• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat Sebagai Masukan dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat Sebagai Masukan dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka"

Copied!
326
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA SPASIAL TAMBANG TIMAH RAKYAT

SEBAGAI MASUKAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN

TATA RUANG DI KABUPATEN BANGKA

ELFIDA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat Sebagai Masukan Dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

(3)

ABSTRAK

ELFIDA. Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat Sebagai Masukan dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka. Dibimbing oleh BABA BARUS, ATANG SUTANDI, dan BUDI MULYANTO.

Aktifitas penambangan timah skala kecil (Tambang Inkonvensional) merupakan alternatif pekerjaan sebagian masyarakat di Kabupaten Bangka sampai saat ini. Aktifitas tersebut dapat berdampak positif karena memberikan pendapatan tinggi, tetapi juga dapat memberikan dampak negatif seperti : kerusakan lingkungan, perubahan sosial, dan permasalahan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan kaidah penataan ruang dan daya dukungnya.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendapatkan gambaran sebaran lokasi tambang timah rakyat di Kabupaten Bangka, 2) Mendapatkan informasi kondisi sosial ekonomi masyarakat akibat aktifitas tambang timah rakyat, 3) Mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan pemanfaatan fungsi kawasan akibat aktifitas tambang timah rakyat, serta 4) Memberikan saran sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka dalam merumuskan kebijakan penataan ruang berkaitan dengan aktifitas tambang timah rakyat.

Secara umum metode penelitian menggunakan analisis SIG dan analisis deskripsi. Untuk mendapatkan basis data spasial dilakukan analisis SIG berupa digitasi, koreksi dan integrasi data spasial dan atribut. Analisis terhadap lokasi tambang timah rakyat meliputi proses overlay, identifikasi terhadap status perizinan tambang, jumlah tambang dan nilai Standard Distance (SD), klasifikasi jarak tambang terhadap pusat kecamatan, serta pengharkatan. Analisis SIG juga digunakan pada identifikasi terhadap penyimpangan pemanfaatan fungsi kawasan, identifikasi hubungan sebaran tambang timah rakyat dengan penggunaan lahan, serta arahan pemanfaatan ruang serta analisis deskripsi untuk kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Hasil pengharkatan ke jumlah tambang dan nilai SD sebaran tambang di setiap desa, menunjukkan kondisi lingkungan desa berkategori sangat buruk terdapat di 6 desa yaitu Desa Bintet, Gunung Pelawan, Lumut, Cit, Riau, dan Silip. Sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa aktifitas tambang timah rakyat meningkatkan ekonomi masyarakat, tetapi mereka juga mengakui dampak sangat buruk aktifitas tersebut berupa kerusakan lingkungan dan kecelakaan kerja. Hasil identifikasi pemanfaatan fungsi kawasan untuk aktifitas penambangan menunjukkan bahwa 8.67 % kawasan lindung dimanfaatkan sebagai areal tambang. Kemudian, hasil penilaian kesesuaian sumberdaya lahan menunjukkan bahwa tanaman kelapa memiliki tingkat kesesuaian yang paling tinggi menyusul kelapa sawit, lada dan karet, sedangkan preferensi masyarakat tertinggi adalah karet, menyusul sayuran, sedangkan komoditas lain relatif rendah.

Rekomendasi penelitian untuk perbaikan rencana tata ruang adalah diperlukan kawasan lindung 10.12 %, kawasan rehabilitasi pasca tambang 6.58 %, dan kawasan budidaya 83.30 % dengan memasukkan secara eksplisit kawasan pertambangan 16.20 % dan kawasan perkebunan 33.95 %.

(4)

ABSTRACT

ELFIDA. Spatial Pattern Analysis of Public Tin Mining as A Suggestion in Determination of Spatial Arrangement Policy in Bangka District. Supervised by BABA BARUS, ATANG SUTANDI and BUDI MULYANTO.

Recently small scale tin mining (Inconventional Mining) is an alternative activity for some communities in Bangka District. The activity may create positive impact through providing high income, but incontrast, it may create negative impacts such as environmental degradation, social change, and spatial inapropriate utilization regarding its spatial planning and carrying capacity.

The objectives of this research were : 1) To describe inconventional tin mining location in Bangka District, 2) To inform socio-economic community due to inconventional tin mining, 3) To know possibility of area utilization discrepancy due to inconventional tin mining, and 4) to provide suggestions to Bangka District Government in spatial arrangement policy in relation to inconventional tin mining activity.

Generally, the research methods used GIS and description analysis. The spatial data base was derived from GIS analysis such as digitations, correction, and integration of spatial data and attribute. Analysis for inconventional mining location was conducted through overlay process, legal location mining status identification, total amount and SD value of quarry mining, mining distance category to subdistrict, and scoring. GIS analyses were implemented to identify the discrepancy of area utilization, inconventional mining distribution regarding with land use, and spatial utilization, and description analysis to community socio-economic condition.

The scoring results for the total sum and SD value of mining distribution of each village produce very bad environmental category for six villages i.e Bintet, Gunung Pelawan, Lumut, Cit, Riau, and Silip. Most of the community stated that the inconventional tin mining activity increased community economic livelyhood, but they also realized that there were negative impacts such as environmental degradation and accident in mining location.

It was identified that discrepancy of area utilization due to mining activity were 8.67 % of preservation area were used as mining area. Furthermore, suitability analysis produced that coconut crop with the highest suitability compared to oil palm, pepper and rubber. Meanwhile the highest community preference crops was devoted to rubber, following by vegetable, and the other crops has lower tendency.

The research recommendation for improvement of the spatial utilization plan were 10.12 % of preservation area, 6.58 % rehabilitation area, and 83.30 % cultivation area, including 16.20 % mining area and 33.95 % plantation area. Keywords: Inconventional mining, Standard Distance, overlay, spatial

(5)

ANALISIS POLA SPASIAL TAMBANG TIMAH RAKYAT

SEBAGAI MASUKAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN

TATA RUANG DI KABUPATEN BANGKA

ELFIDA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Tesis : Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat Sebagai Masukan Dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka

Nama : Elfida

NRP : A 253050184

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. Ketua

Ir. Atang Sutandi, M.Si, Ph.D Anggota

Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc Anggota

Diketahui Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Wilayah,

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(7)

Tulisan ini kupersembahkan untuk yang kucintai suamiku (Rif’at Syafitri, S.Sos) dan anakku (Reskika Syafari) yang dengan sabar telah banyak memberikan dukungan dan kemudahan, yang kuhormati ayahanda M. Thayib A.R. Siddik (Alm), ibunda Maimunah (Alm),

bapak dan ibu mertuaku Usmanu dan Rosinah, keluarga besarku yang selalu hangat dan kompak dalam kebersamaan, almamaterku serta sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa PWL 05

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2006 ini ialah tambang timah rakyat, dengan judul Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat Sebagai Masukan Dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka.

Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada :

1) Bapak Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc, Bapak Ir. Atang Sutandi, M.Si,Ph.D, dan Bapak Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc selaku Komisi Pembimbing atas bimbingannya dalam penyelesaian tesis ini.

2) Pimpinan dan Staf Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas, selaku penyandang dana beasiswa selama masa pendidikan dan penyelesaian studi.

3) Bupati Kabupaten Bangka dalam memberikan izin tugas belajar selama masa pendidikan.

4) Sekretaris Daerah Kota Pangkalpinang dan keluarga atas fasilitas tempat tinggal selama masa pendidikan.

5) Semua pihak yang telah memberikan kemudahan dalam mendapatkan data penelitian.

6) Rekan-rekan mahasiswa PWL angkatan 2005 atas kebersamaan dan kerjasama kita, serta

7) Keluargaku yang kucintai atas dukungan dan doanya.

Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangkalpinang pada tanggal 26 Agustus 1975 dari bapak H.M. Thayib Abdulrahman Siddik (Alm) dan ibu Hj. Maimunah (Alm). Penulis merupakan putri terakhir dari 12 bersaudara. Penulis menikah dengan Rif’at Syafitri S.Sos dan telah dikaruniai seorang putra Reskika Syafari

Pendidikan sarjana di tempuh di Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, lulus pada tahun 1999. Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah pada Program Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2005. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Latihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xii DAFTAR LAMPIRAN ... xiv I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Kerangka Pemikiran ... 1.4. Tujuan dan Manfaat ... 1.4.1. Tujuan ... 1.4.2. Manfaat ...

1 2 3 4 4 4 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Tambang Timah di Kabupaten Bangka ... 2.2. Sistem Informasi Geografis ... 2.3. Tata Ruang Wilayah dan Tata Guna Tanah ... 2.4. Evaluasi Kesesuaian Lahan ...

5 6 7 10 III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 3.2. Jenis dan Sumber Data ... 3.3. Analisis Data ... 3.4. Analisis terhadap Lokasi Tambang Timah Rakyat ... 3.4.1. Identifikasi Status Izin Tambang Timah Rakyat ... 3.4.2. Penilaian Lokasi Tambang Timah Rakyat berdasarkan

Faktor Jarak terhadap Pusat Kecamatan ... 3.4.3. Penilaian Pengaruh Buruk Aktifitas Tambang Timah

Rakyat terhadap Lingkungan Desa ... 3.4.3.1 Jumlah Tambang Timah Rakyat di Setiap Desa 3.4.3.2. Nilai Standard Distance dari Sebaran Tambang

Timah Rakyat di Setiap Desa ... 3.5. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 3.6. Identifikasi Penyimpangan Pemanfaatan Fungsi Kawasan ... 3.7. Identifikasi Hubungan antara Kondisi Penggunaan Lahan dengan

Sebaran Tambang Timah ... 3.8. Analisis Kesesuaian Lahan Beberapa Jenis Tanaman Perkebunan 3.9. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan ... 3.10.Keterbatasan Penelitian ...

(11)

ANALISIS POLA SPASIAL TAMBANG TIMAH RAKYAT

SEBAGAI MASUKAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN

TATA RUANG DI KABUPATEN BANGKA

ELFIDA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat Sebagai Masukan Dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

(13)

ABSTRAK

ELFIDA. Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat Sebagai Masukan dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka. Dibimbing oleh BABA BARUS, ATANG SUTANDI, dan BUDI MULYANTO.

Aktifitas penambangan timah skala kecil (Tambang Inkonvensional) merupakan alternatif pekerjaan sebagian masyarakat di Kabupaten Bangka sampai saat ini. Aktifitas tersebut dapat berdampak positif karena memberikan pendapatan tinggi, tetapi juga dapat memberikan dampak negatif seperti : kerusakan lingkungan, perubahan sosial, dan permasalahan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan kaidah penataan ruang dan daya dukungnya.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendapatkan gambaran sebaran lokasi tambang timah rakyat di Kabupaten Bangka, 2) Mendapatkan informasi kondisi sosial ekonomi masyarakat akibat aktifitas tambang timah rakyat, 3) Mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan pemanfaatan fungsi kawasan akibat aktifitas tambang timah rakyat, serta 4) Memberikan saran sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka dalam merumuskan kebijakan penataan ruang berkaitan dengan aktifitas tambang timah rakyat.

Secara umum metode penelitian menggunakan analisis SIG dan analisis deskripsi. Untuk mendapatkan basis data spasial dilakukan analisis SIG berupa digitasi, koreksi dan integrasi data spasial dan atribut. Analisis terhadap lokasi tambang timah rakyat meliputi proses overlay, identifikasi terhadap status perizinan tambang, jumlah tambang dan nilai Standard Distance (SD), klasifikasi jarak tambang terhadap pusat kecamatan, serta pengharkatan. Analisis SIG juga digunakan pada identifikasi terhadap penyimpangan pemanfaatan fungsi kawasan, identifikasi hubungan sebaran tambang timah rakyat dengan penggunaan lahan, serta arahan pemanfaatan ruang serta analisis deskripsi untuk kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Hasil pengharkatan ke jumlah tambang dan nilai SD sebaran tambang di setiap desa, menunjukkan kondisi lingkungan desa berkategori sangat buruk terdapat di 6 desa yaitu Desa Bintet, Gunung Pelawan, Lumut, Cit, Riau, dan Silip. Sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa aktifitas tambang timah rakyat meningkatkan ekonomi masyarakat, tetapi mereka juga mengakui dampak sangat buruk aktifitas tersebut berupa kerusakan lingkungan dan kecelakaan kerja. Hasil identifikasi pemanfaatan fungsi kawasan untuk aktifitas penambangan menunjukkan bahwa 8.67 % kawasan lindung dimanfaatkan sebagai areal tambang. Kemudian, hasil penilaian kesesuaian sumberdaya lahan menunjukkan bahwa tanaman kelapa memiliki tingkat kesesuaian yang paling tinggi menyusul kelapa sawit, lada dan karet, sedangkan preferensi masyarakat tertinggi adalah karet, menyusul sayuran, sedangkan komoditas lain relatif rendah.

Rekomendasi penelitian untuk perbaikan rencana tata ruang adalah diperlukan kawasan lindung 10.12 %, kawasan rehabilitasi pasca tambang 6.58 %, dan kawasan budidaya 83.30 % dengan memasukkan secara eksplisit kawasan pertambangan 16.20 % dan kawasan perkebunan 33.95 %.

(14)

ABSTRACT

ELFIDA. Spatial Pattern Analysis of Public Tin Mining as A Suggestion in Determination of Spatial Arrangement Policy in Bangka District. Supervised by BABA BARUS, ATANG SUTANDI and BUDI MULYANTO.

Recently small scale tin mining (Inconventional Mining) is an alternative activity for some communities in Bangka District. The activity may create positive impact through providing high income, but incontrast, it may create negative impacts such as environmental degradation, social change, and spatial inapropriate utilization regarding its spatial planning and carrying capacity.

The objectives of this research were : 1) To describe inconventional tin mining location in Bangka District, 2) To inform socio-economic community due to inconventional tin mining, 3) To know possibility of area utilization discrepancy due to inconventional tin mining, and 4) to provide suggestions to Bangka District Government in spatial arrangement policy in relation to inconventional tin mining activity.

Generally, the research methods used GIS and description analysis. The spatial data base was derived from GIS analysis such as digitations, correction, and integration of spatial data and attribute. Analysis for inconventional mining location was conducted through overlay process, legal location mining status identification, total amount and SD value of quarry mining, mining distance category to subdistrict, and scoring. GIS analyses were implemented to identify the discrepancy of area utilization, inconventional mining distribution regarding with land use, and spatial utilization, and description analysis to community socio-economic condition.

The scoring results for the total sum and SD value of mining distribution of each village produce very bad environmental category for six villages i.e Bintet, Gunung Pelawan, Lumut, Cit, Riau, and Silip. Most of the community stated that the inconventional tin mining activity increased community economic livelyhood, but they also realized that there were negative impacts such as environmental degradation and accident in mining location.

It was identified that discrepancy of area utilization due to mining activity were 8.67 % of preservation area were used as mining area. Furthermore, suitability analysis produced that coconut crop with the highest suitability compared to oil palm, pepper and rubber. Meanwhile the highest community preference crops was devoted to rubber, following by vegetable, and the other crops has lower tendency.

The research recommendation for improvement of the spatial utilization plan were 10.12 % of preservation area, 6.58 % rehabilitation area, and 83.30 % cultivation area, including 16.20 % mining area and 33.95 % plantation area. Keywords: Inconventional mining, Standard Distance, overlay, spatial

(15)

ANALISIS POLA SPASIAL TAMBANG TIMAH RAKYAT

SEBAGAI MASUKAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN

TATA RUANG DI KABUPATEN BANGKA

ELFIDA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul Tesis : Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat Sebagai Masukan Dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka

Nama : Elfida

NRP : A 253050184

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. Ketua

Ir. Atang Sutandi, M.Si, Ph.D Anggota

Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc Anggota

Diketahui Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Wilayah,

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(17)

Tulisan ini kupersembahkan untuk yang kucintai suamiku (Rif’at Syafitri, S.Sos) dan anakku (Reskika Syafari) yang dengan sabar telah banyak memberikan dukungan dan kemudahan, yang kuhormati ayahanda M. Thayib A.R. Siddik (Alm), ibunda Maimunah (Alm),

bapak dan ibu mertuaku Usmanu dan Rosinah, keluarga besarku yang selalu hangat dan kompak dalam kebersamaan, almamaterku serta sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa PWL 05

(18)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2006 ini ialah tambang timah rakyat, dengan judul Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat Sebagai Masukan Dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka.

Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada :

1) Bapak Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc, Bapak Ir. Atang Sutandi, M.Si,Ph.D, dan Bapak Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc selaku Komisi Pembimbing atas bimbingannya dalam penyelesaian tesis ini.

2) Pimpinan dan Staf Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas, selaku penyandang dana beasiswa selama masa pendidikan dan penyelesaian studi.

3) Bupati Kabupaten Bangka dalam memberikan izin tugas belajar selama masa pendidikan.

4) Sekretaris Daerah Kota Pangkalpinang dan keluarga atas fasilitas tempat tinggal selama masa pendidikan.

5) Semua pihak yang telah memberikan kemudahan dalam mendapatkan data penelitian.

6) Rekan-rekan mahasiswa PWL angkatan 2005 atas kebersamaan dan kerjasama kita, serta

7) Keluargaku yang kucintai atas dukungan dan doanya.

Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangkalpinang pada tanggal 26 Agustus 1975 dari bapak H.M. Thayib Abdulrahman Siddik (Alm) dan ibu Hj. Maimunah (Alm). Penulis merupakan putri terakhir dari 12 bersaudara. Penulis menikah dengan Rif’at Syafitri S.Sos dan telah dikaruniai seorang putra Reskika Syafari

Pendidikan sarjana di tempuh di Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, lulus pada tahun 1999. Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah pada Program Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2005. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Latihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas.

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xii DAFTAR LAMPIRAN ... xiv I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Kerangka Pemikiran ... 1.4. Tujuan dan Manfaat ... 1.4.1. Tujuan ... 1.4.2. Manfaat ...

1 2 3 4 4 4 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Tambang Timah di Kabupaten Bangka ... 2.2. Sistem Informasi Geografis ... 2.3. Tata Ruang Wilayah dan Tata Guna Tanah ... 2.4. Evaluasi Kesesuaian Lahan ...

5 6 7 10 III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 3.2. Jenis dan Sumber Data ... 3.3. Analisis Data ... 3.4. Analisis terhadap Lokasi Tambang Timah Rakyat ... 3.4.1. Identifikasi Status Izin Tambang Timah Rakyat ... 3.4.2. Penilaian Lokasi Tambang Timah Rakyat berdasarkan

Faktor Jarak terhadap Pusat Kecamatan ... 3.4.3. Penilaian Pengaruh Buruk Aktifitas Tambang Timah

Rakyat terhadap Lingkungan Desa ... 3.4.3.1 Jumlah Tambang Timah Rakyat di Setiap Desa 3.4.3.2. Nilai Standard Distance dari Sebaran Tambang

Timah Rakyat di Setiap Desa ... 3.5. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 3.6. Identifikasi Penyimpangan Pemanfaatan Fungsi Kawasan ... 3.7. Identifikasi Hubungan antara Kondisi Penggunaan Lahan dengan

Sebaran Tambang Timah ... 3.8. Analisis Kesesuaian Lahan Beberapa Jenis Tanaman Perkebunan 3.9. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan ... 3.10.Keterbatasan Penelitian ...

(21)

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Letak Geografis dan Administratif ... 4.2. Keadaan Iklim ... 4.3. Topografi ... 4.4. Geologi dan Tanah ... 4.5. Proses Pembentukan Endapan Timah ... 4.6. Kependudukan ... 4.7. Luas Penggunaan Lahan ... 4.8. Kondisi Pertambangan Timah Rakyat ...

25 27 29 30 32 33 36 37 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis terhadap Lokasi Tambang Timah Rakyat ... 42

5.1.1. Identifikasi Status Tambang Timah Rakyat ... 42

5.1.2. Penilaian Lokasi Tambang Timah Rakyat berdasarkan Faktor Jarak dengan Pusat Kecamatan ... 44

5.1.3. Penilaian terhadap Pengaruh Buruk Aktifitas Tambang Timah terhadap Kondisi Lingkungan Desa ... 49

5.1.3.1. Jumlah Tambang Timah Rakyat di Setiap Desa .. 49

5.1.3.2. Nilai Standard Distance dari Sebaran Tambang Timah Rakyat di Setiap Desa ... 53

5.2. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Akibat Aktifitas Tambang Timah Rakyat ... 61

5.3. Identifikasi Penyimpangan Pemanfaatan Fungsi Kawasan ... 69

5.4. Identifikasi Hubungan antara Kondisi Penggunaan Lahan dengan Sebaran Tambang Timah Rakyat ... 77

5.5. Analisis Kesesuaian Lahan Beberapa Jenis Tanaman Perkebunan 78

5.6. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan ………... 83

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 87

6.2. Saran ... ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN ... 91

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jenis data, tahun, skala dan sumber data yang digunakan ... 13 2 Kriteria penilaian lokasi tambang timah rakyat berdasarkan jarak

terhadap pusat kecamatan ... 16 3 Kriteria penilaian pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat desa

berdasarkan jumlah tambang timah di tiap desa ... 17 4 Kriteria penilaian pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat

berdasarkan perhitungan nilai SD ... 18 5 Klasifikasi penilaian ... 20 6 Wilayah administrasi Kabupaten Bangka ... 25 7 Luas wilayah Kabupaten Bangka berdasarkan kelas lereng ... 30 8 Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Bangka ... 34 9 Jumlah dan komposisi penduduk Kabupaten Bangka berdasarkan jenis

kelamin ... 34 10 Luas penutupan lahan di Kabupaten Bangka ... 37 11 Rekapitulasi jumlah tambang timah rakyat di Kabupaten Bangka

tahun 2005 ... 39 12 Desa yang memiliki kurang dari 15 lokasi tambang ... 50 13 Desa yang memiliki 15 sampai 30 lokasi tambang ... 50 14 Desa yang memiliki 30 sampai 50 lokasi tambang ... 52 15 Desa yang memiliki lebih dari 50 lokasi tambang ... 52 16 Hasil analisis lokasi tambang dengan kategori terpusat di tiap desa ... 53 17 Hasil analisis lokasi tambang dengan kategori agak terpusat di tiap

desa ... 54 18 Hasil analisis lokasi tambang dengan kategori agak tersebar di tiap

(23)

20 Hasil skoring pada masing-masing desa lokasi tambang timah rakyat

di Kabupaten Bangka ... 57 21 Jumlah rata-rata pendapatan responden di tiap desa contoh ... 63 22 Jumlah pendapat responden berkaitan dengan keberadaan tambang

timah rakyat di desa responden pada lima kecamatan di Kabupaten

Bangka ……... 65 23 Data kecelakaan tambang di Kabupaten Bangka pada tahun 2003 ...

68 24 Jumlah dan jenis pekerjaan yang mempunyai prospek baik menurut

responden selain jenis usaha tambang timah ... 66 25 Rencana alokasi penggunaan ruang Kabupaten Bangka ... 70 26 Luas areal tambang yang menempati kawasan lindung dan kawasan

budidaya lainnya ... 74 27 Luas lahan untuk kesesuaian lahan masing-masing tanaman

berdasarkan hasil analisis spasial ... 81 28 Aspek pertimbangan jenis usaha tambang timah dengan budidaya

tanaman perkebunan ... 82 29 Luas arahan pemanfaatan ruang kawasan ... 85

(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Diagram alur kerangka pemikiran penelitian ... 3 2 Ilustrasi dalam analisis multikriteria ... 19 3 Diagram alir pendekatan penelitian ………... 23 4 Peta wilayah administrasi Kabupaten Bangka ……….. 26 5 Grafik rata-rata curah hujan bulanan di Kabupaten Bangka tahun

2001 – 2005 ...…. 27 6 Peta curah hujan di Kabupaten Bangka ... 28 7 Grafik rata-rata suhu udara bulanan di Kabupaten Bangka tahun 2001

– 2005 ... 29 8 Peta kelas lereng di Kabupaten Bangka ... 31 9 Peta kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangka tahun

2004 ... 35 10 Grafik pertumbuhan penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangka 36 11 Peta penggunaan lahan di Kabupaten Bangka ... 38 12 Peta sebaran tambang timah rakyat di Kabupaten Bangka ... 41 13 Peta status izin tambang tambang timah rakyat ... 43 14 Grafik jumlah tambang timah rakyat berdasarkan jarak dengan pusat

kecamatan ... 45 15 Peta kriteria tambang timah rakyat berdasarkan jarak terhadap pusat

kecamatan ... 46

16 Aktifitas tambang timah rakyat yang berada di lokasi pemukiman

penduduk ………. 47

17 Aktifitas tambang timah rakyat yang berada di dekat jalan umum …. 48 18 Hubungan tambang timah rakyat berstatus legal dengan jarak

(25)

19 Peta jumlah tambang timah rakyat di tiap desa ………... 51 20 Peta nilai Standard Distance sebaran tambang timah rakyat di setiap

desa ... ... 55

21 Peta pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat terhadap kondisi lingkungan desa ...

58

22 Peta jenis pekerjaan responden ... 62 23 Peta rata-rata pendapatan responden di tiap desa contoh ... 64 24 Perubahan bentang alam akibat aktifitas tambang timah rakyat ... 67 25 Aktifitas penambangan dengan kedalaman di luar ambang batas

tambang rakyat ... 67 26 Anak-anak pekerja tambang timah rakyat ... 69 27 Peta rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bangka ... 72 28 Peta penyimpangan fungsi kawasan di Kabupaten Bangka ... 75 29 Kebun karet yang berubah menjadi lokasi tambang timah rakyat di

Desa Penagan Kecamatan Mendo Barat ……….. 76 30 Peta hubungan sebaran tambang timah rakyat dengan penggunaan

lahan saat ini ... 79

31 Peta arahan pemanfaatan ruang di Kabupaten Bangka ………. 86

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Daftar kuisioner ... 93 2 Data curah hujan bulanan di Kabupaten Bangka tahun 2001 – 2005 99 3 Rekapitulasi Data Tambang Skala Kecil (TSK) Produksi Bangka

Tengah-Sungailiat ……….……... 100 4 Jarak tambang timah rakyat dengan pusat kecamatan kategori jarak 0

– 3 kilometer ………..……….. 107

5 Jarak tambang timah rakyat dengan pusat kecamatan kategori jarak 3 – 5 kilometer ………

109 6 Jarak tambang timah rakyat dengan pusat kecamatan kategori jarak 5

– 10 kilometer .……… 112

7 Jarak tambang timah rakyat dengan pusat kecamatan kategori jarak

> 10 kilometer .……… 123

8 Peta respon terhadap peningkatan ekonomi akibat tambang timah rakyat ...…. 129 9 Peta respon terhadap dampak buruk dari tambang timah rakyat ... 130 10 Peta respon terhadap kecelakaan di lokasi tambang timah rakyat di

desa contoh ... 131 11 Peta respon terhadap keberadaan tambang timah rakyat ………. 132 12 Peta respon tentang perubahan areal perkebunan menjadi areal

(27)

19 Kriteria Kesesuaian Lahan Komoditi Lada (Piper nigrum LINN) …. 140 20 Kriteria Kesesuaian Lahan Komoditi Karet (Hevea brasiliensis) …... 141 21 Kriteria Kesesuaian Lahan Komoditi Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis) ... 142

22 Kriteria Kesesuaian Lahan Komoditi Kelapa (Cocos nicifera) ... 143

(28)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam perannya sebagai penghasil devisa. Sebagai salah satu sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui, sektor pertambangan mempunyai sifat fisik yang tersedia tetap, tidak dapat diproduksi kembali, dan proses terjadinya memerlukan waktu ribuan tahun. Sektor pertambangan terdiri dari sub sektor minyak dan gas (migas), sub sektor pertambangan umum, dan galian C.

Salah satu sumberdaya tambang yang termasuk dalam sub sektor pertambangan umum adalah tambang timah. Sumberdaya tambang timah merupakan salah satu komoditi andalan di Provinsi Bangka Belitung dan telah ditambang sejak abad ke 17 pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda hingga sekarang. Menurut BAPEDA-BPS Kab. Bangka (2005), pada tahun 2004 produksi logam timah di Kabupaten Bangka sebanyak 4 136.47 ton sedangkan produksi bijih timah (kasiterit) sebanyak 22 239.48 ton.

Keberadaan sektor tambang timah tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga memberikan dampak negatif. Dampak positif antara lain sebagai sumber devisa negara, peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan ekonomi. Data dari Departemen Perdagangan dalam Investor Daily (2007) menunjukkan nilai ekspor timah batangan pada tahun 2005 mencapai US $ 903.80. Sementara kontribusi timah mencapai 264.67 milyar rupiah dari total 1 182.19 milyar rupiah total PDRB Kabupaten Bangka tahun 2004 (BAPEDA-BPS Kab. Bangka, 2005).

(29)

2 Kegiatan penambangan timah di Pulau Bangka tidak hanya melibatkan perusahaan pertambangan skala besar seperti P.T. Timah, Tbk dan P.T. Koba Tin, tetapi juga melibatkan masyarakat yang lebih dikenal dengan Tambang Inkonvensional (TI) atau tambang rakyat. Tambang timah rakyat mulai muncul sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997. Selanjutnya dengan pemberian izin pendirian usaha peleburan timah skala kecil oleh pemerintah setempat dalam SK Bupati Bangka No. 540.K/271/Tamben/2001 tentang pemberian izin usaha pertambangan untuk pengolahan dan penjualan (ekspor), menjadi pemicu maraknya pertambangan rakyat karena sistem pemasaran timah dapat dilakukan secara bebas dengan perusahaan peleburan timah skala kecil yang relatif tidak menentukan kriteria kualitas dibandingkan bila dipasarkan kepada perusahaan besar seperti P.T. Timah, Tbk.

Kemunculan tambang timah rakyat menjadi fenomena baru berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Kabupaten Bangka. Banyaknya lokasi yang penggunaannya tumpang tindih antara penggunaan untuk lokasi pertambangan dengan penggunaan lainnya menjadi permasalahan tersendiri berkaitan dengan rencana tata ruang yang ditetapkan. Lokasi pertambangan timah yang relatif menyebar di seluruh Kabupaten Bangka menyebabkan terjadi pergeseran fungsi kawasan dari peruntukannya di sebagian wilayah Kabupaten Bangka.

1.2. Perumusan Masalah

Secara fisik, potensi tambang timah tersebar di daratan Pulau Bangka hingga di daerah lepas pantai mengikuti apa yang disebut The Indonesian Tin Belt. Sebaran potensi tambang timah ini memunculkan daerah-daerah konsentrasi penambangan timah baik yang dilakukan oleh perusahaan tambang maupun oleh rakyat.

(30)

3 Melihat dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan timah, maka dalam penelitian ini dikaji beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam aktifitas penambangan timah, yaitu:

1. Kecenderungan sebaran lokasi tambang timah rakyat;

2. Pengaruh aktifitas tambang timah rakyat terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat; dan

3. Kesesuaian antara areal tambang timah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Kaitan ketiga pokok permasalahan tersebut di atas mengarahkan kepada usulan alternatif pemanfaatan ruang akibat aktifitas tambang timah rakyat di Kabupaten Bangka.

1.3.Kerangka Pemikiran

[image:30.612.131.553.365.639.2]

Alur kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alur kerangka pemikiran penelitian

Potensi sumberdaya tambang timah

Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan tambang timah

Analisis

Arahan pemanfaatan ruang

Pola sebaran lokasi TI

Dampak akt. tamb. timah rakyat thd kond. sosial-ekonomi

Kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi

kawasan Dampak aktifitas TI

Sebaran lokasi TI Sosial-ekonomi

masyarakat

Pemanfaatan ruang

Karakteristik lahan setiap land unit

Penggunaan lahan

Kualitas lahan

Persyaratan Penggunaan Lahan

Matching

(31)

4 1.4. Tujuan dan Manfaat

1.4.1. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran sebaran lokasi tambang timah rakyat di Kabupaten Bangka.

2. Mendapatkan informasi kondisi sosial ekonomi masyarakat akibat aktifitas tambang timah

3. Mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan pemanfaatan fungsi kawasan akibat aktifitas tambang timah rakyat.

4. Memberikan saran sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka dalam merumuskan kebijakan penataan ruang berkaitan dengan aktifitas tambang timah rakyat.

1.4.2. Manfaat

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Tambang Timah di Kabupaten Bangka

Potensi tambang timah tersebar di daratan Pulau Bangka hingga di daerah lepas pantai mengikuti apa yang disebut The Indonesian Tin Belt, yaitu mulai dari sekitar Pulau Singkep-Kepulauan Riau, Pulau Bangka, Pulau Belitung, sampai bagian barat Kalimantan Barat. Mineralisasi timah terjadi akibat intrusi granit baik pada batuan granit maupun pada bantuan sekitarnya (P.T. Timah, 1991).

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (2005), timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasa berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan aluvial, eluvial, dan koluvial.

Sedangkan menurut P.T. Timah (1991), terdapat dua jenis mineralisasi bijih timah (kasiterit) di Bangka, yaitu endapan kasiterit primer dan endapan kasiterit aluvial. Endapan kasiterit primer terdapat dalam batuan granit maupun batuan sekitarnya. Adapun proses mineralisasi bijih timah primer dalam batuan granit berupa:

• Lensa-lensa yang berasosiasi dengan kaolin, dengan diameter dari beberapa sentimeter sampai puluhan sentimeter.

• Urat-urat yang berasosiasi dengan kaolin dengan ketebalan dari beberapa sentimeter sampai puluhan sentimeter

• Greisenisasi granit

• Terhambur

Endapan kasiterit aluvial terjadi akibat adanya proses pelapukan mekanik dan kimiawi terhadap batuan dasar yang mengandung kasiterit primer, ditambah dengan proses pencucian alam dan adanya lubuk atau lembah-lembah purba baik dangkal maupun dalam. Pada lembah-lembah dalam terbentuk endapan aluvial yang sangat tebal dan berasosiasi dengan endapan bijih timah sekunder.

(33)

6 zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenit, stibnit, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit (PPPTMB, 2005).

2.2. Sistem Informasi Geografis

Menurut Star dan Ester dalam Barus dan Wiradisastra (2000), Sistem Informasi Geografis (SIG) didefinisikan sebagai suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. Dengan kata lain SIG adalah suatu sistem basis dengan kemampuan khusus untuk data yang bereferensi spasial bersamaan dengan seperangkat operasi kerja. SIG dinyatakan juga mempunyai kehandalan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, menganalisa dan menampilkan data spasial baik biofisik maupun sosial ekonomi.

Aronoff (1993) membuat pernyataan yang hampir sama dengan Star dan Ester yaitu SIG merupakan sistem informasi yang dirancang menggunakan basis data yang memiliki referensi spasial atau berkoordinat geografi. Sebagai suatu sistem yang berbasis komputer SIG mempunyai kemampuan untuk menangani data spasial dan non spasial yang mencakup pemasukan data, manajemen data, manipulasi data dan pengembangan produk dan pencetakan.

(34)

7 Menurut Lioubimstseva dan Defourney (1999), peran SIG semakin besar dalam kajian sumberdaya ekologi termasuk perencanaan penggunaan lahan. Secara umum SIG sangat bermanfaat baik untuk pemetaan, evaluasi sumberdaya lahan, permodelan atau aplikasi model. Peran SIG secara spesifik antara lain: 1. Menyediakan struktur data untuk penyimpanan dan pengolahan data yang

lebih efisien termasuk untuk luasan yang besar.

2. Memungkinkan pengumpulan atau pemisahan data dengan skala yang berbeda.

3. Mendukung analisis statistik spasial dari distribusi ekologi.

4. Menyediakan masukan data/parameter dalam permodelan atau aplikasi model. 5. Meningkatkan kemampuan ekstraksi informasi dari penginderaan jauh.

Ada beberapa jenis data yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi SIG diantaranya peta-peta tematik yang telah tersedia dalam bentuk gambar analog, citra rekaman dari udara maupun satelit, serta data survey, pemetaan, dan eksplorasi yang sudah direkam secara digital. Semua data yang telah dimasukkan ke dalam SIG tersebut selanjutnya dapat dianalisis secara keruangan, diantaranya untuk keperluan studi kesesuaian lahan dan analisa perubahan batas dengan metode overlay, maupun untuk studi distribusi sumber daya alam dengan analisis jaringan. Kunci utama untuk mendayagunakan pemanfaatan data geografis dalam SIG untuk pengambilan keputusan bagi perencana pembangunan ada pada kecermatan di dalam fuzzy geostatistic, pembuatan disain sampel yang optimal, klasifikasi multivarian, dan lain-lain.

2.3. Tata Ruang Wilayah dan Tata Guna Tanah

(35)

8 Untuk itu, arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang ditetapkan melalui PP No. 47/1997 merupakan acuan spasial perencanaan pembangunan nasional yang bersifat makro dan dimaksudkan agar sumberdaya alam dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. RTRWN memuat arahan struktur ruang wilayah nasional yang berupa arahan sistem permukiman nasional (perkotaan dan pedesaan) dan prasarana wilayah serta arahan pola pemanfaatan ruang nasional yang berupa arahan pengelolaan kawasan lindung, pengembangan kawasan budidaya prioritas dan kriteria pengelolaannya.

Selain itu UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang juga menyatakan setiap daerah kabupaten perlu menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten sebagai arahan pelaksanaan pembangunan. Sejalan dengan penerapan desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 13/2004 yang menitikberatkan kewenangan pelaksanaan pembangunan pada pemerintah kabupaten, dalam hal ini termasuk pelaksanaan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten.

Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang (UU No. 24/1992). Penataan ruang bertujuan agar terselenggara pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan, pengaturan dan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya serta tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Hasil perencanaan tata ruang wilayah berupa rencana tata ruang wilayah yang merupakan pedoman dalam pemanfaatan ruang suatu wilayah. Selain itu rencana tata ruang wilayah pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusia/makhluk hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.

(36)

9 Perencanaan tata ruang merupakan perumusan tata ruang yang optimal dengan orientasi produksi dan konservasi bagi kelestarian lingkungan. Perencanaan ini mengarahkan dan mengatur alokasi pemanfaatan ruang, alokasi kegiatan, keterkaitan antar fungsi kegiatan, serta program dan kegiatan pembangunan.

Hasil dari proses perencanaan tata ruang wilayah adalah berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). RTRW selain merupakan guidance of future actions juga merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras dan seimbang untuk mencapai kesejahteraan manusia/makhluk hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan (Dirjen Penataan Ruang, 2003).

Pada dasarnya penataan ruang merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan wilayah yang bertujuan untuk mendukung peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup. Pembagian penataan ruang berdasarkan fungsi utama meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya, berdasarkan aspek administratif meliputi ruang wilayah nasional, propinsi, dan wilayah kabupaten/kota dan berdasarkan fungsi kawasan dan aspek kegiatan meliputi kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu.

Sedangkan menurut Rustiadi et al. (2004), penataan ruang pada dasarnya merupakan perubahan yang disengaja. Dengan memahaminya sebagai proses pembangunan melalui upaya-upaya perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik, maka penataan ruang merupakan bagian dari proses pembangunan. Urgensi keberadaan tata ruang adalah : a) optimalisasi pemanfaatan sumberdaya (prinsip produktifitas dan efisiensi); b) alat dan wujud distribusi sumberdaya (prinsip pemerataan, keberimbangan, dan keadilan); c) keberlanjutan (prinsip sustainability).

(37)

10 meliputi kegiatan perencanaan penatagunaan tanah, pengaturan pemanfaatan tanah dan pengendalian pemanfaatan tanah dengan memperhatikan perkembangan teknologi.

Tanah adalah sumberdaya alam langka yang harus dialokasikan untuk berbagai kegiatan kehidupan. Tujuan dari penatagunaan tanah adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan nilai tanah berupa Ricardian Rent; mencakup kualitas tanah, Locational Rent; mencakup lokasi relatif tanah dan Environmental Rent; mencakup sifat tanah sebagai suatu komponen utama dari ekosistem (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).

Penatagunaan tanah dilaksanakan melalui kebijakan penatagunaan tanah dan penyelenggaraan penatagunaan tanah. Dalam kebijakan penatagunaan tanah dinyatakan kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah ditentukan berdasarkan pedoman, standar dan kriteria teknis yang ditetapkan pemerintah pusat, yang dijabarkan lebih lanjut oleh pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.

Penyelenggaraan penatagunaan tanah meliputi kegiatan (1) inventarisasi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah; (2) penetapan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah menurut fungsi kawasan; dan (3) penetapan pola penyesuaian penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Kegiatan penatagunaan tanah tersebut disajikan dalam peta dengan skala yang lebih besar daripada skala peta Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan.

2.4. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini atau setelah diadakan perbaikan (improvement). Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri dari iklim, tanah, topografi, hidrologi dan/atau drainase sesuai untuk status usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif (Djaenudin et al. 2003).

(38)

11 menekankan kepada kapasitas berbagai penggunaan secara umum yang dapat diusahakan di suatu wilayah. Sehingga semakin tinggi kelas kemampuan lahan dicirikan dengan semakin banyak jenis komoditas tanaman yang dapat dikembangkan atau diusahakan di lahan tersebut. Sedangkan kesesuaian lahan adalah kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan) tertentu.

Salah satu bagian dari proses perencanaan tataguna tanah adalah evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi kesesuaian lahan adalah kegiatan membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian untuk jenis penggunaan lahan tersebut. Inti prosedur evaluasi lahan adalah mula-mula menentukan jenis penggunaan (jenis tanaman) yang akan ditetapkan, kemudian menentukan persyaratan dan pembatas pertumbuhannya dan akhirnya membandingkan persyaratan penggunaan lahan (pertumbuhan tanaman) tersebut dengan kualitas lahan secara fisik. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), metode yang biasa digunakan dalam klasifikasi kelas kesesuaian lahan adalah klasifikasi menurut FAO (1976). Metode ini digunakan untuk mengklasifikasikan kelas kesesuaian lahan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif tergantung data yang tersedia.

(39)
(40)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Nopember 2006, meliputi tahap: persiapan, pengumpulan data, pengecekan lapangan, analisis, dan penulisan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara untuk mengetahui dampak sosial ekonomi berkaitan dengan aktifitas tambang timah rakyat. Wawancara dilakukan terhadap responden yang dipilih dengan metode Stratified Random Sampling. Responden dipilih dari 5 kecamatan di Kabupaten Bangka yang banyak terdapat aktifitas tambang timah rakyat. Masing-masing kecamatan tersebut diwakili oleh 4 desa contoh dengan 2 desa mewakili desa yang banyak memiliki usaha tambang timah rakyat dan 2 desa mewakili desa yang sedikit atau tidak memiliki usaha tambang timah rakyat. Jumlah responden ditetapkan 3 orang tiap desa contoh. Wawancara yang dilakukan berpedoman pada kuisioner yang telah dibuat sebelumnya seperti ditunjukkan pada Lampiran 1.

Data sekunder dikumpulkan dari beberapa instansi pemerintah dan lembaga terkait. Data berupa peta dan data numerik atau tabular. Jenis dan sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data, tahun, skala dan sumber data yang digunakan

No Jenis Data Tahun Skala Sumber

1. 2. 3. 4. 5.

6. 7. 8.

Peta batas administrasi Peta RTRW Kab. Bangka Peta tanah

Peta iklim Data curah hujan

Peta satuan lahan berdasarkan ZAE Peta lereng

Peta lokasi tambang timah rakyat

2004 2005 1989 2003 2001 – 2005

2005 1982 2002

1:250 000 1:400 000 1:250 000 1:1 000 000

-

1:50 000 1: 50 000 1:10 000

(41)

14 Tabel 1 Jenis data, tahun, skala dan sumber data yang digunakan (lanjutan)

No Jenis Data Tahun Skala Sumber

9.

10.

11.

12.

Data tambang timah rakyat per desa

Data tambang timah skala kecil

Peta Kuasa Pertambangan P.T. Timah Tbk

Data pendukung lain

2005

2005

1991

-

-

1: 10.000

Din Pertamb & Energi Kab Bangka P.T. Timah Tbk, & PPLH-IPB P.T. Timah Tbk, & PPLH-IPB Instansi terkait

3.3. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis SIG dan analisis deskripsi. Metode yang digunakan dalam analisis SIG antara lain:

♦ Inventarisasi dan pembuatan data digital, setelah data dikumpulkan dari berbagai sumber data, data yang belum dalam format peta digital dilakukan proses digitasi melalui layar sehingga semua data dalam format digital.

♦ Pengolahan awal dan persiapan data digital dengan cara memasukkan dan mengedit data atribut, kemudian data tersebut disesuaikan (justifikasi) bentuk dan posisinya agar dapat ditumpangtindihkan dengan menggunakan transformasi geometri. Operasi yang dilakukan antara lain dengan rubber setting dengan menggunakan ekstensi shape warp dan projection utility.

♦ Manipulasi dan analisis SIG dengan cara mengelompokkan data berdasarkan temanya, memanggil data dan mengklasifikasi ukuran data, menumpangtindihkan data. Operasi yang dilakukan dalam manipulasi dan analisis data antara lain: dissolve, merge, clip, intersect, union serta pemanfaatan ekstensi x tools dalam perhitungan luas. Semua peta yang diperoleh sebagai hasil analisis ditampilkan menggunakan sistem koordinat Geografis dengan zone 48 pada lintang selatan dan ketelitian peta pada skala 1:250 000.

(42)

15 3.4. Analisis terhadap Lokasi Tambang Timah Rakyat

Analisis terhadap lokasi tambang timah rakyat dilakukan sehubungan dengan pengaruh aktifitas tambang timah rakyat tersebut terhadap aktifitas masyarakat secara umum. Analisis dilakukan terhadap status izin tambang, obyek lokasi aktifitas tambang timah rakyat, dan pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat terhadap kondisi lingkungan desa lokasi tambang.

3.4.1. Identifikasi Status Izin Tambang Timah Rakyat

Identifikasi status tambang timah rakyat, yaitu antara status legal dan ilegal. Status legal dinyatakan pada tambang timah rakyat yang masih memiliki masa Izin Usaha Pertambangan Rakyat (IUPR) dan Surat Produksi Tambang Skala Kecil (SPTSK) terhadap tambang timah rakyat yang menjadi mitra bagi perusahaan tambang serta tambang timah rakyat yang telah habis masa IUPR dan SPTSK. Sedangkan status ilegal dinyatakan pada tambang yang tidak mendapatkan izin pertambangan dari pemerintah setempat.

3.4.2. Penilaian Lokasi Tambang Timah Rakyat berdasarkan Faktor Jarak terhadap Pusat Kecamatan

Penilaian lokasi tambang timah rakyat terhadap pusat kecamatan dilakukan berdasarkan asumsi bahwa semakin dekat lokasi tambang timah rakyat terhadap pusat kecamatan memberikan dampak gangguan terhadap aktifitas masyarakat secara umum. Gangguan tersebut berupa rusaknya lingkungan akibat aktifitas penambangan di sekitar pemukiman penduduk dan fasilitas umum. Selain itu aktifitas tersebut menyebabkan terbentuk bentang alam yang terbuka sehingga menjadi pemandangan yang kurang menarik serta meningkatkan suhu udara di wilayah sekitar lokasi tambang.

Tahapan-tahapan penilaian lokasi tambang timah terhadap pusat kecamatan adalah:

(43)

16 2. Analisis jarak dengan menggunakan perangkat Arc View yaitu dengan

ekstensi Identify features within a distance.

3. Analisis merupakan hubungan langsung masing-masing obyek lokasi tambang timah rakyat dengan masing-masing pusat kecamatan tanpa dibatasi oleh batas administrasi lokasi tambang dan status izin tambang.

4. Menentukan kriteria jarak antara lokasi tambang timah rakyat dengan pusat kecamatan, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kriteria penilaian lokasi tambang timah rakyat berdasarkan jarak terhadap pusat kecamatan

Faktor Kriteria Nilai Kategori

Jarak dari pusat kecamatan (J)

Jarak < 3 km Jarak 3 – 5 km Jarak 5 – 10 km Jarak > 10 km

1 2 3 4

Sangat Mengganggu Mengganggu Agak Menggganggu Normal

3.4.3. Penilaian Pengaruh Buruk Aktifitas Tambang Timah Rakyat terhadap Lingkungan Desa

Pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat terhadap lingkungan desa dinilai berkaitan dengan berkurangnya kualitas lingkungan akibat aktifitas penambangan. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah tambang dan nilai Standard Distance (SD) dari sebaran tambang di setiap desa.

3.4.3.1. Jumlah Tambang Timah Rakyat di Setiap Desa

Jumlah tambang timah rakyat di setiap desa menjadi indikasi tingkat kerusakan lingkungan di desa tersebut akibat aktifitas penambangan. Jumlah tambang timah rakyat berpengaruh terhadap luasan lahan yang dijadikan sebagai areal tambang timah. Dalam penelitian ini setiap lokasi tambang diasumsikan mempunyai luasan rata-rata 2 ha, yang merupakan luasan maksimal untuk diberikan IUPR berdasarkan Perda Kab. Bangka No. 06/2001 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum.

(44)

17 1. Merujuk luas wilayah tambang rakyat berdasarkan Perda Kab. Bangka No.

06/2001 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum maksimal seluas 15 000 ha (± 5%) dari luas wilayah daratan Kabupaten Bangka.

2. Berdasarkan hasil perhitungan luas wilayah administrasi desa, sebagian besar desa lokasi tambang timah rakyat memiliki luas wilayah rata-rata 2 289 ha. Dengan mengacu luas wilayah tambang rakyat 5% dari luas wilayah, maka dari luas rata-rata desa lokasi tambang terdapat alokasi maksimal untuk tambang rakyat seluas ± 115 ha.

3. Dari asumsi luasan rata-rata dari masing-masing tambang adalah 2 ha dan luas alokasi tambang di tiap desa 115 ha, maka jumlah maksimum tambang rakyat di tiap desa adalah 50 tambang.

4. Dengan mempertimbangan perbedaan luas wilayah pada masing-masing desa lokasi tambang, maka ditetapkan kriteria jumlah tambang di tiap desa seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kriteria penilaian pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat berdasarkan jumlah tambang timah di tiap desa

No Jumlah tambang per desa (T) Nilai Keterangan 1

2 3 4

T < 15 T = 15 – 30 T = 30 – 50 T > 50

4 3 2 1

Sedikit Sedang Banyak Sangat banyak

3.4.3.2. Nilai Standard Distance (SD) dari Sebaran Tambang Timah Rakyat

di Setiap Desa

Metode Standard Distance (SD) dipakai dalam penelitian ini untuk melihat kecenderungan sebaran dari obyek tambang di setiap desa. Lokasi obyek tambang dapat bersifat memusat atau menyebar pada masing-masing wilayah administrasi desa. SD merupakan nilai dari rata-rata jarak antara sebaran titik dengan pusat rata-rata dari sebaran tersebut (Mitchell, 2005).

Tahapan perhitungan nilai SD adalah:

(45)

18 2. Melakukan perhitungan dengan formulasi sebagai berikut:

SD =

(

)

(

)

n Y Y n

X

Xi

i

+

− 2 2

Dimana :

SD = Standard Distance

Xi = koordinat X masing-masing tambang X = koordinat X pusat sebaran tambang Yi = koordinat Y masing-masing tambang Y = koordinat X pusat sebaran tambang n = jumlah tambang timah rakyat

4. Melakukan klasifikasi terhadap nilai SD yang diperoleh dengan kriteria yang ditetapkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kriteria penilaian pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat berdasarkan perhitungan nilai SD

No Standard Distance (SD) Nilai Keterangan

1 2 3 4

SD < 1.5 SD = 1.5 – 3.0 SD = 3.0 – 4.0 SD > 4.0

4 3 2 1

Terpusat Agak terpusat Agak tersebar Tersebar

5. Menampilkan hasil klasifikasi dari perhitungan nilai SD secara spasial.

Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat dilakukan analisis multikriteria dengan melakukan skoring terhadap jumlah tambang dan nilai SD sebaran tambang di setiap desa. Menurut Bonham dan Carter (1994), pelaksanaan SIG untuk analisis multikriteria dilakukan dengan menggunakan Index Overlay Model . Index Overlay Model mengakomodasi bobot pentingnya suatu coverage (layer data spasial) dibandingkan dengan coverage yang lain. Ilustrasi dalam melakukan analisis multikriteria terdapat pada Gambar 2.

(46)

19 rakyat yang berada di suatu desa maka akan semakin luas lahan terbuka yang terdapat dalam wilayah desa tersebut akibat aktifitas pertambangan.

Gambar 2 Ilustrasi dalam analisis multikriteria

Sementara nilai SD sebaran tambang timah rakyat diperhitungkan dalam menilai pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat berhubungan dengan kecenderungan sebaran tambang. Lokasi tambang yang memusat lebih mudah dalam upaya penanganan pasca tambang dibandingkan dengan lokasi tambang yang menyebar.

Dengan pertimbangan bahwa jumlah tambang lebih memberi pengaruh buruk terhadap kondisi lingkungan desa dibandingkan dengan nilai SD sebaran tambang, maka bobot jumlah tambang lebih besar dibandingkan dengan bobot nilai SD sebaran tambang. Pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat dihitung dengan menggunakan rumus:

PB = 3T + SD Dimana:

PB = pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat T = jumlah tambang timah rakyat per desa

SD = nilai Standard Distance sebaran tambang timah rakyat per desa 1 2

3 4

2 4 3 1

Bobot = 3

Layer jumlah tambang/desa

Bobot = 1

Layer nilai SD sebaran tambang/desa

5 10 12 13

Output

(47)

20 Analisis pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat dilakukan terhadap setiap administrasi desa yang memiliki informasi titik lokasi tambang timah rakyat. Hasil skoring dimasukkan ke dalam klasifikasi penilaian (Tabel 5) sebagai pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat dari normal sampai dengan sangat buruk.

Tabel 5 Klasifikasi penilaian

Total Skor Keterangan 4 – 7

8 – 10 11 – 13 14 – 16

Sangat buruk Buruk Agak buruk Normal

3.5. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Kondisi sosial ekonomi masyarakat dianalisis melalui pendekatan wawancara terhadap masyarakat berkaitan dengan pengaruh aktifitas tambang timah rakyat terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Beberapa data penunjang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi dari beberapa sumber dari hasil survey langsung ke beberapa lokasi tambang timah rakyat digunakan untuk mendukung analisis ini.

3.6. Identifikasi Penyimpangan Pemanfaatan Fungsi Kawasan

Identifikasi penyimpangan pemanfaatan fungsi kawasan dalam RTRW dilakukan dengan melakukan operasi tumpang tindih (overlay) terhadap peta penggunaan lahan, peta RTRW dan peta Kuasa Pertambangan P.T. Timah, Tbk (peta KP). Identifikasi dimaksudkan untuk melihat inkonsistensi pemanfaatan ruang yang terjadi dibandingkan dengan arahan yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Bangka.

3.7. Identifikasi Hubungan antara Kondisi Penggunaan Lahan dengan Sebaran Tambang Timah

(48)

21 sebaran tambang timah rakyat, areal pertambangan dalam KP, dihubungkan dengan kondisi lahan yang ada.

3.8. Analisis Kesesuaian Lahan Beberapa Jenis Tanaman Perkebunan

Pencarian alternatif usaha di luar tambang timah merupakan hal yang penting dilakukan. Ketergantungan pada usaha tambang timah akan memberikan pengaruh buruk terhadap lingkungan, bahkan perubahan budaya masyarakat. Salah satu alternatif yang mungkin dilakukan adalah budidaya tanaman perkebunan. Beberapa jenis tanaman perkebunan memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada tanah marginal seperti pada sebagian besar lahan di Kabupaten Bangka. Masyarakat di Kabupaten Bangka telah mengenal beberapa jenis tanaman perkebunan bahkan menjadi komoditi unggulan di sub sektor perkebunan yaitu lada dan karet untuk perkebunan rakyat. Sementara tanaman kelapa sawit lebih dominan dibudidayakan oleh perkebunan besar swasta, sedangkan tanaman kelapa walaupun kurang dikembangkan masyarakat, tetapi memiliki kemampuan adaptasi yang sangat luas pada lahan di Kabupaten Bangka sehingga merupakan komoditi yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut.

Penilaian kesesuaian lahan pada penelitian ini hanya dilakukan pada penilaian kesesuaian lahan aktual. Kesesuaian lahan keempat tanaman tersebut diperoleh dari hasil membandingkan antara kualitas/karakteristik lahan dengan persyaratan kesesuaian lahan untuk pertumbuhan tanaman pada tingkat kelas, yaitu: (a) S1 (sangat sesuai, (b) S2 (cukup sesuai), (c) S3 (sesuai marginal) dan (d) N (tidak sesuai). Persyaratan kesesuaian lahan mengikuti kriteria yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (Djaenudin et al. 2003) dan LREP II dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001). Data mengenai keadaan fisik lahan yang digunakan merupakan data sekunder berupa peta tanah, peta curah hujan, dan data iklim serta data penunjang lainnya.

3.9. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan

(49)

22 fisik lingkungan. Aspek legal adalah arahan pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam RTRW, sementara aspek fisik berkaitan dengan kondisi fisik wilayah serta kondisi penggunaan lahan yang telah ada.

Arahan pemanfaatan ruang dilakukan dengan melakukan operasi tumpang tindih terhadap beberapa peta yaitu peta RTRW, peta kesesuaian tumbuh tanaman perkebunan, peta kelas lereng, peta penggunaan lahan saat ini, peta sebaran tambang timah rakyat, peta pengaruh buruk aktifitas tambang timah rakyat dan peta KP.

Arahan pemanfaatan ruang yang dijadikan acuan pertama adalah peta RTRW. Selanjutnya dialokasikan areal untuk kawasan pertambangan secara eksplisit, karena kawasan pertambangan tidak secara eksplisit ditampilkan pada arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW, serta kawasan rehabilitasi sebagai upaya penanganan awal terhadap lahan pasca penambangan.

Beberapa pertimbangan berkaitan dengan aspek fisik dalam menentukan arahan pemanfaatan ruang kawasan adalah:

1. Areal yang mempunyai tingkat kesesuaian tumbuh tanaman perkebunan pada tingkat kelas S2 untuk masing-masing jenis tanaman diarahkan sebagai areal perkebunan;

2. Areal KP dengan kelas kemiringan lereng ≥ 16% tidak diarahkan sebagai areal pertambangan;

3. Semua desa dengan kondisi lingkungan dengan kategori sangat buruk tidak diarahkan sebagai areal pertambangan; dan

4. Semua areal pertambangan di luar KP diarahkan sebagai kawasan rehabilitasi, kecuali yang sebelumnya telah diperuntukkan sebagai kawasan lindung dalam RTRW tetap dialokasikan sebagai kawasan lindung.

(50)

(51)

24 3.10. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan data dalam penelitian ini berupa :

1. Sebagian besar data merupakan data sekunder dengan skala kecil.

2. Tidak diperoleh beberapa data berkaitan dengan kualitas lahan, yaitu yaitu kematangan gambut, kejenuhan basa, alkalinitas dan KTK liat, sehingga beberapa variabel kesesuaian tumbuh bagi tanaman tidak dapat dianalisis. 3. Tidak semua data tambang timah rakyat dapat dipetakan secara spasial,

sehingga analisis terhadap lokasi tambang timah hanya dilakukan pada data tambang timah rakyat dapat dipetakan sebagai sampel dari seluruh data yang diperoleh.

4. Data tambang timah rakyat diambil dari data dua titik tahun yaitu tahun 2002 dan 2005, sehingga tidak diperhatikan tambang yang masih aktif atau tidak aktif beroperasi.

(52)

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Bangka secara administratif termasuk dalam bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Kabupaten Bangka berdasarkan penelitian ini terletak pada posisi 1˚29’43” – 2˚20’21” Lintang Selatan dan 105˚41’53 - 106˚11’34” Bujur Timur. Secara fisik administrasi Kabupaten Bangka mempunyai luas wilayah ± 2 950.68 km² atau 295 068 ha, dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Natuna Sebelah Timur : Laut Cina Selatan

Sebelah Selatan : Kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka Tengah Sebelah Barat : Kab. Bangka Barat, Selat Bangka dan Teluk Kelabat. (BAPEDA Kab. Bangka, 2005)

[image:52.612.127.514.483.693.2]

Kabupaten Bangka terdiri dari 8 kecamatan, yaitu Kecamatan Belinyu, Riau Silip, Sungailiat, Pemali, Mendo Barat, Puding Besar dan Kecamatan Bakam (Gambar 4). Desa-desa yang tercakup dalam wilayah administrasi Kabupaten Bangka disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Wilayah administrasi Kabupaten Bangka

No Kecamatan Desa

1 Belinyu Air Jukung, Bintet, Bukit Ketok, Gunung Muda, Gunung Pelawan, Kuto Panji, Lumut, Riding Panjang.

2 Riau Silip Banyuasin, Berbura, Cit, Deniang, Mapur, Pangkalnyiur, Riau, Silip, Pugul.

3 Sungailiat Kenanga, Kudai, Parit Padang, Rebo, Sri Menanti, Sungailiat. 4 Pemali Air Duren , Air Ruai, Karya Makmur, Pemali, Penyamun, Sempan. 5 Bakam Bakam, Bukit Layang, Dalil, Kapuk, Mabat, Mangka, Maras Senang,

Neknang, Tiang Tarah.

6 Merawang Air Anyir, Balunijuk, Baturusa, Dwi Makmur, Jada Bahrin, Jurung, Kimak, Merawang, Riding Panjang, Pagarawan.

7 Puding Besar Kayu Besi, Kota Waringin, Labu, Nibung, Puding Besar, Saing, Tanah Bawah.

8 Mendo Barat Air Buluh, Cengkong Abang, Kace, Kemuja, Kota Kapur, Labu Air Pandan, Mendo, Paya Benua, Penagan, Petaling, Rukam, Zed.

(53)

26

Kec. Belinyu

Kec. Riau Silip

Kec. Bakam

Kec. Pemali

Kec. Sungailiat

Kec. Merawang

Kec. Puding Besar

Kec. Mendo Barat

TELUK KLABAT

KABUPATEN BANGKA BARAT

KABUPATEN BANGKA

KABUPATEN BANGKA TENGAH

LAUT NATUNA

LAUT CINA SELATAN

SELAT BANGKA KOTAPANGKAL PINANG

2

°15

'1

6" 2°15

'1

6"

4

'0

5

" 2°

4'

05

"

5

2

'5

4

" 1°

52

'5

4

"

4

1

'4

3

" 1°

41

'4

3"

1

°30

'3

2" 1°30

'3

2"

105°33'33" 105°33'33"

105°44'44" 105°44'44"

105°55'55" 105°55'55"

106°7'06" 106°7'06"

106°18'17" 106°18'17"

PETA BATAS ADMINISTRASI KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG

PS. PERENCANAAN WILAYAH IPB BOGOR

2007

Batas Kabupaten Batas Kecamatan Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jalan Desa Sungai

Legenda :

S N

E W

LOKASI PENELITIAN

SELAT BANGKA

L A U T J A W A PROVINSI BANGKA BELITUNG

Sumber :

Peta Administrasi Kab. Bangka (Bag. Pemerintahan Prop. Babel, 2005)

10 0 10

[image:53.612.135.507.79.609.2]

Kilometers

(54)

27 4.2. Keadaan Iklim

Kabupaten Bangka terletak pada zona tropis, berdasarkan klasifikasi iklim Scmidth-Ferguson wilayah ini termasuk dalam tipe iklim A. Menurut data Stasiun Meteorologi Pangkalpinang, pada tahun 2005 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yang tercatat 410.2 mm dan jumlah hari hujan terbanyak juga terjadi pada bulan Desember tercatat 27 hari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari tercatat 72.2 mm dan jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan September yang tercatat 11 hari.

Jumlah rata-rata curah hujan selama 5 tahun berturut-turut (2001-2005) yaitu 2 322.9 mm/th dengan jumlah hari hujan rata-rata 199 hari/tahun. Pada Gambar 5 ditampilkan grafik rata-rata jumlah curah hujan selama periode 5 tahun terakhir dari tahun 2001-2005 dan data curah hujan pada periode yang sama ditunjukkan pada Lampiran 2. Sementara peta curah hujan di Kabupaten Bangka ditampilkan pada Gambar 6.

Rata-rata curah hujan 5 tahun terakhir

0 50 100 150 200 250 300 350

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Bulan

C

ur

ah

hu

ja

n

(m

m

/bl

n

[image:54.612.162.502.372.607.2]

)

(55)

28

Kec. Belinyu

Kec. Riau Silip

Kec. Bakam

Kec. Pemali

Kec. Sungailiat

Kec. Merawang Kec. Puding Besar

Kec. Mendo Barat

TELUK KLABAT

KABUPATEN BANGKA BARAT

KABUPATEN BANGKA

KABUPATEN BANGKA TENGAH

LAUT NATUNA

LAUT CINA SELATAN

SELAT BANGKA

KOTA

PANGKAL PINANG

2

°15

'1

6" 2°15

'1

6"

4

'0

5

" 2°

4'

05

"

5

2

'5

4

" 1°

52

'5

4

"

4

1

'4

3

" 1°

41

'4

3"

1

°30

'3

2" 1°30

'3

2"

105°33'33" 105°33'33"

105°44'44" 105°44'44"

Gambar

Gambar 1  Diagram alur kerangka pemikiran penelitian
Tabel 6  Wilayah administrasi Kabupaten Bangka
Gambar 4  Peta wilayah administrasi Kabupaten Bangka
Gambar 5  Grafik rata-rata curah hujan bulanan di Kabupaten Bangka tahun 2001-2005 (Stasiun Meteorologi Pangkalpinang, 2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait