PROSES PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK FISIK GRANUL
KULTUR STARTER DADIH TERENKAPSULASI DENGAN
IMBANGAN LAKTOSA DAN SODIUM STARCH
GLYCOLATE YANG BERBEDA
SKRIPSI
IMAM ABDURROKHMAN
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
IMAM ABDURROKHMAN. D14039001. 2010. Proses Pembuatan dan
Karakteristik Fisik Granul Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi Dengan Imbangan Laktosa dan Sodium Starch Glycolate yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA Pembimbing Anggota : Sutriyo, S.Si, M.Si, Apt.
Dadih sinbiotik merupakan produk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat Lactobacillus plantarum (Lp RRM-01) yang dikombinasikan dengan bakteri probiotik Lactobacillus acidophilus (La RRM-01) dan Bifidobacterium longum (Bl RRM-01) serta adanya penambahan substrat untuk pertumbuhan probiotik yaitu prebiotik diantaranya inulin. Dadih sinbiotik adalah salah satu produk fermentasi susu dengan nilai gizi yang tinggi. Produksi susu fermentasi dadih secara terkontrol terkendala terutama oleh ketersediaan kultur starter dadih yang masih sulit diperoleh. Penyediaan kultur starter dadih yang mudah penangannya dan praktis penggunaannya perlu diupayakan, salah satu cara adalah dengan pembuatan kultur starter dadih sinbiotik dalam bentuk granul, sehingga memudahkan para produsen dadih terutama yang berskala kecil, menengah, atau skala rumah tangga untuk mendapatkan kultur starter tersebut dan dapat melakukan usahanya secara kontinyu.
Penelitian ini bertujuan mempelajari proses pembuatan kultur starter dadih dengan penambahan probiotik dan prebiotik terenkapsulasi dan aplikasinya terhadap kualitas fisik dadih sinbiotik yang dihasilkan. Pada proses pembuatan kultur dilakukan pula penentuan formulasi terbaik dengan rasio laktosa dan Sodium Starch Glycolate (SSG) yang berbeda berdasarkan evaluasi granul (daya larut, kompresibilitas) dan nilai pH, viskositas dan total asam tertitrasi dadih sinbiotik hasil aplikasinya.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan formulasi yang berbeda (L21S1, L20S2, L19L3). Jika perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) atau berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan uji Tukey. Apabila secara statistik tidak diperoleh perbedaan diantara ketiga formulasi maka penentuan kualitas fisik terbaik dilakukan dengan pemberian nilai (skoring) terhadap peubah yang diamati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbangan laktosa dan SSG yang berbeda dalam formulasi tidak berpengaruh nyata (P> 0,05) terhadap parameter yang diuji (kompresibilitas, daya larut, nilai pH, total asam tertitrasi, dan viskositas). Secara skoring kualitas kultur starter dadih terekapsulasi dalam bentuk granul dan aplikasinya yang paling baik adalah formulasi L20S2.
ABSTRACT
Processing Making And Physical Characteristic Culture Starter Dadih Granule With Encapsulated Probiotic on Different Formulation of Lactose and Sodium
Starch Glycolate
Abdurrokhman, I., R.R.A. Maheswari, and Sutriyo
Dadih is a fermented milk product that traditionally made by Indonesia. Dadih is one of fermentation milk product that increases in human consumption because it has high nutrition. Dadih is milk product of fermentation processes by lactate acid bacteria (Lactobacillus plantarum), probiotic bacteria (Lactobacillus acidophilus and Bifidobacterium longum) and prebiotic. Its function as high nutritious food needed more socialization. There are many problems in those fermentation milk processes, especially difficulty in starter milk supplies. Practical, easy, and cheap starter milk supplies beside the marketing strategies by providing the probiotic dadih starter in granuls that can make the dadih producers keep going their businesses, especially for intermediate, small or home producers. The aim of the experiment is to study dadih processing from granules culture starter dadih with encapsulated probiotic and to choose the best concentration lactose and Sodium Starch Glycolate (SSG) base the characteristic (solubility, comprecibility, pH, viscocity and full scale acid titration). The results showed there is no significant between increasing formulation concentration and characteristics of the experiment. But, scoring total from the granul’s characteristics and its aplication, the best quality of formulation is formula L20S2.
PROSES PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK FISIK GRANUL
KULTUR STARTER DADIH TERENKAPSULASI DENGAN
IMBANGAN LAKTOSA DAN SODIUM STARCH
GLYCOLATE YANG BERBEDA
IMAM ABDURROKHMAN
D14039001
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Judul Skripsi : Proses Pembuatan dan Karakteristik Fisik Granul Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi Dengan Imbangan Laktosa dan
Sodium Starch Glycolate yang Berbeda
Nama : Imam Abdurrokhman
NIM : D14039001
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA) (Sutriyo, M.Si, Apt) Nip. 19620504 198703 2 002 Nip. 19730321 199702 1 002
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri M. Agr. Sc) Nip. 19591212 1986031004
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 10 Mei 1984. Penulis merupakan
anak ke delapan dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak Rd. Khulasoh (Alm)
dan Ibu Rd. Ida. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Haurkuning
(1991-1997), kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP PGRI Kadungora (1997-2000),
pendidikan lanjutan tingkat atas diselesaikan di SMUN 1 Leles Garut (2000-2003).
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) (2003) jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, setelah menyelesaikan
pendidikan di Tingkat Persiapan Bersama IPB, penulis pindah jurusan dan diterima
sebagai mahasiswa mayor jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di
beberapa organisasi diantaranya Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan
(HIMITEPA) sebagai ketua Profesi dan Internal (2005-2006), Himpunan Mahasiswa
Produksi Ternak sebagai Staf badan pengawas (2007-2008), Himpunan Mahasiswa
Garut (HIMAGA) sebagai ketua humas (2005-2006), HIMAGA sebagai ketua
bidang pendidikan (2006-2007), ASGAR MUDA (Perhimpunan Mahasiswa Asli
garut seIndonesia) (2008-sekarang), HMI (2006-2007), dan Himpunan Mahasiswa
Peduli Pangan Indonesia (HMPPI) (2005-2006). Penulis juga bergabung di beberapa
kepanitiaan di dalam dan luar kampus.
Penulis pernah magang kerja di Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2007), PT Elders Indonesia (2007) dan Rumah
Sakit Mata Marga Mulya Ciampea Bogor (2005-2007). Penulis juga pernah menjadi
Asisten Praktikum pada mata kuliah Ilmu Pengolahan Susu (2009) dan mengikuti
pelatihan Good Laboratory Practices (GLP) (2006). Saat ini penulis merupakan
peserta Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa, program Career
Development and Alumni Affairs (CDA) Institut Pertanian Bogor, dan bergabung
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rakhmat, nikmat, dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis
memperoleh kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Tugas
akhir dalam bentuk skripsi berjudul “Proses Pembuatan dan Karakteristik Fisik
Granul Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi dengan Imbangan Laktosa dan Sodium
Starch Glycolate yang Berbeda” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berisi tentang uraian proses pembuatan kultur starter dadih
terenkapsulasi dalam bentuk granul. Dadih merupakan produk olahan susu fermantasi asli Indonesia. Upaya peningkatan jumlah konsumsi dadih perlu
dilakukan mengingat manfaat yang dihasilkan sangat besar. Namun, hal ini masih
menghadapi beberapa kendala diantaranya keberadaan kultur starter spesifik masih
langka karena proses fermentasi dilakukan secara alami, ketersediaan kultur masih
terbatas pada laboratorium-laboratorium dalam bentuk biakan mikroba pada media
agar sehingga masyarakat sulit mengenalinya, memiliki harga yang mahal dan
kualitas produk dadih yang dihasilkan tiap produsen belum seragam.
Kultur starter dalam bentuk granul merupakan salah satu solusi
pengembangan bentuk kultur starter yang memudahkan dalam hal penanganan,
penyimpanan dan pengaplikasiannya. Ketersediaan kultur starter dadih di dalam
negeri dengan harga yang terjangkau diharapkan mampu meningkatkan
pengembangan produk olahan susu fermentasi tradisional dengan keamanan pangan
yang tinggi. Peningkatan kualitas dadih dilakukan dengan menambahkan probiotik
dan prebiotik sebagai produk pangan fungsional. Mikroenkapsulasi terhadap
probiotik dan prebiotik bertujuan agar bakteri dan substrat dapat terlindung dari
lingkungan ekstrim saluran pencernaan, tidak ikut memfermentasi produk yang
dihasilkan serta dapat sampai usus halus dan usus besar manusia dalam jumlah
besar. Semoga skripsi ini memberi kontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Aluminium Foil ... 15
LDPE... 15
Karakteristik Dadih Sinbiotik ... 16
Keasaman dan pH ... 16
Pembuatan dan Evaluasi Kultur Strater ... . 22
Persiapan Kultur Starter. ... . 22
Penentuan Waktu Pemanenan Bakteri Asam Laktat Sebagai Kultur Starter Dadih dan Probiotik ... … 22
Pembuatan Kultur Starter Kering Dadih.. ... 23
Pembuatan Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi dalam Bentuk Kering ... 24
Penentuan Formulasi ... 25
Pembuatan Granul Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi ... 25
Evaluasi Granul Kultur Starter Dadih Sinbiotik ... 27
Kompresibilitas ... 28
Waktu Larut... 28
Proses Pengemasan ... 28
Aplikasi Kultur Starter Kering Dadih dengan Probiotik Terenkapsulasi untuk Pembuatan Dadih Sinbiotik ... 29
Pembuatan dan Evaluasi Kultur Strater ... 31
Persiapan Kultur Starter. ... 31
Penentuan Waktu Pemanenan Bakteri Asam Laktat sebagai Kultur Starter Dadih dan Probiotik... 34
Pembuatan Kultur Starter Dadih yang Ditambah dengan Bakteri Probiotik dan Substrat Prebiotik dalam Bentuk Bubuk ... 36
Warna Kultur Starter Kering Dadih ... 37
Bentuk Kultur Stater Kering Dadih ... 38
Pengeringan Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi... 38
Warna Biokapsul Basah ... 38
Bentuk Biokapsul Basah ... 39
Kelarutan Biokapsul Basah ... 39
Bentuk Biokapsul Kering ... 40
Warna Biokapsul Kering ... 40
Penentuan Formulasi Terbaik ... 41
Pembuatan Granul Kultur Starter Dadih dengan Sinbiotik Terenkapsulasi ... 42
Warna... 42
Tekstur ... 43
Ukuran ... 43
Evaluasi Granul Kultur Starter Dadih Sinbiotik ... 43
Kompresibilitas ... 43
Waktu Larut ... 44
Proses Pengemasan ... 45
Aplikasi Kultur Starter Kering Dadih dengan Probiotik Terenkapsulasi untuk Pembuatan Dadih Sinbiotik ... 46
Nilai pH... 46
Total Asam Tertritasi... 47
Viskositas ... 48
Penentuan Skoring Evaluasi Granul Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi serta Sifat Fisik dan Kimia Hasil Dadih Sinbiotik... 50
KESIMPULAN DAN SARAN... 51
Kesimpulan... 51
Saran ... 51
UCAPAN TERIMA KASIH ... 52
DAFTAR PUSTAKA... 53
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penentuan Skoring Sifat Fisik Kultur Starter dalam Bentuk Granul dan
Sifat Kimia Dadih Sinbiotik... 20
2. Formulasi Granul... 26
3. Kriteria Indeks Kompresibilitas ... ... 28
4. Karakteristik Kultur Starter Dadih dan Probiotik ... 32
5. Rataan populasi L.plantarum selama Proses Pembuatan Kultur Kering.. 37
6. Indek Kompresibilitas Kultur Starter Dadih dalam Bentuk Granul ... 44
7. Waktu Larut Kultur Starter Dadih Sinbiotik dalam Bentuk Granul... 44
8. Nilai pH Dadih Kontrol dan Dadih Sinbiotik ... 47
9. Nilai Total Asam Tertitrasi (TAT) Dadih Kontrol dan Dadih Sinbiotik 48
10. Viskositas Dadih Kontrol dan Dadih Sinbiotik ... 49
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diagram Alir Prosedur Penelitian... 21
2. Diagram Alir Pembuatan Kultur Starter Kering Dadih ... 23
3. Diagram Alir Biokapsulasi Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi ... 25
4. Proses Pembuatan Kultur Starter Dadih dalam Bentuk Granul... 27
5. Morfologi Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Probiotik ... 32
6. Kurva Pertumbuhan Kultur Starter Lp RRM-01 selama 24 jam ... 34
7. Kurva Pertumbuhan Kultur Starter La RRM-01 selama 24 jam ... 35
8. Kurva Pertumbuhan Kultur Starter Bl RRM-01 selama 24 jam... 35
9. Kultur Starter Kering Dadih Hasil Spray Drying... 38
10.Hasil Penjeratan Biokapsul dalam Larutan gel alginat dan CaCl2... 39
11.Bioenkapsulasi Kering Hasil Pengeringan Freeze drying ... 41
12.Granul Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi ... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Analisis Ragam Waktu Larut ………... 58
2. Analisis Ragam Indeks Kompresibilitas ... 58
3. Uji Non Parametrik Kruskal-Wallis Nilai pH ... 58
4. Uji Non Parametrik Kruskal-Wallis Total Asam Tertritasi (TAT)... 58
5. Uji Non Parametrik Kruskal-Wallis Viskositas... 58
6. Gambar SSG, Laktosa, dan Susu Skim ... 59
7. Gambar Bulk Density Tester dan Erweka ZT3 ... 59
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu adalah salah satu bahan makanan yang sangat besar manfaatnya bagi
kesehatan dan pertumbuhan manusia. Komposisi gizi yang dimiliki susu lengkap dan
seimbang, hal ini merupakan suatu kelebihan yang dimiliki oleh susu dibanding
bahan makanan lain. Protein susu memiliki nilai biologis tinggi (lebih dari 91%)
sehingga lebih mudah diserap dan dimanfaatkan tubuh. Zat nutrisi utama yang
terkandung dalam susu adalah air, lemak, serta padatan susu non lemak atau solid
non fat (SNF) yang terdiri atas protein, laktosa, vitamin, dan mineral. Data statistik
(2009) menunjukan bahwa tingkat konsumsi susu segar maupun produk olahan salah
satunya dalam bentuk susu fermentasi di Indonesia masih tergolong sangat rendah.
Masih belum tersosialisasikanya dengan baik akan pentingnya konsumsi susu bagi
kesehatan, serta daya beli masyarakat yang juga rendah merupakan penyebab
kurangnya konsumsi susu di Indonesia.
Nilai komposisi gizi yang lengkap serta manfaat yang tinggi dari susu tidak
dapat dinikmati oleh semua orang, karena sebagian orang tidak mampu mencerna
susu dengan baik. Bagi kelompok ini gangguan pencernaan akan timbul setelah
mengkonsumsi susu, di sebabkan tidak terpecahnya laktosa menjadi mono sakarida
glukosa dan galaktosa, sehingga laktosa yang tidak dapat dicerna tubuh berakumulasi
dan menyebabkan gangguan berupa kembung dan bahkan diare pada orang yang
tidak dapat mentolerirnya. Gejala demikian disebut dengan lactose intolerance.
Fermentasi susu merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah lactose
intolerance, tanpa harus mengurangi kandungan gizi yang terdapat didalam susu.
Indonesia terkenal mempunyai berbagai macam makanan tradisional yang
merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya. Salah satu
diantaranya adalah dadih atau dadiah. Dadih merupakan produk olahan susu
fermentasi asli Indonesia yang terbuat dari susu kerbau yang berasal dari daerah
Sumatera Barat. Dadih sebagai produk susu fermentasi merupakan makanan yang
spesifik dengan warna putih dan hampir menyerupai tahu, bisa dipotong atau
dimakan dengan menggunakan sendok serta memiliki karakter dan citarasa yang
Produksi dadih secara tradisional melalui proses fermentasi alami mengalami
kendala yaitu produk yang dihasilkan kualitasnya masih belum seragam diantaranya
akibat perbedaan standar sanitasi pengolahan dan penanganan dadih, kualitas produk
masih sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kultur starter yang dipakai belum
spesifik sehingga perlu perbaikan untuk memperoleh keseragaman produk yang
dihasilkan. Proses pembuatan dadih melalui fermentasi terkontrol bertujuan untuk
memperoleh produk dengan keamanan pangan yang tinggi. Keterbatasan
pengetahuan dari para pengolah dadih tentang pentingnya sanitasi peralatan yang
baik saat pemerahan, sampai proses fermentasi dadih menyebabkan kegagalan pada
proses fermentasi yang ditandai dengan timbulnya gas, sineresis, serta timbulnya
aroma yang kurang sedap pada dadih yang dihasilkan.
Penyediaan kultur starter dadih siap pakai membantu masyarakat
menghasilkan produk dengan kualitas terkontrol dan homogen. Pengembangan kultur
starter dalam bentuk baru yang mudah dalam hal penanganan dengan harga yang
terjangkau penting sekali untuk dilakukan. Inovasi pembuatan kultur starter dadih
dalam bentuk kering merupakan salah satu solusi pengembangan bentuk starter yang
memudahkan konsumen dalam hal penanganan, penyimpanan dan aplikasinya baik
menggunakan susu kerbau bila memang tersedia ataupun susu sapi sebagai
penggantinya yang telah dikondisikan seperti susu kerbau.
Disamping higien dan keseragaman produk, peningkatan kualitas dadih
sebagai pangan fungsional dapat dilakukan melalui penambahan bakteri probiotik
Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium longum serta penambahan substrat
untuk pertumbuhan probiotik atau disebut dengan prebiotik salah satunya adalah
inulin. Bakteri probiotik yang digunakan harus memiliki viabilitas tinggi yang berarti
terlindungi dari kondisi lingkungan ekstrim saluran pencernaan (saliva, asam
lambung dan garam empedu), tidak ikut memfermentasi produk, sehingga didapatkan
probiotik di usus halus dan usus besar dalam jumlah besar. Penambahan prebiotik
bertujuan untuk menyediakan sumber energi bagi probiotik di dalam saluran
pencernaan manusia. Bakteri probiotik dan prebiotik harus dilindungi dengan baik.
Metode mikroenkapsulasi digunakan untuk melindungi sel bakteri probiotik selama
saluran pencernaan manusia membentuk kesatuan yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas mikroflora usus manusia.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari proses pembuatan kultur starter
dadih dengan penambahan probiotik dan prebiotik terenkapsulasi dan aplikasinya
terhadap kualitas fisik dadih sinbiotik yang dihasilkan. Pada proses pembuatan kultur
dilakukan pula penentuan formulasi terbaik dengan rasio laktosa dan Sodium Starch
Glycolate yang berbeda berdasarkan evaluasi granul (daya larut, kompresibilitas) dan
TINJAUAN PUSTAKA
Susu Sapi
Menurut Dewan Standardisasi Nasional (1992) dalam SNI No.
01-3141-1992, susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat, diperoleh dengan
cara pemerahan yang benar, tidak mengalami penambahan atau pengurangan suatu
komponen apapun dan tidak mengalami proses pemanasan.
Karbohidrat utama dalam susu adalah laktosa yang merupakan gula
disakarida. Karbohidrat lainnya hanya tersedia dalam jumlah sedikit, diantaranya
adalah gula bebas, galaktosa bebas, gula fosfat, oligosakarida asam dan netral, serta
gula nukleotida. Protein susu sapi mengandung sekitar 5,3 g nitrogen dalam setiap
kilogramnya. Sebanyak 95% dari total nitrogen yang ada dalam susu tersebut
merupakan komponen protein (mendekati sekitar 32 g/kg susu). Sekitar 80% dari
total protein susu merupakan kasein yang terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
alfa-kasein (50%), beta-alfa-kasein (25-75%) dan gamma-alfa-kasein (15%). Kasein terdapat
dalam bentuk kalsium kaseinat. Lemak merupakan campuran dari molekul gliserol
dan tiga molekul asam lemak trigliserida. Sekitar 95-98% dari total lemak dalam
susu sapi berupa trigliserida. Jumlah ini sangat bervariasi, dipengaruhi oleh spesies
mamalia, tahap laktasi, pakan dan keturunan (Walstra dan Wouterst, 2006).
Kadar abu terdiri atas komponen mineral atau komponen organik dengan
jumlah sekitar 0,7%. Kandungan mineral dalam susu menentukan stabilitas susu
terhadap perlakuan pemanasan, terutama dalam industri susu evaporasi (Rahman et
al., 1992).
Dadih
Dadih adalah produk olahan susu kerbau yang berasal dari daerah Sumatera
Barat. Produk ini sudah lama dikenal dan disukai oleh masyarakat setempat karena
memiliki manfaat ganda baik terhadap gizi, kesehatan maupun sebagai makanan
budaya (Shugita, 1998). Dadih sebagai produk susu fermentasi merupakan makanan
spesifik yang berwarna putih dan hampir menyerupai tahu, bisa dipotong, serta
memiliki bentuk dan karakter yang menyerupai yogurt dan kefir (Sirait, 1993).
Kualitas dadih terutama ditentukan oleh kualitas fisik dan kandungan nutrisi
mengandung protein dan lemak cukup tinggi, dengan rataan kualitas dadih yang
beredar di lima kabupaten (Agam, Lima Puluh Kota, Solok, Tanah Datar, dan
Sijujung) Propinsi Sumatera Barat mengandung protein 4,3%, lemak 9,05%, padatan
19,49%, keasaman 1,42% total asam, dan total bakteri 1,06 x 107 koloni/ml. Dadih
yang baik secara fisik adalah berwarna putih dengan konsistensi yang menyerupai
susu asam (yogurt) dan mempunyai aroma yang khas (Sirait et al., 1995).
Penanganan bahan baku susu kerbau untuk dadih tradisional belum dilakukan
dengan baik sehingga kemungkinan kontaminasi bakteri patogen terhadap susu
masih sangat tinggi. Secara mikrobiologis, menurut Sirait et al. (1995) dadih
tradisional dari bahan baku susu kerbau mengandung 73,74% bakteri Gram positif
dan 26,26% bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif yang paling dominan adalah
Lactobacillus plantarum selain itu terdapat bakteri lainnya yaitu Lactobacillus
brevis, Streptococcus agalactiae dan Bacillus cereus. Kelompok bakteri Gram
negatif yang terdapat pada dadih adalah Eschericia coli (paling dominan) dan
Klebsiella. Keberadaan bakteri-bakteri yang berpotensi patogen perlu diwaspadai
agar dadih yang beredar merupakan produk yang aman,sehat, utuh, dan halal.
Kultur Starter
Menurut Surono (2004) kultur starter merupakan bagian terpenting dalam
fermentasi susu untuk menghasilkan susu fermentasi yang bermutu tinggi, yang
seragam dan stabil. Kriteria yang diperhatikan dalam melakukan seleksi strain kultur
starter adalah laju pertumbuhan dan produksi asam laktat, produksi aroma dan gas
CO2, ketahanan terhadap serangan phage, kemampuan membentuk viskositas,
menjaga proporsi kultur starter apabila digunakan dalam bentuk starter campuran dan
viabilitas selama persiapan kultur starter.
Penggunaan kultur starter kering bertujuan untuk mengurangi pekerjaan
pemeliharaan kultur seperti pada kultur cair. Kultur starter kering beku atau freeze
dry paling banyak digunakan dibandingkan dengan jenis kultur starter kering lainnya,
mengingat jumlah bakteri hidup lebih stabil pada kultur starter kering beku. Secara
ekonomis, biaya yang dibutuhkan untuk peralatan pengeringan beku sangat mahal
sehingga dibutuhkan biaya investasi yang sangat tinggi (Surono, 2004). Namun hal
ini dapat diatasi dengan cara memproduksi kultur starter kering beku dalam skala
Lactobacillus plantarum
Lactobacillus plantarum merupakan bakteri asam laktat dari famili
Lactobaciliceae, genus Lactobacillus dan subgenus Streptobacterium. Bakteri ini
berbentuk batang dan pada umumnya tunggal atau membentuk rantai pendek. L.
plantarum yang diisolasi dari tiram menunjukan aktivitas antimikroba yang
disebabkan oleh pembentukan hidrogen peroksida. Isolat tersebut dapat menghambat
pertumbuhan Pseudomonas dan Bacillus (Salminen dan von Wright, 1998).
Lactobacillus plantarum terdapat pada proses pembuatan dadih dan dapat
diisolasi dari produk-produk susu. Koloninya berwarna putih, selain itu Lactobacillus
plantarum dapat pula memfermentasi galaktosa, laktosa, maltosa, mannitol,
melezitosa, melibiosa, raffinosa, salisin, sorbitol dan trehalosa (Collado et al., 2007).
Lactobacillus plantarum pada umumnya tidak dapat tumbuh pada suhu 45oC dan
membutuhkan beberapa asam amino dan vitamin dalam pertumbuhannya (Law,
1997).
Lactobacillus plantarum merupakan penghasil hidrogen peroksida tertinggi
diantara kultur bakteri asam laktat lainnya pada media buffer pepton water (1%).
Bakteriosin merupakan senyawa polipeptida atau protein yang bersifat bakterisidal
yang dapat dihasilkan oleh kultur starter bakteri asam laktat, terutama L. plantarum.
Bakteriosin dibedakan menjadi dua macam, yaitu bakteriosin yang memiliki
spektrum yang luas dengan cakupan aktivitas lebih luas terhadap bakteri Gram
positif, termasuk bakteri patogen seperti Clostridium botulinum dan Listeria
monocytogenes dan bakteriosin yang memiliki spektrum yang sempit, dengan
aktivitas hanya terhadap bakteri kerabat dekat (Lindgren dan Dobrogosz, 1990).
Probiotik
Probiotik didefinisikan sebagai kultur bakteri tunggal atau campuran yang
ketika dikonsumsi oleh ternak atau manusia akan memberikan efek yang
menguntungkan bagi kesehatan inangnya dengan cara meningkatkan sifat-sifat dari
mikroflora dalam saluran pencernaan. Suatu mikroorganisme dikatakan probiotik
bila memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya: a) bersifat non patogen, b)
viabilitas pada populasi tinggi sekitar 106–108 cfu/ml, c) menghasilkan substansi
mikrobial yang akan menghambat bakteri patogen dalam saluran pencernaan, d)
pencernaan, dan e) tahan terhadap enzim-enzim pencernaan dan garam-garam
empedu. Diantara kriteria penting bakteri probiotik adalah kemampuan melekat dan
berkolonisasi pada mukosa usus manusia. Riset terhadap kemampuan adhesi bakteri
menunjukkan bahwa polisakharida seluler bisa membantu pelekatan bakteri terhadap
permukaan biologis sehingga memungkinkan terjadi kolonisasi (Suskovic et al.,
2001).
Lactobacillus acidophilus
Karakteristik Lactobacillus acidophilus diantaranya: a) tidak tumbuh pada
suhu 150 C dan tidak memfermentasi ribosa, b) optimum tumbuh pada suhu 35-380 C
dan optimum pH 5,5-6,0, c) pada susu sapi memproduksi 0,3 % - 1,9 % DL asam
laktat , d) dapat menggunakan komponen nutrisi, yaitu asetat (asam mevalonat),
riboflavin, asam pantotenat, kalsium, niasin dan asam folat, e) memproduksi threonin
aldolase dan alkohol dehidrogenase yang akan mempengaruhi aroma (Nakazawa dan
Hasono, 1992).
Lactobacillus mempunyai ketahanan terhadap asam lambung buatan dengan
pH 2,5 selama 3 jam dan bakteriosin yang dihasilkan tetap aktif pada pH 3 sampai
pH 10. Secara fisiologis L. acidophilus dapat hidup di usus. Efek pertumbuhan yang
ditunjukkan adalah membantu memanfaatkan nutrisi secara efisien terutama dari
kalsium, protein, besi dan fosfor. Kerja intensif pada aktivitas β-galaktosidase lebih
baik dalam hal menekan bakteri penghasil gas di saluran pencernaan. L. acidophilus
diduga menurunkan kadar kolesterol, mengontrol pertumbuhan kanker melalui
aktivitas enzimnya yang mampu menurunkan produksi karsinogenik dan mencegah
perkembangan kanker di dalam pencernaan (Nakazawa dan Hosono, 1992).
Probiotik tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem mikroflora, namun
juga menyediakan enzim yang mampu mencerna serat, protein, lemak, dan
detoksifikasi zat racun atau metabolitnya. Probiotik mengeksresi glutamat,
meningkatkan proses absorbsi dalam usus dan mencegah stres (Widodo, 2003).
Bifidobacterium longum
Bifidobacterium hidup pada lapisan lumen kolon dan lebih spesifik lagi
membentuk koloni dalam jumlah banyak, menyerap nutrisi, mensekresi asam laktat,
asam asetat dan senyawa antimikroba. Bifidobacterium dominan pada dinding usus
diantaranya E. coli dan khamir candida sp. Efek menguntungkan dari
Bifidobacterium adalah dapat meningkatkan metabolisme protein dengan
memproduksi asam laktat sehingga dapat mengurangi kehilangan nutrisi yang dapat
diserap. Bifidobacterium juga meningkatkan metabolisme vitamin terutama vitamin
B komplek yang bersifat antibakteri karena mampu menekan bakteri merugikan dan
bakteri patogen yang menghasilkan amonia dan amines, serta membuat kondisi
amonia tidak siap diserap tubuh (Tamime dan Robinson, 1999).
Bifidobacterium menghasilkan bifidan sebagai eksopolisakarida (EPS) yang
terbukti mengawali adhesi dan sebagai pelekat permanen. Beberapa senyawa EPS
mengandung gluko- dan frukto-sakarida dan bisa menghasilkan asam lemak rantai
pendek sehingga terhidrolisis dalam saluran usus oleh mikroflora usus besar serta
memberi efek positif bagi kesehatan dan manfaat nutrisi sebagai prebiotik bagi
mikroflora usus (Surono, 2004).
Mikroenkapsulasi Probiotik
Selama penyimpanan dan dalam saluran pencernaan, viabilitas probiotik
mengalami beberapa kendala diantaranya keberadaan pH yang rendah, H202 , kondisi
obligat anaerob, garam empedu dan kompetisi dengan bakteri lainnya. Menghadapi
kendala diatas maka salah satu solusi yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan
teknik perlindungan probiotik dengan cara mikroenkapsulasi. Mikroenkapsulasi
adalah pembentukan kapsul yang menyelubungi probiotik dalam rangka
melindunginya dari kondisi lingkungan yang ekstrim (Widodo et al., 2003).
Metode enkapsulasi konvensional dengan sodium alginat dalam kalsium
klorida (CaCl2) telah digunakan untuk enkapsulasi L. acidophilus dengan tujuan
melindungi bakteri tersebut dari kondisi asam pada cairan lambung. Berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa kalsium alginat melindungi imobilisasi sel
kultur lebih baik dengan meningkatnya ketahanan bakteri dibawah kondisi yang
berbeda dibandingkan tanpa mikroenkapsulasi (Anal dan Singh, 2007).
Mikroenkapsulasi bakteri probiotik dapat digunakan pada beberapa produk
fermentasi susu, seperti yogurt, keju, kultur krim, frozen dairy dessert, dan untuk
produksi biomassa. Enkapsulasi dapat pula diaplikasikan di beberapa industri
makanan, termasuk stabilitas inti bahan, pengontrolan reaksi oksidasi, penutup
komponen-komponen akibat penurunan zat gizi (Anal dan Singh, 2007). Mikroenkapsulasi
dapat mengubah lemak susu menjadi bubuk yang kering dan stabil (Young et al.,
1993).
Sebagian besar teknologi mikroenkapsulasi menggunakan polimer food grade
seperti alginat, kitosan, carboxymethyl cellulose (CMC), karagenan, gelatin dan
pektin (Anal dan Singh, 2007). Di antara teknik yang tersedia untuk imobilisasi sel
hidup, penjeratan dalam kalsium alginat sering digunakan untuk imobilisasi bakteri
asam laktat (Chandramouli et al., 2004).
Alginat
Alginat merupakan komponen utama dari getah ganggang coklat
(Phaeophyceae), dan merupakan senyawa penting dalam dinding sel spesies
ganggang yang tergolong dalam kelas Phaeophyceae. Secara kimia, alginat
merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier
yang panjang (Winarno, 1996).
Alginat membentuk garam yang larut dalam air dengan kation monovalen,
serta amin dengan berat molekul rendah, dan ion magnesium. Alginat merupakan
molekul linear dengan berat molekul tinggi, sehingga mudah sekali menyerap air.
Alasan tersebut yang menyebabkan alginat mempunyai fungsi yang baik sekali
sebagai bahan penyalut. Di berbagai keadaan, alginat dapat berfungsi sebagai
senyawa pengikat daya suspensi larutan (stabilisator) dengan proses pengentalan
larutan itu sendiri. Pada sistem lain, alginat mampu menjaga suspensi karena muatan
negatif serta ukuran kalorinya yang memungkinkan membentuk pembungkus bagi
partikel yang tersuspensi. Sifat viskositas alginat yang tinggi mampu mempengaruhi
stabilitas emulsi dalam air. Alginat yang larut dalam susu mampu mencegah
terjadinya pembentukan kristal es yang kasar dalam es krim yang biasanya terjadi
karena pembekuan yang berulang-ulang (Winarno, 1996).
Alginat bersifat non toksik bila digunakan untuk imobilisasi sel dan
keuntungan ini dapat diterima sebagai makanan tambahan. Meskipun alginat telah
digunakan secara luas untuk enkapsulasi probiotik, tetapi tidak terlihat beberapa
keseragaman kondisi mikroenkapsulasi. Konsentrasi sodium alginat bervariasi dari
0,5 – 4%, sehingga menghasilkan kesimpulan berbeda mengenai penggunaan
Prebotik
Prebiotik adalah bahan pangan yang tidak tercerna oleh saluran pencernaan
manusia yang mampu memacu pertumbuhan probiotik karena sifat spesifiknya yang
hanya mampu difermentasi oleh probiotik (Gibson dan Fuller, 1998). Prebiotik telah
diketahui memberikan efek bifidogenetik yang menguntungkan bagi kesehatan
pencernaan inangnya (Fooks et al., 1999). Bahan pangan yang dapat diklasifikasikan
sebagai prebiotik harus mempunyai kriteria diantaranya: a) tidak dapat terhidrolis
atau tercerna oleh saluran pencernaan manusia, b) secara selektif dapat menstimulir
pertumbuhan bakteri yang menguntungkan pada kolon, dan c) dapat menekan
pertumbuhan bakteri patogen, sehingga secara sistematik dapat meningkatkan
kesehatan. Kemampuan ini berdasarkan pada kandungan SDF (soluble dietary fiber)
seperti pada beberapa oligosakarida. Oligosakarida yang tidak tercerna seperti
rafinosa, frukto-oligosakarida (FOS), galaktosillaktosa, isomaltooligosakarida atau
transgalakto-siloligosakarida (TOS) yang telah diketahui dapat meningkatkan jumlah
bifidobacteria indigenous dan bakteri asam laktat lainnya. Beberapa prebiotik seperti
inulin dan oligosakarida dapat diisolasi dari sumber alami, seperti umbi-umbian,
tepung terigu dan pollard (Gibson dan Fuller, 1998).
Inulin
Inulin dapat dibuat dengan ekstraksi air panas dari akar chicory segar yang
mengandung 92% fruktooligosakarida dengan derajat polimerisasi rata-rata 10 unit
heksosa (Robertfroid et al ., 1998). Sumber inulin lain adalah umbi dahlia (Dahlia
sp. L), umbi Jerusalem artichoke (Helianthus tuberosus), dandelion (Taraxacum
officinale Weber), umbi yacon (Smallanthus sanchifolius) dan dalam jumlah kecil
terdapat pada bawang merah, bawang putih, pisang, asparagus, gandum dan barley
(Scientificphysic, 2006).
Inulin termasuk golongan karbohidrat yang disebut fruktan, yaitu polimer
yang mengandung gugus fruktosa dengan ikatan glikosidik (Robertfroid, 2000).
Inulin merupakan polimer dari unit-unit fruktosa. Inulin bersifat larut dalam air, tidak
dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan, tetapi difermentasi mikroflora kolon
(usus besar) (Widowati, 2006). Inulin terdiri atas 90,81% fruktosa dan 4,71%
glukosa, sehingga total gula yang terkandung dalam inulin sebanyak 95,53%
Inulin di usus besar hampir seluruhnya difermentasi menjadi asam-asam
lemak rantai pendek dan diubah oleh beberapa mikroflora spesifik menghasilkan
asam laktat. Hal ini menyebabkan penurunan pH kolon sehingga pertumbuhan
bakteri patogen terhambat. Mekanisme seperti ini berimplikasi pada peningkatan
kekebalan tubuh. Pemberian tepung inulin atau fruktooligosakarida sebanyak 4 gram
per hari merupakan sumber prebiotik (Grizard dan Bartemeu, 1999).
Inulin dalam bahan pangan berfungsi sebagai pengganti lemak, penstabil
busa, serat, prebiotik, memperbaiki tekstur, pengemulsi, perenyah, menurunkan nilai
kalori, dan pengganti gula. Penggunaan inulin di bidang pangan adalah untuk produk
susu (yogurt, keju, minuman), roti, sereal, snack, salad, saus, produk daging,
pengganti makanan, coklat dan tablet. Pada di bidang farmasi, inulin digunakan
untuk uji fungsi ginjal (Steinbuchel dan Rhee, 2005).
Pengeringan Beku
Metode pengeringan kultur starter yang paling banyak digunakan adalah
pengeringan beku. Metode ini menghasilkan viabilitas dan persentase mikroba hidup
selama penyimpanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan lainnya
(Tamime dan Robinson, 2007). Pengeringan beku adalah pengeringan dengan
pembekuan, proses pengeringan beku terjadi sublimasi yaitu perubahan dari bentuk
es dalam bahan yang beku langsung menjadi uap air tanpa mengalami proses
pencairan terlebih dahulu. Proses pengeringan beku mempunyai keuntungan karena
volume bahan tidak berubah dan daya rehidrasi tinggi sehingga mendekati bahan
asalnya (Barbosa-Canovas et al., 2005). Pengeringan starter ditujukan untuk
melindungi beban kerja yang harus dilakukan pada pemeliharaan kultur cair,
memperpanjang masa simpan kultur dan memudahkan distribusi kultur tanpa terjadi
kehilangan viabilitas bakteri (Tamime dan Robinson, 2007).
Pengeringan Semprot
Pengeringan semprot didefinisikan sebagai suatu proses perubahan dari
bentuk cair ke bentuk partikel-partikel oleh suatu proses penyemprotan bahan
kedalam medium kering yang panas. Pengeringan semprot digunakan untuk
mengeringkan suatu larutan, campuran atau produk cair lainnya menjadi bentuk
produk keluar. Salah satu keuntungan pengeringan semprot adalah lebih ekonomis.
(Barbosa-Canovas et al., 2005).
Fitria (1999) menggunakan spray dry untuk mengeringkan kultur starter
dengan suhu inlet 100, 120, 140oC dan suhu outlet digunakan suhu 60, 70, 80oC,
menghasilkan total jumlah bakteri asam laktat yang lebih besar pada suhu
pengeringan 140oC untuk inlet dan 80oC untuk outlet. Fellows (1990), menyatakan
bahwa mekanisme pengeringan dengan metode spray drying terjadi pada saat uap
mengenai substrat panas langsung berpindah ke bagian dalam sel, uap air masuk
melalui garis batas uap dan membawa uap dari substrat. Pengeringan semprot
mempunyai beberapa kelebihan disbanding dengan jenis pengeringan lain,
diantaranya yaitu: a) produk akan kering tanpa bersentuhan dengan logam panas, b)
suhu produk rendah meskipun suhu udara yang digunakan cukup tinggi, c)
penguapan terjadi pada permukaan yang sangat luas sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk pengeringan hanya beberapa detik saja, dan d) produk akhir yang
dihasilkan berbentuk bubuk stabil sehingga memudahkan dalam penanganan dan
transportasi (Barbosa-Canovas et al., 2005).
Bahan Pelindung
Menurut Fardiaz (1987), untuk mencegah kerusakan selama proses
pengeringan maka digunakan komponen pelindung yang mempunyai sifat: a) dapat
mencegah terjadinya pengeringan total, sehingga kerusakan DNA dan kematian sel
dapat dicegah, b) meminimalkan pembentukan kristal es selama pembekuan cepat
dan c) melindungi kultur kering dari kerusakan fisik. Bahan pelindung yang biasa
digunakan diantaranya susu skim, laktosa, sukrosa, dan maltodekstin.
Senyawa Kriogenik
Senyawa kriogenik adalah suatu senyawa yang ditambahkan ke dalam kultur
bakteri dengan tujuan untuk membantu kultur bakteri menjaga stabilitasnya terhadap
perlakuan pengeringan. Menurut Tamime dan Robinson (1985), kerusakan sel akibat
proses pengeringan dapat diminimumkan dengan penambahan senyawa-senyawa
kriogenik seperti asam, L-glutamat atau Na-glutamat, L-arginin, asetil glisin, kasiton,
Bahan Pengisi
Bahan pengisi merupakan komponen penting terutama untuk zat berkhasiat
yang jumlahnya sangat kecil. Bahan pengisi mempunyai syarat harus merupakan
bahan yang netral terhadap bahan khasiat, harus inert secara farmakologi, juga tidak
berbahaya (Lachman et al., 1994).
Maltodekstrin
Maltodekstrin didefinisikan sebagai produk hidrolisis pati (polimer sakarida
tidak manis) dengan panjang rantai rata-rata 5-10 unit/molekul glukosa.
Maltodekstrin secara teori diproduksi melalui hidrolisis terkontrol dengan enzim (α
-amilase) atau asam (Kennedy et al., 1995).
Maltodekstrin banyak digunakan dalam industri makanan sebagai bahan
pengisi. Idealnya, maltodekstrin sedikit berasa dan berbau, namun maltodekstrin
dengan DE 20 menghasilkan rasa manis. Menurut Mc. Donald (1984), maltodekstin
bersifat kurang higroskopis, kurang manis, memiliki kelarutan tinggi dan cenderung
tidak membentuk zat warna pada reaksi browning.
Maltodekstrin dan sirup glukosa kering banyak digunakan sebagai bahan
pengisi dalam industri pangan, untuk mengurangi tingkat kemanisan produk dan
merupakan bahan campuran yang baik untuk produk-produk tepung. Penggunaannya
sebagai bahan pengisi dapat mengurangi biaya produksi karena mengurangi
bahan-bahan konsentrat yang memiliki harga relatif tingggi, misalnya flavor. Didalam
pembuatan tablet atau granul, maltodekstrin dapat mendistribusikan laktosa dan susu
bubuk dalam jumlah tertentu.
Tujuan penggunaan maltodekstrin menurut Kennedy et al.(1995):
1) mengurangi biaya produksi dan material dengan harga tinggi;
2) mengurangi kehilangan volume selama penyimpanan atau pemindahan;
3) menyerap lemak dan minyak;
4) membantu penyebaran;
5) memberikan rasa lembut; dan
6) meningkatkan kelarutan.
Granul
Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil.
besar. Ukuran granul biasanya berkisar antara ayakan 4-12 mesh. Umumnya granul
dibuat dengan cara granulasi basah yang melembabkan serbuk yang diinginkan atau
campuran serbuk yang digiling, tetapi dapat diperoleh juga dengan cara granulasi
kering yaitu tanpa melembabkan, dengan cara menyalurkan adonan dari bahan
serbuk yang ditekan melalui mesin pembuat granul. Menurut Voight (1995), granul
sebaiknya memiliki bentuk dan warna teratur dan memiliki distribusi butir yang
sempit serta mengandung bagian berbentuk serbuk lebih dari 10%. Granul juga
sebaiknya memiliki daya luncur yang baik, tidak terlampau kering (kelembaban
3-5%), dan hancur dengan baik didalam air.
Hampir semua granul memerlukan bahan tambahan untuk memperoleh sifat
fisik dan mekanik, sehingga mempermudah proses pembuatan granul dengan kualitas
granul yang baik. Bahan tambahan tersebut terdiri atas bahan pengisi dan bahan
pengikat.
Bahan Pengisi Granul (Filler/Diluent)
Bahan pengisi adalah bahan yang ditambahkan agar diperoleh suatu bentuk,
ukuran dan volume yang sesuai. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling
banyak digunakan karena hampir tidak bereaksi pada semua bahan obat, baik yang
digunakan dalam bentuk hidrat maupun anhidrat. Bahan pengisi lain adalah
mikrokristal, kalsium fosfat dibasa, kalsium sulfat, manitol, sorbitol, dekstrosa dan
maltodekstrin (Lachman et al., 1994).
Bahan Pengikat Granul
Bahan pengikat adalah bahan untuk mengikat bahan-bahan lainnya agar
granul yang dihasilkan mempunyai tekstur yang kompak. Bahan pengikat yang biasa
digunakan adalah PVP, gelatin, pasta amylum dan sukrosa (Lachman et al., 1994).
Granulasi
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme
pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan
granul, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah dikembangkan, dari
metode konvensional seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat
musilagoamili hingga pembentukan granul dengan peralatan terkini seperti spray dry
Granulasi Basah
Metode ini adalah metode paling tua dan masih banyak dipakai. Metode ini
digunakan bila bahan obat tidak dapat dicetak langsung, karena sifat kohesif, sifat
kompresibilitas, dan sifat aliran yang kurang baik sementara dosisnya besar, serta
memerlukan penambahan pewarna dalam bentuk larutan sehingga membutuhkan
bahan pengikat (Ansel, 1989). Bahan yang dicetak dilembabkan dengan larutan
pengikat, sehingga serbuk terikat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab.
Larutan pengikat yang digunakan adalah etanol, isopropanol atau akuades,
tergantung zat pengikat yang digunakan, kemudian serbuk tersebut dikeringkan
menggunakan oven, setelah kering ukuran diperkecil dengan granulator/pengayakan
(Lieberman et al., 1992).
Laktosa
Laktosa adalah gula yang terdapat dalam susu. Rumus kimia laktosa adalah
C12H22O11. Bentuk laktosa berupa serbuk, keras, putih atau putih krem, tidak berbau,
rasa sedikit manis dengan tingkat kemanisan 15-30% lebih rendah dibandingkan sukrosa. Laktosa mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol,
tidak larut dalam kloroform dan eter (Farmakope Indonesia IV, 1995).
Laktosa merupakan jenis karbohidrat komplek yang terdiri atas dua mono
sakarida yaitu glukosa dan galaktosa. Sama halnya dengan gula pereduksi lainya,
laktosa dapat bereaksi dengan kelompok asam amino bebas yang menyebabkan
warna kecoklatan (reaksi maillard) pada produk. Perubahan reaksi ini sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi laktosa dan protein, pH, waktu dan suhu selama
pemrosesan (Farmakope Indonesia IV, 1995).
Sodium Starch Glycolate (SSG)
Sodium starch glycolate (SSG) termasuk kedalam jenis pati termodifikasi
yang mampu menyerap air 200-300%, sehingga pada suhu dan kelembaban tinggi
dapat memperlama waktu disintegrasi dan memperlambat waktu disolusi. SSG dalam
formulasi berfungsi sebagai disintegrant (bahan penghancur). Bahan penghancur di
tambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan
Penambahan bahan penghancur dalam formulasi dapat dilakukan
menggunakan metode eksternal (ekstragranular) dan metode internal (intragranular).
Metode eksternal dilakukan dengan penambahan bahan penghancur kedalam
formulasi sebelum pengempaan, sedangkan penambahan secara internal dilakukan
dengan pencampuranbahan penghancur yang ditambahkan bahan lain sebelum
dimasukan kedalam cairan granulasi (Bagul, 2006).
Pengemasan
Pengemasan diartikan sebagai suatu proses pembungkusan, pewadahan, atau
pengepakan terhadap bahan pangan yang memiliki peran penting dalam pengawetan
bahan pangan hasil pertanian. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu
mencegah atau melindungi dari kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada
didalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik. Pengemasan
juga dapat berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri
agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam proses penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi (Syarief et al., 1989).
Aluminium Foil
Foil adalah bahan pengemas dari logam, berupa lembaran aluminium yang
padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm. Foil mempunyai sifat yang
hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya (cocok untuk pengemasan margarin,
yogurt). Umumnya digunakan sebagai bahan pelapis (laminan) yang dapat
ditempatkan pada bagian dalam atau lapisan tengah sebagai penguat yang dapat
melindungi bungkusan. Ketebalan dari aluminium foil menentukan sifat
protektifnya. Foil dengan ketebalan rendah masih dapat dilalui oleh gas dan uap.
Alufo dengan ketebalan 0,0375 mm atau lebih mempunyai permeabilitas uap air.
Sifat-sifat alufo yang lebih tipis dapat diperbaiki dengan memberi lapisan plastik atau
kertas ( Syarief et al., 1989).
Low Density Polyethylene (LDPE)
Low Density Polyethylene (LDPE) merupakan plastik yang dibuat dengan
polimerasi adisi dari gas etilen yang diperoleh sebagai hasil samping industri arang
dan minyak. Plastik LDPE mempunyai sifat yang mudah dibentuk, mempunyai daya
namun bukan penahan oksigen yang baik, tidak menyebabkan aroma atau bau
terhadap makanan dan mudah untuk di-seal (Harrington dan Jenkins, 1991). Plastik
LDPE dapat digunakan berlapis ataupun berganda yang dapat dikombinasikan
dengan bahan kemasan lain seperti karton dan aluminium foil (Mathlouthi, 1994).
Low Density Polyethylene (LDPE) mengandung anti oksidan untuk
meminimalisir degradasi selama proses pembuatan. Jenis karbon hitam digunakan
untuk stabilizer LDPE. Sifat utama LDPE adalah berwarna putih, bahan elastis,
berminyak bila disentuh, tanpa rasa, bau atau bau spesifik, tidak larut dalam air dan
alkohol, penghantar lembab yang baik, tapi tidak tahan oksigen. Plastik LDPE
resisten terhadap uap air, asam, lemak, minyak, kurang resisten terhadap bahan
pelarut dan digunakan secara luas untuk bahan pengemasan makanan dan digunakan
sebagai kemasan primer film (Sheftel, 2000).
Karakteristik Dadih Sinbiotik
Karakteristik produk dadih sinbiotik dapat dikelompokkan berdasarkan sifat
fisik meliputi pH dan viskositas, karakteristik kimia meliputi total asam tertritasi
(TAT).
Keasaman dan pH. Pengukuran derajat keasaman dilakukan untuk menentukan karakteristik dan mutu pada produk dadih serta menentukan ketahanan
produk pangan yang dimaksud terhadap kontaminasi mikroba. Dadih dengan pH
4,0–4,5, termasuk dalam produk pangan berasam sedang.
Nilai pH dadih yang terbentuk biasanya mencapai 3,65-4,40, dan pH akan
turun sampai 3,5 apabila proses inkubasi dilanjutkan dengan peningkatan asam laktat
hingga 2%. Penurunan pH produk dadih selama inkubasi karena akumulasi asam
laktat akibat aktivitas kultur. Penurunan pH menjadi 4,6-4,8 mengakibatkan
terjadinya koagulasi susu sebab stabilitas protein susu yaitu kasein terganggu
(Rahman et al., 1992).
Viskositas. Viskositas adalah gambaran besarnya hambatan suatu cairan terhadap aliran dan pengadukan. Viskositas yang merupakan karakteristik fisik
koagulum dadih memiliki peranan yang sangat penting. Karakteristik dadih
berbentuk gel kental dengan konsistensi menyerupai puding. Menurut Selamat
(1992), konsistensi penggumpalan dipengaruhi oleh laktosa susu, jenis karbohidrat
Penggunaan susu bubuk skim dan krim dapat meningkatkan total produksi dadih
sehingga memperbaiki tekstur dan viskositas produk. Semakin tinggi kadar protein
semakin terjadi peningkatan jumlah koagulum hasil penggumpalan protein akibat
suasana asam di bawah titik isoelektrik protein susu (Tamime dan Robinson, 1989).
Total Asam Tertitrasi (TAT). Nilai Total Asam Tertitrasi dinyatakan sebagai persen asam laktat. Standar mutu dadih untuk beberapa kriteria biasanya
mengacu pada yogurt diantaranya untuk nilai keasaman. Pengukurannya untuk
semua komponen asam, baik yang terdisosiasi maupun tidak. Menurut syarat mutu
yogurt SNI 01-2981-1992, jumlah asam laktat adalah 0,5-2,0%, namun sesuai, The
Code of Federal Regulations (1985) bahwa TAT tidak kurang dari 0,9% asam laktat.
Sedangkan menurut Jay (2000), produk akhir fermentasi susu umumnya
mengandung 0,8 – 1,0% asam laktat. Asam laktat merupakan komponen asam
terbesar pada saat fermentasi susu menjadi dadih. Asam laktat (C3H6O3) akan
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorioum Mikrobiologi Bagian Teknologi
Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Balai Pengujian Industri Hasil Pertanian
(BPIHP) Bogor, Departemen Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia, dan
Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Januari
hingga Agustus 2009.
Materi
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kultur starter bakteri
indigenous dadih susu kerbau dengan probiotik terenkapsulasi dalam bentuk granul
adalah adalah susu skim sapi segar, kultur starter dadih Lactobacillus plantarum (Lp
RRM-01), kultur starter probiotik Lactobacillus acidophilus (La RRM-01) dan
Bifidobacterium longum (Bl RRM-01) yang semuanya merupakan koleksi
Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak, susu skim bubuk,
gliserol, CaCO3, CaCl2, aquades, inulin, laktosa, maltodekstrin, sukrosa, starch
sodium glikolat (SSG) dan sodium alginat. Bahan untuk pengujian mikrobiologi yang
digunakan diantaranya aquades, buffer pepton water (BPW), media deMan’s Rogosa
Sharpe broth (MRSB), bacteriological agar, media plate count agar (PCA), dan
media violet red bile agar (VRBA). Bahan pengemas yang digunakan yaitu
aluminium foil berlapis low density polyethylene (LDPE).
Alat-alat yang digunakan yaitu separator krim, inkubator, labu Erlenmeyer,
tabung reaksi, freeze dryer, spray dryer, vortex, baker glass, cawan Petri, timbangan
digital, ruang steril, pipet, otoklaf, gelas ukur, panci, kompor, sendok pengaduk,
kertas saring, termometer, viskotester, gelas ukur, ayakan 12 dan 20 mesh, mortar
dan vakum sealer untuk mengemas produk.
Rancangan
Perlakuan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
laktosa dan SSG dalam pembuatan kultur starter dadih terenkapsulasi dalam bentuk
granul (L21S1, L20S2, L19S3).
Model
Model matematika yang digunakan untuk karakteristik fisik mengacu pada
Steel dan Torrie (1995) sebagai berikut:
Yij = µ + Pi+ єij Keterangan
i = konsentrasi laktosa (21%, 20%, 19%) dan SSG (1%, 2%, 3%)
j = ulangan 1, 2, 3
Yij = hasil pengamatan pada pemberian laktosa dan SSG pada konsentrasi
ke-i dan ulangan ke-j
µ = nilai rataan umum
Pi = pengaruh pemberian laktosa dan SSG pada konsentrasi ke-i
Єij = galat percobaan pada pemberian laktosa dan SSG ke-i dan ulangan ke-j
Peubah
Peubah yang diamati meliputi waktu larut, kompresibilitas, pH, Total Asam
Tertitrasi (TAT) dan viskositas.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA). Jika
perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap peubah yang diukur maka
dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan
tersebut (Steel dan Torrie,1995). Apabila secara statistik tidak diperoleh perbedaan
diantara ketiga formulasi (L21S1, L20S2, L19S3) maka penentuan kualitas fisik dan
kimia dadih sinbiotik dari granul kultur starter dadih terenkapsulasi dilakukan
dengan pemberian nilai (skoring) terhadap peubah yang diamati.
Penentuan Skoring Evaluasi Granul Kultur Starter Dadih dengan Sinbiotik Terenkapsulasi dan Kualitas Fisik dan Kimia Hasil Aplikasinya
Pemberian nilai terhadap peubah yang diamati meliputi waktu larut,
kompresibilitas, pH, TAT dan viskositas. Pemberian nilai ditentukan berdasarkan
standar produk yang ada, hasil tertinggi diberikan nilai 3 dan hasil terendah diberikan
ada standar yang mengacu untuk peubah yang diamati dari granul kultur starter
kering dadih terenkapsulasi dan aplikasinya, maka pemberian nilai berdasarkan
peringkat hasil yang terbaik, nilai 3 untuk hasil tertinggi dan nilai 1 untuk hasil
terendah, kecuali untuk waktu larut, kompresibililas dan pH, nilai 1 untuk hasil
tertinggi dan nilai 3 untuk hasil terendah. Penentukan nilai skoring granul kultur
starter dadih terenkapsulasi dengan imbangan laktosa dan SSG yang berbeda serta
aplikasinya ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Penentuan Skoring Sifat Fisik Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi dalam Bentuk Granul dan Sifat Kimia Dadih Sinbiotik
Kriteria Produk Standar Produk Penentuan Nilai
Evaluasi Granul untuk hasil tertinggi dan nilai 1 untuk hasil terendah. Kecuali untuk waktu larut, kompresibililas dan pH, nilai 1 untuk hasil tertinggi dan nilai 3 untuk hasil terendah.
Sumber : * United State Pharmacopeia, 2005
Prosedur
Penelitian ini meliputi 2 tahap yaitu pembuatan dan evaluasi kultur starter,
dan tahap aplikasi granul kultur starter dadih dengan sinbiotik terenkapsulasi.
Diagram alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Prosedur Penelitian Karakteristik Fisik dan Kimia Dadih Sinbiotik yang Diproduksi dari Granul Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi
Tahap I. Pembuatan dan Evaluasi Kultur Starter
Persiapan Kultur Starter Dadih dan Probiotik
Penentuan Waktu Pemanenan
Pembuatan Kultur Starter Kering Dadih
Pembuatan Kultur Starter Kering Sinbiotik
Penentuan Formulasi
Pembuatan Granul
Evaluasi Granul 1. Kompresibilitas 2. Waktu Larut
Pengemasan
Pengujian Kualitas Fisik dan Kimia Dadih Sinbiotik 1. Nilai pH
2. Total Asam Tertritasi (TAT)
3. Viskositas
Tahap II. Aplikasi Kultur Starter Kering Dadih Terenkapsulasi untuk Pembuatan Dadih Sinbiotik
Tahap I. Pembuatan dan Evaluasi Kultur Starter Dadih Terenkapsulasi dalam Bentuk Granul
Pembuatan dan evaluasi kultur starter meliputi tahap persiapan kultur starter,
penentuan waktu pemanenan BAL dan probiotik, pengeringan BAL, pengeringan
sinbiotik, penentuan formulasi, pembuatan granul, evaluasi fisik granul dan
pengemasan.
Persiapan Kultur StarterDadih dan Probiotik
Persiapan kultur starter meliputi pemeriksaan kultur starter melalui
pemeriksaan mikroskopik dengan bantuan metode pewarnaan Gram dan uji katalase
(Fardiaz, 1992).
Pengujian morfologi Lp, La, dan Bl RRM-01 menggunakan metode
pewarnaan Gram dilakukan dengan cara menyiapkan preparat bakteri pada gelas
objek yang telah difiksasi dan ditetesi dengan berbagai larutan secara berurutan,
yaitu kristal violet, larutan iodin, alkohol 95% (bahan pemucat), dan safranin. Bakteri
yang telah diwarnai dicuci dari sisa pewarna dan dikeringkan, kemudian diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Bakteri yang telah diwarnai dengan
metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram positif yang
mempertahankan zat pewarna kristal violet. Kelompok yang lain yaitu bakteri Gram
negatif yang akan kehilangan warna kristal violet bila dicuci dengan alkohol 95 %,
dan sewaktu diberi pewarna tandingan dengan warna merah safranin akan tampak
berwarna merah.
Pengujian katalase dilakukan dengan cara preparat bakteri yang telah
dioleskan pada gelas objek ditetesi dengan satu tetes H2O2, apabila penetesan H2O2
menimbulkan gelembung, maka bakteri yang diperiksa termasuk kelompok bakteri
katalase positif, sebaliknya apabila tidak menghasilkan gelembung gas maka
termasuk kelompok bakteri katalase negatif. Lp 01, La 01 dan Bl
RRM-01 merupakan jenis bakteri katalase negatif (-).
Penentuan Waktu Pemanenan L. plantarum dan Bakteri Probiotik. Kultur bakteri yang digunakan sebagai kultur starter harus memiliki viabilitas yang tinggi
sehingga diperoleh jumlah populasi minimal setelah dalam bentuk granul adalah
mendapatkan kondisi jumlah kultur yang optimal sebagai starter. Bakteri yang
diamati pertumbuhannya yaitu Lp RRM-01, La RRM-01 dan Bl RRM-01.
Kultur starter BAL dan probiotik sebanyak 5% (v/v) diinokulasikan kedalam
media MRSB (250 ml) lalu diinkubasikan pada suhu 37oC dan ikuti pertumbuhannya
selama 24 jam. Sampling yang diuji setiap jam nya diukur nilai pH dan Optical
Density (OD) untuk kemudian dikorelasikan ke jumlah populasi bakteri berdasarkan
kurva standar yang telah disiapkan sebelumnya, ini sesuai dengan pernyataan
Prescott et al., (2003).
Pembuatan Kultur Starter Kering Bakteri Indigenous Dadih Susu Kerbau.
Pembuatan kultur starter dadih diawali dengan inokulasi kultur starter L. plantarum
(Lp RRM-01) kedalam susu skim cair steril untuk menghasilkan kultur kerja.
Inkubasi dilakukan pada suhu 37o C selama 14 jam sesuai dengan fase logaritmiknya.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah dan kondisi kultur starter yang optimal
dan juga untuk menghindari fase lag atau fase adaptasi yang terlalu lama sebelum
aktif memfermentasi susu. Sebelum pengeringan semprot lalu ditambahkan
kedalamnya maltodekstrin 4% sebagai bahan pengisi dan laktosa 6% sebagai zat
kriogenik. Campuran diaduk hingga homogen selanjutnya dilakukan proses
pengeringan dengan metode spray dry (suhu inlet 180o C dan outlet 80o C), sehingga
diperoleh bubuk kultur starter dadih. Proses pembuatan kultur starter kering Lp
RRM-01 ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Kultur Starter Kering Bakteri Indigenous Dadih Susu Kerbau
Susu skim + 5% L. plantarum
Inkubasi 37o C selama 14 jam
Penambahan maltodekstrin 4% dan laktosa 6%, campur hingga homogen
Pengeringan metode spray dry
Pembuatan Sinbiotik Terenkapsulasi dalam Bentuk Kering (Reyed, 2007 yang dimodifikasi)
La RM-01 dan Bl RM-01 ditumbuhkan secara terpisah, masing-masing
sebanyak 5% (v/v) dalam media deMan’s Rogosa Sharpe Broth (MRSB) pada suhu
37±10C dan dipanen pada fase logaritmik sesuai waktu pada kurva pertumbuhan.
Sel bakteri dipanen dengan sentrifugasi dingin (4oC) selama 20 menit pada 10.000
rpm. Sel bakteri yang diperoleh dilarutkan pada 100 ml larutan 10% (b/v) susu skim,
5% (v/v) gliserol dan 0,1% (b/v) CaCO3 dan penambahan 2% (b/v) inulin,
selanjutnya diperangkap selama 45 menit di dalam 100 ml larutan alginat steril
dengan konsentrasi 3% (b/v). Campuran tersebut disemprotkan pada larutan kalsium
klorida (0,1M) dengan menggunakan alat tetes (spoid). Setelah satu jam, gel yang
terbentuk dipindahkan ke dalam larutan fisiologis (0,85%) untuk mendapatkan
struktur gel yang kompak, selanjutnya dipindahkan ke air distalasi dan diputar secara
perlahan selama 1 jam untuk menghilangkan residu CaCl2. Butiran-butiran sinbiotik
terenkapsulasi yang telah diperangkap di kalsium klorida siap untuk dikeringkan.
Pengeringan biokapsul dilakukan dengan menggunakan metode freeze dry.
Sebelumnya biokapsul dibekukan di freezer (suhu -20oC selama 24 jam). Tabung
berisi sinbiotik terenkapsulasi dihubungkan dengan vacuum chamber. Proses
pengeringan beku berlangsung stabil pada suhu -55oC dengan tekanan 1 mbar selama
Gambar 3. Diagram Alir Biokapsulasi Sinbiotik (Reyed, 2007 yang dimodifikasi)
Formulasi, Pembuatan dan Evaluasi Kultur Starter Dadih dengan Sinbiotik Terenkapsulasi dalam Bentuk Granul. Sebanyak tiga macam formulasi granul kultur starter dadih dengan sinbiotik terenkapsulasi diuji yang masing-masing
dibedakan berdasarkan kandungan laktosa (21%, 20%, dan 19%) dan SSG (1%, 2%,
dan 3%). Ketiga formulasi kultur starter selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. InokulasiLa RM-01 5% (v/v) atau Bl RM-01 5%
(v/v) pada MRSB pH 7
Inkubasi pada suhu 37oC selama 16 jam
Sentifugasi (4oC) selama 20 menit pada 10.000 rpm
Pelarutan sel bakteri dalam media enkapsulasi larutan : 100 ml aquades + 10% susu skim+5%
gliserol + (prebiotik) inulin 2% + 0,1%CaCO3
Campuran diperangkap (45 menit) dalam larutan alginat steril (3% b/v)
Campuran diteteskan pada CaCl2 0,1 M dibiarkan selama 1 jam
Penguatan struktur gel yang dalam larutan fisiologis (0,85%)
Pencucian gel yang terbentuk dipindahkan ke air distilasi
Enkapsulasi sinbiotik siap untuk dikeringkan (Freeze drying)
Tabel 2. Formulasi Kultur Starter Bakteri Indigenous Dadih Susu Kerbau dengan Sinbiotik Terenkapsulasi dalam Bentuk Granul
Formulasi % (b/b) Komposisi
L21S1 L20S2 L19S3
Starter Lp RRM-01 50 50 50
Starter La RRM-01 1 1 1
Starter Bl RRM-01 1 1 1
Laktosa 21 20 19
Skim Bubuk 26 26 26
Starch Sodium Glikolat (SSG) 1 2 3
Total 100 100 100
Proses selanjutnya yaitu proses granulasi. Pembuatan granul kultur starter
bakteri indigenous dadih susu kerbau dengan sinbiotik terenkapsulasi menggunakan
metode granulasi basah, yang meliputi tahap penimbangan bahan-bahan,
pencampuran hingga homogen, penambahan larutan sukrosa, dan pengayakan tahap
pertama dengan ayakan ukuran 12 mesh. Hasil ayakan dikeringkan dalam oven
dengan temperatur 40o C selama 2 jam. Setelah itu dilakukan pengayakan tahap
kedua menggunakan ayakan ukuran 20 mesh. Proses granulasi kultur starter kering