• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Keluhan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada pekerja Pandai Besi Ditinjau Dari Sikap Kerja Di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Keluhan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada pekerja Pandai Besi Ditinjau Dari Sikap Kerja Di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA

DI KWALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh :

SOFYAN R. FAU NIM. 031000035

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: seorang pekerja hendak menaikkan sebuah lemari besi ke bak belakang truk dengan menggunakan bidang miring seperti gambar

(2)

ABSTRAK

Usaha pandai besi yang terdapat di Kwala Begumit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat-alat pertanian serta peralatan rumah tangga. Usaha tersebut merupakan industri rumah tangga dan bersifat informal.

Setiap pekerjaan memiliki resiko kerja, untuk mengetahui gambaran keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja pandai besi ditinjau dari sikap kerja di Kelurahan Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja pandai besi di Kelurahan Kwala Begumit yang berjumlah 19 orang dan sampelnya adalah seluruh jumlah populasi (total sampling). Data diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner nordic body map dan penggunaan alat pelindung diri, serta pengamatan sikap kerja dengan bantuan media foto. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pekerja bekerja dengan sikap kerja berdiri membungkuk, serta pekerja yang bekerja dengan sikap kerja duduk bekerja tanpa sandaran kursi dan membungkuk. Ditemukan gangguan kesehatan yang dialami pekerja pandai besi berupa rasa sakit sesaat setelah bekerja di punggung, pinggang, telapak tangan kiri, dan lengan bawah kanan sebanyak 16 pekerja (84,21%). Pada lengan bawah kiri, jari-jari tangan kiri, dan jari-jari tangan kanan 15 pekerja (78,94%) merasakan sakit, serta pada telapak tangan kanan 17 pekerja (89,47%) merasakan sakit.

Disarankan pada pekerja pandai besi agar saat bekerja diselingi istirahat dan relaksasi, dan khusus bagi yang bekerja dengan sikap kerja duduk sebaiknya menggunakan sandaran kursi saat bekerja. Sebaiknya pekerja pandai besi menggunakan alat pelindung diri saat bekerja hingga dapat meminimalisasi dampak dari potensi bahaya yang ada di tempat kerja.

(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sofyan R. Fau

Tempat/Tanggal Lahir : Teluk Dalam, 24 Mei 1985 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Merica Raya No. 62 Perumnas Simalingkar Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul ” Gambaran Keluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Pandai Besi Ditinjau Dari Sikap Kerja dan Alat Pelindung Diri Di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis dengan hormat dan penuh kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang telah membesarkan dan membimbing dengan penuh pengorbanan dan cinta kasih yang tak ternilai.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan FKM USU Medan.

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS selaku Kepala Departemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja FKM USU Medan.

(5)

4. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS dan bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan sumbangan hingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Bapak dr. Heldy B.Z. MPH selaku dosen pembimbing akademik. 6. Seluruh dosen dan pegawai di FKM USU Medan.

7. Bapak Drs. T.M. Auzai selaku Camat Kecamatan Binjai dan seluruh stafnya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Sirin, bapak Ati, bapak Lasi, dan bapak Mono selaku pemilik usaha pandai besi di Kwala Begumit yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di tersebut.

9. Seluruh keluarga yang banyak memberi dukungan kak Dian dan Ian yang kusayangi.

10.Buat senior maupun teman-teman di FKM USU terutama b’ Dika, Buset, Ijal, Bukit yang pasrah menghabiskan waktunya menemani penulis bercengkrama di Kwala Begumit dan memberikan banyak kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. Rekan rekan SLTA stambuk 2003 yang telah banyak membantu dan sama-sama berjuang dalam menyelesaikan pendidikan di FKM USU. Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak dan dapat berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2008

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan... i

Abstrak... ii

Riwayat Hidup... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... viii

Daftar Gambar... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Perumusan Masalah... 5

1.3.Tujuan... 5

1.3.1. Tujuan Umum... 5

1.3.2. Tujuan Khusus... 5

1.4.Manfaat... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 7

2.2. Ergonomi... 8

2.2.1 Sikap Tubuh Dalam Bekerja... 10

2.3. Alat Pelindung Diri (APD)... 13

2.3.1. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri... 13

2.3.2 . Perundang-undangan Alat Pelindung Diri... 13

2.3.3. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri... 14

2.4. Usaha Pandai Besi... 22

2.4.1. Bahan Baku Pandai Besi... 23

2.4.2. Peralatan Pandai Besi... 23

2.4.3. Proses Kerja Pandai Besi... 24

2.4.4. Bahaya Potensial Usaha Pandai Besi... 25

2.5. Kerangka Konsep... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 28

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... 28

3.2.1. Lokasi Penelitian... 28

3.2.2. Waktu Penelitian... 28

3.3. Populasi dan Sampel... 28

3.3.1. Populasi... 28

3.3.2. Sampel... 29

3.4. Metode Pengumpulan Data... 29

(7)

3.4.2. Data Sekunder... 29

3.5. Defenisi Operasional... 29

3.6. Variabel yang diteliti... 30

3.7. Teknik Analisa Data... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 31

4.2. Karakteristik Pekerja... 32

4.2.1. Umur... 32

4.2.2. Pendidikan Terakhir... 32

4.2.3. Masa Kerja... 33

4.2.4. Lama Kerja... 34

4.3. Hasil Pengamatan Sikap Kerja... 34

4.3.1. Tahap Pemotongan dan Pembentukan Besi Baja... 34

4.3.2. Tahap Penghalusan Besi Baja... 36

4.3.3. Tahap Penajaman Besi Baja... 37

4.3.4. Tahap Pengerasan Besi Baja... 38

4.4. Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pandai Besi... 38

4.5. Keluhan Kesehatan... 40

4.5.1. Keluhan Kesehatan Terkait Sikap Kerja... 40

4.5.2. Keluhan Kesehatan Terkait Alat Pelindung Diri... 44

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Sikap Kerja Pada Pekerja Pandai Besi... 50

5.2. Gambaran Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pandai Besi... 58

5.3. Gambaran Keluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Pandai Besi Ditinjau Dari Sikap Kerja dan Alat Pelindung Diri ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 64

6.2. Saran... 64

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Kelompok Umur Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008... Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Pendidikan Terakhir

Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008... Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Masa Kerja Pekerja

Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008... Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Postur Tubuh Ditahap

Pemotongan dan Pembentukan Besi Baja Pada Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008... Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Postur Tubuh Ditahap

Penghalusan Besi Baja Pada Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008... Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Postur Tubuh Ditahap Penajaman Besi Baja Pada Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008... Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Postur Tubuh Ditahap

Pengerasan Besi Baja Pada Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008... Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Keluhan Otot Skeletal di

Bagian-bagian Tubuh sebelum dan sesudah bekerja Pada Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Posisi duduk... 11

Gambar 4.1. Gerakan memukul pada tahap pembentukan... 33

Gambar 4.2. Kegiatan menjepit pada tahap pembentukan... 33

Gambar 4.3. Kegiatan menggerinda pada tahap penghalusan... 35

Gambar 4.4. Kegiatan menggerinda pada tahap penghalusan... 35

Gambar 4.5. Kegiatan mengikir besi pada tahap penajaman... 37

Gambar 4.6. Kegiatan mengikir besi pada tahap penajaman... 37

Gambar 4.7. Kegiatan mencelup produk ke dalam bak air pada tahap pengerasan... 38

(10)

ABSTRAK

Usaha pandai besi yang terdapat di Kwala Begumit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat-alat pertanian serta peralatan rumah tangga. Usaha tersebut merupakan industri rumah tangga dan bersifat informal.

Setiap pekerjaan memiliki resiko kerja, untuk mengetahui gambaran keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja pandai besi ditinjau dari sikap kerja di Kelurahan Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja pandai besi di Kelurahan Kwala Begumit yang berjumlah 19 orang dan sampelnya adalah seluruh jumlah populasi (total sampling). Data diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner nordic body map dan penggunaan alat pelindung diri, serta pengamatan sikap kerja dengan bantuan media foto. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pekerja bekerja dengan sikap kerja berdiri membungkuk, serta pekerja yang bekerja dengan sikap kerja duduk bekerja tanpa sandaran kursi dan membungkuk. Ditemukan gangguan kesehatan yang dialami pekerja pandai besi berupa rasa sakit sesaat setelah bekerja di punggung, pinggang, telapak tangan kiri, dan lengan bawah kanan sebanyak 16 pekerja (84,21%). Pada lengan bawah kiri, jari-jari tangan kiri, dan jari-jari tangan kanan 15 pekerja (78,94%) merasakan sakit, serta pada telapak tangan kanan 17 pekerja (89,47%) merasakan sakit.

Disarankan pada pekerja pandai besi agar saat bekerja diselingi istirahat dan relaksasi, dan khusus bagi yang bekerja dengan sikap kerja duduk sebaiknya menggunakan sandaran kursi saat bekerja. Sebaiknya pekerja pandai besi menggunakan alat pelindung diri saat bekerja hingga dapat meminimalisasi dampak dari potensi bahaya yang ada di tempat kerja.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang merupakan sarana menciptakan situasi kerja yang aman, nyaman dan sehat, ramah lingkungan, sehingga dapat mendorong efisiensi dan produktifitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan semua pihak, baik bagi pengusaha maupun pekerja. Dengan demikian pemantauan dan pelaksanaan norma-norma kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja merupakan usaha meningkatkan kesejahteraan pekerja, keamanan aset produksi dan menjaga kelangsungan bekerja dan berusaha dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai, 2001).

Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi yang tidak aman dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, menurut International Labor Organitation (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Sulistomo, 2001)

(12)

tenaga kerja baru tentang semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya.

Menurut H.W. Heinrich (1980) yang dikutip oleh Ikhwan (2004) mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan kerja disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe action) dan hanya 20% disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition), sehingga pengendaliannya harus bertitik tolak dari perbuatan yang tidak aman yang dalam hal ini adalah perilaku manusia, dimana sikap kerja merupakan bagian dari perilaku.

Menurut David Mahone (1999) seperti yang dikutip oleh Noor Fitrihana (2005) pada suatu perusahaan garmen timbul beberapa gangguan kesehatan pada pekerja seperti 70% operator jahit mengalami sakit punggung, 35% melaporkan mengalami low back pain secara persisten, 25% menderita akibat Cumulative Trauma Disorder (CTD), 81% mengalami CTD pada pergelangan tangan , 14% mengalami CTDs pada siku, 5% CTDs pada bahu, dan 49% pekerja mengalami nyeri leher.

Hasil penelitian dari Aik Soewarno (2005) pada pengrajin selongsong peluru di Desa Kamasan, para pekerja mempunyai kebiasaan bekerja dengan sikap duduk. Tinggi meja yang tidak sesuai dengan antropometri pemahat menyebabkan sikap paksa dalam bekerja. Sikap paksa tersebut akan menimbulkan rasa sakit pada bagian tubuh pengrajin, yaitu leher = 100%, bahu kiri = 33,3%, bahu kanan = 66,6%, punggung = 100% , pinggang = 100% , dan pantat = 66,6%.

(13)

Pekerja pandai besi bekerja sesuai jumlah pesanan yang diterima. Jam kerja dan waktu istirahat pekerja tidak diatur, apabila pesanan banyak maka pekerja bekerja lebih lama, oleh karena itu beban kerja pekerja pandai besi tergantung dari jumlah pesanan yang diterima. Pada saat usaha pandai besi tidak menerima pesanan maka kegiatan produksi tetap berjalan, untuk menghasilkan aneka produk untuk dipasarkan. Proses pemotongan besi baja, pembentukan, pengerasan, dan penghalusan besi baja merupakan kegiatan utama pandai besi.

Tahapan kerja pandai besi di Kuala Begumit, adalah : 1. Memotong dan membentuk besi baja

Proses kerja ini dilakukan dengan sikap kerja berdiri dan duduk. Alat kerja yang digunakan pada tahap ini adalah palu, penjepit besi, pahat (pada tahap memotong besi baja), gunting pemotong besi, tungku pembakar,dan meja tempa. Sumber bahaya pada tahapan kerja ini adalah debu sisa pembakaran, percikan api atau logam panas, potongan besi tajam, dan sikap kerja yang tidak ergonomis.

2. Penghalusan dan penajaman

Proses kerja ini dilakukan dengan sikap kerja berdiri. Alat kerja yang digunakan pada tahap ini adalah gerinda, kikir, dan dudukan besi. Sumber bahaya pada tahapan kerja ini adalah debu, besi tajam, dan sikap kerja yang tidak ergonomis.

3. Pengerasan

(14)

pada tahapan kerja ini adalah debu sisa pembakaran, percikan api atau logam panas, potongan besi tajam, dan sikap kerja yang tidak ergonomis.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan, tempat kerja yang tidak ergonomis menimbulkan sikap paksa. Sikap paksa tersebut mengakibatkan pekerja pandai besi banyak mengeluh berbagai gangguan sistem otot rangka. Keluhan utama yang dialami oleh pekerja pandai besi antara lain sesak napas, luka bakar pada bagian tangan dan kaki, dan nyeri pada bagian punggung.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk meneliti keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja pandai besi ditinjau dari sikap kerja di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja pandai besi ditinjau dari sikap kerja di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2008. 1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja pandai besi ditinjau dari sikap kerja di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2008.

1.3.2 Tujuan Khusus

(15)

2. Untuk mengetahui gambaran keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja pandai besi yang ditinjau dari sikap kerja di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemilik/pengusaha pandai besi dan pekerja untuk memperhatikan faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan gangguan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Sebagai masukan bagi pengusaha dan pekerja pandai besi tentang sikap dan posisi tubuh yang baik saat bekerja.

3. Sebagai bahan informasi atau referensi di perpustakaan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain yang membutuhkan serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian ini.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Suma’mur (1987) masalah keselamatan dan kecelakaan kerja sejak manusia bekerja. Manusia purba mengalami kecelakaan-kecelakaan saat bekerja, maka berkembanglah pengetahuan tentang bagaimana agar kecelakaan tidak terulang.

Catatan kuno tentang keselamatan bangunan menyatakan bahwa seorang raja di Babilonia pada abad ke-17 sebelum Masehi yang bernama Hamurabi, mengatur dalam undang-undang di negaranya tentang hukuman bagi ahli bangunan yang membangun rumah dan bangunannya mendatangkan malapetaka pada pemilik bangunan atau keluarganya. Lima abad setelahnya, pada zaman Mozai, para ahli bangunan tersebut bertanggung jawab pula terhadap keselamatan para pelaksana dan pekerja-pekerja bangunan. Kemudian, masalah-masalah keselamatan ini meluas ke Yunani, Roma dan lain-lain.

(17)

yang lemah. Perjuangan tersebut dilandasi juga oleh pengalaman-pengalaman yang penuh penderitaan. Tujuan mereka pada awalnya adalah mempengaruhi pemerintah agar melindungi buruh-buruh pabrik (terutama anak-anak) yang sering hidup dan bekerja pada keadaan-keadaan yang sangat buruk.

Revolusi industri mula-mula terjadi di Inggris. Gerakan-gerakan kemanusiaan pertama-tama ditujukan bagi pengurangan jam kerja dan perlindungan kesehatan anak-anak, yang terutama sangat menderita akibat dari kondisi-kondisi pekerjaan, kemudian perhatian dialihkan kepada masalah keselamatan. Meningkatnya tenaga, kecepatan dan makin banyaknya pemakaian mesin menyebabkan tambah berbahayanya pekerjaan pabrik. Pada tahun 1844, terdapat banyak sekali orang cacat di Manchester dan penduduk disana mirip tentara yang baru pulang dari medan perang. Pemilik pabrik sama sekali tidak bertanggung jawab atas kecelakaan dan cacat yang terjadi. Mula-mula pemilik pabrik tidak peduli pada desakan masyarakat, tetapi kemudian diundangkanlah Undang-Undang Pabrik (Factory Act) pada tahun 1844 (Suma’mur, 1996).

2.2. Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja dan nomos

(18)

Menurut Santoso (2006) “apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas, maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain atau didesain disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia”. Dengan kemampuan tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dapat diselesaikan juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila lingkungan alam sekitar termasuk peralatan yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh manusia, maka akan boros penggunaan energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal bahkan mencelakakan.

Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja. Di berbagai negara tidak menggunakan istilah ergonomi, misalnya di negara-negara Skandinavia menggunakan istilah bioteknologi. Sedangkan di negara-negara lain seperti Amerika Utara menggunakan istilah Human Factors Enginering. Meskipun istilah ergonomi di berbagai negara berbeda-beda namun mempunyai misi tujuan yang sama. Dua misi pokok ergonomi adalah :

(19)

Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh ergonomi adalah mencegah kelelahan tenaga kerja yang menggunakan alat-alat tersebut.

b. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersebut sudah cocok maka kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih efisien. Hasil suatu proses kerja yang efisien berarti memperoleh produktivitas kerja yang tinggi.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama ergonomi adalah mencegah kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisienan kerja (meningkatkan produktivitas kerja). Disamping itu, ergonomi juga dapat mengurangi beban kerja karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja (Notoatmodjo, 2003).

2.2.1. Sikap Tubuh Dalam Bekerja

Menurut Anies (2005) yang dikutip oleh Sinambela (2006) ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :

1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian.

2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil. 3. Tempat duduk yang dibuat harus sedemikian rupa sehingga tidak

(20)

Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktifitas.

Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari : a. Sikap kerja duduk

Posisi duduk pada otot rangka (muscolusskeletal) dan tulang belakang (vertebral) terutama pada pinggang (sacrum, lumbar dan thoracic) harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri (back pain) dan terhindar cepat lelah (fatique). Menurut Richard Ablett (2001) seperti yang dikutip Santoso (2004) saat ini terdapat 80% orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri pada bagian tubuh belakang (back pain) karena berbagai sebab, dan arena back pain ini mengakibatkan 40% orang tidak masuk kerja. Selain itu, ketika duduk kaki harus berada pada alas kaki dan dalam sikap duduk dapat bergerak dengan relaksasi.

Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, bila posisi duduk tidak benar. Diasumsikan menurut Eko Nurmianto (1998) seperti yang dikutip Santoso (2004) tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk ke depan. Oleh sebab itu perlu sikap duduk yang benar dan dapat relaksasi (tidak statis).

(21)

Berdasarkan hasil penelitian Gempur (2003) bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak diubah menjadi posisi berdiri setengah duduk tanpa sandaran dan setengah duduk pakai sandaran, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok.

Posisi salah Posisi benar Gambar 2.1. Posisi duduk

(Sumber : Santoso, G., 2004, ERGONOMI; MANUSIA, PERALATAN DAN LINGKUNGAN)

C. Sikap kerja berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai.

(22)

merekomendasi bahwa “untuk jenis pekerjaan teliti (precision) letak tinggi meja kerja diatur 10 cm di atas tinggi siku, untuk jenis pekerjaan ringan letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk jenis pekerjaan berat letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku”

2.3. Alat Pelindung Diri (APD)

Tenaga kerja mempunyai hak dan kewajiban dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja salah satunya adalah memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan (Husni, 2006). Oleh karena itu, penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu faktor penting dalam melindungi tenaga kerja dari potensi-potensi bahaya selama bekerja.

2.3.1. Syarat-syarat APD

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan alat pelindung diri menjadi berdampak negatif seperti berkurangnya produktifitas kerja, oleh karena itu alat-alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan (Suma’mur, 1996) :

a. enak dipakai

b. tidak mengganggu kerja

c. memberikan perlindungan efektif pada tenaga kerja 2.3.2. Perundang-undangan APD

(23)

perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya, sedangkan pekerja harus menggunakan alat pelindung diri yang diwajibkan serta berhak menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan, diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

2.3.3. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri

Organ tubuh yang dilindungi terdiri dari beberapa bagian serta sumber bahaya yang berbeda-beda menyebabkan alat pelindung diri terdiri dari beberapa jenis, antara lain (Harrington dan Gill, 2003) :

1. Perlindungan mata dan muka

Perlindungan harus diberikan untuk menjaga terhadap:

1. Dampak partikel-partikel kecil yang terlempar dengan kecepatan rendah 2. Dampak partikel-partikel berat dengan kecepatan tinggi

3. Percikan cairan panas atau korosif

4. Kontak mata dengan gas atau uap iritan; dan

5. Berkas rediasi elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang, termasuk sinar laser.

(24)

Bagaimanapun bentuk bahaya yang ada, alat pelindungan harus dipilih yang sesuai.

Pelindungan mata ada yang berbentuk kaca mata biasa, kaca mata pelindung (googles) atau tameng muka yang banyak dibuat oleh produsen dengan berbagai ukuran. Kecocokan antara bahaya dan kenyamanan merupakan faktor yang harus dipegang dalam pemilihan alat khusus tersebut, karena pemakai harus yakin benar akan perlindungan yang diberikan alat ini dan tidak harus terpaksa melepaskannya untuk mengurangi ketidaknyamanan selama bekerja, ketika perlindungan diperlukan. Gangguan oleh rasa ketidaknyamanan juga akan mengganggu tugas dan dapat menyebabkan kesalahan dan kecelakaan. Beberapa bentuk pelindungan yang cocok harus tersedia untuk dipilih pemakai, sesuai dengan bentuk mukanya. Dengan kata lain, produk yang tersedia dapat berasal lebih dari satu pabrik.

Beberapa masalah yang menyangkut penggunaan alat pelindung mata akan diuraikan di bawah ini. Beberapa masalah dapat diatasi dengan pemilihan secara tepat, tetapi masalah tertentu tetap akan bersama dengan pemakaian alat tersebut, yaitu:

1. Alat itu mungkin tidak melindungi dari bahaya. 2. Alat itu mungkin tidak pas.

(25)

5. Kaca mata yang dipakai untuk koreksi penglihatan mungkin menggangu pemakaian alat pelindung mata. Meskipun sudah ada kaca mata keselamatan dengan lensa koreksi, kecocokannya terbatas untuk bahaya mata minor. 6. Layanan optikal dan follow up mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah

refraksi cahaya.

7. Perlindungan mata mungkin mengganggu alat pelindungan pernapasan atau telinga. Oleh karena itu, bila lebih dari satu yang harus dilindungi akan lebih sesuai bila disediakan alat pelindung diri yang terintegrasi.

8. Karena tidak nyaman, pemakai akan mencoba membuang pelindung sewaktu-waktu, dengan resiko akan kehilangan perlindungan pada masa itu. 9. Diperlukan prosedur untuk pemakaian, pembersihan, pengawasan, dan

penggantian.

10. Pelatihan mungkin diperlukan untuk pemakai dan staf pemeliharaan. Jenis yang tersedia:

a. Kaca mata keselamatan biasa, hanya cocok untuk bahaya berenergi rendah, tetapi tersedia dalam berbagai ukuran untuk mencocokkan dengan muka, jenisnya: jernih, dijepit, beresep, dan berwarna (anti silau).

(26)

c. Tameng, cocok untuk melindungi mata dan seluruh muka. Dapat dipasang pada helm atau pita kepala dan dapat juga dipegang tangan. Jenis: untuk mata, untuk muka, penengok tungku dan las.

2. Pelindung kulit dan tubuh

Pelindung kulit meliputi pelindung tangan, kaki dan tubuh terhadap: 1. Kerusakan akibat bahan korosif dan yang menimbulkan dermatitis, 2. Penyerapan ke dalam tubuh melalui kulit,

3. Panas radian, 4. Dingin,

5. Radiasi pengion dan bukan pengion, dan 6. Kerusakan fisik.

Bahan yang diperlukan untuk sarung tangan, helm, dan apron atau pakaian harus cocok dengan manfaat serta harus dipilih secara cermat.

Hal-hal umum mengenai pelindung kulit dan tubuh :

(27)

2. Sekalipun bahan mungkin cocok, jahitan dan sambungan garmen mungkin meloloskan partikel, cairan atau uap ke dalam. Hal ini akan diperberat oleh gerakan tubuh yang memompa di dalam suatu setelan pakaian.

3. Baju pelindung, terutama pakaian seluruh tubuh (over all), membentuk cuaca mikro di sebelah dalam sehingga kehilangan panas tubuh mungkin terbatas yang menyebabkan ketidaknyamanan dan kemungkinan mengakibatkan stress. Baju seperti itu dapat diberi ventilasi.

4. Beberapa garmen membatasi gerakan anggota badan, sehingga memperlambat pekerja dan menambah kelelahan.

5. Harus disediakan tempat untuk mengganti, mencuci dan menyimpan pakaian pelindung.

6. Sarung tangan tempat kedap harus cukup panjang sehingga dapat masuk ke lengan baju untuk mencegah bahan tidak masuk ke sela-sela lengan.

7. Suhu rendah dapat menyebabkan beberapa bahan plastik menjadi kaku dan tidak dapat dipakai.

3. Pelindung pernapasan

(28)

Efisiensi pelindung pernapasan dinyatakan dalam npf (nominal protection factor) yaitu jumlah kontaminan di udara dibanding jumlah kontaminan di muka.

Jenis-jenis alat pelindung pernapasan yang tersedia adalah : a.Respirator

Alat ini bekerja dengan menarik udara yang dihirup melalui suatu medium yang akan membuang sebagian besar kontaminan. Untuk debu dan serabut, mediumnya adalah filter yang harus diganti jika sudah kotor, tetapi untuk gas dan uap, mediumnya adalah penyerap kimia yang khusus dirancang untuk gas dan uap yang akan dibuang. Medium itu dipasang pada sebuah kanister atau cartridge agar mudah dipasang atau diganti. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa medium yang dipakai adalah benar untuk polutan yang dikehendaki serta untuk debu dan serabut, perlu dipikirkan kisaran ukuran partikel yang akan ditangkap, agar dapat dipilih medium filter yang sesuai. Filter juga tersedia untuk kombinasi debu, gas, dan uap.

a. Respirator sekali pakai

Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru menjadi daya penggeraknya.

npf = 5.

b. Respirator separuh masker

(29)

c. Respirator seluruh muka

Terbuat dari karet atau plastik dan dirancang untuk menutupi mulut, hidung, dan mata. Medium filter dipasang di dalam kanister yang langsung disambung dengan sambungan lentur. Dengan kanister yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas, serta uap. Bagian muka mempunyai tekanan negatif karena paru mengisap udara disana. npf = 50

a. Respirator berdaya

Dibuat dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan bantuan kipas baterai. Kipas, filter dan baterainya biasa dipasang di sabuk pinggang, dengan pipa lentur yang disambung untuk membersihkan udara sampai ke muka. npf = 500 b.Respirator topeng muka berdaya

Mempunyai kipas dan filter yang dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan kebawah, diatas muka pekerja didalam topeng yang menggantung. Topeng dapat dipasang bersama tameng-tameng pinggir, yang dapat diukur mencocokkan dengan muka pekerja. Baterai biasanya dipasang pada sabuk. Serangkaian filter dan adsorbent tersedia dan untuk pengelas juga tersedia.

npf = 1-20 b.Alat Pernapasan

(30)

a. Alat saluran udara segar

Pasokan udara segar dimasukkan kedalam muka, topeng atau baju melalui suatu pipa lentur berdiameter lebar. Daya penggerak diberikan dengan peniup manual atau bertenaga listrik, sehingga memberikan tekanan positif di bagian muka. Perlu ditentukan basis udara segar yang sesuai untuk peniupnya dan jika dioperasikan secara manual, harus ada operator.

npf = 50.

b. Alat pipa udara bertekanan

Pasokan udara diberikan melalui katup yang menurunkan tekanan ke muka, topeng atau baju. Jika dipakai pasokan udara bertekanan yang ada di pabrik perlu disaring dari kontaminan, seperti oksida nitrogen, karbon monoksida

dan asap minyak dari udara tersebut sebelum memasangkan ke pekerja. Kompresor udara yang dirancang khusus untuk alat pernapasan lebih disukai, karena kompresor ini menggunakan minyak pelumas khusus untuk mengurangi kontaminasi udara. npf = 1000

c. Alat pernapasan yang dapat mengisi sendiri

(31)

4. Pelindung pendengaran

Sebagaimana alat pernapasan, pelindung pendengaran dapat menyebabkan ketidaknyamanan, terutama bila dipakai untuk jangka lama, karena pemakai merasa tertutup dan terisolasi, untuk penutup telinga keringat dapat terjadi di bagian seal-nya. Sekalipun penutup telinga memberikan pengurangan kebisingan paling besar, alat ini mudah dilepas dan diganti. Oleh karena itu, pekerja cenderung melepaskan untuk menghilangkan ketidaknyamanan. Perlu diingat bahwa melepaskan alat pelindung telinga walaupun dalam waktu singkat akan banyak sekali mengurangi perlindungan; efeknya semakin nyata bila tingkat kebisingan semakin tinggi.

Fasilitas servis dan penggantian harus tersedia untuk penutup telinga karena alat itu akan rusak dengan berjalannya waktu, terutama pada seal, yang akan mengeras dan aus bila sudah lama. Alat pelindung telinga harus disediakan dalam beberapa jenis sehingga pemakai dapat memilih jenis yang paling cocok untuknya.

Untuk semua bentuk alat pelindung telinga, pelatihan yang memadai harus diberikan sehingga pemakai dapat memahami alasan untuk penyediaannya. Pengukuran audiometrik pada pekerja dapat memberikan kesempatan untuk melakukan kontak dengan mereka sehingga dapat memotivasinya agar menggunakan alat pelindung telinga.

Jenis yang tersedia: 1. Penutup telinga

(32)

benar-benar tertutup, pinggir mangkuk diisi dengan cairan atau busa. Derajat penurunan kebisingan dipengaruhi oleh bahan mangkuk dan pinggirnya serta keberhasilan alat ini bergantung pada kualitas pinggir penutup.

2. Sumbat telinga

Alat ini berasal dari berbagai bahan, yaitu :

a. Untuk sumbat telinga sekali pakai adalah kapas, kapas berlapis plastik, kapas wol bercampur malam, busa poliuretan.

b. Untuk sumbat telinga yang dapat dipakai ulang adalah plastik cetak permanen, karet berisi pasta, dan plastik yang berisi pasta.

2.4. Usaha Pandai Besi

Menurut Depkes RI, (1993) seperti yang dikutip oleh Sihombing (2007) melalui usaha pandai besi dihasilkan berbagai jenis barang seperti pisau, kapak, golok, blencong, cangkul maupun garpu tanah.

2.4.1. Bahan Baku Pandai Besi

Bahan baku pada usaha pandai besi terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan (Depkes RI, 1993) yang dikutip oleh Sihombing (2007) :

1. Bahan baku utama

a. Besi baja bekas rel kereta api b. Besi baja bekas per mobil c. Besi baja bulat

(33)

2. Bahan baku tambahan a. Kayu

b. Arang c. Pernis

d. Ampelas kayu e. Spritus

f. Cat

2.4.2. Peralatan Pandai Besi

Untuk mengolah bahan baku dipergunakan peralatan kerja seperti tersebut dibawah ini (Depkes RI, 1993) yang dikutip oleh Sihombing (2007) :

1. Tungku pembakar dan tungku tempa 2. Penghembus udara

3. Landasan martil penempa, penjepit, catok angker, pahat pelubang, kikir tangan

4. Mesin gerinda

5. Pisau pengukir dalam berbagai bentuk dan ukuran 6. Seperangkat las listrik atau karbit

7. Bak pendingin

2.4.3. Proses kerja Pandai Besi

(34)

a. Pemotongan besi baja

Pemotongan besi baja adalah merupakan kegiatan awal dari rangkaian proses kerja. Semua bahan baku yang berupa besi baja tersebut dipotong sesuai kebutuhan melalui pemanasan (pada suhu 1.000°C sampai 1.100°C) kemudian dipahat atau langsung dipahat tanpa pemanasan.

b. Pembentukan

Proses pembentukan dilakukan dengan cara membakar besi baja yang telah dipotong tersebut (pada suhu 1.000°C sampai 1.100°C) selanjutnya ditempa dalam keadaan panas di atas landasan dengan menggunakan martil penempa. c. Pengerasan/penyepuhan besi baja

Besi hasil tempaan dikeraskan melalui pemanasan dan penajaman kembali (pada suhu sekitar 800°C sampai 900°C). Selanjutnya dilakukan proses celup (quenching) ke dalam bak berisi air atau oli.

d. Penghalusan/penajaman besi baja

Proses selanjutnya adalah penghalusan dan penajaman yang dilakukan dengan cara menggerinda atau mengikir. Untuk memperkilat permukaan logam dari produk tertentu seperti pisau, golok, selanjutnya dilakukan proses pemolesan. e. Pengelasan besi baja

(35)

f. Pengolahan kayu dan pemelituran

Kegiatan ini merupakan pembuatan kerangka dan pembuatan ukiran dari gagang pisau atau golok. Setelah itu kerangka tersebut dipelitur mengkilap sesuai dengan kebutuhan.

g. Penyetelan

Kegiatan ini merupakan kegiatan perakitan komponen yang diperlukan seperti pemasangan tangkai pemegang

2.4.4. Bahaya Potensial Usaha Pandai Besi

Bahaya potensial usaha pandai besi terhadap pekerja antara lain (Depkes RI, 1993) dikutip oleh Sihombing (2007) :

1. Proses pemotongan besi baja

Proses pemotongan besi baja yang dilakukan dengan pemanasan dan pemahatan besi baja akan dapat menimbulkan bahaya potensial berupa :

a. Panas b. Bising

c. Sikap kerja yang tidak ergonomis d. Getaran

e. Pancaran api

f. Uap logam dan polusi debu dari pembakaran 2. Proses pembentukan besi baja

(36)

pemotongan besi baja, karena bentuk kegiatannya sama yaitu penempahan besi baja dalam situasi masih panas.

3. Proses penghalusan/penajaman

Kegiatan penghalusan/penajaman produk tempa dengan menggunakan kikir atau gerinda sebagai alat penghalus/penajam dapat menimbulkan bahaya potensial berupa :

a. Debu b. Bising

c. Sikap kerja yang tidak ergonomis 4. Proses pengelasan

Kegiatan menyambung besi baja dengan menggunakan las karbit atau las listrik dapat menimbulkan bahaya potensial berupa :

a. Sinar infra merah

b. Sikap kerja yang tidak ergonomis c. Uap (fume) karbit

5. Proses pengolahan kayu dan perakitan

Pada proses ini bahaya yang dapat timbul adalah : a. Tersayat benda tajam

(37)

2.5. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah :

Keluhan keselamatan dan kesehatan pekerja • Sikap kerja

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

memperoleh gambaran keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja pandai besi ditinjau dari sikap kerja di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten

Langkat.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 6 lokasi usaha pandai besi yang terletak di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dengan alasan :

1. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama.

2. Pemilik tempat usaha bersedia tempat usahanya menjadi tempat penelitian. 3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2008 sampai bulan Juli tahun 2008.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(39)

3.3.2. Sampel

Adapun sampel dari penelitian ini adalah seluruh dari jumlah populasi yakni 19 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

1. Menggunakan media foto untuk mengamati sikap kerja pekerja pandai besi. 2. Menggunakan kuesioner untuk memperoleh gambaran tentang keluhan

keselamatan dan kesehatan kerja terkait sikap kerja pada pekerja pandai besi. 3.4.2 Data Sekunder

Diperoleh dari pihak kecamatan mengenai gambaran umum Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

3.5. Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari penelitian ini adalah:

1. Sikap kerja adalah gerak dan posisi tubuh pekerja saat melakukan pekerjaan, meliputi sikap kerja duduk dan berdiri.

2. Keluhan keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala sesuatu yang diungkapkan pekerja pandai besi akibat sikap kerja yang tidak ergonomis. 3.6. Variabel Yang Diteliti

(40)

2. Keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pandai besi akibat sikap kerja tidak ergonomis dengan menggunakan kuesioner nordic body map.

3.7. Teknik Analisa Data

Data akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil yang diperoleh dari wawancara akan diolah dan disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan gambaran keluhan

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Binjai adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan ini terletak sekitar 19 km dari ibukota Kabupaten Langkat, yakni Stabat.

Luas daerah Kecamatan Binjai 49,55 km2

1. Sebelah Utara : Kota Stabat

yang terbagi dalam 7 Desa / Kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

2. Sebelah Selatan : Kotamadya Binjai 3. Sebelah Barat : Kotamadya Binjai 4. Sebelah Timur : Kecamatan Selesai

Berdasarkan data penduduk tahun 2007 yang diperoleh dari kantor kecamatan terdapat jumlah penduduk sebanyak 40.430 jiwa yang terdiri dari 20.311 jiwa laki-laki dan 20.119 jiwa perempuan. Tenaga kerja terdiri dari 2.387 jiwa yang terbagi pada sektor pertanian 1.564 jiwa, sektor industri 147 jiwa, PNS dan TNI/POLRI 117 jiwa, serta 469 jiwa pada sektor lainnya. Kecamatan Binjai memiliki 59 industri kecil yang terdiri dari berbagai sektor, salah satunya adalah sektor usaha pandai besi. 4.2. Gambaran Umum Tempat Kerja Pandai Besi

(42)

yang digunakan para pekerja pandai besi letaknya berdekatan dan tidak dibuat berdasarkan antropometri pekerja seperti landasan tempah besi, penjepit besi, dan gerinda yang rendah sehingga pekerja bekerja dengan posisi membungkuk. Tempat menyusun bahan-bahan yang sedang diolah dan sisa proses produksi tidak tersedia, melainkan hanya di tumpukkan pada beberapa bagian tempat kerja.

4.3. Karakteristik Pekerja 4.3.1. Umur

[image:42.612.117.530.390.506.2]

Keadaan umur pekerja pandai besi di tempat penelitian pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 4.1. :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Kelompok Umur Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008.

No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang)

Frekuensi %

1 22-28 6 31,57

2 29-35 2 10,52

3 36-42 6 31,57

4 4349 2 10,52

50-56 3 15,78

Jumlah 19 100

Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah pada kelompok umur 38-47 tahun yaitu 6 responden (31,57%). Penyebaran umur responden yang terendah adalah 18-27 tahun dan yang tertinggi adalah 48-57 tahun. 4.3.2. Pendidikan Terakhir

(43)
[image:43.612.114.532.141.245.2]

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Pendidikan Terakhir Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

Frekuensi %

1 Tidak Sekolah 5 26,31

2 SD 10 52,63

3 SLTP 3 15,78

4 SMU 1 5,26

Jumlah 19 100

Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa pendidikan responden tertinggi adalah tamat SD yaitu 10 responden (52,63%), sedang yang terendah adalah SMU yaitu 1 responden (5,26%).

4.3.3. Masa Kerja

[image:43.612.114.536.477.594.2]

Keadaan Masa Kerja pekerja pandai besi di tempat penelitian pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 4.3. :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Masa Kerja Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008.

No. Masa Kerja (Tahun) Jumlah (Orang)

Frekuensi %

1 ≤ 5 7 36,84

2 6-10 4 21,05

3 11-15 6 31,57

4 16-20 1 5,26

5 21-25 1 5,26

Jumlah 19 100

(44)

masa kerja responden yang terendah adalah ≤ 5 tahun dan yang tertinggi adalah ≤ 35 tahun.

4.3.4. Lama Kerja

Lama kerja para pekerja pandai besi sekitar 7 jam . Biasanya pekerja mulai bekerja pada pukul 08.00 hingga pukul 10.30 lalu dilanjutkan kembali pada pukul 11.30 hingga pukul 13.00. Pada pukul 13.00 pekerja beristirahat dan makan siang, lalu pada pukul 14.00 pekerja melanjutkan pekerjaan hingga pukul 17.00. jam kerja pandai besi biasanya melebihi 7 jam apabila banyak menerima pesanan, yaitu dengan dikuranginya jam istirahat dan bekerja hingga sampai pukul 18.00.

4.4. Hasil Pengamatan Sikap Kerja

[image:44.612.325.501.389.627.2]

4.4.1. Tahap Pemotongan dan Pembentukan Besi Baja

(45)

Gambar 4.1. adalah gambar salah satu pekerja saat membentuk produk dengan sikap kerja berdiri. Postur tubuh pekerja tersebut pada bagian kaki adalah berdiri dengan bertumpu pada satu lutut, pada bagian lengan adalah satu tangan pada atau diatas bahu, dan tubuh bagian belakang bungkuk ke depan. Pada kegiatan ini bagian tubuh yang banyak bergerak adalah lengan, yaitu memukulkan palu secara berulang-ulang pada produk yang ditempa.

[image:45.612.116.530.384.578.2]

Gambar 4.2. adalah gambar salah satu pekerja saat membentuk produk dengan sikap kerja duduk. Postur tubuh pekerja tersebut pada bagian kaki adalah duduk, pada bagian lengan adalah kedua tangan dibawah bahu, dan tubuh bagian belakang bungkuk ke depan.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Postur Tubuh Ditahap Pemotongan dan Pembentukan Besi Baja Pada Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008.

No. Postur Tubuh Jumlah (Orang)

Frekuensi %

1 Tubuh Bagian Belakang

Bungkuk ke depan 5 31,25

Bungkuk ke depan dan miring ke samping 11 68,75 2 Bagian Lengan

Kedua tangan di bawah bahu 9 56,25

Satu tangan pada atau diatas bahu 7 43,75 3 Bagian Kaki

Duduk 1 6,25

(46)

tangan di bawah bahu, 7 pekerja lainnya bekerja dengan satu tangan pada atau diatas bahu pada saat menempa besi. Postur tubuh bagian belakang 5 pekerja yang membungkuk ke depan dan 11 pekerja membungkuk kedepan dan miring kesamping. Media yang digunakan pada saat memotong dan menempa adalah tungku bakar dan landasan tempa.

Sikap kerja saat produk dipotong dengan pahat hampir sama dengan sikap kerja saat produk ditempa, yang membedakan hanyalah pada saat produk dipotong, palu dipukulkan ke pahat pemotong.

[image:46.612.119.502.341.598.2]

4.4.2 Tahap Penghalusan Besi Baja

Gambar 4.3. dan 4.4. Kegiatan menggerinda pada tahap penghalusan

(47)

dengan bertumpu pada satu kaki lurus (gambar 4.3.) serta berdiri dengan bertumpu pada satu lutut (gambar 4.4.), pada bagian lengan adalah kedua tangan dibawah bahu, dan tubuh bagian belakang bungkuk ke depan (gambar 4.3.) serta bungkuk ke depan dan miring ke samping (gambar 4.4.).

[image:47.612.114.533.328.495.2]

Selama proses penghalusan tersebut, sikap tubuh para pekerja statis, hanya pada tubuh bagian lengan sedikit bergerak. Alat yang digunakan pada tahapan ini adalah mesin gerinda. Mesin tersebut terletak diatas dudukan, sedangkan yang bergerak adalah produk yang dipegang oleh pekerja.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Postur Tubuh Ditahap Penghalusan Besi Baja Pada Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008.

No. Postur Tubuh Jumlah (Orang)

Frekuensi % 1 Bagian Belakang

Bungkuk ke depan 4 80

Bungkuk ke depan dan miring ke samping 1 20 2 Bagian Lengan

Kedua tangan di bawah bahu 5 100

3 Bagian Kaki

(48)
[image:48.612.134.517.122.377.2]

4.4.3 Tahap Penajaman Besi Baja

Gambar 4.5. dan 4.6. Kegiatan mengikir produk pada tahap penajaman

(49)
[image:49.612.114.534.96.260.2]

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Postur Tubuh Ditahap Penajaman Besi Baja Pada Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008.

No. Postur Tubuh Jumlah (Orang)

Frekuensi %

1 Bagian Belakang

Bungkuk ke depan 5 100

2 Bagian Lengan

Kedua tangan di bawah bahu 5 100

3 Bagian Kaki

Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus 1 20 Berdiri dengan bertumpu pada satu lutut 4 80 Berdasarkan pengamatan pada pekerja pandai besi ditahap penajaman melibatkan 5 pekerja. 1 Pekerja bekerja dengan sikap kerja berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus serta 4 pekerja berdiri dengan bertumpu pada satu lutut. Pada postur tubuh bagian lengan semua pekerja bekerja dengan kedua tangan di bawah bahu. Pada postur tubuh bagian belakang semua pekerja bungkuk ke depan.

4.3.2.Tahap Pengerasan Besi Baja

[image:49.612.122.506.430.663.2]
(50)
[image:50.612.113.535.225.400.2]

Gambar 4.7. dan 4.8. adalah gambar pekerja saat mengeraskan produk dengan sikap kerja berdiri. Postur tubuh pekerja tersebut pada bagian kaki adalah berdiri dengan kedua kaki lurus (gambar 4.7.) serta berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus (gambar 4.8.), pada bagian lengan adalah kedua tangan dibawah bahu, dan tubuh bagian belakang bungkuk ke depan.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Postur Tubuh Ditahap Pengerasan Besi Baja Pada Pekerja Pandai Besi di Kuala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2008.

No. Postur Tubuh Jumlah (Orang)

Frekuensi %

1 Bagian Belakang

Bungkuk ke depan 4 100

2 Bagian Lengan

Kedua tangan di bawah bahu 4 100

3 Bagian Kaki

Berdiri dengan kedua kaki lurus 2 50 Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus 2 50 Berdasarkan pengamatan pada pekerja pandai besi ditahap penghalusan melibatkan 4 pekerja. 2 Pekerja bekerja dengan sikap kerja berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus serta 2 pekerja berdiri dengan kedua kaki lurus. Pada postur tubuh bagian lengan semua pekerja bekerja dengan kedua tangan di bawah bahu. Pada postur tubuh bagian belakang semua pekerja bungkuk ke depan.

4.5. Keluhan Kesehatan

4.5.1. Keluhan Kesehatan Terkait Sikap Kerja

(51)

Tabel 4.8. di atas menunjukkan seluruh responden tidak merasakan sakit saat sebelum bekerja tetapi setelah bekerja merasakan sakit.

Bagian tubuh responden terbanyak menurut tidak merasakan sakit setelah bekerja adalah pada bagian bokong dan pantat yaitu 18 responden (94,73%) sedangkan paling sedikit adalah pada bagian tubuh bahu kiri, lengan atas kiri, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kiri, telapak tangan kiri, jari-jari tangan kiri, betis kiri, betis kanan, pergelangan kaki kanan, telapak dan jari kaki kiri, serta telapak dan jari kaki kanan yaitu 1 responden (5,26%).

Bagian tubuh responden terbanyak menurut merasakan agak sakit saat setelah bekerja adalah pada bagian betis kiri, betis kanan, dan pergelangan kaki kanan yaitu 17 responden (89,47%) sedangkan paling sedikit adalah pada bagian tubuh bokong dan pantat yaitu 1 responden (5,26%).

(52)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Sikap Kerja Pada Pekerja Pandai Besi

Berdasarkan pengamatan pada pekerja pandai besi ditahap pemotongan dan pembentukan melibatkan 16 pekerja. 15 pekerja bekerja dengan sikap kerja berdiri dan 1 pekerja dengan sikap duduk.

Seluruh postur tubuh bagian belakang pekerja ditahap pemotongan dan pembentukan besi baja terbagi atas 5 pekerja yang membungkuk ke depan dan 11 pekerja membungkuk kesamping. Postur tubuh saat bekerja tersebut disebabkan alat kerja yang digunakan pekerja umumnya lebih rendah dan akibat kebiasaan kerja yang salah. Menurut postur tubuh pekerja bagian lengan ditahap pemotongan dan pembentukan besi baja terbanyak adalah kedua tangan di bawah bahu dengan jumlah 9 pekerja (56,25%) dan sisanya dengan satu tangan pada atau di atas bahu yaitu 7 pekerja (43,75%). Menurut postur tubuh pekerja bagian kaki ditahap pemotongan dan pembentukan besi baja terbanyak adalah berdiri atau jongkok dengan bertumpu pada satu kaki dengan jumlah 15 pekerja (93,75%) dan sisanya duduk yaitu 1 pekerja (6,25%).

(53)

duduk yang terbuat dari kayu tanpa sandaran. Salah satu kaki dari pekerja tersebut memijak pedal yang berfungsi untuk menjalankan atau menghentikan mesin penempa.

Pekerja yang menggunakan bantuan mesin tersebut tidak memiliki beban kerja pada bagian lengan sebesar pekerja yang harus memukulkan palu berulang-ulang, namun dapat dengan mudah mengalami rasa lelah dan nyeri pada bagian punggung sebab tidak menggunakan sandaran kursi pada saat bekerja.

Pada tahap penghalusan, postur tubuh bagian belakang 4 pekerja (80%) bungkuk ke depan, dan 1 pekerja (20%) yang bungkuk kedepan dan miring kesamping. Postur tubuh bagian belakang saat bekerja tersebut disebabkan alat kerja yang digunakan pekerja umumnya lebih rendah dan akibat kebiasaan saat bekerja. Postur tubuh bagian lengan pekerja ditahap penghalusan besi baja seluruhnya dengan kedua tangan di bawah bahu (5 pekerja). Postur tubuh bagian kaki responden ditahap penghalusan besi baja seluruhnya dengan berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus (5 pekerja). Postur kaki pekerja tersebut disebabkan kebiasaan pekerja saat bekerja. Selama proses penghalusan tersebut, sikap tubuh para pekerja statis, hanya pada tubuh bagian lengan sedikit bergerak.

(54)

bertumpu pada satu lutut serta 1 pekerja (20%) yang berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus. Sikap kerjanya hampir sama dengan ditahap penghalusan, akan tetapi pada tahap penajaman sebagian besar para pekerja berdiri dengan bertumpu pada satu lutut agar berat tubuh dapat membantu menghasilkan tenaga, sikap tubuh lebih dinamis serta lengan lebih banyak bergerak.

Tahap pengerasan melibatkan 4 pekerja. Seluruh postur tubuh bagian belakang pekerja ditahap pengerasan besi baja bungkuk ke depan (4 pekerja) menghadap bak air tempat produk dikeraskan. Postur tubuh bagian lengan pekerja seluruhnya dengan kedua tangan di bawah bahu (4 pekerja), satu tangan memegang produk dengan bantuan alat penjepit, sementara tangan lainnya bebas. Postur tubuh bagian kaki responden ditahap pengerasan besi baja bahwa 2 pekerja (50%) Berdiri dengan kedua kaki lurus dan 2 pekerja (50%) Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus. Tahapan ini tidak membutuhkan waktu yang lama (sekitar 15 menit dan dilakukan sekitar 3 kali dalam sehari).

5.2. Gambaran Keluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Pandai Besi Ditinjau Dari Sikap Kerja

(55)

Beberapa penelitian tentang sikap kerja berdiri dan membungkuk dalam waktu yang lama juga menunjukkan para pekerja mengalami keluhan setelah selesai bekerja, salah satunya penelitian yang dilakukan I Made Anom Santiana, M. Yusuf, dan Tjok Rai Partadjaja (2003) pada pekerja panen padi di Bali yang bekerja dengan sikap berdiri dan memukul-mukulkan batang padi pada papan segitiga agar padi terlepas dari batangnya. Akibat alat kerja yang tidak ergonomis menyebabkan sikap paksa dalam memukulkan padi ke papan, sehingga pada saat selesai bekerja para pekerja mengeluhkan sakit pada bahu (100%), punggung dan lengan atas (80%), serta leher bagian atas (70%).

Satu orang pekerja yang bekerja dengan sikap duduk juga tidak menggunakan sandaran kursi dan bekerja dengan membungkuk untuk melihat produk dengan teliti dan monoton dalam waktu yang lama sehingga beresiko pula menimbulkan gangguan pada daerah otot punggung sebab menurut Santoso (2004) pada posisi duduk, otot rangka (muscolusskeletal) dan tulang belakang (vertebral) terutama pada pinggang (sacrum, lumbar dan thoracic) harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri (back pain) dan terhindar cepat lelah (fatique).

(56)

Hasil dari kuesioner Nordic Body Map pekerja pandai besi di Kwala Begumit sendiri, pekerja yang mengeluhkan rasa sakit pada bagian punggung dan pinggang 16 orang (84,21%).

Bagian tubuh utama yang digunakan pekerja pandai besi saat bekerja adalah tangan, seperti memukul produk dengan palu dan memegang produk dengan bantuan penjepit saat dibentuk, memegang produk saat menggerinda, memegang alat kikir saat mengikir dan memegang produk dengan bantuan penjepit saat dikeraskan menyebabkan timbulnya resiko gangguan kesehatan pada otot bahu, tangan, lengan dan jari-jari tangan.

(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Para pekerja pada umumnya bekerja dengan sikap tubuh yang salah saat bekerja yaitu sikap kerja berdiri terus-menerus dengan membungkuk maupun sikap kerja duduk tanpa sandaran kursi dengan membungkuk.

2. Para pekerja banyak mengeluhkan sakit sesaat setelah selesai bekerja pada beberapa bagian tubuhnya, terutama pada bagian punggung dan pinggang (16 pekerja) serta lengan dan tangan (lengan bawah kiri, jari-jari tangan kiri, dan jari-jari tangan kanan 15 pekerja, telapak tangan kiri dan lengan bawah kanan sebanyak 16 pekerja,serta telapak tangan kanan 17 pekerja).

6.2. Saran

1. Sebaiknya pekerja yang bekerja dengan sikap kerja berdiri diselingi istirahat dengan duduk, dan bagi pekerja dengan sikap kerja duduk menggunakan sandaran kursi sehingga dapat memberi kenyamanan dan duduk bersandar selama bekerja.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Harrington, J.M., dan Gill, F.S., 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. EGC, Jakarta.

Husni, L., 2006. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Ikhwan, Z., 2004. Pengaruh Faktor Predisposising, Enabling, Reinforcing Terhadap Perilaku Pengurus Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di PT Semen Andalas Indonesia Belawan. Skripsi, FKM-USU, Medan.

Notoatmodjo, S., 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S., 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. http://www.geocities.com/klinikikm/kesehatan-kerja/faktor-manusia.htm. Diakses 9 februari 2008.

(59)

Santoso, G., 2004. Ergonomi manusia, peralatan dan lingkungan. Prestasi Pustaka, Jakarta.

Santoso, G., 2006. Ergonomi dalam Tuntutan Era Global. februari 2008.

Sihombing, K.F., 2007. Pengukuran Kadar Debu dan Gangguan Saluran Pernapasan Pekerja Bengkel Pandai Besi Di Desa Sitampurung Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi, FKM-USU, Medan.

Sinambela, A.M., 2006. Gambaran Gangguan Kesehatan Pada Penjahit Pakaian Ditinjau Dari Aspek Ergonomi di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan. Skripsi, FKM-USU, Medan.

Sulistomo, A., 2001. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit yang Berhubungan Dengan Pekerjaan. Makalah Seminar K3 RS. Persahabatan Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Suma’mur, P.K., 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Mas, Jakarta.

Suma’mur, P.K., 1987. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. CV. Haji Masagung, Jakarta.

(60)

Lampiran 1

KUESIONER

GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA

BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008

A. Kuesioner Nordic Body Map

Nama : Umur :

Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun Lama kerja :...jam

Apakah anda mengalami rasa sakit pada bagian tubuh anda sebelum dan sesudah bekerja ? Berilah tanda ( ) pada kolom dibawah ini

No Bagian tubuh

Sebelum bekerja Sesudah bekerja Tidak

sakit

Agak

sakit Sakit

Sangat sakit

Tidak sakit

Agak

sakit sakit

Sangat sakit 1 Leher bagian atas

2

(61)

7 Siku kiri 8 Siku kanan

9 Lengan bawah kiri

10 Lengan bawah kanan 11 Pergelangan tangan kiri

No Bagian tubuh

Sebelum bekerja Sesudah bekerja Tidak

sakit

Agak

sakit Sakit

Sangat sakit

Tidak sakit

Agak

sakit sakit

Sangat sakit 12 Pergelangan tangan kanan 13 Telapak tangan kiri 14 Telapak tangan kanan 15 Jari-jari tangan kiri 16 Jari-jari tangan kanan

(62)

26 Betis kanan 27

Pergelangan kaki kiri

28

Pergelangan kaki kanan

29

Telapak dan jari kaki kiri

30

Telapak dan jari kaki kanan

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terkait Alat Pelindung Diri 31. Apakah anda merasa di tempat kerja anda banyak debu ?

a. Ya b. Tidak

32. Apakah anda saat ini mengalami gangguan saluran pernapasan ? a. Ya b. Tidak

( Jika jawabannya tidak, ke pertanyaan no. 37 )

33. Apakah anda merasakan gejala-gejala dibawah ini ? (jawaban boleh lebih dari 1)

a. Batuk – batuk ฀ Ya ฀ Tidak

b. Batuk darah ฀ Ya ฀ Tidak

c. Sesak nafas ฀ Ya ฀ Tidak

d. Nyeri dada ฀ Ya ฀ Tidak

e. Lainnya (sebutkan)...

(63)

a. Ya b. Tidak

35. Apakah gejala tersebut bertambah buruk selama bekerja ? a. Ya b. Tidak

36. Apakah saat di rumah / selesai bekerja anda juga mengalami gejala tersebut ? a. Ya b. Tidak

37. Apakah anda mempunyai kebiasaan merokok ? a. Ya b. Tidak

38. Apakah anda pernah mengalami gejala tersebut sangat parah, hingga menyebabkan anda tidak bekerja ?

a. Ya b. Tidak

jika ya, sebutkan... 39. Apakah anda pernah mengalami luka bakar yang terjadi saat anda di tempat kerja

dalam satu bulan terakhir ? a. Ya b. Tidak

( Jika jawabannya tidak, ke pertanyaan no. 42 ) 40. Bagian tubuh mana saja yang mengalami luka bakar ?

฀ Kepala ฀ Tangan ฀ Lengan ฀ Jari tangan

฀ Leher ฀ Dada ฀ Perut ฀ Punggung

฀ Paha ฀ Lutut ฀ Betis ฀ Telapak kaki

฀ Jari kaki

(64)

฀ Logam panas (produk yang diolah)

฀ Potongan logam panas (sisa produk yang diolah)

฀ Percikan api / bara

฀ Lainnya (sebutkan)...

42. Apakah anda merasa logam panas dan percikan api di tempat kerja anda membahayakan keselamatan anda ?

a. Ya b. Tidak

43. Apakah anda pernah mengalami luka bakar saat bekerja hingga, menyebabkan anda tidak bekerja ?

a. Ya b. Tidak

44. Apakah anda saat ini mengalami luka akibat logam tajam yang terjadi saat anda di tempat kerja dalam satu bulan terakhir ?

a. Ya b. Tidak

( Jika jawabannya tidak, ke pertanyaan no.47 )

45. Bagian tubuh mana saja yang mengalami luka akibat logam tajam ?

฀ Kepala ฀ Tangan ฀ Lengan ฀ Jari tangan

฀ Leher ฀ Dada ฀ Perut ฀ Punggung

฀ Paha ฀ Lutut ฀ Betis ฀ Telapak kaki

฀ Jari kaki

(65)

฀ Potongan logam (sisa produk yang diolah)

฀ Alat untuk bekerja

฀ Lainnya (sebutkan)...

47. Apakah anda merasa logam tajam yang berada di tempat kerja anda dapat membahayakan keselamatan anda ?

a. Ya b. Tidak

48. Apakah anda pernah mengalami luka akibat benda tajam saat bekerja, hingga menyebabkan anda tidak bekerja ?

a. Ya b. Tidak

C. Penggunaan alat pelindung diri

49. Apakah anda menggunakan alat pelindung diri saat bekerja ? a. Ya b. Tidak

( jika jawabannya tidak, ke pertanyaan no.52 )

50. Alat pelindung diri manakah diantara alat pelindung diri di bawah ini yang anda gunakan ?

฀ Topi plastik berlapis asbes

฀ Googles atau kaca mata dengan sisi kiri dan kanan tertutup

฀ Penutup muka dari plastik

฀ Sarung tangan asbes berlengan panjang

฀ Respirator / masker

฀ Pelindung betis dan tungkai dari asbes

(66)

฀ Jaket asbes / kulit

51. Seberapa sering anda menggunakan alat pelindung diri tersebut ? a. Sering ( 5-6 hari dalam seminggu )

b. Kadang – kadang ( 3-4 hari dalam seminggu ) c. Jarang ( 1-2 hari dalam semingu )

52. Mengapa anda tidak menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap ?

฀ Tidak tersedia di tempat kerja ฀ Panas

฀ Tidak nyaman ฀ Sulit bergerak/bekerja

฀ Lainnya (sebutkan)...

53. Apakah anda pernah mengikuti penyuluhan tentang penggunaan atau manfaat alat pelindung diri ?

a. Ya b. Tidak

54. Apakah anda merasa membutuhkan alat pelindung diri untuk melindungi diri anda dari debu ?

a. Ya b. Tidak

55. Apakah anda merasa membutuhkan alat pelindung diri untuk melindungi diri anda dari logam panas ?

a. Ya b. Tidak

56. Apakah anda merasa membutuhkan alat pelindung diri untuk melindungi diri anda dari logam tajam ?

(67)

Gambar

Gambar 2.1. Posisi duduk
Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah pada
Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa pendidikan responden tertinggi adalah
Gambar 4.1. Gerakan memukul pada                            Gambar 4.2. Kegiatan menjepit pada                                                              tahap pembentukan                                                         tahap pembentukan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul penelitian yang akan penulis lakukan adalah “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan

only when the relationship is established can journalists afford to criticize politicians without “slamming the door in their face” (journalist 2, journalist

Sesuai dengan ketentuan dalam Perpres Nomor 70 Tahun 2012, kepada Rekanan yang berkeberatan atas pengumuman ini, Diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara

Dalam kegiatan bisnis, pengetahuan tentang segmentasi pasar dapat digunakan sebagai informasi untuk memilih pasar, mencari peluang usaha, menyusun strategi merebut bagian pasar

Rumah Gadang merupakan suatu eksistensi bahwa karya dari masyarakat pribumi minangkabau itu memiliki ciri khas dan nilai budaya yang bernilai tinggi ,yang lahir dari kejeniusan

Jaffray dalam ayat 26 ini, Paulus sebagai Rasul bagi bangsa di luar Yahudi mengajukan pembelaannya bahwa seseorang yang belum percaya (yang tidak bersunat),

Artikel ini akan mencoba menelaah secara konseptual: (1).Implementasi pemasaran relasional dalam bisnis ritel modern, (2).Dimensi upaya relasional ( relationship effort )

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar gas Ammonia (NH3) dan Hidrogen Sulfida (H2S) serta keluhan kesehatan pada pekerja pengelola limbah di