• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Berkumur dengan Larutan Ekstrak Siwak (Salvadora Persica)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Manfaat Berkumur dengan Larutan Ekstrak Siwak (Salvadora Persica)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Manfaat Berkumur dengan Larutan Ekstrak Siwak (Salvadora Persica)

Endarti*, Fauzia*, dan Erly Zuliana**

* Departemen Farmasi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta ** Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta

th

subyects. 30 th

subjects in the study group have to raise with extract siwak twice daily and 10 th

subjects in the control group have to brush the teeth with convensional tooth brush withouth tooth paste for eight days. The plaque index, plaque pH and saliva pH were measured in the 1st

, 4 th

and 8 th

day. It is concluded that siwak as mouthrinse is not effective to reduce the plaque index, but can effective in increasing the plaque pH and saliva pH.

Keywords: extract siwak, oral hygiene

PENDAHULUAN

Siwak sudah digunakan berabad–abad tahun yang lalu pada masa kekaisaran Yunani dan Romawi. Kemudian berkembang siwak semakin dikenal di wilayah Timur Tengah dan Amerika Selatan.1,2,3.

Penyakit yang sering terjadi di rongga mulut adalah karies dan periodentitis. Sebagai penyebabnya adalah plak bakteri baik sebagai pencetus maupun faktor yang memperparah kondisi penyakit dirongga mulut. 1,2

Penggunaan obat kumur adalah salah satu cara yang dianggap cukup berhasil dalam menjaga kebersihan rongga mulut. 4.5

Larutan ekstrak siwak berbeda dengan obat kumur lain karena ekstrak siwak tidak mengandung bahan kimia dan tidak mengan dung alkohol.6

Salah satu indikator untuk melihat status higiene mulut adalah dengan melihat indeks plak. Semakin rendah indeks plak berarti semakin baik status higiene mulut individu yang bersangkutan.

Adanya kandungan minyak esensial di dalam batang siwak dapat merangsang aliran saliva. Dengan adanya aliran saliva yang cepat ini, penurunan pH plak dapat dihambat, karena di dalam saliva ditemukan adanya bufer utama yaitu bikarbonat yang merupakan pertahanan efektif terhadap produksi asam dari bakteri kariogenik.7

(2)

Bikarbonat adalah sistem bufer yang terpenting di dalam saliva. Konsentrasi bikarbonat dalam saliva berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva yang artinya semakin tinggi konsentrasi bikarbonat, semakin tinggi kapasitas bufernya yang mengakibatkan semakin tinggi pula pH saliva.8

Siwak, seperti telah diungkapkan di atas, mengandung minyak esensial yang berfungsi meningkatkan aliran saliva. Peningkatan aliran saliva ini akan meningkatkan aktivitas bufer saliva sehingga pH saliva juga akan meningkat.8

Plak gigi adalah lapisan berwarna putih kekuningan yang melekat pada permukaan gigi di bagian bukal, lingual, dan interproksimal gigi.

Indeks Plak (modifikasi Spolsky 1996; Joelimar 1997) adalah jumlah deposit bakteri pada empat permukaan gigi yaitu bukal atau fasial, mesial, lingual atau palatal, dan distal semua gigi yang ada.

HIPOTESIS

1. Berkumur dengan larutan ekstrak siwak dua kali sehari dapat menghambat pembentukan plak supragingival.

2. Berkumur dengan larutan ekstrak siwak dua kali sehari dapat menurunkan indeks plak.

3. Berkumur dengan larutan ekstrak siwak dua kali sehari dapat meningkatkan pH plak.

4. Berkumur dengan larutan ekstrak siwak dua kali sehari dapat meningkatkan pH saliva.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan 40 orang sukarelawan yang bersedia dijadikan obyek dalam penelitian dan mencari siwak untuk ekstrak siwak. Siwak didapat dari Jedah dalam satu ikatan berasal dari satu pohon. Dari 40 orang sukarelawan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: a. Kelompok yang berkumur 2 kali sehari

dengan larutan ekstrak siwak setelah makan pagi dan sebelum tidur malam tanpa menyikat gigi.

b. Kelompok kontrol yang menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional tanpa pasta gigi.

Kriteria inklusi:

- Dewasa muda (18-28 tahun). - Keadaan umum baik.

- Bersedia mengisi informed consent.

- Bersedia untuk tidak menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional yang digunakan bersama pasta gigi selama waktu penelitian bagi kelompok perlakuan dan bersedia hanya menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional tanpa pasta gigi.

- Gigi anterior rahang atas dan rahang bawah teratur atau berjejal derajat ringan.

Kriteria eksklusi:

- Memiliki kelainan sistemik (diabetes melitus, penyakit jantung, dll).

- Memiliki kelainan periodontal.

- Menggunakan protesa atau alat ortodonti.

- Memiliki kebiasaan merokok. - Sedang memakai obat kumur.

- Pengukuran pH Plak

Derajat keasaman plak yang didapat dengan cara melarutkan 0,5 mg plak dari masing-masing individu ke dalam 5 ml aquades kemudian diukur dengan menggunakan alat pH meter.

- Pengukuran pH Saliva

Derajat keasaman saliva yang didapat dengan cara mengumpulkan saliva istirahat dari masing-masing individu hingga + 5 ml, kemudian diukur dengan menggunakan alat pH meter.

- Pengukuran Indeks Plak (modifikasi Spolsky 1996; Joelimar 1997)

Skor 0 : Tidak ada plak

Skor 1 : Plak tidak terlihat mata tapi terambil oleh probe pada saat sondasi

Skor 2 : Plak terlihat mata Skor 3 : Jumlah plak banyak

Kemudian skor tersebut dijumlahkan menjadi indeks plak individu yang bersangkutan. Nilai setiap individu bervariasi antara (0-3) x 4 permukaan x 32 gigi atau 0-384.

(3)

- Pembuatan Larutan Ekstrak Siwak

Batang-batang siwak yang masih segar dipotong-potong hingga halus. Kemudian dibiarkan dalam ruangan dengan suhu kamar selama dua hari. Setelah itu, timbang siwak yang sudah dihaluskan tadi sebanyak 10 gram dan rendam dalam aqua deionisasi selama 48 jam dengan temperatur 4o

C, pisahkan dengan sentrifugasi selama 10 menit, ambil cairan supernatannya dan saring kembali dengan saringan 0,45 µm/saringan Whatman. Lalu buat

konsentrasi 50%, artinya larutan tersebut diencerkan 2 kali. Tambahkan bahan anti jamur atau pengawet karena pemakaian larutan lebih dari 7 hari. Pengawet yang digunakan adalah

methyl paraben, dengan konsentrasi 0,1-0,2%.5 PENELITIAN

1. Peserta dalam penelitian diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai kegiatan atau tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya selama penelitian. Apabila menyetujuinya maka dapat mengisi lembar persetujuan (informed consent) untuk kemudian mendapat perlakuan. 2. Pada masa penelitian, kelompok perlakuan

tidak diperkenankan untuk menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional selama 8 hari. Penelitian dilakukan pada 40 orang dibagi menjadi dua kelompok:

a. Kelompok perlakuan yang berkumur 2 kali sehari dengan larutan ekstrak siwak. b. Kelompok kontrol yang menyikat gigi

dengan sikat gigi konvensional tanpa pasta gigi.

Kepada kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak diberi penjelasan untuk berkumur 2 kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Setiap kali berkumur dilakukan selama 30 detik sebanyak 10 ml. Mula-mula, masukkan obat kumur sebanyak 5 ml ke dalam mulut, lalu dengan tekanan kuat, arahkan ke seluruh permukaan dan lekuk gigi selama kurang lebih 15 detik. Dilanjutkan dengan 5 ml obat kumur sisanya dengan cara yang sama.

Pengambilan data dilakukan pada hari pertama penelitian sebelum mulai berkumur dengan larutan ekstrak siwak, hari keempat, dan hari kedelapan untuk melihat perkembangan

indeks plak supragingival, pH plak supragingival, dan pH saliva.

Plak sebanyak + 0,5 mg diambil dan dimasukkan ke tabung plastik dengan menggunakan instrumen plastis, segera ditutup dan disimpan di dalam termos dengan

dry ice. Lalu saliva dikumpulkan + 5 ml ke dalam tabung reaksi dan ditutup dengan wrap plastic. Selanjutnya sampel ini disimpan dalam lemari es hingga saat pengukuran.

Pengambilan Data

Plak yang diperoleh dari masing-masing individu diletakkan di atas tabung plastik dan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik hingga sebanyak 0,5 mg. Plak tersebut dilarutkan ke dalam 5 ml aquades. Kemudian dilakukan pengukuran nilai pH plak dengan menggunakan alat pH meter.

Pengukuran pH saliva dilakukan dengan cara mengumpulkan sampel saliva dari masing-masing individu sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan corong. Saliva yang sudah terkumpul kemudian diukur dengan menggunakan alat pH meter.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data interval. Dilakukan penghitungan apakah distribusi data tersebut normal atau tidak. Pada data dengan sebaran normal dilakukan uji T, sedang pada data dengan sebaran tidak normal dilakukan uji Wilcoxon untuk analisis inter kelompok dan uji U-Mann Whitney untuk analisis antar kelompok. Penghitungan statistik dilakukan dengan derajat kepercayaan 95% dan dengan program SPSS.

Alat dan Bahan Penelitian

Bahan : Larutan ekstrak siwak dari batang

S.persica Betadine, alkohol, aquadest, dryes, Gloves, masker, kapas, wrap, plastic, tissue.

Alat : Timbangan analitik, pH meter, Gelas takar, tabung plastik, tabung reaksi, corong, kaca, sonde, kaca mulut, instrumen plastik.

HASIL PENELITIAN

(4)

orang dalam kelompok kontrol yang menyikat gigi 2 kali sehari tanpa pasta.

Data klinis yang didapat penelitian adalah indeks plak, pH plak dan pH saliva yang diperiksa pada hari pertama, keempat dan

kedelapan. Perbedaan data-data yang didapat dari kedua kelompok dapat dilihat pada Gambar 1,2,3 dan Tabel 1,2,3,4,5,6.

Gambar 1. Perbedaan rerata indeks plak pada hari pemeriksaan ke-1, ke-4, ke-8 pada kedua kelompok

Tabel 1.

Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok I pada setiap saat pengukuran

Kelompok Hari ke Mean + SD (p)

1 75,43 + 31,77

I

4 126,37 + 47,97 0,000*

4 126,37 + 47,97

I

8 129,37 + 43,23 0,709

1 75,43 + 31,77

I

8 129,37 + 43,23 0,000*

Keterangan: Kelompok I Berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari * Berbeda bermakna (p < 0,05).

Tabel 2.

Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok II pada setiap saat pengukuran

Kelompok Hari ke Mean + SD (p)

1 58,6 + 35,85

II

4 58,3 + 34,23 0,976*

4 58,3 + 34,23

II

8 59,6 + 29,66 0,867

1 58,6 + 35,85

II

8 59,6 + 29,66 0,906

Keterangan: Kelompok II Kontrol.

(5)

Tabel 3.

Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok I pada setiap saat pengukuran

Kelompok Hari ke Mean + SD (p)

1 6,32 + 0,40

I

4 7,12 + 0,23 0,000*

4 7,12 + 0,23

I

8 6,90 + 0,38 0,001*

1 6,32 + 0,40

I

8 6,90 + 0,38 0,000*

Keterangan: Kelompok I Berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari * Berbeda bermakna (p < 0,05).

Tabel 4.

Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok II pada setiap saat pengukuran

Kelompok Hari ke Mean + SD (p)

1 7,04 + 0,38

II

4 7,16 + 0,40 0,758

4 7,16 + 0,40

II

8 6,86 + 0,29 0,539

1 7,04 + 0,38

II

8 6,86 + 0,29 0,610

Keterangan: Kelompok II Kontrol.

6.4 6.6 6.8 7 7.2 7.4 7.6

R

e

ra

ta

p

H

s

a

liv

a

1 4 8

Hari pemeriksaan

Berkumur

Kontrol

Gambar 3. Perbedaan rerata pH saliva pada hari pemeriksaan ke-1, ke-4, ke-8 pada kedua kelompok

Tabel 5.

Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok I pada setiap saat pengukuran

Kelompok Hari ke Mean + SD (p)

1 6,83 + 0,44

I

4 7,47 + 0,24 0,002*

4 7,47 + 0,24

I

8 7,56 + 0,26 0,006*

1 6,83 + 0,44

I

8 7,56 + 0,26 0,000*

Keterangan: Kelompok I Berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari * Berbeda bermakna (p < 0,05)

Tabel 6.

Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok II pada setiap saat pengukuran

Kelompok Hari ke Mean + SD (p)

1 7,46 + 0,38

II

4 7,57 + 0,53 0,438

4 7,57 + 0,53

II

8 7,38 + 0,33 0,074

1 7,46 + 0,38

II

8 7,38 + 0,33 0,386

(6)

Dari Gambar 1, dapat dilihat adanya perbedaan rerata indeks plak pada kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari lebih tinggi daripada kelompok kontrol, baik pada pemeriksaan hari 1, ke-4, ke-8. Dengan uji T dapatkan bahwa perubahan rata-rata indeks plak kelompok I antara pemeriksaan hari ke-1 dan ke-4 serta antara hari ke-1 dan ke-8 tidak bermakna (p < 0,005) (Tabel 1). Tetapi dalam kelompok II ditemukan perubahan tidak bermakna dari indeks plak antara hari-hari pemeriksaan (p > 0,005) (Tabel 2).

Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa rata-rata pH plak pada hari ke-1 dan ke-4 kelompok I lebih rendah dibandingkan kelompok II. Pada hari ke-8 rata-rata pH plak kelompok I lebih tinggi dibandingkan kelompok II. Pada rata-rata indeks plak antara hari-hari pemeriksaan kelompok I dengan uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,005) (Tabel 3). Namun analisis uji T terhadap perubahan yang terjadi dalam kelompok II antara hari-hari pemeriksaan menunjukkan tidak berbeda bermakna (Tabel 4).

Dari Gambar 3 terlihat bahwa rata-rata pH saliva pada pemeriksaan hari ke-4 kelompok 1

lebih tinggi dari hari ke-1, namun keduanya masih lebih rendah dari pada kelompok II. Sedangkan rata-rata pH saliva kelompok II relatif sama pada setiap saat pemeriksaan. Hasil analisis uji T terhadap perbedaan rata-rata pH saliva kelompok I antara hari-hari pemeriksaan menunjukkkan perubahan yang bermakna (p < 0,005) (Tabel 5). Sedangkan uji T terhadap perbedaan rerata pH saliva kelompok II antara hari-hari pemeriksaan menunjukkan perubahan yang tidak bermakna (Tabel 6).

Analisis Statistik

Untuk mengetahui perbedaan indeks plak, pH plak dan pH saliva antara kedua kelompok, dilakukan uji T untuk data dengan sebaran normal, uji U-Mann Whitney untuk analisis antar kelompok dan uji Wilcoxon untuk analisis inter kelompok. Data indeks plak kedua kelompok pada hari pemeriksaan ke-4 dan ke-8 menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Demikian pula mengenai data pH plak kedua kelompok pada hari pemeriksaan ke-1 serta data pH saliva kedua kelompok pada hari pemeriksaan ke-1.

Tabel 7.

Analisis data indeks plak antara kelompok I dan kelompok II pada setiap saat pemeriksaan Kelompok

Hari ke-

I II (p)

1 75, 43 + 31,77 58,6 + 35,85 0,207

4 126,37 + 47,97 58,3 + 34,23 0,000*

8 129,37 + 43,23 59,6 + 29,66 0,000*

Keterangan: Kelompok I berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari Kelompok II kontrol

* Berbeda bermakna (p < 0,05).

Tabel 8.

Analisis data pH plak antara kelompok I dan kelompok II pada setiap saat pemeriksaan

Kelompok

Hari ke- I II (p)

1 6,32 + 0,40 7,04 + 0,38 0,001*

4 7,12 + 0,23 7,16 + 0,40 0,435

8 6,90 + 0,38 6,86 + 0,29 0,472

Keterangan: Kelompok I berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari Kelompok II kontrol

* Berbeda bermakna (p < 0,05).

Tabel 9.

Analisis data pH saliva antara kelompok I dan kelompok II pada setiap saat pemeriksaan

Kelompok Hari ke-

I II (p)

1 6,83 + 0,44 7,46 + 0,38 0,000

4 7,47 + 0,24 7,57 + 0,53 0,590

8 7,56 + 0,26 6,38 + 0,33 0,195

Keterangan: Kelompok I berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari Kelompok II: kontrol

(7)

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, sukarelawan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang berkumur dengan larutan siwak 2 kali sehari sebanyak 30 orang dan kelompok kontrol yang menyikat gigi tanpa pasta sebanyak 10 orang. Selama tiga kali pemeriksaan, rata-rata indeks plak pada hari ke-1, ke-4, ke-8, kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari mengalami peningkatan. Secara statistik rata-rata indeks plak pada hari ke-1 dibandingkan hari ke-4 juga antara hari ke-1 dibandingkan dengan hari ke-8 menunjukkan peningkatan hari ke-8 juga menunjukkan peningkatan, namun tidak bermakna. Sedangkan pada kelompok yang menyikat gigi tanpa pasta, rata-rata indeks plak relatif sama. Pemeriksaan indeks plak pada hari ke-1, ke-4, dan ke-8 antara kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak dibandingkan dengan kelompok kontrol juga menunjukkan adanya perbedaan. Namun pada uji statistik hanya rata-rata indeks plak pada pemeriksaan hari ke-4 dan ke-8 yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak dibandingkan kelompok kontrol.

Peran obat kumur sebagai kontrol plak hanya sebagai penunjang dari perlakuan mekanis. Pada penelitian ini, akumulasi plak pada kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak mengalami peningkatan. Bahkan pada hari ke-4 sudah terlihat perbedaan bermakna antara hanya berkumur dengan larutan ekstrak siwak dengan mekanik penyikatan gigi dengan sikat gigi konvensional. Berarti pembersihan geligi dengan cara mekanik tetap diperlukan, dan tidak dapat digantikan dengan cara hanya berkumur. Hal ini berbeda dengan yang dituliskan oleh Almas mengenai penelitian yang dilakukan oleh Mostafa yang menyatakan bahwa penggunaan siwak sebagai obat kumur dapat mereduksi jumlah plak.9

Lampiran 1 memperlihatkan hasil pemeriksaan pH plak selama 8 hari pada kelompok berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari. Uji statistik yang digunakan adalah uji non-parametrik Wilcoxon. Hasil yang didapat menunjukkan nilai rata-rata pH plak antara hari ke-1 dan hari ke-4 mengalami

juga terjadi antara nilai rata-rata pH plak hari ke-1 dan hari ke-8. Sedangkan antara hari ke-4 dan hari ke-8, nilai rata-rata pH plak mengalami penurunan yang juga bermakna.

Keadaan rata-rata nilai pH plak pada hari pemeriksaan ke-1, ke-4, dan ke-8 pada kelompok berkumur dengan larutan ekstrak siwak dibandingkan dengan kelompok kontrol menunjukkkan perbedaan bermakna. Hasil uji U-Mann Whitney mengenai rata-rata pH plak antara kedua kelompok baik pada hari pemeriksaan ke-4, dan ke-8 tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Sedangkan uji T yang dilakukan pada hari ke-1, menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Namun hal tersebut dapat diabaikan mengingat saat itu belum ada perlakuan apapun atau belum ada pengaruh siwak saat itu. Bahkan penemuan perbedaan bermakna ini menunjukkan keadaan dasar individu kedua kelompok sudah berbeda.

Dalam penelitian ini terbukti bahwa penggunaan larutan ekstrak siwak selama 4 hari sudah dapat menaikkan pH plak individu yang bersangkutan. Sedangkan penyikatan gigi cara konvensional tanpa pasta gigi tidak berpengaruh sama sekali terhadap pH plak (Gambar 2, Tabel 4).

Penurunan pH plak yang terjadi antara hari ke-4 dan ke-8, dipengaruhi banyak faktor. Antara lain, kepatuhan sukarelawan. Mengingat masa penelitian yang relatif cukup lama, yang mengharuskan sukarelawan untuk tidak menyikat gigi selama delapan hari, ada kemungkinan sukarelawan tidak meneruskan penggunaan obat kumur secara teratur dan dengan teknik yang benar.

Analisis statistik yang dilakukan pada pemeriksaan pH saliva hari ke-1, ke-4, ke-8, pada kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak menunjukkan peningkatan yang bermakna. Uji statistik yang digunakan adalah uji T dan uji U-Mann Whitney.

(8)

diabaikan karena sukarelawan belum menerima perlakuan apapun.

Perbedaan nilai pH plak dan pH saliva yang bermakna pada pemeriksaan hari ke-1, yaitu saat sukarelawan belum menerima perlakuan, dapat dihubungkan dengan macam makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat olahan cenderung memiliki nilai pH plak dan pH saliva lebih rendah bila dibandingkan dengan yang banyak mengkonsumsi makanan berserat

KESIMPULAN

- Dari analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat kumur larutan ekstrak siwak 2 kali sehari efektif dalam meningkatkan pH plak dan meningkatkan pH saliva namun tidak efektif dalam menurunkan indeks plak supragingival.

- Penggunaan obat kumur larutan ekstrak siwak harus digunakan bersama alat penyikat gigi untuk memberikan aksi mekanis. Karena, obat kumur hanya memiliki aksi kimiawi saja yang berfungsi sebagai pelengkap dalam usaha meningkatkan status higiene mulut. SARAN

1. Memberikan pengarahan yang jelas

kepada peserta mengenai ketepatan menggunakan larutan obat kumur dan mengenai cara berkumur yang benar. 2. Peneliti disarankan untuk menyempurnakan

teknik dan prosedur pengambilan data. 3. Diharapkan dilakukan penelitian lebih

lanjut mengenai manfaat lain dari siwak. 4. Apabila saat pengambilan plak dan saliva

tidak segera dilakukan pengukuran pH, sebaiknya sampel disimpan di dalam kulkas atau wadah berisi dry ice, agar tidak terjadi penurunan pH.

5. Dilakukan penelitian serupa pada dua kelompok berbeda dengan jumlah sukarelawan yang sama, namun setiap kelompok pada selang waktu berbeda menjadi kelompok kontranya, untuk mempertegas hasil penelitian ini, karena terlihat adanya basis yang berbeda sejak awal penelitian sebelum diberikan perlakuan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Almas K, Al-Sadhan RI. Miswak (Chewing Stick): A Cultural and Scientific Heritage. Saudi Dent I 1999; 11: 80-7.

2. Almas K, Al-Sadhan RI. Miswak (Chewing Stick): A Cultural and Scientific Heritage. Saudi Dent I 1999; 11: 80-7.

3. Almas K. The Effect of Salvadora Persica Extract (Miswak) and Chlorhexidine Glucunateon Human Dentin. Available in http://www.thejcdp.com/issue011/alma s/almas.pdf. Accepted on March, 5th 2004.

4. Haake SK. Periodontal Microbiology. Dalam: Carranza FA Jr, Newman MG, eds. Carranza’s Clinical Periodontology, 8th

ed. Philadelphia: Saunders, 1996: 84-102

5. Darout IA. Miswak as an Alternative to the modern Toothbrush in Preventing Oral Diseases. Available in http://www.ssgrr.it/en/ssgr2003w/paper s/102ceo.pdf. Accepted on February, 18th

2004.

6. El Rahman HF, Skaug N, Francis GW. In Vitro Antimicrobial Effects of Crude Miswak Extract on Oral Pathogens.

Saudi Dent J 2002; 14: 26-32.

7. El Rahman HF, Skaug N, Francis GW. In Vitro Antimicrobial Effects of Crude Miswak Extract on Oral Pathogens.

Saudi Dent J 2002; 14: 26-32.

8. Zaenab. Penapisan Kandungan Kimia dan Uji Antibakteri Siwak (Salvadora persica Linn). Terhadap Streptococcus mutans dan Bacteroides melaninogenicus. FMIPA ISTN. Jakarta, 2002.

9. Almas K. The Antimicrobial Effects of seven Different Types of Asian Chewing

Sticks. Available in

http://www.santetropicale.com/resume/ 49604.pdf. Accepted on April, 2nd

(9)

LAMPIRAN A

Tabel 1.

Tabel induk kelompok berkumur larutan ekstra siwak 2 kali sehari

Pemeriksaan hari ke-1 Pemeriksaan hari ke-4 Pemeriksaan hari ke-8

No. Umur

PI I pH plak pH Saliva PI I pH plak pH Saliva PI I pH plak pH Saliva

1 21 56 5.99 6.91 189 7 7.24 113 6.99 7.67

2 21 125 6.27 6.99 87 6.98 7.58 75 6.76 7.79

3 19 53 5.84 7.32 126 7.14 7.65 95 6.92 7.37

4 21 78 6.12 6.58 140 7.05 7.45 145 6.71 7.22

5 21 66 6.7 6.4 152 7.07 7.56 175 7.27 7.69

6 20 98 6.1 6.45 121 7.16 7.25 132 6.6 8.16

7 23 76 5.84 7.26 100 7.07 7.39 103 6.71 7.69

8 20 128 6.4 5.93 191 7.1 7.36 204 6.73 7.82

9 20 79 6.64 7 129 7.02 7.77 97 6.74 7.91

10 20 85 6.1 7.16 147 7.09 7.69 181 6.95 7.82

11 22 171 6 7.05 232 7.18 7.58 193 6.69 7.4

12 21 79 6.02 6.76 199 7.11 7.31 107 7.7 7.47

13 20 41 6.71 5.97 110 6.98 7.43 104 6.92 7.62

14 20 80 6.15 6.64 106 6.86 7.67 208 6.56 7.38

15 20 51 6.03 6.94 92 7.06 7.54 91 6.79 7.78

16 21 93 5.87 6.22 75 7.15 7.62 163 6.61 7.75

17 20 97 6.07 6.55 250 7.25 7.67 200 6.84 7.42

18 20 90 6.21 6.58 88 6.8 7.21 57 7.02 7.26

19 20 66 5.89 7.09 121 7.09 7.79 102 6.91 7.81

20 20 98 6.14 5.95 126 6.95 7.21 175 5.83 7.58

21 22 58 6.04 6.96 154 7.11 8.06 158 6.73 7.58

22 20 94 6.08 7.62 124 7.31 7.23 68 6.86 7.5

23 23 79 6.47 6.62 115 6.9 7.68 125 6.71 7.75

24 21 48 6.25 6.67 98 7.41 7.79 159 6.96 7.83

25 28 66 6.99 7.06 83 8.11 6.69 120 8.03 7.12

26 24 88 7.18 7.36 153 6.95 7.31 147 6.36 7.25

27 22 29 6.93 7.29 92 7.06 7.34 103 7.12 7.31

28 21 32 6.87 7.21 59 7.31 7.29 93 7.19 7.33

29 21 28 6.85 7.14 60 7.24 7.32 89 7.26 7.19

30 22 31 7.01 7.24 72 7.16 7.28 99 7.23 7.3

LAMPIRAN B

Tabel 1.

Tabel induk kelompok kontrol

Pemeriksaan hari ke-1 Pemeriksaan hari ke-4 Pemeriksaan hari ke-8

No. Umur

PI I pH plak pH Saliva PI I pH plak pH Saliva PI I pH plak pH Saliva

1 22 56 6.91 7.22 51 7.14 7.76 33 6.71 7.59

2 20 81 7.4 7.51 20 7.65 7.96 53 7.03 7.61

3 19 31 6.61 6.91 32 7.28 7.39 51 7.06 7.26

4 20 50 6.66 7.53 87 7.21 7.72 56 6.63 7.37

5 21 27 6.69 7.8 47 6.99 8.52 35 7.12 7.54

6 20 124 7.2 7.83 102 7.32 7.62 105 7.11 7.46

7 20 111 7.14 7.54 105 7.12 7.37 108 6.99 7.26

8 20 42 7.51 7.9 24 7.34 7.6 32 6.25 7.69

9 19 16 7.6 7.63 25 7.38 7.34 36 7.02 7.52

Gambar

Gambar 1. Perbedaan rerata indeks plak pada hari pemeriksaan ke-1, ke-4, ke-8 pada kedua kelompok
Tabel 3.  Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok I pada setiap saat pengukuran
Tabel 9. Analisis data pH saliva antara kelompok I dan kelompok II pada setiap saat pemeriksaan
Tabel 1.  Tabel induk kelompok kontrol

Referensi

Dokumen terkait

2 Solusi apa sajakah yang dilakukan pihak SMPN 1 Kepanjen Kabupaten Malang untuk mengatasi hambatan dari luar pelaksanaan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan melalui

JUDUL : JUMLAH PERAWAT BELUM MEMADAI. MEDIA :

Tantangan berupa pemilihan bahan baku dan produk disarankan untuk dihadapi dengan penggunaan parameter-parameter pembanding, seperti Chemical Value, Fuel Value, dan

Namun masih banyak pekerjaan rumah untuk pemerintah karena jaminan kesehatan dan layanan kesehatan yang layak masih sulit dijangkau oleh semua warga negara

Karena persamaan yang kedua dalam teorema di atas tidak ekivalen dengan persamaan yang pertama, maka penyelesaian dari persamaan yang kedua harus diisikan dalam

gland and crystalline style, and the scope for growth SFG were determined in February, May, July and October to represent the situation in winter, spring, summer and

Five variables were measured — change in mean approach r avoidance distance from the food box, change in frequency of elimination, change in frequency of turning away from the

[r]