DIMENSI DENGAN TIGA DEFEK DAN APLIKASINYA
SEBAGAI SENSOR OPTIK
TEGUH PUJA NEGARA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Simulasi Perambatan Gelombang Elektromagnetik dalam Kristal Fotonik Satu Dimensi dengan Tiga Defek dan Aplikasinya Sebagai Sensor Optik adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Desember 2009
ABSTRACT
TEGUH PUJA NEGARA. Study of Electromagnetic Wave Propagation in One Dimensional Photonic Crystal with Three Defect and Its Application for Optical Sensor. Under direction of HUSIN ALATAS dan IRZAMAN.
A numerical analysis by means of transfer matrix method has been performed of finite one-dimensional photonic crystals consisting of two-layer repeated cells and three non-identical defect cells for the normal incident transferse electric (TE) wave. The study reveals a remarkable new feature showing that transmittance peak of the resonance state is affected by the refractive index of the second and three defect while its position can be adjusted by changing the first defect refrective index. It is also shown that the photonic pass-band (PPB) peak transmittance is generally less than unity in the index range considered, except for the case with the grating segment lengths (M, N, L, R) satisfying the condition M+L+1=N+R. We found that sensitivity of the output response is affected by the second defect which inturn can be controlled by the third defect. Therefore the sensitivity can be adjusted simply by varying the refractive index of third defect. This feature offers interesting application for optical sensing device.
Satu Dimensi dengan Tiga Defek dan Aplikasinya Sebagai Sensor Optik. Dibimbing oleh HUSIN ALATAS dan. IRZAMAN
Telah dilakukan simulasi numerik melalui metode matriks transfer terhadap perambatan gelombang listrik transversal pada kristal fotonik satu dimensi yang terdiri atas empat buah segemen kisi regular yang diselingi dengan tiga buah lapisan defek. Hasil studi menunjukkan bahwa puncak transmitansi pada keadaan resonansi dipengaruhi oleh indeks bias defek kedua dan ketiga, sedangkan posisinya dapat diatur dengan mengubah indeks bias defek pertama. Puncak transmitansi pita lewat fotonik (photonic pass-band, PPB) secara umum lebih rendah dari satu kecuali untuk kasus dengan jumlah unit kisi segmen (M,N,L,R) memenuhi kondisi M+L+1=N+R. Diperoleh bahwa sensitifvitas perubahan transmitansi PPB dapat dikontrol dengan memvariasikan indeks bias defek kedua Hasil ini memiliki potensi untuk diaplikasikan sebagai sensor optik dengan sensitivitas terkontrol.
RINGKASAN
TEGUH PUJA NEGARA. Simulasi Gelombang Elektromagnetik dalam Kristal Fotonik Satu Dimensi dengan Tiga Defek dan Aplikasinya Sebagai Sensor Optik. Dibimbing oleh HUSIN ALATAS dan IRZAMAN.
Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa kristal fotonik satu dimensi dengan tiga defek menghasilkan pita-lewat fotonik (photonic pass band, PPB) yang karakteristiknya dipengaruhi oleh parameter fisis (ketebalan dan indeks bias defek) dan sudut datang terhadap arah normal bidang. Perubahan indeks bias pada defek pertama dapat mempengaruhi puncak panjang gelombang (frekuensi) dari PPB, sehingga defek pertama dapat berfungsi sebagai regulator posisi. Pergeseran panjang gelombang terhadap perubahan indeks bias pada defek pertama menghasilkan hubungan yang linier sehingga dapat digunakan sebagai sensor. Untuk perubahan indeks bias defek kedua dan ketiga memberikan efek yang sama terhadap peak transmitansi, akan tetapi perubahan indeks bias pada defek kedua memberikan respon yang lebih sensitif dibandingkan defek ketiga, sehingga defek kedua dapat berfungsi sebagai reseptor. Sensitifitas dari defek kedua dapat dipengaruhi oleh parameter fisis, seperti jumlah lapisan (M-N-L-R), ketebalan defek kedua, serta indeks bias defek ketiga. Kontrol sensitifitas dengan variasi indeks bias defek ketiga lebih mudah dilakukan, sehingga defek ketiga dapat berfungsi sebagai regulator sensitifitas.
© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pandidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan wajar IPB
DIMENSI DENGAN TIGA DEFEK DAN APLIKASINYA
SEBAGAI SENSOR OPTIK
TEGUH PUJA NEGARA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Biofisika
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Fotonik satu Dimensi dengan Tiga Defek dan Aplikasinya Sebagai Sensor Optik
Nama : Teguh Puja negara
NRP : G751070091
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Husin Alatas Dr. Irzaman
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Biofisika
Dr.Akhiruddin Maddu Prof. Dr. Ir.Khairil A. Notodiputro, M.S
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Simulasi Perambatan Gelombang Elektromagnetik dalam Kristal Fotonik satu Dimensi dengan Tiga Defek dan Aplikasinya Sebagai Sensor Optik. Penelitian ini sebagai salah satu syarat kelulusan program pascasarjana di Departemen Biofisika Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, kakak dan saudara-saudara penulis yang selalu memberikan doa, nasehat dan semangat kepada penulis. Kepada Bapak Dr. Husin Alatas sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Irzaman sebagai anggota komisi pembimbing yang selalu memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan penelitian ini. Kepada Bapak Hendradi Hardhienata, M.Si yang telah memberikan saran dan menyempatkan waktunya untuk berdiskusi mengenai penelitian ini. Terima kasih pula penulis ucapkan
kepada kepada DIKTI karena penelitian ini didanai sepenuhnya melalui program beasiswa unggulan.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kemajuan dari aplikasi material yang dikembangkan ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya untuk kita semua. Amiin.
Bogor, Desember 2009
pasangan alm. Bapak Hasannudin dan Ibu Maryati. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di SD N 03Jakarta (1990 – 1996), SLTP N 134 jakarta (1996 – 1999), SMUN 112 Jakarta (1999 – 2002) dan tahun 2002 penulis masuk ke Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor melalui SPMB. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa Pascasarjana pada Program Studi Biofisika Institut Pertanian Bogor. Penulis aktif dalam kegiatan mengajar seperti: guru matematika Yayasan Eka Wijaya Cibinong, Guru Fisika MAN 2 Bogor, dan dosen Universitas Pakuan untuk mata kuliah: Fisika dasar, Elektronika, Dasar-dasar Instrumentasi, serta Sistem digital. Penelitian yang telah dilakukan telah menghasilkan beberapa prosiding internasional maupun nasional, diantaranya: International Conference on Mathematics and Natural Science (ICMNS), International Conference on Instrumentation Communication and Information Technology (ICICI), dan Seminar Sains Nasional (SNS) IPB.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...3
1.3 Perumusan Masalah ...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4
2.1 Kristal Fotonik ...4
2.2 Formulasi Matematika ...5
2.3 Metode Matriks Transfer ...8
2.4 Distribusi Medan lapisan Defek...10
2.5 Katakteristik Transmitansi dalam PBG...12
2.6 Model Kristal Fotonik ...16
2.7 Divais Sensing...18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...20
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...20
3.2 Alat dan Bahan...20
3.3 Prosedur Penelitian ...20
3.3.1 Studi Pustaka ...20
3.3.2 Pembuatan Program...20
3.3.3 Analisis Output ...19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...21
4.1 Profil PPB Terkait dengan Variasi Jumlah Lapisan Bragg...20
4.2 Profil PPB Terkait dengan Variasi Ketebalan Lapisan Defek (Physical Thickness) ...24
4.3 Profil PPB Terkait dengan Variasi Ketebalan optik Lapisan Defek (Optical Thickness) ...27
4.4 Profil PPB Terkait dengan Sudut Datang ...29
4.5 Profil PPB Terkait dengan Variasi Indeks Bias Defek Pertama ...31
4.6 Profil PPB Terkait dengan Variasi Indeks Bias Defek Kedua dan Defek Ketiga ...32
Halaman
4.8 Optimasi Hasil...40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...43
5.1 Kesimpulan ...43
5.2 Saran...43
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Analogi persamaan nilai-Eigen untuk elektron dan foton... 6
2 Ciri buah manggis berdsarkan perbedaan warna ... 13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kristal fotonik satu, dua, dan tiga dimensi... 5
2 Vektor gelombang TE pada medium ... 8
3Modus yang terbentuk pada kristal fotonik satu dimensi (a) level energi diskrit yang terjadi dalam PBG (b) distribusi medan listrik yang dihitung untuk tiga modus defek ... 10
4 Distribusi medan dalam defek... 11
5 Respon PPB pada (a) defek pertama (b) defek kedua... 12
6 Add/dropp multiplexer menggunakan Fiber Bragg Grating (FBG) ... 14
7 Puncak transmisi untuk kristal fotonik tiga lapisan periodik dengan nilai Δnyang berbeda... 14
8(a) Diagram elemen sensing yang telah diajukan (b) Set up proses sensitifitas sensor absorbsi struktur nano yang diprediksikan dan digunakan untuk menguji air... 15
9 Model kristal fotonik dengan tiga lapisan defek sebagai sensor optik... 16
10 Divais sensor menggunakan kristal fotonik ... 18
11 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ
(
=2π ωc/)
dengan jumlah lapisan M-N-L-R=6-8-2-1 dan ketebalan lapisan defek dd1=dd2 =dd3 =7.6λ0/ 4... 2112 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ
(
=2π ωc/)
dengan variasi jumlah lapisan Bragg: merah (4-6-2-1), biru (4-5-2-1), hitam (4-7-2-1) ... 2213 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ
(
=2π ωc/)
dengan variasi jumlah lapisan yang memenuhi M+L+1=N+R: merah (3-5-2-1) biru (4-6-2-1), hitam (6-8-2-1) ... 23Halaman
variasi ketebalan lapisan defek untuk konfigurasi 6-8-2-1: (m=2.0),
biru(m=2.2), hitam (m=2.8)... 24 16 (a) Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ
(
=2π ωc/)
dengan konfigurasi 6-8-2-1 dan ketebalan lapisan 7.2λ0/4 (b) Plot
hubungan lebar ketiga defek (m) terhadap jarak antara dua PPB
( )
Δλpada konfigirasi 6-8-2-1 ... 25
17 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ,
(
=2π ωc/)
dengan konfigurasi 4-6-2-1 dan variasi ketebalan (a) lapisan defekpertama (b) lapisan defek kedua (c) lapisan defek ketiga: merah
(dd =λ0/ 4), biru (dd =2λ0/ 4), hitam dd =3λ0/ 4 ... 26
18 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ,
(
=2π ωc/)
dengan variasi ketebalan optikketiga lapisan defek (a) m=bilangan genap: merah (m=2), biru (m=4), hitam (m=6) (b) m=bilangan ganjil: merah (m=1), biru (m=3), hitam (m=5) untuk konfigurasi 4-6-2-1 ... 27 19 Plot hubungan kelipatan tebal lapisan optik ketiga defek terhadap λ... 2820 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ
(
=2π ωc/)
dengan variasiketebalan lapisan optik (a) pada lapisan defek pertama(b) pada lapisan defek kedua (c) pada lapisan defek ketiga untuk sistem
4-6-2-1 : merah (m=2), biru (m=4), hitam (m=4)... 29 21 (a) Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ
(
=2π ωc/)
terkait variasi sudut dating : merah (θ0 =00), biru (θ0 =300), hitam (θ0 =450) (b) Plot hubungan variasi sudut datang terhadap
puncak panjang gelombang untuk konfigurasi sistem 4-6-2-1 ... 30
22 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ
(
=2π ωc/)
terkaitHalaman
lapisan defek pertama untuk konfigurasi 4-6-2-1 (biru) dan
6-8-2-1(hitam) ... 32
24 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang terkait indeks bias
(a) lapisan defek kedua : merah (nd2 =2.1), biru (nd2 =1.45),
hitam (nd2 =1.33) (b) lapisan defek ketiga: merah (nd3 =2.1),
biru (nd3 =1.45), hitam... 33 25 (a) Plot hubungan indeks bias defek kedua terhadappuncaktransmitansi
(b) Plot hubungan indeks bias defek ketiga terhadap puncak transmitansi . 34
26 Perbandingan sensitifitas untuk sistem dua defek dengan tiga defek
(a) 2-4-2-1 dengan 2-4-2 (b) 4-6-2-1 dengan 4-6-2 ... 35
27 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ
(
=2π ωc/)
terkaitvariasi indeks bias lapisan defek pertama (a) untuk konfigurasi 4-6-2-1
(b) untuk konfigurasi 6-8-2-1 : merah (nd1=2.1), biru (nd1=2.2),
hitam (nd1 =2.2) ... 35 28 Distribusi medan dalam PPB dengan (a) nd1 =nd2 =nd3 =2.1 dan
(b) nd2 =2.5 (c) nd3 =2.5 untuk konfigurasi 6-8-2-1 ... 36 29 Distribusi medan dalam PPB dengan (a) M-N-L-R=1-2-8-6 dan
(b) M-N-L-R=4-6-2-1 ... 37 30 Distribusi medan dalam PPB untuk variasi lebar ketiga defek (a) 3λ0/ 4
dan (b) 4λ0/ 4... 38 31 Distribusi medan dalam PPB dengan variasi sudut datang (a) 300 dan
(b) 450... 39
32 Profil tiga dimensi distribusi medan dalam PPBdengan (a) nd3 =2.1
dan (b) nd3 =2.5... 39 33 (a) Plot hubungan indeks bias defek kedua terhadap puncak transmitansi
dengan variasi indeks bias defek ketiga (nd3=2.1), biru (nd3=2.0),
Halaman
variasi defek ketiga ... 40
34 Plot hubungan indeks bias defek kedua terhadap puncaktransmitansi
dengan variasi ketebalan lapisan defek kedua: merah (nd3 =2.1),
biru (nd3 =2.0), hitam (nd3 =1.9) ... 41
35 Plot hubungan indeks bias defek kedua terhadap puncak transmitansi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tahapan penelitian secara lengkap... 42
2 Penurunan persamaan nilai Eigen ... 43
3 Program Matlab untuk Kurva Transmitansi... 51
4 Program Matlab untuk Distribusi Medan... 54
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam sistem telekomunikasi, keterbatasan utama yang sudah menjadi masalah
umum adalah spektrum dan lebar-pita. Namun adanya keterbatasan tersebut tidak
selalu berdampak buruk, khususnya pada perkembangan di bidang telekomunikasi
karena mendorong lahirnya teknologi-teknologi terbaru. Meski selama berabad-aba
cahaya telah menjadi alat penting dalam perkembangan teknologi, baru pada era 50-an
setelah ditemukan transistor dan laser, manusia mulai melihat bahwa cahaya yang
koheren dari laser mempunyai potensi aplikasi yang luar biasa untuk diterapkan dalam
bidang komunikasi, pengolahan informasi, pengobatan, kedokteran, pengukuran,
pengolahan material, pertahanan militer, dan lain sebagainya. Dipicu oleh penemuan
laser dan potensinya tersebut, orang mulai tergoda untuk mengganti teknologi elektronik
dengan teknologi optik (fotonik), yang ditandai dengan munculnya serat optik, WDM
(Wavelength Division Multiplexing), fotodioda, modulator, dll. Semua teknologi optik
tersebut menjanjikan adanya peningkatan dalam lebar-pita, kemampuan pengolahan dan
penyimpanan informasi, dan sensor dengan sensitivitas yang tinggi. Pada tahun 80-an,
telah dilakukan studi untuk memanipulasi foton, kuanta dari cahaya, dengan cara yang
sama seperti semikonduktor mengendalikan elektron agar tercipta ”semikonduktor
cahaya”. Alasannya sederhana, dibalik pengembangan ini kecepatan informasi yang
dibawa akan meningkat pesat tak terbayangkan. Baru pada tahun 1987, Yablonovitch
dan John di dalam paper mereka yang diterbitkan di jurnal bergengsi (Phys. Rev. Lett.
58, 2486 dan Phys. Rev. Lett. 58, 2059) menggunakan istilah Photonic Crystal atau
Kristal Fotonik untuk semikonduktor cahaya tersebut.
Dasar pemikiran Yablonovicth dan John adalah terdapat analogi antara
karakteristik gelombang elektomagnetik struktur dielektrik periodik dengan gelombang
elektron dalam kristal alami. Kristal fotonik secara teoritis dianalisis menggunakan
solusi dari persamaan Maxwell dalam medium periodik sedangkan struktur elektronik
dari kristal alami dianalisis melalui persamaan Schrodinger. Akan tetapi, terdapat
analogi yang tidak lengkap, contohnya terdapat perbedaan pada struktur pita fotonik
pada kristal fotonik dan pita elektronik pada semikonduktor, karena elektron bermassa
vektor gelombang dan frekuensi untuk elektron adalah parabolik, sedangkan dalam
fotonik adalah linear. Elektron memiliki spin 1/2, tetapi seringkali diabaikan dalam
persamaan Schrodinger sehingga dibentuk aproksimasi gelombang skalar. Sebaliknya,
foton memiliki spin 1, tetapi untuk sistem dua dan tiga dimensi tidak dilakukan
aproksimasi sehingga tidak mengabaikan polarisasi dalam perhitungan kristal fotonik (K.
Sevim, 2004).
Hal inilah yang mendasari Yablonovitch sehingga dapat berasumsi bahwa studi
mengenai kristal fotonik dapat dilakukan dengan cara yang sama menggunakan
cahaya. Seperti halnya semikonduktor yang memiliki pita-terlarang elektronik
(electronic band-gap) pada tingkatan energi elektron, maka terdapat kemungkinan
untuk membuat struktur dielektrik periodik yang memiliki pita-terlarang fotonik
(photonic band-gap, PBG) dari frekuensi dimana tidak ada foton yang masuk atau
merambat kedalam kristal. Ide inilah yang mendasari diusulkannya struktur kristal
fotonik yang memiliki konstanta dielektrik termodulasi secara periodik dengan
konstanta kisi sebanding terhadap panjang gelombang yang diinginkan.
Struktur kristal fotonik terdiri atas susunan periodik dua atau lebih bahan
dielektrik transparan dan non-dispersif dengan indeks bias berbeda dan ketebalan
dalam panjang gelombang operasi (C. Sibilia, 2008). Meskipun aktivitas penelitian
meningkat untuk kristal fotonik dengan dimensi yang tinggi, sistem satu dimensi
tetap merupakan sebuah subjek yang sangat penting karena kesederhanaannya dari
segi teori, komputasi maupun fabrikasi. Fabrikasi Kristal fotonik satu-dimensi telah
umum dilakukan menggunakan medium dielektrik seperti TiO2, SiO2, dan CdS
(H.Alatas et al, 2006). Karakteristik transmitansi dalam kristal fotonik satu dimensi
dengan atau tanpa lapisan defek telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai divais
optik, seperti: waveguide, filter, optical switches, distributed Bragg reflector (DBR),
dan sensor.
Pada penelitian ini, studi mengenai kristal fotonik satu dimensi dibatasi dan
mengarah pada aplikasi sensor. Meskipun fenomena pada kristal fotonik satu dimensi
telah banyak dikembangkan untuk sensor, seperti pergeseran fase pada pita-sisi
fotonik (photonic band-edge, PBE) (A. O. Cakmak, 2005) dan pergeseran fase pada
pita-lewat fotonik (photonic pass-band, PPB) (A. Banerjee, 2009), penelitian ini
Dalam penelitian ini, metode matriks transfer digunakan untuk melihat pola
transmitansi dan distribusi medan yang terjadi dalam kristal fotonik dengan tiga
lapisan defek. Perubahan pada transmitansi puncak sebagai respon atas perubahan
parameter yang mempengaruhinya dianalisis dalam upaya mencari kondisi optimal
agar sistem yang digunakan dapat diaplikasikan sebagai divais sensor dan filter
panjang gelombang. Selanjutnya, optimalisasi sensitivitas dari divais terkait
merupakan tahap terakhir yang penting sebelum fabrikasi dibuat.
1.2Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mempelajari karakteristik struktur
kristal fotonik dengan defek ketiga dalam kristal fotonik satu dimensi terkait
potensinya sebagai sensor optik. Secara khusus diteliti efek dari perubahan
masing-masing lapisan defek terhadap transmitansi dari pita-lewat fotonik (photonic pass
band, PPB).
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperoleh
gambaran secara umum tentang fenomena yang terjadi pada kristal fotonik satu
dimensi dengan tiga defek yang dapat diaplikasikan pada divais sensor dan filter
panjang gelombang.
1.3Perumusan Masalah
Masalah penelitian ini difokuskan pada kajian teoritis tentang karakteristik
PPB terhadap perubahan beberapa parameter fisis seperti lebar defek, indeks bias
defek serta sudut datang untuk kristal fotonik dengan tiga defek tersebut. Respon
PPB pada masing-masing defek dianalisis dalam upaya melihat fenomena yang
memiliki potensi untuk dikembangkan kearah sensor. Sensitivitas transmitansi PPB
sebagai respon dari perubahan indeks bias defek kedua untuk kasus kristal fotonik
dengan tiga defek dapat dibandingkan dengan kristal fotonik dua defek.
Berdasarkan karakteristik transmitansi PPB yang diperoleh dapat dilakukan
optimasi ketebalan optik dari salah satu dari ketiga defek untuk memperoleh struktur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kristal Fotonik
Kristal fotonik satu dimensi yang pertama kali dipelajari oleh Lord Rayleigh
tahun 1887 adalah struktur metalik atau periodik yang didesain untuk mengontrol
perambatan cahaya. Ia telah menunjukkan bahwa perambatan cahaya bergantung
pada sudut dan terlarang untuk range frekuensi tertentu. Banyak divais
optoelektronik menggunakan kristal fotonik satu dimensi sebagai filter frekuensi atau
cermin dielektrik (Kurt.H, 2006). Dengan kristal fotonik, seseorang dapat
memanipulasi foton dengan cara yang menakjubkan karena memiliki sifat absorbsi
yang sangat rendah pada frekuensi berapapun dan hal itu menjadikannya bahan yang
baik yang dapat digunakan dalam laser dan telekomunikasi optik. Dengan
menggunakan suatu cacat (defect), seseorang dapat memandu cahaya dengan
berbagai cara, termasuk pembelokkan atau pelengkungan tajam. Bahkan lebih
hebatnya lagi, seseorang dapat memerangkap cahaya dengan menggunakan suatu
rongga yang sempit (microcavity), dimana cahaya tidak dapat lolos.
Ketika cahaya mengenai lapisan, masing-masing permukaan merefleksikan
sebagian dari medan. Jika ketebalan dari masing-masing lapisan dipilih untuk nilai
yang sesuai, medan yang direfleksikan akan berkombinasi di dalam fase,
menghasilkan interferensi konstruktif, dan reflektansi yang kuat, yang disebut
sebagai refleksi Bragg. Telah dibuktikan bahwa hamburan Bragg dalam struktur
dielektrik periodik menjadi penyebab munculnya PBG. Ketika periodisitasnya
dirusak oleh adanya defek dalam kristal fotonik, lokalisasi modus defek akan muncul
di dalam PBG karena perubahan interferensi dari cahaya yang disebut PPB (O.
Schmidt et.al, 2007).
Dalam kasus kristal fotonik satu dimensi, dimana medium dielektrik memiliki
indeks bias positif (disebut juga right-handed material), telah diketahui bahwa
perubahan cahaya datang dari normal hingga membentuk sudut, panjang optik efektif
dari semua lapisan medium termasuk lapisan defek menjadi tereduksi. Inilah
pengaruh kuat timbulnya proses interferensi dalam kristal fotonik dan kemudian
ini, fenomena PBG telah digunakan untuk cermin dielektrik hanya pada batas range
frekuensi yang sempit untuk sudut tertentu atau sampai range sudut tertentu,
sedangkan pada PPB telah digunakan untuk filter hanya pada batas insiden normal
(Kun-yuan Xu et al, 2005).
Untuk kristal fotonik satu dimensi dengan satu defek asimetrik, telah
ditunjukkan bahwa puncak dari PPB bisa divariasikan oleh perubahan indeks bias
medium luar (background) dengan tanpa perubahan dalam posisi (H. Mayditia et al,
2006). Secara numerik, telah ditunjukkan pula efek yang sama tetapi lebih fleksibel
terdapat pada kristal fotonik satu dimensi dengan dua defek. Sifat dari PPB ini bisa
diaplikasikan untuk membangun filter frekuensi dan divais sensor.
Gambar 1 Kristal fotonik satu, dua, dan tiga dimensi (C. Sibilia, 2005)
Penelitian tentang kristal fotonik satu dimensi telah berkembang pesat tidak
hanya terbatas pada material dielektrik. Sampai saat ini, telah banyak digunakan
bahan metal yang transparan (metallo-dielectric) untuk manghasilkan transmisi
maksimum pada semua range panjang gelombang, dari ultra-violet (UV) hingga
gelombang radio (microwave). PPB yang dihasilkan menggunakan bahan metallo
dielectric lebih baik dari segi transmisi dibandingkan semua bahan dielektrik (
all-dielectric) sehingga cocok digunakan sebagai filter untuk range yang panjang (Z.
Jaksic, 2004).
2.2 Formulasi Matematika
Pencarian metode terbaik untuk mengontrol perambatan cahaya selalu menjadi
prioritas utama. Perhatian akan terpusat pada interaksi medan elektromagnetik
pertama dan benar-benar yang paling penting dalam teori ini. Langkah pertama
adalah menurunkan semua formula dalam persamaan Maxwell. Komponen dalam
gelombang elektromagnetik, medan listrik dan medan magnet merambat melalui
medium yang bebas muatan dan arus bebas telah terhubung melalui 4 persamaan
Maxwell, yakni: ) , ( ) ,
( B r t
t t
r
EG G G G
G ∂ ∂ − = ×
∇ (1)
) , ( ) , ( ) ,
( D r t J r t t
t r
HG G G G
G + ∂ ∂ = × ∇ (2) 0 ) , ( = ⋅
∇G BG rG t (3)
) , ( ) ,
(r t r t
DG G G
G
ρ
= ⋅
∇ (4)
Notasi standar untuk medan listrik (EG), medan magnet ( ), perpindahan
listrik ( ), dan induksi magnet (
HG
D JG
BG) telah digunakan dalam persamaan ini. Dengan
menggunakan aljabar vektor dan dua persamaan konstitutif, persamaan maxwell
dapat dibentuk menjadi sebuah persamaan nilai-Eigen.
2
1
[ ( , )] ( , ) ( )r E r t c E r t
ω ε
⎛ ⎞
∇ × ∇ × = ⎜ ⎟
⎝ ⎠
JG JG JG G JG G
(5)
2
1
[ ( , )] ( , ) ( )r H r t c H r t
ω ε
⎛ ⎞
∇ × ∇ × = ⎜ ⎟
⎝ ⎠
JG JG JJG G JJG G
(6)
Persamaan (5) dan (6) memiliki beberapa kesamaan dengan persamaan
nilai-Eigen Schrodinger dalam mekanika kuantum sebagaimana terangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1 Analogi persamaan nilai-Eigen untuk elektron dan foton
Teori kuantum Teori elektromagnetik
Medan ( . )
( , )r t ( )r ei k r ωt
ψ =ψ − ( . )
( , ) ( ) i k r t E r t =E r e −ω Persamaan nilai-Eigen Hψ =Eψ
(
)
2/
E c
ξ = ω E
Operator 2 2
/(2 ) ( )
H = − ∇h m +V r ξ = ×
(
1 ε( )r)
×∇×∇×Hamiltonian dari teori kuantum ( ) menentukan energi-Eigen ( ) untuk
objek, sedangkan operator ξ menjelaskan frekuensi Eigen untuk gelombang EM (
H E
Persamaan gelombang elektromagnetik sebagai persamaan nilai-Eigen merupakan
titik penurunan di dalam kristal fotonik.
Mengingat kembali identitas tertentu dari aritmatika vektor:
2
( )A ( . )A
∇×∇×JG JG JJG JG JG JG JG JG= ∇ ∇ − ∇ A (7)
dan menyesuaikan dengan persamaan Maxwell, dimana . ( )∇JGε r =0 dan ( )μ r ≈1,
persamaan nilai-Eigen diatas menjadi:
2 2
0 0 2 E E t μ ε ε ∂ ∇ = ∂ JG JG JG (8) 2 2
0 0 2 H H t μ ε ε ∂ ∇ = ∂ JJG JG JJG (9)
Salah satu solusi umum dari persamaan (9) adalah persamaan gelombang datar
harmonis monokromatik yang bergantung waktu E r t
( )
, =E r e( )
−i tω , yang jikadimasukkan kembali kedalam persamaan (9) menghasilkan gelombang EM dalam
domain frekuensi
(
∇ +2 k2)
E r(
,ω)
=0 . Dalam sistem koordinat kartesius,persamaan tersebut tereduksi menjadi tiga persamaan skalar untuk masing-masing
komponen medan listrik Ez, Ex, dan Ey. Persamaan ini bisa dipecahkan melalui
separasi variabel. Untuk gelombang TE, medan listrik adalah
terpolarisasi secara linear pada arah y dan digambarkan dalam bentuk fungsi skalar
skalar
(
0,Ey, 0=
E
)
( )
,y
E z y , sehingga dihasilkan:
( )
,( )
ik yyE z y =E z e (10)
Dengan menggunakan teknik separasi variabel, didapatkan solusi umum persamaan
gelombang datar harmonik
(
i k z(z t) i k z( z t))
ik yyE= Ae −ω +Be− −ω e (11)
Dari solusi persamaan gelombang yang dihasilkan ditambah dengan aturan
syarat batas, dapat dibentuk matriks transfer yang menghubungkan medan yang
ditransmisikan dengan medan input. Penelitian ini dibatasi hanya pada kasus
grlombang TE (transverse-electric), dimana komponen medan listrik hanya ada pada
' E H i θ E x y z
Gambar 2 Vektor gelombang TE pada medium
2.3 Metode Matriks Transfer
Metode matriks adalah cara yang baik untuk menganalisis secara akurat
transmisi gelombang EM dalam medium berlapis. Secara umum, formalisme matriks
digunakan untuk menghubungkan komponen medan listrik dan medan magnet pada
tiap lapisan (L.Carretero et al, 2006). Metode matriks transfer standar digunakan
untuk meneliti transmitansi dari gelombang TE dan TM. Keuntungan dari metode
matriks transfer adalah memberikan solusi numerik-eksak dari modus yang dibuat
dan secara relatif mudah memodifikasi jika susunan model yang dibuat ingin diubah.
Medan pada lapisan akhir fotonik kristal untuk kedua polarisasi bisa dihitung dari
hubungan berikut: ( ) / 1 / 0 i t TE TM r t E E
E E τ
⎛ ⎞ ⎛ ⎞
=
⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎝ ⎠ (12)
dimana , dan adalah medan listrik yang datang, yang direfleksikan, dan
yang ditransmisikan. Matriks transfer yang menghubungkan medan listrik tersebut
adalah:
i
E Er Et
(
) (
)(
) (
)
(
) (
)(
)
1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1
1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 0
M N
D D D D
L R
D D
P PQ P Q P Q P Q PQ P Q P Q P Q
PQ P Q P Q P Q PQ P Q P
τ − − − − − − − − −
− − − − − −
= 1
(13)
i
P and Qi untuk polarisasi TE dan TM diberikan oleh:
1 1
cos cos
TE i
i i i i
P
k θ k θ
⎛ ⎞
= ⎜ − ⎟
⎝ ⎠, dan
cos cos
cos cos
cos cos
i i i i
i i
i i i i
i i
ik d ik d
TE
i ik d ik d
i i i i
e e
Q
k e k e
cos i cos TM i i i P k k i θ θ ⎛ ⎞ = ⎜ − ⎟
⎝ ⎠, dan
cos cos cos cos
cos i i i cos i i i
i i i i
i i
ik d ik d
i i
TM
i ik d ik d
i i
e e
Q
k e k e
θ θ θ θ θ θ − − ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ =⎜ ⎟ − ⎝ ⎠
dengan ki =niω/c, i = 0, 1, 2 Lapisan Bragg dan medium luar, sedangkan
1 1 /
d d
k =n ω c, kd2 =nd2ω/c, kd3 =nd3ω/c adalah untuk lapisan defek, θi menunjukkan sudut datang pada masing-masing layer. Transmitansi medan listrik
diberikan sebagai berikut:
2 2
/
t i
T = E E (14)
Nilai transmitansi antar lapisan dapat ditulis:
(
)
2 1
, 1 2 2
1 1 1 1 1 1
2
2 cos( ) sin( )
i i
ik d i i i i
i i i i i i i i
e k k T
k k k d i k d k k
+ + + + + + + + ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ = − + ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ (15)
Transmitansi total untuk satu sistem kristal fotonik bias didapatkan dengan cara
mengalikan seluruh transmitansi antar lapisan.
Metode matriks transfer ini merupakan metode standar yang menggunakan
beberapa asumsi sebagai bentuk idealisasi dari beberapa parameter dan
penyederhanaan dari segi komputasi, yakni:
a. Bahan bersifat isotropik homogen, sehingga tensor ε dan dianggap skalar.
Sebenarnya ε( )r merupakan bilangan kompleks ( )ε r =a r( )+ib r( ). Bagian
imajinernya adalah atenuasi bahan yang akan merubah intensitas cahaya, namun
pada tugas akhir ini dibatasi hanya pada bahan yang memiliki absorbsifitas
rendah (low-loss dielectric), berarti ( )ε r berupa bilangan real.
b. Bahan bersifat linier, sehingga respon bahan terhadap medan luar seperti P
(polarisasi listrik) dan M (polarisasi magnetik) diabaikan.
c. Bahan bersifat non-magnetik, sehingga = 0
d. Indeks bias medium dianggap konstan yang dalam kenyataannya indeks bias
merupakan fungsi dari panjang gelombang, sebagai contoh untuk perak (Ag)
pada panjang gelombang diatas 350 nm memiliki nilai indeks bias yang berubah
memenuhi persamaan 3 / 4 2
b c
a
n e λ λ
⎛ + + ⎞ ⎜
⎝
= ⎟⎠, dimana a = 0.48332493, b = 4.2648334,
2.4 Distribusi Medan dalam Lapisan Defek
Defek pada kristal fotonik satu dimensi bisa didapatkan dengan memodifikasi
salah satu dari indeks bias atau ketebalan dari salah satu lapisan kristal. Modus
elektromagnet bisa terjadi pada frekuensi yang diskrit di dalam PBG, bergantung
pada modifikasi indeks bias yang diberikan atau pada panjang optik (optical
thickness) pada lapisan defek. Gambar 3a menunjukkan perubahan yang muncul
pada diagram pita ketika katebalan dari salah satu lapisan yang memiliki indeks bias
tinggi dinaikkan.dengan faktor 2, misalnya ketika sebagai ganti .
Pada kasus ini, level energi diskrit ditemukan pada masing-masing dari tiga PBG
yang pertama (J. M. Lourtioz, 2008).
' 1 0.4
d = a
a
1 0.2
d = a
Gambar 3 Modus defek yang terbentuk pada kristal fotonik satu dimensi ( dan ). Ketebalan dari salah satu lapisan berindeks bias tinggi
dinaikkan dengan faktor 2. (a) level energi diskrit yang terjadi dalam PBG (b) distribusi medan listrik yang dihitung untuk tiga modus defek. (J. M. Lourtioz, 2008)
1 0.2
d = a d2 =0.8
Pada kristal fotonik yang disisipkan defek, akan muncul modus resonansi
dalam selang PBG dimana frekuensi gelombang EM yang datang sama dengan
frekuensi modus defek kristal fotonik yang diberikan. Gelombang dengan modus
atau frekuensi defek tersebut akan dipantulkan terus-menerus secara harmonik di
sekitar modus defek oleh DBR (distributed Bragg reflector) sebelah kiri dan kanan
lapisan defek yang berfungsi sebagai cermin PBG. Akibatnya, foton-foton akan
terlokalisir di sekitar defek dan menimbulkan peningkatan medan yang besar.
dalam PBG pada frekuensi resonansinya.yang sering disebut modus defek atau atau
frekuensi PPB.
Resonansi yang terjadi pada defek yang berfungsi sebagai rongga (cavity)
memiliki banyak aplikasi potensial yang menghasilkan respon spektra yang tajam
dan intensitas medan yang sangat kuat ketika kondisi resonansi terpenuhi. Sifat ini
bisa digunakan untuk filter lebar-pita yang tipis dan pemilih panjang gelombang
terkopel yang keduanya dibutuhkan untuk sistem optik WDM (wavelength-division
multiplexing) untuk mengoperasikan kanal frekuensi tunggal. Intensitas medan yang
tinggi karena cahaya terperangkap dalam rongga yang kecil bisa menguatkan
interaksi cahaya dengan materi, menghasilkan aplikasi fotonik yang ideal seperti
laser dan optik non-linier. Gejala ini juga bisa digunakan dalam aplikasi sensor dan
[image:30.595.197.398.350.488.2]penelitian yang lebih fundamental dalam emisi spontan terkendali.
Gambar 4 Distribusi medan dalam defek (A. Sopaheluwakan, 2003)
Profil medan EM yang berpropagasi dalam lapisan kristal fotonik dapat
dihitung dengan menggunakan metode matriks transfer dan mempertimbangkan
kesimetrian translasi. Solusi medan EM yang masuk pada arah-z tegak lurus lapisan
kristal dan merambat pada lapisan n1dan n2 dapat ditulis sebagai berikut:
1 2 1
( ( ( 1) )) ( ( ( 1) ))
( ) ikj z nd n d ikj z nd n d
n n n
E z =A e − + − +B e− − + − 2
(15)
dimana =1, 2, 3,….dst, sedangkan dan merupakan amplitudo medan yang
ditransmisikan dan direfleksikan tiap lapisan,yakni: dan .
merupakan matriks antar lapisan yang dapat ditulis:
n An Bn
(1,1)
n ij
A =T Bn =Tij(2,1) Tij
1
1
. .
ij i j ij
Indeks , sedangkan dan Q merupakan matriks yang telah
dirumuskan pada persamaan sebelumnya. 0,1, 2
i= j=1, 2 P
2.5 Karakteristik Transmitansi PPB dalam PBG
Pada kristal fotonik dua defek dapat menghasilkan PPB yang memiliki
karakteristik yang unik sebagai respon atas perubahan material pada lapisan defek
tersebut. Untuk lapisan defek pertama, perubahan material memberikan efek
pergeseran posisi PPB (pergeseran frekuensi) yang dapat dimanfaatkan sebagai filter
optik, sedangkan untuk lapisan defek kedua, perubahan material memberikan efek
perubahan transmitansi PPB yang dapat dimanfaatkan sebagai sensor optik.
Selanjutnya defek pertama dapat disebut sebagai regulator dan defek kedua disebut
[image:31.595.189.459.338.493.2]sebagai reseptor.
Gambar 5 Respon PPB pada (a) defek pertama dan (b) defek kedua (H.Alatas et al, 2006)
Efek pergeseran pada PPB dapat dimanfaatkan dalam sistem pemantau
peningkatan mutu buah berdasarkan tingkat ketuaan dan dan kematangan (indeks
warna). Alternatif baru dalam penentuan buah berdasarkan tingkat kematangannya
adalah melalui interpretasi citra dengan bantuan piranti komputer dengan terlebih
dahulu mengambil citra buah dengan alat perekam atau kamera. Citra yang ditangkap
merupakan cahaya yang ditangkap merupakan cahaya yang direfleksikan dari sebuah
objek. Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari
berkas cahaya tersebut dan pantulan cahaya ditangkap ditangkap oleh sensor. Dengan
memilih material yang sesuai untuk lapisan defek pertama dan mengatur
yang sesuai dengan tingkat kematangan buah. Cara yang lebih fleksibel dapat pula
dengan memilih ketebalan lapisan defek yang sembarang dan mengatur posisi sudut
jatuhnya cahaya terhadap garis normal sehingga posisi PPB bisa diatur untuk
memfilter panjang gelombang tersebut. Dibawah ini dapat disajikan contoh tingkat
kematangan buah manggis berdasarkan perbedaan warna.
Tabel 2 Ciri buah manggis berdasarkan perbedaan warna
Gambar Ciri
Warna buah kuning-kehijauan. Kulit buah masih banyak mengandung getah dan buah belum siap dipetik.
Warna kulit buah hijau-kekuningan, buah belum tua dan getah masih banyak. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging. Buah belum siap dipanen.
Warna kulit buah kuning-kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Buah hampir tua dan getah mulai berkurang. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging.
Warna kulit buah merah-kecoklatan. Kulit buah masih bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan daging kulit. Buah disarankan dapat dipetik untuk tujuan ekspor.
Warna kulit buah merah-keunguan. Kulit buah masih sedikit bergetah. Isi buah sudah dapat disahkan dari daging kulit dan buah dapat dikonsumsi. Buah dapat dipetik untuk tujuan ekspor.
Warna kulit buah ungu-kemerahan. Buah mulai masak dan siap dikonsumsi . Buah dapat dipetik untuk tujuan ekspor.
Warna kulit buah ungu-kehitaman. Buah sudah masak. Buah sesuai untuk pasar domestic dan siap saji.
Pengolahan citra pada dasarnya erat kaitannya dengan pengolahan warna,
karena warna merupakan sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang.
Warna merupakan faktor penting dalam proses identifikasi dari suatu objek. Menurut
Zaenul Arham, dkk. (2004), persepsi warna dalam pengolahan citra tergantung pada
memantulkan warna), kandungan spektral (kandungan warna dari cahaya yang
menyinari permukaan), dan respon spektral (kemampuan merespon warna dari
sensor dalam imaging system). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa ada beberapa
modus warna yang dapat digunakan sebagai dasar pengidentifikasian tersebut, yaitu:
modus warna RGB, CMY, dan HSI.
Kemampuan kristal fotonik sebagai filter banyak dikembangkan pada sistem
komunikasi optik, khususnya menambah atau mengurangi panjang gelombang dari
multi sinyal (multiplexed) menggunakan Fiber Bragg Grating (FBG). Pada Gambar
6, empat kanal yang ditunjukkan oleh empat warna melewati FBG melalui sirkular
optik. FBG yang didalamnya terdapat kristal fotonik satu dimensi dapat di set agar
merefleksikan salah satu kanal dimana untuk gambar ini adalah kanal empat. Sinyal
dipantulkan kembali ke sirkulator dan keluar dari sistem bersamaan dengan
masuknya sinyal yang lain pada titik yang sama dalam jaringan. Sistem ini dapat
digunakan untuk sinkronisasi data dari salah satu kanal. Sensitivitas dari FBG
terhadap regangannya (Δλ λB/ ) berhubungan dengan perubahan dari temperatur (L.
H Sheng et al, 2007).
Gambar 6 Add/drop multiplexer menggunakan Fiber Bragg Grating (FBG)
Respon pergeseran PPB baru-baru ini juga telah dimanfaatkan untuk sistem
yang lain, yakni kristal fotonik dengan tiga lapisan periodik yang ternyata
menghasilkan respon pergeseran PPB terhadap perubahan indeks bias lebih sensitif
dibandingkan kristal fotonik dengan dua lapisan periodik. Dalam (A. Benerjee, 2009)
telah ditunjukkan bahwa kristal fotonik satu dimensi dengan tiga lapisan periodik
lebih unggul dibandingkan kristal fotonik satu dimensi dengan dua lapisan defek
untuk aplikasi omnidirectional reflector, tunable optical filter, dan refractomtric
tiga lapisan periodik menghasilkan puncak transmitansi yang tipis mendekati PBE
dengan pergeseran panjang gelombang sebesar 0.35 nm untuk masing-masing
[image:34.595.196.401.157.302.2]perubahan indeks bias lapisan defek pertama 0.01.
Gambar 7 Puncak transmisi untuk kristal fotonik tiga lapisan periodik dengan nilai yang berbeda (A. Benerjee, 2009)
n Δ
Untuk efek penurunan transmitansi PPB dapat digunakan sebagai sensor,
misalnya untuk mengontrol kualitas air. Sensor yang telah dikembangkan adalah
kristal fotonik satu dimensi. Satu cara dibutuhkan untuk menyeleksi panjang
gelombang yang merambat sebelum terserap oleh air murni, namun akan terserap
terserap oleh pencemar organik dan inorganik. Cara terbaru untuk monitoring
kualitas air adalah spektroskopi absorbsi berbasis kristal fotonik satu dimensi dengan
satu defek. Untuk membentuk sensor yang lebih sensitif, sumber cahaya
menggunakan dioda biru yang dipompa oleh laser (blue DPPS laser) dengan panjang
gelombang 473 nm, yang akan diserap kuat oleh pencemar yang larut dalam air. Air
dipompa melalui rongga dan pengaturan jarak secara mekanis sangat penting untuk
penyempurnaan sistem secara permanen, yang terdiri atas pelapisan dua struktur
lapisan nano pada substrat gelas. DPSS laser diemisikan pada panjang gelombang
473 nm melalui sampel air yang terkontaminasi menuju sensor yang terdiri atas dua
lapisan tipis, masing-masing terdiri atas lapisan zinc-oxide dan silicon-oxide,
2xS(HL)6 dengan indeks bias yang telah ditentukan. Spektra dari cahaya yang
ditransmisikan dalam puncak yang sempit dibentuk oleh rongga yang berisi air murni
(a)
(b)
Gambar 8 (a) Diagram elemen sensing yang telah diajukan (b) Set-up proses sinyal dan sensitivitas sensor absorbsi struktur nano yang diprediksikan dan digunakan
untuk menguji air (M. Vasiliev, 2008)
Sensitivitas dari sensor ditunjukkan oleh Gambar 8 yang menunjukkan kedua
spektrum cahaya yang melalui sensor dan mengalami perubahan puncak
transmitansi disebabkan variasi absorbsi air dari A=0.0005/cm sampai 0.00055/cm
(untuk air murni dan air yang terkontaminasi secara berturut-turut). Efek perubahan
absorbsi (dibandingkan dengan absorbsi air murni) dalam rongga relatif kecil,
meskipun demikian dapat diukur dengan mudah menggunakan rangkaian yang
sensitif. Menggunakan transformasi Fourier untuk pemrosesan sinyal, perubahan
absorbsi pada skala kecil masih dapat diukur.
2.6 Model Kristal Fotonik
Model kristal fotonik 1D untuk kasus tiga lapisan defek terdiri atas lapisan
[image:35.595.94.511.109.420.2]yakni: sebagaimana struktur
yang diilustrasikan pada Gambar 9. and menunjukkan indeks bias lapisan
Bragg dan ketebalannya yang ditandai dengan . Tiga lapisan defek
ditandai oleh
(
)
(
)
0 1/ 2 1 1/ 2 2( 1/ 2) 3( 1/ 2) 0
M N L R
s s
n n n n D n n D n n D n n n n
1
n n2
1 2
(n n/ ) (d1/d2)
( ) (
D1 ≡ nd1/n2)
,( ) (
D2 ≡ nd2/n2)
, dan( ) (
D3 ≡ nd3/n2)
yangdihubungkan dengan ketebalannya
(
dd1/d2)
,(
dd2/d2)
dan(
dd3/d2)
secaraberturut-turut. Indeks bias substrat dan medium latar berturut-turut adalah nsdan n0 .
Gambar 9 Model kristal fotonik dengan tiga lapisan defek sebagai sensor optik
Jumlah lapisan sel disebelah kiri D1 , diantara D1 dan D2, diantara D2 dan
3
D , dan disebelah kanan D3 diberikan oleh M, L, N, and R secara berturut turut. Dalam eksperimen numerik ini, diasumsikan bahan yang digunakan memiliki
absorbsifitas yang rendah (low-loss media). Nilai parameter yang diberikan adalah
sebagai berikut: n0 =1 (udara), ns =1.57 (BK7), n1=2.1 (Ta2O5), n2 =1.38 (MgF2)
dan ketebalan optik memenuhi kondisi quarter wave stack: n d1 1=n d2 2 =λ0/ 4,
dimana panjang gelombang operasi λ0 diberikan oleh 550 nm. Tiga defek sel dipilih
identik, dengan dd1 =dd2 =dd3 =λ0/ 2. Nilai parameter semua itu tidak akan dinyatakan lagi, kecuali jika kita menggunakan nilai berbeda.
Untuk fabrikasi, nilai indeks bias cacat dapat dipilih berdasarkan material yang
memang sudah dikenal umum dan untuk aplikasi sensor, material yang akan
disensing dapat ditempatkan pada layer defek kedua dengan indeks bias yang dapat
Tabel 3 Nilai indeks bias material
Material Nilai Indeks Bias
MgF2 1.38
SiO2 1.45
Al2O3 1.70
PASOII 1.80
Ta2O5 2.10
TiO2 2.21
TiO 2.40
ZnSe 2.50
ZnTe 2.78
GaAs 3.61
2.7 Divais Sensor
Pada tahun terakhir beberapa aplikasi dari biosensor sudah muncul yang
berbasis pada sifat pergeseran spektra transmisi dan refleksi pada permukaan atau
objek. Sensor Surface Plasmon Resonance (SPR) telah digunakan secara luas untuk
screening interaksi biokimia, sedangkan grup peneliti yang lain mengembangkan
biosensor optik berbasis pada rongga Fabry-Ferot (Fabry-Ferot cavities) dalam
lubang silikon atau filter frekuensi resonansi modus terkopel (guided modus
resonance reflectance filters). Aplikasi lain adalah menggunakan pergeseran
resonansi optik untuk menguji DNA (O.Schmidt et al, 2007).
Karakteristik unik pada PPB selain digunakan sebagai filter, juga dapat
dikembangkan sebagai sensor optik terkait dengan fungsi defek salah satunya
sebagai regulator dan yang lainnya sebagai reseptor. Sensor optik yang mungkin
dapat dikembangkan adalah sensor indeks bias yang dapat mengukur konsentrasi zat
dalam suatu larutan, misalnya sensor konsentrasi gula atau konsentrasi garam.
Sebagai contoh, indeks bias larutan gula untuk konsentrasi 30% adalah 1.37,
Untuk membentuk sebuah sensor optik, kristal fotonik bisa dioptimasi hingga
menghasilkan modus resonansi yang sangat sempit dimana panjang gelombang
sangat sensitif terhadap modulasi yang terinduksi oleh deposisi material biokimia
pada lapisan defek. Sebuah struktur sensor terdiri atas material transparan yang
memiliki indeks bias rendah dengan struktur permukaan periodik yang dicoating
dengan lapisan tipis berindeks tinggi. Sumber cahaya yang terkolimasi mengenai
kristal fotonik dan melewati lapisan defek yang dimasukkan fluida/larutan yang akan
disensing. Cahaya yang dutransmisikan pada lapisan akhir kristal fotonik ditangkap
detector cahaya dan masuk spektrometer UV-VIS yang diinterface dengan komputer
sehingga dapat menampilkan pola PPB.
sumber
cahaya sampel
detektor cahaya
Spektrometer UV-Vis
Gambar 10 Divais sensor menggunakan kristal fotonik
Mekanisme sensor optik yang banyak menarik perhatian adalah sensitivitas dan
resolusi. Prinsip dari prosedur sensor menggunakan kristal fotonik telah dibangun
menggunakan variasi indeks bias. Pergeseran spektrum optik, kopling panjang
gelombang sangat berhubungan dengan perubahan indeks bias. Sensitivitas dari
sensor dapat dipahami melalui bentuk relasi dispersi dan dengan pergeseran fase dari
gelombang EM khususnya pada pita-sisi fotonik (photonic band-edge) (A. O.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan januari 2009-Juni september 2009 di
Laboratorium Fisika Teori dan Komputasi, Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor
3.2 Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah komputer
berprosessor AMD Opteron 64 Bit di Laboratorium Fisika Teori dan
Komputasi,Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor. Software yang digunakan untuk
komputasi adalah bahasa pemrograman Matlab 7.5.0. Untuk mendukung penelitian ini,
sumber referensi yang digunakan selain buku literatur, juga informasi yang diperoleh
dari internet yang diakses dari Laboratorium.
3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Studi Pustaka
Studi pustaka diperlukan untuk mengembangkan metode matriks transfer kristal
fotonik kasus tiga cacat serta menurunkan secara analitik distribusi nedan dalam lapisan
cacat. Selain itu studi pustaka diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan
yang telah dicapai dalam bidang yang diteliti.
3.3.2 Pembuatan Program
Program dirancang untuk melihat karakteristik dari PPB dan pengaruh parameter
fisis (lebar cacat dan indeks bias cacat), melihat distribusi medan dalam lapisan defek,
serta optimasi sensitivitas melalui parameter fisis agar dapat diaplikasikan pada divais
sensor dan filter.
Analisis output dilakukan terhadap hasil simulasi yang diperoleh agar dapat
mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi output. Optimasi juga dilakukan agar
output meningkat mendekati dengan hasil eksperimen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil PPB Terkait dengan Variasi Jumlah Lapisan Bragg
Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya, bahwa adanya defek pada
kristal fotonik menyebabkan munculnya PPB di dalam PBG. Untuk modus kristal
fotonik 1D dengan dua defek, telah berhasil difabrikasi dan menghasilkan dua PPB
dengan karakteristik yang bergantung pada indeks bias dan lebar lapisan. Fabrikasi
modus kristal fotonik 1D dengan dua defek mengarah pada aplikasi sensor dan filter
panjang gelombang. Akan tetapi, desain dan sensivitas masih sangat perlu
dikembangkan mengingat keterbatasan material, minimnya alat, serta kesesuaian
dengan output yang diharapkan.
Tω
[image:40.595.197.420.438.612.2](nm)
Gambar 11 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang, λ λ
(
=2π ωc/)
dengan jumlah lapisan: M-N-L-R=6-8-2-1 danketebalan ketiga lapisan defek1 2 3 7.6 0/ 4
d d d
d =d =d = λ
Simulasi modus kristal fotonik dengan tiga defek asimetrik menunjukkan
adanya tiga PPB sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 11. Tiga PPB muncul pada
hijau), dan 608.96 (warna jingga). Munculnya tiga PPB dapat dipahami bahwa ketiga
lapisan defek pada sistem kristal fotonik memiliki sifat yang sama, baik indeks
biasnya maupun lebar defeknya, sehingga resonansi tepat terjadi pada tiga lapisan
defek tersebut. Konfigurasi modus ini dapat digunakan untuk filter panjang
gelombang sehingga untuk sumber cahaya polikromatik dapat melewatkan tiga
panjang gelombang saja dengan pemilihan panjang gelombang yang dapat diatur,
karena posisi dari tiga PPB tersebut dapat diatur dengan merubah nilai sudut datang
atau lebar pada tiga lapisan defek tersebut. Salah satu contohnya adalah filter untuk
gas tertentu yang memiliki indeks bias yang spesifik dan memiliki kebergantungan
terhadap suhu dan panjang gelombang (N. J. Florous, 2006). Aplikasi lain adalah
sistem ini dapat digunakan sebagai sensor untuk larutan yang terdiri atas tiga
senyawa yang berbeda dan transparan pada panjang gelombang tertentu. Tiga puncak
transmitansi dari PPB tersebut dapat berubah-ubah jika indeks bias pada lapisan
defek kedua divariasikan.
(nm) Tω
Gambar 12 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang, λ λ
(
=2π ωc/)
dengan variasi jumlah lapisan Bragg: merah (4-6-2-1), biru (4-5-2-1), hitam (4-7-2-1)Konfigurasi jumlah layer sangat terkait dengan profil PPB yang dihasilkan.
Untuk kristal fotonik dengan 2 defek asimetrik, PPB akan memiliki nilai transmitansi
satu jika konfigurasi jumlah layer memenuhi kondisi N=M+L (H.Alatas et al, 2006),
sedangkan untuk kristal fotonik dengan 3 defek asimetrik, PPB juga dapat memiliki
nilai transmitansi satu jika konfigurasi jumlah layer memenuhi kondisi
M+L+1=N+R. Pada Gambar 12 terlihat bahwa kristal fotonik dengan tiga lapisan
konfigurasi M-N-L-R = 6-8-2-1. Dalam prakteknya, sistem tiga defek ini adalah
gabungan dari sistem satu defek dengan menempatkan ruang kosong diantaranya
sebagai tempat material yang akan disensing.
Gambar 13 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang, λ λ
(
=2π ωc/)
dengan variasi jumlah lapisan Bragg yang memenuhi kondisi M+L+1=N+R:merah (3-5-2-1), biru (4-6-2-1), hitam (6-8-2-1)
(nm) Tω
Nilai Full Width at Half Maximum (FWHM) dari PPB juga dapat diatur melalui
variasi M-N-L-R dengan memenuhi kondisi M+L+1=N+R. Dengan memperbesar
nilai konfigurasi yang memenuhi M+L+1=N+R akan didapatkan PPB yang semakin
tipis dengan nilai FWHM yang semakin kecil. Kontrol nilai FWHM dengan
konfigurasi sistem ini memungkinkan untuk aplikasi filter panjang gelombang
tunggal (single-wavelength filter) yang menggunakan kristal fotonik dalam fiber
optik. Pada Gambar 13 terlihat bahwa PPB yang paling tipis terdapat pada
konfigurasi 6-8-2-1 (warna hitam). Jika nilai FWHM diplot terhadap variasi
konfigurasi sistem maka akan didapatkan plot kurva non-linier seperti pada Gambar
14.
2-4-2-1
3-5-2-1
4-6-2-1
5-7-2-1 6-8-2-1 FWHM
(nm)
Gambar 14 Plot hubungan nilai FWHM dariPPB terhadap konfigurasi M-N-L-R yang memenuhi M+L+1=N+R
4.2 Profil PPB Terkait dengan Variasi Ketebalan Lapisan Defek (Physical Thickness)
Ketebalan lapisan ketiga defek dapat menggeser posisi PPB (frekuensi puncak
PPB) yang dapat dimanfaatkan untuk filter panjang gelombang tunggal (
single-wavelength filter). Dengan mengatur ketebalan lapisan ketiga defek saat fabrikasi,
PPB dapat melewatkan warna yang sesuai dengan panjang gelombang puncaknya.
Pada Gambar 15, PPB dapat muncul pada panjang gelombang 520 nm (warna
hijau), 563 nm (warna kuning-hijau), dan 592 nm (warna orange). Aplikasi praktis
dari filter panjang gelombang adalah penggunaan kristal fotonik pada Fiber Brag
Grating (FBG) untuk sistem add/drop multiplexer sebagaimana telah dijelaskan pada
tinjauan pustaka.
(nm) Tω
Gambar 15 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang, λ λ
(
=2π ωc/)
terkaitvariasi ketebalan lapisan defek untuk konfigurasi 6-8-2-1: merah ,
biru
(
m=2.0)
(
m=2.2)
, hitam(
m=2.8)
Kristal fotonik dengan konfigurasi lapisan N+1=M+L+R juga dapat
sama antara 7λ0/ 4 sampai 7.5λ0/ 4, antara 8λ0/ 4 sampai 8.4λ0/ 4, antara 9λ0/ 4
sampai 9.3λ0/ 4, 10λ0/ 4 sampai 10.2λ0/ 4, dan antara 11λ0/ 4 sampai 11.1λ0/ 4. Pada Gambar 16.a terlihat dua PPB yang muncul pada panjang gelombang
525.7 nm (panjang gelombang warna hijau) dan 584.3 nm (panjang gelombang
warna kuning). Posisi dua PPB tersebut bisa diatur dengan menaikan tebal ketiga
lapisan defek sehingga bisa jatuh pada panjang gelombang (warna) yang kita
inginkan.
(a)
m (nm)
(b) Δ
Tω (nm)
Gambar 16 (a) Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ
(
=2π ωc/)
dengan konfigurasi 6-8-2-1 dan ketebalan ketiga lapisan defek 7.2λ0/ 4 (b) Plot hubungan lebar ketiga defek (m) terhadap jarak antara dua PPB
( )
Δλ padakonfigurasi 6-8-2-1
Jarak antara dua puncak panjang gelombang dari PPB
( )
Δλ dapat diatursecara fleksibel dengan merubah ketebalan ketiga lapisan defek yang merupakan
kelipatan dari seperempat panjang gelombang dc=mλ0/ 4. Untuk ketebalan tiga
lapisan defek antara 7λ0/ 4sampai 7.5λ0/ 4, jarak antara dua PPB dapat diplot sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 16.b. Pada gambar tersebut, ketika tebal
ketiga lapisan defek bernilai 7.5λ0/ 4, jarak antara dua PPB 59.8 nm. Dua PPB tersebut jatuh pada panjang gelombang 543.1 nm (warna hijau) dan panjang
gelombang 602.9 nm (warna jingga).
Lebar ketiga defek masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Untuk
kekanan diiringi penurunan FWHM, sedangkan jika ketebalan lapisan defek pertama
dan ketiga dinaikan tidak ada perubahan posisi, puncak transmitansi, maupun
FWHM (Gambar 17.a, 17.b, dan 17.c). Hal ini berbeda dengan hasil yang didapatkan
pada kasus dua defek, Jika ketebalan lapisan defek kedua dinaikan, terjadi penurunan
FWHM tanpa perpindahan posisi sehingga bisa dihasilkan PPB dengan lebar yang
tipis (H. Mayditia et al. 2005).
0/4
20 /4
30 /4
0/4
20 /4
30 /4
Gambar 17 (a) Profil transmitansi terhadap panjang gelombang λ λ,
(
=2π ωc/)
dengan konfigurasi 4-6-2-1 dan variasi ketebalan (a) lapisan defek pertama (b) lapisan defek kedua (c) lapisan defek ketiga: merah (dd =λ0/ 4), biru (dd =2λ0/ 4),hitam (dd =3λ0/ 4)
Variasi ketebalan lapisan defek dapat pula dimodifikasi dengan mengganti
material defek menggunakan bahan yang memiliki indeks bias negatif (left handed
material) seperti yang sedang dikembangkan oleh Xia Li dengan beberapa rekannya.
(c)
(nm) (nm)
(nm)
Tω Tω
(a) (b)
[image:45.595.89.522.170.624.2]Kenaikan tebal lapisan defek yang linier dalam struktur periodik ternyata
menghasilkan penambahan modus defek dalam PBG (X. Li, K. Xie, H. Jiang, 208).
4.3 Profil PPB Terkait dengan Variasi Ketebalan Optik Lapisan Defek (Optical Thickness)
Variasi ketebalan optik untuk lapisan ketiga defek menyebabkan munculnya
PPB atau menentukan posisi PPB tepat pada panjang gelombang (atau frekuensi)
operasi. Berdasarkan hasil simulasi, posisi PPB akan tepat pada panjang gelombang
operasi jika memenuhi hubungan:
0
4
d d
n d =mλ
dimana m adalah kelipatan bulat dari bilangan genap: 0, 2, 4, 6, 8,…,dst. Sedangkan
untuk kelipatan nilai m ganjil, maka PPB tidak muncul. Hasil ini bisa dipahami,
ketika ketebalan optik lapisan defek bernilai ganjil, maka kristal fotonik menjadi
tidak berdefek, sesuai dengan ketebalan optik lapisan Bragg yang bernilai ganjil
(nd=λ0/ 4), sedangkan ketika lapisan defek bernilai genap, maka kristal fotonik akan menjadi defek geometri.
Tω Tω
[image:46.595.78.523.340.773.2](nm)
Gambar 18 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang, λ λ
(
=2π ωc/)
denganvariasi ketebalan optik ketiga lapisan defek (a) m=bilangan genap: merah ,
biru , hitam (b)
(
m=2)
(
m=4(nm)
(a) (b)
)
(
m=6)
m= bilangan ganjil: merah(
m=1)
, biru , hitamBerdasarkan Gambar 18, untuk nilai m genap terlihat posisi PPB pada puncak
panjang gelombang tetap, yakni sama dengan panjang gelombang operasi (550 nm)
dengan FWHM yang semakin mengecil, sedangkan untuk untuk nilai m ganjil, PPB
hilang dan muncul PBG. Hal ini bisa dijelaskan bahwa nilai m genap merupakan
modus yang menyebabkan terjadinya interferensi konstruktif sehingga PPB
(penguatan medan) muncul dalam PBG, sedangkan untuk m bernilai ganjil berlaku
hal sebaliknya. Untuk nilai m merupakan bilangan desimal (diantara dua bilangan
bulat yang berdekatan), maka PPB dapat bergeser sama seperti respon yang
dihasilkan karena variasi ketebalan lapisan defek.
Plot hubungan antara ketebalan optik ketiga defek (kelipatan dari λ0/ 4) terhadap panjang gelombang dapat menunjukkan posisi PPB yang terkait dengan
puncak panjang gelombang (warna). Untuk ketebalan optik ketiga defek bernilai
antara 2λ0/ 4 sampai 2.5518λ0/ 4, PPB dapat melewatkan warna kuning,
sedangkan ketebalan optik ketiga defek bernilai 2.5518λ0/ 4, sampai 2.8λ0/ 4 PPB dapat melewatkan warna merah (Gambar 19).
(nm)
m
Gambar 19 Plot hubungan kelipatan tebal lapisan optik ketiga defek terhadap
Untuk ketebalan optik salah satu defek diubah, didapatkan hasil yang berbeda.
Jika ketebalan optik lapisan defek kedua diubah, terjadi perubahan puncak
transmitansi, sedangkan jika ketebalan optik lapisan defek pertama dan lapisan defek
ketiga dinaikkan, tidak terjadi perubahan puncak transmitansi sebagaimana
Dalam tujuan praktis dan aplikasi (seperti sensor dan filter), memvariasikan
ketebalan optik cacat untuk memperoleh PPB pada panjang gelombang tertentu
tentunya kurang efisien karena ketebalan optik cacat dibentuk saat proses fabrikasi
kristal fotonik, sehingga diperlukan parameter lain yang dapat mengatur posisi PPB,
[image:48.595.87.522.173.566.2]yakni sudut datang.
Gambar 20 Profil transmitansi terhadap panjang gelombang, λ λ
(
=2π ωc/)
dengan variasi ketebalan optik(a) pada lapisan defek pertama (b) pada lapisan defek kedua(c) pada lapisan defek ketiga untuk konfigurasi 4-6-2-1: merah ,
biru
(
m=2)
(
m=4)
, hitam(
m=6)
(nm)
(nm) Tω
Tω
Tω
(nm)
(a) (b)
(c)
4.4 Profil PPB Terkait dengan Variasi Sudut Datang
Variasi sudut datang dapat menggeser posisi PPB kearah panjang gelombang
yang lebih kecil (frekuensi yang lebih besar). Dengan menetapkan nilai indeks bias
dan ketebalan lapisan cacat, posisi PPB tetap dapat bergeser agar dapat meloloskan
menggunakan kristal fotonik dengan variasi sudut ini dapat digunakan sebagai sistem
pemantau tingkat kematangan buah. Berdasarkan hubungan antara perubahan sudut
dengan pergeseran panjang gelombang, kita bisa mengatur panjang gelombang yang
ditransmisikan sesuai dengan tingkat kematangan buah.
Gambar 21.a menunjukkan pergeseran PPB untuk sudut datang , , dan
. Hasil ini berbeda dengan hasil yang telah dikerjakan oleh Kun-yuan Xu dan
rekannya. Mereka menggunakan material dengan indeks bias negatif (Left handed
Material) pada lapisan defek dan tidak terjadi pergerseran PPB untuk sudut datang
. PPB baru bergeser kearah frekuensi yang lebih besar (panjang gelombang
yang lebih kecil) ketika sudut datang diperbesar dari (K. Xu et al, 2005