PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERTAS YANG DIBUAT
DARI KANTONG SEMEN BEKAS DENGAN PULP BATANG
KELAPA SAWIT
T E S I S
Oleh
EDERIANA BR SIDEBANG
067026008/FIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERTAS YANG DIBUAT
DARI KANTONG SEMEN BEKAS DENGAN PULP BATANG
KELAPA SAWIT
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
EDERIANA BR SIDEBANG
067026008/FIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERTAS YANG DIBUAT DARI KANTONG SEMEN BEKAS DENGAN PULP BATANG KELAPA SAWIT
N a m a Mahasiswa : Ederiana Br Sidebang
Nomor Pokok : 067026008
Program Studi : Fisika
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc) (Drs. Ferdinan Sinuhaj M.Sc) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
( Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc ) ( Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc )
Telah diuji pada
Tanggal : 04 Agustus 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Eddy Marlianto,M.Sc
Anggota : 1. Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc
ABSTRAK
Penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi kertas yang dibuat dari campuran pulp batang kelapa sawit dan pulp kantong semen bekas telah dilakukan. Penelitian yang dilaksanakan dengan metode proses soda, bertujuan untuk memperoleh alternatif bahan baku kertas campuran, dari pulp batang kelapa sawit dan kantong semen bekas. Untuk campuran 0% pulp batang kelapa sawit dan 100% pulpkantong semen bekas,diperoleh contoh kertas yang mempunyai gramatur rata rata 103,63 gr/m , kerapatan massa rata rata 414,44 kg/m , kuat tarik rata rata 32,69
x 105N/ m2, kekuatansobek rata rata 5399,62 mN. Untuk campuran 100% pulp
batang kelapa sawit dan 0% pulp kantong semen bekas, diperoleh contoh kertas yang
mempunyai gramatur rata rata 121,25 gr/m2, kerapatan massa rata rata 759,13
kg/m3, kuat tarik rata rata 118.28 x 10 N/ m , kekuatan sobek rata rata 2088,36 mN.
2 3
5 2
Untuk gramatur yang optimum yaitu campuran 70% pulp batang kelapa sawit dan 30% pulp kantong semen bekas, diperoleh contoh kertas yang mempunyai gramatur rata rata 123,75 gr/m , kerapatan massa rata rata 599,47 kg/m , kuat tarik rata rata 103,84 x10 N/ m , kekuatan sobek rata rata 2017,89 mN.
2 3
5 2
ABSTRACT
The research of forming and characteristic of paper which is made of mixture of palm oil stems pulp and cemen't bag trace pulp has been conducted. Research with caustic process method aim to obtain, mixture paper raw material alternates mix of palm oil stems and cemen't bag trace. For mixture 0 % palm oil stems pulp and 100% pulp of cemen't bag trace, is got the example of paper which has the gramatur of 103,63 gr/m , the average of density is 414,44 kg/m , the evarage of tensile streng is2 3 32,69 x 10 N/ m , the everage of strength tear is 5399,62 mN. For mixture 100 % palm oil stems pulp and 0 % pulp of cemen't bag trace, is got the average of gramatur is 121,25 gr/m , the average of density is 759,13 kg/m3, the average of tensile strenght is 118.28 x 105 N/ m , the average of strength tear mean in 2088,36 mN.
5 2
2
2
For the optimum of gramatur is the mixture 70% palm oil stems pulp and 30 % pulp of cemen't bag trace, is got the example of paper wich is has the average gramatur is123,75 gr/m , the average of density is 599,47 kg/m , the average of tensile strength is 103,84 x 10 N/ m , the average of the strength tear is 2017,89 mN
2 3
5 2
Key word : palm oil stems, cemen't bag trace, pulp, caustic process, and paper.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih
dan karunia yang diberikan Nya kepada penulis sehingga tesis yang diberi judul
Pembuatan dan Karakterisasi Kertas yang dibuat dari Kantong Semen Bekas dengan
Pulp Batang Kelapa Sawit yang diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan tesis ini merupakan tugas akhir pada sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara Program Studi Magister Ilmu Fisika.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar besarnya kepada :
Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara Medan, Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc selaku Direktur Sekolah
Pascaja Sarjana, Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Koordinator Program
Studi Magister Ilmu Fisika, Drs. Nasir Saleh, M.Eng. Sc selaku Sekretaris Program
Studi Magister Ilmu Fisika, Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc selaku Ketua
Komisi Pembimbing dan Drs. Ferdinan Sinuhaji, M.S selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah banyak mencurahkan ilmu dan buah pikirannya dengan
penuh kesabaran selama membimbing penulis dalam melaksanakan tugas akhir,
sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Seluruh staf pengajar pada sekolah pascasarjana program studi magister ilmu fisika
Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan ilmunya selama masa
perkuliahan.Seluruh staf administrasi sekolah pascasarjana dan Bang Mulkan yang
degan penuh kesabaran memberikan pelayanan terbaik disekolah pascasarjana
program magister ilmu fisika. Rekan rekan angkatan 2006 :
Bang Ramzah, Kak Sukmawati, Ajis, Andrita, Bobbin, Debora, Dormian, Dortauli,
Kasdim, Edy.s, Juliandi, Junaedi, Marlon, Mariono, Amin, Sapta, Sunaryo, Sundari,
Syahwin, Tao dan Tiar terima kasih atas kerja sama dan kebersamaan dalam
Spesial terimakasih yang sedalam dalamnya penulis sampaikan kepada Ayahanda
Gurtian Sidebang dan Ibunda Lusiana Goknim Simanjorang, Suami tercinta Jonson
Sitanggang yang senantiasa memberikan dorongan semangat dengan penuh kesabaran
dan serta mendoakan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi ini terlebih lagi
terima kasih dan sayang yang paling tulus kepada anak anakku tercinta ( Qielfrin
Zendrico dan Yovanska ) yang berkorban untuk selalu ditinggalkan selama penulis
mengikuti studi.
Medan, Agustus 2008
RIWAYAT HIDUP
1. N a m a : Ederiana Br Sidebang
2. Tempat/Tangal Lahir : Kabanjahe 3 Desember 1968
3. Pekerjaan : PNS/Guru
4. A g a m a : Kristen Katolik
5. Orangtua :
Ayah : Gurtian Sidebang
Ibu : Lusia Goknim Simanjorang
6. A l a m a t : Jalan Platina VI No. 14 Kel. Titipapan Medan
Deli / 20244
7. Pendidikan :
SD : Negeri No. 4/040446 Kabanjahe tahun 1975-1981
SMP : Swasta RK Kabanjahe tahun 1981 – 1984
SMA : Negeri 1 Kabanjahe tahun 1984 – 1987
D3-Fisika : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Medan
tahun 1987 – 1990
S1-Fisika : Universitas Cendrawasih Jayapura tahun 1998 –
1999
S2-Fisika : Universitas Sumatera Utara tahun 2006 – 2008
Medan, Agustus 2008
DAFTAR ISI
2.5. Pulp Campuran (Pulp Batang Sawit – Kertas Kantong Semen Bekas) ... 26
3.4. Pembuatan Pulp Campuran Serat Batang Kelapa Sawit dan Serat Kantong Semen Bekas... 42
3.5. Rancangan Penelitian ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57
4.1. Hasil Penelitian... 57
4.2. Pembahasan ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80
5.1. Kesimpulan ... 80
5.2. Saran ... 80
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Karakteristik limbah lignosellulosa kelapa sawit... 20
2.2 Klasifikasi umum proses pembuatan pulp... 23
4.1 Hasil pengukuran tebal rata rata kertas campuran serat
kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit. ... 58
4.2 Hasil penghitungan gramatur kertas campuran serat kantong semen bekas dan serat batang sawit. ... 61
4.3 Hasil penghitungan rapat massa rata rata kertas campuran serat kantong semen bekas dan serat batang sawit. ... 63
4.4 Hasil uji tarik rata - rata kertas campuran serat kantong
semen bekas dengan serat batang kelapa sawit. ... 65
4.5 Hasil pengukuran kekuatan sobek kertas campuran serat
kantong semen bekas dengan serat batang kelapa sawit. ... 67
4.6. Analisa kandungan logam Pb, Cu, Zn yang terdapat pada kertas campuran serat kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit. ... 77
4.7. Batas parameter bahan baku mutu TCLP Zat pencemar
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Penampang batang kelapa sawit... 17
2.2 Peralatan Scanning Elektron Mikroskop (SEM)... 29
2.3 Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom... 34
3.1 Diagram alir pulp batang kelapa sawit... 40
3.2 Diagram alir proses pembuatan pulp kantong semen bekas.... 41
3.3 Diagram alir pembuatan kertas campuran batang kelapa sawit dan kantong semen bekas... 43
3.4 Neraca analitik... 48
3.5 Alat uji tarik... 51
3.6 Alat uji sobek... 53
3.7 Alat Uji Spektrofotometri Serapan Atom. ... 55
3.8 Alat SEM (Scanning Electron microscope), type ASM-5X. ... 73
3.9 Mikrostruktur dari pulp kertas kantong semen bekas... 74
3.10 Foto mikrostruktur dari pulp dan serat batang kelapa sawit. ....75
DAFTAR GRAFIK
Nomor Judul Halaman
4.1 Komposisi campuran serat kantong semen dan serat batang kelapa sawit dengan tebal kertas rata-rata. ... 59
4.2 Gramatur rata rata versus komposisi campuran serat kantong semen
dan serat batang kelapa sawit. ... 62
4.3 Rapat massa rata rata versus komposisi campuran serat kantong
semen dan serat batang kelapa sawit. ... 64
4.4 Uji kuat tarik rata rata versus komposisi campuran serat kantong
semen bekas dan serat batang kelapa sawit. ... 66
4.5 Kuat sobek rata rata versus komposisi campuran serat kantong
semen bekas dan serat batang kelapa sawit. ... 68
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Pengukuran tebal kertas campuran kertas kantong
semen bekas dan serat batang kelapa sawit... 83
2 Pengukuran gramatur kertas campuran kertas kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit... 84
3 Pengukuran Rapat massa kertas campuran kertas kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit... 85
4 Pengukuran uji tarik kertas campuran kertas kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit... 86
5 Pengukuran kekuatan sobek kertas campuran kertas kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit... 87
6 Menghitung rendemen pulp batang kelapa sawit. ... 88
7 Hasil Uji SSA Pb. ... 89
8 Hasil Uji SSA Cu... 90
9 Hasil uji SSA Zn ... 91
10 Hasil uji tearing (uji sobek )... 92
11 Proses pembuatan pulp batang kelapa sawit ... 93
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri kertas di dunia pada saat ini sedang mengalami masalah ekonomi, yaitu
kesulitan untuk mendapatkan pasokan bahan baku yaitu kayu. Keterbatasan
ketersediaan pasokan bahan baku kayu telah membuat naiknya harga pulp di pasar.
Pada awal tahun 1994, harga pulp naik sekitar 80% dan pengaruh kenaikan ini terasa
sampai sekarang (JPKS,1995).
Pada sisi yang lain, sejalan dengan laju pengembangan industri, peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan populasi manusia akan mengakibatkan kenaikan
permintaan akan kertas.
Indonesia telah dikenal sebagai salah satu negara pengekspor pulp karena sumber
bahan bakunya yang berlimpah, seperti kayu tropis. Walaupun demikian,
ketersediaan ini akan cenderung tidak berimbang dengan permintaan pulp dan kertas.
Oleh sebab itu, pada masa mendatang Indonesia akan kesulitan untuk
mempertahankan posisinya sebagai salah satu negara pengekspor pulp yang terbesar.
Cara untuk mempertahankan ini, adalah dengan memprioritaskan pencarian alternatif
bahan baku lainnya yang tingkat ketersediaannya berlimpah sepanjang tahun dan
mudah didapat. Bahan baku ini seyogyanya mempunyai sifat ramah terhadap
lingkungan. Salah satu alternatif adalah pemanfaatan limbah pertanian.
Jerami dan ampas tebu (bagas) telah lama dikenal sebagai bahan baku untuk
membuat pulp dan kertas (Trubus Oktober 2008). Walaupun demikian akhir akhir ini
tingkat ketersediaannya semakin berkurang. Batang kelapa sawit salah satu limbah
pertanian yang tingkat ketersediaannya berlimpah sepanjang tahun. Pemanfaatan
batang kelapa sawit pada saat ini masih sangat minim dan nilai ekonominya tidak
ada. Selama ini batang kelapa sawit dan cangkang sawit banyak digunakan sebagai
bahan bakar boiler, atau dibakar yang abunya dimanfaatkan sebagai pupuk. Suatu saat
hal ini akan dilarang karena hasil pembakaran ini merupakan penyumbang polusi
udara. Begitu juga dengan tandan kosong sawit banyak diteliti orang sebagai bahan
baku papan serat. Namun batang kelapa sawit belum banyak digunakan secara
optimal, padahal dari keseluruhan limbah kelapa sawit batang sawitlah yang paling
banyak menghasilkan limbah dibanding bagian yang lain yang diperoleh selama
estraksi biji kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit. Limbah batang kelapa sawit
yang mencapai jumlah paling besar yaitu 70,2%, dibandingkan dengan pelepah daun
10,16%, tandan buah kosong 2,07 %, sabut kelapa sawit 1,62% dan cangkang biji
yaitu 0,935%. Oleh karena itu perlu dicari cara lain untuk memanfaatkan batang
kelapa sawit. Sebagai limbah lignoselulosa, batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan pulp karena kandungan selulosanya yang tinggi. Wahyu et.al
(2008). Selama ini kantong semen bekas banyak digunakan untuk kertas kantong
beras ukuran 5 kg, 10 kg, 15 kg dan 20 kg. Ataupun untuk kantong kantong barang
Berdasarkan observasi lapangan di Kodya Medan kantong semen dengan bahan
kertas adalah semen Andalas type PPC ukuran berat 40 kg dan semen padang type
PPC ukuran 40 kg. Umumnya setiap pembangunan perumahan / ruko dan lainnya
menggunakan merek semen dan type seperti yang tersebut diatas.
Oleh karena kertas kantong semen memiliki kekuatan yang tinggi, maka pada
penelitian ini dilakukan percobaan dengan mencampurkan serat batang kelapa sawit
untuk menurunkan kekuatan kertasnya dan memperbaiki karakternya.
Dalam hal ini peneliti tertarik untuk memanfaatkan limbah serat batang kelapa
sawit untuk dimanfaatkan sebagai pulp dengan mencampur limbah kertas kantong
bekas semen (kertas kraft) dengan variasi persen campuran untuk dikarakterisasi
menjadi kertas jenis baru.
1.2. Permasalahan
1. Serat pendek dari batang kelapa sawit dapat dicampur dengan serat panjang dari
kantong semen bekas akan diperoleh kertas yang lebih baik.
2. Limbah pertanian berupa batang kelapa sawit dan limbah kantong semen bekas
dapat ditangulangi menuju zerowaste.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Untuk memanfaatkan limbah batang kelapa sawit dan limbah kantong semen
bekas kembali menjadi produk kertas.
3. Produk kertas akan diklasifikasian ke jenis – jenis seperti kertas pembungkus,
karton dan bag paper.
1.4. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini proses pembuatan pulp yang berasal dari tanaman bukan
kayu dilaksanakan dalam suasana alkali (basa) dengan NaOH sebagai bahan kimia
pemasak. Pemasakan dengan NaOH (kaustik soda), akan melarutkan ligninnya,
sehingga menjadi tercerai berai menjadi pulp. Dalam penelitian ini tidak diberi
tambahan seperti pewarna, filler, larutan kanji dan lain lain.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan kertas dari limbah batang kelapa sawit dan limbah kantong semen
bekas.
2. Produk kertas/karton tidak hanya dapat dibuat dari kayu tetapi dapat juga dibuat
dari limbah pertanian.
3. Untuk menambah petani kelapa sawit.
4. Mengatasi pencemaran udara akibat pembakaran limbah kelapa sawit.
1.6. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diselesaikan pada penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Menentukan sifat mekanis kertas campuran serat batang sawit dan kertas kantong
semen bekas antara lain :
a. Rendemen ( % )
b. Tebal kertas, yaitu jarak antara kedua permukaan kertas diukur pada kondisi
standar ( SNI 14 – 4977 – 1999 ).
c. Gramatur, yaitu massa lembaran kertas dalam gram dibagi dengan satuan
luasnya dalam meter persegi, diukur pada kondisi standar ( SNI 14 – 0439 –
1989 ).
d. Rapat massa (density), yaitu besaran yang menyatakan perbandingan antara
massa dengan volume serpih berbentuk tumpukan, dinyatakan dalam kg/m3,
diukur pada kondisi standar ( SNI 14 – 0702 – 1989 ).
e. Kuat tarik, yaitu daya tahan maksimum jalur pulp, kertas terhadap gaya tarik
yang bekerja pada kedua ujung jalur tersebut sampai putus, diukur pada
kondisi standar ( SNI 14 – 4737 – 1989 ).
f. Ketahanan sobek adalah gaya dalam gram gaya ( gf ) atau milineuton (mN)
yang diperlukan untuk menyobek kertas pada kondisi standar standar ( SNI
g. Spektrofotometri Serapan Atom adalah penyerapan energi radiasi oleh atom
atom netral pada keadaan dasar, dengan panjang gelombang tertentu yang
menyebabkan terereksitasinya dalam berbagai tingkatan energi (ppm).
2. Menentukan komposisi yang paling baik antara serat batang kelapa sawit dan
kertas kantong semen bekas untuk memperoleh kualitas kertas yang baik.
1.7. Lokasi Penelitian
1. Laboratorium Spektroskopi Universitas Sumatera Utara
2. Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.
3. PT. DMI Medan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kertas
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan
mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk
menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan
dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan,
kebersihan ataupun toilet.
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang
menyubangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa
bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa
dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau
tulang bnatang, sutera, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada
naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau
2.2. Proses Pembuatan Kertas
Proses pembuatan kertas dapat dilakukan dengan mengubah bahan baku serat
Urutan proses pembuatannya adalah persiapan bahan baku, pembuatan pulp (secara
kimia, semi-kimia, mekanik atau limbah kertas),pemutihan, pengambilan kembali
bahan kimia, pengeringan pulp dan pembuatan kertas. Proses yang membutuhkan
energi paling tinggi adalah proses pembuatan pulp dan proses pengeringan kertas
(Britt Kenneth, 1970).
Tahapan utama dan proses sederhana dalam pembuatan pulp dan kertas adalah
sebagai berikut:
a. Pembuatan pulp pada pulper
Dalam tanki pencampur, pulp dicampur dengan air menjadi slurry . Slurry
kemudian dibersihkan lebih lanjut dan dikirimkan ke mesin kertas. Bahan baku
dimasukkan kedalam PULPER untuk defiberiztion dan mempercepat beating serta
fibrillation dikarenakan pemekaran serat.
b. Cleaner
Proses pemutihan untuk tipe pulp Kraft dilakukan dalam beberapa menara
dimana pulp dicampur dengan berbagai bahan kimia, kemudian bahan kimia diambil
c. Permurnian
Pulp dilewatkan plat yang berputar pada alat pemurnian bentuk disk. Pada proses
mekanis ini terjadi penguraian serat pada dinding selnya, sehingga serat menjadi lebih
lentur. Tingkat pemurnian pada proses ini mempengaruhi kualitas kertas yang
dihasilkan.
d. Pembentukan
Selanjutnya ,proses dilanjutkan dengan proses sizing dan pewarnaan untuk
menghasilkan spesifikasi kertas yang diinginkan. Sizing dilakukan untuk
meningkatkan kehalusan permukaan kertas;pada saat pewarnaan ditambahkan
pigmen, pewarna dan bahan pengisi. Proses dilanjutkan dengan pembentukan
lembaran kertas yang dimulai pada headbokx, dimana serat basah ditebarkan pada
saringan berjalan.
e. Pengepresan
Lembaran kertas kering dihasilkan dengan cara mengepres lembaran diantara
silinder pada calendar stack.
f. Pengeringan
Sebagian besar air yang terkandung didalam lembaran kertas dikeringkan dengan
g. Calender Stack
Tahap akhir dari proses pembuatan kertas dilakukan pada Calendar Stack, yang
terdiri dari beberapa pasangan silinder dengan jarak tertentu untuk mengontrol
ketebalan dan kehalusan hasil akhir kertas.
h. Pope Reel
Bagian ini merupakan tahap akhir dari proses proses pembuatan kertas yaitu
pemotongan kertas dari gulungannya. Pada bagian ini, kertas yang digulung dalam
gulungan besar,dibelah pada ketebalan yang diinginkan, dipotong menjadi lembaran,
dirapikan kemudian dikemas.
2.2.1. Proses pembuatan pulp
Pulp adalah kumpulan serat serat yang diambil dari bagian bagian
tumbuh-tumbuhan yang mengandung yang mengandng serat antara lain dari bagian kayu,
kulit , akar, daun dan buah. Pulp yang berasal dari bagian kayu disebut pulp kayu
(wood pulp) sedangkan pulp yang berasal dari bagian bukan kayu dinamai pulp
bukan kayu (non wood pulp).
Menurut proses pembuatannya, pulp dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
(Tjahjono Yudi, 1998) :
1. Pulp yang dibuat secara mekanis, dinamai pulp mekanis.
2. Pulp yang dibuat secara semi kimia atau semi mekanis, dinamai pulp semi
3. Pulp yang dibuat secara kimia penuh dinamai pulp kimia. Contoh : dissolving
pulp, pulp sulfat, pulp soda dan lain lain.
Jika dilihat dari rendemen (hasil akhir) pulp dibagi 2 macam, pulp rendemen
tinggi dan pulp rendemen rendah. Dari kedua rendemen ini mempunyai sifat sifat
fisika dan kimia yang berbeda beda. Sifat fisik dari pulp mekanis biasanya lebih
buruk dari pada sifat dari pulp kimia. Keuntungan dari pulp dengan proses mekanis
ini adalah rendemen yang tinggi.
Pulp mekanis ini biasanya dibuat untuk kertas yang bermutu rendah dan murah,
misalnya kertas Koran, sedangkan pulp kimia dipakai untuk membuat kertas yang
berkualitas baik, misalnya kertas tulis, kertas cetak. Pulp mekanis sifat kimianya
masih sama dengan sifat kimia kayu, sedangkan pada pulp kimia sifat kimanya sudah
sangat jauh berbeda dengan sifat kimia dari kayu asalnya. Antara pulp yang belum
diputihkan dan yang sudah di putihkan baik sifat fisik maupun sfat kimia juga
berbeda. Untuk mencari perbedaan sifat sifat, baik sifat fisik maupun sifat kimia,
perlu dilakukan pengujian baik pengujian sifat fisik maupun pengujian sifat kimia.
Sifat sifat fisik pulp itu adalah : Gramatur, Tebal, Bulky, Ketahanan Sobek, Retak,
Tarik, Lipat, Derajat putih dan Opasitas. Sedangkan sifat sifat kimia adalah : Kadar
alpa selulosa, kadar abu kadar lignin, kadar pentosan dan lain lain.
Pengujian pulp harus dilakukan pada ruang kondisi karena suhu dan kelembapan
Kondisi ruang dan pengkondisian pulp, untuk pengujian dilakukan berdasarkan
Stadar Internasional ISO 187 : 1997 (E), Paper, Board dan pulps stadard atmosphere
for conditioning and testing procedure for monitoring the atmosphere and
conditioning of samples dan standar ASTM D 685 – 93, Standard practice for
conditioning paper and paper products for testing.
Sampel yang akan diuji sifat sifat fisiknya sebelumnya harus ditempatkan dalam
ruang kondisi yang sudah distandartkan selama waktu sekitar 24 jam, bahkan untuk
beberapa jenis karton memerlukan waktu sampai 48 jam (SNI 14 – 0402 – 1999).
2.2.2. Dimensi serat
Kertas terdiri dari serat selulosa yang berasal dari tumbuh tumbuhan. Serat
mempunyai panjang, lebar dan dinding yang berpariasi, tergantung pada jenis dan
posisinya dalam suatu pohon serta lokasi tumbuhnya. Pembuatan kertas merupakan
proses penyusunan serat kedalam bentuk lembaran. Selama proses tersebut, air
dikeluarkan dari jaringan serat sehingga terjadi ikatan antar serat yang semakin rapat
dan disertai perubahan bentuk serat menjadi pipih. Kekuatan ikatan serat merupakan
fungsi dari luas dan intensitas ikatannya. Luas ikatan dipengaruhi oleh morfologi,
sedangkan intansitas oleh susunan molekul selulosa.
Peranan dimensi serat sebagai bahan baku kertas mempunyai hubungan satu sama
lain yang kompleks dan mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap sifat fisik
Diameter serat tergantung dari letak sel. Ukuran sel terpendek dan berdinding tebal
terdapat pada bagian akhir dan awal kayu.
2.2.3 Panjang serat
Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan bahwa panjang serat
merupakan sifat yang sangat menentukan kekuatan kertas dan sangat mempengaruhi
kekuatan sobek serta pembentukan formasi. Serat yang panjang memberi kekuatan
yang lebih baik dari serat pendek, tetapi serat pendek memberi formasi yang lebih
baik dari pada serat panjang. Serat yang terdapat dalam satu jenis kayu panjangnya
bervariasi, maka distribusi frekuensi panjang serat turut berperan juga dalam
menentukan kekuatan kertas. Klasifikasi panjang serat menurut Klemm, adalah
sebagai berikut :
a. Serat panjang : 2,0 – 3,0 mm
b. Serat sedang : 1,0 – 2,0 mm
c. Serat pendek : 0,1 – 1,0 mm
Serat yang panjangnya lebih dari 5 mm sukar untuk dikerjakan dengan mesin kertas
2.2.4. Kekasaran serat (Diameter serat)
Sifat kekasaran serat pada bahan baku maupun pulpnya banyak dipengaruhi oleh
faktor dimensi penampang melintang serat (diameter dan dinding serat). Bntuk
penampang melintang serat berupa elips dan tidak beraturan. Untuk mendekati
diameter serat yang sebenarnya diadakan koreksi dan hasilnya disebut perimeter.
Klasifikasi diameter/perimeter serat, menurut Klemm adalah sebagai berikut :
1. Serat lebar : 0,025 – 0,040 mm
2. Serat sedang : 0,010 – 0,025 mm
3. Serat sempit/kurus : 0,002 – 0,010 mm
2.3. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jaco)
Berdasarkan bukti yang ada kelapa sawit diperkirakan berasal Nigeria, Afrika
Barat, namun adapula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari
America, yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal
dari daratan Tersier, yang merupakan penghubung yang terletak diantara Afrika dan
Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi Benua Africa dan
Amerika sehingga asala komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang.
Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang
berasal dari Borbon dan Amsterdam. Kempat kelapa sawit tersebut ditanam di Kebun
Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara. Menurut Hunger
(1924) pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan kelapa sawit
Sejak tahun 1977 – 1978 Pemerintah Indonesia bertekad mengembangkan tanaman
ini melalui sistim PIRBUN ( Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan). Kelapa sawit di
Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona untuk meningkatkan
kesejahtraan rakyat. Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau
famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak
kelapa sawit. Pohon kelapa sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika Barat
di antara Angola dan Gambia, manakala pohon kelapa sawit Amerika, Elaeis oleifera,
berasal dari Amerika tengah dan Amerika Selatan.
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon dan tingginya dapat mencapai 24 meter.
Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan
apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit
buahnya mengandung minyak. Minyak tersebut digunakan sebagai bahan minyak
goreng, sabun, kosmetika, lilin dan ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak.
Urutan dari turunan kelapa sawit adalah :
Kingdom : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Jenis : Elaeis
2.3.1. Ciri ciri Fisiologi Kelapa Sawit
1. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelepah
berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan
tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
2. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah
umur 12 tahun pelepah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi
mirip dengan tanaman kelapa. Komposisi dan karakterisasi log kayu
kelapa sawit :
a. Komposisi volume rata rata log kayu sawit ( Puslitbang Hasil Hutan
Bogor).
Bagian kulit = 17 %
Bagian keras = 56 %
Bagian medium = 17 %
Bagian lunak = 10 %
b. Rendemen penggergajian rata rata log kayu sawit ( Puslitbang Hasil
Bagian keras = 31 %
Bagian medium = 9 %
Bagian lunak = 4 %
Limbah penggergajian = 56 %
Bagian lunak
Bagian medium
Bagian keras
Kulit
Gambar 2.1. Penampang Melintang Batang Kayu Sawit (Puslitbang Hasil Hutan Bogor)
Sifat – sifat fisik log kayu kelapa sawit :
Kerapatan. : 210 kg/m s/d 410 kg/m3 3
Badan air kayu hasil tebangan : 138,90 % s/d 343, 69 %.
Kerapatan ikatan pembuluh : 0,84 buah / mm2 s/d 1,01 buah/mm . 2
Tebal kulit rata – rata : 1,97 cm.
Tebal bagian keras rata – rata : 9.09 Cm.
Tebal bagian lunak rata rata : 7.77 Cm
(Puslitbang Hasil Hutan Bogor).
2. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah kebawah dan kesamping. Selain
itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah kesamping atas
untuk mendapatkan tambahan aerasi.
3. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki
bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan
mekar.
4. Buah
Buah sawit mempnyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang
muncul dari tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan :
a. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan lincin.
b. Mesoskarp, serabut buah.
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi.
Kelapa sawit merupakan pohon yang mengandung serat berlignoselulosa. Oleh
karena itu salah satu cara pemanfaatan limbah berupa batang dan tandan kosong
kelapa sawit adalah sebagai bahan baku serat untuk menghasilkan kertas atau sebagai
bahan baku papan serat. Dalam kaitannya degan kemungkinan pemanfaatan limbah
batang dan tandan kosong sawit, Badan Pengkajian dan Penerapan Tehnologi, Jakarta
(BPPT) bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutam
Bogor melakukan penelitian pembuatan pulp yang direncanakan untuk kertas tisue
dengan pengolahan sulfat dan soda antrakinon, serta penelitian pulp kertas dari
limbah batang dan tandan kosong sawit.
Komponen utama limbah padat adalah selulosa dan lignin sehingga limbah ini
disebut juga lignoselulosa. Bahan bahan lignoselulosa pada umumnya mengandung
Tabel 2.1. Karakteristik limbah ligno selulosa kelapa sawit
Serat yang digunakan disini adalah serat batang kelapa sawit, serat ini terdiri dari
selulosa 45,7 %, hemiselulosa 18,8 % dan lignin 18,8 %.
Hidrolisis selulosa dengan asam berlangsung melalui reaksi sebagai berikut:
selulosa glukosa produk produk dekomposisi
Sifat sifat selulosa antara lain:
1. Tidak larut dalam air, asam, basa encer serta pelarut organik.
2. Dapat larut dalam cuproammonium hidroksida
3. Bila dihidrolisi secara sempurna akan meghasilkan glukosa dalam suasana
Asam.
4. Bila dihidrolisis secara tidak sempurna akan menghasilkan maltosa.
Hemilulosa merupakan komponen utama gula beratom C = 5 seperti silosa dan
Hemiselulosa Silosa dan Arabinosa furfural produk produk
komposisi
Lignin adalah makromolekul dari polifenol yang merupakan hasil samping
hidrolisis lignoselulosa. Perlakuan hidrogenolisis dan hidroalkilasi lignin akan
menghasilkan fenol, Benzen dan senyawa monofenol lainnya.Senyawa ini juga
mempunyai potensi untuk diubah menjadi toluene dan Xilen. Jumlah lignin yang
terdapat dalam tumbuhan yang berbeda sangat bervariasi. Dalam spesies kayu,
kandungan lignin berkisar 20 % sampai 40 %.
Disamping itu distribusi lignin di dalam sel dan kandungan lignin bagian pohon yang
berbeda tidak sama. Sebagai contoh kandungan lignin yang tinggi adalah khas untuk
bagian batang yang paling rendah, paling tinggi dan paling dalam untuk tanaman
kayu lunak. Dalam pembuatan pulp dan pengelantangan, lignin dilepaskan dari kayu
dalam bentuk terdegradasi dan berubah, dan merupakan sumber karbon lebih dari 35
juta ton tiap tahun diseluruh dunia yang sangat potensial untuk keperluan kimia dan
energi.
2.3.2. Proses Pembuatan Pulp Batang Kelapa Sawit
Pulp merupakan hasil pemisahan serat kayu atau tanaman berserat lainnya melalui
Pulp selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam kertas.
Proses pembuatan pulp secara komersil dapat diklasifikasikan dalam proses mekanis,
semikimia (kombinasi kimia dan mekanis) dan kimia. Pemilihan jenis proses
pembuatan pulp tergantung kepada spesies kayu yang digunakan dan penggunaan
akhir dari pulp yang diproduksi.
Proses pembuatan pulp secara kimia adalah dengan melarutkan lignin yang
mengikat serat selulosa satu sama lain.Serat yang dihasilkan lebih utuh dan panjang,
lebih fleksibel dan lebih kuat daripada pulp mekanis. Formasi lembaran pulp kimia
lebih baik, lebih teratur dan lebih rata. Pulp mekanis mempunyai sifat sifat yang
berlainan dengan pulp kimia. Sifat sifat pulp mekanis pada umumnya merupakan sifat
sifat asli yang diperoleh dari bahan bakunya. Pada pembuatan pulp mekanis, lignin
tidak dihilangkan atau sebagian saja dihilangkan sehingga mempunyai kandungan
serat utuh yang lebih sedikit, bersifat kaku dan lebih pendek. Serat serat pulp mekanis
terdiri dari bundelan bundelan serat dan fragmen fragmen serat dari beberapa
individu. Proses semikimia merupakan kombinasi dari proses mekanis kimia. Serpih
kayu atau tanaman berserat lainnya terlebih dahulu dilunakkan sebagian dengan
bahan kimia kemudian diikuti dengan aksi mekanis yang biasanya dengan refiner.
Rendemen dan sifat sifat pulp semi kimia merupakan pertengahan pulp kimia dan
Tabel 2.2. Klasifikasi umum proses pembuatan pulp
Mekanis Kombinasi mekanis Kimia kimia
- Pulping dengan energi -Pulping dengan kombinasi - Pulping dengan
mekanik (sedikit atau sama perlakuan kimia dan bahan kimia dan
sekali tanpa perlakuan awal mekanis panas (sedikit atau
kimia dan panas) dengan -Pendemen sedang tidak ada energi
dengan bahan kimia panas (intermediate) 55 %-90 % mekanis)
- Randemen tinggi - Sifat-sifat pulp sedang - Rendemen rendah
(90 %-95 %)- (intermediate); 40 %-55 %
- Serat pendek, tidak utuh,tidak NSSC,High yield kraft - Serat pulp,panjang
murni,lemah, dan tidak setabil. Cold soda (soda dingin) dan murni, stabil.
- Kualitas cetak baik. – Kualitas cetak
rendah
- Sulit diputihkan contoh; stone - Mudah diputihkan
Grondwoo Contoh;
RMP, TMP, CTMP. Kraft,sulfite,soda.
Dalam penelitian ini, lignifikasi limbah batang kelapa sawit dilakukan melalui
proses kimia. Serpih diproses dengan menggunakan bahan kimia dan yang tidak
terlalu banyak untuk melunakkan ikatan antar serat selulosa dan menghilangkan
Kemudian dilaksanakan proses pemasakan kedua dengan larutan bahan kimia dan
penambahan tekanan untuk menaikkan suhu sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
membantu mempercepat memisahkan lignin untuk mendapatkan serat batang sawit
yang sudah berupa pulp sawit.
2.4 Kertas Limbah Kantong Semen
Kantong Semen termasuk jenis kertas kraft (kertas sack), yang dibuat dari bahan
baku pinus. Kertas sack kraft mempunyai ciri ciri berat jenis tinggi, berwarna
kecoklatan,kertasnya dibuat berdasarkan proses kraft pertama sekali ditemukan oleh
C.F. Dahl, seorang bangsa Jerman di Danzing yang kemudian hari dipatenkan pada
tahun 1884.
Proses kraft ditemukan, yaitu ketika beliau menambahkan sodium sulfat
( Na SO ) kedalam ketel pemasak pulp, sebagai pengganti bahan kimia yang hilang
selama pemasakan pulp dengan proses soda ( NaOH). Adanya reaksi kimia didalam
ketel pemasak pulp menyebabkan terbentuknya senyawa sulfida ( Na S) didalam
cairan pemasak, yang mana pada proses pemasakan pulp tersebut akan menghasilkan
pulp dengan ikatan antar serat yang lebih kuat bila dibandingkan dengan proses
pemasak pulp jenis lainnya (proses sulfit ataupun proses soda ). Kelebihan dari kertas
kraft adalah bahan kimia yang digunakan dapat didaur ulang (recycle ) dan digunakan
kembali dalam proses berikutnya. Kelebihan lainnya adalah di hasilkan serat yang
kuat (Jerman : ”kraft” berarti kuat ). Majalah, kertas grafis dan percetakan, kantong
2 4
belanja dan pembungkus (packaging) terbuat dari kraft pulp.kraft pulp biasanya
berwarna gelap dan umumnya diputihkan dengan senyawa klorik LKEKLB (2002).
Kertas kraft menghasilkan kertas lebih kuat karena pulpnya menghasilkan ikatan
antar serat yang lebih besar. Apabila kertas kraft ini mengalami daur ulang, yaitu
dilakukan penggilingan kembali maka seratnya akan menjadi lemas.
Pada saat pertama sekali serat dibuat menjadi kertas, fibril fibril yang ada pada
serat akan terjalin dan terikat satu sama lain oleh katan hydrogen pada waktu kertas
mengalami proses pengeringan dan mengalami pemipihan oleh penekanan pada roll
pengepresan ataupun kelender.
Pengeringan dan pemipihan ini akan mengakibatkan pori pori didalam serat yang
sebelumnya diisi oleh lignin dan hemiselulosa, menjadi tertutup dan terjadi ikatan
hydrogen. Apabila kertas kraft mengalami daur ulang yaitu dibuburkan kembali
( refiner), maka fibril fibri pada permukaan serat kertas banyak yang lepas dari
permukaan seratnya, sehingga permukaan serat menjadi gundul dan seratnya banyak
yang putus. Sudut fibril yang dianggap penting adalah sudut yang dibentuk oleh
mikro fibril – mikro fibril dalam lapisan yang paling tebal dan mengandung selulosa
paling banyak. Sudut fibril yang kecil memberikan kekuatan serat yang tinggi. Maka
kekuatan kertaspun akan lebih kuat apabila sudut fibril kecil.
Dalam proses pembuatan pulp campuran, kantong semen direndam dahulu untuk
membersihkan dari bahan kimia dan kotoran yang menempel dan dijadikan serat
2.5. Pulp Campuran (Pulp Batang Sawit – Kertas Kantong Semen Bekas)
Kertas adalah suatu lembaran yang terbuat dari serat yang telah mengalami
proses pengepresan, pengeringan,penggilingan dan beberapa tambahan yang saling
menempel dan jalin menjalin. Bahan utama dari pembuatan pulp adalah tanaman
kayu (wood) atau tanaman pertanian yang mengandung selulosa seperti bambu serat
kapas, bagas dan yang akan termanfaatkan limbah batang kelapa sawit sudah diteliti
BBPT Bogor Batang Kelapa Sawit mengandung selulosa 45,7 %, hemiselulosa 18,8
% dan lignin 18,8 %.
Pulp merupakan hasil pemisahan serat dari tanaman kayu (wood) maupun
bukan kayu (non wood), melalui bermacam macam pengolahan. Pembuatan pulp
dibedakan atas proses mekanis, semi kimia (kombinasi kimia dan mekanis) dan
kimia. Umumnya proses kimia, banyak dilakukan untuk pembuatan pulp.Proses
pembuatan pulp secara kimia adalah melarutkan lignin yang mengikat serat satu
dengan yang lainnya. Proses pembuatan pulp yang menggunakan tanaman kayu
(wood) dapat dilaksanakan secara alkali dngan NaOH sebagai bahan kimia pemasak
(Nasution, 2006).
Pembuatan pulp dari batang kelapa sawit (wood) dengan proses kimia dimana
telah diketahui bahwa komposisi kimia bahan baku memegang peranan penting
dalam menentukan proses dan kondisi pemasakan. Dalam proses kimia melarutkan
lignin dengan larutan kimia NaOH pada suhu mendidih di udara terbuka akan
Pada proses pertama serat yang dihasilkan adalah serat kasar. Setelah serat kasar
dicuci lalu dikeringkan dibawah sinar matahari maka dilakukan proses pemasakan
kedua dengan proses kimia degan larutan NaOH pada tekanan sekitar 4-5 atm diatas
suhu didih air atau sekitar 140-145 ºC proses ini menghasilkan pulp batang kelapa
sawit yang siap dijadikan pulp campuran. Di beberapa hasil penelitian dijelaskan bila
pemasakan sampai suhu diatas suhu 190ºC akan terjadi degradasi serat dan serat yang
dihasilkan akan rusak.Variabel pemasakan adalah waktu , suhu dan konsentrasi cairan
Pulp kertas kraft hanya mengembalikan kertas kantong semen bekas kembali
menjadi pulp untuk pencampuran kertas campuran menjadi kertas jenis baru untuk
diuji sifat fisik dan karakterisasinya.
2.6. Kuat Tarik Kertas (Tensile Strength)
Kekuatan tarik didefenisikan sebagai ketahanan suatu bahan terhadap deformasi
plastis atau ketahanan suatu bahan sampai terjadi deformasi plastis. Ini berbeda
dengan keuletan, dimana keuletan merupakan ketahanan suatu bahan terhadap
menahan deformasi plastis sampai terjadi patahan.
Utuk pengujian tarik, pengukuran dilaksanakan berdasarkan tegangan yang
diperlukan untuk menarik benda uji standard dengan penambahan tegangan konstan.
Regangan dari benda uji diukur dengan ekstenso meter. Hasil pengukuran dari
pengujian kekuatan tarik berasal dari tegangan yang mengakibatkan regangan. Kuat
=
Ukuran bahan sampel yang diuji adalah ukuran bahan yang sesuai dengan standard
pengujian, dalam hal ini yang dipakai adalah standard pengujian SNI 14 – 4737-1998.
2.7. Kuat Sobek (Taring Strengh)
Kuat sobek adalah gaya dalam gram (gf) atau mili neuton (mN) yang diperlukan
untuk menyobek kertas atau karton pada kondisi standar. Alat uji ketahanan sobek
Elmendorf tearing tester dilengkapi dengan beban yang dapat dipasang pada sektor
bandulan sehingga kapasitas bandulan bertambah, hal ini diperlukan untuk menguji
kertas dengan ketahanan sobek tinggi.
Ketahanan sobek rata-rata dalam gram gaya dapat dihitung dengan mempergunakan
rumus :
Ketahanan sobek rata-rata =
B xA
4
... (2)
Dimana : A = Pembacaan skala rata – rata dalam gaya gaya (gf).
B = Jumlah lembar contoh uji yang dipergunakan pada satu saat
Hasil yang diperoleh dapat dinyatakan dalam satuan SI dengan konversi :
1 gf = 9.807 mN.
2.8. Scanning Elektron Microscope (SEM)
SEM merupakan peralatan standard untuk menentukan untuk struktur mikro dan
analisis kimia. SEM memberikan resolusi serta kedalaman medan (depth of field)
yang lebih baik dibandingkan dengan mikroskop optik Energi eksitasi pada SEM
melibatkan emisi sinar – X maka dimungkinkan proses analisa komposisi unsur serta
analisis distribusi unsur (pemetaan). SEM mempunyai perbesaran 200.000 kali untuk
mengamati ketebalan dari 200 ºA sampai 0,5 m. Perinsip pemeriksaan sampel
dengan SEM diperlihatkan pada gambar 2.2.
Berkas elektron yang dihasilkan dari pemanasan filament pada Wehnelt bagian
atas SEM, yang kemudian dipercepat dengan tegangan tinggi dan selanjutnya berkas
elektron difokuskan serta diarahkan secara elektromagnetis menuju sampel.
Saat berkas eloktron mengenai sampel, maka akan dipancarkan kembali elektron
jenis yang terhambur baik ( back scaterred electron, BSE ) ataupun jenis elektron
sekunder ( Secondary Elektron, SE). Secondary Elektron memberikan informasi
tentang fotografi sampel sedangkan back scaterred electron memperlihatkan variasi
nomor atom.Detektor mengumpulkan eloktron, mengubah menjadi sinyal serta
mengirim ke layar sebagai suatu citra tiga demensi. Besar kecilnya efek tiga dimensi
tergantung pada besar kecilnya perbesaran atau (magnifiasi) makin kecil maknifikasi
maan besar efek tiga dimensinya.
2.9. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA )
Beberapa cara analisis logam telah banyak dilakukan baik untuk secara kualitatif
maupun secara kuantitatif. Sistim kualitatif dilakukan jika hanya ingin mengetahui
jenis logam yang tetapi tidak jumlahnya. Sedangkan sistim kuantitatif dilakukan
untuk megetahui secara detail berapa ppm logam tersebut.
Destruksi merupakan suatu cara perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsur
unsurnya sehingga dapat dianalisa, dengan kata lain perombakan bentuk organik dari
logam menjadi bentuk logam logam anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi
a. Destruksi kering
Destruksi kering adalah perombakan sampel organik dengan jalan pengabuan
dalam tanur pada suhu 400-500 ºC, hal ini tergantung pada sampelnya. Metode
Destruksi kering merupakan perombakan logam yang tidak mudah menguap yang
akan membentuk oksidasi logamnya. Oksidasi ini kemudian dilarutkan kedalam
pelarut asam, setelah itu dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer Serapan
Atom (SSA).
b. Destruksi basah
Destruksi basah adalah perombakan sampel organik dengan asam asam kuat baik
tunggal maupun campuran. Metode detruksi basah digunakan untuk merombak logam
logam yang mudah menguap. Asam asam yang digunakan adalah asam Nitrat
( HNO ), asam sulfat ( H SO ) asam perklorat ( HclO ), asam klorida ( HCl ) dan
dapat digunakan secara tunggal maupun campuran.
3 2 4 4
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah
garis garis hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan perinsip
serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di
tahun 1955. Sebelumnya ahli kimia banyak bergantung pada cara cara
spektrofotometrik atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan
memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan Spektroskopi Serapan Atom
Tehnik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan metode spektroskopi emisi
konvensional.
Pada metode konvensional, emisi tergantung pada sumber eksitasi. Bila eksitasi
dilakukan secara termal, maka ia bergantung pada temperatur sumber. Selain itu
eksitasi termal tidak selalu spesifik, dan eksitasi secara serentak pada berbagai spesies
dalam suatu campuran dapat saja terjadi. Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsur
unsur dengan tingkat energi eksistasi yang rendah dapat dimungkinkan. Tentu saja
perbandingan banyaknya atom yang tereksitasi terhadap atom yang berada pada
tingkat dasar harus cukup besar, karena metode serapan atom hanya tergantung pada
perbandingan ini dan tidak bergantung pada temperatur. Metode serapan sangatlah
spesifik. Logam logam yang membentuk campuran komplek dapat dianalisis dan
selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar ( Khopkar, S.M, 1990 ).
2.9.1. Prinsip Dasar Analisa Spektrofotometri Serapan atom
Prinsip penentuan metode ini didasarkan pada penyerapan energi radiasi oleh
atom atom netral pada keadaan dasar, dengan panjang gelombang tertentu yang
menyebabkan tereksitasinya dalam berbagai tingkatan energi. Keaadaan eksitasi ini
tidak stabil dan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh
energi ekstasinya dalam bentuk radiasi. Sumber radiasi tersebut dikenal sebagai
lampu katoda berongga (hallow lamp). Proses proses yang terjadi dari saat
Interaksi atom atom dengan berbagai bentuk energi dan pengukuran intensitas
frikwensi radiasi oleh pencatat. Unsur yang diperiksa harus dalam keadaan atom tidak
tereksitasi, proses untuk menghasilkan atom tersebut disebut atomisasi (Khopkar,
S.M, !990).
2.9.2 Pektrofotometri Serapan Atom Graphite Furnace
Mesin AAS model ini sangat sensitif untuk mendeteksi logam dalam konsentrasi
yang sangat kecil dalam sampel (ppm). Biasanya larutan yang diperlukan hanya
1-100 ml dan dengan teperatur pembakaran dapat mencapai 3000 ºC (pembakaran
secara elektrik) Proses atomisasi dengan temperatur yang tinggi tersebut dapat
menyempurnakan proses pengatoman dari suatu larutan sampel. Logam yang dapat
dideteksi dengan mesin ini ialah Cd, Cu, Co, Zn, Pb, Mn dan sebagainya yang
jumlahnya relatif lebih sedikit dalam jaringan biologik.
Sistem kerja dari mesin ini melalui tiga tahap, yaitu pengeringan, pengabuan dan
pembakaran dari cairan sampel,yang masing masing dengan temperatur 500, 700, dan
3000 ºC. Tetapi temperatur dari tiga proses tahapan tersebut berjalan secara elektrik
dan otomatik yang dikontrol dengan komputer (darmono,1995).
2.9.3 Sumber Sinar
Telah diketahui bahwa untuk pengukuran absorbans atau serapan atom diperlukan
sumber sinar yang memberikan spektrum pancaran yang terdiri dari puncak puncak
Hal ini perlu oleh karena spektrum serapan atom didalam nyala juga terdiri dari
puncak puncak serapan dengan lebar pita yang sempit, kira kira 0,02 – 0,05 ºA.
Lebar pita panjang gelombang sinar dari sumber yang akan diserap harus lebih sempit
dari pada lebar pita serapan. Sumber sinar yang memenuhi persyaratan tersebut dan
lazim digunakan dalam alat SSA adalah Lampu Katoda Berongga, Hallow Cathode
Tubes (Khopkar, S.M, 1990).
2.9.4. Lampu Katoda Berongga (Hallow Cathode Tubes)
Lampu katoda berongga itu terdiri dari tabung kaca tertutup yang mengandung
suatu katoda dan suatu anoda. Katoda tersebut berbentuk selinder berongga yang
terbuat dari atau permukaannya dilapisi dengan unsur yang sama dengan unsur yang
akan dianalisa. Tabung lampu itu dengan gas mulia neon atau argon, intesitas
pancaran lampu yang lebih tinggi.
Sumber cahaya
Nyala Monikroma
tor Detektor Penguat arus Pencatat
2.9.5. Nyala
Bagian yang terpenting dari suatu nyala adalah alas nyala (base), kerucut dalam
(inner cone), daerah reaksi (reaction zone) dan lapisan luar (outer mantle).
a. Alas nyala. Larutkan cuplikan masuk kedalam nyala melalui alas nyala,
berupa tetesan tetesan yang sangat halus. Pada alas nyala ini sudah mulai
terjadi penguapan air dari tetesan tetesan tersebut. Jadi sebagian dari larutan
cuplikan akan memasuki bagian nyala yang disebut kerucut dalam (inner
cone) sebagai butir butir halus yang padat.
b. Kerucut Dalam. Bagian nyala ini terjadi penguapan pelarut (desolvasi) lebih
lanjut dan penguraian cuplikan menjadi atom atom (atomisasi). Dan bagian
ini pula terjadi proses penyerapan sinar oleh atom atom dan proses eksitasi.
c. Daerah reaksi. Sesudah melalui daerah kerucut dalam, maka atom atom akan
memasuki bagian nyala yang disebut derah reaksi (reaction zone).Didalam
daerah reaksi ini, atom atom tersebut bereaksi dengan oksigen menjadi
oksida oksida.
d. Lapisan Luar (Outer Mantle) Oksida yang terjadi dalam daerah reaksi itu
kemudian akan memasuki lapisan luar nyala dan seterusnya keluar
meninggalkan nyala.
2.9.6. Monokromator
Tujuan monokromator adalah untuk memilih garis pancaran tertentu dan
Dalam spektroskop absorpsi atom fungsi monokromator adalah untuk memencilkan
garis resonansi dari semua garis yang tidak diserap yang dipancarkan oleh sumber
radiasi. Dalam kebanyakan instrumen komersial digunakan kisi difraksi karena
sebaran yang dilakukan oleh kisi lebih seragam daripada yang dilakukan oleh prisma
dan akibatnya instrumen kisi dapat memelihara daya pisah yang lebih tinggi
sepanjang jangka panjang gelombang yang lebih lebar (Vogel, A.I, 1961)
2.9.7. Detektor
Dalam spektrofotometer absorbsi atom, mengigat kepekaan spektral yang lebih
baik yang diperlukan, digunakan pengganda foton. Keluaran dari detektor
diumpankan ke suatu sistem peragaan yang sesuai, dan dalam hubungan ini
hendaknya diingat bahwa radiasi yang diterima oleh detektor berasal tidak hanya dari
garis resonansi yang telah diseleksi tetapi dapat juga timbul dari emisi dalam nyala.
Emisi ini dapat disebabkan oleh emisi atom yang timbul dari atom atom yang sedang
diselidiki dan dapat juga dari emisi pita molekul. Jadi sebagai ganti intensitas isyarat
dengan intensitas I , detektor dapat menerima isyarat dengan intensitas ( I + S )
dengan S ialah intesitas radiasi yang dipancarkan. Karena yang diperlukan
pengukuran yang timbul dari garis resonansi itu, dan penganda detektor itu kemudian
distel pada frekuensi ini, dengan cara ini, isyarat isyarat yang timbul dari nyala, pada
hakekatnya berkarakter arus searah, secara efektif disingkat (Vogel, A.I, 1961).
2.9.8. Sistem Pencatat
Sistem pencatat yang digunakan pada instrumen SSA berfungsi untuk mengubah
sinyal yang diterima melalui bentuk digital, berarti sistem pencatat mencegah atau
mengurangi kesalahan dalam pembacaan skala dan sebagainya, serta
menyeragamkan tampilnya data (yaitu dalam satuan absorbansi). Sistem pencatat
untuk instrumen SSA sekarang ini dilengkapi dengan suatu mikroprosesor
(komputer) sehingga memungkinkan pembacaan langsung konsentrasi dari pada
analitik didalam sampel yang dianalisis (Haswell, S.J, 1991).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
Proses pembuatan pulp dari serat kantong semen bekas dengan pulp batang
kelapa sawit dan kertas campuran seperti berikut ini.
3.1.1. Alat
Alat – alat yang digunakan pada pembuatan sampel kertas campuran adalah
sebagai berikut:
1. Ember bekas kaleng cat kapasitas 30 liter tempat memasak batang kelapa sawit
Sampai suhu 100ºC.
2. Ketel untuk tempat memasak batang kelapa sawit diatas suhu 100ºC.
3. Tungku / kompor untuk memasak batang kelapa sawit.
4. Kawat kasa ukuran 30cm x 15cm untuk meniriskan air dan mengeringkan pulp.
5. Blender untuk menghaluskan pulp agar lebih merata.
6. Neraca analitik untuk mengukur sampel.
7. Wadah wadah plastik ; gayung, saringan, ember dan lain lain
3.1.2. Bahan
Bahan - bahan yang digunakan dalam pembuatan sampel adalah ;
2. NaOH 1,5 % dan NaOH 3 %.
3. Kaporit untuk mencuci dan memutihkan pulp dengan air.
3.2. Pembuatan Pulp Batang Kelapa Sawit
Pembuatan pulp batang kelapa sawit sebagai berikut :
1. Persiapan pemasakan pulp, yaitu pulp batang kelapa sawit diambil dari lahan
pertanian (masa Replanting). Penjemuran dibawah sinar matahari sampai batang
kelapa sawit benar benar kering udara.
2. Batang kelapa sawit 1380 gram yang sudah kering dimasukkan kedalam ember
pemasak pertama yang berisi air 25 liter dan soda api NaOH 1,5 % dan dimasak
diatas tungku perapian sampai suhu 100 ºC selama 2 jam.
3. Bahan pulp yang telah dimasak kemudian didinginkan selama 1 hari.
4. Pencucian serat batang sawit untuk membuang lindi hitam yang terpisah dari
serat. Setelah dicuci bersih dengan air lalu disaring.
5. Serat kasar hasil pemasakan pertama dimasak kembali dalam ketel dengan
menggunakan NaOH 3% sampai suhu 140 ºC dan ditahan pada tekanan 4,2 atm
selama 4 jam.
6. Serat yang telah berubah menjadi pulp dicuci dan direndam dengan larutan
kaporit untuk memutihkan warnanya lalu dicuci kembali dan dijemur diatas
3.3. Pembuatan Pulp Kantong Semen Bekas
Kertas kantong semen bekas yang sudah dibersihkan dari sisa sisa kotoran semen
dan zat pengisi serat kertas semen dengan melakukan perendaman 2 x 24 jam untuk
proses pembuburan kembali (refiner). Selanjutnya dibelender untuk mendapatkan
serat yang lebih lemas dan kembali menjadi pulp lalu dijemur diatas kawat kasa agar
air tiris.
Diagram alir proses pembuatan pulp kantong bekas semen
Kantong semen bekas dibersihkan
Kantong semen bekas Direndam 2 x 24 jam
Diblender
Pulp kantong semen bekas
Penyaringan (200 Mesh)
Dikeringkan
Pulp kantong semen bekas kering
3.4. Pembuatan pulp campuran serat batang kelapa sawit dan serat kantong
semen bekas
Pulp kering batang kelapa sawit dan pulp kertas semen bekas ditambahkan air
untuk larutan stok. Kemudian diaduk ataupun diblender untuk mendapatkan serat
yang lebih halus dan homogen. Setelah itu ditambahkan air untuk mengencerkan
larutan stok, supaya tidak menggumpal. Selanjutnya larutan stok dituangkan keatas
cetakan dengan menggunakan kasa plastik. Air akan keluar dan pulp akan tertahan
diatas plastik. Kemudian pulp dikeringkan dibawah sinar matahari sekitar 2 hari, lalu
kertas yang masih lembab tetapi sudah mempunyai ketetapan yang baik digiling /
roll, sehingga rongga rongga yang ditinggalkan oleh air akan menjadi padat. Setelah
kertas mengalami kering udara kertas kembali digiling sehingga terlihat licin dan
mengkilat. Pembuatan kertas campuran Batang kelapa sawit-kantong bekas semen
Diagram alir pembuatan kertas campuran batang sawit dan kantong semen
Pulp Kantong semen bekas Pulp Batang
kelapa sawit Air secukupnya
3.5. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dalam poenelitian ini adalah :
1. Untuk komposisi 0 % serat kantong semen bekas dan 100 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
(gr/m2), rapat massa (kg/m ), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N)
analisa permukaan pulp batang kelapa sawit (SEM).
3 2
2. Untuk komposisi 10 % serat kantong semen bekas dan 90 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
(gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2
3. Untuk komposisi 20 % serat kantong semen bekas dan 80 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
(gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2
4. Untuk komposisi 30 % serat kantong semen bekas dan 70 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
(gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2
5. Untuk komposisi 40 % serat kantong semen bekas dan 60 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
(gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2
6. Untuk komposisi 50 % serat kantong semen bekas dan 50 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
Analisa permukaan kantong semen bekas dan pulp batang kelapa sawit (SEM)
dan uji analisa serapan atom (ppm).
7. Untuk komposisi 60 % serat kantong semen bekas dan 40 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
(gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2
8. Untuk komposisi 70 % serat kantong semen bekas dan 30 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
(gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2
9. Untuk komposisi 80 % serat kantong semen bekas dan 20 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
(gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2
10. Untuk komposisi 90 % serat kantong semen bekas dan 10 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
(gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2
11. Untuk komposisi 100 % serat kantong semen bekas dan 0 % serat batang kelapa
sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur
(gr/m2), rapat massa (kg/m ), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N) dan
Analisa permukaan pulp kantong semen bekas (SEM)
3.6. Pengujian Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, sifat sifat kertas yang akan diteliti adalah :
3.6.1. Tebal kertas ( SNI 14 – 4977 – 1999 )
Tebal kertas adalah jarak tegak lurus antara kedua permukaan kertas, diukur
pada kondisi standard. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran tebal kertas
adalah sebagai berikut :
1. Mikro meter terdiri dari Kaki penekan dan landasan berbentuk ligkaran
dengan luas permukaan kontak 10 cm ± 0,2 cm . Kaki penekan dapat
digerakkan secara tegak lurus terhadap landasan dengan tekanan tetap 20
kPa ± 0,5 kPa.
2 2
2. Alat penunjuk nilai tebal dengan ketelitian sampai dengan 0,01 mm.
3. Alat pemotong contoh.
4. Mistar ukur.
Untuk menjamin ketelitian hasil uji yang diperoleh maka contoh lebih dahulu
disimpan dalam ruangan sesuai dengan SNI 14 – 0402 – 1989, kodisi ruang
pengujian untk lembaran Pulp, kertas dan karton selama 24 jam. Prosedur
pengukuran tebal kertas adalah sebagai berikut
2. Tempatkan contoh uji dengan luas 500 cm2 (200 mm x 250 mm) secara
horizontal diantara kaki penekan dan landasan. Pengukuran dilakukan pada
daerah minimal 50 mm dari tepi contoh uji.
3. Turunkan kaki penekan perlahan lahan (2-3 mm/detik) sampai menyentuh
permukaan contoh uji.
4. Baca dan catat nilai tebal contoh uji pada skala mikrometer.
5. Naikka kaki penekan dan lakukan pengukuran tebal untuk contoh uji yang
sama pada daerah pengukuran lainnya.
3.6.2. Gramatur atau berat dasar kertas ( SNI 14 – 0439 – 1989 )
Gramatur adalah massa lembaran kertas dalam gram dibagi dengan satuan
luasnya dalam meter persegi, diukur pada kondisi standar. Cara pengambilan sampel
Sampel dipersiapkan sesuai dengan SNI 14 – 1764 – 1990 mengenai cara
pengambilan contoh kertas dan karton. Untuk menjamin ketelitian hasil uji yang
diperoleh maka contoh lebih dahulu disimpan dalam ruangan sesuai dengan SNI 14 –
0402 – 1989, kondisi ruang pengujian untuk lembaran pulp, kertas dan karton selama
24 jam.
Pralatan yang dipergunakan dalam menghitung gramatur kertas campuran adalah
sebagai berikut
2. Plat logam berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar dengan ukuran
tertentu.
3. Pisau atau gunting.
Gambar 3.4. Neraca Analitik
Prosedur percobaan untuk menghitung gramatur kertas campuran adalah sebagai
berikut :
1. Potong sampel dengan ukuran 10 cm x 10 cm.
2. Mengukur luas potongan sampel
3. Menimbang massa potongan sampel.
Perhitungan gramatur kertas campuran digunakan rumus sebagai berikut :
G =
a A
... (3)
Keterangan : G = Gramatur lembaran (gr/ m ) 2
A = Massa lembaran yang diuji (gram)
a = Luas lembaran yang di uji (m ) 2
3.6.3. Rapat massa kertas atau density ( SNI 14 – 0702 – 1989 )
Rapat massa atau densitas adalah besaran yang menyatakan perbandingan
antara massa kertas dibagi dengan volume kertas, diukur pada kondisi standard.
Peralatan yang dipergunakan dalam menentukan rapat massa kertas adalah sebagai
berikut :
1. Neraca analitik dengan kepekaan 0,25 %.
2. Pisau atau gunting.
3. Mikrometer.
Prosedur percobaan untuk menghitung rapat massa kertas campuran adalah sebagai
berikut :
1. Potong sampel dengan ukuran 10 cm x 10 cm.
2. Catat luas dan tebal kertas yang akan ditimbang (Volume kertas)
Perhitungan rapat massa atau density kertas dapat dihitung dengan menggunakan :
tarik yang bekerja pada kedua ujung kertas tersebut diukur pada kondisi standard.
Daya regangan adalah regangan maksimum yang dapat dicapai oleh jalur kertas
tersebut diukur pada kondisi standard.
Panjang putus adalah jalur kertas atau karton dengan lebar yang sama yang beratnya
dapat memutuskan jalur tersebut apabila digantung satu ujungnya. Indek tarik adalah
ketahanan tarik dibagi dengan gramatur kertas tersebut.
Peralatan yang dipergunakan dalam mengukur kekuatan tarik kertas campuran
adalah sebagai berikut
1. Dua buah alat penjepit untuk ujung ujungnya.
2. Bandulan kertas
3. Skala pembaca untuk ketahanan tarik