) dan bahan humat sebagai

bahan amelioran pada lahan reklamasi bekas tambang. Thesis. Program Studi Agroteknologi Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Park ND, Rutherford PM, Thring RW and Helle SS. 2012. Wood pellet fly ash

and botom ash as an effective liming agent and nutrient source for rye grass (Lolium perenne L.) and oats (Avena sativa). Chemosphere 86 : 427-432.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta (ID) : Sekretariat Negara.

Puslitbangtanak. 2003. Arahan Lahan Sawah Utama dan Sekunder Nasional di P. Jawa, P. Bali dan P. Lombok. Laporan akhir Kerjasama antar Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian dengan Proyek Koordinasi Perencanaan Peningkatan Ketahanan Pangan, Biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.

Phung HT, Lund LJ and Page AL, 1978. Potential use of Fly Ash as a Liming Material. In: Adriano, D.C. and I.L. Brisbin (Eds.). Environmental Chemistry and Cycling Processes. US Department of Commerce, Springfield, VA, 504-515.

Sahi VS, Bryant LN, Sharma CN and Sight RS. 2002. Characterization of a Lead Hyperaccumulator Shrub, Sesbania drummondii. Environment Science Technology. 36 (21), pp 4676–4680

Sell N and Introsh TM. 1989. The agronomic landspreading of coal bottom ash : using a regulated solid waste as a resource. Resource, Conservating and Recycling 2 :119-129.

Shen J, Zhou X, Sun D, Fang J, Liu Z and Li Z. 2007. Soil improvement with coal ash and sewage sludge : a field experiment. Environment Geology. 53 :

(41)

27

Sudirja R, Solihin MA and Rosniawaty S. 2007. Respon beberapa sifat kimia Fluventic Eutrudepts melalui pendayagunaan limbah kakao dan berbagai jenis pupuk organik. Soil Rens J 8(6) : 23-30.

Suharyani, Kusmyati F and Karno. 2012. Pengaruh metode perbaikan tanah salin terhadap serapan nitrogen dan fosfor rumput benggala Panicum maximum. Animal Agriculture Journal 1 (2) :168-176.

Simanungkalit RDM, Suriadikarta DA, Saraswati R, Setyorini D dan Hartatik W. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Tan KH. 1998. Principles of Soil Chemistry. Third Edition, Revised and Expand.

Marcel Dekker Inc. New York. USA.

(42)

Lampiran 1. Sifat-sifat kimia tanah pada percobaan abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan kompos kotoran sapi dengan indikator tanaman caisim

Perlakuan

Rerata sifat-sifat kimia tanah

pH

Walkey &

Black Kjeldahl Bray 1 NH4 Acetat 1 N pH 7 Ekstrak KCl

C-organik N-total P-tersedia K Na Ca Mg KTK Aldd Hdd

---%--- ppm ---cmol(+)kg-1---

T0A0K0 4,26 1,70 0,19 5,01 1,22 0,13 2,56 0,62 26,99 0,66 2,22

T0A1K0 4,31 1,92 0,08 5,98 1,14 0,10 3,11 0,87 26,55 0,39 1,55

T0A2K0 4,31 1,83 0,17 6,12 1,16 0,11 3,41 1,03 27,30 0,35 1,43

T0A0K1 4,29 2,00 0,18 8,55 2,70 0,29 3,40 0,90 30,15 0,58 1,84

T0A1K1 4,42 1,92 0,18 10,36 2,69 0,29 3,76 1,07 28,84 0,36 1,39

T0A2K1 4,60 1,73 0,17 9,25 2,47 0,28 4,02 1,23 27,10 0,00 0,93

T1A0K0 4,23 1,89 0,17 5,43 1,16 0,11 2,37 0,57 25,12 0,78 2,27

T1A1K0 4,26 1,76 0,20 6,54 1,38 0,16 2,94 0,82 21,51 0,49 1,61

T1A2K0 4,36 1,85 0,18 10,36 1,06 0,12 3,41 1,05 19,35 0,48 1,14

T1A0K1 4,24 1,76 0,23 7,44 2,52 0,29 3,45 0,96 20,60 0,57 1,53

T1A1K1 4,28 1,70 0,17 8,21 2,53 0,29 3,75 1,09 23,40 0,20 1,60

T1A2K1 4,45 1,87 0,20 6,81 2,43 0,26 3,92 1,15 22,12 0,03 1,22

T2A0K0 4,20 1,79 0,19 5,35 1,17 0,13 2,73 0,63 20,58 1,01 1,69

T2A1K0 4,27 1,77 0,20 4,80 1,19 0,11 3,43 0,86 22,77 0,47 1,42

T2A2K0 4,48 1,59 0,20 5,28 2,40 0,12 4,09 1,05 20,33 0,05 1,15

T2A0K1 4,32 1,96 0,18 6,81 3,59 0,34 3,90 0,98 23,19 0,50 1,46

T2A1K1 4,34 1,71 0,09 6,95 3,51 0,34 5,08 1,33 24,12 0,31 1,63

(43)

29

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap Sifat Kimia Tanah

1. pH tanah

Lampiran 2. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap pH tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Main Effect

T 0.05858148 2 0.02929074 7.86 0.0015 **

A 0.44840370 2 0.22420185 60.17 0.0001 **

K 0.13201667 1 0.13201667 35.43 0.0001 **

Interaction

T x A 0.05234074 4 0.01308519 3.51 0.0161 **

A x K 0.04123333 2 0.02061667 5.53 0.0080 **

T x K 0.02590000 2 0.01295000 3.48 0.0417 **

T x A x K 0.01966667 4 0.00491667 1.32 0.2813 ns

Error 0.13413333 36 0.00372593

Total 0.91227593 53

2. Al-dd

Lampiran 3. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap Al-dd tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Main Effect

T 0.00015478 2 0.00007739 0.36 0.7013 ns

A 0.02554233 2 0.01277117 59.15 0.0001 **

K 0.00751424 1 0.00751424 34.80 0.0001 **

Interaction

T x A 0.00211822 4 0.00052956 2.45 0.0634 ns

A x K 0.00040604 2 0.00020302 0.94 0.3999 ns

T x K 0.00061937 2 0.00030969 1.43 0.2516 ns

T x A x K 0.00262719 4 0.00065680 3.04 0.0294 *

Error 0.00777333 36 0.00021593

(44)

3. H-dd

Lampiran 4. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap H-dd tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Error 4.08692200 36 0.11352561

Total 22.72707350 53

4. C-organik

Lampiran 5. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap C-organik tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Error 1.24102733 36 0.03447298

Total 1.81819793 53

Lampiran 6. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap C-organik tanah

(45)

31

5. N-total

Lampiran 7. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap N-total tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Lampiran 8. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap P-tersedia tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Error 94.2432867 36 2.6178691

Total 246.7416723 53

7. K-dd

Lampiran 9. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap K-dd tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Error 1.43715556 36 0.35928889

(46)

8. Na-dd

Lampiran 10. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap Na-dd tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Error 0.04500000 36 0.00125000

Total 0.55685926 53

9. Ca-dd

Lampiran 11. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap Ca-dd tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Error 2.26287000 36 0.06285750

Total 47.45630587 53

10.Mg-dd

Lampiran 12. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap Mg-dd tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Error 0.16950800 36 0.00470856

(47)

33

11.KTK

Lampiran 13. Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap KTK tanah

Source SS df MS F-Hit P-Value

Main Effect

T 40510.46974 2 20255.23487 34.57 <.0001 **

A 3093.83093 2 1546.91547 2.64 0.0851 ns

K 1711.36237 1 1711.36237 2.92 0.0960 ns

Interaction

T x A 1273.22452 4 318.30613 0.54 0.7049 ns

A x K 457.62199 2 228.81100 0.39 0.6795 ns

T x K 790.53424 2 395.26712 0.67 0.5156 ns

T x A x K 5464.48581 4 1366.12145 2.33 0.0744 ns

Error 21090.95989 36 585.86000

(48)

Gambar tanaman caisim hasil dari pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi

Lampiran 14. Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu segar dosis 0, 40 dan 80 ton/ha (tanpa kompos kotoran sapi)

(49)

35

Lampiran 16. Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar 2 tahun dosis 0, 40 dan 80 ton/ha (tanpa kompos kotoran sapi)

(50)

Lampiran 18. Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar 4 bulan dosis 0, 40 dan 80 ton/ha dan kompos kotoran sapi 10 ton/ha

Gambar

Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar segar dosis 0, 40
Tabel 1. Karakteristik kimia abu dasar PLTU Paiton
Tabel 3. Tabel 3.
Tabel 4. Kombinasi perlakuan abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Personalitas menunjuk pada pribadi yang spesifik meskipun memiliki esensi yang sama dengan yang lainnya namun apa yang dapat membedakan dia dengan yang

Pengaruh yang tidak bermakna pada kelompok resin komposit nanofil yang direndam dalam saliva buatan pH 7 dan pH 8 kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara

Penelitian ini meneliti mengenai tentang analisis peranan agen dalam meningkatkan penjualan polis asuransi syariah di Pru Forceone (Kantor Pemasaran Mandiri Prudential Asuransi

Sistem pendidikan, seperti Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang menganut sistem Tritunggal Terpusat, yaitu Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan

Kecamatan Batu Ampar Dari Sisi Segmen Geografis Terhadap Pasar Kaget Kecamatan Batu Ampar merupakan salah satu Kecamatan dengan penduduk yang cukup padat dengan jumlah penduduk

Model Mekanistik Efek remperatur, cahaya Dan Kompetisi Gulma Pada Pertumbuhan Tanaman.. (Mechanistic Model Effects of Temperature, Light lntensity

Gambar 2 menunjukkan bahwa lama waktu fermentasi mempengaruhi kadar etanol yang didapatkan (Warsa, dkk., 2013).Hal ini menunjukkan bahwa kadar etanol hasil fermentasi yang

Dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan saran, motivasi, bimbingan serta kritik dari awal sampai tersusunya skripsi